KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb."

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadlirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tuban Tahun 2009 dapat dipublikasikan. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ini merupakan data yang sangat penting dan sangat dibutuhkan bukan hanya pemerintah beserta jajarannya, tetapi juga masyarakat akademis dan peneliti sosial ekonomi yang dilakukan oleh pihak swasta, terutama sebagai indikator dalam evaluasi dan perencanaan pembangunan ekonomi. Publikasi PDRB Tahun 2009 berisikan data PDRB Tahun 2005 sampai dengan tahun Penyajiannya dilengkapi dengan konsep/definisi dan table-tabel yang berisikan angka persentase maupun angka indeks yang biasa digunakan sebagai indicator ekonomi. Publikasi PDRB setiap tahun selalu diupayakan penyempurnaannya, baik dalam system pengolahan maupun dalam penyajian datanya. Saran dan kritik sangat kami harapkan dari para pengguna data untuk penerbitan selanjutnya. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penerbitan publikasi PDRB 2009 ini kami sampaikan banyak terima kasih Wassalamu alaikum Wr. Wb. Tuban, Nopember 2009 Kepala BPS Kabupaten Tuban ABDUL JAMIL, S.E, M.Si NIP Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban, 2009 i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI TABEL-TABEL POKOK I. KONSEP DAN DEFINISI Pendekatan Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Cara Penyajian dan Angka Indeks Agregat Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Revaluasi Ekstrapolasi Deflasi Deflasi Berganda.. II. URAIAN SEKTORAL Sektor Pertanian Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Rakyat Tanaman Perkebunan Besar Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Sektor Pertambangan & Penggalian 2.3 Sektor Industri Pengolahan Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit Industri Kayu, Bambu, Rotan, Rumput dan Sejenisnya Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan & Penerbitan Industri Kimia, Minyak Bumi, Batu Bara, Karet dan Plastik Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Logam Dasar Industri Barang dari Logam, Mesin dan Perlatannya Industri Pengolahan Lainnya Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Listrik Gas Air Bersih. 2.5 Sektor Bangunan Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Perdagangan Besar dan Eceran Hotel Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban, 2009 i ii iv ii

4 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban, 2009 iii

5 I. KONSEP DAN DEFINISI Definisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu (satu tahun). Dalam buku teks, biasanya disebutkan bahwa besaran PDRB dapat dihitung melalui pengukuran arus sirkulasi (circular flow), dan pengukurannya dapat dibedakan menjadi tiga cara : metode total keluaran (the total-output method); metode pengeluaran atas keluaran (the spending-on-output method); dan metode pendapatan dari produksi (the income fromproduction method). Secara populer, pendekatan penghitungan PDRB dengan metode yang pertama dikenal dengan sebutan pendekatan produksi, yang kedua dikenal dengan pendekatan pengeluaran, dan yang terakhir dikenal dengan pendekatan pendapatan. Dalam kondisi ketersediaan data dasar (raw data) di Indonesia, pendekatan yang teraksir belum dapat diterapkan. Penghitungan PDRB Kabupaten Tuban yang disajikan dalam buku ini juga menggunakan pendekatan yang pertama. Mengawali penjelasan mengenai konsep dan definisi, berikut ini dijelaskan mengenai beberapa istilah yang berhubungan dengan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yaitu : output: biaya antara; dan nilai tambah bruto. Kejelasan pengertian dari tiga istilah tersebut sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan PDRB. Selain hal tersebut, pada bab ini dijelaskan mengenai pendekatan penghitungan PDRB, serta PDRB per kapita. Output Yang dimaksud Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu (biasanya satu tahun). Jenis output ada 3 (tiga) macam : (i) Output utama (output yang menjadi tujuan utama), (ii) Output sampingan (bukan tujuan utama produksi), dan (iii) Output ikutan (output yang terjadi bersama-sama/tak dapat dihindarkan dengan output utamanya). Pada dasarnya nilai output diperoleh dari perkalian kuantum produksi dan harganya. O = Q x P Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

6 Biaya Antara Biaya antara dari barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan di dalam proses produksi dan unit-unit produksi dalam region tertentu pada rentang waktu tertentu(biasanya satu tahun). Nilai Tambah Bruto Nilai tambah bruto merupakan pengurangan dari nilai output dengan biaya antaranya, atau apabila dirumuskan menjadi : Nilai Tambah Bruto = Output Biaya Antara Pengertian nilai tambah bruto sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan PDRB, yang tidak lain adalah penjumlahan dari seluruh besaran nilai tambah bruto dari seluruh unit produksi yang berada pada region tertentu, dalam rentang waktu tertentu (biasanya satu tahun). Dengan demikian harus dipahami bahwa total output dalam suatu wilayah merupakan penjumlahan seluruh NTB dari seluruh proses produksi. Mengapa total output bukan merupakan penjumlahan dari seluruh output? Hal ini disebabkan karena ada inter-relasi antara satu proses produksi dengan proses produksi yang lain. Contohnya, produksi kedelai akan menjadi input antara pada produksi tempe. Oleh karena itu, apabila dijumlahkan seluruh output dari semua proses produksi, akan terjadi penghitungan ganda. Jelaslah bahwa yang dijumlahkan bukannya output, melainkan NTB. Secara lebih teknis, PDRB merupakan penjumlahan seluruh net output Pendekatan Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Cara penghitungan PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan, yaitu : pendekatan produksi; pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran, yang selanjutnya dijelaskan berikut ini. a. Menurut pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannyadikelompokkan menjadi 9 sektor atau lapangan usaha, yaitu : 1. Pertanian; 2. Pertambangan dan Penggalian; Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

7 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan air bersih; 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan restoran; 7. Pengangkutan dan Komunikasi; 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan; 9. Jasa-jasa. b. Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir, yaitu : 1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung; 2. Konsumsi Pemerintah; 3. Pembentukan modal tetap domestik bruto; 4. Perubahan stok; dan 5. Ekspor netto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Ekspor netto adalah ekspor dikurangi impor. c. Menurut pendekatan pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB, kecuali faktor pendapatan, termasukpula komponen penyusutan dan pajak tak langsung netto. Jumlah semua komponen pendapatan ini menurut sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Produk domestik bruto merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha). Dari tiga pendekatan penghitungan tersebut, secara konsep seyogyanya jumlah pengeluaran tadi harus sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksinya. Selanjutnya produk domestik regional bruto yang telah diuraikan di atas disebut sebagai produk domestik regional Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

8 bruto yang telah diuraikan di atas disebut sebagai produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar, karena mencakup komponen pajak tidak langsung netto Produk Domestik Regional Bruto Per kapita Bila Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal di wilayah ini, maka akan diperoleh suatu PDRB per kapita. PDRB perkapita = PDRB Penduduk Pertengahan Tahun 1.3. Cara Penyajian dan Angka Indeks PDRB, seperti yang telah diuraikan secara berkala dapat disajikan dalam dua bentuk, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan pada suatu tahun dasar, yang dapat dijelaskan berikut ini: a. Penyajian atas dasar harga berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan komponen pengeluaran produk domestik regional bruto. b. Penyajian atas dasar harga konstan suatu tahun dasar, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang terjadi pada tahun dasar (dalam publikas ini harga konstan didasarkan kepada harga pada tahun 2000). Karena menggunakan harga tetap, maka perkembangan agregat dari tahun ke tahun semata-mata disebabkan oleh perkembangan riil dari kuantum produksi tanpa mengandung fluktuasi harga. PDRB juga disajikan dalam bentuk peranan sektoral dan angka-angka indeks, yaitu: Indeks Perkembangan, Indeks Berantai dan Indeks Harga Implisit yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Peranan Sektoral, diperoleh dengan cara membagi nilai masing-masing sektor dengan nilai total seluruh sektor PDRB dikalikan 100 pada tahun yang bersangkutan (baik atas dasar harga konstan suatu tahun tertentu). Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

9 Penghitungan peranan sektoral dapat dirumuskan berikut ini : PDRB Pi = x 100% 9 Σ PDRBi i=1 P = Peranan Sektoral, i = Sektor 1, Sektor 2,., Sektor 9 Dalam tabulasi penyajiannya, peranan sektoral diberi judul tabel: Peranan Sektoral dari Produk Domestik Regional Bruto. b. Indeks Perkembangan, diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun dasra, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat dari tahun ke tahun terhadap tahun dasarnya. Indeks perkembangan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: PDRB it IP = x 100% PDRB io IP = Indeks Perkembangan i = Sektor 1, Sektor 2,., Sektor 9 t = tahun t o = tahun dasar c. Indeks Berantai, diperoleh dengan membagi nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya. Apabila angka ini dikalikan dengan angka 100 dan hasilnya dikurangi 100, maka nilai ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat produksi untuk masing-masing tahun. Metode penghitungan ini dapat pula digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan sektoral. Apabila penghitungan ini dirumuskan, maka rumus penghitungannya adalah: PDRB it IB = x 100% IB = Indeks Berantai PDRB it-1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

10 i = Sektor 1, Sektor 2,., Sektor 9 t = tahun t d. Indeks Harga Implisit, diperoleh dengan membagi nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan untuk masing-masing tahun dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Selanjutnya bila dari indeks harga implisit ini dibuatkan indeks berantainya 9 dengan rumus indeks berantai), akan terlihat tingkat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya. Indeks ini secara berkala juga dapat menunjukkan besaran inflansi yang mencakup seluruh barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah penghitungan PDRB. Indeks harga Implisit dapat menggunakan rumus berikut ini: PDRB it hb IHI = x 100% PDRB it hk IHI= Indeks Berantai hb = harga berlaku hk = harga konstan i = Sektor 1, Sektor 2,., Sektor 9 t = tahun t 1.4. Agregat Produk Domestik Regional Bruto a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sector perekonomian di suatu wilayah, nilai tambah bruto disini mencakup komponen pendapatan factor (upah gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung Netto). b. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) Atas Dasar Harga Pasar adalah Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar dikurangi dengan penyusutan. Penyusutan dimaksud adalah nilai susutnya (ausnya) barang-barang modal yang terjadi selama barang modal tersebut ikut dalam produksi. c. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) Atas Dasar Biaya Faktor adalah Produk Domestik Regional Netto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tak langsung Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

11 Netto. Pajak Tak Langsung Netto disini adalah pajak yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada unit-unit produksi. d. Pendapatan Regional adalah merupakan pengurangan dari Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya factor dikurangi dengan pendapatan yang diterima oleh penduduk diluar wilayah lain (pendapatan yang mengalir keluar), ditambah dengan pendapatan yang diterima oleh penduduk wilayah ini yang berada di wilayah lain (pendapatan yang mengalir ke dalam). Dari hasil pengurangan ini akan diperoleh Produk Regional Netto, yaitu jumlah pendapatan yang benar-benar diterima oleh penduduk yang tinggal di daerah yang dimaksud. Produk Regional Netto inilah yang merupakan Pendapatan Regional. e. Pendapatan Regional Per Kapita adalah pendapatan regional dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal di daerah itu Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga Konstan Angka-angka pendapatan regional atas dasar harga konstan 2000 sangat penting untuk melihat perkembangan riil dari tahun ke tahun bagi setiap agregat ekonomi yang diamati. Agregat yang dimaksud tersebut dapat merupakan produk domestik regional bruto secara keseluruhan, nilai tambah sektoral (PDRB sektoral) ataupun komponen penggunaan produk domestik regional bruto. Pada dasarnya dikenal empat cara untuk memperoleh nilai tambah sektoral atas dasar harga konstan. Masing-masing cara dapat diuraikan berikut ini Revaluasi Cara ini dilakukan dengan menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar (2000). Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat beraga, disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio (tetap) biaya antara terhadap output pada tahun dasar atau dengan rasio biaya antara terhadap output pada tahun berjalan. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

12 Berikut ini diberikan contoh memperoleh nilai konstan menggunakan cara revaluasi pada komoditi kedelai. Tabel 1.1 Contoh Hasil Penghitungan Metode Revaluasi Produksi Kedelai Uraian (1) (2) (3) (4) Kuantum Harga Produksi Atas Dasar Harga Berlaku Produksi Atas Dasar Harga Konstan Kenaikan (%) Pada tabel di atas, kuantum produksi kedelai pada tahun 2000, 2001, dan 2002 adalah 100, 110 dan 120, sedangkan harganya bergerak dari 10, 15 dan 20. Dengan demikian, menghitung nilai produksi atas dasar harga konstan ADHK tahun 2000 adalah dengan mengalikan nilai-nilai produksi tersebut dengan harga tahun dasar 2000, yaitu 10. Hitungan nilai produksi ADHK 2000 adalah : tahun 2000 = 100 x 10 = 1.000, tahun 2001 = 110 x 10 = 1.100, tahun 2002 = 120 x 10 = Kata kuncinya terletak pada harga pada tahun dasar adalah sebesar Ekstrapolasi Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000 dengan indeks kuantum produksi. Indeks ini bertindak sebagai ekstrapolator yang dapat merupakan indeks dari masing-masing kuantum produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator kuantum produksi lainnya seperti: tenaga kerja, jumlah perusahaan yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang sedang dihitung. Ekstrapolator dapat juga dilakukan terhadap output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan. Gambaran prinsip tata cara memperoleh angka atas dasar harga konstan secara ekstrapolasi digambarkan melalui table berikut : Tabel 1.2 Contoh Hasil Penghitungan Metode Ekstrapolasi Produksi Kedelai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

13 Uraian (1) (2) (3) (4) Nilai Produksi Atas Dasar Harga Berlaku Indeks Produksi Produksi Atas Dasar Harga Konstan Menghitung nilai ADHK dengan cara ekstrapolasi, kata kuncinya terletak pada indeks kuantum produksi. Hitungannya menjadi : tahun 2000 = 100/100 x = 1.000, tahun 2001 = 110/100 x = 1.100, tahun 2002 = 120/100 x = Dengan demikian untuk memperoleh nilai ADHK diperlukan dua komponen angka yaitu nilai produksi pada tahun dasar dan indeks kuantum produksi pada tahun-tahun berjalan Deflasi Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dapat diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahun dengan indeks harganya. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya, tergantung indeks mana yang dianggap lebih cocok. Indeks harga tersebut dapat pula dipakai sebagai deflator, yang berarti nilai tambah atas dasar harga yang berlaku diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan nilai harga tersebut. Gambaran memperoleh nilai atas dasar harga konstan melalui cara deflasi diberikan pada table berikut ini. Tabel 1.3 Contoh Hasil Penghitungan Metode Deflasi Produksi Kedelai Uraian (1) (2) (3) (4) Nilai Produksi Atas Dasar Harga Berlaku Indeks Produksi Produksi Atas Dasar Harga Konstan Untuk memperoleh nilai ADHK melalui cara deflasi adalah dengan membagi nilai ADHB dengan indeks harga (apabila dalam cara ekstrapolasi adalah diperlukan indeks Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

14 kuantum produksi). Hitungannya menjadi : tahun 2000 = 1.000/100 x 100 = 1.000, tahun 2001 = 1.650/150 x 100 = 1.100, dan tahun 2002 = 2.400/200 x 100 = Apabila semua data (kuantum dan harga) tersedia secara runtun, maka dengan cara apapun akan diperoleh nilai ADHK yang sama. Lagipula cara revaluasi secara sederhana adalah cara yang paling mudah dipahami Deflasi Berganda Dalam deflasi berganda ini, yang dideflasikan adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil pendeflasian tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Dalam kenyataannya, sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponennya terlalu banyak, juga karena sulit dicari indeks harga yang mewakili sebagai deflator. Oleh karena itu dalam penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak dipakai, termasuk dalam publikasi ini. Secara teori penggunaan Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan dilakukan dengan menggunakan cara-cara tersebut di atas, tetapi mengingat komponen-komponen data yang tersedia maka cara deflasi dan ekstrapolasi lebih banyak dipakai. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

