BAB I PENDAHULUAN. Keharusan untuk melangsungkan kehidupan bersama merupakan permasalahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Keharusan untuk melangsungkan kehidupan bersama merupakan permasalahan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah S.W.T menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, sehingga dapat dipastikan manusia tidak dapat hidup seorang diri tanpa kehadiran manusia lain. Keharusan untuk melangsungkan kehidupan bersama merupakan permasalahan mendasar bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga, agar kebutuhan dan kepentingan tersebut dapat terlindungi dan terpenuhi, maka manusia hidup secara berkelompok di dalam masyarakat. 1 Sudikno menyatakan bahwa masyarakat adalah salah satu kehidupan bersama yang anggota-anggotanya mengadakan pola tingkah laku yang maknanya dimengerti oleh sesama anggota. 2 Dalam hidup bermasyarakat manusia akan rentan terhadap berbagai konflik antar satu anggota dengan anggota yang lain karena berbenturan faktor kepentingan, sehingga dibutuhkan suatu aturan di dalam kehidupan bermasyarakat yang lebih dikenal dengan sebutan hukum, baik itu merupakan hukum atau aturan yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya akan melakukan suatu hubungan hukum dengan manusia yang lain. Salah satu satu contohnya yaitu dalam menjalankan ibadah umroh dan haji, cara yang dapat digunakan oleh manusia untuk melaksanakan keinginan atau kebutuhannya yaitu dengan melakukan hubungan hukum adalah dengan mengadakan suatu perjanjian. 1 Sudikno Metrokusumo, 2001, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm.3 2 Ibid., hlm 1.

2 2 Indonesia adalah negara dengan jumlah pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Menurut hasil sensus tahun 2010, 87,18% dari penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam. 3 Ibadah dalam agama Islam banyak macamnya. Haji dan umroh merupakan dua dari berbagai macam kegiatan beribadah umat Islam. Pada setiap tahunnya Arab Saudi selalu kebanjiran turis dari seluruh penjuru dunia, namun bukan untuk berwisata tetapi untuk melakukan ibadah haji atau umroh. Dari seluruh negara yang mengirimkan jama ahnya, Indonesia tercatat sebagai negara pengirim calon jama ah haji terbesar di dunia yaitu sebesar (dua puluh satu ribu) jama ah haji. Indonesia adalah negara paling banyak jama ah nya yang datang ke Arab, kata duta besar Arab Saudi di Indonesia Mustafa Ibrahim Al-Mubaraq saat bekunjung ke redaksi Tempo Rabu 14 November Menurut Mustafa, setiap tahun negaranya menampung (empat juta) lebih orang dari seluruh dunia yang ingin melaksanakan ibadah haji. Indonesia yang dengan jumlah muslim terbanyak di dunia, tentu saja mengirim calon jam ah haji dengan jumlah yang besar. Tahun 2012 Indonesia mengirim jama ah haji sebanyak (dua puluh satu ribu) orang. Dengan rincian (seratus sembilan puluh ribu) jama ah ongkos naik haji dan sisanya memakai ongkos naik haji khusus. 4 Penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia, Pemerintah dan swasta/masyarakat disebutkan sebagai penyelenggara ibadah haji berdasarkan Pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan 3 diakses pada pukul 23:20 WIB 4 diakses pada pukul 10:20 WIB

3 3 ibadah haji. Pemerintah dalam hal ini adalah kementerian Agama yang pada umumnya melayani pemberangkatan jamaah haji diseluruh Indonesia yang disebut dengan Haji Reguler, sedangan pihak swasta/masyarakat yakni Biro Perjalanan Haji dan Umroh, melayani pemberangkatan jamaah Haji Khusus atau Plus yang harus berbentuk Perseroan Terbatas atau Yayasan dibawah koordinasi Kementerian Agama. Dengan demikian, masyarakat atau konsumen dapat memilih sendiri kebutuhannya untuk menunaikan ibadah haji baik melalui jasa penyelenggaraan ibadah haji yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun swasta/masyarakat yang berbentuk Biro Perjalanan ibadah umroh dan haji khusus. Berdasarkan ketetuan Pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji tersebut di atas, pihak swasta juga dapat menyelenggarakan ibadah haji seperti Biro Perjalanan Ibadah Umroh dan Haji Khusus. Berkaitan dengan hal tersebut, Pasal 1 butir 14 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus/Plus adalah penyelenggaraan ibadah haji yang pengelolaan, pembiayaan, dan pelayanannya bersifat khusus. Maksud dari bersifat khusus pada ketentuan tersebut, maka penyelenggaraan ibadah haji khusus/plus yang diselenggarakan oleh suatu Biro Perjalanan Umroh dan Haji khusus harus melaksanakan kewajibannya secara profesional dan harus mengedepankan kepentingan jamaahnya. Suatu Biro Perjalanan Ibadah Umroh dan Haji Khusus yang baik harus memberikan berbagai macam layanan yang dapat dipilih secara langsung oleh konsumen seperti fasilitas-fasilitas yang baik pula seperti penginapan atau hotel berbintang yang ditempati jarak tempuhnya tidak terlalu jauh dari Masjidil Haram di Makkah,

