STUDI KARYOTIPE GANYONG (Canna edulis Ker.) SEBAGAI DASAR PEMULIAAN TANAMAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KARYOTIPE GANYONG (Canna edulis Ker.) SEBAGAI DASAR PEMULIAAN TANAMAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan"

Transkripsi

1 STUDI KARYOTIPE GANYONG (Canna edulis Ker.) SEBAGAI DASAR PEMULIAAN TANAMAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh: Ulfa Qurniawati NIM. M JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI STUDI KARYOTIPE GANYONG (Canna edulis Ker.) SEBAGAI DASAR PEMULIAAN TANAMAN Oleh: Ulfa Qurniawati NIM M

2 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Tanda Tangan Pembimbing I : Nita Etikawati, M. Si NIP Pembimbing II : Solichatun, M. Si. NIP Surakarta, Juli 2010 Mengetahui Ketua Jurusan Biologi Dra. Endang Anggarwulan, M. Si. NIP iii PENGESAHAN SKRIPSI STUDI KARYOTIPE GANYONG (Canna edulis Ker.) SEBAGAI DASAR PEMULIAAN TANAMAN Oleh : Ulfa Qurniawati NIM M Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal 22 Juni 2010 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Surakarta, Juli 2010

3 Penguji I Suratman, M. Si. NIP Penguji II Dra. Marti Harini, M. Si. NIP Penguji III Solichatun, M. Si. NIP Penguji IV Nita Etikawati, M. Si NIP Dekan FMIPA Prof. Drs. Sutarno, M. Sc., Ph. D NIP Ketua Jurusan Biologi Dra. Endang Anggarwulan, M.Si. NIP iv PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar kesarjanaan yang telah

4 diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut. Surakarta, Juni 2010 Ulfa Qurniawati NIM M v STUDI KARYOTIPE GANYONG (Canna edulis Ker. ) SEBAGAI DASAR PEMULIAAN TANAMAN Ulfa Qurniawati Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. ABSTRAK Canna edulis Ker. (ganyong) merupakan herba perennial yang menghasilkan pati dalam jumlah besar dari rhizomanya. Canna jenis ini dikenal sebagai edible Canna. Panjang rhizome ganyong dapat tumbuh mencapai 60 cm. Tepung ganyong adalah tepung yang putih dengan kandungan serat rendah, rasanya lebih enak dan mengandung beberapa nutrisi yang bisa dimanfaatkan dalam produksi makanan. Di Indonesia terdapat dua kultivar ganyong, yang pertama adalah kultivar merah yang juga dikenal sebagai edulis dark dan kultivar putih. Kedua kultivar menunjukkan variasi dalam spesies Canna edulis Ker. Pada kenyataannya, kultivar putih adalah jenis yang telah digunakan secara luas sebagai sumber pati komersial. Perbaikan kualitas dan kuantitas suatu tanaman dapat dilakukan melalui usaha pemuliaan tanaman. Informasi sitogenetik merupakan salah satu faktor penting dalam usaha pemuliaan tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu optimum pembelahan mitosis, jumlah kromosom dan perbedaan karyotipe antar masing- masing kultivar Canna edulis Ker. Pengamatan yang dilakukan adalah pada morfologi kromosom yang meliputi jumlah, panjang absolut(pa), centromeric

5 index (Ci), haploid chromosome lenght (HCL), asimetry index (Asl%) dan perbandingan lengan (L/S) kemudian disusun dalam suatu rumus karyotipe. Karyotipe diperoleh dari sel mitosis pada ujung akar yang tetap dipertahankan dalam tahap prometafase. Penyiapan preparat ujung akar dibuat semi permanen berdasarkan metode squash acetoorcein. Sel prometafase diamati menggunakan mikroskop cahaya Olympus CH-M045 dan difoto menggunakan kamera digital Nikon Coolpix L20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu optimum pembelahan mitosis pada Canna edulis Ker. adalah pukul Kedua kultivar Canna edulis Ker. memiliki jumlah kromosom yang sama yaitu, 2n=18 dengan rumus karyotipe yang berbeda. Rumus karyotipe pada kultivar merah 2n= 12m+4sm+1st+1t pada kultivar putih 2n= 10m+ 8sm. Kromosom pada Canna edulis Ker. kultivar merah dan kultivar putih didominasi oleh kromosom metasentris. Kromosom pada Canna edulis Ker kultivar putih memiliki panjang absolut (PA) yang lebih besar daripada kromosom pada kultivar merah. Kata kunci: Canna edulis Ker., karyotipe, kromosomvi KARYOTYPE STUDY OF Canna edulis Ker. FOR PLANTS BREEDING Ulfa Qurniawati Biology Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta ABSTRACT Canna edulis Ker. (Ganyong) is a perennial herba that produce large amount of starch from their rhizomes. This type of Canna had been known as edible canna. Rhizome of ganyong can be grow up to 60 cm long. Ganyong starch is shiny starch with low fiber, had better taste and contain some nutrition that

6 applicable to food production. In Indonesia there are two cultivar of ganyong, one is red or well known as edulis dark and the other ones white cultivar. Both cultivar showed genetic variation in Canna edulis Ker. spesies. In fact, white cultivar was widely used as source of commercial starch. Improvement quality and quantities of plants can be done through breeding program. Cytogenetic information is an essential factor in breeding program. The aims of this study were found optimum time for mitosis division, chromosome number and differences karyotype from each cultivar of Canna edulis Ker. Observation were recorded on chromosome morphology, there is number, absolute lenght (PA), centromeric index (Ci), haploid chromosome lenght (HCL), asimetry index (Asl%) and arm ratio (L/S) then made in a karyotype formula. Karyotypes were prepared from mitosis cell of root tips that arrested in prometaphase phase. Slide preparation of root tips was made up semi permanent according to acetoorcein squash methode. Prometaphase cells were observed using light microscope and then photographed using digital camera. The result showed that optimum time for mitosis division of Canna edulis Ker. have been done at am. Both kultivar had same number of chromosome, 2n= 18, with difference in karyotype formula. Karyotype formula in dark purple cultivar was 2n= 12m+4sm+1st+1t and white cultivar was 2n= 10m+ 8sm. Both cultivar had metacentric chromosomes as dominan chromosomal shape. Chromosome in white cultivar of Canna edulis Ker. have absolute lenght greater than chromosome in dark purple cultivar. Keywords: Canna edulis Ker., karyotype, chromosome.vii MOTTO Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. (Q.S Al-Fatihah: 5)

7 Tidak ada balasan untuk kebaikan melainkan kebaikan itu pula (Q.S Ar-Rahman: 60) Terbaik adalah selalu berproses menjadi lebih baik viii PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Allah SWT Awal dan Akhirku Ibuku dan Ayahku Inspirator dan Motivator Terbaikku Wakhid, Anis, Rony, Puguh, Ari Maksimalkan yang kita Bisa dan kita Punya Faiz dan Khana Jadilah pribadi Full Manfaat Teman dan Saudara Semangatix KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia serta hidayah-nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Studi Karyotipe Ganyong (Canna edulis Ker.) Sebagai Dasar Pemuliaan Tanaman. Penyusunan skripsi ini merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam pelaksanaan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak masukan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang sangat bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu

8 pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: Prof. Drs. Sutarno, M.Sc. Ph.D., selaku Dekan FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan arahan serta ijin penelitian skripsi. Dra. Endang Anggarwulan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan arahan dan perijinan selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi. Nita Etikawati, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan serta dukungan selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi. Solichatun, M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan serta dukungan selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi.x Suratman, M.Si., selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi. Dra. Marti Harini, M. Si., selaku dosen penelaah II yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi. Tim PHK A2 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan melalui program Research Grand sehingga penelitian ini dapat berjalan hingga selesainya penyusunan skripsi. Seluruh dosen, karyawan, staf Laboratorium dan rekan-rekan mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah dengan sabar dan tiada henti-hentinya memberikan dorongan baik spiritual maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kepala dan staf Laboratorium Pusat MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis dalam penyelesaian

9 penelitian. Keluarga besar Ayah dan Ibuku, Adik dan Kakakku, terimakasih atas dukungan dan perhatian yang diberikan kepada penulis, serta semua pihak yang telah memberikan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. DAFTAR ISI Halaman Penulisxi Surakarta, Juni 2010 HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN.. ABSTRAK... ABSTRACT.. HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN. BAB I. PENDAHULUAN... A. Latar Belakang..

10 B. Rumusan Masalah. C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... BAB II. LANDASAN TEORI... A. Tinjauan Pustaka Ganyong (Canna edulis Ker.) Klasifikasi Nama Daerah Daerah Asal dan Penyebaran Deskripsi Ganyong Habitat dan Ekologi Kandungan Gizi Ganyong Manfaat Ganyong Kromosom Mitosis Karyotipe Pemuliaan tanaman..... B. Kerangka Pemikiran.. BAB III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian... B. Bahan dan Alat.. C. Cara Kerja. 1. Penyiapan sampel tanaman Penyiapan kemikalia Penentuan waktu optimum pembelahan mitosis Pembuatan preparat.....

