Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI PAPUA BARAT MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic Product of Papua Barat Province by Industrial Origin 2010 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT

4 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI PAPUA BARAT MENURUT LAPANGAN USAHA 2010 Gross Regional Domestic Product of Papua Barat Province by Industrial Origin 2010 Katalog BPS/ BPS Catalogue : I S S N : Nomor Publikasi/ Publication Number : Ukuran Buku/ Book Size : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah Halaman/ Number of Pages : xviii + 74 halaman/ pages Naskah/ Manuscript : Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Regional Accounts and Statistical Analysis Division Penyunting/ Editor : Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Regional Accounts and Statistical Analysis Division Gambar Kulit/ Cover Design : Bidang Integrasi, Pengolahan dan Diseminasi Statistik Statistical Integrated, Processing and Disemination Division Diterbitkan oleh/ Published by : BPS Provinsi Papua Barat BPS - Statistics Papua Barat Dicetak oleh/ Printed by : Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya May be cited with reference to the source

5 GUBERNUR PAPUA BARAT SAMBUTAN Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang berkesinambungan guna menyejahterakan masyarakat melalui peningkatan taraf hidup, pemerataan pendapatan, memperluas lapangan kerja serta meningkatkan hubungan ekonomi antar wilayah. Dalam perencanaan, penentuan strategi dan kebijakan untuk mencapai tujuan di atas sangat membutuhkan ketersediaan informasi statistik yang relevan dengan kondisi daerah terutama potensi sumber daya yang dimiliki sebagai alat ukur dan analisisnya. Dengan demikian diharapkan strategi dan kebijakan lebih terarah sehingga sasaran dapat dicapai dengan tepat. Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Papua Barat Menurut Lapangan Usaha tahun 2010 ini merupakan bahan kajian secara makro dan merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah. Dari penyajian data PDRB secara berkala dapat diketahui tingkat pertumbuhan ekonomi dan gambaran tingkat kemakmuran serta perkembangan pembangunan regional secara periodik. Untuk itu saya menyambut gembira dengan diterbitkannya publikasi PDRB Provinsi Papua PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun 2010 iii

6 Barat Menurut Lapangan Usaha tahun 2010 ini yang menambah khazanah bagi informasi pembangunan di provinsi paling muda ini. Mengingat peran strategis informasi statistik, maka saya berharap agar di tahun-tahun mendatang Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat dapat menyajikan berbagai jenis data statistik dalam menunjang pembangunan di wilayah ini, juga terus melakukan koordinasi dengan instansi/sektor terkait baik di kalangan pemerintah maupun swasta sehingga data dan informasi yang disajikan dapat lebih berkualitas. Akhirnya kepada Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat dan semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi PDRB Provinsi Papua Barat ini saya sampaikan penghargaan dan terima kasih. Manokwari, Juli 2011 GUBERNUR PAPUA BARAT ABRAHAM O. ATURURI PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun 2010 iv

7 KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI PAPUA BARAT SAMBUTAN Meningkatnya usaha-usaha pembangunan di segala bidang menuntut tersedianya data statistik yang lengkap, akurat, mutakhir, dan berkesinambungan terutama untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah. Dari penyajian data PDRB secara berkala dapat diketahui tingkat pertumbuhan ekonomi dan gambaran tingkat kemakmuran serta perkembangan pembangunan regional secara periodik. Data statistik yang dicakup dalam publikasi PDRB Provinsi Papua Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 dibutuhkan tidak hanya oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat, namun juga oleh berbagai konsumen data. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat dan semua pihak yang telah membantu terbitnya publikasi ini. Semoga publikasi ini bermanfaat. Manokwari, Juli 2011 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat Kepala, DRS. ISHAK L. HALLATU, M.Si NIP PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun 2010 vi

8

9 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan rahmat-nya penyusunan Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Papua Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 dapat terselesaikan. Publikasi ini terdiri dari tabel-tabel PDRB Menurut Lapangan Usaha dengan minyak dan gas bumi serta tabel-tabel PDRB Menurut Lapangan Usaha tanpa minyak dan gas bumi. Keterangan yang dihimpun mencakup sembilan lapangan usaha/sektor ekonomi yaitu Pertanian; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas dan Air Bersih; Konstruksi; Perdagangan, Hotel dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan; serta Jasa-jasa. PDRB ini akan sangat berguna bagi para perencana dalam menyusun program pembangunan dan bagi para pengambil kebijakan dalam mengukur keberhasilan pembangunan yang telah dilaksanakan. Dikarenakan keterbatasan data yang tersedia, maka beberapa data yang disajikan terutama pada tahun 2010 masih bersifat sementara yang akan disempurnakan pada penerbitan berikutnya. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca dan pemakai data tetap diharapkan untuk penyempurnaannya. Dengan diterbitkannya publikasi ini, maka diharapkan dapat memperkecil kesenjangan antara ketersediaan dengan kebutuhan data PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun 2010 vii

10 sehingga pelaksanaan pembangunan di provinsi ini dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu hingga terbitnya publikasi ini kami ucapkan terima kasih. Manokwari, Juli 2011 Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat K e p a l a, Ir. TANDA SIRAIT, MM NIP PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun 2010 viii

11 PENJELASAN UMUM Tanda-tanda yang digunakan dalam publikasi ini, adalah sebagai berikut : Data belum tersedia.. Data tidak tersedia Data dapat diabaikan.... Tanda desimal... Angka sangat sementara... Angka sementara... : : : : : : - 0, ** * PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun 2010 ix

12

13 DAFTAR ISI Halaman Sambutan Gubernur... iii Sambutan Kepala BAPPEDA... v Kata Pengantar... vi Penjelasan Umum... viii Daftar Isi... ix Daftar Lampiran PDRB dengan Migas... xii Daftar Lampiran PDRB tanpa Migas... xiv Penjelasan Teknis... xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Metode Pendekatan Tujuan dan Kegunaan Statistik Pendapatan Regional... 5 BAB II RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1. Sektor Pertanian Subsektor Tanaman Bahan Makanan Subsektor Tanaman Perkebunan Subsektor Peternakan dan Hasil-hasilnya Subsektor Kehutanan Subsektor Perikanan Sektor Pertambangan dan Penggalian Subsektor Pertambangan Migas Subsektor Penggalian Sektor Industri Pengolahan Subsektor Industri Migas PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun 2010 x

14 Subsektor Industri Besar/Sedang Subsektor Industri Kecil/Kerajinan Rumah Tangga 2.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Subsektor Listrik Subsektor Air Bersih Sektor Konstruksi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Subsektor Perdagangan Besar dan Eceran Subsektor Hotel Subsektor Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Subsektor Angkutan Jalan Raya Subsektor Angkutan Laut Subsektor Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Subsektor Angkutan Udara Subsektor Jasa Penunjang Angkutan Subsektor Komunikasi Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan Subsektor Bank Subsektor Lembaga Keuangan Bukan Bank Subsektor Jasa Penunjang Keuangan Subsektor Real Estat Subsektor Jasa Perusahaan Sektor Jasa-jasa Subsektor Pemerintahan Umum Subsektor Jasa Sosial Kemasyarakatan Subsektor Jasa Hiburan dan Rekreasi Subsektor Jasa Perorangan dan Rumah Tangga PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun 2010 xi

15 BAB III TINJAUAN EKONOMI PAPUA BARAT 3.1. PDRB Provinsi Papua Barat dengan Migas Pertumbuhan Ekonomi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Struktur Ekonomi Perkembangan PDRB Per Kapita PDRB Provinsi Papua Barat Tanpa Migas Pertumbuhan Ekonomi (Tanpa Migas) Sumber Pertumbuhan Ekonomi (Tanpa Migas) Struktur Ekonomi (Tanpa Migas) Perkembangan PDRB Per Kapita (Tanpa Migas)... BAB IV PERKEMBANGAN EKONOMI MENURUT KELOMPOK SEKTOR 4.1. PDRB Provinsi Papua Barat dengan Migas PDRB Provinsi Papua Barat tanpa Migas PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun 2010 xii

16

17 DAFTAR LAMPIRAN PDRB DENGAN MIGAS Lampiran 1.1. Lampiran 1.2. Lampiran 1.3. Lampiran 1.4. Lampiran 1.5. Lampiran 1.6. Lampiran 1.7. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (persen), Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (persen), Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (persen), Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (persen), Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (persen), Halaman PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun 2010 xiii

18 Lampiran 1.8. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (persen), Lampiran 1.9. Lampiran Lampiran Lampiran Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (persen), Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (persen), Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha (persen), Angka Agregat Produk Domestik Regional Bruto, PDRB Perkapita dan Penduduk Pertengahan Tahun, PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun 2010 xiv

19 DAFTAR LAMPIRAN PDRB TANPA MIGAS Lampiran 2.1. Lampiran 2.2. Lampiran 2.3. Lampiran 2.4. Lampiran 2.5. Lampiran 2.6. Lampiran 2.7. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (persen), Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (persen), Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (persen), Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (persen), Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (persen), Halaman PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun 2010 xv

20 Lampiran 2.8. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (persen), Lampiran 2.9. Lampiran Lampiran Lampiran Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (persen), Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (persen), Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha (persen), Angka Agregat Produk Domestik Regional Bruto, PDRB Perkapita dan Penduduk Pertengahan Tahun, PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun 2010 xvi

21 PENJELASAN TEKNIS 1. Aset (Harta): Pemilikan atas berbagai macam harta baik berwujud (tangible) maupun tidak berwujud (intangible) yang dimiliki oleh perorangan, perusahaan ataupun pemerintah. Secara praktis, biasanya dinilai dalam bentuk moneter. 2. Biaya Antara: Input yang dipergunakan habis dalam proses produksi dan terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa, baik yang dibeli dari pihak lain ataupun yang diproduksi sendiri. 3. Bunga Netto: Selisih antara bunga diterima dan bunga yang dibayar atas pinjaman (finansial) yang diberikan. 4. Deflasi: Menghitung nilai atas dasar harga konstan dengan cara mendeflate nilai atas dasar harga berlaku dengan indeks harga yang bersangkutan. 5. Ekstrapolasi: Menghitung nilai atas dasar harga konstan dengan cara mengekstrapolasi nilai pada tahun dasar dengan indeks kuantum dari barang/jasa yang bersangkutan. 6. Faktor Pendapatan dari luar: Pendapatan/kompensasi yang diterima oleh faktor produksi atas keterlibatannya dalam suatu proses produksi di luar batas wilayah domestik. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun 2010 xvii

22 7. Faktor Produksi: Mencakup faktor-faktor yang terlibat dalam suatu proses produksi baik secara langsung maupun tidak langsung, yang terdiri dari tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian. 8. Harga Berlaku: Penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan ataupun yang dikonsumsi pada harga tahun berjalan. 9. Harga Konstan: Penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan ataupun yang dikonsumsi pada harga tahun tetap di satu tahun dasar. 10. Imputasi Jasa: Perkiraan atas nilai output jasa yang dihasilkan, sebagai contoh imputasi jasa bank, jasa asuransi, jasa dana pensiun dan sebagainya. 11. Input Primer: Disebut juga nilai tambah bruto, terdiri atas balas jasa tenaga kerja, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung netto. 12. Investasi: Dana yang disisihkan untuk ditanamkan sebagai modal dalam usaha dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dengan harapan modal tersebut akan kembali dalam beberapa tahun. 13. Margin Perdagangan dan Biaya Transport: Selisih nilai transaksi pada tingkat harga pembeli dengan tingkat harga produsen. Selisih nilai transaksi ini mencakup keuntungan pedagang eceran dan biaya transport yang timbul dalam menyalurkan barang dari produsen ke pembeli. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun 2010 xviii

23 14. Output Domestik: Nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi tanpa membedakan pelaku produksinya di wilayah domestik tertentu. 15. Pajak Tidak Langsung Netto: Pajak tidak langsung dikurangi subsidi. 16. Penyusutan: nilai susutnya (ausnya) barang-barang modal yang digunakan dalam proses produksi. 17. Revaluasi: Menghitung nilai atas dasar harga konstan dengan menilai produksi pada tahun yang bersangkutan dengan menggunakan harga pada tahun dasar. Begitu pula biaya-biaya antara dinilai dengan harga pada tahun dasar. 18. Tahun Dasar: Tahun terpilih sebagai referensi statistik dan digunakan sebagai dasar penghitungan pada tahun-tahun yang lain. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun 2010 xix

24

25 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Dalam menciptakan kondisi perekonomian daerah/wilayah yang kondusif maka diperlukan berbagai jenis data statistik sebagai bahan analisis dalam menentukan dan mengarahkan program pembangunan untuk mencapai hasil guna dan daya guna yang tinggi. Pembangunan ekonomi yang telah berjalan hendaknya dievaluasi baik hasil maupun dampaknya. Adapun hasilnya akan berbentuk nilai kuantitatif yang dapat memberikan gambaran keadaan masa lalu, masa kini, dan targettarget yang akan dicapai pada masa mendatang. Pembangunan ekonomi merupakan usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, menambah lowongan pekerjaan, meningkatkan pemerataan distribusi pendapatan masyarakat, memperlancar hubungan ekonomi, dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder maupun sektor tersier. Guna mengetahui pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat, maka perlu disajikan statistik pendapatan regional secara berkala sebagai bahan perencanaan pembangunan regional khususnya di bidang ekonomi. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

26 1.2. Metode Pendekatan Penghitungan Pendapatan Regional dapat dilakukan melalui empat metode, yaitu: a. Pendekatan Produksi (Production Approach) Pendekatan dengan cara ini dilakukan untuk menghitung Nilai Tambah Bruto (Gross Value Added), yaitu selisih antara jumlah nilai output dengan biaya antara (intermediate cost). Biaya antara (intermediate cost) adalah barang-barang tidak tahan lama (umur pemakaian kurang dari satu tahun atau habis dalam satu kali pemakaian) dan jasa-jasa pihak lain yang digunakan dalam proses produksi. Jadi, apabila nilai output dikurangi dengan biaya-biaya antara, maka diperoleh Nilai Tambah Bruto. b. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) Pendekatan dengan cara ini dapat dilakukan dengan menjumlahkan pendapatan, yaitu jumlah balas jasa faktor produksi berupa upah/gaji, bunga netto, sewa tanah, dan keuntungan, sehingga diperoleh Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor. Jika Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor ditambah dengan penyusutan dan pajak tidak langsung netto maka akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar. Penghitungan dengan pendekatan pendapatan (income approach) ini biasanya digunakan untuk kegiatan yang sulit dihitung dengan PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

27 pendekatan produksi, seperti sektor Pemerintahan dan Jasa-jasa yang usahanya tidak mencari untung (non profit). c. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) Pendekatan dengan cara ini digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa yang digunakan oleh berbagai golongan dalam masyarakat. Barang dan jasa yang diproduksi oleh unit-unit produksi akan digunakan untuk keperluan konsumsi, pembentukan modal (investasi), dan ekspor. Barang-barang yang digunakan ini ada yang berasal dari produksi dalam daerah (domestik) dan berasal dari luar daerah/luar negeri (impor). Karena yang dihitung nilai barang dan jasa yang berasal dari produksi domestik saja, maka nilai barang dan jasa yang diproduksi tersebut perlu dikurangi dengan nilai impor sehingga komponen nilai ekspor di atas akan menjadi nilai ekspor netto. Apabila nilai konsumsi (konsumsi rumah tangga, pemerintah, dan yayasan sosial), nilai pembentukan modal, dan ekspor netto dijumlahkan maka akan diperoleh nilai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar. d. Metode Alokasi (Allocation Method) Terkadang data yang tersedia tidak memungkinkan untuk menggunakan ketiga metode di atas, hingga terpaksa dipakai metode alokasi ini. Hal ini dapat terjadi misalnya pada suatu unit produksi yang mempunyai kantor pusat dan kantor cabang. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

28 Kantor pusat berada di wilayah lain, sedangkan kantor cabang berada di daerah tersebut. Sering kali kantor-kantor cabang ini tidak dapat membuat neraca untung rugi, sebab neracanya dibuat di kantor pusat, sehingga tidak dapat diketahui berapa keuntungan yang diperoleh dari kantor cabang ini. Padahal keuntungan adalah salah satu komponen yang diperlukan dalam menghitung nilai tambah. Untuk dapat mengatasi hal-hal yang demikian maka digunakan metode alokasi, yaitu dengan mengalokasikan angka-angka secara terpusat dengan memakai indikator-indikator yang sekiranya dapat menunjukkan peranan kantor cabang yang ada di daerah tersebut terhadap kantor pusatnya. Indikator ini dapat berupa volume kerja, jumlah karyawan, jumlah produksi, dan lain-lain. Metode alokasi ini merupakan metode pendekatan tidak langsung, sedangkan yang lain merupakan metode langsung. Dengan menggunakan metode langsung akan dapat dihasilkan angka-angka yang bisa menggambarkan karakteristik yang lebih mendekati kenyataan bila dibandingkan dengan angka-angka yang diperoleh dari metode tidak langsung. Oleh karena itu, sejauh mungkin digunakan metode langsung dan bila hal ini tidak mungkin, baru ditempuh penghitungan dengan metode tidak langsung ini. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

29 1.3. Tujuan dan Kegunaan Statistik Pendapatan Regional Statistik pendapatan regional yang disajikan dengan baik dan lengkap akan dapat menggambarkan berbagai fenomena antara lain: Produk Domestik Regional Bruto yang disajikan atas dasar harga konstan, akan menggambarkan tingkat pertumbuhan riil perekonomian suatu daerah baik secara agregat maupun sektoral. Pertumbuhan perekonomian yang timbul tersebut apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk masingmasing tahun, maka akan dapat pula mencerminkan tingkat perkembangan pendapatan perkapita. Jika pendapatan perkapita suatu daerah dibandingkan dengan pendapatan per kapita daerah lain, maka angka-angka tersebut dapat dipakai sebagai indikator untuk membandingkan tingkat kemakmuran material dengan daerah lainnya. Penyajian Produk Domestik Regional Bruto baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan, juga dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat inflasi ataupun deflasi yang terjadi. Demikian pula apabila disajikan secara sektoral akan dapat juga memberi gambaran tentang struktur perekonomian suatu daerah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto yang disajikan secara berkala, wajar, dan komprehensif akan berfungsi sebagai: a. Indikator tingkat pertumbuhan perekonomian. b. Indikator tingkat perkembangan pendapatan per kapita. c. Indikator tingkat kemakmuran masyarakat. d. Indikator tingkat inflasi dan deflasi. e. Indikator dari struktur perekonomian suatu daerah. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

30

31 BAB II RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN Pada bab ini akan disajikan ruang lingkup dan metode penghitungan PDRB dari masing-masing lapangan usaha/sektor ekonomi, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber datanya Sektor Pertanian Sektor pertanian mencakup subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan dan hasil-hasilnya, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan Subsektor Tanaman Bahan Makanan Subsektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman bahan makanan lainnya, dan hasil-hasil ikutannya. Termasuk di sini hasil-hasil dari pengolahan yang dilakukan secara sederhana seperti beras tumbuk, gaplek dan sagu. Data produksi diperoleh dari BPS dan Dinas Pertanian, sedangkan data harga bersumber pada data harga yang dikumpulkan oleh BPS. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

32 atas dasar harga berlaku pada tahun yang bersangkutan. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output yang diperoleh dari Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR). Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, yaitu dengan mengalikan produksi pada tahun yang bersangkutan dengan harga pada tahun 2000, kemudian dikurangi dengan biaya antara yang dihitung atas dasar harga konstan Subsektor Tanaman Perkebunan Komoditi yang dicakup di sini adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti karet, kopra, kopi, kapuk, tebu, cengkeh, pala dan sebagainya. Termasuk produk ikutannya dan hasil-hasil pengolahan sederhana seperti minyak kelapa rakyat, kopi olahan dan pala olahan. Data produksi dan harga diperoleh dari Dinas Perkebunan. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara pendekatan produksi. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, sama seperti yang dilakukan pada tanaman bahan makanan Subsektor Peternakan dan Hasil-hasilnya Subsektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil ternak seperti sapi, kerbau, babi, kuda, kambing, domba, telur serta hasil pemotongan ternak. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong ditambah perubahan stok populasi ternak yang keluar masuk di wilayah Papua Barat. Data jumlah ternak yang dipotong dan PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

33 produksi telur diperoleh dari Dinas Peternakan. Sedangkan data harga ternak diperoleh dari BPS. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara mengalikan nilai produksi dengan rasio nilai tambah bruto Subsektor Kehutanan Sebagaimana subsektor lainnya dalam sektor pertanian, output subsektor kehutanan dihitung dengan cara mengalikan produksi dengan harga pada tahun yang bersangkutan sehingga menghasilkan output atas dasar harga berlaku dan penggunaan harga pada tahun dasar menghasilkan output atas dasar harga konstan Selanjutnya nilai tambah bruto dihitung dengan menggunakan rasio nilai tambah bruto terhadap output Subsektor Perikanan Komoditi yang dicakup adalah semua hasil dari kegiatan perikanan laut, perairan umum, tambak, kolam, keramba, serta pengolahan sederhana (penggaraman dan pengasapan ikan). Data produksi diperoleh dari Dinas Perikanan, sedangkan data harga diperoleh dari BPS. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan mengalikan rasio nilai tambah bruto terhadap output Sektor Pertambangan dan Penggalian Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam sektor pertambangan dan penggalian, dikelompokkan dalam tiga subsektor, yaitu subsektor PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

34 pertambangan migas, subsektor pertambangan tanpa migas dan subsektor penggalian. Kegiatan sektor pertambangan dan penggalian yang terdapat di Papua Barat hanya meliputi subsektor pertambangan migas dan subsektor penggalian Subsektor Pertambangan Migas Pertambangan migas (minyak dan gas bumi) meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak dan gas bumi, penyiapan pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan serta penampungan untuk dapat dijual atau dipasarkan. Komoditi yang dihasilkan adalah minyak bumi, kondensat dan gas bumi. Metode penghitungan yang digunakan untuk subsektor ini adalah pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku diperoleh melalui perkalian antara kuantum produksi barang yang dihasilkan dengan harga per unit produksi pada tahun yang bersangkutan. Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output tersebut dengan rasio NTB terhadap output pada tahun yang bersangkutan. Sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum produksi barang yang dihasilkan pada tahun yang bersangkutan dengan harga per unit produksi pada tahun Melalui perkalian antara output dengan rasio NTB terhadap output tahun 2000, maka diperoleh NTB atas dasar harga konstan PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

35 Subsektor Penggalian Komoditi yang tercakup dalam subsektor penggalian terdiri atas garam kasar dan penggalian lainnya seperti karang, pasir, tanah urug, tanah liat dan jenis penggalian lainnya. Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian antara kuantum barang yang dihasilkan dengan harga per unit barang tersebut pada tahun yang bersangkutan, ditambah nilai jasa lainnya yang merupakan produk sampingan usaha penggalian tersebut. Selanjutnya untuk memperoleh NTB atas dasar harga berlaku, output atas dasar harga berlaku dikalikan dengan rasio NTB terhadap output pada tahun yang bersangkutan. Sedangkan output penggalian atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi dengan Indeks Harga Perdagangan Besar subsektor penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor ini mencakup industri besar/sedang, industri kecil/kerajinan rumahtangga dan industri migas. Industri besar/sedang adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 20 orang lebih. Industri kecil mempunyai tenaga kerja 5-19 orang. Sedangkan industri kerajinan rumah tangga mempunyai tenaga kerja 1-4 orang Subsektor Industri Migas Output industri migas diperoleh dari hasil kali antara produksi dengan harga pada tahun yang bersangkutan. Sedangkan output atas dasar harga konstan memakai cara revaluasi yakni mengalikan produksi masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar. Penghitungan nilai tambah bruto atas PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

36 dasar harga berlaku dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan mengalikan rasio nilai tambah bruto terhadap output Subsektor Industri Besar/Sedang Penghitungan output atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks produksi. Kemudian output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan meng-inflate output atas dasar harga konstan 2000 dengan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) barang-barang industri. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan mengalikan rasio nilai tambah bruto terhadap output Subsektor Industri Kecil/Kerajinan Rumah Tangga Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil perkalian antara rata-rata output per tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja. Sedangkan untuk menghitung output atas dasar harga konstan 2000 melalui metode ekstrapolasi dengan menggunakan indeks perkembangan jumlah tenaga kerja. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan mengalikan rasio nilai tambah bruto terhadap output Sektor Listrik dan Air Bersih Output masing-masing subsektor mencakup semua produksi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan sesuai dengan ruang lingkup dan definisinya. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

37 Subsektor Listrik Data produksi diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Demikian pula data harga (rata-rata tarif/kwh) memakai rata-rata tarif/kwh PLN Wilayah X Papua. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan pendekatan produksi. Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi, dimana indeks tarif per Kwh digunakan sebagai deflator Subsektor Air Bersih Subsektor ini mencakup air bersih yang diusahakan oleh Perusahaan Air Minum. Data produksi dan harga diperoleh langsung dari Perusahaan Air Minum. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan pendekatan produksi. Sedangkan penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi, dimana indeks tarif digunakan sebagai deflator Sektor Konstruksi Sektor konstruksi mencakup segala kegiatan pembangunan fisik baik berupa gedung, jalan, jembatan dan konstruksi lainnya. Untuk memperoleh nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara mengalikan output dengan rasio nilai tambah bruto berdasarkan hasil survei tahunan konstruksi. Perhitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 memakai cara deflasi, dimana Indeks Harga Perdagangan Besar barangbarang konstruksi digunakan sebagai deflator. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

38 2.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Subsektor Perdagangan Besar dan Eceran Penghitungan nilai tambah subsektor perdagangan besar dan eceran dilakukan dengan cara pendekatan arus barang yaitu menghitung jumlah dari nilai margin perdagangan komoditi sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan serta komoditi impor (impor luar negeri dan impor antar provinsi) yang diperdagangkan di Papua Barat. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengalikan nilai output dengan rasio nilai tambah bruto terhadap output. Rasio nilai tambah bruto tersebut diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi dengan Indeks Harga Perdagangan Besar sebagai deflator Subsektor Hotel Subsektor ini mencakup semua hotel dan akomodasi lainnya. Output atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara mengalikan jumlah kamar terjual dengan rata-rata output per kamar, yaitu jumlah kamar dikali tingkat penghunian kamar dikali rata-rata tarif kamar dikali 365 hari. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengalikan nilai output dengan rasio nilai tambah. Data jumlah kamar, jumlah tempat tidur dan tingkat penghunian kamar diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat, sedangkan data mengenai rata-rata output per kamar dan rasio biaya antara diperoleh dari Survei Khusus Pendapatan Regional. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi dengan indeks harga konsumen sebagai deflator. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

39 Subsektor Restoran Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan dan penjualan makanan dan minuman jadi. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperkirakan dengan cara mengalikan jumlah tenaga kerja dengan rata-rata output per tenaga kerja, kemudian dikurangkan dengan biaya antara. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi dengan IHK makanan sebagai deflator Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan penumpang baik melalui darat, laut, sungai/danau dan udara, termasuk jasa penunjang angkutan dan komunikasi Subsektor Angkutan Jalan Raya Subsektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum baik bermotor ataupun tidak bermotor seperti bis, truk, taksi, becak dan sebagainya. Perkiraan output atas dasar harga berlaku didasarkan pada jumlah armada angkutan umum barang dan penumpang yang diperoleh dari Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Provinsi dan Badan Pusat Statistik serta rata-rata output dan rasio biaya antara menurut jenis kendaraan yang diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional. Penghitungan output atas dasar harga konstan 2000 memakai cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks produksi masing-masing jenis angkutan jalan raya. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

40 Subsektor Angkutan Laut Meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan kapal yang diusahakan oleh perusahaan pelayaran milik nasional, baik yang melakukan trayek dalam negeri maupun internasional. Output atas dasar harga berlaku diperkirakan dengan perkalian antara jumlah barang dan penumpang yang diangkut dengan rata-rata tarif per unit muatan angkut. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks gabungan tertimbang jumlah barang yang diekspor/diimpor dan bongkar muat antar pulau Subsektor Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Kegiatan yang dicakup meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal/angkutan sungai dan danau, serta kegiatan penyeberangan dengan alat angkut kapal ferry. Metode yang digunakan untuk mengestimasi nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku adalah pendekatan produksi. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah penumpang dan barang yang diangkut. Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator harga yang terdiri dari angkutan sungai, danau dan penyeberangan. Untuk output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan metode ekstrapolasi, sebagai ekstrapolatornya adalah indeks rata-rata tertimbang penumpang dan barang yang diangkut. Sedangkan NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio NTB terhadap outputnya. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

41 Subsektor Angkutan Udara Mencakup kegiatan pengangkutan penumpang, barang dan kegiatan lain berkaitan dengan penerbangan yang dilakukan oleh perusahaan penerbangan milik nasional dalam negeri, yang diangkut dengan tarif yang ada dari bandara asal ke bandara tujuan. Data lalu lintas angkutan udara diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat. Nilai tambah bruto baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara yang sama seperti pada subsektor angkutan laut Subsektor Jasa Penunjang Angkutan Pada dasarnya kegiatan yang dicakup di kegiatan jasa penunjang angkutan adalah kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan, seperti terminal dan parkir, keagenan barang dan penumpang, ekspedisi, bongkar muat, penyimpanan dan pergudangan serta jasa penunjang lainnya. Output dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan pendekatan produksi. Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks masing-masing unit produksi Subsektor Komunikasi Subsektor ini mencakup kegiatan jasa pos dan giro, telekomunikasi serta jasa penunjang komunikasi. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

42 a. Pos dan Giro serta Telekomunikasi Meliputi kegiatan pemberian jasa pos dan giro serta telekomunikasi. Adapun jasa pos dan giro antara lain meliputi pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan, penjualan benda pos dan sebagainya. Perkiraan NTB atas dasar harga berlaku didasarkan pada data produksi yang diperoleh dari PT. Pos dan Giro serta perusahaan jasa kurir. Penghitungan NTB atas dasar harga konstan 2000 dengan cara ekstrapolasi dengan indeks gabungan produksi Pos dan Giro sebagai ekstrapolatornya. Sedangkan telekomunikasi mencakup kegiatan pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon, telegram, telegraf, dan teleks. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Telkom dan perusahaan telekomunikasi swasta. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dengan cara deflasi dengan IHPB umum sebagai deflator. b. Jasa Penunjang Komunikasi Mencakup kegiatan wartel, warnet dan jasa penunjang komunikasi lainnya. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian antara indikator produksi masing-masing kegiatan dengan output per indikatornya. Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan nilai output dengan rasio nilai tambah bruto. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung secara ekstrapolasi dengan indikator produksi masing-masing kegiatan sebagai ekstrapolator. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

43 2.8. Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan Sektor ini meliputi subsektor bank, subsektor lembaga keuangan bukan bank, subsektor sewa bangunan serta subsektor jasa perusahaan Subsektor Bank Penghitungan nilai tambah bruto bank atas dasar harga berlaku diperoleh dari Bank Indonesia. Untuk perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi dengan indeks harga konsumen atau indeks harga implisit PDRB tanpa subsektor bank dan lembaga keuangan lainnya sebagai deflator Subsektor Lembaga Keuangan Bukan Bank Mencakup kegiatan asuransi, koperasi, lembaga pembiayaan, pegadaian dan dana pensiun. Asuransi merupakan salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang usaha pokoknya menanggung resiko atas terjadinya musibah/kecelakaan atas barang atau orang tersebut, yang mengakibatkan hancur/rusaknya barang atau menyebabkan terjadinya kematian. Output atas dasar harga berlaku dari kegiatan asuransi merupakan rekapitulasi dari output asuransi jiwa dan asuransi bukan jiwa. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara. Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan metode deflasi menggunakan Indeks Harga Konsumen Umum sebagai deflator. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

44 Lembaga pembiayaan mencakup sewa guna usaha, modal ventura, anjak piutang, kartu kredit, dan pembiayaan konsumen. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari Direktorat Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan (Dirjen Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan). Sedangkan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah perusahaan. Output dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dari kegiatan pegadaian diperoleh dari hasil pengolahan laporan keuangan (Laporan Rugi/Laba). Output dari pegadaian adalah berupa sewa modal, bunga deposito dan lain-lain. Sedangkan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah nasabah atau omzet dari perusahaan pegadaian. Output dan nilai tambah atas dasar harga berlaku dari kegiatan dana pensiun diperoleh dari hasil pengolahan laporan keuangan (Necara Rugi/Laba). Sedangkan output dan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan menggunakan cara deflasi/ekstrapolasi dan sebagai deflator/ekstrapolatornya adalah IHK Umum atau jumlah peserta Subsektor Jasa Penunjang Keuangan Mencakup kegiatan pedagang valuta asing, pasar modal, dan jasa penunjangnya seperti: underwriter (penjamin emisi), Lembaga Kliring Penyelesaian dan Penyimpanan (LKPP), manajer investasi, penasehat investasi, reksa dana, biro administrasi efek, tempat penitipan harta PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

45 (custodian), dan sejenisnya. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan nilai output dengan rasio nilai tambah bruto. Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi menggunakan indeks harga saham gabungan untuk kegiatan bursa dan indeks harga konsumen untuk kegiatan lainnya Subsektor Real Estat Subsektor ini meliputi usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bangunan bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan serta usaha persewaan tanah. Output atas dasar harga berlaku untuk persewaan bangunan tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara jumlah penduduk pertengahan tahun dengan pengeluaran konsumsi rumahtangga per kapita untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli rumah dinas, perkiraan sewa rumah milik sendiri, pajak dan pemeliharaan rumah. Sedangkan output atas dasar harga berlaku usaha persewaan bangunan bukan tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara luas bangunan yang disewakan dengan rata-rata tarif sewa per meter persegi. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil perkalian antara rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan metode deflasi menggunakan Indeks Harga Konsumen tempat tinggal Subsektor Jasa Perusahaan Mencakup kegiatan pemberian jasa hukum (advokat dan notaris), jasa akuntansi dan pembukuan, jasa pengolahan dan penyajian data, jasa PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

46 bangunan/arsitek dan teknik, jasa periklanan dan riset pemasaran, jasa persewaan mesin dan peralatan, jasa fotocopy dan jasa perusahaan lainnya. Output atas dasar harga berlaku untuk jasa perusahaan diperoleh dari perkalian antara indikator produksi (jumlah perusahaan atau jumlah tenaga kerja) dengan indikator harga (rata-rata output per perusahaan atau rata-rata output per tenaga kerja). Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil perkalian antara rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. Sedangkan output dan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi dengan jumlah tenaga kerja sebagai ekstrapolatornya Sektor Jasa-jasa Mencakup subsektor pemerintahan umum, subsektor jasa sosial kemasyarakatan, subsektor jasa hiburan dan rekreasi serta jasa perorangan dan rumahtangga Subsektor Pemerintahan Umum Cakupan subsektor pemerintahan umum dalam penghitungan tahun dasar 2000, terdiri dari (1) administrasi, pemerintahan dan pertahanan; (2) jasa pemerintahan lainnya (pelayanan/jasa yang diberikan oleh badan-badan di bawah kementrian dan non kementrian). Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku untuk subsektor pemerintahan umum didasarkan pada pengeluaran pemerintah untuk belanja pegawai dan perkiraan penyusutan. Belanja pegawai untuk jasa pendidikan, jasa kesehatan, jasa kemasyarakatan, PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

47 jasa hiburan dan rekreasi yang tercakup dalam pengeluaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah, baik rutin maupun pembangunan dipisahkan dari kegiatan administrasi, pemerintahan dan pertahanan, kemudian dimasukkan ke dalam kegiatan jasa pemerintahan lainnya. NTB atas dasar harga berlaku untuk kegiatan administrasi, pemerintahan dan pertahanan diperoleh dari selisih NTB atas dasar harga berlaku subsektor pemerintahan umum dengan NTB atas dasar harga berlaku kegiatan jasa pemerintahan lainnya. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 untuk jasa pemerintahan dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks tertimbang jumlah pegawai negeri (guru, tenaga medis, dan lain-lain) menurut golongan kepangkatan. Sedangkan NTB atas dasar harga konstan 2000 untuk kegiatan administrasi, pemerintahan dan pertahanan merupakan selisih antara NTB atas dasar harga konstan 2000 subsektor pemerintahan umum dengan NTB atas dasar harga konstan 2000 kegiatan jasa pemerintahan lainnya Subsektor Jasa Sosial Kemasyarakatan Meliputi jasa pendidikan, jasa kesehatan serta jasa kemasyarakatan lainnya, seperti jasa penelitian, panti asuhan, panti werdha, yayasan pemeliharaan anak cacat, palang merah, rumah ibadah, dan sebagainya, terbatas yang dikelola oleh swasta saja. Kegiatan-kegiatan sejenis yang dikelola oleh pemerintah termasuk dalam subsektor pemerintahan umum yaitu kegiatan jasa pemerintahan lainnya. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil perkalian rata-rata output dengan jumlah murid menurut tingkatan, jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter, jumlah anak yang PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

48 diasuh, jumlah orang tua yang dirawat dan sebagainya. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian rasio nilai tambah bruto terhadap output. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan perkembangan masing-masing indikator produksi sebagai ekstrapolatornya Subsektor Jasa Hiburan dan Rekreasi Meliputi kegiatan produksi dan distribusi film, reproduksi film video, jasa bioskop dan panggung hiburan, perpustakaan, museum, gedung olahraga, kolam renang, klub malam, taman hiburan, lapangan golf, lapangan tenis, billiard, klub olahraga, artis film, artis panggung, pub, bar, karaoke, video klip, studio televisi, stasiun pemancar radio yang dikelola oleh swasta, dan sebagainya. Output atas dasar harga berlaku untuk subsektor jasa hiburan dan rekreasi diperoleh dengan menggunakan metode pendekatan produksi, yaitu perkalian antara jumlah perusahaan atau jumlah tenaga kerja masing-masing perusahaan jasa hiburan dan rekreasi tersebut dengan rata-rata outputnya. Sedangkan output atas dasar harga konstan menggunakan metode deflasi dengan IHK hiburan dan rekreasi sebagai deflatornya. Atau menggunakan metode ekstrapolasi dengan indikator produksi sebagai ekstrapolatornya. Nilai tambah bruto diperoleh dari hasil perkalian output dengan rasio nilai tambah bruto Subsektor Jasa Perorangan dan Rumahtangga Meliputi segala jenis kegiatan jasa yang pada umumnya melayani perorangan dan rumahtangga, terdiri dari jasa perbengkelan/reparasi, jasa PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

49 pembantu rumahtangga dan jasa perorangan lainnya seperti tukang binatu (laundry), tukang cukur, tukang jahit, tukang semir sepatu dan sejenisnya. Output atas dasar harga berlaku untuk jasa perbengkelan serta jasa perorangan dan rumahtangga lainnya diperoleh dari hasil perkalian antara rata-rata output per tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja. Sedangkan output atas dasar harga berlaku untuk jasa pembantu rumahtangga, pengasuh bayi dan sejenisnya diperoleh dari perkalian antara pengeluaran per kapita untuk pembantu rumahtangga dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil perkalian antara output dengan rasio nilai tambah bruto terhadap output. Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks/indikator produksi masing-masing kegiatan. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

50

51 BAB III TINJAUAN EKONOMI PAPUA BARAT 3.1. PDRB Provinsi Papua Barat dengan Migas Perekonomian Papua Barat selama tahun 2010 menunjukkan pertumbuhan yang positif apabila dibandingkan dengan tahun Bahkan beberapa sektor terlihat mengalami percepatan pertumbuhan. Pada tahun 2010, besaran nilai PDRB atas dasar harga berlaku yang tercipta mencapai 22,53 triliun rupiah. Nilai tersebut jauh lebih besar dibandingkan keadaan tahun 2009 yang mencapai 17,21 triliun rupiah. Eksploitasi gas alam Tangguh menjadi pendorong utama peningkatan yang terjadi Pertumbuhan Ekonomi Dalam kurun waktu tahun kondisi perekonomian Papua Barat dapat dikatakan stabil memperlihatkan pertumbuhan yang tinggi dan menunjukkan percepatan setiap tahunnya. Hal ini jelas terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 26,82 persen pada tahun 2010 setelah memasukkan nilai tambah gas alam cair (LNG). Sementara pertumbuhan tanpa migas mencapai 6,83 persen. Pada tahun 2010, pertumbuhan tertinggi sebesar 149,52 persen dicapai oleh sektor industri pengolahan. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan subsektor migas terutama pertumbuhan gas alam cair akibat tercakupnya produksi gas alam cair di Teluk Bintuni. Sementara sektor pertambangan dan penggalian justru mengalami kontraksi mencapai minus PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

52 0,84 persen. Keadaan tersebut terjadi sebagai akibat kontraksi subsektor minyak dan gas bumi. Tabel 3.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi menurut Lapangan Usaha (persen), Lapangan Usaha (1) Sumber Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dibangun oleh pertumbuhan sektor-sektor ekonomi. Semakin besar pertumbuhan yang terjadi pada sektor tertentu maka semakin besar pula kontribusi sektor tersebut dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dengan melihat kontribusi sektor tersebut dapat diketahui sumber pertumbuhan ekonomi * 2010** (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 5,22 6,89 3,83 6,20 2. Pertambangan dan Penggalian 0,51 1,27-0,16-0,84 3. Industri Pengolahan 8,22 7,61 14,76 149,52 4. Listrik dan Air Bersih 9,29 8,29 9,03 7,30 5. Konstruksi 12,97 16,35 12,96 9,77 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,69 9,01 6,49 3,99 7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,89 7,72 16,36 10,93 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 24,91 27,14 1,32 11,02 9. Jasa-jasa 9,19 10,63 7,33 7,34 PDRB Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara 6,95 7,84 7,02 26,82 PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

53 Selama periode terlihat bahwa sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor bangunan tetap menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi. Bahkan 21,94 persen dari pertumbuhan ekonomi 26,82 persen pada tahun 2010 berasal dari sektor industri pengolahan. Sektor pertanian memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar 1,72 persen. Sementara bangunan memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar 0,93 persen. Tabel 3.2. Sumber Pertumbuhan Ekonomi menurut Lapangan Usaha (persen), Lapangan Usaha (1) * 2010** (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 1,53 1,99 1,09 1,72 2. Pertambangan dan Penggalian 0,10 0,23-0,03-0,13 3. Industri Pengolahan 1,11 1,04 2,02 21,94 4. Listrik dan Air Bersih 0,04 0,04 0,04 0,03 5. Konstruksi 1,03 1,37 1,17 0,93 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,98 0,94 0,68 0,42 7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,78 0,57 1,21 0,88 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,43 0,54 0,03 0,25 9. Jasa-jasa 0,95 1,12 0,79 0,80 PDRB Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara 6,95 7,84 7,02 26,82 Sektor-sektor lainya juga memberikan kontribusi perumbuhan positif kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Sektor listrik dan air bersih PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

54 memberikan kontribusi pertumbuhan 0,03 persen; sektor perdagangan, hotel dan restoran 0,42 persen; sektor pengangkutan dan komunikasi 0,88 persen; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 0,25 persen; jasa-jasa 0,80 persen. Sementara sektor pertambangan dan penggalian berkontribusi sebesar minus 0,13 terhadap pertumbuhan ekonomi Struktur Ekonomi Struktur ekonomi menggambarkan kontribusi masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB. Semakin besar kontribusi suatu sektor semakin besar pula peranannya di dalam perekonomian. Sektor-sektor utama dalam perekonomian adalah sektor-sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam perekonomian. Sektor-sektor utama perekonomian Papua Barat pada periode adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian. Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi lebih dari 60 persen PDRB Papua Barat. Pada awal periode tersebut sektor pertanian merupakan sektor terbesar. Tetapi dalam perkembangannya kontribusi sektor pertanian menunjukkan kecenderungan menurun dan mulai tergeser oleh kontribusi sektor industri pengolahan. Kontribusi sektor pertanian mencapai 26,65 persen pada tahun 2007 dan pada tahun 2010 hanya memberikan 20,71 persen. Sementara sektor industri pengolahan pada tahun 2007 memberikan kontribusi sebesar 20,11 persen. Pada tahun 2010 sektor industri pengolahan menjadi sektor utama dengan kontribusi sebesar 35,45 persen. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

55 Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan kecenderungan yang menurun. Hal ini terlihat dari share sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2007 sebesar 15,96 persen menjadi sebesar 10,22 persen pada tahun Gambar 3.1. Peranan Sektor Dominan terhadap Penciptaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (persen), Kontribusi sektor-sektor lainnya juga menunjukkan kecenderungan menurun pada tahun Walaupun sebenarnya sektor-sektor tersebut mengalami peningkatan tetapi peningkatan tersebut jauh lebih kecil PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

56 dibandingkan peningkatan yang terjadi di sektor industri pengolahan akibat adanya eksploitasi penuh gas alam cair pada tahun tersebut. Tabel 3.3. Peranan Sektor Ekonomi terhadap Penciptaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (persen), Lapangan Usaha (1) Perkembangan PDRB Per Kapita PDRB per kapita adalah besaran kasar yang menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah pada suatu waktu tertentu. PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun di wilayah tersebut * 2010** (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 26,65 24,83 24,40 20,71 2. Pertambangan dan Penggalian 15,96 14,80 13,18 10,22 3. Industri Pengolahan 20,11 22,64 24,71 35,45 4. Listrik dan Air Bersih 0,56 0,53 0,51 0,43 5. Konstruksi 8,62 9,36 9,75 9,03 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 10,57 10,33 9,94 8,38 7. Pengangkutan dan Komunikasi 7,44 6,93 7,25 6,38 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,07 2,43 2,38 2,18 9. Jasa-jasa 8,03 8,15 7,88 7,23 PDRB Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara 100,00 100,00 100,00 100,00 PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

57 Tabel 3.4. PDRB Per Kapita Provinsi Papua Barat (rupiah), Atas Dasar Atas Dasar Tahun Harga Berlaku Harga Konstan (1) (2) (3) * ** Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB per kapita Papua Barat atas dasar harga berlaku pada tahun 2010 meningkat 26,63 persen terhadap tahun 2009, yaitu dari 23,40 juta rupiah menjadi 29,62 juta rupiah. PDRB per kapita atas dasar harga konstan menunjukkan nilai PDRB per kapita secara riil. Pada tahun 2010 PDRB per kapita Papua Barat atas dasar harga konstan mencapai 11,42 juta rupiah atau meningkat 22,72 persen terhadap tahun 2009 (9,31 juta rupiah) PDRB Provinsi Papua Barat Tanpa Migas Penyajian data PDRB tanpa migas ditujukan untuk melihat keterbandingan nilai PDRB dengan nilai PDB atau PDRB daerah lain. Analisis PDRB tanpa migas dilakukan dengan mengeliminir subsektor pertambangan minyak dan gas bumi dan subsektor industri minyak dan gas bumi. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

58 Peran migas dalam perekonomian Papua Barat sangat besar. Peranan tersebut semakin besar sejak eksploitasi secara penuh terhadap gas alam cair Tangguh pada tahun Besarnya sumbangan migas terhadap perekonomian Papua Barat mencapai hampir 40 persen, sehingga sangat mempengaruhi perekonomian Provinsi Papua Barat secara menyeluruh. Nilai PDRB Provinsi Papua Barat tanpa migas pada tahun 2010 sebesar 13,70 triliun rupiah. Bila dilihat dari perkembangan riilnya atau atas dasar harga konstan 2000 maka PDRB Papua Barat mencapai 5,74 triliun rupiah Pertumbuhan Ekonomi (Tanpa Migas) Pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua Barat tanpa migas tidak selalu seirama dengan pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua Barat dengan migas. Dalam artian bahwa pertumbuhan ekonomi tanpa migas bisa lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi dengan migas ataupun sebaliknya. Selama kurun waktu tahun kondisi pertumbuhan ekonomi Papua Barat dengan migas cenderung mengalami percepatan setiap tahunnya. Sementara perekonomian Papua Barat tanpa migas menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Perbedaan signifikan terlihat pada pertumbuhan tahun Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh adanya peningkatan subsektor gas alam cair pada perekonomian Papua Barat. Pertumbuhan ekonomi tanpa migas yang tercipta pada tahun 2010 sebesar 6,83 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh 12,20 persen. Kemudian diikuti oleh pertumbuhan di sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

59 sebesar 11,02 persen; sektor pengangkutan dan komunikasi 10,93 persen; sektor bangunan 9,77 persen; sektor jasa-jasa 7,34 persen; sektor listrik dan air bersih 7,30 persen; sektor pertanian 6,20 persen; sektor pengangkutan dan komunikasi 3,99 persen. Sementara sektor industri pengolahan hanya tumbuh 2,77 persen. Tabel 3.5. Lapangan Usaha (1) * 2010** (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 5,22 6,89 3,83 6,20 2. Pertambangan dan Penggalian 11,94 12,19 11,88 12,20 3. Industri Pengolahan 8,70 5,59 10,82 2,77 4. Listrik dan Air Bersih 9,29 8,29 9,03 7,30 5. Konstruksi 12,97 16,35 12,96 9,77 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,69 9,01 6,49 3,99 7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,89 7,72 16,36 10,93 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 24,91 27,14 1,32 11,02 9. Jasa-jasa 9,19 10,63 7,33 7,34 PDRB Catatan: * Angka Sementara Laju Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas menurut Lapangan Usaha (persen), ** Angka Sangat Sementara 8,61 9,25 7,68 6, Sumber Pertumbuhan Ekonomi (Tanpa Migas) Dengan dikeluarkannya migas, perekonomian Papua Barat tumbuh 6,83 persen pada tahun Dari pertumbuhan tanpa migas tersebut sektor PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

60 yang menyumbangkan pertumbuhan terbesar pada tahun 2010 adalah sektor pertanian sebesar 2,19 persen. Selanjutnya di urutan kedua adalah sektor bangunan sebesar 1,19 persen. Urutan ketiga dan keempat diduduki oleh sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa dengan sumbangan masing-masing sebesar 1,12 persen dan 1,01 persen. Sementara sektor lainnya hanya memberikan sumbangan di bawah satu persen. Tabel 3.6. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas menurut Lapangan Usaha (persen), Lapangan Usaha (1) * 2010** (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 2,02 2,58 1,40 2,19 2. Pertambangan dan Penggalian 0,12 0,13 0,13 0,14 3. Industri Pengolahan 0,92 0,59 1,11 0,29 4. Listrik dan Air Bersih 0,05 0,05 0,05 0,04 5. Konstruksi 1,36 1,78 1,51 1,19 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,30 1,22 0,87 0,53 7. Pengangkutan dan Komunikasi 1,03 0,74 1,56 1,12 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,56 0,70 0,04 0,31 9. Jasa-jasa 1,25 1,45 1,02 1,01 PDRB Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara 8,61 9,25 7,68 6, Struktur Ekonomi (Tanpa Migas) Dengan dieliminirnya subsektor pertambangan migas dan subsektor industri migas, kontribusi yang diberikan terhadap struktur perekonomian PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

61 Provinsi Papua Barat tanpa migas masih didominasi oleh sektor pertanian. Namun peranan sektor pertanian menunjukkan kecenderungan penurunan, yang berarti bahwa peningkatan sektor-sektor lainnya lebih besar dibandingkan dengan peningkatan yang terjadi di sektor pertanian. Tabel 3.7. Peranan Sektor Ekonomi terhadap Penciptaan PDRB Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku (persen), Lapangan Usaha (1) * 2010** (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 37,08 35,49 34,91 34,05 2. Pertambangan dan Penggalian 1,05 1,18 1,28 1,36 3. Industri Pengolahan 9,98 9,41 9,85 9,28 4. Listrik dan Air Bersih 0,78 0,76 0,73 0,71 5. Konstruksi 11,99 13,37 13,95 14,85 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 14,71 14,77 14,22 13,79 7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,35 9,90 10,38 10,49 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,88 3,47 3,41 3,58 9. Jasa-jasa 11,17 11,65 11,27 11,88 PDRB Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara 100,00 100,00 100,00 100,00 Besarnya sumbangan dari sektor pertanian pada tahun 2010 mencapai 34,05 persen. Padahal pada tahun 2007 sektor pertanian menyumbang 37,08 persen. Sementara sektor-sektor yang mengalami peningkatan kontribusi pada tahun 2010 dibandingkan keadaan tahun 2009 yaitu sektor bangunan, PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

62 jasa-jasa, dan pengangkutan-komunikasi. Kontribusi yang diberikan masingmasing secara berurutan sebesar 14,85 persen, 11,88 persen, dan 10,49 persen. Dalam rentang waktu empat tahun terakhir, tiga sektor utama yang mendominasi penciptaan PDRB tanpa migas di Papua Barat adalah sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi lebih dari 60 persen terhadap PDRB (tanpa migas) Papua Barat. Gambar 3.2. Peranan Sektor Dominan terhadap Penciptaan PDRB Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku (persen), PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

63 Struktur ekonomi berdasarkan PDRB tanpa migas sangat berbeda dari struktur ekonomi PDRB dengan migas. Terlihat dari tiga sektor utama yang menjadi pilar perekonomian. Dengan demikian memang terbukti bahwa pengaruh migas sangat besar terhadap perekonomian Papua Barat Perkembangan PDRB Per Kapita (Tanpa Migas) PDRB per kapita atas dasar harga berlaku mencapai 18,01 juta rupiah. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 10,15 persen dibandingkan dengan PDRB per kapita pada tahun Sementara PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000 bernilai 7,55 juta rupiah dan mengalami pertumbuhan sebesar 3,37 persen dibandingkan keadaan tahun Tabel 3.8. PDRB Per Kapita Tanpa Migas Provinsi Papua Barat (rupiah), Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan (1) (2) (3) * ** Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

64

65 BAB IV PERKEMBANGAN EKONOMI MENURUT KELOMPOK SEKTOR Pengelompokan PDRB menurut kelompok sektor yaitu kelompok sektor primer, kelompok sektor sekunder dan kelompok sektor tersier didasarkan atas output maupun input menurut asal terjadinya proses produksi masing-masing produsen. Suatu unit dikelompokkan atas kelompok sektor primer apabila output yang dihasilkan merupakan proses tingkat awal (dasar). Sektor yang masuk dalam kategori ini adalah sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian. Kelompok sektor sekunder adalah unit-unit kegiatan ekonomi yang bahan-bahan produksinya (inputnya) sebagian besar berasal dari kelompok sektor primer. Sektor-sektor yang termasuk kelompok ini adalah sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air bersih serta sektor bangunan. Sedangkan sisanya termasuk ke dalam kelompok sektor tersier yaitu terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa PDRB Provinsi Papua Barat dengan Migas Berdasarkan kelompok sektor, nilai tambah terbesar pada tahun 2010 terbentuk pada kelompok sektor sekunder yang mencapai 10,12 triliun rupiah. Sementara di tempat kedua adalah kelompok sektor primer yang PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

66 memberikan nilai tambah sebesar 6,97 triliun rupiah dan berikutnya adalah kelompok sektor tersier dengan nilai tambah sebesar 5,44 triliun rupiah. Dari tahun ke tahun terdapat perkembangan yang memperlihatkan pergeseran antar kelompok sektor. Kemajuan perekonomian suatu wilayah bisa ditandai dengan perubahan kelompok sektor utama. Pergeseran kelompok sektor utama dari kelompok sektor primer menjadi kelompok sektor tersier atau bahkan menjadi kelompok tersier menunjukkan adanya kemajuan perekonomian yang dicapai. Ketiga kelompok sektor memperlihatkan perkembangan yang siginifikan setiap tahun. Berdasarkan harga berlaku, kelompok sektor primer pada tahun 2007 memiliki nilai tambah mencapai 4,42 triliun rupiah. Kemudian pada tahun 2010 nilai tambah tersebut meningkat menjadi 6,97 triliun rupiah. Akselerasi peningkatan nilai tambah terjadi pada kelompok sektor sekunder. Pada tahun 2007 nilai tambah kelompok sekunder mencapai 3,04 triliun rupiah dan pada tahun 2010 mencapai 10,12 triliun rupiah. Sementara nilai tambah kelompok tersier pada tahun 2007 mencapai 2,91 triliun rupiah dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 5,44 triliun rupiah. Berdasarkan harga konstan 2000, nilai tambah kelompok primer pada tahun 2007 mencapai 2,80 triliun rupiah dan pada tahun 2010 mencapai 3,10 triliun rupiah. Seiring dengan nilai tambah atas dasar harga berlaku, nilai tambah kelompok sekunder atas dasar harga konstan juga mengalami akselerasi pertumbuhan. Pada tahun 2007 nilai tambah kelompok sekunder mencapai 1,34 triliun rupiah dan pada tahun 2010 mencapai 3,26 triliun rupiah. Sementara nilai tambah kelompok tersier pada tahun 2007 mencapai 1,80 triliun rupiah dan 2,32 triliun rupiah pada tahun PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

67 Tabel 4.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 menurut Kelompok Sektor (juta rupiah), Tahun Primer Sekunder Tersier Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) Atas Dasar Harga Berlaku , , , , , , , , * , , , , ** , , , ,81 Atas Dasar Harga Konstan , , , , , , , , * , , , , ** , , , ,99 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara Dari ketiga kelompok sektor tersebut yang paling cepat perkembangannya adalah kelompok sektor sekunder, kemudian disusul oleh kelompok sektor tersier. Sedangkan kelompok sektor primer perkembangannya lebih lambat dibandingkan dengan yang lain. Jika melihat laju pertumbuhan riil yang diperoleh dari PDRB kelompok sektor atas dasar harga konstan 2000 maka tingkat pertumbuhan terbesar pada tahun 2010 terjadi pada kelompok sektor sekunder yaitu sebesar 92,76 persen, kemudian disusul oleh kelompok sektor tersier sebesar PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

68 7,41 persen dan terakhir adalah kelompok sektor primer dengan pertumbuhan riil sebesar 3,61 persen. Tabel 4.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi menurut Kelompok Sektor (persen), Kelompok Sektor * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) Primer 3,34 4,71 2,33 3,61 Sekunder 9,96 10,87 13,95 92,76 Tersier 10,70 10,45 8,74 7,41 PDRB 6,95 7,84 7,02 26,82 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara Pada periode kelompok sektor primer memberikan kontribusi terbesar namun terlihat kontribusi tersebut setiap tahunnya mengalami penurunan. Puncaknya pada tahun 2010 kontribusi terbesar bukan lagi kelompok sektor primer melainkan kelompok sektor sekunder. Hal ini menunjukkan adanya pergesaran kegiatan ekonomi dari kelompok sektor primer menjadi kelompok sektor sekunder. Sementara kelompok sektor tersier relatif stabil kontribusinya. Namun pada tahun 2010 juga mengalami penurunan dikarenakan akselerasi luar biasa yang terjadi pada kelompok sektor sekunder. Kontribusi kelompok sektor primer pada tahun 2010 mencapai 30,93 persen. Padahal pada tahun 2007 kontribusinya mencapai 42,61 persen. Sementara kontribusi kelompok sektor sekunder mengalami peningkatan PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

69 luar biasa. Pada tahun 2010 kontribusi kelompok sektor sekunder mencapai 44,91 persen. Sebelumnya kontribusi pada tahun 2007 hanya mencapai 29,28 persen. Kelompok sektor tersier pada tahun 2010 memiliki kontribusi sebesar 24,16 persen. Pada tahun 2007 kontribusi kelompok sektor sekunder mencapai 28,11 persen. Tabel 4.3. Peranan Kelompok Sektor Ekonomi terhadap Penciptaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (persen), Kelompok Sektor * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) Primer 42,61 39,63 37,58 30,93 Sekunder 29,28 32,53 34,97 44,91 Tersier 28,11 27,84 27,45 24,16 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara Pergeseran kelompok sektor utama dari kelompok sektor primer menjadi kelompok sektor sekunder terlihat jelas pada gambar di bawah ini. Hanya kelompok sektor sekunder yang memperlihatkan peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan kontribusi yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2010 jika dibandingkan dengan kontribusi pada tahun Sementara kelompok sektor primer dan kelompok sektor tersier cenderung mengalami penurunan. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

70 Gambar 4.1. Peranan Kelompok Sektor terhadap Penciptaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (persen), PDRB Provinsi Papua Barat Tanpa Migas Pada tahun 2010 nilai tambah terbesar untuk PDRB Provinsi Papua Barat tanpa migas berdasarkan kelompok sektor terbentuk pada kelompok sektor tersier dengan nilai tambah sebesar 5,44 triliun rupiah. Di urutan kedua ditempati kelompok sektor primer yang memberikan nilai tambah sebesar 4,85 triliun rupiah dan kelompok sektor sekunder dengan nilai tambah sebesar 3,40 triliun rupiah menempati urutan ketiga. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

71 Tabel 4.4. PDRB Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku menurut Kelompok Sektor (juta rupiah), Tahun Primer Sekunder Tersier Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) Atas Dasar Harga Berlaku , , , , , , , , * , , , , ** , , , ,73 Atas Dasar Harga Konstan , , , , , , , , * , , , , ** , , , ,35 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara Periode tahun 2007 sampai dengan 2010, PDRB menurut kelompok sektor baik untuk kelompok sektor primer, kelompok sektor sekunder maupun kelompok sektor tersier mengalami perkembangan yang cukup berarti. Untuk PDRB atas dasar harga berlaku, kelompok sektor primer pada tahun 2007 mencapai 2,84 triliun rupiah mengalami perkembangan hingga mencapai 4,85 trilliun rupiah pada tahun Kelompok sektor sekunder pada tahun 2007 mencapai 1,69 triliun rupiah dan berkembang menjadi 3,40 triliun rupiah pada tahun Sementara nilai tambah PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

72 kelompok sektor tersier pada tahun 2007 mencapai 2,91 triliun rupiah dan berkembang menjadi 5,44 triliun rupiah pada tahun Berdasarkan harga konstan 2000, nilai tambah kelompok sektor primer mencapai 1,76 triliun rupiah pada tahun 2007 dan mengalami peningkatan hingga mencapai 2,08 triliun rupiah pada tahun Kemudian kelompok sektor sekunder yang pada tahun 2007 nilainya mencapai 1,01 triliun rupiah meningkat menjadi 1,34 triliun rupiah pada tahun Sementara kelompok sektor tersier berkembang dari 1,80 triliun rupiah pada tahun 2007 menjadi 2,32 triliun rupiah pada tahun Dari ketiga kelompok sektor tersebut yang mengalami perkembangan paling cepat adalah kelompok sektor sekunder, kemudian disusul oleh kelompok sektor tersier sedangkan kelompok sektor primer perkembangannya relatif lebih lambat. Tabel 4.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas menurut Kelompok Sektor (persen), Kelompok Sektor * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) Primer 5,39 7,04 4,06 6,38 Sekunder 10,78 10,97 11,88 6,54 Tersier 10,70 10,45 8,74 7,41 PDRB 8,61 9,25 7,68 6,83 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

73 Dari data di atas terlihat bahwa pertumbuhan tertinggi sebesar 7,41 persen pada tahun 2010 terjadi pada kelompok sektor tersier. Kelompok sektor sekunder tumbuh 6,54 persen dan kelompok sektor premier tumbuh 6,38 persen. Secara umum peranan masing-masing kelompok sektor tidak mengalami perubahan. Secara berurutan kelompok sektor yang memberikan peranan dari yang terbesar hingga terkecil adalah kelompok sektor tersier, primer dan sekunder. Pada tahun 2010, kelompok sektor tersier memberikan kontribusi sebesar 39,74 terhadap penciptaan PDRB tanpa migas. Kemudian diikuti oleh kelompok sektor primer yang memberikan kontribusi sebesar 35,41 persen. Sementara kelompok sektor sekunder memberikan kontribusi sebesar 24,85 persen. Tabel 4.6. Peranan Kelompok Sektor Ekonomi terhadap Penciptaan PDRB Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku (persen), Kelompok Sektor * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) Primer 38,13 36,67 36,19 35,41 Sekunder 22,75 23,54 24,53 24,85 Tersier 39,12 39,78 39,28 39,74 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara Dibandingkan dengan kontribusi pada tahun 2009, dari ketiga kelompok sektor tersebut yang mengalami penurunan peranan hanya kelompok sektor PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

74 primer. Sedangkan kelompok sektor lainnya mengalami peningkatan peranan. Hal ini menandakan bahwa mulai adanya pergeseran kegiatan ekonomi dari kelompok sektor primer ke kelompok sektor sekunder dan tersier. Dari gambar terlihat bahwa kontribusi kelompok sektor primer memiliki kecenderungan penurunan selama periode 2007 sampai dengan Sementara kelompok sektor sekunder dan tersier menunjukkan kecenderungan peningkatan selama periode yang sama. Gambar 4.2. Peranan Kelompok Sektor terhadap Penciptaan PDRB Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku (persen), PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

75 Lampiran 1 PDRB dengan Migas

76 Lampiran 1.1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN , , , ,36 a. Tanaman Bahan Makanan , , , ,94 b. Tanaman Perkebunan , , , ,71 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya , , , ,20 d. Kehutanan , , , ,30 e. Perikanan , , , ,20 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN , , , ,91 a. Minyak dan Gas Bumi , , , ,91 b. Pertambangan tanpa Migas 00,00 00,00 00,00 00,00 c. Penggalian , , , ,00 3. INDUSTRI PENGOLAHAN , , , ,46 a. Industri Migas , , , ,17 1) Pengilangan Minyak Bumi , , , ,40 2) Gas Alam Cair 00,00 00, , ,76 b. Industri Tanpa Migas **) , , , ,30 1) Industri Besar dan Sedang , , , ,89 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga , , , ,41 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH , , , ,00 a. Listrik , , , ,82 b. Gas 00,00 00,00 00,00 00,00 c. Air Bersih , , , ,18 5. KONSTRUKSI , , , ,84 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN , , , ,87 a. Perdagangan Besar & Eceran , , , ,35 b. Hotel , , , ,26 c. Restoran , , , ,26 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI , , , ,75 a. Pengangkutan , , , ,58 1) Angkutan Rel 00,00 00,00 00,00 00,00 2) Angkutan Jalan Raya , , , ,66 3) Angkutan Laut , , , ,40 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan , , , ,58 5) Angkutan Udara , , , ,91 6) Jasa Penunjang Angkutan , , , ,03 b. Komunikasi , , , ,17 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN , , , ,11 a. Bank , , , ,18 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank , , , ,63 c. Jasa Penunjang Keuangan 00,00 00,00 00,00 00,00 d. Real Estat , , , ,51 e. Jasa Perusahaan 9 118, , , ,78 9. JASA-JASA , , , ,51 a. Pemerintahan Umum , , , ,21 b. Swasta , , , ,30 1) Sosial Kemasyarakatan , , , ,59 2) Hiburan & Rekreasi , , , ,99 3) Perorangan & Rumahtangga , , , ,72 PDRB , , , ,81 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

77 Lampiran 1.2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN , , , ,40 a. Tanaman Bahan Makanan , , , ,45 b. Tanaman Perkebunan , , , ,27 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya , , , ,70 d. Kehutanan , , , ,72 e. Perikanan , , , ,26 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN , , , ,52 a. Minyak dan Gas Bumi , , , ,66 b. Pertambangan tanpa Migas 00,00 00,00 00,00 00,00 c. Penggalian , , , ,86 3. INDUSTRI PENGOLAHAN , , , ,09 a. Industri Migas , , , ,98 1) Pengilangan Minyak Bumi , , , ,93 2) Gas Alam Cair 00,00 00, , ,05 b. Industri Tanpa Migas **) , , , ,11 1) Industri Besar dan Sedang , , , ,26 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga , , , ,85 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH , , , ,13 a. Listrik , , , ,73 b. Gas 00,00 00,00 00,00 00,00 c. Air Bersih 8 787, , , ,39 5. KONSTRUKSI , , , ,24 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN , , , ,85 a. Perdagangan Besar & Eceran , , , ,33 b. Hotel , , , ,57 c. Restoran , , , ,95 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI , , , ,04 a. Pengangkutan , , , ,12 1) Angkutan Rel 00,00 00,00 00,00 00,00 2) Angkutan Jalan Raya , , , ,68 3) Angkutan Laut , , , ,36 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 8 900, , , ,24 5) Angkutan Udara , , , ,12 6) Jasa Penunjang Angkutan , , , ,72 b. Komunikasi , , , ,93 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN , , , ,34 a. Bank , , , ,11 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank , , , ,88 c. Jasa Penunjang Keuangan 00,00 00,00 00,00 00,00 d. Real Estat , , , ,14 e. Jasa Perusahaan 6 148, , , ,21 9. JASA-JASA , , , ,38 a. Pemerintahan Umum , , , ,51 b. Swasta , , , ,87 1) Sosial Kemasyarakatan , , , ,23 2) Hiburan & Rekreasi , , , ,44 3) Perorangan & Rumahtangga , , , ,20 PDRB , , , ,99 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

78 Lampiran 1.3. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (persen), LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN 216,50 271,98 329,16 365,57 a. Tanaman Bahan Makanan 188,91 254,38 319,92 363,05 b. Tanaman Perkebunan 254,84 324,35 384,70 432,57 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 283,31 357,67 430,09 472,49 d. Kehutanan 186,35 242,24 290,34 316,28 e. Perikanan 240,40 284,96 344,07 383,54 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 163,83 204,75 224,54 227,94 a. Minyak dan Gas Bumi 159,99 198,10 214,47 214,76 b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 318,30 471,80 628,70 757,17 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 452,78 687,25 924, ,52 a. Industri Migas 866, , , ,14 1) Pengilangan Minyak Bumi 866, , , ,86 2) Gas Alam Cair - - ~ ~ b. Industri Tanpa Migas **) 243,38 301,14 387,85 416,11 1) Industri Besar dan Sedang 244,80 302,08 392,21 418,72 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 231,25 293,12 350,42 393,75 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 396,44 508,97 605,21 669,75 a. Listrik 440,10 571,58 666,48 726,51 b. Gas c. Air Bersih 305,85 379,06 478,07 551,97 5. KONSTRUKSI 342,29 501,15 643,08 779,52 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 322,13 424,35 502,64 554,88 a. Perdagangan Besar & Eceran 323,70 426,51 499,45 547,42 b. Hotel 368,07 502,85 665,80 780,93 c. Restoran 289,94 376,34 505,88 600,44 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 398,61 500,50 645,35 742,88 a. Pengangkutan 311,91 398,00 507,96 580,39 1) Angkutan Rel ) Angkutan Jalan Raya 316,41 394,09 528,91 601,13 3) Angkutan Laut 308,66 401,55 481,71 545,58 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 175,44 221,93 242,37 263,93 5) Angkutan Udara 389,30 539,96 698,34 844,66 6) Jasa Penunjang Angkutan 318,63 401,31 501,48 584,73 b. Komunikasi 684,61 838, , ,88 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 324,04 512,02 619,46 739,35 a. Bank 441,41 837, , ,24 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 278,67 349,86 449,80 511,90 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat 263,41 352,20 411,19 467,25 e. Jasa Perusahaan 247,58 303,46 367,59 408,49 9. JASA-JASA 248,07 339,49 404,23 485,19 a. Pemerintahan Umum 242,31 334,39 399,95 484,51 b. Swasta 289,50 376,16 435,03 490,04 1) Sosial Kemasyarakatan 242,58 314,58 358,82 407,70 2) Hiburan & Rekreasi 423,22 560,19 662,21 746,27 3) Perorangan & Rumahtangga 234,69 290,16 329,47 358,25 PDRB 261,96 353,12 434,96 569,22 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

79 Lampiran 1.4. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (persen), LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN 133,94 143,18 148,66 157,87 a. Tanaman Bahan Makanan 131,18 148,68 158,71 171,43 b. Tanaman Perkebunan 149,62 158,40 167,39 176,93 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 176,45 189,09 205,06 220,13 d. Kehutanan 114,24 120,59 120,38 123,90 e. Perikanan 144,76 152,46 158,99 171,09 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 107,61 108,99 108,81 107,90 a. Minyak dan Gas Bumi 105,43 106,24 105,41 103,73 b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 195,50 219,32 245,37 275,31 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 176,74 190,19 218,26 544,62 a. Industri Migas 212,64 235,14 282, ,61 1) Pengilangan Minyak Bumi 212,64 235,14 263,33 271,20 2) Gas Alam Cair - - ~ ~ b. Industri Tanpa Migas **) 158,56 167,42 185,54 190,67 1) Industri Besar dan Sedang 158,31 167,58 186,59 191,03 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 160,76 166,10 176,57 187,63 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 184,70 200,01 218,08 234,00 a. Listrik 184,31 200,54 215,48 229,62 b. Gas c. Air Bersih 185,51 198,93 223,49 243,09 5. KONSTRUKSI 190,83 222,03 250,81 275,31 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 181,10 197,41 210,22 218,60 a. Perdagangan Besar & Eceran 180,50 196,83 207,45 213,84 b. Hotel 202,31 226,13 266,34 297,43 c. Restoran 184,03 198,21 233,81 263,46 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 227,61 245,17 285,28 316,47 a. Pengangkutan 196,78 209,62 237,11 258,15 1) Angkutan Rel ) Angkutan Jalan Raya 180,36 190,71 221,18 239,75 3) Angkutan Laut 210,05 224,25 245,59 266,58 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 131,22 138,89 142,23 148,92 5) Angkutan Udara 282,86 311,03 362,20 411,81 6) Jasa Penunjang Angkutan 213,11 226,77 258,14 281,03 b. Komunikasi 329,30 362,46 444,19 508,87 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 178,50 226,96 229,95 255,28 a. Bank 210,00 322,64 306,44 352,25 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 172,07 184,49 199,82 215,97 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat 159,91 177,00 188,86 203,58 e. Jasa Perusahaan 166,94 180,74 195,27 210,32 9. JASA-JASA 186,20 205,99 221,08 237,31 a. Pemerintahan Umum 187,39 208,01 223,13 239,34 b. Swasta 177,62 191,44 206,33 222,70 1) Sosial Kemasyarakatan 162,51 174,08 186,32 199,81 2) Hiburan & Rekreasi 222,83 244,68 268,39 294,16 3) Perorangan & Rumahtangga 156,42 164,95 174,66 185,68 PDRB 149,95 161,70 173,05 219,47 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

80 Lampiran 1.5. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (persen), LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN 26,65 24,83 24,40 20,71 a. Tanaman Bahan Makanan 3,98 3,97 4,06 3,52 b. Tanaman Perkebunan 2,80 2,64 2,54 2,18 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,51 1,42 1,38 1,16 d. Kehutanan 7,74 7,46 7,26 6,05 e. Perikanan 10,62 9,34 9,15 7,80 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 15,96 14,80 13,18 10,22 a. Minyak dan Gas Bumi 15,21 13,97 12,28 9,40 b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 0,75 0,83 0,90 0,83 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 20,11 22,64 24,71 35,45 a. Industri Migas 12,93 16,05 17,83 29,80 1) Pengilangan Minyak Bumi 12,93 16,05 17,38 14,14 2) Gas Alam Cair - - 0,44 15,66 b. Industri Tanpa Migas **) 7,17 6,59 6,89 5,65 1) Industri Besar dan Sedang 6,46 5,92 6,24 5,09 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 0,71 0,67 0,65 0,56 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,56 0,53 0,51 0,43 a. Listrik 0,42 0,40 0,38 0,32 b. Gas c. Air Bersih 0,14 0,13 0,13 0,12 5. KONSTRUKSI 8,62 9,36 9,75 9,03 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 10,57 10,33 9,94 8,38 a. Perdagangan Besar & Eceran 9,73 9,51 9,04 7,57 b. Hotel 0,20 0,20 0,22 0,19 c. Restoran 0,65 0,62 0,68 0,62 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 7,44 6,93 7,25 6,38 a. Pengangkutan 4,47 4,23 4,38 3,82 1) Angkutan Rel ) Angkutan Jalan Raya 2,18 2,01 2,19 1,90 3) Angkutan Laut 1,47 1,42 1,39 1,20 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 0,11 0,11 0,10 0,08 5) Angkutan Udara 0,33 0,34 0,36 0,33 6) Jasa Penunjang Angkutan 0,37 0,34 0,35 0,31 b. Komunikasi 2,97 2,70 2,87 2,55 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 2,07 2,43 2,38 2,18 a. Bank 0,95 1,33 1,33 1,26 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,20 0,19 0,20 0,17 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat 0,83 0,83 0,78 0,68 e. Jasa Perusahaan 0,09 0,08 0,08 0,07 9. JASA-JASA 8,03 8,15 7,88 7,23 a. Pemerintahan Umum 6,89 7,05 6,84 6,34 b. Swasta 1,14 1,10 1,03 0,89 1) Sosial Kemasyarakatan 0,55 0,53 0,49 0,42 2) Hiburan & Rekreasi 0,45 0,44 0,42 0,36 3) Perorangan & Rumahtangga 0,15 0,14 0,13 0,10 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

81 Lampiran 1.6. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (persen), LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN 28,80 28,55 27,70 23,19 a. Tanaman Bahan Makanan 4,82 5,07 5,06 4,31 b. Tanaman Perkebunan 2,87 2,82 2,78 2,32 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,65 1,64 1,66 1,40 d. Kehutanan 8,29 8,12 7,57 6,14 e. Perikanan 11,17 10,91 10,63 9,02 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 18,32 17,20 16,05 12,55 a. Minyak dan Gas Bumi 17,51 16,36 15,17 11,77 b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 0,81 0,84 0,88 0,78 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 13,71 13,68 14,67 28,87 a. Industri Migas 5,55 5,69 6,39 22,16 1) Pengilangan Minyak Bumi 5,55 5,69 5,95 4,83 2) Gas Alam Cair - - 0,44 17,33 b. Industri Tanpa Migas **) 8,17 8,00 8,28 6,71 1) Industri Besar dan Sedang 7,30 7,17 7,46 6,02 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 0,87 0,83 0,82 0,69 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,45 0,46 0,46 0,39 a. Listrik 0,31 0,31 0,31 0,26 b. Gas c. Air Bersih 0,15 0,15 0,15 0,13 5. KONSTRUKSI 8,39 9,05 9,56 8,27 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 10,38 10,50 10,45 8,56 a. Perdagangan Besar & Eceran 9,47 9,58 9,44 7,67 b. Hotel 0,19 0,20 0,22 0,19 c. Restoran 0,72 0,72 0,79 0,70 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 7,42 7,41 8,06 7,05 a. Pengangkutan 4,92 4,86 5,14 4,41 1) Angkutan Rel ) Angkutan Jalan Raya 2,17 2,12 2,30 1,97 3) Angkutan Laut 1,75 1,74 1,78 1,52 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 0,15 0,15 0,14 0,12 5) Angkutan Udara 0,42 0,43 0,47 0,42 6) Jasa Penunjang Angkutan 0,43 0,42 0,45 0,39 b. Komunikasi 2,50 2,55 2,92 2,64 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 1,99 2,35 2,23 1,95 a. Bank 0,79 1,12 1,00 0,90 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,22 0,22 0,22 0,19 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat 0,88 0,91 0,90 0,77 e. Jasa Perusahaan 0,10 0,10 0,11 0,09 9. JASA-JASA 10,53 10,80 10,83 9,17 a. Pemerintahan Umum 9,30 9,58 9,60 8,12 b. Swasta 1,22 1,22 1,23 1,05 1) Sosial Kemasyarakatan 0,64 0,64 0,64 0,54 2) Hiburan & Rekreasi 0,41 0,42 0,43 0,37 3) Perorangan & Rumahtangga 0,17 0,17 0,17 0,14 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

82 Lampiran 1.7. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (persen), LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN 13,74 25,63 21,02 11,06 a. Tanaman Bahan Makanan 10,73 34,66 25,76 13,48 b. Tanaman Perkebunan 13,25 27,27 18,61 12,44 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 19,32 26,25 20,25 9,86 d. Kehutanan 13,34 29,99 19,86 8,93 e. Perikanan 14,56 18,54 20,74 11,47 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 6,58 24,97 9,67 1,52 a. Minyak dan Gas Bumi 6,16 23,82 8,27 0,14 b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 15,89 48,22 33,26 20,43 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 19,66 51,78 34,45 87,72 a. Industri Migas 22,72 67,35 36,77 118,78 1) Pengilangan Minyak Bumi 22,72 67,35 33,38 6,42 2) Gas Alam Cair - - ~ 4.538,94 b. Industri Tanpa Migas **) 14,53 23,73 28,79 7,29 1) Industri Besar dan Sedang 14,74 23,40 29,84 6,76 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 12,63 26,75 19,55 12,37 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 20,21 28,39 18,91 10,66 a. Listrik 20,48 29,88 16,60 9,01 b. Gas c. Air Bersih 19,40 23,94 26,12 15,46 5. KONSTRUKSI 24,82 46,41 28,32 21,22 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 18,41 31,73 18,45 10,39 a. Perdagangan Besar & Eceran 18,13 31,76 17,10 9,60 b. Hotel 20,04 36,62 32,41 17,29 c. Restoran 22,10 29,80 34,42 18,69 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 19,34 25,56 28,94 15,11 a. Pengangkutan 16,55 27,60 27,63 14,26 1) Angkutan Rel ) Angkutan Jalan Raya 14,99 24,55 34,21 13,65 3) Angkutan Laut 16,78 30,10 19,96 13,26 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 8,61 26,50 9,21 8,89 5) Angkutan Udara 26,05 38,70 29,33 20,95 6) Jasa Penunjang Angkutan 19,88 25,95 24,96 16,60 b. Komunikasi 23,79 22,50 31,00 16,41 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 41,81 58,01 20,98 19,36 a. Bank 87,09 89,64 22,52 24,05 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 18,21 25,55 28,56 13,81 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat 17,61 33,71 16,75 13,64 e. Jasa Perusahaan 18,52 22,57 21,13 11,12 9. JASA-JASA 13,25 36,85 19,07 20,03 a. Pemerintahan Umum 12,58 38,00 19,61 21,14 b. Swasta 17,46 29,94 15,65 12,65 1) Sosial Kemasyarakatan 13,59 29,68 14,06 13,62 2) Hiburan & Rekreasi 23,33 32,36 18,21 12,69 3) Perorangan & Rumahtangga 15,52 23,64 13,55 8,73 PDRB 15,89 34,80 23,18 30,87 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

83 Lampiran 1.8. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (persen), LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN 5,22 6,89 3,83 6,20 a. Tanaman Bahan Makanan 5,74 13,34 6,75 8,01 b. Tanaman Perkebunan 5,31 5,87 5,67 5,70 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 7,84 7,16 8,45 7,35 d. Kehutanan 2,55 5,56-0,17 2,92 e. Perikanan 6,65 5,32 4,28 7,61 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,51 1,27-0,16-0,84 a. Minyak dan Gas Bumi 0,04 0,77-0,78-1,59 b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 11,94 12,19 11,88 12,20 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 8,22 7,61 14,76 149,52 a. Industri Migas 7,51 10,58 20,31 339,61 1) Pengilangan Minyak Bumi 7,51 10,58 11,99 2,99 2) Gas Alam Cair - - ~ 4.871,22 b. Industri Tanpa Migas **) 8,70 5,59 10,82 2,77 1) Industri Besar dan Sedang 8,87 5,86 11,34 2,38 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 7,28 3,32 6,31 6,26 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 9,29 8,29 9,03 7,30 a. Listrik 8,48 8,81 7,45 6,57 b. Gas c. Air Bersih 11,00 7,23 12,34 8,77 5. KONSTRUKSI 12,97 16,35 12,96 9,77 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 9,69 9,01 6,49 3,99 a. Perdagangan Besar & Eceran 9,39 9,05 5,40 3,08 b. Hotel 8,89 11,77 17,78 11,67 c. Restoran 14,02 7,70 17,96 12,68 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 10,89 7,72 16,36 10,93 a. Pengangkutan 9,19 6,52 13,12 8,87 1) Angkutan Rel ) Angkutan Jalan Raya 6,29 5,74 15,98 8,39 3) Angkutan Laut 11,58 6,76 9,52 8,54 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 4,10 5,85 2,40 4,70 5) Angkutan Udara 14,69 9,96 16,45 13,70 6) Jasa Penunjang Angkutan 11,46 6,41 13,83 8,87 b. Komunikasi 14,41 10,07 22,55 14,56 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 24,91 27,14 1,32 11,02 a. Bank 62,58 53,64-5,02 14,95 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 7,89 7,22 8,31 8,08 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat 8,73 10,68 6,71 7,79 e. Jasa Perusahaan 7,81 8,27 8,04 7,71 9. JASA-JASA 9,19 10,63 7,33 7,34 a. Pemerintahan Umum 9,23 11,01 7,27 7,26 b. Swasta 8,91 7,78 7,78 7,93 1) Sosial Kemasyarakatan 8,34 7,12 7,03 7,24 2) Hiburan & Rekreasi 10,74 9,81 9,69 9,60 3) Perorangan & Rumahtangga 6,81 5,45 5,89 6,31 PDRB 6,95 7,84 7,02 26,82 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

84 Lampiran 1.9. Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (persen), LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN 113,74 125,63 121,02 111,06 a. Tanaman Bahan Makanan 110,73 134,66 125,76 113,48 b. Tanaman Perkebunan 113,25 127,27 118,61 112,44 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 119,32 126,25 120,25 109,86 d. Kehutanan 113,34 129,99 119,86 108,93 e. Perikanan 114,56 118,54 120,74 111,47 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 106,58 124,97 109,67 101,52 a. Minyak dan Gas Bumi 106,16 123,82 108,27 100,14 b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 115,89 148,22 133,26 120,43 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 119,66 151,78 134,45 187,72 a. Industri Migas 122,72 167,35 136,77 218,78 1) Pengilangan Minyak Bumi 122,72 167,35 133,38 106,42 2) Gas Alam Cair ,94 b. Industri Tanpa Migas **) 114,53 123,73 128,79 107,29 1) Industri Besar dan Sedang 114,74 123,40 129,84 106,76 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 112,63 126,75 119,55 112,37 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 120,21 128,39 118,91 110,66 a. Listrik 120,48 129,88 116,60 109,01 b. Gas c. Air Bersih 119,40 123,94 126,12 115,46 5. KONSTRUKSI 124,82 146,41 128,32 121,22 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 118,41 131,73 118,45 110,39 a. Perdagangan Besar & Eceran 118,13 131,76 117,10 109,60 b. Hotel 120,04 136,62 132,41 117,29 c. Restoran 122,10 129,80 134,42 118,69 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 119,34 125,56 128,94 115,11 a. Pengangkutan 116,55 127,60 127,63 114,26 1) Angkutan Rel ) Angkutan Jalan Raya 114,99 124,55 134,21 113,65 3) Angkutan Laut 116,78 130,10 119,96 113,26 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 108,61 126,50 109,21 108,89 5) Angkutan Udara 126,05 138,70 129,33 120,95 6) Jasa Penunjang Angkutan 119,88 125,95 124,96 116,60 b. Komunikasi 123,79 122,50 131,00 116,41 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 141,81 158,01 120,98 119,36 a. Bank 187,09 189,64 122,52 124,05 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 118,21 125,55 128,56 113,81 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat 117,61 133,71 116,75 113,64 e. Jasa Perusahaan 118,52 122,57 121,13 111,12 9. JASA-JASA 113,25 136,85 119,07 120,03 a. Pemerintahan Umum 112,58 138,00 119,61 121,14 b. Swasta 117,46 129,94 115,65 112,65 1) Sosial Kemasyarakatan 113,59 129,68 114,06 113,62 2) Hiburan & Rekreasi 123,33 132,36 118,21 112,69 3) Perorangan & Rumahtangga 115,52 123,64 113,55 108,73 PDRB 115,89 134,80 123,18 130,87 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

85 Lampiran Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (persen), LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN 105,22 106,89 103,83 106,20 a. Tanaman Bahan Makanan 105,74 113,34 106,75 108,01 b. Tanaman Perkebunan 105,31 105,87 105,67 105,70 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 107,84 107,16 108,45 107,35 d. Kehutanan 102,55 105,56 99,83 102,92 e. Perikanan 106,65 105,32 104,28 107,61 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 100,51 101,27 99,84 99,16 a. Minyak dan Gas Bumi 100,04 100,77 99,22 98,41 b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 111,94 112,19 111,88 112,20 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 108,22 107,61 114,76 249,52 a. Industri Migas 107,51 110,58 120,31 439,61 1) Pengilangan Minyak Bumi 107,51 110,58 111,99 102,99 2) Gas Alam Cair ,22 b. Industri Tanpa Migas **) 108,70 105,59 110,82 102,77 1) Industri Besar dan Sedang 108,87 105,86 111,34 102,38 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 107,28 103,32 106,31 106,26 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 109,29 108,29 109,03 107,30 a. Listrik 108,48 108,81 107,45 106,57 b. Gas c. Air Bersih 111,00 107,23 112,34 108,77 5. KONSTRUKSI 112,97 116,35 112,96 109,77 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 109,69 109,01 106,49 103,99 a. Perdagangan Besar & Eceran 109,39 109,05 105,40 103,08 b. Hotel 108,89 111,77 117,78 111,67 c. Restoran 114,02 107,70 117,96 112,68 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 110,89 107,72 116,36 110,93 a. Pengangkutan 109,19 106,52 113,12 108,87 1) Angkutan Rel ) Angkutan Jalan Raya 106,29 105,74 115,98 108,39 3) Angkutan Laut 111,58 106,76 109,52 108,54 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 104,10 105,85 102,40 104,70 5) Angkutan Udara 114,69 109,96 116,45 113,70 6) Jasa Penunjang Angkutan 111,46 106,41 113,83 108,87 b. Komunikasi 114,41 110,07 122,55 114,56 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 124,91 127,14 101,32 111,02 a. Bank 162,58 153,64 94,98 114,95 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 107,89 107,22 108,31 108,08 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat 108,73 110,68 106,71 107,79 e. Jasa Perusahaan 107,81 108,27 108,04 107,71 9. JASA-JASA 109,19 110,63 107,33 107,34 a. Pemerintahan Umum 109,23 111,01 107,27 107,26 b. Swasta 108,91 107,78 107,78 107,93 1) Sosial Kemasyarakatan 108,34 107,12 107,03 107,24 2) Hiburan & Rekreasi 110,74 109,81 109,69 109,60 3) Perorangan & Rumahtangga 106,81 105,45 105,89 106,31 PDRB 106,95 107,84 107,02 126,82 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

86 Lampiran Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha (persen), LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN 161,64 189,96 221,42 231,56 a. Tanaman Bahan Makanan 144,01 171,10 201,58 211,78 b. Tanaman Perkebunan 170,33 204,76 229,82 244,49 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 160,56 189,16 209,74 214,64 d. Kehutanan 163,12 200,87 241,18 255,28 e. Perikanan 166,08 186,92 216,42 224,18 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 152,24 187,86 206,35 211,25 a. Minyak dan Gas Bumi 151,75 186,46 203,46 207,04 b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 162,82 215,12 256,22 275,02 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 256,18 361,35 423,35 318,48 a. Industri Migas 407,41 616,55 700,92 348,83 1) Pengilangan Minyak Bumi 407,41 616,55 734,32 758,80 2) Gas Alam Cair ,29 234,50 b. Industri Tanpa Migas **) 153,49 179,87 209,04 218,23 1) Industri Besar dan Sedang 154,64 180,26 210,21 219,19 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 143,85 176,47 198,46 209,86 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 214,64 254,47 277,52 286,22 a. Listrik 238,79 285,03 309,31 316,40 b. Gas c. Air Bersih 164,86 190,55 213,92 227,06 5. KONSTRUKSI 179,37 225,72 256,40 283,14 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 177,88 214,96 239,10 253,84 a. Perdagangan Besar & Eceran 179,34 216,69 240,76 256,00 b. Hotel 181,93 222,37 249,98 262,56 c. Restoran 157,56 189,87 216,36 227,90 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 175,13 204,14 226,21 234,74 a. Pengangkutan 158,51 189,87 214,23 224,83 1) Angkutan Rel ) Angkutan Jalan Raya 175,43 206,65 239,13 250,73 3) Angkutan Laut 146,94 179,06 196,14 204,66 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 133,70 159,79 170,41 177,23 5) Angkutan Udara 137,63 173,61 192,81 205,11 6) Jasa Penunjang Angkutan 149,51 176,97 194,27 208,07 b. Komunikasi 207,90 231,37 247,32 251,32 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 181,53 225,60 269,39 289,62 a. Bank 210,20 259,45 334,68 361,17 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 161,95 189,63 225,10 237,02 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat 164,72 198,99 217,72 229,52 e. Jasa Perusahaan 148,30 167,90 188,25 194,22 9. JASA-JASA 133,23 164,81 182,84 204,45 a. Pemerintahan Umum 129,31 160,76 179,25 202,43 b. Swasta 162,99 196,49 210,84 220,04 1) Sosial Kemasyarakatan 149,28 180,71 192,59 204,04 2) Hiburan & Rekreasi 189,93 228,95 246,73 253,69 3) Perorangan & Rumahtangga 150,04 175,91 188,63 192,94 PDRB 174,70 218,38 251,35 259,36 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

87 Lampiran Angka Agregat PDRB, PDRB Per Kapita dan Penduduk Pertengahan Tahun, (1) (2) (3) (4) (5) 1. NILAI ABSOLUT PDRB Atas Dasar Harga Berlaku , , , ,81 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan , , , ,99 (Jutaan Rupiah) Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku , , , ,91 (Rupiah) PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan , , , ,90 (Rupiah) 2. INDEKS PERKEMBANGAN (2000=100) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 261,96 353,12 434,96 569,22 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Konstan ,95 161,70 173,05 219,47 (Persen) Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 129,25 134,00 138,91 143,56 (Persen) PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku 202,68 263,53 313,13 396,50 (Persen) PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan ,01 120,67 124,58 152,87 (Persen) 2. LAJU PERTUMBUHAN PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 15,89 34,80 23,18 30,87 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Konstan ,95 7,84 7,02 26,82 (Persen) Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 3,71 3,71 3,71 3,71 (Persen) PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku 11,78 30,02 18,82 26,63 (Persen) PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan ,15 4,02 3,23 22,72 (Persen) Catatan: LAPANGAN USAHA * 2010** INDEKS IMPLISIT 174,70 218,38 251,35 259,36 * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

88

89 Lampiran 2 PDRB Tanpa Migas

90 Lampiran 2.1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), Tanpa Migas LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN , , , ,36 a. Tanaman Bahan Makanan , , , ,94 b. Tanaman Perkebunan , , , ,71 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya , , , ,20 d. Kehutanan , , , ,30 e. Perikanan , , , ,20 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN , , , ,00 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian , , , ,00 3. INDUSTRI PENGOLAHAN , , , ,30 a. Industri Migas ) Pengilangan Minyak Bumi ) Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) , , , ,30 1) Industri Besar dan Sedang , , , ,89 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga , , , ,41 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH , , , ,00 a. Listrik , , , ,82 b. Gas 00,00 00,00 00,00 00,00 c. Air Bersih , , , ,18 5. KONSTRUKSI , , , ,84 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN , , , ,87 a. Perdagangan Besar & Eceran , , , ,35 b. Hotel , , , ,26 c. Restoran , , , ,26 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI , , , ,75 a. Pengangkutan , , , ,58 1) Angkutan Rel 00,00 00,00 00,00 00,00 2) Angkutan Jalan Raya , , , ,66 3) Angkutan Laut , , , ,40 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan , , , ,58 5) Angkutan Udara , , , ,91 6) Jasa Penunjang Angkutan , , , ,03 b. Komunikasi , , , ,17 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN , , , ,11 a. Bank , , , ,18 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank , , , ,63 c. Jasa Penunjang Keuangan 00,00 00,00 00,00 00,00 d. Real Estat , , , ,51 e. Jasa Perusahaan 9 118, , , ,78 9. JASA-JASA , , , ,51 a. Pemerintahan Umum , , , ,21 b. Swasta , , , ,30 1) Sosial Kemasyarakatan , , , ,59 2) Hiburan & Rekreasi , , , ,99 3) Perorangan & Rumahtangga , , , ,72 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO , , , ,73 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

91 Lampiran 2.2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), Tanpa Migas LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN , , , ,40 a. Tanaman Bahan Makanan , , , ,45 b. Tanaman Perkebunan , , , ,27 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya , , , ,70 d. Kehutanan , , , ,72 e. Perikanan , , , ,26 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN , , , ,86 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian , , , ,86 3. INDUSTRI PENGOLAHAN , , , ,11 a. Industri Migas ) Pengilangan Minyak Bumi ) Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) , , , ,11 1) Industri Besar dan Sedang , , , ,26 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga , , , ,85 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH , , , ,13 a. Listrik , , , ,73 b. Gas 00,00 00,00 00,00 00,00 c. Air Bersih 8 787, , , ,39 5. KONSTRUKSI , , , ,24 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN , , , ,85 a. Perdagangan Besar & Eceran , , , ,33 b. Hotel , , , ,57 c. Restoran , , , ,95 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI , , , ,04 a. Pengangkutan , , , ,12 1) Angkutan Rel 00,00 00,00 00,00 00,00 2) Angkutan Jalan Raya , , , ,68 3) Angkutan Laut , , , ,36 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 8 900, , , ,24 5) Angkutan Udara , , , ,12 6) Jasa Penunjang Angkutan , , , ,72 b. Komunikasi , , , ,93 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN , , , ,34 a. Bank , , , ,11 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank , , , ,88 c. Jasa Penunjang Keuangan 00,00 00,00 00,00 00,00 d. Real Estat , , , ,14 e. Jasa Perusahaan 6 148, , , ,21 9. JASA-JASA , , , ,38 a. Pemerintahan Umum , , , ,51 b. Swasta , , , ,87 1) Sosial Kemasyarakatan , , , ,23 2) Hiburan & Rekreasi , , , ,44 3) Perorangan & Rumahtangga , , , ,20 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO , , , ,35 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

92 Lampiran 2.3. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (persen), Tanpa Migas LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN 216,50 271,98 329,16 365,57 a. Tanaman Bahan Makanan 188,91 254,38 319,92 363,05 b. Tanaman Perkebunan 254,84 324,35 384,70 432,57 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 283,31 357,67 430,09 472,49 d. Kehutanan 186,35 242,24 290,34 316,28 e. Perikanan 240,40 284,96 344,07 383,54 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 318,30 471,80 628,70 757,17 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 318,30 471,80 628,70 757,17 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 243,38 301,14 387,85 416,11 a. Industri Migas ) Pengilangan Minyak Bumi ) Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 243,38 301,14 387,85 416,11 1) Industri Besar dan Sedang 244,80 302,08 392,21 418,72 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 231,25 293,12 350,42 393,75 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 396,44 508,97 605,21 669,75 a. Listrik 440,10 571,58 666,48 726,51 b. Gas c. Air Bersih 305,85 379,06 478,07 551,97 5. KONSTRUKSI 342,29 501,15 643,08 779,52 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 322,13 424,35 502,64 554,88 a. Perdagangan Besar & Eceran 323,70 426,51 499,45 547,42 b. Hotel 368,07 502,85 665,80 780,93 c. Restoran 289,94 376,34 505,88 600,44 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 398,61 500,50 645,35 742,88 a. Pengangkutan 311,91 398,00 507,96 580,39 1) Angkutan Rel ) Angkutan Jalan Raya 316,41 394,09 528,91 601,13 3) Angkutan Laut 308,66 401,55 481,71 545,58 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 175,44 221,93 242,37 263,93 5) Angkutan Udara 389,30 539,96 698,34 844,66 6) Jasa Penunjang Angkutan 318,63 401,31 501,48 584,73 b. Komunikasi 684,61 838, , ,88 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 324,04 512,02 619,46 739,35 a. Bank 441,41 837, , ,24 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 278,67 349,86 449,80 511,90 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat 263,41 352,20 411,19 467,25 e. Jasa Perusahaan 247,58 303,46 367,59 408,49 9. JASA-JASA 248,07 339,49 404,23 485,19 a. Pemerintahan Umum 242,31 334,39 399,95 484,51 b. Swasta 289,50 376,16 435,03 490,04 1) Sosial Kemasyarakatan 242,58 314,58 358,82 407,70 2) Hiburan & Rekreasi 423,22 560,19 662,21 746,27 3) Perorangan & Rumahtangga 234,69 290,16 329,47 358,25 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 264,44 347,12 427,08 486,20 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

93 Lampiran 2.4. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (persen), Tanpa Migas LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN 133,94 143,18 148,66 157,87 a. Tanaman Bahan Makanan 131,18 148,68 158,71 171,43 b. Tanaman Perkebunan 149,62 158,40 167,39 176,93 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 176,45 189,09 205,06 220,13 d. Kehutanan 114,24 120,59 120,38 123,90 e. Perikanan 144,76 152,46 158,99 171,09 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 195,50 219,32 245,37 275,31 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 195,50 219,32 245,37 275,31 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 158,56 167,42 185,54 190,67 a. Industri Migas ) Pengilangan Minyak Bumi ) Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 158,56 167,42 185,54 190,67 1) Industri Besar dan Sedang 158,31 167,58 186,59 191,03 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 160,76 166,10 176,57 187,63 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 184,70 200,01 218,08 234,00 a. Listrik 184,31 200,54 215,48 229,62 b. Gas c. Air Bersih 185,51 198,93 223,49 243,09 5. KONSTRUKSI 190,83 222,03 250,81 275,31 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 181,10 197,41 210,22 218,60 a. Perdagangan Besar & Eceran 180,50 196,83 207,45 213,84 b. Hotel 202,31 226,13 266,34 297,43 c. Restoran 184,03 198,21 233,81 263,46 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 227,61 245,17 285,28 316,47 a. Pengangkutan 196,78 209,62 237,11 258,15 1) Angkutan Rel ) Angkutan Jalan Raya 180,36 190,71 221,18 239,75 3) Angkutan Laut 210,05 224,25 245,59 266,58 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 131,22 138,89 142,23 148,92 5) Angkutan Udara 282,86 311,03 362,20 411,81 6) Jasa Penunjang Angkutan 213,11 226,77 258,14 281,03 b. Komunikasi 329,30 362,46 444,19 508,87 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 178,50 226,96 229,95 255,28 a. Bank 210,00 322,64 306,44 352,25 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 172,07 184,49 199,82 215,97 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat 159,91 177,00 188,86 203,58 e. Jasa Perusahaan 166,94 180,74 195,27 210,32 9. JASA-JASA 186,20 205,99 221,08 237,31 a. Pemerintahan Umum 187,39 208,01 223,13 239,34 b. Swasta 177,62 191,44 206,33 222,70 1) Sosial Kemasyarakatan 162,51 174,08 186,32 199,81 2) Hiburan & Rekreasi 222,83 244,68 268,39 294,16 3) Perorangan & Rumahtangga 156,42 164,95 174,66 185,68 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 162,08 177,07 190,68 203,70 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

94 Lampiran 2.5. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (persen), Tanpa Migas LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN 37,08 35,49 34,91 34,05 a. Tanaman Bahan Makanan 5,53 5,68 5,80 5,79 b. Tanaman Perkebunan 3,89 3,77 3,64 3,59 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 2,11 2,03 1,98 1,91 d. Kehutanan 10,77 10,67 10,39 9,94 e. Perikanan 14,78 13,34 13,09 12,82 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1,05 1,18 1,28 1,36 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 1,05 1,18 1,28 1,36 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 9,98 9,41 9,85 9,28 a. Industri Migas ) Pengilangan Minyak Bumi ) Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 9,98 9,41 9,85 9,28 1) Industri Besar dan Sedang 8,99 8,45 8,92 8,37 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 0,99 0,96 0,93 0,92 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,78 0,76 0,73 0,71 a. Listrik 0,58 0,57 0,54 0,52 b. Gas c. Air Bersih 0,19 0,18 0,19 0,19 5. KONSTRUKSI 11,99 13,37 13,95 14,85 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 14,71 14,77 14,22 13,79 a. Perdagangan Besar & Eceran 13,53 13,59 12,93 12,45 b. Hotel 0,28 0,29 0,31 0,32 c. Restoran 0,90 0,89 0,98 1,02 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 10,35 9,90 10,38 10,49 a. Pengangkutan 6,22 6,04 6,27 6,29 1) Angkutan Rel ) Angkutan Jalan Raya 3,03 2,87 3,13 3,13 3) Angkutan Laut 2,05 2,03 1,98 1,97 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 0,16 0,15 0,14 0,13 5) Angkutan Udara 0,46 0,49 0,51 0,55 6) Jasa Penunjang Angkutan 0,51 0,49 0,50 0,51 b. Komunikasi 4,14 3,86 4,11 4,20 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 2,88 3,47 3,41 3,58 a. Bank 1,32 1,90 1,90 2,07 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,28 0,27 0,28 0,28 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 d. Real Estat 1,16 1,18 1,12 1,12 e. Jasa Perusahaan 0,12 0,11 0,11 0,11 9. JASA-JASA 11,17 11,65 11,27 11,88 a. Pemerintahan Umum 9,58 10,07 9,79 10,42 b. Swasta 1,59 1,57 1,48 1,46 1) Sosial Kemasyarakatan 0,76 0,75 0,70 0,70 2) Hiburan & Rekreasi 0,62 0,63 0,60 0,59 3) Perorangan & Rumahtangga 0,21 0,20 0,18 0,17 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100,00 100,00 100,00 100,00 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

95 Lampiran 2.6. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (persen), Tanpa Migas LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN 37,43 36,62 35,31 35,10 a. Tanaman Bahan Makanan 6,27 6,51 6,45 6,52 b. Tanaman Perkebunan 3,73 3,61 3,55 3,51 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 2,14 2,10 2,11 2,12 d. Kehutanan 10,78 10,41 9,65 9,30 e. Perikanan 14,52 13,99 13,55 13,65 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1,05 1,08 1,12 1,18 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 1,05 1,08 1,12 1,18 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 10,61 10,26 10,56 10,15 a. Industri Migas ) Pengilangan Minyak Bumi ) Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 10,61 10,26 10,56 10,15 1) Industri Besar dan Sedang 9,49 9,19 9,51 9,11 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 1,12 1,06 1,05 1,04 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,59 0,58 0,59 0,59 a. Listrik 0,40 0,40 0,39 0,39 b. Gas c. Air Bersih 0,19 0,19 0,20 0,20 5. KONSTRUKSI 10,91 11,62 12,18 12,52 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 13,50 13,47 13,32 12,96 a. Perdagangan Besar & Eceran 12,31 12,29 12,03 11,61 b. Hotel 0,25 0,25 0,28 0,29 c. Restoran 0,94 0,92 1,01 1,07 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 9,64 9,51 10,27 10,67 a. Pengangkutan 6,40 6,24 6,55 6,68 1) Angkutan Rel ) Angkutan Jalan Raya 2,82 2,73 2,94 2,98 3) Angkutan Laut 2,28 2,23 2,26 2,30 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 0,19 0,19 0,18 0,18 5) Angkutan Udara 0,55 0,55 0,60 0,64 6) Jasa Penunjang Angkutan 0,56 0,54 0,58 0,59 b. Komunikasi 3,25 3,27 3,72 3,99 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 2,59 3,02 2,84 2,95 a. Bank 1,02 1,44 1,27 1,37 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,28 0,28 0,28 0,28 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat 1,15 1,16 1,15 1,16 e. Jasa Perusahaan 0,13 0,13 0,13 0,13 9. JASA-JASA 13,68 13,85 13,81 13,87 a. Pemerintahan Umum 12,09 12,28 12,24 12,29 b. Swasta 1,59 1,57 1,57 1,59 1) Sosial Kemasyarakatan 0,83 0,82 0,81 0,81 2) Hiburan & Rekreasi 0,53 0,54 0,55 0,56 3) Perorangan & Rumahtangga 0,23 0,22 0,21 0,21 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100,00 100,00 100,00 100,00 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

96 Lampiran 2.7. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (persen), Tanpa Migas LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN 13,74 25,63 21,02 11,06 a. Tanaman Bahan Makanan 10,73 34,66 25,76 13,48 b. Tanaman Perkebunan 13,25 27,27 18,61 12,44 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 19,32 26,25 20,25 9,86 d. Kehutanan 13,34 29,99 19,86 8,93 e. Perikanan 14,56 18,54 20,74 11,47 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 15,89 48,22 33,26 20,43 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 15,89 48,22 33,26 20,43 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 14,53 23,73 28,79 7,29 a. Industri Migas ) Pengilangan Minyak Bumi ) Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 14,53 23,73 28,79 7,29 1) Industri Besar dan Sedang 14,74 23,40 29,84 6,76 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 12,63 26,75 19,55 12,37 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 20,21 28,39 18,91 10,66 a. Listrik 20,48 29,88 16,60 9,01 b. Gas c. Air Bersih 19,40 23,94 26,12 15,46 5. KONSTRUKSI 24,82 46,41 28,32 21,22 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 18,41 31,73 18,45 10,39 a. Perdagangan Besar & Eceran 18,13 31,76 17,10 9,60 b. Hotel 20,04 36,62 32,41 17,29 c. Restoran 22,10 29,80 34,42 18,69 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 19,34 25,56 28,94 15,11 a. Pengangkutan 16,55 27,60 27,63 14,26 1) Angkutan Rel ) Angkutan Jalan Raya 14,99 24,55 34,21 13,65 3) Angkutan Laut 16,78 30,10 19,96 13,26 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 8,61 26,50 9,21 8,89 5) Angkutan Udara 26,05 38,70 29,33 20,95 6) Jasa Penunjang Angkutan 19,88 25,95 24,96 16,60 b. Komunikasi 23,79 22,50 31,00 16,41 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 41,81 58,01 20,98 19,36 a. Bank 87,09 89,64 22,52 24,05 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 18,21 25,55 28,56 13,81 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat 17,61 33,71 16,75 13,64 e. Jasa Perusahaan 18,52 22,57 21,13 11,12 9. JASA-JASA 13,25 36,85 19,07 20,03 a. Pemerintahan Umum 12,58 38,00 19,61 21,14 b. Swasta 17,46 29,94 15,65 12,65 1) Sosial Kemasyarakatan 13,59 29,68 14,06 13,62 2) Hiburan & Rekreasi 23,33 32,36 18,21 12,69 3) Perorangan & Rumahtangga 15,52 23,64 13,55 8,73 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 16,99 31,27 23,03 13,84 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

97 Lampiran 2.8. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (persen), Tanpa Migas LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN 5,22 6,89 3,83 6,20 a. Tanaman Bahan Makanan 5,74 13,34 6,75 8,01 b. Tanaman Perkebunan 5,31 5,87 5,67 5,70 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 7,84 7,16 8,45 7,35 d. Kehutanan 2,55 5,56-0,17 2,92 e. Perikanan 6,65 5,32 4,28 7,61 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 11,94 12,19 11,88 12,20 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 11,94 12,19 11,88 12,20 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 8,70 5,59 10,82 2,77 a. Industri Migas ) Pengilangan Minyak Bumi ) Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 8,70 5,59 10,82 2,77 1) Industri Besar dan Sedang 8,87 5,86 11,34 2,38 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 7,28 3,32 6,31 6,26 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 9,29 8,29 9,03 7,30 a. Listrik 8,48 8,81 7,45 6,57 b. Gas c. Air Bersih 11,00 7,23 12,34 8,77 5. KONSTRUKSI 12,97 16,35 12,96 9,77 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 9,69 9,01 6,49 3,99 a. Perdagangan Besar & Eceran 9,39 9,05 5,40 3,08 b. Hotel 8,89 11,77 17,78 11,67 c. Restoran 14,02 7,70 17,96 12,68 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 10,89 7,72 16,36 10,93 a. Pengangkutan 9,19 6,52 13,12 8,87 1) Angkutan Rel ) Angkutan Jalan Raya 6,29 5,74 15,98 8,39 3) Angkutan Laut 11,58 6,76 9,52 8,54 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 4,10 5,85 2,40 4,70 5) Angkutan Udara 14,69 9,96 16,45 13,70 6) Jasa Penunjang Angkutan 11,46 6,41 13,83 8,87 b. Komunikasi 14,41 10,07 22,55 14,56 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 24,91 27,14 1,32 11,02 a. Bank 62,58 53,64-5,02 14,95 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 7,89 7,22 8,31 8,08 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat 8,73 10,68 6,71 7,79 e. Jasa Perusahaan 7,81 8,27 8,04 7,71 9. JASA-JASA 9,19 10,63 7,33 7,34 a. Pemerintahan Umum 9,23 11,01 7,27 7,26 b. Swasta 8,91 7,78 7,78 7,93 1) Sosial Kemasyarakatan 8,34 7,12 7,03 7,24 2) Hiburan & Rekreasi 10,74 9,81 9,69 9,60 3) Perorangan & Rumahtangga 6,81 5,45 5,89 6,31 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 8,61 9,25 7,68 6,83 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

98 Lampiran 2.9. Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (persen), Tanpa Migas LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN 113,74 125,63 121,02 111,06 a. Tanaman Bahan Makanan 110,73 134,66 125,76 113,48 b. Tanaman Perkebunan 113,25 127,27 118,61 112,44 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 119,32 126,25 120,25 109,86 d. Kehutanan 113,34 129,99 119,86 108,93 e. Perikanan 114,56 118,54 120,74 111,47 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 115,89 148,22 133,26 120,43 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 115,89 148,22 133,26 120,43 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 114,53 123,73 128,79 107,29 a. Industri Migas ) Pengilangan Minyak Bumi ) Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 114,53 123,73 128,79 107,29 1) Industri Besar dan Sedang 114,74 123,40 129,84 106,76 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 112,63 126,75 119,55 112,37 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 120,21 128,39 118,91 110,66 a. Listrik 120,48 129,88 116,60 109,01 b. Gas c. Air Bersih 119,40 123,94 126,12 115,46 5. KONSTRUKSI 124,82 146,41 128,32 121,22 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 118,41 131,73 118,45 110,39 a. Perdagangan Besar & Eceran 118,13 131,76 117,10 109,60 b. Hotel 120,04 136,62 132,41 117,29 c. Restoran 122,10 129,80 134,42 118,69 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 119,34 125,56 128,94 115,11 a. Pengangkutan 116,55 127,60 127,63 114,26 1) Angkutan Rel ) Angkutan Jalan Raya 114,99 124,55 134,21 113,65 3) Angkutan Laut 116,78 130,10 119,96 113,26 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 108,61 126,50 109,21 108,89 5) Angkutan Udara 126,05 138,70 129,33 120,95 6) Jasa Penunjang Angkutan 119,88 125,95 124,96 116,60 b. Komunikasi 123,79 122,50 131,00 116,41 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 141,81 158,01 120,98 119,36 a. Bank 187,09 189,64 122,52 124,05 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 118,21 125,55 128,56 113,81 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat 117,61 133,71 116,75 113,64 e. Jasa Perusahaan 118,52 122,57 121,13 111,12 9. JASA-JASA 113,25 136,85 119,07 120,03 a. Pemerintahan Umum 112,58 138,00 119,61 121,14 b. Swasta 117,46 129,94 115,65 112,65 1) Sosial Kemasyarakatan 113,59 129,68 114,06 113,62 2) Hiburan & Rekreasi 123,33 132,36 118,21 112,69 3) Perorangan & Rumahtangga 115,52 123,64 113,55 108,73 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 116,99 131,27 123,03 113,84 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

99 Lampiran Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (persen), Tanpa Migas LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN 105,22 106,89 103,83 106,20 a. Tanaman Bahan Makanan 105,74 113,34 106,75 108,01 b. Tanaman Perkebunan 105,31 105,87 105,67 105,70 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 107,84 107,16 108,45 107,35 d. Kehutanan 102,55 105,56 99,83 102,92 e. Perikanan 106,65 105,32 104,28 107,61 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 111,94 112,19 111,88 112,20 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 111,94 112,19 111,88 112,20 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 108,70 105,59 110,82 102,77 a. Industri Migas ) Pengilangan Minyak Bumi ) Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 108,70 105,59 110,82 102,77 1) Industri Besar dan Sedang 108,87 105,86 111,34 102,38 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 107,28 103,32 106,31 106,26 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 109,29 108,29 109,03 107,30 a. Listrik 108,48 108,81 107,45 106,57 b. Gas c. Air Bersih 111,00 107,23 112,34 108,77 5. KONSTRUKSI 112,97 116,35 112,96 109,77 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 109,69 109,01 106,49 103,99 a. Perdagangan Besar & Eceran 109,39 109,05 105,40 103,08 b. Hotel 108,89 111,77 117,78 111,67 c. Restoran 114,02 107,70 117,96 112,68 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 110,89 107,72 116,36 110,93 a. Pengangkutan 109,19 106,52 113,12 108,87 1) Angkutan Rel ) Angkutan Jalan Raya 106,29 105,74 115,98 108,39 3) Angkutan Laut 111,58 106,76 109,52 108,54 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 104,10 105,85 102,40 104,70 5) Angkutan Udara 114,69 109,96 116,45 113,70 6) Jasa Penunjang Angkutan 111,46 106,41 113,83 108,87 b. Komunikasi 114,41 110,07 122,55 114,56 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 124,91 127,14 101,32 111,02 a. Bank 162,58 153,64 94,98 114,95 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 107,89 107,22 108,31 108,08 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat 108,73 110,68 106,71 107,79 e. Jasa Perusahaan 107,81 108,27 108,04 107,71 9. JASA-JASA 109,19 110,63 107,33 107,34 a. Pemerintahan Umum 109,23 111,01 107,27 107,26 b. Swasta 108,91 107,78 107,78 107,93 1) Sosial Kemasyarakatan 108,34 107,12 107,03 107,24 2) Hiburan & Rekreasi 110,74 109,81 109,69 109,60 3) Perorangan & Rumahtangga 106,81 105,45 105,89 106,31 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 108,61 109,25 107,68 106,83 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

100 Lampiran Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha (persen), Tanpa Migas LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTANIAN 161,64 189,96 221,42 231,56 a. Tanaman Bahan Makanan 144,01 171,10 201,58 211,78 b. Tanaman Perkebunan 170,33 204,76 229,82 244,49 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 160,56 189,16 209,74 214,64 d. Kehutanan 163,12 200,87 241,18 255,28 e. Perikanan 166,08 186,92 216,42 224,18 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 162,82 215,12 256,22 275,02 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 162,82 215,12 256,22 275,02 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 153,49 179,87 209,04 218,23 a. Industri Migas ) Pengilangan Minyak Bumi ) Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 153,49 179,87 209,04 218,23 1) Industri Besar dan Sedang 154,64 180,26 210,21 219,19 2) Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 143,85 176,47 198,46 209,86 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 214,64 254,47 277,52 286,22 a. Listrik 238,79 285,03 309,31 316,40 b. Gas c. Air Bersih 164,86 190,55 213,92 227,06 5. KONSTRUKSI 179,37 225,72 256,40 283,14 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 177,88 214,96 239,10 253,84 a. Perdagangan Besar & Eceran 179,34 216,69 240,76 256,00 b. Hotel 181,93 222,37 249,98 262,56 c. Restoran 157,56 189,87 216,36 227,90 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 175,13 204,14 226,21 234,74 a. Pengangkutan 158,51 189,87 214,23 224,83 1) Angkutan Rel ) Angkutan Jalan Raya 175,43 206,65 239,13 250,73 3) Angkutan Laut 146,94 179,06 196,14 204,66 4) Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 133,70 159,79 170,41 177,23 5) Angkutan Udara 137,63 173,61 192,81 205,11 6) Jasa Penunjang Angkutan 149,51 176,97 194,27 208,07 b. Komunikasi 207,90 231,37 247,32 251,32 8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JASA PERUSAHAAN 181,53 225,60 269,39 289,62 a. Bank 210,20 259,45 334,68 361,17 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 161,95 189,63 225,10 237,02 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estat 164,72 198,99 217,72 229,52 e. Jasa Perusahaan 148,30 167,90 188,25 194,22 9. JASA-JASA 133,23 164,81 182,84 204,45 a. Pemerintahan Umum 129,31 160,76 179,25 202,43 b. Swasta 162,99 196,49 210,84 220,04 1) Sosial Kemasyarakatan 149,28 180,71 192,59 204,04 2) Hiburan & Rekreasi 189,93 228,95 246,73 253,69 3) Perorangan & Rumahtangga 150,04 175,91 188,63 192,94 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 163,15 196,03 223,98 238,68 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

101 Lampiran Angka Agregat PDRB, PDRB Per Kapita dan Penduduk Pertengahan Tahun, Tanpa Migas LAPANGAN USAHA * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) 1. NILAI ABSOLUT PDRB Atas Dasar Harga Berlaku , , , ,73 (Jutaan Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan , , , ,35 (Jutaan Rupiah) Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku , , , ,10 (Rupiah) PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan , , , ,62 (Rupiah) 2. INDEKS PERKEMBANGAN (2000=100) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 264,44 347,12 427,08 486,20 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Konstan ,08 177,07 190,68 203,70 (Persen) Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 129,25 134,00 138,91 143,56 (Persen) PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku 204,60 259,05 307,45 338,67 (Persen) PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan ,40 132,15 137,27 141,89 (Persen) 2. LAJU PERTUMBUHAN PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 16,99 31,27 23,03 13,84 (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Konstan ,61 9,25 7,68 6,83 (Persen) Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun2 3,71 3,71 3,71 3,71 (Persen) PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku 12,84 26,61 18,68 10,15 (Persen) PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan ,75 5,38 3,88 3,37 (Persen) INDEKS IMPLISIT 163,15 196,03 223,98 238,68 Catatan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat Tahun

102

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI PAPUA BARAT MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic Product of Papua Barat Province by Industrial Origin 2011 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT PRODUK

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara penghitungan nilai tambah bruto atas

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality 2010/2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product of Jayapura

Lebih terperinci

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB III URAIAN SEKTORAL BAB III URAIAN SEKTORAL alah satu kendala dalam memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik. Disamping

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN TELUK BINTUNI TAHUN 2013 ISSN : 2089-5585 Katalog BPS : 930201.9104 No. Publikasi : 9104.13.02 Ukuran Buku : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah Halaman : vi + 50 Halaman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... DAFTAR ISI SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... i ii iii v vi I. PENDAHULUAN 1.1. Umum... 1 1.2. Pengertian Pendapatan Regional... 1 1.2.1. Produk Domestik

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP SAMBUTAN Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2009 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL

BAB II URAIAN SEKTORAL BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam Bab II ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor, cara-cara penghitungan nilai tambah, baik atas dasar

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

BAB. III. URAIAN SEKTORAL

BAB. III. URAIAN SEKTORAL BAB. III. URAIAN SEKTORAL Salah satu cara untuk memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah mengetahui masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik.

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2010 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 BAB 1 PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya ditujukan agar tercipta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lebih baik.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PDRB PDRB PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2006 ISSN : - No Publikasi : 71020.0702 Katalog BPS : 9203.7102 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality 2012/2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product of Jayapura

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 Katalog BPS : 9302008.3524 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21,5 x 27,9 cm : 93 + v Naskah dan Penyunting : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

II.1. SEKTOR PERTANIAN

II.1. SEKTOR PERTANIAN PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 II. URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup, definisi, cara panghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BOGOR Assalamu alaikum Wr Wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 ht tp :// tre ng ga le kk ab.b ps.g o. id Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek Statistics

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2012. Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MANOKWARI MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic Product of Manokwari Regency By Industrial Origin 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MANOKWARI

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN KATALOG BPS 9205.1171 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN 2002-2007 ISBN : 979.466.016.7 NOMOR PUBLIKASI : 9205.1171 NASKAH GAMBAR DITERBITKAN OLEH : BPS KOTA BANDA ACEH : BPS KOTA BANDA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari 38 III. METODE PENELITIAN A. Data dan sumber data Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun 2009 2013 dari instansi- instansi terkait yaitubadan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Badan

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2002-2010 Katalog BPS : 9302008.7101 ISSN 0215 6432 Ukuran Buku : 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : ix + 115 Halaman Naskah : Badan

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a, KATA PENGANTAR Kondisi perekonomian makro memberikan gambaran mengenai daya saing dan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Gambaran ekonomi makro dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB. III URAIAN SEKTORAL Uraian Sektoral yang disajikan dalam Bab III ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara perhitungan nilai tambah baik atas dasar harga

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2008 ISSN : - No Publikasi : 71060.0802 Katalog BPS : 1403.7106 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm : vi + 40

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Analisis Ekonomi Regional Kota Semarang Tahun 2013. Produk Analisis Ekonomi Regional Kota Semarang

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PDRB KABUPATEN NGAWI TAHUN 2006-2010 KATA PENGANTAR Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi naik dari 5,21 persen pada tahun 2006 setelah sempat turun pada tahun 2007 sebesar

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 KABUPATEN TRENGGALEK Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006-2010 Gross Regional Domestic Product Of Trenggalek Regency By Industrial Origin

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam era otonomi daerah, kebutuhan akan data sebagai bahan perencanaan dan evaluasi pembangunan terutama pembangunan di tingkat kabupaten/kota semakin meningkat. Kebijakan-kebijakan

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

Kerjasama : KATALOG :

Kerjasama : KATALOG : Kerjasama : KATALOG : 9302008.6205 KATALOG : 9302008.6205 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2006 2010 Edisi 2011 ISSN. 0216.4796 No.Publikasi : 6205.11.01 Katalog BPS : 9302008.6205

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2014 i ii Tinjauan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan ridho-nya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang dapat menerbitkan lanjutan series buku Produk

Lebih terperinci

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar Melalui publikasi ini, pembaca akan diantarkan pada ulasan mengenai : Pertumbuhan Ekonomi Struktur Ekonomi PDRB per kapita Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha tahun 2010 2011 dan

Lebih terperinci

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency Katalog BPS : 9302008.3208 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency 2010-2013 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Kuningan 2010-2013

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha Katalog BPS : 9302013.3574 Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Katalog BPS : 9302013.3574 TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PROBOLINGGO 2008-2012

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i ii Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 INDIKATOR EKONOMI KOTA TERNATE 2015 No. Katalog : 9201001.8271 No. Publikasi : 82715.1502 Ukuran Buku : 15,5 cm

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

9205.3572 GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT OF BLITAR CITY Kerjasama : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BLITAR Dengan BAPPEDA KOTA BLITAR Central Board Of Statistics And RegionalDevelopment Planing BoardOf Blitar

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. BAB II METODOLOGI P DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut secara garis besar ada dua macam yaitu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

Informasi lebih lanjut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (PUSDALISBANG)

Informasi lebih lanjut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (PUSDALISBANG) Daftar Isi Kompilasi dan Analisis PDRB Kabupaten/Kota Menurut Lapangan Usaha 2012-2013 ISSN : - Ukuran Buku / Book Size : A5 (14,8 x 21 cm) Jumlah Halaman / Total Pages : iv + 51 halaman Naskah / Manuscript

Lebih terperinci

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu II. METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9213.3207 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ciamis Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2012 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN CIAMIS MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic

Lebih terperinci

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 Ukuran Buku Jumlah Halaman Diterbitkan Oleh Dicetak Oleh : 21 cm x 29,7 cm : x + 97 halaman : Badan Perencanaan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 Gross Regional Domestic Product Kendal Regency 2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 Gross Regional Domestic Product Kendal Regency 2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 Gross Regional Domestic Product Kendal Regency 2011 No. Katalog / Catalog Number : 9302005.33.24 No. Publikasi / Publication Number : 33245.11.01

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU KOTA BATU NO : 35795. 06. 02 Badan Pusat Statistik Kota Batu BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BATU 2005 KOTA BATU ISSN : No. Publikasi : 35795.06.02 Katalog BPS : Ukuran

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TASIKMALAYA PDRB KOTA TASIKMALAYA MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TASIKMALAYA Pengantar PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

Katalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus

Katalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus Katalog BPS : 9205.3319 Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KUDUS TAHUN 2011 GDRP of Kudus 2011 No. Publikasi : 33195.0901

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadlirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tuban

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan II Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan II Tahun 2014...6

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012 No. 09/02/91/Th. VII, 05 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012 Ekonomi Papua Barat tahun 2012 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 15,84

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2014...6

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MAMUJU

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MAMUJU ht tp :// m am uj uk ab. bp s. go.id Publikasi Produk Domestik Regional bruto merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Mamuju. Publikasi ini berisikan gambaran

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Tahun 2013-2014 Triwulan I...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Tahun 2013-2014 Triwulan I...8

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKRO KABUPATEN SUBANG 2012

INDIKATOR MAKRO KABUPATEN SUBANG 2012 INDIKATOR MAKRO KABUPATEN SUBANG 2012 (PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO) Kerjasama BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KAB. SUBANG Dan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUBANG KATA PENGANTAR Dengan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL Dr. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA Indikator terjadinya alokasi yang efisien nilai output nasional seberapa efisien sumberdaya

Lebih terperinci