PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN"

Transkripsi

1 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN

2 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lebak Tahun KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan rahmat-nya kami dapat menyelesaikan Materi Teknis Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lebak Tahun Materi Teknis ini berisikan tentang latar belakang penyusunan, tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan wilayah, rencana struktur tata ruang wilayah Kabupaten Lebak, rencana pola ruang wilayah, penetapan kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang wilayah, ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah, serta peran serta masyarakat dalam penataan ruang. Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak Tahun ini Tim Penyusun telah banyak mendapatkan masukan dari berbagai pihak yang berkompeten demi kesempurnaan buku laporan ini, untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya. Rangkasbitung, Januari 2014 Penyusun i M A T E R I T E K N I S

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI...ii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR...x BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG TUJUAN DAN SASARAN RUANG LINGKUP Ruang Lingkup Wilayah Ruang Lingkup Materi/Substansi Ruang Lingkup Waktu DASAR HUKUM PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN LEBAK PROFIL WILAYAH KABUPATEN LEBAK Sejarah Pembentukan Kabupaten Lebak Kondisi Geografis dan Administratif Kondisi Fisik Dasar Kabupaten Lebak Kependudukan dan Sumberdaya Manusia Potensi Sumberdaya Alam Kondisi Perekonomian ISU STRATEGIS KABUPATEN LEBAK SISTEMATIKA LAPORAN BAB 2 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH ii M A T E R I T E K N I S

4 BAB 3 RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH 3.1. RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PUSAT PELAYANAN Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan Rencana Pengembangan Sistem Perdesaan RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN PRASARANA WILAYAH KABUPATEN Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Utama Sistem Jaringan Transportasi Darat Sistem Jaringan Perkeretaapian Sistem Jaringan Transportasi Laut Sistem Jaringan Transportasi Udara Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Lainnya Sistem Jaringan Energi Sistem Jaringan Telekomunikasi Sistem Jaringan Sumberdaya Air Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah Lainnya Sistem Pengelolaan Prasarana Persampahan Sistem Pengelolaan Prasarana Pengolahan Limbah Sistem Pengelolaan Prasarana Drainase Pengembangan Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana Rencana Pengembangan Sarana Wilayah Rencana Pengembangan Sarana Permukiman Rencana Pengembangan Sarana Kesehatan Rencana Pengembangan Sarana Pendidikan Rencana Pengembangan Sarana Peribadatan Rencana Pengembangan Sarana Olah Raga dan Rekreasi Rencana Pengembangan Sarana Sosial Budaya BAB 4 RENCANA POLA RUANG WILAYAH 4.1. RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG Kawasan Hutan Lindung Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Kawasan Rawan Bencana Alam Kawasan Lindung Geologi iii M A T E R I T E K N I S

5 4.2. RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Kawasan Peruntukan Pertanian Pangan Kawasan Peruntukan Perkebunan Kawasan Peruntukan Pertambangan Kawasan Peruntukan Industri Kawasan Peruntukan Pariwisata Kawasan Peruntukan Permukiman Kawasan Peruntukan Perikanan BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS 5.1. KAWASAN STRATEGIS PROVINSI DI KABUPATEN LEBAK KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN LEBAK Kawasan Strategis Kabupaten Lebak dari Sudut Kepentingan Pertahanan dan Kemanan Kawasan Strategis Kabupaten Lebak dari Sudut Kepentingan Ekonomi Kawasan Strategis Kabupaten Lebak dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya Kawasan Strategis Kabupaten Lebak dari Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tinggi Kawasan Strategis Kabupaten Lebak dari Sudut Kepentingan Daya Dukung Lingkungan BAB 6 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH 6.1. USULAN PROGRAM UTAMA Perwujudan Rencana Struktur Ruang Kabupaten Perwujudan Rencana Pola Ruang Kabupaten SUMBER PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA WAKTU PELAKSANAAN iv M A T E R I T E K N I S

6 BAB 7 ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG 7.1. KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI RENCANA Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kabupaten Pada Kawasan Lindung Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya Ketentuan Umum Peraturan Zonasi KAwasan Sekitar Sistem Nasional, Provinsi dan Kabupaten PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG Kerangka Pengendalian yang Berkelanjutan Instrumen dan Tata Cara Pengendalian Institusi Pengendalian Kategori Pemanfaatan Ruang dan Kebijaksanaanya Peringkat Pengaruh Geografis Kebijaksanaan KETENTUAN PERIZINAN Arahan Perizinan Mekanisme Perizinan Kelembagaan Perizinan KETENTUAN INSENTIF DAN DISINSENTIF ARAHAN PENGENAAN SANKSI KELEMBAGAAN BAB 8 PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG 8.1. STRATEGI PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM KONTEKS PENATAAN RUANG ARAHAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG WILAYAH v M A T E R I T E K N I S

7 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Luas Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan Tabel 1.2. Pembagian Daerah Administratif Kabupaten Tabel 1.3. Ketinggian Wilayah Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan Tabel 1.4. Kelerengan Wilayah Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan Tabel 1.5. Morfologi Wilayah Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan Tabel 1.6. Jenis Tanah Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan Tabel 1.7. Hidrologi Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan Tabel 1.8. Curah Hujan Wilayah Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan Tabel 1.9. Penggunaan Lahan Wilayah Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan Tabel Rawan Bencana Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan Tabel Jumlah Penduduk di Kabupaten Lebak Tahun Tabel Laju Penduduk di Kabupaten Lebak Tahun Tabel Distribusi Penduduk di Kabupaten Lebak Tahun Tabel Kepadatan Penduduk di Kabupaten Lebak Tahun Tabel Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Lebak Tahun Tabel Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Lebak Tahun Tabel Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten Lebak Tahun Tabel Luas Panen dan Produksi Sayur-Sayuran di Kabupaten Lebak Tahun Tabel Jumlah Panen dan Produksi Buah-Buahan di Kabupaten Lebak Tahun Tabel Produksi Perikanan darat dan Laut di Kabupaten Lebak Tahun Tabel Produksi dan Nilai Produksi Perikanan laut yang dilelang di TPI di Kabupaten Lebak Tabel Jumlah Nelayan Menurut TPI di Kabupaten Lebak Tahun Tabel Populasi Ternak di Kabupaten Lebak Tahun Tabel Luas Area Perkebunan di Kabupaten Lebak Tahun Tabel Luas dan Produksi Perkebunan Rakyat di Kabupaten Lebak Tahun Tabel Luas Area Perkebunan Negara di Kabupaten Lebak Tahun Tabel Luas Area Perkebunan Swasta di Kabupaten Lebak Tahun Tabel Kawasan Hutan Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan Tabel Produksi Komoditi Hutan Rakyat di Kabupaten Lebak Tahun Tabel Produksi Komoditi Hutan Negara di Kabupaten Lebak Tahun Tabel Sebaran Bahan Galian di Kabupaten Lebak Tabel Produksi Bahan Galian C dan A di Kabupaten Lebak Tahun Tabel Produksi Bahan Galian B di Kabupaten Lebak Tahun vi M A T E R I T E K N I S

8 Tabel Sebaran Objek Wisata di Kabupaten Lebak Tabel Jumlah Wisatawan Lokal dan Mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Lebak Tahun Tabel Laju Pertumbuhan Kabupaten Lebak Tahun Atas Harga Kostan Tahun 2000 (%) Tabel PDRB Kecamatan-Kecamatan Di kabupaten Lebak Tahun Atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku (Juta Rupiah) Tabel Distribusi PDRB Kabupaten Lebak Atas Harga Konstan Tahun 2000 (%) Tabel 3.1. Kriteria Fungsi Sistem Pusat Kegiatan di Wilayah Kabupaten Lebak Tabel 3.2. Rencana Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan di Kabupaten Lebak Tabel 3.3. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Nasional di Kabupaten Lebak Tahun Tabel 3.4. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Provinsi di Kabupaten Lebak Tahun Tabel 3.5. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Kabupaten di Kabupaten Lebak Tahun Tabel 3.6. Rencana Pengembangan Sistem Terminal di Kabupaten Lebak Tabel 3.7. Situ/Waduk/Embung di Kabupaten Lebak Tabel 3.8. Luas Irigasi Menurut Kecamatan di Kabupaten Lebak Tahun Tabel 4.1. Rencana Pola Ruang Kabupaten Lebak Tahun Tabel 4.2. Rencana Kawasan Lindung Kabupaten Lebak Tahun Tabel 4.3. Renacan Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Lebak Tahun Tabel 4.4. Rencana Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya Kabupaten Lebak Tahun Tabel 4.5. Rencana Kawasan Perlindungan Setempat Kabupaten Lebak Tahun Tabel 4.6. Rencana Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Kabupaten Lebak Tahun Tabel 4.7. Rencana Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Lebak Tahun Tabel 4.8. Rencana Kawasan Lindung Geologi Kabupaten Lebak Tahun Tabel 4.9. Rencana Kawasan Budidaya Kabupaten Lebak Tahun Tabel Rencana Kawasan Hutan Produksi Kabupaten Lebak Tahun Tabel Rencana Kawasan Pertanian Kabupaten Lebak Tahun Tabel Rencana Kawasan Perkebunan Kabupaten Lebak Tahun Tabel Rencana Kawasan Pertambangan Kabupaten Lebak Tahun Tabel Rencana Kawasan Peruntukan Industri Kabupaten Lebak Tahun Tabel Sebaran Objek Wisata di Kabupaten Lebak Tabel Rencana Kawasan Permukiman Kabupaten Lebak Tahun Tabel 5.1. Penetapan Kawasan Strategis di Kabupaten Lebak vii M A T E R I T E K N I S

9 Tabel 6.1. Indikasi Program Kabupaten Lebak Tahun Tabel 7.1. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Wilayah Kabupaten Lebak Tabel 7.2. Instrumen Pengendalian Tabel 7.3. Institusi Pengendalian Pemanfaatan Ruang Tabel 7.4. Insentif dan Disinsentif Pemanfaatan Ruang viii M A T E R I T E K N I S

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Peta Orientasi Wilayah Kabupaten Lebak Gambar 1.2. Peta Orientasi Wilayah Kabupaten Lebak Gambar 1.3. Peta Geologi Kabupaten Lebak Gambar 1.4. Peta Topografi (Ketinggian Wilayah) Lebak Gambar 1.5. Peta Kelerengan Lebak Gambar 1.6. Peta Morfologi Kabupaten Lebak Gambar 1.7. Peta Jenis Tanah Kabupaten Lebak Gambar 1.8. Peta Geologi Kabupaten Lebak Gambar 1.9. Peta Hidrologi Kabupaten Lebak Gambar Peta Curah Hujan Kabupaten Lebak Gambar Peta Rawan Bencana Kabupaten Lebak Gambar Grafik Jumlah Penduduk di Kabupaten Lebak Tahun Gambar Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Lebak Gambar Grafik Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Lebak Tahun Gambar Grafik Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Lebak Tahun Gambar Penduduk Usia 10 tahun Keatas Yang Berkerja menurut Jenis Pekerjaan Gambar Beberapa Kawasan Pertanian di Kabupaten Lebak Gambar Kondisi TPI Binuangeun dan TPI Bayah Kabupaten Lebak Gambar Perkebunan Kelapa Sawit Kabupaten Lebak Gambar Kondisi Pantai Sawarna di Kecamatan Gambar Grafik Pendapatn Perkapita Kabupaten Lebak Tahun Gambar Kondisi Jalur Kereta Double Track Yang Sedang Dalam Konstruksi Gambar Kondisi Eksisting Rumah Tinggal di Kecamatan Maja Gambar 3.1. Peta Rencana Sistem Pusat Kegiatan Kabupaten Lebak Tahun Gambar 3.2. Peta Rencana Sistem Jaringan Transportasi Kabupaten Lebak Tahun Gambar 3.3. Peta Rencana Sistem Jaringan Energi Kabupaten Lebak Tahun Gambar 3.4. Peta Rencana Sistem Telekomunikasi Kabupaten Lebak Tahun Gambar 3.5. Peta Rencana Sistem Jaringan Sumberdaya Air Kabupaten Lebak Tahun Gambar 3.6. Peta Rencana Sistem Persampahan Kabupaten Lebak Tahun Gambar 3.7. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Lebak Tahun Gambar 4.1. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Lebak Tahun ix M A T E R I T E K N I S

11 Gambar 4.2. Peta Rencana Kawasan Lindung Kabupaten Lebak Tahun Gambar 4.3. Peta Rencana Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Lebak Tahun Gambar 4.4. Peta Rencana Perlindungan Terhadap Kawasan Dibawahnya Kabupaten Lebak Tahun Gambar 4.5. Peta Rencana Kawasan Perlindungan Setempat Kabupaten Lebak Tahun Gambar 4.6. Peta Rencana Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Kabupaten Lebak Tahun Gambar 4.7. Peta Rencana Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Lebak Tahun Gambar 4.8. Peta Rencana Kawasan Lindung Geologi Kabupaten Lebak Tahun Gambar 4.9. Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Kabupaten Lebak Tahun Gambar Peta Rencana Kawasan Hutan Produksi Kabupaten Lebak Tahun Gambar Peta Rencana Kawasan Pertanian Kabupaten Lebak Tahun Gambar Peta Rencana Kawasan Perkebunan Kabupaten Lebak Tahun Gambar Peta Rencana Kawasan Pertambangan Kabupaten Lebak Tahun Gambar Peta Rencana Kawasan Industri Kabupaten Lebak Tahun Gambar Peta Rencana Kawasan Pariwisata Kabupaten Lebak Tahun Gambar Peta Rencana Kawasan Permukiman Kabupaten Lebak Tahun Gambar Peta Rencana Kawasan Perikanan Kabupaten Lebak Tahun Gambar 5.1. Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Lebak Gambar 7.1. Kedudukan Peraturan Zonasi Dalam Penataan Ruang Gambar 7.2. Pemantauan dan Pengendalian Penataan Ruang x M A T E R I T E K N I S

12 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lebak Tahun Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang sebagai sumber daya pada dasarnya tidak mengenal batas wilayah, namun untuk mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan serta sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang nyata, luas dan bertanggung jawab penataan ruang menuntut kejelasan pendekatan dalam proses perencanaannya untuk menjaga keselarasan, keserasian, keseimbangan dan keterpaduan antar daerah, antara pusat dan daerah, antar sektor dan antar pemangku kepentingan. Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007 makasaat ini perlu dilakukan penyusunan RTRW Kabupaten Lebak sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang tersebut. Wilayah kabupaten pada hakekatnya adalah pusat kegiatan ekonomi yang berfungsi mewujudkan efektivitas dan efisiensi pemanfaatan ruang sebagai tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial budaya. Dengan demikian wilayah kabupaten perlu dikelola secara optimal melalui suatu proses penataan ruang. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten adalah rencana pemanfaatan ruang yang disusun untuk menjaga keserasian pembangunan wilayah dan sektor dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang ada dalam wilayah kabupaten. Sesuai dengan Undang Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih besar dalam pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan sumber daya yang tersedia di wilayah dengan tetap memelihara dan menjaga keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan yang berlaku termasuk juga didalamnya terdapat unsur perencanaan, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Sedangkan wewenang Pemerintah Pusat adalah dalam hal pengaturan penataan ruang dan 1-1 M A T E R I T E K N I S

13 berperan dalam memfasilitasi dan melakukan bentuk pengawasan dan pengendalian tata ruang dalam skala nasional. Penataan ruang wilayah Kabupaten Lebak dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Pelaksanaan tata ruang wilayah di kabupaten Lebak selama ini mengacu kepada Perda No 17 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lebak. Materi teknis RTRW Kabupaten Lebak tersebut disusun sebelum Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan peraturan turunannya terbit. Sehingga ketentuan-ketentuan terbaru terkait penataan ruang belum diakomodir didalam RTRW Kabupaten Lebak Tahun Selain itu, perkembangan wilayah Kabupaten Lebak juga dipengaruhi oleh faktor internal. Kabupaten Lebak mengalami perkembangan penduduk yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun , laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Lebak sekitar 1,58 %, dimana pada tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten Lebak berjumlah jiwa dan bertambah menjadi jiwa di tahun Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka dapat dibayangkan akan semakin bertambah pula tingkat kebutuhan akan sarana dan prasarana pendukungnya. Selain itu, ada beberapa perkembangan fisik yang terjadi seperti rencana pembangunan Waduk Karian meliputi Kecamatan Sajira, Maja, Rangkasbitung dan Cimarga, pembangunan dan pengembangan kawasan industri pertambangan di wilayah Selatan, pembangunan jalan lingkar, rencana pembangunan jalan bebas hambatan kragilan panimbanang yang melalui wilayah kabupaten Lebak sebagai penunjang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Panimbang dan rencana pembangunan jalan kereta api jalur ganda Tanah Abang-Rangkasbitung Dengan adanya hal tersebut, maka akan berpengaruh terhadap rencana tata ruang yang telah disusun sebelumnya dimana pembangunan tata ruang Kabupaten Lebak dilaksanakan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah No 17 Tahun Dengan terbitnya Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan ditindaklanjuti dengan peraturan pelaksanaannya, maka Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lebak sebelumnya tidak dapat dipakai lagi sebagai acuan dalam pembangunan ruang di Kabupaten Lebak. Adanya perubahan perubahan yang terjadi seperti digambarkan diatas mengakibatkan perlunya suatu peninjauan kembali terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lebak yang telah ada. Disisi lain, perkembangan di 1-2 M A T E R I T E K N I S

14 bidang penataan ruang ikut pula menjadi pendorong terhadap perlunya peninjauan kembali tata ruang tersebut. Kajian ulang ini dimaksudkan untuk mencari dan mengkaji sejauh mana penyimpangan yang telah terjadi sejak perencanaan tersebut ada untuk kemudian merumuskan kebijakan yang lebih sesuai dengan perkembangan dan perubahan kebutuhan dan keinginan Kabupaten Lebak di masa yang akan datang. Hai ni juga diperjelas dalam Permen PU Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten yang menyatakan bahwa RTRW dapat ditinjau ulang dan disusun kembali apabila terdapat perubahan eksternal yang cukup besar pengaruhnya pada RTRW sebelumnya. Oleh karena itu perlu disesuaikan kembali RTRW Kabupaten Lebak agar sesuai dengan ketetapan dan peraturan baru yang berlaku. Penyusunan RTRW Kabupaten Lebak dilakukan sebelum terbitnya pedoman penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten sehingga beberapa muatan rencana belum sesuai dengan ketentuan pada pedoman tersebut. Oleh karena itu, pada tahun 2013 ini dilakukan pemantapan kembali Materi Teknis RTRW Kabupaten Lebak beserta Rancangan Perda RTRW Kabupaten Lebak untuk dapat dilanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu persiapan legalisasi RTRW Kabupaten Lebak TUJUAN DAN SASARAN Sedangkan tujuannya adalah mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Lebak yang menjadi kesepakatan bersama seluruh stakeholder daerah untuk mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan RTRW Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut: 1. Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program pembangunan di wilayah Kabupaten Lebak. 2. Tersusunnya kebijakan pemanfaatan pola ruang sejalan dengan penetapan kebijakan RTRW Propinsi Banten. 3. Tersusunnya Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak dengan memperhatikan Kebijakan Penataan Ruang Nasional, Regional Pulau Jawa, Propinsi Banten, Kabupaten/Kota yang berbatasan langsung dengan Wilayah Kabupaten Lebak. 1-3 M A T E R I T E K N I S

15 1.3. RUANG LINGKUP Ruang Lingkup Wilayah Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak dilakukan di seluruh wilayah Kabupaten Lebak dengan luas wilayah ,18 Ha yang mencakup 28 kecamatan dan 345 Desa/Kelurahan. Dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Barat Sebelah Selatan : Kabupaten Serang dan Tangerang : Kabupaten Bogor dan Sukabumi : Kabupaten Pandeglang : Samudra Hindia Ruang Lingkup Materi/Substansi Lingkup substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak ini tidak terlepas dari pengaturan yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun , serta dalam penyusunnanya lingkup substansi RTRW Kabupaten Lebak tahun mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, Memuat : - Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten - Rencana struktur ruang wilayah kabupaten - Rencana pola ruang wilayah kabupaten - Penetapan kawasan strategis wilayah kabupaten - Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten - Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten Ruang Lingkup Waktu Dimensi waktu perencanaan mencakup 20 tahun yang akan datang dari tahun 2014 sampai dengan tahun M A T E R I T E K N I S

16 1.4. DASAR HUKUM PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN LEBAK Ketentutan substansi materi teknis dalam penyusunan RTRWKabupaten Lebak adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang PeraturanDasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya AlamHayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda CagarBudaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470); 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888); 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber DayaAir (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 134 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3477); 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411); 1-5 M A T E R I T E K N I S

17 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433); 12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 444); 14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739); 18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746 ); 19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 1-6 M A T E R I T E K N I S

18 20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851); 21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959); 23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025); 25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 26. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 27. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5214), 28. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 tentangkawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3776); 29. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk RTRW (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3034); 1-7 M A T E R I T E K N I S

19 30. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3952); 31. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2004 Tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452); 32. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentangpengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490); 33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 34. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624); 35. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655); 36. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang TataHutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696); 37. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentangpembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan DaerahProvinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 38. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 1-8 M A T E R I T E K N I S

20 39. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160); 40. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103), 41. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentangpengelolaan Kawasan Lindung; 42. Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan Budidaya; 43. Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah; 44. Perda Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun ; 45. Perda Kabupaten Lebak Nomor 17 tahun 2008 tentang RTRW Kabupaten Lebak; 1.5. PROFIL WILAYAH KABUPATEN LEBAK Sejarah Pembentukan Kabupaten Lebak Berdasarkan sejarah pembentukannya, eksistensi Kabupaten Lebak telah diakui sejak zaman Kesultanan Banten yang selanjutnya diatur dalam Staatsblad Nomor 81 Tahun 1828 yang merupakan titik awal pembentukan 3 (tiga) kabupaten di wilayah bekas kesultanan Banten. Jauh sebelum itu, pembagian wilayah Kesultanan Banten Pada tanggal 19 Maret 1813 dibagi 4 wilayah yaitu : Wilayah Banten Lor WilayahBanten Kulon WilayahBanten Tengah WilayahBanten Kidul Kemudian pada tahun 1828, Berdasarkan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Nomor 1, Staatsblad Nomor 81, Wilayah Keresidenan Banten dibagi menjadi 3 (tiga) Kabupaten yaitu Kabupaten Serang, Kabupaten Caringin dan 1-9 M A T E R I T E K N I S

21 Kabupaten Lebak. Wilayah Kabupaten Lebak memiliki batas-batas yang meliputi District dan Onderdistrict yaitu : a. District Sajira, yang terdiri dari Onderdistrict Ciangsa, Somang dan Onderdistrict Sajira b. District Lebak Parahiang, yang terdiri dari Onderdistrict Koncang dan Lebak Parahiang c. District Parungkujang, yang terdiri dari Onderdistrict Parungkujang dan Kosek d. District Madhoor (Madur) yang terdiri dari Onderdisrict Binuangeun, Sawarna dan Onderdistrict Madhoor (Madur). Pada saat itu, Ibukota Kabupaten Lebak berada di Warunggunung yang kemudian dipindahkan ke Rangkasbitung berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda nomor 15 tanggal 17 Januari Pelaksanaan pemindahannya secara resmi baru dilaksanakan pada tanggal 31 Maret Perubahan Wilayah Kabupaten Lebak yang pada tahun 1828 memiliki District, dengan terbitnya Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 29 Oktober 1828, Staatsblad nomor 266 tahun 1828, diubah menjadi : a. District Rangkasbitung, meliputi Onderdistrict Rangkasbitung, Kolelet Wetan, Warunggunung dan Onderdistrict Cikulur. b. District Lebak, meliput Onderdistrict Lebak, Muncang, Cilaki dan Cikeuyeup. c. District Sajira meliputi Onderdistrict Sajira, Saijah, Candi dan Maja. d. District Parungkujang, meliputi Onderdistrict Parungkujang, Kumpay, Cileles dan Bojongmanik. e. District Cilangkahan, meliputi Onderdistrict Cilangkahan, Cipalabuh, Cihara dan Bayah. Tanggal 14 Agustus 1925 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Staatsblad nomor 381 tahun 1925 Kabupaten Lebak menjadi daerah Pemerintahan yang berdiri sendiri dengan wilayah meliputi District Parungkujang, Rangkasbitung, Lebak dan Cilangkahan M A T E R I T E K N I S

