HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Hendri Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Burung Merpati Balap Tinggian Karakteristik dari burung merpati balap tinggian sangat menentukan kecepatan terbangnya. Bentuk badan mempengaruhi hambatan angin, warna iris mata berpengaruh terhadap daya pengelihatan burung merpati balap tinggian, tipe bulu sayap berpengaruh terhadap kecepatan terbang, tipe bulu ekor berpengaruh terhadap kelincahan ketika terbang, bentuk kepala berpengaruh terhadap kecerdasan. Karakteristik Kualitatif Bentuk badan Bentuk badan burung merpati balap tipe tinggian yang baik memiliki bentuk badan yang gagah dan tegap. Berdasarkan pengamatan 100% burung merpati memiliki bentuk badan yang gagah dan tegap. Burung merpati yang terlalu besar akan mempengaruhi kecepatan terbangnya. Bentuk badan burung merpati balap tipe tinggian dapat ditunjukkan pada Gambar 7. Gambar 7. Burung Merpati Balap Tipe Tinggian Berbadan Gagah dan Tegap Warna iris mata Pada pengamatan terdapat dua macam warna iris mata pada burung merpati balap tinggian yaitu kuning 19 ekor (82,4%) (Gambar 8a) dan mata merah saga 4 ekor (17,4%) (Gambar 8b). Burung merpati balap tinggian yang baik memiliki warna iris mata kuning. Hal ini mungkin disebabkan warna iris mata kuning tahan terhadap sinar matahari apabila dilepas pada siang dan sore hari serta pada umumnya burung merpati balap tinggian juara memiliki warna iris mata kuning. Burung merpati balap tinggian yang mempunyai warna iris mata merah saga diduga kurang baik panca inderanya apabila dilepas pada sore hari. 18
2 (a) (b) Gambar 8. Burung Merpati Balap Tipe Tinggian dengan (a) Warna Mata Kuning dan (b) Mata Merah Saga Tipe Bulu Sayap Tipe bulu sayap yang rapat memudahkan burung merpati balap tinggian untuk terbang karena dapat mencapai jarak yang jauh dalam sekali kepakan. Berdasarkan pengamatan kerapatan bulu sayap memiliki nilai 100%. Kerapatan bulu sayap mengakibatkan ayunan kuat ketika bulu sayap disibakkan. Tulang sayap harus lurus, tebal dan kuat. Selain itu bulu sayap harus kering, tebal dan apabila direntangkan, reflek bulu sayap menempel atau merapat ketubuh sangat cepat. Tipe bulu sayap burung merpati balap tipe tinggian dapat ditunjukkan pada Gambar 9. Gambar 9. Tipe Bulu Sayap Burung Merpati Tipe Tinggian Tipe Bulu Ekor Tipe bulu ekor burung merpati yang baik memiliki bulu ekor utama menyatu dengan susunan yang rapih. Hasil pengamatan burung merpati balap tinggian yang memiliki bulu ekor menyatu sebanyak 100%. Bulu ekor adalah kemudi pada saat burung merpati balap tinggian terbang. Bulu ekor yang menyatu dengan susunan yang rapih memudahkan bergerak saat terbang, selain itu memudahkan ketika mendarat dan mengurangi hambatan angin. Tipe bulu ekor burung merpati balap tipe tinggian ditunjukkan pada Gambar
3 Gambar 10. Tipe Bulu Ekor Burung Merpati Balap Tipe Tinggian Bentuk Kelapa Bentuk kepala burung merpati balap tinggian pada pengamatan ada dua macam bentuk kepala yaitu jenong sebanyak 20 ekor (86,9%) (Gambar 11a) dan kepala perkutut 3 ekor (13,1%) (Gmabar 11b). Bentuk kepala jenong memiliki ukuran yang cukup besar dibandingkan dengan bentuk kepala perkutut. Burung merpati balap tipe tinggian yang memiliki bentuk kepala jenong biasanya memiliki karakter jatuh diatas kepala joki. (a) (b) Gambar 11. Burung Merpati Balap Tipe Tinggian dengan Bentuk Kepala (a) Jenong dan (b) Kepala Perkutut Ukuran Tubuh Merpati Balap Tipe Tinggian Pengukuran sifat kuantitatif meliputi bobot badan, lingkar dada, dalam dada, lebar dada, panjang punggung, panjang bulu sayap. Lebar bulu ekor, lebar pangkal ekor dan panjang bulu ekor. Keragaman sifat kuantitatif burung merpati balap tipe tinggian dapat dilihat pada Tabel 1. 20
4 Tabel 1. Nilai Rataan, Simpangan baku dan Koefisien Keragaman dari Ukuran Tubuh Burung Merpati Balap Tipe Tinggian Jantan. Ukuran Tubuh Rata-rata ± Sb (n=10) Kisaran KK (%) Bobot Badan (g) 381 ± 31, ,15 Lingkar Dada (cm) 21,8±0, ,62 Dalam Dada (cm) 6,07±0,45 5,4-6,7 7,41 Lebar Dada (cm) 8,05±0,28 7,5-8,5 3,48 Panjang Punggung (cm) 12,3±1, ,43 Panjang Bulu Sayap (cm) 18,7±1, ,17 Lebar Bulu Ekor (cm) 4,96±0,46 4,3-5,7 9,27 Lebar Pangkal Ekor(cm) 3,96±0,49 3,3-4,7 12,37 Panjang Bulu Ekor (cm) 11,3±1, ,27 Berdasarkan Tabel 1, urutan nilai koefisien keragaman (KK) dari yang paling besar sampai paling kecil adalah lebar pangkal ekor (12,37%), panjang bulu ekor (10,27%), panjang punggung (9,43%), lebar bulu ekor (9,27%), bobot badan (8,15%), dalam dada (7,41%), panjang bulu sayap (7,17%), lingkar dada (3,62%) dan lebar dada (3,48%). Berdasarkan urutan tersebut, maka ukuran tubuh yang paling beragam adalah lebar pangkal ekor dan yang paling seragam adalah lebar dada. Lebar pangkal ekor dapat dijadikan penentu seleksi burung merpati balap tipe tinggian karena berpengaruh nyata negatif (P<0,05) terhadap kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian. Lain halnya dengan penelitian Sucahyo (2005), ukuran tubuh yang paling beragam adalah lebar pangkal ekor (12,5%) dan yang paling seragam adalah lingkar dada (1,99%). Penyebab terjadinya perbedaan hasil penelitian adalah genetik dari burung merpati dan lingkungan sekitar. Kecepatan Terbang Pengukuran kecepatan terbang, dilakukan tiga kali periode giring pada tiaptiap individu sehingga dihasilkan rataan (m/detik). Hasil rataan dan uji t kecepatan terbang burung merpati selama penelitian disajikan pada Tabel 2. Kisaran kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian pada penelitian ini adalah 18,65-29,18 m/detik dengan keragaman 16,02%. Pada Tabel 2, kecepatan terbang merpati tidak berbeda nyata antara periode giring satu dengan periode giring yang lain. Hal ini menunjukan bahwa setelah burung merpati dilatih maka kemampuan terbangnya cenderung stabil, dan dapat dilihat dari rataan kecepatan 21
5 terbang antara periode I, II dan III tidak berbeda. Burung merpati pada penelitian ini dipilih yang sama dalam keadaan giring, sehingga saat memasuki masa bertelur dari 10 pasang burung merpati tidak berbeda jauh, sehingga burung merpati tidak diterbangkan. Berdasarkan pengamatan dilapangan, angin adalah faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan terbang burung merpati. Angin yang bergerak sangat kencang cenderung memperlambat terbang burung merpati yang bergerak berlawanan dengan arah angin. Angin yang kencang menyebabkan terbang burung merpati tidak terbang lurus dan cenderung berputar-putar. Tabel 2. Rataan dan Uji t Kecepataan Terbang Burung Merpati Balap Tipe Tinggian Periode Rataan±Sb (m/detik) t hit P-Value Uji t I dan II 22,26± 3,29 22,53±3,57-0,18 0,859 tn I dan III 22,26±3,29 22,27±3,33-0,01 0,996 tn II dan III 22,53±3,57 22,27±3,33 0,17 0,864 tn Keterangan : Sb = simpangan baku, tn = tidak nyata Hubungan kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian antara giring yang satu dengan giring yang lain pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3. Nilai korelasi antara rataan periode I dan II, I dan III, II dan III dari hasil ini terlihat nilai korelasinya, sangat nyata (P<0,01) dikarenakan kecepatan tiap-tiap individu yang tidak berbeda seperti disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan pengamatan dilapangan kecepatan merpati terbang tinggi diduga dipengaruhi kondisi giring yang tinggi (rasa ingin menghampiri betina) sehingga kecepatan terbang yang dihasilkan maksimal. Tabel 3. Nilai Korelasi antara Rataan Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Tipe Tinggian pada Periode Giring I, II dan III. Periode R P-Value I dan II 0,97 0,000 I dan III 0,952 0,000 II dan III 0,996 0,000 Pola terbang dan ketahanan tubuh merpati juga mempengaruhi kecepatan terbang yang dihasilkan. Merpati yang memiliki ketahanan tubuh yang baik umumnya akan memiliki kecepatan yang stabil karena pada umumnya merpati akan diterbangkan berulang-ulang. Selain itu pada dua hari terakhir dilatih (menjelang 22
6 bertelur) umumnya merpati dalam kondisi giring yang tinggi sehingga kecepatan terbang yang dihasilkan maksimal. Menurut Tyne dan Berger (1976) faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan terbang burung adalah kecepatan angin, suhu dan motivasi terbang. Pengaruh Ukuran Tubuh Merpati Balap Terhadap Kecepatan Terbang Ukuran tubuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan burung merpati balap tipe tinggian. Tyne dan Berger (1976) menyatakan ukuran tubuh seperti lingkar dada, bobot badan, dalam dada, lebar dada, panjang punggung, panjang sayap, lebar pangkal ekor, lebar bulu ekor dan panjang bulu ekor sangat mempengaruhi bentuk badan burung. Kecepatan terbang pada burung merpati salah satunya dapat dilihat dari faktor ukuran tubuh. Nilai korelasi kecepatan terbang dengan ukuran tubuh dapat dilihat pada Tabel 4. Analisis korelasi pada Tabel 4 untuk lingkar dada, lebar dada, panjang punggung, panjang bulu sayap dan panjang bulu ekor tidak menunjukan hubungan yang nyata dengan kecepatan terbang. Bobot badan, dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar pangkal ekor menunjukan hubungan yang nyata dengan kecepatan terbang. Tabel 4. Nilai Korelasi Kecepatan Terbang dengan Ukuran Tubuh Burung Merpati Balap Tipe Tinggian. Bagian Tubuh Korelasi Bobot Badan -0,865 A Lingkar Dada -0,308 Dalam Dada -0,771 A Lebar Dada -0,564 Panjang Punggung -0,574 Panjang Bulu Sayap -0,616 Lebar Bulu Ekor -0,636 a Lebar Pangkal Ekor -0,722 a Panjang Bulu Ekor -0,574 Ket :Superskrip dengan huruf besar menunjukan perbedaan sangat nyata (P<0,01) Superskrip dengan huruf kecil menunjukan perbedaan nyata (P<0,05) Bobot badan, dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar pangkal ekor pada burung merpati balap tinggian berkorelasi negatif dengan kecepatan terbangnya. Bertambahnya bobot badan, dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar pangkal ekorakan mengurangi kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian. 23
7 Berdasarkan hasil analisis korelasi ukuran tubuh dengan kecepatan terbang maka burung merpati yang memiliki kecepatan terbang tinggi pada penelitian ini memiliki bobot badan (330 g), dalam dada (5,4 cm), lebar bulu ekor (4,4 cm) dan lebar pangkal ekor (3,5 cm). Adapun burung yang masuk kriteria cepat terbang pada penelitian ini adalah berwarna megan. Burung jantan berwarna megan tersebut ditunjukkan pada Gambar 12. A B Gambar 12. Burung Merpati yang Masuk Kriteria : a). Jantan dengan Warna Bulu Megan, dan b). Betina dengan Warna Bulu Coklat. Berdasarkan pengamatan di lapangan, para penggemar merpati balap tipe tinggian ketika menyeleksi atau memilih bahan burung yang akan dilatih untuk balap tinggi adalah bobot badan, panjang dan lebar bulu sayap, lebar bulu ekor. Alasan para penggemar ini berdasarkan pengalaman selama memelihara burung merpati. Para penggemar ketika akan memilih burung merpati yaitu meraba atau memperhatikan bobot badannya. Mereka memilih burung merpati yang memiliki bobot badan yang tidak terlalu ringan, karena pada saat terbang burung merpati akan mengahadapi terpaan angin. Apabila tubuhnya terlalu kecil maka burung merpati akan terhempas oleh angin. Para penggemar juga memperhatikan panjang dan lebar bulu sayap. Mereka memilih merpati yang memiliki bulu sayap panjang dan lebar. Bulu sayap panjang dan lebar akan memudahkan merpati ketika terbang, karena merpati dapat menempuh jarak yang jauh dalam sekali kepakan. Para penggemar burung merpati tipe tinggian ketika memilih burung yang akan dilatih akan memperhatikan lebar bulu ekor. Mereka memilih merpati yang 24
8 memliki bulu ekor yang tidak terlalulebar, karena bulu ekor yang tidak terlelu lebar akan mempermudah merpati ketika mendarat. Dari hasil penelitian ini ukuran tubuh yang dapat digunakan untuk seleksi burung merpati balap tipe tinggian adalah dalam dada (r= -0,7771), lebar bulu ekor (r= -0,636) dan lebar pangkal ekor (r= -0,722). Urutan seleksi berdasarkan keragaman adalah lebar pangkal ekor, lebar bulu ekor, dalam dada dan bobot badan. Persamaan regresi kecepatan terbang burung merpati tipe tinggian dengan bobot badan, dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar pangkal ekor dapat dilihat pada Tabel 5. Kecepatan terbang dengan bobot badan mempunyai nilai koefisien determinasi paling tinggi dibandingkan dengan dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar pangkal ekor yaitu sebesar 71,7%. Persamaan regresi untuk kecepatan terbang dengan bobot badan adalah Y (kecepatan terbang) = 63,8-0,107 BB (bobot badan). Tabel 5. Persamaan Regresi antara Kecepatan Terbang dengan Ukuran Tubuh Burung Merpati Balap Tipe Tinggian Persamaan Regresi P-Value R-Sq(adj) ---%--- Y = 63,8-0,107 BB 0,001 71,7 Y = 63,2-6,65 DD 0,009 54,3 Y = 49,2-5,31 LBE 0,048 33,0 Y = 45,6-5,74 LPE 0,018 46,2 Keterangan: Y = kecepatan terbang; BB = bobot badan; DD = dalam dada; LBE = lebar bulu ekor; LPE = lebar pangkal ekor Persamaan regresi dari kecepatan terbang dengan bobot badan memiliki nilai yang paling besar yaitu 71,7% daripada yang lainnya, akan tetapi volume bobot badan dapat berubah, sehingga bobot badan sulit dijadikan penduga burung merpati yang memiliki kecepatan terbang tinggi. Dalam dada memiliki nilai terbesar ke-2 dari bobot badan dengan nilai 54,3%, oleh karena itu dalam dada bisa dijadikan penduga burung merpati yang memiliki kecepatan terbang tinggi. Pola Terbang Pola terbang merupakan suatu pergerakan yang terbentuk dari udara sehingga menghasilkan bentuk atau pola terbang tertentu. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa pola terbang merpati terbang tinggi seperti disajikan pada Tabel 6. 25
9 Tabel 6. Pola Terbang dan Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Tipe Tinggian. No Pola terbang Ekor Persentase Kecepatan terbang (n=10) ---%--- (m/detik) 1 Berputar lalu terbang lurus ,65-18,69 2 Langsung terbang lurus ,62-29,18 3 Terbang lalu ditengah perjalanan berputar dahulu setelah itu terbang lurus ,18-21,94 Pola terbang burung merpati balap tipe tinggian, berputar lalu terbang lurus, langsung terbang lurus danterbang ditengah berputar lalu terbang lurus. Masingmasing pola terbang memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya : 1) Polaberputar lalu terbang lurus, yaitu burung merpati waktu awal terbang naik ke atas setelah itu berputar-putar sampai puncak ketinggian dan setelah itu burung langsung terbang lurus. Terdapat 2 ekor burung merpati (20%) (warna kelabu dan tritis dengan kecepatan rata-rata masing-masing 18,69 dan 18,65 m/detik), yang mempunyai pola terbang berputar lalu terbang lurus. Pola terbang ini mempunyai kekurangan, yaitu waktu terbang menjadi lebih lama. 2) Pola langsung terbang lurus, yaitu burung merpati pada awal terbang burung merpati naik ke atas setelah itu terbang langsung lurus sampai puncak ketinggian. Terdapat 4 ekor burung merpati (40%) (warna megan, hitam, gambir dan megan 2 dengan kecepatan rata-rata masing-masing 23,62; 25,39; 28,88 dan 29,18 m/detik), yang mempunyai pola terbang langsung terbang lurus. Kelebihan pola langsung terbang lurus yaitu burung merpati cepat sampai ke tujuan. 3) Terbang lalu ditengah perjalanan berputar dahulu setelah itu terbang lurus, yaitu pada awal terbang burung merpati naik ke atas terbang lurus tapi di tengahtengah perjalanan burung berputar-putar sampai puncak ketinggian lalu terbang lurus lagi. Terdapat 4 ekor burung merpati (40%) (warna blorok, tritis megan, blantong dan kelabu selap dengan kecepatan rata-rata masing-masing 20,18; 20,21; 21,94 dan 21,94 m/detik), yang mempunyai pola terbang disertai berputar ditengah perjalanan. Pola terbang ini dilakukan agar burung merpati untuk mencapai titik tinggi tertentu sehingga waktu turun memiliki kecepatan maksimal. 26
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Lokasi Penelitian Suhu dan kelembaban lokasi penelitian diamati tiga kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan sore hari. Rataan suhu dan kelembaban pada lokasi penelitian
Lebih terperinciMATERI DAN METODE PENELITIAN
MATERI DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rawamangun Selatan, Gg. Kana Tanah Merah Lama, Jakarta Timur. Penelitian dilakukan empat bulan, yaitu mulai bulan Agustus sampai
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di peternakan merpati di area Komplek Alam Sinar Sari, Desa Sinarsari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung selama bulan
Lebih terperinciKECEPATAN TERBANG BURUNG MERPATI BALAP LOKAL (TIPE TINGGIAN) SKRIPSI RIDWANSYAH
KECEPATAN TERBANG BURUNG MERPATI BALAP LOKAL (TIPE TINGGIAN) SKRIPSI RIDWANSYAH DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ABSTRACT The Flight Speed
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Burung Merpati
TINJAUAN PUSTAKA Burung Merpati Burung merpati termasuk kedalam kelas unggas yang telah lama dikenal di Indonesia dengan sebutan burung dara (Gambar1). Burung merpati merupakan spesies paling terkenal
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )
TINJAUAN PUSTAKA Merpati Menurut Yonathan (2003), penyebaran merpati hampir merata di seluruh bagian bumi kecuali di daerah kutub. Merpati lokal di Indonesia merupakan burung merpati yang asal penyebarannya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.
HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran-ukuran Tubuh pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis Penggunaan ukuran-ukuran tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang umum pada ternak, yaitu sifat kuantitatif untuk dapat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas
HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil
Lebih terperinciKARAKTERISTIK DAN KECEPATAN TERBANG MERPATI LOKAL TIPE TINGGIAN SKRIPSI RICKY FIRMANSYAH
KARAKTERISTIK DAN KECEPATAN TERBANG MERPATI LOKAL TIPE TINGGIAN SKRIPSI RICKY FIRMANSYAH DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 RINGKASAN Ricky
Lebih terperinciIDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF MERPATI BALAP TINGGIAN DAN MERPATI BALAP DASAR JANTAN
IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF MERPATI BALAP TINGGIAN DAN MERPATI BALAP DASAR JANTAN IDENTIFICATION OF QUANTITATIVE TRAITS ON MALE "TINGGIAN" AND SPRINT RACING PIGEONS Dimas Aji S*, Dani Garnida**,
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).
III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1). 1.2. Materi Materi penelitian ini
Lebih terperinci114 Warna dasar, pola bulu dan corak bulu burung merpati balap sama dengan burung merpati lokal, kecuali warna dasar putih tidak ditemukan pada balap
113 BAHASAN UMUM Gen yang mempengaruhi ekspresi sifat kualitatif terdapat pada kromosom otosom (kromsom Z), sehingga ekspresi pada kedua jenis kelamin sama, kecuali warna bulu adapula yang terpaut seks.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong atau BPPT merupakan salah satu UPTD lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sesuai dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh Puyuh yang digunakan dalam penilitian ini adalah Coturnix-coturnix japonica betina periode bertelur. Konsumsi pakan per hari, bobot
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh merupakan salah satu jenis ternak unggas yang dikembangkan sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur maupun daging. Sejak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Magelang Bangsa itik jinak yang ada sekarang berasal dari itik liar yang merupakan species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi (Susilorini
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Hemoglobin. Hemoglobin Burung Merpati Jantan dan Betina sebelum dan sesudah Dilatih Terbang
HASIL DAN PEMBAHASAN Hemoglobin Hemoglobin Burung Merpati Jantan dan Betina sebelum dan sesudah Dilatih Terbang Hemoglobin burung merpati jantan dan betina sebelum dan sesudah dilatih terbang selama penelitian
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Alat Percobaan Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah puyuh Malon betina dewasaumur 4-5 bulan. Jumlah puyuh Malon yang dijadikan sampel sebanyak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi,
1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Pemeliharaan dan Pakan Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi, yang berbatasan dengan desa teras bendung di sebelah utara dan desa jeruk
Lebih terperinciPERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT
PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT HASNELLY Z. dan RAFIDA ARMAYANTI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Assolihin Aqiqah bertempat di Jl. Gedebage Selatan, Kampung Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini lokasinya mudah ditemukan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan
19 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pusat Pembibitan Puyuh Penelitian ini telah dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Pusat pembibitan ini terdiri atas
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016 PERBEDAAN KARAKTERISTIK TUBUH MERPATI TINGGI JANTAN DAN MERPATI BALAP JANTAN LOKAL
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): 244-248, Agustus 216 PERBEDAAN KARAKTERISTIK TUBUH MERPATI TINGGI JANTAN DAN MERPATI BALAP JANTAN LOKAL Different Characteristics of The Male Body and Columba
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol Institut Pertanian Bogor (UP3J-IPB) Desa Singasari Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. olahraga polo. Tinggi kuda polo berkisar antara 142 sampai dengan 159 cm
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Kuda Polo Kuda yang menjadi objek penelitian adalah kuda yang sedang aktif olahraga polo. Tinggi kuda polo berkisar antara 142 sampai dengan 159 cm dengan rataan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan ternak yang keberadaannya cukup penting dalam dunia peternakan, karena kemampuannya untuk menghasilkan daging sebagai protein hewani bagi masyarakat. Populasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN KARAKTERISTIK PRODUKTIVITAS Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan Pertumbuhan itik Cihateup yang terjadi akibat perubahan bentuk dan komposisi tubuh dapat diketahui dengan melakukan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin
15 Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Karo pada bulan Juli 2016 Bahan dan
Lebih terperinciBAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN. sebanyak 25 ekor, yang terdiri dari 5 ekor jantan dan 20 ekor betina dan berumur
15 III BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuda polo sebanyak 25 ekor, yang terdiri dari 5 ekor jantan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo
Lebih terperinciIDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING
IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING S. SOPIYANA, A.R. SETIOKO, dan M.E. YUSNANDAR Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di
6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 1.1 Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di seluruh daratan, kecuali Amerika. Awalnya puyuh merupakan ternak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Floss Floss merupakan bagian kokon yang berfungsi sebagai penyangga atau kerangka kokon. Pada saat akan mengokon, ulat sutera akan mencari tempat lalu menetap di tempat tersebut
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2012. Pemeliharaan burung merpati dilakukan di Sinar Sari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pengamatan profil darah
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini menggunakan data sekunder pengamatan yang dilakukan oleh Dr. Ir. Ben Juvarda Takaendengan, M.Si. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Burung Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan
Lebih terperinciPENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN UKURAN TUBUH BURUNG MERPATI
89 PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN UKURAN TUBUH BURUNG MERPATI Pendahuluan Parameter genetik dapat diestimasi dari nilai tertentu dengan demikian merupakan besaran yang menggambarkan kondisi genetik suatu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.
25 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi 4.1.1 Kabupaten Subang Kabupaten Subang terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Utara pada koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kedu Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam Kedu berasal dari Desa Karesidenan Kedu Temanggung Jawa Tengah. Ayam Kedu memiliki kelebihan daya
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Ayam Kedu Jengger Merah dan Jengger Hitam generasi pertama dilaksanakan
7 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai Karakterisasi Sifat Kualitatif dan Sifat Kuantitatif Ayam Kedu Jengger Merah dan Jengger Hitam generasi pertama dilaksanakan pada bulan Maret 2016 - Oktober
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Desa Koto Perambahan Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar Provinsi Riau, pada bulan Oktober sampai November 2014. 3.2.
Lebih terperinciIII.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di
III.METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. 3.2 Materi Materi penelitian adalah ternak domba
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong merupakan bangsa-bangsa kambing yang terdapat di wilayah Jawa Tengah (Dinas Peternakan Brebes
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda Equus caballus telah dikenal banyak orang sebagai hewan yang memiliki banyak fungsi. Hubungan kuda dengan manusia sangat erat kaitannya seperti peranan kuda sebagai
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur
25 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kabupaten Sumba Timur terletak di antara 119 45 120 52 Bujur
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Mitra Tani Farm, Ciampea, Bogor, Jawa Barat dan di Tawakkal Farm, Cimande, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina dewasa tidak bunting sebanyak 50 ekor di Kecamatan Cibalong,
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian dilakukan di Nusantara Polo Club bertempat di kawasan
24 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Nusantara Polo Club bertempat di kawasan Jagorawi Golf & Country Club, Jalan Karanggan Raya, Kampung Kranji
Lebih terperinciMETODE. Materi. Tabel 2. Distribusi Ayam Kampung yang Digunakan
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di desa Tanjung Manggu Sindangrasa, Imbanagara, Ciamis, Jawa Barat; di desa Dampyak, Mejasem Timur, Tegal, Jawa Tengah dan di desa Duren Talun, Blitar,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Balai Pengembangan Ternak Domba Margawati merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang mempunyai tugas
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah transaksi domba antara pengepul atau pembeli
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah transaksi domba antara pengepul atau pembeli domba dengan peternak di kawasan peternakan domba Amis, Bolang dan Loyang Kecamatan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN INDUK IKAN NILA JANTAN PANDU DAN INDUK IKAN NILA BETINA KUNTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Panjang Baku Gambar 1. menunjukkan bahwa setelah dilakukan penyortiran pada bulan pertama terjadi peningkatan rata-rata panjang baku untuk seluruh kasus dan juga kumulatif.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Manajemen Pemeliharaan Breeder Strain broiler breeder yang digunakan dalam penelitian ini ialah Cobb 500, Ross 308 dan Hubbard Classic. Ayam ayam tersebut dipelihara di kandang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Salah satu komoditas kekayaan plasma nutfah nasional di sub sektor peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang dapat memproduksi susu,
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. yang didapatkan dari puyuh Coturnix-cotunix japonica pada umur 15 minggu yang
12 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah puyuh dan telur yang didapatkan dari puyuh Coturnix-cotunix japonica
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) Fakultas Peternakan IPB yang berlokasi di desa Singasari, Kecamatan Jonggol; peternakan
Lebih terperinciPENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG
PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG HASNELLY Z., RINALDI dan SUWARDIH Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung Jl. Mentok Km 4 Pangkal Pinang 33134 ABSTRAK
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kuda kavaleri yang telah lulus program remonte di
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Alat Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian adalah kuda kavaleri yang telah lulus program remonte di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Pusat
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor untuk sapi PO jantan dan Rumah Potong Hewan (RPH) Pancoran Mas untuk sapi Bali jantan.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unggas merupakan ternak yang sangat populer di Indonesia sebagai sumber protein hewani daging dan telur. Hal tersebut disebabkan karena ternak unggas harganya relatif murah
Lebih terperinciWarna bulu sayap. Warna bulu paha. Warna bulu punggung. Coklat putih Coklat putih Coklat putih. Hitam. Hitam putih. Hitam putih. Coklat hitam putih
LAMPIRAN 58 Lampiran 1. Data Hasil Pengamatan Kalkun Jantan Dan Kalkun Betina Tabel 16. Hasil Pengamatan Kalkun Jantan Jenis Kalkun No Kalkun keseluruhuan dada ekor punggung sayap paha paruh kepala mata
Lebih terperinciPEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)
PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) I. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) dalam bidang peternakan, maka pengembangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur
Lebih terperinciGambar 3. Peta Sulawesi Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Propinsi Sulawesi Utara mencakup luas 15.272,44 km 2, berbentuk jazirah yang memanjang dari arah Barat ke Timur pada 121-127 BT dan 0 3-4 0 LU. Kedudukan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba mempunyai arti penting bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia karena dapat menghasilkan daging, wool, dan lain sebagainya. Prospek domba sangat menjanjikan untuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Pengamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Pengamatan Desa Tanjung Manggu, Sindangrasa, Imbanaraga (Kabupaten Ciamis, Jawa Barat) Desa Tanjung Manggu, Sindangrasa,Imbanagara, Ciamis, Jawa Barat merupakan
Lebih terperinciII. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.
II. METODOLOGI 2.1 Materi Uji Sumber genetik yang digunakan adalah ikan nilem hijau dan ikan nilem were. Induk ikan nilem hijau diperoleh dari wilayah Bogor (Jawa Barat) berjumlah 11 ekor dengan bobot
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah Coturnix coturnix Japonica
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Perlengkapan penelitian 3.1.1 Objek ternak dan jumlah sampel Ternak penelitian yang digunakan adalah Coturnix coturnix Japonica jantan lokal dan Coturnix coturnix
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di usaha peternakan rakyat yang terletak di Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 360/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PELEPASAN GALUR ITIK ALABIMASTER-1 AGRINAK
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 360/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PELEPASAN GALUR ITIK ALABIMASTER-1 AGRINAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang
Lebih terperinciPERBEDAAN KARAKTERISTIK TUBUH MERPATI TINGGI JANTAN DAN MERPATI BALAP JANTAN LOKAL. (Skripsi) Oleh FERY EFATA ZEBUA
PERBEDAAN KARAKTERISTIK TUBUH MERPATI TINGGI JANTAN DAN MERPATI BALAP JANTAN LOKAL (Skripsi) Oleh FERY EFATA ZEBUA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 ABSTRAK PERBEDAAN KARAKTERISTIK
Lebih terperinciPENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi
9 BAB III MATERI DAN METODE aaaaaapenelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri dari tanggal 19 September 2013 sampai 5 Januari 2014. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi pengamatan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Burung Puyuh Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa burung liar yang mengalami proses domestikasi. Ciri khas yang membedakan burung
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi burung puyuh Coturnix coturnix japonica atau Japanese quail di Indonesia terus mengalami peningkatan, pada
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi burung puyuh Coturnix coturnix japonica atau Japanese quail di Indonesia terus mengalami peningkatan, pada tahun2011 mencapai 7.356.648 ekor, tahun 2012 populasinya
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPBULIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur
TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu (Sumber : Suharyanto, 2007) Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur Kabupaten Kaur adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Bengkulu. Luas wilayah administrasinya
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa),
1 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Sejarah Perkembangan Itik Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa), golongan terdahulunya merupakan itik liar bernama Mallard (Anas plathytynchos)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba. Ukuran Tubuh Minimal Maksimal Rata-rata Standar Koefisien
19 4.1 Ukuran Tubuh Domba Lokal IV HASIL DAN PEMBAHASAN Indeks morfologi tubuh sangat diperlukan dalam mengevaluasi konformasi tubuh sebagai ternak pedaging. Hasil pengukuran ukuran tubuh domba lokal betina
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA NIRWANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL INDUK PENJENIS MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik ternak tinggi, namun sumber daya genetik tersebut belum dimanfaatkan dengan optimal. Salah satu sumberdaya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen
19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi terhadap kualitas semen dimaksudkan untuk menentukan kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen tersebut diproses lebih
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran-Ukuran Kulit Kokon C. trifenestrata Rataan, simpangan baku, koefisien keragaman berbagai ukuran kokon panjang kokon, lingkar bagian medial kokon, lingkar ¼ bagian posterior
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Burung mempunyai daya tarik khusus bagi manusia karena berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Burung mempunyai daya tarik khusus bagi manusia karena berbagai alasan diantaranya adalah burung lebih mudah dilihat dari hewan lain. Beberapa burung memiliki
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7
Lebih terperinciPENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008
I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kerbau merupakan salah satu jenis ternak kerja yang masih digunakan di Indonesia, walaupun saat ini telah muncul alat teknologi pembajak sawah yang modern yaitu traktor,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)
Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 653 668 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN (Correlation of
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Pebruari 2011. Penelitian dilakukan di dua peternakan domba yaitu CV. Mitra Tani Farm yang berlokasi di Jalan Baru No. 39 RT
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi danwaktu Penelitian ayam Ketawa dilaksanakan di tiga tempat, yaitu Peternakan Ayam Ketawa (Arawa) Permata Hijau II Cidodol, Kebayoran Lama, Jakarta Barat dan Pondok Pesantren Daarul
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil persilangan antara Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam
Lebih terperinciMETODE. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) mulai bulan Juli hingga November 2009.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) mulai bulan Juli hingga November 2009. Materi Ternak Ternak yang digunakan adalah 50 ekor domba
Lebih terperinciBibit induk (parent stock) itik Alabio muda
Standar Nasional Indonesia Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Bobot Badan Bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh dapat menjadi acuan untuk mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh mempunyai kegunaan untuk menaksir
Lebih terperinciPERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN
PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN WAFIATININGSIH 1, IMAM SULISTYONO 1, dan RATNA AYU SAPTATI 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur 2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Lebih terperinci