HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.
|
|
- Deddy Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 25 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Kabupaten Subang Kabupaten Subang terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Utara pada koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan. Kabupaten Subang meliputi wilayah seluas ,95 ha (2.051,769 km²). Lokasi Penelitian Ilustrasi 3. Peta Lokasi Penelitian, Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang (sumber: petamatikindo.wordpress.com). Wilayah Kabupaten Subang terbagi atas tiga bagian wilayah, yakni wilayah selatan, wilayah tengah, dan wilayah utara. Wilayah selatan Kabupaten
2 26 Subang terdiri atas dataran tinggi/pegunungan yang sebagian besar berupa perkebunan, hutan, dan lokasi wisata yang berada pada ketinggian mdpl wilayah ini mencakup wilayah Kecamatan Jalancagak, Ciater, Kasomalang, Sagalaherang, Serangpanjang. Wilayah tengah Kabupaten Subang berupa dataran yang berkembang perkebunan karet, tebu, dan buah-buahan di bidang petanian, perumahan, kawasan industri, dan pusat pemerintahan, wilayah ini berada pada ketinggian antara mdpl meliputi wilayah Kecamatan Cijambe, Subang, Cibogo, Kalijati, Dawuan, Cipeundeuy, Purwadadi, Cikaum, dan Pagaden Barat. Wilayah Utara kabupaten Subang merupakan dataran rendah yang mengarah langsung ke Laut Jawa yang berupa sawah berpengairan teknis, tambak, dan pantai yang berada pada ketinggian antara 0 50 mdpl yang meliputi wilayah Kecamatan Pabuaran, Pagaden, Cipunegara, Compreng, Ciasem, Pusakanagara, Pusakajaya, Pamanukan, Sukasari, Legonkulon, Blanakan, Paokbeusi, Tambakdahan, dan sebagian Pagaden Barat. Kecamatan Pamanukan adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Subang yang terdiri atas Sembilan desa, yaitu Desa Bongas, Desa Lengkongjaya, Desa Mulyasari, Desa Mundusari, Desa Pamanukan, Desa Pamanukan Hilir, Desa Pamanukan Sebrang, Desa Rancahilir, dan Desa Rancasari yang umumnya berupa hamparan sawah. Pertumbuhan populasi domba di Kabupaten Subang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, walaupun jumlah kenaikannya tidak terlalu besar. Kenaikan jumlah populasi domba yang terjadi di Kabupaten Subang menggambarkan bahwa daya dukung lahan, kultur budaya, dan sumber daya manusia peternak di Kabupaten ini cukup baik untuk mengembangkan usaha peternakan domba di Kabupaten ini.
3 27 Kecamatan Pamanukan memiliki rumah tangga yang terdiri atas orang laki-laki, dan orang perempuan, berdasarkan data statistik tersebut rumah tangga di Kecamatan Pamanukan merupakan rumah tangga pertanian (Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang, 2013), Berdasarkan Persentase Penduduk 10 Tahun ke atas menurut jenis kelamin dan lapangan usaha utama di Kabupaten Subang Tahun 2015 menunjukkan mata pencaharian yang dominan dari masyarakat Subang ialah pertanian dengan persentase sebesar 41,38%, dan selanjutnya ialah perdagangan dengan persentase sebesar 19,69% (Bappeda Kabupaten Subang, 2016). 4.2 Sifat Kualitatif yang Muncul Warna Bulu Dominan Warna bulu adalah merupakan sifat kualitatif yang paling mudah dilihat yang diturunkan oleh tetuanya. Warna bulu ini juga merupakan salah satu sifat yang menjadi bahan pertimbangan peternak dalam memilih domba. Hal ini terkait dengan tingkat kesukaan konsumen domba. Warna bulu dominan yang muncul diantaranya warna dominan putih, warna dominan coklat, warna dominan hitam, dan campuran dua warna atau lebih. Berikut adalah besar frekuensi warna bulu dominan yang tampak di lapangan menyangkut warna bulu dominan induk Domba Lokal umur 2 3 tahun di Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang Tabel 1. Tabel 1. Warna Bulu Dominan Induk Domba Lokal Umur 2-3 Tahun No Warna Bulu Dominan Jumlah (ekor) Persentase (%) 1 Dominan Putih 23 76,67 2 Dominan Coklat 2 6,67 3 Dominan Hitam Campuran dua warna atau lebih 2 6,67
4 28 Berdasarkan data tersebut di atas dapat ditarik preposisi bahwa warna bulu dominan pada induk Domba Lokal umur 2 3 tahun secara berturut turut adalah warna putih dengan presentase sebesar 76,67% dari total sampel yang diamati yaitu berjumlah 23 ekor dari total sampel yang bejumlah 30 ekor, selanjutnya warna dominan yang muncul pada induk Domba Lokal yang diamati ialah warna dominan bulu berwarna hitam yaitu sebesar 10% dari total sampel yang diamati yaitu berjumlah 3 ekor, dan selanjutnya adalah warna bulu dominnan coklat dan campuran dua warna atau lebih yang masing masing memiliki presentase sebesar 6,67% atau sejumlah masing masing 2 ekor dari total sampel 30 ekor domba priangan yang diamati. Warna bulu seringkali menjadi salah satu pertimbangan yang cukup diperhitungkan oleh peternak dalam memilih calon induk, hal ini terkait dengan tingkat kesukaan konsumen yang berasal dari masyarakat yang membutuhkan domba sebagai hewan untuk melaksanakan ibadah qurban pada Hari Raya Idul Adha cenderung lebih menyukai domba yang memiliki warna bulu putih karena dianggap lebih tampak bersih dan lebih mudah dalam menilai kesehatan ternak tersebut. Warna bulu yang muncul relatif beragam, hal ini dikarenakan tetua Domba Priangan yaitu domba Kaapstad memiliki warna bulu yang bervariasi yaitu putih, hitam, dan cokelat (Gatenby, 1986, Mason dan Mule, 1960 yang disitasi oleh Mulliadi 1996). Warna bulu dominan putih mendominasi warna bulu dominan yang muncul pada Tabel 1. Warna bulu putih yang mendominasi diduga merupakan warisan dari nenek moyang Domba Priangan yaitu Domba Merino dimana hal ini sesuai dengan pendapat dari Mulliadi (1996) bahwa kombinasi satu warna pada Domba Priangan berasal dari darah bangsa Merino atau Kaapstad yang berwarna putih.
