4 METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 29 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Kerangka Pemikiran Realisasi strategi pengembangan dan kebijakan agroindustri gula tebu yang telah dirumuskan sebelumnya belum menunjukan efektifitas sesuai yang diharapkan. Pada titik bahasan inilah penelitian ini memandang perlu menggunakan metoda sistem dinamis sebagai alat dasar yang diharapkan mampu mengupas bahwa penerapan strategi generik belum tentu menghasilkan efek yang sama pada waktu dan kesempatan yang berbeda. Metodologi sistem dinamis yang dipadu dengan Intrepretive Structural Modelling (ISM), Analytical Network Process (ANP) dan Bayesian Biliefe Network (BBN) diharapkan dapat mengeliminir kesan kurangnya penekanan prioritas sebagai langkah tanggap atas kebutuhan kebijakan yang tepat bagi para pemangku kepentingan yang kompleks. Hal ini minimal dapat merespon kondisi seperti tercermin dari kurang terstrukturnya langkah kebijakan sesuai skala prioritas yang terjadi pada kebijakan terkait hal-hal berikut: a. inovasi baru teknik budidaya dan pabrik gula, b. peningkatan permintaan gula oleh industri makanan dan minuman, c. penghapusan pengendalian tataniaga oleh Bulog d. pemberian fasilitas pendanaan kredit usaha tani tebu e. program relokasi PG dari Jawa ke luar Jawa& Rehabilitasi PG f. kebijakan tarif g. penguatan fungsi organisasi/ kelembagaan yang sesuai dan wajar Berdasarkan gambaran kompleksitas antar subyek yang berlangsung secara terus menerus, dan kondisi usaha serta tata niaga yang amat kompleks di atas, maka diharapkan pendekatan pemodelan dengan menggunakan metoda sistem dinamis yang yang dipadu dengan teknik ISM, ANP, BBN/JKB dapat membantu untuk menentukan strategi pengembangan agroindustri gula tebu yang ditopang oleh kebijakan secara lebih tepat guna dan efektif dalam pelaksanaanya. 4.2 Tahapan Penelitian Pemodelan sistem dinamis ini akan dilakukan melalui 4 (empat) tahapan utama yaitu: tahapan persiapan, perancangan model, pembangunan model, dan

2 30 rancangan implementasi. Gambar 6. Secara skematis rangkaian tahapan dapat dilihat pada Gambar 6 Tahapan penelitian rancang bangun model dinamispengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu

3 31 Tahap persiapan meliputi kegiatan studi pustaka, pengembangan ide, persiapan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer yang dilakukan melalui pertemuan Focused Group Discussion dengan para pemangku kepentingan. Langkah selanjutnya berupa pengumpulan data dari petani, kebutuhan konsumen rumah tangga dan industri, pengumpulan data kajian kebijakan pemerintah, dan pengumpulan data dari kepustakaan serta pendapat pakar. Tahap berikutnya adalah persiapan perancangan model. Pada tahap ini akan dilakukan tahapan pendekatan sistem, dimulai dari analisa kebutuhan sampai dengan analisa stabilitas. Selanjutnya sesuai lingkup penelitian, maka akan dihasilkan elemen model berupa sub-sistem perkebunan/ petani, sub-sistem produksi gula tebu, subsistem distribusi, dan subsistem kebijakan. Mengingat tidak semua elemen dapat dianalisis dengan baik oleh alat bantu software sistem dinamis Stella, maka penelitian ini akan menggunakan alat bantu analisis software ISM, ANP dan BBN/ JKB. Penggunaan alat bantu dan penerapanya dapat dilihat pada Gambar 7. Langkah 6 Langkah 1 3 Berorientasi pada data Langkah 4 5 Metodologi & Isu Kebijakan Langkah 5 6 Pengambilan Keputusan Langkah 4 Langkah 5 Penentuan Prioritas Opsi- opsi strategi Ukuran Kinerja Pengambilan Keputusan Kebijakan prioritas Strategi prioritas ISM ANP BBN Langkah 2 Langkah 3 Analisis Kesenjangan Kenyataan v.s. Harapan? Kebutuhan saat ini & yad Kebutuhan Investasi Operasional & Pendanaan Model Perhitungan (simulasi & matematis) Software Stella Langkah 1 Basis Pengetahuan Dasar Agroindustri Gula Tebu Realitas di lapangan Penilian Kondisi Bagaimana Kondisinya? Bagaimana keterkaitanya? Basis Data Pangetahuan Dimodelkan secara System Dynamic menggunakan Software Stella Gambar 7 Tahapan penggunaan alat bantu software Tahapan pendekatan sistem yang berkenaan dengan rancang bangun model dinamis dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pemodelan utama sistem dinamis menggunakan software Stella

4 32 2. Pemodelan pembangunan visi, misi, dan rencana aksi menggunakan softeware ISM Concept Star 3. Pemodelan pemeringkatan kebijakan menggunakan software ANP Super Decisions. 4. Pemodelan jejaring keyakinan Bayesian untuk menggambarkan probabilitas tercapainya langkah awal yang utama dalam rangka pengembangan agroindustri gula tebu, menggunakan software BBN Netica Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan dalam penelitian ini membahas pokok-pokok kepentingan dan kebutuhan para pihak pemangku kepentingan dalam agroindustri gula tebu. Dengan menganalisis secara cermat mengenai kepentingan dan kebutuhan masingmasing pihak, diharapkan dapat menghasilkan gambaran yang lebih jelas mengenai kemungkinan munculnya potensi sinergis dan antagonis. Di samping itu dalam analisis kebutuhan akan terungkap para pelaku utama dalam agroindustri gula tebu. Kajian para pelaku dalam suatu sistem kegiatan usaha merupakan bagian dari ilmu ekonomi kelembagaan. Dalam ekonomi kelembagaan, kajian yang diarahkan untuk mengungkapkan perbedaan kepentingan yang muncul dalam pengambilan keputusan yang berorientasi pasar dan non-pasar, serta terjadinya biaya transaksi (trancsaction cost) dari kegiatan antar pelaku yang berulang-ulang, hal inilah merupakan unsur pembentuk harga (Williamson, 1981) Pendapat Oliver E. Williamson, pemenang Nobel Ekonomi 2009, tepat diterapkan pada pengembangan agroindustri gula tebu terutama sesuai teorinya yang menyangkut ekonomi kelembagaan mengenai semakin sulitnya dan tidak menentunya biaya informasi yang pada penghujungnya sangat menentukan biaya atau harga produk gula. Lebih lanjut dalam analisis ekonomi kelembagaan berkenaan dengan para pelaku yang saling terkait dalam agroindustri gula tebu, telah mengakibatkan munculnya ketidak tentuan dan peluang aportunisme dalam setiap transaksi atau rangkaian transaksi. Hal inilah yang mengakibatkan gejala spekulasi yang dapat muncul pada tiap tahapan kegiatan agroindustri gula pada khususnya. Dengan pemahaman perilaku yang diturunkan dari teori ekonomi kelembagaan ini, maka diharapkan para pemangku kepentingan dapat menghindari setiap upaya dari luar sistem yang akan merugikan sistem.

5 33 Tabel 9 Analisis kebutuhan sistem, pelaku ekonomi kelembagaan dan potensi konflik antar pelaku. No Pelaku Kebutuhan Potensi Konflik 1 Petani 2 Dinas Pertanian 3 Dinas Perdagangan 4 Lembaga Pendana Keuangan 5 Pemerintah Daerah 6 Pemerintah Pusat 7 Industri Pabrikan Gula 8 Importir legal 9 Bea Cukai, Fiskal Harga Tebu stabil & layak Penentuan Rendemen yang transparant Peningkatan Pendapatan Peningkatan Kesejahteraan Kemudahan Info pasar Peningkatan Produksi Tebu Kesinambungan suplai tebu ke P.G. Peningkatan Kualitas Tebu Tercapai target produksi Peningkatan kualitas gula lokal Penurungan Impor gula Stabilitas harga gula nasional Tingkat suku bunga layak Pengembalian Kredit lancar dan tepat waktu Terjaminya modal yang diinvestasikan Penciptaan lapangan pekerjaan Peningkatan investasi daerah Peningkatan infrastruktur Pertumbuhan ekonomi nasional Pengembangan agroindustri gula tebu Pertumbuhan Kesejahteraan Peningkatan keuntungan Penurunan Biaya Produksi Kontinuitas suplai bhn baku Peningkatan Produktifitas Ketersediaan Sumber Dana Kelayakan Usaha bagi pengembangan pabrik baru Peningkatan keuntungan Kemudahan prosedur impor Harga gula memberikan keuntungan Valas condong stabil Tercapai Target Pemasukan Penurunan Penyelundupan, impor ilegal Harga tidak sesuai Ketidak jelasan kriteria inspeksi rendemen Ketidaksesuaian pencapaian produksi tebu karena alternatif komoditas lain (mis. Padi) Disparitas harga domestik dan internasional Persaingan dengan sumber pendana informal Kebocoran pasokan bahan baku tebu ke wilayah lain Ketidakseimbangan portofolio pengembangan komoditas lain. Harga tidak stabil Kelemahan kelembagaan pendukung Persaingan dengan Importir ilegal (penyelundupan) Nilai tukar valas fluktuatif. Impor ilegal tak terkendali

6 Formulasi Permasalahan Kompleksitaspermasalahan agroindustri gula tebutebudi Indonesia dapat dipaparkan sebagai berikut: 1. Keterbatasan informasi, pengetahuan, permodalan petani tebu dalam melaksanakan bongkar ratoon dan rawat ratoon 2. Kurangnya penciptaan bibit unggul yang sesuai dengan perubahan lingkungan lahan tanam. 3. Kurangnya fasilitas irigasi terutama pada lahan kering 4. Mulai langkanya ketersediaan tenaga kerja 5. Kualitas gula rendah, ICUMSA masih lebih besar dari 150 IU 6. Belum berkembangnya diversifikasi produk 7. Penetapan Bea Masuk Impor gula tebu perlu ditinjau (masih rendah) 8. Ketersediaan pendanaan sering terhambat. 9. Penatalaksanaan industri gula masih kurang baik 10. Produktifitas dan efisiensi pabrik gula rendah 11. Lahan perkebunan menyempit dan penyediaan lahan baru masih kurang Penelitian ini telah mengupayakan agar dapat mengakomodir semua keinginan para pihak pemangku kepentingan yang pada saat itu dipertemukan dalam forum pertemuan bersama Identifikasi Sistem Mata rantai hubungan yang dapat diidentifikasi dari pemodelan sistem dinamis agroindustri gula tebu dapat digambarkan di bawah ini. Identifikasi sistem menggambarkan hubungan kebutuhan dan hal-hal yang harus dipecahkan atau dipenuhi untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Berdasarkan gambaran saling berhubungan tersebut, lalu diinterpretasikan ke dalam black box pemodelan sistem dinamis strategi pengembangan dan kebijakan agroindustri gula tebu Diagram konsepsual agroindustri gula tebu Petani Tebu adalah pihak yang berada pada posisi paling awal dari matarantai agroindustri gula tebu yang panjang. Petani tebu memegang peran yang penting meski dalam banyak hal mereka lebih sering dimarginalkan. Oleh karena itu penekanan pada ketelitian penentuan kebutuhan pihak petani dalam sistem

