I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi burung puyuh Coturnix coturnix japonica atau Japanese quail di Indonesia terus mengalami peningkatan, pada

Transkripsi

1 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi burung puyuh Coturnix coturnix japonica atau Japanese quail di Indonesia terus mengalami peningkatan, pada tahun2011 mencapai ekor, tahun 2012 populasinya mencapai ekor, tahun , tahun 2014 populasinya mencapai ekor dan tahun 2015 populasinya ekor(dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2015). Berdasarkan data tersebut, burung puyuh di Indonesia memiliki pontensi untuk terus dikembangkan baik sebagai penghasil telur maupundaging.burung puyuh yang berkembang di Indonesia secara umum memiliki ciri-ciri bulu berwarna hitamatau coklat, tubuh relatif kecil, memiliki kaki yang pendek, dan produksi telurnya bisa mencapai 300 butir/ekor/tahun. Puyuh hitam memiliki ukuran tubuh sedang, berbulu gelap dan berparuh tebal (Rospitasari, dkk. 2009). Puyuh hampir seluruh tubuh dan paruh berwarna hitam dan berwarna coklat dengan cri-ciri memiliki dada pucat serta sisik hitam tebal, pada penutup sayap dan tenggorokannya memiliki iris berwarna coklat tua. Puyuh hitam memproduksi telur relatif besar dengan asupan pakan cukup banyak dan mulai berproduksi lebih lama, sedangkan puyuh cokelat mulai berproduksi lebih awal, namun masa produksinya lebih singkat.bibit puyuh yang didapatkankan melalui grand parent stock (GPS) akan menghasilkan bibit parent stock(ps). Puyuh yang berasal dari persilangan parent stockmerupakan jenis puyuh yang memiliki produktifitas lebih tinggi dibandingkan dengan jenis puyuh hasil dari perkawinan sedarah atau inbreeding. Kondisi dan kualitas bibit juga lebih terjaga, karena melewati tahap seleksi yang benar ( Wuryadi, 2011). Peternakpuyuh yang berorientasi pada produksi telurselalu mengupayakan untuk memelihara puyuh-puyuh yang memiliki kemampuan produksi telur yang tinggi.produksi telur yang optimum sangat bergantung pada 3 (tiga) faktor utama yaitu breeding,feeding, dan management. Penentuan produksi telur puyuh dapat dilakukan dengan menentukan fungsi terhadap waktu produksi. Berdasarkan

2 2 fungsi tersebut dapat diperoleh laju produksi, yaitu kecepatan pertambahan dan penurunan produksi telur puyuh.data laju produksi tersebut sangat dibutuhkan oleh peternak atau pengusaha dalam membuat perencanaan pengelolaan peternakan burung puyuhsupayamendapatkan hasil yang optimal. Pencapaian produksi telur dalam suatu peternakan burung puyuh memperlihatkan variasi jumlah telur yang dihasilkan oleh burung puyuh tersebut selama masa bertelur. Jumlah telur yang dihasilkan per satuan waktu merupakan ciri penting dalam produksi telur. Pendugaan produksi telur dapat dilakukan menggunakan berbagai model, diantaranya model Woodyaitu model yang menyatakan fungsi matematika,model Mc Nally, model Adams-Bell menghitung fungsi matematika, model Yang, model kompartemen, dan model logistik. Model Adams-Bell menggunakan umur produksi sebagai variabel, sedangkan sebagian model lainnya menggunakan variablelain seperti: parameter laju peningkatan dan penurunan produksi, hari pertama berproduksi, umur dewasa kelamin, serta potensi produksi telur maksimum. Permodelan Adams-Bell mambuat kurva produksi telur untuk menentukan produktifitas telur puyuh selama masa produksi puyuh. Produksi telur puyuh (quail day production) yang merupakan perbandingan antarajumlah telur puyuh dengan puyuh yang ada pada saat itu. Standar produksi telur yang baik didapatkan bedasarkan quail day production (QDP) dengan menggunakan permodelan Adams-Bell. Berdasarkan uraian latar belakang, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang kurvaproduksi dan standar produksi telur puyuh Padjadjaran galur hitam dan coklat generasi ke 3 dengan menggunakan model matematika Adams-Bell.

3 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Apa bentuk kurva produksi dan berapa standar produksi telurpuyuh Padjadjaran galur hitam dan coklat generasi 3 berdasarkan model Adams-Bell Maksud dan Tujuan Penelitian 1. Mengetahuimodel kurva produksi dan mendapatkan standar produksi telur puyuh Padjadjaran galur hitam dan coklat generasi 3 berdasarkan model Adams-Bell Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitiandari segi keilmuan yaitu mengetahui modelpendugaan kurva produksi telur puyuh Padjadjaran galur hitam dan coklat. Sedangkan dari segi praktisnya, masyarakat dapat mengetahui dengan pasti posisi produksi telur puyuh Padjadjaran, sehingga dapat menetapkan manajemen pemeliharaan dan pakan yang tepat. Selain itu, adanya penelitian ini diharapkan akan menambah ilmu dan informasi mengenai produksi telur puyuh Padjadjaran galur hitam dan coklat generasi ke 3 dengan menggunakan model matematika Adams-Bell Kerangka Pemikiran Telur burung puyuh merupakan bahan pangan yang memiliki kandungan protein yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan telur ayam (Nugroho & Mayun, 1991).Peningkatan produksi dan kualitas telur burung puyuh perludilakukan untuk menunjang kebutuhan komsumsi telur puyuh di kalangan masyarakat, sehingga ketersediaan protein hewani dapat dijangkau oleh masyarakat Indonesia secara lebih luas. Produksi telur puyuh sangat ditentukan oleh strain, umur pertama bertelur, kematian sebelum masa bertelur, komsumsi pakan dan kandungan protein pakan

4 4 (North dan Bell,1990). Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi produksi teluradalah kualitas bibit dan manajemen pemeliharaan. Salah satu permasalahan yang dihadapi dan sering luput dari perhatian dalam memproduksi telur puyuh adalah lama pencahayaan yang berlebihanberdampak terhadap produktivitas dan kualitas telur yang menurun (Listiyowati & Roospitasari, 2009).Faktor lain yang mempengaruhi produksi telur puyuh adalah umurpada saat mulai bertelur. Burung puyuh betina mulai bertelur pada minggu ke 6, puncak produksinya terjadi pada minggu ke 20 dengan persentase telur mencapai 96% (Djulardi, dkk, 2006).Berdasarkan pengaruh umurburung puyuh terhadap produksi telur, maka produksi merupakan fungsi terhadap waktu produksi telur.fungsi tersebut dapat digambarkan kedalam bentuk kurva produksi yang menunjukan jumlah produksi telur pada satuan waktu.kurva produksi ini dapat dibagi dalam 3 tahap, yaitu: peningkatan kemiringan, puncak, dan penurunan kemiringan produksi telur. Kurva produksi telur puyuh merupakan pedoman dalam beternak burung puyuh. Dari kurva tersebut diperoleh waktu yang efektif untuk melakukan pengafkiran burung puyuh yang produksinya telah berkurang. Kurva produksi telur dapat diduga dengan menggunakan model matematika. Model yang sering digunakan dalam mengukur produksi telur, diantaranya model Wood (Wood, 1967) dengan menggunakan fungsi gamma, model kompartemental (Mc Millan, 1970), model modifikasi Wood (Mc Nally, 1971), Adams-Bell (Adams dan Bell, 1980) dengan fungsi aljabar, dan model modifikasi kompartemen (Yang dkk., 1989). Pada penelitian ini, model matematika yang digunakan adalah model Adams-Bell. Model tersebut digunakan karena memiliki akurasi penggambaran kurva produksi yang baik pada ayam broiler dibandingkan model matematika lainnya. Model Adams-Bell merupakan model yang menggambarkan fungsi aljabar, serta meramalkan pendugaan produksi telur. Model Adams-Bell memberikan gambaran kurva produksi,karena model ini memberikan kecocokan dibandingkan model matematika lainnya. Dugaan pada model Adams-Bell menghasilkan nilai koefisien determinasi (R 2 ) paling tinggi dibandingkan dengan

5 5 model lainnya.pada ayam broiler breeder parent stock, berdasarkan nilai koefisien determinasi (R 2 ) model Adams-Bell merupakan model dengan kecocokan paling baik dibandingkan model Mc Millan, model Yang, dan model Logistik. Model Adams-Bell menghasilkan nilai koefisien determinasi (R 2 ) = 0,9998 koefisien korelasi (r) = 0,999, dan galat baku (SE) = 1,060 (Anang, dkk., 2007). 1.6.Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan dibreeding Farm Puyuh Universitas Padjadjaran, Kabupaten Sumedang, Jawa-Barat.Penelitian dilaksanakan pada periode bulan Maret sampai dengan Mei2016.