11 D. Analisis Data. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... A.Canna edulis Ker Canna edulis Ker. kultivar merah 2. Canna edulis Ker. kultivar putih..... B. Penentuan Waktu Optimum Pembelahan Sel... C. Analisis Karyotipe BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.. A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN.. RIWAYAT HIDUP PENULIS. 63xiii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman, diameter batang, panjang daun dan lebar daun C. edulis Ker. kultivar merah dan kultivar putih diambil dari 10 individu dalam masing-masing populasi Tabel 2. Ukuran kromosom terpanjang dan terpendek pada C. edulis Ker kultivar merah dan kultivar putih Tabel 3. Hasil data morfometri kromosom C. edulis Ker Tabel 4. Hasil Perhitungan HCL (Haploid Chromosome Lenght) C. edulis Ker. 58

12 Tabel 5. Hasil perhitungan Nilai Indeks Sentromer Relatif (Ci) dan Perbandingan Lengan (L/S) C. edulis Ker. serta hasil taksiran bentuk kromosom C. edulis Ker... 58xiv Ker xi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN.. ABSTRAK... ABSTRACT.. HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN. BAB I. PENDAHULUAN... A. Latar Belakang.. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... BAB II. LANDASAN TEORI...

13 A. Tinjauan Pustaka Ganyong (Canna edulis Ker.) Kromosom Mitosis Karyotipe Pemuliaan tanaman..... B. Kerangka Pemikiran.. BAB III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian... B. Bahan dan Alat.. C. Cara Kerja. 1. Penyiapan sampel tanaman Penyiapan kemikalia Penentuan waktu optimum pembelahan mitosis Pembuatan preparat..... D. Analisis Data. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... A.Canna edulis Ker Canna edulis Ker. kultivar merah 2. Canna edulis Ker. kultivar putih..... B. Penentuan Waktu Optimum Pembelahan Sel... C. Analisis Karyotipe BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.. A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA...

14 LAMPIRAN.. RIWAYAT HIDUP PENULIS. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan bahan pangan terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan ini berkaitan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk. Bahan pokok seperti tepung terigu juga terus mengalami peningkatan. Di Indonesia kebutuhan tepung terigu mencapai ton per bulan. Data dari Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa impor tepung terigu selama Januari 2010 sebanyak ton. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 275,9% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sebagian besar gandum yang menjadi bahan baku dalam pembuatan terigu adalah hasil impor (Sudrajat, 2005; Zuhri, 2010). Ganyong (Canna edulis Ker.) merupakan salah satu sumber pangan alternatif sebagai pengganti tepung terigu. Vimala dan Nambisan (2005) menyebutkan bahwa tepung yang dibuat dari umbi ganyong memiliki tekstur yang lebih lembut, warna lebih putih dan memiliki serat yang lebih tinggi. Pati ganyong mengandung 80% karbohidrat, tingginya kadar karbohidrat ini dapat dijadikan bahan untuk pembuatan sirup glukosa melalui proses hidrolisis asam. Selain bisa digunakan sebagai alternatif bahan pangan pati ganyong juga bisa diolah menjadi bioetanol melalui hidrolisis asam dan fermentasi telah dilakukan oleh Sukandar dan Putri (2008). Hal ini ditegaskan pula oleh Pramono (2009) bahwa umbi ganyong yang selama ini diketahui hanya sebagai makanan selingan atau tepung terigu ternyata juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah dan bensin.2

15 Ganyong mudah dibudidayakan dan mampu tumbuh baik meskipun dalam kondisi liar. Salah satu dasar upaya dalam budidaya ganyong adalah melalui usaha pemuliaan tanaman. Usaha pemuliaan tanaman bisa dilakukan melalui metode konvensional dan modern. Salah satu usaha pemuliaan tanaman adalah dengan memanfaatkan informasi sitogenetik. Ketersediaan informasi awal mengenai jumlah, bentuk dan tingkat ploidi sangatlah penting (Yulianty, 2006; Pramono, 2009). Karyotipe pada ganyong perlu diketahui karena informasi tentang karyotipe ganyong belum tersedia. Studi karyotipe merupakan salah satu usaha dalam konservasi genetik plasma nutfah. Selain untuk upaya konservasi, studi karyotipe pada ganyong akan sangat berguna sebagai dasar pemuliaan tanaman karena nilai penting yang dimiliki oleh tanaman tersebut. B. Perumusan Masalah 1. Kapan waktu optimum pembelahan mitosis ganyong? 2. Berapa jumlah set kromosom ganyong? 3. Bagaimana karyotipe pada ganyong kultivar merah dan ganyong kultivar putih? C. Tujuan Penelitian 1. Menentukan waktu optimum pembelahan mitosis ganyong. 2. Mengetahui jumlah set kromosom ganyong. 3. Mengetahui karyotipe pada ganyong kultivar merah dan ganyong kultivar putih.3 D. Manfaat Penelitian Informasi awal mengenai karyotipe ganyong dapat dimanfaatkan dalam upaya persilangan antar spesies ganyong untuk tujuan pemuliaan tanaman. Melalui usaha pemuliaan tanaman, potensi ganyong sebagai sumber bahan

16 pangan alternatif bisa dioptimalkan. 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Canna edulis Ker. 1.1 Klasifikasi Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Cannaceae Genus : Canna Spesies : Canna edulis Ker. (Steenis, 1987; Delin dan Kress, 2000). Gambar 1. Ganyong (Canna edulis Ker.) (Gepts, 2009; Rettig, 2009) Nama Daerah Canna edulis Ker. (Gambar 1) memiliki banyak nama daerah. Di Indonesia Canna edulis Ker. dikenal sebagai bunga tasbih atau ganyong (Jawa) dan ubi pikul (Sumatera). Sedangkan di Malaysia Canna edulis Ker dikenal sebagai daun tasbeh, ganjong dan pisang sebiak. Ganyong di Filiphina dikenal sebagai tikas-tikas, kukuwintasan (tagalog) dan balunsaing (bisaya) serta adalut dan butsarana untuk Negara Burma (Flanch dan Rumawas, 1996; Tjitrosoepomo, 2004). 1.3 Daerah Asal dan Penyebaran

17 Canna edulis Ker. merupakan tanaman asli yang berasal dari Amerika Selatan yang berfungsi sebagai sumber pati komersial. Tanaman ini juga telah dibudidayakan tidak hanya di Amerika, tapi juga di beberapa daerah tropis termasuk Asia Tenggara. Sementara ini, sekurangnya ada dua provinsi sebagai sentral ganyong, yakni Jawa Tengah (Klaten, Wonosobo dan Purworejo) dan Jawa Barat (Majalengka, Sumedang, Ciamis, Cianjur, Garut, Lebak, Subang dan Karawang) (Flanch dan Rumawas, 1996; Sudrajat, 2005; Susanto dan Suhardiyanto, 2004). 1.4 Deskripsi Ganyong Cannaceae merupakan salah satu famili yang hanya memiliki satu genus yaitu genus Canna yang terdiri dari 50 spesies. Contohnya adalah C. edulis (ganyong), rimpangnya dapat dimakan dan sebagai penghasil tepung yang dikenal sebagai arrowroot Queensland. Contoh spesies lain adalah C. indica yang merupakan tanaman hias (Tjitrosoepomo, 2004).6 Ganyong merupakan herba perennial, tumbuh tegak, memiliki rhizoma atau rimpang dan tingginya bisa mencapai 3,5 meter. Rhizoma berdaging, agak silindris dengan diameter 10 cm dan panjangnya mencapai 60 cm. Ukuran rhizoma ganyong yang besar seperti umbi, merupakan alasan yang menyebabkan rhizoma ganyong umum disebut sebagai umbi ganyong. Ganyong memiliki daun yang lebar dengan ujung meruncing, panjang antara 60 cm, lebar cm yang tersusun spiral. Ganyong memiliki karangan bunga terminal, tunggal dan kadang bercabang, mudah layu, bersifat biseksual. Secara umum genus Canna dikelompok ke dalam dua kelompok yaitu ornamental group dan edible group. Bunga pada jenis ornamental berukuran lebih besar, lebih indah dan lebih bervariasi dalam warna daripada jenis edible. Meskipun kedua kultivar Canna memiliki kandungan pati dalam rhizoma, jenis

18 edible memiliki rhizoma dengan kandungan pati tinggi. Serta lebih berkualitas dalam rasa, sedikit serat dan sedikit kandungan tanin jika dibandingkan dengan jenis ornamental. Selain itu jenis edible memiliki ukuran daun yang lebih besar (Arbizu, 1994 dalam Vimala dan Nambisan, 2005). Di Indonesia dikenal dua kultivar ganyong, yaitu ganyong merah dan ganyong putih. Ganyong merah ditandai dengan warna batang, daun dan pelepah yang berwarna merah atau ungu. Jika warna batang, daun dan pelepahnya hijau dan sisik rimpangnya kecoklatan maka disebut ganyong putih. Ganyong merah memiliki batang lebih besar, agak tahan kena sinar dan tahan kekeringan. Biji yang dihasilkan biasanya sulit berkecambah, rimpang basah lebih besar tapi kadar patinya rendah. Rimpang biasanya dimakan segar (direbus). Ganyong putih lebih 7 kecil dan pendek, kurang tahan kena sinar tetapi tahan kekeringan. Rimpang basah ganyong putih lebih kecil, tapi kadar patinya tinggi sehingga umumnya digunakan sebagai sumber pati. Daerah yang telah membudidayakan ganyong secara intensif adalah daerah pegunungan Andes (Amerika Selatan). Di daerah ini dikenal dua kultivar ganyong yaitu verdes dan morados. Verdes mempunyai rimpang berwarna putih dengan daun hijau terang, sedangkan rimpang morados tertutup sisik yang berwarna ungu (Flanch dan Rumawas, 1996; Direktorat Budidaya Kacang-kacangan & Umbi-umbian, 2009). 1.5 Habitat dan Ekologi Edible Canna (Canna edulis Ker., Cannaceae) telah didomestikasi di Peruvian Andes. Canna edulis merupakan suatu kelompok kecil tanaman yang tersebar luas dari daerah dingin hingga daerah tropis di seluruh dunia tanpa adanya intensive selection atau breeding. Rhizoma C. edulis berisi sekitar 20% pati dan telah dimanfaatkan sebagai sumber makanan dan sebagai sumber pati komersial. Secara umum C. edulis merupakan tanaman liar yang tumbuh di tepi

19 semak belukar pada tanah yang lembab. Dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa edible canna merupakan tanaman yang efisien dalam penggunaan medium fotosintesis dan toleran terhadap naungan. Pertumbuhan normal tanaman tersebut terjadi pada suhu di atas 9ºC meskipun tanaman ini juga mampu bertahan hidup pada penurunan suhu sampai 0ºC. Cahaya menyebabkan daun layu dan memadatkan pati pada rhizoma (Imai dkk., 1993) Kandungan Gizi Ganyong Direktorat Gizi Depkes RI menyebutkan kandungan gizi rimpang ganyong tiap 100 gram secara lengkap terdiri dari kalori 95,00 kal; protein 1,00 g; lemak 0,11 g; karbohidrat 22,60 g; kalsium 21,00 g; fosfor 70,00 g; zat besi 1,90 mg; vitamin B1 0,10 mg; vitamin C 10,00 mg; air 75,00 g (Sugarman, 2003). Telah dilakukan ekstraksi pati dari tiga kultivar edible canna dengan peralatan chemical composition dan physicochemical. Dalam studi ini diketahui bahwa kandungan protein dalam pati canna bervariasi antara 0,069%-0,078%, lemak antara 0.014%-0.019% dan abu antara 0.25%-0.33%. Pati Canna mengandung pospor ppm, disertai kalsium ppm dan potassium ppm. Kandungan amilosa absolut antara 19-25%. Selain itu hasil pengamatan dengan mikroskop elektron scanning (SEM) menunjukkan semua granula pati pada ketiga kultivar berbentuk oval dengan permukaan yang halus dan berukuran µm (Thitipraphunkul, 2006). 1.6 Manfaat Ganyong Ganyong merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat, antara lain: rimpang mudanya untuk sayuran, rimpang tuanya dapat diperas patinya untuk dibuat tepung, sedangkan daun dan tangkainya dapat digunakan untuk pakan ternak (Rukmana, 2000 dalam Sukandar dan Purti, 2008). Pati ganyong di Vietnam banyak digunakan sebagai bahan baku mie, di

20 Afrika biji ganyong digunakan sebagai instrumen perkusi, di Kamboja bubur dari rimpang ganyong digunakan untuk menyembuhkan penyakit kulit. Di Jawa serbukan dari biji ganyong bisa digunakan untuk meringankan sakit kepala dan 9 ekstrak dari hasil tumbukan rimpangnya digunakan sebagai obat disentri. Serbukan dari rimpang segar digunakan sebagai obat tradisional di Indonesia dan Cina untuk mengobati penyakit kulit. Di Hongkong air rebusan dari rimpang segar ganyong, digunakan untuk pengobatan penyakit hepatitis akut (Flanch dan Rumawas, 1996). Pati ganyong mengandung 80% karbohidrat, tingginya kadar karbohidrat ini dapat dijadikan bahan untuk pembuatan sirup glukosa melalui proses hidrolisis asam. Selain bisa digunakan sebagai alternatif bahan pangan pati ganyong (Canna edulis Ker.) juga bisa diolah menjadi bioetanol melalui hidrolisis asam dan fermentasi. Kandungan pati ganyong bisa digunakan untuk pembuatan soon mie putih. Pada masa mendatang ganyong sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan makanan alternatif akibat kandungan nutrisi yang dikandungnya (Susanto dan Suhardiyanto, 2004; Sukandar dan Putri 2008). Selain mengandung nilai nutrisi yang tinggi, Canna juga bisa digunakan sebagai agen fitoremidiasi untuk pengolahan lindi yang dihasilkan dari proses composting. Pengolahan lindi bertujuan untuk mencegah terjadinya eutrofikasi pada badan air, karena lindi mengandung konsentrasi nitrogen yang cukup tinggi. Rata-rata pertambahan tinggi tanaman pada beban N total 100 mg/l adalah 1,2 sampai 1,45 cm (Tangahu dan Warmadewanthi, 2008). 2. Kromosom Kromosom merupakan suatu kumpulan dari DNA (Deoxyribosa Nucleid Acid) yang berikatan dengan protein. Setengah dari berat molekular kromosom eukaryotik adalah protein. Pada eukaryotik, kromosom berada di dalam organella 10

21 bermembran yang disebut nukleus. Bentuk kromosom pada eukaryotik berubah dari fase ke fase selama proses pembelahan sel. Pada fase Interfase, kromosom berada dalam bentuk tipis, saling berikatan antara satu dengan yang lainnya dan jika diamati dengan perbesaran lemah akan nampak seperti suatu massa kompak amorf yang mampu menyerap zat warna. Struktur ini disebut sebagai kromatin yang dijumpai pada saat sel tidak melakukan aktifitas pembelahan dan tidak tampak saat diamati di bawah mikroskop. Saat sel melakukan aktifitas pembelahan, kromosom akan tampak sebagai suatu struktur yang kompak, dapat dibedakan antara satu dengan yang lain dan berbentuk seperti pita. Dalam struktur tersebut kromosom akan tampak saat diamati di bawah mikroskop (Watson dkk., 2008; Genetics Education Center, 2009; Genetics Home Reference, 2010). Secara umum berdasarkan kemampuan menyerap warna, kromosom dibagi dalam dua bagian, yaitu heterochromatin dan euchromatin. Heterochromatin merupakan bagian yang mengandung gen dalam jumlah terbatas, struktur kompak dan memiliki kemampuan tinggi dalam mengikat zat warna. Sedangkan euchromatin merupakan bagian yang mengandung gen dalam jumlah besar, struktur kurang kompak dan kurang mengikat zat warna (Watson dkk., 2008). Secara lebih terperinci kromosom memiliki bagian-bagian sebagai berikut: a. Kromonema merupakan bagian di dalam kromosom yang berbentuk pita spiral yang oleh Vejdovsky (1912) diberi nama kromonema (jamak: kromonemata). Kromonema disebut pula sebagai sub unit kromatid. Berdasarkan strukturnya kromonema dibedakan menjadi dua tipe, yaitu paranemic coils (struktur fibril11 yang mudah dipisahkan antara satu dengan yang lainnya) dan plectonemic coils (struktur fibril yang sulit dipisahkan antara satu dengan yang lainnya). b. Kromomer merupakan penebalan kromonema yang berada di beberapa tempat

22 di dalam kromosom. Beberapa ahli sel menganggap kromomer ini sebagai bahan nukleoprotein yang mengendap. c. Sentromer merupakan constriction point yang memisahkan kromosom menjadi dua bagian atau dua lengan. Letak sentromer pada masing-masing kromosom menentukan bentuk kromosom. Di daerah inilah benang-benang spindel akan melakukan perlekatan. Di dalam sentromer terdapat granula kecil yang dinamakan sferul. Ada sentromer yang mempunyai diameter 3 µm dan sferulnya 0,2 µm. Kromonema berhubungan dengan sferul dari sentromer. Kromosom dari kebanyakan organisme hanya mempunyai sebuah sentromer saja, maka disebut monosentris. Kromosom tanpa sentromer disebut asentris. Kromosom dengan dua sentromer disebut disentris, sedang yang mempunyai banyak sentromer disebut kromosom polisentris. d. Telomer merupakan bagian dari ujung-ujung kromosom yang menghalang- halangi bersambungnya kromosom satu dengan yang lainnya. e. Nucleolar Organizing Regions (NORs). Nukleolus merupakan suatu struktur yang dibentuk oleh lokus gen spesifik yang disebut sebagai Nucleolar Organizing Regions (NORs) dan terdiri dari protein dan asam nukleat. f. Lekukan ke dua (Second constriction) merupakan bagian yang menyempit pada kromosom selain daerah sentromer. Adanya penyempitan ini 12 mengakibatkan terbentuknya satelit. Beberapa second constriction berasosiasi dengan NORs. g. Satelit merupakan bagian tambahan pada ujung kromosom (Gambar 2). Di daerah ini tersusun dari basa nitrogen yang mengalami pengulangan. Tidak setiap kromosom memiliki satelit. Kromosom yang memiliki satelit dinamakan satelit kromosom. Teknologi microsatelit telah digunakan dalam pengujian polimorfisme DNA untuk pemetaan genetik, penanda untuk

23 pemuliaan tanaman dan eksplorasi hubungan kekerabatan (Powell dkk., 1996 dalam Prasetiyono dkk., 2002; Suryo, 1997; Watson dkk., 2008; Genetics Education Center, 2009). Gambar 2. Bagian-Bagian Kromosom: 1). Satelit 2). Lengan 3). Sentromer 4).Konstriksi sekunder 5). Telomer 6.) Kromatid (Singh, 2009). Ukuran kromosom bervariasi dari satu spesies ke spesies lainnya. Panjang kromosom berkisar antara 0,2-50 µm, diameternya antara 0,2-20 µm. Pada umumnya makhluk hidup dengan jumlah kromosom sedikit memiliki kromosom dengan ukuran lebih besar daripada makhluk hidup dengan jumlah kromosom lebih banyak. Kromosom yang terdapat di dalam sebuah sel tidak pernah sama ukurannya. Pada umumnya tumbuhan mempunyai kromosom lebih besar daripada hewan (Suryo, 1997; Watson dkk., 2008; Singh, 2009; Genetics Education Center, 2009). Levan dkk. (1964) membagi kromosom menjadi tiga kelompok berdasarkan posisi relatif sentromer (Gambar 3). Bentuk metasentris memiliki indeks sentromer 50-37,5; submetasentris (sm) memiliki indeks sentromer 37,5-25 dan subtelosentris memiliki indeks sentromer 25-12, Gambar 3. Bentuk-bentuk kromosom: 1). Akrosentris 2). Telosentris 3). Submetasentris 4). Metasentris. A. Sentromer.