7 35 agroindustri gula tebu menjadi penting karena pihak petani merupakan basis awal dari agroindustri gula tebu. Pabrik gula merupakan mata rantai selanjutnya setelah produksi tebu oleh petani. Permasalahan yang dihadapi oleh PG tidak kalah komplekssnya dari pada permasalahan yang ada di sektor perkebunan. PG di Indonesia relatif sudah berusia sangat tua dan oleh karenanya revitalisasi fasilitas pabrik secara parsial cenderung tidak dapat mengejar pencapaian efisiensi produktifitas yang diinginkan. Kondisi ini berpotensi melemahkan pencapaian target pemenuhan kebutuhan gula dalam negeri. Luar Negeri GULA PUTIH RAW SUGAR REFINED SUGAR Dalam Negeri PG Tebu Industri MSG PG Rafinasi Petani Pedagang Produsen Makanan dan Minuman (Ma-Min) Konsumen Rumah Tangga Konsumen Ma-Min Keterangan : Merembes Barrier Gambar 8 Kerangka konseptual Supply-Demand sistem agroindustri gula tebu Pabrik gula menghasilkan produk gula putih (supply side) yang siap dikonsumsi oleh konsumen rumah tangga. Di sektor produsen makanan dan minuman, mereka hampir tidak mengkonsumsi produk gula putih dalam negeri karena faktor spesifikasi gula yang tidak kompatibel dengan persyaratan produk makanan dan minuman. Di sinilah muncul permintaan gula dengan kualitas tinggi atau disebut gula rafinasi. Permintaan gula rafinasi oleh kelompok industri besar (Pabrik Makanan dan Minuman) dipenuhi dari dua sumber, yaitu Pabrik Gula Rafinasi yang beroperasi di dalam negeri dan import gula rafinasi siap pakai dari luar negeri. Kompleksitas semakin meningkat ketika Pabrik Gula Rafinasi dalam negeri harus mengimpor bahan baku berupa gula mentah dari luar negeri. Kondisi kompleksitas di atas menimbulkan peluang penyalahgunaan wewenang bila tidak diatur dan ditata dengan kebijakan yang tepat. Hal ini semakin meningkatkan resiko persaingan bagi produsen gula putih domestik bila tingkat

8 36 pasokan gula rafinasi hasil produksi pabrik gula rafinasi dalam negeri serta importasi gula rafinasi siap pakai tidak dikendalikan. Keadaan dapat menjadi lebih buruk bila saling terjadi rembesan pasokan dan permintaan antara gula mentah, gula putih, dan gula rafinasi Pemodelan dan implementasi komputer Dalam penelitian ini proses penulisan dan pembangunan model akan menggunakan pendekatan seperti ketika membuat narasi yang menggambarkan keadaan riel dengan menggunakan susunan kalimat yang terdiri dari subyek, predikat, obyek, dan keterangan. Semua kegiatan ini akan dikomputerisasi baik dalam program sistem dinamis, interpretive structural modelling, analytical hierarchi process dan Bayesian Belief Network. Sebagai contoh dalam pemodelan komputerisasi sistem dinamis, subyek atau pelaku dalam sebuah kalimat berupa kata benda atau kata majemuk yang dibendakan, akan digambarkan sebagai stock dalam pemodelan sistem. Ada empat macam stock, yang bercirikhas kata benda, yaitu: Reservoir Conveyer Queue Oven Perumpamaan kata kerja atau predikat dalam sebuah kalimat, digambarkan dalam pemodelan dengan istilah flow, atau aliran yang terdiri dari 3 jenis: Uniflow aliran satu arah Biflow aliran dua arah bolak balik Unit connected flow aliran yang terkait dengan sebuah unit

9 37 Dengan menggunakan dua instrumen stock dan flow (kata benda dan kata kerja) di atas, kemudian dibuatlah model yang menyerupai susunan kalimat sebagai representasi dari gambaran kondisi riel suatu fenomena. Untuk menyempurnakan kalimat, diperlukan obyek dan keterangan sebagai pelengkap kalimat. Dalam teknik pemodelan menggunakan simbul, sebagai berikut: Lingkaran artinya berfungsi sebagai variabel kontrol Belah ketupat berfungsi sebagai konstanta Tanda Panah Penghubung berfungsi sebagai penghubung atribut. Secara model persamaan matematik, dapat digambarkan salah satu sub model Supply Demand dari agroindustri gula, sebagai berikut: Penawaran gula secara agregat diformulasikan: Supply Gula(t) = Gula(t - dt) + (Produksi_Tebu - Konsumsi) * dt Permintaan gula secara agregat dirumuskan: DemandGula(t) = jumlah_penduduk(t)*konsumsi_gula/_kapita Sub Sistem Produksi Gula secara agregat: ProduksiGula(t)= Produksi_Tebu(t)*Rendemen(t) Sub Sistem Permintaan Gula Konsumsi Rumah Tangga & Industri: Jumlah_penduduk(t) = jumlah_penduduk(t - dt) + (dilahirkan - mati) * dt Dilahirkan (t)= jumlah_penduduk(t)*tingkat kelahiran+(step(10,2005)*dinaik an) Mati (t)= jumlah_penduduk(t)*tingkat_kematian dinaikan = 0 Gula_per_kapita = Gula/jumlah_penduduk Konsumsi_Gula_per_kapita = 2*impact_konservasi pada_konsumsi_tebu Tingkat kelahiran (t)=.2*impact_kekurangan_supply_pd tingkat kelahiran

10 38 Rendemen (t)= GRAPH(Gula/INIT(Gula)) (0.00, ), (0.07, 0.033), (0.14, ), (0.21, ), (0.28, ), (0.35, ), (0.42, ), (0.49, ), (0.56, ), (0.63, ), (0.7, 0.1) Tingkat_kematian(t) = GRAPH(gula_per_kapita/INIT(gula_per_kapita)) (0.00, 1.00), (0.05, 0.665), (0.1, 0.45), (0.15, 0.355), (0.2, 0.32), (0.25, 0.285), (0.3, 0.265), (0.35, 0.245), (0.4, 0.23), (0.45, 0.215), (0.5, 0.2) pengendalian jumlah penduduk impact_kelangkaan tebu pada tingkat kelahiran = GRAPH(gula_per_kapita/INIT(gula_per_kapita)) (0.00, 0.3), (0.1, 0.52), (0.2, 0.795), (0.3, 0.855), (0.4, 0.88), (0.5, 0.92), (0.6, 0.94), (0.7, 0.96), (0.8, 0.97), (0.9, 0.99), (1, 1.00) Proses keputusan konservasi impact_konservasi_pada konsumsi tebu = GRAPH(gula_per_kapita/INIT(gula_per_kapita)) (0.00, 0.345), (0.1, 0.445), (0.2, 0.56), (0.3, 0.68), (0.4, 0.785), (0.5, 0.86), (0.6, 0.9), (0.7, 0.93), (0.8, 0.955), (0.9, 0.98), (1, 1.00) Gambar sub sistem Supply Demand Gula Tebu yang mengintegrasikan dinamika perubahan jumlah penduduk (sisi demand) dan produksi gula sejak dari bahan baku tebu, pabrik, dan distribusi akan diprogramkan dengan menggunakan program Stella dapat dilihat pada Gambar 9.

11 39 Gambar 9 Model supply-demand gula tebu Verifikasi dan validasi model Model merupakan gambaran yang merepresentasikan keadaan nyata. Timbul permasalah berkaitan dengan apakah pembangunan model telah sesuai dengan kaidah yang benar dan apakah model yang dibangun merupakan representasi yang sahih dari realitas yang sedang dikaji sehingga berdaya untuk menggambarkan kondisi di masa depan. Menurut Sargent (2001) verifikasi model adalah tindakan untuk meyakinkan bahwa tahapan pemrograman komputer atas model tersebut telah dilakukan dengan benar. Dengan demikian verifikasi model adalah berupa pembuktian bahwa model berbasis komputer yang telah dibangun tersebut mampu melakukan simulasi dari model abstrak yang dikaji (Eriyatno, 1999). Adapun cara pengujian verifikasi untuk menjamin bahwa proses pembuatan model telah dilakukan dengan benar, maka dilakukan uji prosedur tahapan pemrograman komputer yang benar. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti kaidah pemodelan sesuai petunjuk yang berlaku pada software yang digunakan. Validasi model berkaitan dengan upaya untuk meyakinkan apakah model yang dibangun benar-benar merupakan representasi yang paling sahih dari realitas yang dikaji, sehingga model tersebut dapat menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan.

12 40 Untuk memenuhi persaratan validasi model, maka dilakukanlah pengujian secara terus menerus yang hasilnya digunakan untuk menyempurnakan perhitungan dalam komputerisasi. Adapun cara pengujian validasi untuk menjamin kehandalan model, maka dilakukan uji keabsahan tanda-tanda aljabar, pangkat, besaran (order of magnitude), hubungan fungsional: linier, eksponensial, logaritmik, arah perubahan peubah seiring penggantian input atau parameter, dan pengamatan nilai batas peubah sesuai nilai batas parameter sistem Selanjutnya Sargent (2001) yang merujuk Schlesinger et al. (1979) menjelaskan bahwa validasi model berbasis komputer dimaksudkan agar bila model diaplikasikan dalam dunia nyata maka akan menghasilkan akurasi dan konsistensi hasil yang memuaskan, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh model tersebut. Proses verifikasi dan validasi dapat dilakukan secara bersamaan dan terus menerus serta dilakukan pada tiap-tiap tahapan pemodelan, seperti tahap penyusunan konsep, penyiapan operasional, pengolahan data, hingga proses simulasi Analisis sensitivitas Berbagai peubah dalam model akan memberikan pengaruh yang beragam. Untuk mengetahui peubah mana yang paling berpengaruh, kurang berpengaruh atau lemah pengaruhnya terhadap peubah dependen, maka diperlukan analisis sensitivitas. Pelaksanaan analisis akan diprioritaskan pada peubah yang menonjol pengaruhnya terhadap keseimbangan supply dan demand gula. Peubah yang kurang berpengaruh terhadap keseimbangan supply dan demand gula nasional tidak akan diprioritaskan sebagai unsur pendukung strategi pengembangan dan kebijakan Analisis stabilitas Pemodelan yang baik adalah yang dapat menghasilkan model yang stabil. Kriteria stabilitas dilihat dari sejauh mana model yang dibangun dapat berperilaku konsisten bila model diberi parameter yang acak. Pemberian nilai parameter yang acak dilakukan hingga berada di luar batas tertentu sehingga memenuhi perilaku acak dan tidak berpola secara realistik. Adapun parameter yang akan diberi nilai acak di luar batas sebagai pengecekan analisis stabilitas antara lain adalah kuantitas permintaan gula, dan harga gula yang dipasang pada level ekstrim dengan nilai amat rendah atau amat tinggi.

13 Aplikasi model Aplikasi Model merupakan tahap pengoperasian model hasil rancang bangun untuk melihat secara teliti strategi pengembangan dan kebijakan agroindustri gula tebu, seperti pada : a. Strategi pengembangan produksi gula domestik dari sisi perkebunan tebu, pabrik gula putih guna mengantisipasi dinamika perubahan pasar dan permintaan dalam negeri. b. Kebijakan Moneter berupa tingkat suku bunga, tingkat valuta asing, dan pemberian fasilitas pendanaan bagi agroindustri gula untuk mengantisipasi dinamika supply-demand gula domestik maupun internasional c. Kebijakan Fiskal berupa seluruh kebijakan yang terkait dengan sektor riel untuk mengantisipasi kelancaran produksi, distribusi, tata niaga ekspor-impor, tata kelola kelembagaan. d. Strategi pengelolaan usaha yang kompetitif melalui segmentasi produk, segmentasi bentuk usaha, penciptaan merek dagang, modifikasi teknologi dan modifikasi input produksi sehingga menghasilkan alternatif output produksi yang berdaya saing. e. Strategi management mutu, pengendalian biaya, efisiensi rantai pasok, peningkatan kemampuan sumber daya manusia, dan tata kelola perkebunan yang baik, serta praktek pabrikasi yang efisien Simulasi model Dari kerangka pemodelan di atas, selanjutnya akan ditentukan komponenkomponen modul untuk melengkapi kebutuhan sistem secara kesuluruhan. Penelitian ini diharapkan dapat membuahkan hasil program komputer pendukung perumusan strategi yang mampu mensimulasikan dengan memperhatikan dan menggunakan berbagai variabel dan asumsi yang relevan. Program simulasi akan menggunakan paket pemrograman perangkat lunak STELLA Program Versi 9.1.4, produksi Iseesistems. Halaman interface dialog input dan output hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 10.

14 42 Gambar 10 Interface model simulasi sistem dinamis 4.3 Pengumpulan data Sebagai langkah sistematik yang akan dijadikan tolok kerja penelitian, maka akan ditentukan tahapan penelitian yang dimulai dari penyusunan kuesioner, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, tempat dan waktu penelitian. Berikut rincian langkah di atas: Tahap penyusunan kuesioner Isi kuesioner bagi masing-masing pihak akan dikembangkan sesuai dengan rencana penelitian yang paling tidak harus mampu menggambarkan tentang: Kebutuhan keadaan yang diharapkan dan yang tidak diharapkan dari praktek yang ada saat ini pada tiap-tiap pihak. Persyaratan kualitas yang harus disepakati bersama yang mengkaitkan dua pihak atau lebih. Perihal harga, biaya, dan aspek keuangan lain seperti valuta asing dan suku bunga pinjaman. Perihal keinginan ke depan, rencana pengembangan, dan harapan Metoda pengumpulan data dan observasi Kegiatan selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data dan observasi yang dapat dirinsi sebagai berikut:

15 43 1. Penelitian ini akan menggunakan data primer dan sekunder. Data Primer akan dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan kuesioner dari sampel yang diambil secara tertata dan sengaja (purposive sampling ). 2. Wawancara dilakukan pada tahap awal penelitian untuk menggali lebih dalam tentang permasalahan yang dihadapi oleh para pemangku kepentingan dalam sistem, menggali kebutuhan dan menjelaskan faktor-fkator yang berpengaruh. 3. Khusus wawancara pada kelompok pemangku kepentingan (petani, importir, fabrikan, distributor, konsumen) dilakukan dengan menggunakan pertanyaan terarah. 4. Bagi target penelitian yang secara mandiri mampu mengisi kuesionier, maka mereka disediakan kuesioner khusus. 5. Observasi fabrikan dan petani dilakukan di kawasan sabuk gula, mulai dari Yogyakarta ke arah timur hingga Pasuruan, disamping itu dilakukan di Lampung sebagai representasi pabrik gula di luar Jawa. 4.4 Metoda pengolahan data Setelah kebutuhan data untuk penelitian ini terpenuhi, langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan analisis data yang dapat dilaksanakan secara paralel dengan kelengkapan penulisan dan pemodelan. Pengolahan data menggunakan program komputer Stella untuk merumuskan hubungan antar elemen yang terlibat dalam sistem.

Gambar 15 Diagram model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu.

Gambar 15 Diagram model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu. 52 6 PENGEMBANGAN MODEL 6.1 Analisis model sistem dinamis agroindustri gula tebu Sesuai dengan metodologi, maka rancang bangun sistem dinamis bagi pengambilan keputusan kompleks pada upaya pengembangan

Lebih terperinci

7 SIMULASI MODEL DINAMIS

7 SIMULASI MODEL DINAMIS 62 7 SIMULASI MODEL DINAMIS Setelah model berhasil dibangun, maka dilanjutkan langkah berikut berupa simulasi model sistem dinamis menggunakan software Stella yang dibantu oleh model pendukung berbasis

Lebih terperinci

9 KESIMPULAN DAN SARAN

9 KESIMPULAN DAN SARAN 74 9 KESIMPULAN DAN SARAN 9.1 Kesimpulan Penelitian ini menghasilkan model sistem dinamis untuk mengambil keputusan kompleks bagi pengembangan agroindustri gula tebu. Dengan model ini dapat ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sistem pasokan bahan baku dalam suatu agroindustri merupakan salah satu faktor yang penting untuk menjaga kelangsungan proses produksi. Sistem pasokan ini merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik dari dimensi ekonomi, sosial, maupun politik. Indonesia memiliki keunggulan komparatif sebagai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompleksitas dinamis merupakan salah satu ciri yang terjadi pada ranah agroindustri saat ini. Fenomena ini merupakan akibat yang disebabkan sekurangkurangnya oleh tiga

Lebih terperinci

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional 83 4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Produktivitas gula yang cenderung terus mengalami penurunan disebabkan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman tebu hingga pabrik

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN 203 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisis terhadap faktor-faktor yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 66 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula 2.1.1 Subsistem Input Subsistem input merupakan bagian awal dari rangkaian subsistem yang ada dalam sistem agribisnis. Subsistem ini menjelaskan pasokan kebutuhan

Lebih terperinci

KAJIAN KETERKAITAN PELAKU PERGULAAN NASIONAL: SUATU PENGHAMPIRAN MODEL DINAMIKA SISTEM

KAJIAN KETERKAITAN PELAKU PERGULAAN NASIONAL: SUATU PENGHAMPIRAN MODEL DINAMIKA SISTEM KAJIAN KETERKAITAN PELAKU PERGULAAN NASIONAL: SUATU PENGHAMPIRAN MODEL DINAMIKA SISTEM Disusun oleh : Lilik Khumairoh 2506 100 096 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M. Eng. Latar

Lebih terperinci

Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor. Lilis Ernawati

Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor. Lilis Ernawati Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor Lilis Ernawati 5209100085 Dosen Pembimbing : Erma Suryani S.T., M.T., Ph.D. Latar Belakang

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Indonesia memiliki potensi bahan baku industri agro, berupa buah buahan tropis yang cukup melimpah. Namun selama ini ekspor yang dilakukan masih banyak dalam bentuk buah segar

Lebih terperinci

YOGYAKARTA, 9 SEPTEMBER 2017 FGD "P3GI" 2017

YOGYAKARTA, 9 SEPTEMBER 2017 FGD P3GI 2017 IMPLEMENTASI INSENTIF PERATURAN BAHAN BAKU MENTERI RAW PERINDUSTRIAN SUGAR IMPORNOMOR 10/M-IND/3/2017 UNTUK PABRIK DAN GULA KEBIJAKAN BARU DAN PEMBANGUNAN PABRIK PERLUASAN PG BARU DAN YANG PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT DI PULAU SUMATERA

KELAPA SAWIT DI PULAU SUMATERA & UNIVERSITAS RIAU BLUE PRINT PERENCANAAN STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK SISTEM INFORMASI KOPERASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM RANGKA MENGUBAH SISTEM INFORMASI MANUAL MENUJU SISTEM INFORMASI TERKOMPUTERISASI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran

IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran Manajemen rantai pasokan berkembang menjadi langkah strategis yang menyinergikan pemasaran, pabrikasi, dan pengadaan dalam suatu hubungan yang kompleks dalam rangkaian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem sesuai dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem sesuai dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penulisan ini dilakukan dengan menggunakan metoda System Dynamics yaitu sebuah simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem

Lebih terperinci

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel 54 ANALISIS SISTEM Sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa seperti halnya agroindustri lainnya memiliki hubungan antar elemen yang relatif kompleks dan saling ketergantungan dalam pengelolaannya.

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perencanaan produksi sebagai suatu keputusan awal yang mempengaruhi aktifitas pada kegiatan lainnya memiliki peran penting untuk mengantisipasi terjadinya inefisiensi

Lebih terperinci

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

METODOLOGI Kerangka Pemikiran METODOLOGI Kerangka Pemikiran Semakin berkembangnya perusahaan agroindustri membuat perusahaanperusahaan harus bersaing untuk memasarkan produknya. Salah satu cara untuk memenangkan pasar yaitu dengan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja memiliki makna yang lebih dibandingkan dengan definisi yang sering digunakan yaitu hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja adalah kemampuan kerja yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daging merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, serta merupakan komoditas ekonomi yang mempunyai nilai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 65 3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan utama yang dihadapi industri gula nasional yaitu rendahnya kinerja khususnya produktivitas dan efisiensi pabrik gula. Untuk menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL. ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL Peneliti: Fuat Albayumi, SIP., M.A NIDN 0024047405 UNIVERSITAS JEMBER DESEMBER 2015

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Berlian Porter Dayasaing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.

Lebih terperinci

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Formatted: Swedish (Sweden) Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 menunjukkan bahwa sistem kemitraan setara usaha agroindustri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Pemodelan sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang berperan menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, dan telur yang mengandung zat gizi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SISTEM PERIKANAN TERI (STOLEPHORUS SPP) DI DESA SUNGSANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN

IDENTIFIKASI SISTEM PERIKANAN TERI (STOLEPHORUS SPP) DI DESA SUNGSANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN PG-122 IDENTIFIKASI SISTEM PERIKANAN TERI (STOLEPHORUS SPP) DI DESA SUNGSANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN Fauziyah 1,, Khairul Saleh 2, Hadi 3, Freddy Supriyadi 4 1 PS Ilmu Kelautan Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun ke tahun menjadikan kebutuhan pangan juga semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan pangan tersebut tidak hanya terbatas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 42 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Pemerintah daerah Sumatera Barat dalam rangka desentralisasi dan otonomi daerah melakukan upaya memperbaiki perekonomian dengan menfokuskan pengembangan

Lebih terperinci

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 83 V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 5.1. Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produktivitas Gula Hablur Indonesia Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tujuan penanaman tebu adalah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis (dynamics system). Metode

Lebih terperinci

Simulasi Dan Analisis Kebijakan

Simulasi Dan Analisis Kebijakan Bab VI. Simulasi Dan Analisis Kebijakan Dalam bab ini akan dipaparkan skenario-skenario serta analisis terhadap perilaku model dalam skenario-skenario. Model yang disimulasi dengan skenario-skenario terpilih

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Kegiatan industri gula terdiri dari kegiatan proses produksi dan kegiatan unit-unit operasi. Kegiatan proses produksi berlangsung pada proses penggilingan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di daerah tropis seperti Indonesia, jagung memiliki kontribusi sebagai komponen industri pakan. Lebih dari 50% komponen pakan pabrikan adalah jagung. Hal ini

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. PENDEKATAN SISTEM

IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. PENDEKATAN SISTEM IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Lele merupakan salah satu ikan air tawar yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Banyak jenis maupun varietas yang ada dan dikembangbiakkan di Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas yang mempunyai posisi strategis dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2000 sampai tahun 2005 industri gula berbasis tebu merupakan

Lebih terperinci

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 83 BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 5.1. Konfigurasi Model Analisis sistem pada Bab IV memperlihatkan bahwa pengembangan agroindustri sutera melibatkan berbagai komponen dengan kebutuhan yang beragam,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL

BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL Pada bagian analisis kebijakan, terlebih dahulu akan dilakukan analisis pada model dasar, dan kemudian dilanjutkan dengan analisis penerapan skenario kebijakan yang telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi organik telah menjadi salah satu komoditi ekspor unggulan di Aceh Tengah karena merupakan salah satu jenis kopi arabika dengan nilai harga jual tertinggi di dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia gula merupakan komoditas terpenting nomor dua setelah

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia gula merupakan komoditas terpenting nomor dua setelah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia gula merupakan komoditas terpenting nomor dua setelah beras. Gula menjadi begitu penting bagi masyarakat yakni sebagai sumber kalori. Pada umumnya gula digunakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA

V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA 59 V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA 5.1. Perkembangan Kondisi Pergulaan Nasional 5.1.1. Produksi Gula dan Tebu Produksi gula nasional pada tahun 2000 sebesar 1 690

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini perekonomian domestik tidak bisa berdiri sendiri melainkan dipengaruhi juga oleh kondisi ekonomi global. Pengalaman telah menunjukkan bahwa pada triwulan III tahun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Langkah-Langkah Penelitian Untuk mencapai maksud dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan kemudian disusun metodologi penelitian yang terdiri dari langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA SISTEM

BAB IV ANALISA SISTEM 71 BAB IV ANALISA SISTEM 4.1. Analisa Situasional Agroindustri Sutera Agroindustri sutera merupakan industri pengolahan yang menghasilkan sutera dengan menggunakan bahan baku kokon yaitu kepompong dari

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 55 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Membangun agroindustri yang tangguh dan berdaya saing tinggi seharusnya dimulai dengan membangun sistem jaringan rantai pasokan yang tangguh dan saling menguntungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan komponen otomotif baik untuk kendaraan baru (original equipment manufacture) dan spare parts (after market) cukup besar. Menurut data statistik jumlah populasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah-Langkah Penelitian Dalam usaha mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan, disusun suatu metodologi penelitian. Adapun langkah- langkah yang disusun adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Industri Pertumbuhan industri bisa dilihat dari sumbangan sektor industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Semakin besar sumbangan terhadap PDB maka

Lebih terperinci

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Keadilan diartikan sebagai keadilan antar kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penelitian Rancang Bangun Model Dinamis Pengelolaan Agroindustri

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penelitian Rancang Bangun Model Dinamis Pengelolaan Agroindustri BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari penelitian Rancang Bangun Model Dinamis Pengelolaan Agroindustri Perikanan Lele Lahan Kering didapatkan kesimpulan, bahwa: 1. Penelitian ini telah menghasilkan

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan: 1. Model ekonomi tanaman pangan Indonesia yang dibangun dengan pendekatan

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikan lele pada beberapa tahun ini mengalami peningkatan karena permintaan

BAB I PENDAHULUAN. ikan lele pada beberapa tahun ini mengalami peningkatan karena permintaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ikan lele merupakan ikan air tawar yang teknologi budidayanya relatif mudah dikuasai masyarakat dengan modal usaha yang cukup rendah. Konsumsi ikan lele pada beberapa

Lebih terperinci

3.3. PENGEMBANGAN MODEL

3.3. PENGEMBANGAN MODEL Selain teknologi pemupukan dan OPT, mekanisasi merupakan teknologi maju yang tidak kalah penting, terutama dalam peningkatan kapasitas kerja dan menurunkan susut hasil. Urbanisasi dan industrialisasi mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang mendasari penelitian diantaranya yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN 76 VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN Sistem pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas sistem lokasi unggulan, industri inti unggulan, produk unggulan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang

BAB I PENDAHULUAN. maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah nasional menghadapi tantangan dari negara-negara maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang saat ini masih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN GULA KRISTAL RAFINASI DI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN GULA KRISTAL RAFINASI DI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN GULA KRISTAL RAFINASI DI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Industri semen merupakan salah satu penopang

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM

IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasok Sutera Alam berbasis Web dirancang sebagai alat bantu yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan rantai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Agribisnis Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih

Lebih terperinci

8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG Abstrak Strategi peningkatan sektor perikanan yang dipandang relatif tepat untuk meningkatkan daya saing adalah melalui pendekatan klaster.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, kebutuhan manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR KAJIAN KEBIJAKAN DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDUSTRI GULA UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

LAPORAN AKHIR KAJIAN KEBIJAKAN DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDUSTRI GULA UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA LAPORAN AKHIR KAJIAN KEBIJAKAN DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDUSTRI GULA UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA Oleh: Supriyati Sri Hery Susilowati Ashari Mohamad Maulana Yonas Hangga Saputra Sri Hastuti

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM. Analisa Situasional

ANALISA SISTEM. Analisa Situasional ANALISA SISTEM Metodologi sistem didasari oleh tiga pola pikir dasar keilmuan tentang sistem, yaitu (1) sibernetik, atau berorientasi pada tujuan. Pendekatan sistem dimulai dengan penetapan tujuan melalui

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO Pada bab sebelumnya, telah dilakukan analisis dampak kebijakan Gernas dan penerapan bea ekspor kakao terhadap kinerja industri

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam situasi global tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara tidak dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Indonesia yang kaya akan budaya dan hasil alamnya memiliki banyak industri yang menggantungkan usahanya pada hasil alam tersebut. Salah satu industri yang menggabungkan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI iii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 II. TUGAS POKOK DAN FUNGSI... 2

Lebih terperinci

Perkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009

Perkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009 Perkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009 Sembilan bahan pokok (Sembako) merupakan salah satu masalah vital dalam suatu Negara. Dengan demikian stabilitasnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan zaman kerap kali diikuti dengan beraneka ragamnya aktivitasaktivitas yang dilakukan masyarakat pada berbagai segi kehidupan. Semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 1 i DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1.2. Maksud dan Tujuan... 1.3. Sasaran... 1.4 Dasar

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 18 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Lokasi pelaksanaan penelitian adalah di Kelurahan Situ Gede Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Jawa Barat dan Daerah Irigasi Cihea yang mencakup tiga kecamatan yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI BERSAING GULA RAFINASI (Studi pada PT. Jawamanis Rafinasi, Cilegon, Banten) OLEH SITI FAJAR ISNAWATI H

ANALISIS STRATEGI BERSAING GULA RAFINASI (Studi pada PT. Jawamanis Rafinasi, Cilegon, Banten) OLEH SITI FAJAR ISNAWATI H ANALISIS STRATEGI BERSAING GULA RAFINASI (Studi pada PT. Jawamanis Rafinasi, Cilegon, Banten) OLEH SITI FAJAR ISNAWATI H34066114 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali usaha di bidang tekstil. Suatu perusahaan dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali usaha di bidang tekstil. Suatu perusahaan dituntut untuk mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi saat ini, persaingan dalam segala bidang usaha semakin ketat, seperti dalam bidang ekspor impor, pariwisata, pertanian, tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyerupai otak manusia yang dikenal dengan jaringan syaraf tiruan.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyerupai otak manusia yang dikenal dengan jaringan syaraf tiruan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi saat ini dapat dimanfaatkan untuk membantu dan menggantikan kelemahan-kelemahan manusia, salah satu bentuk dari kecanggihan teknologi tersebut adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung merupakan jenis tanaman serealia yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian nasional, mengingat fungsinya yang multiguna. Jagung dapat dimanfaatkan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan produksi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan yang memungkinkan dilakukannya proses

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN HARGA GULA

ANALISIS PERKEMBANGAN HARGA GULA ANALISIS PERKEMBANGAN HARGA GULA I. DINAMIKA HARGA 1.1. Harga Domestik 1. Jenis gula di Indonesia dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu Gula Kristal Putih (GKP) dan Gula Kristal Rafinasi (GKR). GKP adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2007 di pabrik gula baik yang konvensional maupun yang rafinasi serta tempat lain yang ada kaitannya dengan bidang penelitian.

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS POSISI DAN TINGKAT KETERGANTUNGAN IMPOR GULA KRISTAL PUTIH DAN GULA KRISTAL RAFINASI INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL (Analysis of the Position and Level of Dependency on Imported White Sugar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman 24 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Tebu 2.1.1 Budidaya Tebu Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimum dan dicapai hasil yang diharapkan.

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Basis Data

Sistem Manajemen Basis Data 85 KONFIGURASI MODEL Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pengembangan Agrokakao bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pelaku yang terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri yang melibatkan berbagai aktivitas dan operasi bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak lingkungan yang ditimbulkan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci