BAB I PENDAHULUAN. sehat dengan umur yang panjang adalah harapan bagi setiap orang. Tidak
|
|
- Glenna Agusalim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan anugerah yang tak ternilai harganya. Hidup sehat dengan umur yang panjang adalah harapan bagi setiap orang. Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang berkehendak untuk sakit. Namun kenyataanya tidak selalu berjalan selaras dengan harapan. Setiap orang yang hidup, pasti pernah sakit, entah itu karena tidak menjaga pola hidup, memiliki daya tahan tubuh yang rendah atau bahkan memang memiliki penyakit bawaan. Sejak zaman dahulu kala, penanganan terhadap penyakit dilakukan oleh dokter atau ahli pengobatan tradisional kepada pasien sehingga menimbulkan sebuah hubungan yang bersifat timbal-balik. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih, ilmu-ilmu kesehatan dan kedokteran pun semakin berkembang. Berkembangnya ilmu-ilmu tersbut juga berdampak kepada perkembangan praktik pengobatan sehingga praktik pengobatan dapat dilakukan dengan lebih mudah, cepat, efektif, dan efisien. Kesehatan juga merupakan hak asasi manusia. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 H ayat (1) UUD NRI 1945 yang berbunyi: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh layanan kesehatan. Perwujudan hak asasi tersebut dilakukan
2 2 melalui pemberian kemudahan akses kesehatan bagi setiap orang yang membutuhkanya. Secara otomatis, setiap praktik kedokteran menimbulkan hubungan hukum antara pasien dengan dokter yang menanganinya. Hubungan hukum tersebut terjalin melalui sebuah perjanjian bernama transaksi terapeutik yang artinyaadalah transaksi (perjanjian/verbintenis) untuk mencari/menentukan terapi yang paling tepat bagi pasien oleh dokter. 1 Layaknya sebuah perjanjian pada umumnya, kesepakatan merupakan dasar utama. Maka dari itu, diperlukan persetujuan dari pasien atas tindakan-tindakan yang akan dilakukan dokter atau yang sering disebut dengan informed consent. Informed consent ini juga merupakan hak asasi manusia yang menyangkut hak untuk menentukan nasib sendiri karena pasien memiliki hak untuk menolak maupun menerima tindakan yang akan dilakukan oleh seorang dokter terhadap dirinya. Layaknya sebuah perjanjian, dalam transaksi terapeutik, terkadang tidak hanya terjalin satu hubungan hukum secara timbal balik saja, akan tetapi sering dijumpai pihak ketiga yang berperan penting dalam pelaksanaan transaksi terapeutik. Pihak-pihak ketiga ini biasanya dihadirkan dengan tujuan khusus untuk mendonorkan sebagian organ dan/ atau jaringan tubuhnya guna menunjang kelangsungan hidup dari seorang pasien. Salah satu contoh praktik donor yang paling sering dijumpai adalah praktik donor ginjal. Ginjal yang didonorkan kemudian akan ditransplantasikan ke tubuh penerima donor. Praktik transplantasi ginjal 1 Hermien Hadiati Koeswadji, Beberapa Permasalahan Mengenai Kode Etik Kedokteran, Forum Diskusi IDI. Jawa Timur, 11 Maret 1984
3 3 ini lebih banyak dipilih oleh pasien penderita gagal ginjal karena memiliki manfaat yang lebih banyak dan efek samping yang lebih sedikit daripada cuci darah atau hemodialysis yang harus terus dilakukan seumur hidup oleh penderita gagal ginjal. Hemodialysis yang dilakukan berfungsi untuk menggantikan peran ginjal yang sudah tidak dapat berfungsi dengan baik lagi. Walaupun begitu, hemodialysis akan tetap mematikan sel-sel pada ginjal sehingga tetap akan menurunkan fungsi ginjal dari waktu ke waktu. Maka dari itu, transplantasi ginjal adalah cara yang paling aman dan efektif yang dapat dilakukan oleh penderita gagal ginjal. Selain itu, transplantasi ginjal memberikan win win solution terhadap pendonor maupun penerima donor, karena pada hakekatnya, seorang manusia tetap bisa bertahan hidup dengan menggunakan satu buah ginjal saja. Ginjal merupakan organ sangat penting sehingga harus di lindungi dan dijaga secara ekstra hati hati. Ginjal berfungsi untuk membersihkan darah. Selain itu ginjal juga ditugaskan untuk menjaga jumlah dari mineral yang ada di dalamnya. 2 Transplantasi ginjal atau cangkok ginjal adalah salah satu prosedur transplantasi organ yang paling sering dan paling berhasil dilakukan saat ini. Semakin berkembangnya teknologi kedokteran, transplantasi ginjal akhirnya menjadi solusi yang telah menyelamatkan nyawa ribuan penderita penyakit ginjal stadium akhir. Bagi penderita gagal ginjal yang tidak direncanakan untuk menjalani transplantasi ginjal, 2 diakses pada 5 November 2015 pukul 13.46
