BAB 5 PERANCANGAN BALANCED SCORECARD. Pada penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka berdasarkan kerangka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 5 PERANCANGAN BALANCED SCORECARD. Pada penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka berdasarkan kerangka"

Transkripsi

1 BAB 5 PERANCANGAN BALANCED SCORECARD 5.1 Tahap Perancangan Balanced Scorecard Pada penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka berdasarkan kerangka balanced scorecard, perancangan balanced scorecard terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut : 1. Penerjemahan strategi Kementrian ke dalam sasaran-sasaran strategis 2. Menentukan ukuran dari tiap sasaran strategis yang terdiri dari lag indicator (ukuran hasil) dan lead indicator (ukuran pemacu kinerja). 3. Merumuskan inisiatif strategis yang perlu dilakukan Agar sasaran-sasaran strategis yang dibuat sesuai dengan kerangka balanced scorecard, maka penelaahan strategi Kementrian tersebut harus didasarkan pada keempat perspektif balanced scorecard. Oleh karenanya perlu dilakukan pengelompokan hasil-hasil analisis strategi Kementrian ke dalam perspektif balanced scorecard. Penelaahan seperti ini memungkinkan Kementrian untuk menghasilkan perencanaan strategis yang komprehensif, koheren dan seimbang. Komprehensif berarti bahwa strategi yang dihasilkan telah mencakup seluruh aspek dalam Kementrian. Koheren berarti ada keselarasan antara masing-masing perspektif dengan visi dan misi Kementrian.

2 Penelahaan Analisis Perumusan Strategi Kementrian Balanced Scorecard didesain berdasarkan strategi yang dibuat oleh Kementrian. Untuk mempermudah dalam menerjemahkan strategi dalam sasaran-sasaran strategis tiap perspektif balanced scorecard, maka sebelumnya perlu dilakukan penelaahan analisis perumusan strategi ke dalam perspektif balanced scorecard. Analisis perumusan strategi Kementrian terdiri dari Analisis visi, misi serta tujuan Kementrian Penelaahan Visi, Misi dan Tujuan Kementrian dengan Perspektif Balanced Scorecard Penelaahan visi, misi dan tujuan Kementrian ke dalam kerangka perspektif balanced scorecard akan membantu memudahkan Kementrian dalam menentukan strategi yang terkait untuk mewujudkannya. Bila visi, misi dan tujuan tersebut sudah dikelompokkan dalam tiap perspektif balanced scorecard maka untuk menentukan strategi sesuai dengan perspektif tersebut juga akan lebih mudah. Visi Kementrian adalah Membangun yang berdaya saing dan tangguh dalam persaingan global serta berdaya cipta tinggi sehingga mampu memenuhi harapan stakeholders. Bila ditelaah dalam keempat perspektif balanced scorecard visi tersebut bisa dilihat pada tabel 5.1. Pada tabel tersebut terlihat bahwa semua frase dalam visi Kementrian masuk dalam tiap perspektif balanced scorecard. Hal ini dikarenakan, setiap frase yang ada dalam visi berkaitan erat dengan perspektif stakeholders, keuangan, proses operasi internal, maupun pembelajaran dan pertumbuhan.

3 43 Tabel 5.1 Penelaahan Visi Kementrian dalam Perspektif Balanced Scorecard Stakeholders Perspektif Visi Keuangan Proses Operasi Internal Membangun yang berdaya saing dan tangguh dalam persaingan global serta berdaya cipta tinggi sehingga mampu memenuhi harapan stakeholders Pembelajaran dan Pertumbuhan Selain dari pemaparan visi, Kementrian juga memiliki pemamparan misi untuk mencapai visi yang telah digariskan. Adapun misi Kementrian itu dipaparkan ke dalam beberapa poin-poin penting, yaitu: 1. Meningkatkan intensitas dan efektifitas pembinaan. 2. Meningkatkan intensitas dan efektifitas koordinasi baik secara internal di lingkungan Kementerian maupun secara eksternal dengan pihak regulator dan. 3. Meningkatkan fungsi pengawasan oleh publik melalui media internet yang dapat secara langsung diakses tanpa adanya hambatan dimensi waktu dan tempat, sekaligus melakukan building acceptence kepada masyarakat atas kebijakan yang ditempuh Kementerian dan adanya umpan balik secara langsung dari publik melalui jajak pendapat menggunakan media elektronika. 4. Penunjukan Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas didasarkan atas pertimbangan profesionalisme, dedikasi dan komitmen terhadap pengembangan kinerja.

4 44 5. Meningkatkan kontribusi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 6. Menjamin terlaksananyan seluruh prinsip-prinsip Good Corporate Governance (transparancy, fairness, accountability dan responsibility) pada seluruh lini kegiatan. 7. Meningkatkan pertumbuhan kinerja, peningkatan efisiensi dan keuntungan guna menunjang pemulihan ekonomi nasional serta meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Penelaahan misi Kementrian dengan balanced scorecard bisa dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2 Penelaahan Misi Kementrian dalam Perspektif Balanced Scorecard Perspektif Misi Stakeholders Meningkatkan fungsi pengawasan oleh publik melalui media internet yang dapat secara langsung diakses tanpa adanya hambatan dimensi waktu dan tempat, sekaligus melakukan building acceptence kepada masyarakat atas kebijakan yang ditempuh Kementerian dan adanya umpan balik secara langsung dari publik melalui jajak pendapat menggunakan media elektronika Meningkatkan kontribusi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Keuangan - Proses Operasi Internal Penunjukan Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas didasarkan atas pertimbangan profesionalisme, dedikasi dan komitmen terhadap pengembangan kinerja Menjamin terlaksananyan seluruh prinsip-prinsip Good Corporate Governance (transparancy, fairness,

5 45 Pembelajaran dan Pertumbuhan accountability dan responsibility) pada seluruh lini kegiatan Meningkatkan intensitas dan efektifitas pembinaan Meningkatkan intensitas dan efektifitas koordinasi eksternal dengan pihak regulator dan Meningkatkan pertumbuhan kinerja, peningkatan efisiensi dan keuntungan guna menunjang pemulihan ekonomi nasional serta meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat Meningkatkan intensitas dan efektifitas koordinasi internal di lingkungan Kementerian Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa tidak terdapat poin di dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan di dalam misi Kementrian mengenai peningkatan kompetensi pegawai dalam rangka peningkatan kualitas kerja, hal ini merupakan gambaran dimana masih banyak yang perlu diperbaiki dalam pembuatan misi Kementrian. Karena pada kenyataannya, para pegawai kementrian tetap diberikan pelatihan-pelatihan. Selain itu di dalam misi Kementrian juga tidak menjelaskan bagaimana Kementrian tersebut dapat melakukan kontrol biaya dan optimalisasi anggaran, yang di dalam sektor non-profit di masukkan ke dalam perspektif keuangan. Kedua hal tersebut semakin menjelaskan bahwa diperlukan perbaikan misi untuk mendukung terwujudnya visi Kementrian. Setelah visi dan misi, selanjutnya adalah tujuan Kementrian yang dikelompokkan dalam perspektif balanced scorecard. Hasil penelaahan tujuan Kementrian dalam perspektif balanced scorecard ini seperti terlihat pada tabel 5.3.

6 46 Tabel 5.3 Penelaahan Tujuan Kementrian dalam Perspektif Balanced Scorecard Perspektif Tujuan Stakeholders Meningkatkan peranan dalam perekonomian nasional Terciptanya hubungan kemitraan usaha yang saling menunjang dan menguntungkan antara, koperasi dan usaha kecil terutama di lingkungan sekitar Keuangan Optimalisasi pemanfaatan/pengelolaan kekayaan Badan Usaha Milik Negara Proses Operasi Internal Meningkatkan profesionalisme pembinaan Meningkatkan kemudahan akses data dan informasi serta peraturan Pembelajaran dan - Pertumbuhan 5.3 Penerjemahan Strategi Kementrian dalam Sasaran-Sasaran Srategis Tahap selanjutnya dari perancangan balanced scorecard, setelah Kementrian merumuskan dan mengidentifikasi strateginya, adalah penerjemahan strategi ke dalam sasaran strategi. Pada tahap ini yang perlu dilakukan adalah menentukan sasaran-sasaran strategis Kementrian ke dalam keempat perspektif balanced scorecard. Dalam menentukan sasaran strategis tiap perspektifnya selain berdasarkan pemikiran yang mendalam, dilakukan juga penyusunan kuesioner yang kemudian disebarkan di dalam lingkup Sekretariat Kementrian di Kementrian yang materinya didapatkan dari hasil analisis strategi, dan dari berbagai sumber sebagai bahan perbandingan. Kuesioner digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan sasaran strategis tiap perspektifnya.

