BAHAN DAN METODE. Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin
|
|
- Irwan Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 15 Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Karo pada bulan Juli 2016 Bahan dan Alat Penelitian Bahan Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin dan dewasa tubuh sebanyak 231 ekor. Tabel 1. Jumlah sampel kuda di Kab. Karo No Kecamatan Desa Jumlah Kuda 1. Berastagi Berastagi Berastagi Gundaling I 7 3. Merdeka Jaranguda Merdeka Merdeka 6 5. Total 60 Tabel 2. Jumlah sampel kuda di Kab. Humbang Hasundutan No Kecamatan Desa Jumlah Kuda 1. Dolok Sanggul Sirisirisi Dolok Sanggul Sait Nihuta Pollung Dolok Nabolon Parlilitan Sihassima 6 5. Total 77 Tabel 3. Populasi Kuda di Kab. Tapanuli Utara No Kecamatan Desa Jumlah Kuda 1. Siborong-borong Silait-Lait Siborong-borong Pasar Siborong-borong Siborong-borong Siaro 7 4. Parmonangan Hutajulu 5 5. Total 52
2 16 Tabel 4. Populasi Kuda di Kab. Samosir No Kecamatan Desa Jumlah Kuda 1. Pangururan Parbaba Pangururan Parmonangan 9 3. Simanindo Tanjungan Ronggur Nihuta Paraduan 8 5. Total 42 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pita ukur (cm) dan tongkat ukur (cm), alat tulis dan lembar data digunakan untuk mencatat hasil pengamatan dan pengukuran, Laptop, perangkat lunak SAS (Statistical Analysis System) dan MEGA digunakan untuk menganalisis data. Parameter Penelitian Bagian-bagian tubuh kuda yang diukur adalah tinggi pundak, tinggi pinggul, lebar pinggul, panjang badan, lingkar dada, dalam dada, dan lebar dada. Seluruh ukuran tubuh diukur dalam satuan cm. Bagian-bagian tubuh yang diukur antara lain : 1. Tinggi pundak merupakan jarak tertinggi pundak melalui belakang scapula tegak lurus ketanah diukurdengan menggunakan tongkat ukur. 2. Tinggi pinggul adalah jarak tertinggi pinggul secara tegak lurus ke tanah diukur dengan menggunakan tongkat ukur. 3. Lebar pinggul adalah jarak lebar antara kedua sendi pinggul. 4. Panjang badan merupakan jarak garis lurus dari tepi tulang Processus spinocus sampai dengan benjolan tulang lapis (Os ischium), diukur dengan tongkat ukur. 5. Lingkar dada diukur melingkar tepat dibelakang scapula menggunakan pita ukur.
3 17 6. Dalam dada merupakan jarak antara titik tertinggi pundak dan tulang dada, diukur dengan menggunakan tongkat ukur. 7. Lebar dada adalah jarak antara penonjolan sendi bahu (os scapula) kiri dan kanan. Gambar 1. Gambar peubah-peubah kuda yang di amati Analisis Data Sifat Kuantitatif Analisis statistik deskriptif ditunjukkan untuk memperoleh karakterisasi ukuran-ukuran tubuh pada kuda. Analisis ini dilakukan dengan menghitung nilai rataan (X), simpangan baku (s) dan koefisien keragaman (KK) dengan prosedur statistik berikut menurut Sibagariang (2015). = s= kk= (100 %) n Keterangan X : Rata-rata S : Simpangan baku Xi : Ukuran ke-i dari peubah x n : Jumlah sampel yang diambil dari populasi KK : Koefisien keragaman
4 18 Analisis Diskriminan Fungsi diskriminan Fisher menurut Gaspersz (1992) dirumuskan sebagai berikut: Y = a X = (X 1 X 2 ) S -1 G X Keterangan: a = vektor koefisien pembobot fungsi diskriminan X = vektor variabel acak yang diidentifikasi dalam model fungsi diskriminan X1 = vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok pertama X2 = vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok kedua SG-1 = invers matriks peragam gabungan (invers dari matriks SG) Analisis Komponen Utama Persamaan ukuran dan bentuk diturunkan dari matriks kovarian. Analisis Komponen Utama (AKU) yang digunakan berdasarkan Gaspersz (1992). Analisis ini menggunakan program SPSS dan model persamaan ukurannya adalah sebagai berikut: Y 1 = a 11 X 1 + a 21 X 2 + a 31 X 3 + a 41 X 4 + a 51 X 5 + a 61 X 6 + a 71 X 7 Keterangan: - Y 1 = Komponen utama pertama (ukuran) - a 11 a 41 = Vektor eigen untuk persamaan ukuran - X1 = Tinggi Pundak (TP) - X2 = Tinggi Pinggul (TPi) - X3 = Lebar Pinggul (LePi) - X4 = Panjang Badan (PB) -X5 = Lingkar Dada (LiD) -X6 = Dalam Dada (DD) -X7 = Lebar Dada (LeD)
5 19 Jarak Genetik Rumus jarak kuadrat minimum D2-Mahalanobis morfometrik menurut Gaspersz (1992) adalah sebagai berikut: D2= X1 X2' S G -1 X1 X2 Keterangan: D2 = nilai statistik D2-Mahalanobis sebagai ukuran jarak kuadrat minimum S G -1 = invers matriks gabungan (invers dari matriks SG) X1 = vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok pertama X2 = vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok kedua
6 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Morfometrik Kuda di Kab. Karo Jumlah kuda jantan yang diukur adalah sebanyak 22 ekor, rataan dan simpangan baku Tinggi Pundak ± 2.94 dengan koefisien keragaman (KK) 1.89%, Tinggi Pinggul ± 2.43 dengan KK 1.55%, Lebar Pinggul ± 3.01 dengan KK 6.01%, Panjang Badan ± 5.40 dengan KK 3.33%, Lingkar Dada ± 3.84 dengan KK 2.28%, Dalam Dada ± 2.61 dengan KK 3.94% dan Lebar Dada ± 2.13 dengan KK 6.75%. Tabel 5. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman kuda Kab. Karo Jantan Betina Peubah R ± SD (cm) KK (%) N R ± SD (cm) KK (%) N TP ± ± TPi ± ± LPi ± ± PB ± ± LiD ± ± DD ± ± LeD ± ± Ket: TP= Tinggi Pundak LiD= Lingkar Dada TPi= Tinggi Pinggul DD= Dalam Dada LPi= Lebar Pinggul LeD= Lebar Dada PB= Panjang Badan Jumlah kuda betina yang diukur adalah sebanyak 38 ekor, rataan dan simpangan baku Tinggi Pundak ± 4.06 dengan KK sebesar 2.63%, Tinggi Pinggul ± 3.92 dengan KK 2.55%, Lebar Pinggul ± 3.18 dengan KK 6.18%, Panjang Badan ± 2.92 dengan KK 1.81%, Lingkar Dada ± 7.18 dengan KK 4.32%, Dalam Dada ± 2.54 dengan KK 3.85% dan Lebar Dada ± 3.16 dengan KK 10.58%. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa ukuran rata-rata morfometrik kuda jantan dan betina memiliki ukuran yang hampir seragam.
7 21 Morfometrik Kuda di Kab. Humbang Hasundutan Jumlah kuda jantan yang diukur adalah sebanyak 46 ekor, rataan dan simpangan baku Tinggi Pundak ± 3.54 dengan koefisien keragaman (KK) 2.65%, Tinggi Pinggul ± 3.71 dengan KK 2.81%, Lebar Pinggul ± 2.41 dengan KK 5.67%, Panjang Badan ± 2.28 dengan KK 1.68%, Lingkar Dada ± 6.08 dengan KK 4.08%, Dalam Dada ± 5.23 dengan KK 9.81% dan Lebar Dada ± 2.83 dengan KK 10.23%. Tabel 6. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman kuda Kab. Humbahas Jantan Betina Peubah R ± SD (cm) KK (%) N R ± SD (cm) KK (%) N TP ± ± TPi ± ± LPi ± ± PB ± ± LiD ± ± DD ± ± LeD ± ± Ket: TP= Tinggi Pundak LiD= Lingkar Dada TPi= Tinggi Pinggul DD= Dalam Dada LPi= Lebar Pinggul LeD= Lebar Dada PB= Panjang Badan Jumlah kuda betina yang diukur adalah sebanyak 31 ekor, rataan dan simpangan baku Tinggi Pundak ± 2.02 dengan KK sebesar 1.51%, Tinggi Pinggul ± 2.36 dengan KK 1.78%, Lebar Pinggul ± 2.69 dengan KK 6.26%, Panjang Badan ± 1.98 dengan KK 1.45%, Lingkar Dada ± 2.43 dengan KK 1.64%, Dalam Dada ± 3.53 dengan KK 6.74% dan Lebar Dada ± 2.16 dengan KK 7.27%. Morfometrik Kuda di Kab. Tapanuli Utara Jumlah kuda jantan yang diukur adalah sebanyak 23 ekor, rataan dan simpangan baku Tinggi Pundak ± 1.25 dengan koefisien keragaman (KK) 0.80%, Tinggi Pinggul ± 1.27 dengan KK 0.81%, Lebar Pinggul ± 2.38
8 22 dengan KK 4.89%, Panjang Badan ± 7.75 dengan KK 4.82%, Lingkar Dada ± 7.43 dengan KK 4.46%, Dalam Dada ± 2.39 dengan KK 3.57% dan Lebar Dada ± 1.36 dengan KK 4.25%. Tabel 7. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman kuda Kab. Taput Jantan Betina Peubah R ± SD (cm) KK (%) N R ± SD (cm) KK (%) N TP ± ± TPi ± ± LPi ± ± PB ± ± LiD ± ± DD ± ± LeD ± ± Ket: TP= Tinggi Pundak LiD= Lingkar Dada TPi= Tinggi Pinggul DD= Dalam Dada LPi= Lebar Pinggul LeD= Lebar Dada PB= Panjang Badan Jumlah kuda betina yang diukur adalah sebanyak 29 ekor, rataan dan simpangan baku Tinggi Pundak ± 2.84 dengan KK sebesar 1.85%, Tinggi Pinggul ± 2.70 dengan KK 1.76%, Lebar Pinggul ± 2.60 dengan KK 5.08%, Panjang Badan ± dengan KK 7.32%, Lingkar Dada ± dengan KK 6.71%, Dalam Dada ± 2.44 dengan KK 3.72% dan Lebar Dada ± 1.73 dengan KK 5.39%. Morfometrik Kuda di Kab. Samosir Jumlah kuda jantan yang diukur adalah sebanyak 19 ekor, rataan dan simpangan baku Tinggi Pundak ± 1.97 dengan koefisien keragaman (KK) 1.49%, Tinggi Pinggul ± 1.75 dengan KK 1.35%, Lebar Pinggul ± 2.20 dengan KK 5.25%, Panjang Badan ± 3.53 dengan KK 2.65%, Lingkar Dada ± 2.12 dengan KK 1.43%, Dalam Dada ± 4.28 dengan KK 8.43% dan Lebar Dada ± 1.77 dengan KK 6.49%.
9 23 Tabel 8. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman kuda Kab. Samosir Jantan Betina Peubah R ± SD (cm) KK (%) N R ± SD (cm) KK (%) N TP ± ± TPi ± ± LPi ± ± PB ± ± LiD ± ± DD ± ± LeD ± ± Ket: TP= Tinggi Pundak LiD= Lingkar Dada TPi= Tinggi Pinggul DD= Dalam Dada LPi= Lebar Pinggul LeD= Lebar Dada PB= Panjang Badan Jumlah kuda betina yang diukur adalah sebanyak 23 ekor, rataan dan simpangan baku Tinggi Pundak ± 2.55 dengan KK sebesar 1.93%, Tinggi Pinggul ± 2.71 dengan KK 2.07%, Lebar Pinggul ± 3.55 dengan KK 8.62%, Panjang Badan ± 2.34 dengan KK 1.74%, Lingkar Dada ± 2.61 dengan KK 1.79%, Dalam Dada ± 2.08 dengan KK 4.06% dan Lebar Dada ± 1.85 dengan KK 6.35%. Perbandingan Morfometrik Kuda Gabungan Jumlah kuda yang diukur di Kab. Karo adalah sebanyak 60 ekor, jumlah kuda di Kab. Humbang Hasundutan sebanyak 77 ekor, banyaknya kuda yang diukur di Kab. Tapanuli Utara sebanyak 52 ekor dan banyaknya kuda yang diukur di Kab. Samosir adalah 42 ekor. Rataan pengukuran morfometrik kuda disajikan pada Tabel 5-8. menunjukkan adanya keragaman ukuran morfometrik kuda disetiap Kabupaten. Hasil penelitian ini menunjukkan tinggi pundak kuda tertinggi berasal dari Kab. Karo yaitu ± 3.69, diikuti Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbang Hasundutan dan Kab.Samosir masing-masing ± 2.45, ± 3.01, dan ± Pada tinggi pinggul rataan tertinggi ± 3.64 di Kab. Karo, diikuti oleh Kab.
10 24 Tapanuli Utara ± 2.40, Humbang Hasundutan ± 3.22, dan Kab. Samosir ± Lebar Pinggul yang tertinggi terdapat pada Kab. Karo ± 3.16, diikuti oleh Kab. Tapanuli Utara ± 2.78, Kab. Humbang Hasundutan ± 2.52, dan Kab. Samosir sebesar ± Pada Panjang Badan yang tertinggi terdapat pada Kab. Karo ± 4.01, lalu diikuti oleh Kab. Tapanuli Utara ± 10.07, kemudian Kab. Humbang Hasundutan ± 2.23, dan Kab. Samosir ± 2.94, dan Lingkar Dada yang tertinggi sampai yang paling rendah terdapat pada Kab. Karo, diikuti oleh Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbang Hasundutan dan terakhir pada Kab. Samosir yaitu ± 6.15, ± 9.60, ± 4.96, dan ± Tabel 9. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman kuda Gabungan Kabupaten Peubah Karo Humbahas Taput Samosir (KK %) (KK %) (KK %) (KK %) TP ± ± ± ± TPi ± ± ± ± ,83 LPi ± ± ± ± PB ± ± ± ± LiD ± ± ± ± DD ± ± ± ± LeD ± ± ± ± N Ket: TP = Tinggi Pundak LiD = Lingkar Dada TPi = Tinggi Pinggul DD = Dalam Dada LPi = Lebar Pinggul LeD = Lebar Dada PB = Panjang Badan N = Jumlah ternak
11 25 Hasil rataan pada dalam dada kuda dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah kuda yang ada di Tapanuli Utara ± 2.47, Kab. Karo ± 2.55, Humbahas ± 4.62, dan Samosir ± Dan nilai rataan tertinggi pada Lebar Dada adalah ± 1.56 di Kab. Tapanuli Utara, ± 2.93 di Kab. Karo, ± 2.76 di Kab. Humbahas, dan ± 2.06 di Kab. Samosir. Koefisien keragaman tertinggi ditemukan pada kuda di Kab. Humbang Hasundutan ( %), Kab. Karo ( %). Kab. Samosir ( %), dan Kab. Tapanuli Utara ( %). Tinggi rendahnya persentase keseragaman dari tiap kuda timbul diduga akibat manajemen, pakan, kesehatan dan kemurnian genetik tersebut, seperti pernyataan Noor (2008) keragaman timbul akibat interaksi faktor lingkungan dan faktor genetik. Perbedaan komposisi tubuh diantara ternak terutama disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh dewasa. Faktor lingkungan dan genetik mempunyai hubungan yang erat untuk mengekspresikan kapasitas genetik individu dan diperlukan kondisi lingkungan yang ideal. (Banjarnahor, 2014). Peubah Pembeda Kuda Jantan Tabel 10. Struktur peubah pembeda bangsa kuda jantan Variabel Ukuran Tubuh Faktor 1 (Ukuran) Faktor 2 (Bentuk) Tinggi Pundak Tinggi Pinggul Lebar Pinggul Panjang Badan Lingkar Dada Dalam Dada Lebar Dada Vektor eigen memperlihatkan kontribusi dari variabel-variabel tertentu sebagai faktor pembeda ukuran-ukuran tubuh maupun bentuk tubuh. Vektor eigen tertinggi merupakan penciri pada ukuran maupun bentuk tubuh (Prasetia, 2011).
12 26 Dari hasil di atas dapat diketahui peubah ukuran morfometrik yang memiliki pengaruh kuat yang membedakan kuda jantan, dan peubah yang paling membedakan dari segi ukuran (Faktor 1) adalah tinggi pinggul (0.979), sedangkan dari segi bentuk (Faktor 2) adalah lebar dada (0.975). Pendugaan tersebut didasarkan pada tingginya nilai eigen dari tinggi pinggul dan lebar dada terebut. Peubah Pembeda Kuda Betina Tabel 11. Struktur peubah pembeda bangsa kuda Betina Variabel Ukuran Tubuh Faktor 1 (Ukuran) Faktor 2 (Bentuk) Tinggi Pundak Tinggi Pinggul Lebar Pinggul Panjang Badan Lingkar Dada Dalam Dada Lebar Dada Dari Tabel 11. diketahui peubah ukuran morfometrik yang memiliki pengaruh kuat yang membedakan kuda betina, dan peubah yang paling membedakan dari segi ukuran (Faktor 1) adalah tinggi pinggul (0.960), sedangkan dari segi bentuk (Faktor 2) adalah lebar dada (0.942). Pendugaan tersebut didasarkan pada tingginya nilai eigen dari tinggi pinggul dan lebar dada terebut. Peubah Pembeda Kuda Gabungan Tabel 12. Struktur peubah pembeda kuda Gabungan Variabel Ukuran Tubuh Faktor 1(Ukuran) Faktor 2 (Bentuk) Tinggi Pundak Tinggi Pinggul Lebar Pinggul Panjang Badan Lingkar Dada Dalam Dada Lebar Dada Berdasarkan hasil dari metode Principal Component Analysis (PCA) di atas diketahui data pada variabel tinggi pundak, tinggi pinggul, lebar pinggul,
13 27 panjang badan, lingkar dada, dan dalam dada, saling berkorelasi kuat, namun tidak berkorelasi kuat terhadap lebar dada, dan peubah yang paling membedakan dari segi ukuran (Faktor 1) adalah tinggi pinggul (0.970), sedangkan dari segi bentuk (Faktor 2) adalah lebar dada (0.977). Pendugaan tersebut didasarkan pada tingginya nilai eigen dari tinggi pinggul dan lebar dada tersebut. Analisis Gerombol Kuda Jantan B E N T U K Gambar 2. Analisis gerombol kuda jantan UKURAN Dari gambar 2. memperlihatkan kuda yang berada di Kab. Karo dan Tapanuli Utara mengelompok ke sebelah kanan, penyebaran kuda di Kab. Humbang Hasundutan dan Kab. Samosir berada di sisi kiri. Semakin rapatnya kerumunan menandakan bahwa adanya keseragaman ukuran morfometrik kuda dan semakin renggangnya kerumunan menandakan tingginya ketidakseragaman ukuran morfometrik kuda, dan dilihat dari ukuran morfometrik kuda di Kab. Karo dan Kab. Tapanuli Utara mempunyai ukuran yang seragam begitu juga dengan kuda yang ada di Kab. Humbang Hasundutan dan Kab. Samosir dan dilihat dari
14 28 segi bentuk untuk setiap Kabupaten masih mempunyai bentuk yang simetris dan ideal. Table 13. Analisis Diskriminan Fisher Kuda Jantan Kabupaten Peubah Karo Humbahas Tapanuli Utara Samosir Tinggi Pundak (TP) Tinggi Pinggul (TPi) Lebar Pinggul (LPi) Panjang Badan (PB) Lingkar Dada (LiD) Dalam Dada (DD) Lebar Dada (LeD) Berdasarkan Tabel 13. di atas menunjukkan bahwa nilai ketidakseragaman peubah tertinggi berasal dari Kab. Karo dan Kab. Samosir yaitu berbanding dengan -2053, dan nilai ketidakseragaman peubah yang terendah adalah di Kab. Karo dengan Kab. Tapanuli Utara Analisis Gerombol Kuda Betina Hasil analisis pada Gambar 3. memperlihatkan kuda yang berada di Kab. Karo dan Kab. Taput mengelompok ke sebelah kanan, penyebaran kuda di Kab. Humbahas dan Kab. Samosir berada di sisi kiri, dan dilihat dari ukuran morfometrik kuda di Kab. Karo dan Kab. Tapanuli Utara mempunyai ukuran yang seragam begitu juga dengan kuda yang ada di Kab. Humbang Hasundutan dan Kab. Samosir dan dilihat dari segi bentuk untuk setiap Kabupaten masih mempunyai bentuk yang simetris dan ideal. Semakin rapatnya kerumunan menandakan bahwa adanya keseragaman ukuran morfometri kuda. Semakin renggangnya kerumunan menandakan tingginya ketidakseragaman ukuran morfometri kuda di suatu Kabupaten maupun ukuran morfometri kuda antar Kabupaten.
15 29 B E N T U K Gambar 3. Analisis gerombol kuda betina UKURAN Tabel 14. Analisis Diskriminan Fisher Kuda Betina Kabupaten Peubah Karo Humbahas Tapanuli Utara Samosir Tinggi Pundak (TP) Tinggi Pinggul (TPi) Lebar Pinggul (LPi) Panjang Badan (PB) Lingkar Dada (LiD) Dalam Dada (DD) Lebar Dada (LeD) Berdasarkan Tabel 14. di atas menunjukkan bahwa nilai ketidakseragaman peubah tertinggi berasal dari Kab. Karo dan Kab. Samosir yaitu dengan -2040, dan nilai ketidakseragaman peubah yang terendah adalah di Kab. Karo dengan Kab. Tapanuli Utara
16 30 Analisis Gerombol Kuda Gabungan Analisis gerombol kuda berdasarkan ukuran-ukuran tubuh yang menggambarkan pemisahan antar kuda ditampilkan pada Gambar 4. Afifi dan Clark (1996) menyatakan bahwa plot data hasil analisis diskriminan dapat digunakan untuk menggambarkan pemisahan maksimum yang mungkin terjadi antar kelompok yang diuji. Hasil analisis pada Gambar 4. memperlihatkan kuda yang berada di Kab. Karo dan Taput mengelompok ke sebelah kanan, dan kuda di Kab. Humbahas dan Kab. Samosir berada di sisi kiri. Semakin renggangnya kerumunan menandakan tingginya ketidakseragaman ukuran tubuh di suatu Kabupaten maupun ukuran tubuh kuda antar Kabupaten. Keterangan Gambar : Ka= Karo Hu= Humbang Hasundutan Ta= Tapanuli Utara Sa= Samosir
17 31 Kuda di Kab. Karo dan Kab. Tapanuli Utara memiliki kerumunan yang berdekatan, hal ini menunjukkan bahwa di kedua Kabupaten tersebut memiliki keseragaman ukuran peubah-peubah yang diamati. Kab. Humbang Hasundutan memiliki peta penyebaran yang berdekatan dengan Kab. Samosir, hasil ini menunjukkan bahwa pengukuran morfometrik kuda di antara Kabupaten ini menginterpretasikan adanya keseragaman ukuran yang berdekatan. Menurut Noor (2008) pada dasarnya keragaman fenotip merupakan keragaman yang dapat diamati disebabkan oleh adanya keragaman genetik dan keragaman lingkungan. Sumber keragaman lainnya adalah keragaman yang timbul akibat interaksi antar faktor genetik dengan faktor lingkungan. Faktor lain yang mampu menyebabkan terjadinya keragaman dan ketidak- seragaman menurut Falconer dan Mackay (1996) adalah keragaman genetik dapat terjadi karena adanya proses mutasi akibat seleksi, perkawinan silang atau bencana alam yang dapat berakibat hilang atau hanyutnya gen. Tabel 15. Analisis diskriminan Fisher Kabupaten Peubah Karo Humbahas Tapanuli Utara Samosir Tinggi Pundak (TP) Tinggi Pinggul (TPi) Lebar Pinggul (LPi) Panjang Badan (PB) Lingkar Dada (LiD) Dalam Dada (DD) Lebar Dada (LeD) Berdasarkan Tabel 15. di atas menunjukkan bahwa nilai ketidakseragaman peubah tertinggi berasal dari Kab. Karo dan Kab. Samosir yaitu berbanding dengan -1835, dan nilai ketidakseragaman peubah yang terendah adalah di Kab. Karo dengan Kab. Tapanuli Utara Menurut Hamdani
18 32 (2005) variasi ukuran terjadi diantara spesies yang berbeda, bahkan pada spesies yang sama. Beberapa faktor yang membatasi ukuran dan bentuk pada hewan, diantaranya adalah keadaan genetik, suplai zat makanan dan toksisitas. Penentuan Estimasi Jarak Genetik Dan Dendogram Antar Kuda Nilai matriks jarak antar masing-masing kuda dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Matriks jarak genetik kuda Kabupaten Humbahas Karo Samosir Tapanuli Utara Humbahas 0.00 Karo Samosir Tapanuli Utara Berdasarkan matriks jarak di atas, diketahui jarak antara kuda di Kab.Karo dan kuda di Kab. Tapanuli Utara adalah 0.869, hasil ini menunjukkan bahwa kuda di kedua Kabupaten ini memiliki jarak genetik terdekat. Hal ini dimungkinkan karena telah terjadi persilangan luar antar kuda di kedua Kabupaten tersebut. Jarak genetik kuda di Kab. Karo dengan Kab. Samosir sebesar , hasil ini menyatakan bahwa kuda di kedua Kabupaten ini memiliki jarak genetik terjauh. Hal ini mungkin dikarenakan belum adanya persilangan luar antar kedua Kabupaten tersebut. Gambar 5. Pohon Dendogram
19 33 Dendogram menunjukkan bahwa kuda yang berada di Kab. Karo dan Kab. Tapanuli Utara memiliki hubungan kekerabatan yang dekat. Dapat disimpulkan, bila terjadi persilangan antara kuda di kedua Kabupaten ini, tidak akan memberikan perkembangan kuantitatif yang signifikan, hal ini dimungkinkan karena kecilnya peluang terjadinya heterosis (pengukuran kuantitatif rataan keunggulan anak terhadap rataan tetuanya) pada hasil persilangan antar keduanya kedepan. Kuda yang memiliki hubungan kekerabatan terjauh adalah kuda di Kab. Karo dengan kuda yang berada di Kab. Samosir, diperkirakan persilangan antar kuda di dua Kabupaten ini akan memberikan perkembangan kuantitatif yang signifikan, hal ini dimungkinkan karena lebih besar peluang terjadinya heterosis pada hasil persilangan antar keduanya kedepan.
20 34 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari penelitian ini didapat bahwa pada setiap Kabupaten di Sumatera Utara memiliki ukuran morfometrik yang beragam, dan peubah pembeda yang paling membedakan kuda dari segi ukuran (Faktor 1) adalah tinggi pinggul dan dari segi bentuk (Faktor 2) adalah lebar dada. Koefisien keragaman tertinggi ditemukan pada kuda di Kab. Humbang Hasundutan dan yang terendah terdapat pada kuda di Kab. Taput. Jarak genetik kuda yang terdekat adalah kuda antar Kab. Karo dan Kab. Tapanuli Utara, dan kuda yang memiliki jarak genetik terjauh adalah kuda di Kab. Karo dengan Kab. Samosir. Berdasarkan hasil pengukuran morfometrik kuda pada penelitian ini dalam rangka untuk mendapatkan heterosis, diperkirakan perlu dilakukan persilangan antar kuda yang berada di Kab. Karo dengan kuda yang berada di Kab. Samosir. Namun demikian perlu dilakukan penelitian molekuler yang lebih terarah dan mendalam dimasa yang mendatang untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. Saran Disarankan agar mendapatkan hasil persilangan yang baik maka untuk melakukan persilangan antar kuda harus yang hubungan kekerabatannya berjauhan seperti kuda yang ada di Kab. Karo dengan kuda yang berada di Kab. Samosir.
BAHAN DAN METODE. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan ialah : 1. Kambing Kacang di desa Paya Bakung, desa Hamparan Perak dan desa
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan ialah : 1. Kambing Kacang di desa Paya Bakung, desa Hamparan Perak dan desa Klambir Lima Kampung, kecamatan Hamparan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Prosedur
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Mitra Tani (MT) Farm Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Pancoran Mas Depok dan Balai Penyuluhan dan Peternakan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Pebruari 2011. Penelitian dilakukan di dua peternakan domba yaitu CV. Mitra Tani Farm yang berlokasi di Jalan Baru No. 39 RT
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor untuk sapi PO jantan dan Rumah Potong Hewan (RPH) Pancoran Mas untuk sapi Bali jantan.
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).
III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1). 1.2. Materi Materi penelitian ini
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Mitra Tani Farm, Ciampea, Bogor, Jawa Barat dan di Tawakkal Farm, Cimande, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) Fakultas Peternakan IPB yang berlokasi di desa Singasari, Kecamatan Jonggol; peternakan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. ) diukur dari lateral tuber humerus (tonjolan depan) sampai tuber ischii dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm.
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat; UPTD RPH Pancoran Mas, Kota Depok dan Mitra Tani Farm kabupaten Ciampea, Bogor,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kambing Peranakan Etawah yang Diamati Kondisi Gigi. Jantan Betina Jantan Betina
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi yang berbeda yaitu peternakan kambing PE Doa Anak Yatim Farm (DAYF) di Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea dan peternakan kambing
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. selama 2 bulan, yakni mulai dari Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli 2013.
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar selama bulan, yakni mulai dari Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli 013. 3..
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kuda yang Diamati Berdasarkan Lokasi dan Jenis Kelamin
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Tabel 1. Jumlah Kuda Delman Lokal Berdasarkan Lokasi Pengamatan. Kuda Jantan Lokal (ekor) Minahasa
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengolahan data dan penulisan dilakukan di Laboratorium Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian inidilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2016 berlokasi di Kabupaten Humbang Hasundutan, Samosir, Karodan Tapanuli Utara,
Lebih terperinciANALISIS MORFOMETRIK KERBAU LUMPUR (Bubalus Bubalis) KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA
ANALISIS MORFOMETRIK KERBAU LUMPUR (Bubalus Bubalis) KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA (Morphometric Analysis of Swamp Buffalo (Bubalus bubalis) Karo District North Sumatra) Falentino Sembiring 1, Hamdan 2
Lebih terperinciMETODE. Materi. Tabel 2. Distribusi Ayam Kampung yang Digunakan
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di desa Tanjung Manggu Sindangrasa, Imbanagara, Ciamis, Jawa Barat; di desa Dampyak, Mejasem Timur, Tegal, Jawa Tengah dan di desa Duren Talun, Blitar,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini menggunakan data sekunder pengamatan yang dilakukan oleh Dr. Ir. Ben Juvarda Takaendengan, M.Si. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol Institut Pertanian Bogor (UP3J-IPB) Desa Singasari Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: mengukur diameter lingkar dada domba
14 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Domba Lokal betina dewasa sebanyak 26 ekor dengan ketentuan domba
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi
9 BAB III MATERI DAN METODE aaaaaapenelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri dari tanggal 19 September 2013 sampai 5 Januari 2014. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi pengamatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.
HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran-ukuran Tubuh pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis Penggunaan ukuran-ukuran tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang umum pada ternak, yaitu sifat kuantitatif untuk dapat
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Jenis Kelamin Ciamis Tegal Blitar 45 ekor 20 ekor 38 ekor 56 ekor 89 ekor 80 ekor
MTERI DN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di tiga lokasi yang berbeda, yaitu dilaksanakan di Desa Tanjung Manggu, Ciamis; Desa Mejasem Timur, Tegal; dan di Desa Duren Talun, litar. Penelitian
Lebih terperinciESTIMASI JARAK GENETIK DAN FAKTOR PEUBAH PEMBEDA BEBERAPA BANGSA KAMBING DI SUMATERA UTARA MELALUI ANALISIS MORFOMETRIK ABSTRACT
ESTIMASI JARAK GENETIK DAN FAKTOR PEUBAH PEMBEDA BEBERAPA BANGSA KAMBING DI SUMATERA UTARA MELALUI ANALISIS MORFOMETRIK Genetic Distance Estimation and Variable Differential Factor of Goat Breed in North
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Bobot Badan Bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh dapat menjadi acuan untuk mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh mempunyai kegunaan untuk menaksir
Lebih terperinciIII.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di
III.METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. 3.2 Materi Materi penelitian adalah ternak domba
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu 23 ekor laktasi 1, 37 ekor laktasi 2, 25 ekor laktasi 3, dan 15 ekor laktasi
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan Manual Uji T 2 Hotelling Berbagai Ukuran Tubuh pada Kuda Delman Jantan Manado vs Tomohon. Rumus: T 2 = X X S X X
LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Manual Uji T 2 Hotelling Berbagai Ukuran Tubuh pada Kuda Delman Jantan Manado vs Tomohon Rumus: T 2 = X X S X X Selanjutnya: F = n + n p 1 (n + n 2) P T akan terdistribusi
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di usaha peternakan rakyat yang terletak di Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian
Lebih terperinciKARAKTERISASI MORFOMETRIK DAN ANALISIS FILOGENI PADA ENAM SUB POPULASI KAMBING LOKAL INDONESIA
KARAKTERISASI MORFOMETRIK DAN ANALISIS FILOGENI PADA ENAM SUB POPULASI KAMBING LOKAL INDONESIA Pendahuluan Berdasarkan Statistik Tahun 2010 jumlah populasi ternak kambing di Indonesia sebanyak 16 841 149
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 2. Ayam Kampung Jantan (a) dan Ayam Kampung Betina (b) dari Daerah Ciamis
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Ciamis (Jawa Barat), Tegal (Jawa Tengah) dan Blitar (Jawa Timur). Waktu penelitian dibagi menjadi tiga periode. Periode pertama yaitu pengukuran
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU SIBORONGBORONG
KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU SIBORONGBORONG (Characteristics of Body Size of the Murrah Bufallo and Swamp Bufallo in BPTU Siborongborong) Gerli 1, Hamdan 2
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan
22 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Maret 2016 di peternakan Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati Jawa Tengah.
Lebih terperinciMETODE. Lokasi dan Waktu. Materi
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ornitologi Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Cibinong. Penelitian ini dilaksanakan selama
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian
33 pertalian genetik yang relatif dekat akan kurang memberikan laju pertumbuhan anaknya dengan baik. Sifat morfolgis ternak seperti ukuran tubuh dan pola warna dapat digunakan untuk menganalisis estimasi
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4 7 tahun sebanyak 33 ekor dari populasi yang mengikuti perlombaan
18 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian adalah kuda Sumba jantan yang berumur 4 7 tahun sebanyak 33 ekor dari populasi yang
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan febuari 2013, yang berlokasi
BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan febuari 2013, yang berlokasi di Unit Pelaksanaan Teknis Daerah ( UPTD) Ternak Ruminansia Besar Desa
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina dewasa tidak bunting sebanyak 50 ekor di Kecamatan Cibalong,
Lebih terperinciESTIMASI JARAK GENETIK DAN FAKTOR PEUBAH PEMBEDA BANGSA BABI
ESTIMASI JARAK GENETIK DAN FAKTOR PEUBAH PEMBEDA BANGSA BABI (Berkshire, Duroc, Landrace dan Yorkshire) MELALUI ANALISIS MORFOMETRIK DI BPTU BABI DAN KERBAU SIBORONGBORONG (Genetic Distance Estimation
Lebih terperinciEvaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta
Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta Evaluation Of Salako Cumulative Index On Local Ewes In Neglasari Darangdan District
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2011 sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilakukan di lima lokasi peternakan rakyat yang memelihara kambing PE di wilayah
Lebih terperinciRelationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango.
Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango. Oleh *APRIYANTO BAKARI, ** NIBRAS K. LAYA, *** FAHRUL ILHAM * Mahasiswa Progra Studi Peternakan
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April-Mei 2015 di Kecamatan
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April-Mei 2015 di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar. 3.2. Materi Penelitian Materi yang digunakan dalam
Lebih terperinciMETODE. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) mulai bulan Juli hingga November 2009.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) mulai bulan Juli hingga November 2009. Materi Ternak Ternak yang digunakan adalah 50 ekor domba
Lebih terperinciESTIMASI JARAK GENETIK DAN FAKTOR PEUBAH PEMBEDA ANTARA KAMBING KACANG, MUARA DAN SAMOSIR MELALUI ANALISIS KRANIOMETRI
ESTIMASI JARAK GENETIK DAN FAKTOR PEUBAH PEMBEDA ANTARA KAMBING KACANG, MUARA DAN SAMOSIR MELALUI ANALISIS KRANIOMETRI SKRIPSI OLEH: HARIS SAPUTRA 120306008 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciIdentifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif...Deddy Arwan Sihite
IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF BABI LOKAL DI KECAMATAN SIANJUR MULAMULA, KABUPATEN SAMOSIR, PROVINSI SUMATERA UTARA Deddy Arwan Sihite*, Sauland Sinaga, dan Primiani Edianingsih Universitas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Kegiatan seleksi famili yang dilakukan telah menghasilkan dua generasi yang merupakan kombinasi pasangan induk dari sepuluh strain ikan nila, yaitu TG6, GIFT F2 dan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi danwaktu Penelitian ayam Ketawa dilaksanakan di tiga tempat, yaitu Peternakan Ayam Ketawa (Arawa) Permata Hijau II Cidodol, Kebayoran Lama, Jakarta Barat dan Pondok Pesantren Daarul
Lebih terperinciSNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)
SNI 7325:2008 Standar Nasional Indonesia Bibit kambing peranakan Ettawa (PE) ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1
Lebih terperinciGambar 3. Peta Sulawesi Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Propinsi Sulawesi Utara mencakup luas 15.272,44 km 2, berbentuk jazirah yang memanjang dari arah Barat ke Timur pada 121-127 BT dan 0 3-4 0 LU. Kedudukan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU BABI DAN KERBAU SIBORONGBORONG
KARAKTERISTIK MORFOLOGI UKURAN TUBUH KERBAU MURRAH DAN KERBAU RAWA DI BPTU BABI DAN KERBAU SIBORONGBORONG SKRIPSI GERLI 070306038 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.
25 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi 4.1.1 Kabupaten Subang Kabupaten Subang terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Utara pada koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot
11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Jawarandu jantan dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2014. Penelitian ini dilaksanakan dikabupaten
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau
Lebih terperinciBAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN. sebanyak 25 ekor, yang terdiri dari 5 ekor jantan dan 20 ekor betina dan berumur
15 III BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuda polo sebanyak 25 ekor, yang terdiri dari 5 ekor jantan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)
Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 653 668 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN (Correlation of
Lebih terperinciPERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK
PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin Program Studi Peterenakan Fakultas Peternakan Dan Perikanan Universitas
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuda delman sebanyak
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuda delman sebanyak 30 ekor kuda di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Cicendo Kota
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Ayam Kedu Jengger Merah dan Jengger Hitam generasi pertama dilaksanakan
7 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai Karakterisasi Sifat Kualitatif dan Sifat Kuantitatif Ayam Kedu Jengger Merah dan Jengger Hitam generasi pertama dilaksanakan pada bulan Maret 2016 - Oktober
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH
HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH (The Correlation between body measurements and body weight of Wonosobo Rams in Wonosobo
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Assolihin Aqiqah bertempat di Jl. Gedebage Selatan, Kampung Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini lokasinya mudah ditemukan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba. Ukuran Tubuh Minimal Maksimal Rata-rata Standar Koefisien
19 4.1 Ukuran Tubuh Domba Lokal IV HASIL DAN PEMBAHASAN Indeks morfologi tubuh sangat diperlukan dalam mengevaluasi konformasi tubuh sebagai ternak pedaging. Hasil pengukuran ukuran tubuh domba lokal betina
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... ii RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR.... Viii PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 4 Kegunaan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Burung Merpati Balap Tinggian Karakteristik dari burung merpati balap tinggian sangat menentukan kecepatan terbangnya. Bentuk badan mempengaruhi hambatan angin, warna
Lebih terperinciPENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008
I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kerbau merupakan salah satu jenis ternak kerja yang masih digunakan di Indonesia, walaupun saat ini telah muncul alat teknologi pembajak sawah yang modern yaitu traktor,
Lebih terperinciSTUDI UKURAN DAN BENTUK TUBUH AYAM KAMPUNG, AYAM SENTUL DAN AYAM WARENG TANGERANG MELALUI ANALISIS KOMPONEN UTAMA SKRIPSI
STUDI UKURAN DAN BENTUK TUBUH AYAM KAMPUNG, AYAM SENTUL DAN AYAM WARENG TANGERANG MELALUI ANALISIS KOMPONEN UTAMA SKRIPSI VINDHA YULI CANDRAWATI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong merupakan bangsa-bangsa kambing yang terdapat di wilayah Jawa Tengah (Dinas Peternakan Brebes
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA
SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA THE QUANTITATIVE OF LOCAL GOAT FEMALE AS A SOURCE OF BREED AT KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi Bali betina umur
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Pondok Pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu. Penelitian ini dilakukan selama 1,5 bulan dimulai pada bulan April
Lebih terperinciPEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
79 PEMBAHASAN UMUM Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kuda di Sulawesi Utara telah dikenal sejak lama dimana pemanfatan ternak ini hampir dapat dijumpai di seluruh daerah sebagai ternak tunggangan, menarik
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Balai Pengembangan Ternak Domba Margawati merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang mempunyai tugas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Alat Percobaan Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah puyuh Malon betina dewasaumur 4-5 bulan. Jumlah puyuh Malon yang dijadikan sampel sebanyak
Lebih terperinciSTUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS
STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Aneka Ternak Blok C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret-April
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan pacuan kuda
16 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian adalah kuda Sumba jantan yang berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan
Lebih terperinciBibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa
Standar Nasional Indonesia Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak kambing merupakan ternak yang termasuk ke dalam ternak kecil yang memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging. Kambing Kacang merupakan ternak
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Peternakan Domba CV. Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru RT 04 RW 05, Ciampea-Bogor. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 24 Agustus
Lebih terperinciL a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1
L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1 PERSAMAAN LAJU PERTUMBUHAN DOMBA LOKAL JANTAN DAN BETINA UMUR 1-12 BULAN YANG DITINJAU DARI PANJANG BADAN DAN TINGGI PUNDAK (Kasus Peternakan Domba Di
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Harpiocephalus harpia Serangga Rhinolophus keyensis Serangga Hipposideros cervinus Serangga
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kota Tual, desa Ohoira, desa Ohoidertawun dan desa Abean, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara. Penelitian lapang dilaksanakan
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang
II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Asal-Usul dan Klasifikasi Domba Domba yang dijumpai saat ini merupakan hasil domestikasi yang dilakukan manusia. Pada awalnya domba diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah Coturnix coturnix Japonica
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Perlengkapan penelitian 3.1.1 Objek ternak dan jumlah sampel Ternak penelitian yang digunakan adalah Coturnix coturnix Japonica jantan lokal dan Coturnix coturnix
Lebih terperinciSifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi
SIFAT-SIFAT KUANTITATIF DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YEARLING PADA MANAJEMEN PEMELIHARAAN SECARA TRADISIONAL DI PESISIR PANTAI SELATAN KABUPATEN GARUT QUANTITATIVE TRAITS OF THIN TAIL SHEEP RAM YEARLING IN
Lebih terperinciVARIABEL PEMBEDA UKURAN TUBUH KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) BETINA DI TIGA PETERNAKAN BERBEDA NOVITA SAPRIKA THAMREN
VARIABEL PEMBEDA UKURAN TUBUH KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) BETINA DI TIGA PETERNAKAN BERBEDA NOVITA SAPRIKA THAMREN DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciPENDUGAAN BOBOT BADAN DAN PERBANDINGAN UKURAN SERTA BENTUK TUBUH PADA BABI LOKAL BALI SKRIPSI I GEDE ADITYA INDRA PENGESTIKA
PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN PERBANDINGAN UKURAN SERTA BENTUK TUBUH PADA BABI LOKAL BALI SKRIPSI I GEDE ADITYA INDRA PENGESTIKA DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT
Lebih terperinciLampiran 1. Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara Berdasarkan Kecamatan
Lampiran 1. Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara Berdasarkan Kecamatan No. Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Desa/ (km 2 ) Kelurahan 1. Parmonangan 257,35 14 2. Adian Koting 502,90 14 3. Sipoholon 189,20
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Bali Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli yang dikembangkan di Indonesia. Ternak ini berasal dari keturunan asli banteng liar yang telah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang
TINJAUAN PUSTAKA SistematikaTernak Kambing Ternak kambing merupakan ruminansia kecil yang mempunyai arti besarbagi rakyat kecil yang jumlahnya sangat banyak. Ditinjau dari aspek pengembangannya ternak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Garut
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba merupakan salah satu sumber pangan hewani bagi manusia. Domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang dapat mengkonnsumsi pakan kualitas rendah dan dipelihara
Lebih terperinciPENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan ternak yang keberadaannya cukup penting dalam dunia peternakan, karena kemampuannya untuk menghasilkan daging sebagai protein hewani bagi masyarakat. Populasi
Lebih terperinciKARAKTERISASI FENOTIPIK DOMBA KISAR
KARAKTERISASI FENOTIPIK DOMBA KISAR JERRY F. SALAMENA 1, HARIMURTI MARTOJO 2, RONNY R. NOOR 2, CECE SUMANTRI 2 dan ISMETH INOUNU 3 Jurusan Peternakan Fakulas Pertanian Universitas Pattimura 1 Fakultas
Lebih terperinciVARIASI FENOTIPE UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DARI PERAIRAN PELABUHAN RATU, KARAWANG, DAN BONE
547 Variasi fenotipe udang galah... (Eni Kusrini) VARIASI FENOTIPE UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DARI PERAIRAN PELABUHAN RATU, KARAWANG, DAN BONE ABSTRAK Eni Kusrini *), Lies Emmawati **), dan
Lebih terperinciPenyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual
Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual Deviation of Local Sumba Horse Body Weight Between Actual Body Weight Based on Lambourne Formula Nurjannah
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba Garut merupakan salah satu komoditas unggulan yang perlu dilestarikan sebagai sumber
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di peternakan merpati di area Komplek Alam Sinar Sari, Desa Sinarsari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung selama bulan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE PENELITIAN
1 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 01 Desember 015 sampai 31 Januari 016 di Rumah Pemotongan Hewan Sapi Jagalan, Surakarta, Jawa Tengah.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong atau BPPT merupakan salah satu UPTD lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sesuai dengan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda Equus caballus telah dikenal banyak orang sebagai hewan yang memiliki banyak fungsi. Hubungan kuda dengan manusia sangat erat kaitannya seperti peranan kuda sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing 1. Kambing Boer Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer
Lebih terperinciIV HASIL dan PEMBAHASAN
IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum 4.1.1. Lokasi Penelitian Desa Sumber Lor merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Cirebon. Keadaan geografis Desa Sumber Lor berada di dataran rendah pada ketinggian
Lebih terperinci