V. IDENTIFIKASI KROMOSOM PADA ANYELIR (Dianthus caryophyllus Linn.) MUTAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. IDENTIFIKASI KROMOSOM PADA ANYELIR (Dianthus caryophyllus Linn.) MUTAN"

Transkripsi

1 V. IDENTIFIKASI KROMOSOM PADA ANYELIR (Dianthus caryophyllus Linn.) MUTAN Pendahuluan Latar belakang Dalam rangka memperbaiki kualitas tanaman hias atau bunga dan menciptakan keragaman, berbagai upaya telah dilakukan diantaranya dengan pemuliaan konvensional, mutasi dan rekayasa genetika. Pada tanaman hias, program pemuliaan terutama ditujukan untuk mendapatkan tanaman yang mempunyai bunga dengan warna, ukuran dan bentuk yang unik dan beragam, sehingga dihasilkan jenis tanaman yang bernilai estetika dan komersial yang tingi. Pemuliaan mutasi merupakan salah satu cara yang relatif mudah dilakukan untuk memperbaiki karakter tanaman dan menghasilkan keragaman, serta mempunyai keuntungan dibandingkan dengan metode persilangan. Persilangan antar varietas atau spesies kurang efisien karena adanya beberapa masalah seperti sifat inkompatibilitas dan sterilitas (van Harten 2002). Mutasi adalah perubahan genetik secara tiba-tiba yang tidak disebabkan oleh segregasi dan rekombinasi normal (van Haten 2002). Perubahan genetik ini dapat terjadi baik pada tingkat gen maupun kromosom (Chaudhari 1971). Mutasi dimulai dari perubahan pada satu sel. Posisi serta perkembangan sel yang termutasi pada tanaman tersebut akan menentukan diwariskan tidaknya suatu mutasi. Pewarisan ini juga dipengaruhi oleh kemampuan sel mutan untuk bertahan hidup, terutama di antara sel-sel yang tidak termutasi (Broertjes dan van Harten 1988). Mutagen (baik mutagen fisik maupun mutagen kimia) mengakibatkan tiga macam pengaruh pada jaringan yang dikenainya, yaitu kerusakan fisologis, mutasi gen (mutasi titik), dan mutasi kromosom (Gaul 1977). Kerusakan fisiologi biasanya hanya terjadi pada generasi pertama. Pengaruh terpenting dari kerusakan fisiologi ini misalnya adanya penghambatan pertumbuhan dan kematian. Studi tentang hal ini sudah banyak dilakukan oleh Sparrow (1979). Mutasi kromosom adalah mutasi yang perubahannya dapat dilihat pada tingkat kromosom, sedangkan mutasi gen adalah mutasi yang tingkat perubahannya terjadi di tingkat gen (De Robets et al. 1960). Mutasi gen yang terjadi pada satu pasang DNA

2 96 disebut point mutation atau mutasi titik. Mutasi pada tingkat kromosom secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu mutasi yang menyebabkan perubahan struktur kromosom dan mutasi yang menyebabkan perubahan jumlah kromosom (Jusuf 2001). Jadi mutasi dapat dianalisa secara fisiologis dengan mengamati hambatan pertumbuhan atau letalitas, atau secara genetis dengan mengamati adanya aberasi kromosom, atau adanya perubahan ukuran dan jumlah kromosom. Menurut Darnaedi (1990) informasi kromosom dapat menerangkan tingkat fertilitas, tipe reproduksi, mengamati evolusi dan membahas hubungan kekerabatan (taksonomi) suatu kelompok tumbuhan. Selain itu, informasi kromosom juga dibutuhkan untuk menunjang perbaikan genetik dan juga digunakan untuk menganalisa perubahan genetik yang terjadi. Selanjutnya Darnaedi (1990) menyebutkan lima perbedaan penting dari informasi kromosom, yaitu variasi ukuran absolut, variasi pada reaksi pewarnaan, variasi bentuk kromosom, variasi ukuran relatif dan variasi jumlah kromosom. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaman genetik secara sitologi pada mutan akibat iradiasi sinar gamma yang telah terseleksi, melalui pengujian di tingkat kromosom.

3 97 Bahan dan Metode Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU)-IPB, kampus Darmaga, Bogor dan Laboratorium Herbarium Bogoriense, pada Bulan Desember 2004 sampai Februari Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan adalah ujung akar dan pucuk meristem tanaman anyelir baik tanaman mutan maupun tanaman normal, dari tiap-tiap genotipe anyelir yang dicobakan. Bahan kimia yang diperlukan meliputi 8-hydroxyquinolin M untuk pra perlakuan, asam asetat 45%, larutan former (15 ml asam asetat glasial + 45 ml alkohol absolut) untuk fiksasi, HCl 1N untuk maserasi dan aceto orcein 2% untuk pewarnaan. Pengamatan kromosom mutan dilakukan menggunakan mikroskop merk Olymphus. Pemotretan dilakukan dengan camera foto Nikon Fx-35 WA, menggunakan film merk Kodak asa 400. Metode Percobaan Metode pengerjaan analisis kromosom ini dibagi dalam dua tahap, yaitu (1) tahap persiapan larutan dan (2) tahap pengamatan mitosis. (1) Persiapan larutan. Larutan 8-hydroxyquinolin M dibuat dengan cara melarutkan 0.3 g 8- hydroxyquinolin dalam 1 liter aquadesh pada suhu 70 0 C, kemudian diaduk dengan menggunakan magnetic stirer selama 1 jam sampai terlihat warna kekuningan. Larutan disimpan dalam wadah tertutup, di dalam lemari es. Larutan former dibuat dengan cara mencampur 15 ml asam asetat glasial dengan 45 ml alkohol absolut (3:1). Aseto orcein 2% dibuat dengan cara memanaskan 22.5 ml asam asetat dalam gelas reaksi sampai mendidih, diangkat, lalu dimasukkan 1 g tepung orcein sambil wadah digoyanggoyangkan selama 10 menit (suhu dipertahankan C). Setelah agak dingin, ditambahkan 27.5 ml aquadesh, dan dibiarkan hingga suhu mencapai 20 0 C. Lalu dilakukan filtrasi di gelas lain, untuk kemudian disimpan di ruang gelap.

4 98 (2) Pengamatan mitosis. Pembuatan preparat dilakukan dari ujung akar dan pucuk meristem daun. Pada pembuatan preparat dari akar, bagian ujung akar diambil dengan memilih bagian ujung akar yang aktif yang berwarna keputihan, kemudian dipotong hingga 1 cm. Kotoran pada akar dibuang dengan merendam dalam air dan dibersihkan bagian yang kotor, lalu ujung akar dimasukkan dalam 0,8-hydroxyquinolin selama 3-5 jam. Untuk perlakuan fiksasi sebelum pengamatan, ujung akar dimasukkan dalam air bersih, kemudian tudung akar dibuang dan dimasukkan pada larutan (1 N HCl: acetic acid 45% = 3:1) yang terendam air bersuhu 60 C selama 1-3 menit. Setelah itu ujung akar diangkat dan dimasukkan dalam orcein. Setelah dipindahkan ke gelas preparat, ujung akar dipotong bagian ujungnya hingga 1-2 mm, kemudian ditetesi orcein. Preparat ditutup dengan cover glass, kemudian ditekan dan dipukul halus dengan pensil berkaret, setelah itu dipanaskan. Preparat dipukul halus lalu dipanaskan kembali, setelah itu preparat diamati. Pada bagian pucuk meristem daun, pembuatan preparat dilakukan dengan mengupas bagian pucuk daun sehingga diperoleh bagian daun yang paling muda. Bagian tersebut dimasukkan dalam 0,8-hydroxyquinolin 20 C selama 3 jam dan dipindahkan dalam larutan carnoy. Kemudian disiapkan tempat lain berisi kertas tissue yang dibasahi 45% asam asetat. Orcein hydrochlorite (1% Orcein : 1 N HCl = 9:1) disiapkan kemudian materi tanaman dalam preparat diambil, lalu diurai di atas gelas preparat, di bawah binokuler dengan bantuan jarum dan ditetesi orcein sampai terendam. Materi tanaman dimasukkan pada tempat yang berisi 45% asam asetat yang sudah disiapkan sebelumnya, lalu dibiarkan selama menit. Kemudian materi tanaman disimpan di atas preparat, ditutup cover glass, ditekan atau dipukul halus dengan pensil berkaret, dilewatkan pada api bunsen, lalu diketuk ketuk lagi dengan karet pinsil secara hati-hati, ditekan dengan ibu jari, dan kemudian preparat siap diamati di bawah mikroskop. Pengamatan Pada saat pengamatan, preparat yang penyebaran kromosomnya tampak baik, dilakukan pemotretan. Dari hasil pemotretan ini secara deskriptif diamati terjadinya penyimpangan-penyimpangan kromosom seperti terbentuknya bridges, clumping, laggards akibat pemisahan yang terlalu cepat atau terlambat, dan sebagainya.

5 99 Pengamatan pada Analisis Kromosom Pengamatan kromosom dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali (40 x 10). Pada preparat yang memiliki penyebaran kromosom yang baik dilakukan pengamatan dengan perbesaran 1000 kali lalu dilakukan pemotretan dengan mikroskopfoto Nikon Fx-35 WA dengan perbesaran 8 kali. Gambar hasil foto ini lalu discanning, diperbesar dan dicetak dengan Corel Draw versi 12. Hasil cetak gambar kromosom tersebut diperbesar untuk pengamatan jumlah dan bentuk kromosom. Rumus penghitungan luas bidang pandang yang diamati adalah : X = F A x B x F/G X = 1 Bar (bidang pandang mikroskop pada foto) A = Perbesaran kamera B = Perbesaran mikroskop F = Lebar foto (mm) G = Lebar negatif film (mm) Pengukuran kromosom dilakukan dengan satuan milimikron. Cara menentukan konversi dari satuan centimeter pada foto ke satuan milimikron, ditentukan dengan menggunakan rumus berikut ini : Y = X F Y = Panjang objek ( ìm) X = 1 Bar (bidang pandang mikroskop pada foto) F = Lebar foto (cm) Contoh penghitungannya adalah : Lebar negatif film = 24 mm Lebar foto = mm Perbesaran mikroskop = 100 kali Perbesaran kamera = 8 kali X = mm = 0.03 mm 8 x 100 x 126.5/24 Y = 0.03 mm = 2.37 ìm cm Dari rumus diatas diperoleh konversi 1 cm dalam gambar foto yang setara dengan 2,37 milimikron, yaitu ukuran sel sebenarnya. Tiap-tiap kromosom yang telah diamati

6 100 diberi pegenotipean dan digunting. Kemudian dilakukan pengukuran terhadap lengan panjang dan pendek kromosom, lalu dihitung rasio lengan kromosom, rumusnya adalah : C = p dimana C = Rasio lengan kromosom q p = pendek kromosom ( ìm) q = panjang kromosom (ìm) Contoh penghitungannya : C = 0.25 = 0.5 dimana : p = 0.25 ìm 0.5 q = 0.5 ìm Dari nilai rasio lengan ini dapat diperoleh kategori bentuk kromosom. Fukui (1996) meyatakan bahwa pengelompokkan bentuk kromosom ditentukan berdasarkan besar rasio lengan kromosom. Bentuk-bentuk kromosom berdasarkan rasio lengan kromosom tertera pada tabel 31 berikut (Modifikasi dari Fukui 1996): Tabel 31. Bentuk Kromosom Berdasarkan Rasio Kromosom Bentuk Kromosom Rasio Kromosom Metasentrik (M) 0.59 < x < 1.00 Submetasentrik (sm) 0.33 < x < 0.59 Akrosentrik atau subtelosentrik (t) 0.14 < x < 0.33 Telosentrik (T) x < 0.14 Diagram Pencar Selanjutnya dibuat diagram pencar antara nilai rasio lengan sebagai sumbu x dan nilai panjang total kromosom sebagai sumbu y, untuk setiap genotipe kromosom. Kromosom yang terletak pada titik-titik yang berdekatan pada diagram pencar dikelompokkan sebagai kromosom homolog dan dipasangkan. Setelah diperoleh panjang kromosom lalu ditentukan panjang relatif kromosom. Fungsi panjang relatif untuk menentukan kisaran ukuran kromosom yang sama antar kromosom. Cara mendapatkan panjang relatif adalah 1000 kali panjang kromoson tertentu dibagi panjang set kromosom haploid. PR = (p+q) X 1000 Panjang set kromosom haploid PR = Panjang relatif p = pendek kromosom ( ìm ) q = panjang kromosom ( ìm )

7 101 Contoh penghitungannya : PR = (0,25 ìm + 0,5 ìm) X 1000 = 98,2921 p = 0,25 ìm 7,3251 ìm q = 0,5 ìm Panjang set kromosom haploid = 7,3251 ìm Kariotipe dan idiogram Pada pembentukan kariotipe, pasangan kromosom diurutkan berdasarkan panjang total kromosom terbesar sampai yang terkecil, dan rasio panjang lengan dari yang terkecil sampai yang terbesar. Idiogram dibuat berdasarkan data kariotipe ini. Penyusunannya dilakukan dengan mengurutkan kromosom yang memiliki satelit dengan lengan pendek ke lengan panjang, dilanjutkan dengan kromosom yang tidak memiliki satelit, dimulai dari lengan terpendek sampai lengan pendek terpanjang. Rumus kariotipe ditentukan setelah pasangan kromosom didapatkan. Setiap pasangan kromosom dihitung menurut letak sentromernya. Pasangan kromosom yang sama letak sentromernya dijumlahkan lalu ditambahkan dengan jumlah pasangan kromosom lain yang memiliki letak sentromer berbeda dengan pasangan kromosom sebelumnya. Pasangan kromosom yang memiliki satelit digolongkan pada golongan tersendiri dan diberi keterangan SAT (SAT= Sine Acido Thymonucleinico= without thymonucleic acid).

8 102 Hasil dan Pembahasan Keadaan Umum Secara umum dapat dikatakan bahwa studi mutasi secara sitologis terhadap kromosom anyelir, telah berhasil dilakukan. Walaupun demikian, mengingat kecilnya ukuran kromosom anyelir, maka pengamatan kromosom anyelir yang diambil dari ujung akar (baik planlet maupun stek pucuk) tidak dapat dilihat dengan baik. Semua kromosom yang berhasil dibuat preparatnya adalah berasal dari pucuk meristem tanaman anyelir di lapangan. Uji kromosom dilakukan pada semua genotipe anyelir mutan, namun karena tingkat kesulitan pembuatan preparat kromosom anyelir sangat tinggi (ukuran kromosom sangat kecil), maka genotipe-genotipe mutan yang berhasil dianalisis kromosomnya tidak sama antara genotipe anyelir. Analisis kromosom yang berhasil dilakukan adalah terhadap mutan anyelir genotipe 10.8 mutan akibat iradiasi 10 dan 30 Gy; anyelir mutan genotipe akibat perlakuan iradiasi 30 dan 60 Gy; anyelir mutan genotipe 24.1 akibat perlakuan iradiasi 15, 30, 50 dan 60 Gy, anyelir mutan genotipe akibat iradiasi 30 dan 40 Gy, serta anyelir mutan akibat iradiasi 30 Gy. Sebagai perbandingan terhadap kromosom tanaman kontrol (anyelir normal, tanpa iradiasi), digunakan hasil penelitian Widyarti (2005). Gambar kromosom normal dari masing-masing genotipe anyelir ditunjukkan pada Gambar Gambar 33. Kromosom Gambar 34. Kromosom Gambar 35. Kromosom Anyelir 10.8 Normal Anyelir Normal Anyelir 24.1Normal Gambar 36 Kromosom Anyelir Normal Gambar 37 Kromosom Anyelir Normal

9 103 Diagram Pencar Berdasarkan pengukuran terhadap lengan panjang dan lengan pendek diperoleh nilai rasio lengan masing-masing kromosom. Diagram pencar dibuat dengan meletakkan nilai rasio lengan pada sumbu X dan nilai panjang total kromosom pada sumbu Y untuk masing-masing genotipe kromosom. Kromosom yang terletak pada titik yang sama merupakan kromosom yang benar-benar homolog. Kromosom yang tidak berpasangan dipasangkan dengan kromosom yang terletak pada titik terdekatnya. Dari hasil pengukuran terhadap rasio dan panjang lengan masing-masing genotipe, anyelir genotipe 10.8 normal hanya memiliki 7 pasang kromosom yang terletak pada titik yang sama, sedangkan anyelir genotipe normal memiliki 13 pasang kromosom yang benar-benar homolog, karena terletak pada titik yang sama. Demikian pula dengan anyelir genotipe 24.1 normal memiliki 8 pasang kromosom yang sama, sedangkan baik anyelir genotipe normal maupun genotipe normal, keduanya memiliki 10 pasang kromosom yang terletak pada titik yang sama. Diagram pencar untuk masing-masing genotipe genotipe anyelir baik kromosom normal maupun kromosom mutan, dibuat untuk membantu perpasangan kromosom tersebut. Pada Lampiran 8, ditampilkan contoh hasil diagram pencar untuk kromosom normal. Selanjutnya hasil dari diagram pencar ini digunakan untuk membuat kariotipe kromosom. Jumlah Kromosom Dalam setiap set kromosom anyelir (Dianthus caryophyllus Linn.) terdapat 15 buah kromosom (x= 15). Jadi dalam keadaan diploid, kromosom anyelir berjumlah 30 (2n= 2x= 30). Menurut Darlington dan Wylie (1955), Dianthus caryophyllus memiliki tingkat ploidi yang cukup tinggi, bisa mencapai hexaploid. Dalam keadaan hexaploid maka kromosomnya mencapai jumlah 90 kromosom (2n= 6x= 90). Namun semua genotipe anyelir normal yang digunakan pada penelitian ini memiliki kromosom diploid. Hasil pengamatan kromosom lima genotipe anyelir normal ini menunjukkan bahwa semua genotipe anyelir yang dicobakan mempunyai jumlah kromosom yang sama, yaitu 2n = 2x = 30 (Gambar 33-37). Penghitungan jumlah kromosom pada kromosomkromosom mutan anyelir disajikan pada Tabel 32. Analisis kromosom anyelir genotipe 10.8 yang termutasi dilakukan pada mutan akibat iradiasi 10 Gy dan 30 Gy. Jumlah kromosom yang diamati pada anyelir mutan

10 104 genotipe 10.8 akibat iradiasi 10 Gy (untuk seterusnya ditulis Gy) adalah 2n = 30 (mempunyai 15 pasang kromosom bivalen), sehingga mutan masih bersifat diploid seperti kromosom normalnya. Namun kromosom anyelir mutan genotipe Gy memiliki kromosom 2n 1 1 = 28, atau pasangan kromosom 13II + 2I (13 pasang bivalen dan 2 pasang univalen) sehingga individu ini diduga menjadi monosomi ganda. Tabel 32. Jumlah Kromosom Beberapa Mutan Anyelir Akibat Iradiasi Sinar Gamma Genotipe Dosis Iradiasi Sinar Jumlah Kromosom Pasangan Tingkat ploidi Gamma (Gy) Kromosom n = 2x = II Diploid 30 2n = 2x 1 1 = II + 2 I Monosomi ganda n = 2x = II Diploid 60 2n = 2x = II Diploid n = 2x = II + 2 I Trisomi ganda 30 2n = 2x = II Diploid 50 2n = 2x = II Diploid 60 2n = 2x = II Diploid n = 2x = II Diploid 40 2n = 2x + 1 = II + 1 I Trisomi n = 2x = II Diploid Pengurangan jumlah kromosom anyelir mutan genotipe gy menjadi 2n 1 1 = 28 terjadi akibat adanya kromosom yang kehilangan salah satu pasangannya yaitu pada pasangan kromosom genotipe 14 dan pasangan kromosom genotipe 15 (Gambar 38). Iradiasi bisa menyebabkan aberasi kromosom akibat terjadinya patahan pada kromosom, patahan pada kromatid, patahan pada subkromatid, patahan pada isokromatid, patahan yang menyatu kembali, pembelahan sentromer secara transversal, translokasi, inversi, duplikasi atau delesi (Sparrow 1979). Hal ini lebih lanjut akan menyebabkan terjadinya perubahan jumlah kromosom, terbentuknya sel binukleus atau multinukleus, dampak pada sentromer, bahkan menyebabkan kematian inti sel (Suryo 1995). Dalam analisis sitologi terhadap daun bougenvillea dan Lantana depressa mutan (daun menjadi variegata akibat iradiasi sinar gamma), Datta, Dwivedi dan Banerji (1995) mendapatkan frekuensi kromosom abnormal yang tinggi pada sel-sel mutan, seperti clumping, micronuclei, cytomixis, bridges, laggard dan binucleate; Sementara pada kultivar asalnya, pembelahan sel somatik terlihat normal. Pengaruh iradiasi sinar gamma

11 105 terhadap jumlah kromosom krisan mutan telah dipelajari oleh Datta dan Banerji (1993). Berdasarkan hasil pengamatannya ternyata dari 38 krisan mutan yang diamati, terdapat penyimpangan jumlah kromosom (aneuploidy) pada sembilan kultivar krisan mutan. Mutan pada anyelir genotipe yang dilakukan analisis kromosomnya adalah mutan akibat iradiasi 30 Gy dan 60 Gy. Tingkat ploidi kedua mutan ini masih sama dengan tanaman normalnya, yaitu diploid, karena jumlah kromosomnya 2n = 2x = 30. Anyelir genotipe 24.1 menghasilkan mutan akibat iradiasi sinar gamma yang terbanyak, dibandingkan genotipe- genotipe anyelir lainnya. Pada analisis kromosom ini diuji mutan 24.1 akibat iradiasi 15, 30, 50 dan 60 Gy. Pada keempat mutan ini, hanya mutan akibat perlakuan 15 Gy yang memperlihatkan perubahan, yaitu munculnya 2 buah kromosom tambahan, atau terdapat dua kromosom yang tidak berpasangan, sehingga pasangan kromosom menjadi 15II + 2I (15 pasang bivalen dan dua pasang univalen). Penambahan kromosom bisa terjadi karena adanya patahan akibat iradiasi. Patahan yang terjadi akibat paparan sinar gamma dapat menimbulkan kromosom yang berbeda ukurannya dengan kromosom normal, dan juga dapat menghasilkan kromosom tambahan pada salah satu inti sel anakan, namun berkurang pada inti sel anakan yang lain. Fenomena ini dikemukakan pada teori Breakage-fusion-bridge Cycle oleh McClintock (1941) pada jagung (Schulz dan Scheffer 1980). Dalam teori ini dijelaskan bahwa kromosom cincin yang terbentuk akibat patahan/ delesi interstitial, pada saat profase akan terjadi duplikasi sehingga memiliki dua sentromer, yang masing-masing sentromer akan pergi ke kutub yang berbeda saat anafase. Akibatnya terbentuk jembatan sehingga kedua kutub saling tarik menarik, dan kembali terjadi patahan. Bila patahan ini tidak seimbang, maka kromosom pada anak sel yang terbentuk akan tidak sama, sehingga kromosom pada satu sel mengalami delesi, sedangkan pada sel lain mengalami duplikasi. Kromosom Anyelir Mutan Genotipe juga mengalami perubahan akibat iradiasi sinar gama 40 Gy, yaitu mengalami penambahan satu buah kromosom. Mekanisme serupa dengan mutan Gy bisa terjadi pada mutan Gy ini. Panjang Kromosom Salah satu ciri morfologi yang biasa digunakan untuk menandai suatu genotipe kromosom yaitu ukuran panjang kromosom. Secara umum panjang total kromosom

12 106 kelima genotipe anyelir ini berada pada kisaran antara µm. Tabel 33 memperlihatkan ukuran lengan panjang dan pendek, panjang total, dan panjang relatif kromosom lima genotipe anyelir normal dan mutan. Fukui (1996) menyatakan bahwa berdasarkan ukuran rata-rata panjang kromosom, kromosom dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu kromosom tipe besar (large type atau L-type) dan tipe kecil (small type atau S-type). Kromosom yang termasuk dalam kelompok tipe besar adalah kromosom yang mempunyai rata-rata panjang kromosom antara 8-10 µm atau lebih seperti pada genus Lilium, Triticum, dan Secale. Kromosom tipe kecil adalah kromosom yang mempunyai rata-rata panjang antara 1-3 µm atau lebih kecil lagi, seperti pada genus Zea dan Chrysanthemum. Berdasarkan pengelompokkan tersebut tanaman anyelir termasuk dalam kelompok tanaman dengan tipe kromosom kecil. Panjang pasangan kromosom homolog untuk masing-masing genotipe anyelir normal dan mutan disajikan pada tabel Lampiran 9, Tabel 9A-9P. Tabel 33. Kisaran Ukuran Kromosom Beberapa Genotipe Anyelir Normal dan Mutan Akibat Iradiasi Sinar Gamma Genotipe- Perlakuan Panjang (mm) Pendek (mm) Panjang kromosom(mm) Panjang Relatif 10.8 kontrol Gy Gy kontrol Gy Gy kontrol Gy Gy Gy Gy kontrol Gy Gy kontrol Gy

13 107 Pada Tabel 33, tampak panjang total, panjang lengan panjang maupun panjang lengan pendek pada kromosom anyelir 10.8 mutan yang diradiasi sinar gamma 10 Gy maupun 30 Gy berada pada kisaran yang lebih panjang dari kromosom normalnya. Begitu pula dengan panjang relatifnya, memiliki kisaran yang relatif lebih panjang dari kromosom normalnya. Beberapa kemungkinan yang dapat mengakibatkan ukuran kromosom memanjang bisa terjadi, misalnya akibat terjadinya peristiwa duplikasi, karena perlakuan mutagen dapat menginduksi terjadinya duplikasi kromosom (IAEA 1977). Walaupun kemungkinannya kecil, tapi duplikasi terminal pada kedua utas DNA dapat mengakibatkan pemanjangan kromosom. Hal ini dapat terjadi akibat pengulangan materi kromosom dalam kromosom homolognya. Studi duplikasi gen pada Pisum sp. (Lamprect 1953 dalam IAEA 1977) menunjukkan dari 10 pasang kromosom, 7 pasang memiliki morfologi yang sama, 2 pasang agak beda dan 1 pasang sama sekali beda dari tetuanya. Iradiasi sinar gamma dengan dosis 30 dan 60 Gy pada genotipe dan dosis 30 dan 40 Gy pada genotipe tampak menghasilkan kromosom dengan ukuran yang lebih pendek dibandingkan ukuran kromosom normalnya (Tabel 33). Mutagen dapat menyebabkan aberasi kromosom, yang dapat mengakibatkan perubahan yang dapat dilihat sampai pada tingkat morfologi, dapat menurunkan viabilitas, bahkan dapat menyebabkan kematian. Pengurangan ukuran kromosom bisa diakibatkan oleh delesi pada seluruh lengan kromosom dalam kejadian gagal berpisah, delesi pada segmen panjang dari satu lengan kromosom, atau delesi pada satu kromomer dari sebuah kromosom (IAEA 1977). Pada mutan anyelir genotipe 24.1, perlakuan iradiasi 60 Gy secara visual belum memperlihatkan akibat yang jelas terhadap ukuran kromosom, namun pada perlakuan 30 dan 50 Gy, tampak ukuran kromosom yang dihasilkan cenderung lebih pendek dibandingkan kromosom normalnya. Fase sel pada saat pembuatan preparat kromosom dilakukan juga harus diperhatikan. Pada profase awal, ukuran kromosom akan relatif lebih panjang dibandingkan dengan saat metafase dimana semua benang kromosom sudah berada di bidang ekuator, kromosom menebal dan memendek. Menurut Suryo (1995) panjang relatif sebuah kromosom adalah sama dengan 1000 kali panjang kromosom tertentu dibagi dengan jumlah panjang set kromosom haploid. Ukuran panjang relatif ini berguna untuk mengetahui kisaran ukuran kromosom

14 108 yang sebenarnya. Jika dilihat dari ukuran panjang relatif, tidak terdapat perbedaan yang terlalu menyolok. Panjang relatif pada kromosom anyelir 10.8 normal berkisar antara , sedangkan panjang relatif kromosom anyelir mutan gy berkisar antara ; dan panjang relatif mutan gy berkisar antara Panjang relatif kromosom pada mutan gy menghasilkan kisaran yang lebih lebar, menunjukkan semakin bervariasinya ukuran kromosom dalam sel mutan tersebut, dibanding tanaman normalnya. Deskripsi kromosom anyelir lima genotipe anyelir normal dan mutannya dapat dilihat pada Lampiran 9. Bentuk dan Kariotipe Berdasarkan letak sentromernya, terdapat tiga macam bentuk kromosom tanaman anyelir ini, yaitu metasentrik, submetasentrik, dan akrosentrik (Lampiran 9, Tabel 9A- 9P). Namun sebagian besar kromosom anyelir normal berbentuk submetasentrik (sekitar 50 % di tiap genotipe), yaitu bentuk kromosom dengan rasio lengan antara µm. Tabel 34. Rumus Kariotipe Beberapa Genotipe Anyelir Normal dan Kromosom Mutannya Akibat Iradiasi Sinar Gamma Genotipe-perlakuan Rumus Kariotipe 10.8 kontrol 2n = 2x = 30 = 2m + 8sm + 1sm (SAT) + 4 t Gy 2n = 2x = 30 = 8m + 1m(SAT) + 5sm + 1 t Gy 2n = 2x -1-1 = 28 = 4m + 1 m(sat) + 9 sm + 1 t kontrol 2n = 2x = 30 = 3m + 1m (SAT) + 11 sm Gy 2n = 2x = 30 = 6m + 7 sm + 1sm (SAT)+ 1 t Gy 2n = 2x = 30 = 3m + 1m (SAT) + 11 sm 24.1 kontrol 2n = 2x = 30 = 4m + 10sm + 1sm (SAT) Gy 2n = 2x =32= 6m +7sm + 1 sm(sat) +1 t Gy 2n = 2x = 30 = 4m + 10 sm + 1 sm (SAT) Gy 2n = 2x = 30 = 4m + 9 sm +1 sm (SAT) + 1 t Gy 2n = 2x = 30 = 5m + 8 sm + 1sm (SAT) 1 t kontrol 2n = 2x =30 =2 m+ 6 sm +1 sm (SAT) +5 t +1 t (SAT) Gy 2n = 2x = 30 = 5m + 9 sm + 1sm (SAT) Gy 2n = 2x + 1 = 31 = 2m + 1m (SAT)+ 12 sm kontrol 2n = 2x = 30 = 1m + 13sm + 1sm (SAT) Gy 2n = 2x = 30 = 7m + 7 sm + 1sm (SAT) SAT:satelit, m:kromosom metasentrik, sm: submetasentrik, t: akrosentrik, T: telosentrik

15 109 Kromosom dengan bentuk akrosentrik hanya ditemukan pada anyelir normal genotipe 10.8 dan Dari kelima genotipe anyelir normal, anyelir genotipe 24.1, 24.14, dan mempunyai bentuk kromosom yang rata-rata hampir sama. Namun diantara ketiga genotipe ini, genotipe 24.1 dan mempunyai kesamaan terbanyak pada bentuk kromosom. Menurut Sharp (1943) dan Jusuf (2001) kariotipe adalah gambar satu gugus lengkap kromosom yang telah disusun berdasarkan pasangan homolognya. Berdasarkan letak sentromer dan ada tidaknya satelit, maka dapat diperoleh komposisi kariotipe untuk masing-masing genotipe anyelir baik pada kromosom normal maupun mutannya. Rumus kariotipe untuk masing-masing genotipe anyelir normal dan mutannya diperlihatkan pada Tabel 34. Terdapat perbedaan antara kariotipe kromosom normal dengan mutanmutannya, walaupun hal itu tidak selalu terjadi pada setiap mutan. Perbandingan Kariotipe Anyelir Genotipe 10.8 Normal dan Mutan Terdapat tiga macam bentuk kromosom pada anyelir mutan genotipe 10.8 baik akibat iradiasi 10 Gy maupun 30 Gy (Tabel Lampiran 9A, 9B dan 9C). Berdasarkan letak sentromer maka rumus kariotipe mutan Gy adalah 2n = 30 = 8 m +1 m (SAT) + 5 sm + 1 t, sedangkan rumus kariotipe mutan Gy adalah 2n -1-1 = 2x = 28 = 5m + 8 sm + 1 sm(sat) + 1 t. Maksud notasi m adalah kromosom metasentrik, SAT adalah satelit kromosom, sm adalah kromosom sub metasentrik dan t adalah kromosom akrosentrik atau subtelosentrik. Penggolongan kategori kromosom tertera pada Tabel 31. Satelit kromosom normal yang semula terletak pada kromosom nomor 5 (bentuk submetasentrik), berubah menjadi terletak pada kromosom nomor 1 (bentuk metrasentrik) pada mutan Gy dan pada kromosom nomor 3 (bentuk metasentrik) 0.4µm 0.38µm 0.4 µm 10.8 Normal Mutan Gy Mutan Gy (13 II+2 I ) Gambar 38. Kariotipe Kromosom Anyelir Genotipe 10.8 Normal dan Mutannya (panah biru: satelit; panah ungu: kromosom monosomi primer)

16 110 pada mutan Gy (panah biru, Gambar 38). Informasi detail tentang bentuk masing-masing kromosom disajikan pada Lampiran 9, Tabel 9A-9P. Tampak pada Gambar 38, dua kromosom anyelir 10.8 mutan akibat iradiasi 30 Gy kehilangan pasangannya (tanda panah ungu, kromosom nomor 14 dan 15). Jika ditinjau dari pasangan kromosom, maka pada mutan Gy ini terdapat 13 pasang kromosom bivalen dan dua kromosom univalen (tidak berpasangan) atau ditulis 13 II + 2 I. Fase pengamatan kromosom anyelir genotipe Gy adalah pada metafase, sehingga penampakan kromosom sangat jelas karena disini kromosom berada dalam bentuk paling pendek dan paling tebal, tersebar di sekitar bidang ekuator (Gambar 39). Bentuk dari kromosom yang salah satu pasangannya hilang adalah submetasentrik pada kromosom 14 dan metasentris pada kromosom 15. Kromosom Gy kromosom Gy Gambar 39. Kromosom Anyelir Mutan Genotipe 10.8 Worland & Law (1991, dalam Suryo 1995) menggunakan fast neutron untuk meradiasi benih gandum, ternyata dapat menon-aktifkan gen-gen yang rentan terhadap penyakit karat kuning, karat coklat dan powdery mildew (busuk tepung) pada gandum heksaploid. Analisis monosomik pada galur-galur resisten dapat mengidentifikasi mutasi pada kromosom 4B, 4D dan 5D. Identifikasi lebih lanjut dengan RLFP menjelaskan bahwa terjadi delesi pada kromosom 5D dan pada lengan panjang kromosom 5B. Pada kasus mutan Gy ini, beberapa kemungkinan juga bisa terjadi, seperti misalnya delesi pada satu pasangan kromosom yang mengakibatkan terjadinya kromosom asentrik (kromosom tanpa sentromer) yang akhirnya akan hilang di sitoplasma. Dengan demikian kromosom yang tertinggal masing-masing menjadi kekurangan satu pasangannya. Peristiwa hilangnya satu kromosom dari kromosom

17 111 pasangannya, dan kromosom yang homolog dengan kromosom yang hilang itu mempunyai struktur normal, disebut monosomi primer. Monosomi adalah keadaan dimana suatu organisme kekurangan satu kromosom dibandingkan dengan normal diploidnya. Suryo (1995) menyebutkan terdapat tiga macam monomi, yaitu monosomi primer (satu kromosom hilang), mosomi sekunder (satu pasang kromosom homolog hilang) dan monosomi tersier. Jika dua lengan kromosom non homolog yang patah di daerah sentromer, masing-masing bersatu membentuk kromosom baru dengan sentromer yang kembali berfungsi, maka akan terbentuk kromosom tersier. Individu dari turunan kromosom tersier ini akan menjadi monosomi tersier. Dalam hal ini, karena dua kromosom pada mutan Gy mengalami kehilangan pasangan kromosomnya, dan pasangan yang tertinggal itu mempunyai struktur normal dan berfungsi, maka fenomena ini disebut monosomi primer. Perbandingan Kariotipe Anyelir Genotipe Normal dan Mutan Pada mutan anyelir genotipe akibat iradiasi 30 Gy, didapatkan bentuk kromosom akrosentrik sebanyak satu buah (kromosom nomor 4, panah hijau), sedangkan pada kromosom normal maupun kromosom mutan gy tidak ditemukan adanya kromosom akrosentrik. Kariotipe kromosom anyelir mutan genotipe gy dan gy dibandingkan dengan kariotipe kromosom normalnya disajikan pada Gambar µm 0.57µm 0.53µm Normal Mutan Gy Mutan Gy Gambar 40. Kariotipe Kromosom Anyelir Genotipe Normal dan Mutannya (panah biru: satelit; panah hijau: kromosom akrosentrik) Satelit yang terletak di kromosom nomor 5 pada anyelir genotipe normal (kromosom berbentuk metasentrik), berubah menjadi terletak di kromosom nomor 2 pada mutan Gy dengan bentuk kromosom submetasentrik. Akan tetapi posisi satelit

18 112 tetap tak berubah pada mutan Gy, yaitu pada kromosom nomor 5, dengan bentuk kromosom tetap metasentrik seperti normalnya (Gambar 40, panah biru). Tidak terdapat perbedaan jumlah, dan juga tidak terdapat perbedaan yang menyolok antara kromosom normal dengan kedua mutannya. Gambar kromosom kedua mutan anyelir genotipe ditunjukkan pada Gambar Gy Gy Gambar 41. Kromosom Anyelir Mutan Genotipe Perbandingan Kariotipe Anyelir Genotipe 24.1 Normal dan Mutan Anyelir genotipe 24.1 merupakan anyelir yang terbanyak menghasilkan tanaman mutan di lapang. Dari hasil pengamatan terhadap kromosom mutan, diperoleh satu kromosom mutan yang memperlihatkan adanya penyimpangan, akibat perlakuan iradiasi sinar gamma dosis 15 Gy. Penyimpangan tersebut berupa adanya dua buah kromosom tambahan (Gambar 42, panah merah). 0.39µm 0.47µm 0.41µm 24.1 Normal Mutan Gy Mutan Gy Mutan Gy 0.47µm Mutan Gy 0.51µm Gambar 42. Kariotipe Kromosom Anyelir Genotipe 24.1 Normal dan Mutannya (panah biru: satelit; panah merah: kromosom tambahan)

19 113 Dengan demikian rumus kariotipe kromosom mutan ini berubah dari kromosom normal 2n = 2x = 30 menjadi 2n = 2x = 32, atau disebut juga trisomi ganda. Kemungkinan yang terjadi sehingga munculnya kromosom tambahan ini, antara lain akibat adanya patahan pada lengan kromosom, yang bisa menyebabkan terjadinya delesi segmen kromosom. Patahan yang menyebabkan delesi biasanya terjadi karena pengaruh iradiasi yang kuat (Suryo 1995). Segmen patahan kromosom yang mengalami gagal berpisah akan membentuk bridge pada saat anafase, yang akhirnya akan bergerak ke salah satu anak sel (sementara anak sel lainnya kosong) sehingga menghasilkan kromosom tambahan yang bukan merupakan pasangan kromosom homolog. Iradiasi sinar gamma juga dapat menyebabkan aberasi kromosom yang bisa menimbulkan terjadinya translokasi resiprok (akibat patah di dua tempat), yang pada akhirnya akan mengakibatkan terbentuknya kromosom yang tidak berpasangan ini. Berdasarkan pasangan kromosomnya, maka kromosom mutan ini dituliskan 15 II + 2 I (15 pasang bivalen dan 2 pasang univalen, kromosom yang tidak berpasangan) Perbandingan Kariotipe Anyelir Genotipe Normal dan Mutan Pada kromosom mutan genotipe akibat iradiasi 40 Gy juga mengalami penambahan sebuah kromosom (panah merah pada Gambar 43), yang kemungkinan kejadiannya mempunyai alasan yang sama dengan mutan genotipe gy. Berdasarkan pasangan kromosom yang terbentuk, maka mutan Gy memiliki rumus pasangan kromosom: 15 II + 1 I (15 pasang bivalen dan satu kromosom univalen). 0.95µm 0.38µm 0.36µm Normal Mutan Gy Mutan Gy Gambar 43. Kariotipe Kromosom Anyelir Genotipe Normal dan Mutannya (panah biru: satelit; panah merah: kromosom tambahan, panah hijau: kromosom akrosentrik)

20 114 Maluszynski, Ahloowalia dan Sigurbjoernsson (1995) menyatakan bahwa perlakuan mutagenik dapat menyebabkan rearrangement chromosom atau mengubah beberapa gen menjadi bentuk alel yang baru. Kromosom normal yang semula memiliki dua buah satelit (terletak pada kromosom nomor 4 dan 8), menjadi hanya satu buah pada masing-masing kromosom mutannya, yaitu terletak di kromosom nomor 5 pada mutan Gy, dan di kromosom nomor 3 pada kromosom mutan Gy. Kromosom berbentuk akrosentrik yang didapatkan enam buah pada kromosom normalnya, menjadi tidak ada sama sekali kromosom berbentuk akrosentrik pada kedua mutannya. Perbandingan Kariotipe Anyelir Genotipe Normal dan Mutan Pada kariotipe anyelir genotipe mutan akibat iradiasi 30 Gy sinar gamma, secara visual tidak ditemukan adanya penyimpangan kromosom di bawah mikroskop. Hanya satelit yang semula terletak di kromosom nomor 5 pada kromosom normalnya, berubah menjadi terletak di kromosom nomor 2 pada kromosom mutannya (panah biru, Gambar 44). 0.39µm Normal Mutan Gy 0.45µm Gambar 44. Kariotipe Kromosom Anyelir Genotipe Normal dan Mutannya (panah biru: satelit) Idiogram Idiogram merupakan gambar satu gugus genom. Bentuk idiogram kelima genotipe anyelir hampir sama. Posisi kromosom yang mempunyai satelit diletakkan paling depan. Menurut Schulz dan Schaeffer (1980) pada idiogram, kromosom yang mempunyai satelit diletakkan pada bagian depan dan diatur sesuai panjang satelitnya. Urutan kromosom diatur sesuai panjang lengan pendeknya, yaitu disusun dari kromosom dengan lengan

21 115 pendek terpendek sampai lengan pendek terpanjang dengan satelit, lalu kromosom dengan lengan pendek terpendek sampai terpanjang tanpa satelit. Satelit adalah segmen pendek di ujung kromosom yang letaknya dipisahkan dari lengan kromosom oleh lekukan sekunder. Di lekukan sekunder ini kerapkali ditemukan nukleolus, sehingga lekukan ini disebut juga Nucleus Organizer (pengatur nukleolus). Belum jelas apa fungsi satelit, tetapi ada dugaan bahwa nukleolus mempunyai peranan dalam sintesa protein yaitu r-rna dan diawasi oleh lokus tertentu yang mempunyai hubungan dengan lekukan sekunder (Suryo 1995). Pada idiogram, satelit dijadikan sebagai penanda, yang membedakan kromosom satu dengan lainnya. Perbandingan Idiogram Anyelir Genotipe 10.8 Normal dan Mutan Walaupun dari lima genotipe genotipe anyelir normal hanya anyelir genotipe 10.8 yang mempunyai satelit pada lengan pendek saja, namun letak satelit pada idiogram keempat genotipe anyelir normal lainnya tetap diletakkan pada lengan pendek. Gambar 45 memperlihatkan idiogram dari anyelir genotipe 10.8 normal, sedangkan susunan kromosom anyelir genotipe 10.8 mutan dalam bentuk idiogram dapat dilihat pada Gambar pendek Panjang Pasangan Kromosom Gambar 45. Idiogram Kromosom Anyelir Genotipe 10.8 Normal Jika dibandingkan antara idiogram kromosom 10.8 normal (Gambar 45) dengan idiogram kromosom mutan Gy (Gambar 46) maka terlihat bahwa susunan mulai dari

22 116 kromosom lengan pendek terpendek ke kromosom lengan pendek terpanjang pada kromosom normal berubah di kromosom mutannya. pendek µm Panjang Pasangan Kromosom Gambar 46. Idiogram Kromosom Anyelir Mutan Genotipe Gy Satelit merupakan ciri khas suatu kromosom individu, bahkan spesies tertentu. Letak satelit yang biasanya dijadikan pembeda antar kromosom mengalami perubahan dalam letak susunan idiogramnya. Mutan Gy tidak dapat digambarkan idiogramnya karena ada kromosom yang kehilangan pasangannya sehingga idiogram tidak mewakili keadaan diploid yang sebenarnya. pendek µm Panjang Genotipe Pasangan Kromosom Gambar 47. Idiogram Kromosom Anyelir Genotipe Normal

23 117 Pada kromosom anyelir genotipe 11.10, juga tidak terlihat perbedaan yang menyolok dengan idiogram kromosom mutannya (Gambar 47 dibandingkan dengan Gambar 48 dan Gambar 49). Hanya posisi satelit yang ada di kromosom nomor 5 pada kariotipe kromosom normal, menjadi berubah terletak pada kromosom ke-2 pada mutan Gy. Pada mutan Gy satelit tetap kerkedudukan di kromosom nomor 5. pendek Panjang Genotipe Pasangan Kromosom Gambar 48. Idiogram Kromosom Anyelir Mutan Genotipe Gy pendek Panjang Genotipe Pasangan Kromosom Gambar 49. Idiogram Kromosom Anyelir Mutan Genotipe Gy

24 118 Perbandingan Idiogram Anyelir Genotipe 24.1 Normal dan Mutan Idiogram merupakan gambaran kromosom dalam keadaan haploidnya. Oleh karena itu, kromosom mutan pada anyelir genotipe Gy tidak dapat digambarkan idiogramnya karena memiliki kromosom tambahan yang tidak berpasangan. pendek Panjang Genotipe Pasangan Kromosom Gambar 50. Idiogram Kromosom Anyelir Genotipe 24.1 Normal pendek Panjang Genotipe Pasangan Kromosom Gambar 51. Idiogram Kromosom Anyelir Mutan Genotipe Gy

25 119 Antara idiogram kromosom 24.1 normal dan mutannya tampak tidak terlalu banyak perubahan kecuali tata letak atau susunan kromosom, termasuk letak satelit. Juga terlihat bahwa ukuran lengan panjang kromosom pada kromosom normal lebih panjang (ada delapan kromosom yang berukuran > 0.2 µm) dibandingkan panjang lengan panjang kromosom mutannya (Gambar 50, 51, 52 dan 53). Terjadinya delesi atau patahan pada kromosom bisa mengakibatkan memendeknya ukuran lengan kromosom mutan. pendek Panjang Genotipe Pasangan Kromosom Gambar 52. Idiogram Kromosom Anyelir Mutan Genotipe Gy pendek Panjang Genotipe Pasangan Kromosom Gambar 53. Idiogram Kromosom Anyelir Mutan Genotipe Gy

26 120 Pada kromosom normal anyelir genotipe 24.14, terdapat dua buah satelit. Dalam Schulz dan Schaeffer (1980) disebutkan bahwa pada kasus tertentu, satelit dapat digunakan sebagai penanda tingkat ploidi suatu organisma. Satu satelit yang berada dalam susunan kromosom menandakan organisma tersebut diploid, dua satelit menandakan tetraplod, begitu seterusnya. pendek Panjang Genotipe Pasangan Kromosom Gambar 54. Idiogram Kromosom Anyelir Genotipe Normal pendek Panjang Genotipe Pasangan Kromosom Gambar 55. Idiogram Kromosom Anyelir Genotipe Gy

27 121 Akan tetapi pada kasus anyelir ini, hal tersebut tidak dapat diterapkan mengingat semua kromosom pada kelima genotipe anyelir yang digunakan pada penelitian ini diploid (Gambar 33-37). Genotipe ini juga tetap diploid walaupun memiliki dua buah satelit (Gambar 54). Idiogram mutan anyelir genotipe Gy tidak dapat dibuat, karena iradiasi sinar gamma pada anyelir genotipe menyebabkan adanya penambahan sebuah kromosom, sehingga kromosom Gy menjadi kromosom trisomik. Perbandingan Idiogram Anyelir Genotipe Normal dan Mutan Seperti pada kromosom anyelir 10.8 dan normal, kromosom anyelir genotipe normal pun memiliki satelit pada kromosom nomor 5. Pada mutannya akibat iradiasi sinar gamma 30 Gy, satelit berpindah menjadi terletak pada susunan kromosom ke 3 pada kariotipenya. Kemungkinan kromosom bersatelit tersebut mengalami aberasi kromosom sehingga terjadi perubahan ukuran, dengan demikian tata letak dalam kariotipe juga mengalami perubahan susunan. Jika dilihat dari ukuran masing-masing kromosom pada normal dan mutan, terlihat bahwa ukuran kromosom mutan menjadi relatif lebih pendek dibandingkan ukuran kromosom normalnya (Gambar 56 dan 57). Peristiwa tumbukan secara fisik akibat iradiasi sinar gamma umumnya menyebabkan patahan pada kromosom sehingga terjadi delesi yang dapat mengakibatkan memendeknya ukuran kromosom.

28 122 pendek Panjang Genotipe Pasangan Kromosom Gambar 56. Idiogram Kromosom Anyelir Genotipe Normal pendek Panjang Genotipe Pasangan Kromosom Gambar 57. Idiogram Kromosom Anyelir Mutan Genotipe Gy Pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap jumlah dan bentuk kromosom pada krisan mutan telah dipelajari oleh Datta dan Banerji (1993). Berdasarkan hasil

29 123 pengamatannya ternyata dari 38 krisan mutan yang diamati, terdapat penyimpangan jumlah kromosom (aneuploidy) pada sembilan kultivar krisan mutan. Demikian pula pada penelitian ini, dari 11 mutan yang diamati, terbukti ada penyimpangan kromosom pada tiga mutan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi akibat perlakuan iradiasi sinar gamma, adalah benar terjadi secara genetik karena perubahan penampilan morfologi tersebut juga didukung dengan adanya penyimpangan pada level kromosomnya pula. Perubahan morfologi tanaman yang tidak terdeteksi pada level kromosom, kemungkinan terjadi mutasi pada tingkat gen (DNA) sehingga tidak dapat dideteksi hanya dengan pengamatan dibawah mikroskop saja. Untuk itu disarankan agar dilakukan juga uji atau pengamatan di tingkat molekuler seperti dengan teknik RFLP atau RAPD, atau di tingkat protein, seperti misalnya dengan teknik isozim.

30 124 Kesimpulan dan Saran Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa perubahan morfologi yang terjadi pada mutan-mutan anyelir yang terbentuk akibat iradiasi sinar gamma adalah mutasi akibat perubahan genetik, yang dapat diidentifikasi keragaman genetiknya melalui uji sitologi, yaitu dengan adanya perubahan pada struktur kromosom tanaman mutan. Iradiasi sinar gamma dapat menyebabkan patahan kromosom yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah, bentuk dan ukuran kromosom anyelir mutan. Perubahan jumlah terjadi pada kromosom anyelir genotipe 10.8 yang diradiasi sinar gamma pada dosis 30 Gy, anyelir genotipe 24.1 dengan iradiasi sinar gamma 15 Gy, dan genotipe dengan dosis iradiasi sinar gamma 40 Gy. Mutan 10.8 yang diradiasi 30 Gy menjadi monosomik ganda, mutan 24.1 yang diradiasi 15 Gy menjadi trisomik ganda, dan mutan yang diradiasi 40 Gy menjadi trisomik. Beragam variasi perubahan bentuk terjadi pada mutan-mutan anyelir, menghasilkan bentuk kromosom akrosentrik atau subtelosentrik pada mutan 24.1 akibat iradiasi 15 Gy, mutan 24.1 akibat iradiasi 50 Gy, mutan 24.1 akibat iradiasi 60 Gy, serta pada mutan akibat iradiasi 30 Gy. Beberapa kromosom mengalami pemendekan karena patahan kromosom akibat iradiasi. Pada pembuatan preparat untuk mengamatan mitosis, bagian ujung akar ternyata tidak menghasilkan preparat yang dapat diamati dengan jelas pembelahannya. Untuk itu, maka disarankan pada penelitian selanjutnya menggunakan bagian pucuk meristem untuk mengamati pembelahan mitosisnya. Juga disarankan melakukan pengamatan pada fase meiosis untuk melengkapi studi kromosom ini. Disarankan juga agar dilakukan uji atau pengamatan di tingkat molekuler seperti dengan teknik RFLP atau RAPD, atau di tingkat protein, seperti misalnya dengan teknik isozim, sehingga dapat terdeteksi kemungkinan terjadi mutasi pada level DNA.

ANALISIS MEIOSIS PENDAHULUAN

ANALISIS MEIOSIS PENDAHULUAN 1 ANALISIS MEIOSIS PENDAHULUAN Latar Belakang Stadium haploid dari siklus seksual dihasilkan dari proses pembelahan inti yang disebut meiosis. Meiosis berlangsung pada sel-sel yang terdapat di dalam jaringan

Lebih terperinci

Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi

Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan mitosis dan meiosis pada tanaman Sub Pokok Bahasan :

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI MODUL 3 BIOPSIKOSOSIOKULTURAL FAKULTAS KEDOKTERAN

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI MODUL 3 BIOPSIKOSOSIOKULTURAL FAKULTAS KEDOKTERAN PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI MODUL 3 BIOPSIKOSOSIOKULTURAL FAKULTAS KEDOKTERAN BAGIAN BIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG 2012 TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOLOGI 1. Saat praktikum berlangsung

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM GENETIKA DASAR. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PETUNJUK PRAKTIKUM GENETIKA DASAR. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PETUNJUK PRAKTIKUM GENETIKA DASAR Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2017 2 Petunjuk Praktikum Genetika Dasar TATA

Lebih terperinci

Tabel 5. Distribusi jumlah kromosom ikan manvis golden marble

Tabel 5. Distribusi jumlah kromosom ikan manvis golden marble HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Dari hasil pengamatan dan pengukuran kromosom didapatkan hasil bahwa ada beberapa persamaan dan perbedaan untuk masing-masing varietas ikan manvis yang diamati. Data hasil pengamatan

Lebih terperinci

Kromosom, DNA, Gen, Non Gen, Basa Nitrogen

Kromosom, DNA, Gen, Non Gen, Basa Nitrogen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Mata Kuliah : Biologi Umum Kode MK : Bio 612101 Tahun Ajaran : 2014/2015 Pokok Bahasan : Genetika Jani Master, M.Si.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Kondisi laboratorium tempat dilakukan percobaan memiliki suhu berkisar antara 18-22 0 C dan kelembaban mencapai 90%. Kondisi tersebut merupakan kondisi yang

Lebih terperinci

MODUL IV REPRODUKSI SEL

MODUL IV REPRODUKSI SEL 24 MODUL IV REPRODUKSI SEL TUJUAN mitosis. Memahami terjadinya proses dan fase-fase pembelahan sel, terutama secara TEORI Terdapat dua tipe sel yaitu prokariota dan eukariota.sel prokariota umumnya berukuran

Lebih terperinci

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Keragaman Somaklonal Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Mekanisme Terjadinya Keragaman Somaklonal Keragaman somaklonal adalah keragaman genetik tanaman yang terjadi sebagai hasil kultur

Lebih terperinci

Pendahuluan. Pendahuluan. Mutasi Kromosom. GENETIKA DASAR Mutasi Kromosom

Pendahuluan. Pendahuluan. Mutasi Kromosom. GENETIKA DASAR Mutasi Kromosom Pendahuluan GENETIKA DASAR Mutasi Kromosom Oleh: Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP: 081 385 065 359 e-mail: dirvamenaboer@yahoo.com Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari Dipublikasi di http://dirvamenaboer.tripod.com

Lebih terperinci

Pada keadaan demikian, kromosom lebih mudah menyerap zat warna, misalnya sudan III, hematoksilin, methylen blue, dan kalium iodida.

Pada keadaan demikian, kromosom lebih mudah menyerap zat warna, misalnya sudan III, hematoksilin, methylen blue, dan kalium iodida. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gen yang menentukan sifat suatu makhluk hidup dibawa oleh struktur pembawa gen yang mirip benang dan terdapat di dalam inti sel (nukleus). Kromosom hanya dapat diamati

Lebih terperinci

BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA

BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA OLEH: IR. SUPRIYANTA, MP. JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2004 Topik 1 Pendahuluan Dalam bidang biologi, kita mengenal suatu organisme

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nilam

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nilam TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani Nilam Indonesia memiliki tiga jenis nilam yang sudah dikembangkan, yaitu: nilam aceh (Pogostemon cablin), nilam jawa (Pogostemon heyneanus) dan nilam sabun (Pogostemon hortensis).

Lebih terperinci

PERBEDAAN MITOSIS DAN MEIOSIS Sel yang aktif membelah melewati suatu siklus yang berlangsung secara teratur dikenal sebagai siklus sel. Siklus sel dibedakan atas dua stadia, yaitu stadium istirahat (interfase)

Lebih terperinci

IV. INDUKSI MUTASI DENGAN SINAR GAMMA

IV. INDUKSI MUTASI DENGAN SINAR GAMMA Latar Belakang IV. INDUKSI MUTASI DENGAN SINAR GAMMA MELALUI IRADIASI TUNGGAL PADA STEK PUCUK ANYELIR (Dianthus caryophyllus) DAN UJI STABILITAS MUTANNYA SAMPAI GENERASI MV3 Pendahuluan Perbaikan sifat

Lebih terperinci

MAKALAH BIOLOGI KROMOSOM

MAKALAH BIOLOGI KROMOSOM MAKALAH BIOLOGI KROMOSOM OLEH: Annisa Tria Apriliani 1413100004 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR...iii DAFTAR TABEL... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 1

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER MITOSIS AKAR BAWANG

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER MITOSIS AKAR BAWANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER MITOSIS AKAR BAWANG Disusun oleh: Kelompok 1: Bayu Purnomo (1110016100031) Ditya Ambarwati (1110016100024) Ria Rista Agustina (1110016100003) Ayu Nofitasari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SQUASH AKAR BAWANG

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SQUASH AKAR BAWANG LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SQUASH AKAR BAWANG Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Praktikum Mikroteknik Tahun Ajaran 2014 Disusun Oleh : Litayani Dafrosa Br S 4411412016 Kelompok

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Anggrek alam merupakan salah satu tanaman yang perlu di lestarikan populasinya. Kondisi lingkungan yang tidak mendukung untuk pertumbuhannya serta banyaknya perburuan liar menjadi

Lebih terperinci

Pendahuluan. Pendahuluan. GENETIKA DASAR Teori Kromosom tentang Pewarisan

Pendahuluan. Pendahuluan. GENETIKA DASAR Teori Kromosom tentang Pewarisan GENETIKA DASAR Teori Kromosom tentang Pewarisan Oleh: Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP: 08 385 065 359 e-mail: dirvamenaboer@yahoo.com Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari Dipublikasi

Lebih terperinci

PEMBELAHAN MITOSIS PADA TUDUNG AKAR BAWANG MERAH (Allium Cepa)

PEMBELAHAN MITOSIS PADA TUDUNG AKAR BAWANG MERAH (Allium Cepa) PEMBELAHAN MITOSIS PADA TUDUNG AKAR BAWANG MERAH (Allium Cepa) LAPORAN PRAKTIKUM UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Genetika 1 yang dibimbing oleh Prof. Dr. Hj. Siti Zubaidah, M.Pd dan Andik Wijayanto, S.Si,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA. B.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN Halaman : 1 dari 5 METODE PREPARASI KROMOSOM DENGAN METODE SQUASH 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk penentuan jam pembelahan sel dan jumlah kromosom. 2. ACUAN NORMATIF Aristya, G.R., Daryono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada didalam sel, pembelahan dan penduplikasian merupakan konsep terpenting

BAB I PENDAHULUAN. ada didalam sel, pembelahan dan penduplikasian merupakan konsep terpenting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap sel berasal dari sel hidup lainnya. Siklus sel merupakan tahapan dimana terjadinya proses pembelahan dan penduplikasian berbagai materi yang ada didalam sel,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Analisis Diskriminan terhadap Tanaman M-1

PEMBAHASAN Analisis Diskriminan terhadap Tanaman M-1 PEMBAHASAN Analisis Diskriminan terhadap Tanaman M-1 Perlakuan irradiasi sinar gamma menyebabkan tanaman mengalami gangguan pertumbuhan dan menunjukkan gejala tanaman tidak normal. Gejala ketidaknormalan

Lebih terperinci

SET 4 REPRODUKSI SEL 1 (MITOSIS & MEIOSIS)

SET 4 REPRODUKSI SEL 1 (MITOSIS & MEIOSIS) 04 MATERI DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA BIOLOGI SET 4 REPRODUKSI SEL 1 (MITOSIS & MEIOSIS) Pembelahan sel dibedakan menjadi secara langsung (amitosis) dan tidak langsung (mitosis dan meiosis).

Lebih terperinci

Pendahuluan. Pendahuluan. Mutasi Gen. GENETIKA DASAR Mutasi Gen

Pendahuluan. Pendahuluan. Mutasi Gen. GENETIKA DASAR Mutasi Gen Pendahuluan GENETIKA DASAR Mutasi Gen Oleh: Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP: 081 385 065 359 e-mail: dirvamenaboer@yahoo.com Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari Dipublikasi di http://dirvamenaboer.tripod.com

Lebih terperinci

MUTASI. Rita Wijayanti SMA Negeri 9 Yogyakarta

MUTASI. Rita Wijayanti SMA Negeri 9 Yogyakarta MUTASI Rita Wijayanti SMA Negeri 9 Yogyakarta Standar Kompetensi: 3. Memahami konsep dasar dan prinsipprinsip hereditas serta implikasinya pada salingtemas. 3.5 Menjelaskan peristiwa mutasi dan implikasinya

Lebih terperinci

REPRODUKSI SEL REPRODUKSI SEL AMITOSIS. Profase I. Pembelahan I. Metafase I. Anafase I MEIOSIS. Telofase I. Interfase. Profase II.

REPRODUKSI SEL REPRODUKSI SEL AMITOSIS. Profase I. Pembelahan I. Metafase I. Anafase I MEIOSIS. Telofase I. Interfase. Profase II. REPRODUKSI SEL AMITOSIS REPRODUKSI SEL Pembelahan I Profase I Metafase I Anafase I Proleptotene Leptotene Zygotene Pachytene Diplotene Diakinesis MEIOSIS Interfase Telofase I Pembelahan II Profase II Metafse

Lebih terperinci

MAKALAH GENETIKA. Mitosis dan Meiosis. Oleh : Nama : Ayu Milad Fauziah NPM : Kelas : H FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

MAKALAH GENETIKA. Mitosis dan Meiosis. Oleh : Nama : Ayu Milad Fauziah NPM : Kelas : H FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN MAKALAH GENETIKA Mitosis dan Meiosis Oleh : Nama : Ayu Milad Fauziah NPM : 200110130216 Kelas : H FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2014 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI..... 2 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

II. Bagaimana sifat diwariskan

II. Bagaimana sifat diwariskan II. Bagaimana sifat diwariskan Gen-gen letaknya pada kromosom ( inti sel). Kromosom dan gen-gennya gennya diwariskan saat fertilisasi. Pada gonad pembentukan sel kelamin ( meiosis) Contoh; Kromosom dalam

Lebih terperinci

M A T E R I G E N E T I K

M A T E R I G E N E T I K M A T E R I G E N E T I K Tujuan Pembelajaran: Mendiskripsikan struktur heliks ganda DNA, sifat dan fungsinya. Mendiskripsikan struktur, sifat dan fungsi RNA. Mendiskripsikan hubungan antara DNA, gen dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kembang sungsang (Gloriosa. superba L.) merupakan salah satu jenis

I. PENDAHULUAN. Kembang sungsang (Gloriosa. superba L.) merupakan salah satu jenis 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kembang sungsang (Gloriosa. superba L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk kedalam suku Liliaceae. Tanaman ini merupakan tumbuhan memanjat sehingga dikenal

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROTEKNIK LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROTEKNIK Metode Squash Disusun Untuk Memenuhi Ujian Kompetensi Mata Kuliah Mikroteknik Semester V Disusun Oleh : Wike Trajuningtyas Oktaviana K4312073 PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

5. Kerja enzim dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, kecuali. a. karbohidrat b. suhu c. inhibitor d. ph e. kofaktor

5. Kerja enzim dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, kecuali. a. karbohidrat b. suhu c. inhibitor d. ph e. kofaktor 1. Faktor internal yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan adalah. a. suhu b. cahaya c. hormon d. makanan e. ph 2. Hormon yang termasuk ke dalam jenis hormon penghambat pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS KROMOSOM JAHE (Zingiber officinale var. officinale) Chromosomes Analysis Of Ginger (Zingiber Officinale Var. Officinale)

ANALISIS KROMOSOM JAHE (Zingiber officinale var. officinale) Chromosomes Analysis Of Ginger (Zingiber Officinale Var. Officinale) ANALISIS KROMOSOM JAHE (Zingiber officinale var. officinale) Chromosomes Analysis Of Ginger (Zingiber Officinale Var. Officinale) Faizal Kusuma Yulianto 1) dan Parjanto 2) ABSTRACT The cytogenetic information

Lebih terperinci

ANALISIS KARIOTIPE UJUNG AKAR BAWANG MERAH DAN TEMBAKAU

ANALISIS KARIOTIPE UJUNG AKAR BAWANG MERAH DAN TEMBAKAU 1 ANALISIS KARIOTIPE UJUNG AKAR BAWANG MERAH DAN TEMBAKAU PENDAHULUAN Latar Belakang Analisis kariotipe merupakan gambaran suatu individu atau grup individu yang berkerabat yang ditunjukan oleh bentuk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER KROMOSOM KELENJAR LUDAH Chironomus

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER KROMOSOM KELENJAR LUDAH Chironomus LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER KROMOSOM KELENJAR LUDAH Chironomus Disusun oleh: Iyus Abdusyakir (1110016100007) Bayu Purnomo (1110016100031) Ditya Ambarwati (1110016100024) Ria Rista Agustina

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman sawo Sawo atau yang biasa disebut sapodilla adalah salah satu tanaman buah di Asia Tenggara. Tanaman tersebut merupakan tanaman asli dari Mexico dan Amerika, tetapi saat

Lebih terperinci

Reproduksi seksual merupakan cara yang paling umum bagi organisma Eukariot untuk menghasilkan turunannya. Reproduksi seksual melibatkan pergantian

Reproduksi seksual merupakan cara yang paling umum bagi organisma Eukariot untuk menghasilkan turunannya. Reproduksi seksual melibatkan pergantian MEIOSIS Reproduksi seksual merupakan cara yang paling umum bagi organisma Eukariot untuk menghasilkan turunannya. Reproduksi seksual melibatkan pergantian generasi sel haploid (membawa sepasang kromosom)

Lebih terperinci

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,, Medan dan diharapkan dapat pula berguna bagi pihak-pihak membutuhkan. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

MITOSIS DAN MEIOSIS. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed. BIOLOGI KEPERAWATAN 2009

MITOSIS DAN MEIOSIS. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed. BIOLOGI KEPERAWATAN 2009 MITOSIS DAN MEIOSIS TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed. BIOLOGI KEPERAWATAN 2009 SIKLUS SEL G1(gap 1): periode setelah mitosis, gen-gen aktif berekspresi S (sintesis): fase sintesis DNA (replikasi), kromosom

Lebih terperinci

daun, panjang daun, dan lebar daun), peubah morfologi (warna daun, tekstur daun, warna batang, dan indeks warna hijau relatif daun), anatomi daun

daun, panjang daun, dan lebar daun), peubah morfologi (warna daun, tekstur daun, warna batang, dan indeks warna hijau relatif daun), anatomi daun 93 PEMBAHASAN UMUM Perbaikan sifat genetik dari tanaman dapat melalui pemuliaan, baik konvensional maupun modern (Soedjono 2003). Bahan tanaman yang digunakan didapatkan dengan cara meningkatkan keragaman

Lebih terperinci

MATERI GENETIK. Oleh : TITTA NOVIANTI, S.Si., M. Biomed.

MATERI GENETIK. Oleh : TITTA NOVIANTI, S.Si., M. Biomed. MATERI GENETIK Oleh : TITTA NOVIANTI, S.Si., M. Biomed. PENDAHULUAN Berbagai macam sifat fisik makhluk hidup merupakan hasil dari manifestasi sifat genetik yang dapat diturunkan pada keturunannya Sifat

Lebih terperinci

Dan lain-lainnya hanya di

Dan lain-lainnya hanya di PEMBELAHAN SEL Disusun oleh: Theresia retno kristanti (131434029) Wida hening sukma C (131434014) Anna maria (131434024) Vera yosefita (131434 Siwi saptarani (131434026) Stevani Widha (131434010) Tia ariana

Lebih terperinci

ANALISIS METODE PEWARNAAN KROMOSOM TANAMAN JATI (Tectona grandis L.f.) TOFAN RANDY WIJAYA

ANALISIS METODE PEWARNAAN KROMOSOM TANAMAN JATI (Tectona grandis L.f.) TOFAN RANDY WIJAYA ANALISIS METODE PEWARNAAN KROMOSOM TANAMAN JATI (Tectona grandis L.f.) TOFAN RANDY WIJAYA DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ANALISIS METODE PEWARNAAN KROMOSOM TANAMAN

Lebih terperinci

LABORATORIUM GENETIKA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA 2010

LABORATORIUM GENETIKA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA 2010 LABORATORIUM GENETIKA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA 2010 1. Mengetahui dan memahami struktur kromosom politen Drosophila melanogaster. 2. Mengetahui

Lebih terperinci

Dasar Selular Reproduksi dan Pewarisan Sifat

Dasar Selular Reproduksi dan Pewarisan Sifat Dasar Selular Reproduksi dan Pewarisan Sifat A. Siklus sel dan siklus hidup organisme B. Prinsip dasar reproduksi dan pewarisan material genetik: mitosis, meiosis dan fertilisasi C.Pola pewarisan sifat:

Lebih terperinci

PERUBAHAN TATANAN DAN STRUKTUR MATERI GENETIK. 1. GenTerangkai (linkage gene) 2. Pindah Silang (crossing over) 3. Mutasi Gen 4.

PERUBAHAN TATANAN DAN STRUKTUR MATERI GENETIK. 1. GenTerangkai (linkage gene) 2. Pindah Silang (crossing over) 3. Mutasi Gen 4. PERUBAHAN TATANAN DAN STRUKTUR MATERI GENETIK 1. GenTerangkai (linkage gene) 2. Pindah Silang (crossing over) 3. Mutasi Gen 4. Mutasi Kromosom PENDAHULUAN Prinsip dasar Hukum II Mendel adalah adanya pengelompokan

Lebih terperinci

MUTASI KROMOSOM: Perubahan Struktur Kromosom

MUTASI KROMOSOM: Perubahan Struktur Kromosom MUTASI KROMOSOM: Perubahan Struktur Kromosom Mutasi kromosom disebut juga aberasi kromosom. Macam aberasi kromosom merupakan perubahan pada sesuatu bagian kromosom dari pada perubahan kromosom secara keseluruhan

Lebih terperinci

Pengamatan Pembelahan Mitosis pada Sel Ujung Akar Bawang Merah (Allium cepa L.)dengan Mikroskop Binokuler. Oleh Marthen Kause NIM ABSTRAK

Pengamatan Pembelahan Mitosis pada Sel Ujung Akar Bawang Merah (Allium cepa L.)dengan Mikroskop Binokuler. Oleh Marthen Kause NIM ABSTRAK Laporan Praktikum Biologi Umum Program Studi Biologi Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Pengamatan Pembelahan Mitosis pada Sel Ujung Akar Bawang Merah (Allium cepa L.)dengan Mikroskop Binokuler

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PITA-C KROMOSOM TANAMAN SALAK JANTAN DAN BETINA (Salacca zalacca var. zalacca)

ANALISIS POLA PITA-C KROMOSOM TANAMAN SALAK JANTAN DAN BETINA (Salacca zalacca var. zalacca) ANALISIS POLA PITA-C KROMOSOM TANAMAN SALAK JANTAN DAN BETINA (Salacca zalacca var. zalacca) ANALYSIS OF C-BANDING CHROMOSOMES OF MALE AND FEMALE SALAK (Salacca zalacca var. zalacca) Parjanto Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh sebab itu permintaan pasar kepada petani terhadap produksi bawang merah

BAB I PENDAHULUAN. Oleh sebab itu permintaan pasar kepada petani terhadap produksi bawang merah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah (البصل) (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman umbi lapis yang merupakan salah satu bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia. Selain itu bawang

Lebih terperinci

IV. INDUKSI MUTASI DENGAN IRADIASI SINAR GAMMA PADA MANGGIS IN VITRO. Abstrak

IV. INDUKSI MUTASI DENGAN IRADIASI SINAR GAMMA PADA MANGGIS IN VITRO. Abstrak IV. INDUKSI MUTASI DENGAN IRADIASI SINAR GAMMA PADA MANGGIS IN VITRO Abstrak Peningkatan keragaman genetik tanaman manggis dapat dilakukan dengan induksi mutasi pada kultur in vitro. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

MEKANISME SEL. Mitosis & Meiosis

MEKANISME SEL. Mitosis & Meiosis MEKANISME SEL Mitosis & Meiosis MITOSIS MEIOSIS Nama Anggota : Khaidir Adam Wijaya M. Saifullah Romadhon Yanuar Setia Budi Rahmawan Yulianto Gabryna Auliya Nugroho Reindy Katon Bagaskara MITOSIS Pembelahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Subkelas : Hamamelidae; Ordo : Caryophyllales; Familia : Basellaceae; Genus :

TINJAUAN PUSTAKA. Subkelas : Hamamelidae; Ordo : Caryophyllales; Familia : Basellaceae; Genus : 5 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Tjitrosoepomo (1999) klasifikasi tanaman binahong adalah sebagai berikut Kingdom : Plantae ; Sub kingdom : Tracheobionta; Superdivisio : Spermatophyta; Divisio

Lebih terperinci

Kultur Invitro untuk Tanaman Haploid Androgenik. Yushi Mardiana, SP, Msi Retno Dwi Andayani, SP, MP

Kultur Invitro untuk Tanaman Haploid Androgenik. Yushi Mardiana, SP, Msi Retno Dwi Andayani, SP, MP Kultur Invitro untuk Tanaman Haploid Androgenik Yushi Mardiana, SP, Msi Retno Dwi Andayani, SP, MP Pendahuluan Tanaman haploid ialah tanaman yang mengandung jumlah kromosom yang sama dengan kromosom gametnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Proliferasi Kalus Embriogenik Kalus jeruk keprok Garut berasal dari kultur nuselus yang diinduksi dalam media dasar MS dengan kombinasi vitamin MW, 1 mgl -1 2.4 D, 3 mgl -1 BAP, 300

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan 13 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2011 hingga bulan Februari 2012 di Laboratorium Kultur Jaringan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Bimbingan Olimpiade SMA. Paramita Cahyaningrum Kuswandi ( FMIPA UNY 2012

Bimbingan Olimpiade SMA. Paramita Cahyaningrum Kuswandi (  FMIPA UNY 2012 Bimbingan Olimpiade SMA Paramita Cahyaningrum Kuswandi (email : paramita@uny.ac.id) FMIPA UNY 2012 Genetika : ilmu yang memperlajari tentang pewarisan sifat (hereditas = heredity) Ilmu genetika mulai berkembang

Lebih terperinci

Praktikum Genetika. Modul 1 PENDAHULUAN. Di dalam Modul 1 ini akan diberikan 4 (empat) materi praktikum sebagai berikut.

Praktikum Genetika. Modul 1 PENDAHULUAN. Di dalam Modul 1 ini akan diberikan 4 (empat) materi praktikum sebagai berikut. Modul 1 Praktikum Genetika Dr. Ir. M. Yusuf Ir. Ence Darmo J.S., M. Si. PENDAHULUAN Di dalam Modul 1 ini akan diberikan 4 (empat) materi praktikum sebagai berikut. Praktikum 1: Mengenal Keragaman Suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium Pisang merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Anyelir

II. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Anyelir 11 II. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Anyelir Anyelir atau carnation (Dianthus cariophyllus Linn.) adalah tanaman hias bunga yang berasal dari daerah Mediterania. Kata Dianthus berasal dari bahasa Yunani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup yang indah dan nyaman. Cabai (Capsicum sp.) disamping

Lebih terperinci

KELAINAN KROMOSOM. Oleh: E.Suryadi Fakultas kedokteran UGM

KELAINAN KROMOSOM. Oleh: E.Suryadi Fakultas kedokteran UGM KELAINAN KROMOSOM Oleh: E.Suryadi Fakultas kedokteran UGM Penyakit kromosom disebabkan oleh kelainan kromosom, baik yang terjadi pada autosom maupun pada kromosom kelamin. Kelainan kromosom sering juga

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN Halaman : 1 dari 5 METODE PREPARASI KROMOSOM HEWAN DENGAN METODE SQUASH 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk penentuan jam pembelahan sel dan jumlah kromosom. 2. ACUAN NORMATIF Amemiya, C.T., J.W.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

PERISTIWA MUTASI. Akan menjelaskan... Mutasi Gen Mutasi Kromosom Hubungan Mutasi - Evolusi

PERISTIWA MUTASI. Akan menjelaskan... Mutasi Gen Mutasi Kromosom Hubungan Mutasi - Evolusi PERISTIWA MUTASI Akan menjelaskan... Mutasi Gen Mutasi Kromosom Hubungan Mutasi - Evolusi Mutasi Gen Terjadi perubahan Gen pada DNA Perubahan berupa: Basa N terhapus Basa N tertukar Basa N tersisip Basa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA (BI-2105) PENGENALAN MUTAN. Tanggal praktikum : 12 September 2014 Tangga pengumpulan : 19 September 2014

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA (BI-2105) PENGENALAN MUTAN. Tanggal praktikum : 12 September 2014 Tangga pengumpulan : 19 September 2014 LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA (BI-2105) PENGENALAN MUTAN Tanggal praktikum : 12 September 2014 Tangga pengumpulan : 19 September 2014 disusun oleh: Jessica Esther 10613067 Kelompok 5 Asisten: Mia Audina (10611026)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Anggrek

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Anggrek 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Anggrek Anggrek di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis : Monocotyledoneae Ordo : Orchidales

Lebih terperinci

GENETIKA (BIG100) Tempat : R122 Waktu Jam : 7 8 Pukul : Pengajar : Bambang Irawan Hari Supriandono

GENETIKA (BIG100) Tempat : R122 Waktu Jam : 7 8 Pukul : Pengajar : Bambang Irawan Hari Supriandono GENETIKA (BIG100) Tempat : R122 Waktu Jam : 7 8 Pukul : 12.30 14.20 Pengajar : Bambang Irawan Hari Supriandono ISI KONTRAK PERKULIAHAN DESKRIPSI TUJUAN STRATEGI MENGAJAR TUJUAN KOMPETENSI JUMLAH TATAP

Lebih terperinci

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan LAMPIRAN 30 Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan Dehidrasi merupakan proses mengeluarkan air dari dalam jaringan/organ dengan menggunkan bahan-bahan kimia tertentu. Dehidrasi jaringan dilakukan untuk mengikat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia, sedangkan sisanya masih menkonsumsi jagung dan sagu. Usahatani

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia, sedangkan sisanya masih menkonsumsi jagung dan sagu. Usahatani PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk Indonesia, sedangkan sisanya masih menkonsumsi jagung dan sagu. Usahatani padi banyak menyediakan lapangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Betta splendensregan Menurut Hoedeman (1972), klasifikasi ikan cupang sebagai berikut:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Betta splendensregan Menurut Hoedeman (1972), klasifikasi ikan cupang sebagai berikut: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Betta splendensregan Menurut Hoedeman (1972), klasifikasi ikan cupang sebagai berikut: Kingdom Filum Subfilum Superkelas Kelas Subkelas Superordo Ordo Subordo Famili Subfamili

Lebih terperinci

PENGANTAR GENETIKA DASAR HUKUM MENDEL ISTILAH DALAM GENETIKA. OLEH Dr. Hasnar Hasjim

PENGANTAR GENETIKA DASAR HUKUM MENDEL ISTILAH DALAM GENETIKA. OLEH Dr. Hasnar Hasjim PENGANTAR GENETIKA DASAR HUKUM MENDEL ISTILAH DALAM GENETIKA OLEH Dr. Hasnar Hasjim 1.PENGANTAR GENETIKA Genetika adalah ilmu yang mempelajari sifat keturunan yang diwariskan kepada anak cucu dan variasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar-akar cabang yang lurus. Akar

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar-akar cabang yang lurus. Akar TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman berikut : Menurut Yufdi,M dkk (2006) kacang tanah memiliki sistematika sebagai Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Klas Ordo Famili Genus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman berikut: Klasifikasi tanaman kacang panjang Plantamor. com, (2012) sebagai Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi

Lebih terperinci

Lampiran 2. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Genetika. 1. Hubungan antara DNA, gen, dan kromosom:

Lampiran 2. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Genetika. 1. Hubungan antara DNA, gen, dan kromosom: 100 Lampiran 2. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Genetika 1. Hubungan antara DNA, gen, dan kromosom: DNA polimer nukleotida (deoksiribosa+fosfat+basa nitrogen) gen (sekuens/dna yang mengkode suatu polipeptida/protein/sifat

Lebih terperinci

KONSEP-KONSEP DASAR GENETIKA

KONSEP-KONSEP DASAR GENETIKA KONSEP-KONSEP DASAR GENETIKA Genetika merupakan salah satu bidang ilmu biologi yang mempelajari tentang pewarisan sifat atau karakter dari orang tua kepada anaknya. Ilmu genetika modern meliputi beberapa

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN 1. MATERI GENETIK, DISTRIBUSI GEN DAN PEMBELAHAN SEL

MODUL PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN 1. MATERI GENETIK, DISTRIBUSI GEN DAN PEMBELAHAN SEL MODUL PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN 1. MATERI GENETIK, DISTRIBUSI GEN DAN PEMBELAHAN SEL NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN :. :. :. :. I. MATERI GENETIK Suatu molekul pembawa informasi genetik harus berupa (1) molekul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama penduduk Indonesia. Kebutuhan beras terus meningkat setiap tahun seiring dengan peningkatan penduduk (Sinar Tani 2011). Beras merupakan bahan

Lebih terperinci

GENETIKA DAN HUKUM MENDEL

GENETIKA DAN HUKUM MENDEL GENETIKA DAN HUKUM MENDEL Pengertian Gen Pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Hunt Morgan, ahli Genetika dan Embriologi Amerika Serikat (1911), yang mengatakan bahwa substansi hereditas yang dinamakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009 di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI KHUSUS PEMULIAAN TANAMAN POLIPLOIDI PADA SEMANGKA

MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI KHUSUS PEMULIAAN TANAMAN POLIPLOIDI PADA SEMANGKA MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI KHUSUS PEMULIAAN TANAMAN POLIPLOIDI PADA SEMANGKA PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 POLIPLOIDI PADA SEMANGKA I. TUJUAN 1. Mahasiswa

Lebih terperinci

SIKLUS & PEMBELAHAN SEL. Suhardi S.Pt.,MP

SIKLUS & PEMBELAHAN SEL. Suhardi S.Pt.,MP SIKLUS & PEMBELAHAN SEL Suhardi S.Pt.,MP Proses reproduksi aseksual dimulai setelah sperma membuahi telur. PEMBELAHAN SEL Amitosis (Pembelahan biner) Pada umumnya bakteri berkembang biak dengan pembelahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Padi (Varietas Ciherang) Padi merupakan kebutuhan vital bagi manusia Indonesia sehari-hari, disebabkan setiap hari orang mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor interaksi antara konsentrasi kolkhisin 0%, 0,05%, 0,10%, 0,15% dan lama perendaman kolkhisin 0 jam, 24 jam,

Lebih terperinci

B. Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan singkat dan jelas.

B. Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan singkat dan jelas. 6. Pada setiap DNA, purin dan pirimidin terikat pada gula deoksiribosa dan sebuah fosfat, unit ini disebut. a. nukleolus d. nukleus b. nukleosida e. gula pentosa c. nukleotida 7. Kemampuan DNA memperbanyak

Lebih terperinci

Proliferasi Kalus Awal, Induksi Mutasi dan Regenerasi

Proliferasi Kalus Awal, Induksi Mutasi dan Regenerasi 53 PEMBAHASAN UMUM Peningkatan kualitas buah jeruk lokal seperti jeruk siam Pontianak merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing buah lokal menghadapi melimpahnya buah impor akibat tidak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 34/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG METODE SELEKSI DALAM PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 34/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG METODE SELEKSI DALAM PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 34/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG METODE SELEKSI DALAM PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine soya/ Glycine max L.) berasal dari Asia Tenggara dan telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah ditanam di negara tersebut dan

Lebih terperinci

Mitosis pada Akar Bawang Merah (Allium cepa)

Mitosis pada Akar Bawang Merah (Allium cepa) Mitosis pada Akar Bawang Merah (Allium cepa) LAPORAN PRAKTIKUM UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Genetika 1 yang dibimbing oleh Prof. Dr. Hj. Siti Zubaidah, M.Pd dan Andik Wijayanto, S.Si, M.Si Oleh: Kelompok

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD Herdiyana Fitriani Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP

Lebih terperinci