BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
|
|
- Bambang Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi, keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki peran penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh UUD Untuk itu, BUMN diharapkan: (1) dapat meningkatkan penyelenggaraan kemanfaatan umum, berupa penyediaan barang dan jasa dalam jumlah dan mutu yang memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak; (2) memberikan sumbangan kepada penerimaan negara; dan (3) meningkatkan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional. Untuk mengoptimalkan keberadaan BUMN, pengembangan dan pembinaan BUMN secara umum diarahkan untuk dapat mensinergikan kebijakan industrial dan pasar tempat BUMN tersebut beroperasi dengan kebijakan restrukturisasi dan internal perusahaan sesuai dengan potensi daya saing perusahaan. Pada tahun 2006, dilakukan upaya pemantapan penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG) di dalam pengelolaan masing-masing BUMN. Sebagai tindak lanjut dari upaya ini dilakukan langkah evaluasi terhadap penerapan prinsip-prinsip tersebut pada seluruh BUMN. Selain itu, disusun pula standar kerja serta aplikasi e-procurement
2 yang merupakan salah satu upaya peningkatan transparansi di dalam pengelolaan BUMN. Melalui upaya-upaya ini, diperkirakan pencapaian indikator kinerja BUMN seperti laba yang dihasilkan, jumlah BUMN yang menghasilkan laba, jumlah BUMN yang sehat serta angka tingkat hasil aset (return on asset/roa) dapat mengalami peningkatan. I. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Hingga saat ini, jumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dimiliki Pemerintah tercatat sebanyak 139 BUMN. Jika dibandingkan dengan jumlah BUMN pada tahun 2004 sebanyak 158 BUMN, jumlah ini mengalami pengurangan yang cukup besar yaitu sebanyak 19 BUMN. Pengurangan jumlah BUMN tersebut disebabkan adanya perubahan status 13 Perjan Rumah Sakit menjadi Badan Layanan Umum di bawah Departemen Kesehatan, dimergernya 4 BUMN Perikanan menjadi 1 BUMN, 2 BUMN Telekomunikasi yaitu PT. TVRI dan Perjan RRI diubah statusnya menjadi Lembaga Penyiaran Publik serta dilikuidasinya PT. Asean Aceh Fertilizer (AAF). Dari total 144 BUMN tersebut, pada tahun 2005 sebanyak 107 BUMN mampu memperoleh keuntungan (laba) dengan jumlah seluruhnya sebesar Rp46,55 triliun. Jika dibandingkan dengan tahun 2004, jumlah BUMN yang memperoleh laba mengalami penurunan dari semula yaitu sebanyak 112 BUMN. Namun total laba setelah pajak yang dihasilkan mengalami peningkatan dari tahun 2004 yang sebesar Rp40,83 triliun. Walaupun total laba yang dihasilkan telah menunjukkan peningkatan, tetapi disadari kinerja BUMN secara keseluruhan masih belum optimal. Permasalahan yang mempengaruhi kinerja pengelolaan BUMN, antara lain, disebabkan oleh belum tercapainya kesatuan pandang para stakeholders dalam menetapkan kebijakan; masih banyaknya BUMN yang melakukan business as usual dalam artian belum mentransformasikan proses bisnis yang mengarah kepada peningkatan produktivitas, efisiensi dan daya saing; prinsip-prinsip GCG dan pengelolaan Manajemen Resiko belum diterapkan secara sungguhsungguh; masih adanya pembiayaan yang kurang seimbang pada BUMN-BUMN yang menjalankan fungsi Public Service Obligation 21-2
3 (PSO) sehingga dapat menghambat peningkatan pelayanan masyarakat; belum lengkapnya perangkat hukum dalam rangka pelaksanaan tugas pembinaan dan/atau pengelolaan BUMN sehingga sering menimbulkan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan; dan masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap BUMN sehingga menimbulkan tuntutan dari daerah agar BUMN memberikan kontribusi langsung atau permintaan kepemilikan kepada BUMN. II. LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASIL-HASIL YANG DICAPAI Kebijakan pembinaan dan pengembangan BUMN dilakukan melalui upaya restrukturisasi perusahaan yang sinergi dengan kebijakan industrial dan pasar tempat beroperasinya BUMN. Restrukturisasi diharapkan dapat meningkatkan nilai dan daya saing perusahaan. Pada tahun 2006 program restrukturisasi terus dilanjutkan antara lain terhadap BUMN Perkebunan (15 BUMN), Farmasi (2 BUMN), Konstruksi (5 BUMN), Industri Strategis (5 BUMN) dan Pupuk (1 BUMN). Di samping itu, dilaksanakan pula implementasi rencana pengurangan jumlah BUMN yang ditujukan untuk meningkatkan nilai usaha. Program Privatisasi BUMN merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Program Restrukturisasi BUMN. Hal ini mengingat dalam rangka pelaksanaan restrukturisasi, privatisasi menjadi salah satu instrumen yang penting untuk mendorong proses restrukturisasi. Privatisasi selain sebagai salah satu sumber penerimaan APBN ditujukan pula untuk memperluas kepemilikan saham BUMN oleh masyarakat umum melalui pasar modal dan mendorong penerapan GCG dan capital market protocol. Pada tahun 2005, Pemerintah tidak melakukan privatisasi BUMN dari jumlah yang ditargetkan dalam APBN Tahun Anggaran 2005 sebesar Rp3,5 triliun. Beberapa faktor mendasar yang menyebabkan tidak terlaksananya privatisasi BUMN pada tahun 2005 adalah: (a) Pemerintah masih berkonsentrasi pada pelaksanaan restrukturisasi melalui peningkatan kinerja perusahaan; (b) Belum adanya persepsi yang sama dari pemangku kepentingan (stakeholders) BUMN mengenai manfaat privatisasi; dan (c) Menunggu kondisi 21-3
4 pasar saham yang baik mengingat tahun 2005 ada kecenderungan menurunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Demikian juga dengan program privatisasi BUMN tahun 2006, sampai saat ini Pemerintah masih belum melaksanakan privatisasi untuk memenuhi target privatisasi BUMN dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2006 sebesar Rp3 triliun. Dalam rangka memenuhi amanat UU No. 19 Tahun 2003 mengenai BUMN, diperlukan adanya peraturan pelaksanaan yang mengatur lebih lanjut mengenai ketentuan-ketentuan teknis yang diatur dalam UU BUMN tersebut. Oleh karena itu, pada tahun 2005, Pemerintah telah menerbitkan 4 (empat) Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, yaitu: (a) Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan, (b) Peraturan Pemerintah Nomor 43 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Perubahan Bentuk Badan Hukum BUMN; (c) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada BUMN dan Perseroan Terbatas; dan (d) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN. Dengan adanya peraturan pemerintah tersebut, pembinaan dan pengelolaan BUMN diharapkan akan dapat berjalan lebih baik. Kinerja pengelolaan BUMN dilihat dari sisi jumlah dividen yang disumbangkan kepada negara menunjukkan peningkatan yaitu dari realisasi sebesar Rp9,8 triliun pada tahun 2004 menjadi Rp12,8 triliun pada tahun 2005 atau mengalami peningkatan sekitar 30 persen. Sedangkan apabila dibandingkan dengan target untuk tahun 2005 yaitu sebesar Rp12,0 Triliun, maka penerimaan dividen tersebut 6,7 persen di atas target. Dengan adanya keberhasilan pencapaian target penerimaan dividen pada tahun 2005, Pemerintah meningkatkan target penerimaan dividen ke negara sesuai dengan APBN-P tahun 2006 menjadi sebesar Rp20,54 triliun. Selain itu, untuk memantapkan pelaksanaan GCG selama tahun 2005 telah dilaksanakan penanda-tanganan Statement of Corporate 21-4
5 Intent (SCI) oleh 16 perusahaan yang merupakan wujud dari transparansi pengelolaan usaha oleh BUMN. Sebagai tindak lanjutnya Kementerian BUMN terus memonitor dan menilai, antara lain melalui pengkajian terhadap 38 BUMN dan kaji-ulang terhadap pelaksanaan GCG yang dilakukan terhadap 25 BUMN. Pelaksanaan GCG juga didorong melalui penyusunan Standar Prosedur Operasi pengadaan barang dan jasa di BUMN, standar ini menjadi dasar dalam pengembangan database dan Sistem Pengelolaan Rekanan BUMN yang dilengkapi dengan sebuah portal sehingga dapat memberikan informasi yang lengkap atas rekanan-rekanan BUMN dan dapat berfungsi sebagai fasilitas pelaporan dan pengawasan pengadaan barang dan jasa. Sebagai wujud kepedulian BUMN kepada masyarakat, terus dilanjutkan pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN. Pada tahun 2005, total mitra binaan mencapai unit yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia dan sumber dananya berasal dari penyisihan/bagian laba BUMN sebesar 1 persen - 5 persen. Sedangkan jumlah dana yang telah disalurkan untuk Program Kemitraan sebesar Rp475 miliar terdiri dari Rp387 miliar digunakan untuk pinjaman, dan sebesar Rp88 miliar dalam bentuk hibah. Sedangkan dana yang disalurkan untuk Program Bina Lingkungan mencapai Rp242 miliar. Terkait dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan Pemerintah Pusat sebagai Pemegang Saham BUMN termasuk kewenangan yang tidak diberikan kepada Pemerintah Daerah. Meskipun tidak memberikan kontribusi secara langsung kepada daerah yang berupa dividen, BUMN tetap memberikan kontribusi di luar dividen yang cukup signifikan bagi upaya Pembangunan Daerah. Kontribusi tersebut berupa kontribusi langsung dalam bentuk pajak daerah dan retribusi daerah, Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, dan pemberian jasa yang bersifat pelayanan masyarakat. Selain kontribusi langsung tersebut, BUMN juga memberikan kontribusi tidak langsung kepada daerah yang berupa penyediaan lapangan kerja dan efek pengganda dari keberadaan BUMN di suatu daerah yang dapat memberikan nilai yang lebih besar dari kontribusi langsung dari suatu BUMN. 21-5
6 III. TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN Tahun 2006 dan 2007 merupakan periode restrukturisasi dan pertumbuhan dari rangkaian kebijakan reformasi BUMN. Tujuan kebijakan ini adalah untuk menyelaraskan strategi internal perusahaan dan kebijakan industrial serta pasar tempat beroperasinya BUMN, memisahkan fungsi komersial dan pelayanan masyarakat pada BUMN, serta mengoptimalkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) secara utuh dalam rangka revitalisasi BUMN. Oleh karena itu, langkah tindak lanjut yang akan dilakukan antara lain: 1) Penyelesaian proses restrukturisasi BUMN terutama dalam rangka mendorong sinergi dan melakukan konsolidasi BUMN, transformasi bisnis dan kelanjutan rencana pengelompokan kembali BUMN sesuai arah kebijakan tentang proses dan posisi BUMN dalam Pembangunan Nasional. 2) Identifikasi aliansi strategis dan pengembangan usaha BUMN yang diutamakan pada BUMN yang berbasis sumber daya alam. 3) Membangun BUMN yang tangguh dan berdaya saing tinggi dalam persaingan global melalui kegiatan revitalisasi BUMN. 4) Melakukan penataan sistem pengelolaan PSO dan subsidi dengan instansi terkait. 5) Penyempurnaan sistem pembinaan BUMN yang antara lain meliputi pemberian reward and punishment, penerapan Key Performance Indicators (KPI), penyempurnaan sistem remunerasi yang mengarah kepada pasar, dan penyempurnaan penilaian tingkat kesehatan BUMN khususnya untuk BUMN Jasa Keuangan. 6) Peningkatan upaya pemahaman masyarakat dan daerah terhadap keberadaan fungsi dan program BUMN. 7) Peningkatan hubungan antar kelembagaan yaitu antara regulator, legislatif maupun dengan kementerian terkait. 8) Peningkatan profitisasi BUMN untuk mendukung peningkatan penerimaan APBN dari BUMN. 21-6
7 9) Melanjutkan implementasi program GCG dan manajemen resiko. 10) Melanjutkan upaya pencegahan dan pemberantasan KKN. 11) Mendorong ekspansi BUMN melalui sinergi antar BUMN dengan prioritas pada empat sektor, yaitu infrastruktur, energi, perumahan, dan perkebunan. 12) Menciptakan pola hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan antara BUMN dengan Pemerintah Daerah melalui kerja sama terutama di bidang ekonomi dalam rangka pembangunan daerah. 21-7
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Keberadaan badan usaha milik negara (BUMN) memiliki peran penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Untuk itu, BUMN diharapkan
Lebih terperinciBAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi yang penting di dalam perekonomian nasional, yang bersama-sama dengan pelaku ekonomi lain
Lebih terperinciBAB 20 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 20 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN BAB 20 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN A. KONDISI UMUM Hingga akhir tahun 2004, jumlah BUMN yang dimiliki Pemerintah tercatat sebanyak 158 BUMN. Dari keseluruhan BUMN tersebut
Lebih terperinciBAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Sebagai salah satu pelaku perekonomian nasional, badan usaha milik negara (BUMN) diharapkan, antara lain, (1) memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional
Lebih terperinciBAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Badan usaha milik negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku dalam perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun
Lebih terperinci-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 305) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN, DAN PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciEFEKTIFITAS DAN EFISIENSI BUMN (BADAN USAHA MILIK NEGARA) DALAM RANGKAH MENINGKATKAN DEVISA NEGARA Andi Wardhana
EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI BUMN (BADAN USAHA MILIK NEGARA) DALAM RANGKAH MENINGKATKAN DEVISA NEGARA Andi Wardhana Sebagaimana Tujuan didirikan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) ada Beberapa hal yaitu : a.
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN, DAN PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang
Lebih terperinciRINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA SETARA DENGAN ESELON II
Lampiran 1 Pengumuman Nomor : PENG-01/JPT.Pratama/MBU/10/2015 Tanggal : 30 Oktober 2015 RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN NO. A. KELOMPOK JABATAN I 1. Nama
Lebih terperinciRestrukturisasi dan privatisasi BUMN. Sistem Ekonomi Indonesia
Restrukturisasi dan privatisasi BUMN Sistem Ekonomi Indonesia Pelopor atau perintis karena swasta tidak tertarik untuk menggelutinya Pengelola bidang-bidang usaha yang strategis dan pelaksana pelayanan
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2001 TENTANG TIM KEBIJAKAN PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2001 TENTANG TIM KEBIJAKAN PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa privatisasi Badan Usaha Milik Negara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciPerpustakaan LAFAI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperincib. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciNOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat a. bahwa Badan Usaha Milik Negara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat a. bahwa Badan Usaha Milik Negara
Lebih terperinciNo Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6006 KEUANGAN. Modal Negara. BUMN. PT. Penatausahaan. Penyertaan. Tata Cara. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 325) PENJELASAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYERTAAN DAN PENATAUSAHAAN MODAL NEGARA PADA BADAN USAHA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN, DAN PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperincib. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara
Lebih terperinciRINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN
Lampiran II-1 Pengumuman Nomor : PENG-01/Pansel.MBU/03/2016 Tanggal : 07 Maret 2016 RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN 1. Nama Jabatan Kepala Biro Hukum
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Didalam bab tiga penulis membahas tentang Hasil Penelitian dan Analisis. Di dalam pada bagian Hasil Penelitian pembahasan yang berdasarkan pada rumusan masalah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Desentralisasi keuangan dan otonomi daerah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbedaan yang paling mendasar antara keberhasilan suatu lembaga Negara sangat ditentukan oleh manusia sebagai salah satu sumber daya yang dimilikinya. Di bidang ekonomi,
Lebih terperincib. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program privatisasi pertama kali dikenalkan di Inggris pada masa
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Program privatisasi pertama kali dikenalkan di Inggris pada masa pemerintahan Margareth Thatcher di tahun 1979, dan hingga saat ini privatisasi berkembang menjadi sebuah
Lebih terperinciSTATUS KEKAYAAN NEGARA PADA BUMN
STATUS KEKAYAAN NEGARA PADA BUMN BAGIAN ANALISA APBN, SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2 0 0 7 STATUS KEKAYAAN NEGARA PADA BUMN Abstraksi Kinerja BUMN dalam dua tahun terakhir tidak menunjukkan perkembangan
Lebih terperinci2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA
No.305, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6173) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BUMN yang ditujukan menjadi agent of development, serta mengambil posisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu peran pemerintah dalam ekonomi nasional adalah mendirikan BUMN yang ditujukan menjadi agent of development, serta mengambil posisi untuk mencari keuntungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berawal dari tahun 1959, pemerintah Indonesia dengan konfrontasi politiknya mulai mengambil alih perusahaan-perusahaan milik Belanda. Namun yang terjadi setelah mengambil
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN I. PARA PEMOHON Mohamad Yusuf Hasibuan dan Reiza Aribowo, selanjutnya disebut Pemohon II. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciABSTRAK ANALISIS KONTRIBUSI LABA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII TERHADAP PENERIMAAN NEGARA. Oleh YOLANDA AGUSTINA GINTING
Yolanda Agustina Ginting http://epserv.fe.unila.ac.id ABSTRAK ANALISIS KONTRIBUSI LABA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII TERHADAP PENERIMAAN NEGARA Oleh YOLANDA AGUSTINA GINTING Memajukan kesejahteraan bagi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,
FINAL DRAFT 15092011 LEMBARAN DAERAH PROVINSI JA R.AN WA BARAT TAHUN 2013 NOMO PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH BIDANG MINYAK DAN GAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) khususnya di industri perbankan dibutuhkan sebuah bank nasional yang besar, kuat, kompeten, maju,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Melalui pembahasan dari Bab I sampai dengan pembahasan Bab IV dan sejumlah 5 (lima) pertanyaan yang dilampirkan pada rumusan masalah, maka kami dapat memberikan
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO
. PETIKAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a.
Lebih terperinciREFORMASI BUMN: UPAYA MENATA ULANG PERAN PEMERINTAH DALAM DUNIA USAHA 1
REFORMASI BUMN: UPAYA MENATA ULANG PERAN PEMERINTAH DALAM DUNIA USAHA 1 Oleh Mahmuddin Yasin 2 PENDAHULUAN Pada era 1940-an dan 50-an Sektor korporasi masih belum berkembang. Di masa itu kegiatan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) merupakan salah satu dari empat
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) merupakan salah satu dari empat belas perusahaan milik negara yang bergerak di bidang perkebunan. BUMN sendiri secara umum
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-041.01-0/2015 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Lebih terperincib. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-041.01-0/2016 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPengaturan dan Permasalahan Tata Kelola Badan Usaha Milik Negara Oleh: Febry Liany * Naskah diterima: 13 Oktober 2015; disetujui: 13 Oktober 2015
Pengaturan dan Permasalahan Tata Kelola Badan Usaha Milik Negara Oleh: Febry Liany * Naskah diterima: 13 Oktober 2015; disetujui: 13 Oktober 2015 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu perwujudan
Lebih terperinci1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.
Pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Publik (Public Service Obligation-PSO) sampai saat ini belum berjalan dengan baik. Secara umum permasalahan tersebut antara lain adalah belum adanya persepsi yang sama tentang
Lebih terperinciBUMN. Ciri-ciri BUMN. BUMN di Indonesia. Di Indonesia, definisi BUMN menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 adalah badan usaha
Downloaded from: justpaste.it/ekonomi BUMN Badan usaha milik negara (disingkat BUMN) atau perusahaan milik negara merujuk kepada perusahaan atau badan usaha yang dimiliki pemerintah sebuah negara. Ciri-ciri
Lebih terperinciMENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA
SALINAN KEPUTUSAN MOR : SK -166/NIBU/2012 TENTANG PEMBERIAN KUASA ATAS SEBAGIAN KEWENANGAN BUMN SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH SELAKU PEMEGANG SAHAM/PEMILIK MODAL PADA BUMN PEJABAT ESELON I KEMENTERIAN BUMN,
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI BIDANG : INDUSTRI, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, STANDARDISASI, BP BATAM, DAN BPKS SABANG
LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI BIDANG : INDUSTRI, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, STANDARDISASI, BP BATAM, DAN BPKS SABANG Tahun Sidang : 2014-2015 Masa Persidangan : III Jenis Rapat
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LINGGA
1 PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LINGGA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI PT INDOFARMA (Persero) Tbk
KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI PT INDOFARMA (Persero) Tbk I. LANDASAN HUKUM 1. Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik 2. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi
1.5 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam perekonomian nasional selain badan usaha swasta, rumah tangga dan koperasi. Kebersamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat yang dianut hampir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan lahirnya konsep Negara kesejahteraan yang mana Negara bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat yang dianut hampir diseluruh dunia saat ini termasuk
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari kekayan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Negara yang seluruh atau sebagaian besar modalnya berasal dari kekayan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara umum ialah badan usaha yang seluruhnya maupun sebagian besar modalnya dimiliki oleh
Lebih terperinciRINGKASAN PUTUSAN. 1. Pemohon : Mohammad Yusuf Hasibuan Reiza Aribowo
RINGKASAN PUTUSAN Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 58/PUU-VI/2008 tanggal 30 Januari 2009 atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
Lebih terperinci2015, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.832, 2015 KEMENBUMN. Tambahan Dana. Penyertaan Modal Negara. BUMN. PT. Penggunaan. Pelaporan. Pedoman. PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-08/MBU/06/2015
Lebih terperinciINSURANCE OUTLOOK 2016: NAVIGATING FINANCIAL MARKET VOLATILITY Jakarta, 24 November 2015
INSURANCE OUTLOOK 2016: NAVIGATING FINANCIAL MARKET VOLATILITY Jakarta, 24 November 2015 Perkembangan Industri Perasuransian Brief Overview Triliun Rupiah Triliun Rupiah..Secara umum, dibandingkan triwulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu pelaku perekonomian nasional, badan usaha milik negara atau
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai salah satu pelaku perekonomian nasional, badan usaha milik negara atau biasa yang disebut dengan BUMN diharapkan untuk, (1) memberikan sumbangan
Lebih terperinciMENTERI BADAN USAIIA MIEIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA
MENTERI BADAN USAIIA MIEIK NEGARA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER 19 /MBU/2012 TENTANG PEDOMAN PENUNDAAN TRANSAKSI BISNIS YANG TERINDIKASI PENYIMPANGAN DAN/ATAU KECURANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibawah pemerintahan disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Badan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan memiliki badan usaha sendiri yang bergerak dalam berbagai bidang. Badan usaha yang berada langsung dibawah pemerintahan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan visi menjadi perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dewasa ini sangat menunjang proses bisnis dan menciptakan berbagai peluang dan inovasi. Teknologi hadir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT PJB Services meyakini bahwa penerapan GCG secara konsisten dan berkesinambungan akan meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu PT PJB
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 96 TAHUN 1999 TENTANG PENGALIHAN KEDUDUKAN, TUGAS DAN KEWENANGAN MENTERI KEUANGAN SELAKU RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) ATAU PEMEGANG SAHAM PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah
Lebih terperinciEfisiensi dan Strategi yang Tepat Berbuah Kinerja Positif pada Semester I-2015
UNTUK SEGERA DISIARKAN Untuk keterangan lebih lanjut hubungi: Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan telepon : +62 (21) 23528000 faksimili : +62 (21) 3444012 e-mail : corporatesecretary@pttimah.co.id website
Lebih terperinciBUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH
BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang :
Lebih terperinciDANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA bitheula.blogspot.com I. PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu alat negara untuk mendukung perekonomian nasional
Lebih terperinciFORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT
Lebih terperinciLabaa TINS Meningkat
UNTUK SEGERA DISIARKAN Untuk keterangan lebih lanjut hubungi: Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan telepon faksimili e mail website : +62 (21) 2352 8000 : +62 (21) 344 4012 : corporatesecretary@ @pttimah.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada perubahan lingkungan yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri. Makin
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 1999 TENTANG PENGALIHAN KEDUDUKAN, TUGAS DAN KEWENANGAN MENTERI KEUANGAN SELAKU RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) ATAU PEMEGANG SAHAM PADA PERUSAHAAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 486 /K/SU/2009 TENTANG RENCANA KEGIATAN BPKP TAHUN 2009
www.bpkp.go.id KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 486 /K/SU/2009 TENTANG RENCANA KEGIATAN BPKP TAHUN 2009 KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang maupun badan dengan memberikan modal usaha dalam bentuk saham yang digunakan untuk menjalankan
Lebih terperinciFORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Perseroan terbatas merupakan suatu badan hukum yang berbeda dengan negara sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2003 TENTANG PELIMPAHAN KEDUDUKAN, TUGAS DAN KEWENANGAN MENTERI KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO), PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAN PERUSAHAAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 20 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH PT. GARUT BANGUN SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPermasalahan BUMN di Indonesia
Permasalahan BUMN di Indonesia Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN Berdasarkan data Nota Keuangan APBN 2013 dalam kurun waktu kurun waktu 2007 2011, kinerja badan usaha milik negara (BUMN) terus
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH
[[[ - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN A. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berkaitan dengan manajemen keuangan pemerintah daerah, sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana hal ini menciptakan persaingan antar perusahaan-perusahaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian negara Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan serta perbaikan. Perkembangan perekonomian ini meliputi semua sektor baik sektor
Lebih terperinciLAPORAN HASIL STUDI INDEKS TRANSPARANSI BUMN 2014 (Berbasis Website)
1. Latar Belakang LAPORAN HASIL STUDI INDEKS TRANSPARANSI BUMN 2014 (Berbasis Website) Transparansi (transparency) merupakan suatu prinsip yang sangat penting dalam suatu badan usaha yang menjamin adanya
Lebih terperinciBIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI
Kondisi yang memungkinkan dilakukan penyesuaian APBN melalui mekanisme APBN Perubahan atau pembahasan internal di Badan Anggaran berdasarkan UU No. 27/2009 1. Pasal 14 Undang-Undang No.47 Tahun 2009 tentang
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYERTAAN DAN PENATAUSAHAAN MODAL NEGARA PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA DAN PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara atau disingkat BUMN (State Owned Enterprises)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Badan Usaha Milik Negara atau disingkat BUMN (State Owned Enterprises) merupakan pelaku bisnis yang dominan di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2003 TENTANG PELIMPAHAN KEDUDUKAN, TUGAS DAN KEWENANGAN MENTERI KEUANGAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2003 TENTANG PELIMPAHAN KEDUDUKAN, TUGAS DAN KEWENANGAN MENTERI KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO), PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAN PERUSAHAAN
Lebih terperinci