4 4 perawatan dialisis (cuci darah) dapat menunjang keberlangsungan hidup mereka. 3 Dikarenakan keadaan yang mendesak, transplantasi ginjal lebih sering dipilih oleh penderita gagal ginjal. Pasien yang membutuhkan transplantasi ginjal akan menerima organ baru dari seorang donor. Seorang donor dapat berupa: 1) Donor hidup yang masih berhubungan keluarga (anggota keluarga dan relatif) 2) Donor hidup yang tidak berhubungan keluarga (teman dan orang asing); 3) Donor mati Donor yang berasal dari relatif berarti donor dari orang yang merupakan sanak saudara di luar keluarga inti. Donor hidup menjalani tes skrining yang teliti, bersamaan dengan penerima. Dokter harus memastikan bahwa mereka masih dapat hidup dengan sehat walaupun hanya memiliki satu ginjal.sementara itu, penerima donor harus melewati pemeriksaan tipe darah dan jaringan untuk menentukan apakah tubuh mereka memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menolak organ baru. Hal ini juga berarti bahwa jaringan ginjal dan golongan darah penerima organ dan donor harus cocok. Tes kanker juga akan dilaksanakan, dikarenakan pasien akan diberi obat-obatan yang harus diminum dalam jangka 3 diakses pada 5 November 2015 pukul 14.02
5 5 panjang. 4 Selain donor hidup, seorang pasien transplantasi juga dapat menerima donor dari organ tubuh orang yang sudah meninggal dunia atau donor mati. Akan tetapi pemanfaatan ginjal yang berasal dari donor mati belum terfasilitasi di Indonesia. Di Indonesia, pendonoran ginjal hanya boleh dilakukan secara sukarela tanpa memasang tariff atau harga ginjal sebagai objek jual-beli. Hal ini berdasarkan Pasal 64 ayat (3) Undang-Undang Kesehatan yang melarang jual-beli organ tubuh. Pendonoran secara sukarela memiliki kemungkinan lebih besar berasal dari keluarga kandung atau keluarga dekat. Akan tetapi, biasanya, pasien tidak menginginkan hal tersebut karena tidak ingin ikut menyulitkan orang-orang terdekat yang mereka sayangi. Sebagai alternatif, pasien gagal ginjal mencari pendonor yang bukan keluarga kandung maupun keluarga dekat mereka atau bahkan donor yang merupakan orang yang sama sekali belum dikenal sebelumnya. Apabila yang menjadi donor adalah bukan berasal dari keluarga kandung maupun keluarga dekat, rasanya sangat sulit mengharapkan donor secara sukarela, mengingat ginjal merupakan organ tubuh yang tidak dapat diperbaharui kembali seperti darah, sehingga biasanya para donor ini mengharapkan imbalan berupa uang sebagai harga yang patut dibayar atas ginjal yang didonorkan. Di Indonesia sendiri, ginjal belum memiliki tempat penampungan khusus atau Bank Donor bagi orang yang ingin 4 diakses pada 5 November 2015 pukul 14.18
6 6 mendonorkan ginjalnya seperti hal nya Darah dan Mata. Selain itu, belum ada program pemerintah maupun lembaga yang khusus memberikan kepastian hukum bagi orang yang akan mendonorkan ginjalnya dan orang yang sedang membutuhkan donor ginjal. Sehingga,pada praktiknya, banyak orang-orang yang bersedia menjadi pendonor dengan memasang tariff atau harga jual daripada ginjal milik mereka. Harganya rata-rata sejumlah ratusan juta rupiah. Bahkan terdapat komunitas-komunitas pendonor ginjal secara online maupun offline yang mewadahi transaksi ini. Praktik jual-beli ginjal tersebut tentunya akan membawa kearah pembahasan mengenai hukum perjanjian. Jual beli merupakan bagian dari hukum perdata sehingga pelaksanaanya harus disesuaikan dengan ketentuan dalam buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang Perikatan. Berbicara tentang perjanjian, berarti mengulas kembali dasardasar hukum perdata maupun asas asas perikatan. Dalam melakukan perjanjian, seorang individu dibekali asas kebebasan berkontrak. Namun asas kebabasan berkontrak tidak berarti mutlak memberikan keleluasaan kepada individu untuk mengadakan segala jenis perjanjian tanpa pembatasan-pembatasan.kebebasan berkontrak ini dibatasi oleh hukum yang sifatnya memaksa. Sehingga para pihak yang membuat persetujuan harus menaati hukum, yang sifatnya memaksa tersebut, misalnya, terhadap