15 II. URAIAN SEKTORAL Uraian Sektoral yang disajikan dalam bab II ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara penghitungan nilai tambah baik atas dasar harga yang berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber datanya SEKTOR PERTANIAN Tanaman Bahan Makanan Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedelai, sayur-sayuran, buah-buahan, kacang hijau, tanaman lainnya dan hasil-hasil produk ikutannya. Termasuk pula disini hasil-hasil dari pengolahan yang dilakukan secara sederhana seperti beras tumbuk dan gaplek. Data produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban dan Dinas Pertanian Kabupaten Tuban, sedangkan data harga seluruhnya bersumber pada data harga yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban. Nilai tambah bruto atas dasar harga yang berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kwantum produksi dengan masingmasing harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga yang berlaku pada setiap tahunnya. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output hasil survei khusus. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan produksi pada masing-masing tahun dengan harga pada tahun 2000, kemudian dikurangkan dengan biaya antara atas dasar harga konstan Tanaman Perkebunan Rakyat Komoditi yang dicakup disini adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti jambu mete, kelapa, kopi, kapok, kapas, tebu, tembakau dan sebagainya. Termasuk produk ikutannya dan hasil-hasil pengolahan sederhana seperti minyak kelapa rakyat dan tembakau olahan. Data diperoleh dari Sub Dinas Perkebunan Kabupaten Tuban sedangkan data harga diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Perkebunan Kabupaten Tuban. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

16 Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara pendekatan produksi. Rasio biaya antara serta rasio margin perdagangan dan biaya transport yang digunakan, diperoleh dari tabel range persentase biaya antara Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi, sama seperti yang dilakukan pada tanaman bahan makanan Tanaman Perkebunan Besar Sub sektor ini mencakup komoditi perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar seperti karet, teh, kopi, coklat, minyak sawit, inti sawit, tebu, rami, serat manila dan tanaman lainnya. Untuk tanaman perkebunan besar tidak bisa disajikan karena datanya tidak ada. Cara penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 sama seperti yang dilakukan pada tanaman perkebunan rakyat Peternakan dan hasil-hasilnya Sub sektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil-hasil ternak, seperti sapi, kerbau, babi, kuda, kambing, domba, telur, susu segar, serta pemotongan ternak. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong, ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor ternak netto. Data mengenai jumlah yang dipotong, populasi ternak, produksi susu dan telur diperoleh dari Sub Dinas Peternakan Kabupaten Tuban, sedangkan data harga ternak diperoleh dari laporan harga produsen Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara mengalikan nilai produksi dengan rasio nilai tambah berdasarkan hasil survei khusus pendapatan regional Kehutanan Sub sektor kehutanan mencakup penebangan kayu, pengambilan hasil hutan lainnya dan perburuan. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu glondongan, kayu bakar, arang dan bambu. Sebagaimana dengan sub sektor lainnya dalam sektor pertanian, output sub sektor kehutanan dihitung dengan cara mengalikan produksi dengan harga masing-masing tahun menghasilkan output atas dasar harga berlaku dan penggunaan harga pada tahun Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

17 Perikanan Komoditi yang dicakup adalah semua hasil dari kegiatan perikanan laut, perairan umum, tambak, kolam, sawah dan karamba, serta pengolahan sederhana (pengeringan dan penggaraman ikan). Data mengenai produksi dan nilai produksi diperoleh dari laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tuban. Penghitungan nilai tambah bruto dilakukan dengan mengalikan rasio nilai tambah terhadap output. Rasio nilai tambah itu diperoleh dari survei khusus SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Komoditi yang dicakup di sini adalah batu dolomit, batu pospat, batu bangunan, pasir, pasir kwarsa dan tanah liat. Data penggalian ini diperoleh dari laporan Dinas pertambangan Kabupaten Tuban dan survei khusus dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Sektor ini terdiri dari sembilan sub sektor yaitu : Sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau Sub sektor industri tekstil, barang dari kayu Sub sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan Sub sektor industri kertas dan barang cetakan Sub sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet Sub sektor industri semen dan barang galian bukan logam Sub sektor industri industri logam dasar besi dan baja Sub sektor industri alat angkutan, mesin dan peralatannya Sub sektor industri barang lainnya Industri makanan, minuman, dan tembakau. Ruang lingkup dan metode penghitungan nilai tambah bruto industri makanan, minuman dan tembakau atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu dengan mengalikan rata-rata output per tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Sedangkan nilai tambah diperoleh dengan cara mengalikan persentase nilai tambah terhadap output berdasarkan survei rutin dan khusus. Perhitungan atas dasar harga konstan 2000 dengan cara revaluasi. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

18 2.3.2 sampai dengan Ruang lingkup dan metode penghitungan nilai tambah bruto sub sektor industri sampai dengan atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi dan penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dengan cara revaluasi, seperti sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Khusus sub sektor 3.7 industri logam dasar besi dan baja dan sub sektor 3.9 industri lainnya tidak ada penghitungan karena di Kabupaten Tuban industri tersebut tidak ada SEKTOR LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH Data produksi yang disajikan dalam publikasi ini adalah data dari PT. PLN Cab. Bojonegoro Negara (PLN) dan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Tuban. Output masing-masing sub sektor mencakup semua produksi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan sesuai dengan ruang lingkup dan definisinya Listrik Sub sektor ini mencakup semua kegiatan kelistrikan baik yang diusahakan oleh PT. PLN maupun non PLN. Data produksi, harga dan biaya antara sub sektor ini diperoleh dari Perusahaan PT. PLN Cab. Bojonegoro. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian produksi dengan harga yang berlaku pada masing-masing tahun, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000, diperoleh dengan cara revaluasi Gas Data ini tidak disajikan karena di Kabupaten Tuban tidak ada Air Bersih Sub sektor ini mencakup air minum yang diusahakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum. Data produksi, harga dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan air minum diperoleh dari laporan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Tuban. Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara revaluasi. Nilai tambah atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan persentase nilai tambah terhadap output masing-masing tahun. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

19 2.5. SEKTOR KONSTRUKSI Sektor bangunan mencakup semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi, baik berupa gedung, jalan, jembatan, terminal, pelabuhan, dam, irigasi maupun jaringan listrik, air, telepon dan sebagainya. Nilai tambah bruto dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi. Output diperoleh dari penjumlahan nilai pembangunan prasarana fisik yang dibiayai dari APBD Kabupaten dan Propinsi serta perbaikannya, pembangunan-pembangunan yang dilakukan Real Estate, Perumnas serta yang dilakukan oleh swadaya masyarakat murni, sedangkan persentase nilai tambah diperoleh dari servei khusus. Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara deflasi, sebagai deflatornya adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) Bahan Bangunan dan Konstruksi SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Perdagangan Besar dan Eceran Penghitungan nilai tambah sub sektor perdagangan dilakukan dengan pendekatan arus barang (commodity flow) yaitu dengan menghitung besarnya nilai komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta komoditi impor yang diperdagangkan. Dari nilai komoditi yang diperdagangkan, diturunkan nilai margin yang merupakan output perdagangan yang selanjutnya dipakai untuk menghitung nilai tambahnya. Rasio besarnya barang barang yang diperdagangkan, margin perdagangan dan persentase nilai tambah didasarkan pada data hasil survei khusus pendapatan regional Kabupaten Tuban. Nilai produksi bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan mengalikan rasio-rasio di atas dengan output atas dasar harga konstan 2000 dari sektor-sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta impor. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara rasio nilai tambah dengan outputnya Hotel Sub sektor ini mencakup semua hotel, baik berbintang maupun tidak berbintang serta berbagai jenis penginapan lainnya. Output dihitung dengan cara mengalikan jumlah malam tamu dan tarifnya diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban, sedangkan persentase nilai tambah diperoleh dari survei khusus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

20 Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara persentase nilai tambah dengan outputnya Restoran Karena belum tersedia data restoran secara lengkap, maka output dari sub sektor ini diperoleh dari perkalian antara jumlah tenaga kerja yang bekerja di restoran survei Khusus beserta pertumbuhannya dengan output per tenaga kerja dari hasil survei khusus pendapatan regional. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan indeks harga konsumen makanan jadi dan minuman sebagai deflator SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang-barang dan penumpang, melalui darat termasuk jasa penunjang angkutan dan komunikasi Angkutan Darat Sub sektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum, baik bermotor, seperti bus, truk, taksi, maupun dokar dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan menggunakan metode pendekatan produksi yang didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum barang dan penumpang wajib uji yang diperoleh dari laporan tahunan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR), dan hasil survei khusus pendapatan regional angkutan yang dilakukan setiap tahun, sedangkan untuk data jenis kendaraan tidak bermotor diperoleh dari survei khusus Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi Jasa Penunjang Angkutan Meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan, seperti terminal dan parkir, keagenan barang dan penumpang, penyimpanan dan penggudangan serta jasa penunjang lainnya. a. Terminal dan Perparkiran Mencakup kegiatan pemberian pelayanan dan pengaturan lalu lintas kendaraan/armada yang membongkar atau mengisi muatan, baik barang maupun penumpang, seperti Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

21 kegiatan terminal dan parkir. Untuk kegiatan perparkiran masih menggunakan persentase dari angkutan darat. b. Keagenan Kegiatan keagenan mencakup pelayanan keagenan barang dan penumpang yang diberikan kepada usaha angkutan. Output dihitung dengan menggunakan rasio yang diperoleh dari struktur biaya yang diperoleh dari survei khusus Komunikasi Kegiatan yang dicakup adalah jasa pos, giro, dan telekomunikasi. a. Pos dan Giro Meliputi kegiatan pemberian jasa pos dan giro seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan pada data produksi dan struktur biaya yang diperoleh dari PT Pos Tuban. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara ekstrapolasi, menggunakan indeks gabungan dari jumlah surat yang dikirim, jumlah uang yang digirokan. b. Telekomunikasi Mencakup kegiatan pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon, telegrap, dan teleks. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang bersumber dari laporan PT. Telkom Cabang Tuban. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang yang meliputi jumlah menit lokal/interlokal dan banyaknya pemegang telepon yang bersumber dari PT Telkom Cabang Tuban SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Sektor ini meliputi kegiatan bank, asuransi, koperasi simpan pinjam dan lembaga keuangan lainnya B a n k Angka nilai tambah bruto subsektor bank atas dasar harga berlaku diperoleh dari Bank Indonesia. Dalam PDRB seri tahun ini, nilai tambah bruto yang ditimbulkan dari kegiatan Bank Indonesia tidak mencakup pembayaran bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

22 pinjaman luar negeri, karena hal itu merupakan kebijaksanaan moneter yang bukan merupakan kegiatan komersial perbankan, sedangkan pada PDRB seri lama masih mencakup kedua jenis bunga tersebut. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi dengan indeks kredit yang diberikan bank pada tiap-tiap tahun. Jumlah kredit yang dilepas oleh bank diperoleh dari Bank Indonesia Surabaya. Untuk memperoleh nilai tambah bruto ditempuh cara deflasi dengan menggunakan indeks harga konsumen (umum) Lembaga Keuangan Bukan Bank Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi kegiatan asuransi, koperasi, yayasan dana pensiun dan pegadaian. Perhitungan output dari nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan cara pendekatan produksi. Output diperoleh dari perkalian indikator produksi dengan indikator harga, sedangkan nilai tambah bruto diperoleh dengan cara mengurangkan nilai biaya antara dari nilai output. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, dan pada kegiatan yayasan dana pensiun dengan cara deflasi Jasa Penunjang Keuangan. Kegiatan jasa penunjang keuangan meliputi berbagai kegiatan ekonomi antara lain Bursa Efek, Perdagangan Valuta Asing, Perusahaan Anjak Piutang dan Modal Venture. Untuk jasa penunjang keuangan tidak bisa disajikan karena kegiatan tersebut di Kabupaten Tuban tidak ada Sewa Bangunan. Sektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas rumah bangunan sebagai tempat tinggal rumah tangga dan bukan sebagai tempat tinggal, tanpa memperhatikan apa rumah itu milik sendiri atau rumah yang disewa. Perkiraan nilai tambah bruto tahun 2000 didasarkan pada data pengeluaran konsumsi rumah tangga khususnya pengeluaran untuk sewa rumah. Perkiraan semacam untuk bangunan bukan tempat tinggal berdasarkan kepada hasil surveisurvei khusus. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 diperkirakan dengan cara ektrapolasi menggunakan bangunan tempat tinggal sebagai ekstrapolatornya, sedangkan nilai tambah atas dasar harga berlaku diperkirakan dengan cara menginflate nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga kualitas bangunan dan tempat tinggal. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

23 Jasa Perusahaan Sub sektor ini meliputi jasa pengacara, jasa akuntan, biro arsitektur, jasa pengolahan data, jasa periklanan dan sebagainya. Perkiraan output dan nilai tambah bruto didasarkan pada data jumlah tenaga kerja yang bersumber dari Survei Khusus, serta rata-rata output per tenaga kerja dan persentase nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dengan cara revaluasi SEKTOR JASA-JASA Jasa Pemerintahan Umum Nilai tambah bruto subsektor jasa pemerintahan umum terdiri dari upah dan gaji rutin pegawai pemerintah pusat dan daerah. Upah gaji yang dihitung mencakup upah dan gaji di belanja rutin dan sebagian dari belanja pembangunan. Perkiraan penyusutan adalah sebesar 5 persen dari total upah dan gaji yang telah dihitung. Data yang dipakai adalah realisasi pengeluaran pemerintah pusat, sedangkan data untuk pemerintah daerah Propinsi, Kabupaten dan pemerintah desa diperoleh dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 1993 dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks jumlah pegawai negeri Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Subsektor ini mencakup jasa pendidikan, jasa kesehatan serta jasa kemasyarakatan lainnya seperti jasa penelitian, jasa palang merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan pemeliharaan anak cacat, rumah ibadat. Kegiatan-kegiatan jasa sosial kemasyarakatan hanya terbatas yang dikelola swasta saja. Kegiatan-kegiatan sejenis yang dikelola oleh pemerintah termasuk dalam sektor pemerintahan. Penghitungan agregat-agregat subsektor ini dijelaskan sebagai berikut : a. Jasa Pendidikan Data yang digunakan untuk memperkirakan nilai tambah adalah jumlah murid sekolah swasta menurut jenjang pendidikan yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tuban serta dari Badan Pusat Statitik Kabupaten Tuban. Untuk pendidikan formal diluar Dinas Pendidikan Kabupaten Tuban, data output per murid dan persentase nilai tambah diperoleh dari survei khusus dan dari Badan Pusat Statistik Tuban. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dengan cara revaluasi. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