22 Berdasarkan rangkaian sejarah tersebut telah ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Lebak adalah tanggal 2 Desember 1828 berdasarkan Keputusan DPRD Kabupaten Lebak Nomor14/172.2/DII/SK/X/1986. Hingga saat ini, Kabupaten Lebak telah dipimpinoleh 24 (dua puluh empat) Kepala Daerah. Selama periode , Kabupaten Lebak dipimpin oleh bupati ke- 25.Dalam perkembangan selanjutnya sebagaimana Staatsblad Nomor226 Tahun 1882, Staatsblad Nomor 381 Tahun 1925 dan Undang-undangNomor 14 Tahun 1950 tentang pembentukan daerah-daerah kabupaten dalam lingkup Propinsi Jawa Barat, dinyatakan merupakan Wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana adanya saat ini. Ketika Provinsi Banten menjadi provinsi tersendiri terpisah dari Provinsi Jawa Barat sebagai provinsi induk, keberadaan Kabupaten Lebak ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Propinsi Banten. Berkenaan dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 23Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten, maka Wilayah Kabupaten Lebak yang semula masuk dalam wilayah Propinsi Jawa Barat menjadi salah satu Kabupaten yang masuk ke dalam wilayah Propinsi Banten Kondisi Geografis dan Administratif Secara geografi Kabupaten Lebak, terletak pada posisi 105º25' -106º30' Bujur Timur dan 6º18' - 7º00' Lintang Selatan. Kabupaten Lebak memiliki luas wilayah ,18 Ha. Sedangkan luas wilayah laut yang menjadi kewenangan Kabupaten Lebak yaitu 73,3 Km² dengan panjang pantai sekitar 91,42 Km². Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Serang dan Tangerang Sebelah Timur : Kabupaten Bogor dan Sukabumi Sebelah Barat : Kabupaten Pandeglang Sebelah Selatan : Samudera Hindia Secara administratif, pada tahun 2010 Kabupaten Lebak terdiri dari 28 kecamatan, 5 kelurahan dan 340 desa. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Cibeber yaitu ,41 Ha (12,13 persen) diikuti oleh Kecamatan Cimarga ,65 Ha (5,67 persen), Kecamatan 1-11 M A T E R I T E K N I S

23 Panggarangan ,51 Ha (5,36 persen), Kecamatan Banjarsari ,5 Ha (4,83 persen) dan Kecamatan Cileles ,76 Ha (4,64 persen). Sedangkan untuk kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Kalanganyar yaitu 2.859,34 Ha atau hanya 0,87 % dari luas Kabupaten Lebak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1.1 Luas Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Persentase Terhadap Wilayah (%) 1 Banjarsari ,50 4,83 2 Bayah 14,.377,21 4,35 3 Bojongmanik 9.591,83 2,90 4 Cibadak 3.632,71 1,10 5 Cibeber ,41 12,13 6 Cigemblong ,93 4,63 7 Cihara ,86 3,77 8 Cijaku ,42 3,47 9 Cikulur 6.182,97 1,87 10 Cileles ,76 4,64 11 Cilograng 9.601,71 2,91 12 Cimarga ,65 5,67 13 Cipanas 6.525,30 1,97 14 Cirinten ,92 3,71 15 Curugbitung 9.317,33 2,82 16 Gunung Kencana ,50 4,18 17 Kalanganyar 2.859,34 0,87 18 Lebak Gedong 9.159,98 2,77 19 Leuwidamar ,09 4,33 20 Maja 7.817,14 2,37 21 Malingping ,47 3,09 22 Muncang 8.695,38 2,63 23 Panggarangan ,51 5,36 24 Rangkasbitung 7.309,70 2,21 25 Sajira ,64 3,17 26 Sobang ,34 3,37 27 Wanasalam ,02 3,45 28 Warunggunung 4.736,53 1,43 Kabupaten Lebak , Sumber : Peta Rupa Bumi Bakosurtanal Tahun M A T E R I T E K N I S

24 Tabel 1.2 Pembagian Daerah Administrasi Kabupaten LebakTahun 2010 No Kecamatan Ibukota Kecamatan Jumlah Desa Kelurahan 1 Malingping Malimping Selatan 14-2 Wanasalam Bejod 13-3 Panggarangan Situregen 11-4 Cihara Cihara 9-5 Bayah Bayah Barat 11-6 Cilograng Gunung Batu 10-7 Cibeber Warung Banten 22-8 Cijaku Cijaku 10-9 Cigemblong Cigemblong 9-10 Banjarsari Cidahu Cileles Cikareo Gunung Kencana Gunung Kencana Bojongmanik Bojongmanik 9-14 Cirinten Cirinten Leuwidamar Lebak Parahiang Muncang Muncang Sobang Sinarjaya Cipanas Sipayung Lebak Gedong Banjarsari 6-20 Sajira Sajira Cimarga Margajaya Cikulur Curugpanjang Warunggunung Selaraja Cibadak Pasarkeong Rangkasbitung Muara Ciujung Timur Kalanganyar Pasir Kupa 7-27 Maja Maja Curugbitung Curugbitung 10 - Kabupaten Lebak Sumber :Lebak Dalam Angka Tahun M A T E R I T E K N I S

25 Gambar 1.1 Peta Orientasi Wilayah Kabupaten Lebak 1-14 M A T E R I T E K N I S

26 Gambar 1.2 Peta Administrasi Kabupaten Lebak 1-15 M A T E R I T E K N I S

27 Kondisi Fisik Dasar Kabupaten Lebak A. Topografi Kabupaten Lebak mempunyai keadaan topografi yang cukup bervariasi, mulai dari dataran tinggi hingga dataran yang relatif rendah di bagian utara dan selatan, dengan ketinggian berkisar antara 100 meter hingga di atas meter dari permukaan laut. Daerah dengan ketinggian antara 100 sampai 500 meter diatas permukaan laut meliputi sekitar 80 %, kawasan yang berada pada ketinggian 500 sampai meter meliputi 16 % dan kawasan yang berada pada ketinggian lebih dari meter sekitar 4 % dari luas keseluruhan Kabupaten Lebak. Ketinggian wilayah di Kabupaten Lebak dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelas ketinggian, yaitu: 1. Ketinggian antara meter diatas permukaan air laut; tersebar di Kecamatan Banjarsari, Bayah, Bojongmanik, Cibadak, Cibeber, Cigemblong, Cihara, Cijaku, Cikulur, Cileles, Cilograng, Cimarga, Cipanas, Cirinten, Curugbitung, Gunungkencana, Kalanganyar, Lebakgedong, Malingping, Muncang, Panggarangan, Rangkasbitung, Maja, Wanasalam, Warunggunung, Kalanganyar. 2. Ketinggian antara meter diatas permukaan air laut; tersebar di sebagian Kecamatan Bayah, Bojongmanik, Cibeber, Cigemblong, Cijaku, Cileles, Cilograng, Cipanas, Cirinten, Gunungkencana, Lebakgedong, Leuwidamar, Panggarangan, Muncang, Sajira dan Sobang. 3. Ketinggian lebih dari meter diatas permukaan air laut. Tersebar di sebagian kecil Kecamatan Cibeber, Cipanas, Lebakgedong, Muncang dan Sobang. Keadaan topografi Kabupaten Lebak berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada Tabel M A T E R I T E K N I S

28 Tabel 1.3 Ketinggian Wilayah Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan Sumber :Peta Kontur Provinsi Banten B. Kelerengan Kabupaten Lebak berdasarkan lerengnya terbagi menjadibeberapa kelas, yaitu; %, tersebar di bagian selatan, barat dan utara Kabupaten Lebak, %, tersebar di bagian selatan, barat dan utara Kabupaten Lebak, %, terletak di bagian tengah dan selatan kearah timur kabupaten Lebak, 1-17 M A T E R I T E K N I S

29 %, terletak di bagian tengah dan selatan kearah timur kabupaten Lebak, %, terletak di bagian timur kabupaten Lebak, 6. >40%, terletak di bagian timur kabupaten Lebak. Tabel 1.4 Kelerangan Wilayah Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan Sumber :Peta Kontur Provinsi Banten Tahun 2012 C. Morfologi Morfologi Kabupaten Lebak dapat dibagi menjadi; dataran, perbukitan (landai, bergelombang, terjal) dan gunung/pegunungan M A T E R I T E K N I S

30 1. Dataran, tersebar di bagian, utara, barat dan selatan Kabupaten Lebak, 2. Perbukitan landai, tersebar di bagian selatan dan utara kearah timur Kabupaten Lebak, 3. Perbukitan bergelombang, terletak di bagian tengah dan selatan kearah timur Kabupaten Lebak, 4. Perbukitan terjal, terletak di bagian tengah kearah timur Kabupaten Lebak 5. Gunung/Pegunungan, 40%, terletak di bagian timur kabupaten Lebak. No Kecamatan Tabel 1.5. Morfologi Wilayah Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan Dataran Perbukitan landai Mofologi Perbukitan Bergelombang Perbukitan Terjal Gunung/ Pegunungan 1 Banjarsari , , ,50 2 Bayah 2.476, , , ,89 14,.377,21 3 Bojongmanik 919, , , ,83 4 Cibadak 3.632, ,71 5 Cibeber 6.672, , , , ,41 6 Cigemblong 1.402, , ,49 361, ,93 7 Cihara 4.109, , , ,86 8 Cijaku , , ,42 9 Cikulur 5.348,01 834, ,97 10 Cileles 9.654, , ,76 11 Cilograng 287, , ,35 554,53 152, ,71 12 Cimarga , ,76 144,55 100, ,65 13 Cipanas 1.958, , ,37 78, ,30 14 Cirinten 1.873, , , ,95 15 Curugbitung 8.501,69 815, ,33 16 Gunungkencana 5.959, ,72 130, ,50 17 Kalanganyar 2.838,78 20, ,34 18 Lebakgedong 755, , ,47 344, ,98 19 Leuwidamar 2.191, , ,38 141,60 49, ,09 20 Maja , ,14 21 Malingping 8.701, , ,47 22 Muncang 1.443, , , ,24 800, ,38 23 Panggarangan 1.679, , ,97 685,80 69, ,51 24 Rangkasbitung 6.870,18 439, ,70 25 Sajira 6.661, ,66 547,99 4, ,64 26 Sobang 533, , , , ,34 27 Wanasalam , ,02 Total 1-19 M A T E R I T E K N I S

31 No Kecamatan Dataran Perbukitan landai Mofologi Perbukitan Bergelombang Perbukitan Terjal Gunung/ Pegunungan 28 Warunggunung 4.548,36 188, ,53 Kab. Lebak , , , , , ,18 Sumber : Peta Topografi dan Lereng Provinsi Banten Tahun 2012 Total D. Jenis Tanah Berdasarkan pengaruh 5 (lima) faktor pembentuk tanah yaitu batuan induk, topografi, umur, iklim, dan vegetasi, maka Kabupaten Lebaksecara umum tersusun oleh jenis tanah berikut: 1. Jenis tanah Latosol, jenis tanah ini umumnya tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api kemudian mengalami proses pelapukan lanjut, serta agak peka terhadap erosi. Jenis tanah latosol ini terdapat di hamper seluruh kecamatan di Kabupaten Lebak kecuali Kecamatan Curugbitung, Gunungkencana, dan Maja. 2. Jenis tanah Podsolik, berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih mm/tahun. Tekstur lempung hingga berpasir, kesuburan rendah hingga sedang, warna merah, dan kering. Serta mempunyai tingkat kepekaan terhadap erosi yang peka dengan sebaran meliputi hampiur kecamatan kecuali Bayah, Cibeber, Cigemblong, Cilograng, Lebakgedong, Panggarangan dan Sobang. 3. Jenis tanah Alluvial, Andosol, Regosol dna Rensina, tersebar di sebagian kecil di beberapa kecamatan M A T E R I T E K N I S