7 7 Pasal Seperti yang telah kita ketahui, Pasal 1320 mengatur mengenai syarat sah perjanjian yaitu sebagai berikut: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian 3. Mengenai suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal Poin 1 dan 2 merupakan syarat subjektif sementara poin 3 dan 4 merupakan syarat objektif. Dalam hal syarat objektif, kalau syarat itu tidak terpenuhi, perjanjian itu batal demi hukum. Artinya: Dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. Tujuan para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut untuk melahirkan perikatan hukum adalah gagal. Dengan demikian, maka tiada dasar untuk saling menuntut di depan hakim. Dalam Bahasa Inggris dikatakan bahwa perjanjian yang demikian itu null and void. Dalam hal suatu syarat subjektif, jika syarat itu tidak dipenuhi, perjanjianya bukan batal demi hukum, tetapi salah satu pihak dapat meminta supaya perjanjian itu dibatalkan. Pihak yang dapat meminta pembatalan itu adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberi sepakatnya (perizinannya) secara tidak bebas. 6 Selanjutnya, Pasal 1337 memberikan pembatasan kepada asas ini dengan dalih: Suatu sebab adalah terlarang, jika sebab itu dilarang oleh Undang-Undang atau bila sebab itu bertentangan dengan kesusilaan atau dengan ketertiban umum. Jika diintepretasikan, maka 5 R. Setiawan, 1977,Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Binacipta, Bandung, hlm Subekti, 2001, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, hlm. 20
8 8 kebebasan berkontrak tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang, kesusilaan atau ketertiban umum. Dalam hal ini kedudukan ginjal adalah sebagai objek perjanjian yang kemudian harus ditinjau terlebih dahulu bagaimanakah kedudukan ginjal dalam Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Ginjal merupakan sebuah organ tubuh yang terletak di bagian rongga perut. Singkatnya, kedudukan ginjal di sini adalah sebagai organ tubuh. Jika ditinjau lebih spesifik, tidak ada permasalahan berarti dalam perjanjian terapeutik transplantasi ginjal, akan tetapi permasalahan justru terletak pada persoalan pendahuluan nya yaitu, bagaimana perjanjian yang dibuat antara pendonor dengan penerima donor. Apakah dilakukan secara sukarela atau justru dilakukan jual-beli layaknya sebuah barang. Perjanjian jual-beli ginjal ini dapat berjalan selaras dengan asas-asas maupun syarat sah perjanjian sampai kita bertemu pada kausa halal. Seperti yang telah diulas di atas, kausa halal yaitu sebab yang tidak bertentangan dengan Undang- Undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. Ketika sudah menemukan kedudukan ginjal sebagai organ tubuh maka selanjutnya kita perlu melihat hal-hal mengenai jual-beli organ tubuh. Dalam Pasal 64 ayat (3) Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyatakan bahwa organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjual belikan dengan dalih apapun.
9 9 Das sollen dan das sein seringkali tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pendonoran ginjal banyak dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki hubungan keluarga dengan penerima donor dan biasanya mereka tidak begitu saja mendonorkan ginjal mereka, akan tetapi melalui proses jual-beli dengan harga yang sangat mahal. Ginjal merupakan organ tubuh yang tidak dapat diperbaharui kembali sehingga rasanya sulit bagi pendonor selain keluarga yang mendonorkan ginjalnya secara sukarela tanpa meminta pembayaran apapun. Biasanya orang yang mendonorkan memang orang yang sedang membutuhkan uang dalam waktu singkat dan jumlah yang cukup banyak sehingga menjual ginjal merupakan cara yang sangat menggiurkan bagi mereka. Namun, di sisi lain, jual-beli ginjal menawarkan win win solution sehingga menimbulkan keuntungan bagi para pihak di dalamnya. Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, Penulis mencoba membahas sebuah kasus transplantasi ginjal yang diperoleh dari hasil jual-beli dari pendonor dan resipien yang berdomisili di DKI Jakarta dan Tangerang Selatan. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan tersebut, maka Penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan menuangkanya dalam Penulisan hukum yang berjudul Tinjauan Yuridis Terhadap Praktik Jual-Beli Ginjal Berdasarkan Peraturan Perundang- Undangan yang Berlaku di Indonesia.
10 10 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, serta agar permasalahan yang diteliti menjadi lebih jelas dan Penulisan penelitian hukum mencapai tujuan yang diinginkan, maka permasalahan pokok yang akan diteliti Penulis adalah: 1. Bagaimana prosedur praktik perjanjian jual-beli ginjal serta pelaksanaan hak dan kewajiban para pihak di dalamnya? 2. Bagaimana legalitas perjanjian jual-beli ginjal jika ditinjau dari hukum positif di Indonesia? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini antara lain: 1. Tujuan Subjektif Penelitian dan Penulisan hukum ini bertujuan untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada serta menggali dan meningkatkan kemampuan dan wawasan Penulis dalam bidang penelitian, Penulisan, dan ilmu hukum. 2. Tujuan Objektif
11 11 a. Bertujuan untuk mengetahui prosedur perjanjian jual-beli ginjal yang terjadi pada kasus yang diulas oleh Penulis beserta ketentuan mengenai hak dan kewajiban dari para pihak di dalamnya. b. Bertujuan untuk mengetahui legalitas daripada perjanjian jual-beli ginjal ditinjau dari hukum positif di Indonesia. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan melalui Penulisan ini antara lain: 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu bentuk kontribusi daripada perkembangan ilmu hukum dan hukum perdata terutama dalam hal perjanjian jual-beli dan donor organ tubuh. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti diharapkan mampu meningkatkan kemampuan di bidang menulis serta menambah wawasan di bidang ilmu hukum; b. Bagi lembaga-lembaga terkait diharapkan dapat memberikan inspirasi untuk menemukan solusi atas permasalahan dari illegalitas jual-beli ginjal; c. Bagi masyarakat diharapkan dapat memberikan pemahaman atas illegalitas dari perjanjian jual-beli ginjal yang bertentangan
12 12 dengan Undang-Undang dan asas asas hukum beserta akibat hukum dari pelaksanaan jual-beli ginjal tersebut. E. Keaslian Penelitian Sepanjang penelusuran Penulis dan selama proses penelusuran yang dilakukan melalui Perpustakaan Fakultas Hukum UGM dan internet, Penulis tidak menemukan Penulisan hukum yang sama seperti judul yang dibuat oleh Penulis. Akan tetapi, Penulis menemukan beberapa hasil Penulisan hukum yang memiliki keterkaitan dengan judul yang dibuat oleh penulis dalam hal objek perjanjian yang merupakan bagian dari tubuh manusia, yaitu antara lain: 1. Legalitas Perjanjian Jual Beli Darah yang Terjadi dalam Praktek di Yogyakarta 7. Penelitian ini membahas mengenai perjanjian donor darah yang dilakukan baik secara sukarela maupun dengan bayaran tertentu apabila stok darah di Rumah Sakit maupun di PMI tidak mencukupi atau stok golongan darah yang diminta tidak tersedia. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian Penulis adalah, pertama, objek perjanjian yang akan diteliti berbeda yaitu pada penelitian tersebut objeknya adalah darah sebagai jaringan tubuh, 7 Silvi Sumiati Magnolia Gea, 2014, Legalitas Perjanjian Jual Beli Darah yang Terjadi dalam Praktek di Yogyakarta,Penulisan Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
13 13 sedangkan pada penelitian Penulis objeknya adalah ginjal sebagai organ tubuh, dan kedua lokasi penelitian sebagai tempat Penulis memperoleh data juga berbeda di mana penelitian tersebut di Yogyakarta dan Penelitian Penulis di DKI Jakarta dan Yogyakarta. Rumusan masalah yang diteliti pada Penulisan hukum ini adalah 1) Apakah pelaksanaan perjanjian jual beli darah yang terjadi di masyarakat memiliki legalitas sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata? 2) Bagaimanakah peranan pengawasan Palang Merah Indonesia (PMI) cabang kota Yogyakarta dan Unit Transfusi Darah Rumah Sakit (UTDRS) RSUP Dr. Sardjito untuk mengatasi praktek jual beli darah di masyarakat? 2. Perjanjian antara Pendonor dan Pasien yang Membutuhkan Ginjal untuk Transplantasi (analisis Pasal 64 Undang- Undang Republik Indonesia nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan) Fakultas Hukum Universitas Brawijaya 8. Penelitian ini membahas mengenai perjanjian donor ginjal yang difokuskan kepada perjanjian transplantasi secara umum dan perlindungan hukum yang adil kepada pasien dan pendonor maupun keluarga pendonor, baik itu donor mati, maupun donor yang masih hidup. Hal yang membedakan penelitian tersebut adalah, pertama, rumusan masalah yang terdapat pada 8 diakses pada 11 Januari 2016 pukul 09.00
14 14 Penulisan tersebut antara lain 1) Apakah perjanjian yang dilakukan antara pasien dengan pendonor tersebut sah dalam hukum yang berlaku di Indonesia dan akibat hukum nya. 2) Apakah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 khususnya Pasal 64 yang mengatur tentang transplantasi,sudah memberikan perlindungan hukum yang adil bagi para pendonor dan pasien? Sedangkan rumusan masalah yang diteliti oleh Penulis adalah 1) Bagaimana prosedur praktik perjanjian jual-beli ginjal dan pengaturan hak dan kewajiban para pihak di dalamnya dan 2) Bagaimana legalitas perjanjian jual-beli ginjal jika ditinjau dari hukum positif di Indonesia?. Kedua, metode yang digunakan berbeda di mana metode yang digunakan pada Penulisan hukum tersebut adalah yuridis normative, yaitu hanya studi kepustakaan saja, sedangkan metode penelitian yang dipilih Penulis adalah yuridis empiris dengan studi kasus.
BAB I PENDAHULUAN. wajib menjamin kesehatan bagi warganya. Peran aktif serta pemerintah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jaman yang semakin pesat membuat masyarakat kini menjadi lebih sadar lagi mengenai pentingnya kesehatan bagi dirinya sendiri maupun keluarganya. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju atau
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam dunia medis yang semakin berkembang, peranan rumah sakit sangat penting dalam menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju atau mundurnya pelayanan kesehatan rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus ditunaikannya dimana ia berkewajiban untuk menangani hal-hal yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Profesi dokter dipandang sebagai profesi yang mulia dan terhormat dimata masyarakat. Namun pada pelaksanaannya, seorang dokter memiliki tanggungjawab besar yang
Lebih terperinciHeru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa
Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa... 473 Kewajiban pihak yang satu adalah menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak yang lain, sedangkan kewajiban pihak yang terakhir ini adalah membayar harga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pasien, dikenal dengan istilah transaksi terapeutik. Menurut Veronica
BAB 1 PENDAHULUAN Dalam hal pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh seorang dokter terhadap pasien, kedua belah pihak mempunyai hak dan kewajiban, adanya hak dan kewajiban dikarenakan adanya perjanjian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai sekarang pembuatan segala macam jenis perjanjian, baik perjanjian khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman pada KUH Perdata,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam masyarakat, individu yang satu senantiasa berhubungan dengan individu yang lain. Dengan perhubungan tersebut diharapkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1. Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan
Lebih terperinciJURNAL TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MENURUT UNDANG-UNDANG
JURNAL TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MENURUT UNDANG-UNDANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi masa kini terus menuju perubahan yang sangat signifikan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan.
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM DARI PERJANJIAN BAKU (STANDART CONTRACT) BAGI PARA PIHAK PEMBUATNYA (Tinjauan Aspek Ketentuan Kebebasan Berkontrak) Oleh:
AKIBAT HUKUM DARI PERJANJIAN BAKU (STANDART CONTRACT) BAGI PARA PIHAK PEMBUATNYA (Tinjauan Aspek Ketentuan Kebebasan Berkontrak) Oleh: Abuyazid Bustomi, SH, MH. 1 ABSTRAK Secara umum perjanjian adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) (Preambule) memuat tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) (Preambule) memuat tujuan serta cita-cita bangsa, termasuk di dalamnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan sebuah teori yang disebut dengan Zoon Politicon. Teori
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman Yunani kuno, seorang filsuf bernama Aristoteles mengungkapkan sebuah teori yang disebut dengan Zoon Politicon. Teori tersebut mengatakan bahwa manusia
Lebih terperinciLex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015
PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh partisipasi dan kerjasama
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara berkembang yang ditandai dengan pelaksanaan pembangunan di berbagai sektor. Dengan semakin meningkatnya pembangunan, otomatis kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bumi yang paling atas. Yang dimanfaatkan untuk menanami tumbuh-tumbuhan disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai pengertian geologis-agronomis, tanah ialah lapisan lepas permukaan bumi yang paling atas. Yang dimanfaatkan untuk menanami tumbuh-tumbuhan disebut tanah garapan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dan sebagainya. Setiap orang dianggap mampu untuk menjaga
1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Sehat merupakan suatu keadaan yang ideal oleh setiap orang. Orang yang sehat akan hidup dengan teratur, mengkonsumsi makanan bergizi, berolah raga, bersosialisasi
Lebih terperinciASPEK LEGALITAS TINDAKAN HEMODIALISIS RULLY ROESLI BANDUNG
ASPEK LEGALITAS TINDAKAN HEMODIALISIS RULLY ROESLI BANDUNG 1 DEFINISI HEMODIALISIS & CAPD KETENAGAAN KOMPETENSI 2 PELIMPAHAN WEWENANG DELEGATIF & MANDAT Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis yang pesat. Berbagai informasi telah dapat disajikan dengan canggih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer, telekomunikasi, dan informasi telah berjalan sedemikian rupa sehingga pada saat ini sudah sangat jauh berbeda, pemanfaatan teknologi
Lebih terperinciPANDUAN INFORMED CONSENT
PANDUAN INFORMED CONSENT A. PENGERTIAN Persetujuan tindakan medik atau yang sering di sebut informed consent sangat penting dalam setiap pelaksanaan tindakan medic di rumah sakit baik untuk kepentingan
Lebih terperinciTanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia.
Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia Oleh : Lili Naili Hidayah 1 ABSTRAK Setiap perbuatan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hidup layak dan baik. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu parameter untuk mengukur keberhasilan pembangunan manusia. Tanpa kesehatan manusia tidak akan produktif untuk hidup layak dan baik. Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum Campur tangan pemerintah secara nyata dapat dilihat dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awalnya kebutuhan primer manusia hanyalah berupa tiga hal yaitu: sandang, pangan dan papan. Namun seiring perkembangan waktu masalah kesehatan juga turut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik
10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam kebersamaan dengan sesamanya.
Lebih terperinciINFORMED CONSENT ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN
INFORMED CONSENT ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM
BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM A. Segi-segi Hukum Perjanjian Mengenai ketentuan-ketentuan yang mengatur perjanjian pada umumnya terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Buku
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN [LN 1992/100, TLN 3495]
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN [LN 1992/100, TLN 3495] BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 80 (1) Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak
Lebih terperinciPilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban.
Pilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban. 1. Pernyataan mana tentang Rekam Medik (RM) yang tidak benar: a. Pemaparan isi RM hanya boleh dilakukan oleh dokter yang merawat pasien
Lebih terperinciistilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A.Pengertian perjanjian pada umumnya a.1 Pengertian pada umumnya istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari istilah Overeenkomst
Lebih terperinciI S D I Y A N T O NIM : C
TANGGUNG JAWAB DOKTER DALAM MELAKUKAN OPERASI BEDAH JANTUNG DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SARDJITO YOGYAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat syarat Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berkembang sangat pesat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kehidupan masyarakat modern saat ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berkembang sangat pesat karena didukung
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSPLANTASI ORGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSPLANTASI ORGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, oleh karenanya manusia itu cenderung untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkait dalam bidang pemeliharaan kesehatan. 1 Untuk memelihara kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan pokok manusia karena kesehatan merupakan modal utama manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Melaksanakan upaya kesehatan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. juga berarti investasi bagi pembangunan negara. Karena itu setiap upaya
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kesehatan merupakan hal utama dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia. Serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional.
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DAN KAJIAN YURIDIS MENGENAI EUTHANASIA DIPANDANG DARI SEGI HAM
BAB III ANALISIS DAN KAJIAN YURIDIS MENGENAI EUTHANASIA DIPANDANG DARI SEGI HAM 3.1 Kronologi kasus Ayah Ana Widiana Kasus berikut merupakan kasus euthanasia yang terjadi pada ayah dari Ana Widiana salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, globalisasi ekonomi guna mencapai kesejahteraan rakyat berkembang semakin pesat melalui berbagai sektor perdangangan barang dan jasa. Seiring dengan semakin
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki
Lebih terperinciBAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING
BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh manusia adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini menjadi salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka tidak heran jika mereka akan berusaha sedemikian rupa untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang tak ternilai harganya bagi setiap manusia. Oleh karena itu apabila di dalam tubuh manusia terdapat penyakit maka tidak heran jika mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu perjanjian tertulis merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini
Lebih terperinciBAB III ANALISA HASIL PENELITIAN
BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN A. Analisa Yuridis Malpraktik Profesi Medis Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 merumuskan banyak tindak pidana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di bidang ketenagakerjaan, pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pekerja, pengusaha dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bidang ketenagakerjaan, pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pekerja, pengusaha dan pemerintah akan menimbulkan terselenggaranya hubungan industrial. Tujuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mendapatkan sorotan dari masyarakat, karena sifat pengabdianya kepada
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini profesi kesehatan merupakan salah satu profesi yang banyak mendapatkan sorotan dari masyarakat, karena sifat pengabdianya kepada masyarakat yang sangat kompleks.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh terhadap semakin banyaknya kebutuhan masyarakat akan barang/ jasa tertentu yang diikuti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki mata yang sehat merupakan salah satu karunia Tuhan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki mata yang sehat merupakan salah satu karunia Tuhan yang paling berharga. Dengan terangnya pandangan mata, manusia memiliki kebahagiaan tersendiri. Menikmati
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063]
UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063] BAB XX KETENTUAN PIDANA Pasal 190 (1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan praktik
Lebih terperinciDIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016 Website :
KAJIAN HUKUM INFORMED CONSENT PADA PERJANJIAN TERAPEUTIK ANTARA DOKTER DAN PASIEN DIBAWAH UMUR BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NO. 290/MENKES/PER/III/2008 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan hidup terutama kebutuhan untuk tempat tinggal merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan hidup terutama kebutuhan untuk tempat tinggal merupakan salah satu hal yang penting bagi setiap individu. Keinginan masyarakat untuk dapat memiliki tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk serba efektif dan efisien dalam pemanfaatan waktu akibat tuntutan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia yang semakin pesat memberikan dampak tidak langsung dalam perubahan pola kehidupan masyarakat. Masyarakat dituntut untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan. kesejahteraan diri serta keluarganya (KKI, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia, dimana dalam Pasal 25 Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan setiap orang berhak atas taraf hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tentang isi keadilan sukar untuk memberi batasannya. Aristoteles
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tentang isi keadilan sukar untuk memberi batasannya. Aristoteles membedakan adanya dua macam keadilan sebagaimana dikutip oleh Sudikno Mertokusumo dalam bukunya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. 1 Oleh karena itu, pencaharian bertani dan berkebun, 2
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bidang perkebunan merupakan salah satu bidang yang termasuk ke dalam sumber daya alam di Indonesia yang memiliki peranan strategis dan berkontribusi besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan hubungan satu dengan yang lainnya. Hubungan antara. yang sangat beraneka ragam. Tidak semua dari kebutuhan-kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai seorang individu pastinya selalu membutuhkan hubungan dengan manusia yang lainnya. Secara sederhana, bagaimanapun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap profesi kedokteran di Indonesia akhir-akhir ini makin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya pengetahuan masyarakat seiring pesatnya perkembangan teknologi dan kemudahan dalam mendapatkan informasi, membuat masyarakat lebih kritis terhadap pelayanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dinyatakan bahwa Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang bersumber pada Pancasila dan bukan
Lebih terperinciKOALISI MASYARAKAT UNTUK KESEHATAN. Usulan Untuk Amendemen UUD 45 dan GBHN. Hak Terhadap Pelayanan Kesehatan 1
KOALISI MASYARAKAT UNTUK KESEHATAN Usulan Untuk Amendemen UUD 45 dan GBHN Hak Terhadap Pelayanan Kesehatan 1 Prolog Beberapa tahun lalu seorang ibu mengalami kecelakaan di Lampung, namun sesampainya di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai bidang kehidupan terutama dalam bidang teknologi, dimana dalam teknologi dapat dilihat dengan adanya perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kehadiran notaris sebagai pejabat publik adalah jawaban dari kebutuhan masyarakat akan kepastian hukum atas setiap perikatan yang dilakukan, berkaitan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hendak menjalani tindakan operasi, pasien dengan kelainan darah bawaan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting dalam bidang kesehatan. Secara keseluruhan, transfusi darah dibutuhkan untuk menangani pasien yang mengalami perdarahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosi harapan dan kekhawatiran makhluk insani. perjanjian terapeutik adalah Undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal mengenai umat manusia sudah dikenal adanya hubungan kepercayaan antara dua insan, yaitu manusia penyembuh dan penderita yang ingin disembuhkan. Dalam zaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT. Telekomunikasi Indonesia atau yang sering dikenal oleh awam dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Telekomunikasi Indonesia atau yang sering dikenal oleh awam dengan Telkom, merupakan perusahaan informasi dan komunikasi serta penyedia jasa dan jaringantelekomunikasi
Lebih terperinciBAB I. mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh. merek, pembeli harus memesan lebih dahulu ( indent ).
BAB I A. LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi di bidang transportasi yang demikian pesat,memberi dampak terhadap perdagangan otomotif, dibuktikan dengan munculnya berbagai jenis mobil baru dari berbagai merek.
Lebih terperinciHukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)
Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW) Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUHPerdata: Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Oleh: Nama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Toko Modern, memberikan pengertian Pasar Tradisional sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar merupakan area tempat jual beli barang yang menjadi tempat berkumpulnya lebih dari satu penjual atau pedagang untuk menjajakan barang dagangan mereka dan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. continental dan sistem Anglo Saxon. Perkembangan hukum secara. campuran karena adanya kemajemukan masyarakat dalam menganut tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara maju maupun negara berkembang di dunia ini menganut berbagai sistem hukum, apakah sistem hukum kodifikasi maupun sistem hukum-hukum lainnya. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk nongkrong-nongkrong di cafe. Gaya hidup nongkrong di. kita sadari merupakan pengaruh dari globalisasi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat arus informasi telah berkembang dengan sedemikian rupa sehingga pengaruhnya dapat dengan cepat terlihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi menunjukkan capaian yang cukup menggembirakan akhirakhir. persen, sebagaimana tersaji dalam tebel berikut ini.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dari waktu ke waktu terus melakukan pembangunan untuk mewujudkan negara yang semakin maju, adil, dan sejahtera. Dari berbagai kemajuan yang dicapai
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSI MIKRO KETIKA TERJADI PERISTIWA TIDAK PASTI
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSI MIKRO KETIKA TERJADI PERISTIWA TIDAK PASTI 3.1 Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Asuransi Mikro Asuransi adalah perjanjian timbal balik yang menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah dan kebutuhan hidup manusia sejalan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertumbuhan jumlah dan kebutuhan hidup manusia sejalan dengan perkembangan teknologi modern yang begitu cepat membuat jumlah aktifitas dan cara manusia tersebut beraktifitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Risiko akan selalu ada dan mengikuti kehidupan manusia. Salah satu. pembangunan, terbakarnya bangunan dan lain sebagainya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risiko akan selalu ada dan mengikuti kehidupan manusia. Salah satu risiko yang kerap terjadi dan menimpa kehidupan manusia adalah terkait harta benda. Adapun
Lebih terperinciASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN
ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN Selamat malam semua Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Asas-asas dalam Hukum Perjanjian ya.. Ada yang tahu asas-asas apa saja
Lebih terperinciBAB XX KETENTUAN PIDANA
Undang-undang Kesehatan ini disyahkan dalam sidang Paripurna DPR RI tanggal 14 September 2009 1 PASAL-PASAL PENYIDIKAN DAN HUKUMAN PIDANA KURUNGAN SERTA PIDANA DENDA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perlindungan Hukum terhadap Pasien BPJS Kesehatan dalam Mendapatkan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Perlindungan Hukum terhadap Pasien BPJS Kesehatan dalam Mendapatkan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Bragolan Kabupaten Purworejo BPJS Kesehatan yang diselenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seperti kita ketahui bahwa masalah kesehatan bukanlah merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seperti kita ketahui bahwa masalah kesehatan bukanlah merupakan hal yang baru dalam kehidupan, sebab hal tersebut banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN DALAM PELAKSANAAN INFORMED CONSENT 1 Oleh : Indra Setyadi Rahim 2
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN DALAM PELAKSANAAN INFORMED CONSENT 1 Oleh : Indra Setyadi Rahim 2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pasien dan pelaksanaan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.61, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA IPTEK. Keinsinyuran. Profesi. Penyelenggaraan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5520) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut
1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Ekspedisi Perjanjian ekspedisi adalah perjanjian timbal balik antara ekspeditur dengan pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. maupun tenaga kesehatan yang ada di tempat-tempat tersebut belum memadai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang berfungsi memberikan pelayanan pengobatan kepada masyarakat atau pasien yang membutuhkan pertolongan. Pelayanan
Lebih terperinciAspek Hukum Informed Consent Dalam Pelaksanaan Tindakan Operasi Medik. Oleh : Firman Floranta Adonara S.H.,M.H.
Aspek Hukum Informed Consent Dalam Pelaksanaan Tindakan Operasi Medik Oleh : Firman Floranta Adonara S.H.,M.H. I.Pendahuluan Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu melakukan kegiatan-kegiatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering kita mendapati perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Akan tetapi dalam pelaksanaaannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya transfusi darah merupakan salah satu tugas pemerintah di bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Akan tetapi dalam pelaksanaaannya tanggung jawab penyediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 diperbaharui dan dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris yang untuk selanjutnya dalam penulisan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai suatu tujuan ekonomi khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan berkembangnya badan hukum.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota militer beserta keluarganya secara gratis termasuk masyarakat. oleh kelompok agama yang ingin mendirikan rumah sakit.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan rumah sakit di Indonesia sangat pesat dari waktu ke waktu, di mulai pada tahun 1626 yang didirikan oleh VOC dan dikembangkan pula oleh tentara Inggris
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK
43 BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK WETBOEK JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Perjanjian sewa-menyewa, akibat hukum, upaya hukum.
ABSTRAK Dita Kartika Putri, Nim 0810015183, Akibat Hukum Terhadap Perjanjian Tidak Tertulis Sewa-Menyewa Alat Berat di CV. Marissa Tenggarong, Dosen Pembimbing I Bapak Deny Slamet Pribadi, S.H., M.H dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA PEREMPUAN, CITY HOTEL, DAN PERJANJIAN KERJA. Adanya jaminan yang dituangkan di dalam Undang-undang Dasar
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA PEREMPUAN, CITY HOTEL, DAN PERJANJIAN KERJA 2.1. Tenaga Kerja Perempuan Adanya jaminan yang dituangkan di dalam Undang-undang Dasar 1945Pasal 27 ayat (2) berbunyi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia, seperti yang termuat di dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa : Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang banyak ini tentu akan menyebabkan Indonesia memiliki perilaku dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menunjang pembangunan nasional, pembangunan dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan. Atas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN 2.1 Perjanjian 2.1.1 Pengertian Perjanjian Definisi perjanjian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan paling pokok dalam kehidupan manusia. Rumah sebagai tempat berlindung dari segala cuaca sekaligus sebagai tempat tumbuh kembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum positif yang berlaku di Indonesia menyatakan adanya Asas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum positif yang berlaku di Indonesia menyatakan adanya Asas Kebebasan Berkontrak dalam suatu perjanjian. Asas ini membuat setiap orang dengan bebas dapat membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Cakupan pembagunan nasional ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Kesehatan pada umumnya melekat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Kesehatan pada umumnya melekat pada diri manusia. Kesehatan adalah modal utama bagi seseorang untuk melakukan segala aktifitas. Seseorang
Lebih terperinci