7 Sasaran Strategis Perspektif Stakeholders Dalam perspektif ini, yang dimaksud dengan stakeholders adalah semua yang terkait dengan, baik dari Kementrian itu sendiri,, pemerintah atau masyarakat. Setelah melakukan penelaahan strategi Kementrian yang dilanjutkan dengan penyebaran kuesioner kepada para kepala bagian/seksi dalam lingkup Sekretariat Kementrian, maka hasil yang didapat untuk perspektif ini adalah: 1. Meningkatkan peranan dalam perekonomian nasional 2. Meningkatkan pengawasan publik terhadap 3. Meningkatkan citra kementrian Sasaran Strategis Perspektif Keuangan Sebelumnya Kementrian belum memiliki sebuah strategi yang berkaitan dengan perspektif keuangan. Kementrian selain bersifat sebagai organisasi nonprofit yang dalam perspektif ini biasanya menekankan kepada optimalisasi anggaran, juga bertanggung jawab terhadap peningkatkan pendapatan negara melalui kebijakankebijakannya. Berdasarkan hal tersebut, maka disertakan juga sasaran-sasaran strategis yang biasanya digunakan untuk organisasi profit ke dalam pembuatan kuesioner. Setelah pengolahan kuesioner, selanjutnya didapatkan sasaran strategis Kementrian untuk perspektif keuangan. 1. Meningkatkan kontrol atas output dan rincian biaya setiap program 2. Meningkatkan optimalisasi biaya operasi 3. Meningkatkan pengembalian investasi pemerintah 4. Meningkatkan pengembalian modal pemegang saham

8 Sasaran Strategis Perspektif Proses Operasi Internal Strategi Kementrian yang berhubungan dengan proses operasi internal ini adalah melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk tercapainya visi dari Kementrian. Berdasarkan hal tersebut dan hasil kuesioner yang telah diolah, selanjutnya didapatkan sasaran strategis untuk perspektif ini adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan intensitas pembinaan ke 2. Meningkatkan pelaksanaan Good Corporate Government (GCG) pada 3. Memperketat sistem seleksi calon direksi 4. Meningkatkan pelayanan di bidang hukum 5. Meningkatkan koordinasi dengan instansi lain yang terkait 6. Meningkatkan kualitas pengembangan teknologi untuk menunjang transparansi informasi 7. Meningkatkan sosialisasi kebijakan Kementrian Sasaran Strategis Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Tujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan faktor pendorong berhasilnya tiga perspektif scorecard sebelumnya. Perspektif ini mengidentifikasi tiga aspek utama pertumbuhan dan pembelajaran Kementrian yaitu manusia, sistem dan prosedur. Berdasarkan tiga aspek tersebut dan sumber lainnya yang didapatkan berdasarkan hasil observasi, selanjutnya disusunlah materi kuesioner. Dari hasil pengolahan data kuesioner, maka didapatkan sasaran strategis untuk perspektif ini, yaitu: 1. Meningkatkan kapabilitas pegawai Kementrian 2. Meningkatkan fungsi sistem informasi internal

9 49 3. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi sistem dan prosedur serta meningkatkan kinerja administrasi 4. Meningkatkan koordinasi dalam lingkungan internal 5. Meningkatkan fungsi perpustakaan Kementrian 5.4 Penentuan Ukuran Pencapaian Sasaran Strategis Setelah sasaran strategis dirumuskan, tahap selanjutnya dari perancangan balanced scorecard adalah penentuan ukuran pencapaian sasaran strategis. Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan pada bab tiga, ada dua macam ukuran hasil yaitu: ukuran hasil (lag indicator) dan ukuran pemacu kinerja (lead indicator). Setelah melakukan diskusi dengan beberapa staf yang kompeten di bagian perencanaan Kementrian, maka selanjutnya didapatkan rumusan ukuran hasil dan ukuran pemacu kinerja untuk balanced scorecard di Kementrian Ukuran Pencapaian Sasaran Strategis Perspektif Stakeholders Ukuran hasil dan ukuran pemacu kinerja perspektif stakeholders Kementrian seperti terlihat pada tabel 5.4. Untuk mengukur kinerja pada perspektif ini, indikatorindikator yang bisa digunakan adalah jumlah dividen yang dapat disetorkan ke dalam APBN untuk setiap tahunnya, jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pengawasan terhadap dan indeks kepuasan wakil rakyat terhadap kinerja.

10 Ukuran Pencapaian Sasaran Strategis Perspektif Keuangan Sasaran-sasaran strategis perspektif keuangan pada Kementrian selanjutnya diterjemahkan dalam ukuran-ukuran hasil dan ukuran pemacu kinerja. Ukuran hasil dan ukuran pemacu kinerja tersebut seperti terlihat pada tabel Ukuran Pencapaian Sasaran Strategis Perspektif Proses Operasi Internal Pada tabel 5.6 tersajikan ukuran hasil dan ukuran pemacu kinerja perspektif proses operasi internal Kementrian. Ukuran-ukuran yang digunakan pada perspektif ini adalah ukuran yang berhubungan dengan proses operasi Kementrian yang memiliki core business sebagai regulator dan fasilitator terhadap Ukuran Pencapaian Sasaran Strategis Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Hasil penentuan ukuran hasil dan ukuran pemacu kinerja untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Kementrian seperti terlihat pada tabel 5.7. Seperti diungkapkan pada bab tiga bahwa perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ini mencakup tiga aspek yaitu manusia, sistem dan prosedur Kementrian.

11 51 Tabel 5.4 Ukuran Hasil dan Ukuran Pemacu Kinerja Perspektif Stakeholders Kementrian Sasaran Strategis Meningkatkan peranan dalam perekonomian nasional Meningkatkan pengawasan publik terhadap Meningkatkan citra Kementrian Ukuran Hasil (Lag Indicator) Meningkatnya perolehan dividen pemerintah dari Meningkatnya perolehan pajak Meningkatnya efektifitas melalui privatisasi serta kontribusinya terhadap APBN Meningkatnya penyisihan laba untuk program bina lingkungan Meningkatnya peran dalam pengembangan kemitraan dengan usaha kecil dan koperasi Jumlah masyarakat yang mengirim sms Jumlah masyarakat yang akses ke website Kementrian Indeks kepuasan wakil rakyat Jumlah penghargaan dari lembaga-lembaga audit Ukuran Pemacu Kinerja (Lead Indicator) Meningkatkan kinerja Memberikan formulasi kebijakan dividen yang tepat Peningkatan jumlah sosialisasi mengenai kebijakan pengawasan publik terhadap Perbaikan kinerja Kementrian Kecermatan dalam menentukan kebijakan yang efektif dan efisien

12 52 bagi dengan memperhatikan kepentingan rakyat Tabel 5.5 Ukuran Hasil dan Ukuran Pemacu Kinerja Perspektif Keuangan Kementrian Sasaran Strategis Meningkatkan kontrol atas output dan rincian biaya setiap program Meningkatkan optimalisasi biaya operasi Meningkatkan pengembalian investasi pemerintah Meningkatkan pengembalian modal pemegang saham Ukuran Hasil (Lag Indicator) Penjabaran output program dan rincian biayanya Rasio Operasi (Cost to Contribution Ratio) mendekati 100% ROI (Return On Investment) yang meningkat ROE (Return On Equity) yang meningkat Ukuran Pemacu Kinerja (Lead Indicator) Pencatatan output dan biaya setiap program Pelaksanaan program yang berjalan baik Penyusunan anggaran yang tepat Penunjukan direksi yang profesional dan kompeten di bidangnya Peningkatan pembinaan ke Peningkatan penerapan program Good Corporate Governance ke

13 53 Tabel 5.6 Ukuran Hasil dan Ukuran Pemacu Kinerja Perspektif Proses Operasi Internal Kementrian Sasaran Strategis Meningkatkan intensitas pembinaan ke Meningkatkan pelaksanaan Good Corporate Government (GCG) pada Memperketat sistem seleksi calon direksi Meningkatkan pelayanan di bidang hukum Meningkatkan koordinasi dengan instansi lain yang terkait Meningkatkan kualitas pengembangan teknologi untuk menunjang transparansi informasi Meningkatkan sosialisasi kebijakan Kementrian Ukuran Hasil (Lag Indicator) Jumlah yang dikunjungi Jumlah sosialisasi, assesment dan review program GCG kepada Jumlah temuan permasalahan hukum yang melibatkan calon direksi Jumlah permasalahan hukum yang telah terselesaikan Jumlah Memorandum of Understanding (MoU) yang ditanda tangani setiap tahunnya Teknologi distance controlling Jumlah administrator yang melakukan update secara kontinyu Jumlah iklan yang dibuat setiap tahunnya Ukuran Pemacu Kinerja (Lead Indicator) Bertambahnya jumlah kunjungan ke setiap Bertambahnya jumlah sosialisasi, assesment dan review GCG ke setiap Meningkatkan sistem koordinasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Memberikan bantuan kepada - yang terlibat permasalahan hukum Bertambahnya jumlah penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) Update teknologi informasi Bertambahnya jumlah administrator yang melakukan update secara kontinyu Bertambahnya jumlah iklan yang dibuat setiap tahunnya

14 54 Tabel 5.7 Ukuran Hasil dan Ukuran Pemacu Kinerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Kementrian Sasaran Strategis Meningkatkan kapabilitas pegawai Kementrian Meningkatkan fungsi sistem informasi internal Meningkatkan efektifitas dan efisiensi sistem dan prosedur serta meningkatkan kinerja administrasi Meningkatkan koordinasi dalam lingkungan internal Meningkatkan fungsi perpustakaan Kementrian Ukuran Hasil (Lag Indicator) Jumlah training/pendidikan pertahun Jumlah sertifikasi pegawai pertahun Jumlah record pada database Kementrian Jumlah keluhan pengguna komputer berkurang Persentase pemanfaatan program Jumlah temuan pelanggaran Jumlah Standart Operating Procedure yang ditanda tangani Jumlah koleksi buku pertahun Ukuran Pemacu Kinerja (Lead Indicator) Bertambahnya jumlah training/pendidikan Bertambahnya jumlah sertifikasi pegawai Bertambahnya jumlah record Perawatan komputer secara berkala Penyempurnaan program untuk memperbaiki ketepatan dan keakurasian laporan Penyempurnaan Standart Operating Procedure Bertambahnya jumlah koleksi buku 5.5 Pengukuran Kinerja Pencapaian Sasaran Strategis Penilaian kinerja dilakukan berdasarkan sasaran-sasaran strategis yang telah ditentukan lag indicatornya. Indikator-indikator (lag indicator) tersebut, nantinya diukur

15 55 untuk mengetahui kinerja Kemetrian. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja tersebut maka selanjutnya bisa ditentukan inisiatif strategis untuk mencapai strategi Perspektif Stakeholders Agar lebih sistematis, penilaian kinerja pada perspektif ini, dan perspektif-perspektif lainnya, akan dilakukan sesuai urutan sasaran strategis yang telah ditetapkan sebelumnya. 1. Meningkatkan Peranan dalam Perekonomian Nasional Indikator-indikator yang digunakan dalam mengukur capaian sasaran strategis ini berupa kontribusi dalam meningkatkan penerimaan APBN pemerintah dan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara langsung melalui program-programnya. a. Meningkatnya perolehan dividen pemerintah dari Pencapaian Perolehan Dividen 15 Nilai (Triliun Rupiah) Target Realisasi Tahun Gambar 5.1 Grafik Pencapaian Perolehan Dividen Tahun Sumber : Kementrian

16 56 Dibandingkan tahun 2004, perolehan dividen pemerintah pada tahun 2005 mengalami peningkatan yang signifikan. Jika pada 2004 realisasinya hanya Rp 9.8 triliun, maka pada 2005 meningkat secara signifikan menjadi Rp 12.8 triliun. Pada tahun 2005, realisasi pemerintah dalam perolehan dividen sebenarnya dapat lebih besar dari jumlah yang tersebut diatas, hal ini dikarenakan Pertamina belum menyetorkan dividen untuk tahun 2005 yang rencananya baru akan disetorkan pada tahun 2006, selain itu jumlah dividen 2005 juga dapat ditambah dengan memperhitungkan juga dividen interim Pertamina yang belum disetor. b. Meningkatnya perolehan pajak Kontribusi Pajak Untuk APBN 400 Nilai (Triliun Rupiah) Penerimaan perpajakan pada APBN Kontribusi pajak Tahun Gambar 5.2 Grafik Kontribusi Pajak pada APBN Tahun Sumber : Kementrian Realisasi penerimaan perpajakan pada APBN Tahun 2004 mencapai Rp triliun. Dari jumlah tersebut, kontribusi mencapai Rp 39.66

17 57 triliun (atau sekitar 14 %). Sedangkan pada 2005, dari realisasi penerimaan perpajakan sebesar Rp triliun, kontribusi pembayaran pajak oleh mencapai sebesar Rp 42 triliun atau sekitar 12 %. Tingginya kontribusi pajak yang dibayar oleh tersebut menunjukkan bahwa secara ekonomi keberadaan juga memberikan kontribusi bagi pajak negara. c. Meningkatnya efektifitas melalui privatisasi serta kontribusinya terhadap APBN Penerimaan APBN dalam Bentuk Hasil Privatisasi 6 Nilai (Triliun Rupiah) Target Realisasi Tahun Gambar 5.3 Grafik Kontribusi Privatisasi pada Tahun Sumber : Kementrian Pada tahun 2004, privatisasi menghasilkan kontribusi sebesar Rp triliun untuk APBN dan di tahun 2005 realisasi dari privatisasi tidak ada karena pada tahun tersebut keadaan iklim ekonomi Indonesia secara keseluruhan tidak kondusif, sehingga dampaknya terhadap delusi saham

18 58 pemerintah akan sangat tinggi. Perusahaan yang diprivatisasi selama tahun 2004 dapat dilihat dalam halaman lampiran. d. Meningkatnya penyisihan laba untuk program bina lingkungan Kementrian negara membuat sebuah program bina lingkungan yang dimana mengatur tentang penyisihan laba perusahaan setelah pajak maksimum 1 % untuk menjalankan program ini. Yang dimaksud dengan program bina lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh di wilayah usaha tersebut melalui pemanfaatan dana dari bagian laba. Berikut adalah grafik yang menunjukkan jumlah dana yang terkumpul untuk program bina lingkungan dari tahun 2004 sampai tahun Jumlah Dana Untuk Program Bina Lingkungan 300 Nilai (Milyar Rupiah) Target Realisasi Tahun Gambar 5.4 Grafik Jumlah Dana Program Bina Lingkungan Tahun Sumber : Kementrian Dalam grafik diatas dapat terlihat bahwa pada tahun 2004 jumlah dana yang terkumpul untuk program bina lingkungan adalah Rp milyar yang

19 59 berarti hanya sekitar % dari target yang sebesar Rp 176 milyar, sedangkan untuk tahun berikutnya jumlah dana yang terkumpul adalah sekitar Rp 242 milyar atau 0.41 % di atas target yang sebesar Rp 241 milyar. e. Meningkatnya peran dalam pengembangan kemitraan dengan usaha kecil dan koperasi Pengembangan kemitraan dengan usaha kecil dan koperasi telah dilaksanakan sejak tahun1989 didasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan nomor :1232/KMK.013/1989 yang mengatur mengenai pembinaan usaha kecil dan koperasi oleh melalui pemanfaatan dana dari bagian laba sebesar 1-5 %. Setelah beberapa kali terjadi perubahan ketentuan, sekarang program kemitraan dilaksanakan dengan memanfaatkan dana dari penyisihan laba setelah pajak sebesar 1-3 %. Grafik berikut menunjukkan target dan realisasi dana yang terkumpul untuk program kemitraan dari tahun 2004 sampai tahun Jumlah Dana Untuk Program Kemitraan 1500 Nilai (Milyar Rupiah) Target Realisasi Tahun Gambar 5.5 Grafik Jumlah Dana Untuk Program Kemitraan Sumber : Kementrian

20 60 Dapat terlihat dalam gambar 5.5 bahwa untuk tahun 2004, seluruh berhasil mengumpulkan dana untuk program kemitraan sebesar Rp milyar, walaupun jumlah ini masih jauh dibawah target yang Rp milyar, tingkat pencapaian rencana untuk tahun 2004 tersebut sekitar 69,72 %. Sedangkan untuk tahun 2005, jumlah dana program kemitraan yang di targetkan untuk seluruh sekitar Rp milyar, tetapi dana yang terkumpul hanya sekitar 610 milyar, dengan demikian realisasi dana hanya 57,33 % dari rencana. Alokasi dana dari setiap di setiap provinsi untuk program kemitraan ini lebih lengkapnya dapat dilihat di halaman lampiran. 2. Meningkatkan pengawasan publik terhadap Kementrian bekerja sama dengan operator GSM, dalam menyediakan layanan SMS Centre SMS Centre 2866 merupakan layanan yang dikelola oleh Kementrian untuk mengakomodir keluhan, kritik, masukan atau pujian terhadap kinerja. Layanan ini merupakan layanan satu arah dari masyarakat kepada Kementrian. Pesan yang dikirim akan diterima Kementrian, yang kemudian diteruskan kepada yang dimaksud. Pesan yang akan diteruskan akan disaring terlebih dahulu di Kementrian. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran strategis ini adalah jumlah SMS yang masuk ke Kementrian. SMS Centre 2866 ini baru berlaku tanggal 16 November 2006, jadi belum ada data yang dapat dipergunakan untuk mengetahui pencapaian sasaran ini. Selain SMS Centre 2866, publik juga dapat mengawasi kinerja melalui website

21 61 ri.go.id, karena di dalam website yang berupa portal untuk seluruh tersebut masyarakat dapat melihat laporan keuangan setiap, indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran strategis ini adalah jumlah masyarakat yang akses ke dalam website Kementrian tersebut. Tabel 5.8 akan menunjukkan data statistik berupa jumlah masyarakat yang akses ke dalam website sampai akhir tahun Tabel 5.8 Jumlah Pengunjung OnLine Sampai Akhir Tahun 2006 Jumlah Pengunjung Pengguna Terdaftar 7388 Terdaftar Hari Ini 0 Sumber : Kementrian 3. Meningkatkan Citra Kementrian Untuk mencapai sasaran strategis ini digunakan indeks kepuasan wakil rakyat atas kinerja Kementrian yang didapat dari hasil survey terhadap wakil rakyat. Namun saat ini Kementrian belum melakukan survey pada wakil rakyat. Untuk tahap selanjutnya diharapkan Kementrian melakukan survey pada wakil rakyat untuk mengetahui tingkat kepuasan wakil rakyat atas kinerja Kementrian.

22 Perspektif Keuangan Sasaran-sasaran strategis perspektif keuangan untuk Kementrian, dukur berdasarkan indikator-indikator dalam tiap sasaran sebagaimana yang tercantum dalam tabel Meningkatkan kontrol atas output dan rincian biaya setiap program Dalam proses penyusunan program-program selama tahun berjalan, Kementrian masih jauh dari kata efefektif. Dalam membuat programnya, Kementrian hanya menuliskan uraian program, kegiatan dan sub kegiatan beserta rincian biayanya. Seperti terlihat pada tabel 5.9 dibawah ini adalah daftar DIPA tahun 2006 yang dikeluarkan oleh Kementrian. Tabel 5.9 Daftar Dipa TA-2006 Kementrian (dalam rupiah) KODE URAIAN PROGRAM BIAYA Program Pembinaan dan Pengembangan Pembinaan Perusahaan-Perusahaan Negara Administrasi Umum Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Pengadaan Makanan/Minuman Penambah Daya Tahan Tubuh Pelatihan/Pengambilan Sumpah Jabatan 141,193,358, ,193,358,000 19,115,318, ,972, ,000,000 90,000, Pembinaan Administrasi Pengelolaan 438,890,000 Kepegawaian Pengadaan Toga/Pakaian Kerja Sopir/Pesuruh/Perawat/Dokter/Satpam/Tenaga Teknis Lainnya Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Penyusunan/Pengumpulan/Pengolahan/Updating/ Analisa Data dan Statistik 32,680,000 19,298,480,000

23 63 KODE URAIAN PROGRAM BIAYA 0051 Penyusunan Program dan Rencana 934,228, Kerja/Teknis/Program Penyusunan/Perumusan Sistem dan Prosedur 4,100,725,000 Teknis A B Tindak Lanjut UU, Kepmen, RPP, DLL Kajian Regulasi Sektoral Sehubungan Dengan Hambatan dan Pasar Pendaftaran dan Seleksi Penyelenggaraan Humas dan Protokoler Pembudayaan dan Pemasyarakatan 3,148,547, ,178,000 13,500,000, ,240,000 14,618,803,000 A Implementasi Implikasi OTDA Terhadap 2,208,364,000 B C D Pengelolaan Sosialisasi Kebijakan Kementrian Promosi Sosialisasi Melalui Media 2,204,538,000 6,390,781,000 3,815,120, Bantuan Hukum/Saksi/Penterjemah/Biaya 16,085,878,000 Pengacara/Penyelesaian Perkara Hukum A Bantuan Hukum/Saksi/Penterjemah/Biaya 15,000,000,000 B Pengacara/Penyelesaian Perkara Hukum Litigasi dan Mediasi 1,085,878, Dengar Pendapat Dengan 216,000, Organisasi/Lembaga/Tokoh Masyarakat Pertemuan/Jamuan Delegasi/Misi/Tamu 180,000, Rapat-Rapat Koordinasi/Kerja/Dinas/Pimpinan 1,083,000, Kelompok Kerja Kerja Sama Antar Instansi Pemerintah/Swasta Lembaga Terkait Pengurusan Visa/Paspor Pengepakan/Pengiriman/Pengangkutan Barang 150,000,000 38,400, ,000, Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan 763,255,000 Keuangan A Tim Penyusunan/Analisa/Evaluasi/Monitoring 392,340,000 Program Penyusunan RKA-KL

24 64 KODE URAIAN PROGRAM BIAYA B C Tim Pembinaan dan Pengelolaan Keuangan Tim Pembinaan Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP) Pengembangan Hubungan Kerja Sama Luar Negeri Pencetakan/Penerbitan/Penggandaan/Laminasi 152,950, ,965,000 2,095,748, ,000, Monitoring dan Pengawasan Pelaksanaan 7,464,315,000 A B C A B C D E F 0967 A B C D Program dan Kegiatan Tim Monitoring dan Evaluasi Dalam Rangka Audit Teknologi Tim Inventarisasi, Identifikasi Kewajiban Pada RDI/SLA Tim Monitoring, Analisa dan Evaluasi PKBL Penyelesaian Tugas Mendesak Pemantauan dan Evaluasi Restrukturisasi Proses Persiapan Privatisasi Dalam Rangka Procurement System Good Corporate Government (GCG) Pemisahan PSO Dari Pengelolaan Secara Komersial Konsolidasi Monitoring dan Evaluasi Sekretariat Komite Komite Sektor Pertambangan dan Energi Komite Sektor Industri Strategis Komite Sektor Perhubungan Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Pembinaan Perusahaan-Perusahaan Negara Peningkatan Kemampuan SDM Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Program Peningkatan Sarana dan Prasarana 5,096,609,000 1,043,978,000 1,323,728, ,000,000 23,415,108,000 11,895,908,000 1,692,664,000 2,618,948,000 3,311,136,000 2,458,212,000 1,438,240,000 7,417,218,000 1,096,928,000 2,189,600,000 2,255,170,000 1,875,520,000 6,719,032,000 6,719,032,000 4,402,886,000 2,316,146,000 55,376,910,000

25 65 KODE URAIAN PROGRAM BIAYA Aparatur Negara Pembinaan Perusahaan-Perusahaan Negara Administrasi Umum Pembangunan Gedung Kantor Pengadaan Perlengkapan Sarana Gedung Pengadaan Meubeler Pengadaan Alat Pengolah Data Pengadaan Alat Studio dan Komunikasi Pengadaan Kendaraan Bermotor Roda-2 Pengadaan Kendaraan Bermotor Roda-4/Roda- 6/Roda-10 Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan Pembinaan Perusahaan-Perusahaan Negara Administrasi Umum 55,376,910, ,860,000 50,000,000, ,000, ,000, ,250, ,500,000 54,300,000 2,970,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 Total 204,489,300,000 Sumber : Kementrian Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa DIPA Kementrian tahun 2006 hanya mencantumkan nama program beserta rincian biaya yang tidak jelas asalnya, karena rincian biaya yang dikeluarkan dalam DIPA tersebut hanya berupa prediksi, bukan berupa hasil pencatatan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Tentu rincian biaya tersebut dapat dipastikan tidak akurat. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan pemberian anggaran untuk Kementrian. Untuk mengatasi masalah ini, Kementrian diharapkan untuk meningkatkan kontrol atas output dan rincian biaya setiap program, peningkatan kontrol ini akan meningkatkan efektifitas dalam penetapan program untuk tahun berikutnya. Ukuran hasil yang dapat digunakan untuk sasaran strategis ini adalah

26 66 penjabaran output dari program dan rincian biaya yang dikeluarkan saat melaksanakan program tersebut. 2. Meningkatkan optimalisasi biaya operasi Optimalisasi biaya operasi Kementrian bisa dilihat dari indikator Cost to Contribution Ratio (CC Ratio) atau lebih dikenal dengan rasio operasi. Cost to Contribution Ratio adalah perbandingan antara biaya operasi dengan pendapatan. Untuk kementrian, pendapatan diasumsikan sama dengan alokasi anggaran yang diberikan oleh Menteri Keuangan dan biaya operasi terdiri dari seluruh kegiatan yang dilakukan oleh Kementrian, karena Kementrian sifatnya adalah fasilitator dan regulator untuk semua, jadi biaya pembinaan juga dihitung sebagai biaya operasi. Rasio Operasi = Biaya Operasi * Anggaran x 100% * Anggaran diasumsikan sama dengan pendapatan usaha Tabel 5.10 Rasio Operasi (CC Ratio) Kementrian Tahun Tahun Anggaran Biaya Operasi Rasio Operasi 2004 Rp 50,030,000, Rp 27,356,000, % 2005 Rp 60,477,000, Rp 32,709,100, % 2006 Rp 211,489,300, Rp 162,846,761, % Sumber : Kementrian ; diolah Dari tabel 5.10 dapat dilihat bahwa rasio operasi Kementrian dari tahun sekitar %. Alokasi biaya terbesar adalah untuk pembinaan kepada. Untuk tahun 2006, anggaran Kementrian naik tiga kali lipat dan rasio operasinya mencapai 77 %, hal ini terjadi karena untuk tahun

27 Kementrian melaksanakan program pembinaan dan peningkatan kinerja secara menyeluruh untuk setiap, melakukan pengalihan bisnis TNI dan Polri menjadi serta melakukan pembelian gedung PT Garuda Indonesia, pembelian tersebut dilakukan karena selama ini Kementrian menumpang di gedung Departemen Keuangan. Untuk lembaga pemerintahan seperti Kementrian, rasio operasi yang hanya mencapai 54-55% pada tahun dan 77 % pada tahun 2006, dapat menunjukkan dua hal, pertama, Kementrian kurang akurat dalam menentukan program dan rincian biayanya sehingga menyebabkan Menteri Keuangan (dengan persetujuan DPR) mengeluarkan anggaran yang besarnya hampir dua kali lipat dari biaya operasi, atau yang kedua, program-program yang dibuat oleh Kementrian tidak berjalan dengan baik. Sehingga menyebabkan penggunaan anggaran menjadi kurang optimal. 3. Meningkatkan pengembalian investasi pemerintah Indikator yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi adalah ROI (Return On Investment). ROI untuk Kementrian diperoleh dengan cara membandingkan antara laba akuntansi dengan total aktiva seluruh. Laba Akuntansi ROI = x 100% Total Aktiva Laba akuntansi, total aktiva dan perhitungan ROI setiap tahun 2004 dan 2005 dapat dilihat dalam tabel 5.11 dan tabel 5.12.

28 68 Tabel 5.11 ROI Pemerintah di setiap Tahun 2004 (dalam Rp juta) Perusahaan LabaAkuntansi TotalAktiva ROI PT Asuransi ABRI (ASABRI) 53,934 2,569, PT Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) 15, , PT Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO) 30,426 1,398, PT Asuransi Jasa Raharja 122,585 1,345, PT Asuransi Jiwasraya 65,435 3,356, PT Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES) 230,054 2,219, PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) 2,898,564 33,403, PT Reasuransi Umum Indonesia (RUI) 6, , PT Taspen 165,523 15,540, Perum Pegadaian 222,583 3,473, Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) 31, , PT Danareksa 77,118 2,365, PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) 1,516 12, PT PANN Multi Finance (32,187) 1,695, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) 79,689 2,016, PT Bank Ekspor Indonesia (BEI) 266,480 7,437, PT Bank Mandiri, Tbk 7,520, ,155, PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BNI) 3,090, ,582, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI) 5,287, ,040, PT Bank Tabungan Negara (BTN) 477,710 26,743, PT Garam 8, , PT Industri Gelas (IGLAS) (4,048) 249, PT Industri Soda Indonesian (ISI) (24,158) 163, PT Biofarma 167, , PT Indo Farma, Tbk 50, , PT Kimia Farma, Tbk 124,709 1,173, PT Industri Sandang Nusantara (INSAN) (50,446) 249, PT Primissima (3,227) 64, Perum Pembangunan Perumahan Nasional (PERUMNAS) 45,486 1,233, PT Adhi Karya 144,475 1,849, PT Brantas Abipraya (43,209) 159, PT Hutama Karya (HK) 68,289 1,191, PT Istaka Karya 30, , PT Nindya Karya 32, , PT Pembangunan Perumahan (PP) 97,484 1,313, PT Waskita Karya 113,048 1,146, PT Wijaya Karya (WIKA) 131,754 1,956, PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP) 20, , PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN) 24, , PT Kawasan Industri Makasar (KIMA) 14,378 52, PT Kawasan Industri Medan (KIM) 3,948 89, PT Kawasan Industri Wijaya Kusuma (KIW) 1,758 32, PT Pengembangan Daerah Industri (PDI) P.Batam (5,052) 39, PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) 8, ,

29 Perusahaan LabaAkuntansi TotalAktiva ROI PT Bina Karya , PT Indah Karya (331) 19, PT Indra Karya (5,387) 21, PT Virama Karya 1,744 21, PT Yodya Karya 3,348 27, Perum DAMRI (23,580) 213, Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD) (66,390) 75, PT Kereta Api Indonesia (KAI) (50,343) 3,871, PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) 14,486 49, PT Sucofindo 45, , PT Survai Udara Penas (2,127) 9, PT Surveyor Indonesia (SI) 16, , PT Angkasa Pura I (AP I) 262,271 3,634, PT Angkasa Pura II (AP II) 539,616 3,553, PT Bali Tourism & Development Corporation 13, , PT Hotel Indonesia Natour (HIN) (29,131) 180, PT TWC Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko 5,024 92, PT Pelabuhan Indonesia I (PELINDO I) 121,466 1,045, PT Pelabuhan Indonesia II (PELINDO II) 521,486 4,476, PT Pelabuhan Indonesia III (PELINDO III) 606,545 2,679, PT Pelabuhan Indonesia IV (PELINDO IV) 72, , PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) 13, , PT Djakarta Lloyd 27,369 1,296, PT Pelayaran Bahtera Adhiguna 3, , PT Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) (138,599) 5,454, PT Pengerukan Indonesia (RUKINDO) (18,374) 447, PT Amarta Karya (133) 84, PT Jasa Marga 517,463 7,969, PT PP Berdikari (10,486) 214, PT Sarinah 6, , PT Garuda Indonesia (GIA) (631,236) 8,255, PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) (230,693) 619, Perum Jasa Tirta I 3,666 49, Perum Jasa Tirta II 23, , PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) 847, , Perum Perhutani 173,539 1,211, PT Inhutani I (22,283) 555, PT Inhutani II (8,305) 250, PT Inhutani III (8,031) 346, PT Inhutani IV (5,727) 105, PT Inhutani V (7,996) 164, PT Kertas Leces 63,413 1,200, PT Bhanda Ghara Reksa (BGR) 14,738 83, PT Pos Indonesia (POSINDO) (155,788) 2,308, PT Varuna Tirta Prakasya (VTP) (1,885) 37, Perum Percetakan Negara Indonesia (PNRI) 1, , Perum Percetakan Uang RI (PERURI) 127,461 1,083, PT Balai Pustaka (BP) 16, ,

30 Perusahaan LabaAkuntansi TotalAktiva ROI PT Pradnya Paramita (310) 5, Perum Prasarana Perikanan Samudra (PPS) , PT Perikanan Samodra Besar (PSB) (1,866) 29, PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I) 24, , PT Perkebunan Nusantara II (PTPN II) (20,354) 1,586, PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) 197,908 2,147, PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) 231,870 2,071, PT Perkebunan Nusantara IX (PTPN IX) 51, , PT Perkebunan Nusantara V (PTPN V) 195,294 1,407, PT Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI) 66, , PT Perkebunan Nusantara VII (PTPN VII) 180,090 1,581, PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) 165,352 1,106, PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) 32, , PT Perkebunan Nusantara XI (PTPN XI) 63, , PT Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) 60, , PT Perkebunan Nusantara XIII (PTPN XIII) 117,442 1,392, PT Perkebunan Nusantara XIV (PTPN XIV) (2,210) 540, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) 163,581 2,948, PT Pertani 9, , PT Sang Hyang Seri (SHS) 6, , PT Pupuk Sriwidjaja (PUSRI) 1,346,130 18,831, PT.Asean Aceh Fertilizer (129,505) 496, PT Barata Indonesia 2, , PT Boma Bisma Indra (BBI) (28,974) 157, PT Krakatau Steel (KS) 922,300 8,876, PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (34,048) 585, PT Dok dan Perkapalan Surabaya (DPS) 4, , PT Industri Kapal Indonesia (IKI) 7, , PT PAL Indonesia 5,981 2,015, PT Konversi Energi Abadi (KONEBA) 56 11, PT Perusahaan Gas Negara, Tbk (PGN) 997,833 11,039, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) 2,562, ,793, PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk (PTBA) 503,347 2,385, PT Batan Teknologi , PT Industri Kereta Api (INKA) (5,976) 166, PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) 40, , PT LEN Industri 2, , PT Dahana 13, , PT PINDAD 49, , PT Aneka Tambang, Tbk (ANTAM) 1,096,572 6,042, PT Sarana Karya 318 9, PT Timah, Tbk 285,010 2,416, PT Semen Baturaja 57, , PT Semen Gresik, Tbk 957,837 6,640, PT Semen Kupang (5,813) 615, Perum Produksi Film Negara (PFN) (5,713) 34, PT Indosat, Tbk 3,234,709 27,872, PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) 13,927,067 56,269, Sumber : Kementrian ; diolah 70

31 71 Tabel 5.12 ROI Pemerintah di setiap Tahun 2005 (dalam Rp juta) Perusahaan LabaAkuntansi TotalAktiva ROI PT Asuransi ABRI (ASABRI) 54,708 2,790, PT Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) 32, , PT Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO) 104,713 1,488, PT Asuransi Jasa Raharja 169,504 1,639, PT Asuransi Jiwasraya 44,515 3,631, PT Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES) 132,153 2,671, PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) 3,112,787 38,814, PT Reasuransi Umum Indonesia (RUI) 55, , PT Taspen 360,603 17,381, Perum Pegadaian 312,564 4,833, Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) 32, , PT Danareksa (175,097) 1,954, PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) 2,922 19, PT PANN Multi Finance 5,829 1,708, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) 55,932 2,005, PT Bahana PUI (BPUI) 261,721 1,798, PT Bank Ekspor Indonesia (BEI) 293,682 7,535, PT Bank Mandiri, Tbk 1,187, ,383, PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BNI) 2,265, ,812, PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI) 5,312, ,775, PT Bank Tabungan Negara (BTN) 449,014 29,083, PT Garam 12, , PT Industri Gelas (IGLAS) (11,283) 265, PT Industri Soda Indonesian (ISI) (17,626) 161, PT Biofarma 81, , PT Indo Farma, Tbk 35, , PT Kimia Farma, Tbk 84,718 1,177, PT Industri Sandang Nusantara (INSAN) (32,369) 238, PT Primissima , Perum Pembangunan Perumahan Nasional (PERUMNAS) 46,247 1,266, PT Adhi Karya 173,823 2,413, PT Hutama Karya (HK) 35,679 1,083, PT Nindya Karya 47, , PT Pembangunan Perumahan (PP) 137,270 1,826, PT Waskita Karya 114,175 1,672, PT Wijaya Karya (WIKA) 135,189 2,097, PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP) 22, , PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN) 29, , PT Kawasan Industri Makasar (KIMA) (1,568) 52, PT Kawasan Industri Medan (KIM) 7,022 83, PT Kawasan Industri Wijaya Kusuma (KIW) (1,005) 30, PT Pengembangan Daerah Industri (PDI) Pulau Batam (3,089) 40, PT Bina Karya 2,561 23,

32 Perusahaan LabaAkuntansi TotalAktiva ROI PT Indah Karya (1,755) 23, PT Indra Karya 1,301 44, PT Virama Karya 1,633 31, PT Yodya Karya 2,258 27, PT Atmindo 1,266 59, PT Kereta Api Indonesia (KAI) (45,719) 4,260, PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) 16,443 58, PT Sucofindo 39, , PT Surveyor Indonesia (SI) 34, , PT Angkasa Pura I (AP I) 287,315 4,724, PT Angkasa Pura II (AP II) 673,792 3,889, PT Bali Tourism & Development Corporation 17, , PT Hotel Indonesia Natour (HIN) (4,361) 191, PT TWC Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko 5,502 95, PT Pelabuhan Indonesia I (PELINDO I) 162,839 1,110, PT Pelabuhan Indonesia II (PELINDO II) 659,654 4,467, PT Pelabuhan Indonesia III (PELINDO III) 698,584 3,076, PT Pelabuhan Indonesia IV (PELINDO IV) 83, , PT Djakarta Lloyd 37,241 1,232, PT Pelayaran Bahtera Adhiguna , PT Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) (158,173) 5,273,231-3 PT Pengerukan Indonesia (RUKINDO) (48,143) 406, PT Amarta Karya 2,474 86, PT Jasa Marga 633,092 9,715, PT PP Berdikari (2,151) 282, PT Sarinah 5, , Perum Jasa Tirta I 8,230 58, Perum Jasa Tirta II 35, , PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) 497,383 1,050, PT Inhutani I (19,548) 519, PT Inhutani II (4,498) 242, PT Inhutani III (3,454) 355, PT Inhutani IV (6,406) 98, PT Kertas Leces (32,502) 1,180, PT Bhanda Ghara Reksa (BGR) 16,479 97, PT Pos Indonesia (POSINDO) (78,258) 2,428, PT Varuna Tirta Prakasya (VTP) 2,071 41, Perum Percetakan Negara Indonesia (PNRI) (5,980) 158, Perum Percetakan Uang RI (PERURI) 70,667 1,127, PT Balai Pustaka (BP) (15,985) 85, PT Pradnya Paramita (483) 5, Perum Prasarana Perikanan Samudra (PPS) (516) 102, PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I) 19, , PT Perkebunan Nusantara II (PTPN II) (15,352) 1,706, PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) 417,553 2,414, PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) 308,381 2,477, PT Perkebunan Nusantara IX (PTPN IX) 119, , PT Perkebunan Nusantara V (PTPN V) 170,219 1,616, PT Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI) 41, ,

33 73 Perusahaan LabaAkuntansi TotalAktiva ROI PT Perkebunan Nusantara VII (PTPN VII) 268,404 1,828, PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) 198,080 1,251, PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) 161,858 1,161, PT Perkebunan Nusantara XI (PTPN XI) 262,638 1,073, PT Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) 100, , PT Perkebunan Nusantara XIII (PTPN XIII) 73,022 1,487, PT Perkebunan Nusantara XIV (PTPN XIV) 2, , PT Pertani (5,509) 214, PT Sang Hyang Seri (SHS) 8, , PT Pupuk Sriwidjaja (PUSRI) 1,367,094 19,873, PT Barata Indonesia 3, , PT Boma Bisma Indra (BBI) (15,295) 126, PT Krakatau Steel (KS) 638,563 10,689, PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (19,262) 563, PT Dok dan Perkapalan Surabaya (DPS) 13, , PT Industri Kapal Indonesia (IKI) 6, , PT PAL Indonesia 11,708 2, PT Konversi Energi Abadi (KONEBA) 2,905 17, PT Perusahaan Gas Negara, Tbk (PGN) 1,552,281 12,574, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) 519, ,842, PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk (PTBA) 560,998 2,839, PT Batan Teknologi , PT Industri Kereta Api (INKA) (18,476) 167, PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) 21, , PT LEN Industri 11, , PT Dahana 27, , PT PINDAD 10, , PT Aneka Tambang, Tbk (ANTAM) 1,135,804 6,402, PT Timah, Tbk 211,721 2,748, PT Semen Baturaja 77, , PT Semen Gresik, Tbk 1,563,780 7,296, PT Indosat, Tbk 3,651,917 32,787, PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) 17,170,750 62,171, Sumber : Kementrian ; diolah Ada beberapa kendala dalam menghitung ROI keseluruhan dari setiap dalam setiap tahunnya, hal ini diakibatkan karena adanya keterbatasan data. Pada tahun 2004 tidak terdapat laporan keuangan PT Asuransi Kredit Indonesia, PT Rekayasa Industri, PT Kertas Kraft Aceh, Perum Bulog, PT Perikani, PT Tirta Raya Mina, PT Usaha Mina, PT Pertamina, PT Socfindo, PT Bank Bukopin dan pada tahun 2005 tidak terdapat laporan keuangan PT Brantas Abipraya, PT Istaka Karya, PT Surabaya Industrial Rungkut, Perum Damri, Perum PPD, PT

34 74 Survei Udara Penas, PT Bank Bukopin, PT Asuransi Kredit Indonesia, PT Angkutan Sungai Danau dan Penyebaran, PT Garuda Indonesia, PT Merpati Nusantara Air, Perum Perhutani, PT Inhutani V, PT Perikanan Samodra Besar, PT Asean Aceh Fertilizer, PT Sarana Karya, PT Semen Kupang dan Perum Produksi Film Negara. Laporan keuangan perusahaan jawatan (PERJAN) untuk tahun 2004 dan 2005 juga tidak ada. Untuk itu dalam membahas tentang ROI ini, akan dilakukan dengan cara membandingkan kinerja keuangan yang mengalami perubahan cukup signifikan antara tahun 2004 dan Pada tahun 2005 terdapat perusahaan yang mengalami penurunan laba akuntansi yang cukup signifikan, berbanding terbalik dengan jumlah investasinya, hal tersebut dialami oleh PT Bank Mandiri, Tbk yang pada tahun 2004 menghasilkan keuntungan Rp 7,520,599,000,000.00, pada tahun 2005 turun menjadi 1,187,573,000, Padahal jumlah investasi yang ditanamkan pada PT Bank Mandiri, Tbk meningkat Rp 248,155,827,000, menjadi Rp 263,383,348,000, Nilai ROI PT Bank Mandiri, Tbk turun dari % menjadi %. Tetapi penurunan laba akuntansi pada PT Bank Mandiri, Tbk juga diimbangi oleh peningkatan laba akuntansi pada lain yaitu PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk mengalami peningkatan laba akuntansi dari Rp 13,927,067,000, menjadi Rp 17,170,750,000, Peningkatan laba akuntansi PT TELKOM berbanding lurus dengan jumlah investasinya yang juga meningkat dari Rp 56,269,092,000, menjadi Rp 62,171,044,000, Yang berarti nilai ROI PT TELKOM, Tbk naik dari % menjadi %. Pengetahuan tentang ROI ini dapat menjadi indikator Kementrian untuk mengetahui kinerja. Selain itu pengetahuan mengenai kondisi kinerja

35 75 keuangan (kondisi internal ) merupakan salah satu indikator (terdapat dua indikator, pertama, indikator internal berupa kinerja keuangan dan indikator eksternal (PELT = Politic, Economic, Legal and Technology) yang harus diperhatikan Kementrian dalam menyusun kebijakan dividen yang optimal. Selama ini, proyeksi penerimaan dividen terhadap penerimaan APBN dirasakan kurang optimal dari sisi pemerintah, hal tersebut dikarenakan kebijakan penetapan dividen yang ditentukan dengan angka tertentu (diasumsikan 40 % atau 50 %) masih kurang dari yang diharapkan. Dari data makro terlihat bahwa target penerimaan dividen hanya bisa diharapkan dari yang untung atau dalam kategori sehat/sehat sekali, dimana dari jumlah 139 hanya sekitar separuhnya yang mempunyai kategori seperti itu (dapat dilihat dari Return On Investment setiap -nya pada tabel diatas). Dari sisi penentuan kebijakan dividen yang terkesan sama rata (diasumsikan 40 % atau 50 %) dirasakan tidak adil, mengingat kondisi yang tersebar pada 36 subsektor usaha sangatlah berbeda-beda. Bila formulasi kebijakan dividen dilakukan secara tepat dan mengakomodasi kondisi usaha justru akan menguntungkan dua pihak, yaitu pemerintah pada target makro penerimaan APBN dan terciptanya sistem insentif yang kondusif bagi usaha. Kebijakan dividen yang tepat menjadi penting karena bila Kementrian tidak tepat dalam memberikan kebijakan dividen akan menimbulkan disinsentif bagi kinerja manajemen dan usaha itu sendiri yang pada hakekatnya akan berakibat negatif bagi perekonomian nasional (penurunan investasi nasional, penerimaan pajak, kesempatan kerja, dsb.). Oleh karena itulah diperlukan pendekatan yang profesional dari Kementrian

Daftar BUMN Indonesia

Daftar BUMN Indonesia Perusahaan Jenis Sektor Perum Perhutani (Persero) Perum Kehutanan Perum Prasarana Perikanan Samudera Perum Perikanan PT Inhutani I (Persero) Perseroan Kehutanan PT Inhutani II (Persero) Perseroan Kehutanan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. 228/M tahun 2001 dan selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. 228/M tahun 2001 dan selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Profil Organisasi Kantor Menteri Negara BUMN dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228/M tahun 2001 dan selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : SK- 194/MBU/09/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS LAMPIRAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR: PER-06/MBU/2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA

Lebih terperinci

Undangan Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian BUMN

Undangan Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian BUMN KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA GEDUNG KEMENTERIAN BUMN, JL. MEDAN MERDEKA SELATAN NO.13 JAKARTA 10110 TELEPON (021) 2311949, FAKSIMILE (021) 2311737, SITUS: www.bumn.go.id Nomor.

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA Nomor : S-606/MBU/S/06/2018 Klasifikasi : Biasa Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Dukungan Sosialisasi Asian Games XVIII Tahun 2018 Jakarta, 5 Juni 2018 Yth. Direktur Utama BUMN (daftar terlampir) Di

Lebih terperinci

DAFTAR PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DAN PERSEROAN TERBATAS YANG SEBAGIAN SAHAM-SAHAMNYA DIMILIKI OLEH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DAN PERSEROAN TERBATAS YANG SEBAGIAN SAHAM-SAHAMNYA DIMILIKI OLEH NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1998 TENTANG PENGALIHAN PEMBINAAN TERHADAP PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DAN PERSEROAN TERBATAS YANG SEBAGIAN SAHAMNYA DIMILIKI OLEH NEGARA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : KEP-117/MBU/2005 TENTANG PEMBAGIAN BUMN YANG MENJADI TUGAS PEMBINAAN

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : KEP-117/MBU/2005 TENTANG PEMBAGIAN BUMN YANG MENJADI TUGAS PEMBINAAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : KEP-117/MBU/2005 TENTANG PEMBAGIAN BUMN YANG MENJADI TUGAS PEMBINAAN MASING-MASING DEPUTI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

Lebih terperinci

MENTERI.BA DAN USAH A MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI.BA DAN USAH A MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA Nomor Sifat Hal MENTERI.BA DAN USAH A MILIK NEGARA S- 01 /MBU/D6/1/2016 Segera/Penting 1 (satu) berkas Permintaan Penunjukan TIC (Team In Charge) Sinergi BUMN Jakarta,05 Januari 2016 Kepada Yth. Direktur

Lebih terperinci

SURAT EDARAN NOMOR: SE- 02 AVIBU/S/03/2016 TENTANG PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPH MELALUI E-FILING

SURAT EDARAN NOMOR: SE- 02 AVIBU/S/03/2016 TENTANG PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPH MELALUI E-FILING TELEPON (021) 2311618, FAKSIMILI (021) 2311618, SITUS www.bumn.gojd Yth. Para Direktur Utama BUMN (Daftar BUMN Terlampir) SURAT EDARAN NOMOR: SE- 02 AVIBU/S/03/2016 TENTANG PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPH

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : SK- 100/MBU/06/2015 TENTANG PEMBAGIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA YANG MENJADI TUGAS PEMBINAAN DEPUTI DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

SURAT EDARAN NOMOR : SE- 03 IMBU.S/2007 TENTANG. WILAYAH BINAAN DAN BUMN KORDINATOR PKBL TAHUN 2007

SURAT EDARAN NOMOR : SE- 03 IMBU.S/2007 TENTANG. WILAYAH BINAAN DAN BUMN KORDINATOR PKBL TAHUN 2007 SURAT EDARAN MOR : SE- 03 IMBU.S/2007 TENTANG. WILAYAH BINAAN DAN BUMN KORDINATOR PKBL Yth. Direksi Pembina PKBL Di Tempat Sebagai pedoman dalam melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL),

Lebih terperinci

: S /S.MBU/09/2014 : 1 (satu) : Segera : Evaluasi Implementasi Kriteria Penilaian Kinerj a Unggul (KPKU) Tahun 2014

: S /S.MBU/09/2014 : 1 (satu) : Segera : Evaluasi Implementasi Kriteria Penilaian Kinerj a Unggul (KPKU) Tahun 2014 GEDUNG KEMENTERIAN, LANTA1M, JALAN MEDAN MERDEKA SELATAN NO 13, JAKARTA TELEPON (021) 29935678, FAKSIMILI (021) 2311787, SITUS www.bumn.go.id mor Lampiran Sifat Hal : S- 2 7 2 /S.MBU/09/2014 : 1 (satu)

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1998 TENTANG PENGALIHAN PEMBINAAN TERHADAP PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DAN PERSEROAN TERBATAS YANG SEBAGIAN SAHAMNYA DIMILIKI OLEH NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN SEKRETARIS KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : SK- 15/S.MBU/04/2016 TENTANG PERUBAHAN PEMBAGIAN BUMN YANG MENJADI TUGAS PEMBINAAN DEPUTI SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM LAMPIRAN

Lebih terperinci

1. Penanaman pohon dilakukan secara serentak dimulai pada tanggal 1 Desember 2008 dan dilakukan selama bulan Desember 2008;

1. Penanaman pohon dilakukan secara serentak dimulai pada tanggal 1 Desember 2008 dan dilakukan selama bulan Desember 2008; Yth. Seluruh Direksi BUMN 13 November 2008 SURAT EDARAN NOMOR : SE- 18 /MBU/2008 Menindaklanjuti Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 24 Tahun 2008 tentang Hari Menanam Pohon Indonesia, dengan ini

Lebih terperinci

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA TELEPON (021) 29935678, FAKSIMIL1 (021) 29935742, SITUS www.bumn.go.id SALINAN KEPUTUSAN SEKRETARIS KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : SK-30/S.MBU/12/2015 TENTANG PERUBAHAN PEMBAGIAN BUMN YANG

Lebih terperinci

Scanned by CamScanner NIENTERII3ADAN t!saila MILIK '1(1AR/A REPtERLIK INDONLSIA Nomor Sifat Lampiran Hal : S-666/MBU/S/08/2017 : Segera Jakarta,08 Agustus 2017 : Dukungan dalam rangka Kegiatan Lanjutan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA Gedung Kementerian BUMN Lantai 12, J1. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 Telepon (021) 29935678, Faksimil (021) 29935775, Situs : www.bumn.go.id

Lebih terperinci

Nomor : Sifat : Lampiran : Hal : Yth. Direktur Utama BUMN (Sebagaimana Terlampir) di Tempat

Nomor : Sifat : Lampiran : Hal : Yth. Direktur Utama BUMN (Sebagaimana Terlampir) di Tempat Nomor : Sifat : Lampiran : Hal : KEMENTERIAN I$ADAN USAHA MILIK NEGARA S- 220 /S.MBU/2013 13 Nopember 2013 Segera 1 (satu) Set Penjadwalan Ulang Pelaksanaan Supervisi dan Evaluasi Mandiri KPKU Tahun 2013

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : SK- 104/1VIBU/06/2015 TENTANG

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : SK- 104/1VIBU/06/2015 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : SK- 104/1VIBU/06/2015 TENTANG KOORDINASI PELAKSANAAN TUGAS PEJABAT ESELON II DI L][NGKUNGAN KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA MENTERI BADAN

Lebih terperinci

Kuliah SEI B U M N 1

Kuliah SEI B U M N  1 B U M N 1 POLITICAL COST DAN BUMN BUMN sebagai Badan Usaha Milik Negara sering ditafsirkan bahwa negara berkuasa penuh terhadap kinerja BUMN. Sehingga BUMN menjadi tergantung kepada siapa yang memerintah

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) NOMOR : KEP-04/M.EKON/01/2008 TENTANG ARAHAN ATAS PROGRAM TAHUNAN PRIVATISASI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KOMISI INFORMASI Nomor : 1 Tahun 2010 Tanggal : 30 April 2010 DAFTAR BADAN PUBLIK

LAMPIRAN I PERATURAN KOMISI INFORMASI Nomor : 1 Tahun 2010 Tanggal : 30 April 2010 DAFTAR BADAN PUBLIK LAMPIRAN I PERATURAN KOMISI INFORMASI Nomor : 1 Tahun 2010 Tanggal : 30 April 2010 DAFTAR BADAN PUBLIK A. LEMBAGA EKSEKUTIF 1. Kementerian Negara (berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009) a.

Lebih terperinci

Kementerian SHARING SESSION. Kinerja BUMN. Proyeksi Tahun 2012 BUMN

Kementerian SHARING SESSION. Kinerja BUMN. Proyeksi Tahun 2012 BUMN SHARING SESSION Kinerja Proyeksi Tahun 2012 KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN K 2008-2011 Disclaimer Data dalam paparan ini masih memungkinkan untuk mengalami perubahan mengingat belum semua telah menyampaikan

Lebih terperinci

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Sebagai salah satu pelaku perekonomian nasional, badan usaha milik negara (BUMN) diharapkan, antara lain, (1) memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KOMISI INFORMASI Nomor : 1 tahun 2010 Tanggal :30 April 2010 DAFTAR BADAN PUBLIK

LAMPIRAN I PERATURAN KOMISI INFORMASI Nomor : 1 tahun 2010 Tanggal :30 April 2010 DAFTAR BADAN PUBLIK LAMPIRAN I PERATURAN KOMISI INFORMASI Nomor : 1 tahun 2010 Tanggal :30 April 2010 DAFTAR BADAN PUBLIK A. LEMBAGA EKSEKUTIF 1. Kementerian Negara (berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009) a.

Lebih terperinci

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Badan usaha milik negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku dalam perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun

Lebih terperinci

: Pelaksanaan Asesmen Implementasi Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU) BUMN Tahun 2015

: Pelaksanaan Asesmen Implementasi Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU) BUMN Tahun 2015 TELEPON (021) 2311787, FAKSIMILI (021) 2311787, SITUS www.bumn.go.id Nomor Lampiran Sifat Hal : S-08/D7.MBU/08/2015 : 1 (satu) : Segera : Pelaksanaan Asesmen Implementasi Kriteria Penilaian Kinerja Unggul

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : SK-161/MBU/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI

Lebih terperinci

Daftar Nama-nama BUMN Di Indonesia

Daftar Nama-nama BUMN Di Indonesia HOM E ABOUT BLOG VIDEO DLOG LOG SITELOG CATEGORY ARSIP BLOGROLL CONTACT SEARCH SITEM AP IKLAN Gebrauchte Computerspiele Best site to read Bleach Manga is animea sbobet Can You Speak English? Speak Two

Lebih terperinci

Dasar Hukum Privatisasi

Dasar Hukum Privatisasi Dasar Hukum Privatisasi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Pasal 74 84) Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup dalam. menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Meningkatnya efektifitas

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup dalam. menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Meningkatnya efektifitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Meningkatnya efektifitas penggunaan modal baik jangka pendek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang ditempuh oleh negara-negara sedang berkembang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang ditempuh oleh negara-negara sedang berkembang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan ekonomi yang ditempuh oleh negara-negara sedang berkembang bertujuan antara lain tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha. dari kekayaan negara yang dipisahkan. Sejak tahun 2001, seluruh BUMN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha. dari kekayaan negara yang dipisahkan. Sejak tahun 2001, seluruh BUMN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. telekomunikasi dan jaringan di wilayah indonesia. Secara umum kegiatan utama

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. telekomunikasi dan jaringan di wilayah indonesia. Secara umum kegiatan utama BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 3.1. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Telkom merupakan BUMN yang bergerak di bidang jasa layanan telekomunikasi dan jaringan di wilayah indonesia. Secara umum kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu persaingan nasional, regional, maupun internasional. Tahun 2014, indeks

BAB I PENDAHULUAN. baik itu persaingan nasional, regional, maupun internasional. Tahun 2014, indeks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menimbulkan adanya persaingan yang ketat diantara semua negara. Hal ini mendorong setiap perusahaan yang ada untuk mempersiapkan strategi

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL STUDI INDEKS TRANSPARANSI BUMN 2014 (Berbasis Website)

LAPORAN HASIL STUDI INDEKS TRANSPARANSI BUMN 2014 (Berbasis Website) 1. Latar Belakang LAPORAN HASIL STUDI INDEKS TRANSPARANSI BUMN 2014 (Berbasis Website) Transparansi (transparency) merupakan suatu prinsip yang sangat penting dalam suatu badan usaha yang menjamin adanya

Lebih terperinci

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi yang penting di dalam perekonomian nasional, yang bersama-sama dengan pelaku ekonomi lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan tertentu. Tujuan suatu perusahaan pada umumnya adalah mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Keberadaan badan usaha milik negara (BUMN) memiliki peran penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Untuk itu, BUMN diharapkan

Lebih terperinci

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi, keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki peran penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 98 TAHUN 1999 (98/1999) TENTANG PENGALIHAN KEDUDUKAN, TUGAS, DAN KEWENANGAN MENTERI KEUANGAN SELAKU RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) ATAU PEMEGANG SAHAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi sumbangan bagi perkembangan ekonomi/pendapatan negara, perintis

BAB I PENDAHULUAN. memberi sumbangan bagi perkembangan ekonomi/pendapatan negara, perintis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perusahaan publik yang memberi sumbangan bagi perkembangan ekonomi/pendapatan negara, perintis kegiatan usaha dan penunjang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : KEP-100/MBU/2002

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : KEP-100/MBU/2002 SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NOMOR : KEP-100/MBU/2002 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MENTERI Menimbang : a. bahwa perkembangan dunia usaha dalam situasi perekonomian yang semakin terbuka perlu dilandasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan

BAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1 BUMN II.1.1.1 Pengertian BUMN BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar

Lebih terperinci

Menuju Era Baru Pengelolaan BUMN

Menuju Era Baru Pengelolaan BUMN Menuju Era Baru Pengelolaan BUMN Sunarsip Pada tanggal 25-26 Januari 2005, Kementerian BUMN menggelar acara BUMN Summit yang dihadiri oleh sekitar 500 peserta, yang sebagian besar pesertanya merupakan

Lebih terperinci

Yth. Scluruh Direksi BC N 13 November 2008

Yth. Scluruh Direksi BC N 13 November 2008 N11 N 11:141 '1 N11 1K NI r, Yth. Scluruh Direksi BC N 13 November 2008 SURAT EDARAN NOMOR : SE- 18 IMBU/2008 h4enindaklanjuti Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 24 Tabun 2008 tentang Hari Menanam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Maksud dan Ruang Lingkup

BAB I PENDAHULUAN. A. Maksud dan Ruang Lingkup BAB I PENDAHULUAN A. Maksud dan Ruang Lingkup Master Plan Badan Usaha Milik Negara Tahun 2005-2009 memuat berbagai kebijakan Kementerian Negara BUMN dalam melaksanakan upaya reformasi Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 49 TAHUN 1995 TENTANG BADAN KOORDINASI KEHUMASAN (BAKOHUMAS) PROPINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 49 TAHUN 1995 TENTANG BADAN KOORDINASI KEHUMASAN (BAKOHUMAS) PROPINSI JAWA TIMUR GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 49 TAHUN 1995 TENTANG BADAN KOORDINASI KEHUMASAN (BAKOHUMAS) PROPINSI JAWA TIMUR GUBERNUR KEPALA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance. Prinsip-prinsip Good Corpotrate Governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance. Prinsip-prinsip Good Corpotrate Governance dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Didalam mengelola sebuah perusahaan secara profesional, terdapat prinsipprinsip dalam dunia usaha yang perlu diperhatikan dan diterapkan, yaitu Good Corporate

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KOMISI INFORMASI

LAMPIRAN I PERATURAN KOMISI INFORMASI 2010, No.272 30 LAMPIRAN I PERATURAN KOMISI INFORMASI Nomor : 1 Tahun 2010 Tanggal : 30 April 2010 A. LEMBAGA EKSEKUTIF DAFTAR BADAN PUBLIK 1. Kementerian Negara (berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47

Lebih terperinci

ANALISIS PRIVATISASI BUMN DALAM RANGKA PEMBIAYAAN APBN

ANALISIS PRIVATISASI BUMN DALAM RANGKA PEMBIAYAAN APBN ANALISIS PRIVATISASI BUMN DALAM RANGKA PEMBIAYAAN APBN KELOMPOK 5 : TRIDASA NOVANY WIJAYA 041514253016 MAHIRSYAH PRADANA 041514253024 ROFIKATUL ARFATI 041514253069 OVERVIEW JURNAL Judul : ANALISIS PRIVATISASI

Lebih terperinci

BUMN yang usahanya berkaitan dengan kepentingan umum yang

BUMN yang usahanya berkaitan dengan kepentingan umum yang BAB HI METODOLOGI PENELIT1AN A. Gambaran Umum Kan tor Kementerian Negara BUMN Kantor Menteri Negara BUMN dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228/M tahun 2001 dan selanjutnya berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-041.01-0/2016 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi. Laporan keuangan dapat dijadikan tolak ukur bagi pengguna

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi. Laporan keuangan dapat dijadikan tolak ukur bagi pengguna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan mempunyai tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahaan posisi keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai

BAB V PENUTUP. Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian ini dilakukan pada PT Perkebunan Nusantara XIII (Persero) Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai sistem manajemen strategik yang dapat

Lebih terperinci

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA bitheula.blogspot.com I. PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu alat negara untuk mendukung perekonomian nasional

Lebih terperinci

RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA SETARA DENGAN ESELON II

RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA SETARA DENGAN ESELON II Lampiran 1 Pengumuman Nomor : PENG-01/JPT.Pratama/MBU/10/2015 Tanggal : 30 Oktober 2015 RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN NO. A. KELOMPOK JABATAN I 1. Nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perseroan terbatas

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perseroan terbatas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perseroan terbatas yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki negara. Jika Perusahaan BUMN tersebut seluruh

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT

Lebih terperinci

, 2015 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI SURVEI IICG PERIODE

, 2015 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI SURVEI IICG PERIODE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia saat ini yang disebut dengan era globalisasi membawa perubahan khususnya di bidang ekonomi, dimana negara-negara di seluruh dunia baik itu negara

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Data Perusahaan yang Terdaftar di IICG yang Mempublikasikan Laporan Keuangan Periode

LAMPIRAN 1 Data Perusahaan yang Terdaftar di IICG yang Mempublikasikan Laporan Keuangan Periode LAMPIRAN 1 Data Perusahaan yang Terdaftar di IICG yang Mempublikasikan Laporan Keuangan Periode 2010-2012 No Nama Perusahaan Terdaftar di CGPI Mempublikasikan Laporan Keterangan Periode 2010-2012 Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BUMN adalah sebuah badan usaha yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. BUMN adalah sebuah badan usaha yang mempunyai peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BUMN adalah sebuah badan usaha yang mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Ada dua

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Selain

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. PT (Persero) Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) didirikan sebagai realisasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. PT (Persero) Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) didirikan sebagai realisasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan PT (Persero) Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) didirikan sebagai realisasi komitmen Pemerintah untuk mengembangkan ekspor non migas nasional.

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal.

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1989 TENTANG BADAN PENGELOLA INDUSTRI STRATEGIS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1989 TENTANG BADAN PENGELOLA INDUSTRI STRATEGIS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1989 TENTANG BADAN PENGELOLA INDUSTRI STRATEGIS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pengembangan dan keterpaduan pengelolaan

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan suatu

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan usaha dirasakan semakin ketat.hal

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan usaha dirasakan semakin ketat.hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, persaingan usaha dirasakan semakin ketat.hal tersebut tidak terlepas pula bagibadan Usaha Milik Negara(BUMN) yang ada di Indonesia menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini diuraikan perihal mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-041.01-0/2015 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rancangan bagaimana suatu penelitian dilakukan dengan menggunakan metode tertentu. Metode penelitian merupakan cara kerja untuk

Lebih terperinci

Menimbang Stimulus APBN-P 2015

Menimbang Stimulus APBN-P 2015 Jakarta, 16 Februari 2015 Menimbang Stimulus APBN-P 2015 Alhamdulillah, akhirnya DPR pada Jumat pecan lalu mengesahkan Penyesuaian APBN tahun 2015. Pada umumnya kami menilai positif sebab realokasi dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tujuannya yaitu mengentaskan kemiskinan dan juga menjadi industry yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam tujuannya yaitu mengentaskan kemiskinan dan juga menjadi industry yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumahan dan permukiman menjadi salah satu program besar pemerintah dalam tujuannya yaitu mengentaskan kemiskinan dan juga menjadi industry yang masih menjanjikan

Lebih terperinci

Kategori Badan Publik Dikirim Diterima TOTAL Kuesioner Penilaian Mandiri ( Self Assessment Questioner Kuesioner (Verifikasi Website)

Kategori Badan Publik Dikirim Diterima TOTAL Kuesioner Penilaian Mandiri ( Self Assessment Questioner Kuesioner (Verifikasi Website) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP), dalam Pasal 28 Ayat (1) Komisi Informasi Pusat bertanggung jawab kepada Presiden dan menyampaikan laporan tentang

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT

Lebih terperinci

RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN

RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN Lampiran II-1 Pengumuman Nomor : PENG-01/Pansel.MBU/03/2016 Tanggal : 07 Maret 2016 RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN 1. Nama Jabatan Kepala Biro Hukum

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1998 TENTANG PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNTUK PENDIRIAN PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DI BIDANG INDUSTRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-15.1-/216 DS5272-8985-171-5367 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

AIPEG. Implikasi Aksesi TPP pada BUMN: Dampak Ekonomi dan Usulan Strategi Reformasi. Australia Indonesia Partnership for Economic Governance

AIPEG. Implikasi Aksesi TPP pada BUMN: Dampak Ekonomi dan Usulan Strategi Reformasi. Australia Indonesia Partnership for Economic Governance Australia Indonesia Partnership for Economic Governance Implikasi Aksesi TPP pada BUMN: Dampak Ekonomi dan Usulan Strategi Reformasi 22 November 2016 Dampak TPP terhadap BUMN: Benar atau Salah? TPP akan

Lebih terperinci

Undang Undang Pelayanan Publik No. 25/2009

Undang Undang Pelayanan Publik No. 25/2009 1 Undang Undang Pelayanan Publik No. 25/2009 Pengelolaan Pengaduan ada didalam pasal 36,37, 40 s/d 50 Isinya membahas: (1) Kewajiban menyediakan sarana pengaduan dan menugaskan pelaksana yang kompeten

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil pengukuran pada setiap tahun pengamatan, terlihat bahwa

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil pengukuran pada setiap tahun pengamatan, terlihat bahwa BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengukuran pada setiap tahun pengamatan, terlihat bahwa pelaksanaan Program Kemitraan belum berjalan dengan efektif. Hal ini terlihat dari rendahnya tingkat

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN I TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan (UU

BAB I PENDAHULUAN. penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan (UU BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau dengan mengunjungi pusat referensi di pojok Bursa Efek Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. atau dengan mengunjungi pusat referensi di pojok Bursa Efek Indonesia BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Data penelitian ini berupa data sekunder, jadi untuk lokasi penelitian yang akan peneliti lakukan adalah mengambil data secara langsung di Internet atau

Lebih terperinci

Perancangan Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja di Kantor Kementrian BUMN

Perancangan Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja di Kantor Kementrian BUMN UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Manajemen Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 Perancangan Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja di Kantor Kementrian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan besar luar biasa dalam persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan judul penelitian Pengaruh Biaya Broduksi terhadap Laba

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan judul penelitian Pengaruh Biaya Broduksi terhadap Laba BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Berdasarkan judul penelitian Pengaruh Biaya Broduksi terhadap Laba Kotor (Studi Kasus pada Lima BUMN Manufaktur di maka yang menjadi objek penelitian adalah

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen dibanding tahun 2012, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi

Lebih terperinci

BAB 20 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB 20 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 20 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 20 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN A. KONDISI UMUM Hingga akhir tahun 2004, jumlah BUMN yang dimiliki Pemerintah tercatat sebanyak 158 BUMN. Dari keseluruhan BUMN tersebut

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ANOTASI PERUNDANG-UNDANGAN

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ANOTASI PERUNDANG-UNDANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ANOTASI PERUNDANG-UNDANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1995-2004 LAW CENTER DPD RI 2014 ANOTASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1995 1. UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Jakarta, Januari KONFERENSI PERS - MENTERI BUMN Paparan Kinerja BUMN 2015 dan Target 2016

Jakarta, Januari KONFERENSI PERS - MENTERI BUMN Paparan Kinerja BUMN 2015 dan Target 2016 Jakarta, Januari 2016 KONFERENSI PERS - MENTERI BUMN Paparan Kinerja BUMN 2015 dan Target 2016 Jakarta, 19 Januari 2016 Daftar Isi A B C D E Profil & Kinerja Kontribusi terhadap Penyertaan Modal Negara

Lebih terperinci

PENYERTAAN MODAL NEGARA (PMN)

PENYERTAAN MODAL NEGARA (PMN) PENYERTAAN MODAL NEGARA (PMN) LATAR BELAKANG Undang-undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa Surplus penerimaan negara/daerah dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara/daerah

Lebih terperinci