5 29 Penyebaran warna dasar disebabkan oleh seleksi serta pola perkawinan yang tidak terarah hal ini terjadi dikarenakan beragamnya jantan yang digunakan oleh peternak dan tidak jarang peternak mengawinkan ternaknya dengan ternak milik sendiri, hal ini menyebabkan terjadinya inbreeding yang mengakibatkan baurnya kemurnian suatu bangsa. Seleksi yang dilakukan peternak tidak mengarah pada satu pola warna, seleksi yang dilakukan hanya menyebabkan keberagaman warna dasar Jenis Keberadaan Tanduk Berdasarkan jenis keberadaan tanduk yang merupakan sifat yang dapat di amati oleh kasat mata dan rabaan pada bagian atas kepala domba jenis keberadaan tanduk pada induk domba betina yang di amati dapat dibagi ke dalam tiga kategori diantaranya ialah bertanduk yaitu induk domba yang memiliki tanduk lebih dari satu cm, muser yaitu domba yang memiliki benjolan tanduk kecil yang tertutupi bulu dan berukuran tidak lebih dari satu cm, dan tidak bertanduk yaitu induk domba lokal yang tidak terdapat benjolan pada bagian kepalanya. Berikut adalah frekuensi jenis keberadaan tanduk yang dapat di amati di lapangan pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis Keberadaan Tanduk pada Induk Domba Lokal Umur 2-3 Tahun No Jenis Keberadaan Tanduk Jumlah (ekor) Presentase (%) 1 Bertanduk Muser 4 13,33 3 Tidak Bertanduk 23 76,67 Berdasarkan paparan data tersebut dapat ditarik preposisi jenis keberadaan tanduk yang paling banyak di temui secara berturut-turut adalah tidak bertanduk dengan presentase sebesar 76,67%, muser dengan presentase 13,33%, dan
6 30 bertanduk dengan presentase sebesar 10%. Domba Lokal tidak bertanduk banyak ditemukan di lokasi penelitian dibandingkan muser dan bertanduk. Hal ini sejalan dengan pendapat Johannson dan Rendel (1996) yang disitasi oleh Indrijani, dkk. (2006) bahwa sifat tidak bertanduk diketahui sebagai gen dominan sedangkan sifat bertanduk adalah resesif. Gen resesif pada domba jantan akan memunculkan tanduk, tetapi gen resesif pada domba betina pertumbuhan tanduk memungkinkan terhenti atau mengalami hambatan sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh (Turner dan Young 1969 yang disitasi oleh Mulliadi 1996) bahwa pertumbuhan tanduk dipengaruhi oleh faktor genetik, juga dipengaruhi oleh aktivitas hormon testosterone. Jenis keberadaan tanduk seringkali menjadi hal yang dipertimbangkan dalam memilih calon induk domba, hal ini terkait tingkat kesukaan konsumen yang cenderung lebih memilih induk domba yang tidak bertanduk karena pada umumnya masyarakat menganggap induk domba yang memiliki tanduk cenderung bersifat lebih agresif dan lebih sulit dalam penanganannya. 4.3 Sifat Kuantitatif yang Muncul Bobot Badan Bobot badan hingga saat ini masih menjadi parameter utama dalam mempertimbangkan produktivitas ternak hal ini dikarenakan bobot badan berhubungan erat dengan persentase karkas sehingga dapat menunjukkan nilai suatu ternak (Cole 1974 disitasi oleh Heriyadi, dkk., 2016). Pola pemeliharaan yang baik dan perkawinan yang terkontrol dapat menyebabkan penurunan kualitas genetik yang baik dan pertumbuhan bobot badan yang baik pula.