24 (Genetics Education Center, 2009). Jumlah kromosom somatik dan ciri karyologi pada 22 takson dari genus Canna telah diteliti. Jumlah kromosom yang telah dilaporkan untuk C. bangii, C. indica var. sanctaerosae dan C. tulianensis adalah 2n = 18 (diploid). C. edulis Ker. juga mempunyai jumlah kromosom 2n=18 (Sato, 1960 dalam Tanaka dkk., 2009). Karakteristik karyotipe pada genus Canna ditandai dengan sebagian besar kromosom metafase dan beberapa kromosom submetafase (Tanaka dkk., 2009). 3. Mitosis Secara umum pada sel eukaryotik, satu siklus pembelahan sel berlangsung selama 24 jam. Siklus sel (Gambar 4) terdiri dari tahap S phase (fase interfase), G1 phase, M phase (fase mitosis) dan G2 phase (Albert dkk., 1994). Mitosis dan meiosis merupakan bagian dari siklus sel dan hanya mencakup 5-10% dari siklus sel. Persentase waktu yang besar dalam siklus sel terjadi pada interfase. Interfase terdiri dari periode G1, S, dan G2. Pada periode G1 selain terjadi pembentukan senyawa-senyawa untuk replikasi DNA, juga terjadi replikasi organel sitoplasma sehingga sel tumbuh membesar, dan kemudian sel memasuki periode S yaitu fase terjadinya proses replikasi DNA. Setelah DNA bereplikasi, sel tumbuh (G2) mempersiapkan segala keperluan untuk pemisahan kromosom, dan selanjutnya diikuti oleh proses pembelahan inti (M) serta pembelahan sitoplasma (C). Selanjutnya sel hasil pembelahan memasuki pertumbuhan sel baru (G1) (King, 2009). Gambar 4. Siklus Sel Eukaryotik Siklus sel terdiri dari: fase G0 (sel dalam kondisi istirahat), fase G1, fase S, fase G2 dan fase Mitosis. (Genetics Education Center, 2009).

25 Organisme eukaryotik memiliki dua tipe pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis. Meiosis merupakan tipe pembelahan sel yang menghasilkan sel baru 15 yang bersifat haploid (n) atau memiliki jumlah kromosom setengah dari jumlah kromosom induknya. Sedangkan mitosis merupakan pembelahan sel yang menghasilkan sel baru dengan jumlah kromosom sama dengan jumlah kromosom induk (2n) (Albert dkk., 1994; Genetics Education Center, 2009). Mitosis terbagi atas 4 fase yaitu profase, metafase, anafase dan telofase (Gambar 4). 1. Profase Kromosom-kromosom pada fase ini menjadi lebih pendek dan kompak sedangkan membran inti semakin tidak nampak. Pada akhir profase mulai terbentuk benang-benang gelendong inti pada masing-masing kutub sel yang letaknya berlawanan. 2. Metafase Pada fase ini semua kromosom bergerak menempatkan diri di bidang ekuatorial dari sel yang disebut sebagai metaphase plate. Dinding inti sel menghilang. Pada akhir metafase, sentomer membelah dan ujung benang gelendong inti mencapai kromosom tepat berikatan dengan kinetokor. Bregman (1987) menyatakan bahwa pada fase prometafase merupakan saat yang paling tepat untuk mempelajari morfologi kromosom karena merupakan fase profase akhir dan metafase awal. Selama fase ini kromosom terkondensasi namun belum tertarik menuju metaphase plate. 3. Anafase Merupakan fase singkat dari keseluruhan proses mitosis. Pada fase ini sentromer mengalami pembelahan dan sister chromatid mengalami disjoin. 16 Benang-benang spindel menarik masing-masing kromosom menuju kutub yang

26 berlawanan. Umumnya fase ini ditandai dengan ukuran sel yang lebih besar. 4. Telofase Pada fase ini fenomena yang terjadi merupakan kebalikan dari fenomena pada fase profase. Membran inti mulai terbentuk kembali, benang spindel mulai menghilang dan kromosom kembali dalam bentuk tidak terkondensasi (Genetics Education Center, 2009; Watson dkk., 2008; Suryo, 1997). Eksperimen mitosis dapat menggunakan sel meristem dari ujung akar, ujung batang, primordial daun, petala muda, ovulum muda dan kalus (Darnaedi, 1991; Okada, 1981 dalam Oktaviana, 2008). Gambar 5. Pembelahan Mitosis: A. Fase pembelahan mitosis pada eukaryotik. B. Fase pembelahan mitosis pada C. edulis Ker. 1). Profase 2). Metaphase 3). Anaphase 4). Telophase. (Emergent Culture, 2009) B A17 4. Karyotipe Karyotyping merupakan pengaturan kromosom secara standar berdasarkan panjang, jumlah serta bentuk kromosom dari suatu organisme. Hasil dari proses karyotyping ini dinamakan karyotipe (O Connor, 2008). Karyotipe dibuat sekurang-kurangnya dari dua foto kromosom prometafase dengan fokus yang berbeda. Foto tersebut dijiplak pada plastik transparansi, lalu digunting dan diatur sesuai dengan bentuknya. Jumlah kromosom dan panjang kedua lengannya diukur setelah itu dipasang-pasangkan sesuai homolognya (Ahmad dkk., 1993 dalam

27 Anggarwulan dkk., 1999; Suryo, 1997). Bentuk, ukuran dan jumlah kromosom dalam satu spesies pada dasarnya selalu tetap, sehingga dapat dibuat peta karyotipe atau karyogram serta idiogram. Berdasarkan konstriksi primernya, dikenal kromosom berbentuk metasentris, submetasentris, akrosentris dan telosentris. Berdasarkan ukuran kromosom dikenal ukuran absolut dan ukuran relatif sedang berdasarkan jumlahnya dikenal kromosom aneuploid dan poliploid (Darnaedi, 1991 dalam Anggarwulan dkk., 1999; Suryo, 1995). Karakter setiap kromosom yang diamati adalah bentuk, jumlah, panjang lengan panjang dan lengan pendek, panjang absolut, indeks sentromer dan perbandingan lengan (Suliartini dkk., 2004; Brutovska dkk., 2000). Pada umumnya pengamatan morfologi dan aktifitas kromosom lebih mudah dilakukan pada tahap-tahap pembelahan tertentu dari pembelahan inti. Morfologi kromosom biasanya digambarkan pada tahap metafase. Saat itu pula kromosom dalam keadaan ganda, terdiri dari dua kromatid (bakal kromosom anak) yang sentromernya masih satu (Crowder, 1997).18 Selama berlangsungnya proses mitosis, konsentrasi DNA bertambah. Nuklei yang sedang aktif, terpulas kuat oleh zat-zat warna basa, juga dengan reaksi Feulgen, acetocarmine dan acetoorcein (McMannus, 1960 dalam Suntoro, 1983). Metode pewarnaan yang berbeda-beda sering digunakan secara luas dalam studi karyotipe pada spesies tanaman dan hewan. Kromosom tanaman sangat jarang dipelajari daripada hewan. Hal ini karena kompleksitas dalam penyiapan sampel kromosom tanaman yang berhubungan dengan keberadaan dinding sel pada tanaman (Zoshchuk dkk., 2003). Kromosom yang digunakan dalam studi karyotipe pada umumnya adalah kromosom yang berada pada tahap metafase ataupun prometafase. Pada fase ini kromosom berada dalam bentuk terkondensasi secara optimal. Dalam studi

28 karyotipe, sel harus dijaga agar tetap dalam fase metafase atau prometafase. Sel terlebih dahulu di pretreatment menggunakan kolkisin yang mampu mengendalikan aktifitas benang-benang spindel yang berfungsi menarik kromosom ke kutub sel (O Connor, 2008). Kolkisin (C22H25O6N) merupakan suatu alkaloid berwarna putih yang diperoleh dari umbi tanaman Colchichum autumnale L. (Familia Liliaceae). Kolkisin dapat bekerja secara efektif pada konsentrasi 0,001-1% dengan lama perendaman 6-72 jam. Senyawa ini dapat menghalangi terbentuknya benang- benang spindel pada pembelahan sel sehingga menyebabkan terbentuknya individu poliploidi (Suryo, 1995; Eigsti dan Dustin, 1957 dalam Suminah dkk., 2002). Hasil penelitian Suminah dkk. (2002) menunjukkan bahwa pemberian 19 kolkisin pada A. ascalonicum menyebabkan penambahan jumlah kromosom secara euploid yang menyebabkan terbentuknya sel-sel poliploid. 5. Pemuliaan Tanaman Pemuliaan tanaman merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk meningkatkan hasil atau produk dari tanaman tersebut baik secara kualitas dan kuantitas. Usaha pemuliaan tanaman dapat dilakukan melalui beberapa metode yaitu metode konvensional, bioteknologi dan manipulasi gen (BATS, 1995). Secara konvensional, perbaikan sifat dilakukan dengan persilangan antar spesies, varietas, genera atau kerabat yang memiliki sifat seperti yang diinginkan. Pemuliaan tanaman dapat memanfaatkan teknik mutasi yang mampu meningkatkan keragaman genetik tanaman sehingga memungkinkan pemulia melakukan seleksi genotipe tanaman sesuai dengan tujuan pemuliaan yang dikehendaki. Mutasi induksi dapat dilakukan pada tanaman dengan perlakuan bahan mutagen tertentu terhadap organ reproduksi tanaman seperti biji, stek batang, serbuk sari, akar rhizome, kultur jaringan dan sebagainya. Apabila proses

29 mutasi alami terjadi secara sangat lambat maka percepatan, frekuensi dan spektrum mutasi tanaman dapat diinduksi dengan perlakuan bahan mutagen tertentu (BATS, 1995; Soedjono, 2003; Pusat Diseminasi Iptek Nuklir, 2007). Selain teknik mutasi, untuk memanipulasi kombinasi kromosom dari suatu tanaman bisa dilakukan dengan poliploidisasi. Poliploidi mempunyai arti dalam proses evolusi, yaitu spesies kultivar baru yang mempunyai tingkat ploidi yang berbeda telah berkembang dan dapat dikembangkan. Untuk mengetahui tingkat ploidi pada suatu organisme diperlukan adanya kajian sitogenetik yang salah 20 satunya melalui studi karyotipe. Sejumlah tanaman penting yang dibudidayakan merupakan hasil dari poliploidisasi. Tanaman tersebut seperti gandum, tebu dan apel. Tipe poliploid sering memperlihatkan sifat gigas yaitu ukuran morfologis yang lebih besar. Tanaman dengan sel bersifat poliploid memiliki beberapa kelebihan, yaitu penampakan morfologi tanaman lebih kekar, stomata lebih besar, sel-sel lebih besar, daun lebih lebar, tanaman lebih tahan terhadap perubahan lingkungan seperti lebih tahan serangan patogen dan kekeringan, serta produksinya lebih tinggi. Pemulia bunga-bungaan telah mengambil keuntungan dari sifat ini dalam mengembangkan tipe hibrida. Bunga yang diketahui memiliki jumlah petala rangkap biasanya tetraploid. Organisme poliploid umumnya menunjukkan kisaran daya adaptasi geografis yang lebih luas dibanding moyangnya yang diploid (Crowder, 1997; BATS, 1995; Soedjono, 2003; Ernawiati dkk., 2008). Berdasarkan kelebihan teknik poliploidisasi, usaha pemuliaan tanaman dengan teknik tersebut diharapkan mampu meningkatkan hasil rimpang Canna edulis Ker.21 B. Kerangka Pemikiran Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sesuai dengan laju pertambahan jumlah penduduk. Untuk mengatasi keterbatasan bahan pangan

30 maka diperlukan adanya studi tentang sumber-sumber bahan pangan alternatif. Selain untuk tujuan eksplorasi bahan pangan alternatif studi ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan potensi tanaman sumber pangan tersebut. Salah satu bahan pangan alternatif tersebut adalah ganyong (C. edulis Ker.). Selain memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, ganyong juga dimanfaatkan untuk produksi bioetanol dan sebagai agen bioremidiasi. Terkait dengan nilai penting ganyong maka diperlukan adanya studi lanjutan tentang pemuliaan tanaman ganyong. Pemuliaan tanaman disini dimaksudkan untuk mendapatkan tanaman sesuai dengan keinginan kita. Pemuliaan tanaman bisa dilakukan secara konvensional dan modern. Beberapa karakter yang harus dikaji dalam upaya pemuliaan tanaman adalah karakter morfologi, karakter sitologi dan karakter molekuler. Studi mengenai karakter sitologi bisa dilakukan melalui analisa karyotipe pada tanaman. Ketersediaan informasi awal mengenai karyotipe ganyong dapat digunakan sebagai dasar dalam pemuliaan tanaman ganyong pada tahap selanjutnya. Kerangka pemikiran disajikan pada gambar 6.22 Gambar 6. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Studi karakter sitologi Studi karyotipe Pemuliaan tanaman Pelestarian plasma nutfah Peningkatan kualitas dan kuantitas tanaman Pemenuhan

31 kebutuhan pangan Kebutuhan pangan meningkat Keterbatasan bahan pangan Jumlah penduduk meningkat Sumber bahan pangan alternatif C. edulis Ker. Studi variasi morfologi Tingkat ploidi Waktu optimum pembelahan mitosis Data Morfometri kromosom Penelitian 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama 8 bulan, dari bulan Juli 2009 sampai Pebruari

32 2010. Pembuatan preparat, penentuan waktu optimum pembelahan mitosis dan pembuatan karyotipe dilaksanakan di Laboratorium Biologi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. B. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang digunakan adalah polibag, gelas bekker, botol flakon, kuas, gelas benda, pipet, gelas penutup, kotak preparat, lemari pendingin, kertas alumunium, mikroskop cahaya, mikrometer, kertas label, kamera digital, kertas tisu, pinset, plastik transparansi dan silet. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam studi karyotipe ini adalah ujung akar ganyong (C. edulis Ker.) kultivar merah dan varietas putih. Tanaman yang digunakan sebagai sampel diperoleh dari kecamatan Baki, Sukoharjo. Kemikalia yang diperlukan untuk pembuatan preparat kromosom meliputi: Kolkisin 0,2%, etanol, asam asetat glasial 45%, HCL 1 N, acetoorcein 2%, gliserin, cat kuku, aquades dan minyak imersi.24 C. Cara Kerja 1. Penyiapan Sampel Tanaman Penyiapan sampel tanaman dilakukan dengan menanam umbi ganyong ke dalam polibag yang telah diisi media tanam. Sebelum ditanam, umbi ganyong terlebih dulu dijemur selama 24 jam. Penjemuran ini dimaksudkan untuk mematahkan dormansi. Penanaman rimpang ganyong yang dilakukan secara langsung tanpa penjemuran menyebabkan rimpang busuk sehingga akar tidak tumbuh. Seperti yang disebutkan Etikawati dan Setyawan (2000) bahwa tujuan penjemuran rimpang adalah untuk mematahkan dormansi. Penyiraman dilakukan dua kali setiap hari. Pada hari ketiga penanaman, ujung akar telah

33 tumbuh dengan rata-rata panjang 0,5 cm. Akar yang telah tumbuh ini, siap untuk dibuat preparat kromosom dengan metode squash semi permanen. 2. Penyiapan Kemikalia a. Kolkisin 0,2% Kolkisin 0,2 gram dilarutkan ke dalam 5 ml etanol kemudian ditambahkan 95 ml akuades, diaduk hingga tercampur rata. Larutan kolkisin 0,2% disimpan dalam botol tertutup, berwarna gelap dalam lemari pendingin pada suhu 5ºC. b. Asam Asetat Glasial 45% Asam asetat 45 ml dicampur dengan 55 ml akuades kemudian disimpan dalam botol tertutup pada suhu ruangan.25 c. HCL 1N HCL I bagian ditambah dengan 11 bagian akuades, digojok sampai tercampur kemudian disimpan dalam botol tertutup pada suhu kamar. d. Asetoorsein 2% Asam asetat glasial 45 ml dipanaskan dalam gelas beker ukuran 100 ml, ditunggu hingga suhu mencapai (90-100ºC). Ditambahkan 2 gram orcein ke dalam gelas beker kemudian didihkan selama 10 menit sambil diaduk. Larutan didinginkan pada suhu kamar, lalu ditambahkan 55 ml akuades dan digojok hingga larut. Larutan disaring dan disimpan dalam botol tertutup, berwarna gelap pada suhu kamar. Apabila terbentuk endapan, sebelum digunakan larutan asetoorsein digojok dan disaring lagi. 3. Penentuan Waktu Optimum Pembelahan Mitosis Tumbuhan memiliki waktu optimum pembelahan mitosis yang khas tergantung jenisnya (Johansen, 1940 dalam Oktaviana, 2008). Untuk mengetahui waktu optimum pembelahan mitosis ganyong dilakukan studi

34 pendahuluan agar diperoleh jumlah sel mitosis tahap prometafase yang memadai. Mengacu pada Setyawan dan Sutikno dalam Oktaviana (2008) pemotongan akar dilakukan pada waktu pagi hari karena tumbuhan umumnya memiliki waktu optimum pembelahan mitosis pada pagi hari. Akar dipotong setiap 30 menit dan dibuat preparat dengan metode squash semi permanen (Etikawati dan Setyawan, 2000). Untuk mendapatkan sediaan sel prometafase yang optimal pada waktu optimum yang telah diketahui, pemotongan ujung akar dilakukan setiap 15 menit pada kurun waktu optimum pembelahan 26 mitosis tersebut. Preparat diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran kuat (400 x) untuk mengetahui kondisi sel ganyong. Kondisi sel ujung akar ganyong pada preparat yang telah dibuat, digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui waktu optimum pembelahan mitosis. 4. Pembuatan Preparat Preparat dibuat dengan metode squash semi permanen (Darnaedi, 1991; Okada, 1981; Robert dan Short, 1979 dalam Akhiriani, 2005) sebagai berikut: a. Pra Perlakuan Akar dipotong 3-5 mm dari ujungnya. Potongan ujung akar tersebut dimasukkan ke dalam botol flakon berisi 2-3 ml kolkisin 0,2%, lalu dibungkus kertas alumunium dan disimpan dalam lemari pendingin selama 2 jam. b. Pencucian I Setelah perlakuan dengan kolkisin selanjutnya kolkisin dibuang dan digantikan dengan akuades. Proses pencucian ujung akar diulangi sebanyak 3 kali. c. Fiksasi Proses fiksasi dilakukan dengan asam asetat glasial 45%.

35 Potongan ujung akar tadi dimasukkan dalam botol flakon berisi asam glasial 45% dan diinkubasi pada suhu ruangan selama 3 jam. d. Pencucian II Pencucian yang kedua dilakukan setelah proses fiksasi selesai. Pencucian dilakukan dengan membuang sisa asam asetat glasial 45% 27 dari botol flakon digantikan dengan akuades. Pencucian diulangi sebanyak 3 kali. e. Hidrolisis Hidrolisis dilakukan dengan membuang sisa akuades dari botol flakon. HCL 1 N dimasukkan ke dalam botol flakon yang berisi potongan ujung akar tadi. Botol flakon ditempatkan pada suhu ruangan selama 2 menit. f. Pencucian III HCL 1N sisa hidrolisis dibuang. Akar dijaga agar tidak ikut terbuang. Potongan ujung akar di dalam botol flakon dicuci kembali dengan akuades. Pencucian diulangi sebanyak 3 kali. g. Pewarnaan Akuades dibuang, diganti dengan asetoorcein 2% selama 3 jam. Pewarnaan dilakukan pada suhu kamar. h. Squashing Ujung akar diambil 1-2 buah dengan kuas, diletakkan di atas gelas benda dan dipotong hingga tersisa 1-2 mm dari ujung. Ditetesi dengan gliserin, ditutup gelas penutup dan diketuk-ketuk hingga hancur merata. i. Penyegelan Kelebihan gliserin di tepi gelas penutup dihisap dengan kertas

36 tisu. Agar preparat terlindungi, gelas penutup disegel dengan cat kuku bening.28 j. Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya menggunakan perbesaran 1000 x, untuk memperbaiki daya resolusi digunakan minyak imersi. Preparat yang baik dipotret dengan kamera digital. Hasil pemotretan diperbesar hingga mudah diamati. Potret kromosom dipindai dan diperbesar kemudian dicetak. Hasil cetakan digunting sesuai dengan bentuk masing-masing kromosom. Berdasarkan cetakan tersebut, jumlah kromosom dan panjang lengan kromosom dihitung. Setiap kromosom dipasangkan dengan kromosom homolognya (Yulianty dkk., 2006). D. Analisis Data 1. Pembuatan Karyotipe Karyotipe dibuat sekurang-kurangnya dari dua foto kromosom prometafase dengan fokus berbedabeda. Kedua foto tersebut dijiplak pada plastik transparansi, lalu digunting dan diatur sesuai dengan bentuknya kemudian jumlah kromosom dan panjang kedua lengan diukur (Ruas dkk., 1995; Robert dkk., 1979) setelah itu dipasang-pasangkan sesuai homolognya (Ahmad dkk., 1983 dalam Akhiriani, 2005). Data morfometri diperoleh dari 10 kromosom dalam fase prometafase. Sifat yang diamati meliputi : panjang absolut (PA), indeks sentromer relatif (centromeric index = Ci), panjang keseluruhan kromosom haploid (haploid chromosome length = HCL), indeks asimetri relatif (asimetry index = AsI%), 29 perbandingan pasangan kromosom terpanjang dan terpendek (ratio = R), serta perbandingan lengan panjang dan pendek (L/S).

37 a. Panjang absolut (PA) Ukuran absolut kromosom ditentukan secara langsung. Pengukuran kromosom secara langsung dilakukan dengan mikrometer. b. Indeks sentromer relatif (centromeric index = Ci) Bentuk kromosom ditentukan berdasarkan posisi relatif sentromer Panjang lengan pendek kromosom Ci = x 100 Total panjang lengan kromosom c. Perbandingan lengan panjang dan pendek (L/S). kromosom panjang Nilai L/S = kromosom pendek d. Panjang keseluruhan kromosom haploid (haploid chromosome length = HCL). Nilai HCL dihitung dengan menjumlahkan seluruh panjang pasangan kromosom. e. Indeks asimetri relatif (asimetry index = AsI%) : total lengan panjang kromosom set AsI % = X 100 total panjang kromosom set f. Perbandingan pasangan kromosom terpanjang dan terpendek (ratio = R) : pasangan kromosom terpanjang R = pasangan kromosom terpendek 30 (Ruas dkk., 1995; Levan dkk., 1964 dalam Anggarwulan dkk., 1999).

38 Variasi utama yang dapat diamati pada kromosom untuk membandingkan spesies yang saling berhubungan, antara lain dengan mengamati ukuran panjang absolut yang ditentukan secara langsung menggunakan mikrometer, sifat kromosom terhadap pewarnaan, morfologi (bentuk), ukuran panjang relatif yang meliputi perhitungan indeks sentromer relatif, indeks asimetri relatif dan jumlah kromosom (Sharma, 1976 dalam Suliartini dkk., 2004). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Canna edulis Ker. Sampel tanaman ganyong kultivar merah dan kultivar putih dalam penelitian ini diambil dari kecamatan Baki Sukoharjo. Populasi yang diambil sebagai sampel merupakan populasi liar yang belum dibudidayakan. 1. Canna edulis Ker. kultivar merah Ganyong merah (Gambar 7) ditandai dengan daun berwarna hijau berbentuk bulat telur terbalik sampai elips dengan ujung daun meruncing. Tepi daun warna merah dan pelepah yang berwarna merah atau ungu. Kultivar ini memiliki warna batang merah, begitu juga dengan warna sisik pada rimpangnya. Jenis ini biasa disebut sebagai edulis dark (Brickell, 2010). Bunga tersusun dalam tandan dengan jumlah kelopak bunga ada 3 buah berwarna kuning, mahkota bunga berjumlah 3 berwarna merah dan masing-masing panjangnya 5 sentimeter. Bunga ganyong merah memiliki ovarium yang berwarna hijau kemerahan dengan 3 ruangan bakal biji. Jika dibandingkan dengan kutivar putih kultivar merah memiliki ukuran rimpang yang relatif kecil c

39 b c025602f e c000000fb02ceff d e f6d61 6e d d a2d f f816001c fb bc d c86904e d Data pengamatan morfologi dari tiap-tiap kultivar ganyong tersaji dalam tabel 1.

PEMBELAHAN MITOSIS PADA TUDUNG AKAR BAWANG MERAH (Allium Cepa)

PEMBELAHAN MITOSIS PADA TUDUNG AKAR BAWANG MERAH (Allium Cepa) PEMBELAHAN MITOSIS PADA TUDUNG AKAR BAWANG MERAH (Allium Cepa) LAPORAN PRAKTIKUM UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Genetika 1 yang dibimbing oleh Prof. Dr. Hj. Siti Zubaidah, M.Pd dan Andik Wijayanto, S.Si,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kembang sungsang (Gloriosa. superba L.) merupakan salah satu jenis

I. PENDAHULUAN. Kembang sungsang (Gloriosa. superba L.) merupakan salah satu jenis 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kembang sungsang (Gloriosa. superba L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk kedalam suku Liliaceae. Tanaman ini merupakan tumbuhan memanjat sehingga dikenal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN Halaman : 1 dari 5 METODE PREPARASI KROMOSOM DENGAN METODE SQUASH 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk penentuan jam pembelahan sel dan jumlah kromosom. 2. ACUAN NORMATIF Aristya, G.R., Daryono,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SQUASH AKAR BAWANG

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SQUASH AKAR BAWANG LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SQUASH AKAR BAWANG Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Praktikum Mikroteknik Tahun Ajaran 2014 Disusun Oleh : Litayani Dafrosa Br S 4411412016 Kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak digemari masyarakat Indonesia, sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai merah

Lebih terperinci

ANALISIS MEIOSIS PENDAHULUAN

ANALISIS MEIOSIS PENDAHULUAN 1 ANALISIS MEIOSIS PENDAHULUAN Latar Belakang Stadium haploid dari siklus seksual dihasilkan dari proses pembelahan inti yang disebut meiosis. Meiosis berlangsung pada sel-sel yang terdapat di dalam jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada didalam sel, pembelahan dan penduplikasian merupakan konsep terpenting

BAB I PENDAHULUAN. ada didalam sel, pembelahan dan penduplikasian merupakan konsep terpenting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap sel berasal dari sel hidup lainnya. Siklus sel merupakan tahapan dimana terjadinya proses pembelahan dan penduplikasian berbagai materi yang ada didalam sel,

Lebih terperinci

Pada keadaan demikian, kromosom lebih mudah menyerap zat warna, misalnya sudan III, hematoksilin, methylen blue, dan kalium iodida.

Pada keadaan demikian, kromosom lebih mudah menyerap zat warna, misalnya sudan III, hematoksilin, methylen blue, dan kalium iodida. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gen yang menentukan sifat suatu makhluk hidup dibawa oleh struktur pembawa gen yang mirip benang dan terdapat di dalam inti sel (nukleus). Kromosom hanya dapat diamati

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nilam

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nilam TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani Nilam Indonesia memiliki tiga jenis nilam yang sudah dikembangkan, yaitu: nilam aceh (Pogostemon cablin), nilam jawa (Pogostemon heyneanus) dan nilam sabun (Pogostemon hortensis).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kembang sungsang (Gloriosa superba L.) merupakan tanaman asli daratan

I. PENDAHULUAN. Kembang sungsang (Gloriosa superba L.) merupakan tanaman asli daratan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kembang sungsang (Gloriosa superba L.) merupakan tanaman asli daratan Afrika yang menyebar luas ke berbagai benua. Salah satunya Asia, mulai dari Srilangka, Malaysia,

Lebih terperinci

Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi

Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan mitosis dan meiosis pada tanaman Sub Pokok Bahasan :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh sebab itu permintaan pasar kepada petani terhadap produksi bawang merah

BAB I PENDAHULUAN. Oleh sebab itu permintaan pasar kepada petani terhadap produksi bawang merah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah (البصل) (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman umbi lapis yang merupakan salah satu bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia. Selain itu bawang

Lebih terperinci

PERBEDAAN MITOSIS DAN MEIOSIS Sel yang aktif membelah melewati suatu siklus yang berlangsung secara teratur dikenal sebagai siklus sel. Siklus sel dibedakan atas dua stadia, yaitu stadium istirahat (interfase)

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER MITOSIS AKAR BAWANG

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER MITOSIS AKAR BAWANG LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER MITOSIS AKAR BAWANG Disusun oleh: Kelompok 1: Bayu Purnomo (1110016100031) Ditya Ambarwati (1110016100024) Ria Rista Agustina (1110016100003) Ayu Nofitasari

Lebih terperinci

JUMLAH DAN PANJANG ABSOLUT KROMOSOM BAWANG MERAH KULTIVAR SAMAS (ALLIUM ASCALONICUM L. CV. SAMAS) ABSTRAK

JUMLAH DAN PANJANG ABSOLUT KROMOSOM BAWANG MERAH KULTIVAR SAMAS (ALLIUM ASCALONICUM L. CV. SAMAS) ABSTRAK JUMLAH DAN PANJANG ABSOLUT KROMOSOM BAWANG MERAH KULTIVAR SAMAS (ALLIUM ASCALONICUM L. CV. SAMAS) Dian Ayuning Tyas Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo, Semarang 50185 (Email:

Lebih terperinci

SIKLUS & PEMBELAHAN SEL. Suhardi S.Pt.,MP

SIKLUS & PEMBELAHAN SEL. Suhardi S.Pt.,MP SIKLUS & PEMBELAHAN SEL Suhardi S.Pt.,MP Proses reproduksi aseksual dimulai setelah sperma membuahi telur. PEMBELAHAN SEL Amitosis (Pembelahan biner) Pada umumnya bakteri berkembang biak dengan pembelahan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN Halaman : 1 dari 5 METODE PREPARASI KROMOSOM HEWAN DENGAN METODE SQUASH 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk penentuan jam pembelahan sel dan jumlah kromosom. 2. ACUAN NORMATIF Amemiya, C.T., J.W.

Lebih terperinci

MITOSIS DAN MEIOSIS. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed. BIOLOGI KEPERAWATAN 2009

MITOSIS DAN MEIOSIS. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed. BIOLOGI KEPERAWATAN 2009 MITOSIS DAN MEIOSIS TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed. BIOLOGI KEPERAWATAN 2009 SIKLUS SEL G1(gap 1): periode setelah mitosis, gen-gen aktif berekspresi S (sintesis): fase sintesis DNA (replikasi), kromosom

Lebih terperinci

Induksi Poliploidi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kolkisin

Induksi Poliploidi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kolkisin B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 3, Nomor 1 Januari 2002 Halaman: 174-180 Induksi Poliploidi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kolkisin Polyploid induction of Allium

Lebih terperinci

MAKALAH BIOLOGI KROMOSOM

MAKALAH BIOLOGI KROMOSOM MAKALAH BIOLOGI KROMOSOM OLEH: Annisa Tria Apriliani 1413100004 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR...iii DAFTAR TABEL... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 1

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI MODUL 3 BIOPSIKOSOSIOKULTURAL FAKULTAS KEDOKTERAN

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI MODUL 3 BIOPSIKOSOSIOKULTURAL FAKULTAS KEDOKTERAN PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI MODUL 3 BIOPSIKOSOSIOKULTURAL FAKULTAS KEDOKTERAN BAGIAN BIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG 2012 TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOLOGI 1. Saat praktikum berlangsung

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROTEKNIK LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROTEKNIK Metode Squash Disusun Untuk Memenuhi Ujian Kompetensi Mata Kuliah Mikroteknik Semester V Disusun Oleh : Wike Trajuningtyas Oktaviana K4312073 PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu keanekaragaman tersebut adalah bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan ikan

BAB I PENDAHULUAN. satu keanekaragaman tersebut adalah bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan ikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati dan hewani Indonesia sangat berlimpah. Salah satu keanekaragaman tersebut adalah bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan ikan Patin (Pangansius hypopthalmus).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,

Lebih terperinci

MODUL IV REPRODUKSI SEL

MODUL IV REPRODUKSI SEL 24 MODUL IV REPRODUKSI SEL TUJUAN mitosis. Memahami terjadinya proses dan fase-fase pembelahan sel, terutama secara TEORI Terdapat dua tipe sel yaitu prokariota dan eukariota.sel prokariota umumnya berukuran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA. B.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA

BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA OLEH: IR. SUPRIYANTA, MP. JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2004 Topik 1 Pendahuluan Dalam bidang biologi, kita mengenal suatu organisme

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

SET 4 REPRODUKSI SEL 1 (MITOSIS & MEIOSIS)

SET 4 REPRODUKSI SEL 1 (MITOSIS & MEIOSIS) 04 MATERI DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA BIOLOGI SET 4 REPRODUKSI SEL 1 (MITOSIS & MEIOSIS) Pembelahan sel dibedakan menjadi secara langsung (amitosis) dan tidak langsung (mitosis dan meiosis).

Lebih terperinci

PENGARUH KOLKISIN TERHADAP KROMOSOM UJUNG AKAR BAWANG MERAH

PENGARUH KOLKISIN TERHADAP KROMOSOM UJUNG AKAR BAWANG MERAH 1 PENGARUH KOLKISIN TERHADAP KROMOSOM UJUNG AKAR BAWANG MERAH PENDAHULUAN Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan sayuran umbi yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

Kromosom, DNA, Gen, Non Gen, Basa Nitrogen

Kromosom, DNA, Gen, Non Gen, Basa Nitrogen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Mata Kuliah : Biologi Umum Kode MK : Bio 612101 Tahun Ajaran : 2014/2015 Pokok Bahasan : Genetika Jani Master, M.Si.

Lebih terperinci

Karyotipe Kromosom pada Allium sativum L. (Bawang Putih) dan Pisum sativum L. (Kacang Kapri).

Karyotipe Kromosom pada Allium sativum L. (Bawang Putih) dan Pisum sativum L. (Kacang Kapri). B i o S M A R T ISSN: 1411-321X Volume 2, Nomor 1 April 2000 Halaman: 20-27 Karyotipe Kromosom pada Allium sativum L. (Bawang Putih) dan Pisum sativum L. (Kacang Kapri). AHMAD DWI SETYAWAN 1, SUTIKNO 2

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

PENGOLAHAN UMBI GANYONG

PENGOLAHAN UMBI GANYONG PENGOLAHAN UMBI GANYONG Ir. Sutrisno Koswara, MSi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center LPPM IPB 2013 DISCLAIMER This presentation is made possible by the generous support of the American

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

SUBSTANSI HEREDITAS. Dyah Ayu Widyastuti

SUBSTANSI HEREDITAS. Dyah Ayu Widyastuti SUBSTANSI HEREDITAS Dyah Ayu Widyastuti Sel Substansi Hereditas DNA RNA Pengemasan DNA dalam Kromosom DNA dan RNA Ukuran dan Bentuk DNA Double helix (untai ganda) hasil penelitian Watson & Crick (1953)

Lebih terperinci

PEMBELAHAN SEL Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

PEMBELAHAN SEL Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. PEMBELAHAN SEL Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa memahami mengenai posisi sel, kromosom, dan DNA dalam dalam kaitannya dengan organisme Mahasiswa memahami jenis-jenis

Lebih terperinci

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana 1 Program Studi Pendidikan B iologi. Disusun Oleh: RAHAYU KURNIA DEWI

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana 1 Program Studi Pendidikan B iologi. Disusun Oleh: RAHAYU KURNIA DEWI PENGAMATAN INTI SEL UJUNG AKAR Allium cepa MENGGUNAKAN PEWARNA ALTERNATIF BUAH GENDULA GENDULU (Breynia sp) DAN PERASAN RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

PERBANDINGAN NILAI NUTRISI (KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK) AMPAS TAHU TERFERMENTASI OLEH

PERBANDINGAN NILAI NUTRISI (KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK) AMPAS TAHU TERFERMENTASI OLEH PERBANDINGAN NILAI NUTRISI (KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK) AMPAS TAHU TERFERMENTASI OLEH Aspergillus oryzae, Rhizopus oligosporus DAN Neurospora sitophila Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

REPRODUKSI SEL REPRODUKSI SEL AMITOSIS. Profase I. Pembelahan I. Metafase I. Anafase I MEIOSIS. Telofase I. Interfase. Profase II.

REPRODUKSI SEL REPRODUKSI SEL AMITOSIS. Profase I. Pembelahan I. Metafase I. Anafase I MEIOSIS. Telofase I. Interfase. Profase II. REPRODUKSI SEL AMITOSIS REPRODUKSI SEL Pembelahan I Profase I Metafase I Anafase I Proleptotene Leptotene Zygotene Pachytene Diplotene Diakinesis MEIOSIS Interfase Telofase I Pembelahan II Profase II Metafse

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar-akar cabang yang lurus. Akar

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar-akar cabang yang lurus. Akar TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman berikut : Menurut Yufdi,M dkk (2006) kacang tanah memiliki sistematika sebagai Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Klas Ordo Famili Genus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bunga lili yang mempunyai nama latin Lilium longiflorum Thunb. termasuk dalam keluarga Liliaceae. Lili yang paling populer adalah Lili Paskah (Easter lily) atau disebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

SKRIPSI. ANALISIS KROMOSOM PADA ANGGREK ALAM JAWA TIMUR (Paphiopedilum glaucophyllum, Coelogyne speciosa dan Dendrobium crumenatum)

SKRIPSI. ANALISIS KROMOSOM PADA ANGGREK ALAM JAWA TIMUR (Paphiopedilum glaucophyllum, Coelogyne speciosa dan Dendrobium crumenatum) SKRIPSI ANALISIS KROMOSOM PADA ANGGREK ALAM JAWA TIMUR (Paphiopedilum glaucophyllum, Coelogyne speciosa dan Dendrobium crumenatum) Oleh : INDAH DEWI M.J H 0709056 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KOLKISIN TERHADAP JUMLAH KROMOSOM BAWANG PUTIH (Allium sativum) LOKAL KULTIVAR DOULU

PENGARUH PEMBERIAN KOLKISIN TERHADAP JUMLAH KROMOSOM BAWANG PUTIH (Allium sativum) LOKAL KULTIVAR DOULU PENGARUH PEMBERIAN KOLKISIN TERHADAP JUMLAH KROMOSOM BAWANG PUTIH (Allium sativum) LOKAL KULTIVAR DOULU Tumiur Gultom 1) Tenaga Pengajar Program Studi Biologi, Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

Dan lain-lainnya hanya di

Dan lain-lainnya hanya di PEMBELAHAN SEL Disusun oleh: Theresia retno kristanti (131434029) Wida hening sukma C (131434014) Anna maria (131434024) Vera yosefita (131434 Siwi saptarani (131434026) Stevani Widha (131434010) Tia ariana

Lebih terperinci

II. TINJAUN PUSTAKA. penghasil pisang yang terkenal diantaranya Brasil, Filipina, Panama,

II. TINJAUN PUSTAKA. penghasil pisang yang terkenal diantaranya Brasil, Filipina, Panama, II. TINJAUN PUSTAKA 2.1. Pisang Pisang berasal dari Asia Tenggara yang oleh para penyebar agama islam disebarkan ke Afrika Barat, Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Selanjutnya pisang menyebar ke seluruh

Lebih terperinci

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 PENGOLAHAN TALAS Ir. Sutrisno Koswara, MSi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 DISCLAIMER This presentation is made possible by the generous support of the American people

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) dikenal sebagai The King of Vegetable dan produksinya menempati urutan keempat dunia setelah beras, gandum dan jagung (The International

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gladiol Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbentuk dari calon akar,

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan Bahan yang digunakan antara lain daun salak [Salacca zalacca (Gaertn.) Voss] kultivar Kedung Paruk,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

Tabel 5. Distribusi jumlah kromosom ikan manvis golden marble

Tabel 5. Distribusi jumlah kromosom ikan manvis golden marble HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Dari hasil pengamatan dan pengukuran kromosom didapatkan hasil bahwa ada beberapa persamaan dan perbedaan untuk masing-masing varietas ikan manvis yang diamati. Data hasil pengamatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Divisi : Spermatophyta ; Sub divisi : Angiospermae ; Kelas : Monocotyledoneae ;

TINJAUAN PUSTAKA. Divisi : Spermatophyta ; Sub divisi : Angiospermae ; Kelas : Monocotyledoneae ; TINJAUAN PUSTAKA Sistematika tanaman pisang adalah sebagai berikut, Kingdom : Plantae ; Divisi : Spermatophyta ; Sub divisi : Angiospermae ; Kelas : Monocotyledoneae ; Famili : Musaceae ; Genus : Musa

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah (Arachis hypogaeal.) Fachruddin (2000), menjelaskan bahwa klasifikasi tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

MAKALAH GENETIKA. Mitosis dan Meiosis. Oleh : Nama : Ayu Milad Fauziah NPM : Kelas : H FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

MAKALAH GENETIKA. Mitosis dan Meiosis. Oleh : Nama : Ayu Milad Fauziah NPM : Kelas : H FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN MAKALAH GENETIKA Mitosis dan Meiosis Oleh : Nama : Ayu Milad Fauziah NPM : 200110130216 Kelas : H FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2014 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI..... 2 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman stroberi telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi bukan jenis yang dikenal saat ini. Stroberi yang dibudidayakan sekarang disebut sebagai stroberi modern (komersial)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor interaksi antara konsentrasi kolkhisin 0%, 0,05%, 0,10%, 0,15% dan lama perendaman kolkhisin 0 jam, 24 jam,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN STEK BATANG DAN KANDUNGAN POLIFENOL

PERTUMBUHAN STEK BATANG DAN KANDUNGAN POLIFENOL PERTUMBUHAN STEK BATANG DAN KANDUNGAN POLIFENOL PADA TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) SETELAH PEMBERIAN VARIASI KONSENTRASI NAA (1-Napthalene Acetic Acid) DAN IBA (Indole-3-Butyric Acid) Skripsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah dengan mengembangkan alternatif pangan. Program diversifikasi pangan belum dapat berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaannya termasuk kekayaan tentang makanan tradisional, banyak makanan tradisional yang tidak dijumpai di negara lain

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM GENETIKA DASAR. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PETUNJUK PRAKTIKUM GENETIKA DASAR. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PETUNJUK PRAKTIKUM GENETIKA DASAR Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2017 2 Petunjuk Praktikum Genetika Dasar TATA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan bahan pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan bahan pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan bahan pangan utama ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Ubi kayu yang berasal dari Brazil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup

Lebih terperinci

ANALISIS KROMOSOM JAHE (Zingiber officinale var. officinale) Chromosomes Analysis Of Ginger (Zingiber Officinale Var. Officinale)

ANALISIS KROMOSOM JAHE (Zingiber officinale var. officinale) Chromosomes Analysis Of Ginger (Zingiber Officinale Var. Officinale) ANALISIS KROMOSOM JAHE (Zingiber officinale var. officinale) Chromosomes Analysis Of Ginger (Zingiber Officinale Var. Officinale) Faizal Kusuma Yulianto 1) dan Parjanto 2) ABSTRACT The cytogenetic information

Lebih terperinci

MEKANISME SEL. Mitosis & Meiosis

MEKANISME SEL. Mitosis & Meiosis MEKANISME SEL Mitosis & Meiosis MITOSIS MEIOSIS Nama Anggota : Khaidir Adam Wijaya M. Saifullah Romadhon Yanuar Setia Budi Rahmawan Yulianto Gabryna Auliya Nugroho Reindy Katon Bagaskara MITOSIS Pembelahan

Lebih terperinci

ABSTRACT. IDENTIFICA'I'ION OF PERIOD NEEDED EACH PHASE IN Pyrrosia lanceolata (L.) Farwell FERN ROOT CELLS DURING MITOSIS

ABSTRACT. IDENTIFICA'I'ION OF PERIOD NEEDED EACH PHASE IN Pyrrosia lanceolata (L.) Farwell FERN ROOT CELLS DURING MITOSIS ABSTRACT IDENTIFICA'I'ION OF PERIOD NEEDED EACH PHASE IN Pyrrosia lanceolata (L.) Farwell FERN ROOT CELLS DURING MITOSIS DEWl lndrlyanl ROSLIM dan MAYTA NOVALIZA lsda The objectives of this research were

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang (Musa spp.) Indonesia pisang merupakan tanaman yang sangat penting karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Pisang adalah tanaman herba yang berasal

Lebih terperinci

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT Dr. Sri Handayani Tim PPM Jurusan Pendidikan Kimia FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 1 TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT Dr. Sri Handayani

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

Diperlukan untuk tumbuh, regenerasi, dan reproduksi

Diperlukan untuk tumbuh, regenerasi, dan reproduksi Diperlukan untuk tumbuh, regenerasi, dan reproduksi Distribusi kumpulan kromosom yang identik ke sel anak PROKARIOTA : Tidak ada stadium siklus sel, duplikasi kromosom dan distribusinya ke sel generasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN RASIO KONVERSI PAKAN IKAN NILA. (Oreochromis niloticus) DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

PERTUMBUHAN DAN RASIO KONVERSI PAKAN IKAN NILA. (Oreochromis niloticus) DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan PERTUMBUHAN DAN RASIO KONVERSI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh: Nita Ardita NIM.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor yang pertama

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PITA-C KROMOSOM TANAMAN SALAK JANTAN DAN BETINA (Salacca zalacca var. zalacca)

ANALISIS POLA PITA-C KROMOSOM TANAMAN SALAK JANTAN DAN BETINA (Salacca zalacca var. zalacca) ANALISIS POLA PITA-C KROMOSOM TANAMAN SALAK JANTAN DAN BETINA (Salacca zalacca var. zalacca) ANALYSIS OF C-BANDING CHROMOSOMES OF MALE AND FEMALE SALAK (Salacca zalacca var. zalacca) Parjanto Staf Pengajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Anggrek

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Anggrek 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Anggrek Anggrek di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis : Monocotyledoneae Ordo : Orchidales

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Gladiol Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis (Herlina, 1991). Tanaman gladiol berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci