PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT KUTAI TIMUR REGENCY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT KUTAI TIMUR REGENCY"

Transkripsi

1

2

3 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT KUTAI TIMUR REGENCY 2013

4

5 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR 2013 GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT KUTAI TIMUR REGENCY 2013 Nomor Publikasi : Publication Number Katalog BPS : Ukuran Buku Book Size : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : vii + 45 Halaman Number of Pages Pages Naskah Manuscript Penyunting Editor Gambar Kulit Cover Design Diterbitkan oleh Published by : BPS Kabupaten Kutai Timur BPS Statistics of Kutai Timur Regency : BPS Kabupaten Kutai Timur BPS Statistics of Kutai Timur Regency : BPS Kabupaten Kutai Timur BPS Statistics of Kutai Timur Regency : BPS Kabupaten Kutai Timur BPS Statistics of Kutai Timur Regency Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya May be cited with reference to the source

6

7 Kata Pengantar Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-nya maka buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kutai Timur 2013 ini dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Buku ini merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kutai Timur. Publikasi ini memberikan gambaran mengenai perkembangan hasil-hasil pembangunan di Kabupaten Kutai Timur yang ditunjukkan oleh beberapa indikator ekonomi makro sehingga dapat diketahui kondisi perekonomian Kabupaten Kutai Timur dan sebagai dasar penyusunan perencanaan, penentuan kebijakan dan juga bahan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai selama ini. Data yang dipakai dalam penghitungan PDRB Kabupaten Kutai Timur berasal dari dinas/instansi/badan/lembaga pemerintah maupun pihak swasta, juga data yang bersumber dari hasil sensus dan survei yang dilaksanakan oleh BPS Kabupaten Kutai Timur. Diharapkan publikasi ini dapat berguna bagi pihak perencana dan analis di Kabupaten Kutai Timur, Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur dan dinas/instansi pemerintah daerah lainnya serta pihak swasta. Disadari masih banyak penyempurnaan yang perlu dilakukan pada penerbitan yang akan datang. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga publikasi ini dapat diterbitkan, kami ucapkan terima kasih. Sangatta, Agustus 2013 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUTAI TIMUR, Ir. Imam Sudarmaji

8

9

10

11

12

13

14

15

16 harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Untuk menjaga keseragaman konsep, definisi dan metode yang dipakai di seluruh Indonesia, Badan Pusat Statistik secara langsung maupun tidak langsung memberikan bimbingan teknis dan pengarahan yang diperlukan. Karena secara teori PDRB tidak dapat dipisahkan dari Produk Domestik Bruto (PDB) baik dari segi konsep, definisi, metodologi, cakupan dan sumber datanya. Hal ini untuk menjaga kelayakan dan konsistensi hasil penghitungan PDRB antar kabupaten/kota dengan provinsi maupun antar provinsi dengan nasional. Untuk mempermudah melakukan studi perbandingan dan analisa-analisa lainnya, maka tahun dasar yang dipakai di tingkat nasional telah pula diterapkan secara serentak oleh seluruh provinsi dan kabupaten/kota. Untuk memperoleh seri PDRB yang cukup panjang dan up to date, BPS menyarankan agar perbaikan penghitungan PDRB dilakukan setiap tahun sesuai dengan perkembangan dan kelengkapan data yang tersedia di setiap kabupaten/kota. Sesuai dengan penyajian data nasional, PDRB Kabupaten Kutai Timur juga dipisahkan menurut PDRB dengan dan tanpa Migas (minyak, gas dan hasil-hasilnya) serta analisis khusus yang menyajikan PDRB tanpa migas dan batubara. Dengan demikian pengaruh Migas dan batubara dapat terlihat dengan jelas pada perubahan struktur ekonomi maupun pada laju pertumbuhan ekonomi. Untuk menghitung PDRB ada tiga pendekatan yang digunakan, yaitu jika ditinjau dari sisi produksi disebut Produk Regional, merupakan jumlah nilai tambah (produk) yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang dimiliki penduduk suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Jika ditinjau dari sisi pendapatan disebut Pendapatan Regional, merupakan jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor-faktor produksi berupa upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung neto yang dimiliki penduduk suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Jika ditinjau dari segi pengeluaran disebut Pengeluaran Regional, merupakan jumlah pengeluaran konsumsi atau komponen permintaan akhir yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor neto suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. C. TAHUN DASAR 2000 Mulai tahun 2000, BPS mengadakan perubahan tahun dasar PDRB dari tahun 1993 menjadi tahun Ada beberapa alasan teknis yang perlu dikemukakan sebagai alasan mengapa tahun dasar tersebut perlu diganti dan mengapa tahun 2000 yang dipilih sebagai tahun dasar. Pertama, saat ini kondisi ekonomi nasional maupun regional sudah banyak berubah dibandingkan kondisi ekonomi tahun Berbagai kejadian telah mewarnai perubahan kondisi ekonomi sepanjang tahun 1993 sampai saat ini, krisis ekonomi dan moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah banyak mempengaruhi kondisi nasional dan regional. Oleh sebab itu, tahun dasar 1993 yang digunakan dalam penghitungan PDB atau PDRB perlu atau harus diganti sehingga penghitungan PDB dan PDRB menjadi lebih akurat dan representatif. Dasar utama tahun 2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kutai Timur

17 2000 dipilih sebagai tahun dasar adalah bahwa tahun tersebut dipandang relatif stabil kondisi perekonomiannya ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat serta tahun 2000 dianggap sebagai awal berjalannya proses pemulihan ekonomi setelah keterpurukan akibat krisis. Kedua, rekomendasi PBB sesuai dengan buku panduan baru Sistem Neraca Nasional (A System of National Account) yang menyatakan bahwa penghitungan PDB atas dasar harga konstan sebaiknya dimutakhirkan secara periodik dengan menggunakan tahun referensi yang berakhiran 0 dan 5. Hal ini dimaksudkan agar besaran PDB dapat selalu dibandingkan antar negara dan antar waktu guna keperluan analisis kinerja ekonomi. Ketiga adalah masalah ketersediaan data dasar (raw data) baik data harga maupun volume (kuantum) dimana tahun 2000 secara rinci masing-masing sektor ekonomi relatif lebih lengkap dan berkelanjutan dibandingkan kondisi tahun Hal ini dimungkinkan karena berbagai kementerian/ dinas/instansi juga ikut membangun statistik bagi keperluan perencanaan sektoral. Dengan dukungan data-data yang lebih lengkap dan rinci serta berkesinambungan diharapkan penghitungan PDB atau PDRB dengan tahun dasar yang baru dapat disusun lebih akurat dan lebih konsisten lagi. Alasan lainnya adalah bahwa penyusunan series Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) telah menggunakan tahun dasar Penyempurnaan metodologi dan perluasan cakupan komoditinya akan menghasilkan suatu series IHK dan IHPB baru yang akan digunakan sebagai deflator dalam penghitungan PDB dan PDRB sektoral maupun penggunaan. Sejalan dengan penggunaan tahun dasar baru tersebut diharapkan dua jenis indeks harga tersebut dapat mendukung langkah penyempurnaan penghitungan PDB dan PDRB ke depan. Disamping itu, Tabel Input Output (I-O) secara baku dipakai sebagai basis data untuk penyusun series baru penghitungan PDB dan PDRB sektoral maupun penggunaan. Besaran PDB dan PDRB yang diturunkan dari Tabel I-O telah mengalami uji konsistensi pada tingkat sektoral dengan mempertimbangkan kelayakan struktur permintaan dan penawaran, serta struktur biaya produksinya. Oleh sebab itu, struktur perekonomian yang digambarkan melalui Tabel I-O dapat dijadikan sebagai basis data (benchmark) bagi penyempurnaan PDB dan PDRB. D. PUBLIKASI Publikasi PDRB Kabupaten Kutai Timur Menurut Lapangan Usaha berisi besaran yang memuat nilai tambah bruto yang dirinci menurut sektor dan tabel-tabel turunannya seperti tabel laju pertumbuhan PDRB, distribusi persentase dan PDRB perkapita baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan Sedang penyajiannya dibedakan dengan Migas, tanpa Migas dan tanpa Migas & Batubara. Untuk melengkapi tabel-tabel tersebut ditambahkan pula penjelasan singkat tentang ruang lingkup, metodologi, konsep dan definisi, serta sumber data penghitungan nilai tambah masingmasing sektor. Selain itu ditampilkan pula ulasan deskriptif berupa tinjauan regional ekonomi yang disajikan untuk memperoleh gambaran umum tentang keadaan perekonomian regional. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kutai Timur

18 E. KONSEP DAN DEFINISI Beberapa konsep dan definisi yang melandasi penghitungan PDRB adalah : 1. Output Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu meliputi produksi utama, ikutan dan sampingan. Output perusahaan mencakup juga: barang sisa, margin penjualan barang bekas, margin perdagangan dan biaya lainnya, bunga yang termasuk di dalam nilai penjualan secara kredit, imputasi biaya atas pelayanan bank dan lembaga keuangan lainnya, imputasi sewa untuk bangunan tempat tinggal milik sendiri dan barang dan jasa yang diproduksi untuk digunakan sendiri. Pada umumnya output merupakan hasil perkalian antara produksi dengan unit harganya. Output dari produsen jasa pemerintah adalah total pengeluaran untuk menghasilkan barang dan jasa pemerintah yang merupakan jumlah belanja barang dan jasa, upah dan gaji serta penyusutan barang modal pemerintah. Output dari lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga adalah jumlah pengeluaran untuk menghasilkan jasa lembaga swasta nirlaba yaitu biaya antara, upah dan gaji, penyusutan serta pajak tak langsung. 2. Biaya Antara Biaya antara adalah biaya yang dikeluarkan untuk barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan di dalam proses produksi. Barang tidak tahan lama adalah barang yang mempunyai suatu perkiraan umur kurang dari satu tahun. Perusahaan yang memberikan barang dan jasa kepada pegawai tidak dimasukkan sebagai biaya antara tetapi dimasukkan ke dalam balas jasa pegawai. Sedangkan pengeluaran untuk barang dan jasa sebagai suatu kewajiban berdasarkan perjanjian diperlakukan sebagai biaya antara. Contoh : pembelian peralatan kerja buruh tambang dan tani atas dasar suatu kontrak diperlakukan sebagai biaya antara. 3. Nilai Tambah Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi yang digunakan sebagai input antara yang terdiri dari komponen pendapatan faktor, penyusutan barang modal tetap dan pajak tak langsung neto. Pada umumnya nilai tambah ini sama dengan balas jasa faktor produksi. Jika penyusutan dikeluarkan dari nilai tambah bruto diperoleh nilai tambah neto. Pada umumnya Nilai Tambah Bruto atau disingkat NTB merupakan pengurangan biaya antara terhadap output. 4 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kutai Timur

19 4. Penyusutan Penyusutan adalah nilai susut atau ausnya barang-barang modal yang terjadi selama barang modal tersebut ikut serta dalam proses produksi. 5. Agregat PDRB Dari data PDRB dapat diturunkan variabel-variabel makro ekonomi lainnya antara lain : Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar adalah jumlah nilai tambah bruto dari seluruh sektor ekonomi yang ada di suatu wilayah, jika nilainya dikurangi penyusutan akan sama dengan: Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Harga Pasar. Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Harga Pasar. Jika nilai ini dikurangi pajak tidak langsung yang dipungut oleh pemerintah dan subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada unit-unit produksi (pajak tak langsung neto) akan sama dengan: Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Biaya Faktor. Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Biaya Faktor. Nilai ini merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi. Jika nilai ini dikurangi dengan pendapatan yang masuk dan ditambah dengan pendapatan yang mengalir ke luar wilayah ini akan diperoleh Produk Regional Neto atau biasa disebut Pendapatan Regional. Jika Pendapatan Regional tersebut dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di wilayah tersebut akan diperoleh Pendapatan Regional Perkapita. 6. Klasifikasi Sektor Kegiatan ekonomi yang terjadi di suatu negara/daerah beraneka ragam sifat dan jenisnya. Berbagai kegiatan yang bercorak ragam ini perlu dikelompokkan sesuai dengan jenis kegiatan yang sama sehingga dapat ditentukan apakah suatu kegiatan termasuk dalam kelompok kegiatan ekonomi tertentu seperti pertanian, industri, perdagangan, jasa-jasa dan sebagainya. Pengelompokan kegiatan ekonomi ini sering pula disebut sebagai Klasifikasi Lapangan Usaha. Pembagian klasifikasi ekonomi ke dalam sektor didasarkan pada kesamaan dan kebiasaan satuan ekonomi dalam berproduksi, sifat dan jenis barang dan jasa yang dihasilkan oleh masingmasing sektor dan penggunaan barang dan jasa bersangkutan. Keseragaman konsep/definisi dan klasifikasi diperlukan dalam rangka keterbandingan antara data yang dihasilkan sehingga gambaran mengenai perkembangan dan perbedaan antar wilayah, antar waktu dan antar karakteristik tertentu dapat dilakukan. Dalam upaya memperoleh keterbandingan data yang dihasilkan oleh berbagai negara, PBB menerbitkan publikasi mengenai Klasifikasi Lapangan Usaha yang berjudul International Standard Industrial Classification of All Economic Activities (ISIC). Publikasi ini telah direvisi beberapa kali sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Pembagian sektor-sektor menjadi sub sektor serta ruang lingkup dan definisinya disajikan dalam penerbitan BPS yang terangkum dalam Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI). Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kutai Timur

20 F. METODOLOGI Metode penghitungan PDRB dibedakan menjadi dua, yaitu metode penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku dan metode penghitungan PDRB atas dasar harga konstan. Kedua metode tersebut dapat digunakan secara langsung dengan menghitung seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan di suatu daerah. Namun dalam praktek juga diterapkan cara alokasi (tak langsung) yaitu dengan mengalokir pendapatan nasional menjadi pendapatan regional dengan menggunakan beberapa indikator produksi yang cocok digunakan sebagai alokator. Cara ini diterapkan untuk sektor-sektor tertentu seperti angkutan penerbangan/pelayaran, pertambangan dan segala bentuk cabang usaha yang mempunyai kantor pusat di lain daerah. 1. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Metode penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku dapat dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran Pendekatan Produksi Pendekatan produksi digunakan untuk menghitung nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari masingmasing total produksi bruto tiap-tiap sektor atau subsektor. Pendekatan ini banyak digunakan pada perkiraaan nilai tambah dari kegiatan-kegiatan produksi yang berbentuk barang, seperti pertanian, pertambangan, industri dan sebagainya. Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi. Dalam metode ini produksi akan dikalikan dengan harga, hasil perkaliannya disebut output yang akan dikurang dengan perkalian antara rasio biaya antara dengan output itu sendiri. Hasil pengurangannya disebut Nilai Tambah Bruto (NTB). NTB akan dikurang dengan hasil perkalian antara rasio penyusutan dengan output, hasilnya disebut Nilai Tambah Neto (NTN) Pendekatan Pendapatan Dalam pendekatan pendapatan maka nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi diperkirakan dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Penjumlahan semua komponen ini disebut NTB. Untuk sektor pemerintah dan usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang dimaksud surplus usaha di sini adalah bunga neto, sewa tanah dan keuntungan. Metode pendekatan ini banyak dipakai pada sektor yang produksinya berupa jasa seperti pada sub sektor pemerintahan umum. Hal ini disebabkan tidak tersedianya atau kurang lengkapnya data mengenai nilai produksi dan biaya antara (Production Account). 6 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kutai Timur

