BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi Kabupaten Lebak memiliki luas sebesar Ha (3.044,72 Km 2 ) dan memiliki batas administrasi sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Serang dan Tangerang Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Kabupaten Pandeglang Sebelah Timur : Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi Secara administratif, pada tahun 2008 Kabupaten Lebak terdiri dari 28 kecamatan, 340 desa dan 5 kelurahan dengan luas rincian sebagai berikut : Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Lebak Tahun 2008 No. Kecamatan Luas Wilayah (Ha) No. Kecamatan Luas Wilayah (Ha) 1 Malingping 9.217,00 15 Cipanas 8.788,70 2 Wanasalam ,00 16 Sajira ,00 3 Panggarangan ,00 17 Cimarga ,00 4 Bayah ,00 18 Cikulur 6.606,00 5 Cilograng ,00 19 Warunggunung 4.953,00 6 Cibeber ,00 20 Cibadak 4.134,00 7 Cijaku 9.134,00 21 Rangkasbitung 4.986,50 8 Banjarsari ,00 22 Maja 5.987,00 9 Cileles ,00 23 Curugbitung 7.255,00 10 Gunungkencana ,00 24 Cihara ,00 11 Bojongmanik 7.178,10 25 Cigemblong 5.831,00 12 Leuwidamar ,00 26 Cirinten 7.754,90 13 Muncang 8.498,00 27 Lebakgedong 5.004,30 14 Sobang ,00 28 Kalanganyar 2.555,50 Sumber : Peta Administrasi Kabupaten Lebak - Bappeda Kabupaten Lebak dan Bakosurtanal, 2007 Visualisasi wilayah administrasi dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana gambar di bawah ini. II - 1

2 Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Lebak Sumber : Peta Administrasi Kabupaten Lebak - Bappeda Kabupaten Lebak dan Bakosurtanal, 2007 Secara geografis, Kabupaten Lebak berada pada posisi astronomis 6º18-7º00 Lintang Selatan dan 105º25-106º30 Bujur Timur, dengan Fisiografi lahan yang ada di wilayah Kabupaten Lebak yaitu lahan datar dan landai Ha, lahan bergelombang dan lahan berbukit Ha dan lahan pegunungan/curam Ha. Kabupaten Lebak memiliki kondisi topografi beragam. Untuk wilayah sepanjang Pantai Selatan memiliki ketinggian meter di atas permukaan laut (dpl), wilayah Lebak Tengah meter dpl dan wilayah Lebak Timur dengan puncaknya yaitu Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun meter dpl. Temperatur di sepanjang pantai dan perbukitan berkisar antara 20 0 C C, II - 2

3 sedangkan suhu di pegunungan dengan ketinggian di atas 400 m dpl antara 18 0 C C. Ketinggian dari permukaan laut setiap Ibu Kota Kecamatan di Kabupaten Lebak sangat beragam, yang tertinggi adalah Kecamatan Muncang dan Sobang (260 meter), yang terendah Kecamatan Bayah dan Cihara (3 meter), dengan Panjang garis pantai di Kabupaten Lebak 91,42 km. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.5 di bawah ini. No. Kecamatan Tabel 2.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Lebak Tahun 2008 Ketinggian dari Permukaan Laut (m) > Malingping Wanasalam Panggarangan Bayah Cilograng Cibeber Cijaku Banjarsari Cileles Gunungkencana Bojongmanik Leuwidamar Muncang Sobang Cipanas Sajira Cimarga Cikulur Warunggunung Cibadak Rangkasbitung Maja Curugbitung Cihara Cigemblong Cirinten Lebakgedong Kalanganyar Sumber : BPS Kab. Lebak, 2008 II - 3

4 Berdasarkan hidrologi, wilayah Kabupaten Lebak bersama anak-anak sungainya membentuk pola Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu (1) DAS Ciujung yang meliputi Sungai Ciujung, Sungai Cilaki, Sungai Ciberang, dan Sungai Cisimeut, (2) DAS Ciliman dan Cimadur yang meliputi Sungai Ciliman dengan anak sungainya, Sungai Cimadur, Sungai Cibareno, Sungai Cisiih, Sungai Cihara, Sungai Cipager, dan Sungai Cibaliung. Dalam upaya pengembangan wilayah, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lebak telah mengatur pola pemanfaatan ruang, yang meliputi : 1. Kawasan budidaya di Kabupaten Lebak mencakup luasan Ha yang terdiri dari : Kawasan budidaya pertanian (luas ha), yang meliputi pertanian lahan basah ( ha) dan pertanian lahan kering ( ha). Kawasan budidaya non pertanian (luas Ha), yang meliputi kawasan kawasan permukiman ( ha), kawasan industri (3.040 ha), kawasan pariwisata (4.050 ha). 2. Kawasan lindung dengan luas ha, meliputi : 1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, pengembangan kawasan dikaitkan dengan fungsi hidrologis, mencakup lahan seluas ha (22,32 % dari luas total Kabupaten Lebak), terdiri dari : Kawasan hutan lindung (luas ha), berfungsi untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan. Kawasan hutan lindung tersebar di Kecamatan Cipanas, Kecamatan Muncang, Kecamatan Sobang, Kecamatan Cijaku, Kecamatan Panggarangan, Kecamatan Cibeber, dan Kecamatan Bayah. Kawasan resapan air (luas ha), berfungsi untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan. Kawasan resapan air adalah daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi yang berguna sebagai sumber air. Sebaran kawasan resapan air terdapat di Kecamatan Cipanas, Kecamatan Muncang, Kecamatan Sobang, Kecamatan Bojongmanik, Kecamatan Gunungkencana, Kecamatan Cijaku, II - 4

5 Kecamatan Panggarangan, Kecamatan Cilograng, Kecamatan Cibeber, dan Kecamatan Bayah. 2) Kawasan perlindungan setempat, kawasan lindung yang merupakan kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Lebak seluas Ha (3,7% dari luas total Kabupaten Lebak), terdiri dari : a. Sempadan pantai, adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Adapun sebaran sempadan pantai terdapat di Kecamatan Wanasalam, Malingping, Panggarangan, Cihara, Cibeber dan Kecamatan Bayah dengan panjang garis pantai sekitar 91,42 Km. b. Sempadan sungai, adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 2.6 di bawah ini. c. Kawasan sekitar mata air, adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitamya, sedangkan kriteria kawasan lindung untuk kawasan mata air adalah sekurang-kurangnya dengan jarijari 200 meter di sekitar mata air. Arahan pengelolaan kawasan lindung sekitar mata air ini adalah sebagai berikut: Persawahan atau pertanian dengan jenis tanaman tertentu, dan perikanan masih diperkenankan keberadaanya pada kawasan ini; Tindakan konservasi yang dilakukan pada kawasan ini lebih bersifat vegetatif; II - 5

6 Kawasan sekitar mata air yang digunakan oleh PDAM dapat diberikan hak pakai. Tabel 2.3 Sebaran Sempadan Sungai No Nama Sungai Luas Kawasan Lindung (Ha) 1 Ciujung Ciberang Cisimeut Cidurian Cibeureum Cicinta 60 7 Ciliman Cibaliung Cibinuangeun Cilangkahan Cihara Cisiih Cimancek Cipager Cimadur Cidikt Cibareno Cisawarna Cipamungbulan 80 Jumlah Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Lebak, ) Kawasan suaka alam dan cagar budaya, terdiri dari : Taman nasional (luas cakupan sebesar ha), adalah kawasan pelestarian alam yang di dalamnya terdapat jenis-jenis tumbuhan, satwa atau ekosistem yang khas, yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, pariwisata dan rekreasi. Perlindungan terhadap taman nasional dilakukan untuk menjamin berlangsungnya fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, untuk pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata, serta peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran. Taman nasional yang terdapat di Kabupaten Lebak adalah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, yang berada di wilayah II - 6

7 Kecamatan Cipanas, Lebakgedong, Sobang, Muncang dan Cibeber dengan luas ha (5,71 % dari luas total Kabupaten Lebak). Kawasan cagar budaya, adalah cagar budaya Masyarakat Baduy dengan luas sebesar ha atau 1,79% dari luas total Kabupaten Lebak. Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang merupakan lokasi atau bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas. Perlindungan terhadap kawasan cagar budaya dilakukan untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalanpeninggalan sejarah dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia. Kriteria kawasan lindung untuk kawasan cagar budaya adalah tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Kawasan Ilmu Pengetahuan, diperuntukkan bagi kegiatan yang melindungi atau melestarikan budaya bangsa dan pengembangan ilmu pengetahuan. Kawasan yang diperuntukan untuk kawasan Ilmu pengetahuan terdapat di sekitar wilayah pertambangan bersyarat. Sesuai dengan lokasinya diharapkan kawasan ilmu pengetahuan yang akan dikembangkan adalah Ilmu Pengetahuan berbasis pertambangan. Sebagai ilustrasi, salah satu jenis sebaran rencana pengelolaan kawasan lindung di Kabupaten Lebak, dapat dilihat pada gambar 2.2. berikut ini : II - 7

8 Gambar 2.2 Peta Rencana Kawasan Lindung Kabupaten Lebak BATAS WILAYAH BATAS KECAMATAN JALAN NASIONAL. JALAN PROPINSI JALAN KABUPATEN JALAN KERETA API GARIS LAUT KAWASAN RESAPAN AIR KAWASAN SEMPADAN MATA AIR KAWASAN SEMPADAN MATA AIR PANAS KAWASAN HUTAN LINDUNG JALAN SUNGAI KAWASAN SEMPADAN PANTAI KAWASAN BADUY KAWASAN RAWAN BENCANA KAWASAN ZONA MILITER Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Lebak Tahun Luas kawasan Lindung atau kawasan yang mempunyai fungsi lindung di Kabupaten Lebak mencapai 31,93%. Luasan tersebut sangat proporsional untuk suatu wilayah dalam menjaga daya dukung lingkungan. Kondisi tersebut sesuai juga dengan amanat Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dimana suatu wilayah diharapkan mempunyai persentase luasan kawasan lindung sebesar 30%. Namun demikian, perlu kita sadari bahwa sampai saat ini pengelolaan kawasan lindung secara menyeluruh belum dapat dilaksanakan secara optimal, dikarenakan beberapa hal antara lain belum tersedianya database kawasan lindung secara komprehensif dan detail sehingga diperlukan inventarisasi dan pemetaan. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka mengantisipasi konflik kepentingan lahan, memelihara dan menjaga secara kualitas dan kuantitas kawasan lindung serta memberikan II - 8

9 kepastian status luas lahan dan batas yang jelas. Selain itu, kawasan lindung (di luar kawasan hutan) mempunyai nilai ekonomi sehingga mendorong masyarakat untuk mengeksploitasi (termasuk aktifitas pertanian) terlebih bagi yang tidak memiliki lahan. Grafik 2.1 Prosentase Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya 17,66% 20,97% 7,06% 3,48% Kawasan perlindungan setempat Kawasan Suaka alam & cagar budaya 50,41% 0,43% Kawasan Rawan Becana Pertanian Sumber : Bappeda Kabupaten Lebak Bila merujuk pada alokasi penggunaan lahan di atas, maka Kabupaten Lebak telah memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang mensyaratkan bagi suatu wilayah untuk memiliki persentase kawasan lindung setidaknya 30% sehingga diharapkan daya dukung lingkungan akan terjaga. Grafik 2.1 juga menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi primemover bagi pengembangan wilayah, dibuktikan melalui pengalokasian penggunaan lahan yang mencapai 50% dari total luas kabupaten. Hal ini cukup beralasan, mengingat potensi pertanian yang ada di Kabupaten Lebak tersebar hampir di setiap kecamatan. Sektor non pertanian yang cukup menonjol di Kabupaten Lebak adalah sektor industri, pertambangan, dan pariwisata. Kawasan industri diarahkan pengembangannya di Kecamatan Rangkasbitung dan Maja yang memiliki potensi untuk tumbuh berkembangnya aglomerasi industri. Adapun kawasan pertambangan masih mengandalkan pada potensi penambangan emas di Kecamatan Cibeber, serta pertambangan batu bara dan bahan galian golongan A maupun golongan B di Kecamatan Bojongmanik, Banjarsari, Panggarangan dan Bayah. Sementara potensi II - 9

10 pariwisata yang diandalkan adalah pariwisata alam pantai, terutama di Kecamatan Malingping, Panggarangan, dan Bayah, serta potensi pariwisata budaya yang dapat ditemui pada masyarakat adat Cisungsang dan Citorek, serta masyarakat Baduy. Potensi wisata budaya lain yang cukup menjanjikan adalah beberapa peninggalan bersejarah seperti situs Kosala dan Cibedug. Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diindentifikasi wilayah yang berpotensi rawan bencana alam, yaitu 1) zonasi kerentanan gerakan tanah, maka kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Lebak diidentifikasi seluas ha (0,95 % dari luas total Kabupaten Lebak). Adapun sebaran kawasan rawan bencana alam terdapat di Kecamatan Cipanas, Kecamatan Bayah, Kecamatan Bojongmanik, dan Kecamatan Leuwidamar. Pada kawasan dengan kerentanan gerakan tanah menengah dan tinggi, sebagaimana yang banyak terdapat di Kabupaten Lebak masih dimungkinkan adanya kantung-kantung daerah layak huni akan tetapi alangkah lebih baik bila kawasan seperti ini mendapat penelitian geologi teknik yang lebih rinci apabila akan dimanfaatkan; 2) Kawasan Rawan Banjir, Kawasan rawan bencana banjir sedapat mungkin tidak dipergunakan untuk permukiman, demikian pula kegiatan lain yang dapat merusak atau mempengaruhi kelancaran sistem drainase. Berdasarkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa hampir seluruh wilayah Kabupaten Lebak rawan terhadap bencana banjir, terutama di wilayah-wilayah sekitar bantaran sungai dan wilayah pantai. Jumlah penduduk Kabupaten Lebak pada tahun 2009 mencapai angka jiwa dengan sex ratio sebesar 104,65. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 tercatat bahwa penduduk Kabupaten Lebak berjumlah jiwa dengan rincian laki-laki dan perempuan. Mencermati perkembangan jumlah penduduk dalam sebelas tahun terakhir yang membentuk pola kuadratis (lihat Gambar 2.3) dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 1,84%, jumlah penduduk pada tahun tahun 2011 diperkirakan berjumlah jiwa dan akan mencapai jiwa pada tahun II - 10

11 Gambar 2.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Lebak Tahun Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, distribusi penduduk Kabupaten Lebak masih belum merata. Kecamatan Rangkasbitung masih menjadi tujuan utama penduduk untuk tinggal dan berusaha (9,69%), berikutnya Kecamatan Malingping (5,11%) dari total penduduk kabupaten. Gambaran ini menunjukkan adanya daya tarik yang lebih kuat di pusat-pusat wilayah pertumbuhan, khususnya di bagian utara dan selatan kabupaten. Selengkapnya mengenai distribusi penduduk untuk masing-masing kecamatan pada tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut : II - 11

12 Gambar 2.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Lebak Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2010 RANGKASBITUNG MALINGPING CIMARGA CIBADAK BANJARSARI CIBEBER WARUNGGUNUNG WANASALAM MAJA LEUWIDAMAR CILELES CIKULUR SAJIRA CIPANAS BAYAH PANGGARANGAN GUNUNGKENCANA KALANGANYAR CILOGRANG MUNCANG CURUGBITUNG CIHARA SOBANG CIJAKU CIRINTEN LEBAKGEDONG BOJONGMANIK CIGEMBLONG Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun 2010 Jika dilihat dari kepadatan penduduk, Kecamatan Rangkasbitung memiliki kepadatan penduduk jauh lebih besar dibanding kecamatan lain, secara terperinci dapat dilihat pada tabel berikut : II - 12

13 Tabel 2.4 Kepadatan Penduduk Kabupaten Lebak Dirinci Menurut Kecamatan (jiwa/km 2 ) Tahun No Kecamatan 2009 *) 2010 **) 2011 ***) 2012 ***) 1 Malingping Wanasalam Panggarangan Cihara Bayah Cilograng Cibeber Cijaku Cigemblong Banjarsari Cileles Gunungkencana Bojongmanik Cirinten Leuwidamar Muncang Sobang Cipanas Lebakgedong Sajira Cimarga Cikulur Warunggunung Cibadak Rangkasbitung Kalanganyar Maja Curugbitung JUMLAH Sumber : *) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 2009 **) Lebak Dalam Angka, BPS, 2010 ***) Jumlah perkiraan penduduk Kabupaten Lebak merupakan wilayah dengan dominasi aktivitas pertanian, dengan luas lahan pertanian (50% dari total luas wilayah), selain itu didukung pula oleh komposisi penduduk yang mayoritas bekerja di sektor pertanian. Terbukti bahwa II - 13

14 hingga tahun 2010, penduduk yang bekerja di sektor ini mencapai 53,68%. Sementara sektor perdagangan, hotel, dan restoran dijadikan tumpuan harapan hidup oleh penduduk (16,08% dari total tenaga kerja) sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini : Gambar 2.5 Penduduk Usia 10 Tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun ,31% 0,54% 16,08% 9,44% pertanian pertambangan & penggalian industri pengolahan listrik, gas & air minum 53,68% bangunan/konstruksi perdagangan, hotel & restoran 4,52% 0,28% 5,51% 2,64% angkutan & komunikasi bank & lembaga keuangan jasa-jasa Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Kabupaten Lebak merupakan daerah yang memiliki potensi dalam pengembangan Agroindustri dan Agronomi karena sebagian besar mata pencahariaan masyarakat berada pada sektor pertanian. Dukungan sumberdaya alam yang berlimpah serta kondisi iklim yang memiliki curah hujan merata merupakan keunggulan komparatif dalam penguatan sektor pertanian sebagai sektor basis dalam perekonomian daerah. Namun lemahnya kualitas sumber daya manusia dan rendahnya kemampuan fiskal daerah serta belum tersebarnya pengetahuan teknologi tepat guna, membuat laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lebak cenderung mengalami perlambatan secara komprehensif. II - 14

15 Berikut adalah capaian indikator ekonomi makro di Kabupaten Lebak Tahun 2008 berdasarkan produktivitas masing-masing Kecamatan yang akan ditampilkan dalam Tabel 2.5 berikut. Tabel 2.5 Capaian Indikator Ekonomi Makro per Kecamatan di Kabupaten Lebak Tahun 2008 No. KECAMATAN PDRB (Rp) LPE (%) 1. Rangkasbitung ,79 2. Malingping ,51 3. Banjarsari ,55 4. Wanasalam ,49 5. Cibeber ,60 6. Cibadak ,67 7. Cileles ,86 8. Cipanas ,60 9. Cimarga , Warunggunung , Bayah , Kalanganyar Leuwidamar , Sajira , Cikulur , Maja , Cilograng , Panggarangan , Gunungkencana , Curugbitung , Cijaku , Muncang , Cigemblong Cihara Sobang , Cirinten Lebakgedong Bojongmanik ,81 Sumber: PDRB Bappeda Kab. Lebak II - 15

16 Capaian kinerja perekonomian daerah berdasarkan kewilayahan di atas merupakan ukuran kinerja ekonomi makro yang dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Lebak secara agregatif. Berdasarkan kontribusi sektoralnya akan digambarkan oleh Tabel 2.6 berikut : II - 16

17 Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Lebak No Sektor (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1. Pertanian , , , , ,88 2. Pertambangan & penggalian , , , , ,27 3. Industri Pengolahan , , , , ,57 4. Listrik, gas & air bersih , , , , ,41 5. Konstruksi , , , , ,27 6. Perdagangan, hotel & restoran , , , , ,11 7. Pengangkutan & komunikasi , , , , ,08 8. Keuangan, sewa & jasa Perusahaan , , , , ,51 9. Jasa-Jasa , , , , ,90 Sumber: PDRB Bappeda Kab. Lebak 2009 PDRB Kinerja ekonomi makro yang baik dapat terukur melalui laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu daerah. Berdasarkan kontribusinya, sektor pertanian merupakan kontributor terbesar dalam output daerah dan sektor listrik, gas dan air bersih adalah kontributor terkecil dalam perekonomian daerah. Hal ini terjadi karena Kabupaten Lebak merupakan wilayah yang didominasi oleh sektor pertanian namun dalam penyedia sumberdaya energi masih terbatas akibat keterbatasan fiskal serta kondisi pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya dan energi. II - 17

18 Tabel 2.7 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Lebak No Sektor (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1. Pertanian , , , , ,29 2. Pertambangan & penggalian , , , , ,34 3. Industri Pengolahan , , , , ,55 4. Listrik, gas & air bersih , , , , ,57 5. Konstruksi , , , , ,19 6. Perdagangan, hotel & restoran , , , , ,16 7. Pengangkutan & komunikasi , , , , ,56 8. Keuangan, sewa & jasa Perusahaan , , , , ,51 9. Jasa-Jasa , , , , ,84 Sumber: PDRB Bappeda Kab. Lebak 2009 PDRB II - 18

19 Tabel 2.8 Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Lebak No Sektor Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk % % % % % % % % % % 1. Pertanian 38,91 39,41 38,39 39,27 36,80 38,16 36,37 37,99 35,29 37,88 2. Pertambangan & penggalian 1,32 1,20 1,36 1,24 1,35 1,22 1,43 1,28 1,34 1,27 3. Industri Pengolahan 9,63 9,53 9,45 9,63 9,61 9,80 9,77 9,75 9,55 9,57 4. Listrik, gas & air bersih 0,52 0,35 0,55 0,37 0,60 0,42 0,59 0,41 0,57 0,41 5. Konstruksi 3,74 3,82 3,87 3,89 4,00 4,01 4,21 4,34 4,19 4,27 6. Perdagangan, hotel & restoran 22,37 22,95 22,71 22,91 22,79 22,94 23,20 23,01 24,16 23,11 7. Pengangkutan & komunikasi 7,19 5,52 8,17 5,65 9,30 6,00 9,07 6,04 9,56 6,08 8. Keuangan, sewa & jasa Perusahaan 4,82 4,79 4,67 4,69 4,65 4,67 4,65 4,62 4,51 4,51 9. Jasa-Jasa 11,50 12,43 10,82 12,35 10,90 12,77 10,71 12,57 10,84 12,90 Sumber: PDRB Bappeda Kab. Lebak 2009 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Kinerja ekonomi makro di Kabupaten Lebak mengalami transformasi secara struktural. Kontribusi sektor pertanian yang tinggi, tidak dibarengi dengan peningkatan laju pertumnbuhan ekonomi yang positif karena kondisi inflasi, ketidakstabilan iklim, konvensi lahan serta benefit yang minim bagi para petani akibat rendahnya peranan lembaga keuangan yang berpihak kepada petani. II - 19

20 Tabel 2.9 Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor dan PDRB atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Tahun Kabupaten Lebak Pertumbuhan No Sektor Hb Hk % % 1. Pertanian 9,52 3,12 2. Pertambangan & penggalian 13,59 5,86 3. Industri pengolahan 12,39 4,24 4. Listrik, gas & air bersih 16,19 8,58 5. Konstruksi 14,07 5,94 6. Perdagangan, hotel & restoran 13,97 4,31 7. Pengangkutan & komunikasi 19,52 6,43 8. Keuangan, sewa & jasa perusahaan 10,06 2,24 9. Jasa-jasa 10,67 4,55 PDRB 12,00 3,98 Sumber: PDRB Bappeda Kab. Lebak Berdasarkan kondisi perekonomian masing-masing wilayah di Kabupaten Lebak, terdapat 15 Kecamatan dari 28 Kecamatan di Kabupaten Lebak yang memiliki kemampuan ekonomi di bawah standar capaian perekonomian Kabupaten. Hal ini terjadi dikarenakan rendahnya kemampuan fiskal daerah, minimnya tingkat infrastruktur, inflasi, rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan berbasis skill serta dukungan yang sangat rendah dari lembaga keuangan yang seharusnya mampu mendorong percepatan investasi dalam menunjang kewirausahaan di Kabupaten Lebak. II - 20

21 Tabel 2.10 Perkembangan PDRB Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Lebak Tahun atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku PDRB No Kecamatan Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk 1. Rangkasbitung Malingping Banjarsari Wanasalam Cibeber Cibadak Cileles Cipanas Cimarga Warunggunung Bayah Kalanganyar Leuwidamar Sajira Cikulur Maja Cilograng Panggarangan Gunungkencana Curugbitung Cijaku Muncang Cigemblong Cihara Sobang Cirinten Lebakgedong II - 21

22 PDRB No Kecamatan Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk 28. Bojongmanik Standar Kabupaten Tabel 2.11 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Lebak No Sektor (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1. Pertanian , , , , ,88 2. Pertambangan & penggalian , , , , ,27 3. Industri Pengolahan , , , , ,57 4. Listrik, gas & air bersih , , , , ,41 5. Konstruksi , , , , ,27 6. Perdagangan, hotel & restoran , , , , ,11 7. Pengangkutan & komunikasi , , , , ,08 8. Keuangan, sewa & jasa Perusahaan , , , , ,51 9. Jasa-Jasa , , , , ,90 Sumber: PDRB Bappeda Kab. Lebak 2009 PDRB II - 22

23 Proyeksi PDRB Kabupaten Lebak menggunakan asumsi inflasi rata-rata per-tahun sebesar 4,01% dengan laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per-tahun 4,29%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.11 dan 2.12 di bawah ini. Tabel 2.12 Proyeksi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Lebak Tahun (Juta Rupiah) No. Lapangan Usaha 2009* 2010** 2011*** 2012*** 2013*** 2014*** 1 Pertanian , , , , , ,19 2 Pertambangan dan Penggalian , , , , , ,69 3 Industri Pengolahan , , , , , ,03 4 Listrik, Gas dan Air Bersih , , , , , ,24 5 Bangunan dan Kontruksi , , , , , ,09 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , ,77 7 Pengangkutan dan Komunikasi , , , , , ,78 8 Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan , , , , , ,81 9 Jasa-jasa , , , , , ,16 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara ***) Angka Proyeksi Sumber : BPS Kab. Lebak Jumlah , , , , , ,77 Proyeksi PDRB di Kabupaten Lebak dalam kurun waktu diharapkan mengalami peningkatan yang signifikan sebagai bukti optimisme perekonomian daerah dan upaya pemerintah dalam melakukan perbaikan perekonomian pasca krisis global. Dalam struktur perekonomian daerah, II - 23

24 pemerintah Kabupaten Lebak masih memiliki keyakinan bahwa sector pertanian sebagai leading sector yang dapat memberikan konstribusi dominan dibandingkan dengan sektor lainnya. Hal ini dijadikan asumsi dasar mengingat sektor pertanian didukung oleh kondisi geografis dan sumber daya yang potensial. Tabel 2.13 Proyeksi PDRB Atas Dasar Harga Konstan di Kabupaten Lebak Tahun (Juta Rupiah) No. Lapangan Usaha 2009* 2010** 2011*** 2012*** 2013*** 2014*** 1 Pertanian , , , , , ,26 2 Pertambangan dan Penggalian , , , , , ,66 3 Industri Pengolahan , , , , , ,91 4 Listrik, Gas dan Air Bersih , , , , ,81 5 Bangunan dan Kontruksi , , , , , ,47 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , ,20 7 Pengangkutan dan Komunikasi , , , , , ,83 8 Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan , , , , , ,96 9 Jasa-jasa , , , , , ,52 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara ***) Angka Proyeksi Sumber : BPS Kab. Lebak Jumlah , , , , , ,90 II - 24

25 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Lebak Tahun berada pada kondisi yang fluktuatif akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh krisis global pada pertengahan tahun Akan tetapi, Pemerintah Kabupaten Lebak masih mampu mempertahankan perekonomian di Kabupaten Lebak secara positif. Secara lebih lengkap perkembangan LPE Kabupaten Lebak periode Tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.14 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lebak Tahun (%) No. Lapangan Usaha Pertanian 3,79 3,37 0,25 4,41 3,77 2 Pertambangan dan Penggalian 7,42 7,43 1,13 10,60 2,72 3 Industri Pengolahan 4,85 4,81 5,00 4,33 2,23 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 10,17 10,90 15,27 3,93 2,62 5 Bangunan dan Kontruksi 1,73 5,62 6,27 13,55 2,51 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 4,96 3,54 3,31 5,21 4,54 7 Pengangkutan dan Komunikasi 6,16 6,17 9,54 5,50 4,78 8 Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 1,55 1,63 2,80 3,61 7,60 9 Jasa-jasa 2,98 3,09 6,70 3,22 6,79 LPE Kabupaten 4,06 3,74 3,15 4,90 4,06 Sumber : PDRB Kabupaten Lebak (BPS Kab. Lebak) Laju pertumbuhan pada tahun 2008 paling tinggi dari lapangan usaha sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 7,60%, sedangkan yang terendah dari lapangan usaha sektor industri pengolahan sebesar 2,23%. II - 25

26 Tabel 2.15 Proyeksi Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lebak Tahun (%) No. Lapangan Usaha 2009* 2010** 2011*** 2012*** 2013*** 2014*** 1 Pertanian 4,36 4,07 3,64 4,02 5,28 5,67 2 Pertambangan dan Penggalian 12,77 0,83 7,64 5,53 4,18 4,13 3 Industri Pengolahan 1,57 3,11 3,86 2,84 3,59 3,35 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 3,98 3,99 4,11 4,90 5,66 6,22 5 Bangunan dan Kontruksi 2,99 3,17 5,87 4,84 5,62 6,25 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,06 5,18 6,05 6,51 6,83 7,41 7 Pengangkutan dan Komunikasi 3,69 4,19 6,33 6,81 6,45 5,94 Keuangan, Persewaan dan jasa 8 Perusahaan 3,16 3,20 2,81 3,06 3,59 4,22 9 Jasa-jasa 3,51 4,36 5,42 5,83 5,52 6,28 LPE Kabupaten 4,10 4,14 4,22 4,28 4,33 4,64 Sumber : BPS Kab. Lebak * : Angka Perbaikan ** : Angka Sementara *** : Angka Proyeksi Proyeksi Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Lebak Tahun ditentukan melalui asumsi dasar produktivitas perekonomian daerah. Transformasi struktur perekonomian di Kabupaten Lebak dalam kurun waktu didominasi oleh sektor tersier kemudian disusul sektor primer dan sektor sekunder. Hal ini terjadi sebagai akibat perpindahan tenaga kerja dari sektor primer ke sektor tersier secara natural. Secara garis besar pertumbuhan PDRB Kabupaten Lebak tahun menunjukan pertumbuhan positif, PDRB perkapita penduduk Lebak pada tahun 2008 mencapai angka 3,01 juta (ADHK) dan 5,54 juta (ADHB), dimana angka ini terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan adanya perubahan peningkatan kesejahteraan penduduk, yang idealnya peningkatan PDRB perkapita selalu di atas nilai inflasi. Adapun nilai PDRB perkapita selama kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut. II - 26

27 Grafik 2.2 PDRB Per Kapita Kabupaten Lebak Tahun Sumber : PDRB Kabupaten Lebak (BPS Kab. Lebak) * : Angka sementara ** : Angka sangat sementara * 2008** PDRB per kapita adh Berlaku PDRB per kapita adh Konstan Sumber : PDRB Kabupaten Lebak (BPS Kab. Lebak) Adapun proyeksi PDRB perkapita untuk tahun perencanaan , baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dapat dilihat pada tabel Tabel 2.16 Proyeksi PDRB Per Kapita Kabupaten Lebak Tahun No Uraian PDRB per kapita adh Berlaku PDRB per Kapita adh Konstan Sumber : PDRB Kabupaten Lebak Tahun (BPS Kab. Lebak) Perubahan struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari distribusi persentase Nilai Tambah Bruto (NTB) sektoral terhadap PDRB atas dasar harga berlaku. Dalam kurun waktu struktur perekonomian Kabupaten Lebak masih didominasi oleh sektor pertanian dengan kontribusinya yang berkisar 37%- 39%, sedangkan peranan terkecil dipegang oleh sektor listrik, gas dan air bersih II - 27

28 Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan dan Kontruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan Jasa-jasa dengan kontribusinya yang hanya berkisar 0,35%-0,42%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 2.3. Grafik 2.3 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Lebak Atas Dasar Harga Konstan Tahun (%) Sumber : PDRB Kabupaten Lebak (BPS Kab. Lebak) Dari grafik di atas terlihat bahwa struktur perokonomian Kabupaten Lebak pada kurun waktu tidak banyak mengalami pergeseran, masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu dimulai dari sektor pertanian; perdagangan, hotel dan restoran; serta jasa-jasa. Dari ketiga sektor utama tersebut, sektor pertanian terus mengalami penurunan kontribusi terhadap total PDRB yang mengindikasikan bahwa di Kabupaten Lebak perlahan namun pasti telah terjadi pergeseran struktur ekonomi, dimana peran sektor primer mulai diambil oleh sektor tersier. Hal ini dibuktikan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; serta jasa-jasa yang mengalami trend II - 28

29 kenaikan kontribusi terhadap total PDRB dalam lima tahun belakangan sebagaimana terlihat pada tabel 2.17 berikut. Tabel 2.17 Proyeksi Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Lebak Atas Dasar Harga Konstan Tahun (%) No. Lapangan Usaha 2009* 2010** 2011*** 2012*** 2013*** 2014*** 1 Pertanian 37,98 37,91 38,48 38,06 38,11 38,07 2 Pertambangan dan Penggalian 1,37 1,30 1,33 1,32 1,33 1,32 3 Industri Pengolahan 9,34 9,24 9,39 9,38 9,34 9,38 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,41 0,41 0,37 0,40 0,40 0,40 5 Bangunan dan Kontruksi 4,23 4,18 4,10 4,20 4,18 4,19 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 23,32 23,53 22,66 23,16 23,17 23,16 7 Pengangkutan dan Komunikasi 6,05 6,17 5,99 6,07 6,07 6,07 Keuangan, Persewaan dan jasa 8 Perusahaan 4,47 4,42 4,34 4,43 4,43 4,43 9 Jasa-jasa 12,83 12,84 13,34 12,98 12,98 12,98 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : PDRB Kabupaten Lebak Tahun (BPS Kab. Lebak) * : Angka Perbaikan ** : Angka Sementara *** : Angka Proyeksi Dari tabel di atas terlihat bahwa struktur perokonomian Kabupaten Lebak dalam lima tahun kedepan oleh tiga sektor utama yaitu dimulai dari sektor pertanian; perdagangan, hotel dan restoran; serta jasa-jasa. Tingkat inflasi di suatu daerah pada suatu tahun dapat dihitung dengan metode Indeks Harga Konsumen (IHK) dan dapat juga dilihat dari besarnya perubahan Indeks Harga Implisit PDRB tahun berjalan dari tahun sebelumnya. Angka inflasi secara umum menggambarkan besarnya peningkatan hargaharga barang/jasa di suatu daerah tertentu pada waktu tertentu, sehingga tingkat inflasi dipakai sebagai tolak ukur dalam melihat stabilitas perekonomian di suatu daerah. Tingkat inflasi yang tinggi (mencapai dua digit) relatif mencerminkan stabilitas ekonomi yang kurang baik. Untuk melihat besarnya inflasi di Kabupaten Lebak selama periode dapat dilihat pada grafik berikut : II - 29

30 Persen Persen Grafik 2.4 Tingkat Inflasi Kabupaten Lebak Tahun (%) ,61 5,55 3,93 4, , Sumber : PDRB Kabupaten Lebak (BPS Kab. Lebak) Tingkat Inflasi di Kabupaten Lebak pada Tahun dengan mengacu pada besanya perubahan Indeks Implisit PDRB Tahun berjalan dari tahun sebelumnya mencapai angka rata-rata sebesar 7,72%. Tingkat inflasi yang terjadi pada Tahun 2004 adalah sebesar 5,24% merupakan tingkat inflasi yang paling rendah dibandingkan dengan Tahun Proyeksi tersebut dapat dilihat pada grafik 2.5. Grafikl 2.5 Proyeksi Tingkat Inflasi Kabupaten Lebak 6 5, ,61 3,93 4,5 4,02 3 2, Sumber : PDRB Kabupaten Lebak Tahun (BPS Kab. Lebak) * : Angka Perbaikan ** : Angka Sementara *** : Angka Proyeksi II - 30

31 Fokus Kesejahteraan Sosial Pembangunan daerah bidang kesejahteraan sosial berkaitan dengan kualitas manusia dan masyarakat Kabupaten Lebak. Kondisi tersebut tercermin pada pendidikan, kesehatan, tingkat kemiskinan, kepemilikan tanah, kesempatan kerja, dan tingkat kriminalitas. Pembangunan bidang pendidikan telah dilaksanakan dengan menitikberatkan pada upaya penuntasan program Wajib Belajar 9 tahun melalui pendidikan formal maupun non formal, serta rintisan Wajib Belajar 12 tahun dengan angka partisipasi di jenjang pendidikan dasar yang sudah optimal. Angka Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Dengan AMH daerah dapat mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerah pedesaan dimana masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak tamat SD. Selain itu dengan AMH menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media serta menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis, yang pada akhirnya mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah. Di Kabupaten Lebak perkembangan angka melek huruf relatif konstan. Hal ini terlihat dari tahun perkembangan AMH sebesar 94,10%. Angka Melek Huruf (AMH) pada tahun 2006 adalah sebesar 94,10% atau meningkat sebesar 0,20% dibandingkan tahun 2004 yang hanya sebesar 93,90%. Terlihat dari tabel 2.17 dari tahun 2006 sampai dengan 2009 persentase pencapaian AMH tidak mengalami peningkatan, hal ini disebabkan adanya suku terasing Baduy dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak jiwa yang masih memegang teguh adat kebudayaannya. Dengan berbagai upaya yang dilakukan AMH pada tahun 2010 mengalami peningkatan meskipun sangat kecil, yaitu 1,75%. II - 31

32 Tabel 2.18 Perkembangan Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lamanya Sekolah Di Kabupaten Lebak Tahun No. Uraian Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas Melek Huruf 93,90% 94,10% 94,10% 94,10% 94,10% 94,10% 95,85% 3. Rata-rata Lama Sekolah 6,1 Th 6,2 Th 6,2 Th 6,2 Th 6,3 Th 6,2 Th 6,3 Th Sumber Data : Dinas Pendidikan Kab. Lebak Rata-rata Lama Sekolah (RLS) mencapai 6,3 tahun pada tahun Jika dikonversikan pada tingkat kelulusan, maka rata-rata tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Lebak adalah tidak tamat SLTP atau baru mencapai kelas 1 SLTP. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pencapaian RLS maksimal 15 Tahun, masih memerlukan rentang waktu yang cukup lama dan biaya yang besar. Untuk pencapaian Angka Partisipasi Murni pada tahun 2009, tingkat SD mencapai 95,17%, tingkat SLTP 68,79.0% dan tingkat SLTA mencapai 22,61%. Sedangkan pencapaian Angka Partisipasi Kasar tingkat SD mencapai 109,09%, tingkat SLTP 93,71% dan tingkat SLTA mencapai 30,69%. Pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) pada setiap jenjang pendidikan mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. II - 32

33 No. Tingkat Pendidikan Tabel 2.19 Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) Di Kabupaten Lebak Tahun APK APM APK APM APK APM APK APM APK APM APK APM APK APM 1. SD/MI 95,20 82, ,52 108,76 93, ,09 95,17 112,62 97,96 2. SMP/MTs 52,42 48,57 63,71 54,42 70,84 57,92 83,49 63, ,19 93,71 68,79 96,59 66,56 3. SMA/SMK/MA 21,26 16,18 22, ,00 17,33 27,63 19,45 30,63 20,51 30,69 22,61 38,15 33,37 Sumber Data : Dinas Pendidikan Kab. Lebak II - 33

34 Berkaitan dengan pendidikan yang ditamatkan pada tahun 2009, jumlah penduduk yang tidak tamat SD mencapai 16,79%, tamat SD 10,55%, tamat SLTP 6,57%, tamat SLTA 5,72%, dan yang memiliki ijazah akademi/universitas sebanyak 1,38%. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan pengembangan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat terus dilakukan. Angka usia harapan hidup masyarakat Kabupaten Lebak pada tahun 2008 mencapai 63,20 atau meningkat dibandingkan tahun 2004 yang hanya mencapai 62,40. Namun demikian, pencapaian indikator kesehatan di Kabupaten Lebak masih berada di bawah rata-rata nasional. Pada tahun 2008 angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Lebak sebesar 42,27/1.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB nasional sebesar 34/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan pada tahun 2008 sebesar 246/ kelahiran hidup, sedangkan AKI nasional sebesar 228/ kelahiran hidup. Kondisi di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain masih tingginya kasus penderita gizi buruk balita pada tahun 2009, yaitu sebanyak dan gizi kurang sebanyak dari jumlah balita yang ditimbang. Dalam rangka penyelamatan Ibu dan Anak telah dilaksanakan pengembangan pelayanan kegawat daruratan kebidanan dan Bayi Baru Lahir melalui pengembangan Puskemas yang mampu melaksanakan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency Dasar (PONED) masing-masing 14 Puskesmas dengan tempat perawatan dari 40 puskesmas. Dengan demikian, untuk mencapai derajat kesehatan yang diharapkan, upaya yang diperlukan antara lain peningkatan akses pelayanan kesehatan, yaitu peningkatan kualitas ketenagaan, peningkatan fasilitas kesehatan serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat. Berkenaan dengan jumlah penduduk miskin, rumah tangga miskin di Kabupaten Lebak pada tahun 2009 mencapai jumlah rumah tangga atau sebesar 52,72% dari jumlah rumah tangga seluruhnya yaitu sebanyak rumah tangga. Berdasarkan kepemilikan lahan, 21,14% (64.356,66 Ha) sudah dimiliki oleh masyarakat di Kabupaten Lebak dengan luas lahan bersertifikat ,14 Ha atau 99,98% dari luas luas lahan yang dimiliki. Jumlah penduduk yang bekerja di Kabupaten Lebak pada tahun 2008 telah mencapai orang dari jumlah penduduk yang berusia 10 tahun ke atas. Untuk itu, peningkatan kompetensi, produktivitas dan daya saing tenaga kerja II - 34

35 terus dilakukan sebagai upaya penanggulangan pengangguran di Kabupaten Lebak. Selain bidang-bidang kesejahteraan sebagaimana disebutkan sebelumnya, tingkat kriminalitas berpengaruh pula terhadap pembangunan daerah. Pada tahun 2008 sampai dengan 2009 tindikan kriminal yang paling menonjol di Kabupaten Lebak yaitu pencurian dengan pemberatan yang dilanjutkan dengan pencurian ranmor. Pada tahun 2008 kasus pencurian dengan pemberatan sebanyak 80 kasus dengan jumlah penyelesaian tindak pidana sebanyak 56 kasus, sedangkan untuk tahun 2009 kasus pencurian dengan pemberatan sebanyak 90 kasus dengan jumlah penyelesaian kasus tindak pidana sebanyak 64 kasus. Kondisi ini tidak lepas dari kondisi perekonomian masyarakat yang mengalami fluktuasi sehingga menimbulkan peningkatan pengangguran, yang mendorong tumbuhnya tindak pidana. Walaupun demikian secara umum penanganan tindak pidana kriminalitas di Kabupaten Lebak masih dalam konstelasi terkendali oleh aparat penegak hukum kepolisian daerah dibantu oleh masyarakat Fokus Seni Budaya dan Olahraga Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak sangat memperhatikan pembinaan dan pemasyarakatan oleh raga dengan memberikan pembinaan pada atlet-atlet yang ternaung dalam pengurus cabang KONI Kabupaten Lebak. Kondisi jumlah pengurus cabang tahun 2009 sebanyak 11 pengcab dengan jumlah atlet 500 orang Aspek Pelayanan Umum Fokus Layanan Urusan Wajib Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu gerbang penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pendidikan membuka peluang individu maupun masyarakat untuk mengembangkan diri dan mewujudkannya. Dalam konteks ini, pendidikan adalah sarana untuk memperoleh pengetahuan (knowledge). Pendidikan merupakan hak dasar setiap penduduk dan pemenuhan atas hak ini menjadi kewajiban pemerintah. Layanan pendidikan dasar yang dilaksanakan meliputi pendidikan dasar dan pendidikan menengah. II - 35

36 Kabupaten Lebak dengan jumlah penduduk yang sedemikian besar dan struktur umur yang kebanyakan berusia muda, relatif memiliki tanggungjawab besar untuk mengantarkan penduduk muda untuk memperoleh pendidikan yang layak. Selain masalah jumlah penduduk, persebarannya juga menjadi faktor penentu perkembangan pendidikan di Kabupaten Lebak. Pembangunan bidang pendidikan mampu meningkatkan angka partisipasi sekolah mencakup angka partisipasi murni dan angka partisipasi kasar. Terkait dengan tingkat partisipasi sekolah ini, diperoleh data tentang jumlah anak tidak sekolah pada setiap jenjang pendidikan yang merupakan sasaran penting bagi program pembangunan pendidikan di Kabupaten Lebak, yaitu menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Pelayanan pendidikan juga dapat dilihat dari ketersediaan sekolah dan guru. Pada tahun 2006, rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah untuk pendidikan dasar adalah sebesar 0, atau tersedia 67,94 sekolah per penduduk usia sekolah, sedangkan rasio guru dengan murid sebesar 0, atau tersedia 430,28 guru per murid. Untuk pendidikan menengah, rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah sebesar 0, , rasio guru dengan murid sebesar 0, Kondisi ini menunjukan bahwa pelayanan pendidikan berupa penyediaan sekolah dan guru masih relatif rendah sehingga perlu ditingkatkan. Selain itu, meskipun telah terjadi berbagai peningkatan yang cukup berarti, pembangunan pendidikan belum sepenuhnya mampu memberi pelayanan merata, berkualitas dan terjangkau. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa biaya pendidikan masih relatif mahal dan pendidikan belum sepenuhnya mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat sehingga belum dinilai sebagai bentuk investasi. Mutu pendidikan berhasil atau tidaknya di suatu daerah tergantung pada capain angka putus sekolah dan angka kelulusan. Di Kabupaten Lebak capaian Angka putus sekolah pada tahun 2009 untuk jenjang pendidikan SD sebesar 0,46%, SLTP sebesar 0,97%, dan SLTA sebesar 0,68%. Sedangkan untuk Angka Kelulusan angka capaian pada tahun 2009 untuk jenjang pendidikan SD sebesar 94,14%, STLP sebesar 77,69%, dan SLTA sebesar 82,03%. II - 36

37 Kesehatan Upaya Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan, Peningkatan Sumber Daya Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Pembiayaan Kesehatan terus dilakukan, namun pencapaian beberapa indikator kesehatan masih berada dibawah rata-rata nasional. Pada tahun 2008, Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Lebak sebesar 42,27/1.000 KH, sedangkan AKB Nasional sebesar 34/1.000 KH (Target Nasional AKB 24/1000 KH pada tahun 2014 dan target MDGs AKB 23/1000 KH pada tahun 2015). Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Lebak pada tahun 2008 adalah 2461/ KH, Sedangkan AKI Nasional sebesar 228/ ( Target Nasional AKI 118/ KH pada tahun 2014 dan target MDGs AKI 102 / KH pada tahun 2015). Data tahun 2009 menunjukan jumlah kematian ibu maternal di Kabupaten Lebak mencapai 22 ibu dari kelahiran hidup, dan jumlah kematian bayi 156 bayi dari KH. Kondisi ini dipengaruhi dengan masih tingginya kasus gizi buruk yaitu balita (4,10%), gizi kurang balita (8,45%) dari balita yang di timbang, dengan demikian angka tersebut masih dibawah Angka Target Nasional prevalensi gizi-kurang pada anak balita menjadi 15% pada tahun 2014 dan target MDGs 18,8 pada tahun Faktor faktor yang menyebabkan rendahnya pencapaian indikator kesehatan (tingginya angka/jumlah kematian dan kesakitan) adalah masih kurangnya kemampuan beberapa untuk memenuhi aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan, melaksanakan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan kejadian luar biasa serta melaksanakan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Dalam pencapaian SPM bidang kesehatan hal penting yang harus dipenuhi adalah ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dasar antara lain jumlah Puskesmas pada tahun 2009 berjumlah 40 dengan rasio puskesmas per penduduk 3,30 (Standar 1 per penduduk atau 4 per penduduk) idealnya Kabupaten Lebak memiliki 48 Puskesmas, tetapi kurangnya jumlah Puskesmas dapat ditutupi dengan ada dan tersebarnya Puskesmas Pembantu sebanyak 73, Poskesdes 39, Poliklinik/Balai Pengobatan sebanyak 88, serta Praktek dokter dan bidan sebanyak 276 (Sumber Dinas Kesehatan tahun 2010). Dalam rangka penyelamatan ibu dan anak telah dilaksanakan pengembangan pelayanan kegawat daruratan kebidanan dan bayi baru lahir melalui puskesmas yang mampu melaksanakan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency Dasar II - 37

38 (PONED). Pada Tahun 2009 Jumlah Puskesmas PONED adalah 14 buah (Standar Puskesmas PONED adalah 1/ penduduk) berarti Kabupaten Lebak membutuhkan sekitar 24 Puskesmas mampu PONED. Sedangkan kondisi tenaga kesehatan di Kabupaten Lebak pada tahun 2009 adalah, jumlah dokter di Puskesmas adalah 111 orang (Standar 1 PKM 2 Dokter). Sedangkan tenaga bidan di Puskesmas yang ada 395 bidan selain itu didukung pula oleh tenaga paramedis sebanyak 421. Lingkungan dan perilaku yang mempunyai pengaruh besar terhadap derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Lebak kondisinya juga masih sangat memprihatinkan bila dilihat dari kepala keluarga dengan akses air minum layak yang baru mencapai 45,46%. Dari aspek perilaku PHBS kondisi masyarakat Kabupaten Lebak masih sangat memprihatinkan dengan masih rendahnya persentase Rumah Tangga Sehat (berphbs). Berdasarkan kondisi diatas untuk mencapai derajat kesehatan yang diharapkan, upaya yang diperlukan antara lain adalah pertama peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan secara paripurna (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative) melalui peningkatan kualitas dan kelas RSUD serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya serta fasilitas pelayanan kesehatan dasar swasta lainnya, peningkatan Puskesmas mampu PONED, peningkatan Jumlah Mutu dan Penyebaran tenaga kesehatan, peningkatan pembiayaan kesehatan dan pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) Jawa Barat, peningkatan kemandirian untuk berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada masyarakat, memperkuat sistem kewaspadaan dini dan surveillance epidemiologi penyakit menular dan tidak menular, serta mengembangkan sistem regulasi untuk menjamin kualitas fasilitas pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan tenaga kesehatan serta menjamin terciptanya lingkungan sehat. Pencapaian immunisasi dari 12 jenis imunisasi (antigen) dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 secara umum menunjukan angka flutuatif terkecuali pada imunisasi DPT-HB1 dan Polio 1 yang menunjukan trend meningkat dari tahun ketahunnya dan sebagian besar pencapaian imunisasi belum mencapai masingmasing target yang ditetapkan dan hanya 1 jenis imunisasi polio 4 mencapai target yang ditetapkan pada tahu Pencapaian terkecil adalah HB 0-7 hari (19%) dan terbesar imunisasi polio 1 (95,2%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. II - 38

39 Tabel 2.20 Capaian Imunisasi di Kabupaten Lebak Tahun No. Jenis Imunisasi Cakupan Persentase Target (%) (Antigen) HB 0-7 Hari BCG DPT - HB DPT - HB DPT - HB Polio Polio Polio Polio Campak TT TT Sumber Data : Dinas Kesehatan Kab. Lebak, 2008 Pekerjaan Umum Jalan Kondisi sarana dan prasarana jalan di Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut : Panjang Jalan Propinsi di Kabupaten Lebak adalah 302,87 Km, dengan jenis permukaan hotmix 218,87 Km dan permukaan lapen 84,00 Km dengan kondisi baik 151,82 Km, kondisi sedang 8,95 Km, kondisi rusak ringan 75,00 Km dan kondisi rusak berat 67,10 Km. Apabila ditinjau dari kelas jalan, maka terdapat 4,4 Km jalan kelas II dan 298,47 Km jalan kelas III. Panjang Jalan Kabupaten adalah 856,21 Km, terdiri dari ruas-ruas jalan dalam Kota Rangkasbitung sepanjang 57,87 Km dan ruas-ruas jalan luar kota sepanjang 798,34 Km dengan jenis permukaan hotmix 542,61 Km, lapen 40,25 Km, batu 179,55 Km dan tanah 93,80 Km dengan kondisi jalan baik 477,61 Km (55,78%), kondisi sedang 124,75 Km (14,57%), kondisi rusak 134,00 Km (15,65%) dan rusak berat 119,85 Km (14%). Panjang jalan desa di Kabupaten Lebak adalah 5.647,2 Km terdiri dari jalan tanah sepanjang 2.571,85 Km dan jalan desa dengan kontruksi beraspal 3.075,35 Km, dengan kondisi baik 75,50 Km (2,45%), kondisi sedang 812,40 Km (26,42%) dan kondisi rusak 2.187,45 Km (71,13%). II - 39

40 No. Tabel 2.21 Jumlah Ruas Jalan, Panjang dan Kondisi Jalan Kabupaten Di Kabupaten Lebak Tahun Tahun Panjang Ruas Jalan (KM) Baik Sedang Kondisi (KM) Rusak Ringan Rusak Berat ,80 464,30 246,00 54,90 62, ,60 285,00 169,40 87,45 332, ,20 285,00 168,60 87,55 351, ,00 396,80 175,70 228,70 1, ,21 477,61 124,75 134,00 119,85 Sumber : Dinas Bina Marga Kab. Lebak No. Tabel 2.22 Jumlah Ruas Jalan, Panjang dan Kondisi Jalan Propinsi Di Kabupaten Lebak Tahun Tahun Panjang Ruas Jalan (KM) Baik Sedang Kondisi (KM) Rusak Ringan Rusak Berat ,61 61,39 45,34 0, ,74 61,39 45,34 0, ,61 61,39 45,34 0, ,71 177,26 0,00 51,63 52, ,65 29,03 94,47 15,42 128,73 Sumber : Dinas Bina Marga Kab. Lebak No. Tabel 2.23 Jumlah Ruas Jalan, Panjang dan Kondisi Jalan Nasional di Kabupaten Lebak Tahun Tahun Panjang Ruas Jalan (KM) Baik Sedang Kondisi (KM) Rusak Ringan Rusak Berat ,34 78,33 35,37 16, ,34 78,33 35,37 16, ,34 78,33 35,37 16, ,00 128,00 0,00 12, NR NR NR NR NR Sumber : Dinas Bina Marga Kab. Lebak Selain jalan nasional, Propinsi dan Kabupaten, Pemerintah Daerah juga telah melakukan terobosan yang sangat signifikan dengan pencanangan dan penanganan Jalan Poros Desa melalui Program Hotmik Masuk Desa (HMD). II - 40

41 Program tersebut mulai dilaksanakan pada tahun 2007 dan akan terus dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya dengan tetap menentukan prioritas ruas jalan poros desa yang akan dibangun atau ditingkatkan berdasarkan criteria yang telah kita tetapkan. Adapun jumlah penanganan jumlah poros desa yang sudah ditangani dari tahun 2007 sampai dengan 2009 sepanjang 488,84 Km yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Lebak. Tabel 2.24 Jumlah Penanganan Jalan Poros Desa (HMD) di Kabupaten Lebak Tahun No. Tahun Jumlah Penanganan (Km) Keterangan ,37 Tersebar di seluruh Kecamatan ,04 Tersebar di seluruh Kecamatan ,43 Tersebar di seluruh Kecamatan Jumlah 488,84 Sumber : Dinas Bina Marga Kab. Lebak Sebagaimana kita ketahui bersama, jalan poros desa di Kabupaten Lebak berdasarkan dari usulan yang diajukan oleh para Kepala Desa mencapai sekitar 5000 Km. Oleh karena itu, program ini senantiasa harus terus dilaksanakan untuk menyediakan aksesibilitas di perdesaan yang mempunyai daya ungkit yang tinggi untuk mendorong kegiatan ekonomi produktif dan kegiatan social lainnya. Sumber Daya Air / Irigasi Kabupaten Lebak merupakan daerah penyangga stok pangan padi sawah di Propinsi Banten, mengingat kawasan Banten Utara yang meliputi Daerah Serang, Cilegon dan Tangerang yang sudah beralih fungsi penggunaan lahan pertaniannya menjadi lahan permukiman dan industri. Oleh karenanya pengembangan pertanian padi sawah diarahkan ke Kabupaten Lebak dan Pandeglang sebagai wilayah pengembangan budidaya pertanian tanaman pangan dan hortikultura, konservasi lahan kritis sebagai fungsi kawasan tangkapan air baku sungai dan situ yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber air baku Irigasi. Jaringan irigasi yang telah dibangun dan dikembangkan sejak PELITA I sampai dengan Tahun 2008 berdasarkan data Dinas Sumber Daya Air Kabupaten Lebak adalah seluas Ha yang meliputi : II - 41

42 1) Irigasi Pemerintah sebanyak 358 Unit ( Ha) yang terdiri dari : a. Irigasi Teknis 17 Unit, luas areal potensial Ha (21,31%) b. Irigasi Semi Teknis 45 Unit, luas areal optensial Ha (17,64%) c. Irigasi Sederhana 247 unit, luas areal potensial Ha (40,14%) 2) Irigasi Pedesaan 123 Unit, luas areal potensial Ha (20.91%) Dari total luas areal potensial tersebut di atas ( Ha), jaringan Irigasi yang berfungsi pada tahun 2003 adalah seluas Ha. Adapun penanganan pembangunan baik pembangunan baru maupun rehabilitasi dari tahun 2004 sampai dengan 2008 sebanyak 243 Daerah Irigasi dengan luas areal Ha sehingga total luas potensial sampai dengan tahun 2008 adalah Ha. Sedangkan potensi sawah tadah hujan baik yang bisa dikembangkan dan yang tidak bias dikembangkan adalah seluas Ha dengan rincian : a. Sawah yang bisa dikembangkan seluas Ha b. Sawah yang tidak bisa dikembangkan seluas Ha Tempat Ibadah Ketersediaan tempat ibadah merupakah salah satu dari pelayanan sarana dan prasarana umum yang disediakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Tempat ibadah yang tersedia dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kabupaten Lebak masih dirasakan kurang, hal ini dapat dilihat dari rasio tempat ibadah per satuan penduduk di Kabupaten Lebak hanya sebesar 3,85. Perumahan Prasarana dan Sarana Utilitas permukiman dan perumahan di Kabupaten Lebak pada umumnya meliputi : penyediaan sarana air bersih, penanganan jalan lingkungan, dan pembangunan serta rehabilitasi gedung-gedung pemerintahan dan bangunan lainnya. Penyediaan sarana dan prasarana air bersih di Kabupaten Lebak dilaksanakan oleh tiga institusi, yaitu PDAM, Dinas Cipta Karya dan Dinas Kesehatan. Penyediaan sarana tersebut selalu terus dianggarkan setiap tahunnya karena hal ini ditujukan untuk terus meningkatkan cakupan air bersih yang sampai dengan tahun ini baru mencapai 45,46% (perkotaan dan perdesaaan). Untuk lebih rincinya berikut kami gambarkan cakupan air bersih setiap kecamatan di Kabupaten Lebak sampai dengan tahun II - 42

43 Tabel 2.25 Cakupan Air Bersih per Kecamatan Di Kabupaten Lebak Tahun 2008 No Kecamatan Jumlah KK KK Terlayani persentase 1 Rangkasbitung 20,864 14, % 2 Kalanganyar 7,236 3, % 3 Cibadak 12,559 10, % 4 Warunggunung 11,555 4, % 5 Cikulur 10,941 6, % 6 Sajira 9,433 6, % 7 Cipanas 11,314 6, % 8 Lebak Gedong 4,172 1, % 9 M A J A 11,316 6, % 10 Curugbitung 7,601 4, % 11 Muncang 6,980 2, % 12 Sobang 7,452 2, % 13 Cimarga 12,622 4, % 14 Leuwidamar 12,489 4, % 15 Cileles 12,776 1, % 16 Gunung Kencana 7,449 2, % 17 Cijaku 6,669 3, % 18 Cigemblong 5,284 1, % 19 Banjarsari 13,029 5, % 20 Malingping 18,604 9, % 21 Wanasalam 9,798 5, % 22 Bojongmanik 4, % 23 Cirinten 5,173 1, % 24 Panggarangan 9,215 6, % 25 Cihara 7,608 2, % 26 Bayah 10,315 2, % 27 Cilograng 5,720 1, % 28 Cibeber 14,981 5, % Jumlah 277, , % Sumber : Kompilasi Dinas Kesehatan dan Dinas Cipta Karya, 2008 Penyediaan air bersih oleh Pemerintah Daerah dipenuhi melalui pembangunan sarana MCK, sumur bor, sipas gravitasi dan sarana air bersih lainnya. Rumah tangga pengguna listrik di Kabupaten Lebak pada tahun 2009 sebanyak (69%) kepala keluarga dari jumlah total kepala keluarga. II - 43

44 Penataan Ruang Sumber daya kewilayahan harus dikelola secara bijaksana untuk mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu, ketersediaan rencana tata ruang yang aplikatif dan partisipatif memegang peranan penting dalam pemanfaatan ruang termasuk sebagai instrumen dalam perijinan dan pengembangan investasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai penganti Undang- Undang Nomor 24 tahun 1992 dan peraturan perundangan lainnya. Dalam melaksanakan amanat undang-undang dimaksud Kabupaten Lebak dengan luas wilayah ha atau 3044,72 KM² yang terdiri dari 28 kecamatan dengan 340 desa dan 5 kelurahan, telah melaksanakan penyusunan Rencana Tata Rang Wilayah Kabupaten yang dijabarkan kedalam rencana tata ruang kecamatan serta kawasan strategis. Sampai dengan tahun 2008 kecamatan yang telah memiliki rencana tata ruang sebanyak 10 kecamatan. Kecamatan yang telah memiliki rencana tata ruang yaitu Kecamatan Rangkasbitung, Warunggunung, Maja, Cimarga, Sajira, Malingping, Panggarangan, Bayah, Cibeber dan Cilograng. Sedangkan kecamatan yang belum memilki rencana tata ruang adalah Kecamatan Cibadak, Kalanganyar, Cikulur, Cipanas, Curugbitung, Lebakgedong, Bojongmanik, Muncang, Sobang, Leuwidamar, Gunungkencana, Cileles, Banjarsari, Wanasalam, Cijaku, Cigemblong, Cihara, dan Cirinten. Berdasarkan intensitas dan frekuensi yang terjadi saat ini, di Kabupaten Lebak bagian Utara mempunyai intensitas kegiatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian Tengah maupun Selatan. Oleh karena itu dengan didasari pertimbangan intensitas kegiatan, Kabupaten Lebak didalam pengembangan struktur pemanfaatan ruangannya terbagi dalam 2 (dua) Wilayah Pengembangan yaitu Wilayah Pengembangan Utama dan Wilayah Pengembangan Penunjang. Kedua wilayah ini bila ditinjau berdasarkan karakteristiknya terdiri dari 7 (tujuh) wilayah pengembangan. Pengembangan sistem perwilayahan sebagaimana tergambar pada tabel II - 44

45 Perwilayahan Pembangunan WP Utara WP Timur WP Barat WP Selatan Tabel 2.26 Sistem Perwilayahan Kabupaten Lebak Kecamatan Pusat Pertumbuhan Hirarki Fungsi Kawasan Rangkasbitung Kota Rangkasbitung I Pusat pemerintahan Kabupaten Maja Kota Maja I Terminal regional Caibadak Kota Cibadak II Pusat permukiman perkotaan Kalanganyar III Pusat pelayanan & jasa regional Warunggunung III Pusat pendidikan Cikulur III Pusat industri kecil Cimarga III Pusat perdagangan Curugbitung III Sajira III Cipanas Kota Cipanas II Pusat koleksi-distribusi hasil pertanian Leuwidamar Kota Leuwidamar II Industri kecil/home industri Muncang III Pengembangan permukiman kota terbatas Sobang III Pengembangan permukiman perdesaan tersebar Lebak Gedong III Pusat pengembangan pariwisata Cirinten III Konservasi hutan Bojongmanik III Gunung Kencana Cileles Banjarsari Kota Gunung Kencana II III III Pusat koleksi-distribusi hasil pertanian Industri kecil/home industri Pengembangan permukiman perdesaan Malingping Kota Malingping I Pusat pelayanan sosial ekonomi sub regional Bayah Kota Bayah I Sub terminal regional Panggarangan Kota Panggarangan II Pusat koleksi-distribusi hasil pertanian Cijaku III Industri kecil Wanasalam III Pariwisata Cibeber III Pusat pendaratan dan pelelangan ikan Cilograng III Pengolahan hasil laut Cigemblong III Pertambangan bersyarat Cihara III Sumber: BAPPEDA Kab. Lebak, RTRW Kab. Lebak Tahun II - 45

46 Sedangkan rencana pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Lebak dibagi menjadi 2 (dua) fungsi kawasan utama yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya (pertanian dan non pertanian), dimana luas dari masing-masing kawasan adalah Ha (kawasan lindung) dan Ha (kawasan budidaya). Lihat tabel 2.96 dan 2.97 mengenai rencana pemanfaatan ruang Kabupaten Lebak. Tabel 2.27 Rencana Pemanfaatan Ruang Kabupaten Lebak Rencana Pemanfaatan Ruang Luas (Ha) Persentase (Terhadap luas total Kab. Lebak Kawasan Lindung: ,98 - Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya ,32 - Kawasan perlindungan setempat ,70 - Kawasan suaka alam dan cagar budaya ,51 - Kawasan rawan bencana ,45 Kawasan Budidaya: ,01 - Pertanian ,67 - Non pertanian ,34 Sumber: BAPPEDA Kab. Lebak, RTRW Kab. Lebak Tahun Tabel 2.28 Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Budidaya Kabupaten Lebak Rencana Pemanfaatan Ruang Luas (Ha) Persentase (Terhadap luas total Kab. Lebak Kawasan Pertanian: ,66 - Pertanian lahan basah (Padi sawah, perikanan darat ,08 - Pertanian lahan kering (Tanaman pangan lahan kering, tanaman keras tahunan dan peternakan) ,58 Kawasan Non Pertanian: ,34 - Kawasan permukiman ,08 - Kawasan industri ,70 - Kawasan pariwisata ,36 Sumber: BAPPEDA Kab. Lebak, RTRW Kab. Lebak Tahun Sumber daya kewilayahan harus dikelola secara bijaksana untuk mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu, ketersediaan rencana tata ruang yang aplikatif dan partisipatif memegang peranan penting dalam pemanfaatan ruang termasuk sebagai instrumen dalam perijinan dan pengembangan investasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai penganti Undang- Undang Nomor 24 tahun 1992 dan peraturan perundangan lainnya. II - 46

47 Dalam melaksanakan amanat undang-undang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kabupaten Lebak dengan luas wilayah ha atau 3044,72 KM² yang terdiri dari 28 kecamatan dengan 340 desa dan 5 kelurahan, telah melaksanakan revisi penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. Selanjutnya secara berkelanjutan, RTRW Kabupaten Lebak terus dilengkapi dengan rencana tata ruang turunannya seperti Rencana Detail dan Rencana Umum Tata Ruang Kecamatan. Hal ini perlu dilakukan untuk terus melaksanakan kegiatan penataan ruang yang efektif, efisien, berwawasan lingkungan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Sampai dengan tahun 2008 kecamatan yang telah memiliki rencana tata ruang sebanyak 12 kecamatan atau 39,28 %. Berikut status Kecamatam-kecamatan yang sudah dan belum ada RUTR-nya : Tabel 2.29 Daftar Status Rencana Umum Tata Ruang Kecamatan di Wilayah Kabupaten Lebak No. Kecamatan Status Dokumen RUTR 1 Rangkasbitung Sudah diperdakan 2 Cipanas Sudah, belum di-perda-kan 3 Muncang Sudah, belum di-perda-kan 4 Banjarsari Sudah, belum di-perda-kan 5 Warunggunung Sudah, belum di-perda-kan 6 Sajira Sudah, belum di-perda-kan 7 Maja Sudah, belum di-perda-kan 8 Bayah Sudah, belum di-perda-kan 9 Cimarga Sudah, belum di-perda-kan 10 Panggarangan Sudah, belum di-perda-kan 11 Cilograng Sudah, belum di-perda-kan 12 Malingping Sudah, belum di-perda-kan 13 Cibeber Sudah, belum di-perda-kan 14 Cibadak Belum ada dokumen 15 Cikulur Belum ada dokumen 16 Leuwidamar Belum ada dokumen 17 Curugbitung Belum ada dokumen 18 Bojongmanik Belum ada dokumen 19 Sobang Belum ada dokumen 20 Gunungkencana Belum ada dokumen 21 Cimarga Belum ada dokumen 22 Kalang Anyar Belum ada dokumen 23 Cileles Belum ada dokumen 24 Lebakgedong Belum ada dokumen 25 Cigemblong Belum ada dokumen 26 Cijaku Belum ada dokumen 27 Cihara Belum ada dokumen 28 Wanasalam Belum ada dokumen II - 47

48 Sebelum berbicara jauh mengenai perencanaan tata ruang kabupaten Lebak, kita perlu mengenali terlebih dahulu Isu-isu strategis penyelenggaraan penataan ruang di Kabupaten Lebak. Adapun isu-isu tersebut diantaranya : 1. Wilayah kabupaten yang sangat luas dengan ketinggian bervariasi meliputi dataran rendah, pegunungan dan pantai ; 2. Penyebaran penduduk yang tidak merata dengan pertumbuhan yang relatif sedang; 3. Potensi sumber daya alam terutama pertambangan dan pariwisata yang cukup besar namun belum dimanfaatkan secara optimal ; 4. Prasarana wilayah yang masih kurang sehingga menyebabkan masih banyaknya desa tertinggal ; 5. Pengembangan prasarana wilayah : transportasi dan bendungan ; Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak, RTRW Kabupaten Lebak mempunyai tujuan mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Lebak yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, perlu menetapkan strategi dan kebijakan penataan ruang di Kabupaten Lebak. Strategi perencanaan tata ruang Kabupaten Lebak mengacu pada arahan struktur ruang wilayah nasional, provinsi Banten, pengaruh kawasan pantura Provinsi Banten dan Rencana Strategis Kabupaten Lebak. Arahan pemanfaatan ruang tersebut dituangkan kedalam perencanaan struktur dan pola ruang wilayah. Menurut arahan RTRW Nasional dan Provinsi Banten, Kabupaten Lebak bersama-sama dengan Kabupaten Pandeglang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) pada Wilayah Kerja Pembangunan 3 (WKP 3) yang mendukung Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Bojonegara-Merak-Cilegon (BMC) sebagai Kota Pelabuhan Nasional di Kota Cilegon. Adapun Perencanaan Pengembangan wilayah Kabupaten Lebak berdasarkan arahan tersebut diarahkan pada : 1. Sektor unggulan yang menujang wilayah ini adalah pertanian, pertambangan dan pariwisata. 2. Pusat-pusat utama di Kabupaten Lebak adalah Kota Rangkasbitung sebagai PKL dan Kota Maja sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi. II - 48

49 3. DAS Ciujung dan Ciberang sebagai elemen pendukung konservasi air bersih (menetapkan Kabupaten Lebak sebagai Kawasan Hijau) 4. Sistem jaringan transportasi utama adalah jaringan jalan raya (kolektor primer) Rangkasbitung Serang, Maja Cikande, Labuan Malingping Bayah dan Rangkasbitung/Maja Cipanas Jasinga. Selanjutnya berdasarkan nilai-nilai strategis yang dimiliki Provinsi Banten di wilayah Pantura (Cilegon, Serang Tangerang) dan kedekatan dengan Jakarta sebagai ibukota negara, Kabupaten Lebak diarahkan pada : 1. Peran Kawasan Pantura terhadap perkembangan Kabupaten Lebak, berdampak pada minat investasi swasta di Kecamatan Maja untuk mengembangkan dan membangun perumahan dan permukiman pada area sekitar ± Ha. 2. Dukungan sistem transportasi jaringan jalan raya yang cukup baik antara Rangkasbitung dan Serang, serta antara Kecamatan Maja dan Cikande di Kawasan Pantura. 3. Prasarana dan sarana lingkungan perkotaan di Kota Rangkasbitung dan Maja yang cukup memadai, maka kedua kota tersebut cenderung menjadi pusatpusat utama di Kabupaten Lebak yang berorientasi di Kawasan Pantura. A. Rencana Struktur Ruang Untuk mendukung arah pengembangan wilayah Kabupaten Lebak tersebut di atas, Pemerintah Kabupaten Lebak menerapkan konsep pengembangan tata ruangnya dengan menyusun perencanaan struktur dan pola ruang. Pengembangan suatu wilayah tentunya harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan spasial serta strategi pengembangan yang cukup baik. Hal ini dimaksudkan agar perkembangan yang terjadi kemudian tidak menimbulkan masalah terhadap ruang yang ada. Oleh karena itu dengan didasari oleh pertimbangan-pertimbangan di atas maka diharapkan bahwa perkembangan yang terjadi di wilayah Kabupaten Lebak dapat memberikan pelayanan yang seefektif mungkin ke seluruh bagian wilayah, sehingga tingkat kesenjangan dapat dikurangi melalui rangsangan penjalaran perkembangan wilayah secara merata. Berdasarkan intensitas dan frekwensi kegiatan yang terjadi saat ini serta kelengkapan infrastruktur wilayah, Kabupaten Lebak didalam pengembangan struktur ruangnya terbagi kedalam 2 (dua) Wilayah Pengembangan yaitu Wilayah Pengembangan Utama dan Wilayah Pengembangan Penunjang. II - 49

50 Wilayah Pengembangan Utama Wilayah Pengembangan Utama memiliki aglomerasi kegiatan perkotaan dengan peran sebagai pusat dan pendorong pertumbuhan wilayah lainnya, hal ini disebabkan karena kegiatan perekonomian yang ada di wilayah ini terkait dengan sistem perekonomian regional dan memiliki basic ekonomi (keunggulan komperatif) untuk membangkitkan perekonomian daerah tersebut beserta daerah sekitarnya. Wilayah ini memiliki fungsi sebagai penggerak utama roda perekonomian Kabupaten Lebak, dimana dengan fungsi tersebut diharapkan akan dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap perkembangan wilayah sekitarnya (trickle down effect). Selain itu dengan melihat faktor lokasi dan kelengkapan sarana maupun prasarananya telah menjadikan wilayah ini sebagai pusat koleksi dan distribusi bagi wilayah belakangnya serta menjadikan pintu gerbang interaksi bagi daerah lainnya. Wilayah Pengembangan Utama di Kabupaten Lebak terdiri dari 4 Wilayah Pengembangan sebagai berikut: 1. Wilayah Pengembangan Utama Rangkasbitung, yang meliputi Kecamatan Rangkasbitung, Kecamatan Kalanganyar dan Kecamatan Cibadak, dengan pusat pengembangan terletak di Kota Rangkasbitung. 2. Wilayah Pengembangan Utama Maja, meliputi Kecamatan Maja, Kecamatan Curugbitung dan Kecamatan Sajira dengan pusat pengembangan terletak di Kota Maja 3. Wilayah Pengembangan Utama Malingping, meliputi Kecamatan Malingping, dan Kecamatan Wanasalam, Kecamatan Cijaku dengan pusat pengembangan terletak di Kota Malingping. 4. Wilayah Pengembangan Utama Bayah, meliputi Kecamatan Bayah, Kecamatan Cibeber dan Kecamatan Cilograng dengan pusat pengembangan terletak di Kota Bayah. II - 50

51 Gambar 2.6 Peta Rencana Struktur Ruang di Kabupaten Lebak yang dibagi kedalam Wilayah Pengembangan Utama dan Wilayah Pengembangan Penunjang Wilayah Pengembangan Penunjang Wilayah Pengembangan Penunjang berperan sebagai daerah yang mendukung pertumbuhan wilayah utama, wilayah ini terletak di sebelah Tengah dan Selatan dari Kabupaten Lebak dengan dominasi kegiatan ekonomi sebagai pusat produksi pertanian, peternakan, perikanan, hutan dan pertambangan. Wilayah Pengembangan Penunjang di Kabupaten Lebak terdiri dari 5 (lima) Wilayah Pengembangan sebagai berikut: 1. Wilayah Pengembangan Penunjang Cimarga, yang meliputi Kecamatan Cimarga, Kecamatan Warunggunung dan Kecamatan Cikulur dengan pusat pengembangan berada di Kecamatan Cimarga 2. Wilayah Pengembangan Penunjang Cipanas, meliputi Kecamatan Cipanas, Kecamatan Sobang, Kecamatan Lebak Gedong dan Kecamatan Muncang dengan pusat pengembangan berada di Kota Cipanas. 3. Wilayah Pengembangan Penunjang Leuwidamar, meliputi Kecamatan Leuwidamar, Kecamatan Cirinten dan Kecamatan Bojongmanik dengan pusat pengembangan terletak di Kota Leuwidamar. 4. Wilayah Pengembangan Penunjang Gunung Kencana, meliputi Kecamatan Gunung Kencana, Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan Cileles II - 51

BAB V GAMBARAN UMUM. Secara visualisasi wilayah administrasi dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana gambar di bawah ini

BAB V GAMBARAN UMUM. Secara visualisasi wilayah administrasi dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana gambar di bawah ini 69 BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Lebak terletak antara 6º18-7º00 Lintang Selatan dan 105º25-106º30 Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha (3.044,72 Km²) yang terdiri

Lebih terperinci

Penataan Ruang Kabupaten Lebak

Penataan Ruang Kabupaten Lebak Penataan Ruang Kabupaten Lebak Sumber daya kewilayahan harus dikelola secara bijaksana untuk mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI OBJEKTIF MASYARAKAT DI LEBAK

BAB II KONDISI OBJEKTIF MASYARAKAT DI LEBAK BAB II KONDISI OBJEKTIF MASYARAKAT DI LEBAK A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Lebak 1. Kondisi Geografis Secara geografi Kabupaten Lebak, terletak pada posisi 105º25' -106º30' Bujur Timur dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak 4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Banten. Kabupaten Lebak beribukota di Rangkasbitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

KESIAPAN PELAYANAN KESEHATAN ARUS MUDIK IDUL FITRI 1436 H / 2015

KESIAPAN PELAYANAN KESEHATAN ARUS MUDIK IDUL FITRI 1436 H / 2015 KESIAPAN PELAYANAN KESEHATAN ARUS MUDIK IDUL FITRI 1436 H / 2015 DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBAK JL. MULTATULI NO. 5 RANGKASBITUNG TLP. 0252-201312 FAX. 0252-201024 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. bahwa untuk menyesuaikan program

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK RENCANA KERJA DAERAH TAHUN 2016 PEMBANGUNAN

PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK RENCANA KERJA DAERAH TAHUN 2016 PEMBANGUNAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2016 BADAN PERENCANAANPEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LEBAK 2015 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR : 8 TAHUN 2015 TENTANG : TENTANG

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi Kabupaten Lebak secara geografis terletak

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis 43 KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Geografis Provinsi Banten dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Banten. Wilayah Provinsi Banten berasal dari sebagian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi Kabupaten Lebak secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

VISI PAPUA TAHUN

VISI PAPUA TAHUN ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2013-2018 ototus Oleh : DR.Drs. MUHAMMAD MUSAAD, M.Si KEPALA BAPPEDA PROVINSI PAPUA Jayapura, 11 Maret 2014 VISI PAPUA TAHUN 2013-2018 PAPUA BANGKIT PRINSIP

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang 2.1. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang cukup

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lebak, Maret 2015 BUPATI LEBAK. Hj. ITI OCTAVIA JAYABAYA, SE, MM

KATA PENGANTAR. Lebak, Maret 2015 BUPATI LEBAK. Hj. ITI OCTAVIA JAYABAYA, SE, MM iv KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga Pemerintah Kabupaten Lebak dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK TAHUN ANGGARAN 2016 DPPA - SKPD 2.

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK TAHUN ANGGARAN 2016 DPPA - SKPD 2. DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK TAHUN ANGGARAN 06 Formulir DPPA - SKPD. Urusan Pemerintahan Organisasi :.0. - PERTANIAN :.0.0. - DINAS PERTANIAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lebak Tahun 2014-2034 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan rahmat-nya

Lebih terperinci

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016 Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografi dan Iklim Kota Madiun Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Madiun Kota Madiun berada di antara 7 o -8 o Lintang Selatan dan 111 o -112 o Bujur Timur. Kota Madiun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Lebak 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Lebak 2013 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik 2.1.1 Kondisi Geografis Secara geografi Kabupaten Lebak, terletak pada posisi 105º25' -106º30' Bujur Timur dan 6º18' - 7º00'

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH Evaluasipelaksanaan RKPD tahun lalu menguraikan tentang hasil evaluasi RKPD tahun lalu dengan memperhatikan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KABUPATEN LEBAK 2015

STATISTIK DAERAH KABUPATEN LEBAK 2015 Katalog BPS : 1101002.3602 STATISTIK DAERAH KABUPATEN LEBAK 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN LEBAK STATISTIK DAERAH KABUPATEN LEBAK 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN LEBAK STATISTIK DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Batu tahun 2015 merupakan pemfokusan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batu pada tahun 2015. Pemfokusan berpedoman

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR Bab ini terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama akan menjelaskan mengenai gambaran umum Kabupaten Kuningan dan bagian

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

19 Oktober Ema Umilia

19 Oktober Ema Umilia 19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN Bab sebelumnya telah memaparkan konsep pembangunan wilayah berkelanjutan dan indikator-indikatornya sebagai landasan teoritis sekaligus instrumen dalam

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada 4.1. Profil Wilayah BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 49 29 Lintang Selatan dan 6 0 50 44

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Tabel IX-1 Indikator Kinerja Daerah Menurut Sasaran Strategis SASARAN INDIKATOR KINERJA Misi satu : Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang melalui peningkatkan

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci