KONSEPSI SISWA TENTANG SIFAT-SIFAT KUTUB MAGNET

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEPSI SISWA TENTANG SIFAT-SIFAT KUTUB MAGNET"

Transkripsi

1 KONSEPSI SISWA TENTANG SIFAT-SIFAT KUTUB MAGNET Rien S. D. Premawoli, Marmi Sudarmi, Alvama pattiserlihun Program studi pendidikan fisika Fakultas sains dan matematika Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro Salatiga 50711, Indonesia rien_sandra@yahoo.co.id Abstrak Siswa tidak memasuki pelajaran fisika dengan kepala yang kosong. Tapi malah sebaliknya kepala siswa sudah penuh dengan pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan fisika. Demikian juga pada sifat-sifat kutub magnet, siswa punya konsep sendiri yang berdasarkan pengalamannya. Jika konsep bangunan siswa tersebut tidak cocok dengan yang dimaksud teori, akibatnya akan mengganggu siswa dalam belajar bab berikutnya. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui konsepsi siswa tentang sifat-sifat kutub magnet. Penelitian dilakukan pada 15 orang siswa SMA kelas XI salah satu sekolah di Salatiga, dengan cara memberikan soal tes berupa pilihan ganda dan meminta siswa untuk menuliskan alasannya, kemudian jawaban siswa dianalisa secara deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian ditemukan beberapa konsepsi yaitu, siswa belum memahami kalau magnet hanya bisa menarik bahan magnetik, siswa berpikir ketika magnet didekatkan dengan besi yang menarik adalah magnet, semakin jauh jarak magnet terhadap benda semakin besar kekuatan magnet menarik benda, massa benda berpengaruh pada kuatnya gaya tarikan magnet terhadap benda, kutub yang senama tarik-menarik dan kutub yang tidak senama tolak-menolak, kutub-kutub magnet bisa dipisahkan. Kata kunci: Konsepsi, sifat-sifat kutub magnet. A. PENDAHULUAN Masalah utama mengapa siswa kesulitan belajar fisika adalah karena banyak konsep fisika yang abstrak. Ketika mengajar guru fisika kebanyakan hanya menginformasikan teori-teori yang ada di buku tanpa menunjukkan kepada siswa bagaimana teori itu diperoleh dan apa artinya. Cara ini jelas tidak memperdulikan proses penemuan konsep tersebut sekaligus tidak memperdulikan konsep yang dimiliki siswa. Padahal siswa tidak memasuki pelajaran fisika dengan kepala yang kosong. Tapi malah sebaliknya kepala siswa sudah penuh dengan pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan fisika. Sehingga siswa dengan mudah akan membangun konsep tentang alam sekitar menurut pemikirannya sendiri. Jika konsep bangunan siswa tersebut tidak cocok dengan yang di maksud teori, akibatnya akan mengganggu siswa dalam belajar bab berikutnya. Untuk mengatasi masalah seperti itu guru harus tahu konsep yang dimiliki oleh siswa. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana konsepsi siswa tentang sifat-sifat kutub magnet.

2 Penelitian berkenaan dengan konsepsi telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Fisika FSM Pendidikan Fisiwa UKSW dengan berbagai materi tentang fisika. Misalnya, Konsepsi siswa SMU tentang Elastis (Theresina A. Soares), Konsepsi siswa tentang pembentukan bayangan pada lensa cembung (Nuridawati), Konsepsi siswa tentang pembentukan bayangan oleh lubang kecil (Margaretha L.T. Kalumbang). Berdasarkan banyaknya konsepsi dalam beberapa materi fisika yang ditemukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, maka akan dilakukan penelitian mengenai konsepsi siswa tentang Sifat-sifat kutub magnet. Dalam hal ini akan dilakukan hal serupa untuk mengetahui pemahaman siswa yang akan menjadi sampel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsepsi siswa tentang sifat-sifat kutub magnet. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan kepada dosen/guru fisika tentang adanya beberapa jenis konsepsi siswa tentang sifat-sifat kutub magnet yang dapat digunakan sebagai dasar untuk merancang pembelajaran yang tepat untuk mengatasi konsepsi tersebut. B. DASAR TEORI Pengertian Konsep, Konsepsi Setiap benda (obyek) di lingkungan manusia memiliki bentuk, ukuran dan ciri-ciri. Untuk mengenali sebuah obyek, maka kita harus tahu apa saja ciri-cirinya sehingga kita dapat membedakan suatu obyek dengan obyek yang lain. Misalnya meja, walaupun setiap meja bahan, bentuk, warna dan ukurannya berbeda tetapi ada kesamaan antara semua meja yang membedakan meja dan lemari, kursi dan obyek lainnya. Jadi, konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berpikir [1]. Pengertian atau penafsiran terhadap suatu konsep tertentu, dalam pikiran seseorang disebut sebagai konsepsi [1]. Konsepsi seseorang dapat berbeda satu dengan yang lain, karena tiap orang memiliki pemahaman awal yang berbeda berdasarkan pengalamannya sehari-hari. Kutub magnet Bagian magnet yang memiliki kekuatan magnet paling besar. Sifat-sifat Kutub magnet 1. Magnet dapat menarik bahan magnetik (besi, baja) 2. Semakin dekat jarak kutub magnet terhadap bendanya, semakin kuat gaya tarikan magnet terhadap benda itu. 3. Gaya pada magnet tidak tergantung massa. 4. Jika dua buah magnet yang posisi kutubnya senama didekatkan maka magnet-magnet tersebut akan tolak menolak, dan sebaliknya jika posisi kutub-kutubnya tak senama maka magnet-magnet tersebut akan tarik menarik. 5. Kutub-kutub magnet tidak dapat dipisahkan.

3 C. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif[5], artinya data atau informasi hasil penelitian yang didapat akan dijelaskan secara detail sesuai dengan kecenderungan yang ada. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 orang siswa SMA kelas XI salah satu sekolah di salatiga. Siswa diberikan tes tertulis dalam bentuk soal pilihan ganda dan diminta memberikan alasan. Dalam penelitian terdiri dari 2 tahap 1. Tahap persiapan Membuat soal pertanyaan konsep 2. Tahap pelaksanaan 1. Proses pengambilan data dilakukan dengan cara memberikan soal kepada 15 sampel penelitian untuk mengetahui konsep siswa tentang sifat-sifat kutub magnet. 2. Analisa data, data yang diperoleh dianalisa secara kualitatif D. HASIL PENELITIAN DAN ANALISA Dari penelitian yang dilakukan diperoleh jawaban siswa sebagai berikut: Tabel 1. Jawaban masing-masing siswa Soal Jumlah jawaban siswa Nomor Option A Option B Option C Option D Keterangan: ( ) jawaban yang benar

4 Soal no. 1 Jawaban benar: Option (Besi jadi magnet), karena peristiwa tarik-menarik dan tolak-menolak hanya terjadi pada dua magnet yang saling didekatkan. Jadi kalau besi dapat ditarik magnet, itu karena besi jadi magnet. 6 siswa memilih option (besi jadi magnet), dengan alasan: 5 siswa menjawab karena besi adalah bahan yang dapat menjadi magnet, 1 siswa menjawab karena kalau besi ditarik magnet maka tembaga itu juga pasti akan tertarik. Dari 6 siswa memilih option yang benar tetapi hanya 5 siswa yang memberikan alasan dengan benar, sedangkan 1 siswa memberikan alasan yang salah. 5 siswa memilih option (tembaga tidak jadi magnet), dengan alasan karena tembaga tidak mengandung magnet. Jawaban dan alasan siswa salah, karena benda itu bisa jadi magnet atau tidak bisa jadi magnet bukan karena mengandung magnet tetapi benda itu magnet atau bukan magnet 1 siswa memilih option C (besi tidak jadi magnet), jawaban dan alasan siswa salah, karena siswa hanya mengulang kembali soal. Siswa ini tidak memahami bahwa magnet hanya bisa menarik atau menolak magnet. 3 siswa memilih option D (tembaga jadi magnet), dengan alasan magnet dengan magnet saling menolak. Jawaban dan alasan siswa salah, kalau tembaga tidak ditarik magnet, karena tembaga memang tidak jadi magnet. Dari jawaban siswa pada soal no. 1. Hanya 33% siswa yang sudah mengerti bahwa magnet hanya bisa menarik magnet sedang 67% siswa belum mengerti. Soal no. 2 Jawaban benar: Option (saling menarik), karena ketika besi didekatkan dengan magnet, besi akan jadi magnet sehingga keduanya akan saling menarik karena sama-sama magnet. 9 siswa memilih option A(magnet), dengan alasan karena magnet bersifat menarik. Jawaban dan alasan siswa salah, karena ketika besi didekatkan dengan magnet, besi jadi magnet. Sehingga kedua nya saling menarik. 3 siswa memilih option B (besi), dengan alasan karena besi mudah ditarik oleh magnet. Jawaban dan alasan siswa salah. Alasan yang diberikan oleh siswa tidak sesuai dengan option yang dipilih siswa. Karena yang ditanyakan yang menarik bukan yang ditarik. Siswa ini tidak teliti dalam membaca soal. 3 siswa memilih option (saling menarik), dengan alasan besi jadi magnet jadi saling menarik. Jawaban dan alasan siswa sudah benar. Dari jawaban siswa pada soal no.2. Hanya 20% siswa yang sudah mengerti jika besi didekatkan dengan magnet akan saling menarik sedangkan 80% siswa tidak mengerti, 60% siswa menganggap bahwa yang menarik magnet, dan 20% menganggap yang menarik besi. Soal no.3 Jawaban yang benar: (kutub B menarik benda 2), karena jarak kutub B terhadap benda 2 lebih dekat sehingga gaya tarikan kutub B terhadap benda 2 lebih kuat.

5 3 siswa memilih option A (kutub A menarik benda 1), dengan alasan jarak yang jauh akan akan menarik lebih kuat. Jawaban dan alasan siswa salah, siswa berpikir semakin jauh jarak benda dari magnet, gaya tarikan magnet akan semakin kuat. Padahal semakin jauh jarak magnet terhadap benda kekuatannya akan semakin kecil. 11 siswa memilih option (kutub B menarik benda 2), dengan alasan, 8 siswa menjawab karena jarak kutub B terhadap benda 2 lebih dekat, 3 siswa menjawab karena kutub B lebih kuat maka tarikannya lebih kuat. Dari 11 siswa yang memilih option yang benar hanya 8 siswa yang memberikan alasan dengan benar, sedangkan 3 siswa memberikan alasan yang salah karena kedua benda ditarik oleh magnet sama sehingga kekuatan kedua kutub pasti sama. 1 siswa memilih option C (sama kuatnya karena magnetnya sama), dengan alasan karena magnet dapat menarik benda sama kuat. Jawaban dan alasan siswa salah, siswa berpikir karena benda ditarik oleh magnet yang sama maka kekuatannya sama tidak tergantung massa. Padahal sekalipun ditarik oleh magnet yang sama kalau jarak magnet terhadap benda berbeda, kekuatannya juga berbeda. Dari jawaban siswa pada soal no.3. Hanya 33% siswa yang sudah mengerti kalau magnet yang sama menarik benda yang massanya sama dengan jarak yang berbeda maka kutub magnet yang menarik lebih kuat adalah yang jaraknya lebih pendek sedangkan 67% siswa tidak mengerti. Soal no.4 Jawaban yang benar: (kutub A menarik benda 1), karena jarak kutub A menarik benda 1 lebih dekat sehingga gaya tarikan lebih kuat adalah kutub A menarik benda 1. 7 siswa memilih option A (kutub B menarik benda 2), dengan alasan karena massa benda 2 lebih kecil. Jawaban dan alasan siswa salah, siswa berpikir bahwa semakin kecil massa benda gaya tarik magnet terhadap benda akan semakin kuat. Padahal massa benda tidak berpengaruh pada kuatnya gaya tarikan yang berpengaruh adalah jarak. 7 siswa memilih option (kutub A menarik benda 1), dengan alasan, 5 siswa menjawab karena jarak kutub A terhadap benda 1 lebih dekat, 2 siswa menjawab karena massa benda 1 lebih besar. Dari 7 siswa yang memilih option yang benar hanya 5 siswa yang memberikan alasan dengan benar, sedangkan 2 siswa memberikan alasan yang salah karena massa benda tidak berpengaruh pada kuatnya gaya tarikan. 1 siswa memilih option C (sama kuatnya karena magnetnya sama), dengan alasan benda 1 jaraknya dekat massanya besar, benda 2 jaraknya jauh massanya kecil jadi seimbang. Jawaban dan alasan siswa salah, karena massa tidak berpengaruh pada kuatnya gaya tarikan. Dari jawaban siswa pada soal no.4. Hanya 33% siswa yang sudah mengerti kalau magnet yang sama menarik benda yang massanya berbeda dengan jarak yang berbeda maka kutub magnet yang menarik lebih kuat adalah yang jaraknya lebih pendek sedangkan 67% siswa tidak mengerti. Soal no. 5 Jawaban yang benar: (sama kuatnya karena magnetnya sama), karena kedua benda ditarik oleh magnet yang sama dan jarak benda dari setiap kutub magnet sama.

6 2 siswa memilih option A (kutub A menarik benda 1), dengan alasan karena benda 1 massanya lebih besar dari benda 2. Jawaban dan alasan siswa salah, siswa berpikir bahwa semakin besar massa benda, gaya tarikan magnet terhadap benda akan semakin besar. Padahal massa tidak berpengaruh pada kekuatan magnet. 8 siswa memilih option B (kutub B menarik benda 2), dengan alasan karena massa benda 2 lebih kecil. Jawaban dan alasan siswa salah, siswa berpikir bahwa semakin kecil massa benda, gaya tarik magnet terhadap benda semakin besar. Padahal massa tidak berpengaruh pada kekuatan magnet. 5 siswa memilih option (sama kuatnya karena magnetnya sama), dengan alasan karena ditarik oleh magnet yang sama dan jaraknya sama. Jawaban dan alasan siswa sudah benar. Dari jawaban siswa pada soal no.5. Hanya 33% siswa yang sudah mengerti kalau magnet yang sama menarik benda yang massanya berbeda, gaya tarikannya sama besar sedangkan 67% siswa belum mengerti, siswa masih berpikir bahwa massa mempengaruhi gaya tarikan magnet terhadap benda. Soal no.6 Jawaban yang benar: (sama kuatnya karena magnetnya sama), karena ditarik oleh magnet yang sama dan jarak benda dari setiap kutub magnet sama. 3 siswa memilih option B (lebih kuat kutub B menarik benda 2), dengan alasan karena kekuatan magnet lebih besar pada kutub B. Jawaban dan alasan siswa salah, siswa berpikir bahwa dalam satu magnet kekuatan setiap kutub tidak sama. Padahal magnet yang sama, kutub-kutubnya akan memiliki kekuatan yang sama. 12 siswa memilih option (sama kuatnya karena magnetnya sama), dengan alasan karena massa dan jaraknya sama. Dari 12 siswa yang memilih option yang benar, semuanya memberikan alasan yang salah karena massa tidak berpengaruh pada kuatnya gaya tarikan. Dari jawaban siswa pad soal no % siswa belum mengerti, 80% siswa berpikir bahwa massa magnet berpengaruh pada kuatnya gaya tarik-menarik magnet dan 20% siswa berpikir bahwa kekuatan magnet setiap kutub berbeda. Soal no.7 Jawaban yang benar: (sama kuatnya), karena massa tidak berpengaruh pada kekuatan tarikmenarik magnet, maka magnet A dan B sama kuatnya. 12 siswa memilih option A (lebih kuat A menarik B), dengan alasan karena massa magnet A lebih besar maka lebih kuat A menarik B. Jawaban dan alasan siswa salah, siswa berpikir bahwa semakin besar massa magnet maka kekuatan tarik-menarik akan semakin besar. Padahal massa tidak berpengaruh pada kekuatan tarik-menarik magnet. 3 siswa memilih option (sama kuatnya), dengan alasan karena massa tidak berpengaruh pada kekuatan tarik-menarik magnet. Jawaban dan alasan siswa sudah benar. Dari jawaban siswa pada soal no.7. Hanya 20% siswa yang sudah mengerti kalau dua magnet yang massanya berbeda didekatkan kekuatan tarik-menariknya sama kuat sedangkan 80% siswa belum mengerti, siswa masih berpikir kalau massa berpengaruh pada kekuatan tarik-menarik.

7 Soal no.8 Jawaban yang benar: (A dan C), karena pada magnet utama kutub yang senama tolak-menolak dan kutub yang tidak senama tarik-menarik. Jadi kalau ujung 1 dan 3 tarik-menarik, ujung 4 dan 6 tarik-menarik dan ujung 2 dan 5 tolak-menolak maka yang merupakan magnet adalah A dan C. 3 siswa memilih option A (A dan B), dengan alasan karena ujung 1 dan 3 tarik-menarik. Jawaban dan alasan siswa salah, karena ujung 2 dan 5 tolak-menolak, maka keduanya adalah magnet, karena magnet pada kutub yang senama akan tolak-menolak. 8 siswa memilih option (A dan C), dengan alasan karena ujung 2 dan 5 tolak-menolak berarti keduanya adalah magnet sehingga kutub yang senama tolak-menolak. Jawaban dan alasan siswa sudah benar. 4 siswa memilih option C (B dan C), dengan alasan karena ujung 4 dan 6 tarik-menarik. Jawaban dan alasan siswa salah, karena ujung 2 dan 5 tolak-menolak, maka keduanya adalah magnet, karena magnet pada kutub yang senama akan tolak-menolak. Dari jawaban siswa pada soal no. 8. Hanya 53% sudah bisa membedakan mana yang magnet dan bukan magnet hanya dengan menentukan kutub-kutubnya sedangkan 47% siswa belum bisa membedakan. Soal no.9 Jawaban yang benar: (A kutub selatan, F kutub selatan), karena pada magnet kutub yang senama tolak-menolak dan kutub yang tidak senama tarik-menarik. Jadi karena C kutub utara, B dan C tolakmenolak berarti B adalah kutub utara, jika C utara maka D kutub selatan, D dan E tarik menarik maka E adalah kutub utara. Maka kutub pada A dan F adalah kutub selatan. 3 siswa memilih option A (A kutub utara, F kutub selatan), dengan alasan karena B kutub utara. Jawaban dan alasan siswa salah, siswa berpikir bahwa kutub yang tidak senama tolak-menolak. Padahal kalau C kutub utara maka B juga kutub utara karena keduanya tolak-menolak. 10 siswa memilih option (A kutub selatan, F kutub selatan), dengan alasan karena C kutub utara dan tolak-menolak dengan B berarti B adalah kutub utara, kalau B kutub utara maka A adalah kutub selatan. C kutub utara, D dan E tarik-menarik, maka kutub E adalah kutub utara, kalau E kutub utara maka F adalah kutub selatan. Jawaban dan alasan siswa sudah benar. 2 siswa memilih option C (A kutub selatan, F kutub utara), dengan alasan karena kutub A dan F akan tolak-menolak. Jawaban dan alasan siswa salah, siswa berpikir bahwa kutub yang tidak senama akan tolak-menolak. Dari soal no % siswa sudah mengerti bahwa kutub senama akan akan tolak-menolak dan kutub yang tidak senama akan tarik-menarik sedangkan 33% siswa belum mengerti. Soal no.10 Jawaban yang benar: (B besi, A magnet), karena magnet didekatkan dengan besi, bagian yang menarik dengan kuat adalah pada bagian kutub sedangkan jika besi didekatkan dengan magnet, kekuatannya sama pada setiap bagian. Jadi yang merupakan magnet adalah A yang besi itu B.

8 3 siswa memilih option A (A besi, B magnet), dengan alasan karena B menarik A dengan kuat. Jawaban dan alasan siswa salah, siswa berpikir bahwa ketika benda menarik semuanya dengan kuat maka itu adalah magnet. Padahal kekuatan magnet yang paling kuat adalah pada kutubnya. 9 siswa memilih option (B besi, A magnet), dengan alasan karena B menarik A semuanya dengan kuat maka yang besi adalah B, A adalah magnet. Jawaban dan alasan siswa sudah benar. 3 siswa memilih option C (A dan B magnet), dengan alasan karena magnet yang menarik besi. Jawaban alasan siswa salah, siswa berpikir bahwa hanya magnet yang memiliki kekuatan menarik benda. Padahal ketika besi didekatkan dengan magnet, besi akan jadi magnet dan bisa menarik juga. Dari jawaban siswa pada soal no % siswa sudah bisa membedakan mana yang besi dan mana yang magnet hanya dengan cara mendekatkan kutub-kutubnya sedangkan 40% siswa belum bisa membedakan. Soal no.11 Jawaban yang benar: ( U S U S ), karena jika sebuah magnet dipotong, setiap potongan tetap memiliki dua kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Jadi sebuah magnet yang dipotong jadi dua, setiap potongannya, masing-masing memiliki kutub utara dan kutub selatan. 4 siswa memilih option A ( U S ), dengan alasan karena utara dan selatan sudah dibelah. Jawaban dan alasan siswa salah, siswa berpikir bahwa ketika magnet dipotong maka kutubnya akan terpisah, pada kutub utara hanya ada kutub utara dan pada kutub selatan hanya ada kutub selatan. Padahal sebuah magnet yang dipotong sangat kecilpun tetap memiliki dua kutub, yaitu utara dan selatan. 9 siswa memilih option ( U S U S ), dengan alasan karena jika satu magnet dipotong pasti magnet masing-masing memiliki kutub utara dan selatan. Jawaban dan alasan siswa sudah benar. 1 siswa memilih option C ( S U S U ), dengan alasan bila didekatkan menjadi satu dan tarik-menarik. Jawaban dan alasan siswa salah, siswa berpikir bahwa ketika magnet dipotong, setiap potongan kutubnya akan terbalik. Padahal ketika magnet dipotong seperti ini U S S susunan kutubnya akan seperti semula U S U S tetap memiliki kutub utara dan kutub selatan untuk masing-masing potongan magnet. Soal no.12 Jawaban yang benar: ( U S U S U S ), karena jika sebuah magnet dipotong, setiap potongan tetap memiliki dua kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Jadi sebuah magnet yang dipotong jadi tiga, setiap potongannya, masing-masing memiliki kutub utara dan kutub selatan. 1 siswa memilih option B ( U U U S S S ), dengan alasan karena potongan magnet sama. Jawaban dan alasan siswa salah, siswa berpikir bahwa ketika magnet dipotong kutubnya akan terpisah, pada bagian kutub utara hanya kutub utara dan bagian kutub selatan hanya kutub selatan. Padahal susunan magnet elementernya sebelum dipotong U S dan setelah dopotong akan seperti ini U S U S U S Setiap potongan memilki kutub utara dan selatan.

9 14 siswa memilih option ( U S U S U S ), dengan alasan: 9 siswa menjawab karena pada gambar awal sebelah kiri utara sebelah kanan selatan, jadi jika dipotong menjadi tiga kutub-kutubnya seperti ini, U S, U S, U S dan 4 siswa menjawab karena kutub tersebut akan bertolak. Dari 14 siswa yang memilih option yang benar hanya 9 siswa yang yang memberikan alasan dengan benar, sedangkan 5 siswa memberikan alasan yang salah, siswa ini berpikir bahwa kalau kutubnya tidak sejenis akan tolak-menolak. Dari jawaban siswa pada no.11 dan % siswa sudah mengerti jika magnet dipotong, masingmasing potongan tetap memiliki dua kutub utara dan selatan sedangkan 40% siswa belum mengerti, siswa menganggap jika mgnet dipotong jadi dua U S maka akan jadi seperti U S. Dan ada juga yang berpikir ketika magnet dipotong kutubnya akan terbalik dari U S akan menjadi S U S U Soal no.13 Jawaban yang benar: ( U S ), karena jika beberapa magnet digabung menjadi satu hanya ada dua kutub, yaitu utara dan selatan. 4 siswa memilih option A ( U S U S ), dengan alasan karena jika dua magnet digabungkan akan tetap jadi U S U S. Jawaban dan alasan siswa salah, siswa berpikir bahwa setelah magnet digabungkan masih memiliki kutub U S U. S. Padahal sebelumnya U S U S Setelah digabungkan akan seperti ini U S hanya memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. 10 siswa memilih option ( U S ), dengan alasan: 6 siswa menjawab karena dua magnet sudah jadi satu magnet dan 4 siswa menjawab karena Jika U S dipecahkan menjadi 2 menjadi US US. Dari 10 siswa yang memilih option yang benar hanya 6 siswa yang memberikan alasan dengan benar sedangkan 4 siswa memberikan alasan yang salah, siswa berpikir bahwa ketika magnet U S dipecahkan menjadi dua akan jadi U S U S, jadi ketika ada dua magnet yang digabungkan maka akan menjadi U S. 1 siswa memilih option C ( S U S U ), dengan alasan karena kutub terbagi menjadi 2 dan harus disatukan. Jawaban dan alasan siswa salah, siswa berpikir bahwa saat dua magnet yang masing-masing memiliki kutub utara dan selatan, jika d igabung kutub-kutubnya tetap US, US. Padahal sebelum digabungkan U S U S setelah digabungkan susunannya akan seperti ini U S dan hanya dua kutub yaitu utara dan selatan. Soal no. 14 Jawaban yang benar: ( U S ), karena jika beberapa magnet digabungkan menjadi satu, maka kutub yang terdapat pada magnet yang sudah menjadi satu adalah utara dan selatan. 5 siswa memilih option A ( U S U S U S ), dengan alasan selatan dan utara saling tarik menarik. Jawaban dan alasan siswa salah, siswa berpikir bahwa ketika magnet digabungkan kutub-kutubnya akan tetap seperti ini U S U S U S. Padahal sebelum digabung susunan magnet elementernya U S U S U S setelah digabungkan U S hanya ada dua kutub yaitu utara dan kutub selatan.

10 10 siswa memilih option ( U S ), dengan alasan: 6 siswa menjawab karena jika magnet digabungkan hanya terdapat 2 kutub dan 4 siswa menjawab karena jika U S dipecahkan akan menjadi U S U S U S. Dari 10 siswa yang memilih option yang benar hanya 6 siswa yang memberikan alasan dengan benar sedangkan 4 siswa memberikan alasan yang salah, siswa berpikir bahwa ketika magnet U S dipotong bagi tiga akan menjadi U S U S U S, jadi ketika ada tiga magnet yang digabungkan akan jadi seperti ini. U Dari jawaban siswa pada soal no. 13 dan 14. Hanya 40% siswa yang sudah memahami kalau magnet digabungkan, hanya memiliki dua kutub yaitu utara dan selatan sedangkan 60% siswa belum memahami, siswa masih berpikir ketika 3 magnet ini digabungkan U S U S U S akan jadi U S U S U S bahkan ada siswa yang berpikir kutubnya terbalik ketika magnet digabungkan. E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ada beberapa jenis konsepsi siswa pada sifat-sifat kutub magnet, yaitu: 1. Siswa belum memahami kalau magnet hanya bisa menarik magnet. 2. Siswa berpikir ketika magnet didekatkan dengan besi yang menarik adalah magnet. 3. Siswa berpikir semakin jauh jarak magnet terhadap benda kekuatannya menariknya besar. 4. Siswa berpikir bahwa massa benda berpengaruh pada kuatnya gaya tarik magnet terhadap benda. 5. Siswa bepikir kalau kutub yang senama akan tarik-menarik dan kutub yang tidak senama tolak-menolak. 6. Siswa berpikir kalau kutub-kutub magnet bisa dipisahkan. Saran Diharapkan pada penelitian-penelitian berikutnya melakukan wawancara untuk lebih mengetahui konsep anak dengan lebih detail, karena siswa masih banyak salah konsep pada sifat-sifat kutub magnet. Bagi guru diharapkan agar dalam proses mengajar sifat-sifat kutub magnet menekankan bahwa gaya magnet tidak tergantung massa. Guru juga diharapkan benar-benar memberhatikan konsep anak agar konsep anak yang salah bisa dibenarkan sesuai dengan teori. S

11 F. DAFTAR PUSTAKA [1]. Berg, Euwe Van Den Miskonsepsi Fisika Dan Remidiasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. [2]. Ratna Wilis Dahar Teori teori Belajar. Bandung. [3]. [4]. Kanginan Marthen Fokus Fisika. Cimahi. [5] Metode Penelitian Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. [6]. Lawrens Hasby, HP Novianto Pintar fisika. Solo: Beringin [7]. Soedojo, P Azas-azas Ilmu Fisika. Yogjakarta: Gadjah Mada University Press. [8]. Kalumbang, M Konsepsi siswa tentang pembentukan bayangan oleh lubang kecil. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI. Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI. Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI Ignasia Evi Susanti 1, Diane Noviandini 1, Marmi Sudarmi 1 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Jl.

Lebih terperinci

2. DASAR TEORI Pengertian Konsep, Konsepsi, dan Perkembangan konsep

2. DASAR TEORI Pengertian Konsep, Konsepsi, dan Perkembangan konsep menginformasikan teori-teori yang ada di buku tanpa menunjukkan bagaimana teori itu diperoleh. nak tidak menerima begitu saja informasi-informasi atau istilah-istilah yang diajarkan guru atau yang dipaparkan

Lebih terperinci

MISKONSEPSI SISWA TENTANG GAYA SENTRIPETAL DAN SENTRIFUGAL PADA GERAK MELINGKAR BERATURAN

MISKONSEPSI SISWA TENTANG GAYA SENTRIPETAL DAN SENTRIFUGAL PADA GERAK MELINGKAR BERATURAN MISKONSEPSI SISWA TENTANG GAYA SENTRIPETAL DAN SENTRIFUGAL PADA GERAK MELINGKAR BERATURAN Oleh, Brama NIM : 192007024 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS

KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS Petrus Ongga *), Yani Sanwaty *), Ferdy Semuel Rondonuwu **), Wahyu Hari Kristiyanto ***) Email : whkris_fisika@yahoo.com, whkris@staff.uksw.edu *) Mahasiswa

Lebih terperinci

KONSEPSI SISWA TENTANG SIFAT-SIFAT KUTUB MAGNET

KONSEPSI SISWA TENTANG SIFAT-SIFAT KUTUB MAGNET KONSEPSI SISWA TENTANG SIFAT-SIFAT KUTUB MAGNET Oleh, Rien Sandra Dewi Premawoli Nim: 192006019 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidika Fisika, Fakultas Sains dan Matematika Guna memenuhi salah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL PENGAKUAN KESALAHAN PADA MATERI PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG TERAPUNG, TENGGELAM DAN MELAYANG

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL PENGAKUAN KESALAHAN PADA MATERI PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG TERAPUNG, TENGGELAM DAN MELAYANG PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL PENGAKUAN KESALAHAN PADA MATERI PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG TERAPUNG, TENGGELAM DAN MELAYANG Umbu Rangga Landu Aang 1, Marmi Sudarmi 1, Diane Noviandini 1 1 Program

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA Siti Noor Fauziah 1, Ferdy S. Rondonuwu 1,2, Marmi Sudarmi 1 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 3. KEMAGNETAN DAN INDUKSI ELEKTROMAGNETLatihan Soal 3.1

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 3. KEMAGNETAN DAN INDUKSI ELEKTROMAGNETLatihan Soal 3.1 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 3. KEMAGNETAN DAN INDUKSI ELEKTROMAGNETLatihan Soal 3.1 1. Ketika magnet batang ditaburi serbuk besi, serbuk besi lebih banyak menempel di bagian ujung magnet. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

PEMETAAN KONSEPSI MAHASISWA TENTANG HUKUM ARCHIMEDES

PEMETAAN KONSEPSI MAHASISWA TENTANG HUKUM ARCHIMEDES PEMETN KONSEPSI MHSISW TENTNG HUKUM RCHIMEDES Meylan Siskawati, Dra. Marmi Sudarmi, M.Si., Made Rai Suci Shanti Nurani, S.Si. Program Studi Pendidikan Fisika, Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika,

Lebih terperinci

B. DASAR TEORI Konsep, konsepsi dan miskonsepsi Udara

B. DASAR TEORI Konsep, konsepsi dan miskonsepsi Udara . DSR TEORI Konsep, konsepsi dan miskonsepsi Konsep merupakan abstrak dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir []. Pengertian atau penafsiran

Lebih terperinci

KONSEPSI MAHASISWA MENGENAI RAMBATAN DAN KECEPATAN CAHAYA

KONSEPSI MAHASISWA MENGENAI RAMBATAN DAN KECEPATAN CAHAYA Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 KONSEPSI MAHASISWA MENGENAI RAMBATAN DAN KECEPATAN CAHAYA Rodemtus R.Bintoro,

Lebih terperinci

PEMBUATAN ANIMASI PEMBENTUKAN BAYANGAN OLEH LUBANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA DAN UJICOBA KEBERHASILANNYA DI KELAS

PEMBUATAN ANIMASI PEMBENTUKAN BAYANGAN OLEH LUBANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA DAN UJICOBA KEBERHASILANNYA DI KELAS PEMBUATAN ANIMASI PEMBENTUKAN BAYANGAN OLEH LUBANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA DAN UJICOBA KEBERHASILANNYA DI KELAS Suwardi 1, Diane Noviandini 1,2, Marmi Sudarmi 1,2 1 Program Studi Pendidikan Fisika,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM IPA DASAR II MAGNET OLEH KELOMPOK 2 PUTU ANANDIA PRATIWI NIM : KADEK BELA PRATIWI NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM IPA DASAR II MAGNET OLEH KELOMPOK 2 PUTU ANANDIA PRATIWI NIM : KADEK BELA PRATIWI NIM : LAPORAN PRAKTIKUM IPA DASAR II MAGNET OLEH KELOMPOK 2 PUTU ANANDIA PRATIWI NIM : 1613071009 KADEK BELA PRATIWI NIM : 1613071015 NI PUTU SETIA DEWI NIM : 1613071031 APRILIO BUDIMAN NIM : 1613071038 JURUSAN

Lebih terperinci

Medan Magnet di Sekitar Kawat Berarus

Medan Magnet di Sekitar Kawat Berarus Medan Magnet di Sekitar Kawat Berarus Laporan Pengamatan (Fisika) Kelompok Ario Bimo W (0) Aysh Nugroho (0) Reza Adi S (6) Triyuli Syaftunia R (30) Kelas XII IPA 5 SMA NEGERI CIREBON Jl. DR. Cipto Mangunkusumo.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL MASUK BARISAN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG GAYA LORENTZ PADA PENGHANTAR BERARUS LISTRIK.

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL MASUK BARISAN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG GAYA LORENTZ PADA PENGHANTAR BERARUS LISTRIK. PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL MASUK BARISAN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG GAYA LORENTZ PADA PENGHANTAR BERARUS LISTRIK Oleh, Nanik Sugiarti NIM : 192008022 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu obyek. Penggunaan konsep, diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikiran dengan menggunakan

Lebih terperinci

PEMETAAN KONSEPSI SISWA TENTANG ELASTISITAS

PEMETAAN KONSEPSI SISWA TENTANG ELASTISITAS PEMETAAN KONSEPSI SISWA TENTANG ELASTISITAS Oleh: Ambar Wahyuni NIM :192013702 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika guna memenuhi sebagian dari persyaratan

Lebih terperinci

K13 Antiremed Kelas 9 Fisika

K13 Antiremed Kelas 9 Fisika K13 Antiremed Kelas 9 Fisika Kemagnetan - Soal Doc Name: K13AR09FIS0401 Version : 2017-01 halaman 1 01. Diantara bahan berikut ini yang dapat dipakai untuk membuat sebuah jarum kompas navigasi adalah.

Lebih terperinci

Standar Kompetensi : 5.Memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi, serta fungsinya.

Standar Kompetensi : 5.Memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi, serta fungsinya. 140 A. Petikan Silabus Nama Sekolah : Mata Pelajaran Kelas/ Program : SAINS : V/ SEKOLAH DASAR Semester : 2 (dua) Standar Kompetensi : 5.Memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi, serta fungsinya.

Lebih terperinci

Oleh, Darmayani NIM: TUGAS AKHIR. Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh, Darmayani NIM: TUGAS AKHIR. Program Studi Pendidikan Fisika PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL TRUE-FALSE CARD DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG HUKUM 1 NEWTON. Oleh, Darmayani NIM: 192009802 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMIK FISIKA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA TOPIK PRINSIP KERJA KAMERA

PEMBUATAN KOMIK FISIKA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA TOPIK PRINSIP KERJA KAMERA PEMBUATAN KOMIK FISIKA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA TOPIK PRINSIP KERJA KAMERA Retno Tiyas, Marmi Sudarmi, Diane Noviandini Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Matematika - Universitas

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMIK FISIKA TENTANG KEMAGNETAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

PEMBUATAN KOMIK FISIKA TENTANG KEMAGNETAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PEMBUATAN KOMIK FISIKA TENTANG KEMAGNETAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN Otha Supa #, Marmi Sudarmi, Alvama Pattiserlihun Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen

Lebih terperinci

MEDAN MAGNET OLEH: ANDI SULIANA (15B08050) Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana UNM 2016

MEDAN MAGNET OLEH: ANDI SULIANA (15B08050) Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana UNM 2016 MEDAN MAGNET OLEH: ANDI SULIANA (15B08050) Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana UNM 2016 Magnet dapat Menarik Benda-benda dari Bahan tertentu Asal-usul Kemagnetan Kata magnet berasal dari

Lebih terperinci

Magnet dapat menarik benda-benda dari bahan tertentu

Magnet dapat menarik benda-benda dari bahan tertentu BENDA MAGNET Magnet dapat menarik benda-benda dari bahan tertentu MAGNET BUATAN MAGNET BUMI Kemagnetan Material Ada 2 macam sifat magnet yang dipunyai benda / material : 1) buatan dan 2) alamiah. Magnet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum memperoleh pendidikan formal, sejak lahir anak sudah memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai alam yang berkaitan dengan Fisika. Pengalaman dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN... iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan

Lebih terperinci

KEGUNAAN MAGNET PADA KEHIDUPAN SEHARI-HARI

KEGUNAAN MAGNET PADA KEHIDUPAN SEHARI-HARI KEGUNAAN MAGNET PADA KEHIDUPAN SEHARI-HARI Magnet atau kemagnetan adalah kemampuan suatu benda untuk menarik benda-benda lain yang berada di sekitarnya. Berdasarkan kemagnetannya, benda dapat digolongkan

Lebih terperinci

PROFIL MISKONSEPSI MATERI IPBA DI SMA DENGAN MENGGUNAKAN CRI (CERTAINLY OF RESPONS INDEX)

PROFIL MISKONSEPSI MATERI IPBA DI SMA DENGAN MENGGUNAKAN CRI (CERTAINLY OF RESPONS INDEX) PROFIL MISKONSEPSI MATERI IPBA DI SMA DENGAN MENGGUNAKAN CRI (CERTAINLY OF RESPONS INDEX) Oleh: Winny Liliawati Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Abstrak Telah dilakukan

Lebih terperinci

MAGNET - Materi Ipa Fisika SMP Magnet magnítis líthos Magnet Elementer teori magnet elementer.

MAGNET - Materi Ipa Fisika SMP Magnet magnítis líthos Magnet Elementer teori magnet elementer. MAGNET - Materi Ipa Fisika SMP Magnet merupakan suatu benda yang dapat menimbulkan gejala berupa gaya, baik gaya tarik maupun gaya tolak terhadap jenis logam tertentu), misalnya : besi dan baja. Istilah

Lebih terperinci

PENGERTIAN. Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian. Apakah magnet itu?

PENGERTIAN. Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian. Apakah magnet itu? KEMAGNETAN PENGERTIAN Apakah magnet itu? Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian Magnet adalah benda-benda yang dapat menarik besi atau baja yang berada

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA. Oleh, Siti Noor Fauziah

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA. Oleh, Siti Noor Fauziah PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA Oleh, Siti Noor Fauziah NIM : 192008027 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

2. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Komik untuk Menjelaskan Konsep Arus Listrik

2. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Komik untuk Menjelaskan Konsep Arus Listrik Teks komik menggunakan bahasa sehari-hari sehingga memudahkan anak-anak memahaminya. Hal inilah yang membuat komik lebih disukai daripada buku teks pelajaran. Dalam penelitian ini dibuat komik fisika dengan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA TENTANG ELASTISITAS DI KELAS XI SMA Diana Puspitasari Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERSITAS JEMBER dianapuspitasari0911@gmail.com Sri Handono Budi Prastowo

Lebih terperinci

Konsepsi Mahasiswa Tentang Cepat Rambat Gelombang Pada Permukaan Air

Konsepsi Mahasiswa Tentang Cepat Rambat Gelombang Pada Permukaan Air Konsepsi Mahasiswa Tentang Cepat Rambat Gelombang Pada Permukaan Air Rahayu D. Astuti, Basten Sanjaya, Nobita Triwijayanti, Ferdy S. Rondonuwu Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711, ferdy_sr@yahoo.com Program

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KONSEP SISWA SETELAH MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI FISIKA YANG TIDAK SESUAI FISIKA

PEMAHAMAN KONSEP SISWA SETELAH MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI FISIKA YANG TIDAK SESUAI FISIKA PEMAHAMA KOSEP SISWA SETELAH MEGGUAKA MEDIA PEMBELAJARA AIMASI FISIKA YAG TIDAK SESUAI FISIKA Abstrak Rita unung Tri Kusyanti Email : rita_nunung@yahoo.com SMA 1 Tempel, Sleman, DIY Hasil penelitian Wahyu

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TOPIK INTERFERENSI CINCIN NEWTON SERTA UJI COBA KEBERHASILANNYA

PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TOPIK INTERFERENSI CINCIN NEWTON SERTA UJI COBA KEBERHASILANNYA PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TOPIK INTERFERENSI CINCIN NEWTON SERTA UJI COBA KEBERHASILANNYA Oleh Dodi Purnomo NIM: 192007042 Diajukan kepada Program StudiPendidikan Fisika FakultasSains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Euwe Van Den Berg (1991: 5) menjelaskan bahwa manusia sejak lahir sudah berpengalaman dengan peristiwa Fisika. Anak kecil yang melemparkan

Lebih terperinci

MISKONSEPSI SISWA KELAS V SDN SIDOREJO LOR 04 SALATIGA TENTANG GAYA GRAVITASI DAN PEMBELAJARAN REMEDIASINYA

MISKONSEPSI SISWA KELAS V SDN SIDOREJO LOR 04 SALATIGA TENTANG GAYA GRAVITASI DAN PEMBELAJARAN REMEDIASINYA MISKONSEPSI SISWA KELAS V SDN SIDOREJO LOR 04 SALATIGA TENTANG GAYA GRAVITASI DAN PEMBELAJARAN REMEDIASINYA Abdi Rochman 1, Adi Winanto 2 1 SDN Sidorejo Lor 04, Salatiga, 50711 2 PGSD FKIP UKSW, Salatiga,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL CLOSED EYES PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG SIFAT SUSUNAN PARTIKEL ZAT PADAT, ZAT CAIR, ZAT GAS

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL CLOSED EYES PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG SIFAT SUSUNAN PARTIKEL ZAT PADAT, ZAT CAIR, ZAT GAS PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL CLOSED EYES PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG SIFAT SUSUNAN PARTIKEL ZAT PADAT, ZAT CAIR, ZAT GAS Meylani Aljeinie Tijow 1, Marmi Sudarmi 1 Ferdy S. Rondonuwu 1, 1

Lebih terperinci

PEMBUATAN MEDIA ANIMASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA TOPIK INTERFERENSI CINCIN NEWTON BESERTA UJI COBA KEBERHASILANNYA

PEMBUATAN MEDIA ANIMASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA TOPIK INTERFERENSI CINCIN NEWTON BESERTA UJI COBA KEBERHASILANNYA PEMBUATAN MEDIA ANIMASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA TOPIK INTERFERENSI CINCIN NEWTON BESERTA UJI COBA KEBERHASILANNYA Dodi Purnomo [1.*], Made Rai Suci Shanti N.A [2], Diane Noviandini [2] [1] Program Studi

Lebih terperinci

MISKONSEPSI SISWA TENTANG TEKANAN

MISKONSEPSI SISWA TENTANG TEKANAN MISKONSEPSI SISWA TENTANG TEKANAN Oleh, Dessy Dian Pramitha NIM: 192008028 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika guna memenuhi sebagian dari persyaratan

Lebih terperinci

MISKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA STKIP PGRI PONTIANAK PADA MATERI LISTRIK STATIS

MISKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA STKIP PGRI PONTIANAK PADA MATERI LISTRIK STATIS MISKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA STKIP PGRI PONTIANAK PADA MATERI LISTRIK STATIS Eti Sukadi 1, Ira Nofita Sari 2 1,2 Program Studi Pendidikan Fisika STKIP PGRI Pontianak, Jln. Ampera No. 88 Pontianak

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Skripsi ini ditulis dan disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

KEMAGNETAN. Memahami konsep kemagnetan dan penerapannya dalam. Menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet.

KEMAGNETAN. Memahami konsep kemagnetan dan penerapannya dalam. Menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet. Mata Pelajaran : Fisika Kelas : IX/Semester 2 Penulis: Drs. Asep Supriatna,M.Si KEMAGNETAN I. Standar Kompetensi Memahami konsep kemagnetan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. II. Kompetensi

Lebih terperinci

REMEDIASI MISKONSEPSI TENTANG GAYA SENTRIPETAL DAN GAYA SENTRIFUGAL PADA GERAK MELINGKAR BERATURAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI SEDERHANA

REMEDIASI MISKONSEPSI TENTANG GAYA SENTRIPETAL DAN GAYA SENTRIFUGAL PADA GERAK MELINGKAR BERATURAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI SEDERHANA REMEDIASI MISKONSEPSI TENTANG GAYA SENTRIPETAL DAN GAYA SENTRIFUGAL PADA GERAK MELINGKAR BERATURAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI SEDERHANA Oleh, Yunita Ayu Wulandari NIM: 192008025 TUGAS AKHIR Diajukan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 3. KEMAGNETAN DAN INDUKSI ELEKTROMAGNETLATIHAN SOAL BAB 3

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 3. KEMAGNETAN DAN INDUKSI ELEKTROMAGNETLATIHAN SOAL BAB 3 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 3. KEMAGNETAN DAN INDUKSI ELEKTROMAGNETLATIHAN SOAL BAB 3 1. assets/js/plugins/kcfinder/upload/image/bab3%20no%2015%20fisika9.png Jika batang besi AB disentuhkan dengan batang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRATEGI POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MEMPERBAIKI MISKONSEPSI FISIKA. Rina Ning Tyas 1, Sukisno 2, Mosik 3

PENGGUNAAN STRATEGI POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MEMPERBAIKI MISKONSEPSI FISIKA. Rina Ning Tyas 1, Sukisno 2, Mosik 3 PENGGUNAAN STRATEGI POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MEMPERBAIKI MISKONSEPSI FISIKA Rina Ning Tyas 1, Sukisno 2, Mosik 3 123 Pendidikan Fakultas MIPA, Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran, Semarang

Lebih terperinci

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda KEGIATAN BELAJAR 1 Hukum I Newton A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda DINAMIKA PARTIKEL Mungkin Anda pernah mendorong mobil mainan yang diam, jika dorongan Anda lemah mungkin mobil mainan belum bergerak,

Lebih terperinci

Analisis Konsepsi Siswa Pada Konsep Kinematika Gerak Lurus

Analisis Konsepsi Siswa Pada Konsep Kinematika Gerak Lurus Vol. 1 1 Analisis Konsepsi Siswa Pada Konsep Kinematika Gerak Lurus Agus Pujianto*, Nurjannah dan I Wayan Darmadi *e-mail: Fisika_agus43@yahoo.co.id Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM IPA di SD MODUL 4 KEGIATAN PRAKTIKUM 1 GAYA

LAPORAN PRAKTIKUM IPA di SD MODUL 4 KEGIATAN PRAKTIKUM 1 GAYA LAPORAN PRAKTIKUM IPA di SD MODUL 4 KEGIATAN PRAKTIKUM 1 GAYA A. GAYA LISTRIK STATIS a. Untuk mengetahui adanya gaya listrik statis b. Untuk membuktikan adanya gaya listrik statis dengan menggunakan rambut

Lebih terperinci

Kata kunci : konsep, pemahaman konsep, segitiga.

Kata kunci : konsep, pemahaman konsep, segitiga. KONSEPSI SISWA SMP PANGUDI LUHUR AMBARAWA TERHADAP LUAS SEGITIGA Yolanda Leonino, Tri Nova Hasti Yunianta, M.Pd., Novisita Ratu, S.Si., M.Pd. Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Kristen Satya

Lebih terperinci

ALAT PERAGA GARIS GARIS GAYA MEDAN MAGNET 3D DAN UJI KEBERHASILAN

ALAT PERAGA GARIS GARIS GAYA MEDAN MAGNET 3D DAN UJI KEBERHASILAN ALAT PERAGA GARIS GARIS GAYA MEDAN MAGNET 3D DAN UJI KEBERHASILAN Oleh, MONIK HARDANTI PURBANINGRUM NIM : 192007701 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI MEDAN MAGNET MENGGUNAKAN THREE TIER TEST PADA SISWA KELAS XII SMA DI JEMBER Eri Setyaningsih Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERSITAS JEMBER eri.setyaningsih@yahoo.com

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMIK FISIKA TENTANG PERISKOP SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

PEMBUATAN KOMIK FISIKA TENTANG PERISKOP SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PEMBUATAN KOMIK FISIKA TENTANG PERISKOP SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN Oleh, Destya Kusuma Astuti NIM: 192008006 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang akan memiliki pengalaman dari hasil fenomena yang diamati dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman-pengalaman yang dimiliki itu kemudian menjadi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATERI LENSA CEMBUNG

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATERI LENSA CEMBUNG PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATERI LENSA CEMBUNG Sahidah, Marmi Sudarmi, Made Rai Suci Shanti Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar a. Teori Belajar Belajar bukan suatu kegiatan untuk menghafal ataupun mengingat. Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan

Lebih terperinci

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel 41 Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel Meilantifa Email : meilantifa@gmail.com Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Bahasa dan Sains Universitas Wijaya Kusuma

Lebih terperinci

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 Mlati Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII/ 1

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 Mlati Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII/ 1 Lampiran 08 RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 Mlati Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII/ 1 Tema : Gaya Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (Pertemuan ke-3) A.

Lebih terperinci

Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya.

Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya. Medan Magnetik Muqoyyanah 1 KEMAGNETAN (MAGNETOSTATIKA) Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya. Cara membuat magnet;

Lebih terperinci

BAHAN AJAR 1 MEDAN MAGNET MATERI FISIKA SMA KELAS XII

BAHAN AJAR 1 MEDAN MAGNET MATERI FISIKA SMA KELAS XII BAHAN AJAR 1 MEDAN MAGNET MATERI FISIKA SMA KELAS XII MEDAN MAGNET 1. Kemagnetan ( Magnetostatika ) Benda yang dapat menarik besi disebut MAGNET. Macam-macam bentuk magnet, antara lain : magnet batang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu tujuan mata pelajaran fisika di SMA menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah sebagai wahana atau sarana untuk melatih para siswa agar dapat

Lebih terperinci

19/11/2016. MAGNET Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik. Sifat-sifat magnet.

19/11/2016. MAGNET Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik. Sifat-sifat magnet. MAGNET Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik Magnetik Non Magnetik KEMAGNETAN Penggolongan bahan secara mikroskopik Bila ditinjau secara mikroskopik

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KONSEP SISWA SETELAH MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI FISIKA YANG TIDAK SESUAI FISIKA

PEMAHAMAN KONSEP SISWA SETELAH MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI FISIKA YANG TIDAK SESUAI FISIKA Berkala Fisika Indonesia Volume 5 omor 1 Januari 2013 PEMAHAMA KOSEP SISWA SETELAH MEGGUAKA MEDIA PEMBELAJARA AIMASI FISIKA YAG TIDAK SESUAI FISIKA Rita unung Tri Kusyanti SMA 1 Tempel, Sleman, Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gilarsi Dian Eka Pertiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gilarsi Dian Eka Pertiwi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil studi lapangan mengenai tanggapan siswa terhadap pelajaran fisika di salah satu SMA Negeri di kota Bandung kepada 39 orang siswa menyatakan

Lebih terperinci

MAGNET. Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik

MAGNET. Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik MAGNET Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik Magnetik Non Magnetik Penggolongan bahan secara mikroskopik Bila ditinjau secara mikroskopik ( atom )

Lebih terperinci

Lampiran 1. Soal. c) sinar datang menuju pusat kelengkungan. a) sinar datang sejajar sumbu utama. b) sinar datang menuju fokus

Lampiran 1. Soal. c) sinar datang menuju pusat kelengkungan. a) sinar datang sejajar sumbu utama. b) sinar datang menuju fokus L A M P I R A 26 Lampiran 1. Soal Tahap Soal Kartu Tugas Kartu Tugas 1 Kartu Tugas 2 Kartu Tugas 3 1. Gambarkan arah sinar pantul, garis normal serta sudut datang dan sudut pantulnya jika sinar datang

Lebih terperinci

BAB V PEDOMAN MAGNET

BAB V PEDOMAN MAGNET BAB V PEDOMAN MAGNET PENDAHULUAN Di dalam bab ini akan dibahas mengenai alat navigasi yang paling konvensional dan penting di kapal, yang digunakan untuk menentukan arah di laut, yaitu pedoman magnit.

Lebih terperinci

Inisiasi 3 (MAGNET LISTRIK)

Inisiasi 3 (MAGNET LISTRIK) Inisiasi 3 (MAGNET LISTRIK) Saudara mahasiswa, calon pencerdas bangsa, selamat bertemu lagi dalam kegiatan tutorial online ketiga. Untuk kegiatan kali ini, kita akan berdiskusi tentang magnet. Seperti

Lebih terperinci

BAB III MAGNETISME. Tujuan Penmbelajaran : - Memahami dan mengerti tentang sifat-sifat magnet, bahan dan kegunaannya.

BAB III MAGNETISME. Tujuan Penmbelajaran : - Memahami dan mengerti tentang sifat-sifat magnet, bahan dan kegunaannya. BAB III MAGNETISME Tujuan Penmbelajaran : - Memahami dan mengerti tentang sifat-sifat magnet, bahan dan kegunaannya. Magnetisme (kemagnetan) tercakup dalam sejumlah besar operasi alat listrik, seperti

Lebih terperinci

SOAL SIAP UN SMP TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009

SOAL SIAP UN SMP TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009 SOAL SIAP UN SMP TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009 Mata Pelajaran : IPA - Fisika 1. Perhatikan tabel berikut! No. Nama Besaran Satuan Alat Ukur 1. Panjang kilometer Mistar 2. Massa kilogram Neraca 3. Waktu jam

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMIK FISIKA TENTANG TEKANAN ZAT PADAT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

PEMBUATAN KOMIK FISIKA TENTANG TEKANAN ZAT PADAT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PEMBUATAN KOMIK FISIKA TENTANG TEKANAN ZAT PADAT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN Oleh : Naga Ligan NIM : 192008019 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Matematika guna

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA. Gaya Magnetik antar kawat berarus. Nama :

LAPORAN PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA. Gaya Magnetik antar kawat berarus. Nama : LAPORAN PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA Gaya Magnetik antar kawat berarus Nama : Sujiyani Kassiavera Rizki Prabawati Septian Efendi Prisma Gita Azwar Dosen Pembimbing : (A1E010010) (A1E010022) (A1E010023)

Lebih terperinci

HANDOUT PEGAS SUSUNAN SERI DAN PARALEL

HANDOUT PEGAS SUSUNAN SERI DAN PARALEL HANDOUT PEGAS SUSUNAN SERI DAN PARALEL Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA : Fisika : X/II : Susunan Pegas : 1 x Pertemuan F. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati ajaran

Lebih terperinci

TUMBUKAN LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR CHRISTO IMMANUEL SUMILAT

TUMBUKAN LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR CHRISTO IMMANUEL SUMILAT LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR TUMBUKAN Hari, tanggal: Jumat, 12 Juni 2015 Nama Dosen: 1. Dr.Eng Sri Hastuty Nama asisten : 1. Rekan Kerja: 1. Yussandi Santoso 2. Ivan Hartanto CHRISTO IMMANUEL SUMILAT

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 4 MODULUS ELASTISITAS

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 4 MODULUS ELASTISITAS LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 4 MODULUS ELASTISITAS Nama : Nova Nurfauziawati NPM : 240210100003 Tanggal / jam : 21 Oktober 2010 / 13.00-15.00 WIB Asisten : Dicky Maulana JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMIK FISIKA TENTANG TEROPONG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

PEMBUATAN KOMIK FISIKA TENTANG TEROPONG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PEMBUATAN KOMIK FISIKA TENTANG TEROPONG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN Oleh, Riska Ayu Rahmawati NIM: 192006014 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika guna

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - FISIKA BAB 3. ENERGI DAN USAHALatihan Soal 3.2

SMP kelas 8 - FISIKA BAB 3. ENERGI DAN USAHALatihan Soal 3.2 SMP kelas 8 - FISIKA BAB 3. ENERGI DAN USAHALatihan Soal 3.2 1. assets/js/plugins/kcfinder/upload/image/3.2%2012.png Jika benda tersebut bergeser dari posisi A ke posisi B sejauh 3,5 meter, besar usaha

Lebih terperinci

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia.

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia. PEMBUATAN KOMIK FISIKA TENTANG KEMAGNETAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN Oleh: Otha Supa NIM: 192007020 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Matematika guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum, prinsip dan teori. Materi kimia yang sangat luas menyebabkan kimia

BAB I PENDAHULUAN. hukum, prinsip dan teori. Materi kimia yang sangat luas menyebabkan kimia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Kimia merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mencakup materi yang sangat luas meliputi fakta, konsep, aturan, hukum, prinsip dan teori.

Lebih terperinci

Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA Lab-School Palu pada Materi Hukum Newton

Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA Lab-School Palu pada Materi Hukum Newton Analisis Pemahaman Siswa SMA Lab-School Palu pada Materi Hukum Nursefriani, Marungkil Pasaribu dan H.Kamaluddin noersevi@yahoo.co.id Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno

Lebih terperinci

OMEGA Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol 1, No 2 (2015) ISSN:

OMEGA Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol 1, No 2 (2015) ISSN: Strategi Pembelajaran Relating-Experiencing-Applying-Cooperating-Transferring (REACT) dengan Pendekatan Inkuiri untuk Mengurangi Miskonsepsi Fisika Siswa Nyai Suminten Program Studi Pendidikan Fisika,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengingat begitu pentingnya peranan ilmu fisika, sudah semestinya

Lebih terperinci

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian 46 Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian 47 Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA UPT DISDIKPORA KECAMATAN BAWEN SD NEGERI BAWEN 03 Alamat:

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP A PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP Nopa Ratna Putri, Edy Tandililing, Syukran Mursyid Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Email: nopa_ratnaputri@yahoo.com

Lebih terperinci

Rancangan Proses Pembelajaran

Rancangan Proses Pembelajaran LAMPIRAN : Rancangan Proses Pembelajaran Indikator : 1. Siswa dapat menjelaskan bahwa kutub magnet bebas selalu menunjuk utara-selatan. 2. Siswa dapat membuat kompas sederhana. 3. Siswa dapat menggunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. 16% siswa hanya mengulang soal saja.

Lampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. 16% siswa hanya mengulang soal saja. L A M P I R A N 19 Lampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. Soal no Jumlah siswa (%) yang menjawab option : 10,5 (A) Siswa tidak teliti membaca soal. analisa 1 79 (B*) 10,5 (C) 26% siswa berpikir

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Listrik statis adalah energi yang dikandung oleh benda yang bermuatan listrik.

LISTRIK STATIS. Listrik statis adalah energi yang dikandung oleh benda yang bermuatan listrik. KELISTRIKAN DAN KEMAGNETAN SITI MAESYAROH STKIP INVADA 2015 LISTRIK adalah adalah sesuatu yang memiliki muatan positif (proton) dan muatan negatif (elektron) yang mengalir melalui penghantar (konduktor)

Lebih terperinci

PENGGUNAAN THINK-ALOUD PROTOCOLS UNTUK MENGATASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI DI SMA KHADIJAH SURABAYA

PENGGUNAAN THINK-ALOUD PROTOCOLS UNTUK MENGATASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI DI SMA KHADIJAH SURABAYA PENGGUNAAN THINK-ALOUD PROTOCOLS UNTUK MENGATASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI DI SMA KHADIJAH SURABAYA Antina Delhita, Suyono Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tujuan

Lebih terperinci

GAYA DAN GERAK Oleh : Sahir, S.Pd Guru Kelas SDN Karangsambung 01

GAYA DAN GERAK Oleh : Sahir, S.Pd Guru Kelas SDN Karangsambung 01 GAYA DAN GERAK Oleh : Sahir, S.Pd Guru Kelas SDN Karangsambung 01 A. PENGERTIAN DAN PENGARUH GAYA Gerakan mendorong atau menarik yang menyebabkan benda bergerak disebut gaya. Gaya yang dikerjakan pada

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA DISTRAKTOR BERMAKNA UNTUK MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KONSEPSI FISIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MALANG

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA DISTRAKTOR BERMAKNA UNTUK MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KONSEPSI FISIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MALANG PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA DISTRAKTOR BERMAKNA UNTUK MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KONSEPSI FISIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MALANG Anita Puspita Handayani 1, Muhardjito 2, Sumarjono 3,

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010)

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) ISSN: 1693-1246 Juli 2010 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 98-103 J P F I http://journal.unnes.ac.id USAHA MENGURANGI TERJADINYA MISKONSEPSI FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONFLIK

Lebih terperinci

PROSIDING ISBN: Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains -.. Editor : «cpem6efajaran Sains yano 9denari{ dan 9denantano"

PROSIDING ISBN: Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains -.. Editor : «cpem6efajaran Sains yano 9denari{ dan 9denantano ISBN: 979-9458-13-7 PROSIDING Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains -.. «cpem6efajaran Sains yano 9denari{ dan 9denantano" Editor : Dr. Fer dy 5. Rondonuwu, S.Pd., M.Sc. Dr. A. lgn. Kristijanto,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

TOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK

TOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK TOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK HUKUM FARADAY DAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Hukum Faraday Setelah dalam tahun 1820 Oersted memperlihatkan bahwa arus listrik dapat mempengaruhi jarum kompas, Faraday mempunyai kepercayaan

Lebih terperinci

MAGNET. Benda yang dapat menarik besi disebut MAGNET. Macam-macam bentuk magnet, antara lain : magnet batang, magnet ladam, magnet jarum

MAGNET. Benda yang dapat menarik besi disebut MAGNET. Macam-macam bentuk magnet, antara lain : magnet batang, magnet ladam, magnet jarum MAGNET Benda yang dapat menarik besi disebut MAGNET. Macam-macam bentuk magnet, antara lain : magnet batang, magnet ladam, magnet jarum MAGNET Magnet dapat diperoleh dengan cara buatan. Jika baja di gosok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berbentuk kata-kata. Bogdan, Tylor, dan Moleong dalam Margono (2007: 36)

BAB III METODE PENELITIAN. berbentuk kata-kata. Bogdan, Tylor, dan Moleong dalam Margono (2007: 36) 6 BAB III METODE PENELITIAN. Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena data yang terkumpul

Lebih terperinci

M A G N E T I S M E 1. BESI MAGNET

M A G N E T I S M E 1. BESI MAGNET M A G N E T I S M E 1. BESI MAGNET Besi magnet banyak dipakai dalam teknik listrik dan elektronika misalnya motor listrik, pengeras suara, alat ukur dan sebagainya. Besi magnet yang banyak digunakan adalah

Lebih terperinci

P E T A K O N S E P. Zat dan Wujudnya. Massa Jenis Zat Wujud Zat Partikel Zat. Perubahan Wujud Zat Susunan dan Gerak Partikel Zat

P E T A K O N S E P. Zat dan Wujudnya. Massa Jenis Zat Wujud Zat Partikel Zat. Perubahan Wujud Zat Susunan dan Gerak Partikel Zat Zat dan Wujudnya P E T A K O N S E P Zat dan Wujudnya Massa Jenis Zat Wujud Zat Partikel Zat Perubahan Wujud Zat Susunan dan Gerak Partikel Zat Gaya Tarik Antarpartikel Zat Pengertian Zat Zat adalah Sesuatu

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI PADA MATERI GERAK MELINGKAR.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI PADA MATERI GERAK MELINGKAR. 18 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI PADA MATERI GERAK MELINGKAR Juli Firmansyah 1 dan Safitri Wulandari 2 1,2) Pendidikan Fisika FKIP Universitas Serambi Mekkah Banda

Lebih terperinci