4 4 makanan (catering) harus mengandung gizi yang baik untuk dikonsumsi, mengadakan tur atau rangkaian kegiatan ke berbagai obyek-obyek wisata, konsumsi yang memadai serta fasilitas-fasilitas penunjang lainnya. Pelaksanaan kewajiban-kewajiban oleh penyelenggara ibadah haji seperti menerima pendaftaran dan melayani jamaah haji hanya yang menggunakan paspor haji; memberikan bimbingan ibadah haji; memberikan layanan akomodasi, konsumsi, transportasi dan pelayanan kesehatan secara khusus; dan memberangkatkan, memulangkan, dan melayani jamaah haji sesuai dengan perjanjian yang disepakati antara penyelenggara dan jamaah haji, kewajibankewajiban tersebut merupakan pelayanan yang telah diatur pada Pasal 40 Undangundang Nomor 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan Ibadah Haji, sehingga dalam melaksanakan kewajibannya harus memperhatikan hak-hak yang dimiliki oleh konsumen dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang telah disediakan oleh pelaku usaha. Dilihat dari sisi perjanjian yang terjadi antara Biro Perjalanan Ibadah Umroh dan Haji dengan konsumennya, perjanjian yang terjadi antara kedua pihak tersebut dikategorikan sebagai perjanjian jasa, karena dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada pasal 1601 telah dijelaskan bahwa setiap bentuk perjanjian yang memberikan jasa kepada pihak lain disebut perjanjian jasa. Perkembangan usaha jasa perjalanan ibadah yang berupa biro perjalanan ini semakin berkembang pesat. Beberapa biro perjalanan ibadah umrah dan haji khusus bermuculan tidak hanya di kota-kota besar saja, bahkan menjamah hingga kota-kota kecil seperti kotamadya dan kabupaten. Dalam satu wilayah misalnya, ada puluhan kantor perwakilan biro perjalanan ibadah umroh dan haji khusus

5 5 tersebar di beberapa daerah. Hal tersebut dikarenakan sepanjang tahun animo umat Islam untuk berhaji ataupun berumroh tidak pernah surut, peserta program dana talangan makin banyak bahkan pada bulan-bulan Ramadhan-Syawal, banyak yang mendaftar Umroh. Tidak heran jika pada daerah tertentu yang animo umat Islam untuk berhaji atau berumroh sangat tinggi, antrian daftar tunggu haji sudah mencapai tahun sehingga banyak jamaah yang lebih memilih Haji Khusus atau Umroh yang mana mereka tidak perlu menunggu terlalu lama. 5 Dengan makin panjangnya daftar tunggu, sebagian orang yang cukup punya uang dan tidak sabar menunggu, memilih beralih ke biro penyelenggara Haji Khusus. Memang biayanya membengkak bisa lebih dari dua kali lipat. Pada tahun 2012 ongkos naik haji reguler sekitar Rp (tiga puluh lima juta), maka ongkos naik Haji Khusus umumnya dipatok di angka Rp (tujuh puluh lima juta). Hanya saja, karena banyak orang berpindah ke Haji Khusus sementara jatah untuk Haji Khusus hanya orang setiap tahunnya, maka 2-3 tahun belakangan ini jama ah Haji Khusus pun harus masuk daftar tunggu. Wakil dari asosiasi perjalanan haji menyebutkan di beberapa daerah bahkan daftar tunggu Haji Khusus mencapai 4 tahun. 6 Setiap Calon Jamaah yang ingin melakukan ibadah Haji atau Umroh tidak bisa berangkat sendiri tanpa melalui biro perjalanan yang saat ini banyak berdiri. Menjamurnya biro perjalanan itu sendiri 5 Savira Rianda, 2012, Tanggung Gugat Terhadap Biro Perjalanan Atas Pembatalan Pemberangkatan Haji Plus dan Umroh, Fakultas Hukum, Universitas Jember, hlm diakses pada pukul 10:29 WIB

6 6 diakibatkan karena minat masyarakat Indonesia yang sangat tinggi dan karena tidak sabar harus menunggu antrian keberangkatan haji reguler yang cukup lama. Dalam prakteknya masih banyak biro perjalanan yang melakukan wanprestasi terhadap Calon Jamaah. Terutama Calon Jamaah yang kurang jeli dalam memilih biro perjalanan. Banyaknya kasus-kasus wanprestasi yang dilakukan oleh biro perjalanan merugikan Calon Jamaah dan menyebabkan para Calon Jamaah merasa tidak adanya perlindungan dalam menjalankan Ibadahnya. Atas dasar hal tersebut, penulis tertarik untuk mengambil objek penelitian salah satu biro perjalanan ibadah umroh dan haji khusus yang ada di kota Jakarta. Adapun biro perjalanan ibadah tersebut bernama Fazary Wisata. Berdasarkan berbagai hal yang telah diuraikan di atas, penulis bermaksud untuk membuat penulisan hukum yang berjudul PELAKSANAAN PERJANJIAN JASA PERJALANAN IBADAH UMROH DAN HAJI KHUSUS DI PT. FAZARY WISATA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka timbul permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut : 1. Bentuk wanprestasi apa sajakah yang terjadi sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian jasa perjalanan ibadah umroh dan haji khusus di PT. Fazary Wisata?

7 7 2. Bagaimanakah upaya penyelesaian wanprestasi yang terjadi sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian jasa perjalan ibadah umroh dan haji khusus di PT. Fazary Wisata? C. Tujuan Penelitian Dalam penulisan ini, adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh penulis meliputi 2 hal yaitu : 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui dan mengkaji bentuk wanprestasi yang terjadi sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian jasa perjalanan ibadah umroh dan haji khusus di PT. Fazary Wisata. b. Untuk mengetahui upaya penyelesaiaan wanprestasi yang terjadi sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian jasa perjalanan ibadah umroh dan haji khusus di PT. Fazary Wisata. 2. Tujuan Subjektif Untuk memperoleh data dan bahan-bahan yang berguna dalam penyusunan penulisan hukum sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum Universitas Gadjah Mada. D. Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis belum pernah diteliti dan ditulis oleh penulis sebelumnya. Berdasarkan penelusuran kepustakaan di perpustakaan

8 8 Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, telah terdapat penelitian yang terkait dengan penelitian hukum yang dilakukan oleh penulis. Namun demikian terdapat substansi yang berbeda, Apabila telah terdapat penelitian mengenai pelaksanaan perjanjian jasa, yaitu penelitian yang berjudul : Pelaksaan Perjanjian Jasa Perjalanan Wisata melalui Sistem E-Commerce antara Agen Perjalanan Exotika Lands dengan Konsumen yang ditulis oleh Slamet Agung Nugroho 11/316453/HK/18922/Hk Perdata. Adapun inti permasalahan yang diungkapkan penulis sebelumnya adalah 1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian jasa perjalanan wisata melalui sistem E-Commerce di agen perjalanan Exotika Lands Yogyakarta? 2. Bagaimanakah bentuk dan upaya penyelesaian wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian jasa perjalanan wisata antara pihak-pihak? 7 Sementara pada penulisan hukum ini, inti permasalahan yang diungkapkan oleh penulis adalah 1. Bentuk wanprestasi apa sajakah yang terjadi sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian jasa perjalanan ibadah umroh dan haji khusus di PT. Fazary Wisata? 2. Bagaimanakah upaya penyelesaiaan wanprestasi yang terjadi sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian jasa perjalanan ibadah umroh dan haji khusus di PT. Fazary Wisata? Penelitian yang dilakukan oleh penulis saat ini berbeda dengan penulis sebelumnya yang berujudul Pelaksaan Perjanjian Jasa Perjalanan Wisata melalui Sistem E-Commerce antara Agen Perjalanan Exotika Lands dengan Konsumen, sebab bidang yang diteliti sangatlah berbeda. Penulis terdahulu meneliti mengenai pelaksanaan perjanjian jasa perjalanan wisata melalui sistem e-commerce, sementara penulis saat ini meneliti mengenai 7 Slamet Agung Nugroho, 2014, Pelaksaan Perjanjian Jasa Perjalanan Wisata melalui Sistem E- Commerce antara Agen Perjalanan Exotika Lands dengan Konsumen, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada, hlm. 15

9 9 pelaksanaan perjanjian jasa perjalanan ibadah umroh dan haji khusus, dan apabila dilihat dari inti permasalahannya, penulis terdahulu lebih menitikberatkan pada pelaksanaan perjanjian jasa melalui sistem e-commerce dan upaya penyelesaian wanprestasi yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian jasa tersebut, sementara pada penulisan hukum ini penulis lebih menekankan pada permasalahan wanprestasi yang terjadi serta penyelesaiaannya sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian jasa perjalanan ibadah umroh dan haji khusus di PT. Fazary Wisata. Oleh karena itu, penulis beranggapan bahwa penelitian yang dilakukan oleh penulis yang berjudul PELAKSANAAN PERJANJIAN JASA PERJALANAN IBADAH UMROH DAN HAJI KHUSUS DI PT. FAZARY WISATA adalah asli. E. Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk kepentingan akademik maupun kepentingan praktis, yaitu : 1. Manfaat akademis Dari hasil penelitian ini dapat memperluas cakrawala pengetahuan pada umumnya dan mengenai ilmu hukum perdata terutama masalah pelaksanaan perjanjian pada khususnya. 2. Manfaat praktis

10 10 Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada seluruh masyarakat, agar tidak hanya mengetahui tetapi juga mengerti dan memahami tentang pelaksanaan perjanjian jasa perjalanan ibadah umroh dan haji khusus.

BAB I PENDAHULUAN. dunia berdasarkan catatan The Pew Forum on Religion & Public Life pada

BAB I PENDAHULUAN. dunia berdasarkan catatan The Pew Forum on Religion & Public Life pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang memiliki populasi Muslim terbesar di seluruh dunia berdasarkan catatan The Pew Forum on Religion & Public Life pada 2010. 3 Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kuota jemaah haji dan umrah terbanyak yang diberikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan kuota jemaah haji dan umrah terbanyak yang diberikan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga tahun 2016, tercatat bahwa Indonesia merupakan negara dengan kuota jemaah haji dan umrah terbanyak yang diberikan oleh Pemerintah Arab Saudi. Setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam yang memenuhi syarat 1 yaitu baik secara finansial, fisik, maupun mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan jamaah ibadah umrah dan haji dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan jamaah ibadah umrah dan haji dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan jamaah ibadah umrah dan haji dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi sesuatu yang istimewa bagi setiap muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Lebih terperinci

TANGGUNG GUGAT TERHADAP BIRO PERJALANAN ATAS PEMBATALAN PEMBERANGKATAN HAJI PLUS DAN UMROH

TANGGUNG GUGAT TERHADAP BIRO PERJALANAN ATAS PEMBATALAN PEMBERANGKATAN HAJI PLUS DAN UMROH 1 TANGGUNG GUGAT TERHADAP BIRO PERJALANAN ATAS PEMBATALAN PEMBERANGKATAN HAJI PLUS DAN UMROH Savira Rianda Ariani, Fendi Setyawan, Firman Floranta Adonara. Hukum Perdata Ekonomi, Fakultas Hukum, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu kewajiban dalam Rukun Islam adalah menunaikan ibadah haji bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu kewajiban dalam Rukun Islam adalah menunaikan ibadah haji bagi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai agama terakhir dan merupakan nikmat Allah yang paling sempurna yang menjadi pedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara dengan penduduk yang mayoritas beragama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara dengan penduduk yang mayoritas beragama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam. Hasil sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah pemeluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya pengguna jasa. yang percaya untuk menggunakan jasa pengangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya pengguna jasa. yang percaya untuk menggunakan jasa pengangkutan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perusahaan pengangkutan di Indonesia mulai menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya pengguna jasa yang percaya untuk menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hayati yang tinggi yaitu berupa sumber daya alam yang berlimpah, baik di

BAB I PENDAHULUAN. hayati yang tinggi yaitu berupa sumber daya alam yang berlimpah, baik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi yaitu berupa sumber daya alam yang berlimpah, baik di daratan, udara, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan komunikasi adalah berkembangnya penggunaan internet. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan komunikasi adalah berkembangnya penggunaan internet. Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia, suatu perjanjian tidak dapat dipisahkan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Suatu perjanjian pada umumnya lahir setelah

Lebih terperinci

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5061);

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5061); PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu sektor ekonomi yang mampu untuk terus berekspansi juga melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu sektor ekonomi yang mampu untuk terus berekspansi juga melakukan 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Selama enam dekade terakhir, pariwisata telah membuktikan diri sebagai salah satu sektor ekonomi yang mampu untuk terus berekspansi juga melakukan diversivikasi

Lebih terperinci

SYARAT KETENTUAN UMRAH PROMO (SKUP) 2018 FIRST TRAVEL

SYARAT KETENTUAN UMRAH PROMO (SKUP) 2018 FIRST TRAVEL SYARAT KETENTUAN UMRAH PROMO (SKUP) 2018 FIRST TRAVEL 1. Umrah Promo yang ini diperuntukan bagi umat yang berpenghasilan minim atau dibawah rata-rata dan sangat berniat ingin menunaikan Ibadah Umrah dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pengelolaan pelaksanaan Ibadah Haji yang meliputi pembinaan, pelayanan,

BAB V PENUTUP. pengelolaan pelaksanaan Ibadah Haji yang meliputi pembinaan, pelayanan, 96 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penyelenggaraan Ibadah Haji merupakan rangkaian kegiatan pengelolaan pelaksanaan Ibadah Haji yang meliputi pembinaan, pelayanan, dan perlindungan jamaah Haji. Untuk mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Berdasarkan jumlah tersebut, menjadi potensi dan peluang yang luar biasa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Berdasarkan jumlah tersebut, menjadi potensi dan peluang yang luar biasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan jumlah tersebut, menjadi potensi dan peluang yang luar biasa bagi sebagian kalangan khususnya para pelaku bisnis yang bergerak dibidang Biro

Lebih terperinci

SYARAT KETENTUAN UMRAH PROMO (SKUP) FIRST TRAVEL

SYARAT KETENTUAN UMRAH PROMO (SKUP) FIRST TRAVEL SYARAT KETENTUAN UMRAH PROMO (SKUP) FIRST TRAVEL 1.Paket Umrah Promo ini diperuntukan bagi umat yang berpenghasilan minim atau dibawah ratarata dan sangat berniat ingin menunaikan Ibadah Umrah dengan harga

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turis-turis tersebut di berbagai kota dan daerah di Indonesia, sehingga. berbagai wilayah dan belahan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. turis-turis tersebut di berbagai kota dan daerah di Indonesia, sehingga. berbagai wilayah dan belahan dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki berbagai keindahan alam yang sangat menawan dimata dunia tidak salah memiliki jumlah pengunjung wisatawan yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai salah satu rukun islam yang wajib bagi setiap muslim yang mampu. Jumlah

I. PENDAHULUAN. sebagai salah satu rukun islam yang wajib bagi setiap muslim yang mampu. Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Ibadah haji dan umroh adalah ibadah yang disyariatkan dalam agama islam, sebagai salah satu rukun islam yang wajib bagi setiap muslim yang mampu. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan suatu kebutuhan namun pada saat sekarang dapat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. bukan suatu kebutuhan namun pada saat sekarang dapat menjadi suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup seorang diri tanpa kehadiran manusia lain. Hubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Hal ini senada dengan asas Ubi societas ibi ius yang menerangkan bahwa dimana ada manusia disitulah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud dari Bhineka Tunggal Ika, kekayaan yang harus dipelihara sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud dari Bhineka Tunggal Ika, kekayaan yang harus dipelihara sebagai alat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dan etnis yang masingmasing nya memiliki agama ataupun aliran kepercayaan yang diyakini. Kemajemukan ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI REGULER DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG DAN IBADAH HAJI PLUS DI PT. KAISA ROSSIE SEMARANG

BAB IV ANALISIS SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI REGULER DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG DAN IBADAH HAJI PLUS DI PT. KAISA ROSSIE SEMARANG 72 BAB IV ANALISIS SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI REGULER DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG DAN IBADAH HAJI PLUS DI PT. KAISA ROSSIE SEMARANG 4.1. Aplikasi SOP Pendaftaran Ibadah Haji Reguler Di Kementerian

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.4845 KESRA. IBADAH HAJI. Penyelenggaraan. Pengelolaan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 60) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website : PERLINDUNGAN HUKUM CALON JAMAAH HAJI TERKAIT SANTUNAN DAN MANFAAT PT TISAGA MULTAZAM UTAMA DALAM PELAKSANAAN HAJI DI ARAFAH DAN MINA Shella Novirizdya*, Suradi, R. Suharto Program Studi S1 Ilmu Hukum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena jumlah jemaah haji dan umroh Indonesia yang sangat besar, melibatkan berbagai instansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam bahaya yang dapat mengancam kepentingannya tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam bahaya yang dapat mengancam kepentingannya tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingannya masing-masing. Manusia memerlukan bantuan orang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap Allah yang telah melimpahkan karunia-nya. 1

BAB I PENDAHULUAN. terhadap Allah yang telah melimpahkan karunia-nya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah menetapkan perintah ibadah sebenarnya merupakan suatu keutamaan yang besar kepada makhluknya, karena apabila direnungkan, hakikat perintah beribadah itu berupa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2009 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin

Lebih terperinci

3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Teknik Penentuan dan Pengambilan

3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Teknik Penentuan dan Pengambilan DAFTAR ISI Halaman JUDUL JUDUL PRASYARAT... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI... v SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... vi KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 13-2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 53, 1999 AGAMA. IBADAH HAJI. Umroh. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH DAN PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH DAN PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH DAN PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV PELAYANAN JAMA AH HAJI PT. FATIMAH ZAHRA SEMARANG