32 Tabel 1.6. Jenis Tanah Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan Sumber : Peta Jenis Tanah Provinsi Banten Tahun 2012 E. Geologi Geologi (jenis batuan) Kabupaten Lebak didominasi oleh Batuan Gunung Api Plistosen (26,42%), Batuan Sedimen Pliosen (17,01%) dan Batuan Gunung Api Pliosen (8,87%) sedangkanendapan Undak Sungai merupakan jenis batuan yang paling sedikit di jumpai di Kabupaten Lebak M A T E R I T E K N I S

33 Gambar 1.3 Peta Kondisi Geologi Kabupaten Lebak 1-22 M A T E R I T E K N I S

34 No Kecamatan F. Hidrogeologi Secara Hidrogeologi Kabupaten Lebak terbagi menjadi beberapa, yaitu: 1. air tanah dangkal yang berada di bagian barat daya dan timur Kabupaten Lebak, 2. air tanah terletak di seluruh wilayah kabupaten Lebak (mendominasi), 3. air tanah yang memancar, terletak di bagian timur Kabupaten Lebak, 4. wilayah air Bendungan Karian yang terletak di utara Kabupaten Lebak (Kecamatan Cimarga, Maja, Rangkasbitung dan Sajira). Tabel 1.7. Hidrogeologi Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan Daerah Air Tanah Yang Dangkal Daerah Air Tanah Yang Sedang Rencana DAM Karian Sumber Mata Air Yang Memancar Total (Ha) 1 Banjarsari 15, , Bayah 14, , Bojongmanik 9, , Cibadak 3, , Cibeber 1, , , Cigemblong 15, , Cihara 1, , , Cijaku , , Cikulur 6, , Cileles 15, , Cilograng 9, , Cimarga 16, , , Cipanas 6, , Cirinten 12, , Curugbitung 9, , Gunungkencana 13, , Kalanganyar 2, , Lebakgedong 1, , , Leuwidamar 14, , Maja 7, ,61 7, Malingping 7, , , Muncang 8, , Panggarangan 17, , Rangkasbitung 6, , Sajira 10, , Sobang , , Wanasalam 9, , , Warunggunung 4, , Kab. Lebak 23, , , , , Sumber :Peta Hidrogeologi Provinsi Banten 1-23 M A T E R I T E K N I S

35 G. Klimatologi Kabupaten Lebak memiliki curah hujan yang tinggi yaitu berkisar antara >5000 mm/tahun. Curah hujan terbesar berada di bagian timur sedangkan terkecil berada di bagian utara Kabapaten Lebak. Tabel 1.8. Curah Hujan Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan Sumber :Peta Curah Hujan Provinsi Banten H. Penggunaan Lahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Lebak di secara umum dominasi oleh kebun campuran, perkebunan (rakyat dan swasta), persawahan (irigasi dan tadah hujan) M A T E R I T E K N I S

36 Tabel 1.9 Penggunaan Lahan Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan Sumber : Hasil Analisis Citra Tahun M A T E R I T E K N I S

37 Gambar 1.4 Peta Kondisi Topografi Kabupaten Lebak 1-26 M A T E R I T E K N I S

38 Gambar 1.5 Peta Kondisi Kelerengan Kabupaten Lebak 1-27 M A T E R I T E K N I S

39 Gambar 1.6 Peta Kondisi Morfologi Kabupaten Lebak 1-28 M A T E R I T E K N I S

40 Gambar 1.7 Peta Jenis Tanah Kabupaten Lebak 1-29 M A T E R I T E K N I S

41 Gambar 1.8 Peta Kondisi Geologi Kabupaten Lebak 1-30 M A T E R I T E K N I S

42 Gambar 1.9 Peta Kondisi Hidrologi Kabupaten Lebak 1-31 M A T E R I T E K N I S

43 Gambar 1.10 Peta Curah Hujan Kabupaten Lebak 1-32 M A T E R I T E K N I S

44 I. Kawasan Rawan Bencana Wilayah rawan bencana yang ada di Kabupeten Lebak meliputi; 1. wilayah rawan bencana tsunami, terletak di bagian selatan (berbatasan dengan Samudera Indonesia) Kabupaten Lebak, 2. daerah rawan tergenang (banjir), terletak di bagian barat daya dan utara Kabupaten Lebak, 3. daerah rawan longsor, berada di bagian tengah Kabupaten Lebak, dan 4. wilayah yang relatif aman dari bencana alam berada di bagian barat dan utara Kabupaten Lebak. Tabel 1.10 Rawan Bencana Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan Sumber :Peta Rawan Bencana Kabupaten Lebak Tahun M A T E R I T E K N I S

45 Gambar 1.11 Peta Rawan Bencana Kabupaten Lebak 1-34 M A T E R I T E K N I S

46 Kependudukan dan Sumberdaya Manusia Penduduk sebagai salah satu komponen dalam suatu sistem wilayah memiliki peranan yang penting sebagai subyek pelaku perubahan pemanfaatan ruang melalui berbagai kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain sebagai pelaku perubahan ruang, penduduk juga merupakan pihak yang akan memperoleh manfaat dari upayaupaya penataan ruang. Dengan demikian dinamika kependudukan memiliki peranan yang penting sebagai obyek maupun dalam dinamika perkembangan suatu wilayah. Sebagai subyek pembangunan, potensi sumber daya manusia digunakan sebagai ujung tombak untuk mempercepat peningkatan ke arah kehidupan yang lebih baik. Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia, semakin cepat pulalah proses peningkatan itu terjadi. Sedangkan sebagai obyek pembangunan, sumber daya manusia perlu mendapat perhatian, karena pembangunan yang hanya bertujuan fisik saja, tanpa diiringi dengan mempersiapkan perangkat pendukungnya,hanya akan menimbulkan kesenjangan dalam kemajuan. A. Jumlah danlaju Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Lebak tahun 2010 berdasarkan data Lebak Dalam Angka Tahun 2011 yaitu sebanyak jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 415 jiwa dari tahun sebelumnya yaitu jiwa. Penduduk Kabupaten Lebak tersebar di 28 kecamatan, 5 kelurahan dan 340 desa. Ditinjau darilaju Pertumbuhan Penduduk (LPP) di Kabupaten Lebak dari tahun ke tahunmenunjukkan angka yang relatif menurun. Pada periode , LPP Kabupaten Lebak mencapai 2,49% menurun menjadi hanya 1,72% dan kembali padaperiode mengalami penurunan menjadi 1,59%. Kondisi tersebut menunjukkan upaya pengendalian penduduk di Kabupaten Lebak relatif cukup baik. Walaupun rata-rata petumbuhannya masih di bawah rata-rata nasional, namun demikian tetap harus dilakukan peningkatan upaya untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk sehingga laju 1-35 M A T E R I T E K N I S

47 pertumbuhan penduduk dapat diturunkan dari waktu ke waktu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1.11 Jumlah Penduduk di Kabupaten Lebak Tahun No Kecamatan Malingping 63,022 62,490 63,282 61,470 61,500 2 Wanasalam 51,684 53,261 53,936 51,161 51,233 3 Panggarangan 34,967 35,283 35,729 34,913 35,242 4 Cihara 28,676 29,590 29,964 29,425 29,530 5 Bayah 38,086 38,410 38,895 40,734 40,716 6 Cilograng 30,603 31,776 32,178 31,882 31,689 7 Cibeber 51,740 54,398 55,086 54,053 54,228 8 Cijaku 26,601 26,788 27,126 26,884 26,876 9 Cigemblong 21,052 21,727 22,002 19,542 19, Banjarsari 61,393 65,503 66,335 57,295 57, Cileles 48,567 48,139 48,749 46,627 46, Gunung Kencana 34,230 34,722 35,160 32,797 32, Bojongmanik 21,858 21,442 21,713 21,243 21, Cirinten 24,436 24,443 24,752 24,887 24, Leuwidamar 47,625 51,192 51,840 50,555 50, Muncang 33,779 32,545 32,957 31,475 31, Sobang 27,358 28,089 28,444 28,337 28, Cipanas 47,467 47,693 48,297 45,435 45, Lebak Gedong 20,629 20,933 21,198 21,531 21, Sajira 46,612 46,700 47,292 46,170 46, Cimarga 60,848 62,581 63,372 60,807 60, Cikulur 48,944 49,200 49,822 46,632 46, Warunggunung 51,856 51,414 52,064 52,335 52, Cibadak 55,199 56,946 57,666 58,034 58, Rangkasbitung 114, , , , , Kalanganyar 30,655 30,686 31,074 31,995 31, Maja 49,080 49,501 50,127 50,420 50, Curugbitung 31,828 32,210 32,618 30,120 30,036 Kabupaten Lebak 1,202,909 1,219,033 1,234,459 1,203,680 1,204,095 Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun M A T E R I T E K N I S

48 Tabel 1.12 Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Lebak Tahun No Kecamatan Penduduk Tahun 2000 Penduduk Tahun 2010 Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 1 Malingping 50,899 61, Wanasalam 43,936 51, Panggarangan 31,463 35, Cihara 24,784 29, Bayah 34,856 40, Cilograng 27,746 31, Cibeber 47,048 54, Cijaku 23,422 26, Cigemblong 18,640 19, Banjarsari 50,771 57, Cileles 42,896 46, Gunung Kencana 28,951 32, Bojongmanik 18,773 21, Cirinten 23,182 24, Leuwidamar 42,464 50, Muncang 30,565 31, Sobang 24,959 28, Cipanas 39,647 45, Lebak Gedong 17,097 21, Sajira 40,421 46, Cimarga 51,907 60, Cikulur 39,693 46, Warunggunung 43,011 52, Cibadak 43,452 58, Rangkasbitung 93, , Kalanganyar 24,494 31, Maja 43,780 50, Curugbitung 27,326 30, Kabupaten Lebak 1,030,040 1,204, Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun M A T E R I T E K N I S

49 Gambar 1.12 Grafik Jumlah Penduduk di Kabupaten Lebak Tahun Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun B. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Pada tahun 2010, jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Rangkasbitung, yang merupakan Ibukota Kabupaten, yaitu sebesar jiwa atau sekitar 9.69 % diikuti Kecamatan Malingping pada urutan kedua sebanyak jiwa (5,11 %) dan Kecamatan Cimarga sebesar jiwa (5,06 %). Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terendah adalah Kecamatan Cigemblong dengan jumlah penduduk jiwa atau sekitar 1,62 % diikuti dengan Kecamatan Bojongmanik dengan jumlah penduduk jiwa atau sekitar 1,76 % dari total penduduk di Kabupaten Lebak. No Tabel 1.13 Distribusi Penduduk di Kabupaten Lebak Tahun 2010 Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%) 1 Malingping 61, Wanasalam 51, Panggarangan 35, Cihara 29, Bayah 40, Cilograng 31, M A T E R I T E K N I S

50 No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%) 7 Cibeber 54, Cijaku 26, Cigemblong 19, Banjarsari 57, Cileles 46, Gunung Kencana 32, Bojongmanik 21, Cirinten 24, Leuwidamar 50, Muncang 31, Sobang 28, Cipanas 45, Lebak Gedong 21, Sajira 46, Cimarga 60, Cikulur 46, Warunggunung 52, Cibadak 58, Rangkasbitung 116, Kalanganyar 31, Maja 50, Curugbitung 30, Kabupaten Lebak 1,204, Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun 2011 Dengan luas wilayah sekitar ,18 Ha kepadatan penduduk di Kabupaten Lebakpada tahun 2010 mencapai 3,64 Jiwa/Ha. Jika dilihat dari kepadatan penduduk menurut kecamatan, Kecamatan Cibadak merupakan kecamatan paling padat penduduknya yaitu 15,98 Jiwa/Ha kemudian diikuti Kecamatan Rangkasbitung dengan kepadatan 15,96 Jiwa/Ha dan Kecamatan Kalanganyar sebesar 11,19 Jiwa/Ha. Sedangkan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah di Kabupaten Lebak adalah Kecamatan Cigemblong yaitu 1,28 Jiwa/Ha dan Kecamatan Cibeber dengan 1,35 Jiwa/Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Lebak pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut M A T E R I T E K N I S

51 No Tabel 1.14 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Lebak Tahun 2010 Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Ha) 1 Malingping , ,03 2 Wanasalam , ,49 3 Panggarangan , ,99 4 Cihara ,37 5 Bayah , ,83 6 Cilograng 9.601, ,30 7 Cibeber , ,35 8 Cijaku , ,34 9 Cigemblong , ,28 10 Banjarsari , ,60 11 Cileles , ,04 12 Gunungkencana , ,37 13 Bojongmanik 9.591, ,21 14 Cirinten , ,02 15 Leuwidamar , ,53 16 Muncang 8.695, ,64 17 Sobang , ,54 18 Cipanas 6.525, ,96 19 Lebak Gedong 9.159, ,35 20 Sajira , ,43 21 Cimarga , ,25 22 Cikulur 6.182, ,54 23 Warunggunung ,04 24 Cibadak 3.632, ,98 25 Rangkasbitung 7.309, ,96 26 Kalanganyar 2.859, ,19 27 Maja 7.817, ,46 28 Curugbitung 9.317, ,22 Kabupaten Lebak , ,64 Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun M A T E R I T E K N I S

52 Gambar 1.13 Peta Kepadatan Penduduk di Kabupaten Lebak Tahun M A T E R I T E K N I S

53 Banjarsari Bayah Bojongmanik Cibadak Cibeber Cigemblong Cihara Cijaku Cikulur Cileles Cilograng Cimarga Cipanas Cirinten Curugbitung Gunung Kencana Kalanganyar Lebak Gedong Leuwidamar Maja Malingping Muncang Panggarangan Rangkasbitung Sajira Sobang Wanasalam Warunggunung RTRW KABUPATEN LEBAK TAHUN Gambar 1.14 Grafik Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kebupaten Lebak Tahun Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun 2011 C. Struktur Penduduk Struktur penduduk secara umum dapat dikatakan akan mengikuti pola umum perkembangan penduduk pada tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada perubahan komposisi penduduk yang cukup signifikan kecuali pada tingkat migrasi penduduk untuk angkatan kerja yang lebih banyak melakukan migrasi-out keluar kabupaten. 1. Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kajian penduduk menurut jenis kelamin dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan. Hal ini perlu diketahui dalam kaitannya dengan angka kelahiran (pada perempuan usia produktif) dan potensi tenaga kerja. Berdasarkan data Lebak Dalam Angka Tahun 2011, tercatat bahwa penduduk Kabupaten Lebak berjumlah jiwa dengan rincian laki-laki dan perempuan dan sex ratio sebesar 105,80. Dengan ratio jensi kelamin sebesar 105,80 berarti ada 105 hingga 160 penduduk laki-laki untuk 100 penduduk perempuan. Jumlah penduduk perempuan terbesar terdapat di Kecamatan Rangkasbitung yaitu jiwa, disusul oleh Kecamatan Malimping 1-42 M A T E R I T E K N I S

54 sebesar jiwa dan Kecamatan Cimarga jiwa. Sedangkan jumlah perempuan paling sedikit terdapat di Kecamatan Cigemblong jiwa, Kecamatan Lebak Gedong jiwa, dan Kecamatan Bojongmanik jiwa. Untuk penduduk laki laki terbesar di Kabupaten Lebak, terdapat di Kecamatan Rangkasbitung dengan jumlah jiwa, Kecamatan Malimping jiwa, dan Kecamatan Cimarga jiwa. Sedangkan jumlah penduduk laki laki paling sedikit adalah di Kecamatan Cigemblong jiwa, Kecamatan Bojongmanik jiwa, dan Kecamatan Lebak Gedong jiwa. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin ini dapat dilihat pada Tabel Tabel 1.15 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Lebak Tahun 2010 No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis (Jiwa) Kelamin 1 Malingping 31,520 29,980 61, Wanasalam 26,373 24,860 51, Panggarangan 17,981 17,261 35, Cihara 15,196 14,334 29, Bayah 20,720 19,996 40, Cilograng 16,386 15,303 31, Cibeber 27,802 26,426 54, Cijaku 13,644 13,323 26, Cigemblong 10,000 9,527 19, Banjarsari 29,481 27,903 57, Cileles 23,820 22,864 46, Gunung Kencana 16,869 15,792 32, Bojongmanik 10,867 10,339 21, Cirinten 12,974 11,791 24, Leuwidamar 25,890 24,540 50, Muncang 16,213 15,402 31, Sobang 14,580 13,781 28, Cipanas 23,216 22,172 45, Lebak Gedong 11,250 10,287 21, Sajira 23,816 22,551 46, Cimarga 31,175 29,793 60, Cikulur 23,670 22,957 46, Warunggunung 26,930 25,372 52, Cibadak 29,942 28,115 58, Rangkasbitung 60,056 56, , M A T E R I T E K N I S

55 No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis (Jiwa) Kelamin 26 Kalanganyar 16,682 15,300 31, Maja 26,400 24,126 50, Curugbitung 15,600 14,436 30, Kabupaten Lebak 619, ,134 1,204, Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun 2011 Gambar 1.15 Grafik Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Lebak Tahun % 51% Laki-Laki Perempuan 2. Penduduk Menurut Kelompok Umur Struktur penduduk menurut kelompok umur berfungsi untuk menentukan bentuk dan kapasitas pelayanan yang diperlukan. Struktur penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Lebak pada tahun 2010, menunjukkan kelompok umur antara tahun mendominasi jumlah penduduk dengan jumlah sebesar jiwa (12 %). Selanjutnya diikuti kelompok umur 5 9 tahun dan kelompok umur 0 4 tahun dengan jumlah penduduk sebesar jiwa (11 %) dan jiwa (10 %). Sedangkan jumlah terkecil untuk penduduk menurut golongan umur ini terdapat pada kelompok umur 75 + dengan jumlah jiwa, disusul oleh kelompok umur sebesar jiwa. Berdasarkan kelompok umur, penduduk terbanyak di Kabupaten Lebak berada di 5-14 tahun dengan jumlah sebesar jiwa M A T E R I T E K N I S

56 Tabel 1.16 Penduduk di Kabupaten Lebak Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 Kelompok Umur Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah ,839 59, , ,645 64, , ,915 68, , ,500 54, , ,154 52, , ,617 52, , ,787 45,891 91, ,811 42,546 87, ,036 38,624 78, ,499 30,834 65, ,154 24,076 51, ,578 15,274 32, ,528 13,576 27, ,437 9,675 19, ,098 7,085 13, ,454 6,673 12,127 Jumlah 619, ,043 1,204,095 Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Kabupaten Lebak merupakan wilayah dengan dominasi aktivitas pertanian, dengan luas lahan pertanian (50% dari total luas wilayah), selain itu didukung pula oleh komposisi penduduk yang mayoritas bekerja di sektor pertanian. Terbukti bahwa hingga tahun 2010, penduduk yang bekerja di sektor ini mencapai 53,68%. Sementara sektor perdagangan, hotel, dan restoran dijadikan tumpuan harapan hidup oleh penduduk (16,08% dari total tenaga kerja) sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini M A T E R I T E K N I S

57 Gambar 1.16 Penduduk Usia 10 Tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan UtamaTahun 2010 pertanian 7.31% 0.54% 9.44% pertambangan & penggalian industri pengolahan 16.08% 53.68% listrik, gas & air minum 4.52% 0.28% 5.51% 2.64% bangunan/konstruksi perdagangan, hotel & restoran angkutan & komunikasi Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun Potensi Sumberdaya Alam 1. Sektor Pertanian Bagi Kabupaten Lebak, pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi besarbagi pertumbuhan ekonomi daerah. Pertanian di Kabupaten Lebak dibagi ke dalamlima subsektor, diantaranya: tanaman bahan pangan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Dari setiap subsektor tersebut memiliki komoditas unggulan yang mempunyai prospek perkembangan yang baik di masa yangakan datang. Adapun perkembangan setiap sektor sebagai berikut: a. Subsektor Tanaman Pangan Padi dan jagung merupakan tanaman pangan yang dominan. Tanaman padi yang diusahakan Kabupaten Lebak adalah tanaman padi sawah, dan padi ladang. Jumlah produksi padi sawah pada tahun 2011 sebesar ton sedangkan produksi padi lading sebesar ton. Produksi terbesar tanaman padi sawah terdapat di Kecamatan Wanasalam yaitu ton dan Kecamatan Malimping sebesar ton, sedangkan untuk jumlah produksi paling sedikit adalah sebesar ton di Kecamatan Kalanganyar M A T E R I T E K N I S

58 Tanaman palawija yang diusahakan di Kabupaten Lebak pada tahun 2011 terdiridari 6 (enam) jenis tanaman, yaitu: jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Dari keseluruhan tanaman palawija tersebut, ubi kayu merupakan tanaman yang memiliki produksi terbesar dengan jumlah ton yang diikuti oleh tanaman jagung sebesar ton. Sedangkan tanaman palawija yang belum dioptimalkan dalam pengusahaannya adalah tanaman kacang hijau yang hanya memproduksi 60 ton dan kacang tanah sebesar 535 ton. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut. No Tabel 1.17 Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten Lebak Tahun 2011 Jenis Tanaman Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1 Padi Sawah 90, , Padi Ladang 8,668 21, Jagung 1,993 5, Ubi Jalar 600 4, Ubi Kayu 1,659 18, Kacang Kedelai 1,895 1, Kacang Hijau Kacang Tanah Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten lebak Tahun 2012 Tabel 1.17 (Lanjutan) Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten Lebak Tahun 2011 Padi Sawah Padi Ladang No Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1 Malingping 6,623 36, , Wanasalam 8,807 39, Panggarangan 3,708 23, , Cihara 2,863 14, , Bayah 3,342 18, , Cilograng 3,905 22, , Cibeber 6,049 31, , Cijaku 2,449 13, Cigemblong 2,764 14, Banjarsari 3,610 20, , Cileles 3,046 18, M A T E R I T E K N I S

59 Padi Sawah Padi Ladang No Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 12 GunungKencana 1,499 8, , Bojongmanik 1,398 8, Cirinten 2,436 14, Leuwidamar 1,652 11, , Muncang 2,892 17, Sobang 2,114 10, Cipanas 4,584 26, LebakGedong 1,718 10, Sajira 3,639 19, Cimarga 2,357 14, , Cikulur 3,412 22, Warunggunung 3,278 19, Cibadak 2,675 16, Rangkasbitung 2,341 14, Kalanganyar 1,154 7, Maja 2,275 11, Curugbitung 3,429 14, Jumlah 90, , ,668 21, Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten lebak Tahun 2012 Tabel 1.17 (Lanjutan) Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten Lebak Tahun 2011 Kedelai Ubi Jalar No Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1 Malingping , Wanasalam Panggarangan Cihara Bayah Cilograng Cibeber Cijaku Cigemblong Banjarsari Cileles GunungKencana Bojongmanik Cirinten Leuwidamar M A T E R I T E K N I S

60 Kedelai Ubi Jalar No Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 16 Muncang Sobang Cipanas LebakGedong Sajira Cimarga Cikulur Warunggunung Cibadak Rangkasbitung Kalanganyar Maja Curugbitung Jumlah 1,895 1, , Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten lebak Tahun 2012 Tabel 1.17(Lanjutan) Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten Lebak Tahun 2011 Ubi Kayu Kacang Hijau Kacang Tanah No Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1 Malingping 442 4, Wanasalam 288 2, Panggarangan Cihara Bayah 135 1, Cilograng 106 1, Cibeber Cijaku Cigemblong Banjarsari Cileles 222 1, G.Kencana Bojongmanik Cirinten Leuwidamar Muncang 86 1, Sobang Cipanas LebakGedong M A T E R I T E K N I S

61 Ubi Kayu Kacang Hijau Kacang Tanah No Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 20 Sajira Cimarga 97 1, Cikulur Warunggunung Cibadak Rangkasbitung Kalanganyar Maja Curugbitung 142 2, Jumlah 92 1, Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten lebak Tahun 2012 Gambar 1.17 Beberapa Kawasan Pertanian di Kabupaten Lebak b. Subsektor Tanaman Hortikultura Jenis tanaman hortikultura terdiri dari tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan. Adapun komoditas utama tanaman sayuran diantaranya adalah ketimun, kacang panjang, terung, cabe, tomat, kangkung dan lain-lain. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, jumlah produksi terbesar sayuran-sayuran pada tahun 2011 adalah ketimun sebesar kwintal, kacang panjang sebesar M A T E R I T E K N I S

62 kwintal, dan terung sebesar kwintal. Sedangkan untuk produksi paling sedikit sayuran di Kabupaten Lebak adalah kembang kol dengan jumlah 2 kwintal dan bawang daun sebesar 38 kwintal. Secara umum daerah sentra produksi tanaman sayur-sayuran di Kabupaten Lebak berada di Kecamatan Cikulur, Kecamatan Malingping, Kecamatan Curug Bitung, Kecamatan Bayah dan Kecamatan Warunggunung. Untuk Kecamatan Lebak Gedong, Kecamatan Kalanganyar dan Kecamatan Maja hanya memberikan kontribusi kecil terhadap produksi tanaman sayur-sayuran di Kabupaten Lebak. Tabel 1.18 Luas Panen dan Produksi Sayur-Sayuran di Kabupaten Lebak Tahun 2011 No Jenis Luas Panen (Ha) Produksi (Kwintal) 1 Kacang Panjang ,932 2 Cabe Besar 108 5,030 3 Tomat 57 5,067 4 Terung ,051 5 Buncis Ketimun ,649 7 Cabe Rawit 139 4,403 8 Kangkung 138 4,867 9 Bayam 71 1, Sawi 17 1, Kembang Kol Bawang Daun Jamur 0, Tomat 57 5,067 Jumlah 5, ,580 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten lebak Tahun 2012 Sedangkan komoditas tanaman buah-buahan adalah pisang, alpukat, mangga, rambutan, markisa, dan lain-lain. Produksi terbesar adalah buah pisang yaitu kwintal, diikuti dengan durian kwintal dan mangga kwintal. Sedangkan untuk produksi terkecil dari buah-buahan adalah markisa dan jeruk besar M A T E R I T E K N I S

63 Tabel 1.19 Jumlah Panen dan Produksi Buah-buahan di Kabupaten Lebak Tahun 2011 No Jenis Jumlah Panen (Pohon) Produksi (Kwintal) 1 Alpukat 2, Mangga 134, ,621 3 Rambutan 208, ,100 4 Duku 19,011 9,871 5 Jeruk 2, Durian 200, ,207 7 Jambu Biji 43,034 10,555 8 Sawo 11,222 6,031 9 Pepaya 47,622 14, Pisang 7,013,650 1,509, Nanas 81,905 2, Salak 140,481 7, Sirsak 111,442 18, Nangka 28,180 12, Manggis 112,088 61, Belimbing 10,975 2, Markisa Sukun 19,841 8, Jambu Air 24,487 7, Jeruk Besar Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten lebak Tahun 2012 c. Subsektor Perikanan Potensi sumber daya ikan laut di Kabupaten Lebak cukup besar, mengingat Kabupaten Lebak mempunyai panjang pantai sekitar 91,42 km dengan potensi lestari untuk perairan pantai dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sebesar ,24 ton/tahun yang terdiri dari potensi lestari perairan pantai sebesar 3.712,40 ton/tahun dan potensi ZEE sebesar 6.844,84 ton/tahun. Produksi perikanan di Kabupaten Lebak pada tahun 2010 bila dibandingkan dengan tahun 2009 menunjukan peningkatan, terutama pada produksi tangkap/laut. Pada tahun 2009 produksi ikan sebesar Kg dan pada tahun 2010 meningkat menjadi Kg. Produksi terbesar dari perikanan darat adalh ikan kolam dengan jumlah produksi mencapai Kg M A T E R I T E K N I S

64 Sedangkan dari perikanan laut adalah dari penangakapan ikan sebesar Kg. Prasarana Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang ada di Kebupaten Lebak berjumlah 10 buah yang berlokasi di Sukahujan, Panyaungan, Situregen, Pulomanuk, Binuangeun, Sawarna, Bayah, Cipunaga, Tj. Panto dan Cibareno. Jika dilihat dari jumlah produksi perikanan laut berdasarkan TPI, jumlah terbesar ada di TPI Binuangeun dengan jumlah Kg dengan nilai produksi sebesar Rp diikuti dengan TP Bayah dengan jumlah produksi Kg dan nilai produksi Rp ,-. Dalam rangka penataan permukiman nelayan dan pengembangan sumber daya pesisir, pada tahun 2004 telah direlokasi 43 unit rumah nelayan di Kecamatan Wanasalam. Hal ini dapat dioptimalkan fungsinya sebagai pusat pelelangan dan tersedianya permukiman nelayan yang sehat dan tertata. Prasarana yang ada seperti Balai Benih Ikan (BBI) dan Unit Pembenihan Rakyat (UPR) belum berjalan secara optimal sehingga pengadaan benih berkualitas relatif belum dapat terpenuhi, pada tahun 2004 di bangunnya atau adanya rehabilitasi untuk Balai Benih Ikan (BBI) yang ada di Kecamatan Kalanganyar dan Wanasalam (Cikoncang), maka fungsi BBI akan berjalan secara optimal dan dapat memenuhi kebutuhan benih ikan mas dan ikan nila untuk pengembangan usaha perikanan di Kabupaten Lebak M A T E R I T E K N I S

65 No A Jenis Ikan Ikan Darat Tabel 1.20 Produksi Ikan Darat dan Laut di Kabupaten Lebak Tahun 2010 Produksi (Kg) Nilai Produksi (Rupiah) Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun Ikan Kolam 2,093,820 2,808, ,404,150,000 33,703,500,000 35,467,879,110 2 Ikan Sawah 1,016,440 49, ,390,200, ,250, ,597,040 3 Ikan Keramba 49,250 18, ,000, ,605, ,225,830 4 Ikan Kolam Air Deras - 72, ,080, ,904,550 5 Ikan Jring Apung 24, , ,200,000 5,428,980,000 6,425,710,440 6 Ikan Tambak 102,150 3, ,977,350,000 77,663, ,068,725 B Jumlah 3,285,910 3,404,670 3,466,150 28,509,900,000 40,884,078,500 43,893,385,695 Ikan Laut 1 Penangkapan Ikan 2,729,720 2,882, ,123,625,000 15,855,483,400 34,346,074,397 2 Perairan Umum 79, , ,046,050,000 1,038,125, ,530,500 Jumlah 2,809,410 2,990,050 3,407,710 39,169,675,000 16,893,608,400 34,534,604,897 Total 6,095,320 6,394,720 6,873,860 67,679,575,000 57,777,686,900 78,427,990,592 Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun 2011 Tabel 1.21 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut yang dilelang di TPI di Kabupaten Lebak Tahun 2010 No Uraian Jumlah Produksi (Kg) Nilai Produksi (Rp) 1 TPI Binuangeun 3,322,898 33,595,524,400 2 TP Tj. Panto TPI Suka Hujan 5,706 59,536,500 4 TPI Cipunaga 8,674 80,813,900 5 TPI Panyaungan 1,378 11,223,050 6 TPI Situregen 3,202 31,076,600 7 TPI Bayah 33, ,396,600 8 TPI Pulo Manuk 8,120 78,073,250 9 TPI Sawarna 6,880 68,144, TPI Cibareno 4,934 40,285,833 Jumlah 3,395,670 34,346,074,397 Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun 2011 Tabel 1.22 Jumlah Nelayan Menurut TPI di Kabupaten Lebak Tahun 2010 No Uraian Jumlah Nelayan 1 TPI Binuangeun 1,848 2 TP Tj. Panto TPI Suka Hujan TPI Cipunaga TPI Panyaungan TPI Situregen TPI Bayah TPI Pulo Manuk M A T E R I T E K N I S

66 No Uraian Jumlah Nelayan 9 TPI Sawarna TPI Cibareno 230 Jumlah 3,453 Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun 2011 Gambar 1.18 Kondisi TPI Binuangeun (Kanan) dan TPI Bayah (Kiri) d. Subsektor Peternakan Kabupaten Lebak merupakan wilayah pengembangan peternakan, ternak potong (sapi potong dan kerbau) di Propinsi Banten karena memiliki kesesuaian lahan, klimatologi dan topografi yang sangat memungkinkan bagi pengembangan ternak tersebut. Penilaian kesesuaian lahan ini didasarkan pada ketersediaan pakan ternak baik berupa rumput alam, rumput unggul maupun limbah pertanian lainnya. Pada umumnya ternak yang diusahakan oleh penduduk bervariasi, mulai dari ternak besar hingga unggas. Untuk Kabupaten Lebak, perkembangan pengelolaan ternak terdiri dari ternak besar seperti sapi, kerbau, ternak kecil seperti kambing dan domba serta unggas yang dikembangkan adalah ayam dan itik. Dari ketiga jenis peternakan yang diusahakan tersebut, unggas merupakan ternak yang sangat berkembang dan potensial untuk dikelola, dimana pada tahun 2010 tercatat bahwa unggas yang paling banyak dikelola adalah ayam ras pedaging dengan jumlah ekor, disusul oleh ayam buras sebanyak ekor dan itik sebanyak ekor. Sedangkan untuk ternak besar 1-55 M A T E R I T E K N I S

67 terdiri dari sapi potong dan kerbau dengan populasi masingmasing ekor dan ekor. Untuk ternak kecil terdiri dari kambing dan domba dengan jumlah populasi masing-masing ekor dan ekor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. No Jenis Ternak Tabel 1.23 Populasi Ternak di Kabupaten Lebak Tahun Populasi Pertumbuhan (%) 1 Sapi Potong 4,557 4, Kerbau 56,105 57, Kambing 200, , Domba 171, , Ayam Buras 1,795,102 1,831, Ayam Ras Pedaging 1,419,500 1,976, Ayam Ras Petelur Itik 56,960 59, Jumlah 3,704,230 4,315,629 Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun 2011 e. Subsektor Perkebunan Luas areal perkebunan rakyat di Kabupaten Lebak pada tahun 2011 adalah ,50 Ha atau sekitar 23,59 % dari luas wilayah Kabupaten Lebak, yang terdiri dari : Perkebunan Rakyat (PR) seluas ,57 Ha Perkebunan Besar Swasta (PBS) seluas 5.326,72 Ha (8 Kebun). Perkebunan Besar Negara (PTPN VIII) seluas 8.880,21 Ha (4kebun) M A T E R I T E K N I S