21 1.3. Pendekatan Pengeluaran Pendekatan dari segi pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa. Metode ini khusus untuk menghitung NTB sektor Bangunan. 2. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Metode penghitungan PDRB atas dasar harga konstan dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu: metode revaluasi, ekstrapolasi dan deflasi Revaluasi Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar. Biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output masing-masing tahun dengan rasio tetap biaya antara tahun dasar terhadap output Ekstrapolasi Nilai tambah masing masing tahun atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun 2000 dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung. Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap perhitungan output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan Deflasi Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 untuk masing-masing tahun diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga perdagangan besar. Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator, yaitu nilai tambah atas dasar harga yang berlaku diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut. Dalam metode deflasi dikenal istilah deflasi berganda yaitu yang dideflasi adalah output dan biaya antara, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk penghitungan output atas dasar harga konstan biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kutai Timur

22 disamping karena komponennya terlalu banyak juga indeks harga belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam penghitungan harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak digunakan. G. ANALISA DAN KEGUNAAN DATA PDRB Tabel merupakan suatu metode statistik untuk menyajikan data secara komprehensif. Tabel yang merupakan sumber informasi perlu diuraikan untuk dianalisa secara lebih spesifik. Dengan demikian, dalam analisa data PDRB akan disajikan tabel dan grafik yang dilengkapi dengan ulasannya. Penyajian tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pembaca melakukan evaluasi terhadap data PDRB. Tujuan utamanya adalah untuk menjabarkan hasil penghitungan PDRB ke dalam bentuk yang relatif sederhana dengan menggunakan metode pendekatan statistik deskriptif. Selain tujuan di atas, analisa PDRB juga bertujuan untuk: Mempelajari pola perekonomian daerah. Menguraikan pengaruh dari suatu kejadian terhadap kejadian lainnya dalam suatu daerah dan waktu yang sama. Melakukan perbandingan antar komponen dan kepentingan relatifnya. Dasar evaluasi hasil pembangunan serta menentukan penyusunan kebijakan di masa yang akan datang. Beberapa indikator pokok ekonomi makro yang tertuang dalam PDRB sektoral serta kegunaannya antara lain : Nilai Nominal PDRB. PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu diciptakan dari berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah (region). Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Nilai nominal PDRB yang dihasilkan suatu daerah sangat tergantung pada dua faktor tersebut, sehingga nilainya bervariasi antar daerah. Dari besarnya nilai nominal PDRB dapat dilihat nilai tambah masing-masing sektor dan peranannya dalam membentuk perekonomian daerah. Laju Pertumbuhan Ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Indikator ini biasanya digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Indikator ini dapat pula dipakai untuk menentukan arah kebijaksanaan pembangunan yang akan datang. Untuk mengukur besarnya laju pertumbuhan tersebut dapat dihitung dari data PDRB atas dasar harga konstan. Kontribusi/Peranan Sektor Ekonomi. Kontribusi atau peranan sektor ekonomi menunjukkan struktur perekonomian yang terbentuk di suatu daerah. Struktur ekonomi yang dinyatakan dalam persentase, menunjukkan besarnya peranan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah. Hal ini menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan produksi masing-masing sektor ekonomi. Apabila struktur ekonomi disajikan dari waktu ke waktu, maka dapat dilihat perubahan dan pergeseran struktur sebagai indikator 8 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kutai Timur

23 adanya proses pembangunan. Misalnya adanya penurunan peran sektor Pertanian yang diikuti dengan kenaikan peran sektor Industri. PDRB/PDRN Perkapita. PDRB perkapita merupakan gambaran nilai tambah yang bisa diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat dari adanya aktivitas produksi. Sedang PDRN perkapita merupakan gambaran pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk sebagai keikutsertaannya dalam proses produksi. Kedua indikator tersebut biasanya digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Apabila data tersebut disajikan secara berkala akan menunjukkan perubahan kemakmuran. Tingkat Perubahan Harga atau Inflasi/Deflasi. Inflasi dan deflasi merupakan gambaran tentang perubahan harga. Fluktuasi harga yang terjadi akan mempengaruhi daya beli masyarakat/konsumen sebagai akibat dari ketidakseimbangan pendapatan. Untuk melihat adanya perubahan harga barang dan jasa secara keseluruhan pada tingkat produsen dapat dilihat dari suatu indeks yang diturunkan dari perhitungan indeks implisit yang merupakan perbandingan antara PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan atau biasa disebut PDRB deflator. Elastisitas Kesempatan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja. Apabila data PDRB dan data tenaga kerja disajikan secara series, maka dapat dihitung elastisitas kesempatan kerja terhadap PDRB. Elastisitas kesempatan kerja ini mencerminkan pengaruh kenaikan atau pengaruh penurunan PDRB terhadap kesempatan kerja. Apabila data mengenai tenaga kerja dapat disajikan secara sektoral, maka produktivitas per sektor dapat dihitung. Caranya dengan membagi nilai tambah sektor dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor tersebut. Nilai produktivitas tenaga kerja sektoral ini sangat berguna untuk mempertimbangkan penentuan alokasi tenaga kerja secara sektoral. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kutai Timur

24 BAB II. Uraian Sektoral Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor, sub sektor dan komoditi, sumber data serta cara-cara penghitungan Nilai Tambah Bruto (NTB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan A. SEKTOR PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 1. Tanaman Bahan Makanan Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, umbi-umbian, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacangkacangan lainnya, sayur-sayuran, buah-buahan serta tanaman bahan makanan lainnya. Data produksi dan harga diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Kutai Timur. Sedang rasio produksi ikutan dan sampingan; rasio biaya pengangkutan dan margin perdagangan; dan rasio biaya antara diperoleh dari survei khusus pendapatan regional Kabupaten Kutai Timur. Rasio/persentase mark-up diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kutai Timur. Nilai Produksi setiap komoditi dihitung baik dari produksi utama maupun dari produksi ikutan dan sampingan. Biaya antara yang digolongkan dalam sub sektor ini adalah semua biaya yang bukan biaya faktor produksi yang dikeluarkan mulai dari mengolah tanah, menanam, menyiangi, memelihara, menuai dan mengangkut hasil produksinya ke tempat penjualan (contohnya : bibit, obat-obatan, bahan dan alat-alat dan biaya pengangkutan). Output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan produksi tahun yang bersangkutan dengan harga pada tahun yang sama ditambah mark-up kemudian dikurangi biaya pengangkutan dan margin perdagangan (apabila harga yang digunakan bukan harga produsen). Kemudian output dikurangi biaya antara dan akan diperoleh NTB sub sektor Tanaman Bahan Makanan atas dasar harga berlaku. Sedang output atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara revaluasi. 2. Tanaman Perkebunan Komoditi yang dicakup meliputi karet, kopi, lada, kelapa sawit, serta tanaman perkebunan lainnya. Data produksi dan harga perdagangan besar diperoleh dari Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Timur. Rasio biaya antara dan rasio biaya pengangkutan dan margin perdagangan diperoleh dari survei khusus. 10 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

25 Penghitungan output dan NTB atas dasar harga berlaku menggunakan pendekatan produksi, sedang penghitungan output atas dasar harga konstan menggunakan cara revaluasi. 3. Peternakan dan Hasil-hasilnya Sub sektor ini mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, digemukkan, dipotong dan diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun perusahaan peternakan. Jenis ternak meliputi ternak besar, ternak kecil, unggas dan hasil ikutan lainnya serta hewan peliharaan lainnya. Contoh : sapi, kerbau, kambing/domba, babi, ayam, itik dan hasil-hasil peternakan seperti telur ayam, telur itik, susu sapi termasuk kulit, tulang dan tanduk. Data yang digunakan berupa data populasi (yang dianggap sebagai stok awal dan akhir tahun), diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Kutai Timur. Karena data ekspor dan impor antar provinsi/ kabupaten/kota masih sulit diperoleh maka ekspor neto diasumsikan sama dengan nol. Sedang data harga perdagangan besar per komoditi diperoleh dari Dinas Peternakan Kabupaten Kutai Timur. Produksi dihitung dengan tiga peubah yaitu pemotongan, kenaikan stok dan ekspor neto dengan rumus sebagai berikut : Banyaknya ternak/unggas yang dipotong + (populasi akhir populasi awal) + (ekspor impor) Pada dasarnya daging tidak termasuk dalam hasil-hasil peternakan karena kegiatan pemotongan termasuk dalam sektor Industri, tetapi dalam hal pemotongan yang dilakukan oleh petani untuk dikonsumsi sendiri dan sulit dipisahkan maka dimasukkan sebagai hasil peternakan. Untuk penghitungan output dan NTB sama seperti sub sektor sebelumnya. 4. Kehutanan Sub sektor ini mencakup semua kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan daun-daunan, getah-getahan dan akar-akaran, termasuk kegiatan perburuan. Hasil penebangan hutan antara lain : kayu bundar, rotan, kayu ulin, sarang burung, kayu gaharu dan lainnya. Kegiatan perburuan meliputi penangkapan binatang liar seperti buaya, babi hutan, biawak, menjangan dan harimau baik untuk dikonsumsi dagingnya maupun diambil kulit, bulu dan tanduknya (tidak termasuk rusa). Termasuk juga hasil buruan lainnya seperti pengambilan sarang burung, telur dan tanduk. Akan tetapi perburuan yang lebih menekankan unsur hobi tidak dimasukkan sebagai kegiatan perburuan. Data produksi dan harga perdagangan besar diperoleh dari Dinas Kehutanan Kutai Timur. Rasio biaya antara dan rasio biaya pengangkutan dan margin perdagangan diperoleh dari survei khusus. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

26 Penghitungan output dan NTB atas dasar harga berlaku sub sektor ini sama dengan penghitungan sub sektor sebelumnya yaitu menggunakan pendekatan produksi, sedang penghitungan output atas dasar harga konstan menggunakan cara revaluasi. 5. Perikanan Sub sektor ini meliputi semua kegiatan penangkapan, pembenihan, dan budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya (kerang, siput dan udang), baik yang berada di air tawar maupun air asin. Termasuk juga kegiatan pengambilan hasil-hasil binatang air seperti telur ikan, telur penyu, sirip ikan, bibit ikan dan rumput laut. Komoditi hasil perikanan antara lain seperti ikan tuna dan jenis ikan laut lainnya, ikan mas dan jenis ikan darat lainnya, ikan bandeng dan jenis ikan payau lainnya, udang dan binatang berkulit keras lainnya, cumi-cumi dan binatang lunak lainnya, rumput laut serta tumbuhan laut lainnya. Secara garis besar kegiatan sub sektor ini dibedakan menjadi : Penangkapan dan pengumpulan ikan darat, Penangkapan dan pengumpulan ikan laut dan Pengolahan ikan darat dan laut. Pada kegiatan penangkapan dan pengumpulan ikan darat dan laut serta hasil-hasilnya adalah berupa ikan dan binatang air dengan kualitas basah dan segar. Sedangkan kegiatan pengolahan meliputi pengeringan dan penggaraman ikan. Proses penggaraman/pengasinan di sini adalah yang dilakukan dengan memanaskan atau pengeringan melalui sinar matahari. Data produksi dan data harga perikanan diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Timur. Rasio biaya antara dan rasio biaya pengangkutan dan margin perdagangan diperoleh dari survei khusus. Penghitungan output dan NTB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan sama seperti penghitungan sub sektor sebelumnya. B. SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Dalam sektor ini meliputi kegiatan sub sektor pertambangan migas dan penggalian. 1. Pertambangan Migas (Minyak dan Gas Bumi) Pertambangan Minyak dan Gas Bumi meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak bumi dan gas bumi, penyiapan pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan serta penampungan untuk dapat dijual atau dipasarkan. Komoditi yang dihasilkan adalah minyak bumi kondensat dan gas bumi. 12 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

27 Data mengenai hasil produksi dan harga diperoleh dari Unit Pertamina Daerah Operasi Sangatta dan survei pertambangan migas dan non migas yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Sedangkan data mengenai rasio biaya antara didapat dari Tabel Input-Output Kalimantan Timur Tahun Metode penghitungan yang digunakan adalah melalui pendekatan produksi. Output utama diperoleh melalui perkalian antara kuantum barang yang dihasilkan dengan harga per unit produksi, ditambah nilai barang dan jasa lainnya yang merupakan produk sampingan perusahaan pertambangan. Biaya antara terdiri dari pemakaian bahan bakar dan pelincir untuk menggerakkan mesin-mesin pertambangan, alat tulis kantor, pengeluaran untuk jasa lembaga keuangan, asuransi dan jasa perusahaan. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output pada masing-masing tahun (metode produksi). Sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum barang yang dihasilkan pada masingmasing tahun dengan harga per unit produksi pada tahun Melalui perkalian antara outrput dengan rasio NTB terhadap output tahun 2000 diperoleh NTB atas dasar harga konstan Pertambangan Tanpa Migas Pertambangan Tanpa Migas meliputi pengambilan dan persiapan untuk pengolahan lanjutan dari benda padat, baik di bawah maupun di atas permukaan bumi serta seluruh kegiatan yang bertujuan untuk memanfaatkan bijih logam dan hasil tambang lainnya. Hasil-hasil kegiatan ini antara lain batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas dan perak, bijih mangan, fero nikel, nikel matters, yodium, belerang, fosfat serta aspal alam. Di Kabupaten Kutai Timur baru ada pertambangan batubara untuk kategori Pertambangan tanpa Migas. Data mengenai hasil produksi dan harga diperoleh dari survei pertambangan non migas yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Sedangkan data mengenai rasio biaya antara didapat dari Tabel Input-Output Kalimantan Timur Tahun Metode penghitungan yang digunakan adalah melalui pendekatan produksi. Output utama diperoleh melalui perkalian antara kuantum barang yang dihasilkan dengan harga per unit produksi, ditambah nilai barang dan jasa lainnya yang merupakan produk sampingan perusahaan pertam-bangan. Biaya antara terdiri dari pemakaian bahan bakar dan pelincir untuk menggerakkan mesin-mesin pertambangan, alat tulis kantor, pengeluaran untuk jasa lembaga keuangan, asuransi dan jasa perusahaan. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output pada masing-masing tahun (metode produksi). Sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum barang yang dihasilkan pada masing-masing tahun dengan harga per unit produksi pada tahun Melalui perkalian antara outrput dengan rasio NTB terhadap output tahun 2000 diperoleh NTB atas dasar harga konstan PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

28 3. Penggalian Kegiatan sub sektor ini mencakup penggalian batu gunung, koral dan lain-lain. Data yang diperlukan untuk penghitungan sub sektor ini diperoleh dengan cara menggunakan rasio persentase sektor bangunan yang diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi 1996 (SE96). Output sub sektor Penggalian adalah dengan cara tidak langsung yaitu memperkirakan permintaan sektor lain yang menggunakan hasil kegiatan penggalian, misalnya industri batu bata yang menggunakan tanah liat sebagai bahan baku, industri batako dan sektor Bangunan yang membutuhkan hasil-hasil penggalian. Output yang diperoleh berupa nilai dalam harga pembeli oleh sektor pemakai barang galian harus dinilai dalam harga produsen dengan cara mengurangkan nilai pembeli tersebut dengan biaya angkutan dan margin perdagangan barang tersebut. C. SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Dalam sektor ini meliputi kegiatan sub sektor industri migas dan non migas. Untuk Kabupaten Kutai Timur hanya ada sektor industri non migas. Untuk pengumpulan data Statistik Industri, Badan Pusat Statistik mengelompokkan kegiatan industri menurut banyaknya tenaga kerja yang ikut terlibat dalam kegiatan industri pengolahan menjadi empat kelompok yaitu: (1) Industri Besar, adalah perusahaan industri yang menggunakan tenaga kerja lebih atau sama dengan 100 orang, (2) Industri Sedang, adalah perusahaan industri yang menggunakan tenaga kerja dari 20 sampai dengan 99 orang, (3) Industri Kecil, adalah perusahaan industri yang menggunakan tenaga kerja dari 5 sampai 19 orang, dan (4) Industri Kerajinan Rumah Tangga adalah perusahaan industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari 5 orang. Tiap kelompok ini kemudian dirinci lagi menurut komoditi utama atau kelompok komoditi. Pada Penyusunan PDRB, sektor Industri Pengolahan dikelompokkan menjadi sub sektor Industri Migas (dirinci menjadi Industri Pengilangan Minyak Bumi dan Gas Alam Cair/LNG) dan Industri Tanpa Migas. Tetapi pada penyusunan PDRB Kabupaten Kutai Timur hanya ada sub sektor Industri Tanpa Migas. Metode penghitungan yang digunakan dalam sektor ini adalah pendekatan produksi, yaitu nilai tambah diperoleh dari output dikurangi dengan biaya antara. Output kegiatan industri dapat berbentuk barang dan dapat juga berbentuk jasa atau keduanya. Rincian yang dicakup dalam output perusahaan industri terdiri dari: barang yang dihasilkan; jasa industri yang diberikan pada pihak lain; selisih nilai stok barang setengah jadi; tenaga listrik yang dijual; keuntungan dari penjualan barang-barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada waktu pembelian; dan penerimaan lain dari jasa non industri. 14 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

29 Biaya antara sektor industri meliputi segala jenis pengeluaran yang bukan merupakan balas jasa faktor produksi dan penggunaan barang tersebut habis terpakai dalam suatu proses produksi, usia pemakaiannya kurang dari satu tahun, dan nilai per unitnya relatif kecil. Seperti halnya dengan output perusahaan industri maka biaya antara juga dapat berupa barang atau jasa. Biaya antara yang berupa barang terutama adalah bahan baku, bahan bakar, dan bahan penolong, sedangkan yang berbentuk jasa misalnya industri dan bakar dan bahan penolong, sedangkan yang berbentuk jasa misalnya jasa industri dan penyewaan, ongkos angkutan, listrik dan telepon. Rincian biaya antara perusahaan industri antara lain terdiri dari: bahan baku; bahan bakar, tenaga listrik dan gas; barang lainnya (selain bahan baku/penolong); jasa industri; sewa gedung, mesin dan alat-alat; dan jasa non industri lainnya. Untuk mendapatkan nilai biaya antara sektor industri diperoleh dengan jalan mengalikan kuantum barang yang dipergunakan untuk proses produksi dengan harga per unit masing-masing barang tersebut. Khusus untuk jasa yang biasanya sukar untuk mengukur kuantumnya, maka nilai jasa sebagai biaya antara diperoleh langsung dari sejumlah nilai yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pihak lain untuk jasa yang dipergunakan tersebut. 1. Industri Tanpa Migas Industri Tanpa Migas meliputi industri besar dan sedang, industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Data yang diperlukan untuk penghitungan nilai tambah sub sektor ini diperoleh dari Dinas Perindustrian, hasil Sensus Ekonomi Tahun 1996 dan 2006, Indeks Harga Perdagangan Besar Sektor Industri, data ekspor hasil-hasil industri, hasil Survei Industri Besar dan Sedang serta Survei Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga oleh Badan Pusat Statistik. Output maupun NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil Survei Tahunan Industri Besar dan Sedang Badan Pusat Statistik. Rasio biaya antara diperoleh dari SKPR. Sedangkan output dan NTB untuk kategori industri besar dan sedang atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi menggunakan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) ekspor non migas dan untuk kategori industri kecil dan kerajinan rumah tangga menggunakan IHPB barangbarang industri kayu dan perabot rumah tangga. Di dalam melakukan penghitungan output, biaya yang dibutuhkan tidak tersedia setiap tahun, sehingga harus digunakan metode penghitungan secara tidak langsung. Hal ini biasanya terjadi untuk penghitungan Industri Tanpa Migas. Sampai saat ini data yang tersedia untuk industri kecil adalah data tahun 1974/1975 (Sensus Industri), 1979 (Survei Industri) dan hasil Sensus Ekonomi 1996 dan Sedangkan untuk industri kerajinan rumah tangga adalah tahun 1974/1975 (Sensus Industri), 1979 (Survei Industri), 1982 (Survei Sosial Ekonomi Nasional), hasil Sensus Ekonomi 1996 dan 2006 dan Survei IKKR tahun 1991, 1993 dan Sehingga untuk menghitung output setiap tahun harus digunakan metode tidak langsung. Adapun metode tidak langsung yang dapat digunakan antara lain: (1) Menghitung output maupun NTB dengan PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

30 menggunakan rata-rata pertumbuhan dari data output maupun NTB yang sudah ada, (2) Menghitung output maupun NTB dengan menggunakan indikator tertentu, yang dianggap dapat mewakili/mencerminkan pertumbuhan sektor yang bersangkutan, misalnya menggunakan data ekspor hasil industri tiap-tiap tahun dan (3) Menghitung output maupun NTB dengan menggunakan gabungan kedua metode di atas. D. SEKTOR LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 1. Listrik Data produksi, harga dan biaya antara sub sektor ini dapat diperoleh dari laporan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan perusahaan lain yang mengusahakan listrik (Non PLN) yang beroperasi di wilayah Kabupaten Kutai Timur. Metode penghitungan yang dilakukan untuk sub sektor ini adalah pendekatan produksi, yaitu NTB diperoleh dari nilai output dikurangi dengan biaya antara. Nilai produksi kegiatan pelistrikan ini diperoleh dari perkalian antara kuantum listrik yang dibangkitkan dengan harga per unit listrik tersebut. Biaya antara kegiatan pelistrikan adalah segala pengeluaran atas penggunaan barang dan jasa yang habis terpakai dalam sekali proses produksi, usai pemakaiannya kurang dari setahun dan biaya per unit relatif kecil. Oleh karena output dihitung berdasarkan listrik yang dibangkitkan, maka biaya antara termasuk listrik yang dipakai sendiri dalam proses produksi, hilang dalam transmisi dan distribusi, disamping biaya operasi dan pemeliharaan mesin dan alat pengeluaran operasional lainnya. Nilai tambah bruto diperoleh dengan mengurangkan output terhadap biaya antara. Perhitungan atas dasar harga konstan menggunakan metode revaluasi, yaitu output diperoleh dari perkalian antara produksi masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar. Nilai tambah bruto diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan untuk masing-masing tahun dengan nilai tambah bruto pada tahun dasar. 2. Air Bersih Kegiatan sub sektor ini mencakup proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya yang menghasilkan air minum serta pendistribusian dan penyalurannya ke rumah tangga, instansi pemerintah dan instansi swasta baik yang dilakukan oleh Perusahaan Air Minum (PAM) maupun bukan PAM. Kegiatan ini mencakup usaha air bersih melalui sumur artesis yang dikomersilkan. Pembotolan air mineral dan air yang mengandung karbonat tidak termasuk dalam sub sektor ini tetapi dimasukkan dalam sektor Industri Pengolahan. Data produksi, harga dan biaya antara sub sektor ini diperoleh dari Survei Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). 16 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

31 Metode penghitungan yang digunakan untuk sub sektor ini adalah pendekatan produksi, yaitu NTB diperoleh dari nilai output dikurangi dengan biaya antara. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian jumlah produksi dengan harga masing-masing tahun, sedangkan output atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara revaluasi. E. SEKTOR BANGUNAN Sektor Bangunan mencakup kegiatan konstruksi di wilayah domestik disuatu daerah yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha atau individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai. Kegiatan konstruksi meliputi pembuatan, pembangunan, pemasangan dan perbaikan (berat maupun ringan) semua jenis konstruksi seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, jalan, jembatan, pelabuhan (laut atau udara), terminal, monumen dan instalasi jaringan listrik, air dan jaringan komunikasi serta bangunan lainnya. Nilai ouput atas dasar harga berlaku diperoleh dari besarnya nilai bangunan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh swasta dan masyarakat. Sebagai sumber data antara lain Pemda/Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum (PU), Kadin dan Gapensi Kabupaten Kutai Timur. Output atas dasar harga konstan 2000 dihitung menggunakan cara deflasi dengan Indeks Harga Konsumen yang sesuai. Sedangkan nilai tambah netto diperoleh dengan cara mengeluarkan biaya antara dan penyusutan yang diperoleh dari survei perusahaan konstruksi, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. F. SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Sektor ini terdiri dari tiga sub sektor yaitu sub sektor Perdagangan, sub sektor Hotel dan sub sektor Restoran. Kegiatan yang dicakup meliputi perdagangan, penyediaan akomodasi/hotel serta penjualan makanan dan minuman seperti restoran, warung, kedai, pedagang keliling dan sejenisnya. 1. Perdagangan Sub sektor perdagangan mencakup kegiatan membeli dan menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/pendistribusian tanpa merubah bentuk barang tersebut. Sub sektor perdagangan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: perdagangan besar dan eceran. Penghitungan nilai tambah dilakukan menggunakan metode arus barang, yaitu dengan menghitung besarnya margin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari sektor PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

32 Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan (tidak termasuk methanol) serta barang-barang dari impor yang diperdagangkan. Sehingga dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio margin perdagangan, dan rasio jumlah barang yang diperdagangkan (marketed surplus ratio). Sedangkan NTB-nya diperoleh dengan mengalikan rasio NTB dengan total outputnya. Output sektoral diperoleh pada saat menghitung nilai tambah sektor yang bersangkutan. Rasio margin perdagangan dan rasio barang yang diperdagangkan diperoleh dari Tabel Input- Output. Secara sistematis perhitungan output dan NTB dengan pendekatan arus barang adalah sebagai berikut: Menghitung output (baik konstan maupun berlaku) untuk sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri dan impor. Menghitung output (baik konstan maupun berlaku) dengan cara mengalikan output sektoral dengan rasio margin perdagangan dan rasio barang yang diperdagangkan. Menghitung NTB (baik konstan maupun berlaku) dengan cara mengalikan total output sektoral dengan rasio NTB-nya. 2. Hotel Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi di sini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen, motel dan hostel. Termasuk pula penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang menginap dimana kegiatan tersebut berada dalam satu kesatuan manajemen dengan penginapan yang datanya sulit dipisahkan. Penyediaan penginapan yang diusahakan oleh yayasan atau pemerintah juga dikelompokkan di sini bila segala macam keterangan dan data mengenai kegiatan ini dapat dipisahkan dengan kegiatan utamanya Output sub sektor ini dihitung dengan cara mengalikan jumlah tamu menginap dengan ratarata output per tamu menginap. Data mengenai jumlah tamu menginap dan rata-rata tarif per tamu diperoleh dari pengusaha hotel dan penginapan yang ada di wilayah Kabupaten Kutai Timur. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengeluarkan biaya antara terhadap output masing-masing tahun di mana rasio biaya antara diperoleh dari hasil survei. Selanjutnya NTB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan metode ekstrapolasi dengan indeks jumlah tamu menginap sebagai ekstrapolatornya. 3. Restoran Kegiatan sub sektor restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan baik dengan tempat tetap maupun tidak tetap, termasuk pedagang makanan/minuman keliling. 18 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

33 Output sub sektor atas dasar harga berlaku diperkirakan berdasarkan indikator konsumsi makanan dan minuman di luar rumah. Dalam cara ini konsumsi makanan dan minuman jadi di luar rumah dianggap sebagai output dari restoran. Penghitungan pengeluaran konsumsi makanan dan minuman jadi di luar rumah atas dasar harga berlaku diperkirakan dengan cara mengalikan pengeluaran bahan makanan dan minuman perkapita selama setahun dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Atau dengan kata lain jumlah penduduk sebagai indikator produksi dan ratarata pengeluaran makanan dan minuman perkapita sebagai indikator harga. Sedangkan untuk harga konstannya diperoleh dengan metode deflasi dimana IHK kelompok makanan sebagai deflatornya, sedangkan NTB-nya dihitung berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan output. G. SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan baik bermotor maupun tidak bermotor. Jasa penunjang angkutan adalah kegiatan yang menunjang kegiatan pengangkutan seperti terminal/pelabuhan/stasiun, keagenan, ekspedisi, bongkar muat, pergudangan dan jalan tol. Komunikasi meliputi kegiatan pengiriman berita/warta dengan menggunakan sarana komunikasi seperti surat, wesel, telepon, telegram dan teleks. 1. Pengangkutan Kegiatan yang dicakup dari sub sektor ini terdiri atas: Angkutan Jalan Raya; Angkutan Laut; Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan; Angkutan Udara dan Jasa Penunjang Angkutan. a. Angkutan Jalan Raya Jenis kegiatan ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum antara lain bus, taksi, colt, pick up, truk, becak, ojek dan sejenisnya. Kendaraan tersebut dapat merupakan kendaraan wajib uji baik yang memakai plat nomor kuning (umum) maupun plat hitam (pribadi) yang tujuannya untuk usaha komersial. Data mengenai jumlah dan jenis kendaraan bermotor diperoleh dari Kepolisian Resort Kutai Timur dan Dinas LLAJR Kabupaten Kutai Timur. Sedang rata-rata output per kendaraan, rasio biaya antara dan penyusutan diperoleh dari hasil survei khusus (SKPR). Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara revaluasi. Dengan metode produksi, output angkutan jalan raya atas dasar harga berlaku merupakan perkalian indikator produksi (jumlah armada/kendaraan) dengan indikator harga (rata-rata output per armada) untuk masing-masing jenis angkutan. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengeluarkan biaya. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

34 b. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Jenis kegiatan ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kendaraan/kapal sungai dan danau baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk juga di sini kegiatan penyewaan/charter kapal baik dengan maupun tanpa kemudi. Tidak termasuk di sini kegiatan lain yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti pelabuhan sungai, perbaikan dan pemeliharaan kapal, baik yang dilakukan di bawah satu satuan usaha dengan angkutan sungai maupun secara terpisah. Data mengenai jumlah armada kapal sungai baik yang bermotor maupun tidak bermotor diperoleh dari Kantor Pelabuhan (Kanpel) Sangatta. Data mengenai rata-rata output per kapal dan rasio NTB diperoleh dari hasil survei khusus (SKPR) terhadap perusahaan/pengusaha angkutan sungai dan penyeberangan. Dengan pendekatan produksi, output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengalikan indikator produksi (jumlah armada) dengan indikator harga (rata-rata output per armada). Untuk menjaga konsistensi hasil penghitungan antar daerah, digunakan data jumlah penumpang dan barang yang berangkat dari daerah/tempat penyeberangan asal. Output atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan metode revaluasi ataupun metode ekstrapolasi. NTB diperoleh dengan perkalian antara rasio NTB dengan outputnya. c. Angkutan Laut Kegiatan yang dicakup sub sektor ini pengangkutan penumpang, barang dengan menggunakan kapal laut yang beroperasi di dalam dan keluar daerah yang diusahakan oleh perusahaan lokal, rakyat maupun antar pulau. Data mengenai indikator produksi diperoleh dari hasil laporan Kantor Pelabuhan (Kanpel) Sangatta, sedangkan data mengenai rata-rata output per indikator produksi dan rasio NTB diperoleh dari survei khusus. Dengan pendekatan produksi, output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengalikan indikator produksi (jumlah barang dan penumpang yang diangkut) dengan indikator harga (rata-rata output per indikator produksi). Output atas dasar harga konstan dapat dengan metode revaluasi. NTB diperoleh dengan perkalian antara rasio NTB dengan outputnya. d. Angkutan Udara Jenis kegiatan ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan yang beroperasi di Kabupaten Kutai Timur (perusahaan penerbangan nasional). Menurut wilayah operasinya dibedakan atas penerbangan dalam negeri (domestik) dan luar negeri (internasional). Termasuk juga penggunaan pesawat terbang untuk dicharter/disewa baik secara sebagian maupun keseluruhan. Termasuk di sini kegiatan lainnya yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan 20 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

35 yang datanya sulit untuk dipisahkan, seperti Ekspedisi Muatan Kapal Udara (EMKU) baik untuk angkutan penerbangan yang sifatnya tidak komersial, yang hanya digunakan untuk kepentingan suatu organisasi/perkumpulan seperti penerbangan milik misionaris dan perkumpulan terbang layang. Data mengenai indikator produksi dan harga diperoleh dari laporan bulanan Pelabuhan Udara. Rasio NTB diperoleh dari survei khusus. Namun, untuk Kabupaten Kutai Timur belum ada kontribusi sektor ini. Dengan pendekatan produksi, output atas dasar harga berlaku merupakan jumlah penerimaan perusahaan angkutan udara di daerah tersebut baik yang mempunyai klasifikasi operasi berjadwal maupun tidak berjadwal (charter). Ini bisa diperkirakan dengan mengalikan indikator produksi dengan indikator harga. Indikator produksi adalah jumlah muatan penumpang dan barang yang dimuat yang dirinci menurut berat dan jarak tempuhnya. Indikator harga adalah rata-rata output per unit indikator produksi dari muatan dan barang. Pendapatan lain yang diperoleh dari sewa dan dari usaha lain yang bukan dari kegiatan angkutan diestimasi dengan menggunakan rasio terhadap pendapatan utama. Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode revaluasi. NTB diperoleh dengan perkalian antara rasio NTB dengan outputnya. e. Jasa Penunjang Angkutan Jenis kegiatan yang dicakup di sini adalah kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar usaha pengangkutan dan jasa penyediaan fasilitas yang berkaitan dengan pengangkutan yang meliputi pelayanan jasa terminal dan parkir, keagenan, ekspedisi, bongkar muat, pergudangan, jalan tol dan kegiatan lainnya yang belum tercakup. Output atas dasar harga berlaku dari sub sektor ini dihitung dengan mengalikan masingmasing unit produksi dengan rata-rata outputnya. Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku merupakan selisih antara masing-masing output per kegiatan dengan biaya antaranya. Untuk memperoleh output atas dasar harga konstan 2000 diperkirakan dengan metode ekstrapolasi, dengan indikator indeks tenaga kerja sebagai ekstrapolatornya. 2. Komunikasi Sektor ini mencakup kegiatan Telekomunikasi dan Pos & Giro. Jenis kegiatan telekomunikasi meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui telepon, telex, telegram dan kegiatan lain yang diusahakan oleh PT. Telekomunikasi. Jenis kegiatan Pos & Giro meliputi pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat, wesel, paket pos dan sebagainya. Output dan struktur input Pos & Giro diperoleh melalui hasil SKPR (PT. Telkom, PT. Indosat dan Kantor Pos dan Giro Kabupaten Kutai Timur). Output telekomunikasi merupakan penjumlahan PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

36 dari penerimaan atas kegiatan telekomunikasi (oleh PT. Telkom). Metode estimasi menggunakan metode produksi melalui pendekatan perusahaan, output atas dasar harga berlaku kegiatan ini merupakan penjumlahan dari penerimaan atas kegiatan pos dan giro. NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan outputnya. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan dihitung dengan metode deflasi dan IHK sebagai deflatornya. H. SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya disebut juga sektor finansial, karena secara umum kegiatan utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan berupa penarikan dana dari masyarakat dan penyalurannya. Yang termasuk dalam sektor ini meliputi kegiatan Bank, Asuransi dan Koperasi Simpan Pinjam. 1. Bank Output struktur input dan NTB atas dasar harga berlaku setiap tahun diperoleh langsung dari Bank Indonesia (BI) Cabang Samarinda. Output adalah jumlah penerimaan atas jasa pelayanan bank yang diberikan kepada pemakainya, seperti biaya administrasi atas transaksi dengan bank, biaya pengiriman wesel dan sebagainya. Dalam output bank dimasukkan pula imputasi jasa bank yang besarnya sama dengan selisih antara bunga yang diterima dengan bunga yang dibayarkan. Dalam penghitungan BI, output bank terdiri dari : imputasi jasa, penerimaan neto dari transaksi devisa, provisi dan komisi, serta pendapatan operasional lainnya. NTB atas dasar harga konstan diperkirakan dengan metode deflasi, dimana komponen biaya tenaga kerja deflatornya adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) umum dan komponen biaya lainnya seperti surplus usaha, pajak dan penyusutan menggunakan deflator Indeks Harga Implisit PDRB sub sektor Bank. 22 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

37 2. Lembaga Keuangan Tanpa Bank Sub sektor Lembaga Keuangan Tanpa Bank mencakup kegiatan Asuransi dan Koperasi Simpan Pinjam. a. Asuransi Asuransi adalah salah satu jenis usaha keuangan bukan bank yang usaha pokoknya menanggung resiko atas terjadinya kerugian finansial terhadap sesuatu barang atau jiwa yang disebabkan terjadinya musibah/kecelakaan atas barang atau orang, sehingga mengakibatkan hancur/rusaknya barang atau mengakibatkan terjadinya kematian. Jasa asuransi ini dapat dibedakan menjadi jasa asuransi jiwa, asuransi sosial serta asuransi kerugian (termasuk agen/broker, unit pengatur dana pensiun yang berdiri sendiri, adjuster dan sejenisnya). Data mengenai output dan NTB diperoleh kantor asuransi dan survei khusus. Jika datanya tidak tersedia, digunakan metode alokasi Nasional dengan menggunakan berbagai alokator seperti jumlah polis, jumlah premi yang diterima, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Output dari kegiatan asuransi merupakan rekapitulasi dari output asuransi jiwa, asuransi bukan jiwa (asuransi sosial, asuransi dan reasuransi kerugian serta broker asuransi). Biaya antara yang dikeluarkan dalam kegiatan asuransi berupa biaya umum (seperti pembelian alat tulis kantor, BBM, rekening listrik dan sebagainya), biaya pemeliharaan, sewa gedung dan biaya administrasi. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan selisih antara output dan biaya antara yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Sedangkan untuk NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara sebagai berikut: untuk asuransi jiwa menggunakan metode ektrapolasi dan sebagai ektrapolatornya adalah jumlah pemegang polis; untuk asuransi sosial menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ektrapolatornya adalah jumlah peserta; untuk asuransi kerugian menggunakan metode deflasi dan sebagai deflatornya adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) umum. b. Koperasi Kegiatan ini hanya meliputi koperasi simpan pinjam. Rasio biaya antara diperoleh dari hasil survei khusus (SKPR). Output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara menjumlahkan semua hasil usaha dari kegiatan koperasi simpan pinjam. Sedangkan NTB atas dasar harga berlaku diperoleh setelah mengeluarkan biaya antara terhadap output. NTB atas dasar harga konstan tahun dasar 2000 dihitung dengan cara deflasi, dengan indeks harga konsumen (IHK) umum sebagai deflatornya. 3. Sewa Bangunan Sub sektor ini meliputi usaha persewaan bangunan tempat tinggal. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

38 Sewa bangunan tempat tinggal mencakup semua kegiatan atas penggunaan rumah/bangunan sebagai tempat tinggal oleh rumah tangga tanpa memperhatikan apakah rumah itu milik sendiri atau disewa, dikontrak, sewa beli atau rumah dinas. Oleh sebab itu, output sewa rumah adalah besarnya nilai sewa suatu rumah (termasuk biaya pemeliharaan dan perbaikan kecil), sedangkan biaya perbaikan besar bangunan tempat tinggal yang dilakukan oleh rumah tangga dimasukkan dalam sektor Bangunan. Data mengenai jumlah penduduk dan rumah tangga atau kepala keluarga setiap tahunnya diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Timur, sedangkan data mengenai rata-rata pengeluaran konsumsi perkapita untuk sewa, kontrak dan perbaikan diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang kemudian di-inflate dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) komponen biaya tempat tinggal untuk memperkirakan rata-rata pengeluaran sewa rumah untuk tahun yang bersangkutan. Data rata-rata tarif sewa rumah dan Rasio NTB diperoleh melalui hasil survei sewa rumah atau survei khusus. Output untuk persewaan bangunan tempat tinggal atas dasar harga berlaku diperkirakan berdasarkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk sewa rumah, kontrak rumah serta ongkos pemeliharaan dan perbaikan rumah. Output tersebut dihitung dengan cara mengalikan pengeluaran konsumsi rumah-tangga perkapita untuk sewa, kontrak dan perbaikan dengan jumlah penduduk daerah tersebut. Output atas dasar harga berlaku dapat pula diperkirakan dengan perkalian jumlah rumah tangga dan rata-rata pengeluaran untuk sewa rumah per kepala keluarga. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan outputnya. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan dapat diperkirakan dengan metode revaluasi atau deflasi dengan IHK komponen biaya tempat tinggal sebagai deflator. 4. Jasa Perusahaan Sub sektor ini mencakup jasa hukum; jasa akuntansi dan pembukuan; jasa pengolahan dan penyajian data; jasa bangunan, arsitek dan tehnik; jasa periklanan dan riset pemasaran, jasa persewaan mesin dan peralatan. Output jasa perusahaan diperoleh dari perkalian antar indikator produksi (jumlah perusahaan atau tenaga kerja) dengan indikator harga (rata-rata output per perusahaan atau per tenaga kerja). Perkiraan output dan NTB didasarkan pada jumlah tenaga kerja serta rata-rata output dan rasio biaya antara yang bersumber dari Survei Khusus Pendapatan Regional. Perkiraan NTB atas dasar harga konstan tahun dasar 2000 dihitung dengan cara deflasi menggunakan IHK umum sebagai deflatornya. 24 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

39 I. SEKTOR JASA-JASA Sektor Jasa-jasa terdiri atas dua sub sektor, yaitu sub sektor Pemerintahan Umum dan sub sektor Swasta. 1. Pemerintahan Umum Perkiraan nilai tambah untuk sub sektor ini merupakan penjumlahan seluruh komponen belanja pegawai baik pegawai pemerintah pusat yang diperbantukan di daerah maupun pegawai pemerintah daerah itu sendiri. Perkiraan komponen upah, belanja pegawai, penyusutan, perkiraaan NTB harga berlaku untuk pemerintahan pusat dihitung dengan cara estimasi berdasarkan indeks pegawai. Sedangkan perkiraan nilai tambah dari pemerintah daerah dan pertahanan dihitung dengan penjumlahan komponen-komponen yang telah disebut di atas. Data mengenai jumlah belanja pegawai, belanja barang, belanja pembangunan untuk pemerintah daerah diperoleh dari pemerintah daerah dan Bappeda, sedangkan data mengenai komponen kegiatan pertahanan diperoleh dari kantor-kantor perwakilan seluruh Angkatan dan Polri yang berada/beroperasi di Kabupaten Kutai Timur, perkiraan NTB atas dasar harga konstan dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan jumlah indeks pangkat/golongan pegawai negeri. 2. Swasta Sub sektor ini terdiri atas tiga jenis kegiatan yaitu Jasa Hiburan dan Rekreasi, Jasa Sosial Kemasyarakatan serta Jasa Perorangan dan Rumah tangga. a. Jasa Hiburan dan Rekreasi Kegiatan yang dicakup dalam Jasa Hiburan dan Rekreasi meliputi seluruh kegiatan perusahaan/lembaga swasta yang bergerak dalam jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan, seperti jasa bioskop, billyard, jasa palwa video serta jasa studio radio yang dikelola oleh swasta. Laporan keuangan yang berisi keterangan mengenai jumlah masing-masing indikator diperoleh dengan melakukan pendekatan langsung ke asosiasi dan perusahaan-perusahaan yang melakukan usaha seperti yang telah disebutkan di atas atau instansi terkait. Selanjutnya untuk memperoleh informasi mengenai rata-rata output per indikator produksi dan rasio biaya antara per indikator didapat melalui SKPR atau survei khusus lainnya. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan menggunakan metode pendekatan produksi, yaitu hasil perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga. Output untuk jasa hiburan dan rekreasi lainnya pada umumnya didasarkan pada hasil perkalian antara jumlah perusahaan dan jumlah tenaga kerja masing-masing dengan rata-rata output per indikatornya. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan menggunakan metode ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya adalah IHK hiburan dan rekreasi atau indeks indikator produksi yang sesuai. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

40 b. Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Sosial Kemasyarakatan mencakup kegiatan jasa pendidikan, jasa kesehatan dan jasa sosial kemasyarakatan lainnya, seperti panti asuhan, rumah ibadah dan sebagainya yang dikelola oleh lembaga swasta. Pada umumnya seluruh indikator harga dan rasio nilai tambah diperoleh dari SKPR atau survei khusus lainnya, sedang indikator produksi diperoleh melalui instansi/lembaga terkait, seperti data mengenai jumlah murid diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur, dan data mengenai jumlah mahasiswa diperoleh dari masing-masing perguruan tinggi swasta. Data mengenai jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter praktek dan jumlah dukun/bidan bayi diperoleh dari kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur, sedang data mengenai jumlah anak asuh dan rumah ibadah diperoleh dari Bagian Sosial Pemkab Kutai Timur. Output Jasa Sosial Kemasyarakatan atas dasar harga berlaku dapat dihitung dengan pendekatan produksi yaitu dari hasil perkalian antara masing-masing indikator produksi seperti jumlah murid swasta menurut jenjang pendidikan, jumlah mahasiswa, jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter, jumlah anak yang diasuh, jumlah rumah ibadah, dengan indikator harganya (rata-rata output per indikator). NTB atas dasar harga berlaku dihitung diperolah berdasarkan perkalian rasio NTB dengan output. Sedangkan NTB atas dasar harga konstan dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks dari masing-masing indikator produksi sebagai ekstrapolator atau dengan metode deflasi dengan menggunakan IHK aneka komponen terkait sebagai deflatornya. c. Jasa Perorangan dan Rumah tangga Sub sektor ini meliputi segala jenis kegiatan jasa yang pada umumnya melayani perorangan dan rumah tangga, seperti jasa perbengkelan/reparasi, salon kecantikan, tukang cukur, penjahit, binatu, pembantu rumah tangga dan sebagainya. Berhubung adanya kesulitan dalam memperoleh data mengenai kegiatan-kegiatan tersebut, maka penghitungan output dilakukan dengan menggunakan pendekatan pendapatan dan juga pendekatan produksi tergantung pada tersedianya data, yaitu output merupakan hasil perkalian antara jumlah tenaga kerja dengan rata-rata output per tenaga kerja. Data mengenai jumlah tenaga kerja sebagian diperoleh dari Dispenda Kabupaten Kutai Timur dan juga dari angka proyeksi Sensus Penduduk 2010, sedangkan data mengenai rata-rata output per tenaga kerja dan rasio biaya antara diperoleh dari hasil SKPR. Perkiraan NTB atas dasar harga berlaku didapat setelah mengeluarkan komponen biaya antara terhadap output atau dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output. Selanjutnya untuk memperkirakan NTB atas dasar harga konstan dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks jumlah tenaga kerja atau metode deflasi dengan menggunakan IHK aneka komponen sebagai deflator. Output atas dasar harga berlaku untuk jasa perbengkelan seperti jasa perorangan dan rumah tangga diperoleh dari perkalian antara masing-masing jumlah tenaga kerja dengan rata-rata output per tenaga kerja. Sedangkan output jasa pembantu rumah tangga, pengasuh bayi dan sejenisnya diperoleh dari perkalian antara pengeluaran perkapita rumah tangga dengan jumlah penduduk pertengahan tahun untuk jasa perorangan yang belum dicakup. 26 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

41 BAB III. Tinjauan Ekonomi A. PENDAHULUAN Perkembangan perekonomian Kabupaten Kutai Timur tidak terlepas dari kontribusi sektor sektor ekonomi yang mendukungnya. Sektor pertambangan dan penggalian terutama pertambangan non migas masih merupakan pendukung utama perekonomian Kabupaten Kutai Timur. Dominasi sektor ini ditandai dengan masih tingginya peranan pertambangan dan penggalian pada tahun 2012 yaitu sebesar 87,86 persen dari total PDRB Kabupaten Kutai Timur, dimana pembentuk sektor ini adalah sub sektor pertambangan non migas. Sedangkan delapan sektor lainnya peranannya terhadap pembentukan PDRB hanya sekitar dibawah 4 persen saja. Peranan sub sektor pertambangan non migas yang sangat besar terhadap total PDRB berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kutai Timur, pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kutai Timur sebesar 12,68 persen. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kutai Timur tahun ini mengalami pertumbuhan yang positif kembali setelah tahun 2008 yang lalu mengalami pertumbuhan negatif yaitu sebesar minus 0,86 yang untuk pertama kalinya selama Kabupaten Kutai Timur terbentuk. B. PERKEMBANGAN PDRB DAN LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI Nilai PDRB Kabupaten Kutai Timur atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 adalah sebesar 50,18 triliun rupiah atau lebih tinggi nilainya dibanding tahun 2011 yang sebesar 45,75 triliun rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku tanpa migas dan batubara nilainya meningkat dari 5,554 triliun rupiah pada tahun 2011 menjadi 6,391 triliun rupiah pada tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi Selama tahun 2012, perekonomian Kabupaten Kutai Timur tumbuh sebesar 12,68 persen. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tambah dari produk barang dan jasa yang ada di Kutai Timur tumbuh lebih tinggi atau meningkat dibanding tahun 2011 sehingga mengalami pertumbuhan yang positif. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kutai Timur tanpa unsur migas dan batubara, pertumbuhannya juga positif sebesar 11,33 persen. Angka pertumbuhan ini memberikan gambaran yang bersifat makro bahwa perekonomian Kutai Timur di tahun 2012 lebih baik bila dibandingkan tahun sebelumnya (2011). Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kutai Timur sangat dipengaruhi oleh kegiatan dan komoditi pertambangan PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

42 khususnya batubara (sub sektor pertambangan non migas) yang kontribusinya mencapai 85,35 persen dari keseluruhan nilai PDRB. Komoditi batubara menjadi andalan kabupaten ini karena produksi dari kegiatan di sub sektor tersebut sebagian besar diekspor ke luar negeri, sehingga menempatkan Kabupaten Kutai Timur sebagai salah satu andalan Provinsi Kalimantan Timur dalam mengekspor komoditi non migas khususnya batubara. Pada tahun 2012, dari 2 perusahaan besar pertambangan batubara yang beroperasi di Kabupaten Kutai Timur yaitu PT. Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT. Indominco Mandiri mengalami peningkatan produksi yang cukup signifikan, peningkatan produksi di sub sektor ini mencapai 8,47 persen atau dengan kata lain produksi batubara Kutai Timur pada tahun 2012 meningkat sebanyak 8,47 persen. Tabel 1. Perkembangan PRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kutai Timur Tahun Tahun Harga Berlaku Dengan Migas (Juta Rp) Harga Konstan 2000 Tanpa Migas & Batubara (Juta Rp) Harga Berlaku Harga Konstan 2000 Laju Pertumbuhan (%) Dengan Migas Tanpa Migas & Batubara , ,60 4, ,33 6, ,43 6, ,68 11,33 Grafik 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kutai Timur Tahun 2012 Perdagangan, Hotel dan Restoran Pertambangan dan Penggalian Pertanian Jasa-Jasa Pengangkutan dan Komunikasi Listrik, Gas dan Air Bersih Keuangan Bangunan Industri Pengolahan PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

43 Dari 9 lapangan usaha sektor ekonomi yang ada dalam PDRB, pada tahun 2012 tercatat 7 sektor menghasilkan pertumbuhan yang positif, hanya ada 2 sektor yang negatif pertumbuhannya yaitu sub sektor minyak dan gas bumi sebesar -2,91 persen serta sub sektor kehutanan sebesar - 7,25 persen. Sedangkan sub sektor yang tertinggi pertumbuhannya adalah sub sektor perdagangan besar dan eceran yaitu sebesar 28,44 persen. Bila diurutkan pertumbuhan PDRB menurut sektor ekonomi dari yang tertinggi ke yang terendah, maka pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 27,34 persen diikuti sektor pertambangan dan penggalian sebesar 12,83 persen, yang ketiga adalah sektor pertanian sebesar 6,73 persen. Sektor jasa-jasa menempati urutan keempat dengan pertumbuhan sebesar 4,96 persen. Selanjutnya adalah sektor pengangkutan dan komunikasi dengan pertumbuhan 4,69 persen. Sektor listrik, gas dan air bersih menempati urutan keenam yaitu sebesar 4,51 persen. Pertumbuhan sektor berikutnya secara berurutan adalah keuangan; sektor bangunan; dan sektor industri pengolahan masing-masing pertumbuhannya sebesar 2,92 persen, 0,73 persen dan 0,72 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami pertumbuhan sebesar 27,34 persen, pertumbuhan sektor ini tak lain ditunjang oleh fasilitas sarana dan prasarana masyarakat, realisasi proyek-proyek infrastruktur yang ada di Kutai Timur selama 2012 seperti pembangunan hotel dan pusat perbelanjaan di Kutai Timur. Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 12,83 persen, meningkatnya produksi disebabkan adanya kenaikan produksi batubara sejak tahun Sektor pertanian mengalami kenaikan sebesar 6,73 persen. Sektor pertanian mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Luas lahan yang besar serta banyaknya jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian merupakan modal dasar. Sektor jasa-jasa mengalami kenaikan sebesar 4,96 persen karena adanya peningkatan aktifitas di sub sektor pemerintahan umum dan sub sektor swasta (jasa hiburan dan rekreasi, jasa sosial kemasyarakatan serta jasa perorangan dan rumah tangga) selama tahun 2012 yang ada di Kabupaten Kutai Timur. Sektor pengangkutan mengalami peningkatan sebesar 4,69 persen, kenaikannya ditunjang oleh fasilitas sarana dan prasarana masyarakat, realisasi proyek-proyek infrastruktur yang ada di Kutai Timur selama 2012 seperti pembuatan jalan, pembangunan jembatan di Kutai Timur. C. STRUKTUR EKONOMI Besarnya peranan suatu sektor terhadap sektor lainnya di Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat dari distribusi persentase suatu sektor terhadap total seluruh sektor dalam membentuk PDRB Kutai Timur. Selama lebih dari 12 tahun, sejak tahun 2000 hingga 2012 atau sejak kabupaten ini berdiri sumbangan atau peranan sektor pertambangan dengan sub sektor pertambangan non migas yang berasal dari komoditi batubara selalu yang terbesar. Sumbangan PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

44 sektor ini rata-rata berada pada level di atas 80 persen. Pada tahun 2008, sumbangan sektor ini adalah 85,89 persen dan berturut-turut sebesar 85,80 persen pada 2009; 86,74 persen pada 2010; 88,43 persen pada 2011; serta 87,86 persen pada Pertambangan 88.43% Grafik 2. Struktur Perekonomian Kutai Timur Tahun 2012 Lainnya 1.70% Perdagangan 3.45% Angkutan 1.42% Pertanian 3.25% Bangunan 1.75% Sektor yang kontribusinya cukup besar setelah sektor Pertambangan dan Penggalian adalah sektor Pertanian. Seiring dengan meningkatnya peran sektor Pertambangan dan Penggalian dalam beberapa tahun terakhir, peranan sektor ini tetap stabil yaitu sebesar 3,77 persen pada tahun 2010, turun menjadi 3,25 persen pada tahun 2011, dan naik menjadi 3,49 persen di tahun Diperkirakan untuk tahun-tahun selanjutnya andil dari sektor ini akan tetap stabil di level 3-4 persen mengingat perkembangan sektor ini akan mampu mendorong sektor perekonomian lainnya sehingga pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian Kabupaten Kutai Timur secara keseluruhan. Adapun sumbangan sektor-sektor lainnya masih dibawah 4 persen yaitu sektor perdagangan dengan share sebesar 3,44 persen; bangunan 1,73 persen; angkutan 1,69 persen; jasa-jasa 0,82 persen; serta keuangan 0,66 persen. Sedangkan sumbangan terkecil berasal dari sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air bersih dengan share masing-masing hanya sebesar 0,22 persen dan 0,08 persen. 30 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

45 Struktur Perekonomian Tanpa Migas dan Batubara Kabupaten Kutai Timur adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) berupa batubara, migas dan bahan tambang lainnya, akan tetapi komoditi-komoditi tersebut adalah komoditi SDA yang tidak dapat terbaharui (unrenewable). Perubahan yang terjadi pada komoditi tambang tersebut khususnya batubara baik pada produksi maupun harga, pasti berpengaruh terhadap besarnya sumbangan sektor-sektor lainnya seperti pertanian dan bangunan. Jika komoditi batubara dan migas ini dikeluarkan dari PDRB Kutai Timur maka peranan sektor-sektor lainnya akan lebih nyata terlihat pengaruh dan andilnya. Berdasarkan PDRB tanpa migas dan batubara, sektor pertanian dan perdagangan merupakan sektor yang paling dominan pengaruhnya terhadap PDRB Kutai Timur pada tahun 2012 dengan sumbangan masing-masing sebesar 27,42 persen dan 27,03 persen; disusul sektor bangunan dengan kontribusi sebesar 13,60 persen. Selanjutnya kontribusi dari sektor angkutan, sektor jasa-jasa, dan sektor keuangan masingmasing sebesar 13,29 persen; 6,42 persen; dan 5,20 persen, sedangkan sektor lainnya kontribusinya masih di bawah 5 persen. D. PDRB PERKAPITA DAN PENDAPATAN REGIONAL PERKAPITA PDRB perkapita Kutai Timur pada tahun 2012 sebesar 179,411 juta rupiah sedangkan pendapatan regional perkapita Kutai Timur juga meningkat dari 129,764 juta rupiah pada tahun 2011 menjadi sebesar 131,541 juta rupiah pada tahun 2012, sehingga dapat dikatakan bahwa secara rata-rata penduduk Kutai Timur mampu menciptakan nilai tambah sebesar 179,411 juta rupiah pada tahun Sejalan dengan distribusi PDRB yang dipisahkan antara PDRB dengan migas dan PDRB tanpa migas dan batubara, maka akan terlihat besaran PDRB perkapita dan pendapatan regional perkapita apabila unsur migas dan batubara dikeluarkan dari perhitungan. PDRB perkapita di luar migas dan batubara pada tahun 2012 sebesar 22,847 juta rupiah, sedangkan pendapatan regional perkapita tanpa unsur batubara dan migas mencapai 16,977 juta rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa apabila unsur migas dan batubara dikeluarkan dari perhitungan PDRB Kabupaten Kutai Timur, maka pada tahun 2012 secara rata-rata setiap penduduk Kutai Timur hanya mampu menghasilkan nilai tambah sebesar 22,847 juta rupiah. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

46 Rupiah Grafik 3. PDRB Perkapita Kutai Timur Tahun ,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000 80,000,000 60,000,000 40,000,000 20,000, Dengan Migas Tanpa Migas & Batubara Tabel 2. PDRB Perkapita Dan Pendapatan Regional Perkapita Kutai Timur Tahun Tahun Penduduk Pertengahan Tahun (Orang) Dengan Migas (Rp) PDRB Perkapita Pendapatan Regional Perkapita Tanpa Migas & Batubara (Rp) PDRB Perkapita Pendapatan Regional Perkapita PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

47 Lampiran PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR

48

49 Lampiran Tabel 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KUTAI TIMUR ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN (Juta Rp) LAPANGAN USAHA r) 2012 **) 1. PERTANIAN , , , , ,65 a. Tanaman Bahan Makanan , , , , ,76 b. Tanaman Perkebunan , , , , ,13 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya , , , , ,20 d. Kehutanan , , , , ,36 e. Perikanan , , , , ,20 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN , , , , ,16 a. Pertambangan Migas (Minyak dan Gas) , , , , ,72 b. Pertambangan Non Migas , , , , ,55 c. Penggalian , , , , ,89 3. INDUSTRI PENGOLAHAN , , , , ,68 a. Industri Migas : a.1. Pengilangan Minyak Bumi a.2. Gas Alam Cair (LNG) b. Industri Non Migas : , , , , ,68 b.1. Makanan, Minuman dan Tembakau , , , , ,20 b.2. Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit b.3. Kayu, Bambu, Rotan dan Perabot RT b.4. Kertas dan Barang Cetakan 277,32 399,61 470,15 557,92 600,72 b.5. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet b.6. Semen, Barang Lain Bukan Logam b.7. Logam Dasar Besi dan Baja b.8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan b.9. Barang Lainnya 188,27 271,29 319,18 378,77 419,76 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH , , , , ,51 a. Listrik , , , , ,27 b. Gas c. Air Bersih 1.418, , , , ,24 5. BANGUNAN , , , , ,02 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN , , , , ,66 a. Perdagangan Besar dan Eceran , , , , ,72 b. Hotel 8.700, , , , ,43 c. Restoran , , , , ,51 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI , , , , ,09 a. Pengangkutan : , , , , ,44 a.1. Angkutan Rel a.2. Angkutan Jalan Raya , , , , ,63 a.3. Angkutan Sungai, Danau & Penyeb , , , , ,54 a.4. Angkutan Laut , , , , ,19 a.5. Angkutan Udara a.6. Jasa Penunjang Angkutan , , , , ,08 b. Komunikasi : , , , , ,65 b.1. Pos dan Telekomunikasi , , , , ,69 b.2. Jasa Penunjang Komunikasi 7.859, , , , ,96 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN , , , , ,37 JASA PERUSAHAAN a. Bank 5.051, , , , ,59 b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 6.726, , , , ,22 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan , , , , ,73 e. Jasa Perusahaan , , , , ,83 9. JASA-JASA , , , , ,76 a. Pemerintahan Umum : , , , , ,49 a.1. Administrasi Pemerintahan & Pertahanan , , , , ,49 a.2. Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta : , , , , ,27 b.1. Jasa Hiburan dan Rekreasi 1.095, , , , ,17 b.2. Jasa Sosial Kemasyarakatan 6.790, , , , ,98 b.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga , , , , ,12 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO , , , , ,90 PRODUK DOMESTIK REGIONAL , , , , ,18 PRODUK DOMESTIK REGIONAL , , , , ,63 Keterangan Tanpa Tanpa Migas dan Batubara r) Angka Revisi **) Angka Sangat Sementara (Angka Proyeksi) PDRB Kutai Timur

50 Lampiran Tabel 2. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KUTAI TIMUR ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN (Juta Rp) LAPANGAN USAHA r) 2012 **) 1. PERTANIAN , , , , ,26 a. Tanaman Bahan Makanan , , , , ,70 b. Tanaman Perkebunan , , , , ,88 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya , , , , ,25 d. Kehutanan , , , , ,79 e. Perikanan , , , , ,64 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN , , , , ,42 a. Pertambangan Migas (Minyak dan Gas) , , , , ,04 b. Pertambangan Non Migas , , , , ,71 c. Penggalian , , , , ,67 3. INDUSTRI PENGOLAHAN , , , , ,57 a. Industri Migas : a.1. Pengilangan Minyak Bumi a.2. Gas Alam Cair (LNG) b. Industri Non Migas : , , , , ,57 b.1. Makanan, Minuman dan Tembakau , , , , ,57 b.2. Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit b.3. Kayu, Bambu, Rotan dan Perabot RT b.4. Kertas dan Barang Cetakan 170,29 171,87 171,87 180,50 189,29 b.5. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet b.6. Semen, Barang Lain Bukan Logam b.7. Logam Dasar Besi dan Baja b.8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan b.9. Barang Lainnya 115,12 119,34 140,77 148,17 156,71 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH , , , , ,34 a. Listrik 9.033, , , , ,58 b. Gas c. Air Bersih 1.131, , , , ,76 5. BANGUNAN , , , , ,48 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN , , , , ,85 a. Perdagangan Besar dan Eceran , , , , ,00 b. Hotel 4.134, , , , ,46 c. Restoran , , , , ,39 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI , , , , ,74 a. Pengangkutan : , , , , ,46 a.1. Angkutan Rel a.2. Angkutan Jalan Raya , , , , ,17 a.3. Angkutan Sungai, Danau & Penyeb , , , , ,28 a.4. Angkutan Laut , , , , ,45 a.5. Angkutan Udara a.6. Jasa Penunjang Angkutan , , , , ,56 b. Komunikasi : , , , , ,28 b.1. Pos dan Telekomunikasi , , , , ,42 b.2. Jasa Penunjang Komunikasi 4.412, , , , ,86 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN , , , , ,49 JASA PERUSAHAAN a. Bank 2.590, , , , ,83 b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 3.974, , , , ,57 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan , , , , ,44 e. Jasa Perusahaan 8.089, , , , ,65 9. JASA-JASA , , , , ,06 a. Pemerintahan Umum : , , , , ,86 a.1. Administrasi Pemerintahan & Pertahanan , , , , ,86 a.2. Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta : , , , , ,20 b.1. Jasa Hiburan dan Rekreasi 792,95 844,24 900,52 936,22 972,29 b.2. Jasa Sosial Kemasyarakatan 3.841, , , , ,98 b.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga 9.522, , , , ,93 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO , , , , ,21 PRODUK DOMESTIK REGIONAL , , , , ,17 PRODUK DOMESTIK REGIONAL , , , , ,46 Keterangan Tanpa Tanpa Migas dan Batubara r) Angka Revisi **) Angka Sangat Sementara (Angka Proyeksi) PDRB Kutai Timur

51 Lampiran Tabel 3. LAJU PERTUMBUHAN PDRB KABUPATEN KUTAI TIMUR ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN (%) LAPANGAN USAHA r) 2012 **) 1. PERTANIAN 5,22 2,44 2,26 5,90 6,73 a. Tanaman Bahan Makanan 6,30 2,83 1,46 2,86 3,18 b. Tanaman Perkebunan 13,80 10,29 9,02 15,75 16,08 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 6,57 3,94 3,36 4,07 4,18 d. Kehutanan (4,70) (9,29) (9,08) (8,25) (7,25) e. Perikanan 5,79 5,34 5,43 8,49 7,10 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN (1,64) 5,83 9,73 12,05 12,83 PERTAMBANGAN DAN (1,85) 5,81 10,28 12,21 12,98 PERTAMBANGAN DAN 9,07 7,68 5,75 6,76 7,05 a. Pertambangan Migas (Minyak dan Gas) 13,68 7,56 (24,34) (2,26) (2,91) b. Pertambangan Non Migas (1,92) 5,79 10,31 12,25 13,02 c. Penggalian 9,07 7,68 5,75 6,76 7,05 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,80 0,01 0,05 1,01 0,72 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 2,56 3,64 4,71 5,02 4,51 a. Listrik 2,22 3,22 4,22 4,90 4,27 b. Gas c. Air Bersih 5,40 6,95 8,50 5,90 6,27 5. BANGUNAN 7,72 5,47 7,54 6,03 0,73 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 3,03 4,43 11,78 9,88 27,34 a. Perdagangan Besar dan Eceran 2,88 4,47 11,92 10,03 28,44 b. Hotel 8,68 7,68 7,58 3,45 7,10 c. Restoran 5,65 2,83 9,16 7,50 4,26 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 7,24 6,62 6,93 5,80 4,69 a. Pengangkutan : 7,02 6,40 6,74 5,46 4,23 a.1. Angkutan Rel a.2. Angkutan Jalan Raya 8,84 8,45 11,73 7,63 4,32 a.3. Angkutan Sungai, Danau & Penyeb. 9,94 9,53 9,06 6,72 6,55 a.4. Angkutan Laut 4,77 3,86 3,88 3,96 1,76 a.5. Angkutan Udara a.6. Jasa Penunjang Angkutan 7,31 6,72 7,04 5,62 7,69 b. Komunikasi : 9,00 8,33 8,35 8,29 8,04 b.1. Pos dan Telekomunikasi 9,94 9,05 9,06 8,96 8,25 ` b.2. Jasa Penunjang Komunikasi 5,71 5,71 5,71 5,71 7,19 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN 4,81 3,21 3,79 5,08 2,92 JASA PERUSAHAAN a. Bank 3,63 2,79 6,91 8,86 (0,38) b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 0,58 0,32 1,02 2,25 2,65 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 4,44 2,83 3,32 4,34 2,06 e. Jasa Perusahaan 12,82 9,78 9,89 13,69 13,12 9. JASA-JASA 4,39 4,10 4,58 4,96 4,96 a. Pemerintahan Umum : 4,12 3,50 3,92 4,60 4,62 a.1. Administrasi Pemerintahan & Pertahanan 4,12 3,50 3,92 4,60 4,62 a.2. Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta : 6,21 8,08 8,74 7,12 6,95 b.1. Jasa Hiburan dan Rekreasi 6,28 6,47 6,67 3,96 3,85 b.2. Jasa Sosial Kemasyarakatan 5,65 6,91 7,24 8,59 5,93 b.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga 6,44 8,68 9,51 6,81 7,59 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (0,86) 5,60 9,33 11,43 12,68 PRODUK DOMESTIK REGIONAL (1,03) 5,57 9,80 11,57 12,81 PRODUK DOMESTIK REGIONAL 5,16 4,15 6,42 6,89 11,33 Keterangan Tanpa Tanpa Migas dan Batubara r) Angka Revisi **) Angka Sangat Sementara (Angka Proyeksi) PDRB Kutai Timur

52 Lampiran Tabel 4. DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB KABUPATEN KUTAI TIMUR ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN (%) LAPANGAN USAHA r) 2012 **) 1. PERTANIAN 4,37 4,37 3,77 3,25 3,49 a. Tanaman Bahan Makanan 0,89 0,84 0,73 0,61 0,61 b. Tanaman Perkebunan 1,25 1,38 1,23 1,16 1,38 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,38 0,38 0,32 0,26 0,27 d. Kehutanan 1,27 1,15 0,92 0,71 0,68 e. Perikanan 0,58 0,62 0,57 0,51 0,55 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 85,89 85,80 86,74 88,43 87,86 a. Pertambangan Migas (Minyak dan Gas) 3,57 3,47 2,20 1,85 1,92 b. Pertambangan Non Migas 81,55 81,55 83,88 86,01 85,35 c. Penggalian 0,77 0,78 0,66 0,57 0,59 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 0,29 0,32 0,28 0,23 0,22 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0,11 0,11 0,09 0,08 0,08 a. Listrik 0,11 0,10 0,09 0,08 0,08 b. Gas c. Air Bersih 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 5. BANGUNAN 2,30 2,39 2,14 1,75 1,73 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 3,52 3,49 3,54 3,45 3,44 a. Perdagangan Besar dan Eceran 3,35 3,33 3,41 3,33 3,33 b. Hotel 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 c. Restoran 0,13 0,12 0,11 0,09 0,09 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 1,89 1,98 1,75 1,42 1,69 a. Pengangkutan : 1,73 1,82 1,59 1,29 1,55 a.1. Angkutan Rel a.2. Angkutan Jalan Raya 0,32 0,36 0,34 0,28 0,36 a.3. Angkutan Sungai, Danau & Penyeb. 0,56 0,64 0,56 0,45 0,47 a.4. Angkutan Laut 0,67 0,62 0,52 0,42 0,56 a.5. Angkutan Udara a.6. Jasa Penunjang Angkutan 0,18 0,19 0,17 0,14 0,16 b. Komunikasi : 0,16 0,17 0,15 0,13 0,14 b.1. Pos dan Telekomunikasi 0,13 0,13 0,13 0,11 0,12 b.2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,03 0,03 0,03 0,02 0,02 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN 0,98 0,90 0,84 0,71 0,66 JASA PERUSAHAAN a. Bank 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 0,86 0,79 0,74 0,61 0,56 e. Jasa Perusahaan 0,06 0,07 0,07 0,07 0,07 9. JASA-JASA 0,64 0,63 0,85 0,68 0,82 a. Pemerintahan Umum : 0,55 0,53 0,76 0,61 0,74 a.1. Administrasi Pemerintahan & Pertahanan 0,55 0,53 0,76 0,61 0,74 a.2. Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta : 0,10 0,10 0,09 0,08 0,08 b.1. Jasa Hiburan dan Rekreasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b.2. Jasa Sosial Kemasyarakatan 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02 b.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga 0,07 0,07 0,06 0,05 0,05 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Keterangan Tanpa Tanpa Migas dan Batubara r) Angka Revisi **) Angka Sangat Sementara (Angka Proyeksi) PDRB Kutai Timur

