PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik

Transkripsi

1 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik ternak tinggi, namun sumber daya genetik tersebut belum dimanfaatkan dengan optimal. Salah satu sumberdaya genetik adalah ayam lokal. Ayam lokal memiliki potensi yang baik untuk dikembangbiakkan, karena memiliki kemampuan beradaptasi yang lebih baik dibandingkan dengan ayam ras dan memiliki pertahanan yang kuat terhadap penyakit. Ayam lokal merupakan salah satu jenis ayam yang banyak dipelihara masyarakat Indonesia. Disamping sebagai penghasil daging dan telur, ayam lokal dapat dimanfaatkan sebagai ayam hias, ayam petarung dan ayam penyanyi. Ayam lokal yang potensial sebagai ayam penyanyi adalah, Ayam Bekisar, Ayam Ketawa, Ayam Pelung dan Ayam Kokok Balenggek. Saat ini populasi Ayam Kokok Balenggek makin berkurang karena banyak yang dijual ke luar daerah, bahkan ayam dengan kokok yang panjang (banyak lenggek) sudah jarang dijumpai di daerah asalnya yaitu di Nagari Simanao, Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok. Berdasarkan kondisi di atas, perlu dilakukan upaya-upaya untuk menjaga kelestarian ayam kokok balenggek agar tidak punah. Upaya pelestarian Ayam Kokok Balenggek memerlukan studi tentang sifat kualitatif dan kuantitatif dari ayam tersebut untuk membantu program pemuliaannya. Selain itu identifikasi sifat kualitatif sangat penting untuk membedakan Ayam Kokok Balenggek dengan ayam lokal lainnya dan penting

2 2 untuk pengetahuan standar Ayam Kokok Balenggek. Berdasarkan uraian tersebut penulis mengkaji sifat kualitatif dari ayam Kokok Balenggek. Studi ini diharapkan dapat menjadi salah acuan dalam upaya pelestarian tipe ayam penyanyi. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasikan masalah, yaitu bagaimana karakteristik sifat-sifat kualitatif Ayam Kokok Balenggek jantan dan betina dewasa. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui karakteristik sifat-sifat kualitatif Ayam Kokok Balenggek jantan dan betina dewasa. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini bisa dijadikan informasi dasar mengenai karakteristik sifat-sifat kualitatif Ayam Kokok Balenggek jantan dan betina dewasa baik bagi pengambilan kebijakan, akademisi dan peternak dalam usaha meningkatkan performa Ayam Kokok Balenggek jantan betina dewasa. 1.5 Kerangka Pemikiran Seleksi merupakan salah satu bagian dasar dalam proses pemuliaan ternak yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas bibit unggul pada ternak. Persyaratan awal dalam proses seleksi ternak adalah pengamatan sifat kuantitatif dan kualitatif. Sifat kualitatif adalah sifat yang dikontrol oleh sepasang gen, tidak banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan merupakan gambaran dari sifat

3 3 genetik ternak (Warwick dkk, 1992). Sifat kualitatif dapat dilihat dari warna bulu, bentuk jengger dan warna kulit kaki/shank (Mansjoer,1985). Warna bulu pada unggas dipengaruhi genetik, namun dapat berubah akibat faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi warna bulu adalah hormon sedangkan faktor eksternal adalah sinar matahari (Achmad, 2005). Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan variasi warna pada bulu Ayam Kokok Balenggek seperti warna merah, hitam, kuning, putih, coklat, cream dan hijau. Variasi warna bulu yang dominan pada Ayam Kokok Balenggek adalah warna kemerah-merahan yang termasuk tipe warna bulu ayam liar (Abbas, dkk 1997). Warna kemerah-merahan, biasa disebut dengan nama biriang oleh peternak Ayam Kokok Balenggek di Kabupaten Solok. Tipe warna bulu tersebut disebabkan Ayam Kokok Balenggek mempunyai jarak genetik yang lebih dekat dengan Ayam Hutan Merah Sumatera (Gallus gallus). Ayam Hutan Merah memiliki bulu bagian leher, punggung dan sayap berwarna merah, sedangkan bagian dada dan bagian bawah berwarna hitam (Hutt, 1949). Selain warna bulu, sifat kualitatif pada Ayam Kokok Balenggek yang juga diamati adalah bentuk jengger. Jengger merupakan kulit yang berwarna merah pada bagian atas kepala unggas. Ukuran jengger dianggap sebagai salah satu indikator kesuburan Ayam Kokok Balenggek oleh para peternak. Jengger yang tumbuh dan berkembang dengan baik menunjukkan kinerja produksi dan reproduksi yang lebih baik dibandingkan ayam yang memiliki jengger kecil. Bentuk jengger yang dominan pada berbagai jenis ayam lokal di Indonesia adalah bentuk jengger single (Nishida dkk, 1980). Hal ini disebabkan ayam lokal termasuk Ayam Kokok Balenggek mempunyai hubungan genetik yang dekat

4 4 dengan Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) yang memiliki bentuk jengger tunggal (Abbas dkk, 2014). Bagian sifat kualitatif lain yang juga menjadi perhatian peternak dalam memilih Ayam Kokok Balenggek adalah warna kulit. Ayam Kokok Balenggek umumnya memiliki warna kulit yang berwarna putih (Rusfidra, 2005), hal ini akibat proses perkawinan yang terjadi antara Ayam Hutan Merah dengan Ayam lokal yang memiliki karakter warna kulit putih (Nataamijaya, 2005). Karakteristik sifat kualitatif yang diamati oleh peternak Ayam Kokok Balenggek selanjutnya adalah warna shank. Ayam Kokok Balenggek memiliki warna sisik atau shank yang terdiri atas warna hitam, abu-abu dan kuning (Achmad, dkk 2005). Variasi pada warna shank tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik yang sama dengan faktor genetik yang mempengaruhi variasi pada warna bulu (Hutt, 1949; Somes, 1988). Pada umumnya peternak lebih menyukai warna shank atau sisik kaki yang berwarna kuning dibandingkan warna hitam maupun abu-abu. Selain warna shank, sifat kualitatif lain yang dilihat pada Ayam Kokok Balenggek adalah warna paruh, bentuk paruh dan bentuk badan. Pengamatan warna paruh sudah dilakukan terhadap Ayam Pelung oleh (Nataamijaya, 2005) tetapi hanya menemukan satu warna paruh pada ayam Pelung jantan, yaitu warna hitam. Pada ayam Pelung betina, ditemukan dua warna, yakni, hitam (80%) dan putih (20%). Bentuk paruh dan bentuk badan juga sudah dilakukan pengamatan oleh (Ginanjar, 2006) karakter bentuk paruh ayam Pelung pemenang lomba memiliki keseragaman sempurna dan memiliki karakter sasiung bawang (paruh melengkung tidak bertaut) dan pamatuk ekek (paruh melengkung agak bertaut), kemudian sifat kualitatif juga dilihat dari bentuk badan ayam Pelung dengan karakter bentuk badan seperti jantung pisang dan bentuk tabung panjang.

5 5 Pengamatan warna paruh, bentuk paruh, dan bentuk badan ini nantinya juga akan dilakukan terhadap Ayam Kokok Balenggek di Kecamatan Tigo Lurah Kabupaten Solok. Pengamatan sifat kualitatif Ayam Kokok Balenggek sudah dilakukan oleh (Abbas dkk, 2014) namun hanya mengamati warna bulu, shank, dan bentuk jengger, pada ayam yang terdapat di Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Penelitian yang dilakukan penulis mengamati sifat kualitatif Ayam Kokok Balenggek seperti, warna bulu, bentuk jengger, warna kulit, warna shank, warna paruh, bentuk paruh, dan bentuk badan yang akan dilakukan langsung di peternakan di Kabupaten Solok (on farm). Pengamatan tidak hanya dilakukan untuk ayam jantan yang memiliki nilai jual berupa suara atau kokok, akan tetapi, juga diperlukan terhadap ayam betina karena membawa gen suara balenggek (Abbas dkk, 1997). 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di Kecamatan Tigo Lurah dan Ampang Kualo, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Penelitian tentang Identifikasi Sifat-sifat Kualitatif Ayam Kokok Balenggek Jantan dan Betina Dewasa yang dilaksanakan selama 8 hari dari tanggal April 2016.