BAB IV PELAYANAN JAMA AH HAJI PT. FATIMAH ZAHRA SEMARANG BAB IV PELAYANAN JAMA AH HAJI PT. FATIMAH ZAHRA SEMARANG A. Pendaftaran Pendaftaran jama ah haji bisa dilakukan kapan saja baik melalui on line ataupun datang langsung ke kantor PT. Fatimah Zahra Semarang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 38 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BIAYA TRANSPORTASI HAJI DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum Perlindungan konsumen dewasa ini mendapat cukup

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum Perlindungan konsumen dewasa ini mendapat cukup 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Hukum Perlindungan konsumen dewasa ini mendapat cukup perhatian karena menyangkut aturan-aturan guna mensejahterakan masyarakat, bukan saja masyarakat selaku

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KAB UPATEN CILACAP NOM OR 10 TAH UN 2016 TENTANG PEMBIAYAAN TRANSPORTASI PEMBERANGKATAN DAN PEMULANGAN JAMA'AH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Berhaji merupakan salah satu rukun Islam yang ke-5. Hal ini mewajibkan umat Islam untuk wajib menjalankannya apabila mereka telah benar-benar mampu. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014

PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 http://www.tribunnews.com I. PENDAHULUAN Negara kesatuan Republik Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 019 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PETUGAS HAJI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 019 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PETUGAS HAJI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 019 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PETUGAS HAJI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang: Mengingat: a. b. c. 1. 2. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2008 TERHADAP PELAYANAN JAMA AH HAJI DI KENMENAG KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2008 TERHADAP PELAYANAN JAMA AH HAJI DI KENMENAG KOTA SEMARANG BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2008 TERHADAP PELAYANAN JAMA AH HAJI DI KENMENAG KOTA SEMARANG A. Muatan UU. No. 13 Tahun 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk dari jaringan-jaringan computer-komputer yang saling terkoneksi

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk dari jaringan-jaringan computer-komputer yang saling terkoneksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya masyarakat informasi yang diyakini merupakan salah satu agenda penting masyarakat dunia di milenium ketiga, antara lain ditandai dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Biaya. Ibadah Haji Khusus. Pembayaran.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Biaya. Ibadah Haji Khusus. Pembayaran. No.373, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Biaya. Ibadah Haji Khusus. Pembayaran. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan untuk peduli akan hukumnya sangat rendah. Dalam hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan untuk peduli akan hukumnya sangat rendah. Dalam hal ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rechtfictie atau yang lazim disebut fiksi hukum, memiliki pengertian bahwa setiap orang dianggap tahu akan hukum, jadi ketika seseorang tidak tahu hukumnya tidak

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.760, 2015 KEMENAG. Ibadah Haji Khusus. Penyelenggaraan.Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab pemerintah di bawah koordinasi Menteri Agama, dalam hal teknis

BAB I PENDAHULUAN. jawab pemerintah di bawah koordinasi Menteri Agama, dalam hal teknis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyelenggaraan haji merupakan tugas nasional dan menjadi tanggung jawab pemerintah di bawah koordinasi Menteri Agama, dalam hal teknis pelaksanaannya diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Haji adalah ibadah umat muslim yang dilakukan setiap tahun. Ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Zulhijah hingga tanggal 10 Zulhijah. Umat muslim dari Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 17 TAHUN 1999 (17/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 17 TAHUN 1999 (17/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 17 TAHUN 1999 (17/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang terjadi di negara-negara berkembang pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang terjadi di negara-negara berkembang pada saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang terjadi di negara-negara berkembang pada saat ini dapat terbilang cukup pesat, khususnya pada sektor perekonomian.indonesia adalah contoh negara yang

Lebih terperinci

SANKSI EDUKASI: UU Nomor 13 Tahun 2008 Pepres Nomor 3 Tahun Pilgrim Ordonasi 1922 UU 34 Tahun Kepres Nomor 122 Tahun 1964

SANKSI EDUKASI: UU Nomor 13 Tahun 2008 Pepres Nomor 3 Tahun Pilgrim Ordonasi 1922 UU 34 Tahun Kepres Nomor 122 Tahun 1964 SANKSI EDUKASI: Penguatan Pembinaan Penyelenggara Haji Khusus Yayasan Penyelenggaraan Haji Indonesia UU Nomor 17 Tahun 1999 Keppres Nomor 53 Tahun 1951 PT. Pelayaran Muslim UU Nomor 13 Tahun 2008 Pepres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin kemerdekaan warga negaranya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2015 KEMENAG. Ibadah Umrah. Perjalanan. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar utama atau yang dikenal dengan rukun islam. Rukun islam ada lima yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dasar utama atau yang dikenal dengan rukun islam. Rukun islam ada lima yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah suatu bangsa yang sebagian besar penduduknya didominasioleh umat muslim, dari jumlah total populasi masyarakat Indonesia tersebut89%

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dengan pemberlakuan Keputusan Menteri Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang pesat. Berbagai informasi telah dapat disajikan dengan canggih

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang pesat. Berbagai informasi telah dapat disajikan dengan canggih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer, telekomunikasi, dan informasi telah berjalan sedemikian rupa sehingga pada saat ini sudah sangat jauh berbeda, pemanfaatan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejenis menimbulkan persaingan usaha yang semakin ketat. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sejenis menimbulkan persaingan usaha yang semakin ketat. Perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman barang di Yogyakarta dari waktu ke waktu jumlahnya semakin bertambah. Pertambahan perusahaan sejenis menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haji pada saat Indonesia justru sedang dilanda krisis ekonomi pada tahun 1998.

BAB I PENDAHULUAN. haji pada saat Indonesia justru sedang dilanda krisis ekonomi pada tahun 1998. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Haji dan Umrah merupakan praktik keagaman yang sangat penting bagi orang Islam dalam kehidupan. Hal ini dapat dilihat pada tingginya jumlah jamaah haji

Lebih terperinci

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 T

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 T No.445, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Ibadah Haji Khusus. Perubahan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 12 TAHUN 2009 TENTANG BIAYA DOMESTIK HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 12 TAHUN 2009 TENTANG BIAYA DOMESTIK HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 12 TAHUN 2009 TENTANG BIAYA DOMESTIK HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, Menimbang : a. bahwa perjalanan Ibadah Haji dibutuhkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh umat Islam yang memenuhi kriteria istitha ah, antara lain mampu

BAB I PENDAHULUAN. oleh umat Islam yang memenuhi kriteria istitha ah, antara lain mampu 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam yang memenuhi kriteria istitha ah, antara lain mampu secara materi, fisik,

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun No.534, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Ibadah Haji Reguler. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah salah satu organisasi internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa

Lebih terperinci

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 396 TAHUN 2003. TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia. Sila pertama dari Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia. Sila pertama dari Pancasila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia. Sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini berarti bahwa Negara Republik Indonesia berkewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menunjang pembangunan nasional, pembangunan dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan. Atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Haji merupakan ibadah yang ada di dalam agama Islam dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Haji merupakan ibadah yang ada di dalam agama Islam dan dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Haji merupakan ibadah yang ada di dalam agama Islam dan dilaksanakan bagi orang yang mampu dalam melaksanakannya. Haji merupakan suatu rukun Islam yang kelima.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 17 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia dalam mencapai kebutuhan hidupnya saling berinteraksi dengan manusia lain. Masing-masing individu dalam berinteraksi adalah subjek hukum yang

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 3 TAHUN 2016

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 3 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, perkembangan teknologi digital semakin maju dengan begitu pesat. Hampir meliputi sebagian besar bidang kehidupan seperti pemerintahan,

Lebih terperinci

Salinan NO : 9/LD/2013 NOMOR : 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

Salinan NO : 9/LD/2013 NOMOR : 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU Salinan NO : 9/LD/2013 LEMBARAN DAERAH NOMOR : 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH LEMBARAN DAERAH NOMOR : 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH NOMOR : 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI BAGIAN HUKUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan status bermula dari Jawatan PTT (Post, Telegraph dan Telephone).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan status bermula dari Jawatan PTT (Post, Telegraph dan Telephone). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Pos Indonesia merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia yang bergerak di bidang layanan pos. Saat ini, bentuk badan usaha Pos Indonesia

Lebih terperinci

MUATAN SUBSTANSI RUU PENGELOLAAN HAJI DAN UMRAH

MUATAN SUBSTANSI RUU PENGELOLAAN HAJI DAN UMRAH 1 MUATAN SUBSTANSI 1. BERISI 12 BAB 1.1. KETENTUAN UMUM 1.2. ASAS DAN TUJUAN 1.3. ORGANISASI PENGELOLAAN HAJI 1.4. PENGORGANISASIAN DAN MEKANISME PENETAPAN 1.5. PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH 1.6. PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tidak hanya di dapatkan di dalam buku, akan tetapi internet

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tidak hanya di dapatkan di dalam buku, akan tetapi internet BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi tidak hanya di dapatkan di dalam buku, akan tetapi internet dan teknologi dapat juga memberikan informasi terutama dalam bidang Agama. Dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi menunjukkan capaian yang cukup menggembirakan akhirakhir. persen, sebagaimana tersaji dalam tebel berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi menunjukkan capaian yang cukup menggembirakan akhirakhir. persen, sebagaimana tersaji dalam tebel berikut ini. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dari waktu ke waktu terus melakukan pembangunan untuk mewujudkan negara yang semakin maju, adil, dan sejahtera. Dari berbagai kemajuan yang dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk serba efektif dan efisien dalam pemanfaatan waktu akibat tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk serba efektif dan efisien dalam pemanfaatan waktu akibat tuntutan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia yang semakin pesat memberikan dampak tidak langsung dalam perubahan pola kehidupan masyarakat. Masyarakat dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Hubungan hukum antara pihak maskapai penerbangan dengan konsumen. berdasarkan pada Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUHPerdata.

BAB V PENUTUP. 1. Hubungan hukum antara pihak maskapai penerbangan dengan konsumen. berdasarkan pada Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUHPerdata. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan penulis tentang permasalahan mengenai maskapai penerbangan, penulis memberikan kesimpulan atas identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Hubungan hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua hal, yaitu rukun islam dan rukun iman. Rukun islam ada lima, dan

BAB I PENDAHULUAN. dua hal, yaitu rukun islam dan rukun iman. Rukun islam ada lima, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan agama dakwah yang senantiasa berpegang teguh pada Al Qur an dan Sunah. Dalam pengamalannya, Islam tidak pernah lepas dari dua hal, yaitu rukun islam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 11 Tahun 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH DAN BIAYA TRANSPORTASI HAJI KABUPATEN TANGERANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep pemasaran muncul pada pertengahan tahun 1950-an dengan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep pemasaran muncul pada pertengahan tahun 1950-an dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep pemasaran muncul pada pertengahan tahun 1950-an dengan berdalih memegang filosofi membuat dan menjual yang berpusat pada produk, bisnis beralih ke filosofi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam mempertahankan hidupnya haruslah dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah bergantung pada kondisi

Lebih terperinci

Umroh Reguler. Description. 1. Tiket Jakarta - Jeddah PP. 2. Visa Umroh. 5. Air Zam-Zam 5 Liter. Paket tidak termasuk : 1. Paspor

Umroh Reguler. Description. 1. Tiket Jakarta - Jeddah PP. 2. Visa Umroh. 5. Air Zam-Zam 5 Liter. Paket tidak termasuk : 1. Paspor Al Isya Travel Umroh Reguler Price IDR 21,000,000.00 2. Visa Umroh 3. Bus dan Ziarah Makkah, Madinah dan Jeddah 4. Handling & Tax Domestik dan Internasional Rp 1.000.000 Umroh Bintang 5 Price IDR 25,000,000.00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilakukan sebagai salah satu cara untuk. itu hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati seluruh rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilakukan sebagai salah satu cara untuk. itu hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati seluruh rakyat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang menuntut diimbanginya kemajuan dalam segala bidang membuat hampir semua negara berkembang berlomba-lomba untuk melaksanakan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang memenuhi

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG BIAYA TRANSPORTASI JEMAAH HAJI KABUPATEN SERANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG BIAYA TRANSPORTASI JEMAAH HAJI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG BIAYA TRANSPORTASI JEMAAH HAJI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2009 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 KEIMIGRASIAN MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MABRUR OK (MODEL ANTRIAN BIJAK PRIORITAS USIA RENTAN ORIENTASI KEEFEKTIFAN) : SOLUSI AKSELERASI PEMBERANGKATAN JAMAAH HAJI NASIONAL

MABRUR OK (MODEL ANTRIAN BIJAK PRIORITAS USIA RENTAN ORIENTASI KEEFEKTIFAN) : SOLUSI AKSELERASI PEMBERANGKATAN JAMAAH HAJI NASIONAL Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 MABRUR OK (MODEL ANTRIAN BIJAK PRIORITAS USIA RENTAN ORIENTASI KEEFEKTIFAN)

Lebih terperinci

Asrama Haji Batakan, Jum at 21 September 2012

Asrama Haji Batakan, Jum at 21 September 2012 LAPORAN PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI (PPIH) EMBARKASI HAJI BALIKPAPAN KALTIM PADA PELEPASAN JAMAAH CALON HAJI KLOTER I EMBARKASI BALIKPAPAN PROV. KALTIM Asrama Haji Batakan, Jum at 21 September 2012

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURANPEMERINTAH PENGGANTIUNDANG-UNDANGREPUBLIKINDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHANATASUNDANG-UNDANGNOMOR 13 TAHUN2008 TENTANGPENYELENGGARAANIBADAHHAJI a. bahwa dengan adanya kewajiban bagi

Lebih terperinci