53 Lampiran Tabel 5. DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB KABUPATEN KUTAI TIMUR ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN LAPANGAN USAHA r) 2012 **) 1. PERTANIAN 4,53 4,53 3,86 3,31 3,56 a. Tanaman Bahan Makanan 0,93 0,87 0,75 0,62 0,62 b. Tanaman Perkebunan 1,30 1,43 1,25 1,18 1,41 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,40 0,39 0,33 0,27 0,27 d. Kehutanan 1,31 1,19 0,94 0,72 0,69 e. Perikanan 0,60 0,65 0,59 0,52 0,56 2. PERTAMBANGAN DAN 85,36 85,29 86,44 88,21 87,62 a. Pertambangan Non Migas 84,56 84,48 85,76 87,63 87,02 b. Penggalian 0,80 0,81 0,68 0,58 0,60 3. INDUSTRI 0,30 0,33 0,28 0,23 0,23 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0,12 0,11 0,10 0,08 0,08 a. Listrik 0,11 0,11 0,09 0,08 0,08 b. Gas c. Air Bersih 0,01 0,01 0,01 0,004 0, BANGUNAN 2,39 2,48 2,18 1,78 1,77 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 3,65 3,62 3,62 3,51 3,51 a. Perdagangan Besar dan Eceran 3,48 3,45 3,48 3,40 3,39 b. Hotel 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 c. Restoran 0,14 0,13 0,11 0,09 0,09 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 1,96 2,05 1,78 1,45 1,73 a. Pengangkutan : 1,80 1,88 1,63 1,32 1,58 a.1. Angkutan Rel a.2. Angkutan Jalan Raya 0,33 0,38 0,35 0,29 0,37 a.3. Angkutan Sungai, Danau & Penyeb. 0,58 0,66 0,57 0,46 0,48 a.4. Angkutan Laut 0,69 0,65 0,53 0,43 0,57 a.5. Angkutan Udara a.6. Jasa Penunjang Angkutan 0,19 0,20 0,17 0,14 0,17 b. Komunikasi : 0,17 0,17 0,16 0,13 0,14 b.1. Pos dan Telekomunikasi 0,13 0,14 0,13 0,11 0,12 b.2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,03 0,03 0,03 0,02 0,02 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN 1,01 0,93 0,86 0,72 0,67 JASA PERUSAHAAN a. Bank 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 0,90 0,82 0,75 0,62 0,57 e. Jasa Perusahaan 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 9. JASA-JASA 0,67 0,66 0,87 0,69 0,83 a. Pemerintahan Umum : 0,57 0,55 0,77 0,62 0,76 a.1. Administrasi Pemerintahan & Pertahanan 0,57 0,55 0,77 0,62 0,76 a.2. Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta : 0,10 0,11 0,09 0,08 0,08 b.1. Jasa Hiburan dan Rekreasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b.2. Jasa Sosial Kemasyarakatan 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02 b.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga 0,07 0,07 0,06 0,05 0,05 PRODUK DOMESTIK REGIONAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Keterangan Tanpa Tanpa Migas dan Batubara r) Angka Revisi **) Angka Sangat Sementara (Angka Proyeksi) PDRB Kutai Timur

54 Lampiran Tabel 6. DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB KABUPATEN KUTAI TIMUR ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN (%) LAPANGAN USAHA r) 2012 **) 1. PERTANIAN 29,38 29,17 27,11 26,79 27,42 a. Tanaman Bahan Makanan 5,99 5,62 5,25 5,00 4,81 b. Tanaman Perkebunan 8,41 9,22 8,81 9,58 10,85 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 2,56 2,50 2,30 2,18 2,09 d. Kehutanan 8,51 7,65 6,63 5,85 5,33 e. Perikanan 3,90 4,17 4,12 4,19 4,35 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 5,18 5,22 4,75 4,67 4,64 a. Pertambangan Non Migas 5,18 5,22 4,75 4,67 4,64 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,96 2,11 2,00 1,87 1,77 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0,76 0,73 0,67 0,65 0,63 a. Listrik 0,72 0,69 0,64 0,62 0,60 b. Gas c. Air Bersih 0,04 0,04 0,04 0,03 0,03 5. BANGUNAN 15,46 15,97 15,33 14,43 13,60 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 23,67 23,32 25,45 28,40 27,03 a. Perdagangan Besar dan Eceran 22,53 22,26 24,45 27,47 26,14 b. Hotel 0,24 0,25 0,24 0,23 0,22 c. Restoran 0,89 0,81 0,76 0,70 0,67 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 12,71 13,22 12,54 11,73 13,29 a. Pengangkutan : 11,63 12,12 11,44 10,65 12,21 a.1. Angkutan Rel a.2. Angkutan Jalan Raya 2,16 2,43 2,47 2,34 2,83 a.3. Angkutan Sungai, Danau & Penyeb. 3,77 4,26 4,03 3,73 3,69 a.4. Angkutan Laut 4,50 4,16 3,74 3,46 4,40 a.5. Angkutan Udara a.6. Jasa Penunjang Angkutan 1,20 1,27 1,20 1,12 1,29 b. Komunikasi : 1,08 1,10 1,10 1,08 1,09 b.1. Pos dan Telekomunikasi 0,86 0,90 0,91 0,90 0,91 b.2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,22 0,21 0,19 0,18 0,18 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN 6,55 6,02 6,07 5,84 5,20 JASA PERUSAHAAN a. Bank 0,14 0,13 0,13 0,13 0,12 b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 0,19 0,17 0,15 0,13 0,12 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 5,80 5,28 5,28 5,03 4,38 e. Jasa Perusahaan 0,43 0,44 0,51 0,54 0,58 9. JASA-JASA 4,33 4,24 6,08 5,61 6,42 a. Pemerintahan Umum : 3,67 3,56 5,44 4,99 5,82 a.1. Administrasi Pemerintahan & Pertahanan 3,67 3,56 5,44 4,99 5,82 a.2. Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta : 0,66 0,68 0,64 0,62 0,60 b.1. Jasa Hiburan dan Rekreasi 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 b.2. Jasa Sosial Kemasyarakatan 0,19 0,19 0,17 0,17 0,16 b.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga 0,45 0,47 0,44 0,42 0,41 PRODUK DOMESTIK REGIONAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Keterangan Tanpa Tanpa Migas dan Batubara r) Angka Revisi **) Angka Sangat Sementara (Angka Proyeksi) PDRB Kutai Timur

55 Lampiran Tabel 7. INDEKS PERKEMBANGAN PDRB KABUPATEN KUTAI TIMUR ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN (TAHUN 2000=100,00) LAPANGAN USAHA r) 2012 **) 1. PERTANIAN 371,05 416,11 449,69 517,53 609,58 a. Tanaman Bahan Makanan 249,52 264,48 287,11 318,11 352,46 b. Tanaman Perkebunan 1.260, , , , ,74 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 502,45 554,81 591,66 652,88 721,04 d. Kehutanan 258,13 262,16 264,25 271,30 284,29 e. Perikanan 374,67 451,83 519,16 615,90 735,37 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 442,36 496,08 627,27 854,24 931,01 a. Pertambangan Migas (Minyak dan Gas) 354,15 386,72 306,24 345,43 391,45 b. Pertambangan Non Migas 446,66 501,40 645,07 883,55 961,82 c. Penggalian 510,46 581,58 615,15 704,20 804,16 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 355,55 431,98 476,07 519,98 563,79 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 699,82 762,68 816,19 920, ,04 a. Listrik 720,02 783,71 836,38 945, ,03 b. Gas c. Air Bersih 461,18 514,20 577,59 627,38 708,13 5. BANGUNAN 1.561, , , , ,08 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 421,50 469,28 595,53 773,72 847,29 a. Perdagangan Besar dan Eceran 417,38 465,82 594,98 778,31 852,17 b. Hotel 1.017, , , , ,80 c. Restoran 464,20 477,34 521,04 560,11 610,49 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 455,97 535,98 590,76 643,92 839,50 a. Pengangkutan : 450,82 530,66 582,12 631,38 832,77 a.1. Angkutan Rel a.2. Angkutan Jalan Raya 1.010, , , , ,34 a.3. Angkutan Sungai, Danau & Penyeb. 441,48 563,09 619,07 668,26 759,22 a.4. Angkutan Laut 358,71 374,82 391,63 422,29 616,92 a.5. Angkutan Udara a.6. Jasa Penunjang Angkutan 466,87 555,15 610,47 662,15 882,36 b. Komunikasi : 520,27 602,37 698,47 800,33 923,31 b.1. Pos dan Telekomunikasi 534,52 629,32 741,29 855,01 993,64 b.2. Jasa Penunjang Komunikasi 470,44 508,08 548,72 609,08 677,31 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN 341,60 354,18 415,28 465,35 476,87 JASA PERUSAHAAN a. Bank 257,97 272,94 318,24 379,59 388,80 b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 730,89 739,44 761,80 788,85 831,64 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 329,12 338,44 393,37 436,35 437,56 e. Jasa Perusahaan 559,70 647,34 874, , ,51 9. JASA-JASA 438,90 485,43 809,60 870, ,27 a. Pemerintahan Umum : 464,25 508,81 904,45 967, ,09 a.1. Administrasi Pemerintahan & Pertahanan 464,25 508,81 904,45 967, ,09 a.2. Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta : 337,10 391,57 428,74 482,03 540,67 b.1. Jasa Hiburan dan Rekreasi 188,38 206,19 236,36 255,72 275,86 b.2. Jasa Sosial Kemasyarakatan 376,37 425,35 458,19 518,99 582,01 b.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga 340,38 401,42 441,10 495,68 557,37 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 444,00 498,40 623,42 832,76 913,51 PRODUK DOMESTIK REGIONAL 448,20 503,63 638,26 855,57 937,94 PRODUK DOMESTIK REGIONAL 456,84 516,09 600,09 698,82 804,16 Keterangan Tanpa Tanpa Migas dan Batubara r) Angka Revisi **) Angka Sangat Sementara (Angka Proyeksi) PDRB Kutai Timur

56 Lampiran Tabel 8. INDEKS PERKEMBANGAN PDRB KABUPATEN KUTAI TIMUR ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN (TAHUN 2000=100,00) LAPANGAN USAHA r) 2012 **) 1. PERTANIAN 200,63 205,52 210,16 222,57 237,55 a. Tanaman Bahan Makanan 150,20 154,45 156,70 161,18 166,31 b. Tanaman Perkebunan 671,75 740,90 807,73 934, ,27 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 293,59 305,15 315,39 328,24 341,95 d. Kehutanan 118,41 107,41 97,66 89,61 83,11 e. Perikanan 229,94 242,22 255,36 277,05 296,72 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 271,71 287,56 315,53 353,56 398,91 a. Pertambangan Migas (Minyak dan Gas) 82,00 88,20 66,73 65,22 63,32 b. Pertambangan Non Migas 282,23 298,58 329,38 369,73 417,87 c. Penggalian 264,37 284,66 301,01 321,36 344,00 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 221,57 221,60 221,71 223,95 225,57 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 257,83 267,21 279,80 293,84 307,10 a. Listrik 248,52 256,52 267,35 280,45 292,44 b. Gas c. Air Bersih 367,89 393,45 426,90 452,08 480,41 5. BANGUNAN 757,56 799,01 859,26 911,11 917,74 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 258,94 270,41 302,25 332,12 422,92 a. Perdagangan Besar dan Eceran 256,02 267,47 299,36 329,40 423,08 b. Hotel 483,54 520,67 560,13 579,48 620,62 c. Restoran 313,33 322,19 351,69 378,07 394,17 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 177,48 189,23 202,34 214,07 224,11 a. Pengangkutan : 169,87 180,75 192,93 203,48 212,09 a.1. Angkutan Rel a.2. Angkutan Jalan Raya 234,58 254,40 284,25 305,93 319,15 a.3. Angkutan Sungai, Danau & Penyeb. 156,85 171,79 187,36 199,96 213,05 a.4. Angkutan Laut 167,83 174,32 181,08 188,26 191,57 a.5. Angkutan Udara a.6. Jasa Penunjang Angkutan 169,38 180,77 193,51 204,39 220,10 b. Komunikasi : 272,33 295,03 319,67 346,17 374,00 b.1. Pos dan Telekomunikasi 274,69 299,56 326,68 355,95 385,32 b.2. Jasa Penunjang Komunikasi 264,10 279,18 295,12 311,97 334,40 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN 173,75 179,33 186,12 195,58 201,30 JASA PERUSAHAAN a. Bank 132,33 136,02 145,42 158,31 157,71 b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 431,84 433,21 437,64 447,49 459,33 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 166,19 170,89 176,56 184,23 188,02 e. Jasa Perusahaan 292,03 320,58 352,29 400,51 453,04 9. JASA-JASA 299,83 312,14 326,42 342,61 359,59 a. Pemerintahan Umum : 325,13 336,51 349,69 365,77 382,66 a.1. Administrasi Pemerintahan & Pertahanan 325,13 336,51 349,69 365,77 382,66 a.2. Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta : 198,25 214,27 233,00 249,60 266,95 b.1. Jasa Hiburan dan Rekreasi 136,36 145,18 154,86 160,99 167,20 b.2. Jasa Sosial Kemasyarakatan 212,89 227,61 244,09 265,06 280,78 b.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga 200,26 217,65 238,35 254,57 273,90 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 267,71 282,70 309,06 344,40 388,07 PRODUK DOMESTIK REGIONAL 276,40 291,80 320,40 357,46 403,27 PRODUK DOMESTIK REGIONAL 243,71 253,82 270,12 288,74 321,45 Keterangan Tanpa Tanpa Migas dan Batubara r) Angka Revisi **) Angka Sangat Sementara (Angka Proyeksi) PDRB Kutai Timur

57 Lampiran Tabel 9. INDEKS IMPLISIT PDRB KABUPATEN KUTAI TIMUR MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN (TAHUN 2000=100,00) LAPANGAN USAHA r) 2012 **) 1. PERTANIAN 184,94 202,47 213,98 232,53 256,61 a. Tanaman Bahan Makanan 166,12 171,24 183,23 197,36 211,93 b. Tanaman Perkebunan 187,67 210,73 214,77 234,84 263,69 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 171,14 181,81 187,60 198,90 210,86 d. Kehutanan 218,00 244,07 270,58 302,76 342,04 e. Perikanan 162,94 186,54 203,30 222,30 247,83 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 162,81 172,51 198,79 241,61 233,39 a. Minyak dan Gas Bumi 431,86 438,45 458,92 529,63 618,17 b. Pertambangan Tanpa Migas 158,26 167,93 195,85 238,97 230,17 c. Penggalian 193,09 204,31 204,36 219,13 233,77 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 160,47 194,94 214,73 232,18 249,94 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 271,42 285,43 291,71 313,42 334,43 a. Listrik 289,72 305,51 312,84 337,25 360,43 b. Gas c. Air Bersih 125,36 130,69 135,30 138,78 147,40 5. BANGUNAN 206,18 228,05 236,78 244,71 263,59 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 162,78 173,54 197,03 232,97 200,34 a. Perdagangan Besar dan Eceran 163,02 174,16 198,75 236,28 201,42 b. Hotel 210,45 229,39 237,41 253,08 267,93 c. Restoran 148,15 148,15 148,15 148,15 154,88 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 256,92 283,24 291,96 300,80 374,59 a. Pengangkutan : 265,39 293,59 301,72 310,29 392,66 a.1. Angkutan Rel a.2. Angkutan Jalan Raya 430,68 506,01 534,64 547,70 732,06 a.3. Angkutan Sungai, Danau & Penyeb. 281,47 327,77 330,42 334,20 356,36 a.4. Angkutan Laut 213,73 215,02 216,27 224,31 322,03 a.5. Angkutan Udara a.6. Jasa Penunjang Angkutan 275,63 307,10 315,48 323,97 400,89 b. Komunikasi : 191,04 204,17 218,50 231,20 246,87 b.1. Pos dan Telekomunikasi 194,59 210,08 226,91 240,21 257,87 b.2. Jasa Penunjang Komunikasi 178,13 181,99 185,93 195,24 202,55 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN 196,61 197,50 223,12 237,93 236,90 JASA PERUSAHAAN a. Bank 194,95 200,66 218,84 239,77 246,54 b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 169,25 170,69 174,07 176,29 181,05 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 198,04 198,04 222,80 236,85 232,72 e. Jasa Perusahaan 191,66 201,93 248,35 271,80 293,46 9. JASA-JASA 146,38 155,52 248,02 254,09 318,77 a. Pemerintahan Umum : 142,79 151,20 258,65 264,46 338,96 a.1. Administrasi Pemerintahan & Pertahanan 142,79 151,20 258,65 264,46 338,96 a.2. Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta : 170,04 182,75 184,01 193,12 202,54 b.1. Jasa Hiburan dan Rekreasi 138,15 142,02 152,64 158,84 164,99 b.2. Jasa Sosial Kemasyarakatan 176,79 186,88 187,71 195,80 207,28 b.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga 169,97 184,43 185,06 194,71 203,50 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 165,85 176,30 201,71 241,80 235,40 PRODUK DOMESTIK REGIONAL 162,16 172,59 199,21 239,35 232,58 PRODUK DOMESTIK REGIONAL 187,46 203,33 222,16 242,03 250,17 Keterangan Tanpa Tanpa Migas dan Batubara r) Angka Revisi **) Angka Sangat Sementara (Angka Proyeksi) PDRB Kutai Timur

58 Lampiran Tabel 10. AGREGAT PDRB PER KAPITA DAN PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN AGREGAT r) 2012 **) I. ATAS DASAR HARGA BERLAKU : 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (Jutaan Rupiah) 2. PENYUSUTAN (Jutaan Rupiah) PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETO ATAS DASAR HARGA PASAR (Jutaan Rupiah) 4. PAJAK TIDAK LANGSUNG NETO (Jutaan Rupiah) 5. PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETO ATAS DASAR BIAYA FAKTOR (Jutaan Rupiah) 6. PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN (Orang) 7. PDRB PER KAPITA (Rupiah) PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA (Rupiah) II. ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 : 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (Jutaan Rupiah) 2. PENYUSUTAN (Jutaan Rupiah) PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETO ATAS DASAR HARGA PASAR (Jutaan Rupiah) 4. PAJAK TIDAK LANGSUNG NETO (Jutaan Rupiah) 5. PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETO ATAS DASAR BIAYA FAKTOR (Jutaan Rupiah) 6. PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN (Orang) 7. PDRB PER KAPITA (Rupiah) PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA (Rupiah) Keterangan Tanpa Tanpa Migas dan Batubara r) Angka Revisi **) Angka Sangat Sementara (Angka Proyeksi) PDRB Kutai Timur

59 Lampiran Tabel 11. AGREGAT PDRB PER KAPITA DAN PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN AGREGAT r) 2012 **) I. ATAS DASAR HARGA BERLAKU : 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (Jutaan Rupiah) 2. PENYUSUTAN (Jutaan Rupiah) PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETO ATAS DASAR HARGA PASAR (Jutaan Rupiah) 4. PAJAK TIDAK LANGSUNG NETO (Jutaan Rupiah) 5. PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETO ATAS DASAR BIAYA FAKTOR (Jutaan Rupiah) 6. PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN (Orang) 7. PDRB PER KAPITA (Rupiah) PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA (Rupiah) II. ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 : 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (Jutaan Rupiah) 2. PENYUSUTAN (Jutaan Rupiah) PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETO ATAS DASAR HARGA PASAR (Jutaan Rupiah) 4. PAJAK TIDAK LANGSUNG NETO (Jutaan Rupiah) 5. PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETO ATAS DASAR BIAYA FAKTOR (Jutaan Rupiah) 6. PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN (Orang) 7. PDRB PER KAPITA (Rupiah) PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA (Rupiah) Keterangan Tanpa Tanpa Migas dan Batubara r) Angka Revisi **) Angka Sangat Sementara (Angka Proyeksi) PDRB Kutai Timur

60 Lampiran Tabel 12. AGREGAT PDRB PER KAPITA DAN PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN AGREGAT r) 2012 **) I. ATAS DASAR HARGA BERLAKU : 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (Jutaan Rupiah) 2. PENYUSUTAN (Jutaan Rupiah) PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETO ATAS DASAR HARGA PASAR (Jutaan Rupiah) 4. PAJAK TIDAK LANGSUNG NETO (Jutaan Rupiah) 5. PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETO ATAS DASAR BIAYA FAKTOR (Jutaan Rupiah) 6. PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN (Orang) 7. PDRB PER KAPITA (Rupiah) PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA (Rupiah) II. ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 : 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (Jutaan Rupiah) 2. PENYUSUTAN (Jutaan Rupiah) PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETO ATAS DASAR HARGA PASAR (Jutaan Rupiah) 4. PAJAK TIDAK LANGSUNG NETO (Jutaan Rupiah) 5. PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETO ATAS DASAR BIAYA FAKTOR (Jutaan Rupiah) 6. PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN (Orang) 7. PDRB PER KAPITA (Rupiah) PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA (Rupiah) Keterangan Tanpa Tanpa Migas dan Batubara r) Angka Revisi **) Angka Sangat Sementara (Angka Proyeksi) PDRB Kutai Timur

61

62

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara penghitungan nilai tambah bruto atas

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality 2010/2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product of Jayapura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan satu dari beragam indikator ekonomi yang digunakan dalam mengukur kinerja perekonomian. Indikator tersebut memberikan gambaran

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari 38 III. METODE PENELITIAN A. Data dan sumber data Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun 2009 2013 dari instansi- instansi terkait yaitubadan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Badan

Lebih terperinci

II.1. SEKTOR PERTANIAN

II.1. SEKTOR PERTANIAN PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 II. URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup, definisi, cara panghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. BAB II METODOLOGI P DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut secara garis besar ada dua macam yaitu

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB III URAIAN SEKTORAL BAB III URAIAN SEKTORAL alah satu kendala dalam memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik. Disamping

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... DAFTAR ISI SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... i ii iii v vi I. PENDAHULUAN 1.1. Umum... 1 1.2. Pengertian Pendapatan Regional... 1 1.2.1. Produk Domestik

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

Kerjasama : KATALOG :

Kerjasama : KATALOG : Kerjasama : KATALOG : 9302008.6205 KATALOG : 9302008.6205 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2006 2010 Edisi 2011 ISSN. 0216.4796 No.Publikasi : 6205.11.01 Katalog BPS : 9302008.6205

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP SAMBUTAN Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2009 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 KABUPATEN TRENGGALEK Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006-2010 Gross Regional Domestic Product Of Trenggalek Regency By Industrial Origin

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2010 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu II. METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 Ukuran Buku Jumlah Halaman Diterbitkan Oleh Dicetak Oleh : 21 cm x 29,7 cm : x + 97 halaman : Badan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2014 i ii Tinjauan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha Katalog BPS : 9302013.3574 Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Katalog BPS : 9302013.3574 TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PROBOLINGGO 2008-2012

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL

BAB II URAIAN SEKTORAL BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam Bab II ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor, cara-cara penghitungan nilai tambah, baik atas dasar

Lebih terperinci

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB III URAIAN SEKTORAL 3.1. SEKTOR PERTANIAN BAB III URAIAN SEKTORAL 3.1.1 Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Sub Sektor tanaman bahan makanan meliputi kegiatan bercocok tanam untuk menghasilkan segala jenis tanaman yang digunakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a, KATA PENGANTAR Kondisi perekonomian makro memberikan gambaran mengenai daya saing dan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Gambaran ekonomi makro dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2002-2010 Katalog BPS : 9302008.7101 ISSN 0215 6432 Ukuran Buku : 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : ix + 115 Halaman Naskah : Badan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Triwulan IV Tahun 2013 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Triwulan IV Tahun 2013

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN. Perdebatan panjang tentang ekonomi global dan tentang krisis yang melanda

BAB1 PENDAHULUAN. Perdebatan panjang tentang ekonomi global dan tentang krisis yang melanda BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Umum Perdebatan panjang tentang ekonomi global dan tentang krisis yang melanda Eropa dan bagaimana dampaknya terhadap wilayah Asia dan khusunya wilayah Indonesia terutama terhadap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 BAB 1 PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya ditujukan agar tercipta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lebih baik.

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 ht tp :// tre ng ga le kk ab.b ps.g o. id Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek Statistics

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PDRB PDRB PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2006 ISSN : - No Publikasi : 71020.0702 Katalog BPS : 9203.7102 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2012. Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik regional Bruto Kota Medan. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik regional Bruto Kota Medan. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik regional Bruto Kota Medan Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Sumatera Utara adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan II Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan II Tahun 2014...6

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BOGOR Assalamu alaikum Wr Wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2014...6

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

BAB. III. URAIAN SEKTORAL

BAB. III. URAIAN SEKTORAL BAB. III. URAIAN SEKTORAL Salah satu cara untuk memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah mengetahui masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Tahun 2013-2014 Triwulan I...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Tahun 2013-2014 Triwulan I...8

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TASIKMALAYA PDRB KOTA TASIKMALAYA MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TASIKMALAYA Pengantar PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala

Lebih terperinci

9205.3572 GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT OF BLITAR CITY Kerjasama : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BLITAR Dengan BAPPEDA KOTA BLITAR Central Board Of Statistics And RegionalDevelopment Planing BoardOf Blitar

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB. III URAIAN SEKTORAL Uraian Sektoral yang disajikan dalam Bab III ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara perhitungan nilai tambah baik atas dasar harga

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2015 i SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA Puji syukur

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN KATALOG BPS 9205.1171 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN 2002-2007 ISBN : 979.466.016.7 NOMOR PUBLIKASI : 9205.1171 NASKAH GAMBAR DITERBITKAN OLEH : BPS KOTA BANDA ACEH : BPS KOTA BANDA

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PDRB KABUPATEN NGAWI TAHUN 2006-2010 KATA PENGANTAR Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi naik dari 5,21 persen pada tahun 2006 setelah sempat turun pada tahun 2007 sebesar

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

P D R B KABUPATEN KERINCI MENURUT LAPANGAN USAHA

P D R B KABUPATEN KERINCI MENURUT LAPANGAN USAHA P D R B KABUPATEN KERINCI MENURUT LAPANGAN USAHA 2008-2012 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008-2012 MENURUT LAPANGAN USAHA ISSN : No. Publikasi : 15015.1306 Katalog BPS :

Lebih terperinci

Informasi lebih lanjut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (PUSDALISBANG)

Informasi lebih lanjut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (PUSDALISBANG) Daftar Isi Kompilasi dan Analisis PDRB Kabupaten/Kota Menurut Lapangan Usaha 2012-2013 ISSN : - Ukuran Buku / Book Size : A5 (14,8 x 21 cm) Jumlah Halaman / Total Pages : iv + 51 halaman Naskah / Manuscript

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 Katalog BPS : 9302008.3524 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21,5 x 27,9 cm : 93 + v Naskah dan Penyunting : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

M E T A D A T A INFORMASI DASAR M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Statistik Departemen Statistik : Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi Statistik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan ridho-nya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang dapat menerbitkan lanjutan series buku Produk

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9213.3207 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ciamis Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2012 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN CIAMIS MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Analisis Ekonomi Regional Kota Semarang Tahun 2013. Produk Analisis Ekonomi Regional Kota Semarang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam era otonomi daerah, kebutuhan akan data sebagai bahan perencanaan dan evaluasi pembangunan terutama pembangunan di tingkat kabupaten/kota semakin meningkat. Kebijakan-kebijakan

Lebih terperinci

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu sasaran rencana pembangunan nasional adalah pembangunan disegala bidang dan mencakup seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan peningkatan

Lebih terperinci

KABUPATEN BENGKULU TENGAH

KABUPATEN BENGKULU TENGAH Katalog BPS : 9302008.1709 4 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH PDRB SEKTORAL KABUPATEN BENGKULU TENGAH TAHUN 2012 Nomor Publikasi: 1709.1002

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KAUR MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KAUR MENURUT LAPANGAN USAHA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KAUR MENURUT LAPANGAN USAHA 2009-2013 PDRB Kabupaten Kaur Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2013 Halaman i PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KAUR

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MAMUJU

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MAMUJU ht tp :// m am uj uk ab. bp s. go.id Publikasi Produk Domestik Regional bruto merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Mamuju. Publikasi ini berisikan gambaran

Lebih terperinci

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar Melalui publikasi ini, pembaca akan diantarkan pada ulasan mengenai : Pertumbuhan Ekonomi Struktur Ekonomi PDRB per kapita Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha tahun 2010 2011 dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2008 ISSN : - No Publikasi : 71060.0802 Katalog BPS : 1403.7106 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm : vi + 40

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Sejumlah peneltian terdahulu diambil untuk memperkuat penelitian ini dan sekaligus sebagai acuan dalam penelitian ini. Adapun penelitian tersebut

Lebih terperinci

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency Katalog BPS : 9302008.3208 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency 2010-2013 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Kuningan 2010-2013

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI PAPUA BARAT MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic Product of Papua Barat Province by Industrial Origin 2011 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT PRODUK

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI PAPUA BARAT MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic Product of Papua Barat Province by Industrial Origin 2010 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT PRODUK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

Katalog BPS : 9205.21.03 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN NATUNA, 2009-2013 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NATUNA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN NATUNA, 2009-2013 No. Publikasi : 21030.0802

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013

KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 KERJASAMA ANTARA BPS KABUPATEN ROKAN HILIR DENGAN BAPPEDA KABUPATEN ROKAN HILIR BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN ROKAN HILIR PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan memerlukan perencanaan yang akurat dari pemerintah. Upaya dalam meningkatkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang BAB III TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN BERAU 3.1. Tinjauan Umum Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci