Karyotipe Kromosom pada Allium sativum L. (Bawang Putih) dan Pisum sativum L. (Kacang Kapri).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Karyotipe Kromosom pada Allium sativum L. (Bawang Putih) dan Pisum sativum L. (Kacang Kapri)."

Transkripsi

1 B i o S M A R T ISSN: X Volume 2, Nomor 1 April 2000 Halaman: Karyotipe Kromosom pada Allium sativum L. (Bawang Putih) dan Pisum sativum L. (Kacang Kapri). AHMAD DWI SETYAWAN 1, SUTIKNO 2 1 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta 2 Fakultas Biologi UGM Yogyakarta ABSTRAK This experiment was done rising the roots of Allium sativum L. (garlic) and Pisum sativum L. (pea). Aspects investigated in the research are the steps of mitotic division and karyotiping. Semi permanent method is used on making preparation with pre-treatment of 0.2% colchicines, fixation using 45% glacial acetic acid, hydrolysis using 1N chloride acid and dying with acetoorcein. The results suggest that pro-metaphase (c-metaphase) step is the most suitable step for cytological observations (number, shape and size of chromosome) and karyotyping. The karyotype formulae of Allium sativum is 2n = 16 = 16m, while for Pisum sativum is 2n = 14 = 14m. The size of chromosome of both species is relatively large and disperse, it thus suitable for studying mitotic division. Key words: Allium sativum, Pisum sativum, mitosis, karyotipe PENDAHULUAN Kromosom merupakan unit dasar kehidupan. Di dalamnya terdapat materi genetik DNA dan RNA yang mengontrol semua aktifitas hidup, termasuk metabolisme dan penurunan sifat. DNA merupakan materi genetik utama pada sebagian besar organisme, sedang RNA umumnya terbatas pada virus (Bennett dan Leitch, 1995; DuPraw, 19 70). Bentuk, ukuran dan jumlah kromosom setiap spesies pada dasarnya selalu tetap, sehingga sangat bernilai untuk tujuan taksonomi, mengetahui keanekaragaman, hubungan kekerabatan dan evolusi, meskipun dalam keadaan tertentu dapat pula terjadi variasi (Lewontin, 1974; Lindsey and Grell, 1967). Berdasarkan bentuk, jumlah dan ukuran kromosom dapat dibuat peta standard yang disebut karyotipe atau karyogram. Apabila pasangan kromosom digambar tunggal, maka disebut idiogram (Darnaedi, 1991; Soeryo, 1995). Bentuk kromosom ditentukan oleh pola kontriksi primer pada sentromer. Dalam hal ini dikenal kromosom berbentuk (Soeryo, 1995; Klung dan Cummings, 1984): 1. Metasentris: sentromer tepat di tengah, kromosom berbentuk huruf V. 2. Sub-metasentris: sentromer agak ke ujung, kromosom berben-tuk huruf J. 3. Akrosentris: sentromer mendekati bagian ujung, kromosom berbentuk huruf L atau lurus. 4. Telosentris: sentromer di ujung, kromosom lurus, jarang ditemukan pada tumbuhan. Levan dkk., 1964 membagi kromosom menjadi tiga kelompok berdasarkan posisi relatif sentromer, dimana bentuk metasentris memiliki indeks sentromer 50-37,5; submetasentris (sm) dengan indeks sentromer 37,5-25 dan subtelosentris dengan indeks sentromer 25-12,5. Ukuran panjang absolut kromosom berbedabeda antar genus dalam satu familia, meskipun jumlah dasarnya sama. Ukuran ini bervariasi antara satu hingga 20 kali. Sedang ukuran relatif berbedabeda dalam satu spesies, terlihat dalam jajaran kromosom pada peta karyotipe. Perbedaan ukuran kromosom menunjukkan perbedaan kandungan gen dan protein (Darnaedi, 1991; Darnaedi dkk., 1989). Perbedaan jumlah kromosom menunjukkan perbedaan susunan duplikasi gen. Pada kasus aneuploid jumlah kromosom berbeda antar spesies yang masih berkerabat dekat, disebabkan translokasi tidak seragam antara kromosom nonhomolog. Aneuploid dapat menambah atau mengurangi jumlah kromosom. Pada kasus poliploid, terjadi penambahan jumlah kromosom secara berkelipatan dari jumlah dasar (Darnaedi, 1991; Darnaedi dkk., 1989; Soeryo, 1995). Bahan yang umum digunakan dalam studi mitosis adalah ujung akar, ujung batang, primordia daun, petala muda, ovulum muda dan kalus. Namun yang paling umum digunakan adalah ujung akar karena mudah tumbuh dan seragam, sedang untuk pembelahan meiosis sering digunakan anthera atau 2000 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

2 BioSMART, Vol. 2, No. 1, April 2000, hlm ujung tunas bunga (Darnaedi, 1991; Darnaedi dkk., 1989). Penelitian meiosis biasanya hanya digunakan untuk menghitung jumlah kromosom, sedang penelitian mitosis dapat digunakan untuk membuat karyotipe (Riesenberg dkk., 1987). Sifat morfologi kromosom pada pembelahan mitosis lebih stabil dari pada meiosis. Struktur penanda seperti satelit, penyempitan, letak sentromer dan panjang lengan lebih jelas (Min dkk., 1984). Senyawa mutagen dapat menghambat pembelahan sel dan menyebabkan poliploid. Di dalam nukleus, senyawa ini berikatan dengan mikrotubuli α dan β, yang berperan dalam pembentukan, pertumbuhan, pembelahan dan sitomorfogenesis (Fosket dan Morejohn, 1992). Senyawa mutagen yang paling terkenal dan efektif adalah kolkisin. Senyawa ini berupa alkaloid dan biasanya diperoleh dari ekstrak umbi Colchicum autumnale L. (Familia Liliaceae), tetapi dalam kadar rendah dapat pula diperoleh dari umbi Familia Liliaceae lain, seperti Colchicum luteum dan Merendera perseca (Eigsti dan Dustin, 1957). Perlakuan jaringan meristematik tumbuhan dengan kolkisin menghambat pembelahan sel dan menghasilkan sel poliploid, sejalan dengan pembentukan dinding sel secara normal dan depolarisasi sel-sel yang memanjang (Eleftheriou, 1994; Galatis, 1991; Murata dan Wada, 1989; Nooden, 1971). Kolkisin dapat menginduksi pembentukan parakristal sitoplasma baik pada sel hewan (Schechter dkk., 1976; Rosenbaum dan Carlson, 1969) maupun pada sel tumbuhan (Apostalakos dkk, 1990; Bennett dan Smith, 1979). Konsentrasi efektif kolkisin berkisar antara 0,01-1,00% untuk lama perendaman 6-72 jam. Konsentrasi yang terlalu tinggi atau waktu perendaman yang terlalu lama, menyebabkan kromosom mengerut bahkan menggumpal, karena reaksi kolkisin dengan protein dan asam nukleat (Eigsti dan Dustin, 1957). Senyawa ini dapat digantikan senyawa mutagen lain seperti asenapten, kloralhidrat, 8-hidroksiquinolin, p-diklorobenzen, indolasetat dan lain-lain. Secara umum kolkisin lebih efektif karena lebih mudah larut dalam air dan tidak bersifat racun apabila kadarnya tepat. Akan tetapi pada dasarnya setiap spesies memiliki kecocokan dengan senyawa mutagen tertentu (Karangiannidou dkk., 1995; Morejohn, 1991; Grant, 1982). BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif melalui tahap-tahap: penanaman sediaan, pembuatan kemikalia, pembuatan preparat, studi pedahuluan untuk mengetahui waktu optimum pembelahan mitosis dan pembuatan peta karyotipe. Preparat dibuat dengan metode squash semi permanen (Darnaedi, 1991; Gunarsa, 1989; Okada, 1981; Radford dkk, 1974; Robert dan Short, 1979). Karyotipe dibuat mengikuti Ruas dkk. (1995), Davina dan Vernandes (1989) serta Robert dan Short (1979). Adapun bentuk kromosom merujuk pada Levan dkk. (1964). Penanaman Sediaan Sumber sel meristematis penelitian ini adalah ujung akar. Pada Allium sativum ujung akar diperoleh dengan merendam pangkal umbi lapis sedalam kurang lebih seperempat dari titik akar atau meletakkan umbi di atas kapas basah. Sedang pada Pisum sativum ujung akar diperoleh dengan merendam biji dalam air. Dua hari setelah perendaman, kulit biji dibuang untuk memepercepat perkecambahan. Studi Pendahuluan Studi pendahuluan Allium sativum dilakukan pagi hari mulai jam Pemotongan akar dilakukan setiap 30 menit dan dibuat preparat dengan metode squash semi permanen, serta diamati. Prosedur yang sama dilakukan pula pada Pisum sativum, namun karena tidak diperoleh waktu pembelahan optimum, maka prosedur ini diulangi lagi pada malam hari mulai jam Pembuatan Kemikalia Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kolkisin 0,2% untuk pra-perlakuan, asam asetat glasial 45% untuk fiksasi, asam klorida 1N untuk hidrolisis dan asetoorsein 2% untuk pewarnaan. Kolkisin 0,2%. Kolkisin 0,2 gram dilarutkan dengan 5 ml etanol, lalu ditambah 95 ml akuades dan diaduk hingga larut. Disimpan dalam botol tertutup rapat, berwarna gelap, dalam lemari es bersuhu 5 o C. Asam Asetat Glasial 45%. Asam asetat glasial 45 ml dan 55 ml akuades diaduk hingga larut, lalu disimpan dalam botol tertutup pada suhu kamar. Asam klorida 1N. Asam klorida pekat 1 bagian ditambah 11 bagian akuades, digojok hingga larut dan disimpan dalam botol tertutup pada suhu kamar. Asetoorsein 2%. Asam asetat glasial 45 ml dipanaskan hingga hampir mendidih ( o C), ditambah 2 gram orsein, dididihkan lagi selama 10 menit sambil diaduk. Didinginkan pada suhu kamar dan ditambah 55 ml akuades, serta digojok hingga larut. Kemudian disaring dan disimpan dalam botol tertutup, berwarna gelap, pada suhu kamar. Setelah tiga hari penyimpanan biasanya terbentuk endapan, untuk itu sebelum digunakan sebaiknya digojok dan disaring lagi. Pembuatan Preparat Pra-perlakuan. Ujung akar dipotong 3-5 mm, dimasukkan ke dalam botol flakon berisi 2-3 ml kolkisin 0,2%. Lalu

3 22 SETYAWAN dan SUTIKNO Kromosom Allium sativun dan Pisum sativum dibungkus kertas aluminium dan disimpan dalam lemari es selama 2-4 jam. Pencucian. kolkisin dibuang dan dicuci akuades tiga kali. Fiksasi. Akuades dibuang, diganti asam asetat glasial 45% dan disimpan dalam lemari es bersuhu 5 o C selama 15 menit. Pencucian. asam asetat glasial 45% dibuang dan dicuci akuades tiga kali. Hidrolisis. Akuades dibuang, diganti asam klorida 1N dan disimpan dalam oven bersuhu 60 o C selama ± 2 menit, tergantung besarnya bahan. Pencucian. Asam klorida 1N dibuang dan dicuci akuades tiga kali. Pewarnaan. Akuades dibuang, diganti asetoorsein 2% selama 1-3 jam, tergantung ukuran bahan dan kesegaran pewarna. Dilakukan pada suhu kamar. Squashing. Diambil 1-2 buah ujung akar dengan kuas, diletakkan di atas gelas benda dan dipotong hingga tersisa 1-2 mm dari ujung. Ditetesi gliserin, ditutup gelas penutup dan diketuk-ketuk, hingga hancur merata. Penyegelan. Kelebihan gliserin di tepi gelas penutup dibersihkan dengan kertas tisu, lalu disegel dengan cat kuku bening. Pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan mikroskup cahaya, untuk memperbaiki daya pisah digunakan filter dan minyak emersi. Preparat yang baik dipotret dengan kamera mikrofotografi. Pembuatan Karyotipe Data sifat morfologi kromosom meliputi ukuran absolut (µm), ukuran relatif (%) dan perbandingan panjang lengan. Lalu dibuat indek asimetri karyotipe (assymetry index; AsI %) dan rasio perbandingan pasangan kromosom terpanjang dan terpendek (R). Jumlah, ukuran dan bentuk kromosom ditentukan dengan mengamati sekurangnya sepuluh sel yang sedang dalam tahap pembelahan prometafase (Ruas dkk., 1995). Indek asimetri karyotipe dihitung dengan rumus: AsI % = total lengan panjang pada kromosom set X 100% total panjang kromosom set sedang rasio perbandingan pasangan kromosom dihutung dengan rumus: R = pasangan kromosom terpanjang pasangan kromosom terpendek Pembuatan karyotipe dilakukan dengan memproyeksikan setidaknya dua buah preparat foto mikrofotografi pembelahan mitosis tahap prometafase ke atas kertas. Kemudian dipisahpisahkan dan dikelompokkan berdasarkan bentuknya dengan urutan metasentris, submetasentris, akrosentris dan telosentris. Serta diurutkan berdasarkan ukuran lengan panjang, dimana lengan panjang diletakkan di bawah. Dengan demikian diperoleh karyogram. Dapat pula disajikan dalam bentuk idiogram dengan menyatukan pasangan kromosom tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Penanaman Sediaan. Air harus diganti setiap hari untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur. Pada Allium sativum akar akan muncul setelah 2-3 hari. Kecepatan pertumbuhan akar tergantung umur umbi. Sedang pada Pisum sativum akar akan tumbuh setelah 4-7 hari. Sebelum digunakan biji sebaiknya dicuci untuk menghilangkan fungisida dan bakterisida yang biasa dibubuhkan pada biji/bibit. Dalam medium air senyawa ini dapat menghambat pertumbuhan akar. Studi Pendahuluan Setiap tumbuhan memiliki jam biologi yang mengatur waktu optimum pembelahan mitosis (Johansen, 1940). Umumnya tumbuhan melakukan pembelahan sel pada pagi hari. Dalam penelitian ini studi pendahuluan Allium sativum dilakukan pagi hari mulai jam Pemotongan akar dilakukan setiap 30 menit dan dibuat preparat dengan metode squash semi permanen, diperoleh waktu pembelahan optimum jam Prosedur yang sama dilakukan pula pada Pisum sativum, namun karena tidak diperoleh waktu pembelahan optimum, maka prosedur ini diulangi lagi pada malam hari mulai jam dan diperoleh waktu pembelahan optimum jam Teknik Preparasi Eksperimen mitosis dapat menggunakan sel meristem dari ujung akar, ujung batang, primordia daun, petala muda, ovulum muda dan kalus (Darnaedi, 1991; Okada, 1981). Ujung akar merupakan organ paling sering digunakan untuk mempelajari pembelahan mitosis, misalnya membuat peta karyotipe, karena merupakan organ paling meristematis. Hal ini kerkaitan dengan fungsinya sebagai alat pencari makan yang harus selalu bergerak mengejar mangsa serta harus permeabel untuk memungkinkan penyerapan air dan unsur-unsur hara, sehingga ujung akar selalu membelah dan dalam keadaan muda. Di samping itu ujung akar dapat diatur pertumbuhannya untuk mendapatkan bahan yang seragam umur, bentuk dan ukurannya. Pra-perlakuan Kolkisin Kolkisin merupakan alkaloid mutagen poliploid, bersifat permeabel terhadap dinding dan membran sel, larut dalam cairan sitoplasma, serta dapat menghambat pembelahan sel dan menyebabkan poliploid. Di dalam nukleus, kolkisin berikatan dengan mikrotubuli α dan β, yang berperan dalam pembentukan pertumbuhan, pembelahan dan sitomorfogenesis. Benang-benang spindel tidak terbentuk dan kromosom tidak dapat ditarik ke bidang ekuator maupun kutub, sehingga tahap prometafase yang dalam kondisi normal hanya berlangsung beberapa menit, dapat dihentikan dan diamati. Kolkisin menyebabkan kromosom mengerut, sehingga ukurannya memendek,

4 BioSMART, Vol. 2, No. 1, April 2000, hlm terpencar-pencar, tidak terlalu tumpang tindih dan mudah diamati. Konsentrasi efektif kolkisin berkisar antara 0,01-1,00% untuk lama perendaman 6-72 jam. Konsentrasi tinggi atau perendaman lama, menyebabkan kromosom menggumpal. Tahap prometafase akibat pemberian kolkisin disebut juga c-metafase (colchicine (c-) metaphase) (Eigsti dan Dustin, 1957; Okada, 1981). Fiksasi dengan Asam Asetat Glasial Sel-sel meristematis yang dipotong dari organ hidup akan segera membentuk fase metabolik (interfase). Fiksasi bertujuan menghentikan proses ini serta mematikan sel dengan jalan mendenaturasi protein dan asam nukleat. Kromosom yang terfiksasi akan mengkerut, mengeras dan mengendap sehingga tetap berada pada posisi semula seperti ketika masih hidup. Fiksasi yang terlalu lama atau terlalu asam akan menggumpalkan kromosom. Fiksasi juga menaikkan indek bias komponen-komponen sel. Asam asetat glasial 45% dipilih karena penetrasinya cepat, cukup 15 menit. Konsentrasi 45% merupakan konsentrasi optimum. Pada konsentrasi lebih rendah daya kerjanya berkurang, sehingga butuh waktu lebih lama dan pada konsentrasi lebih tinggi dapat membengkakan kromosom. Fiksasi dengan asam asetat glasial dilakukan dalam lemari es pada suhu 5 o C. Suhu rendah ini dimaksud untuk menghambat kerja enzim-enzim pengurai menghidrolisis sel, misalnya lisosom. Pencucian dengan Akuades Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan pengaruh perlakuan sebelumnya dan mengembalikan bahan pada suhu kamar sebelum diperlakukan lagi. Misalnya setelah irisan ujung akar difiksasi dengan asam asetat glasial 45% pada suhu 5 o C, dicuci terlebih dahulu dengan akuades sebelum dihidrolisis pada suhu 60 o C. Akuades dipilih karena larut dalam semua kemikalia yang digunakan dalam metode squash ini, sehingga daya kerjanya efektif. Hidrolisis dengan Asam Klorida Dasar pemikiran metode squash adalah melarutkan lamela tengah sel-sel meristimatis yang belum kuat perlekatannya. Sehingga sel dapat dipisah-pisahkan hingga ketebalannya tinggal selapis saja. Hidrolisis dapat menggunakan asam atau enzim hidrolase. Salah satu asam yang biasa digunakan adalah asam klorida. Hidrolisis yang terlalu lama dapat mengurangi affinitas pewarna terhadap kromosom dan menyebabkan kromosom terurai karena denaturasi protein dan asam nukleat. Asam klorida memiliki kemampuan melarutkan lamela tengah sangat tinggi. Konsentrasi 1N merupakan konsentrasi optimum. Pada konsentrasi lebih rendah daya kerjanya kurang, sehingga harus direndam lebih lama. Sedang pada konsentrasi lebih tinggi dapat menguraikan nukleus beserta kromosom di dalamnya, sehingga bentuk inti memanjang dan kromosom tidak dapat diamati dengan sempurna. Kecepatan reaksi asam klorida meningkat sejalan dengan naiknya suhu. Suhu tertinggi yang masih diperkenankan dalam prosedur ini adalah 60 o C. Pewarnaan dengan Asetoorsein Kromosom mempunyai perbedaan mencolok dalam penyerapan warna. Hal ini sangat dipengaruhi jenis tumbuhan. Perbedaan tanggapan terhadap reaksi warna ini menunjukkan perbedaan gen dan protein yang dihasilkan. Asetoorsein sangat cocok untuk ujung akar karena penetrasinya cepat, serta tahan lama, namun dalam penyimpanan lama (misalnya setahun) penetrasinya turun, timbul lapisan film di permukaan cairan dan mengendap. Oleh karena itu dibutuhkan waktu lebih lama untuk penetrasi serta harus digojok dan disaring sebelum digunakan lagi. Endapan yang terbawa ujung akar menyebabkan terbentuknya bercak-bercak gelap yang sangat mengganggu pengamatan di bawah mikroskop. Squash Kualitas squash sangat menentukan kualitas preparat. Squash yang baik menghasilkan preparat yang hanya terdiri dari selapis sel, terpisah-pisah, tidak tumpang-tindih, tidak terpecah-pecah dan tidak terdenaturasi. Squash dilakukan dalam media gliserin. Gliserin bersifat kental dan licin, sehingga memudahkan proses squash serta sulit menguap sehingga mampu menjaga kesegaran bahan. Pengamatan Kualitas mikroskop cahaya identik dengan kecilnya nilai daya pisah, yaitu jarak minimum antara dua titik yang masih dapat dibedakan dengan jelas. Nilai daya pisah sebanding dengan nilai panjang gelombang sumber cahaya. Sehingga untuk meningkatkan daya pisah digunakan filter yang meloloskan cahaya dengan panjang gelombang rendah, yaitu biru (λ= ) dan hijau (λ= ). Filter juga berguna untuk mempertinggi detail dan mengurangi kesilauan. Daya pisah berbanding terbalik dengan indek bias sehingga untuk memperkecil daya pisah, digunakan minyak emersi yang indek biasnya lebih besar dari pada udara. Nilai daya pisah juga berbanding terbalik dengan nilai Numerical Aperture (NA), sehingga digunakan lensa objek dengan NA tinggi. Pembelahan Mitosis Pembelahan mitosis terdiri dari profase, metafase, anafase dan telofase. Tahap-tahap ini

5 24 SETYAWAN dan SUTIKNO Kromosom Allium sativun dan Pisum sativum dalam kondisi alami hanya berlangsung beberapa menit. Para pakar memberi istilah prometafase untuk tahap antara profase dan metafase. Tahap ini merupakan kondisi terpenting untuk studi sitologi, karena pada prometafase bentuk, jumlah dan ukuran kromosom sangat memungkinkan untuk diteliti. Pembelahan mitosis difasilitasi terutama oleh benang-benang spindel mikrotubulin. Pada gambar-gambar mikrofotografi keberadaan benangbenang tersebut sering tidak terlihat, karena pengaruh pra-perlakuan kolkisin yang menghancurkannya. Namun keberadaan dan peran benang-benang tersebut dapat diduga berdasarkan posisi kromosom dalam pembelahan. Ukuran sel-sel meristematis Allium sativum bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat vigoritas masing-masing sel yang berbeda-beda, tergantung umur dan posisi sel. Sel-sel muda yang terletak paling luar cenderung vigor dan besar, sedang sel yang lebih dalam cenderung lebih kecil. Pada saat pembelahan, ukuran sel dapat mempengaruhi penyebaran kromosom. Sel yang ukurannya besar cenderung memiliki cukup ruangan sehingga letak kromosom terpencar-pencar dan tidak tumpang tindih. Pada Pisum sativum vigoritas ini tidak banyak terjadi, sekalipun tetap ada beberapa sel yang higroskopis. Ukuran sel Pisum sativum jauh lebih kecil dari pada ukuran rata-rata sel Allium sativum, sehingga Allium sativum lebih mudah diamati biarpun jumlah kromosomnya lebih banyak. Profase Pada fase ini, kromatin yang larut dalam nukleus pada tahap interfase, secara bertahap terkumpul kembali membentuk kromosom yang jelas. Kemudian masing-masing mengalami duplikasi membentuk pasangan kromatid, yang memiliki urutan khas DNA di sentromer. Sentromer berperan penting pada pembelahan sel. Menjelang akhir profase, mikrotubuli yang merupakan bagian kerangka interfase dibongkar dan komponen utama mitosis, yaitu benang-benang spindel dibentuk. Benang-benang spindel membentuk dua kutub, terdiri dari mikrotubuli dan beberapa jenis protein lain. Prometafase (C-metafase) Prometafase dimulai secara mendadak karena gangguan pada membran inti yang merusak kerangka interfase mikrotubuli, sehingga kantung membran inti robek. Dalam keadaan normal sisasisa kantung membran ini terlihat di sekitar benang spindel selama mitosis. Benang-benang spindel mikrotubuli yang terletak di luar dapat memasuki daerah inti. Pada saat yang sama protein majemuk khas yang disebut kinetokor di masing-masing sentromer mencapai kematangannya dan menempel pada mikrotubuli. Pada Allium sativum letak kromosom lebih tersebar dan bentuk lekukan sentromer lebih jelas, sedang pada Pisum sativum letak kromosom agak tumpang tindih sehingga menyulitkan penghitungan jumlah, pengukuran dan pengamatan bentuknya. Tahap ini merupakan fase paling jelas untuk membuat karyotipe. Metafase Pada tahap ini mikrotubuli kinetokor menarik kromosom ke bidang ekuator. Posisi mikrotubuli tegak lurus dengan benang spindel sehingga letak kromosom cenderung mendatar di bidang ekuator. Tahap metafase merupakan indikator umum studi pendahuluan untuk mengetahui waktu terjadinya pembelahan sel. Metafase paling mudah ditemukan, karena pada posisi ini kromosom mengumpul, sehingga biarpun ukurannya kecil tetap dapat dilihat. Duplikasi kromosom diawali pada tahap ini. Allium sativum memiliki ukuran kromosom lebih panjang dari pada Pisum sativum, sehingga luasan bidang ekuator yang tertutupi kromosom Allium sativum lebih besar dari pada Pisum sativum. Anafase Tahap anafase berlangsung secara cepat dan tiba-tiba. Diawali terpisahnya pasangan kinetokor pada masing-masing kromosom, lalu diikuti tertariknya kromatid secara pelan-pelan ke arah kutub. Telofase Pada tahap telofase, dua kromatid anakan mencapai kutub. Membran inti terbentuk kembali, menyelubungi masing-masing kelompok kromosom anakan. Kromatin yang mengecil menggembung lagi. Nukleolus yang menghilang sejak profase terlihat kembali dan mitosis selesai dengan terbentuknya dua sel baru. Bentuk kromosom telofase pada Allium sativum dan Pisum sativum tidak berbeda jauh. Hanya saja ukuran kelompok kromosom Allium sativum lebih besar. Karyotipe Kromosom Dalam penelitian ini tata letak kromosom dalam sel Allium sativum lebih mudah diamati dari pada Pisum sativum. Sebagian besar kromosom Allium sativum tidak mengalami pembengkokan/kontriksi primer dan letaknya cenderung datar sejajar bidang pandang, sehingga bentuk, jumlah dan ukurannya dapat diamati dan diperkirakan dengan mudah. Sebaliknya pada Pisum sativum kontriksi primer ini sangat kuat sehingga bentuk kromosom menyerupai huruf V, bahkan pada beberapa kromosom lengan-lengan ini hampir bersentuhan. Di samping itu tata letak kromosom Pisum sativum sangat tidak beraturan, beberapa diantaranya terletak tegak lurus terhadap bidang pandang, sehingga sangat menyulitkan pengamatan.

6 BioSMART, Vol. 2, No. 1, April 2000, hlm Gambar 1. Proyeksi kromosom Allium sativum. 10 µm Gambar 2. Proyeksi kromosompisum sativum 10 µm

7 26 SETYAWAN dan SUTIKNO Kromosom Allium sativun dan Pisum sativum Gambar 3. Allium sativum: A. karyogram, B. idiogram; Pisum sativum: C. karyogram, D. idiogram. Data karyotipe Allium sativum dan Pisum sativum disajikan dalam tabel 1 dan 2. Allium sativum memiliki rumus karyotipe 2n = 16 = 16 m, sedang Pisum sativum: 2n = 14 = 14m. Perbedaan karyotipe menunjukkan adanya perbedaan segregasi dan rekombinasi kromosom. Bentuk kromosom kedua spesies ini didominasi tipe metasentris. Pada Allium sativum kontriksi primer cenderung dapat diabaikan, namun pada Pisum sativum kontriksi ini sangat kuat. Pada Allium sativum terdapat sepasang kromosom berbentuk submetasentris. Ukuran kromosom Allium sativum cenderung lebih besar dari pada Pisum sativum. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan total panjang kromosom keduanya, masing-masing 197,2µm dan 35,53 µm. Tabel 2. Data morfometri kromosom Allium sativum dan Pisum sativum Parameter Pasangan kromosom HCL Allium sativum Ukuran absolut µm 30,26 27,36 26,46 25,92 24,88 24,60 18,94 18,82 197,2 Ukuran relatif % 13,87 13,87 13,41 13,14 12,61 12,47 9,60 9, Rasio lengan L/S 1,09 1,17 1,31 1,17 1,19 1,21 0,72 1,93 Pisum sativum Ukuran absolut µm 6,58 5,92 5,53 5,26 4,74 3,82 3,68-35,5 Ukuran relatif % 18,52 16,66 15,56 14,80 13,34 10,75 10, Rasio lengan L/S 1,22 1,14 1,15 1,10 1,12 1,07 1,15 - Keterangan: HCL = haploid chromosome length. L/S = ratio long arm/short arm.

8 B i o S M A R T ISSN: X Volume 2, Nomor 1 April 2000 Halaman: Tabel 1. Ciri-ciri karyotipe Allium sativum dan Pisum sativum ukuran kromosom keduanya tidak terlalu jauh. Spesies Rumus karyotipe AsI% R KESIMPULAN Allium sativum 16 m 55,3 1,56 Pisum sativum 14 m 53,35 1,70 Keterangan: AsI% = Assymetry Index (%). R = Rasio longest pair/ shortest pair Rasio perbandingan panjang lengan tiap-tiap pasangan kromosom Allium sativum dan Pisum sativum berkisar pada angka 1 (satu). Hal ini merupakan ciri khas karyotipe kromosom set yang didominasi kromosom metasentris, dimana ukuran panjang kedua lengannya hampir sama. Pasangan kromosom submetasentris pada Allium sativum memiliki rasio panjang lengan 1,93 artinya ukuran lengan panjang hampir dua kali lipat lengan pendek. Indek asimetris (AsI %) memiliki kegunaan yang tidak jauh berbeda dengan rasio perbandingan panjang lengan, hanya saja pada indek asimetri ini dihitung untuk keseluruhan kromosom set. Indek asimetri yang besar (menuju angka 100%) menunjukkan besarnya ketidak-samaan panjang kedua lengan kromosom, dimana bentuk metasentris menjadi minoritas dalam kromosom set. Sebaliknya indek asimetri yang kecil (menuju angka 50%) menunjukkan kecilnya tingkat ketidaksamaan panjang kedua lengan kromosom, dimana bentuk metasentris dominan. Dalam pengamatan, nilai AsI% Allium sativum adalah 55,3% sedang Pisum sativum 53,35%. Hal yang tidak mengherankan karena kromosom set keduanya kebanyakan berbentuk metasentris. Nilai AsI% Allium sativum sedikit lebih besar dari pada Pisum sativum. Hal ini mungkin disebabkan adanya sepasang kromosom berbentuk submetasentris pada Allium sativum, hal yang tidak terdapat pada Pisum sativum. Nilai R (perbandingan pasangan kromosom terpanjang dengan terpendek) menunjukkan variasi ukuran kromosom dalam satu set karyotipe. Semakin besar nilai R berarti semakin besar variasi ukuran kromosom, sedang semakin kecil nilai R berarti semakin besarnya kesamaamnya. Dalam pengamatan diperoleh nilai R Allium sativum adalah 1,56, sedang Pisum sativum adalah 1,70. Angka-angka ini menunjukkan bahwa variasi Tahap prometafase (c-metafase) merupakan tahap paling sesuai untuk pengamatan sitologi (jumlah, bentuk, ukuran kromosom) dan pembuatan karyotipe. Rumus karyotipe Allium sativum 2n = 16: 16 m, sedang Pisum sativum: 2n = 14: 14m. Ukuran kromosom Allium sativum dan Pisum sativum relatif besar dan terpencar-pencar sehingga sangat cocok untuk studi eksperimental mitosis. DAFTAR PUSTAKA Darnaedi, D Kromosom dalam Taksonomi. Bogor: Herbarium Bogoriense-Puslitbang Biologi-LIPI. Davina,J.R. dan A. Vernandes Karyotype and Meiotic Behaviour in Zephyranthes (Amaryllidaceae) from South America. Cytologia 54: DuPraw, E.J DNA and Chromosomes. New York: Holt, Reinhalt and Winston. Grant, W.F Plant Mutagen Assay. Based upon Chromosome Mutation. Preager Publisher. New York. Gunarsa. W Penuntun Praktikum Sitogenetika. Pusat Antar Universitas IPB. Bogor Johansen. D.A Plant Microtechnique. New Delhi: Tata McGraw-Hill Company Karangiannidou, T.H., E.P. Elephteriou, I. Tsekos, B. Galatis dan P.Apostolakos Colchichine induced Paracrystals in Root Cells of Weath (Triticum aestivum L.). Annals of Botany 76 (1): Lewontin, R.C The analysis of variance and and the analysis of causes. American Journal of Human Genetics 26: Lindsley, D.C. and E.H. Grell Genetics variation of Drosophilla melanogaster. Washington D.C.: Carnegie Institute of Washington. Morejohn, L.C The Molecular Pharmacology of Plant Tubulin and Microtubules. In: The Cytoskeletal Basis of Plant Growth and Form, edited by C.W. Lloyd. London: Academic Press. Okada. H Report on Trainings and Investigations in LBN-LIPI. Osaka: Departement of Biology Osaka University.. Radford, A.E., W.C. Dickinson. J.R. Massey dan C.R. Bell Vascular Plant Systematics. New York: Harper & Row Publishers. Roberts, A.V. dan K.C. Short An Experimental Study of Mitosis. Journal of Biological Education 13 (3): Ruas, C.F., P.M. Ruas. N.I. Matzenbacher. G. Ross. C. Bernini dan A.L.L. Vanzela Cytogenetic Studies of Some Hypochoeris Spesies (Compositae) from Brazil. American Journal of Botany 82 (3): Suryo, Sitogenetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN Halaman : 1 dari 5 METODE PREPARASI KROMOSOM DENGAN METODE SQUASH 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk penentuan jam pembelahan sel dan jumlah kromosom. 2. ACUAN NORMATIF Aristya, G.R., Daryono,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SQUASH AKAR BAWANG

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SQUASH AKAR BAWANG LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SQUASH AKAR BAWANG Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Praktikum Mikroteknik Tahun Ajaran 2014 Disusun Oleh : Litayani Dafrosa Br S 4411412016 Kelompok

Lebih terperinci

PEMBELAHAN MITOSIS PADA TUDUNG AKAR BAWANG MERAH (Allium Cepa)

PEMBELAHAN MITOSIS PADA TUDUNG AKAR BAWANG MERAH (Allium Cepa) PEMBELAHAN MITOSIS PADA TUDUNG AKAR BAWANG MERAH (Allium Cepa) LAPORAN PRAKTIKUM UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Genetika 1 yang dibimbing oleh Prof. Dr. Hj. Siti Zubaidah, M.Pd dan Andik Wijayanto, S.Si,

Lebih terperinci

Karyotipe Kromosom pada Tanaman Bawang Budidaya (Genus Allium; Familia Amaryllidaceae)

Karyotipe Kromosom pada Tanaman Bawang Budidaya (Genus Allium; Familia Amaryllidaceae) BioSMART ISSN: 1411-321X Volume 1, Nomor 2 Oktober 1999 Halaman: 13-19 Karyotipe Kromosom pada Tanaman Bawang Budidaya (Genus Allium; Familia Amaryllidaceae) ENDANG ANGGARWULAN, NITA ETIKAWATI, AHMAD DWI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN Halaman : 1 dari 5 METODE PREPARASI KROMOSOM HEWAN DENGAN METODE SQUASH 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk penentuan jam pembelahan sel dan jumlah kromosom. 2. ACUAN NORMATIF Amemiya, C.T., J.W.

Lebih terperinci

Induksi Poliploidi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kolkisin

Induksi Poliploidi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kolkisin B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 3, Nomor 1 Januari 2002 Halaman: 174-180 Induksi Poliploidi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kolkisin Polyploid induction of Allium

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER MITOSIS AKAR BAWANG

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER MITOSIS AKAR BAWANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER MITOSIS AKAR BAWANG Disusun oleh: Kelompok 1: Bayu Purnomo (1110016100031) Ditya Ambarwati (1110016100024) Ria Rista Agustina (1110016100003) Ayu Nofitasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh sebab itu permintaan pasar kepada petani terhadap produksi bawang merah

BAB I PENDAHULUAN. Oleh sebab itu permintaan pasar kepada petani terhadap produksi bawang merah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah (البصل) (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman umbi lapis yang merupakan salah satu bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia. Selain itu bawang

Lebih terperinci

MODUL IV REPRODUKSI SEL

MODUL IV REPRODUKSI SEL 24 MODUL IV REPRODUKSI SEL TUJUAN mitosis. Memahami terjadinya proses dan fase-fase pembelahan sel, terutama secara TEORI Terdapat dua tipe sel yaitu prokariota dan eukariota.sel prokariota umumnya berukuran

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROTEKNIK LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROTEKNIK Metode Squash Disusun Untuk Memenuhi Ujian Kompetensi Mata Kuliah Mikroteknik Semester V Disusun Oleh : Wike Trajuningtyas Oktaviana K4312073 PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI MODUL 3 BIOPSIKOSOSIOKULTURAL FAKULTAS KEDOKTERAN

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI MODUL 3 BIOPSIKOSOSIOKULTURAL FAKULTAS KEDOKTERAN PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI MODUL 3 BIOPSIKOSOSIOKULTURAL FAKULTAS KEDOKTERAN BAGIAN BIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG 2012 TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOLOGI 1. Saat praktikum berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada didalam sel, pembelahan dan penduplikasian merupakan konsep terpenting

BAB I PENDAHULUAN. ada didalam sel, pembelahan dan penduplikasian merupakan konsep terpenting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap sel berasal dari sel hidup lainnya. Siklus sel merupakan tahapan dimana terjadinya proses pembelahan dan penduplikasian berbagai materi yang ada didalam sel,

Lebih terperinci

Pada keadaan demikian, kromosom lebih mudah menyerap zat warna, misalnya sudan III, hematoksilin, methylen blue, dan kalium iodida.

Pada keadaan demikian, kromosom lebih mudah menyerap zat warna, misalnya sudan III, hematoksilin, methylen blue, dan kalium iodida. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gen yang menentukan sifat suatu makhluk hidup dibawa oleh struktur pembawa gen yang mirip benang dan terdapat di dalam inti sel (nukleus). Kromosom hanya dapat diamati

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KOLKISIN TERHADAP JUMLAH KROMOSOM BAWANG PUTIH (Allium sativum) LOKAL KULTIVAR DOULU

PENGARUH PEMBERIAN KOLKISIN TERHADAP JUMLAH KROMOSOM BAWANG PUTIH (Allium sativum) LOKAL KULTIVAR DOULU PENGARUH PEMBERIAN KOLKISIN TERHADAP JUMLAH KROMOSOM BAWANG PUTIH (Allium sativum) LOKAL KULTIVAR DOULU Tumiur Gultom 1) Tenaga Pengajar Program Studi Biologi, Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

MAKALAH BIOLOGI KROMOSOM

MAKALAH BIOLOGI KROMOSOM MAKALAH BIOLOGI KROMOSOM OLEH: Annisa Tria Apriliani 1413100004 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR...iii DAFTAR TABEL... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 1

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nilam

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nilam TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani Nilam Indonesia memiliki tiga jenis nilam yang sudah dikembangkan, yaitu: nilam aceh (Pogostemon cablin), nilam jawa (Pogostemon heyneanus) dan nilam sabun (Pogostemon hortensis).

Lebih terperinci

SET 4 REPRODUKSI SEL 1 (MITOSIS & MEIOSIS)

SET 4 REPRODUKSI SEL 1 (MITOSIS & MEIOSIS) 04 MATERI DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA BIOLOGI SET 4 REPRODUKSI SEL 1 (MITOSIS & MEIOSIS) Pembelahan sel dibedakan menjadi secara langsung (amitosis) dan tidak langsung (mitosis dan meiosis).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kembang sungsang (Gloriosa. superba L.) merupakan salah satu jenis

I. PENDAHULUAN. Kembang sungsang (Gloriosa. superba L.) merupakan salah satu jenis 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kembang sungsang (Gloriosa. superba L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk kedalam suku Liliaceae. Tanaman ini merupakan tumbuhan memanjat sehingga dikenal

Lebih terperinci

MITOSIS DAN MEIOSIS. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed. BIOLOGI KEPERAWATAN 2009

MITOSIS DAN MEIOSIS. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed. BIOLOGI KEPERAWATAN 2009 MITOSIS DAN MEIOSIS TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed. BIOLOGI KEPERAWATAN 2009 SIKLUS SEL G1(gap 1): periode setelah mitosis, gen-gen aktif berekspresi S (sintesis): fase sintesis DNA (replikasi), kromosom

Lebih terperinci

ANALISIS MEIOSIS PENDAHULUAN

ANALISIS MEIOSIS PENDAHULUAN 1 ANALISIS MEIOSIS PENDAHULUAN Latar Belakang Stadium haploid dari siklus seksual dihasilkan dari proses pembelahan inti yang disebut meiosis. Meiosis berlangsung pada sel-sel yang terdapat di dalam jaringan

Lebih terperinci

Studi Sitotaksonomi pada Genus Zingiber

Studi Sitotaksonomi pada Genus Zingiber B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 1, Nomor 1 Januari 2000 Halaman: 8-13 Studi Sitotaksonomi pada Genus Zingiber A Cytotaxonomic Study in the Genus Zingiber NITA ETIKAWATI, AHMAD DWI SETYAWAN

Lebih terperinci

Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi

Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan mitosis dan meiosis pada tanaman Sub Pokok Bahasan :

Lebih terperinci

JUMLAH DAN PANJANG ABSOLUT KROMOSOM BAWANG MERAH KULTIVAR SAMAS (ALLIUM ASCALONICUM L. CV. SAMAS) ABSTRAK

JUMLAH DAN PANJANG ABSOLUT KROMOSOM BAWANG MERAH KULTIVAR SAMAS (ALLIUM ASCALONICUM L. CV. SAMAS) ABSTRAK JUMLAH DAN PANJANG ABSOLUT KROMOSOM BAWANG MERAH KULTIVAR SAMAS (ALLIUM ASCALONICUM L. CV. SAMAS) Dian Ayuning Tyas Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo, Semarang 50185 (Email:

Lebih terperinci

SIKLUS & PEMBELAHAN SEL. Suhardi S.Pt.,MP

SIKLUS & PEMBELAHAN SEL. Suhardi S.Pt.,MP SIKLUS & PEMBELAHAN SEL Suhardi S.Pt.,MP Proses reproduksi aseksual dimulai setelah sperma membuahi telur. PEMBELAHAN SEL Amitosis (Pembelahan biner) Pada umumnya bakteri berkembang biak dengan pembelahan

Lebih terperinci

PERBEDAAN MITOSIS DAN MEIOSIS Sel yang aktif membelah melewati suatu siklus yang berlangsung secara teratur dikenal sebagai siklus sel. Siklus sel dibedakan atas dua stadia, yaitu stadium istirahat (interfase)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor interaksi antara konsentrasi kolkhisin 0%, 0,05%, 0,10%, 0,15% dan lama perendaman kolkhisin 0 jam, 24 jam,

Lebih terperinci

Dan lain-lainnya hanya di

Dan lain-lainnya hanya di PEMBELAHAN SEL Disusun oleh: Theresia retno kristanti (131434029) Wida hening sukma C (131434014) Anna maria (131434024) Vera yosefita (131434 Siwi saptarani (131434026) Stevani Widha (131434010) Tia ariana

Lebih terperinci

SUBSTANSI HEREDITAS. Dyah Ayu Widyastuti

SUBSTANSI HEREDITAS. Dyah Ayu Widyastuti SUBSTANSI HEREDITAS Dyah Ayu Widyastuti Sel Substansi Hereditas DNA RNA Pengemasan DNA dalam Kromosom DNA dan RNA Ukuran dan Bentuk DNA Double helix (untai ganda) hasil penelitian Watson & Crick (1953)

Lebih terperinci

PEMBELAHAN SEL Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

PEMBELAHAN SEL Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. PEMBELAHAN SEL Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa memahami mengenai posisi sel, kromosom, dan DNA dalam dalam kaitannya dengan organisme Mahasiswa memahami jenis-jenis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA. B.

Lebih terperinci

MEKANISME SEL. Mitosis & Meiosis

MEKANISME SEL. Mitosis & Meiosis MEKANISME SEL Mitosis & Meiosis MITOSIS MEIOSIS Nama Anggota : Khaidir Adam Wijaya M. Saifullah Romadhon Yanuar Setia Budi Rahmawan Yulianto Gabryna Auliya Nugroho Reindy Katon Bagaskara MITOSIS Pembelahan

Lebih terperinci

Mitosis pada Akar Bawang Merah (Allium cepa)

Mitosis pada Akar Bawang Merah (Allium cepa) Mitosis pada Akar Bawang Merah (Allium cepa) LAPORAN PRAKTIKUM UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Genetika 1 yang dibimbing oleh Prof. Dr. Hj. Siti Zubaidah, M.Pd dan Andik Wijayanto, S.Si, M.Si Oleh: Kelompok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Anggrek

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Anggrek 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Anggrek Anggrek di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis : Monocotyledoneae Ordo : Orchidales

Lebih terperinci

Kromosom, DNA, Gen, Non Gen, Basa Nitrogen

Kromosom, DNA, Gen, Non Gen, Basa Nitrogen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Mata Kuliah : Biologi Umum Kode MK : Bio 612101 Tahun Ajaran : 2014/2015 Pokok Bahasan : Genetika Jani Master, M.Si.

Lebih terperinci

PENGARUH KOLKISIN TERHADAP KROMOSOM UJUNG AKAR BAWANG MERAH

PENGARUH KOLKISIN TERHADAP KROMOSOM UJUNG AKAR BAWANG MERAH 1 PENGARUH KOLKISIN TERHADAP KROMOSOM UJUNG AKAR BAWANG MERAH PENDAHULUAN Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan sayuran umbi yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan,

Lebih terperinci

Pengamatan Pembelahan Mitosis pada Sel Ujung Akar Bawang Merah (Allium cepa L.)dengan Mikroskop Binokuler. Oleh Marthen Kause NIM ABSTRAK

Pengamatan Pembelahan Mitosis pada Sel Ujung Akar Bawang Merah (Allium cepa L.)dengan Mikroskop Binokuler. Oleh Marthen Kause NIM ABSTRAK Laporan Praktikum Biologi Umum Program Studi Biologi Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Pengamatan Pembelahan Mitosis pada Sel Ujung Akar Bawang Merah (Allium cepa L.)dengan Mikroskop Binokuler

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL Oleh: Ainun Nikmati Laily, M.Si Fitriyah, M. Si dr. Alvi Milliana JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2013 I. Tujuan TOPIK I Sel

Lebih terperinci

PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1

PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1 1 PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1 Oleh : Drs. Suyitno Al, MS 2 PENDAHULUAN Biologi berkembang dari hasil kerja para peneliti biologi, menggali pengetahuan dari objek-objek biologi. Sebagai Objeknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan manipulasi terhadap objek penelitian serta terdapat kontrol (Nazir,2003: 63). B. Desain

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM GENETIKA DASAR. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PETUNJUK PRAKTIKUM GENETIKA DASAR. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PETUNJUK PRAKTIKUM GENETIKA DASAR Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2017 2 Petunjuk Praktikum Genetika Dasar TATA

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI MITOSIS AKAR BAWANG MERAH MEDIA PEMBELAJARAN

STUDI IDENTIFIKASI MITOSIS AKAR BAWANG MERAH MEDIA PEMBELAJARAN STUDI IDENTIFIKASI MITOSIS AKAR BAWANG MERAH (Allium cepa) MENGGUNAKAN METODE SQUASH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN Moh. Imam Bahrul Ulum Program Studi Pendidikan Biologi FKIP- Universitas Muhammadiyah Malang

Lebih terperinci

BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA

BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA OLEH: IR. SUPRIYANTA, MP. JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2004 Topik 1 Pendahuluan Dalam bidang biologi, kita mengenal suatu organisme

Lebih terperinci

MAKALAH GENETIKA. Mitosis dan Meiosis. Oleh : Nama : Ayu Milad Fauziah NPM : Kelas : H FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

MAKALAH GENETIKA. Mitosis dan Meiosis. Oleh : Nama : Ayu Milad Fauziah NPM : Kelas : H FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN MAKALAH GENETIKA Mitosis dan Meiosis Oleh : Nama : Ayu Milad Fauziah NPM : 200110130216 Kelas : H FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2014 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI..... 2 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

ABSTRACT. IDENTIFICA'I'ION OF PERIOD NEEDED EACH PHASE IN Pyrrosia lanceolata (L.) Farwell FERN ROOT CELLS DURING MITOSIS

ABSTRACT. IDENTIFICA'I'ION OF PERIOD NEEDED EACH PHASE IN Pyrrosia lanceolata (L.) Farwell FERN ROOT CELLS DURING MITOSIS ABSTRACT IDENTIFICA'I'ION OF PERIOD NEEDED EACH PHASE IN Pyrrosia lanceolata (L.) Farwell FERN ROOT CELLS DURING MITOSIS DEWl lndrlyanl ROSLIM dan MAYTA NOVALIZA lsda The objectives of this research were

Lebih terperinci

Kaitan Reproduksi Sel dengan Pewarisan Sifat. Oleh Trisia Lusiana Amir, S.Pd., M. Biomed Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul 2016

Kaitan Reproduksi Sel dengan Pewarisan Sifat. Oleh Trisia Lusiana Amir, S.Pd., M. Biomed Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul 2016 Kaitan Reproduksi Sel dengan Pewarisan Sifat Oleh Trisia Lusiana Amir, S.Pd., M. Biomed Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul 2016 Definisi & Tujuannya - Pembelahan sel reproduksi sel, pertumbuhan

Lebih terperinci

BERANDA SK / KD INDIKATOR MATERI LATIHAN UJI KOMPETENSI REFERENSI PENYUSUN SELESAI. psb-psma rela berbagi iklas memberi

BERANDA SK / KD INDIKATOR MATERI LATIHAN UJI KOMPETENSI REFERENSI PENYUSUN SELESAI. psb-psma rela berbagi iklas memberi Adakah kemiripan Apa penyebabnya..?? STANDAR 3. Memahami penerapan konsep dasar dan prinsip-prinsip hereditas serta implikasinya pada salingtemas DASAR 3.4 Menjelaskan konsep gen, DNA, dan kromosom Menyebutkan

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PITA-C KROMOSOM TANAMAN SALAK JANTAN DAN BETINA (Salacca zalacca var. zalacca)

ANALISIS POLA PITA-C KROMOSOM TANAMAN SALAK JANTAN DAN BETINA (Salacca zalacca var. zalacca) ANALISIS POLA PITA-C KROMOSOM TANAMAN SALAK JANTAN DAN BETINA (Salacca zalacca var. zalacca) ANALYSIS OF C-BANDING CHROMOSOMES OF MALE AND FEMALE SALAK (Salacca zalacca var. zalacca) Parjanto Staf Pengajar

Lebih terperinci

Program Studi Magister Biologi, Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Jalan PB Sudirman, Denpasar, Bali. *)

Program Studi Magister Biologi, Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Jalan PB Sudirman, Denpasar, Bali. *) Induksi Mutasi Kromosom dengan Kolkisin Pada Bawang Putih (Allium sativum L.) Kultivar Kesuna Bali (Induced Chromosome Mutation Using Colchicine in Garlic (Allium sativum Linn.) Cultivar Kesuna Bali )

Lebih terperinci

PENGAMATAN KROMOSOM POLITEN (KROMOSOM RAKSASA) Drosophila melanogaster

PENGAMATAN KROMOSOM POLITEN (KROMOSOM RAKSASA) Drosophila melanogaster Laporan Praktikum Genetika PENGAMATAN KROMOSOM POLITEN (KROMOSOM RAKSASA) Drosophila melanogaster Widya Setyaningtyas*, Haniyya, I. Sobari, K.S. Juarna, N. Restiana, Nuruliawati, M. Fauzi, S. Purnadanti

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan Bahan yang digunakan antara lain daun salak [Salacca zalacca (Gaertn.) Voss] kultivar Kedung Paruk,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persentase Hidup Eksplan Jumlah eksplan jelutung yang ditanam sebanyak 125 eksplan yang telah diinisiasi pada media kultur dan diamati selama 11 minggu setelah masa tanam

Lebih terperinci

STUDI KARYOTIPE GANYONG (Canna edulis Ker.) SEBAGAI DASAR PEMULIAAN TANAMAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

STUDI KARYOTIPE GANYONG (Canna edulis Ker.) SEBAGAI DASAR PEMULIAAN TANAMAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan STUDI KARYOTIPE GANYONG (Canna edulis Ker.) SEBAGAI DASAR PEMULIAAN TANAMAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh: Ulfa Qurniawati NIM. M0406063 JURUSAN BIOLOGI

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN. Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN. Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan yang diampu oleh Drs.Dahlia, M.Pd Disusun oleh : Kelompok II/Offering A 1. Annas

Lebih terperinci

Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau

Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau Laporan Praktikum Biologi : Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau Kelompok : 1 Aditya Dedi Setyawan 2 Ilhamsyah Dwi Kurniawan P 3 Junita Putri 4 Kezia Angelica Suharto 5 Michael Sugita Daftar

Lebih terperinci

Tabel 5. Distribusi jumlah kromosom ikan manvis golden marble

Tabel 5. Distribusi jumlah kromosom ikan manvis golden marble HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Dari hasil pengamatan dan pengukuran kromosom didapatkan hasil bahwa ada beberapa persamaan dan perbedaan untuk masing-masing varietas ikan manvis yang diamati. Data hasil pengamatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman sawo Sawo atau yang biasa disebut sapodilla adalah salah satu tanaman buah di Asia Tenggara. Tanaman tersebut merupakan tanaman asli dari Mexico dan Amerika, tetapi saat

Lebih terperinci

II. Bagaimana sifat diwariskan

II. Bagaimana sifat diwariskan II. Bagaimana sifat diwariskan Gen-gen letaknya pada kromosom ( inti sel). Kromosom dan gen-gennya gennya diwariskan saat fertilisasi. Pada gonad pembentukan sel kelamin ( meiosis) Contoh; Kromosom dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KROMOSOM JAHE (Zingiber officinale var. officinale) Chromosomes Analysis Of Ginger (Zingiber Officinale Var. Officinale)

ANALISIS KROMOSOM JAHE (Zingiber officinale var. officinale) Chromosomes Analysis Of Ginger (Zingiber Officinale Var. Officinale) ANALISIS KROMOSOM JAHE (Zingiber officinale var. officinale) Chromosomes Analysis Of Ginger (Zingiber Officinale Var. Officinale) Faizal Kusuma Yulianto 1) dan Parjanto 2) ABSTRACT The cytogenetic information

Lebih terperinci

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana 1 Program Studi Pendidikan B iologi. Disusun Oleh: RAHAYU KURNIA DEWI

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana 1 Program Studi Pendidikan B iologi. Disusun Oleh: RAHAYU KURNIA DEWI PENGAMATAN INTI SEL UJUNG AKAR Allium cepa MENGGUNAKAN PEWARNA ALTERNATIF BUAH GENDULA GENDULU (Breynia sp) DAN PERASAN RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten :

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten : PEDOMAN PRAKTIKUM Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten : FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 KEGIATAN i MIKROSKOP Prosedur A. Memegang dan Memindahkan Mikroskop 1. Mikroskop dipindahkan

Lebih terperinci

Keywords: Allium ascalonicum, mitosis, soaking time, safranin

Keywords: Allium ascalonicum, mitosis, soaking time, safranin Penentuan waktu perendaman sel (fase mitosis) akar bawang merah (Allium ascalonicum L.) menggunakan safranin untuk mendukung praktikum biologi Determination of cell immersion time (Mitosis Phase) roots

Lebih terperinci

Diperlukan untuk tumbuh, regenerasi, dan reproduksi

Diperlukan untuk tumbuh, regenerasi, dan reproduksi Diperlukan untuk tumbuh, regenerasi, dan reproduksi Distribusi kumpulan kromosom yang identik ke sel anak PROKARIOTA : Tidak ada stadium siklus sel, duplikasi kromosom dan distribusinya ke sel generasi

Lebih terperinci

REPRODUKSI SEL REPRODUKSI SEL AMITOSIS. Profase I. Pembelahan I. Metafase I. Anafase I MEIOSIS. Telofase I. Interfase. Profase II.

REPRODUKSI SEL REPRODUKSI SEL AMITOSIS. Profase I. Pembelahan I. Metafase I. Anafase I MEIOSIS. Telofase I. Interfase. Profase II. REPRODUKSI SEL AMITOSIS REPRODUKSI SEL Pembelahan I Profase I Metafase I Anafase I Proleptotene Leptotene Zygotene Pachytene Diplotene Diakinesis MEIOSIS Interfase Telofase I Pembelahan II Profase II Metafse

Lebih terperinci

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI II. PEWARNAAN SEL BAKTERI TUJUAN 1. Mempelajari dasar kimiawi dan teoritis pewarnaan bakteri 2. Mempelajari teknik pembuatan apusan kering dalam pewarnaan bakteri 3. Mempelajari tata cara pewarnaan sederhana

Lebih terperinci

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed Sel akan membelah diri Tujuan pembelahan sel : organisme multiseluler : untuk tumbuh, berkembang dan memperbaiki sel-sel yang rusak organisme uniseluler (misal : bakteri,

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun 10 kultivar kacang tanah ( kultivar Bima, Hypoma1, Hypoma2, Kancil, Kelinci, Talam,

Lebih terperinci

PEWARNA ALTERNATIF DAUN JATI MUDA (Tectona grandis) DAN DAUN JAMBU MONYET (Annacardium occidentale L.)

PEWARNA ALTERNATIF DAUN JATI MUDA (Tectona grandis) DAN DAUN JAMBU MONYET (Annacardium occidentale L.) PENGAMATAN INTI SEL UJUNG AKAR Allium cepa MENGGUNAKAN PEWARNA ALTERNATIF DAUN JATI MUDA (Tectona grandis) DAN DAUN JAMBU MONYET (Annacardium occidentale L.) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

KARAKTER KROMOSOM EKALIPTUS (Eucalyptus pellita F. Muell.) HASIL INDUKSI EKSTRAK ETANOLIK DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.

KARAKTER KROMOSOM EKALIPTUS (Eucalyptus pellita F. Muell.) HASIL INDUKSI EKSTRAK ETANOLIK DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don. KARAKTER KROMOSOM EKALIPTUS (Eucalyptus pellita F. Muell.) HASIL INDUKSI EKSTRAK ETANOLIK DAUN TAPAK DARA (Catharanthus roseus (L.) G. Don.) Budi Setiadi Daryono 1, Cindy Ariesti Koeswardani 1 dan Sri

Lebih terperinci

Makalah Biokimia Komponen Penyusun Sel Tumbuhan NUKLEUS. Oleh :

Makalah Biokimia Komponen Penyusun Sel Tumbuhan NUKLEUS. Oleh : Makalah Biokimia Komponen Penyusun Sel Tumbuhan NUKLEUS Oleh : Nama : Sherly Febrianty Surya Nim : G111 16 016 Kelas : Biokimia Tanaman C Dosen Pembimbing : DR. Ir. Muh. Riadi, MP. PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM. Biologi umum (kimia) Oleh : Dr. Tyas Pramesti G Ria Ramadhani, S.Kep Asmuni Hasyim, M.Si

PETUNJUK PRAKTIKUM. Biologi umum (kimia) Oleh : Dr. Tyas Pramesti G Ria Ramadhani, S.Kep Asmuni Hasyim, M.Si PETUNJUK PRAKTIKUM Biologi umum (kimia) Oleh : Dr. Tyas Pramesti G Ria Ramadhani, S.Kep Asmuni Hasyim, M.Si JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM

Lebih terperinci

MATERI GENETIK A. KROMOSOM

MATERI GENETIK A. KROMOSOM MATERI GENETIK A. KROMOSOM Kromosom pertama kali ditemukan pada kelompok makhluk hidup eukariot. Namun, di lain pihak dewasa ini kromosom tidak hanya dimiliki oleh klompok makhluk hidup eukariot tetapi

Lebih terperinci

ISOLASI DNA BUAH I. TUJUAN. Tujuan dari praktikum ini adalah:

ISOLASI DNA BUAH I. TUJUAN. Tujuan dari praktikum ini adalah: ISOLASI DNA BUAH I. TUJUAN Tujuan dari praktikum ini adalah: Mengetahui cara/metode yang benar untuk memisahkan (mengisolasi) DNA dari buah-buahan berdaging lunak. Mengetahui pengaruh kandungan air yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Subkelas : Hamamelidae; Ordo : Caryophyllales; Familia : Basellaceae; Genus :

TINJAUAN PUSTAKA. Subkelas : Hamamelidae; Ordo : Caryophyllales; Familia : Basellaceae; Genus : 5 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Tjitrosoepomo (1999) klasifikasi tanaman binahong adalah sebagai berikut Kingdom : Plantae ; Sub kingdom : Tracheobionta; Superdivisio : Spermatophyta; Divisio

Lebih terperinci

Preparasi Kromosom Fase Mitosis Markisa Ungu (Passiflora edulis) Varietas Edulis Sulawesi Selatan

Preparasi Kromosom Fase Mitosis Markisa Ungu (Passiflora edulis) Varietas Edulis Sulawesi Selatan ISSN 2302-66 Vol 2, No., Juni 204, hal 48-55 Preparasi Kromosom Fase Mitosis Markisa Ungu (Passiflora edulis) Varietas Edulis Sulawesi Selatan NURUL MUHLISYAH, CUT MUTHIADIN, BAIQ FARHATUL WAHIDAH, ISNA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

PEMBELAHAN MITOSIS PADA AKAR BAWANG MERAH (Allium cepa)

PEMBELAHAN MITOSIS PADA AKAR BAWANG MERAH (Allium cepa) LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR 2 PEMBELAHAN MITOSIS PADA AKAR BAWANG MERAH (Allium cepa) OLEH: KELOMPOK 2 1. ADNAN FAHRULIANSYAH 13312244007 2. WINDY SEPTIANA M. 13312244010 3. SITI RAHMAWATI 13312244017

Lebih terperinci

Karakter Morfologi dan Sitologi Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) Hasil Induksi Kolkisina pada Generasi Vegetatif Kedua

Karakter Morfologi dan Sitologi Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) Hasil Induksi Kolkisina pada Generasi Vegetatif Kedua Vegetalika Vol.4 No.1, 2015 : 37-45 Karakter Morfologi dan Sitologi Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) Hasil Induksi Kolkisina pada Generasi Vegetatif Kedua Morphological and Sitological Characters

Lebih terperinci

ANALISIS METODE PEWARNAAN KROMOSOM TANAMAN JATI (Tectona grandis L.f.) TOFAN RANDY WIJAYA

ANALISIS METODE PEWARNAAN KROMOSOM TANAMAN JATI (Tectona grandis L.f.) TOFAN RANDY WIJAYA ANALISIS METODE PEWARNAAN KROMOSOM TANAMAN JATI (Tectona grandis L.f.) TOFAN RANDY WIJAYA DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ANALISIS METODE PEWARNAAN KROMOSOM TANAMAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer 21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta sebagai kota yang terkena dampak langsung erupsi Gunung Merapi dan di lokasi yang relatif tidak terlalu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak digemari masyarakat Indonesia, sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai merah

Lebih terperinci

Soal Biologi Tipe HOTS

Soal Biologi Tipe HOTS 1. Alfa Zulkarnain (05) 2. Ali Arifin (06) Soal Biologi Tipe HOTS 1. Perkecambahan tipe Hipogeal merupakan tipe perkecambahan yang ditandai drngan terbentuknya bakal batang yang muncul ke permukaan tanah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan 1 faktor, yaitu perlakuan limbah cair nata de coco yang terdiri atas 5 variasi kadar dan 1 kontrol

Lebih terperinci

Topik 5 DNA : Organisasi Dalam Kromosom

Topik 5 DNA : Organisasi Dalam Kromosom Topik 5 DNA : Organisasi Dalam Kromosom Material genetik suatu sel tersusun dalam suatu organisasi secara fisik yang khusus yang sebut kromosom. Kromosom organisme eukariot jauh Iebih kompleks dibanding

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN Halaman : 1 dari 6 PENGUKURAN JUMLAH (KARYOTYPE) DAN PANJANG (IDIOGRAM) 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk penentuan jam pembelahan sel, jumlah kromosom individu (tanaman), panjang lengan panjang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

ANALISIS SITOGENETIKA TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) JOGOROGO SKRIPSI. Oleh Arini Sarasmiyarti H

ANALISIS SITOGENETIKA TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) JOGOROGO SKRIPSI. Oleh Arini Sarasmiyarti H ANALISIS SITOGENETIKA TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) JOGOROGO SKRIPSI Oleh Arini Sarasmiyarti H 0103006 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008 19 ANALISIS SITOGENETIKA TANAMAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Untuk analisis sitologi

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Untuk analisis sitologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama lima bulan, mulai bulan Januari 2011 sampai Mei 2011 di Laboratorium Kultur Jaringan, Departemen Biologi,

Lebih terperinci

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon PERKECAMBAHAN 1. Pengertian Perkecambahan merupakan proses metabolism biji hingga dapat menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah (plumula dan radikal). Definisi perkecambahan adalah jika sudah dapat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental 3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini bertempat di laboratorium kimia kedokteran

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi a. Bahan

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi a. Bahan A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi a. Bahan III. METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah polen bunga beberapa anggota familia Solanaceae yaitu spesies Solanum melongena

Lebih terperinci

PEMBELAHAN DAN SIKLUS SEL

PEMBELAHAN DAN SIKLUS SEL PENDAHULUAN Dalam masa pertumbuhan,tubuh kita bertambah besar dan tinggi. Begitu juga dengan hewan dan tumbuhan. Mengapa dalam pertumbuhan tubuh makhluk hidup dapat bertambah besar dan tinggi? Sel-sel

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental.

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental. 23 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental. 3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini bertempat di laboratorium kimia kedokteran Fakultas

Lebih terperinci

Karakteristik SelTumbuhan yang Penting dalam Perkembangan

Karakteristik SelTumbuhan yang Penting dalam Perkembangan Biologi Perkembangan (Tumbuhan) Karakteristik SelTumbuhan yang Penting dalam Perkembangan 1 Adi Rahmat 1. Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UPI 2. Program

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd NATA putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata

Lebih terperinci

V. IDENTIFIKASI KROMOSOM PADA ANYELIR (Dianthus caryophyllus Linn.) MUTAN

V. IDENTIFIKASI KROMOSOM PADA ANYELIR (Dianthus caryophyllus Linn.) MUTAN V. IDENTIFIKASI KROMOSOM PADA ANYELIR (Dianthus caryophyllus Linn.) MUTAN Pendahuluan Latar belakang Dalam rangka memperbaiki kualitas tanaman hias atau bunga dan menciptakan keragaman, berbagai upaya

Lebih terperinci