24 b. Jasa Kesehatan Subsektor ini mencakup jasa rumah sakit, dokter praktek dan jasa kesehatan lainnya yang dikelola oleh swasta. Perikiraan output untuk masing-masing kegiatan didasarkan pada hasil perkalian antara rata-rata output per tempat tidur dengan jumlah tempat tidur, rata-rata output per dokter dengan jumlah dokter praktek, rata-rata output per bidan dengan jumlah bidan praktek dan rete-rata output per dukun bayi dengan jumlah dukun bayi praktek. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan pada persentase nilai tambah terhadap output. Data yang digunakan bersumber dari Dinas Kesehatan serta dari survei khusus pendapatan regional Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi masingmasing kegiatan. c. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Lainnya Dari hasil survei khusus terhadap panti asuhan dan panti wredha, diperoleh rata-rata output per anak yang diasuh dan rata-rata output orang tua yang dilayani, serta struktur inputnya. Kemudian dengan mengalikannya terhadap jumlah anak yang diasuh dan jumlah orang tua yang dilayani yang bersumber pada Kantor Sosial Kabupaten Tuban, diperoleh perkiraan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi. Susenas memberikan data mengenai pengeluaran perkapita untuk biaya kursus dengan mengalikan jumlah penduduk pertengahan tahun akan diperoleh nilai tambah, untuk menghitung atas dasar harga konstan dengan cara deflasi dan sebagai deflatornya adalah IHK umum komponen aneka. Dari survei khusus diperoleh data rata-rata input rumah ibadat, dengan mengalikan jumlah tempat ibadat yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban maka diperoleh nilai tambah, sedangkan untuk penghitungan atas dasar harga konstan dengan cara revaluasi Jasa Hiburan dan Kebudayaan Yang dicakup dalam sub sektor ini, adalah jasa bioskop, panggung kesenian, studio radio swasta, dan taman hiburan. Data pajak tempat hiburan keramaian umum, dan struktur biaya, serta persentase pemungutan pajak terhadap tempat-tempat hiburan hasil survei khusus dipakai untuk Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

25 memperkirakan output dan nilai tambah jasa hiburan dan kebudayaan. Untuk penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dengan cara deflasi IHK komponen aneka barang dan jasa. Untuk kegiatan studio radio swasta perkiraan nilai tambahnya didasarkan pada rata-rata output per radio swasta dengan jumlah radio swasta yang diperoleh survei khusus. Untuk penghitungan atas dasar harga konstan dengan cara revaluasi Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Sub sektor ini mencakup jasa perbengkelan, reparasi, jasa perorangan dan pembantu rumah tangga. Survei khusus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban memberikan data tentang rata-rata output per tenaga kerja dan struktur inputnya. Nilai tambah bruto diperkirakan dengan cara mengalikan jumlah tenaga kerja yang didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2000 dengan rata-rata output per tenaga kerja dan persentase nilai tambah seperti disebutkan di atas. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi, menggunakan indikator pertumbuhan tenaga kerja. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

26 III. PERUBAHAN TAHUN DASAR PENGHITUNGAN PDRB Secara historis, harga satuan maupun produksi atau indikator produksi yang digunakan untuk penghitungan PDRB mengalami perubahan setiap tahun. Hal ini menyebabkan sumbangan nilai tambah setiap sektor terhadap PDRB akan berubah juga. Jika perubahan secara sektoral menunjukkan angka yang proporsional maka sumbangan terrhadap PDRB akan relatif sama dari tahun ke tahun. Akan tetapi boleh dikatakan bahwa fenomena tersebut jarang sekali tejadi, biasanya perkembangan setiap sektor tidak proporsional, misalnya beberapa sektor tertentu melaju dengan cepat sedang sektor lainnya relatif lambat. Akibat dalam jangka panjang sumbangan setiap sektor akan berubah secara nyata (significant). Perubahan ini dikenal dengan perubahan struktur ekonomi. Dalam keseharian, perubahan struktur ekonomi menarik banyak pakar dan perencana ekonomi karena berarti juga bahwa dasar (base) komposisi sektoral, yang dianggap tulang punggung perekonomian, harus ditinjau kembali. Demikian juga perubahan ini menjadi faktor penentu dalam menilai prestasiprestasi ekonomi suatu negara, bangsa atau wilayah. Contoh yang menarik untuk diamati adalah era Indonesia membangun sekarang ini. Pemerintah melalui kebijaksanaannya, berusaha mendorong perkembangan sektor-sektor sekunder dan tertier. Akibatnya, sekarang dapat diketahui melalui indikator makro bahwa sumbangan sektor industri dan sektor sekunder lainnya sudah melampaui sumbangan sektor pertanian (primer). Bahkan dibanding dua dekade yang lalu, komposisi dua sektor tersebut dalam PDRB telah tebalik, dari dominasi sektor pertanian ke dominasi sektor industri. Tentunya kenyataan tersebut menunjukkan arah pembangunan Indonesia menuju negara industri. 3.1 Latar Belakang Perubahan Tahun Dasar Landasan pemikiran dalam melakukan perubahan tahun dasar tersebut dapat diekspresikan dalam dua alasan pokok sebagai berikut : i. Perubahan tahun dasar merupakan rekomendasi yang dibuat oleh PBB bagi seluruh negara agar selalu berupaya untuk memperbaharui tata cara serta teknik penghitungan PDRB dengan menggunakan tahun yang dianggap lebih up to date mengikuti perubahan/perkembangan yang terjadi. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

27 ii. Struktur ekonomi selama 10 tahun terakhir telah berubah dengan drastis sehingga kurang relevan jika prestasi dan perkembangan ekonomi masih dihitung berdasarkan cerminan struktur yang lama. Perubahan struktur seperti telah disebut, ditandai dengan perubahan dominasi sektoral yang sebelumnya berada pada sektor pertanian menjadi sektor industri sekarang ini. iii. Beberapa sektor mengalami perubahan data-data dasar, misalnya cakupan komoditi dan kegiatan. Kekuranglengkapan cakupan komoditi dan kegiatan sebelumnya hanya ditampung dalam besaran mark-up yang sudah tidak mewakili lagi. Pertambahan kegiatan ini telah diantisipasi sebelumnya tetapi belum diakomodasi dalam penghitungan NTB (Nilai Tambah Bruto) karena jika dimasukkan hasilnya dapat mengakibatkan pertumbuhan yang melonjak pada tahun dimana kegiatan baru tersebut dimasukkan. Untuk itu perubahan tahun dasar merupakan kesempatan yang baik untuk melakukan beberapa perbaikan data dasar dan metode penghitungan. Sejalan dengan pergeseran tahun dasar PDB yang telah dilakukan dalam lingkup Nasional, Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban melakukan pergesaran tahun dasar PDRB dari tahun 1983 ke tahun Keseragaman tahun dasar PDRB dan PDB memungkinkan pengguna data dapat melakukan perbandingan pertumbuhan ekonomi antar propinsi dan kabupaten/kota. 3.2 Kemungkinan Perbedaan Besaran PDRB Antar Dua Tahun Dasar Hasil penghitungan PDRB dengan tahun dasar baru kemungkinan besar akan berbeda dengan data atas tahun dasar lama, karena data dan metode penghitungannya lebih baik. Pertumbuhan PDRB dengan tahun dasar baru mempunyai kecenderungan berubah dan lebih besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan hasil perhitungan lama. Hal ini dimungkinkan karena struktur baru menunjukkan dominasi sektoral pada sektor industri yang mempunyai pertumbuhan relatif paling besar dibanding pertumbuhan sektor pertanian yang terbatas, sehingga penghitungan PDRB secara total akan ketarik kepertumbuhan yang lebih tinggi. Kemungkinan kedua adalah adanya entry usaha-usaha baru dalam sektor-sektor ekonomi sehingga secara level akan lebih besar. Entry baru juga pada umumnya terletak dalam sektor-sektor yang mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

28 3.3 Alasan Pemilihan Tahun 2000 sebagai Tahun Dasar. i. Interval 5 atau 10 tahun merupakan kurun waktu yang dianjurkan untuk dilakukan perubahan tahun dasar pada penghitungan PDB/PDRB suatu negara. ii. iii. Kondisi sosial ekonomi Indonesia pada tahun 2000 menunjukkan keadaan yang relatif stabil dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun sebelumnya telah terjadi krisis ekonomi yang berakibat pertumbuhan ekonomi mencapai angka nol. Data statistik yang tersedia semakin sempurna dan tingkat konsistensinya lebih baik. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

29 IV. RINGKASAN Bab ini memberikan gambaran mengenai PDRB secara series dari tahun 2005 sampai tahun 2009, baik penghitungan atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun Gambaran ringkas ini mengenai struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita dan tingkat perkembangan harga Tinjauan Ekonomi Struktur Ekonomi Kabupaten Tuban Perekonomian Tahun 2009 secara umum menunjukkan suatu peningkatan dibanding tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan beberapa kebijakan pemerintah yang lebih mengedepankan kepada perekonomian rakyat. Seperti sektor usaha mikro, kecil dan menengah mendapat perhatian yang lebih. Kebijakan pinjaman lunak serta tingkat suku bunga kredit yang sangat rendah bagi pengusaha mikro, kecil dan menengah (UKM) tersebut. Beberapa program-program pemerintah seperti PNPM Mandiri, Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan berbagai program jaringan pengamanan sosial juga turut membantu dalam menstabilkan daya beli masyarakat berpendapatan rendah. Sehingga kondisi perekonomian di tahun 2009 ini lebih stabil bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Secara umum peranan sektor ekonomi dalam membentuk besaran PDRB cukup beragam, dimana ada beberapa sektor yang mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya, namun ada juga sektor-sektor ekonomi yang mengalami penurunan peran dalam pembentukan besaran PDRB Kabupaten Tuban. Hal ini disebabkan adanya dinamika penawaran dan permintaan yang berbeda antar sektor dalam jangka waktu yang panjang, maka sumbangan antar sektor akan berbeda secara nyata. Fenomena ini dikenal dengan pergeseran struktur ekonomi. Beberapa sektor mengalami kendala akibat adanya krisis global yang mencapai puncaknya pada tahun yang bersangkutan, sektor pertanian justru memperlihatkan kinerja yang impresif. Namun demikian, seiring dengan membaiknya perekonomian, peran sector pertanian dalam struktur ekonomi Kabupaten Tuban cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun secara perlahan. Seperti uraian sebelumnya, dalam pembentukan PDRB Kabupaten Tuban peran sektor pertanian masih mendominasi sektor-sektor yang lain. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

30 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tuban mengalami peningkatan yang cukup signifikan baik dinilai dari harga berlaku maupun harga konstan. Tabel memberikan gambaran perubahan struktural, pada tahun Beberapa sektor yang mengalami peningkatan peran sektoralnya dalam PDRB antara lain adalah: sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Sektor ekonomi yang paling besar peningkatan peranan dalam pembentukan PDRB adalah sektor perdagangn, hotel dan retoran. Sektor ini pada tahun 2008 memberikan sumbangan pada pembentukan PDRB sebesar 20,259 persen yang kemudian meningkat lagi menjadi 21, 01 persen pada tahun Peningkatan peran dari sub sektor perdagangan yang Tabel Peranan Sektor Ekonomi Dalam PDRB Kabupaten Tuban Adhb Tahun (%) SEKTOR * (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 24,18 23,09 21,65 20,66 19,87 2. Pertambangan & Penggalian 11,00 10,82 11,06 11,51 11,91 3. Industri Pengolahan 19,63 19,93 20,33 20,25 20,37 4. Listrik, Gas & Air Bersih 3,75 3,80 3,79 3,85 3,93 5. Konstruksi 7,60 7,59 7,62 7,63 7,60 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 18,45 19,34 20,14 20,90 21,01 7. Pengangkutan & Komunikasi 3,72 3,71 3,63 3,56 3,54 8. Keuangan, Persewaan & Js. Perush. 4,09 4,18 4,23 4,23 4,32 9. Jasa-jasa 7,57 7,55 7,54 7,40 7,46 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 * Angka Sementara memberikan kontribusi sebesar 18,02 persen pada tahun 2008 menjadi 18,12 persen ditahun Peningkatan peran ini sejalan dengan kondisi di lapangan yang menunjukan peningkatan jumlah unit usaha perdagangan selama tahun Jenis barang perdagangan yang paling menyolok mengalami perkembangan adalah peralatan komunikasi seluler (hanphone) dan pulsa baik prabayar maupun pascabayar. Penjualan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang selalu mengalami peningkatan hingga di tingkat pedesaan, menunjukkan taraf pendapatan masyarakat mengalami perbaikan. Kondisi itu tampak sekali di daerah perkotaan, dengan semakin ramainya kendaraan di jalan-jalan protokol dan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

31 menjamurnya berbagai pusat perbelanjaan yang memberikan dampak peningkatan kontribusi sub sektor perdagangan. Sektor yang juga mengalami peningkatan peranan dalam pembentukan PDRB adalah sektor pertambangan dan penggalian, yaitu sebesar 11,51 persen pada tahun 2008 dan 11,91 persen pada tahun Untuk sektor pertambangan dan penggalian, peningkatan peran sektornya didominasi oleh pertumbuhan dari sub sektor penggalian, terutama bahan galian golongan C yaitu batu kapur dan tanah liat yang sangat dibutuhkan oleh industri Semen Gresik. Sektor industri pengolahan mengalami peningkatan peran dari sebesar 20,25 persen pada tahun 2008 menjadi 20,37 persen ditahun Sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 3,85 persen pada tahun 2008 menjadi 3,93 persen pada tahun Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami peningkatan peran dari sebesar 4,23 persen pada tahun 2008 menjadi 4,32 persen ditahun 2009 dan sektor jasa-jasa mengalami peningkatan peran sebesar 7,40 persen pada tahun 2008 menjadi 7,46 persen pada tahun Disisi lain, sektor ekonomi yang mengalami penurunan peran dalam pembentukan PDRB adalah : sektor pertanian, sektor konstruksi dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor pertanian dalam perkembanganya mengalami kecenderungan penurunan peranan sektoral dalam pembentukan PDRB. Pada tahun 2000 peran sektor pertanian sebesar 30,99 persen kemudian turun menjadi 24,18 persen pada tahun 2005 dan menurun lagi menjadi 19,87 persen pada tahun Penurunan ini bukan berarti produksi ataupun nilai tambah sektor pertanian mengalami penurunan setiap tahunnya akan tetapi nilai tambah yang dihasilkan setiap tahunnya cenderung lebih kecil bila dibandingkan sektor industri ataupun perdagangaan, hotel dan restoran. Disisi lain sektor industri maupun perdagangan nilai tambah yang dihasilkan menunjukan peningkatan setiap tahunnya Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tuban Tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan yang dihitung dari PDRB merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat pertumbuhan sektoralnya. Apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi besar dan pertumbuhannya lambat, maka hal ini akan menghambat tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sebaliknya apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi yang besar terhadap totalitas perekonomian, bila sektor tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi, maka sektor tersebut otomatis akan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi secara total. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tuban yang diukur dari PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, selama periode mengalami peningkatan yang cukup Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

32 signifikan. Pada tahun 2005 mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,54 persen, kemudian pada tahun 2006 di mana terjadi gejolak akibat kenaikan harga BBM, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tuban masih mampu bertahan menghadapi gelombang kenaikan harga BBM hingga laju pertumbuhan ekonomi mampu mencapai 5,81 persen. Pada tahun 2007 di mana dampak kenaikan BBM masih dirasakan oleh sejumlah kalangan dunia usaha, laju perekonomian masih menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan yaitu 6,49 persen, dan semakin stabil pada tahun 2008 yaitu mengalami pertumbuhan sebesar 6,72 persen. Pada tahun 2009 ini mengalami pertumbuhan 5,99 persen. Tabel Pertumbuhan Riil Sektor Ekonomi Kabupaten Tuban Tahun (%) SEKTOR * (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas & Air Bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Js. Perush. 9. Jasa-jasa * Angka Sementara 1,44 3,32 7,00 11,79 9,37 9,22 4,96 8,06 4,91 1,43 2,15 8,50 11,27 7,85 9,92 5,73 9,02 4,96 1,45 8,47 8,35 11,50 5,79 9,65 6,31 8,43 5,54 1,86 11,94 6,79 10,7 6,62 9,42 5,64 7,33 5,42 2,05 10,24 6,54 7,96 5,41 6,85 6,18 6,50 5,49 PDRB 5,54 5,81 6,49 6,72 5,99 Secara umum seluruh sektor ekonomi pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan melambat, hal ini dikarenakan beberapa tahun sebelumnya perekonomian di Kabupaten Tuban cukup mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan, sehingga pada suatu saat akan mengalami suatu kondisi perekonomian yang cukup stabil. Sehingga hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan melambat, meskipun masih ada beberapa sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan naik yaitu sektor pertanian, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa. Khusus untuk sektor pertanian mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yaitu sebesar 1,86 persen pada tahun 2008 menjadi 2,05 persen pada tahun Hal ini Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

33 disebabkan oleh kenaikan produksi dari sektor pertanian yang cukup signifikan. Perubahan cuaca yang terjadi, banyaknya curah hujan sangat membantu petani terutama untuk pertanian sawah tadah hujan. Pada tahun 2008 mengalami panen dua kali dalam setahun dan pada tahun 2009 mengalami panen tiga kali dalam setahun. Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar 5,64 persen pada tahun 2008 dan ditahun 2009 mengalami pertumbuhan 6,18 persen. Hal ini dikarenakan tidak adanya kenaikan harga BBM atau semakin stabilnya harga BBM pada tahun Semakin dipermudahnya kredit kepemilikan kendaraan baik roda dua maupun roda empat juga turut menyumbang pertumbuhan untuk sub pengangkutan. Semakin stabilnya kondisi perekonomian suatu daerah secara tak langsung juga diikuti dengan semakin meningkatnya pertumbuhan dari sektor jasa-jasa. Sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan sebesar 5,42 persen pada tahun 2008 dan mengalami pertumbuhan sebesar 5,49 persen pada tahun PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 pada tahun 2005 sebesar Rp ,86 juta yang kemudian meningkat menjadi Rp ,70 juta di tahun 2006, Rp ,48 juta pada tahun 2007, Rp ,19 juta pada tahun 2008 dan meningkat lagi menjadi Rp ,07 juta di tahun Sebagaimana telah diketahui bahwa pergerakan PDRB konstan 2000 lebih disebabkan oleh adanya peningkatan produksi barang/jasa yang dihasilkan oleh sektor ekonomi. Secara umum PDRB sektoral mengalami kenaikan terkecuali sub sektor pertambangan yang mengalami penurunan. Tercatat pada tahun 2007 PDRB atas dasar harga Konstan 2000 sub sektor pertambangan migas mencapai Rp ,23 juta turun menjadi Rp ,07 juta di tahun 2008 dan menurun kembali di tahun 2009 yaitu sebesar Rp ,21 juta Pendapatan Perkapita Salah satu indikator ekonomi penting untuk mengetahui pertumbuhan pendapatan daerah dalam hubungannya dengan kemajuan sector ekonomi daerah tersebut adalah pendapatan regional yang biasanya dipakai sebagai indikator perkembangan kesejahteraan rakyat. Pada umumnya pendapatan regional disajikan berdasarkan atas dasar harga berlaku, karena pendapatan regional selain dipengaruhi faktor produksi juga dipengaruhi oleh harga barang/jasa. Sehingga gambaran tersebut di atas tidak dapat dijadikan langsung sebagai ukuran peningkatan kinerja ekonomi maupun penyebaran disetiap strata ekonomi, karena pengaruh inflasi sangat dominan baik dalam pembentukan PDRB maupun Pendapatan Regional. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

34 Pendapatan Regional Perkapita merupakan sebuah indikator yang sangat dikenal, terutama oleh yang berkepentingan seperti birokrat yang berkecimpung dalam penanganan peningkatan kemakmuran masyarakat. Oleh karena itu, indikator tersebut menjadi salah satu yang sangat penting dalam publikasi ini. Pada umumnya, indikator ini disajikan dari angka atas dasar harga berlaku, walaupun sebetulnya masih mengandung perubahan harga dari barang dan jasa. Grafik. 1 Pendapatan Perkapita Kabupaten Tuban Tahun pe nda pa t a n pe r k a pit a Dalam periode lima tahun terakhir, pendapatan regional Kabupaten Tuban mengalami peningkatan yang cukup berarti. Pada tahun 2005 pendapatan regional atas dasar harga berlaku sebesar Rp ,57 juta, dan kemudian pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp ,17 juta atau meningkat sebesar 76,38 persen. Apabila dilihat perkembangan setiap tahunnya maka pada tahun 2009 terjadi peningkatan yang cukup besar dibandingkan tahun sebelumnya, di mana pada tahun 2008 terjadi peningkatan sebesar 17,51 persen sedangkan pada tahun 2009 meningkat sebesar 12,36 persen. Besaran Pendapatan Regional bila dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun maka akan menghasilkan besaran pendapatan regional per kapita. Pendapatan Regional per Kapita Kabupaten Tuban pada tahun 2005 mencapai Rp sedangkan pada tahun 2009 sebesar Rp atau meningkat 74,59 persen. Untuk peningkatan setiap tahunnya tercatat bahwa pada tahun 2008 pendapatan per kapita naik sebesar 17,23 persen dan pada tahun 2009 naik sebesar 12,12 persen. Apabila ditinjau dari sisi PDRB atas dasar konstan 2000, pendapatan regional kabupaten tuban tahun 2008 sebesar Rp ,87 dan mengalami kenaikan pada tahun 2009 menjadi Rp ,97 atau naik sebesar 5,99 persen. Sedangkan pendapatan regional Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

35 per kapita pada tahun 2005 sebesar Rp yang kemudian naik menjadi Rp atau naik sebesar 26,16 persen. Tabel Pendapatan Regional dan Pendapatan Regional Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Tuban Tahun KETERANGAN * (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pendapatan Regional (Juta Rupiah) 1. ADHB 2. ADHK Pendapatan Regional Perkapita (Rupiah) 1. ADHB 2. ADHK * Angka Sementara , , , , , , , , , , Tingkat Perkembangan Harga Untuk mengetahui perkembangan harga secara umum dari PDRB dapat dilihat dari perubahan Indeks Harga Implisit. Peningkatan indeks harga implisit menunjukkan kenaikan harga barang dan jasa, dan sebaliknya penurunan indeks harga implisit menunjukkan penurunan harga barang dan jasa. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa perubahan tersebut sebenarnya adalah inflasi yang didapatkan dari PDRB yang komponennya meliputi seluruh barang dan jasa yang ada dalam suatu perekonomian. Grafik 2 Perbandingan Tingkat Inflasi/Deflasi dari PDRB dan IHK Tahun PDRB IHK Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

36 Di sisi lain perhitungan inflasi biasanya dihitung dari perubahan indeks harga konsumen. Tetapi inflasi di sini diwakili oleh kenaikan harga barang dan jasa tertentu, sehingga inflasi yang didapat dari Indeks Harga Konsumen (IHK) sedikit berbeda dengan inflasi dari PDRB. Pada tahun 2009 tercatat besaran inflasi yang diperoleh dari indeks implisit PDRB adalah 6,01 persen atau lebih rendah dari penghitungan inflasi yang diperoleh dari indeks Harga Konsumen (IHK) yang mencapai 4,24 persen. Sedangkan pada tahun 2005 dimana terjadi kenaikan harga minyak mentah dunia, penghitungan inflasi atas dari penghitungan indeks implisit PDRB diperoleh besaran inflasi sebesar 13,31 persen atau lebih rendah dari penghitungan inflasi yang diperoleh dari Indeks Harga Konsumen (IHK) yang mencapai 17 persen. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan dari harga-harga ditingkat konsumen terutama harga ditingkat perkotaan. Secara umum perbedaan yang terjadi terutama akibat adanya perbedaan jumlah jenis barang dan jasa yang dicakup sebagai komponen pembentuk indeks harga. Tabel Tingkat Inflasi/Deflasi Berdasarkan PDRB Kabupaten Tuban Tahun (%) SEKTOR * 1. Pertanian (1) (2) (3) (4) (5) (6) 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas & Air Bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Js. Perush. 9. Jasa-jasa * Angka Sementara 12,47 11,09 12,86 7,03 23,66 11,82 23,09 12,28 11,48 10,12 12,62 9,42 6,43 8,28 11,54 10,25 9,70 11,16 5,54 7,71 7,53 2,30 8,35 8,48 5,13 6,57 8,06 10,11 9,23 9,61 8,32 10,32 11,42 9,32 9,62 9,40 5,87 5,40 6,09 6,25 6,17 5,70 5,19 7,70 6,32 PDRB 13,31 10,56 7,24 10,11 6,01 Pada tahun 2005 seluruh sektor ekonomi mengalami inflasi yang cukup tinggi, terutama sektor-sektor yang rentan terhadap gejolak internal maupun eksternal seperti sektor industri, sektor angkutan, sektor perdagangan dan sektor konstruksi. Tingginya inflasi yang terjadi disebabkan oleh dikeluarkannya keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Sehingga pada tahun 2005 tercatat ada 2 sektor yang sangat terpukul oleh tingginya inflasi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

37 yang terjadi yaitu sektor konstruksi yang mengalami inflasi sebesar 23,66 persen dan sektor angkutan dan komunikasi sebesar 23,77 persen. Pada tahun 2006 dampak dari kenaikan BBM masih dirasakan oleh unit usaha ekonomi. Hal ini tercermin dari masih tingginya inflasi yang terjadi yaitu sebesar 10,56 persen. Sedangkan kondisi yang sudah mulai stabil di tahun 2007 ini mengalami inflasi yang tidak terlalu tinggi yaitu sebesar 7,24 persen. Sedangkan pengaruh krisis global ternyata sangat mempengaruhi tingkat inflasi di wilayah Kabupaten Tuban yaitu sebesar 10,11 persen pada tahun Sedangkan di tahun 2009 dimana kondisi perekonomian sudah mulai stabil yang diikuti dengan stabilnya harga-harga, maka inflasi mencapai 6,01 persen. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

38 4.2. Angka-angka Sektoral Struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita dan inflasi PDRB merupakan ukuran global tentang kondisi perekonomian disuatu wilayah. Untuk mendapatkan gambaran lebih rinci, maka diperlukan tinjauan sektoral/ lapangan usaha. PDRB menurut lapangan usaha sesuai dengan KLUI dirinci menjadi 9 sektor dan masing-masing sector dirinci lagi menjadi beberapa sub sector. Uraian perkembangan setiap sector diuraikan dibawah ini Sektor Pertanian Sektor ini mencakup subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Sampai dengan tahun 2009 ini sector pertanian masih merupakan sector andalan dalam membentuk perekonomian Tuban, dengan memberikan peranan yang sangat besar dalam pembentukan PDRB sekalipun peranannya cenderung mengecil. Pada tahun 2008, sektor pertanian memberi kontribusi sebesar 20,66 persen, dan pada tahun 2009 sebesar 19,87 persen. Sub sector terbesar dalam membentuk PDRB sector pertanian adalah sub sector tanaman bahan makanan dengan memberikan peran sebesar 11,52 persen terhadap PDRB Tuban. Sedangkan sub sector lainnya seperti tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan, masing-masing memberikan peran sebesar 1,58 persen, 2,55 persen, 1,73 persen, dan 2,49 persen. Tabel Pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten Tuban Tahun (%) SEKTOR/SUBSEKTOR * (1) (2) (3) (4) (5) (6) PERTANIAN 1. Tanaman Bahan Makanan 2. Tanaman Perkebunan 3. Peternakan 4. Kehutanan 5. Perikanan Angka Sementara 1,44 1,00 2,52 2,54 1,75 2,15 1,43 1,02 2,31 2,40 2,05 2,02 1,45 1,04 2,25 2,31 2,07 2,17 1,86 1,79 2,16 2,26 1,83 1,64 2,05 2,08 1,99 2,47 1,46 1,84 Pertumbuhan sub sector tanaman bahan makanan yang didalamnya mencakup komoditi padi, palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan, sejak tahun 2005 sampai tahun 2009 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

39 ini polanya sangat fluktuatif. Pada tahun 2005 sub sector ini tumbuh sebesar1,00 persen, dan selanjutnya pada tahun 2006 sebesar 1,02 persen sampai dengan 2009 tumbuh berturut-turut sebesar 1,04 persen, 1,79 persen dan 2,08 persen. Sebaliknya subsektor perkebunan malah memperlihatkan pola pertumbuhan yang berlawanan. Pada tahun 2005 naik sebesar 2,52 persen, dan pada tahun 2006 naik sebesar 2,31 persen, tahun 2007 naik sebesar 2,25 persen, tahun 2008 naik sebesar 2,16 persen dan tahun 2009 naik sebesar 1,99 persen. Berbeda dengan subsektor peternakan, ternyata subsektor ini tergolong subsektor yang masih stabil sekalipun gerakannya sedikit lamban. Pada tahun 2005 subsektor ini tumbuh sebesar 2,54 persen, dan kemudian pada tahun 2006 tumbuh sebesar 2,40 persen, tahun 2007 tumbuh sebesar 2,31 persen, tahun 2008 tumbuh sebesar 2,26 persen dan tahun 2009 tumbuh sebesar 2,47 persen. Subsektor kehutanan yang pertumbuhannya sedikit banyak dipengaruhi adanya musim tebang, pada tahun 2005 mengalami pertumbuhan yaitu sebesar 1,75 persen, tahun 2006 dan 2007 tumbuh sebesar 2,05 dan 2,07 persen. Pada tahun 2008 dan 2009 subsektor kehutanan tumbuh sebesar 1,83 persen dan 1,46 persen. Subsektor perikanan, dari tahun 2005 sampai tahun 2009 mengalami pertumbuhan berturut-turut sebesar 2,15 persen, 2,02 persen, 2,17 persen, 1,64 persen dan 1,84 persen Sektor Pertambangan dan Penggalian Perkembangan sektor pertambangan dan penggalian selama beberapa tahun terakhir cenderung menurun baik peran sektoral dalam pembentukan PDRB Kabupaten Tuban maupun laju pertumbuhan ekonominya. Penyebab utama kondisi seperti ini adalah adanya penurunan produksi minyak bumi pada sub sektor pertambangan. Tercatat pada tahun 2005 sektor ini mampu memberikan kontribusi dalam pembentukan PDRB Kabupaten Tuban sebesar 11,00 persen kemudian terus menurun hingga tahun 2009 kontribusi yang diberikan mengalami kenaikan yaitu sebesar 11,91 persen. Kondisi ini sama seperti yang terjadi pada sub sektor pertambangan yang juga mengalami penurunan kontribusinya dalam pembentukan PDRB. Pada tahun 2005 kontribusi sub sektor ini sebesar 3,91 persen, akan tetapi pada tahun berikutnya terus menurun hingga mencapai 1,51 persen pada tahun Hal ini berlawanan dengan kondisi yang ada di sub sektor penggalian, di mana sub sektor ini mampu memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Tuban yang terus meningkat setiap tahunnya. Produksi bahan galian terutama galian golongan C terus meningkat seiring dengan semakin meningkatnya permintaan akan bahan galian golongan C terutama dari pabrik semen. Tercatat mulai tahun Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

40 5, sampai 2009 berturut-turut kontribusi sub sektor penggalian terus meningkat yaitu 7,09 persen, 7,88 persen, 8,81 persen, 9,16 persen dan 10,40 persen. Tabel Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian Tahun ( Persen ) Sub Sektor * 1. Pertambangan -16,86-25,08-18,14-15,42-10,42 2. Penggalian 20,82 18,39 18,51 19,07 14,07 Pertambangan dan Penggalian 3,32 2,15 8,47 11,94 10,24 * Angka Sementara Sektor Industri Pengolahan Peranan sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Tuban tampak semakin kuat, sehingga gambaran perkembangan ekonomi Kabupaten Tuban tercermin oleh gerakan sektor industri. Pada tahun 2005 sektor industri memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Tuban sebesar 19,63 persen, pada tahun 2009 kontribusinya meningkat menjadi 20,37 persen. Hal ini berlawanan dengan sektor pertanian yang terus mengalami penurunan kontribusi. Grafik. 3 Distribusi Subsektor Industri Terhadap Sektor Industri ADHB Tahun ,02 0,00 Mak,Min & Tembakau Teks Brg dr klt, als kk 0,01 Brg dr kayu, hsl htn 0,01 Kertas, brg cetakan Pupuk, kimia, brg krt Smn,brg gali non lgm 0,63 1,52 Lgm dsr besi, baja 0,00 0,82 Alat angkt,msn,prltn 0,08 Barang lainnya Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

41 Pada tahun 2009 sektor industri mampu tumbuh sebesar 6,54 persen sedangkan pada tahun 2005 sampai 2008 berturut-turut tumbuh sebesar 7,00 persen, 8,50 persen, 8,35 persen dan 6,79 persen Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang merupakan sector penunjang seluruh kegiatan ekonomi, dan sebagai infrastruktur yang mendorong aktivitas seluruh sector terutama sector industri, ternyata perkembangannya cukup pesat. Hampir seluruh kegiatan di sector Listrik, Gas dan Air Bersih dimonopoli oleh pemerintah, sehingga sector ini bisa bebas dari persaingan bisnis apapun. Grafik 4 Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Kabupaten Tuban Tahun Listrik Air Bersih Pada tahun 2009 sektor Listrik, Gas dan Air Bersih sudah tumbuh sebesar 7,96 persen. Sumbangan sector Listrik, Gas dan Air Bersih terhadap perekonomian Tuban tidak terlalu besar dan hanya menduduki posisi terakhir yaitu kedelapan, namun dengan perkembangan yang pesat paling tidak masih mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi keseluruhan. Subsektor listrik yang memberikan peran terbesar belakangan ini perkembangannya cukup menggembirakan. Sekalipun gebrakan kenaikan tarip bertubi-tubi, tetapi kebutuhan akan energi tetap meningkat. Pada tahun 2005 lalu subsektor listrik tumbuh sebesar 11,88 persen, tahun 2006 tumbuh sebesar 11,36 persen, sedangkan pada tahun 2007 ini tumbuh sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 11,57 persen, tahun 2008 ini tumbuh sebesar 10,13 persen dan tahun 2009 tumbuh sebesar 7,98 persen. Subsektor Air Bersih pada tahun 2005 tumbuh Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

42 sebesar 5,40 persen, tahun 2006 tumbuh sebesar 5,24 persen, tahun 2007 tumbuh sebesar 6,45 persen, tahun 2008 sebesar 5,90 persen dan tahun 2009 tumbuh sebesar 6,13 persen Sektor Konstruksi Peranan sektor konstruksi dalam perekonomian di wilayah Kabupaten Tuban tergolong cukup tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan pergerakan dari sektor lain yang membutuhkan jasa konstruksi, seperti sektor industri, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sub sektor sewa bangunan. Sebagaimana diketahui bahwa dua sektor di atas merupakan sektor yang dominan dalam perekonomian Kabupaten Tuban. Sehingga sektor konstruksi ikut terangkat kontribusinya. Pada tahun 2009 ini sektor konstruksi berperan dalam pembentukan PDRB sebesar 7,60 persen. Grafik 5 Laju Pertumbuhan Ekonomi dari PDRB Sektor Konstruksi Kabupaten Tuban tahun , ,79 6,62 Lajupertumbuhan ,41 S 2009 Laju pertumbuhan yang dicapai oleh sektor konstruksi mulai tahun 2005 menunjukkan peningkatan walaupun sedikit mengalami fluktuasi. Pada tahun 2005 laju pertumbuhan sektor ini mencapai 9,37 persen dan di tahun 2006 menjadi 7,85 persen, pada tahun 2007 turun menjadi 5,79 persen, dan mengalami kenaikan pada tahun 2008 yaitu sebesar 6,62 persen, kemudian pada tahun 2009 tumbuh sebesar 5,41 persen Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor yang berperan sebagai penyalur bagi produk sector produksi ini sepertinya menjadi sector unggulan dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tuban. Secara keseluruhan sector ini pada tahun 2009 tumbuh sebesar 6,85 persen. Pada tahun 2009 ini peran sector Perdagangan, Hotel dan Restoran mencapai 21,01 persen. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

43 Pertumbuhan ekonomi saat ini sepenuhnya bertumpu pada sector Perdagangan, Hotel dan Restoran, karena sector utama lainnya masih dalam kondisi pemulihan kinerja, terutama subsektor perdagangan yang disebut-sebut sebagai subsektor penyelamat ekonomi. Pada tahun 2005 subsektor ini sudah tumbuh sebesar 9,06 persen, tahun 2006 pertumbuhannya semakin meningkat menjadi sebesar 10,05 persen, tahun 2007 tumbuh sebesar 9,98 persen, tahun 2008 tumbuh sebesar 9,85 persen dan tahun 2009 tumbuh sebesar 6,95 persen. Subsector Hotel pertumbuhannya tidak semulus dengan subsektor lainnya, sepertinya subsector hotel banyak menggantungkan pada moment-moment tertentu. Pada tahun 2005 pertumbuhan subsector ini sebesar 9,21 persen, tahun 2006 tumbuh sebesar 8,17 persen, selanjutnya pada tahun 2007 tumbuh lagi sebesar 7,95 persen, tahun 2008 tumbuh sebesar 7,35 persen dan tahun 2009 tumbuh sebesar 6,51 persen. Grafik. 6 Pertumbuhan Subsektor Perdagangan, Hotel & Restoran Kabupaten Tuban Tahun ,22 9,92 9,65 9,42 6, Subsektor Restoran pola pertumbuhannya semakin meningkat, dari tahun 2005 sampai tahun 2009 mengalami pertumbuhan berturut-turut sebesar 9,96 persen, 9,49 persen, 8,33 persen, 7,65 persen dan 6,42 persen Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Peran sektor pengangkutan dan komunikasi sangat penting dan menjadi indikator dalam melihat kemajuan ekonomi suatu wilayah. Sub sektor transportasi mempunyai peran penting bagi mobilitas perekonomian. Akan tetapi sektor ini khususnya sub sektor transportasi sangat rentan terhadap tekanan yang berasal dari gejolak harga BBM. Pada tahun 2006 dimana harga BBM sudah mulai stabil, sektor ini bangkit kembali ditandai dengan laju pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,73 persen dan di tahun 2007 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

44 mengalami pertumbuhan sebesar 6,31 persen dan mengalami pertumbuhan 5,62 persen pada tahun 2008 dan tumbuh sebesar 6,18 persen pada tahun Berdasarkan perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku dimana besarannya sangat dipengaruhi oleh adanya laju inflasi / deflasi maka peran sektor pengangkutan dan komunikasi dalam pembentukan PDRB masih menunjukan peningkatan. Pada tahun 2005 kontribusi yang diberikan sektor ini mencapai 3,72 persen dan terus meningkat hingga tahun 2009 mencapai 3,54 persen. Tabel Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun ( Persen ) Sub Sektor * 1. Angkutan Jalan Raya 4,22 4,96 5,72 4,88 6,13 2. Jasa Penunjang Angkutan 7,21 7,19 6,18 5,15 6,43 3. Pos & Telekomunikasi 7,82 8,93 8,76 8,55 6,22 4. Jasa Penunjang Komunikasi 5,46 5,78 8,10 8,95 6,91 Pengangkutan dan Komunikasi 4,96 5,73 6,31 5,62 6,18 * Angka Sementara Secara keseluruhan sub sektor yang dicakup dalam sektor pengangkutan dan komunikasi cenderung menunjukan perkembangan yang mengarah pada stagnasi. Sub sektor transportasi pada tahun 2005 menberikan kontribusi sebesar 3,04 persen dan tahun 2009 mencapai 2,87 persen. Demikian juga untuk sektor komunikasi pada tahun 2005 memberikan kontribusi sebesar 0,68 persen dan pada tahun 2009 mencapai 0,67 persen Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Peranan dari sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahan tergolong dalam sektor yang mempunyai kontribusi sedikit stabil dibanding sektor lain. Hal ini terlihat dari besarnya kontribusi yang diberikan sektor ini dari tahun 2005 hingga tahun pada tahun 2005 kontribusi yang diberikan oleh sektor ini mencapai 4,09 persen, yang kemudian meningkat menjadi 4,18 persen ditahun 2006 kemudian berturut-turut tahun 2007, 2008 dan 2009 adalah 4,23 persen, 4,23 persen dan 4,32 persen. Perkembangan kontribusi sub sektor yang dicakup dalam sektor ini relatif stabil kecuali sub sektor sewa bangunan yang terus memberikan peningkatan kontribusi. Hal ini disebabkan oleh adanya perkembangan harga yang cukup tinggi pada nilai bangunan baik untuk usaha maupun tempat tinggal yang ada di wilayah Kabupaten Tuban. Pada tahun 2005, Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

45 sub sektor ini memberikan kontribusi sebesar 2,44 persen dan terus menigkat hingga mencapai 2,71 persen pada tahun Pertumbuhan yang cukup tinggi ditunjukan pula oleh sub sektor sewa bangunan. Dibanding dengan sub sektor lainnya yang cenderung stabil maka sub sektor sewa bangunan menunjukan perkembangan yang cukup signifikan walau sedikit ada fluktuasinnya. Pada tahun 2009 sub sektor sewa bangunan tumbuh sebesar 6,89 persen sedangkan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan hanya tumbuh sebesar 6,50 persen. Perkembangan selanjutnya sub sektor sewa bangunan mengalami percepatan laju pertumbuhan ekonominya, tercatat tahun 2005 mencapai 9,79 persen, tahun 2006 mengalami kenaikan mencapai 11,28 persen, tahun 2007 sedikit melambat hingga 9,22 persen, tahun 2008 dan 2009 mengalami pertumbuhan yang semakin melambat yaitu berturut-turut sebesar 7,52 persen dan 6,89 persen. Sedangkan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2005 tumbuh sebesar 6,54 persen, tahun 2006 sebesar 6,51 persen, tahun 2007 tumbuh sebesar 6,93 persen, pada tahun 2008 tumbuh sebesar 7,26 persen dan pada tahun 2009 tumbuh sebesar 5,93 persen. Tabel Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Tahun ( Persen ) Sub Sektor * 1. Bank 4,73 4,84 7,64 7,53 5,51 2. Lembaga Keuangan Bukan Bank 6,54 6,51 6,93 7,26 5,93 3. Sewa Bangunan 9,79 11,28 9,22 7,52 6,89 4. Jasa Perusahaan 4,78 4,20 4,97 4,13 6,71 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 8,06 9,02 8,43 7,33 6,50 * Angka Sementara Sektor Jasa-Jasa Perkembangan dari sektor jasa-jasa terlihat sedikit melambat tapi pasti, walaupun kontribusi yang diberikan agak cenderung menurun. Hal ini dikarenakan sektor jasa-jasa didominasi oleh sub sektor pemerintahan umum, di mana sub sektor ini berjalan cukup lambat mengingat adanya pembatasan penambahan pegawai. Selain itu sub sektor jasa sosial Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

46 kemasyarakatan juga berkembang cukup lambat karena hanya bertumpu pada perkembangan pendidikan swasta dan jasa kesehatan swasta. Pada tahun 2009 sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 4,49 persen. Hal ini didukung oleh sub sektor pemerintahan umum yang mengalami pertumbuhan sebesar 6,15 persen dan sektor swasta mengalami pertumbuhan 6,76 persen. Adanya penerimaan pegawai pemerintah yang cukup banyak, juga berdirinya sekolah swasta islam di Kabupaten Tuban, mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) maupun pendidikan swasta setingkat akademi dan juga adanya peningkatan dari fasilitas kesehatan swasta. Tabel Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Sektor Jasa - Jasa Tahun ( Persen ) Sub Sektor * 1. Adm Pemerintahan & Pertahanan 4,12 3,61 4,72 4,93 6,15 2. Jasa Sosial Kemasyarakatan 5,63 6,01 6,16 5,02 6,12 3. Jasa Hiburan dan Kebudayaan 6,49 6,66 6,79 5,35 6,10 4. Jasa Perorangan dan Rmh tangga 5,49 6,02 6,15 5,99 6,92 Angka Sementara Jasa - Jasa 4,91 4,96 5,54 5,42 4,49 Kontribusi yang diberikan oleh sektor jasa-jasa pada tahun 2005 sebesar 7,57 persen dan terus menurun pada tahun berikutnya. Berturut-turut besaran kontribusi yang diberikan sektor ini adalah 7,55 persen tahun 2006, sebesar 7,55 persen tahun 2007 dan tahun 2008 dan 2009 mencapai 7,40 persen dan 7,46 persen. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

47 Tabel 1 PDRB Kabupaten Tuban Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Juta Rupiah) No Sektor/Sub Sektor *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) I. Pertanian , , , , , Tanaman Bahan Makanan , , , , , Tanaman Perkebunan , , , , , Peternakan , , , , , Kehutanan , , , , , Perikanan , , , , ,14 II. Pertambangan Dan Penggalian , , , , , Pertambangan Migas , , , , , Pertambangan Non Migas Penggalian , , , , ,95 III. Industri Pengolahan , , , , ,54 a. Industri Migas Pengilangan Minyak Bumi Gas Alam Cair b. Industri Pengolahan , , , , ,54 1Makanan Minuman Dan Tembakau , , , , ,94 2Tekstil, Barang dari Kulit & Alas Kaki 6.123, , , , ,46 3Barang dari Kayu & Hasil Hutan lainnya , , , , ,76 4Kertas dan Barang Cetakan , , , , ,44 5Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet , , , , ,97 6Semen dan Barang Galian Bukan Logam , , , , ,34 7Logam Dasar Besi dan Baja Alat Angkutan Mesin & Peralatannya 1.161, , , , ,62 9Barang Lainnya IV. Listrik, Gas dan Air Bersih , , , , , Listrik , , , , , Gas Kota Air Bersih 3.423, , , , ,32 V. Konstruksi , , , , ,05 VI. Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Perdagangan , , , , , Hotel , , , , , Restoran , , , , ,45 VII. Pengangkutan dan Komunikasi , , , , ,11 a. Angkutan , , , , ,79 1. Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya , , , , ,68 3. Angkutan Laut Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan , , , , ,11 b. Komunikasi , , , , ,31 1. Pos & Telekomunikasi , , , , ,30 2. Jasa Penunjang Komunikasi 7.533, , , , ,02 VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan , , , , , Bank , , , , , Lembaga Keuangan Bukan Bank , , , , , Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan , , , , , Jasa Perusahaan , , , , ,66 IX. Jasa-jasa , , , , ,93 a. Pemerintahan Umum , , , , ,52 1Adm. Pemerintahan dan Pertahanan , , , , ,52 2Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta , , , , ,41 1. Jasa Sosial Kemasyarakatan , , , , ,07 2. Jasa Hiburan dan Kebudayaan , , , , ,42 3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga , , , , ,92 PDRB , , , , ,10 *) Angka sementara Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

48 Tabel 2 PDRB Kabupaten Tuban Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Juta Rupiah) No Sektor/Sub Sektor *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) I. Pertanian , , , , , Tanaman Bahan Makanan , , , , , Tanaman Perkebunan , , , , , Peternakan , , , , , Kehutanan , , , , , Perikanan , , , , ,49 II. Pertambangan Dan Penggalian , , , , Pertambangan Migas , , , , , Pertambangan Non Migas Penggalian , , , , ,88 III. Industri Pengolahan , , , , ,90 a. Industri Migas Pengilangan Minyak Bumi Gas Alam Cair b. Industri Pengolahan , , , , ,90 1Makanan Minuman Dan Tembakau , , , , ,56 2Tekstil, Barang dari Kulit & Alas Kaki 4.441, , , , ,26 3Barang dari Kayu & Hasil Hutan lainnya , , , , ,04 4Kertas dan Barang Cetakan , ,39 94,346, , ,14 5Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet ,86 42,899, , , ,92 6Semen dan Barang Galian Bukan Logam , , , , ,74 7Logam Dasar Besi dan Baja Alat Angkutan Mesin & Peralatannya 929,00 961,61 994, , ,24 9Barang Lainnya IV. Listrik, Gas dan Air Bersih , , , , Listrik , , , , , Gas Kota Air Bersih 2.092, , , , ,01 V. Konstruksi , , , , ,96 VI. Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , , , Perdagangan , , , , , Hotel , , , , , Restoran , , , , ,34 VII. Pengangkutan dan Komunikasi , , , , ,90 a. Angkutan , , , , ,83 1. Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya , , , , ,95 3. Angkutan Laut Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan 8.561, , , , ,88 b. Komunikasi , , , , ,07 1. Pos & Telekomunikasi , , , , ,86 2. Jasa Penunjang Komunikasi 4.782, , , , ,21 VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan , , , , , Bank , , , , , Lembaga Keuangan Bukan Bank , , , , , Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan , , , , , Jasa Perusahaan , , , , ,85 IX. Jasa-jasa , , , ,40 a. Pemerintahan Umum , , , , ,39 1Adm. Pemerintahan dan Pertahanan , , , , ,39 2Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta , , , , ,01 1. Jasa Sosial Kemasyarakatan , , , , ,12 2. Jasa Hiburan dan Kebudayaan 8.137, , , , ,57 3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga , , , , ,32 PDRB , , , , ,07 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

49 *) Angka sementara Tabel 3 Peranan Ekonomi Sektoral dari PDRB Kabupaten Tuban Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Persen) No Sektor/Sub Sektor *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) I. Pertanian 24,18 23,09 21,65 20,66 19, Tanaman Bahan Makanan 14,74 13,90 12,84 12,09 11, Tanaman Perkebunan 1,91 1,83 1,72 1,65 1, Peternakan 2,86 2,74 2,66 2,59 2, Kehutanan 1,83 1,84 1,76 1,74 1, Perikanan 2,83 2,78 2,67 2,60 2,49 II. Pertambangan Dan Penggalian 11,00 10,82 11,06 11,51 11, Pertambangan Migas 3,91 2,94 2,26 1,85 1, Pertambangan Non Migas Penggalian 7,09 7,88 8,81 9,66 10,40 III. Industri Pengolahan 19,63 19,93 20,33 20,25 20,37 a. Industri Migas Pengilangan Minyak Bumi Gas Alam Cair b. Industri Pengolahan 19,63 19,93 20,33 20,25 20,37 1Makanan Minuman Dan Tembakau 5,31 5,29 5,31 5,26 5,29 2Tekstil, Barang dari Kulit & Alas Kaki 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 3Barang dari Kayu & Hasil Hutan lainnya 0,77 0,77 0,78 0,79 0,82 4Kertas dan Barang Cetakan 1,56 1,55 1,53 1,51 1,52 5Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 0,81 0,86 0,88 0,62 0,63 6Semen dan Barang Galian Bukan Logam 11,09 11,36 11,74 11,98 12,02 7Logam Dasar Besi dan Baja Alat Angkutan Mesin & Peralatannya 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 9Barang Lainnya IV. Listrik, Gas dan Air Bersih 3,75 3,80 3,79 3,85 3, Listrik 3,71 3,75 3,75 3,80 3, Gas Kota Air Bersih 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05 V. Konstruksi 7,60 7,59 7,62 7,63 7,60 VI. Perdagangan, Hotel dan Restoran 18,45 19,34 20,14 20,90 21, Perdagangan 15,73 16,55 17,27 18,02 18, Hotel 0,30 0,30 0,31 0,31 0, Restoran 2,42 2,49 2,57 2,57 2,58 VII. Pengangkutan dan Komunikasi 3,72 3,71 3,63 3,56 3,54 a. Angkutan 3,04 3,02 2,93 2,89 2,87 1. Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya 2,87 2,85 2,76 2,72 2,70 3. Angkutan Laut Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan 0,17 0,17 0,17 0,16 0,16 b. Komunikasi 0,68 0,69 0,69 0,68 0,67 1. Pos & Telekomunikasi 0,58 0,59 0,60 0,58 0,58 2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,10 0,09 0,09 0,10 0,10 VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4,09 4,18 4,23 4,23 4, Bank 0,90 0,90 0,89 0,88 0, Lembaga Keuangan Bukan Bank 0,57 0,58 0,58 0,57 0, Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan 2,44 2,54 2,60 2,62 2, Jasa Perusahaan 0,17 0,17 0,16 0,16 0,16 IX. Jasa-jasa 7,57 7,55 7,54 7,40 7,46 a. Pemerintahan Umum 3,56 3,57 3,59 3,50 3,51 1Adm. Pemerintahan dan Pertahanan 3,56 3,57 3,59 3,50 3,51 2Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta 4,01 3,98 3,96 3,90 3,95 1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 0,80 0,80 0,79 0,77 0,78 2. Jasa Hiburan dan Kebudayaan 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga 3,08 3,05 3,03 3,00 3,05 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

50 *) Angka sementara Tabel 4 Peranan Ekonomi Sektoral dari PDRB Kabupaten Tuban Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Persen) No Sektor/Sub Sektor *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) I. Pertanian 26,15 25,07 23,88 22,80 21, Tanaman Bahan Makanan 17,07 16,29 15,46 14,75 14, Tanaman Perkebunan 1,95 1,89 1,81 1,73 1, Peternakan 2,86 2,77 2,66 2,55 2, Kehutanan 1,56 1,51 1,44 1,38 1, Perikanan 2,71 2,61 2,50 2,39 2,29 II. Pertambangan Dan Penggalian 12,51 12,08 12,30 12,90 13, Pertambangan Migas 4,67 3,31 2,54 2,02 1, Pertambangan Non Migas Penggalian 7,84 8,77 9,76 10,89 11,72 III. Industri Pengolahan 18,08 18,54 18,87 18,88 18,97 a. Industri Migas Pengilangan Minyak Bumi Gas Alam Cair b. Industri Pengolahan 18,08 18,54 18,87 18,88 18,97 1Makanan Minuman Dan Tembakau 4,98 5,03 5,03 5,00 5,03 2Tekstil, Barang dari Kulit & Alas Kaki 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 3Barang dari Kayu & Hasil Hutan lainnya 0,85 0,85 0,85 0,84 0,84 4Kertas dan Barang Cetakan 1,65 1,66 1,66 1,66 1,68 5Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 0,77 0,81 0,83 0,59 0,59 6Semen dan Barang Galian Bukan Logam 9,72 10,08 10,38 10,67 10,73 7Logam Dasar Besi dan Baja Alat Angkutan Mesin & Peralatannya 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 9Barang Lainnya IV. Listrik, Gas dan Air Bersih 3,06 3,21 3,36 3,47 3, Listrik 3,01 3,17 3,32 3,43 3, Gas Kota Air Bersih 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 V. Konstruksi 8,12 8,28 8,22 8,22 8,17 VI. Perdagangan, Hotel dan Restoran 17,50 18,18 18,72 19,19 19, Perdagangan 14,04 14,61 15,09 15,53 15, Hotel 0,30 0,31 0,31 0,32 0, Restoran 3,15 3,26 3,32 3,35 3,36 VII. Pengangkutan dan Komunikasi 3,20 3,20 3,19 3,16 3,16 a. Angkutan 2,60 2,58 2,57 2,52 2,53 1. Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya 2,43 2,41 2,39 2,35 2,36 3. Angkutan Laut Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 b. Komunikasi 0,60 0,61 0,63 0,64 0,64 1. Pos & Telekomunikasi 0,50 0,52 0,53 0,54 0,54 2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,10 0,09 0,10 0,10 0,10 VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4,00 4,12 4,20 4,22 4, Bank 0,82 0,81 0,82 0,82 0, Lembaga Keuangan Bukan Bank 0,49 0,50 0,50 0,50 0, Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan 2,49 2,62 2,69 2,71 2, Jasa Perusahaan 0,20 0,20 0,20 0,19 0,19 IX. Jasa-jasa 7,38 7,32 7,25 7,16 7,20 a. Pemerintahan Umum 3,29 3,22 3,17 3,11 3,12 1Adm. Pemerintahan dan Pertahanan 3,29 3,22 3,17 3,11 3,12 2Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta 4,09 4,10 4,08 4,05 4,08 1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 0,66 0,66 0,66 0,65 0,65 2. Jasa Hiburan dan Kebudayaan 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga 3,27 3,28 3,26 3,24 3,27 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

51 *) Angka sementara Tabel 5 Indeks Perkembangan Sektoral PDRB Kabupaten Tuban Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Persen) No Sektor/Sub Sektor *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) I. Pertanian 150,59 168,21 170,35 177,95 178, Tanaman Bahan Makanan 122,14 150,65 155,67 162,62 164, Tanaman Perkebunan 160,53 211,87 205,27 196,00 191, Peternakan 148,23 193,28 192,84 206,42 199, Kehutanan 148,68 223,35 207,60 227,68 228, Perikanan 153,05 199,15 191,19 196,96 195,03 II. Pertambangan Dan Penggalian 127,33 168,13 191,11 227,04 242, Pertambangan Migas 90,17 74,00 67,39 66,62 61, Pertambangan Non Migas Penggalian 187,10 319,54 360,83 421,67 420,86 III. Industri Pengolahan 194,03 278,18 261,65 260,36 255,35 a. Industri Migas Pengilangan Minyak Bumi Gas Alam Cair b. Industri Pengolahan 194,03 278,18 261,65 260,36 255,35 1Makanan Minuman Dan Tembakau 160,95 225,83 218,45 224,01 232,03 2Tekstil, Barang dari Kulit & Alas Kaki 165,53 229,01 239,26 239,58 236,92 3Barang dari Kayu & Hasil Hutan lainnya 146,59 198,43 208,99 214,57 228,72 4Kertas dan Barang Cetakan 164,47 242,06 231,91 237,93 238,81 5Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 185,66 268,41 279,61 199,79 189,62 6Semen dan Barang Galian Bukan Logam 228,81 331,50 297,11 293,84 277,54 7Logam Dasar Besi dan Baja Alat Angkutan Mesin & Peralatannya 135,49 175,22 176,75 182,34 189,50 9Barang Lainnya IV. Listrik, Gas dan Air Bersih 247,68 350,99 312,89 318,91 283, Listrik 248,78 352,71 314,00 320,13 283, Gas Kota Air Bersih 182,26 243,34 241,09 238,45 249,03 V. Konstruksi 155,66 245,87 255,41 267,86 271,60 VI. Perdagangan, Hotel dan Restoran 194,86 195,25 202,23 204,56 217, Perdagangan 207,96 203,64 208,09 207,63 220, Hotel 196,66 204,51 199,34 194,40 193, Restoran 138,67 153,35 170,62 187,13 201,43 VII. Pengangkutan dan Komunikasi 175,14 263,76 251,50 250,90 248,01 a. Angkutan 168,59 258,22 246,82 248,99 248,89 1. Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya 168,47 260,60 249,68 250,91 250,17 3. Angkutan Laut Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan 170,30 224,17 207,78 220,92 229,74 b. Komunikasi 207,49 291,10 273,42 259,40 244,32 1. Pos & Telekomunikasi 213,74 304,56 285,37 265,26 246,91 2. Jasa Penunjang Komunikasi 178,02 227,65 216,17 228,55 229,69 VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 172,72 250,61 259,97 267,19 257, Bank 169,83 232,22 228,02 234,39 228, Lembaga Keuangan Bukan Bank 202,98 294,89 282,46 279,48 254, Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan 171,12 255,82 274,28 283,21 273, Jasa Perusahaan 137,55 177,64 193,14 203,67 211,05 IX. Jasa-jasa 161,61 220,52 219,36 223,75 227,49 a. Pemerintahan Umum 180,92 212,21 208,69 212,62 221,59 1Adm. Pemerintahan dan Pertahanan 180,92 212,21 208,69 212,62 221,59 2Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta 170,03 228,56 230,02 234,78 233,01 1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 207,62 289,36 269,60 268,07 253,52 2. Jasa Hiburan dan Kebudayaan 139,97 182,67 191,78 201,74 212,36 3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga 164,08 218,81 223,35 229,02 229,21 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

52 PDRB 191,59 224,11 227,03 238,35 237,84 *) Angka sementara Tabel 6 Indeks Perkembangan Sektoral PDRB Kabupaten Tuban Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Persen) No Sektor/Sub Sektor *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) I. Pertanian 105,83 107,34 108,03 109,17 110, Tanaman Bahan Makanan 102,79 104,43 105,49 106,20 107, Tanaman Perkebunan 125,31 120,79 112,34 112,03 111, Peternakan 112,07 111,11 112,22 112,31 112, Kehutanan 105,45 105,10 111,09 109,87 109, Perikanan 107,73 106,63 106,94 109,31 110,20 II. Pertambangan Dan Penggalian 108,02 110,35 116,26 128,81 141, Pertambangan Migas 65,45 49,03 39,15 33,99 32, Pertambangan Non Migas Penggalian 176,51 208,96 238,96 266,43 271,93 III. Industri Pengolahan 140,21 152,13 155,31 154,96 154,01 a. Industri Migas Pengilangan Minyak Bumi Gas Alam Cair b. Industri Pengolahan 140,21 152,13 155,31 154,96 154,01 1Makanan Minuman Dan Tembakau 118,10 126,25 134,39 142,62 151,91 2Tekstil, Barang dari Kulit & Alas Kaki 145,53 155,19 165,29 175,25 186,33 3Barang dari Kayu & Hasil Hutan lainnya 120,58 128,47 136,79 143,80 153,19 4Kertas dan Barang Cetakan 142,68 151,93 162,11 173,01 184,83 5Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 133,86 147,83 162,38 123,70 131,52 6Semen dan Barang Galian Bukan Logam 157,69 173,00 189,67 208,12 221,69 7Logam Dasar Besi dan Baja Alat Angkutan Mesin & Peralatannya 123,46 127,80 132,22 136,20 140,24 9Barang Lainnya IV. Listrik, Gas dan Air Bersih 156,90 174,58 194,67 214,28 231, Listrik 157,37 175,24 195,52 215,32 232, Gas Kota Air Bersih 128,76 135,51 144,25 152,75 162,12 V. Konstruksi 146,13 157,60 166,72 177,77 187,39 VI. Perdagangan, Hotel dan Restoran 146,67 161,21 176,77 193,42 206, Perdagangan 147,62 162,46 178,68 196,27 209, Hotel 155,36 168,05 181,41 194,74 207, Restoran 141,81 155,27 168,20 181,08 192,71 VII. Pengangkutan dan Komunikasi 126,52 133,77 142,21 150,21 159,49 a. Angkutan 123,66 129,97 137,44 144,17 153,03 1. Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya 123,64 129,77 137,20 143,89 152,70 3. Angkutan Laut Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan 123,88 132,78 140,98 148,23 157,76 b. Komunikasi 140,68 152,55 165,75 180,02 191,41 1. Pos & Telekomunikasi 143,49 156,30 169,99 184,53 195,99 2. Jasa Penunjang Komunikasi 127,47 134,84 145,76 158,81 169,79 VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 133,29 145,31 157,56 169,11 180, Bank 117,59 123,28 132,70 142,69 150, Lembaga Keuangan Bukan Bank 139,09 148,14 158,42 169,91 179, Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan 139,48 155,22 169,53 182,27 194, Jasa Perusahaan 120,11 125,16 131,38 136,80 145,98 IX. Jasa-jasa 119,65 125,58 132,53 139,72 148,79 a. Pemerintahan Umum 108,46 112,37 117,67 123,47 131,06 1Adm. Pemerintahan dan Pertahanan 108,46 112,37 117,67 123,47 131,06 2Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta 130,49 138,37 146,92 155,45 165,96 1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 131,98 139,90 148,52 155,98 165,53 2. Jasa Hiburan dan Kebudayaan 127,31 135,79 145,01 152,76 162,08 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

53 3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga 130,35 138,20 146,70 155,48 166,24 PDRB 124,50 131,73 134,97 138,33 140,66 *) Angka sementara Tabel 7 Indeks Berantai PDRB Kabupaten Tuban Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Persen) No Sektor/Sub Sektor *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) I. Pertanian 114.,9 111,70 107,07 112,15 108, Tanaman Bahan Makanan 111,88 110,25 105,48 110,67 107, Tanaman Perkebunan 117,59 112,24 107,47 112,39 107, Peternakan 116,31 112,10 110,71 114,55 110, Kehutanan 128,10 117,27 109,46 115,86 111, Perikanan 113,27 114,88 109,56 114,32 107,79 II. Pertambangan Dan Penggalian 11,78 115,04 116,83 122,27 116, Pertambangan Migas 93,36 87,91 87,78 96,44 91, Pertambangan Non Migas Penggalian 131,39 129,98 127,65 128,88 120,96 III. Industri Pengolahan 120,76 118,73 116,51 117,05 113,03 a. Industri Migas Pengilangan Minyak Bumi Gas Alam Cair b. Industri Pengolahan 120,76 118,73 116,51 117,05 113,03 1Makanan Minuman Dan Tembakau 120,27 116,67 114,67 116,41 112,84 2Tekstil, Barang dari Kulit & Alas Kaki 121,19 114,15 115,20 115,94 113,19 3Barang dari Kayu & Hasil Hutan lainnya 115,35 117,35 115,25 118,17 117,66 4Kertas dan Barang Cetakan 126,10 116,72 112,18 115,93 113,72 5Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 116,49 124,10 116,78 83,29 113,05 6Semen dan Barang Galian Bukan Logam 121,00 119,74 118,05 119,95 112,72 7Logam Dasar Besi dan Baja Alat Angkutan Mesin & Peralatannya 113,92 113,52 111,61 112,42 109,27 9Barang Lainnya IV. Listrik, Gas dan Air Bersih 119,65 118,43 114,07 119,23 114, Listrik 119,71 118,47 114,05 119,29 114, Gas Kota Air Bersih 115,55 115,55 115,93 114,50 122,20 V. Konstruksi 135,25 116,78 114,62 117,63 111,92 VI. Perdagangan, Hotel dan Restoran 122,12 122,60 118,95 121,91 112, Perdagangan 122,38 123,02 119,18 122,62 112, Hotel 119,40 118,10 116,99 117,36 113, Restoran 120,83 120,39 117,66 117,69 112,54 VII. Pengangkutan dan Komunikasi 129,19 116,57 111,76 115,46 111,70 a. Angkutan 132,04 11, ,03 115,60 111,67 1. Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya 133,27 116,07 110,93 115,70 111,59 3. Angkutan Laut Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan 114,57 114,88 112,68 114,04 113,14 b. Komunikasi 117,79 119,10 114,95 114,88 111,80 1. Pos & Telekomunikasi 118,68 120,07 114,99 114,36 111,66 2. Jasa Penunjang Komunikasi 112,79 113,38 114,72 118,17 112,63 VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 121,32 119,60 115,56 117,65 114, Bank 117,27 116,60 113,19 116,40 111, Lembaga Keuangan Bukan Bank 122,57 118,52 113,27 116,03 112, Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan 123,14 121,40 117,02 118,61 116, Jasa Perusahaan 114,06 113,23 114,02 114,88 113,95 IX. Jasa-jasa 116,95 116,68 114,04 115,33 113,22 a. Pemerintahan Umum 118,32 117,30 114,53 114,71 112,66 1Adm. Pemerintahan dan Pertahanan 118,32 117,30 114,53 114,71 112,66 2Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta 115,76 116, ,61 115,90 113,73 1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 118,80 117,31 113,10 114,81 112,65 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

54 2. Jasa Hiburan dan Kebudayaan 113,70 114,77 114,55 115,05 113,17 3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga 115,08 115,7 113,70 116,22 114,03 PDRB 119,58 116,98 114,20 117,51 112,36 *) Angka sementara Tabel 8 Indeks Berantai PDRB Kabupaten Tuban Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Persen) No Sektor/Sub Sektor *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) I. Pertanian 101,44 101,43 101,45 101,86 102, Tanaman Bahan Makanan 101,00 101,02 101,04 101,79 102, Tanaman Perkebunan 102,52 102,31 102,25 102,16 101, Peternakan 102,54 102,40 102,31 102,26 102, Kehutanan 101,75 102,05 102,07 101,83 101, Perikanan 102,15 102,02 102,17 101,64 101,84 II. Pertambangan Dan Penggalian 103,32 102,15 108,47 111,94 110, Pertambangan Migas 83,14 74,92 81,86 84,58 89, Pertambangan Non Migas Penggalian 120,82 118,39 118,51 119,07 114,07 III. Industri Pengolahan 107,00 108,50 108,35 106,79 106,54 a. Industri Migas Pengilangan Minyak Bumi Gas Alam Cair b. Industri Pengolahan 107,00 108,50 108,35 106,79 106,54 1Makanan Minuman Dan Tembakau 105,34 106,90 106,45 106,12 106,51 2Tekstil, Barang dari Kulit & Alas Kaki 107,37 106,84 106,51 106,02 106,32 3Barang dari Kayu & Hasil Hutan lainnya 105,10 106,55 106,47 105,12 106,53 4Kertas dan Barang Cetakan 106,91 106,48 106,70 106,73 106,83 5Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 107,36 110,44 109,84 76,18 106,32 6Semen dan Barang Galian Bukan Logam 108,02 109,71 109,64 109,72 106,52 7Logam Dasar Besi dan Baja Alat Angkutan Mesin & Peralatannya 104,30 103,51 103,46 103,01 102,96 9Barang Lainnya IV. Listrik, Gas dan Air Bersih 111,79 111,27 111,50 110,07 107, Listrik 111,88 111,36 111,57 110,13 107, Gas Kota Air Bersih 105,40 105,24 106,45 105,90 106,13 V. Konstruksi 109,37 107,85 105,79 106,62 105,41 VI. Perdagangan, Hotel dan Restoran 109,22 109,92 109,65 109,42 106, Perdagangan 109,06 110,05 109,98 109,85 106, Hotel 109,21 108,17 107,95 107,35 106, Restoran 109,96 109,49 108,33 107,65 106,42 VII. Pengangkutan dan Komunikasi 104,96 105,73 106,31 105,62 106,18 a. Angkutan 104,40 105,11 105,75 104,89 106,15 1. Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya 104,40 104,96 105,72 104,88 106,13 3. Angkutan Laut Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan 107,12 107,19 106,18 105,15 106,43 b. Komunikasi 107,44 108,43 108,66 108,61 106,32 1. Pos & Telekomunikasi 107,82 108,93 108,76 108,55 106,22 2. Jasa Penunjang Komunikasi 105,46 105,78 108,10 108,95 108,91 VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 108,06 109,02 108,43 107,33 106, Bank 104,73 104,84 107,64 107,53 105, Lembaga Keuangan Bukan Bank 106,54 106,51 106,93 107,26 105, Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan 109,79 111,28 109,22 107,52 106, Jasa Perusahaan 104,78 104,20 104,97 104,13 106,71 IX. Jasa-jasa 104,91 104,96 105,54 105,42 106,49 a. Pemerintahan Umum 104,12 103,61 104,72 104,93 106,15 1Adm. Pemerintahan dan Pertahanan 104,12 103,61 103,61 104,93 106,15 2Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta 105,55 106,04 106,18 105,81 106,76 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

55 1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 105,63 106,01 106,16 105,02 106,12 2. Jasa Hiburan dan Kebudayaan 106,49 106,66 106,79 105,35 106,10 3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga 105,49 106,02 106,15 105,99 106,92 PDRB 105,54 105,81 106,49 106,72 105,99 *) Angka sementara Tabel 9 Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Tahun (Persen) No Sektor/Sub Sektor *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) I. Pertanian 1,44 1,43 1,45 1,86 2, Tanaman Bahan Makanan 1,00 1,02 1,04 1,79 2, Tanaman Perkebunan 2,52 2,31 2,25 2,16 1, Peternakan 2,54 2,40 2,31 2,26 2, Kehutanan 1,75 2,05 2,07 1,83 1, Perikanan 2,15 2,02 2,17 1,64 1,84 II. Pertambangan Dan Penggalian 3,32 2,15 8,48 11,94 10, Pertambangan Migas -16,86-25,08-18,14-15,42-10, Pertambangan Non Migas Penggalian 20,82 18,39 18,51 19,07 14,07 III. Industri Pengolahan 7,00 8,50 8,35 6,79 6,54 a. Industri Migas Pengilangan Minyak Bumi Gas Alam Cair b. Industri Pengolahan 7,00 8,50 8,35 6,79 6,54 1Makanan Minuman Dan Tembakau 5,34 6,90 6,45 6,12 6,51 2Tekstil, Barang dari Kulit & Alas Kaki 3,37 6,64 6,51 6,02 6,32 3Barang dari Kayu & Hasil Hutan lainnya 5,10 6,55 6,47 5,12 6,53 4Kertas dan Barang Cetakan 6,91 6,48 6,70 6,73 6,83 5Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 7,36 10,44 9,84-23,82 6,32 6Semen dan Barang Galian Bukan Logam 8,02 9,71 9,64 9,72 6,52 7Logam Dasar Besi dan Baja Alat Angkutan Mesin & Peralatannya 4,30 3,51 3,46 3,01 2,96 9Barang Lainnya IV. Listrik, Gas dan Air Bersih 11,79 11,27 11,50 10,07 7, Listrik 11,88 11,36 11,57 10,13 7, Gas Kota Air Bersih 5,40 5,24 6,45 5,90 6,13 V. Konstruksi 9,37 7,85 5,79 6,62 5,41 VI. Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,22 9,92 9,65 9,42 6, Perdagangan 9,06 10,05 9,98 9,85 6, Hotel 9,21 8,17 7,95 7,35 6, Restoran 9,96 9,49 8,33 7,65 6,42 VII. Pengangkutan dan Komunikasi 4,96 5,73 6,31 5,62 6,18 a. Angkutan 4,40 5,11 5,75 4,89 6,15 1. Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya 4,22 4,96 5,72 4,88 6,13 3. Angkutan Laut Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan 7,21 7,19 6,18 5,15 6,43 b. Komunikasi 7,44 8,43 8,66 8,61 6,32 1. Pos & Telekomunikasi 7,82 8,93 8,76 8,55 6,22 2. Jasa Penunjang Komunikasi 5,46 5,78 8,10 8,95 6,91 VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 8,06 9,02 8,43 7,33 6, Bank 4,73 4,84 7,64 7,53 5, Lembaga Keuangan Bukan Bank 6,54 6,51 6,93 7,26 5, Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan 9,79 11,28 9,22 7,52 6, Jasa Perusahaan 4,78 4,20 4,97 4,13 6,71 IX. Jasa-jasa 4,91 4,96 5,54 5,42 4,49 a. Pemerintahan Umum 4,12 3,61 4,72 4,93 6,15 1Adm. Pemerintahan dan Pertahanan 4,12 3,61 4,72 4,93 6,15 2Jasa Pemerintahan Lainnya Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

56 b. Swasta 5,55 6,04 6,18 5,18 6,76 1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 5,63 6,01 6,16 5,02 6,12 2. Jasa Hiburan dan Kebudayaan 6,49 6,66 6,79 5,35 6,10 3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga 5,49 6,02 6,15 5,99 6,92 PDRB 5,54 5,81 6,49 6,72 5,99 *) Angka sementara Tabel 10 Indeks Implisit PDRB Kabupaten Tuban Tahun (Persen) No Sektor/Sub Sektor *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) I. Pertanian 140,30 156,71 165,38 182,10 192, Tanaman Bahan Makanan 132,95 145,09 151,47 164,68 172, Tanaman Perkebunan 150,65 165,27 173,72 191,13 202, Peternakan 153,84 168,42 182,25 204,16 220, Kehutanan 180,61 207,55 222,88 253,26 278, Perikanan 160,92 181,20 194,31 218,55 231,33 II. Pertambangan Dan Penggalian 135,30 152,37 164,11 179,26 188, Pertambangan Migas 128,62 150,92 161,84 184,53 188, Pertambangan Non Migas Penggalian 139,28 152,91 164,70 178,28 189,04 III. Industri Pengolahan 167,11 182,86 196,63 215,52 228,65 a. Industri Migas Pengilangan Minyak Bumi Gas Alam Cair b. Industri Pengolahan 167,11 182,86 196,63 215,52 228,65 1Makanan Minuman Dan Tembakau 163,90 178,88 192,68 211,35 223,92 2Tekstil, Barang dari Kulit & Alas Kaki 137,85 147,57 159,61 174,54 185,81 3Barang dari Kayu & Hasil Hutan lainnya 140,23 154,45 167,19 187,94 207,58 4Kertas dan Barang Cetakan 145,35 159,33 167,52 181,96 193,70 5Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 161,57 181,56 193,04 211,05 224,41 6Semen dan Barang Galian Bukan Logam 175,57 191,62 206,32 225,55 238,67 7Logam Dasar Besi dan Baja Alat Angkutan Mesin & Peralatannya 125,02 137,11 147,92 161,41 171,30 9Barang Lainnya IV. Listrik, Gas dan Air Bersih 188,89 201,04 205,67 222,78 236, Listrik 189,24 201,32 205,79 222,92 236, Gas Kota Air Bersih 163,57 179,58 195,58 211,47 243,50 V. Konstruksi 144,08 156,01 169,04 186,48 198,00 VI. Perdagangan, Hotel dan Restoran 162,25 180,97 196,31 218,73 231, Perdagangan 172,40 192,71 208,82 233,11 246, Hotel 151,15 165,01 178,83 195,50 208, Restoran 118,15 129,91 141,10 154,26 163,12 VII. Pengangkutan dan Komunikasi 178,84 197,17 207,28 226,59 238,36 a. Angkutan 180,01 198,68 208,60 229,90 242,86 1. Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya 181,59 200,81 210,71 232,46 244,41 3. Angkutan Laut Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan 157,51 168,83 179,16 194,32 206,58 b. Komunikasi 173,73 190,83 201,89 213,53 224,52 1. Pos & Telekomunikasi 176,79 194,86 206,02 217,04 228,17 2. Jasa Penunjang Komunikasi 157,51 168,83 179,16 194,32 204,70 VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 157,21 172,46 183,80 201,47 216, Bank 169,36 188,37 198,09 214,43 226, Lembaga Keuangan Bukan Bank 178,88 199,06 210,85 228,09 242, Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan 151,07 164,81 176,58 194,80 211, Jasa Perusahaan 130,62 141,93 154,17 170,08 181,62 IX. Jasa-jasa 157,96 175,60 189,75 207,59 220,71 a. Pemerintahan Umum 166,82 188,85 206,55 225,80 239,65 1Adm. Pemerintahan dan Pertahanan 166,82 188,85 206,55 225,80 239,65 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

57 2Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta 150,84 165,18 176,73 193,59 206,22 1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 186,90 206,83 220,35 240,89 255,70 2. Jasa Hiburan dan Kebudayaan 125,02 134,52 144,30 157,60 168,09 3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga 144,86 158,33 169,59 185,96 198,32 PDRB 153,89 170,13 182,45 200,89 212,96 *) Angka sementara Tabel 11 Tingkat Inflasi/Deflasi Berdasarkan PDRB Tahun (Persen) No Sektor/Sub Sektor *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) I. Pertanian Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan II. Pertambangan Dan Penggalian Pertambangan Migas Pertambangan Non Migas Penggalian III. Industri Pengolahan a. Industri Migas Pengilangan Minyak Bumi Gas Alam Cair b. Industri Pengolahan Makanan Minuman Dan Tembakau Tekstil, Barang dari Kulit & Alas Kaki Barang dari Kayu & Hasil Hutan lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian Bukan Logam Logam Dasar Besi dan Baja Alat Angkutan Mesin & Peralatannya Barang Lainnya IV. Listrik, Gas dan Air Bersih Listrik Gas Kota Air Bersih V. Konstruksi VI. Perdagangan, Hotel dan Restoran Perdagangan Hotel Restoran VII. Pengangkutan dan Komunikasi a. Angkutan Angkutan Rel Angkutan Jalan Raya Angkutan Laut Angkutan Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi Pos & Telekomunikasi Jasa Penunjang Komunikasi VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Bank 11, Lembaga Keuangan Bukan Bank Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan Jasa Perusahaan IX. Jasa-jasa a. Pemerintahan Umum Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

58 1Adm. Pemerintahan dan Pertahanan Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Kebudayaan Jasa Perorangan & Rumah Tangga PDRB *) Angka sementara Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban,

59 Tabel 12 Perkembangan beberapa Agregat PDRB dan PDRB Perkapita Kabupaten Tuban Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Tahun No. KETERANGAN *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Atas Dasar Harga Berlaku 1 Produk Domestik Regional Bruto 7,746, ,061, ,348, ,160, ,663, (Juta Rupiah) 2 Penyusutan 734, , , ,153, ,295, Produk Domestik Regional Bruto 7,240,052 8,444,475 9,616,913 11,273,648 12,640,060 Perkapita (Rupiah) 4 Produk Domestik Regional Netto (PDRN) 7,011, ,202, ,366, ,007, ,367, Pajak Tak Langsung 708, , , ,111, ,249, Pendapatan Regional (Juta Rupiah) 6,303, ,373, ,420, ,895, ,118, Pendapatan Regional 5,891,478 6,871,558 7,825,611 9,173,753 10,285,649 Perkapita Rupiah Atas Dasar Harga Konstan Produk Domestik Regional Bruto 5,033, ,326, ,671, ,053, ,415, (Juta Rupiah) 2 Penyusutan 482, , , , , Produk Domestik Regional Bruto 4,704,683 4,963,402 5,271,129 5,611,725 5,935,339 Perkapita (Rupiah) 4 Produk Domestik Regional Netto (PDRN) 4,551, ,815, ,128, ,473, ,801, Pajak Tak Langsung 238, , , , , Pendapatan Regional (Juta Rupiah) 4,313, ,563, ,860, ,186, ,497, Pendapatan Regional 4,031,317 4,253,007 4,516,690 4,808,538 5,085,833 Perkapita Rupiah Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 1,069,935 1,073,071 1,076,027 1,078,641 1,080,956 *) Angka Sementara

60 Tabel 13 Indeks Perkembangan beberapa Agregat PDRB dan PDRB Perkapita Kabupaten Tuban Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Tahun No. KETERANGAN *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Atas Dasar Harga Berlaku 1 Produk Domestik Regional Bruto (Juta Rupiah) 2 Penyusutan Produk Domestik Regional Bruto Perkapita (Rupiah) 4 Produk Domestik Regional Netto (PDRN) Pajak Tak Langsung Pendapatan Regional (Juta Rupiah) Pendapatan Regional Perkapita Rupiah Atas Dasar Harga Konstan Produk Domestik Regional Bruto (Juta Rupiah) 2 Penyusutan Produk Domestik Regional Bruto Perkapita (Rupiah) 4 Produk Domestik Regional Netto (PDRN) Pajak Tak Langsung Pendapatan Regional (Juta Rupiah) Pendapatan Regional Perkapita Rupiah Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 1,069,935 1,073,071 1,076,027 1,078,641 1,080,956 *) Angka Sementara

61 Tabel 14 Indeks Berantai beberapa Agregat PDRB dan PDRB Perkapita Kabupaten Tuban Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Tahun No. KETERANGAN *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Atas Dasar Harga Berlaku 1 Produk Domestik Regional Bruto (Juta Rupiah) 2 Penyusutan Produk Domestik Regional Bruto Perkapita (Rupiah) 4 Produk Domestik Regional Netto (PDRN) Pajak Tak Langsung Pendapatan Regional (Juta Rupiah) Pendapatan Regional Perkapita Rupiah Atas Dasar Harga Konstan Produk Domestik Regional Bruto (Juta Rupiah) 2 Penyusutan Produk Domestik Regional Bruto Perkapita (Rupiah) 4 Produk Domestik Regional Netto (PDRN) Pajak Tak Langsung Pendapatan Regional (Juta Rupiah) Pendapatan Regional Perkapita Rupiah Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 1,069,935 1,073,071 1,076,027 1,078,641 1,080,956 *) Angka Sementara

62

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara penghitungan nilai tambah bruto atas

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL

BAB II URAIAN SEKTORAL BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam Bab II ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor, cara-cara penghitungan nilai tambah, baik atas dasar

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP SAMBUTAN Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2009 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... DAFTAR ISI SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... i ii iii v vi I. PENDAHULUAN 1.1. Umum... 1 1.2. Pengertian Pendapatan Regional... 1 1.2.1. Produk Domestik

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 Katalog BPS : 9302008.3524 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21,5 x 27,9 cm : 93 + v Naskah dan Penyunting : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2010 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 ht tp :// tre ng ga le kk ab.b ps.g o. id Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek Statistics

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha Katalog BPS : 9302013.3574 Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Katalog BPS : 9302013.3574 TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PROBOLINGGO 2008-2012

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB III URAIAN SEKTORAL BAB III URAIAN SEKTORAL alah satu kendala dalam memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik. Disamping

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 KABUPATEN TRENGGALEK Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006-2010 Gross Regional Domestic Product Of Trenggalek Regency By Industrial Origin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PDRB PDRB PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2006 ISSN : - No Publikasi : 71020.0702 Katalog BPS : 9203.7102 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

BAB. III. URAIAN SEKTORAL

BAB. III. URAIAN SEKTORAL BAB. III. URAIAN SEKTORAL Salah satu cara untuk memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah mengetahui masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality 2010/2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product of Jayapura

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 BAB 1 PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya ditujukan agar tercipta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lebih baik.

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Analisis Ekonomi Regional Kota Semarang Tahun 2013. Produk Analisis Ekonomi Regional Kota Semarang

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2012. Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam era otonomi daerah, kebutuhan akan data sebagai bahan perencanaan dan evaluasi pembangunan terutama pembangunan di tingkat kabupaten/kota semakin meningkat. Kebijakan-kebijakan

Lebih terperinci

II.1. SEKTOR PERTANIAN

II.1. SEKTOR PERTANIAN PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 II. URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup, definisi, cara panghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BOGOR Assalamu alaikum Wr Wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN KATALOG BPS 9205.1171 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN 2002-2007 ISBN : 979.466.016.7 NOMOR PUBLIKASI : 9205.1171 NASKAH GAMBAR DITERBITKAN OLEH : BPS KOTA BANDA ACEH : BPS KOTA BANDA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan ridho-nya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang dapat menerbitkan lanjutan series buku Produk

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2008 ISSN : - No Publikasi : 71060.0802 Katalog BPS : 1403.7106 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm : vi + 40

Lebih terperinci

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu II. METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PDRB KABUPATEN NGAWI TAHUN 2006-2010 KATA PENGANTAR Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi naik dari 5,21 persen pada tahun 2006 setelah sempat turun pada tahun 2007 sebesar

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a, KATA PENGANTAR Kondisi perekonomian makro memberikan gambaran mengenai daya saing dan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Gambaran ekonomi makro dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Kerjasama : KATALOG :

Kerjasama : KATALOG : Kerjasama : KATALOG : 9302008.6205 KATALOG : 9302008.6205 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2006 2010 Edisi 2011 ISSN. 0216.4796 No.Publikasi : 6205.11.01 Katalog BPS : 9302008.6205

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2002-2010 Katalog BPS : 9302008.7101 ISSN 0215 6432 Ukuran Buku : 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : ix + 115 Halaman Naskah : Badan

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2014 i ii Tinjauan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTORAL PDRB KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2011

ANALISIS SEKTORAL PDRB KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2011 ANALISIS SEKTORAL PDRB KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2011 Kerjasama : BADAN PUSAT STATISTIK KAB. SUMENEP DAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KAB. SUMENEP ANALISIS SEKTORAL PDRB KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2011

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU KOTA BATU NO : 35795. 06. 02 Badan Pusat Statistik Kota Batu BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BATU 2005 KOTA BATU ISSN : No. Publikasi : 35795.06.02 Katalog BPS : Ukuran

Lebih terperinci

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi

Lebih terperinci

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. BAB II METODOLOGI P DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut secara garis besar ada dua macam yaitu

Lebih terperinci

KABUPATEN BENGKULU TENGAH

KABUPATEN BENGKULU TENGAH Katalog BPS : 9302008.1709 4 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH PDRB SEKTORAL KABUPATEN BENGKULU TENGAH TAHUN 2012 Nomor Publikasi: 1709.1002

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh

Lebih terperinci

9205.3572 GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT OF BLITAR CITY Kerjasama : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BLITAR Dengan BAPPEDA KOTA BLITAR Central Board Of Statistics And RegionalDevelopment Planing BoardOf Blitar

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lumajang, November 2017 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN LUMAJANG. . A Z W I R, S.Si. NIP

KATA PENGANTAR. Lumajang, November 2017 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN LUMAJANG. . A Z W I R, S.Si. NIP i KATA PENGANTAR Kondisi perekonomian tiap-tiap kecamatan dapat dilihat berdasarkan struktur kategori ekonomi yang menyusun Produk Domestik Regional Bruto (). Angka yang dihasilkan memberikan gambaran

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) KABUPATEN BONDOWOSO MENURUT KECAMATAN TAHUN 2012

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) KABUPATEN BONDOWOSO MENURUT KECAMATAN TAHUN 2012 PDRB KAB. BONDOWOSO MENURUT KECAMATAN TAHUN 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BONDOWOSO Jl. KH. Asyari 7. Telp. 0332-421775 BONDOWOSO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) KABUPATEN BONDOWOSO MENURUT

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB. III URAIAN SEKTORAL Uraian Sektoral yang disajikan dalam Bab III ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara perhitungan nilai tambah baik atas dasar harga

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN TELUK BINTUNI TAHUN 2013 ISSN : 2089-5585 Katalog BPS : 930201.9104 No. Publikasi : 9104.13.02 Ukuran Buku : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah Halaman : vi + 50 Halaman

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 Gross Regional Domestic Product Kendal Regency 2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 Gross Regional Domestic Product Kendal Regency 2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 Gross Regional Domestic Product Kendal Regency 2011 No. Katalog / Catalog Number : 9302005.33.24 No. Publikasi / Publication Number : 33245.11.01

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency Katalog BPS : 9302008.3208 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency 2010-2013 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Kuningan 2010-2013

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2014...6

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari 38 III. METODE PENELITIAN A. Data dan sumber data Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun 2009 2013 dari instansi- instansi terkait yaitubadan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Badan

Lebih terperinci

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i ii Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 INDIKATOR EKONOMI KOTA TERNATE 2015 No. Katalog : 9201001.8271 No. Publikasi : 82715.1502 Ukuran Buku : 15,5 cm

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan II Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan II Tahun 2014...6

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2015 i SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA Puji syukur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

M E T A D A T A INFORMASI DASAR M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Statistik Departemen Statistik : Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi Statistik

Lebih terperinci

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)

Lebih terperinci

batukota.bps.go.id ISBN : No. Publikasi : Katalog BPS : Naskah : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik

batukota.bps.go.id ISBN : No. Publikasi : Katalog BPS : Naskah : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik o. id s. g a. bp ot tu k ba KOTA BATU ISBN : 978-602-70993-2-6 No. Publikasi : 35795.14.02 Katalog BPS : 4107.3579 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm x 28 cm : VII + 64 Halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Tahun 2013-2014 Triwulan I...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Tahun 2013-2014 Triwulan I...8

Lebih terperinci

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar Melalui publikasi ini, pembaca akan diantarkan pada ulasan mengenai : Pertumbuhan Ekonomi Struktur Ekonomi PDRB per kapita Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha tahun 2010 2011 dan

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan satu dari beragam indikator ekonomi yang digunakan dalam mengukur kinerja perekonomian. Indikator tersebut memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menilai kinerja ekonomi secara makro di suatu wilayah dalam periode waktu

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menilai kinerja ekonomi secara makro di suatu wilayah dalam periode waktu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu data statistik yang digunakan untuk menilai kinerja ekonomi secara makro di suatu wilayah dalam periode

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik regional Bruto Kota Medan. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik regional Bruto Kota Medan. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik regional Bruto Kota Medan Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Sumatera Utara adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB III URAIAN SEKTORAL 3.1. SEKTOR PERTANIAN BAB III URAIAN SEKTORAL 3.1.1 Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Sub Sektor tanaman bahan makanan meliputi kegiatan bercocok tanam untuk menghasilkan segala jenis tanaman yang digunakan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci