Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1 Katalog BPS : PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN NATUNA, BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NATUNA

2 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN NATUNA, No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : iii + 78 Naskah : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik Kabupaten Natuna Penyunting : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik Kabupaten Natuna Gambar Kulit: Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik Kabupaten Natuna Boleh Dikutip Dengan Menyebut Sumbernya

3 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NATUNA KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna telah dapat menyelesaikan buku Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun sesuai jadwal. Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna Menurut Lapangan Usaha Tahun adalah kelanjutan dari publikasi sejenis yang telah kami terbitkan secara rutin setiap tahunnya. Berbagai informasi disajikan untuk merumuskan kebijakan pembangunan suatu daerah diberbagai bidang, terutama dibidang ekonomi sangat memerlukan indikator dan informasi makro. Secara makro, publikasi ini dibahas mengenai kondisi perekonomian di Kabupaten Natuna pada tahun Sebagai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 i

4 pelengkap ditampilkan pula data tahun-tahun sebelumnya. Diharapkan data dan ulasan yang ditampilkan dalam buku ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan dalam pengambilan kebijakan, khususnya kebijakan ekonomi. Agar pengguna data dapat memanfaatkan sebaik mungkin publikasi ini, maka di samping angka-angka yang disajikan dalam bentuk tabel disertakan pula konsep/defenisi yang digunakan dalam penghitungan. Saran dan kritik, untuk meningkatkan kualitas publikasi ini di masa mendatang sangat kami harapkan. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan ini, kami ucapkan terima kasih. R a n a i, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna E N D R A, SE NIP Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 ii

5 DAFTAR ISI Halaman Kata Sambutan... i Daftar Isi... iii BAB I Pendahuluan... 2 ` a. Umum... 2 b. Penyajian PDRB... 4 c. Konsep dan Definisi... 7 d. Metodologi... 9 e. Analisa dan Kegunaan Data BAB II Uraian Sektoral BAB III Tinjauan Perekonomian a. Kondisi Umum Ekonomi b. Perkembangan Ekomoni Regional Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 iii

6 c. Pertumbuhan Ekonomi d. Struktur Perekonomian e. Perkembangan PDRB Per Kapita dan Pendapatan Per Kapita BAB IV Perbandingan Indikator Ekonomi Antar Region a. Laju Pertumbuhan Ekonomi b. Kontribusi PDRB c. PDRB dan Pendapatan Per Kapita Lampiran Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 iv

7 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Salah satu sasaran pembangunan adalah tercapainya tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkesinambungan. Untuk mencapai tingkat pertumbuhan dengan struktur ekonomi yang diharapkan, maka pembangunan perlu direncanakan dengan baik dan hasil pembangunan harus terus diamati. Perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah memerlukan data statistik sebagai dasar penentuan strategi, pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Kebijakan dan strategi yang telah dilakukan perlu dimonitor dan dilihat hasilnya, sehingga data statistik yang memberikan ukuran kuantitas ekonomi secara makro, mutlak diperlukan untuk memberikan gambaran keadaan masa lalu dan masa kini serta sasaran yang hendak dicapai pada masa yang akan datang. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna telah menghitung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara berkala. Dengan tersedianya data PDRB dari tahun ke tahun, para pembuat kebijaksanaan ekonomi di Kabupaten Natuna akan dapat menentukan sasaran pembangunan yang tepat pada kurun waktu tertentu. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

8 Pendahuluan 1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB merupakan jumlah nilai tambah atau jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha disuatu daerah dan satu periode tertentu. PDRB atas dasar harga berlaku mengambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar (tahun 2000). PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Kegiatan ekonomi secara garis besar dapat dikelompokkan kedalam kegiatan memproduksi dan mengkonsumsi barang dan jasa. Unitunit produksi memproduksi barang dan jasa, dan dari kegiatan memproduksi ini timbul pendapatan yang diterima oleh factor-faktor produksi yang telah dimiliki oleh berbagai golongan dalam masyarakat. 2. Klasifikasi Sektor Kegiatan ekonomi yang terjadi di suatu Negara/daerah beraneka ragam sifat dan jenisnya. Berbagai kegiatan yang beragam ini perlu dikelompokkan sesuai dengan jenis kegiatan yang sama sehingga dapat ditentukan apakah suatu kegiatan tersebut dalam kelompok kegiatan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

9 Pendahuluan ekonomi tertentu seperi pertanian, industry, perdagangan, angkutan, jasa-jasa dan sebagainya. Pengelompokkan kegiatan ekonomi ini sering pula disebut sebagai Klasifikasi Lapangan Usaha. Klasifikasi sektor ekonomi dibedakan menurut 9 (Sembilan) sektor ekonomi. Rincian klasifikasi ini telah mengacu pada Klasifikasi International Standard Industrial Classification of All Economic Activities (ISIC). Sebagaimana direkomendasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sehingga lebih mudah dimanfaatkan oleh pengguna data bahkan untuk perbandingan tingkat internasional. Pembagian sektor-sektor menjadi subsektor serta ruang lingkup dan definisinya disajikan dalam penerbitan BPS yang terangkum dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). B. PENYAJIAN PDRB Untuk dapat memberikan gambaran sampai seberapa jauh peranan masing-masing sektor ekonomi memberikan andil dalam berproduksi, atau sampai seberapa jauh peranan faktor-faktor produksi berpartisipasi dalm proses produksi, atau bagaimana komposisi penggunaan produk-produk yang dihasilkan, maka selain penyajian PDRB menurut lapangan usaha/sektor ekonomi, dapat juga dilengkapi dengan penyajian PDRB menurut penggunaa. Dengan demikian ada dua jenis penyajian PDRB yang dapat dilakukan, yaitu : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

10 Pendahuluan 1. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Penyajian dalam bentuk ini berisi table-tabel nilai tambah bruto sektoral, laju pertumbuhan, distribusi persentase dab PDRB per kapita atas dasar berlaku dan harga konstan Penyajian dibedakan menurut PDRB dengan dan tanpa Migas. Untuk melengkapi tabel-tabel tersebut ditambahkan pula beberapa penjelasan singkat tentang ruang lingkup, metodologi, konsep dan definisi serta sumber data penghitungan nilai tambah masing-masing sektor/subsektor. Ulasan deskriptif juga disajikan untuk memperoleh gambaran umum tentang keadaan perekonomian regional. Dalan hal ini ada 9 sektor/lapangan usaha, yaitu : 1. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, 2. Sektor pertambangan dan penggalian 3. Sektor Industri pengolahan 4. Sektor Listrik, Gas dan Air bersih 5. Sektor Bangunan 6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran 7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi 8. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 9. Sektor Jasa-jasa. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

11 Pendahuluan Sedangkan penjelasan tentang makna dari cakupan masingmasing sektor beserta sumber datanya akan diuraikan dalam Bab Urainan Sektoral. 2. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Penyajiannya dalam bentuk ini dapat memberikan gambaran bagaimana barang dan jsa yang diproduksi itu digunakan oleh berbagai golongan dalam masyarakat. Untuk keperlua ini maka barang dan jasa itu dikelompokkan menurut penggunaanya dalam masyarakat, misalnya digunakan untuk keperluan konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, ditanam sebagai barang modal, sedang yang tidak digunakan pada tahun laporan akan disimpan sebagai stock atau digunakn sebagai ekspor netto. Sehingga nantinya penyajiannya akan berbentuk : 1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga 2. Pengeluaran konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung 3. Pengeluaran konsumsi pemerintah 4. Pembentukan modal tetap (PMTB) 5. Perubahan stock 6. Ekspor Netto (ekspor dikurangi Impor) Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

12 Pendahuluan C. KONSEP DAN DEFINISI Beberapa konsep dan definisi yang melandasi penghitungan PDRB adalah : 1. Output Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu meliputi produksi utama, ikutan dan sampingan. Output perusahaan mencangkup juga barang sisa, margin penjualan, margin perdagangan dan biaya lainnya, bunga yang termasuk dalam nilai penjualan secara kredit, imputasi biaya atas pelayanan bank dan lembaga keuangan lainnya, imputasi sewa untuk bangunan tempat tinggal milik sendiri dan barang dan jasa yang diproduksi untuk dipergunakan sendiri. Pada umumnya output merupakan hasil perkalian antara produksi dengan unit harganya. 2. Biaya Antara Biaya antara adalah biaya yang dikeluarkan untuk barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan di dalam proses produksi. Barang tidak tahan lama adalah barang yang mempunyai suatu perkiraan umur kurang dari satu tahun. 3. Nilai Tambah Bruto (NTB) NTB merupakan pengurangan dari nilai output dengan biaya antaranya. Pengertian NTB sangat penting untuk memahami apa yang Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

13 Pendahuluan dimaksud dengan PDRB yaitu tidak lain adalah penjumlahan dari seluruh besaran NTB dari seluruh unit produksi. 4. Penyusutan Penyusutan adalah nilai susut atau ausnya barang-barang modal (yang berupa gedung, mesin, peralatan, kendaraan, dsb) yang terjadi selama barang modal tersebut ikut serta dalam proses produksi. 5. Agregat PDRB Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar adalah jumlah nilai tambah bruto dari seluruh sektor ekonomi yang ada di suatu wilayah, jika nilainya dikurangi penyusutan akan sama dengan : Produksi Domestik Regional Netto atas dasar harga pasar. Jika nilai ini dikurangi dengan pajak tidak langsung yang dipungut oleh pemerintah dan subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada unitunit produksi (pajak tak langsung neto) akan sama dengan : Produk Domestik regional Neto atas dasar Biaya Faktor. Nilai ini merupakan jumlah barang dan jasa faktor-faktor produksi yang ikut serta dalm proses produksi. Jika nilai ini dikurangi dengan pendapatan yang masuk dan ditambah dengan pendapatan yang mengalir ke luar wilayah akan diproleh Produk Regional Neto atau biasa disebut Pendapatan Regional. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

14 Pendahuluan Jka Pendapatan regional tersebut dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal diwilayah tersebut akan diperoleh Pendapatan regional Perkapita. D. METODOLOGI Metode penghitungan PDRB dibedakan menjadi dua, yaitu metode penghitungan PDRB atas dasar hanga berlaku dan metode penghitungan PDRB atas dasar harga konstan. Kedua metode tersebut dapat digunakan secara langsung dengan menghitung seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan disuaru daerah. Namun dalam prateknya juga ditetapkan cara alokasi (tak langsung) yaitu dengan mengalokasikan pendapatan nasional menjadi pendapatan regional engan menggunakan beberapa indikator produksi yang cocok digunakan sebagai alokator. Cara ini ditetapkan untuk sektor sektor tertentu seperti pertambangan dsb. 1. Metode Penghitungan PDRB atas Dasar Harga Berlaku Metode penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku dapat dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu : pendekatan produksi (PDRB menurut Lapangan Usaha), pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran (PDRB menurut Penggunaan). Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

15 Pendahuluan 1.1. Pendekatan Produksi Pendekatan produksi digunakan untuk menghitung nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari masingmasing total produksi bruto tiap-tiap sektor atau subsektor. Pendekatan ini banyak digunakan pada perkiraan nilai tambah dari kegiatan-kegitan produksi yang berbentuk barang, seperti pertanian, pertambangan, perdagangan, industri dan sebagainya. Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakau oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi. Dalam metoe ini produksi akan dikalikan dengan harga, hasil perkaliannya disebut output yang akan dikurangi dengan perkalian antara rasio biaya antara dengan output itu sendiri. Hasil pengurangan ini yang disebut dengan Nilai Tambah Bruto (NTB). NTB akan dikurangi dengan hasil perkalian antara rasio penyusutan dengan output hasilnya disebut Nilai Tambah Neto (NTN). Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

16 Pendahuluan 1.2. Pendekatan Pendapatan Dalam pendekatan pendapatan maka nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi diperkirakan dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Penjumlahan semua komponen ini disebut NTB. Untuk sektor pemerintah dan usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang dimaksud dengan surplus usaha disini adalah bunga neto, sewa tanah dan keuntungan. Metode ini banyak dipakai pada sektor yang produksinya berupa jasa seperti pada subsektor pemerintahan umum. Tetapi hal ini sangat sulit didapatkan karena tidak tersedianya atau kurang lengkapnya data mengenai nilai produksi dan biaya antara. 1.3 Pendekatan pengeluaran Pendekatan dari segi pengeluaran atau penggunaan akhir dari barang dan jasa. Metode ini khusus untuk menghitungan NTB sektor Bangunan. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

17 Pendahuluan 2. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan PDRB yang masih ada factor inflasi didalamnya merupakan pendapatan PDRB atas dasar harga berlaku, sedangkan apabila factor inflasi dikeluarkan akan merupakan PDRB atas dasar harga konstan. Secara konseptual, nilai atas dasar harga konstan juga mencerminkan kuantum produksi tahun berjalan yang dinilai dengan harga pada tahun dasar. Dan secara motodologis suatu nilai ats dasr hatga konstan dapat diperoleh dengan 3 (tiga) metode, yaitu : metode revaluasi, ekstrapolasi dan deflasi. 2.1 Revaluasi Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masingmasing tahun dengan harga pada tahun dasar, yakni harga pada tahun Biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output masing-masing tahun dengan rasio tetap biaya antara tahun dasar terhadap output. 2.2 Ekstrapolasi Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun 2000 dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

18 Pendahuluan dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung. 2.3 Deflasi Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 untuk masing-masing tahun diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga perdagangan besar. Indeks harga diatas dapat pula dipakai sebagai inflator, yaitu nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tertentu. Dalam metode deflasi dikenal istilah deflasi berganda yaitu yang dideflasi adalah output dan biaya antar, sedangkan nilai tmbah diperoleh dari selisih antar output dan biaya antara. Indeks harga yang digunakan sebagaideflator untuk penghitungan output atas dasar harga konstan biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cangkupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbsar. Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponennya terlalu banyak juga Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

19 Pendahuluan indeks harga belum tersedia secara baik. Oleh karena itu metode ini belum banyak digunakan. E. ANALISA DAN KEGUNAAN DATA PDRB Data PDRB sangat berguna bagi para ahli yang bergerak dibidang perencanaan ekonomi baik jangka pendek maupun jangka panjang, pengambilan kebijakan ekonomi baik pemerintah maupun swasta. Penyajian data PDRB dilakukan dalam bentuk tabel-tabel statistik. Tabel merupakan suatu metode statistic untuk menyajikan data secara komprehensif. Tabel yang merupakan sumber informasi perlu diuraikan untuk analisa secara lebih spesifik. Dengan demikian, dalam analisa data PDRB akan disajikan table dan grafik yang dilengkapi dengan ulasannya. Penyajian tersebut dimaksud untuk memudahkan pembaca melakukan evaluasi terhadap data PDRB. Tujuan utamanya adalah untuk menjabarkan hasil penghitungan PDRB kedalam bentuk yang relative sederhana dengan menggunakan metode pendekatan statistic desktiptif. Beberapa indikator pokok ekonomi makro yang tertuang dalam PDRB sektoral serta kegunaanya antara lain : Nilai Nominal PDRB. PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu diciptakan dari berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah. Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

20 Pendahuluan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Nilai nominal PDRB yang dihasilkan suatu daerah sangat tergantung pada dua faktor tersebut, sehingga nilainya bervariasi antar daerah. Dari besarnya nilai nominal PDRB dapat dilihat nilai tambah masing-masing sektor dan peranannya dalam membetuk perekonomian daerah. Kontribusi/Peranan Sektor Ekonomi. Konstribusi atau peranan ekonomi menunjukkan struktur perekonomian yang terbentuk di suatu daerah. Struktur ekonomi yang dinyatakan dalam persentase, menunjukkan besarnya peranan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah. Hal ini menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan produksi masing-masing sektor ekonomi. Apabila struktur ekonomi disajikan dari waktu ke waktu, maka dapat dilihat perubahan dan pergeseran struktur sebagai indikator adanya proses pembangunan. Laju Pertumbuhan Ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Indikator ini biasanya digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode tertentu. Indikator ini dapat pula dipakai untuk menentukan arah kebijakan pembangunan yang akan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

21 Pendahuluan datang. Untuk mengukur besarnya laju pertumbuhan tersebut dapat dihitung dari data PDRB atas dasar harga konstan. PDRB/PDRN Per Kapita. PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah yang bisa diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat dari adanya aktivitas produksi. Sedangkan PDRN per kapita merupakan gambaran pendapatan yang diterima oleh masingmasing penduduk sebagai keikutsertaannya dalam proses produksi. Kedua indikator ini biasanya digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Apabila data tersebut disajikan secara berkala akan menunjukkan perubahan kemakmuran. Tingkat Perubahan Harga atau Inflasi/Deflasi. Inflasi/deflasi merupakan gambaran tentang perubahan harga. Fluktuasi harga yang terjadi akan mempengaruhi daya beli masyarakat/konsumen sebagai akibat dari ketidakseimbangan pendapatan. Untuk melihat adanya perubahan harga barang dan jasa secara keseluruhan pada tingkat produsen dapat dilihat dari suatu indeks yang diturunkan dari perhitungan indeks implisit yang merupakan perbandingan antara PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan atau disebut PDRB deflator. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

22 Uraian Sektoral BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikandalam bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor, sub sektor dan komoditinya, sumber datanya serta cara penghitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan A. Sektor Pertanian a. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Subsektor ini meliputi semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela rambat, ketela pohon, umbi-umbian, kacang tanah, kacang kedelai, kacang-kacang lainnya, sayur-sayuran, buahbuahan, padi-padian serta bahan makanan lainnya, serta produksi ikutannya. b. Sub Sektor Tanaman Perkebunan Meliputi semua jenis kegiatan tanaman perkebunan baik yang diusahakan rakyat maupun yang diusahakan perusahaan perkebunan. Adapun komoditi yang dihasilkan seperti : cengkeh, Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

23 Uraian Sektoral jahe, jambu mete, jarak, kako, karet, kapas kapok, kayu manis, kelapa sawit, kemiri, kina, kopi, lada, pala, panili, serat karung, tebu, tembakau, serta tanaman perkebunan lainnya. c. Sub Sektor Peternakan Meliputi semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis ternak dengan tujuan untuk dikembang biakan, dibesarkan, dipotong, dan diambil hasil-hasilnya, baik yang dilakukan oleh rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Komoditi hasil peternakan antara lain: sapi, kerbau, kambing, babi, ayam, itik, telur ayam, telur itik susu sapi serta hewan peliharaan lainnya. d. Sub Sektor Kehutanan Meliputi kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan daun-daunan, getah-getahan dan akar-akaran. Termasuk juga kegiatan perburuan. Komoditi hasil kehutanan diantaranya adalah kayu gelondongan (baik yang berasal dari hutan rimba maupun hutan budidaya), kayu bakar, rotan, arang, bambu, terpentin, kopal, menjangan, babi hutan, serat hasil hutan lainnya. e. Sub Sektor Perikanan Meliputi semua kegiatan penangkapan, pembenihan dan budi daya segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada diair Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

24 Uraian Sektoral tawar maupun diair asin. Komoditi perikanan antara lain seperti ikan tuna dan jenis ikan laut lainnya, ikan mas dan jenis ikan darat lainnya, ikan bandeng dan jenis ikan air payau lainnya, udang dan binatang berkulit keras lainnya, cumi-cumi dan binatang lunak lainnya, rumput laut serta tumbuhan laut lainnya. B. Sektor Pertambangan dan Penggalian a. Subsektor Pertambangan Migas Kegiatan pertambangan migas (minyak dan gas bumi) meliputi pencarian kandungan migas, penyiapan pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan, serta penampungan untuk dapat dijualatau dipasarkan. Hasil kegiatan ini adalah minyak bumi, kondensat, dan gas bumi. Data Pertambangan Migas di Kabupaten Natuna langsung dikirimkan ke pemerintah pusat. b. Sub Sektor Pertambangan Tanpa Migas Kegiatan subsektor ini meliputi pengambilan dan persiapan lanjutan benda padat, baik di bawah maupun diatas permukaan bumi serta seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memanfaatkan bijih logam dan hasil tambang lainnya. Contohnya komoditi bauksit, timah, granit dan sebagainya. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

25 Uraian Sektoral c. Sub Sektor Penggalian Kegiatan subsektor ini meliputi penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir, dan tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi dan biasa disebut bahan galian golongan C. Hasil kegiatan ini antara lain batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk bahan bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, koalin, tanah liat dan sebagainya. d. Metode Estimasi NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output tersebut dengan rasio NTB terhadap output masingmasing tahun. Sedangkan output atas dasar harga konstaan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi. C. Sektor Industri Pengolahan Kegiatan utama sektor industri adalah mengubah bentuk secara mekanis dan kimiawi dari bahan organik maupun non organik menjadi produk baru yang lebih tinggi nilainya. Sektor ini meliputi 3 (tiga) subsektor yaitu: Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

26 Uraian Sektoral a). Industri pengilangan minyak bumi, b). Industri pengolahan non migas, dan c). Industri pengilangan gas alam cair (LNG). Untuk industri non migas dirinci lagi menjadi industri pengolahan non migas besar/sedang, indsutri non-migas kecil, dan industri kerajinan rumah tangga. a. Subsektor Industri Pengilangan Minyak Bumi Penyajian subsektor ini tidak berbeda sama sekali antara seri lama dengan seri baru. Perhitungan NTB subsektor ini menggunakan pendekatan produksi seperti halnya industri pengolahan nonmigas, sedangakan untuk harga konstan menggunakan cara revaluasi. b. Subsektor Industri Pengolahan Non-Migas Mengacu pada KLUI 2 digit, kegiatan subsektor industri pengolahan non-migas dibagi dalam sembilan kelompok yaitu: Industri makanan, minuman dan tembakau Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit Industri kayu, bambu, rotan, dan perabot rumahtangga Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

27 Uraian Sektoral Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan, dan penerbitan Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batubara, karet dan plastik Indsutri barang-barang galian bukan logam. Kecuali minyak bumi dan batubara Industri logam dasar Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya Industri pengolahan lainnya Kegiatan subsektor industri pengolahan mencakup 2 (dua) yaitu industri pengolahan besar/sedang dan industri kecil dan kerajinan rumahtangga (IKKR). a. Industri Besar/Sedang Industri Besar adalah industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja lebih besar dari 99 orang (>99) dan industri sedang adalah industri yang mempunyai tenaga kerja antara orang. Dalam penghitungan sub sektor industri pengolahan besar/sedang digunakan pendekatan produksi, yaitu output dihitung lebih dahulu. Output dikurangi dengan biaya antara diperoleh nilai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

28 Uraian Sektoral tambah brutonya. Sedangkan untuk memperoleh NTB atas dasar harga konstan 2000 dipakai metode deflasi dengan output dan jumlah tenaga kerja sebagai deflator. b. Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga Sub sektor ini sama dengan cakupan dan definisi kegiatan Industri Besar/Sedang, perbedaannya terletak pada jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan industri tersebut. Perusahaan dikatakan sebagai Industri Kecil jika jumlah tenaga kerjanya antara 5 sampai 19 orang, sedangkan Industri Kerajinan Rumah Tangga jika jumlah tenaga kerjanya kurang dari 5 orang. Penghitungan output dan NTBnya menggunakan pendekatan tenaga kerja, yang dikalkulasi secara rinci menurut kegiatan industri yang dikelompokkan dalam 3 digit KLUI. Dan untuk memperoleh NTB atas dasar harga konstan 2000 dipakai metode deflasi dengan output dan jumlah tenaga kerja sebagai deflator. c. Subsektor Industri Pengilangan Gas Alam Cair (LNG) Penyajian subsektor ini masih sama dengan seri lama karena disamping komoditasnya tunggal (LNG), produknya juga hanya ada di dua propinsi di Indonesia yaitu Nanggroe Aceh Darusslam (NAD) dan Kalimantan Timur. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

29 Uraian Sektoral D. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih a. Subsektor Listrik Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) maupun perusahaan Non PLN. Listrik yang dibangkitkan di produksi meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi dan listrik yang dicuri. Metode penghitungan NTB sub sektor listrik menggunakan pendekatan produksi. Nilai produksi diperoleh dengan cara mengalikan produksi dengan rata-rata KWH listrik yang terjual, kemudian dikurangi dengan biaya antara, pemakaian sendiri oleh PLN dan yang hilang di transmisi maka didapat NTB atas dasar harga berlaku. Output dan NTB sub sektor ini diperoleh dari penjumlahan dari output/ntb PLN dan output/ntb Non PLN. b. Subsektor Air Bersih Kegiatan subsektor ini meliputi kegiatan proses penjernihan, pemurnian, dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih, serta pendistribusian dan penyalurannya secara langsung melalui pipa dan alat lain ke rumahtangga, instansi pemerintah dan swasta oleh Perusahaan Air Minum (PAM) maupun bukan PAM. NTB sub sektor ini diperoleh melalui pendekatan produksi, Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

30 Uraian Sektoral yaitu dengan mengeluarkan biaya antara dari nilai produksinya. Sedangkan NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan metode revaluasi. E. Sektor Konstruksi Pada umumnya kegiatan sektor ini terdiri atas bermacam kegiatan yang meliputi pembuatan, pembangunan, pemasangan, dan perbaikan berat maupun ringan semua jenis konstruksi yang keseluruhan kegiatan tersebut dapat dirinci menurut standar KBLI. Sektor bangunan terbagi ke dalam 5 (lima) sub konstruksi, yaitu: 1). Bangunan Tempat Tinggal dan Bukan Tempat Tinggal; 2). Prasarana Pertanian; 3). Jalan-Jembatan, Pelabuhan; 4). Bangunan Instalasi Listrik-Gas-Air Minum dan Komunikasi serta; 5). Bangunan lainnya. Output sektor konstruksi didasarkan pada data konstruksi, ditambah dengan perkiraan pengeluaran rumahtangga untuk konstruksi. Metode penghitungan untuk sektor ini menggunakan pendekatan pendapatan untuk NTB atas dasar harga berlaku, dan metode deflasi untuk penghitungan NTB atas dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

31 Uraian Sektoral F. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran a. Sub Sektor Perdagangan Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/pendistribusian tanpa merubah sifat barang tersebut. Dalam perhitungannya dikelompokkan ke dalam dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar mencakup kegiatan pengumpulan dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan dan lembaga yang tidak mencari untung. Sedangkan perdagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumahtangga. Untuk menghitung nilai output dan NTB atas dasar harga berlaku digunakan metode arus barang (commodity flow), sedangkan atas dasar harga konstan menggunakan metode revaluasi. b. Sub Sektor Hotel Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi di sini adalah hotel Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

32 Uraian Sektoral berbintang maupun hotel tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap, seperti losmen, motel dan sebagainya. Termasuk pula kegiatan penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang menginap dimana kegiatan-kegiatan tersebut berada dalam satu manajemen dengan penginapan yang datanya sulit untuk dipisahkan. Metode estimasi yang digunakan untuk menghitung nilai tambah atas dasar harga berlaku yaitu pendekatan produksi, sedangkan atas dasar harga konstan menggunakan metode revaluasi. c. Sub Sektor Restoran Kegiatan sub sektor restoran mencakup usaha menyediakan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam sub sektor ini seperti rumah makan, warung sate, warung kopi, katering dan kantin. Untuk menghitung nilai output dan NTB atas dasar harga berlaku digunakan pendekatan pengeluaran konsumsi makanan dan minuman jadi di luar rumah, sedangkan atas dasar harga konstan menggunakan metode revaluasi. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

33 Uraian Sektoral G. Sektor Pengangkutan Dan Komunikasi 1. Sub Sektor Pengangkutan Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor pengangkutan terdiri atas Jasa Angkutan Darat, Angkutan Laut, Angkutan Udara, dan Jasa Penunjang Angkutan. Kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik bermotor maupun tidak bermotor. Sedangkan untuk jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti terminal, pelabuhan dan pergudangan. a. Angkutan Darat Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya, baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk disini kegiatan lainnya seperti charter/sewa kendaraan baik dengan atau tanpa pengemudi. Tidak termasuk kegiatan lainnya yang diusahakan sebagai satu kesatuan usaha dengan kegiatan ini, seperti jasa bongkar muat, keagenan barang dan penumpang, perbaikan dan pemeliharaan. Penghitungan nilai tambah sub sektor angkutan jalan raya atas dasar harga berlaku dengan menggunakan pendekatan produksi yang didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum barang dan penumpang wajib uji yang diperoleh dari laporan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

34 Uraian Sektoral tahunan DLLAJR dan hasil SKPR sektor angkutan serta data sekunder kecamatan. b. Angkutan Laut Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal laut yang beroperasi didalam dan diluar daerah domestik. Tidak termasuk kegiatan pelayaran laut yang diusahakan oleh perusahaan lain yang berada dalam satu satuan usaha, di mana kegiatan pelayaran ini sifatnya hanya menunjang dari kegiatan induknya dan data yang tersedia juga sulit untuk dipisahkan. Misalnya tanker yang diusahakan oleh Pertamina untuk angkutan di dalam negeri, kapal milik perusahaan penangkapan ikan & angkutan khusus lainnya. Penghitungan nilai tambah sub sektor angkutan laut melalui pendekatan alokasi dari sub sektor angkutan laut angka nasional, karena kegiatan angkutan laut merupakan kegiatan multiregional, dimana kegiatannya adalah pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan kapal yang diusahakan oleh perusahaan milik nasional, baik yang melakukan trayek dalam negeri maupun internasional. Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi dengan menggunakan indeks angkutan/transport. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

35 Uraian Sektoral c. Angkutan Udara Meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan yang beroperasi di daerah tersebut. Termasuk disini kegiatan lainnya yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan yang datanya sulit untuk dipisahkan, seperti EMKU (Ekspedisi Muatan Kapal Udara) dan lain-lain, baik untuk angkutan penerbangan dalam negeri maupun untuk penerbangan luar negeri. Tidak termasuk kegiatan penerbangan yang dilakukan oleh instansi/perkumpulan yang sifatnya tidak terbuka untuk umum. Kemudian nilai tambah atas dasar harga berlaku sub sektor angkutan udara diperoleh dari laporan tahunan tiap bandara udara. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode deflasi. d. Jasa Penunjang Angkutan Mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan, yaitu jasa pelabuhan udara, laut, sungai, darat (terminal dan parkir), bongkar muat laut dan darat, keagenan penumpang, ekspedisi laut, jalan tol dan jasa penunjang lainnya (pengerukan dan pengujian kelayakan angkutan laut). Sub sektor jasa penunjang angkutan (terminal, parkir, keagenan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

36 Uraian Sektoral barang dan penumpang, ekspedisi, bongkar-muat, penggudangan) nilai tambah diperoleh dari SKPR. Sedangkan penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dengan menggunakan metode deflasi. 2. Sub Sektor Komunikasi Sub sektor ini terdiri dari kegiatan pos dan giro, Telekomunikasi dan jasa Penunjang Komunikasi. Pos dan Giro mencakup kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat, wesel dan paket pos yang diusahakan oleh PT. Pos Indonesia. Telekomunikasi meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui telegram, telepon dan telex yang diusahakan oleh PT. Telekomunikasi dan PT. Indosat. Jasa penunjang komunikasi meliputi kegiatan lainnya yang menunjang kegiatan komunikasi, seperti warung komunikasi (wartel) dan telepon seluler (ponsel). Sub sektor komunikasi mencakup jasa pos dan giro serta telekomunikasi. Penghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku didasarkan pada data produksi dan struktur biaya yang diperolah dari laporan keuangan PT. POSINDO. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dengan menggunakan ekstrapolasi dengan menggunakan indeks gabungan dari jumlah surat yang dikirim. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

37 Uraian Sektoral Penghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku sub sektor telekomunikasi dihitung berdasarkan data yang bersumber dari laporan keuangan Kantor Wilayah Usaha Telekomunikasi Tanjungpinang. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan indeks gabungan tertimbang yang meliputi jumlah menit percakapan lokal/interlokal. H. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor ini disebut sebagai sektor finansial, karena secara umum kegiatan utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan yang berupa penarikan dana dari masyarakat maupun penyalurannya ke masyarakat kembali. Secara garis besar sektor ini terbagi atas 3 (tiga) kelompok. Kelompok utama yaitu, usaha perbankan dan moneter (otoritas moneter), lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan serta usaha persewaan bangunan dan tanah. Namun dalam klasifikasi tahun 2000 sektor bank dan lembaga keuangan lainnya berubah menjadi Sektor Keuangan, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan. Sektor ini meliputi kegiatan subsektor perbankan, asuransi, koperasi simpan pinjam dan lembaga keuangan lainnya, serta persewaan bangunan bukan tempat tinggal dan kegiatan jasa perusahaan. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

38 Uraian Sektoral a. Subsektor Perbankan Nilai output dan NTB atas dasar harga berlaku subsektor ini diperoleh dari Bank Indonesia (BI), sedangkan perkiraan NTB atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi, yakni menggunakan indeks jumlah nilai kredit riil sebagai ekstrapolasinya. Nilai kredit riil diperoleh dengan cara men-deflate nilai kredit pada tahun berjalan dengan indeks umum HPB. b. Subsektor Jasa Keuangan Bukan Bank Sub sektor lembaga keuangan bukan bank mencakup kegiatan asuransi (asuransi jiwa, asuransi sosial, asuransi kerugian dan asuransi lainnya), mencakup juga koperasi (KUD dan non KUD), pegadaian dan dana pensiun. Penghitungan nilai tambah asuransi atas dasar harga berlaku diperoleh melalui SKPR dan data sekunder. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara metode deflasi juga dengan menggunakan data IHK Umum. c. Subsektor Lembaga Keuangan Lainnya Sub sektor ini meliputi kopersi simpan pinjam, lembaga kredit perorangan, money changer, pasar modal, leasing dan lembaga keuangan bukan bank. Penghitungan nilai tambah koperasi berasal dari data SKPR. Penghitungan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode deflasi, dan deflatornya adalah IHK Umum. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

39 Uraian Sektoral d. Subsektor Sewa Bangunan Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa yang berhubungan dengan proses penggunaan rumah atau bangunan sebagai tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal, tanpa memperhatikan apakah rumah itu milik sendiri atau yang disewakan. Untuk sewa bangunan tempat tinggal, perkiraan NTB atas dasar harga konstan 2000 didasarkan pada data pengeluraan konsumsi rumah tangga hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) khususnya pengeluaran sewa rumah. Sedangkan Nilai tambah sub sektor sewa bangunan (untuk tempat tinggal dan bukan untuk tempat tinggal) diperoleh dari selisih antara output dengan biaya antara. Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode deflasi, dan sebagai deflatornya adalah IHK Umum. e. Subsektor Jasa Perusahaan Subsektor ini meliputi kegiatan advokasi, notaris, pengolahan data, periklanan, sewa-menyewa mesin dan alat-alat usaha. Perkiraan NTB dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi yang outputnya diperoleh langsung dengan mengalikan jumlah tenaga kerja subsektor jasa perusahaan dengan rata-rata output per tenaga kerja yang diperoleh dari survei khusus. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

40 Uraian Sektoral I. Sektor Jasa-Jasa Sektor ini mencakup sub sektor jasa pemerintahan umum dan sub sektor jasa swasta. Sub sektor pemerintahan umum meliputi pemerintahan dan Hankam. Sedangkan untuk sub sektor jasa swasta meliputi sub sektor jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayaan, jasa perorangan dan rumah tangga. a. Subsektor Pemerintahan Umum Subsektor ini meliputi administrasi pemerintahan dan pertahanan, serta kegiatan jasa pemerintahan lainnya. Nilai tambah sub sektor pemerintahan dan Hankam terdiri dari upah dan gaji rutin pegawai pemerintah pusat dan daerah. Upah dan gaji yang dihitung mencakup upah dan gaji dari belanja rutin dan sebagian dari belanja pembangunan Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks jumlah pegawai negeri. b. Subsektor Swasta Kegiatan pada subsektor swasta mencakup 3 kegiatan utama, yaitu: 1. Jasa Kemasyarakatan Sub sektor jasa sosial dan kemasyarakatan mencakup jasa pendidikan (sekolah swasta) meliputi TK, SD, SLTP, SLTA dan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

41 Uraian Sektoral Universitas/Akademi, jasa pendidikan (kursus), jasa kesehatan (swasta) seperti; rumah sakit, rumah sakit bersalin, dokter dan sebagainya. Kemudian jasa kemasyarakatan, jasa kesehatan dan jasa kemasyarakatan lainnya (panti asuhan dan panti jompo). Penghitungan nilai tambah sub sektor jasa sosial dan kemasyarakatan atas dasar harga berlaku melalui pendekatan produksi, sedangkan penghitungan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan cara/metode ekstrapolasi. 2. Jasa Hiburan Sub sektor jasa hiburan mencakup kegiatan bioskop, panggung kesenian, radio swasta, taman hiburan, dan sebagainya. Penghitungan nilai tambah sub sektor jasa hiburan dan kebudayaan atas dasar harga berlaku juga melalui pendekatan produksi. Sedangkan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan cara deflasi dan sebagai deflatornya adalah IHK aneka dan jasa. 3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga Subsektor ini mencakup kegiatan perbengkelan (mobil, motor, sepeda, alat-alat elektronik) dan jasa perorangan (tukang binatu, salon, tukang semir, tukang jahit dan sebagainya). Kemudian untuk penghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku sub sektor jasa perorangan dan rumah tangga juga melalui pendekatan produksi. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

42 Uraian Sektoral Untuk penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode deflasi, dan sebagai deflatornya adalah IHK aneka dan jasa. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

43 BAB III TINJAUAN PEREKONOMIAN NATUNA Analisis A. Kondisi Umum Ekonomi Kondisi perekonomian Kabupaten Natuna di tahun 2013 cukup baik, hal ini ditunjukkan oleh cukup tingginya pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada tahun Pergerakan roda ekonomi ini tidak lepas dari situasi dan kondisi Kabupaten Natuna yang stabil dan penerapan kebijakan pemerintah daerah untuk benar-benar melaksanakan reformasi melalui paket kebijakan yang berpedoman pada peningkatan kesejahteraan rakyat yang adil dan merata serta terarah dan tepat sasaran, dengan selalu berlandaskan pada skala prioritas kebutuhan. Selain itu prioritas pembangunan selama tahun 2013 dengan program pembangunan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada peningkatan kesejahteraan melalui berbagai upaya dalam telah dilakukan melakui usaha kecil/menengah serta koperasi, dan pertanian yang solid sebagai tumpuan kehidupan sebagian besar masyarakat Kabupaten Natuna, tanpa meninggalkan perhatian pada kegiatan pembangunan di sektor lainnya seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan bangunan yang selama ini menjadi salah satu tumpuan roda perekonomian Kabupaten Natuna. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

44 Analisis Kondisi makro ekonomi Kabupaten Natuna juga tidak lepas dari dampak perkembangan kondisi ekonomi maupun non ekonomi. Situasi politik dan keamanan sebagai faktor non ekonomi relative stabil selama tahun Keadaan tersebut sangat mempengaruhi kondisi perekonomian nasional yang mencerminkan pula pada perekonomian regional di setiap kabuapaten. Meskipun telah terjadi kenaikan harga dab kelangkaan Bahan Baka Minyak (BBM) yang berpengaruh terhadap terjadinya gejolak harga kebutuhan pokok dan jasa, namun tidak terlalu berpengaruh kepada aktifitas ekonomi di Kabupaten Natuna karena secara berangsur angsur dapat dikendalikan sehingga ekonomi masih dapat berkembang. Dengan demikian, uraian dibawah ini akan disajikan analisis secara desktiptif mengenai perekonomian Kabupaten Natuna yang didasarkan pada angka PDRB Kabupaten Natuna. Indikator makro ekonomi yang akan dianalisis berupa besaran PDRB, laju pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan PDRB per kapita serta pendapatan perkapita. B. Perkembangan Ekonomi Regional Perkembangan Kabupaten Natuna yang salah satunya diukur dari besaran PDRB selama tahun menunjukkan perkembangan yang terus meningkat. Besaran PDRB Kabupaten Natuna atas dasar harga berlaku maupun konstan selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

45 Analisis Nilai PDRB Kabupaten Natuna atas dasar harga berlaku tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup berarti, yaitu dari 1,47 triliun rupiah ditahun 2012 menjadi 1,69 triliun rupiah pada tahun 2013 atau naik sebesar 222 milyar rupiah. Sedangkan nilai PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2012 mencapai 488 milyar rupiah dan pada tahun 2013 sebesar 520 milyar rupiah. Grafik 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Natuna Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun (juta rupiah) Selama 5 (lima) tahun terakhir yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, PDRB Kabupaten Natuna mengalami peningkatan 713 milyar rupiah atas dasar harga berlaku. Sementara jika dinilai atas dasar harga konstan, selama periode tersebut PDRB Kabupaten Natuna mengalami Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

46 Analisis kenaikan sebesar 115 milyar rupiah. Kenaikkan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya nilai tambah dari semua sektor. Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Kabupaten Natuna tahun (juta rupiah). Tahun PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (jt rp) PDRB Atas Dasar Harga Konstan (jt rp) (1) (2) (3) , , ,079, , * 1,334, , ** 1,469, , *** 1,691, , Sumber : BPS Kabupaten Natuna Pada tahun 2013, sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto (menurut harga berlaku) terbesar adalah sektor pertanian yaitu sebesar 935 milyar rupiah, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 285 milyar rupiah, sektor angkutan sebesar 145 milyar rupiah, sektor bangunan sebesar 135 milyar rupiah dan sektor jasa-jasa sebesar 102 milyar rupiah. Sedangkan sektor lainnya hanya menghasilkan nilai tambah bruto dibawah 50 miliyar rupiah. Demikian juga pada penghitungan atas dasar harga konstan, sektor yang memiliki Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

47 Analisis nilai tambah bruto paling besar adalah sektor pertanian yaitu sebesar 317 milyar rupiah serta sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 79 milyar rupiah. Sedangkan sektor yang lainnya hanya menghasilkan nilai tambah dibawah 50 milyar rupiah. Tabel 2. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Tahun (milyar rupiah) Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan (1) (2) (3) (4) (5) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik dan Air Minum Bangunan Perdagangaan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Perewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa JUMLAH 1, , Sumber : BPS Kabupaten Natuna Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

48 Analisis C. PERTUMBUHAN EKONOMI 1. Pertumbuhan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perkembangan produksi dari barang dan jasa pada periode tertentu dibandingkan periode sebelumnya. Laju pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan, sehingga angka pertumbuhan ini sudah tidak dipengaruhi faktor perubahan harga atau bisa diartikan benar-benar murni disebabkan oleh kenaikkan produksi seluruh sektor pendukungnya. Grafik 2. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Natuna Tahun (persen) Pertumbuhan Kabupaten Natuna selam 5 (lima) tahun terakhir yaitu tahun cenderung mengalami pergerakan kearah positif. Pada Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

49 Analisis tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Natuna mencapai 6,38 persen. Pada tahun 2010 perekonomian Kabupaten Natuna mengalami perlambatan, ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi sebesar 6,25 persen, kemudian mengalami percepatan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,41 persen tahun 2011, tahun 2012 sebesar 6,54 persen dan di tahun 2013 mencapai 6,60 persen. Kondisi ini disebabkan karena secara rata-rata semua sektor lapangan usaha mengalami peningkatan. Sektor yang mengalami pertumbuhan paling tinggi pada tahun 2013 adalah sektor angkutan dan komunikasi yaitu sebesar 10,08 persen. Diantaranya subsektor angkutan sebesar 10,16 persen dan subsektor komunikasi sebesar 8,01 persen. Dimana jumlah dari nilai bagasi dan pos/paket yang meningkat dari tahun sebelumnya. Begitu juga dengan subsektor komunikasi yang cenderung meningkat dalam pemakaian telepon genggam/hp atau internet. Selain sektor angkutan dan komunikasi ada juga sektor yang mengalami pertumbuhan tinggi yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor bangunan/konstruksi. Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Kabupaten Natuna selama lima tahun terakhir adalah sebesar 32,19 persen. Dengan demikian secara rata-rata selam periode tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 6,44 persen pertahun. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna,

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara penghitungan nilai tambah bruto atas

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB III URAIAN SEKTORAL BAB III URAIAN SEKTORAL alah satu kendala dalam memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik. Disamping

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... DAFTAR ISI SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... i ii iii v vi I. PENDAHULUAN 1.1. Umum... 1 1.2. Pengertian Pendapatan Regional... 1 1.2.1. Produk Domestik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari 38 III. METODE PENELITIAN A. Data dan sumber data Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun 2009 2013 dari instansi- instansi terkait yaitubadan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Badan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL

BAB II URAIAN SEKTORAL BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam Bab II ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor, cara-cara penghitungan nilai tambah, baik atas dasar

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP SAMBUTAN Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2009 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality 2010/2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product of Jayapura

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2010 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

BAB. III. URAIAN SEKTORAL

BAB. III. URAIAN SEKTORAL BAB. III. URAIAN SEKTORAL Salah satu cara untuk memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah mengetahui masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik.

Lebih terperinci

KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013

KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 KERJASAMA ANTARA BPS KABUPATEN ROKAN HILIR DENGAN BAPPEDA KABUPATEN ROKAN HILIR BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN ROKAN HILIR PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 BAB 1 PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya ditujukan agar tercipta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lebih baik.

Lebih terperinci

II.1. SEKTOR PERTANIAN

II.1. SEKTOR PERTANIAN PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 II. URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup, definisi, cara panghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PDRB PDRB PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2006 ISSN : - No Publikasi : 71020.0702 Katalog BPS : 9203.7102 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 KABUPATEN TRENGGALEK Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006-2010 Gross Regional Domestic Product Of Trenggalek Regency By Industrial Origin

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BOGOR Assalamu alaikum Wr Wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan satu dari beragam indikator ekonomi yang digunakan dalam mengukur kinerja perekonomian. Indikator tersebut memberikan gambaran

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2002-2010 Katalog BPS : 9302008.7101 ISSN 0215 6432 Ukuran Buku : 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : ix + 115 Halaman Naskah : Badan

Lebih terperinci

Kerjasama : KATALOG :

Kerjasama : KATALOG : Kerjasama : KATALOG : 9302008.6205 KATALOG : 9302008.6205 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2006 2010 Edisi 2011 ISSN. 0216.4796 No.Publikasi : 6205.11.01 Katalog BPS : 9302008.6205

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a, KATA PENGANTAR Kondisi perekonomian makro memberikan gambaran mengenai daya saing dan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Gambaran ekonomi makro dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 ht tp :// tre ng ga le kk ab.b ps.g o. id Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek Statistics

Lebih terperinci

P D R B KABUPATEN KERINCI MENURUT LAPANGAN USAHA

P D R B KABUPATEN KERINCI MENURUT LAPANGAN USAHA P D R B KABUPATEN KERINCI MENURUT LAPANGAN USAHA 2008-2012 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008-2012 MENURUT LAPANGAN USAHA ISSN : No. Publikasi : 15015.1306 Katalog BPS :

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2014 i ii Tinjauan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency Katalog BPS : 9302008.3208 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency 2010-2013 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Kuningan 2010-2013

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam era otonomi daerah, kebutuhan akan data sebagai bahan perencanaan dan evaluasi pembangunan terutama pembangunan di tingkat kabupaten/kota semakin meningkat. Kebijakan-kebijakan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PDRB KABUPATEN NGAWI TAHUN 2006-2010 KATA PENGANTAR Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi naik dari 5,21 persen pada tahun 2006 setelah sempat turun pada tahun 2007 sebesar

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2012. Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MAMUJU

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MAMUJU ht tp :// m am uj uk ab. bp s. go.id Publikasi Produk Domestik Regional bruto merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Mamuju. Publikasi ini berisikan gambaran

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. BAB II METODOLOGI P DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut secara garis besar ada dua macam yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 Ukuran Buku Jumlah Halaman Diterbitkan Oleh Dicetak Oleh : 21 cm x 29,7 cm : x + 97 halaman : Badan Perencanaan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 Katalog BPS : 9302008.3524 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21,5 x 27,9 cm : 93 + v Naskah dan Penyunting : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Lebih terperinci

KABUPATEN BENGKULU TENGAH

KABUPATEN BENGKULU TENGAH Katalog BPS : 9302008.1709 4 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH PDRB SEKTORAL KABUPATEN BENGKULU TENGAH TAHUN 2012 Nomor Publikasi: 1709.1002

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT KUTAI TIMUR REGENCY

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT KUTAI TIMUR REGENCY PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT KUTAI TIMUR REGENCY 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR 2013 GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN KATALOG BPS 9205.1171 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN 2002-2007 ISBN : 979.466.016.7 NOMOR PUBLIKASI : 9205.1171 NASKAH GAMBAR DITERBITKAN OLEH : BPS KOTA BANDA ACEH : BPS KOTA BANDA

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2008 ISSN : - No Publikasi : 71060.0802 Katalog BPS : 1403.7106 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm : vi + 40

Lebih terperinci

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu II. METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB III URAIAN SEKTORAL 3.1. SEKTOR PERTANIAN BAB III URAIAN SEKTORAL 3.1.1 Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Sub Sektor tanaman bahan makanan meliputi kegiatan bercocok tanam untuk menghasilkan segala jenis tanaman yang digunakan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997 KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997 KODE KETERANGAN 000 KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 011 PERTANIAN TANAMAN PANGAN, TANAMAN PERKEBUNAN, DAN HORTIKULTURA 012 PETERNAKAN 013 KOMBINASI PERTANIAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Analisis Ekonomi Regional Kota Semarang Tahun 2013. Produk Analisis Ekonomi Regional Kota Semarang

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha Katalog BPS : 9302013.3574 Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Katalog BPS : 9302013.3574 TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PROBOLINGGO 2008-2012

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/01/Th. XIII, 4 Januari 2010 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR NOVEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,73 PERSEN Pada bulan November Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga

Lebih terperinci

pekanbarukota.bps.go.id

pekanbarukota.bps.go.id Katalog BPS: 9302003.14.71 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PEKANBARU MENURUT LAPANGAN USAHA 2009-2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKANBARU PENDAPATAN REGIONAL KOTA PEKANBARU MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB. III URAIAN SEKTORAL Uraian Sektoral yang disajikan dalam Bab III ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara perhitungan nilai tambah baik atas dasar harga

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2015 i SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA Puji syukur

Lebih terperinci

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar Melalui publikasi ini, pembaca akan diantarkan pada ulasan mengenai : Pertumbuhan Ekonomi Struktur Ekonomi PDRB per kapita Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha tahun 2010 2011 dan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN TELUK BINTUNI TAHUN 2013 ISSN : 2089-5585 Katalog BPS : 930201.9104 No. Publikasi : 9104.13.02 Ukuran Buku : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah Halaman : vi + 50 Halaman

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN. Kepada semua pihak, baik pemerintah maupun swasta yang telah memberikan data demi terwujudnya publikasi ini kami ucapkan terima kasih.

KATA SAMBUTAN. Kepada semua pihak, baik pemerintah maupun swasta yang telah memberikan data demi terwujudnya publikasi ini kami ucapkan terima kasih. KATA SAMBUTAN Penerbitan publikasi Produk Domestik Regional Bruto 2008 2012, merupakan lanjutan dari publikasi yang sama tahun sebelumnya yang berisikan gambaran informasi data statistik mengenai kemajuan

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadlirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tuban

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan ridho-nya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang dapat menerbitkan lanjutan series buku Produk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 44/07/Th. XIII, 1 Juli PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI HARGA GROSIR NAIK 0,72 PERSEN Pada bulan Juni Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan Besar

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

9205.3572 GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT OF BLITAR CITY Kerjasama : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BLITAR Dengan BAPPEDA KOTA BLITAR Central Board Of Statistics And RegionalDevelopment Planing BoardOf Blitar

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik regional Bruto Kota Medan. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik regional Bruto Kota Medan. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik regional Bruto Kota Medan Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Sumatera Utara adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TASIKMALAYA PDRB KOTA TASIKMALAYA MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TASIKMALAYA Pengantar PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI PAPUA BARAT MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic Product of Papua Barat Province by Industrial Origin 2011 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT PRODUK

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI PAPUA BARAT MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic Product of Papua Barat Province by Industrial Origin 2010 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT PRODUK

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality 2012/2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product of Jayapura

Lebih terperinci

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i ii Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 INDIKATOR EKONOMI KOTA TERNATE 2015 No. Katalog : 9201001.8271 No. Publikasi : 82715.1502 Ukuran Buku : 15,5 cm

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 76/12/Th. XII, 1 Desember PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR OKTOBER HARGA GROSIR TURUN 0,07 PERSEN Pada bulan Oktober Indeks harga grosir/agen

Lebih terperinci