7 31 Bobot badan induk Domba Lokal yang berumur 2-3 tahun yang ditemukan saat penelitian dilakukan berjumlah 30 ekor. Data hasil perhitungan statistika dekriptif mengenai bobot badan induk Domba Lokal umur 2-3 tahun dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Bobot Badan Induk Domba Lokal Umur 2-3 Tahun. No Nilai Hasil 1 Jumlah sampel 30 2 Maksimum (kg) Minimum (kg) Rentang (kg) Rata-rata (kg) Simpangan Baku (kg) Koefisien Variasi (%) Bobot badan induk Domba Lokal umur 2-3 tahun di Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang rata-rata 32,35 ± 5,63 kg, koefisien variasi 17,40 %. Hasil rataan bobot badan tersebut relatif lebih besar dibandingkan dengan hasil standardisasi Domba Priangan yang memilki rataan 25,50 ± 4,13 Kg (Heriyadi dan Nurmeidiansyah, 2016). Berdasarkan koefisien variasi yang diperoleh, bobot badan tersebut tidak seragam, sebagaimana pendapat Nasution (1985), bahwa populasi masih dianggap seragam jika memiliki nilai koefisien variasi di bawah 15%. Ketidak seragaman bobot badan yang ditemukan diduga dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan yang mempengaruhinya, diantaranya nutrisi dan manajemen pemeliharaan. Sistem pemeliharaan secara tradisional yang jarang memperhatikan kecukupan nutrisi dan kualitas bahan pakan yang diberikan tentunya ikut mempengaruhi bobot badan, serta sistem pemeliharaan secara tradisional ini juga dapat mengakibatkan terjadinya penurunan mutu genetik, hal ini disebabkan karena terjadinya perkawinan yang tidak terarah dan mengakibatkan terjadinya inbreeding. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeparno
8 32 (2005) yang menyatakan rendahnya kualitas pakan akan berdampak terhadap rendahnya kecepatan pertumbuhan sehingga bobot dewasa dicapai lebih rendah. Jenis pakan, dan kualitas pakan yang diberikan, serta manajemen pemeliharaan yang kurang baik akan mempengaruhi bobot badan, sebagaimana pendapat Heriyadi (2012) yang menyatakan bahwa manajemen pemeliharaan dapat berdampak pada ADG (average daily gain) dan bobot badan saat dewasa Panjang Badan Panjang badan merupakan salah satu ukuran tubuh yang sangat mempengaruhi performa ternak terutama terhadap bobot badan, karena jika bobot badan besar maka akan memiliki ukuran tubuh yang besar (Heriyadi, 2016) Panjang badan merupakan ukuran yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan. Panjang badan menunjukkan kapasitas badan yang besar sehingga mempengaruhi kualitas karkas. Panjang badan menunjukkan kapasitas, kekuatan dan kemampuan konsumsi pakan, badan harus berbentuk kotak, lurus berisi, seimbang, rusuk yang dalam dan lebar serta ukuran panjang yang sesuai umur (Ensminger, 2002). Panjang badan induk Domba Lokal yang berumur 2 3 tahun di Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4.Panjang Badan Induk Domba Lokal Umur 2 3 Tahun. No Nilai Hasil 1 Jumlah sampel 30 2 Maksimum (cm) Minimum (cm) Rentang (cm) Rata-rata (cm) Simpangan Baku (cm) Koefisien Variasi (%) 5.36 Dari data tersebut didapati rata-rata panjang badan induk Domba Lokal umur 2-3 tahun di Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang adalah 53,207 ±
9 33 2,85 cm. dengan koefisien variasi 5,35%. Panjang badan maksimum yang ditemui sebesar 58,2 cm dan panjang badan minimum yang ditemui saat penelitian ialah 46,5 cm dengan rentang maksimum dan minimum panjang badan sampel sebesar 11,7 cm. Berdasarkan koefisien variasi yang diperoleh, bobot badan dianggap seragam, sebagaimana pendapat Nasution (1985), bahwa populasi masih dianggap seragam jika memiliki nilai koefisien variasi di bawah 15%. Hasil tersebut tidak berbeda jauh dengan Standardisasi Domba Priangan yang di tulis Heriyadi dan Nurmeidiansyah (2016) dimana rataan panjang badan Domba Priangan di Jawa Barat berumur 2 sampai 4 tahun sebesar 50,6 ± 2,74 cm. Panjang badan adalah salah satu ukuran tubuh yang sangat mempengaruhi performa ternak terutama yang berhubungan dengan bobot badan, karena jika bobot badan besar akan memiliki postur tubuh yang besar pula sebagaimana pendapat Dwiyanto (1984) menyatakan bahwa semakin besar dan semakin panjang tubuh akan menyebabkan bobot badan meningkat Lingkar Dada Hasil penelitian lingkar dada induk Domba Lokal umur 2 3 tahun pada Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5.Ukuran Lingkar Dada induk Domba Lokal Umur 2 3 Tahun No Nilai Hasil 1 Jumlah sampel 30 2 Maksimum (cm) Minimum (cm) Rentang (cm) Rata-rata (cm) Simpangan Baku (cm) Koefisien Variasi (%) 7.51 Rata-rata lingkar dada induk Domba Lokal umur 2-3 tahun di Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang sebesar 75,64 ± 5,67, dengan nilai koefisien
10 34 variasi 7,5%. Ukuran lingkar dada maksimum induk domba priangan umur 2-3 tahun yang ditemui di lapangan sebesar 85,2 cm dan lingkar dada minimum induk Domba Lokal umur 2 3 tahun yang ditemui dilapangan adalah 63,5 cm, serta rentang antara data maksimum dan minimum sampel adalah 21,7 cm. Berdasarkan koefisien variasi yang diperoleh, lingkar dada induk Domba Lokal di Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang dapat dianggap seragam, sebagaimana sejalan dengan pendapat Nasution (1985), bahwa populasi masih dianggap seragam jika memiliki nilai koefisien variasi di bawah 15%. Hasil tersebut tidak berbeda jauh dengan Standardisasi Domba Priangan yang di tulis Heriyadi dan Nurmeidiansyah (2016) dimana rataan lingkar dada Domba Priangan di Jawa Barat berumur 2 sampai 4 tahun adalah 73,5 ± 5,97 cm. Lingkar dada mempunyai nilai korelasi terbesar dengan ukuran-ukuran tubuh lainnya pada semua tingkat umur (Dwiyanto, 1984). Meningkatnya ukuran lingkar dada akan diikuti dengan meningkatnya bobot badan. Lingkar dada dengan bentuk sempurna baik untuk bagian depan rusuk sampai bahu dengan dada yang lebar menunjukkan organ respirasi yang besar, dada harus dalam dan lebar serta bagian belakang siku memiliki bentuk lingkaran penuh (Devendra dan Mcleroy, 1992) Lebar Dada Lebar dada menggambarkan pertumbuhan tulang bahu dan rongga dada. Ukuran lebar dada yang lebar dapat menunjukkan organ respirasi yang besar, semakin besar ukuran lebar dada maka semakin besar ukuran organ respirasi ternak itu. Hasil penelitian ukuran lebar dada induk Domba Lokal umur 2 3 tahun pada Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang disajikan pada Tabel 6.
11 35 Tabel 6.Ukuran Lebar Dada Induk Domba Lokal Umur 2 3 Tahun No Nilai Hasil 1 Jumlah sampel 30 2 Maksimum (cm) Minimum (cm) Rentang (cm) Rata-rata (cm) Simpangan Baku (cm) Koefisien Variasi (%) 9.18 Rata-rata lebar dada induk Domba Lokal umur 2-3 tahun di Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang sebesar 15,66 ± 1,43, dengan nilai koefisien variasi 9,18%. Ukuran lebar dada maksimum induk Domba Lokal umur 2-3 tahun yang ditemui di lapangan sebesar 19,1 cm dan lebar dada minimum induk Domba Lokal umur 2 3 tahun yang ditemui dilapangan adalah 13,2 cm, serta rentang antara data maksimum dan minimum sampel adalah 5,9 cm. Berdasarkan koefisien variasi yang diperoleh, lebar dada induk Domba Lokal di Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang dapat dianggap seragam, sebagaimana sejalan dengan pendapat Nasution (1985), bahwa populasi masih dianggap seragam jika memiliki nilai koefisien variasi di bawah 15%. Lebar dada memiliki keterkaitan terhadap perkembangan otot yang ada di sekitar dada, sehingga menunjukkan pertambahan ukuran dada ke samping secara nyata. Keadaan wilayah yang memiliki ketersediaan pakan yang baik dan berkualitas, dalam jenis bentuk pakan hijauan atau pun bahan pakan pengganti menjadi salah satu penunjang pertambahan ukuran lebar dada pada domba. Atmaja, dkk (2012) menyatakan pertumbuhan tulang dada dipengaruhi oleh perkembangan organ-organ dalam dan perlekatan daging pada tulang bahu dan dada yang menekan kapasitas tubuh.
12 Dalam Dada Pengukuran dalam dada dilakukan dengan mengukur panjang jarak antara titik pundak tertinggi sampai tulang dada. Hasil penelitian ukuran dalam dada induk Domba Lokal umur 2 3 tahun pada Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Ukuran Dalam Dada induk Domba Lokal Umur 2-3 Tahun No Nilai Hasil 1 Jumlah sampel 30 2 Maksimum (cm) 31 3 Minimum (cm) Rentang (cm) Rata-rata (cm) Simpangan Baku (cm) Koefisien Variasi (%) 7.57 Rata-rata dalam dada induk Domba Lokal umur 2-3 tahun di Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang sebesar 27,17 ± 2,05, dengan nilai koefisien variasi 7,56%. Ukuran dalam dada maksimum induk Domba Lokal umur 2-3 tahun yang ditemui di lapangan sebesar 31 cm dan dalam dada minimum induk Domba Lokal umur 2 3 tahun yang ditemui dilapangan adalah 23,3 cm, serta rentang antara data maksimum dan minimum sampel adalah 7,7 cm. Berdasarkan koefisien variasi yang diperoleh, ukuran dalam dada induk Domba Lokal di Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang dapat dianggap seragam, sebagaimana sejalan dengan pendapat Nasution (1985), bahwa populasi masih dianggap seragam jika memiliki nilai koefisien variasi di bawah 15%. Besaran ukuran dalam dada erat kaitannya dengan pertumbuhan tulang dada yang dipengaruhi oleh perkembangan organ-organ dalam dan perlekatan daging pada tulang bahu dan dada yang menekan kapasitas tubuh ternak.
13 Tinggi Pundak Tinggi pundak merupakan salah satu parameter yang cukup penting dalam melakukan penilaian terhadap performa dan potensi genetik ternak. Hasil penelitian ukuran tinggi pundak induk Domba Lokal umur 2 3 tahun pada Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Ukuran Tinggi Pundak induk Domba Lokal Umur 2-3 Tahun No Nilai Hasil 1 Jumlah sampel 30 2 Maksimum (cm) 69 3 Minimum (cm) Rentang (cm) Rata-rata (cm) Simpangan Baku (cm) Koefisien Variasi (%) 6.47 Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan yang menyangkut tinggi pundak induk Domba Lokal umur 2-3 tahun, terungkap bahwa rentang tinggi pundak induk Domba Lokal umur 2-3 tahun adalah 52,4 69 cm, dengan rata-rata tinggi pundak 59,44 ± 3,84 cm (Tabel 8), Nilai sesuai dan tidak terpaut jauh bila dibandingkan dengan standardisasi rataan tinggi pundak Domba Priangan berumur 2 sampai 4 tahun di Jawa Barat yang memiliki nilai 61,2 ± 4,17 cm (Heriyadi dan Nurmeidiansyah, 2016). Koefisien variasi yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah 6,468%, hal ini menunjukkan bahwa ukuran tinggi pundak induk Domba Lokal umur 2-3 tahun di Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang dianggap seragam, seperti yang dikemukakan Nasution (1985), bahwa populasi dianggap seragam jika memiliki nilai koefisien variasi dibawah 15%. Tinggi pundak merupakan salah satu ukuran tubuh domba yang dapat dijadikan penentu besar atau kecilnya domba tersebut. Domba yang memiliki bentuk tubuh lebih besar akan memiliki bentuk tubuh yang lebih besar juga
14 38 (Fajemilehin dan Salako, 2008). Ukuran tubuh sangat berpengaruh pada domba, ukuran tubuh dapat dijadikan sebagai identitas dari domba itu sendiri. Perubahan pada ukuran tubuh mungkin saja terjadi, hal ini karena Domba mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada tubuhnya. Performa maksimum dari domba akan dicapai apabila domba tersebut memiliki genetik yang unggul, serta ditunjang dengan faktor lingkungan yang baik.
PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan
Lebih terperinciPerforma Induk Domba Lokal... Afiz Zulfahmi PERFORMA INDUK DOMBA LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA SEMI INTENSIF DI KECAMATAN PAMANUKAN KABUPATEN SUBANG
PERFORMA INDUK DOMBA LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA SEMI INTENSIF DI KECAMATAN PAMANUKAN KABUPATEN SUBANG PERFORMANCE OF LOCAL EWES UNDER SEMI INTENSIF SYSTEM IN SUBDISTRICT PAMANUKAN SUBANG REGENCY Afiz
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Agustus 2009 di Laboratorium Pengindraan Jauh dan Intepretasi Citra, Departemen Ilmu Tanah
Lebih terperinci7.1. PERDAGANGAN NASIONAL
7. PERDAGANGAN 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL Perdagangan mempunyai peran yang cukup penting dalam mendorong perekonomian di Kabupaten Subang. Sektor unggulan kedua setelah pertanian ini dari tahun ketahun
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
17 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kabupaten Subang merupakan salah satu kabupaten di kawasan utara provinsi Jawa Barat terletak diantara 107º 31' sampai dengan 107º 54' Bujur
Lebih terperinciPENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan ternak yang keberadaannya cukup penting dalam dunia peternakan, karena kemampuannya untuk menghasilkan daging sebagai protein hewani bagi masyarakat. Populasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Wonosobo merupakan domba hasil persilangan antara domba Texel yang didatangkan pada tahun 1957 dengan Domba Ekor Tipis dan atau Domba Ekor Gemuk yang secara
Lebih terperinci7. PERDAGANGAN 7.2. PRASARANA EKONOMI 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL
7. PERDAGANGAN 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL Salah satu motor penggerak perekonomian di Kabupaten Subang adalah Perdagangan. Jumlah perusahaan perdagangan nasional di Kabupaten Subang pada tahun 2011 tercatat
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua
6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong merupakan bangsa-bangsa kambing yang terdapat di wilayah Jawa Tengah (Dinas Peternakan Brebes
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Luas dan Potensi Wilayah Luas fungsional daerah penelitian adalah 171.240 ha, secara administratif meliputi 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Subang, Sumedang,
Lebih terperinciIdentifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak
Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton Umaris Santoso, Siti Nurachma dan Andiana Sarwestri Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran umarissantoso@gmail.com
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
16 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Lokasi Wilayah Kabupaten Subang secara geografis terletak pada batas koordinat 107 o 31-107 o 54 BT dan di antara 6 o
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Bobot Badan Bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh dapat menjadi acuan untuk mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh mempunyai kegunaan untuk menaksir
Lebih terperinciTINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi
II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perkembangan Domba Asia merupakan pusat domestikasi domba. Diperkirakan domba merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi oleh manusia kira-kira
Lebih terperinciPENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba mempunyai arti penting bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia karena dapat menghasilkan daging, wool, dan lain sebagainya. Prospek domba sangat menjanjikan untuk
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
164 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, serta memberikan beberapa rekomendasi baik rekomendasi secara
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba Garut merupakan salah satu komoditas unggulan yang perlu dilestarikan sebagai sumber
Lebih terperinciPenduduk dan Tenaga Kerja
3. PENDUDUK DAN TENAGA KERJA 3.1. PENDUDUK Kesejahteraan penduduk adalah parameter keberhasilan suatu bangsa, sehingga kesejahteraan penduduk ini selalu menjadi sasaran utama dalam proses pengelolaan negara.
Lebih terperinciGambar 2. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Subang Tahun Figure 2. Trend Of Population Number In Subang,
3. PENDUDUK DAN TENAGA KERJA 3.1. PENDUDUK Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Dalam pembangunan, SDM yag dibutuhkan adalah yang secara kuantitas mencukupi dan secara
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing 1. Kambing Boer Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer
Lebih terperinciPenduduk dan Tenaga Kerja Subang Dalam Angka Tahun PENDUDUK DAN TENAGA KERJA
3. PENDUDUK DAN TENAGA KERJA 3.1. PENDUDUK. Salah satu modal dasar pembangunan nasional selain sumber daya alam dan ilmu pengetahun dan teknologi (Iptek) adalah jumlah penduduk atau Sumber Daya Manusia
Lebih terperinciPenduduk dan Tenaga Kerja Subang Dalam Angka Tahun PENDUDUK DAN TENAGA KERJA
3. PENDUDUK DAN TENAGA KERJA 3.1. PENDUDUK. Salah satu modal dasar pembangunan nasional selain sumber daya alam dan ilmu pengetahun dan teknologi (Iptek) adalah jumlah penduduk atau Sumber Daya Manusia
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Asal Usul dan Klasifikasi Domba Garut Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu, diantaranya berdasarkan perbandingan banyak daging atau wol, ada
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang
II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Asal-Usul dan Klasifikasi Domba Domba yang dijumpai saat ini merupakan hasil domestikasi yang dilakukan manusia. Pada awalnya domba diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Balai Pengembangan Ternak Domba Margawati merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang mempunyai tugas
Lebih terperinciTabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk
86 BAB IV KAJIAN PEMBIAYAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH 4.1 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Proyeksi kebutuhan air bersih pada wilayah pelayanan yang telah ditentukan didapat berdasarkan guna lahan rencana Kabupaten
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUBANG Menimbang : a. Bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis
TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba lokal dapat didefinisikan sebagai domba hasil perkawinan murni atau silangan yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan diketahui sangat produktif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Salah satu komoditas kekayaan plasma nutfah nasional di sub sektor peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang dapat memproduksi susu,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas penghasil daging. Domba memiliki keuunggulan diantaranya yaitu memiliki daya adaptasi yang baik terhadap
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano
23 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano 4.1.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat sebelah selatan, di antara 6
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur
25 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kabupaten Sumba Timur terletak di antara 119 45 120 52 Bujur
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rumpun Domba Rumpun adalah segolongan hewan dari suatu jenis yang mempunyai bentuk dan sifat keturunan yang sama. Jenis domba di Indonesia biasanya diarahkan sebagai domba pedaging
Lebih terperinciBAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN
BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN Ketika terjadi pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan yang berorientasi ekonomi (pertumbuhan ekonomi, kebutuhan dasar, kesejahteraan masyarakat dan pengembangan
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Domba merupakan salah satu sumber pangan hewani bagi manusia. Domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang dapat mengkonnsumsi pakan kualitas rendah dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba. Ukuran Tubuh Minimal Maksimal Rata-rata Standar Koefisien
19 4.1 Ukuran Tubuh Domba Lokal IV HASIL DAN PEMBAHASAN Indeks morfologi tubuh sangat diperlukan dalam mengevaluasi konformasi tubuh sebagai ternak pedaging. Hasil pengukuran ukuran tubuh domba lokal betina
Lebih terperinciKARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU
KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU UMI ADIATI dan A. SUPARYANTO Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221 Bogor 16002 ABSTRAK Domba Priangan merupakan domba yang mempunyai potensi sebagai domba
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.
TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Domba Priangan Domba Priangan atau lebih dikenal dengan nama domba Garut merupakan hasil persilangan dari tiga bangsa yaitu antara domba merino, domba kaapstad dan domba lokal.
Lebih terperinciSifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi
SIFAT-SIFAT KUANTITATIF DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YEARLING PADA MANAJEMEN PEMELIHARAAN SECARA TRADISIONAL DI PESISIR PANTAI SELATAN KABUPATEN GARUT QUANTITATIVE TRAITS OF THIN TAIL SHEEP RAM YEARLING IN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Assolihin Aqiqah bertempat di Jl. Gedebage Selatan, Kampung Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini lokasinya mudah ditemukan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,
PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Inspektorat Daerah Kabupaten Subang telah dibentuk dengan
Lebih terperinci2. PEMERINTAHAN,HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU
2. PEMERINTAHAN,HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU 2.1. PEMERINTAHAN Jumlah kecamatan pada tahun 2012 masih tetap sebanyak 30 kecamatan sesuai Peraturan Daerah Tingkat II (Perda) Nomor
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan komoditas ternak, khususnya daging. Fenomena
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo ruminansia, famili Bovidae, dan genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burn, 1994). Kambing
Lebih terperinciIV HASIL dan PEMBAHASAN
IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum 4.1.1. Lokasi Penelitian Desa Sumber Lor merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Cirebon. Keadaan geografis Desa Sumber Lor berada di dataran rendah pada ketinggian
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).
III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1). 1.2. Materi Materi penelitian ini
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. domba yang tersebar di seluruh dunia. Sampai saat ini tercatat 245 rumpun
7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Asal usul Domba Garut Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun domba yang tersebar di seluruh dunia. Sampai saat ini tercatat 245 rumpun yang telah diidentifikasi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin
15 Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Karo pada bulan Juli 2016 Bahan dan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di kelasnya. Kuda dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda liar, kini sudah
Lebih terperinciA D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N
A D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor: 16/ADD.DOK.PENGADAAN.PB-ULP/KS.01.3/2014 Tanggal: 06 Oktober 2014 untuk Pengadaan Peralatan SIMKAH KUA Kecamatan Lingkup Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Menurut Tomaszewska et al. (1993) domba berasal dari Asia, yang terdiri atas 40 varietas. Domba-domba tersebut menyebar hampir di setiap negara. Ternak domba merupakan
Lebih terperinciJumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Subang Tahun 2013 sebanyak rumah tangga
Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Subang Tahun 2013 sebanyak 158.031 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Subang Tahun 2013 sebanyak 35 Perusahaan Jumlah
Lebih terperinciTahun. 3. Hutan Lindung 6.593, ,78 KPH Purwakarta Dokumen RPKH KPH Purwakarta , ,90 KPH Bandung Utara
TABEL 1 LUAS KAWASAN HUTAN MENURUT FUNGSINYA DI KABUPATEN SUBANG TAHUN 2014 DAN No. Fungsi Kawasan Hutan Tahun Wilayah Dasar 2014 2015 1. Hutan Tetap 2.985,43 2.985,43 KPH Purwakarta Dokumen RPKH KPH Purwakarta
Lebih terperinciGambaran Umum BAB I GAMBARAN UMUM
BAB I GAMBARAN UMUM Pengertian pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas
Lebih terperinciBAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN
BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN Undang-Undang Dasar 1945, mengamanatkan kepada pemerintah untuk mewujudkan kemakmuran setiap warga negara tanpa memandang perbedaan etnis, gender, dan wilayah, untuk
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh merupakan salah satu jenis ternak unggas yang dikembangkan sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur maupun daging. Sejak
Lebih terperinciBAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN
BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN Ketika terjadi pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan yang berorientasi ekonomi (pertumbuhan ekonomi, kebutuhan dasar, kesejahteraan masyarakat dan pengembangan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor pertanian yang memiliki peranan penting terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari tahun ke tahun semakin
Lebih terperinciPemerintahan Subang Dalam Angka Tahun PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU
2. PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU 2.1. PEMERINTAHAN DESA Komposisi Kecamatan pada tahun 2010 masih sama dengan tahun 2009 yaitu ada sebanyak 30 Kecamatan. Jumlah ini
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun
10 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garut Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun domba yang tersebar di seluruh dunia. Sampai saat ini tercatat 245 rumpun yang telah diidentifikasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil persilangan antara Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa
Lebih terperinciPERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK
PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin Program Studi Peterenakan Fakultas Peternakan Dan Perikanan Universitas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah satu Kabupaten di Jawa Barat dengan jumlah populasi pada Tahun 2013 yaitu 1.129.633 ekor dengan
Lebih terperinciHubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil
HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN PERSENTASE KARKAS DAN TEBAL LEMAK PUNGGUNG DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING Fajar Muhamad Habil*, Siti Nurachma, dan Andiana Sarwestri Universitas Padjadjaran
Lebih terperinciIV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi
25 IV PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Bekasi adalah rumah potong hewan yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun 2009. RPH kota Bekasi merupakan rumah potong dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Domba Priangan Domba adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban
TINJAUAN PUSTAKA Kurban Menurut istilah, kurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya (Anis, 1972). Kurban hukumnya sunnah,
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Bali Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli yang dikembangkan di Indonesia. Ternak ini berasal dari keturunan asli banteng liar yang telah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia Ternak atau sering juga dikenal sebagai ternak ruminansia kecil, merupakan ternak herbivora yang sangat populer di kalangan
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sapi Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Artiodactile (berkuku atau berteracak
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol Institut Pertanian Bogor (UP3J-IPB) Desa Singasari Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor
Lebih terperinciPada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang
TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba sejak dahulu sudah mulai diternakkan orang. Ternak domba yang ada saat ini merupakan hasil domestikasi dan seleksi berpuluh-puluh tahun. Pusat domestikasinya diperkirakan berada
Lebih terperinciEvaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta
Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta Evaluation Of Salako Cumulative Index On Local Ewes In Neglasari Darangdan District
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan sapi lokal merupakan alternatif kebijakan yang sangat memungkinkan untuk dapat meningkatkan produksi dan ketersediaan daging nasional. Ketidak cukupan daging
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda Equus caballus telah dikenal banyak orang sebagai hewan yang memiliki banyak fungsi. Hubungan kuda dengan manusia sangat erat kaitannya seperti peranan kuda sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Sapi Perah Menurut Sudono et al. (2003), sapi Fries Holland (FH) berasal dari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Perkembangan Sapi Perah Menurut Sudono et al. (2003), sapi Fries Holland (FH) berasal dari Provinsi Belanda bagian Utara dan Provinsi Friesland Barat. Sapi FH di
Lebih terperinciINDUSTRI PENGOLAHAN DAN
6. INDUSTRI PENGOLAHAN DAN AIR MINUM 6.1. INDUSTRI PENGOLAHAN Industri pengolahan menjadi salah satu roda perekonomian yang mempunyai kemampuan cukup besar dalam menghasilkan nilai tambah barang dan menyerap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi Geografis Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah dataran yang sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian wilayahnya dimanfaatkan
Lebih terperinci6.2. AIR MINUM Selain industri di atas, industri penyediaan air minum merupakan salah satu industri vital bagi. Subang Dalam Angka Tahun
6. INDUSTRI PENGOLAHAN DAN AIR MINUM 6.1. INDUSTRI PENGOLAHAN Industri pengolahan menjadi salah satu roda perekonomian yang mempunyai kemampuan cukup besar dalam menghasilkan nilai tambah barang dan menyerap
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi
Lebih terperinciPENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008
I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kerbau merupakan salah satu jenis ternak kerja yang masih digunakan di Indonesia, walaupun saat ini telah muncul alat teknologi pembajak sawah yang modern yaitu traktor,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Detaseman Kavaleri Berkuda (Denkavkud) berada di Jalan Kolonel Masturi, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi
Lebih terperinciPemerintahan Subang Dalam Angka Tahun PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU
2. PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU 2.1. PEMERINTAHAN DESA Pada tahun 2009 jumlah Kecamatan yang ada di Kabupaten Subang ada sebanyak 30 Kecamatan. Jumlah ini berdasarkan
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Domba Domba merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak ruminansia kecil, hewan pemamah biak dan merupakan hewan mamalia. Disamping sebagai penghasil daging
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Domestikasi domba diperkirakan terjadi di daerah pegunungan Asia Barat sekitar 9.000 11.000 tahun lalu. Sebanyak tujuh jenis domba liar yang dikenal terbagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang
TINJAUAN PUSTAKA SistematikaTernak Kambing Ternak kambing merupakan ruminansia kecil yang mempunyai arti besarbagi rakyat kecil yang jumlahnya sangat banyak. Ditinjau dari aspek pengembangannya ternak
Lebih terperinciIndustri Pengolahan Subang Dalam Angka Tahun 2010
6. INDUSTRI PENGOLAHAN DAN AIR MINUM 6.1. INDUSTRI PENGOLAHAN Klasifikasi perusahaan industri pengolahan dibedakan atas : Industri Besar, Sedang, Kecil dan Rumahtangga. Pengklasifikasian perusahaan industri
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu 23 ekor laktasi 1, 37 ekor laktasi 2, 25 ekor laktasi 3, dan 15 ekor laktasi
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi
9 BAB III MATERI DAN METODE aaaaaapenelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri dari tanggal 19 September 2013 sampai 5 Januari 2014. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi pengamatan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. cukup besar, tidak hanya keanekaragaman flora tetapi juga faunanya. Hal ini
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang cukup besar, tidak hanya keanekaragaman flora tetapi juga faunanya. Hal ini dapat dilihat dari keanekaragaman
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPBULIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciGambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea (http://maps.google.com, 5 Agustus 2011)
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Bogor merupakan wilayah dari Propinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Propinsi Banten dan bagian dari wilayah Jabotabek. Secara geografis,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah Berdasarkan aspek pewilayahan Kalimantan Tengah mempunyai potensi besar untuk pengembangan peternakan dilihat dari luas lahan 153.564 km 2 yang terdiri atas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan
Lebih terperinci