BAB I PENDAHULUAN. pemimpin yang memiliki berbagai macam kemampuan. Manusia memiliki kelebihan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pemimpin yang memiliki berbagai macam kemampuan. Manusia memiliki kelebihan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna dari makhluk-makhluk ciptaan-nya yang lain. Manusia juga dihadirkan ke dunia sebagai pemimpin yang memiliki berbagai macam kemampuan. Manusia memiliki kelebihan dari makhluk-makhluk lain karena dibekali akal dan pikiran yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan lainnya. Hal-hal diatas merupakan segelintir firman Tuhan dalam alkitabnya mengenai takdir manusia. Hidup manusia sebagai makhluk sempurna ciptaan Tuhan bukan berarti menjadikannya dapat hidup sendirian di dunia. Manusia tidak dapat hidup sendiri dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang harus berhubungan satu dengan yang lainnya. Tom Hanks dalam filmnya berjudul Cast Away bahkan dapat menjadi cerminan bagi kita, bahwa betapa putus asanya seorang manusia hidup sendiri saat terdampar di suatu pulau. Bahkan dalam film tersebut, Chuck Noland yang diperankan oleh Tom Hanks sangat kesepian sehingga berteman dengan sebuah bola voli yang dia beri nama Wilson dan diajaknya berbicara setiap hari. 1

2 2 Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat memenuhi kebutuhannya seharihari baik rohani maupun jasmani tanpa adanya manusia lainnya yang berinteraksi sesamanya. Untuk itulah seorang manusia perlu hidup dalam suatu komunitas yang terdiri dari beberapa manusia sebagai makhluk individu di dalamnya. Komunitas tersebut dapat diciptakan secara sengaja, maupun tercipta dengan sendirinya karena keadaan. Manusia di dalam komunitas tersebut dapat disebut sebagai masyarakat. Masyarakat ini menempati sebuah wilayah yang memiliki aturan-aturan yang hidup di dalamnya dan manusia saling berkomunikasi sesamanya. Sudikno Mertokusumo menyampaikan bahwa kepentingan dan kebutuhan manusia harus dapat terlindungi dan terpenuhi, oleh karena itu manusia hidup secara berkelompok dalam masyarakat. 1 Takdir manusia sebagai makhluk sosial inilah yang memberikan keharusan bagi manusia untuk saling berhubungan dengan baik, agar dapat melanjutkan kehidupannya bersama-sama manusia lainnya tanpa ada permasalahan yang menghalangi kebutuhan hidupnya. Selain masyarakat, dalam suatu komunitas juga diperlukan alam yang terjaga dengan baik, terdiri dari tumbuhan dan hewan. Bayangkan jika manusia yang hidup di suatu wilayah dalam suatu komunitas tidak didampingi dengan tumbuhan yang dapat 1 Sudikno Mertokusumo, 2001, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm. 3

3 3 memenuhi kepentingan oksigen manusia ataupun sebagai makanan dan hewan yang juga dapat menjadi makanan bagi manusia. Pengertian manusia sebagai makhluk sosial jika melihat pembahasan diatas berarti mendapatkan sebuah pengembangan bahwa manusia bukan hidup dengan sesama manusia, melainkan juga membutuhkan tumbuhan dan hewan. Manusia dapat memanfaatkan tumbuhan yang ada seperti buah, daun dan batangnya, namun harus melakukan perawatan terhadap tumbuhan tersebut, sebaliknya juga tumbuhan tidak dapat hidup apabila manusia tidak merawatnya. Manusia juga harus merawat hewan ternak untuk dapat memakan daging ataupun telurnya, sebaliknya hewan ternak juga membutuhkan manusia untuk memenuhi kebutuhan makannya. Melihat hal yang demikian, dapat dikatakan terjadi hubungan mutualisme antara manusia dengan tumbuhan dan hewan sebagai makhluk hidup. Zaman yang berkembang seperti saat ini, juga membuat manusia sebagai makhluk yang diberikan akal dan pikiran oleh Tuhan tadi melakukan hal yang baru. Masyarakat tidak jarang tinggal bersama hewan yang dijadikan peliharaan. Manusia pun sudah mulai berkembang dan berani dalam memelihara seekor hewan, tidak jarang hewan-hewan yang seharusnya bukanlah merupakan hewan peliharaan sekarang malah dijadikan peliharaan, seperti ular, kadal dan hewan-hewan eksotis lain yang tidak dilarang oleh aturan.

4 4 Penulis memfokuskan pembahasan dalam penulisan hukum ini pada hewan peliharaan. namun harus diketahui dulu apa perbedaan mendasar antara hewan sebagai peliharaan dengan hewan sebagai ternak, karena dalam perkembangannya telah terjadi pengembangbiakan pada hewan-hewan peliharaan oleh pemiliknya. Pengembangbiakan ini terjadi secara sengaja ataupun tidak sengaja, yang nanti hasilnya digunakan untuk bisnis ataupun untuk dipelihara saja. Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian hewan ternak adalah hewan yang sengaja dipelihara sebagai sumber pangan, sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia. Hewan ternak biasanya akan ditempatkan dan dikembangbiakkan dalam suatu tempat yang disebut dengan peternakan. Undangundang No. 41 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pada Pasal 1 ayat (1) menjelaskan Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budi daya ternak, panen, pasca panen, pengolahan, pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana. Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Peternakan dan Kesehatan Hewan memberikan pengertian kepada Hewan Peliharaan, yaitu hewan yang kehidupanya untuk sebagian atau keseluruhan bergantung pada manusia untuk maksud tertentu.

5 5 Hewan peliharaan sebagai teman hidup manusia bukan merupakan hal yang langka pada zaman sekarang ini. Hewan peliharaan paling populer di berbagai negara sekarang ini adalah anjing dan kucing. Penulis sendiri pernah memelihara 6 kucing ras Persia medium nose yang memang berperilaku sangat manja dan selalu ingin bermain. Anjing dan kucing selain menjadi hewan peliharaan, saat ini juga menjadi selebriti media sosial. Contohnya ada account Instagram dengan yang memiliki sampai jutaan followers yang menjadi fans selebriti merupakan akun seekor anjing ras shiba inu milik Shinjiro Ono, seorang pemuda jepang, merupakan akun seekor kucing ras Siamese & Tabbymix milik seorang wanita bernama Varsiri Mathachittiphan. Kenyataannya hewan peliharaan dua orang tersebut lebih terkenal daripada pemiliknya merupakan suatu akibat perkembangan zaman atas suatu hobi memelihara hewan peliharaan. Account Instagram dari kedua hewan peliharaan tersebut tidak jarang memuat iklaniklan dari berbagai produsen produk, yang mana menghasilkan suatu keuntungan bagi pemiliknya. Hal yang penulis paparkan diatas merupakan salah satu perkembangan dari kegiatan pemeliharaan seekor hewan peliharaan. Pengertian pada Undang-undang Peternakan dan Kesehatan Hewan tentang hewan peliharaan pun memiliki pergeseran makna, karena pada kenyataannya ada unsur ekonomi yang bisa didapatkan pemilik

6 6 hewan peliharaan. Pemilik hewan peliharaan juga bisa mendapatkan keuntungan ekonomi dengan bersedia menjadi pemacak/breeder yang menyediakan jasa perkawinan hewan terhadap pemilik hewan peliharaan lainnya untuk mendapatkan keturunan dari hewan peliharaannya. Belakangan ini sering terjadi praktek jual-beli anjing dan kucing ras yang terjadi di berbagai negara, walau beberapa negara melakukan pelarangan terhadap praktek jual beli tersebut. Di Indonesia praktek jual beli anjing dan kucing ras ini sudah ada sejak lama, terlepas dari nama kegiatan jual beli yang diberi berbagai macam sebutan. Beberapa pencinta hewan peliharaan menyebut jual beli anjing dan kucing ras ini sebagai adopsi hewan karena memikirkan kepantasan dari sebutan jual-beli hewan, namun yang terjadi sebenarnya adalah perjanjian jual beli. Jual beli Anjing dan Kucing ras ini dianggap menjadi peluang bisnis yang menjanjikan dan berpotensi menghasilkan banyak pendapatan bagi pemilik anjing dan kucing ras. Pemacakan hewan merupakan salah satu cara mengembangkan bisnis jual beli anjing dan kucing ras tersebut. Pemacakan hewan adalah suatu kegiatan mengawinkan 2 (dua) hewan peliharaan oleh para pemiliknya agar mendapatkan keturunan. Pemacakan hewan dapat dilakukan oleh Breeder (peternak) ataupun oleh 2 (dua) pihak pemeliharan hewan ras yang memiliki sertifikat dari hewan peliharaannya.

7 7 Sertifikat yang penulis maksudkan diatas sebenarnya bukanlah sertifikat sebagai surat izin melakukan pemacakan hewan. Sertifikat yang dimaksud adalah akta atau surat silsilah keturunan dari hewan ras tersebut. Surat silsilah pada anjing ras disebut dengan Stambum yang berasal dari kata Stamboom dari Bahasa Belanda yang artinya silsilah. Stambum, dikeluarkan oleh Perkin (Perkumpulan Kinologi Indonesia) untuk anakan anjing yang dilahirkan dari induk dan pejantan yang memiliki jenis trah yang sama dan keduanya pun memiliki stambum (terdaftar). 2 Kucing ras juga memiliki surat silsilah yang bernama Pedigree. 3 Pedigree dikeluarkan oleh salah satu asosiasi dimana kucing ras tersebut terdaftar. Setidaknya ada 2 (dua) asosiasi yang berwenang mengeluarkan sertifikat pedigree di Indonesia yaitu, ICA (Indonesian Cat Association) dan CFI (Cat Fancy Indonesia). Kepemilikan Stambum dan Pedigree inilah yang dapat membuktikan hewan peliharaan seseorang itu merupakan hewan ras yang asli, karena dalam surat silsilah ini akan jelas siapa indukan dari anjing dan kucing ras tersebut. Penulis sebelumnya telah menyampaikan bahwa, Stambum dan Pedigree bukanlah surat izin untuk mengawinkan hewan peliharaan, namun surat bukti keaslian 2 diunduh pada 10 Januari 2016 pukul WIB 3 diunduh pada 10 Januari 2016 pukul WIB

8 8 silsilah hewan ras. Pemacakan dari hewan ras yang memiliki bukti dari silsilah ras murni tersebut memberikan suatu jaminan kepada para pemacak bahwa keturunan dari hewan peliharaan yang mereka kawinkan nanti jelas apa rasnya. Stambum dan Pedigree juga menjelaskan bahwa hewan tersebut memiliki kesehatan yang terjamin karena setiap perubahan fisik ataupun kesehatan akan dicatatkan juga. Pemacakan yang sah dari hewan ras dengan keturunan yang jelas juga menghindari hal-hal buruk yang bisa terjadi dari suatu perkawinan hewan. Anjing dan kucing ras tersebut bisa saja dikawinkan oleh pemiliknya dengan anjing dan kucing yang tidak terdaftar. Hewan ras pun tidak bisa menghindari instingnya sebagai hewan apabila memasuki musim kawinnya, bisa saja anjing dan kucing ras tersebut kawin dengan hewan liar, namun hal tersebut tidak menjamin risiko buruk yang akan terjadi. Surat silsilah inilah yang membantu para pemilik hewan peliharaan agar anjing dan kucing rasnya tidak kawin dengan sembarangan dan terkena risiko-risiko penyakit hewan menular. Pemacakan hewan ras sebaiknya dilaksanakan dengan suatu perjanjian yang sah agar ada keterikatan para pihak. Kebanyakan pemacakan hewan ras hanya dilakukan dengan perjanjian lisan saja, menurut penulis sebaiknya perjanjian pemacakan ini bentuknya tertulis agar ada bukti yang kuat dari kehendak para pihak, mengingat potensi sengketa yang terjadi nantinya. Perjanjian pemacakan akan

9 9 menghasilkan hak dan kewajiban dari pemilik anjing dan kucing ras, karena dalam suatu bisnis selalu ada kemungkinan risiko yang akan didapatkan dan seharusnya diperjanjikan siapa yang harus menanggungnya apabila terjadi. Risiko ini sebenarnya bukan merupakan hal yang besar apabila pemacakan anjing dan kucing ras tersebut hanya dilakukan untuk memperbanyak hewan peliharaan. Risiko akan berpotensi menjadi hal yang besar dikala pemacakan anjing dan kucing ras ditujukan untuk keperluan bisnis seperti jual beli tadi, karena sudah dipaparkan sebelumnya harga dari anjing dan kucing ras murni tidaklah murah. Penulis sendiri pernah melakukan jual beli kucing Persia sebanyak 6 ekor, dan hasilnya memang sangat besar. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) pada Buku III menganut sistem yang terbuka, artinya setiap orang yang menjadi pihak dalam perjanjian bebas untuk membuat perjanjian tersebut asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang, kepentingan umum dan kesusilaan. Perjanjian pemacakan antara pemilik anjing dan kucing ras ini dapat dikategorikan sebagai perjanjian melakukan jasa tertentu seperti yang diatur pada Pasal 1601 KUHPerdata. Namun Pasal tersebut tidak mengatur secara khusus mengenai perjanjian melakukan jasa tertentu kecuali mengenai perjanjian perburuhan dan pemborongan pekerjaan. Pendapatan besar dari bisnis jual beli anjing dan kucing ras, yang tentunya berkaitan erat dengan kegiatan pemacakan hewan agar pemilik hewan mendapatkan keturunan dari hewan peliharaannya yang akan dijual tersebut, merupakan alasan

10 10 kenapa kegiatan pemacakan perlu dilaksanakan dengan suatu perjanjian tertulis. Godean Petshop sebagai salah satu tempat yang menyediakan jasa pemacakan tidak memiliki acuan peraturan dalam pelaksanaan perjanjian pemacakan. Keputusan Rakernas Perkin, No/ Kep: 06/Rakernas IX/I/2013 sebagai salah satu panduan tidak mengatur hal-hal teknis mengenai pelaksanaan perjanjian pemacakan. Potensi sengketa dari kegiatan pemacakan hewan sebenarnya semakin besar karena keturunan dari hewan peliharaan akan dijadikan bisnis oleh pemiliknya. Sengketa yang mungkin terjadi antara pihak dalam perjanjian pemacakan hewan misalnya, pada saaat pemacakan terjadi ternyata salah satu hewan mengalami luka dan infeksi yang mengakibatkan kematian bagi hewan tersebut, dalam hal ini seharusnya diperjanjikan siapa yang bertanggungjawab. Contoh lain adalah disaat setelah pemacakan terjadi, ternyata hewan betina tidak hamil, sedangkan biaya dari pemacakan sudah diterima oleh pemilik hewan jantan, yang mana dapat menimbulkan sengketa. Potensi masalah diatas merupakan alasan mengapa dalam kegiatan pemacakan harus dibuat suatu perjanjian tertulis untuk menghindari masalah-masalah yang mungkin terjadi, yang mana hal ini tidak diatur secara rinci dalam KUHPerdata Buku III. Menyadari beberapa hal diatas, penulis merasa penting untuk dilakukannya penelitian perjanjian pemacakan hewan ras yang dilakukan di Godean Petshop, agar pihak Godean Petshop dengan konsumennya dapat menyelesaikan sengketa yang mungkin terjadi dari kegiatan pemacakan. Penelitian yang telah penulis lakukan dan

11 11 tuangkan dalam penulisan hukum ini adalah studi kasus dari beberapa perjanjian pemacakan hewan ras di Godean petshop karena tidak banyak petshop yang sekaligus menjadi kennel (untuk anjing) atau cattery (untuk kucing) sebagai tempat dilakukannya pemacakan hewan peliharaan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMACAKAN HEWAN RAS DI GODEAN PETSHOP YOGYAKARTA B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan penulis pada bagian latar belakang diatas, maka dapat ditentukan perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk-bentuk wanprestasi yang terjadi di dalam pelaksanaan Perjanjian Pemacakan Hewan Ras di Godean Petshop? 2. Bagaimana penyelesaian sengketa wanprestasi yang terjadi antara para pihak Perjanjian Pemacakan Hewan Ras di Godean Petshop? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis di dalam Penulisan Hukum ini meliputi 2 (dua) hal, yaitu: 1. Tujuan Objektif

12 12 a. Mengetahui dan menganalisis bentuk-bentuk wanprestasi yang terjadi dalam pelaksanaan Perjanjian Pemacakan Hewan Ras, khususnya di Godean Petshop. b. Mengetahui dan menganalisis mekanisme penyelesaian sengketa dalam pelaksanaan Perjanjian Pemacakan Hewan Ras, khususnya di Godean Petshop. 2. Tujuan Subjektif a. Untuk memperoleh informasi dan data yang akurat terkait dengan objek penelitian yang sedang diteliti. b. Menjadi bahan di dalam Penulisan Hukum, yang merupakan salah satu mata kuliah wajib di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. D. Keaslian Penelitian Untuk mengetahui keaslian dari penelitian dalam Penulisan Hukum ini, Penulis telah melakukan beberapa penelusuran kepustakaan di Perpustakaan Hukum Universitas Gadjah Mada. Penulisan Hukum dengan judul, Pelaksanaan Perjanjian Pemacakan Hewan Ras Di Godean Petshop Yogyakarta, belum pernah dilakukan. Penelitian yang sudah pernah dilakukan pada topik perjanjian dengan objek hewan adalah sebagai berikut:

13 13 1. Penulisan berjudul Pelaksanaan Perjanjian Pemacakan Anjing Ras di Jogja Town Kennel 4. Penulisan hukum diatas memiliki judul yang mirip dengan judul penulis, namun memiliki perbedaan yaitu lokasi dan responden penelitian dari perjanjian pemacakan anjing ras di Jogja Town Kennel. Hasil penelitian penulisan hukum tersebut berupa pengetahuan mengenai sistem bagi hasil antara para pihak dalam perjanjian pemacakan anjing ras jantan ataupun betina juga pemilik kennel dan cara penyelesaian sengketa terhadap pelaksanaan perjanjian pemacakan anjing ras di Jogja Town Kennel. 2. Penelitian berjudul Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jasa Penitipan Hewan Peliharaan di Kabupaten Sleman 5. Penulisan hukum tersebut juga memiliki rumusan masalah yang mirip dengan rumusan masalah penulis, namun memiliki perbedaan karena konsumen yang dimaksud dalam perjanjian jasa penitipan hewan peliharaan di penulisan hukum ini adalah responden yang berkedudukan di Kabupaten Sleman. Hasil penelitian dari penulisan hukum tersebut berupa pengetahuan 4 Deny Surya Pranata P, 2015, Pelaksanaan Perjanjian Pemacakan Anjing Ras di Jogja Town Kennel, Penulisan Hukum bagian Hukum Perdata FH UGM, Yogyakarta, hlm Tata Hendrata, 2014, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jasa Penitipan Hewan Peliharaan di Kabupaten Sleman, Penulisan Hukum bagian Hukum Perdata FH UGM, Yogyakarta, hlm. 7

14 14 dari praktek perlindungan hukum bagi konsumen dan penyelesaian wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian jasa penitipan hewan peliharaan. Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan diatas, maka Penulis menganggap bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh Penulis adalah asli dan layak untuk diteliti, bukan merupakan duplikasi ataupun plagiat dari hasil karya orang lain, serta dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. Apabila terdapat penelitian mirip diluar pengetahuan Penulis, maka diharapkan penelitian ini dapat saling melengkapi satu sama lain. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penulisan yang dilakukan oleh Penulis, adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis a. Penelitan ini akan memberikan manfaat bagi Pernulis berupa wawasan ilmu pengetahuan, yaitu terkait pelaksanaan Perjanjian Pemacakan Hewan ras secara umum, dan secara khusus di Godean Petshop. b. Hasil dari penelitian ini untuk penulis adalah sebagai suatu pemenuhan syarat dalam memperoleh gelar sarjana hukum. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan a. Untuk menambah pengetahuan dalam suatu penyelesaian sengketa pada pelaksanaan perjanjian pemacakan hewan ras.

15 15 b. Penulis berharap hasil dari penelitian yang Penulis lakukan ini memberikan suatu sumbangan ilmu pengetahuan atau pemikiran yang dapat dimanfaatkan bagi kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di dalam perkembangan hukum perjanjian di Indonesia 3. Bagi Instansi Terkait Hasil dari penelitian ini Penulis harapkan bisa bermanfaat dan memberikan masukan untuk Godean Petshop agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat guna menghindari hal-hal yang kurang baik yang dimungkinkan terjadi di masa mendatang. 4. Bagi Masyarakat a. Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat membuka wawasan dan pengetahuan para pemilik hewan ras baik anjing ras maupun kucing ras, agar dapat mengerti apa hak dan kewajiban para pihak yang terjamin dalam suatu perjanjian pemacakan hewan ras di Godean Petshop. Sehingga di dalam pelaksanaan perjanjian pemacakan hewan ras tersebut pemilik hewan mampu menghindari sengketa diantara para pihak. b. Untuk memberikan informasi dan wawasan ilmu pengetahuan bagi masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan pemacakan hewan ras.

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan manusia yang lain karena manusia merupakan. makhluk sosial. Makhluk sosial tersebut kemudian membentuk suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan manusia yang lain karena manusia merupakan. makhluk sosial. Makhluk sosial tersebut kemudian membentuk suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia ini tidak akan lepas dari hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lain karena manusia merupakan makhluk sosial. Makhluk sosial

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Akhir-akhir ini, memelihara kucing semakin populer di masyarakat.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Akhir-akhir ini, memelihara kucing semakin populer di masyarakat. PENDAHULUAN Latar Belakang Akhir-akhir ini, memelihara kucing semakin populer di masyarakat. Mereka memiliki beragam alasan dalam memelihara kucing, mulai dari hobi, teman bermain, sebagai lahan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan untuk peduli akan hukumnya sangat rendah. Dalam hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan untuk peduli akan hukumnya sangat rendah. Dalam hal ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rechtfictie atau yang lazim disebut fiksi hukum, memiliki pengertian bahwa setiap orang dianggap tahu akan hukum, jadi ketika seseorang tidak tahu hukumnya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitarnya baik hewan yang dipelihara maupun hewan yang secara

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitarnya baik hewan yang dipelihara maupun hewan yang secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kehidupan sehari-hari manusia tidak luput dari hewan yang berada disekitarnya baik hewan yang dipelihara maupun hewan yang secara tidak sengaja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan Yohanes Katinja Ubarning, Dalam penelitiannya yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan Yohanes Katinja Ubarning, Dalam penelitiannya yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang dipakai dalam penelitian ini didapat dari penelitian yang di lakukan Yohanes Katinja Ubarning, 2015. Dalam penelitiannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Richard T. Schaefer dan Robert P. Lamm adalah sejumlah besar orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Richard T. Schaefer dan Robert P. Lamm adalah sejumlah besar orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahkluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Manusia lahir dan hidup menjalin hubungan dengan sesamanya dan membentuk kehidupan bersama yang kemudian

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 Undang- Undang Nomor 18 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam bahaya yang dapat mengancam kepentingannya tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam bahaya yang dapat mengancam kepentingannya tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingannya masing-masing. Manusia memerlukan bantuan orang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Hal ini senada dengan asas Ubi societas ibi ius yang menerangkan bahwa dimana ada manusia disitulah

Lebih terperinci

Griya Pecinta Anjing Di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

Griya Pecinta Anjing Di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Dewasa ini minat masyarakat akan hewan peliharaan cukup tinggi, hewan diminati oleh masyarakat karena dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila No.6, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Peternak. Pemberdayaan. Hewan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5391) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah perjanjian bernama (benoemd/nominaat) dan perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah perjanjian bernama (benoemd/nominaat) dan perjanjian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian di Indonesia secara umum ada yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, atau sering disebut dengan istilah

Lebih terperinci

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya TERNAK KELINCI Peluang usaha ternak kelinci cukup menjanjikan karena kelinci termasuk hewan yang gampang dijinakkan, mudah beradaptasi dan cepat berkembangbiak. Secara umum terdapat dua kelompok kelinci,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan flora, fauna juga sering ditulis dengan imbuhan nama geografis di

BAB I PENDAHULUAN. dengan flora, fauna juga sering ditulis dengan imbuhan nama geografis di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup di dunia ini berdampingan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya seperti flora dan fauna. Manusia, flora, dan fauna saling berhubungan dan

Lebih terperinci

Edisi Agustus 2013 No.3520 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

Edisi Agustus 2013 No.3520 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian Menuju Bibit Ternak Berstandar SNI Jalan pintas program swasembada daging sapi dan kerbau (PSDSK) pada tahun 2014 dapat dicapai dengan melakukan pembatasan impor daging sapi dan sapi bakalan yang setara

Lebih terperinci

PET AND FLOWER HOUSE DI BANDUNG UTARA

PET AND FLOWER HOUSE DI BANDUNG UTARA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PET AND FLOWER HOUSE DI BANDUNG UTARA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : ARIEL ITVATIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Orang tua akan merasa kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Orang tua akan merasa kesulitan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua di era modern ini menemui tantangan yang berat dalam melaksanakan kewajiban utamanya yaitu mengurus dan mendidik buah hati mereka. Pasal 45 ayat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN, 1 SALINAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYEMBELIHAN TERNAK BETINA PRODUKTIF DAN PENGELUARAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kuota jemaah haji dan umrah terbanyak yang diberikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan kuota jemaah haji dan umrah terbanyak yang diberikan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga tahun 2016, tercatat bahwa Indonesia merupakan negara dengan kuota jemaah haji dan umrah terbanyak yang diberikan oleh Pemerintah Arab Saudi. Setiap tahunnya,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hewan sebagai karunia dan amanat Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk nongkrong-nongkrong di cafe. Gaya hidup nongkrong di. kita sadari merupakan pengaruh dari globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk nongkrong-nongkrong di cafe. Gaya hidup nongkrong di. kita sadari merupakan pengaruh dari globalisasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat arus informasi telah berkembang dengan sedemikian rupa sehingga pengaruhnya dapat dengan cepat terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu perjanjian tertulis merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan hewan untuk dikonsumsi, namun juga untuk beberapa hewan,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan hewan untuk dikonsumsi, namun juga untuk beberapa hewan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sumber daya alam hayati yang beranekaragam dan memiliki kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan manusia. Hal ini sejalan dengan Pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 1 Tahun : 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 1 Tahun : 2017 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 1 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERIZINAN USAHA PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan suatu kebutuhan namun pada saat sekarang dapat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. bukan suatu kebutuhan namun pada saat sekarang dapat menjadi suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup seorang diri tanpa kehadiran manusia lain. Hubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya di era globalisasi

Lebih terperinci

SCOTTISH FOLD - KUCING DENGAN TELINGA MELIPAT

SCOTTISH FOLD - KUCING DENGAN TELINGA MELIPAT SCOTTISH FOLD - KUCING DENGAN TELINGA MELIPAT (23 Mar 2017) Scottish Fold - Kucing dengan Telinga Melipat Kucing Scottish Fold adalah salah satu jenis kucing ras alami yang berasal dari Skotlandia, Brittania

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragamnya jenis musik, terdapat salah satu jenis musik yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. beragamnya jenis musik, terdapat salah satu jenis musik yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri musik nasional di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat lingkupnya tidak hanya di dalam negeri tetapi sudah merambah dan bahkan sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 LATAR BELAKANG. : Kucing anggora dan peralatan perawatannya : nologaten. Gg selada,seleman Yogyakarta

BAB 1 LATAR BELAKANG. : Kucing anggora dan peralatan perawatannya : nologaten. Gg selada,seleman Yogyakarta BAB 1 LATAR BELAKANG Nama Perusahaan : Meong pus (Cat shop) Bidang Usaha : Peternakan Jenis Produk : Kucing anggora dan peralatan perawatannya Alamat Perusahaan : nologaten. Gg selada,seleman Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batasan usia dewasa. Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

BAB I PENDAHULUAN. batasan usia dewasa. Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan kepastian hukum mengenai kedewasaan dan kecakapan seseorang dalam melakukan perbuatan hukum dalam rangka pelayanan pertanahan, perlu adanya kejelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN minggu. Namun, dapat disebut pullet jika sudah memasuki umur 12-

BAB I PENDAHULUAN minggu. Namun, dapat disebut pullet jika sudah memasuki umur 12- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayam pullet merupakan ayam ras petelur yang dipelihara di umur 0-16 minggu. Namun, dapat disebut pullet jika sudah memasuki umur 12-16 minggu. 1 Ayam pullet

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMENTAN/PK.240/5/2017 TENTANG KEMITRAAN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMENTAN/PK.240/5/2017 TENTANG KEMITRAAN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMENTAN/PK.240/5/2017 TENTANG KEMITRAAN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Perjanjian yang terjadi antara pedagang klitikan dengan Kantor. pemakaian los Pasar Klitikan Niten juga dipandang menarik untuk diteliti,

Perjanjian yang terjadi antara pedagang klitikan dengan Kantor. pemakaian los Pasar Klitikan Niten juga dipandang menarik untuk diteliti, 3 Perjanjian yang terjadi antara pedagang klitikan dengan Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul dipandang menarik untuk diteliti karena tidak ada keterangan apakah perjanjian tersebut dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perjanjian dalam Pasal 1313

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perjanjian dalam Pasal 1313 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berjanji atau membuat suatu perjanjian merupakan perbuatan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perjanjian dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF I. UMUM Provinsi Jawa Timur dikenal sebagai wilayah gudang ternak sapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam kebersamaan dengan sesamanya.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. 1

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mempunyai kepentingan. Kepentingan adalah suatu tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. 1 Sejak dilahirkan manusia membutuhkan

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PUSAT KESEHATAN HEWAN PADA DINAS KETAHANAN PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN Menimbang

Lebih terperinci

Lampiran 1 PERTANYAAN WAWANCARA PRA SURVEY

Lampiran 1 PERTANYAAN WAWANCARA PRA SURVEY Lampiran 1 PERTANYAAN WAWANCARA PRA SURVEY Nama saya, Kho Ricky Prayogo mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata Jurusan Manajemen, sedang melakukan penelitian dengan judul ALTERNATIF STRATEGI PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian dan perancangan, serta metodologi penulisan mengenai klinik perawatan anjing di Kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan secara tegas bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. 1 Oleh karena itu, pencaharian bertani dan berkebun, 2

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. 1 Oleh karena itu, pencaharian bertani dan berkebun, 2 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bidang perkebunan merupakan salah satu bidang yang termasuk ke dalam sumber daya alam di Indonesia yang memiliki peranan strategis dan berkontribusi besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian merupakan permasalahan penting yang perlu mendapat perhatian, mengingat perjanjian sering digunakan oleh individu dalam aspek kehidupan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis hewan, ikan, dan tumbuhan yang perlu dijaga serta dilindungi

BAB I PENDAHULUAN. jenis hewan, ikan, dan tumbuhan yang perlu dijaga serta dilindungi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah Air Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kekayaan yang berlimpah akan sumber daya alam hayati, berupa keanekaragaman jenis hewan, ikan, dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 12 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan manusia. Peran pokok

I. PENDAHULUAN. Pangan mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan manusia. Peran pokok 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan manusia. Peran pokok pangan adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup, melindungi dan menjaga kesehatan, serta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Artinya ia membutuhkan makhluk hidup lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Artinya ia membutuhkan makhluk hidup lain dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahluk hidup diciptakan dengan jenis, bentuk dan rupa yang berbeda-beda, namun semua mahluk hidup itu saling terkait satu sama lain dalam banyak hal di kehidupannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan mengakibatkan kebutuhan permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan tersebut dapat dilakukan antara individu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan hidup terutama kebutuhan untuk tempat tinggal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan hidup terutama kebutuhan untuk tempat tinggal merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan hidup terutama kebutuhan untuk tempat tinggal merupakan salah satu hal yang penting bagi setiap individu. Keinginan masyarakat untuk dapat memiliki tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan kita sehari-hari. Selama hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan kita sehari-hari. Selama hidup manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia hidup di dunia ini memiliki tujuan. Tujuan yang akan dicapai adalah memenuhi sebuah kebutuhan untuk hidup manusia itu sendiri. Kebutuhan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam perjalanan hidupnya pasti akan mengalami peristiwa hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah kejadian, keadaan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan komunikasi adalah berkembangnya penggunaan internet. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan komunikasi adalah berkembangnya penggunaan internet. Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia, suatu perjanjian tidak dapat dipisahkan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Suatu perjanjian pada umumnya lahir setelah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman dan era globalisasi saat ini, peran notaris sebagai pejabat umum pembuat akta yang diakui secara yuridis oleh

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan kebutuhan manusia pada umumnya dan pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan kebutuhan manusia pada umumnya dan pengusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kebutuhan manusia pada umumnya dan pengusaha khususnya yang semakin meningkat, menyebabkan kegiatan ekonomi yang juga semakin berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibawa ke lingkungan kerja akan mengganggu kerja selain itu juga

BAB I PENDAHULUAN. dibawa ke lingkungan kerja akan mengganggu kerja selain itu juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Semakin mahalnya biaya hidup sekarang menuntut orang untuk lebih giat lagi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut manusia cenderung

Lebih terperinci

2017, No Menteri Petanian tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tah

2017, No Menteri Petanian tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tah No.1230, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Ayam Ras dan Telur Konsumsi. Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PERMENTAN/PK.230/9/2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni (pure breed),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan, penganiayaan, pemerasan dan perkosaan atau tindakan yang membuat seseorang merasa kesakitan baik secara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1869, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Ayam Ras. Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PERMENTAN/PK.230/12/2016 TENTANG

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT 2 GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) INSEMINASI BUATAN PADA DINAS PERTANIAN DAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 1 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PEMOTONGAN TERNAK RUMINANSIA BESAR BETINA PRODUKTIF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh manusia adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN SEBAGAIMANA TELAH DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam semesta beserta isinya yang meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, dimana masing-masing sektor memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. andil yang besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan terutama daging.

PENGANTAR. Latar Belakang. andil yang besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan terutama daging. PENGANTAR Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu penyedia sumber protein hewani memiliki andil yang besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan terutama daging. Langkah pemerintah untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

KKN AT033 UNIVERSITAS SYIAH KUALA QANUN PENERTIBAN HEWAN TERNAK

KKN AT033 UNIVERSITAS SYIAH KUALA QANUN PENERTIBAN HEWAN TERNAK QANUN PENERTIBAN HEWAN TERNAK GAMPONG PAYA LIPAH KECAMATAN PEUREULAK KABUPATEN ACEH TIMUR AGUSTUS 2016 QANUN GAMPONG PAYA LIPAH NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian nasional senantiasa bergerak cepat dengan tantangan yang semakin kompleks. 1 Peranan perbankan nasional perlu ditingkatkan sesuai dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2010

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TERNAK PEMERINTAH Dl PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis memiliki potensi dalam pengembangan sektor agribisnis. Hal ini dapat dilihat dari lokasi Indonesia yang terletak pada garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan, oleh karena itu dapat dikatakan hukum tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk dalam lapangan atau bidang hukum perdata. Semua cabang hukum yang termasuk dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menunjang pembangunan nasional, pembangunan dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan. Atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, oleh karenanya manusia itu cenderung untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kebijakan pemerintah terhadap jabatan notaris, bahwa Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD Negara R.I. tahun 1945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa membayarkan sejumlah harga tertentu. mencukupi biaya pendidikan dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. berupa membayarkan sejumlah harga tertentu. mencukupi biaya pendidikan dan lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk ekonomi atau homo economicus memiliki berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kebutuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintah dan tugas pembantuan. 1. Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 23

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintah dan tugas pembantuan. 1. Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintah daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian merupakan landasan utama yang menopang kehidupan dari suatu negara. Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam

Lebih terperinci

KONSIL KUCING INDONESIA (IKK) ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB I MOTO DAN LOGO

KONSIL KUCING INDONESIA (IKK) ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB I MOTO DAN LOGO KONSIL KUCING INDONESIA (IKK) ANGGARAN RUMAH TANGGA Masa berlaku Konsil Kucing Indonesia (IKK) adalah tidak terbatas dan sesuai dengan akta notaris Yus Hermawan, SH. M.Kn No: 72 Tanggal 20 Maret 2017,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok, tidak selamanya bisa harmonis dan rukun. Hubungan kerja tidak

BAB I PENDAHULUAN. kelompok, tidak selamanya bisa harmonis dan rukun. Hubungan kerja tidak 1 BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (15) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai nasabah serta dana yang disimpannya dari pihak-pihak yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengenai nasabah serta dana yang disimpannya dari pihak-pihak yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai suatu lembaga yang diberikan kepercayaan untuk mengelola dana masyarakat berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan atas segala informasi mengenai nasabah serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai suatu tujuan ekonomi khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan berkembangnya badan hukum.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.230/12/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.230/12/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS - 731 - PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 61/Permentan/PK.230/12/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW) Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW) Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUHPerdata: Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Oleh: Nama

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 06 TAHUN 2014 PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 06 TAHUN 2014 PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. b. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN RUMINANSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PEMBUKAAN. keadaan tersebut menyertai kita di dalam melaksanakan kegiatan seharihari.

BAB I PEMBUKAAN. keadaan tersebut menyertai kita di dalam melaksanakan kegiatan seharihari. 1 BAB I PEMBUKAAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini bahaya, kerusakan dan kerugian adalah kenyataan yang harus dihadapi manusia di dunia. Sehingga kemungkinan terjadi risiko pada kehidupan yang menyebabkan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup berkelompok akan berusaha agar tatanan kehidupan masyarakat seimbang dan menciptakan suasana tertib, damai, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penulis menganggap julukan sebagai Negara agraris untuk negeri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penulis menganggap julukan sebagai Negara agraris untuk negeri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulis menganggap julukan sebagai Negara agraris untuk negeri kita tercinta ini merupakan warisan budaya nenek moyang yang diwariskan kepada kita. Negara agraris

Lebih terperinci