ANALISA SISTEM. Analisa Situasional
|
|
- Sudomo Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISA SISTEM Metodologi sistem didasari oleh tiga pola pikir dasar keilmuan tentang sistem, yaitu (1) sibernetik, atau berorientasi pada tujuan. Pendekatan sistem dimulai dengan penetapan tujuan melalui analisa kebutuhan, (2) holistik, yaitu cara pandang yang utuh terhadap keseluruhan sistem, dan () efektif, yaitu mendahulukan hasil guna yang operasional baru dipikirkan efisiensi keputusan. Berdasarkan pola pikir ini metodologi sistem bertujuan untuk mendapatkan gugus alternatif sistem yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi dan diseleksi (Eriyatno, 1999). Metodologi ini terdiri dari dua tahapan yaitu tahapan analisa (analisa sistem) dan tahapan sintesa (rekayasa sistem) atau pemodelan sistem. Analisa sistem dimulai dengan tahap analisa kebutuhan, yaitu kebutuhan yang hendak dipenuhi dengan pembentukan sistem. Analisa kebutuhan dapat merupakan hasil survey, pendapat para ahli, hasil diskusi, observasi lapang dan lainnya. Dari hasil analisa kebutuhan para pelaku dalam sistem akan dapat diformulasikan permasalahan dalam sistem untuk mencapai tujuan. Setelah tahap analisa kebutuhan maka dilakukan identifikasi sistem yaitu mencari mata rantai hubungan antara kebutuhan dengan masalah yang harus dipecahkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Identifikasi ini digambarkan dalam diagram lingkar sebab-akibat (causal loops) dan diagram input output dari berbagai komponen yang dianggap mempengaruhi tujuan sistem. Analisa Situasional Agroindustri akarwangi di Kabupaten Garut tersebar mendekati lokasi pertanaman akarwangi di empat kecamatan yaitu Kecamatan Samarang, Kecamatan Leles, Kecamatan Cilawu dan Kecamatan Bayongbong. Jumlah total pengusaha agroindustri akarwangi di keempat kecamatan tersebut pengusaha dengan 4 unit ketel penyulingan. Kapasitas rata-rata ketel penyulingan sekitar 1400 kg bahan terna akarwangi kering angin dengan bonggol per kali suling.
2 0 Usaha agroindustri akarwangi rata-rata merupakan usaha kecil dengan asset kurang dari Rp 200 juta dan jumlah pekerja sekitar orang. Rata-rata investasi tetap yang ditanamkan pada usaha ini sebesar Rp 15 juta yang terdiri dari investasi alat suling sebesar Rp 1 juta dan investasi tanah dan bangunan sebesar Rp 55 juta. Sedangkan modal kerja yang dibutuhkan rata-rata sebesar Rp 22 juta. Sumber permodalan umumnya berasal dari pengusaha sendiri. Kapasitas berjalan usaha berfluktuatif antar bulan karena dipengaruhi ketersediaan bahan baku. Pada Mei dan Juni rata-rata dapat dilakukan 25 kali suling per bulan, bulan Juli Oktober rata-rata 20 kali suling per bulan, bulan November Januari rata-rata 15 kali suling per bulan dan bulan Februari April rata-rata kali suling per bulan. Dengan demikian rata-rata per bulan kapasitas berjalan alat suling sepanjang tahun sebanyak 1 kali suling. Penyulingan dilakukan selama 14 jam dengan sistem uap air pada tekanan 4-5 atm. Rendemen minyak akarwangi yang didapat rata-rata sebesar 0,0% dari bobot terna bahan baku akarwangi kering angin dengan bonggol. Dengan demikian setiap kali suling dengan bobot terna bahan baku akarwangi seberat 1400 kg maka akan didapat sekitar 4,2 kg minyak akarwangi. Minyak akarwangi yang ditampung dipisahkan secara manual dari air uap penyulingan. Sedangkan terna akarwangi sisa penyulingan hanya dibakar dan dibuang. Jumlah pekerja penyulingan rata-rata sebanyak orang yang terdiri dari satu orang tenaga tetap sebagai teknisi dan digaji per bulan dengan besar gaji sebesar Rp per bulan dan dua orang tenaga tidak tetap yang dibayar sebesar Rp per kali suling untuk kedua orang tersebut. Biaya operasional lain yang cukup besar adalah biaya bahan baku akarwangi dan biaya bahan bakar minyak untuk pembakaran. Dengan harga bahan baku sekitar Rp 0 per kg akarwangi maka dengan kapasitas per kali suling seberat 1400 kg diperlukan biaya bahan baku sebesar Rp Sedangkan untuk pembakaran diperlukan sekitar 20 liter minyak tanah per kali suling, sehingga jika harga minyak tanah sebesar Rp 2.00 per liter maka diperlukan sekitar Rp untuk biaya bahan bakar per kali suling. Pendapatan usaha akarwangi sangat ditentukan oleh penerimaan usahanya dan biaya operasional yang dikeluarkan. Besarnya penerimaan ditentukan oleh
3 1 kapasitas berjalan usaha, tingkat rendemen yang didapat dan harga minyak akarwangi. Sedangkan biaya operasional yang terbesar adalah biaya bahan baku terna akarwangi dengan kontribusi terhadap total biaya sekitar 48%, dan biaya bahan bakar minyak tanah dengan kontribusi sekitar 9%, kontribusi biaya tenaga kerja sekitar % dan biaya lainnya sekitar 7%. Akarwangi Pembersihan Air Destilasi Ampas Pemotongan Bonggol Evaporasi Pengeringan Separasi Akarwangi Kering Minyak Akarwangi Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Minyak Akarwangi Pada umumnya pengusaha minyak akarwangi menjual hasil minyaknya ke pengumpul di Ibukota Kabupaten. Selain PT Jasulawangi sebagai pengumpul juga ada pengumpul perorangan di Ibukota Kabupaten tersebut. Harga terna bahan baku akarwangi selalu fluktuatif setiap tahun (Gambar 14.). Harga ini selain dipengaruhi oleh ketersediaan akarwangi juga dipengaruhi oleh harga minyak akarwangi yang terjadi. Rata-rata harga terna bahan baku akarwangi dalam lima tahun terakhir sekitar Rp 0 per kg. Demikian pula dengan harga minyak atsiri selalu fluktuatif setiap tahun (Gambar 15.). Harga minyak akarwangi ini dipengaruhi oleh harga yang terjadi dipasar internasional. Rata-rata harga minyak akarwangi dalam lima tahun terakhir sekitar Rp per kg.
4 2 (Rp/kg) Bulan Sumber: Sub Dinas Perkebunan Kabupaten Garut, 200. Gambar 14. Grafik perkembangan harga akarwangi di Kabupaten Garut (Rp. Ribu/kg) Bulan Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Garut, 200 Gambar 15. Grafik perkembangan harga minyak akarwangi di Kabupaten Garut Lembaga keuangan syariah dapat berbentuk Bank seperti Bank syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) atau bukan Bank seperti Koperasi Jasa dan Keuangan Syariah (KJKS) dan Baitul Maal Wat Tamwi (BMT). Hasil
5 pengamatan di Kabupaten Garut menunjukkan pola pembiayaan yang sering diberikan oleh LKS sebagian besar (+ 90%) murabahah, diikuti pola mudarabah, musyarakah dan gadai dengan sektor pembiayaan utama yang telah dilayani adalah perdagangan umum, diikuti perdagangan hasil pertanian, industri rumah tangga dan jasa dan lainnya. Jangka waktu pembiayaan umumnya antara 24 bulan, bahkan untuk perdagangan umum dengan pola murabahah dapat antara 1 5 bulan. Tingkat keuntungan pembiayaan yang didapat antara 1,5% - 2,5% per bulan dengan rata-rata 2% per bulan. Syarat yang ditentukan bagi pembiayaan dengan pola bagi hasil dan bagi resiko adalah: (1) Usaha yang akan dibiayai sesuai dengan syariah. (2) Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan harus benar dan transparansi sehingga dapat terlihat porsi keuntungan. () Dari sisi karakter harus benar-benar nasabah yang amanah dan dapat dipercaya. Kendala yang dihadapi LKS untuk membiayai bidang agroindustri saat ini adalah tingginya fluktuasi harga bahan baku agroindustri dan harga produk sehingga margin yang didapat tidak besar, resiko yang harus ditanggung besar karena fluktuatif harga tersebut, pembukuan keuangan agroindustri khususnya UK agroindustri yang tidak sesuai kaidah akuntansi sehingga sulit menentukan keuntungan usaha untuk menetapkan bagi hasil dan kurangnya permodalan LKS khususnya pada KJKS dan BMT untuk membiayai agroindustri. Analisa Kebutuhan Model evaluasi kelayakan pembiayaan usaha agroindustri minyak atsiri dengan pola syariah yang dibuat harus dapat mengidentifikasi kebutuhan setiap pelakunya yang dapat mempengaruhi jalannya sistem. Untuk itu perlu diidentifikasi pelaku dan kebutuhan dari masing-masing pelaku tersebut didalam sistem sebagai langkah pertama pendekatan sistem. Hasil identifikasi pelaku dalam sistem pembiayaan usaha agroindustri minyak atsiri akarwangi dengan pola syariah adalah: (1) Pengusaha penyulingan minyak atsiri; (2) Lembaga keuangan syariah; () Petani tanaman atsiri; (4) Eksportir minyak atsiri; (5) Pedagang perantara minyak atsiri; () Pemerintah. Kebutuhan dari masingmasing pelaku dalam sistem ini dapat dilihat pada Tabel 7 dibawah ini.
6 4 Tabel 7. Pelaku dan kebutuhan pelaku Pelaku Pengusaha Penyulingan Minyak Atsiri Akarwangi Lembaga Keuangan Syariah Petani akarwangi Eksportir Minyak Atsiri Akarwangi Pedagang Perantara Minyak Atsiri akarwangi Pemerintah Kebutuhan Pelaku 1. Ketersediaan modal usaha dengan biaya modal dan resiko yang rendah. 2. Ketersediaan bahan baku terna akarwangi terjamin. Harga bahan baku terna akarwangi rendah 4. Rendemen minyak atsiri tinggi 5. Biaya operasional rendah. Pemasaran terjamin 7. Harga minyak akarwangi tinggi 1. Tingkat resiko pembiayaan rendah 2. Tingkat keuntungan pembiayaan yang tinggi. Peningkatan jumlah nasabah LKS 1. Produksi terna tinggi 2. Harga jual terna tinggi. Biaya usahatani rendah 4. Pasar terna terjamin 1. Margin keuntungan tinggi 2. Mutu minyak atsiri tinggi. Ketersediaan pasokan minyak atsiri tinggi 4. Kepastian pasar ekspor tinggi 1. Margin keuntungan tinggi 2. Mutu minyak atsiri tinggi. Ketersediaan pasokan minyak atsiri tinggi 4. Kepastian pasar tinggi 1. Meningkatnya lapangan pekerjaan 2. Meningkatnya pendapatan masyarakat. Meningkatnya pendapatan devisa 4. Meningkatnya pendapatan daerah 5. Terjaganya kelestarian lingkungan
7 5 Formulasi Permasalahan Berdasarkan kebutuhan para pelaku diatas, permasalahan yang dihadapi pelaku agroindustri minyak atsiri dalam kaitannya dengan kelayakan pembiayaan agroindustri dengan pola syariah adalah: 1. Harga minyak atsiri yang selalu fluktuatif dan tidak pasti menyebabkan keuntungan usaha agroindustri minyak akarwangi menjadi sangat tidak pasti. Ketidakpastian pendapatan ini akan mengakibatkan ketidakpastian tingkat keuntungan yang akan didapat oleh LKS atas pembiayaan yang dilakukannya dan yang didapat oleh pengusaha minyak akarwangi atas investasi dan usaha yang dilakukannya. 2. Harga bahan baku terna akarwangi yang selalu fluktuatif dan tidak pasti menyebabkan biaya produksi minyak akarwangi menjadi tidak pasti sehingga menambah tingkat ketidakpastian pendapatan usaha agroindustri minyak akarwangi.. Tidak adanya kepastian tingkat kapasitas berjalan usaha minimal yang harus dilaksanakan oleh pengusaha pengolahan minyak akarwangi. Kapasitas berjalan usaha yang rendah yang ditandai dengan jumlah penyulingan per bulan yang rendah akan mengakibatkan tingkat pendapatan usaha yang rendah. 4. Tidak adanya kepastian nisbah bagi hasil dan bagi resiko yang memuaskan kedua belah pihak antara pengusaha agroindustri akarwangi dengan lembaga keuangan syariah yang akan turut membiayai usaha tersebut. Lembaga keuangan syariah dalam ikut serta melakukan pembiayaan suatu usaha memiliki target keuntungan minimal yang harus didapat dari pembiayaannya agar dapat memberi bagi hasil yang layak pada deposan yang telah menitipkan uangnya, dapat menutupi biaya over head yang dikeluarkannya dan mendapat keuntungan yang layak dari pembiayaan yang dilakukan. Dipihak lain pengusaha juga ingin mendapatkan imbalan yang layak atas usahanya terlebih jika usaha yang diberikan melebihi target kapasitas berjalan usaha minimal yang telah ditetapkan.
8 Identifikasi Sistem Identifikasi sistem dimaksudkan untuk menentukan batasan sistem dan ruang lingkup penelaahan sistem. Disamping itu identifikasi sistem juga merupakan mata rantai hubungan antara kebutuhan dengan masalah yang harus dipecahkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Identifikasi sistem dapat digambarkan dalam bentuk diagram input-ouput. Diagram Input-Output menggambarkan masukan dan keluaran dari model yang dikembangkan. Masukan dalam model terdiri dari masukan terkontrol dari dalam sistem, masukan tak terkontrol dari dalam sistem dan masukan dari luar sistem atau masukan lingkungan. Sedangkan keluaran dalam model terdiri dari keluaran yang dikehendaki dan keluaran yang tidak dikehendaki. Masukan terkontrol merupakan peubah variabel yang dapat divariasikan dengan tujuan agar keluaran yang tidak dikehendaki tidak terjadi. Apabila terjadi keluaran yang tidak dikehendaki maka masukan terkontrol harus dirubah besarannya. Masukan terkontrol ini bersama dengan masukan tidak terkontrol dan masukan lingkungan diproses dalam kotak hitam sistem pembiayaan agroindustri minyak atsiri dengan pola syariah sehingga menghasilkan keluaran yang dikehendaki. Input terkontrol dalam model evaluasi kelayakan pembiayaan agroindustri minyak atsiri dengan pola syariah meliputi skema pembiayaan, nisbah bagi hasil dan bagi resiko, kapasitas berjalan produksi, teknologi pengolahan, sistem pengadaan bahan baku dan target LKS atas hasil pembiayaan. Pengendalian input terkontrol merupakan langkah kritis untuk mencapai output yang dikehendaki yaitu tingkat pengembalian pembiayaan usaha yang tinggi, tingkat resiko pembiayaan yang rendah serta pengusaha mampu mengembalikan pembiayaan yang diterimanya. Dengan pengendalian input terkontrol diharapkan juga dapat sekaligus mencegah timbulnya output yang tidak dikehendaki yaitu biaya produksi yang meningkat, efisiensi usaha yang menurun, kelebihan produksi minyak atsiri serta menurunnya laba operasional usaha.
9 7 Input Lingkungan Kondisi ekonomi nasional Kondisi pasar minyak atsiri internasional Input Tak Terkontrol Harga minyak atsiri Harga bahan baku Rendemen Persaingan industri Output yang Dikehendaki Tingkat keuntungan pembiayaan usaha yang tinggi Tingkat resiko pembiayaan yang rendah. Pengusaha mampu mengembalikan pembiayaan Sistem Pembiayaan Agroindustri Minyak Atsiri dengan Pola Syariah Input Terkontrol Skema pembiayaan Nisbah bagi hasil dan bagi resiko Kapasitas berjalan produksi Teknologi pengolahan Sistem Pengadaan Bahan Baku Target LKS atas hasil pembiayaan Output Tidak Dikehendaki Biaya produksi meningkat Efisiensi usaha menurun Laba operasional usaha menurun MANAJEMEN PENGENDALIAN Gambar 1. Diagram input output sistem pembiayaan agroindustri minyak atsiri dengan pola syariah
10 8 Input tak terkontrol dalam model meliputi harga minyak atsiri, harga bahan baku dan rendemen serta persaingan industri. Input tak terkontrol ini akan mempengaruhi sistem dan menentukan pula apakah yang akan didapat output yang dikehendaki atau output yang tidak dikehendaki. Prakiraan nilai input tak terkontrol dimasa depan dapat mengantisipasi hal tersebut.
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pada pembiayaan investasi pola musyarakah, hasil laba operasional usaha dibagi antar investor dengan menggunakan nisbah tertentu. Ketidakpastian tingkat hasil laba
Lebih terperinciPEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem
76 PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem Sistem Rantai Pasok Agroindustri Minyak Nilam secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) level pelaku utama, yaitu: (1) usahatani nilam, (2) industri
Lebih terperinciIV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. PENDEKATAN SISTEM
IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Lele merupakan salah satu ikan air tawar yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Banyak jenis maupun varietas yang ada dan dikembangbiakkan di Indonesia.
Lebih terperinciANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT
ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak akar wangi merupakan salah satu ekspor
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
66 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka
Lebih terperinciTabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel
54 ANALISIS SISTEM Sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa seperti halnya agroindustri lainnya memiliki hubungan antar elemen yang relatif kompleks dan saling ketergantungan dalam pengelolaannya.
Lebih terperinciVII. IMPLEMENTASI MODEL
VII. IMPLEMENTASI MODEL A. HASIL SIMULASI Simulasi model dilakukan dengan menggunakan data hipotetik berdasarkan hasil survey, pencarian data sekunder, dan wawancara di lapangan. Namun dengan tetap mempertimbangkan
Lebih terperinciPEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Sistem Manajemen Basis Pengetahuan Evaluasi resiko usaha
PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Model evaluasi kelayakan pembiayaan agroindustri minyak atsiri dengan pola syariah dirancang dalam suatu perangkat lunak komputer sistem manajemen ahli (SMA), dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai
I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Salah satunya sebagai sumber penerimaan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA SISTEM
71 BAB IV ANALISA SISTEM 4.1. Analisa Situasional Agroindustri Sutera Agroindustri sutera merupakan industri pengolahan yang menghasilkan sutera dengan menggunakan bahan baku kokon yaitu kepompong dari
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi
1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia memiliki peran strategis. Pada akhir tahun 2012, jumlah UMKM di Indonesia 56,53 juta unit dengan kontribusi terhadap penyerapan
Lebih terperinciV. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani
V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan
Lebih terperinciRANCANGAN IMPLEMENTASI
RNCNGN IMPLEMENTSI Kelebihan dan Keterbatasan Model Perekayasaan suatu model tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan. Model Ekpama-Syariah memiliki kelebihan dalam implementasi sebagai berikut: 1. Model
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perbedaan Syariah dengan Konvensional 2.1.1. Perbandingan Kinerja Bank Syariah dengan Bank Konvensional Kusafarida (2003) dalam skripsinya meneliti tentang perbandingan kinerja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) sebagai negara agraris dan maritim. Keunggulan tersebut merupakan fundamental perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,
Lebih terperinciLampiran 1. Perkembangan ekspor impor minyak akar wangi. Ekspor Impor Minyak Akar Wangi Tahun
67 Lampiran. Perkembangan ekspor impor minyak akar wangi Ekspor Impor Minyak Akar Wangi Tahun 999-006 Year Flow Trade (USD) Weight (Kg) Quantity 006 Import,97,97,97 006 Export,085,58 75,99 75,99 005 Import,690
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sejak lama telah dikenal sebagai negara agraris. Hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki luas lahan dan agroklimat yang sangat potensial untuk dikembangkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
23 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam perumusan strategi serta implementasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat perdesaan, sektor pertanian masih merupakan tema sentral yang perlu
Lebih terperinciKELAPA SAWIT DI PULAU SUMATERA
& UNIVERSITAS RIAU BLUE PRINT PERENCANAAN STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK SISTEM INFORMASI KOPERASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM RANGKA MENGUBAH SISTEM INFORMASI MANUAL MENUJU SISTEM INFORMASI TERKOMPUTERISASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Seperti yang telah diketahui bukan hanya lembaga perbankan syariah saja, bahkan lembaga keuangan
Lebih terperinciV. ANALISA SISTEM. 5.1 Agroindustri Nasional Saat Ini
V. ANALISA SISTEM 5. Agroindustri Nasional Saat Ini Kebijakan pembangunan industri nasional yang disusun oleh Departemen Perindustrian (5) dalam rangka mewujudkan visi: Indonesia menjadi Negara Industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan Islam pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan Islam pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan embel-embel Islam, karena adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor perbankan menjadi salah satu elemen yang vital bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Bank berperan sebagai pihak Intermediasi antara kelompok yang berkelebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di tengah stagnasi perekonomian nasional, UKM telah membuktikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di tengah stagnasi perekonomian nasional, UKM telah membuktikan perannya melalui stabilitas pertumbuhan yang pesat. Hal ini patut dicermati mengingat mayoritas
Lebih terperinciBABl PENDAHULUAN. Lembaga keuangan syariah lahir sebagai akibat adanya rasa
BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalab Lembaga keuangan syariah lahir sebagai akibat adanya rasa ketidakpercayaan pada sebagian masyarakat mengenai kinerja lembaga keuangan konverisional dan adanya
Lebih terperinciPeluang Investasi Minyak Akar Wangi
Halaman 1 Peluang Investasi Minyak Akar Wangi Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah Tingkat II di Jawa Barat yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang sangat baik, oleh karena itu daerah Garut sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem keuangan syariah merupakan subsistem dari sistem ekonomi syariah. Ekonomi syariah merupakan bagian dari sistem ekonomi Islam secara keseluruhan. Dengan demikian,
Lebih terperinciForm A Kuesioner Profil Usaha Tani Program Penelitian Pemberdayaan Agroindustri Nilam di Pedesaan dalam Sistem Klaster
200 Lampiran 1 Profil Usahatani, Industri Kecil Penyulingan dan Pedagang/Pengumpul Form A Kuesioner Profil Usaha Tani Program Penelitian Pemberdayaan Agroindustri Nilam di Pedesaan dalam Sistem Klaster
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas. kekeluargaan (Sholahuddin dan Hakim, 2008: 179).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui paket-paket kebijakan untuk mendorong kehidupan sektor usaha
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Penelitian ini dilatar belakangi oleh sebuah fenomena bahwa masih banyaknya masyarakat di sekitar BMT yang mayoritas pedagang masih memiliki usaha yang biasa-biasa
Lebih terperinciPengumpulan dan Pengolahan Data
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data IV.1. Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui studi lapangan atau laboratorium dan dari berbagai sumber yang berbeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atas asas kekeluargaan. (Sholahuddin dan Hakim, 2008: 179) dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
Lebih terperinciVII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN
76 VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN Sistem pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas sistem lokasi unggulan, industri inti unggulan, produk unggulan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, terlebih sektor pertanian ini ternyata menjadi penyelamat perekonomian
Lebih terperinciBab VIII Mengelola Keuangan Usaha
Modul ke: 8 Bab VIII Mengelola Keuangan Usaha Fakultas Ilmu Komputer Widi Wahyudi, S.Kom, SE, MM. Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, para
Lebih terperinci3.1 KERANGKA PEMIKIRAN
III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Pada masa krisis periode 1998-2000 usaha kecil merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian Indonesia dikarenakan kemampuannya dalam menghadapi terpaan krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sistem ekonomi syariah semakin berkembang seiring dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sistem ekonomi syariah semakin berkembang seiring dengan tuntutan perkembangan dunia perekonomian di Indonesia saat ini. Adanya pendapat bahwa sistem keuangan
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan
Lebih terperinciGambar 15 Diagram model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu.
52 6 PENGEMBANGAN MODEL 6.1 Analisis model sistem dinamis agroindustri gula tebu Sesuai dengan metodologi, maka rancang bangun sistem dinamis bagi pengambilan keputusan kompleks pada upaya pengembangan
Lebih terperinciTinjauan Pelaksanaan Skema Musyarakah Pada Produk Pembiayaan Dana Berputar (PDB) Di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Garut
Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Finance and Banking 2016-03-05 Tinjauan Pelaksanaan Skema Musyarakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perbankan Islam merupakan fenomena yang menarik dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif sistem keuangan Internasional
Lebih terperinciIV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran
IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran Manajemen rantai pasokan berkembang menjadi langkah strategis yang menyinergikan pemasaran, pabrikasi, dan pengadaan dalam suatu hubungan yang kompleks dalam rangkaian
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI KENDAL Dikeluarkannya Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu instrumen penilaian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu instrumen penilaian kinerja sebuah bank syariah yang menjadi interpretasi penilaian pada aktiva produktif, khususnya
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri obat-obatan, flavor, dalam agroindustri minyak atsiri (Laksamanaharja, 2002).
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri obat-obatan, flavor, fragrance, dan parfum. Di Indonesia tercatat 14 jenis minyak atsiri yang sudah diekspor.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pentingnya akuntansi dalam pengelolaan keuangan usaha. Mereka hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak pelaku usaha mikro dan kecil kurang menyadari atau mengetahui pentingnya akuntansi dalam pengelolaan keuangan usaha. Mereka hanya melihat bahwa akuntansi rumit.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kegagalan usaha (Kemendag,2013). yang dianggap penting dan mampu menopang perekonomian.
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Modal merupakan salah satu kunci terpenting dalam menjalankan suatu usaha. Tanpa adanya modal yang memadai, suatu usaha tidak dapat berjalan dengan baik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992, telah memberikan inspirasi untuk membangun kembali sistem keuangan yang lebih dapat menyentuh kalangan bawah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian yang mengelola dana dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, lembaga pembiayaan
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh
22 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data sehubungan dengan tujuan penelitian. Agroindustri gula aren dan
Lebih terperinciTinjauan Penerapan Psak N0.105 Tentang Akuntansi Mudharabah Pada BMT Itqan Bandung
Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-07 Tinjauan Penerapan Psak N0.105 Tentang Akuntansi
Lebih terperinciSistem Manajemen Basis Data
85 KONFIGURASI MODEL Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pengembangan Agrokakao bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pelaku yang terlibat dalam
Lebih terperinciPEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model
PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Persaingan usaha yang ketat terjadi ditengah kondisi ekonomi negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini menyebabkan persaingan diantara para pelaku usaha juga semakin kompetitif. Persaingan
Lebih terperinciBAB IV. Analisis Hasil Penelitian. A. Perhitungan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah di KJKS BMT Nurussa adah
BAB IV Analisis Hasil Penelitian A. Perhitungan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah di KJKS BMT Nurussa adah Pekalongan KJKS BMT Nurussa adah merupakan lembaga keuangan syariah yang mempunyai fungsi dan peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perusahaan yang bergerak di dunia bisnis memiliki berbagai macam produk yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan. Tujuan didirikannya perusahaan yaitu memperoleh keuntungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya penduduk dan tenaga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No 7
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia mengalami kemajuanpesat. Perkembangan industri keuangan syariah diawali dengan terbitnya Undang-Undang
Lebih terperinciMETODOLOGI Kerangka Pemikiran
METODOLOGI Kerangka Pemikiran Semakin berkembangnya perusahaan agroindustri membuat perusahaanperusahaan harus bersaing untuk memasarkan produknya. Salah satu cara untuk memenangkan pasar yaitu dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan ekonomi syariah. Perkembangan bank syariah di Indonesia secara umum cukup menggembirakan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era modern ini perbankan syariah telah menjadi fenomena global,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era modern ini perbankan syariah telah menjadi fenomena global, termasuk bagi negara yang mayoritas penduduknya beragama non-muslim sekalipun. Di Indonesia,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah (UMKM) di Indonesia mengalami pertumbuhan yang menggembirakan. Keberadaan UMKM di Indonesia pada tahun 2010 sangat besar jumlahnya
Lebih terperinciKEWIRAUSAHAAN-II MENGELOLA KEUANGAN USAHA. Oloan Situmorang, ST, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen
KEWIRAUSAHAAN-II Modul ke: 11 Fakultas Ekonomi Bisnis MENGELOLA KEUANGAN USAHA Oloan Situmorang, ST, MM Program Studi Manajemen http://mercubuana.ac.id Pokok Bahasan 1. Mengetahui Kebutuhan Modal 2. Mengetahui
Lebih terperinciIII. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling
III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun dan batang nilam yang akan di suling di IKM Wanatiara Desa Sumurrwiru Kecamatan Cibeurem Kabupaten Kuningan. Daun
Lebih terperinciPRAKIRAAN HARGA AKARWANGI: APLIKASI METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN
Jurnal Littri 13(1), Maret 27, Hal.14-2 ISSN 853-8212 JURNAL LITTRI VOL. 13 NO.1, MARET 27 : 14-2 PRAKIRAAN HARGA AKARWANGI: APLIKASI METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN CHANDRA INDRAWANTO 1), ERIYATNO 2), ANAS
Lebih terperinciSISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN
94 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN Konfigurasi Model Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri bersifat kompleks, dinamis, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Syariah, yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Dari tahun ke tahun, perekonomian di Indonesia selalu mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun, perekonomian di Indonesia selalu mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Banyak bermunculan bank maupun lembaga non bank lainnya yang ikut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara agraris sebagian penduduknya adalah petani. Hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris sebagian penduduknya adalah petani. Hal ini berarti Indonesia merupakan salah satu produsen hasil-hasil pertanian. Tetapi sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragam sehingga menjadikan Negara Indonesia sebagai negara yang subur
BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia sangat banyak dan beragam sehingga menjadikan Negara Indonesia sebagai negara yang subur dengan bermacam-macam ragam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan bank sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan memegang peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan akan dana. Sehubungan dengan hal tersebut sudah
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permodalan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk mendukung usaha baik dibidang pertanian maupun non-pertanian. Seringkali modal menjadi masalah yang penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus ekonomi, baik sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi menempati posisi yang sangat vital pada era perekonomian modern saat ini. Lalu lintas perdagangan dalam skala domestik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan teori yang perkembangannya dimulai sejak tahun 1950-an,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan teori yang perkembangannya dimulai sejak tahun 1950-an, bahwa perbankan syariah merupakan perbankan yang bebas bunga (interest-free banking)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perbankan syariah sistem pembiayaan mudharabah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan perbankan syariah sistem pembiayaan mudharabah menjadi produk pembiayaan yang mampu mendominasi pembiayaan yang ada di bank Syariah daripada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam menstabilkan perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga intermediasi yang mempertemukan antara pihak
Lebih terperincinilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya saing bisnis di pasar global tidak hanya ditentukan oleh kemampuan pelaku dalam memanajemeni usahanya tetapi juga oleh kinerja dari berbagai aktor yang terlibat
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit
BAB V PEMBAHASAN A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung Pembiayaan yang ada di Lembaga Keuangan Syariah khususnya BMT Istiqomah merupakan kegiatan penyaluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam mempunyai tujuan untuk membentuk masyarakat dengan aturan sosial yang kuat. Dalam aturan itu, setiap individu diikat oleh persaudaraan dan kasih sayang seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di Indonesia, pelaksanaan sistem ekonomi Islam yang sudah dimulai sejak tahun 1992 semakin marak dengan bertambahnya jumlah lembaga keuangan Islam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan ekonomi Islam di Indonesia semakin lama semakin mendapatkan perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor ekonomi yang utama di negara-negara berkembang. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Semarang memiliki potensi yang besar dari sektor pertanian untuk komoditas sayuran. Keadaan topografi daerah yang berbukit dan bergunung membuat Kabupaten
Lebih terperinciBMT merupakan pelaku ekonomi baru dalam kegiatan perekonomian nasional yang beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah. BMT melakukan fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Negara maju adalah negara yang setidaknya memiliki masyarakat yang memilih sebagai wirausaha, wirausaha adalah tulang punggung ekonomi nasional. Semakin maju suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian masyarakat dalam skala makro dan mikro, membuat lembaga keuangan khususnya lembaga keuangan syariah bersaing untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersentuhan dengan keberadaan lembaga keuangan. Pengertian lembaga. lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam praktik transaksi ekonomi masyarakat selama ini banyak bersentuhan dengan keberadaan lembaga keuangan. Pengertian lembaga keuangan di dalam Surat Keputusan (SK)
Lebih terperinciVI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5
VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Formatted: Swedish (Sweden) Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 menunjukkan bahwa sistem kemitraan setara usaha agroindustri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang menyatakan bahwa bunga bank itu adalah riba, dan riba sangat dilarang dan diharamkan dalam
Lebih terperinciREKAYASA MODEL EVALUASI KELAYAKAN PEMBIAYAAN AGROINDUSTRI MINYAK ATSIRI DENGAN POLA SYARIAH. Chandra Indrawanto
REKAYASA MODEL EVALUASI KELAYAKAN PEMBIAYAAN AGROINDUSTRI MINYAK ATSIRI DENGAN POLA SYARIAH Chandra Indrawanto SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 RINGKASAN CHANDRA INDRAWANTO. Rekayasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktik perbankan di Indonesia saat ini menganut dual banking system, yaitu adanya bank konvensional dan bank syariah. Sistem ini di dasarkan atas Undang-Undang
Lebih terperinciANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI
ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak seraiwangi merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Sekitar 40% produksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin maju dan berkembang, maka peradaban manusia pun akan selalu mengalami pergeseran dan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masa Orde Baru terjadi kegoncangan ekonomi dan politik. Perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang telah menorehkan catatan khusus bagi perkembangan perekonomian di Indonesia. Ketika krisis ekonomi
Lebih terperinci