68 Gambar 1.19 Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Lebak Bentuk pengusahaan perkebunan adalah Perkebunan Besar Negara (PTPN) 4 Kebun/ Site, Perkebunan Besar Swasta (PBS) 8 kebun dan yang dominan adalah Perkebunan Rakyat. Sementara untuk pabrik pengolahan hasil perkebunan terdapat 37 buah, terdiri dari : 1). Remiling/crumb rubber = 4 unit 2). Pengolahan gula semut = 4 unit 3). Pengolahan pabrik kelapa sawit = 1 unit 4). Penggilingan sabut kelapa = 2 unit 5). Mesin pengering kakao = 6 unit 6). Pengolahan karet handmangle = 15 unit 7). Alat pengolah minyak cengkeh = 1 unit 8). Pengolah virgin coconut oil (VCO) = 3 unit Komoditas perkebunan yang dikembangkan di Kabupaten Lebak sejumlah 22 jenis, dari 22 jenis komoditas tersebut terdapat 10 komoditas yang memenuhi potensi cukup baik dan banyak dibudidayakan oleh masyarakat Kabupaten Lebak yaitu karet, kelapa sawit, kakao, kopi, aren, melinjo, cengkeh, kelapa dalam M A T E R I T E K N I S

69 Tabel 1.24 Luas Areal Perkebunan di Kabupaten Lebak Tahun 2011 No Jenis Pekerbunan Luas (Ha) 1 Perkebunan Rakyat 57, Perkebunan Negara (PTPN) 8, Perkebunan Besar 5, Jumlah 71, Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tahun2012 Tabel 1.25 Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat di Kabupaten Lebak Tahun 2011 Luas Areal Produksi Produktivitas No Komoditi (Ha) (Ton/Ha) (%) 1 Karet 14, Kelapa Dalam 23, Kelapa Hibrida Kelapa Sawit 3, Kopi Robusta 1, kako 3, Tteh Cengkeh 6, Lada Jambu Mete Kapok Panili Aren 2, Jarak Pagar Pandan Jumlah 57, , Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tahun 2012 Tabel 1.26 Luas Areal Perkebunan Negara di Kabupaten Lebak Tahun 2011 No Nama Perusahaan Lokasi Luas (Ha) Komoditi PTP Nusantara VIII Kebun 1 Kecamatan Banjarsari Kelapa Sawit Besar Negara (BUMN) 2 PTP Nusantara VIII Kebun Besar Negara (BUMN) Kecamatan Maja, Cimarga, Leuwidamar, Rangkasbitung Kelapa Sawit 3 PTP Nusantara VIII Kebun Besar Negara (BUMN) Kecamatan Cileles Kelapa Sawit PTP Nusantara VIII Kebun 4 Kecamatan Bayah Kelapa Sawit Besar Negara (BUMN) Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tahun M A T E R I T E K N I S

70 Tabel 1.27 Luas Areal Perkebunan Swasta di Kabupaten Lebak Tahun 2011 No Nama Perusahaan Lokasi Luas (Ha) Komoditi 1 Sampang Pendeuy Kecamatan Cimarga Karet, Kelapa Sawit 2 Panjiwaringin Kecamatan Malingping Karet 3 Kandangsapi Kecamtan Cijaku, Malingping Karet 4 Cicaringin Keamatan Gunung Kencana Karet 5 Perkebunan Bayah Kecamatan Bayah 1012 Karet 6 Cibiuk-Cibogo Kecamatan Cikulur Karet 7 Cilaki/Pasir Pari Kecamatan Cimarga Karet 8 Topasari Kecamatan Cileles Kakao Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tahun 2012 f. Subsektor Kehutanan Hutan berdasarkan statusnya terdiri dari : 1. Hutan Negara (dapat berupa hutan adat). Di Kabupaten Lebak terdapat kawasan hutan titipan Baduy yang merupakan Hak Ulayat masyarakat Baduy dengan luas lebih kurang 5.101,85 Ha yang dapat dikategorikan sebagai hutan adat. Untuk menjaga tetap terpeliharanya fungsi hak ulayat masyarakat Baduy maka Pemerintah Kabupaten Lebak telah mengambil langkah-langkah diantaranya, yaitu dengan memberikan perlindungan atas hak ulayat masyarakat Baduy melalui Peraturan Daerah Nomor 32 Tahun 2001, dan tidak diperkenankan upayas ertifikasi atas hak ulayat di atas karena berdampak pada kepemilikan individu dan bukan kepemilikan suatu persekutuan hutan. 2. Hutan Hak (hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah, diantaranya hutan milik). Selain itu berdasarkan fungsinya, hutan mempunyai 3 (tiga) fungsi pokok yaitu fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi. Di Kabupaten Lebak, hutan yang mempunyai fungsi sebagai konservasi yaitu kawasan hutan yang dikelola oleh Taman Nasional Gunung Halimun seluas Ha, dengan rencana 1-59 M A T E R I T E K N I S

71 pengembangan kawasan konservasi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. Sedangkan hutan yang berfungsi sebagai fungsi lindung berada pada hutan yang dibebani hak milik antara lain terdapat pada : a) Lahan dengan kemiringan > 40 %; b) 100 meter dari kiri kanan tepi sungai; c) 50 meter dari kiri kanan tepi anak sungai; d) Radius 200 meter dari tepi mata air; e) 500 meter dari tepi waduk/situ/danau; f) 2 kali kedalaman jurang dari tepi jurang,; g) 130 kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai. Kawasan yang ada di Kabupaten Lebak meliputi; 1. Taman Nasional (sekitar G. Bongkok, G. Endut dan G. Ciawitali), terletak dibagian timur Kabupaten Lebak seluas ( ha). 2. hutan lindung, di bagian barat dan tengah 3. hutan produksi tetap, terletak di bagia utara dan selatan 4. hutan produksi, terletak di bagian tengah dan 5. area penggunaan lainnya, mendominasi seluruh wilayah Lebak M A T E R I T E K N I S

72 Tabel 1.28 Kawasan Hutan Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan Sumber :Hasil Peta Kawasan Hutan Kabupaten Lebak Tahun 2012 Gambaran tentang produksi hasil hutan baik yang dikelola oleh rakyat maupun Perhutani pada tahun 2010, sebagai berikut: a. Produksi hutan rakyat untuk 5 jenis kayu sebanyak m3 dan batang bambu. b. Produksi hutan negara dengan 3 jenis kayu sebanyak m M A T E R I T E K N I S

73 Tabel 1.29 Produksi Komoditi Hutan Rakyat di Kabupaten Lebak Tahun 2010 No Komoditi Satuan Produksi 1 Albazia m3 4,824,399 2 Kayu Mahoni m3 109,952 3 Kayu Jati m3 69,699 4 Kayu Lame m3 1,030,638 5 Kayu Kecapi m3 1,999,176 6 Bambu Batang 2,140,400 Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun 2011 Tabel 1.30 Produksi Komoditi Hutan Negara di Kabupaten Lebak Tahun 2010 No Komoditi Satuan Produksi 1 Kayu Jati m3 1,370,812 2 Kayu Rimba m3 831,480 3 Kayu Mahoni m3 1,813,670 Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun Sektor Pertambangan Kabupaten Lebak memiliki potensi kawasan pertambangan yang cukup besar, baik dari segi jenis maupun kandungannya. Kawasan Pertambangan yang dimaksud adalah kawasan yang memiliki potensi mineral yang ekonomis dan dapat memberikan nilai tambah terhadap perekonomian masyarakat maupun pendapatan daerah jika dieksploitasi secara bertanggungjawab. Jenis bahan galian dan sebaran potensi kawasan pertambangan yang ada di Kabupaten Lebak dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1.31 Sebaran Bahan Galian di Kabupaten Lebak No Jenis Bahan Galian Sebaran Lokasi 1 Lempung Bayah, Rangkasbitung, Warunggunung, Cimarga, Maja, Leuwidamar, Gunungkencana, Cileles, Banjarsari, Cijaku, Panggarangan, Cipanas 2 Benjonit Maja, Citeras, Bojongmanik, Banjaarsari 3 Kaolin Cipanas, Muncang 4 Zeolit Bayah, Panggarangan 5 Toseki-Feldspar Cimarga, Cipanas 6 Batupasir Kuarsa Malimping, Panggarangan, Bayah 7 Batugamping Cileles, Muncang, Leuwidamar, Cibeber, Bayah 1-62 M A T E R I T E K N I S

74 No Jenis Bahan Galian Sebaran Lokasi 8 Kalsit-Marmer Maja, Cimarga, Sajira, Muncang, Leuwidamar, Cipanas 9 Tras Cileles, Bayah, Gunungkencana, Cijaku 10 Batubelah 11 Sirtu Cimarga, Muncang, Bojongmanik, Cibeber, Bayah, Malimping Rangkasbitung, Cibadak, Cikulur, Cileles, Cimarga, Sajira, Leuwidamar, Maja, Bayah, Maalimping 12 Opal Maja, Sajira 13 Batupasir Cileles, Banjarsari, Malimping, Cijaku, Bojongmanik, Bayah 14 Batubara Bojongmanik, Bayah, Cimandiri 15 Emas-Perak Sumber : RPJP Kabupaten Lebak Tahun Bayah, Cibeber, Cipanas, Muncang, Gunungkencana No Tabel 1.32 Produksi Bahan Galian Golongan C dan A di Kabupaten Lebak Tahun Jenis Bahan Galian Tahun Andesit 4, Batu Kapur 9,660 7,760 1,465-1,000 3 Bentonit 2, ,700 2,120 4 Diatome Feldspar 6,593 4,960 6,250 4,432 4,558 6 Fosfat Gipsum Kaolin Marmer Pasir 305, , , , , Pasir Kuarsa 183, ,295 75,478 57,017 46, Tanah Liat 16,840 11,885 21,010 10,295 17, Tanah Urug 1, Trass , Zeolit 7,834 7,950 6,425 1,510 2, Batubara 37,559 34,389 55,883 33,027 26,572 Jumlah 575, , , , ,331 Sumber : Lebak Dalam Angka M A T E R I T E K N I S

75 No Jenis Bahan Galian Tabel 1.33 Produksi Bahan Galian B di Kabupaten Lebak Tahun Tahun Perak 545,841 68,499 49, Emas 146, Galena ,634,000 1,874,000 1,874,000 Jumlah 692,416 69,666 2,684,114 1,874,000 1,874,000 Sumber : Lebak Dalam Angka Sektor Pariwisata Kabupaten Lebak yang terdiri dari kombinasi wilayah pantai, dataran rendah dan pegunungan memiliki potensi wisata yang cukup alami. Obyekobyek wisata yang ada di Kabupaten Lebak memiliki potensi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara karena keragaman jenis obyek wisatanya, antara lain wisata budaya, wisata alam, dan wisata buatan. Kawasan pariwisata alam pantai di Kabupaten Lebak terdapat di wilayah selatan Kabupaten Lebak, yaitu terdapat di Kecamatan Malingping, Kecarnatan Panggarangan dan Kecamatan Bayah.Kawasan pariwisata ini memiliki daya tarik wisata berupa keindahan alam pantai. Selain itu, kegiatan pariwisata di Kabupaten Lebak juga tersebar di beberapa kecamatan yang memiliki daya tarik wisata. Objek dan daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Lebak memiliki potensi untuk menarik wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga satuan kawasan wisata yaitu : a. Satuan kawasan wisata budaya, merupakan kumpulan objek dan daya tarik wisata budaya seperti tempat bersejarah, pusat kerajinan, desa wisata, pusat budaya serta pertunjukan seni dan museum. Untuk kategori ini, Kabupaten Lebak memiliki objek desa budaya Baduy yang merupakan objek yang sangat terkenal. Desa Baduy berada di Kecamatan Leuwidamar yang berjarak sekitar 20 Km dari Kota Rangkasbitung. b. Satuan kawasan wisata alam, merupakan kumpulan obyek/ daya tarik wisata alam seperti tempat istrirahat, hutan wisata, olah raga, 1-64 M A T E R I T E K N I S

76 pegunungan, bumi perkemahan, wisata agro, wisata tirta dan wisata geologi/pertambangan. Untuk kategori ini, Kabupaten Lebak memiliki panjang garis pantai 91,42 Km². Oleh karena itu, terdapat beberapa potensi wisata pantai yang cukup baik yang dapat dikembangkan seperti Pantai Sawarna (Kecamatan Bayah), Pantai Ciantir (Kecamatan Bayah), Pantai Karang Tengah (Kecamatan Wanasalam), Pantai Tanjung Panto (Kecamatan Wanasalam), Pantai Karang Taraje (Kecamatan Bayah), dan lain-lain. c. Satuan kawasan wisata buatan, merupakan kumpulan objek dan daya tarik wisata buatan dengan kegiatan yang terfokus pada alam yaitu, pemandian air panas (Kecamatan Cipanas) dan arung jeram (Kecamatan Lebakgedong). Tabel 1.34 Sebaran Objek Wisata di Kabupaten Lebak No Objek Lokasi 1 Curug Indihiyang Warunggunung 2 Arung Jeram Lebakgedong 3 Goa Sangkir Bojongmanik 4 Budaya Kaolotan Baduy Leuwidamar 5 Pemandian Air Panas Cipanas 6 Pantai Karang Taraje Bayah 7 Pantai Bagedur Malingping 8 Pantai Binuangeun Wanasalam 9 Pantai Cibobos Panggarangan 10 Pantai Pulau Manuk Bayah 11 Pantai Sawarna Bayah 12 Pantai Ciantir Bayah 13 Budaya Kaolotan/Seren Taun Cibeber 14 Situs Cibedug Cikotok 15 Air Panas Senanghati Malingping 16 Situs Palayangan Cimarga 17 Kawah Cipanas Sobang 18 Curug Kanteh Cilograng 19 Pantai Cihara Cihara 20 Pantai Talanca Malingping 21 Pantai Cimandiri Panggarangan 22 Pantai Tanjung Panto Wanasalam 23 Pantai Karang Tengah Wanasalam 1-65 M A T E R I T E K N I S

77 Tabel 1.35 Jumlah Wisatawan Lokal dan Mancanegara yang Berkunjung Tahun No Objek Wisata Lokal Mancanegara Lokal Mancanegara 1 Baduy 5, , Binuangen 25, , Bagedur 66, , Karang Taraje 4, , Cibobos 3, , Pulau Manuk 17, , Cipanas 55, , Tidak Ada Tidak Ada 8 Sawarna 10, Data Data Sumber :Lebak Dalam Angka 2011 Gambar 1.20 Kawasan Wisata Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah Kondisi Perekonomian A. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000, perekonomian Kabupaten Lebak pada selama 5 tahun terakhir dikatakan cukup stabil dengan laju pertumbuhan sebesar 4%. Berdasarkan pertumbuhan sektor (lapangan usaha), terdapat tiga sektor yang tumbuh cukup tinggi pada tahun M A T E R I T E K N I S

78 yaitu di atas 4 %. Sektor-sektor (lapangan usaha) tersebut yaitu Perdagangan, Hotel dan resoran (5,18 %), Pengangkutan dan Komunikasi (4,76 %) dan Jasa-Jasa (4,36 %). Sedangkan yang terendah pertumbuhannya adalah sektor industri pengolahan sebesar 2,16%. Secara lebih lengkap laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lebak Tahun atas dasar harga konstan tahun 2000 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1.36 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lebak Tahun Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (%) No Sektor Tahun Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listri, Gas dan Air Bersih Bangunan/Konstruksi Perdagangan Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB Kabupaten Lebak Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun 2011 Berdasarkan kondisi perekonomian masing-masing wilayah di Kabupaten Lebak, pada tahun 2009 terdapat 15 Kecamatan dari 28 Kecamatan di Kabupaten Lebak yang memiliki kemampuan ekonomi di bawah standar capaian perekonomian Kabupaten. Hal ini terjadi dikarenakan rendahnya kemampuan fiskal daerah, minimnya tingkat infrastruktur, inflasi, rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan berbasis skill serta dukungan yang sangat rendah dari lembaga keuangan yang seharusnya mampu mendorong percepatan investasi dalam menunjang kewirausahaan di Kabupaten Lebak M A T E R I T E K N I S

79 Tabel 1.37 PDRB Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Lebak Tahun atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku (Juta Rupiah) PDRB No Kecamatan Harga Berlaku Harga Konstan Harga Berlaku Harga Konstan 1. Rangkasbitung Malingping Banjarsari Wanasalam Cibeber Cibadak Cileles Cipanas Cimarga Warunggunung Bayah Kalanganyar Leuwidamar Sajira Cikulur Maja Cilograng Panggarangan Gunungkencana Curugbitung Cijaku Muncang Cigemblong Cihara Sobang Cirinten Lebakgedong Bojongmanik Kabupaten Lebak Sumber : RPJMD Kabupaten Lebak Tahun B. Pendapatan Per Kapita PDRB Kabupaten Lebak dari tahun terus mengalami peningkatan yang diikuti oleh meningkatnya jumlah penduduk. Berdasarkan PDRB Harga Konstan Tahun 2000, pendapatan per kapita 1-68 M A T E R I T E K N I S

80 penduduk Kabupaten Lebak tahun berturut-turut adalah sebesar 2,82 juta rupiah, 2,92 juta rupiah, 3 juta rupiah, 3,20 juta rupiahdan 3,33 juta rupiah. Gambar 1.21 Grafik Pendapatan per Kapita Kabupaten Lebak Tahun ,400,000 3,300,000 3,200,000 3,100,000 3,000,000 2,900,000 2,800,000 2,700,000 2,600,000 2,500, Pendapatan Perkapita (Rupiah) 2,820,468 2,920,788 3,000,397 3,206,675 3,334,916 Sumber : Lebak Dalam Angka Tahun C. Struktur Ekonomi Berdasarkan persentase sumbangan setiap sektor terhadap PDRB, diketahui bahwa struktur ekonomi Kabupaten Lebak masih didominasi oleh sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap pembentukan PDRB. Kontribusi sektor pertanian pada tahun 2010 adalah sebesar 37,94 % dan sedikit menurun naum tidak seiginifikan pada tahun 2007 yaitu sebesar 37,93 %. Sektor lainnya yang turut menyumbang cukup besar adalah sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, Jasa-jasa, serta sektor Industri Pengolahan yang menyumbang masing-masing 23,56 %, 9,16 % dan 12,86 %. Dengan komposisi tersebut diketahui bahwa sektor pertanian dengan subsektor tanaman bahan pangan dan perkebunan merupakan sektor dominan perekonomian Kabupaten Lebak. Sementara sektor 1-69 M A T E R I T E K N I S

BAB V GAMBARAN UMUM. Secara visualisasi wilayah administrasi dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana gambar di bawah ini

BAB V GAMBARAN UMUM. Secara visualisasi wilayah administrasi dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana gambar di bawah ini 69 BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Lebak terletak antara 6º18-7º00 Lintang Selatan dan 105º25-106º30 Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha (3.044,72 Km²) yang terdiri

Lebih terperinci

Penataan Ruang Kabupaten Lebak

Penataan Ruang Kabupaten Lebak Penataan Ruang Kabupaten Lebak Sumber daya kewilayahan harus dikelola secara bijaksana untuk mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan dengan memperhatikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB II KONDISI OBJEKTIF MASYARAKAT DI LEBAK

BAB II KONDISI OBJEKTIF MASYARAKAT DI LEBAK BAB II KONDISI OBJEKTIF MASYARAKAT DI LEBAK A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Lebak 1. Kondisi Geografis Secara geografi Kabupaten Lebak, terletak pada posisi 105º25' -106º30' Bujur Timur dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. bahwa untuk menyesuaikan program

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

KESIAPAN PELAYANAN KESEHATAN ARUS MUDIK IDUL FITRI 1436 H / 2015

KESIAPAN PELAYANAN KESEHATAN ARUS MUDIK IDUL FITRI 1436 H / 2015 KESIAPAN PELAYANAN KESEHATAN ARUS MUDIK IDUL FITRI 1436 H / 2015 DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBAK JL. MULTATULI NO. 5 RANGKASBITUNG TLP. 0252-201312 FAX. 0252-201024 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Lebak 2013

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Lebak 2013 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik 2.1.1 Kondisi Geografis Secara geografi Kabupaten Lebak, terletak pada posisi 105º25' -106º30' Bujur Timur dan 6º18' - 7º00'

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK RENCANA KERJA DAERAH TAHUN 2016 PEMBANGUNAN

PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK RENCANA KERJA DAERAH TAHUN 2016 PEMBANGUNAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2016 BADAN PERENCANAANPEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LEBAK 2015 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR : 8 TAHUN 2015 TENTANG : TENTANG

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK TAHUN ANGGARAN 2016 DPPA - SKPD 2.

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK TAHUN ANGGARAN 2016 DPPA - SKPD 2. DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK TAHUN ANGGARAN 06 Formulir DPPA - SKPD. Urusan Pemerintahan Organisasi :.0. - PERTANIAN :.0.0. - DINAS PERTANIAN

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak 4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Banten. Kabupaten Lebak beribukota di Rangkasbitung

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Sumber: Gambar 4.1 Peta Provinsi Banten 1. Batas Administrasi Secara geografis, Provinsi Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa yang memiliki luas sebesar 9.160,70

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi Kabupaten Lebak memiliki luas sebesar 304.472 Ha (3.044,72 Km 2 ) dan memiliki batas administrasi sebagai berikut : Sebelah Utara :

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2001 SERI D.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2001 SERI D.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2001 SERI D.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PANIMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

oleh para pelaku pembangunan dalam mengembangkan Kabupaten Pacitan.

oleh para pelaku pembangunan dalam mengembangkan Kabupaten Pacitan. 1.1 LATAR BELAKANG Kabupaten Pacitan merupakan bagian dari Koridor Tengah di Pantai Selatan Jawa yang wilayahnya membentang sepanjang pantai Selatan Pulau Jawa. Berdasarkan sistem ekonomi, geokultural

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor 24

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 17 TAHUN 2003 SERI D.14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA SUMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di kabupaten Lebak Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di kabupaten Lebak Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di kabupaten Lebak Tahun 2013 sebanyak 187.364 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di kabupaten Lebak Tahun 2013 sebanyak 17 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di dunia. Hal ini juga terjadi di Indonesia, dimana banjir sudah menjadi bencana rutin yang terjadi setiap

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 12 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG IBU KOTA KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat Undang-undang Nomor 24 Tahun

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN 2009-2028 I. UMUM 1. Ruang wilayah Kabupaten Pacitan, baik sebagai kesatuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2011 2031 I. UMUM Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d). TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 14 Informasi Geologi Untuk Penentuan Lokasi TPA UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 1. Melaksanakan k pengelolaan l sampah dan memfasilitasi i penyediaan

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN - 3 PEMERINTAHAN KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN K A T A P E N G A N TA R Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3 K a t a P e n g a n

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK 2012-2032 BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 11 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG REVISI RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA MALINGPING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991); RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan 3 Nilai Tanah : a. Ricardian Rent (mencakup sifat kualitas dr tanah) b. Locational Rent (mencakup lokasi relatif dr tanah) c. Environmental Rent (mencakup sifat

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya laporan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada

Lebih terperinci

PERENCANAAN INFRASRUTKUR JALAN PERDESAAN POTENSIAL KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN

PERENCANAAN INFRASRUTKUR JALAN PERDESAAN POTENSIAL KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN PERENCANAAN INFRASRUTKUR JALAN PERDESAAN POTENSIAL KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN Adang Irawan Program Studi Teknik Sipil, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta irawan.adang@gmail.com ABSTRAK Ketertinggalan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. III.1.3. Kondisi Ekonomi Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, perhitungan PDRB atas harga

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 1985 TENTANG PENETAPAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN PUNCAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 1985 TENTANG PENETAPAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN PUNCAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 79 TAHUN 1985 TENTANG PENETAPAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN PUNCAK PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk pemanfaatan ruang secara optimal, serasi, seimbang, dan lestari di kawasan

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN-KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2011 2031 UMUM Ruang wilayah Kabupaten Karawang dengan keanekaragaman

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PENATAAN RUANG PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2011-2030 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,

Lebih terperinci