Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kabupaten Pamekasan Tahun 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kabupaten Pamekasan Tahun 2013"

Transkripsi

1

2 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kabupaten Pamekasan Tahun 2013 Nomor Publikasi : Ukuran Buku : A4 (21 cm x 29 cm) Jumlah Halaman : vi + 54 Naskah : Tim Penyusun Penyunting : Tim Penyusun Diterbitkan Oleh : Bappeda Kabupaten Pamekasan Dicetak Oleh : Bappeda Kabupaten Pamekasan Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

3

4 KATA PENGANTAR Untuk mengukur keberhasilan program pembangunan yang telah disusun, perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil atau tingkat pencapaian pembangunan yang telah dilaksanakan. Meskipun tidak semua kinerja pembangunan dapat diukur secara kuantitatif, namun antara kinerja yang terukur dan tidak terukur mempunyai keterkaitan yang erat. Ukuran Indikator Pembangunan di Kabupaten Pamekasan merujuk pada Peraturan Pemerintah (PP) nomor 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pada tahun 2012, ukuran Indikator Pembangunan dikembangkan lagi merujuk pada Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) nomor 54 tahun 2010, tentang Tatacara Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Indikator-indikator dalam Permendagri nomor 54 tahun 2010 sebanyak 246 indikator, yang terbagi menjadi 3 aspek, yakni Aspek Kesejahteraaan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum dan Aspek Daya Saing Daerah. Akan tetapi, karena keterbatasan data pendukung, tidak semua indikator dapat disajikan dalam publikasi ini. Namun demikian, besar harapan Publikasi Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kabupaten Pamekasan ini dapat digunakan sebagai tolok ukur tingkat keberhasilan pembangunan atau sebagai evaluasi pemerintah daerah dalam memajukan Kabupaten Pamekasan dimasa mendatang. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak, baik pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat yang telah mendukung dalam penyediaan data. Kritik dan saran untuk kesempuranaan publikasi ini sangat diharapkan. Pamekasan, November 2014 Kepala Bappeda Kabupaten Pamekasan, Ir. Moh. Zainal Arifin, S.Sos., M.Si. NIP Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 iii

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KONDISI UMUM... I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan... II. INDIKATOR SOSIAL 2.1. Pendidikan Angka Melek Huruf Angka Rata-rata Lama Sekolah Angka Partisipasi Sekolah Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Murni Angka Pendidikan Yang Ditamatkan Kesehatan Angka Kelangsungan Hidup Bayi Angka Harapan Hidup Peserta KB Aktif Persentase Balita Gizi Buruk Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Rasio Penduduk Yang Bekerja Tingkat Pengangguran dan Kesempatan Kerja Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan Perumahan Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Rumah Tangga Pengguna Listrik Olahraga Keamanan... iii iv vi iv Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

6 III. INDIKATOR EKONOMI 3.1. Produktivitas Total Daerah Struktur Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Sumber Pertumbuhan Ekonomi... IV. INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT 4.1. Persentase Penduduk Diatas Garis Kemiskinan Tingkat Pemerataan Pendapatan Pembangunan Manusia Status Pembangunan Manusia Kecepatan Pencapaian Pembangunan Manusia Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 v

7 KONDISI UMUM Secara geografis wilayah Kabupaten Pamekasan terletak pada 113 o o 58 Bujur Timur dan 06 o o 31 Lintang Selatan. Di sebelah utara dan selatan, wilayah Kabupaten Pamekasan berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan Selat Madura. Sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sampang dan sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sumenep. Dibandingkan tiga kabupaten lainnya di Pulau Madura, luas wilayah Kabupaten Pamekasan adalah yang terkecil, yakni sekitar hektar, atau sekitar 1,71 persen dari total Iuas wilayah Provinsi Jawa Timur. Wilayah tertinggi di Kabupaten Pamekasan ± 350 meter dan terendah ± 6 meter dari permukaan laut. Wilayah Kabupaten Pamekasan sebagian besar merupakan wilayah bukan pesisir. Hanya terdapat 6 wilayah kecamatan yang mempunyai garis pantai, yaitu Kecamatan Tlanakan, Pademawu, Galis, Larangan, Batumarmar, dan Kecamatan Pasean. Sebanyak 23 desa merupakan daerah pesisir yang berhadapan dengan Selat Madura di wilayah selatan dan Laut Jawa di sebelah utara wilayah Pamekasan. Topografi desa yang berada di dataran berjumlah 124 desa dan 42 desa berada pada daerah punggung bukit/lereng bukit. Secara administratif wilayah Kabupaten Pamekasan terbagi menjadi 13 kecamatan. Wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Pamekasan dibawah tingkat kecamatan terbagi menjadi 11 kelurahan dan 178 desa serta dusun. Tiga kecamatan terluas adalah Kecamatan Batumarmar yang memiliki luas 12,25 persen total wilayah Kab. Pamekasan, kedua adalah Kecamatan Palengaan yang mencapai 11,17 persen, dan Kecamatan Pegantenan mencakup 10,86 persen. vi Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

8 BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebagaimana telah ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil makmur, baik material maupun spiritual berdasarkan Undang-undang Dasar Untuk merealisasikan tujuan tersebut, berbagai kebijakan telah dituangkan dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas), baik melalui program jangka panjang maupun program jangka pendek. Pada tahun 1999 melalui Undang-undang nomor 22 dan 25 tentang Otonomi Daerah, pemerintah daerah telah diberi wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan pembangunan daerahnya masing-masing. Dengan asumsi bahwa pemerintah daerah lebih mengetahui dan memahami kondisi, situasi, potensi dan kebutuhan spesifik daerahnya. Dengan demikian, perencanaan pembangunan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan diharapkan akan lebih tepat sasaran. Dalam mendukung proses desentralisasi tersebut, pemerintah pusat telah meminta pemerintah daerah untuk menyusun Program Pembangunan Daerah (Propeda)-nya masing-masing sebagai pijakan umum bagi pembangunan daerah. Dalam Propeda harusnya telah dicantumkan target atau sasaran pembangunan yang ingin dicapai pada suatu waktu tertentu. Penentuan target pembangunan tersebut tentunya harus melihat kondisi atau tingkat pencapaian sampai dengan saat ini, dan usaha atau program pembangunan yang akan dilakukan untuk merealisasikan target tersebut. Hal ini termaktub di dalam Visi Kabupaten Pamekasan yakni Terwujudnya Pamekasan yang Agamis, Tentram, Maju, Mandiri dan Berkeadilan menuju Ridho Allah SWT. Untuk mewujudkan visi tersebut, Pemerintah Kabupaten Pamekasan mempunyai misi yang dirumuskan dengan meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan masyarakat dengan kewajiban menjalankan keyakinan atau syariat agama bagi pemeluk-pemeluknya, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, meningkatkan pemperdayaan masyarakat dan penguatan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan potensi daerah, dan menegakkan supremasi hukum dan hak asasi manusia, serta mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintahan yang mengutamakan pelayanan masyarakat, profesional dan bebas KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme). Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

9 Dalam upaya mencapai keberhasilan pembangunan, rencana strategis Pemerintah Kabupaten Pamekasan adalah : - Hubungan kemitraan antara Pemerintah Kabupaten dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). - Tersedianya Aparatur Pemerintah Kabupaten Pamekasan dalam jumlah yang cukup memadai. - Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana pendukung pengelolaan Sumber Daya Potensi Daerah. - Tersedianya sumber daya potensial yang dapat digali. guna menunjang peningkatan Pendapatan Asli Daerah. - Adanya dukungan dari pemerintah informal atau tokoh masyarakat atau ulama, organisasi non pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Perguruan Tinggi Swasta. - Adanya sikap masyarakat yang terbuka, kritis, dinamis dan partisipasi terhadap pembahasan sistem pemerintahan dan pembangunan. - Adanya terobosan baru dalam rangka penggalian dan pengelolaan sumber pendapatan deaerah, potensi daerah secara optimal, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Rencana strategis dalam menjalankan misi untuk mewujudkan visi di atas, harusnya menjadi acuan bagi pemerintah dalam pelaksanaan program-program pembangunan di Kabupaten Pamekasan. Hal ini memerlukan suatu pengukuran berupa indikator evaluasi atas keberhasilan pembangunan atau Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Kabupaten Pamekasan. Secara kuantitatif diperlukan alat ukur keberhasilan pembangunan Kabupaten Pamekasan agar lebih memudahkan dalam mengevaluasi dan merencanakan pembangunan. Sampai dengan tahun 2011, ukuran Indikator Pembangunan Daerah merujuk pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 tahun Menurut PP Nomor 6 tahun 2008 terdapat lebih seratus indikator sebagai Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pada tahun 2012, ukuran Indikator Pembangunan dikembangkan lagi merujuk Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Tatacara Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. 2 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

10 2. Tujuan Bertitik tolak dari latar belakang diatas, maka dipandang perlu untuk menganalisis angka-angka indikator pembangunan sebagai refleksi kinerja dari setiap indikator output dan outcome seluruh kegiatan pembangunan di Pamekasan. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat menggambarkan secara umum tentang kondisi sosial ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pamekasan sampai dengan tahun Pencapaian program pembangunan yang dilakukan selama ini, dapat dijadikan bahan evaluasi dan perumusan kebijakan pembangunan dimasa yang akan datang, dalam kaitannya dengan program pembangunan berkelanjutan. Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

11 4 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

12 BAB II. INDIKATOR SOSIAL 2.1. Pendidikan Angka Melek Huruf Pada Laporan Pembangunan Manusia (UNDP, 1990) terdapat tiga elemen esensial dalam konteks pembangunan manusia, yaitu: longetivity (umur panjang), knowledge (pengetahuan), dan decent living (hidup layak). Sebagai indeks komposit, Longetivity diwakili oleh indikator angka harapan hidup, knowledge diwakili oleh tingkat melek huruf dan tingkat dari jenjang pendidikan tertinggi, serta decent living diwakili oleh indikator GDP (Gross Domestic Product) per kapita. Spesifik pada elemen pengetahuan, tingkat melek huruf menjadi indikator kunci dasar. Selain menjadi gambaran kasar terhadap akses pendidikan, melek huruf juga menjadi dasar bagi setiap manusia, agar dapat mempelajari dan mengetahui bagaimana upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Ini yang menjadikan indikator melek huruf, sebagai indikator paling esensial diantara indikator pembangunan manusia yang lain. Demikian pentingnya indikator ini untuk mengukur dimensi pengetahuan, maka dalam formulasi Human Development Index (HDI) indikator pengetahuan yang terdiri dari ratarata lama sekolah dan melek huruf, tingkat melek huruf memiliki bobot yang lebih tinggi (2/3) dibanding rata-rata lama sekolah. Tabel 1. Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Pamekasan Tahun No. Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Jumlah penduduk usia di atas 10 tahun yang bisa membaca dan menulis Jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas Angka melek huruf (Persen) Angka buta Huruf 4 (Persen) Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur 80,21 80,84 81,82 84,21 86,36 19,79 19,16 18,18 15,79 13,64 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

13 Perlu diketahui bahwa sasaran pencapaian indikator melek huruf usia 10 tahun ke atas ini menjadi sasaran global dan nasional. Angka melek huruf penduduk berusia 10 tahun ke atas di Pamekasan, selama kurun waktu terjadi peningkatan dari 80,21 persen di tahun 2009 menjadi 80,84 di tahun 2010 dan menjadi 81,82 persen di tahun 2011 dan 84,21 persen di tahun Pada tahun 2013 angka melek huruf 86,36 persen. Gambar 1. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf Tahun ,00 95,20 95,40 95,60 95,80 95,00 80,21 80,84 81,82 84,21 84, Capaian Pamekasan Sasaran RPJMN Kemdiknas Target PUS Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Capaian indikator ini pada tahun 2013, masih terpaut sebesar 8,64 persen di bawah target Pendidikan Untuk Semua (PUS) Tahun Demikian juga untuk mencapai target yang terdapat dalam RPJMN Kemendiknas, diperlukan upaya yang lebih keras lagi, mengingat capaian Pamekasan pada tahun 2013 masih terpaut jauh yaitu sebesar 9,50 persen. Capaian melek huruf penduduk usia 10 tahun ke atas menurut jenis kelamin, secara umum laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Kalau dilihat menurut kelompok umur antara laki-laki dan perempuan, semakin tinggi kelompok umur semakin besar perbedaan capaian melek huruf antara laki-laki dan perempuan. Capaian melek huruf baik laki-laki maupun perempuan pada kelompok umur 10 tahun hingga 44 tahun sudah di atas 90 persen. Sedangkan pada kelompok usia 45 tahun ke atas capaian melek huruf di Pamekasan semakin rendah apalagi jika dilihat dari sisi gender. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa penduduk perempuan yang buta huruf lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Atau dengan kata lain penduduk yang belum melek huruf pada kelompok ini masih didominasi oleh kaum perempuan. 6 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

14 Jika target melek huruf dalam RPJMN 2013 (95,40 persen) menjadi acuan, maka kelompok sasaran utama pemberantasan buta aksara di Pamekasan mesti lebih difokuskan pada kelompok usia 40 tahun ke atas yang capaiannya di bawah 95 persen kondisi demikian terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan. Gambar 2. Persentase Buta Huruf Menurut Kelompok Umur Di Pamekasan Tahun ,46 52,54 39, ,03 4,37 3, Laki-laki Perempuan Laki+Perempuan Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Dibandingkan kabupaten lain di Madura, Kabupaten Pamekasan patut bersyukur mengingat pada tahun 2013 ini memiliki angka melek huruf tertinggi yaitu sebesar 86,36 persen dengan angka buta huruf terendah sebesar 13,64 persen. Angka ini hanya terpaut 5,11 persen poin dengan angka rata-rata Jawa Timur. Sedangkan Kabupaten Sampang merupakan kabupaten dengan angka buta huruf tertinggi di Madura yaitu sebesar 22,27 persen. Demikian juga dengan capaian melek hurufnya yang masih sekitar 77,73 persen. Tabel 2. Angka Melek Huruf dan Buta Huruf Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten Di Madura Tahun 2013 Kabupaten Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Angka Melek Huruf Angka Buta Huruf L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Bangkalan 90,37 78,76 84,22 9,63 21,24 15,78 Sampang 87,00 69,09 77,73 13,00 30,91 22,27 Pamekasan 91,49 81,59 86,36 8,51 18,41 13,64 Sumenep 88,52 73,32 80,46 11,48 26,68 19,54 Jawa Timur 95,20 87,88 91,47 4,80 12,12 8,53 Hal yang membanggakan ini tak lepas dari kerjasama dan partisipasi semua pihak di Pamekasan dalam menyukseskan salah satu predikat Pamekasan sebagai kota Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

15 pendidikan. Capaian ini tentunya harus terus dijaga dengan semakin mendekatkan program pendidikan dengan semua lapisan masyarakat Angka Rata-rata Lama Sekolah Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Lamanya Sekolah atau Mean Years of Schooling (MYS) adalah sebuah angka yang menunjukkan lamanya bersekolah seseorang dari masuk sekolah dasar sampai dengan tingkat pendidikan terakhir. Angka rata-rata lama sekolah (MYS) merupakan kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki. dan pendidikan yang ditamatkan. Tetapi, jumlah tahun bersekolah ini tidak mengindahkan kasus-kasus tidak naik kelas, putus sekolah yang kemudian melanjutkan kembali, dan masuk sekolah dasar di usia yang terlalu muda atau sebaliknya. Sehingga nilai dari jumlah tahun bersekolah menjadi terlalu tinggi kelebihan estimasi atau bahkan terlalu rendah (underestimate). MYS bersama dengan angka melek huruf, merupakan salah satu variabel komposit indeks pembangunan manusia (IPM). Rata-rata lama sekolah merupakan gambaran secara sederhana pemenuhan penduduk terhadap akses pendidikan. Keterbandingan besaran rata-rata lama sekolah antar wilayah atau antar waktu, dapat mengetahui perbedaan atau perkembangan tingkat kualitas sumber daya manusia. Gambar 3. Rata-rata Lama Sekolah Di Pamekasan (Tahun) 6,32 6,32 6,42 6,11 5, Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Berdasarkan rata-rata lama sekolah penduduk usia 10 tahun ke atas di Pamekasan, selama terjadi peningkatan kualitas penduduk yaitu dari setara kelas Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

16 tingkat sekolah dasar (belum lulus SD) di tahun 2009 meningkat menjadi setara kelas satu pada jenjang pendidikan SLTP di tahun Walaupun terjadi kenaikan, namun kenaikan tersebut relatif lambat, karena selama tahun hanya terjadi peningkatan sebesar 0,69 persen atau rata-rata hanya terjadi kenaikan 0,14 persen poin per tahunnya. Pembangunan pendidikan di Pamekasan selama ini, membawa dampak peningkatan capaian pendidikan tertinggi penduduk yang memiliki rata-rata lama sekolah setara kelas 1 SLTP. Namun demikian pembangunan di bidang pencerdasan anak bangsa ini masih perlu lebih dipacu akselerasinya, sehingga mampu mencapai target Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam RPJMD melalui program Wajar Dikdas 12 tahun (setara SLTA). Walaupun bobot dalam formulasi IPM rata-rata lama sekolah lebih rendah dibandingkan melek huruf, namun dengan melakukan intervensi pada peningkatan ratarata lama sekolah, tentunya akan memberi pengaruh pada pencapaian melek huruf. Bisa dipastikan wilayah dengan rata-rata lama sekolah yang tinggi, akan memiliki tingkat melek huruf yang tinggi pula Angka Partisipasi Sekolah Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia muda. Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah. Sehingga, naiknya persentase jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Kenaikan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan bertambahnya infrastruktur sekolah serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau malah semakin rendah. Di Indonesia, proporsi penduduk muda semakin menurun akibat semakin rendahnya angka fertilitas. Penurunan ini akan menyebabkan semakin menurunnya jumlah anak-anak yang masuk sekolah dasar. Bila ukuran seperti perubahan jumlah murid digunakan, bisa jadi ditemukan penurunan jumlah murid di sekolah dasar dengan interpretasi terjadi penurunan partisipasi sekolah. Namun, bila menggunakan APS, maka akan ditemukan peningkatan partisipasi di tingkat SD yang disebabkan semakin Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

17 rendahnya jumlah penduduk usia SD. APS pendidikan dasar adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan dasar (7-12 tahun dan tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar atau sedang sekolah (SD-SLTP) per penduduk usia pendidikan dasar. Angka partisipasi sekolah di Pamekasan untuk anak usia 7-12 tahun dalam lima tahun terakhir (tahun ) menunjukan nilai yang cenderung stabil pada kisaran angka 990 per penduduk usia 7-12 tahun. Ini memberikan gambaran bahwa di Pamekasan dalam tiap anak usia 7-12 tahun sekitar 10 anak diantaranya sedang tidak bersekolah. Kondisi ini tentunya memprihantinkan, meskipun biaya sekolah sudah dibantu oleh pemerintah melalui proram BOS namun ternyata masih ada anak usia 7-12 tahun yang tidak sekolah. Tabel 3. Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pendidikan Dasar Kabupaten Pamekasan Tahun No. Jenjang Pendidikan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 SD/MI (7-12 tahun) 1.1. Usia 7-12 thn sedang sekolah Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 1.3. APS SD/MI per SMP/MTs (13-15 tahun) 2.1. Jumlah murid usia thn Jumlah penduduk kelompok usia tahun 2.3. APS SMP/MTs per Pendidikan Dasar SD/MI-SMP/MTs (7-15 tahun) 3.1. Jumlah murid usia 7-15 thn Jumlah penduduk kelompok usia 7-15 tahun 3.3. APS Pendidikan Dasar per Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Sementara itu angka partisipasi sekolah anak usia tahun di Pamekasan dalam lima tahun terakhir (tahun ) menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Pada tahun 2009 APS usia tahun sebesar 903 dan terus meningkat hingga pada tahun 2013 menjadi 927 per penduduk usia tahun. Hal ini tentunya menjadi prestasi tersendiri mengingat pada saat ini sedang gencarnya program 10 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

18 wajib belajar 9 tahun. Namun demikian masih perlu diperhatikan mengingat masih ada sekitar 73 anak per anak usia tahun yang tidak bersekolah. No. Tabel 4. Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten di Madura Tahun 2013 Kabupaten Gabungan APS usia 7-12 tahun dan tahun merupakan gambaran APS Pendidikan Dasar. Dalam lima tahun terakhir APS pendidkan dasar di Pamekasan menunjukkan nilai yang terus meningkat, walupun peningkatannya tidak tinggi. APS Pendidikan Dasar pada tahun 2009 sebesar 959 per anak usia 7-15 tahun sedangkan pada tahun 2013 sebesar 972 per anak usia 7-15 tahun. Dengan semakin meningkatnya APS pendidikan dasar maka program wajar 9 tahun akan segera tercapai. Angka partisipasi sekolah pendidikan dasar (usia 7-15 tahun) tahun 2013 setiap kabupaten di Madura semuanya di atas 900 per Beberapa kabupaten termasuk Pamekasan angka APS pendidikan dasarnya hampir mencapai kondisi ini memberikan gambaran capaian APS untuk pendidikan dasar sudah baik Angka Partisipasi Kasar Salah satu indikator kunci keberhasilan (Key Development Milestones) terhadap pemerataan serta perluasan akses pendidikan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK) (lihat Renstra Depdiknas ). SD/MI Usia 7-12 Thn SMP/MTs Usia Thn Pendidikan Dasar 7-15 Thn L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 Kab. Bangkalan 98,79 97,21 98,01 83,77 80,90 82,46 91,28 89,06 90,17 2 Kab. Sampang 96, ,34 88,46 88,39 88,42 92,73 94,20 93,46 3 Kab. Pamekasan 99, ,72 93,53 91, ,50 95,76 97,22 4 Kab. Sumenep 98,05 98,92 98,50 95,33 86,69 90,95 96,69 92,81 94,84 Provinsi 98,85 99,28 99,06 92,01 93,79 92,87 95,43 96,54 95,98 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Wujud pemerataan dan perluasan akses pendidikan dilakukan dengan cara memperluas daya tampung satuan pendidikan, memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda secara sosial, ekonomi, gender, geografis wilayah, dan tingkat kemampuan fisik serta intelektual. Kondisi ini dapat tercermin dari APK untuk setiap jenjang pendidikan. APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA sederajat dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun (7-12 untuk SD sederajat, untuk SLTP sederajat dan untuk SLTA sederajat), berapapun Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

19 usianya yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan ,97 Gambar 4. APK SD, SLTP, dan SLTA Pamekasan ,68 108,78 88,58 102,19 96,05 105,71 106,07 100,25 96, ,34 59,19 53,55 65,08 55, APK SD APK SLTP APK SLTA Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Sasaran Nasional APK tahun 2013, terdapat dalam dokumen Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional Sasaran APK SD (termasuk SDLB, MI, dan Paket A) sebesar 118,2 persen, SLTP/MTs/Paket B sebesar 103,90 persen, dan SLTA/SMK/MA/Paket C sebesar 79,0 persen. Besaran APK SD di Pamekasan tahun 2013 adalah 106,07 persen, meningkat 0,36 persen bila dibandingkan dengan tahun 2012 (105,71 persen). Bila APK SD dalam Renstra Kemendiknas digunakan sebagai dasar rujukan, maka capaian APK SD Pamekasan tahun 2013 belum mencapai sasaran dan terpaut sebesar 12,13 persen. Begitu halnya dengan APK SLTP, karena besarnya capaian APK SLTP Pamekasan tahun 2013 sebesar 96,49 persen masih terpaut 7,41 persen dengan Renstra Kemendiknas Sementara untuk APK SLTA di Pamekasan tahun 2013 sebesar 55,96 persen, berada di bawah sasaran APK SLTA tahun 2013 dalam Renstra Kemendiknas (terpaut 23,04 persen). Berdasarkan data APK di Pamekasan tahun 2013, menunjukkan bahwa terdapat kaitan yang erat antara capaian APK pendidikan pada jenjang tertentu dengan jenjang di 12 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

20 atasnya. Dari hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai peningkatan APK pada jenjang yang lebih tinggi, harus dimulai dengan program lebih nyata untuk peningkatan APK pada jenjang di bawahnya terlebih dahulu. Tabel 5. Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Di Pamekasan No. Jenjang Pendidikan SD sederajat 1.1. Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI 1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun APK SD/MI 104,97 108,78 102,19 105,71 106,07 2 SMP sederajat 2.1. Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs 2.2. Jumlah penduduk kelompok usia tahun APK SMP/MTs 91,68 88,58 96,05 100,25 96,49 3 SLTA sederajat Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/MA/SMK Jumlah penduduk kelompok usia tahun APK SMA/MA/SMK 62,34 59,19 53,55 65,08 55,96 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Sejak tahun 2009 hingga tahun 2013, APK SD di Pamekasan selalu di atas 100 persen. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa banyak anak yang sekolah SD dengan umur di luar 7-12 tahun, dan diduga masih kurang dari 7 tahun. Tidak demikian dengan APK SLTP yang masih di bawah angka 100 persen kecuali pada tahun 2012 angkanya sempat mencapai 100 persen selama Ini menunjukkan bahwa tidak semua lulusan SD melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SLTP. Hal yang menggembirakan, APK SLTP di Pamekasan pada tahun 2013 sudah di atas 95 persen, artinya hampir sebagian besar lulusan SD di Pamekasan bisa melanjutkan pendidikannya ke SLTP. Sementara APK SLTA cenderung lebih rendah, hal ini diduga banyak anak tamatan SLTP yang tidak melanjutkan ke jenjang SLTA. Tentunya banyak faktor yang menyebabkan kondisi tersebut yang perlu dicarikan solusinya guna lebih mendongkrak kualitas SDM di Pamekasan melalui pendidikan. Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

21 Capaian APK di Pamekasan untuk sekolah setingkat SD sepanjang tahun tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 108,78 persen dan yang terendah pada tahun 2011 sebesar 102,19 persen. Untuk APK SMP tertinggi pada tahun 2012 sebesar 100,25 persen dan terendah pada tahun 2010 sebesar 88,58 persen. Sedangkan APK sekolah setingkat SMA yang tertinggi pada tahun 2012 sebesar 65,08 persen dan terendah terjadi pada tahun 2011 sebesar 53,55 persen. Tabel 6. Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenis Kelamin Di Pamekasan Tahun APK SD (7-12 Thn) APK SLTP (13-15 Thn) APK SLTA (16-18 Th) No. Jenis Kelamin (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Laki-laki 105,43 104,51 96,71 93,06 77,05 68,62 2. Perempuan 105,97 107,74 104,59 101,65 53,46 42,98 APK Kabupaten 105,71 106,07 100,25 96,49 65,08 55,96 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Dari tabel di atas tampak bahwa perkembangan APK semua tingkatan mengalami fluktuasi antara tahun 2012 dan Namun jika diperhatikan dari sisi gender APK perempuan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kaum laki-laki seiring meningkatnya jenjang pendidikannya. Ini menunjukkan bahwa kaum perempuan usia 7-18 tahun di Pamekasan masih ada yang kurang mementingkan pendidikan buktinya semakin tinggi jenjang pendidikan, APK perempuan semakin lebih rendah dari laki-laki Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APM di suatu jenjang pendidikan didapat dengan membagi jumlah siswa atau penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang sekolah tersebut. Seperti APK, APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. APM juga merupakan salah satu indikator tonggak kunci keberhasilan (Key Development Milestones) terhadap pemerataan serta perluasan akses pendidikan (Renstra Kemdiknas ). Sasaran APM di untuk SD ditetapkan sebesar 95,70 persen, SLTP sebesar 75,40 persen. 14 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

22 Secara umum dalam lima tahun terakhir , terjadi peningkatan APM di Pamekasan untuk semua jenjang pendidikan. Pada jenjang pendidikan SD, angka APM berfluktuasi pada tahun 2010 hingga 2012 mengalami penurunan, namun sejak tahun 2012 hingga tahun 2013 menunjukkan peningkatan. Sementara APM SLTP Pamekasan Tabel 7. APM SD, SLTP, dan SLTA Pamekasan dan Sasaran APM dalam Renstra Depdiknas (Persen) antara tahun juga menunjukan tren yang membentuk gelombang/gergaji. Pada tahun 2010 dan 2012 mengalami peningkatan mulai 71,69 persen pada tahun 2009 meningkat menjadi 77,48 persen pada tahun Selanjutnya turun menjadi 70,60 persen pada tahun Namun pada tahun 2012 meningkat kembali menjadi 77,90 persen dan akhirnya turun menjadi 76,60 persen pada tahun Demikian halnya untuk jenjang pendidikan SLTA, capaian APM Pamekasan tahun 2013 sebesar 49,18 persen, menurun 0,65 persen, bila dibandingkan APM tahun 2009 yang mencapai 49,73 persen. Capaian APM Pamekasan jika diukur dengan sasaran Renstra Kemendiknas untuk SD hanya terpaut -0,08 persen, sedangkan untuk SLTP telah melampui sebesar 1,20 persen. Tabel 8. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/PAKET A, SMP/MTs/PAKET B dan SMA/SMK/PAKET C Menurut Jenis Kelamin di Pamekasan Tahun No Jenis Kelamin Tahun SD SLTP SLTA (1) (2) (3) (4) ,13 71,69 49, ,67 77,48 47, ,28 70,60 43, ,70 77,90 51, ,62 76,60 49,18 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur APM SD/MI/ Paket A APM SMP/MTs/ Paket B APM SMA/SMK/ Paket C (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Laki-laki 92,73 95,92 77,76 81,41 60,29 58,32 2. Perempuan 92,68 95,31 78,08 69,37 43,03 39,81 Kabupaten Pamekasan 92,70 95,62 77,90 76,60 51,54 49,18 Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi dan BPS Provinsi Jawa Timur Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

23 Menarik jika APM ini dilihat dari sisi jenis kelamin. Hampir di semua jenjang pendidikan pada periode APM laki-laki lebih tinggi dari pada kaum perempuan. Padahal dari sisi kuantitas kaum perempuan di Pamekasan lebih banyak dari laki-lakinya. Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan maka perbedaan APM perempauan akan semakin besar jika dibandingkan dengan APM laki-laki. Ini menunjukkan bahwa minat kaum hawa dalam hal pendidikan lebih rendah dari kaum adam. Hal ini diduga dipengaruhi oleh masih adanya anggapan di masyarakat Pamekasan, untuk apa perempuan sekolah tinggi-tinggi toh akhirnya nanti akan ke dapur juga Angka Pendidikan Yang Ditamatkan Angka Pendidikan yang Ditamatkan (APT) adalah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan surat tanda tamat belajar/ijazah. APT bermanfaat untuk menunjukkan pencapaian pembangunan pendidikan di suatu daerah, juga berguna untuk melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja, terutama untuk melihat kualifikasi pendidikan angkatan kerja di suatu wilayah. APT merupakan persentase jumlah penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi, menurut pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan. Gambar 5. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Usia 10 Tahun Keatas di Pamekasan, Tahun 2013 Tamat SMK Sederajat; 2,32 Tamat SLTP; 12,88 Tamat SLTA; 12,53 Tamat SD Sederajat; 33,16 Tamat PT; 4,04 Tdk/Belum Sekolah; 14,71 Tidak Tamat SD; 20,35 Sumber : BPS Kabupaten Pamekasan 16 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

24 Penduduk usia 10 tahun ke atas di Pamekasan tahun 2013 sebagian besar tamatan SD yaitu sebesar 33,16 persen dan yang menamatkan perguruan tinggi hanya sebesar 4,04 persen saja. Yang menjadi perhatian di sini adalah yang tidak punya ijazah sebesar 35,06 persen (tidak/belum sekolah dan tidak tamat SD), jadi sekitar lebih dari seperempat penduduk Pamekasan usia 10 tahun ke atas tidak memiliki ijazah. Tentunya hal ini menjadi perhatian yang serius untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada. Tabel 9. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Umur 10 Tahun Ke Atas di Pamekasan Tahun Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) Laki-laki Tidak/belum Sekolah 11,90 11,46 9,38 7,93 9,69 Tidak Tamat SD 26,98 19,98 22,85 21,82 20,15 SD 30,27 34,31 31,86 35,22 32,36 SLTP 12,19 14,12 14,84 15,58 14,33 SMU 12,16 11,81 14,16 12,92 15,92 SMK 2,51 2,86 2,67 2,39 2,78 PT 3,99 5,45 4,23 4,12 4,76 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 N (jiwa) Perempuan Tidak/belum Sekolah 22,83 22,67 22,11 18,44 19,38 Tidak Tamat SD 27,26 20,14 20,92 23,89 20,53 SD 27,07 34,18 32,03 33,51 33,91 SLTP 11,58 11,35 13,36 12,71 11,53 SMU 6,45 6,84 7,74 8,25 9,38 SMK 1,73 1,37 0,76 0,92 1,90 PT 3,08 3,45 3,08 2,27 3,37 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 N (jiwa) Laki-laki + Perempuan Tidak/belum Sekolah 17,76 17,27 16,00 13,38 14,71 Tidak Tamat SD 27,13 20,06 21,84 22,89 20,35 SD 28,55 34,24 31,95 34,34 33,16 SLTP 11,86 12,69 14,07 14,10 12,88 SMU 9,10 9,23 10,82 10,50 12,53 SMK 2,09 2,09 1,68 1,63 2,32 PT 3,50 4,41 3,64 3,16 4,04 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 N (jiwa) Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

25 Perkembangan penduduk usia 10 tahun ke atas yang sudah menyelesaikan pendidikan SLTP ke atas tiap tahun terus mengalami peningkatan, pada tahun 2009 yang menamatkan pendidikan SLTP keatas sebesar 11,86 persen, meningkat menjadi 12,88 persen pada tahun Tamat SLTA/SMK sebesar 11,19 persen pada tahun 2009 menjadi 14,85 persen pada tahun Begitu pula untuk jenjang Perguruan Tinggi, pada tahun 2009 sebesar 3,50 persen menjadi 4,04 persen pada tahun Kondisi yang cukup baik ini diiringi pula oleh menurunnya persentase penduduk yang tidak punya ijazah, yaitu pada tahun 2009 penduduk yang tidak punya ijazah sebesar 44,89 persen menjadi 35,06 persen pada tahun Bila dilihat per Kabupaten di Madura, Kabupaten Pamekasan merupakan daerah yang mempunyai persentase tertinggi penduduk yang berijazah perguruan tinggi (4,04 persen) dibandingkan kabupaten lainnya dan hanya terpaut 0,95 persen poin dengan angka rata-rata Jawa Timur. Sedangkan Kabupaten Sampang merupakan daerah yang mempunyai persentase tertinggi penduduk yang belum sekolah/tidak tamat SD (35,58 persen). Walaupun jumlah penduduk Kabupaten Pamekasan paling sedikit dibandingkan kabupaten lain di Madura namun capaian pendidikan di Kabupaten ini termasuk relatif paling baik di antara tiga kabupaten yang ada di Pulau Garam. Tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk akan sangat berpengaruh terhadap angka IPM, karena akan mempengaruhi rata-rata lama sekolah yang merupakan komponen penyusun IPM. No. Kabupaten Tabel 10. Persentase Penduduk Usia 10 tahun Ke Atas Berdasar Ijazah Yang Dimiliki Menurut Kabupaten Di Madura Tahun 2013 Tdk/blm sekolah Tidak tamat SD SD SLTP SMU SMK PT Jumlah Penduduk (000) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 Kab. Bangkalan 18,86 21,97 38,19 9,49 8,20 0,57 3,02 937,5 2 Kab. Sampang 24,78 30,80 28,51 8,69 5,10 0,23 1,89 913,5 3 Kab. Pamekasan 14,71 20,35 33,16 12,88 12,53 2,32 4,04 827,4 4 Kab. Sumenep 21,92 23,66 28,95 12,69 9,03 0,85 2, ,2 Provinsi Jawa Timur 7,63 20,53 29,87 17,69 13,71 5,57 4, ,2 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur 18 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

26 2.2. Kesehatan Beberapa indikator yang digunakan untuk mengambarkan kondisi kesehatan masyarakat antara lain angka kelangsungan hidup bayi (AKHB), angka harapan hidup, peserta Keluarga Berencana Aktif dan persentase balita bergizi buruk Angka Kelangsungan Hidup Bayi Angka kelangsungan hidup bayi (AKHB) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu daerah, terutama di sektor kesehatan. AKHB merupakan cermin ukuran dari angka kematian bayi yang dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 1 tahun dengan jumlah kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu. Secara matematis AKHB = (1 - angka kematian bayi). Angka kematian bayi merupakan jumlah kematian bayi usia dibawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per kelahiran hidup pada tahun yang sama. Tabel 11. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Di Pamekasan Tahun No. Indikator Angka Kematian Bayi (AKB) 56,24 53,72 51,66 50,69 48,40 2. Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) 943,76 946,28 948,34 949,31 951,60 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Angka kelangsungan hidup bayi dilihat dari data kematian per 1000 kelahiran hidup sekitar 952 pada tahun Data tersebut memberikan makna bahwa dari 1000 kelahiran hidup terdapat 952 bayi yang mencapai usia 1 tahun. Sementara angka kematian bayi pada tahun 2013 semakin menurun menjadi 48,40 per 1000 kelahiran hidup atau 4,8 persen pada tahun Dengan demikian angka kelangsungan hidup bayi berbanding terbalik dengan angka kematian bayi. Semakin rendah angka kematian bayi, maka semakin besar peluang kelangsungan hidup bayi. Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu dari 4 kabupaten di Madura penyumbang hampir 50 persen dari total angka kematian bayi. Sebaran angka kelangsungan hidup bayi per kabupaten di Pulau Madura menunjukkan bahwa angka kelangsungan hidup terendah adalah Kabupaten Bangkalan. Jika dikaitkan dengan persentase penolong kelahiran oleh tenaga medis, nampaknya tidak selalu memberikan dampak positif terhadap angka kelangsungan hidup bayi. Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

27 Kabupaten Tabel 12. Angka Kematian Bayi dan Persentase Ibu Bersalin Ditolong Tenaga Medis Menurut Kabupaten Di Madura Tahun Angka Kematian Bayi Penolong Kelahiran Oleh Medis (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Kab. Bangkalan 56,91 55,69 54,22 54,56 53,21 55,34 48,43 66,87 73,71 78,36 Kab. Sampang 62,59 58,92 55,11 54,48 50,74 51,87 46,98 55,01 66,39 63,22 Kab. Pamekasan 56,24 53,72 51,66 50,69 48,40 68,38 75,70 85,68 84,57 84,33 Kab. Sumenep 50,95 49,85 48,47 48,42 47,18 61,34 55,98 65,18 72,99 70,51 Jawa Timur 31,41 29,99 29,24 28,31 27,69 86,34 88,78 90,70 93,13 93,95 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Angka Harapan Hidup Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu wilayah. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya Definisi Angka Harapan Hidup (AHH) pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan. Idealnya Angka Harapan Hidup dihitung berdasarkan Angka Kematian Menurut Umur (Age Specific Death Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari catatan registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat Tabel Kematian. Tetapi 20 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

28 karena sistem registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan dengan baik maka untuk menghitung Angka Harapan Hidup digunakan cara tidak langsung dengan program Mortpak Lite. Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh BPS RI dengan metode tidak langsung, rata-rata AHH di Pamekasan selama 5 tahun terakhir ( ) menunjukkan trend meningkat yaitu dari 63,59 di tahun 2009 menjadi 65,05 pada tahun ,00 Gambar 6. Angka Harapan Hidup Penduduk Menurut Kabupaten di Madura Tahun ,00 68,00 66,00 64,00 62,00 60,00 58, Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Jawa Timur Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Secara umum kabupaten-kabupaten di wilayah Madura memiliki usia harapan hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata Provinsi Jawa Timur. AHH pada wilayah Madura pada tahun 2013 berkisar pada angka 63 hingga 65 tahun sedangkan angka rata-rata Provinsi Jawa Timur sudah mencapai 70 tahun. Wilayah yang memiliki usia harapan hidup yang relatif tinggi adalah Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Pamekasan dengan AHH sudah di atas 65 tahun. Tabel 13. Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten di Madura Tahun No. Kabupaten (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Kab. Bangkalan 63,16 63,32 63,48 63,64 63,81 2 Kab. Sampang 62,34 63,00 63,49 63,66 64,39 3 Kab. Pamekasan 63,59 63,99 64,39 64,56 65,05 4 Kab. Sumenep 64,53 64,71 64,89 65,10 65,25 Provinsi Jawa Timur 69,15 69,60 69,81 70,09 70,23 Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

29 Secara posisi AHH penduduk Pamekasan di Pulau Madura relatif lebih baik dari pada AHH Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang namun masih lebih rendah dari pada AHH Kabupaten Sumenep. Pada tahun 2013 AHH Kabupaten Pamekasan hanya terpaut 0,20 poin dengan AHH Kabupaten Sumenep. Artinya derajat kehidupan masyarakat Pamekasan secara umum lebih cepat membaik sehingga berpengaruh pada meningkatnya AHH secara signifikan Peserta KB Aktif Dilihat dari persentase pasangan usia subur yang menjadi akseptor KB dalam tiga tahun terakhir terus meningkat dari 75,14 persen di tahun 2010 menjadi 81,64 persen pada tahun Sedangkan dari persentase KB aktif dalam tiga tahun terakhir berkisar pada angka 60 persen. Di sisi lain masih terdapat pasangan usia subur di Pamekasan yang tidak pernah ikut KB namun jumlahnya terus menurun dari 24,86 persen pada tahun 2010 turun menjadi 23,54 persen pada tahun 2011, turun kembali menjadi 22 persen pada tahun 2012 dan tahun 2013 tinggal 18,35 persen. Tabel 14 Persentase PUS Menurut Penggunaan Cara/Alat KB Dan Kabupaten Di Madura Tahun Penggunaan Alat/Cara KB No Kabupaten Sedang Tidak Tidak Pernah Jumlah Menggunakan Menggunakan Menggunakan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kab. Bangkalan 44,30 18,41 37, Kab. Sampang 52,99 27,18 19, Kab. Pamekasan 59,35 22,29 18, Kab. Sumenep 45,55 20,43 34, Provinsi Jawa Timur 66,48 17,62 15, Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur Kalau dilihat Pasangan Usia Subur menurut kabupaten di Madura berdasarkan penggunaan alat/cara KB, pada tahun 2013 Kabupaten Bangkalan merupakan kabupaten tertinggi yang PUS nya tidak pernah menggunakan KB yaitu mencapai 37,29 persen. PUS yang sedang menggunakan KB/akseptor KB aktif tertinggi dicapai oleh Kabupaten Pamekasan yaitu sebesar 59,35 persen sedangkan Kabupaten Bangkalan akseptor KB aktifnya terendah yaitu sebesar 44,30 persen. Dilihat berdasarkan akseptor KB secara keseluruhan di Madura, Kabupaten Pamekasan berada di urutan tertinggi yaitu mencapai 22 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

30 81,64 persen. Sedangkan Kabupaten Bangkalan memiliki akseptor KB terendah yaitu sebesar 62,71 persen Persentase Balita Gizi Buruk Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita. Kondisi ini dilihat dari keadaan tubuh anak atau bayi berdasarkan berat badan menurut umur. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk. WHO (1999) mengelompokkan wilayah yaitu kecamatan untuk kabupaten/kota dan kabupaten/kota untuk provinsi berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam 4 kelompok dari seluruh jumlah balita, yaitu : a. rendah = jika gizi kurang di bawah 10 % b. sedang = jika gizi kurang % c. tinggi = jika gizi kurang % d. sangat tinggi = jika gizi kurang 30 % atau lebih Tabel 15. Persentase Status Gizi Balita Menurut Kabupaten Di Madura Tahun 2013 NO KABUPATEN GIZI BURUK GIZI KURANG GIZI BAIK GIZI LEBIH JUMLAH (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Kab. Bangkalan 3,61 27,71 63,86 4,82 100,00 2 Kab. Sampang 0,00 25,32 72,15 2,53 100,00 3 Kab. Pamekasan 0,00 15,00 85,00 0,00 100,00 4 Kab. Sumenep 8,64 23,46 64,20 3,70 100,00 Provinsi Jawa Timur 3,56 15,41 76,39 4,64 100,00 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Survei Prevalensi Gizi Balita 2013 Berdasarkan hasil Survei Prevalensi Gizi Balita tahun 2013 Kabupaten Pamekasan merupakan wilayah yang tertinggi persentase gizi baiknya di antara kabupaten lain di Madura yaitu sebesar 85 persen dan gizi kurangnya hanya sekitar 15 persen. Hal ini dimungkinkan oleh banyaknya program-program pro kesehatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Pamekasan sejalan dengan adanya pencanangan Rencana Aksi Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

31 Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) tahun oleh Pemprov Jawa Timur yang sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang berkeadilan yang terfokus pada penurunan kemiskinan dan kelaparan Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Tenaga kerja adalah jumlah seluruh penduduk dalam usia kerja (15 tahun ke atas) dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa, jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut. Tabel 16. Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten Pamekasan Uraian (1) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah Penduduk Usia Kerja (15 + Tahun ) Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Bukan Angkatan Kerja Sekolah Mengurus Rumah Tangga Lainnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 76,68 74,72 69,94 77,48 78,12 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2,18 3,53 2,89 2,30 2,19 Tingkat Kesempatan Kerja 97,82 96,47 97,11 97,70 97,81 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Berdasarkan publikasi ILO (International Labour Organization), penduduk dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja dikatakan juga sebagai penduduk usia kerja, yaitu penduduk usia 15 tahun atau lebih, seiring dengan program wajib belajar 9 tahun. Selanjutnya, tenaga kerja dibedakan menjadi: angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (penduduk yang sebagian besar kegiatannya adalah bersekolah, mengurus rumah tangga, atau kegiatan lainnya selain bekerja). Angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang bekerja dan siap masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja dan merupakan potensi penduduk yang akan masuk 24 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

32 pasar kerja. Sedangkan, bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja ataupun mencari kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Angka yang sering digunakan untuk menyatakan jumlah angkatan kerja adalah TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), yang merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dan jumlah tenaga kerja. TPAK dapat juga disebut sebagai indikator ekonomi dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itu makin tinggi angka TPAK suatu wilayah, mencerminkan semakin baik tingkat ekonomi masyarakatnya. Berdasarkan data BPS Agustus 2013 (hasil Sakernas 2013), jumlah Penduduk Usia Kerja (penduduk 15 tahun ke atas) sebanyak orang. Dari jumlah Penduduk Usia Kerja tersebut, angkatan kerjanya sebesar 78,12%. TPAK sebesar 78,12 % artinya dari 100 orang penduduk usia kerja, 78 orang diantaranya adalah angkatan kerja. Secara umum angka TPAK di Pamekasan sejak 5 tahun terakhir (tahun 2009 hingga tahun 2013) menunjukkan kecenderungan meningkat Rasio Penduduk Yang Bekerja Gambaran situasi ketenagakerjaan secara nasional dapat diperoleh dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilaksanakan secara triwulanan sejak tahun Data ketenagakerjaan per triwulan pada umumnya dapat menjelaskan kondisi ketenagakerjaan yang bersifat musiman. Hal ini dikarenakan sebagian besar tenaga kerja di Pamekasan khususnya dan Indonesia pada umumnya masih bertumpu pada sektor Pertanian yang banyak dipengaruhi oleh perubahan iklim. Pada triwulan ketiga 2013, situasi ketenagakerjaan di Pamekasan masih relatif membaik meskipun hubungan industrial antara pengusaha dan buruh belum harmonis, terutama dengan adanya tuntutan buruh yang terkait dengan penentuan upah minimum kabupaten (UMK), upah minimum sektoral (UMS) dan penghapusan sistem outsourching. Jumlah pekerja di Pamekasan pada Agustus 2013 tercatat sebanyak orang atau meningkat orang dibandingkan Agustus Sementara jumlah angkatan kerja di Pamekasan mengalami peningkatan orang yaitu dari orang tahun 2012 menjadi orang pada tahun Dengan demikian peningkatan jumlah pekerja menjadi tidak begitu signifikan jika dibandingkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja. Hal ini dapat menggambarkan bahwa kompetisi di antara angkatan kerja semakin ketat. Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

33 Gambar 7. Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja dan dan Pekerja di Pamekasan Tahun (Ribuan Orang) 500,00 450,00 400,00 350,00 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 469,3 458,7 472,7 438,1 399,5 459,0 422,6 388,0 448,2 462, Pekerja AK Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja. Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masingmasing. Kesempatan Kerja (demand for labour) adalah suatu keadaan yang menggambarkan ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh para pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja. Rasio penduduk yang bekerja pada tahun 2013 sebesar 97,81 persen yang berarti bahwa dari 100 orang jumlah angkatan kerja, terdapat 98 orang diantaranya terserap dalam lapangan pekerjaan yang tersedia. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 0,11 persen poin dibandingkan tahun Tingkat Pengangguran dan Kesempatan Kerja Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 tahun ke atas) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Sedangkan pengangguran terbuka adalah mereka yang tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang 26 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

34 lebih baik (penganggur sukarela) maupun secara terpaksa mereka yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus 2013 yang diakukan oleh BPS Provinsi Jawa Timur, jumlah Angkatan Kerja di Pamekasan pada tahun 2013 mencapai sebanyak orang atau bertambah sebesar orang dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja tahun 2012 sebesar orang. Dari angkatan kerja, yang terserap dalam lapangan kerja sekitar 97,81 persen atau Sementara pencari kerja yang tidak/belum terserap di pasar kerja atau Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 2,19 persen atau orang pada tahun 2013, relatif lebih baik dibandingkan kondisi tahun 2012 yang mencapai 2,30 persen atau orang. Penurunan TPT ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan beberapa kebijakan dan program Pemerintah Kabupaten Pamekasan tahun 2013 mampu menekan meningkatnya jumlah penganggur bahkan menyerap angka pengangguran di Pamekasan. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurut kabupaten di Madura pada tahun 2013 berkisar antara 2,19 6,84 persen. TPT terendah terdapat pada Kabupaten Pamekasan (2,19 persen) dan tertinggi terdapat pada Kabupaten Bangkalan (6,84 persen). Angka TPT pada Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep berada di bawah ratarata angka TPT Jawa Timur (4,33 persen). Tabel 17. Tingkat Pengannguran Terbuka Mnurut Kabupaten Di Madura Tahun 2013 Kabupaten (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kab. Bangkalan 5,01 5,79 3,91 5,32 6,84 Kab. Sampang 1,70 1,77 3,91 1,78 4,74 Kab. Pamekasan 2,18 3,53 2,89 2,30 2,19 Kab. Sumenep 2,27 1,89 3,71 1,19 2,55 Provinsi Jawa Timur 5,08 4,25 4,16 4,12 4,33 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan Pada umumnya perempuan mempunyai peran ganda, yaitu selain aktif dalam kegiatan ekonomi juga berperan mengasuh anak-anak mereka. Oleh karena itu aktifitasnya dalam kegiatan ekonomi menjadi tidak penuh dibandingkan laki-laki yang kodratnya sebagai kepala keluarga berkewajiban mencari nafkah untuk keluarganya. Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

35 Seberapa besar peran perempuan dalam kegiatan ekonomi dapat dilihat dari besaran angka partisipasi angkatan kerja perempuan, yang merupakan persentase jumlah partisipasi angkatan kerja perempuan terhadap jumlah angkatan kerja perempuan. Tabel 18. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tiap Kabupaten di Madura Tahun 2013 No. Kabupaten Laki-laki Perempuan Laki-laki dan Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) 1 Kab. Bangkalan 85,05 58,25 70,66 2 Kab. Sampang 87,00 59,06 72,37 3 Kab. Pamekasan 83,93 72,80 78,12 4 Kab. Sumenep 82,06 70,12 75,68 Provinsi Jawa Timur 85,02 55,56 69,92 Sumber: BPS Jawa Timur Pada tahun 2013 (Hasil Sakernas, 2013), angka TPAK perempuan sebesar 72,80 yang berarti dari 100 penduduk usia kerja terdapat sekitar 73 orang aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja dan pencari kerja). Angka TPAK perempuan Pamekasan paling tinggi di wilayah Madura bahkan jauh di atas angka rata-rata Jawa Timur. Ini menunjukkan perempuan Pamekasan cukup banyak mengambil peran dalam membantu ekonomi keluarga. Dari tahun ke tahun angka TPAK perempuan mengalami peningkatan, sejalan dengan perkembangan teknologi dan pendidikan, di mana perempuan dapat mengoptimalkan perannya sehigga lebih produktif dan bermanfaat bagi keluarga dan lingkungannya Perumahan Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Ketersediaan air bersih di rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari menjadi sangat penting karena berdampak terhadap tingkat kesehatan. Semakin tinggi persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih, semakin baik kondisi kesehatan rumah tangga di daerah tersebut. Oleh sebab itu air yang diperlukan rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan, yaitu mencakup fisik, kimia dan bakteriologis. Penggunaan air yang tidak bersih dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit, antara lain: penyakit cholera, typhus, disentri dan penyakit kulit. 28 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

36 Sumber air yang masuk dalam kelompok air bersih adalah berasal dari, Air kemasan, ledeng, sumur bor/pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung. Penduduk yang memiliki akses air bersih di Pamekasan pada tahun , mengalami peningkatan secara signifikan. Pada tahun 2009 sekitar 86 persen dan meningkat menjadi sekitar 98 persen di tahun Jadi dalam hal ini pada tahun 2013 masih ada sekitar 2 persen rumahtangga yang masih memerlukan perhatian dalam pemenuhan akses air bersih. Berdasarkan data Susenas 2013, akses penduduk terhadap air bersih setiap kabupaten di Pulau Madura bisa diperbandingkan posisinya. Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu kabupaten dengan akses masyarakat terhadap air bersih hampir mencapai 100 persen (97,98 persen). Diurutan kedua yaitu Kabupaten Bangkalan dengan 97,42 persen. Posisi kedua kabupaten ini bahkan lebih tinggi dari pada angka rata-rata Jawa Timur yang masih mencapai 92 persen. No. Tabel 19. Persentase Rumah Tangga Menggunakan Air Bersih Di Pamekasan Tahun Tahun Persentase Rumah Tangga Menggunakan Air Bersih Jumlah Rumah Tangga , , , , , Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Gambar 8. Persentase Rumahtangga Yang Menggunakan Air Bersih di Madura Tahun ,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Di Madura masih terdapat 2 (dua) kabupaten yang lebih dari 10 persen penduduknya masih mengkonsumsi air tidak bersih yaitu Kabupaten Sampang dan Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

37 Kabupaten Sumenep. Bahkan di Kabupaten Sampang masih terdapat sekitar seperempat persen penduduk yang mengkonsumsi air kurang layak minum Rumah Tangga Pengguna Listrik Tersedianya fasilitas perumahan yang lengkap mempunyai kaitan pada kesehatan, pendidikan, bahkan produktifitas anggota rumah tangga. Penyediaan tenaga listrik bertujuan untuk meningkatkan perekonomian serta memajukan kesejahteraan masyarakat. Tersedianya listrik Tabel 20. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Utama di Kab. Pamekasan Tahun Sumber Penerangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Listrik (PLN & Non PLN) 99,12 99,56 99,85 99,92 100,00 Non Listrik 0,88 0,44 0,15 0,08 0,00 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur misalnya, dapat berpeluang memperpanjang waktu belajar anak sekolah dan membuka kesempatan anggota rumah tangga untuk berproduksi. Bila tenaga listrik telah dicapai pada suatu daerah atau wilayah maka kegiatan ekonomi dan kesejateraan pada daerah tersebut dapat meningkat. Saat ini ketersediaan energi listrik menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting untuk mendukung aktivitas rumah tangga, baik untuk keperluan penerangan maupun mengakses berbagai kebutuhan lain. Semakin berkembangnya sektor kelistrikan akan sangat memberikan pengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Pamekasan. Pada lima tahun terakhir ( ) persentase rumah tangga yang menggunakan penerangan listrik (PLN dan Non PLN) terus meningkat secara signifikan. Hingga tahun 2013 seluruh rumah tangga di Pamekasan sudah bisa menikmati listrik, walaupun tidak semuanya menjadi pelanggan PLN karena masih ada sebagian kecil penduduk yang menggunakan listrik melalui tetangga. Data BPS hasil Susenas 2013 menunjukkan bahwa beberapa wilayah kabupaten di Madura masih ada yang belum terjangkau PLN, sehingga masih menggunakan petromak/aladin, pelita/sentir/obor, dan lainnya. Beberapa kabupaten yang rumahtangganya masih menggunakan penerangan non listrik, secara persentase sudah relatif kecil, antara lain Kabupaten Sumenep sebesar 0,64 persen, Kabupaten Sampang 0,62 persen dan Kabupaten Bangkalan sebesar 0,73 persen. 30 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

38 Tabel 21. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Utama per Kabupaten di Madura Tahun 2013 No. Kabupaten Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Listrik (PLN & Non PLN) Non Listrik Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) 1 Kab. Bangkalan 99,27 0, Kab. Sampang 99,38 0, Kab. Pamekasan 100,00 0, Kab. Sumenep 99,36 0, Provinsi Jawa Timur 99,70 0, Kabupaten Pamekasan merupakan satu-satunya kabupaten di Madura yang seluruh penduduknya sudah bisa menikmati penerangan listrik. Berbeda dengan 3 kabupaten yang lain di mana masih terdapat sekitar hampir satu persen penduduk yang belum bisa menikmati terangnya listrik. Demikian juga di Jawa Timur capaiannya masih sekitar 99,70 persen Olah Raga Perkumpulan olah raga adalah perkumpulan yang menyelenggarakan kegiatan di bidang olahraga bagi para anggotanya guna peningkatan prestasi maupun dengan tujuan lain yaitu menjaga kesehatan. Seiring dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya berolahraga baik untuk prestasi maupun menjaga kesehatan, maka klub-klub olahraga pun semakin diminati. Selain itu, keberadaan klub-klub olahraga memberikan kontribusi peningkatan prestasi olah raga regional baik yang bersifat amatir maupun profesional. Oleh karena itu, jika prestasi olahraga semakin baik maka semakin harum dan terpandang suatu daerah, hal ini juga menjadi salah satu indikator keberhasilan pimpinan daerah tersebut. Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kab. Pamekasan terdapat 265 perkumpulan olah raga di tahun 2013, yang terdiri dari perkumpulan olah raga sepak bola, bulu tangkis, bola volley, bola basket, tennis lapangan, tennis meja dan lainnya. Olah raga paling banyak diminati masyarakat Pamekasan adalah bola volley, sepak bola dan tennis lapangan. Ketiga jenis olah raga tersebut terbukti mempunyai perkumpulan olah raga paling banyak diantara jenis olah raga yang lain. Perkumpulan olah raga bola volley jumlahnya mencapai 40,38 persen, sepak bola 13,21 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

39 persen dan tennis lapangan mencapai 11,70 persen. Sedangkan perkumpulan olah raga yang lain tidak sampai mencapai 9 persen. Jika dirinci menurut kecamatan perkumpulan olah raga terbanyak berada di Kecamatan Pamekasan. Sekitar 109 atau 41,13 persen perkumpulan olah raga terbentuk di kecamatan ini, hal ini wajar mengingat Kecamatan Pamekasan adalah ibukota kabupaten. Kecamatan dengan perkumpulan olah raga terbanyak kedua adalah Kecamatan Pademawu, yang terbentuk sebanyak 47 perkumpulan olah raga Keamanan Keamanan, ketertiban dan penanggulangan kriminalitas merupakan salah satu prioritas untuk mewujudkan stabilitas penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintahan daerah dapat terselenggara dengan baik apabila pemerintah dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat, menjaga ketertiban dalam pergaulan masyarakat, serta menanggulangi kriminalitas sehingga kuantitas dan kualitas kriminalitas dapat diminimalisir. Angka kriminalitas yang diselesaikan adalah penyelesaian kasus kriminal oleh aparat penegak hukum (polisi/kejaksaan). Angka kriminalitas yang diselesaikan merupakan jumlah tindak kriminal yang diselesaikan selama 1 tahun terhadap penduduk, atau seperti rumus berikut: Gambar 9. Persentase Perkumpulan Olah Raga Menurut Kecamatan di Kab. Pamekasan Tahun 2013 Tlanakan Pademawu Galis Larangan Pamekasan Proppo Palengaan Pegantenan Kadur Pakong Waru Batumarmar Pasean Sumber: Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda & Olahraga Kab. Pamekasan 32 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

40 Kesigapan aparat keamanan dalam mendeteksi dan mengatasi gejala awal gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat akan menjadikan kondisi keamanan dan ketertiban yang kondusif sehingga tidak mengganggu berlangsungnya aktivitas masyarakat. Selain itu penyelesaian kriminalitas oleh aparat keamanan secara cepat dan tepat sasaran akan memberikan rasa aman bagi masyarakat. Tabel 22. Tindak Kejahatan di Kabupaten Pamekasan Tahun Tahun Dilaporkan Diselesaikan Persentase Penyelesaian Angka Kriminalitas ,10 6, ,37 3, ,66 3,52 Sumber : Polres Pamekasan Keterangan : Diolah Dalam tiga tahun terakhir tindak kejahatan di Kabupaten Pamekasan mengalami penurunan. Tindak kejahatan yang dilaporkan ke Polres Pamekasan selama tahun 2013 adalah sebanyak 598 kasus. Catatan ini menurun dibandingkan dua tahun sebelumnya yang sempat mencapai 699 kasus (2011) dan 608 kasus pada tahun Tindak kejahatan yang paling banyak terjadi adalah pencurian kendaraan bermotor. Pada tahun 2013 jenis kejahatan ini tercatat sebanyak 139 kasus, bahkan pada tahun 2012 sempat mencapai 145 kasus. Angka kriminalitas yang diselesaikan pada tahun 2013 adalah 3,52 atau dengan kata lain dalam satu tahun (selama 2013) 3-4 tindak kejahatan yang dilaporkan diantara penduduk dapat diselesaikan oleh aparat kepolisian. Jika dibandingkan dengan tahun 2011, prestasi ini dapat dikatakan menurun. Sebab pada tahun 2011, sekitar 6 tindak kejahatan yang dilaporkan diantara penduduk dapat diselesaikan. Apabila diperhatikan selama 3 tahun terakhir, penyelesaian tindak kejahatan yang dilaporkan persentasenya cenderung menurun. Pada tahun 2011, persentase penyelesaian kasus kejahatan mencapai 70,1 persen, menurun pada tahun 2012 (47,4%) dan kembali terjadi peningkatan pada tahun 2013 hingga mencapai 48,7 persen. Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

41 34 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

42 BAB III. INDIKATOR EKONOMI 3.1. Produktivitas Total Daerah Produktivitas suatu daerah salah satunya dapat ditunjukkan oleh angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah tersebut. PDRB merupakan nilai tambah yang timbul sebagai akibat dari berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu daerah selama kurun waktu tertentu. Nilai PDRB disuatu daerah sangat tergantung pada potensi serta pengolahan sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam berbagai aktivitas ekonomi di daerah tersebut. PDRB Kabupaten Pamekasan dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan yang cukup berarti. Gambar dibawah ini mengilustrasikan hasil penghitungan PDRB Kabupaten Pamekasan Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan tahun Gambar 10. PDRB Kab. Pamekasan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun (Triliun Rupiah) 5,62 6,36 7,18 2,31 2,45 2, ADHB ADHK2000 Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir nilai PDRB Kabupaten Pamekasan Atas Dasar Harga Berlaku meningkat Rp. 0,74 triliun dari Rp. 5,62 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp. 6,36 triliun pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 bertambah Rp. 0,82 triliun hingga mencapai Rp. 7,18 triliun. Sedangkan hasil penghitungan Atas Dasar Harga Konstan, bertambah Rp. 0,16 triliun dari tahun 2011 (Rp. 2,31 triliun) menjadi Rp. 2,45 triliun pada tahun Pada tahun 2013 bertambah Rp. 0,14 triliun hingga mencapai Rp. 2,61 triliun. Sampai dengan tahun 2013, perekonomian Kabupaten Pamekasan masih bertumpu pada sektor primer. Sektor ini merupakan penyumbang nilai tambah terbesar Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

43 dalam menyusun PDRB Kabupaten Pamekasan. Sektor terbesar kedua adalah sektor tersier dan sektor ketiga adalah sektor sekunder. Komposisi PDRB Kabupaten Pamekasan menurut sektor ekonomi selama tiga tahun terakhir sebagaimana tabel dibawah ini. Tabel 23. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pamekasan Menurut Sektor Ekonomi Tahun (Juta Rupiah) Sektor Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2011 *) 2012 *) 2013 **) 2011 *) 2012 *) 2013 **) 1. Primer , , , , , ,47 2. Sekunder , , , , , ,41 3. Tersier , , , , , ,84 Total PDRB , , , , , ,72 Keterangan: *) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara 3.2. Struktur Ekonomi Untuk mengetahui struktur ekonomi suatu daerah adalah dengan melihat persentase distribusi PDRB atas dasar harga berlaku. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2013 struktur ekonomi Kabupaten Pamekasan tidak banyak mengalami pergeseran. Perubahan yang terjadi hanya pada besaran kontribusi masingmasing sektor ekonomi terhadap total PDRB Kabupaten Pamekasan. 4,27 Gambar 11. Struktur Ekonomi Kab. Pamekasan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ,62 12,69 18,52 5,41 2,95 0,87 Sumber : BPS Kab. Pamekasan 0,97 47,71 Pertanian Pertamb & Galian Ind. Pengolahan List, Gas, & Air Bersih Bangunan Perdag, Hotel & Rest Angk & Komunikasi Keu, Sewa & Jasa Persh Jasa-jasa Pada tahun 2013, struktur ekonomi Kabupaten Pamekasan didominasi oleh tiga sektor ekonomi, yakni sektor pertanian, yang kedua sektor perdagangan, hotel & restoran, dan sektor terbesar ketiga adalah sektor jasa-jasa. Ketiga sektor ekonomi tersebut mempunyai peranan hingga diatas 12 persen. Sedangkan sektor-sektor yang lain 36 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

44 masing-masing berperan dibawah 7 persen. Bahkan sektor pertambangan & penggalian serta sektor listrik, gas & air bersih, kontribusinya tidak sampai 1 persen. Besaran nilai tambah masing-masing sektor ekonomi cukup bervariasi dalam membangun struktur ekonomi Kabupaten Pamekasan. Selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, besarnya peranan atau kontribusi masing-masing sektor ekonomi mengalami pergeseran. Sektor ekonomi yang cenderung menurun kontribusinya adalah sektor primer, sebaliknya sektor tersier terus meningkat kontribusinya terhadap perekonomian Kabupaten Pamekasan. Sedangkan, kontribusi sektor sekunder berfluktuasi dan cenderung meningkat dalam lima tahun terakhir. 60 Gambar 12. Struktur Ekonomi Kabupaten Pamekasan Tahun (%) Primer Sekunder Tersier Sumber : BPS Kab. Pamekasan Pada tahun 2009 kontribusi sektor primer mencapai 50,56 persen dan terus menurun persentasenya dari tahun ketahun menjadi 48,69 persen pada tahun Sementara itu, peranan sektor tersier pada tahun 2009 sebesar 40,50 persen dan terus meningkat hingga mencapai 42,09 persen pada tahun Jika kondisi ini berlangsung dalam waktu yang lama, maka suatu saat struktur perekonomian Kabupaten Pamekasan akan bergeser dari perekonomian yang ditopang sektor primer menjadi bentuk perekonomian yang berbasis sektor tersier. Struktur perekonomian yang demikian merupakan salah satu ciri-ciri wilayah yang tergolong maju. Menurunnya peranan sektor primer terhadap perekonomian Kabupaten Pamekasan disebabkan oleh terus menurunnya kontribusi sektor pertanian. Pada tahun 2009 kontribusi sektor pertanian sebesar 49,48 persen, dan secara terus menerus mengalami penurunan hingga mencapai 47,71 persen pada tahun Jika mengacu pada kondisi lima tahun terakhir, peranan sektor pertanian tiap tahunnya rata-rata mengalami penurunan sekitar 0,44 persen. Sementara itu, sektor pertambangan dan Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

45 penggalian walaupun sempat meningkat kontribusinya dalam dua tahun terakhir, namun jika dibandingkan tahun 2009, kontribusi sektor ini rata-rata mengalami penurunan sebesar 0,03 persen tiap tahunnya. 100,0% 90,0% 80,0% 70,0% 60,0% 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0% 2009 Sumber : BPS Kab. Pamekasan Gambar 13. Struktur Ekonomi Kabupaten Pamekasan Menurut Lapangan Usaha Tahun (%) Jasa-jasa Keu, Sewa & Jasa Persh Angkutan dan Komunikasi Perdag, Hotel dan Restoran Bangunan Listrik, Gas, dan Air Bersih Industri Pengolahan Pertamb & Penggalian Pertanian Sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya, potensi terbesar di sektor pertanian adalah sub sektor tanaman pangan. Pada tahun 2013 peranan sub sektor ini mencapai 21 persen, turun sebesar 0,64 persen jika dibandingkan tahun 2009 atau mengalami penurunan rata-rata sebesar 0,16 persen per tahun. Demikian halnya peranan sub sektor perkebunan, walaupun sempat mencapai 8,74 persen pada tahun 2012, namun pada tahun 2013 kembali turun peranannya menjadi sebesar 8,21 persen. Padahal pada tahun 2009 peranan sub sektor perkebunan mencapai 9,24 persen. Fluktuasi ini terjadi karena tanaman tembakau sebagai komoditi penyumbang terbesar pada sub sektor perkebunan, produksinya kurang stabil dalam lima tahun terakhir. Peranan terbesar kedua pada sektor pertanian adalah sub sektor perikanan, yang berkontribusi sebesar 9,61 persen pada tahun Berbeda dengan sub sektor yang lain, sub sektor perikanan merupakan satu-satunya sub sektor di sektor pertanian yang mengalami peningkatan kontribusi. Selama lima tahun terakhir kontribusi sub sektor ini rata-rata meningkat 0,07 persen tiap tahunnya. Sementara itu sub sektor peternakan selama periode , peranannya mengalami penurunan rata-rata 0,10 persen per tahun. Sedangkan sub sektor kehutanan yang mempunyai peranan terkecil (2013 = 0,01 persen), sejak lima tahun terakhir hampir tidak mengalami perubahan. 38 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

46 Pada tahun 2013, peranan sektor pertambangan dan penggalian terhadap perekonomian Kabupaten Pamekasan sebesar 0,97 persen. Persentase ini menempatkan sektor ini sebagai dua sektor terkecil peranannya bersama sektor listrik, gas & air bersih. Sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Pamekasan bertopang pada sub sektor galian C dan ekstraksi garam. Dengan diterapkannya regulasi penggalian galian C untuk menertibkan penggalian secara liar, dari tahun ke tahun peranan subsektor ini terus mengalami penurunan. Apalagi untuk jenis galian pasir bangunan, masyarakat Pamekasan sudah beralih menggunakan pasir hitam yang diimpor dari luar Pamekasan. Sementara itu, ekstraksi garam yang menjadi salah satu komoditi unggulan Kabupaten Pamekasan, produktivitasnya sangat rentan sekali terhadap anomali cuaca. Pada tahun 2013 produksi garam relatif menurun jika mengacu pada produksi tahun Dalam struktur perekonomian Kabupaten Pamekasan, kontribusi sektor sekunder merupakan yang paling rendah dibandingkan sektor primer dan tersier. Pada tahun 2013, sektor sekunder berkontribusi sebesar 9,22 persen, meningkat 0,28 persen dari tahun Walaupun sempat berfluktuasi antara tahun , namun secara rata-rata sektor ini meningkat 0,07 persen pertahun selama periode tahun Peningkatan peranan sektor sekunder utamanya dipicu oleh meningkatnya kontribusi sektor bangunan yang mencapai 5,41 persen pada tahun Sedangkan dua sektor yang lain yakni sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas & air bersih, kontribusinya masing-masing sebesar 2,95 persen dan 0,87 persen. Selama lima tahun terakhir, peranan sektor bangunan cenderung meningkat. Pada tahun 2009, kontribusi sektor bangunan sebesar 4,98 persen dan terus meningkat hingga mencapai 5,35 persen pada tahun Namun pada tahun 2012, kontribusi sektor ini sedikit menurun menjadi 5,22 persen, tergeser oleh beberapa sektor yang meningkat pada tahun tersebut. Sebaliknya, kontribusi sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas & air bersih selama lima tahun terakhir berfluktuasi dan cenderung menurun. Pada tahun 2009 kedua sektor ini masing-masing berperan sebesar 2,99 persen dan 0,96 persen terhadap PDRB Kabupaten Pamekasan. Fenomena berbeda ditunjukkan sektor ekonomi kelompok tersier, selama lima tahun terakhir kontribusi sektor tersier rata-rata meningkat 0,40 persen tiap tahunnya. Diantara empat sektor ekonomi yang termasuk dalam kelompok sektor tersier, hanya sektor jasa-jasa yang kontribusinya cenderung menurun. Sementara itu, ketiga sektor Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

47 yang lain yakni sektor perdagangan, hotel & restoran, sektor angkutan & komunikasi, serta sektor keuangan, sewa & jasa perusahaan peranannya terhadap PDRB Kabupaten Pamekasan dari tahun ketahun cenderung meningkat. Sebagai kontributor terbesar kedua terhadap pereknomian Kabupaten Pamekasan, sektor perdagangan, hotel & restoran mempunyai daya ungkit paling besar dalam mendongkrak peranan sektor tersier. Secara pasti kontribusinya terus mangalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2013 kontribusi sektor ini telah mencapai 18,52 persen, meningkat sebesar 2,06 persen dibandingkan tahun Kecenderungan sedikit berbeda ditunjukkan sektor angkutan & komunikasi serta sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan. Antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 kedua sektor ini cenderung meningkat peranannya, walaupun sempat terjadi penurunan pada tahun 2010 dan Selama kurun waktu lima tahun peranan kedua sektor ini rata-rata meningkat 0,18 persen dan 0,07 persen tiap tahunnya Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Pamekasan, utamanya bidang ekonomi semakin meningkat seiring dengan dinamika pembangunan itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari besaran angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pamekasan, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir nilai PDRB Kabupaten Pamekasan Atas Dasar Harga Berlaku meningkat Rp. 0,74 triliun dari Rp. 5,62 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp. 6,36 triliun pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 bertambah Rp. 0,82 triliun hingga mencapai Rp. 7,18 triliun. Sedangkan hasil penghitungan PDRB Kabupaten Pamekasan Atas Dasar Harga Konstan 2000, bertambah Rp. 0,16 triliun dari tahun 2011 (Rp. 2,31 triliun) menjadi Rp. 2,45 triliun pada tahun Pada tahun 2013 bertambah Rp. 0,14 triliun hingga mencapai Rp. 2,61 triliun. Pertumbuhan PDRB merupakan suatu indikator ekonomi makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Indikator ini biasanya digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi dapat dihitung melalui PDRB atas dasar harga konstan, karena melalui penghitungan ini besaran nilai tambah sudah tidak lagi dipengaruhi oleh faktor harga. Dengan kata lain, pertumbuhan yang terjadi benar-benar karena kenaikan produksi barang/jasa. 40 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

48 Tabel 24. PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pamekasan Tahun Uraian Tahun 2011 *) 2012 *) 2013 **) 1. PDRB atas Dasar Berlaku (Juta Ruiah) , , ,84 2. PDRB atas Dasar Konstan (Juta Rupiah) , , ,72 3. Pertumbuhan (%) 6,21 6,32 6,28 Sumber : BPS Kab. Pamekasan Keterangan: *) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara Pertumbuhan PDRB merupakan suatu indikator ekonomi makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Indikator ini biasanya digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu wilayah dalam periode waktu tertentu. Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi dapat dihitung melalui PDRB atas dasar harga konstan, karena melalui penghitungan ini besaran nilai tambah sudah tidak lagi dipengaruhi oleh faktor harga. Dengan kata lain, pertumbuhan yang terjadi benar-benar karena kenaikan produksi barang/jasa. Perekonomian Kabupaten Pamekasan pada tahun 2013 tumbuh sebesar 6,28 persen dibanding tahun Selama kurun waktu lima tahun terakhir antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, rata-rata terjadi percepatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,22 persen tiap tahun. Akan tetapi jika melihat kondisi dua tahun terakhir, pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pamekasan melambat 0,04 persen dibandingkan tahun Melambatnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pamekasan pada tahun 2013 disebabkan oleh pertumbuhan sektor primer yang melambat 0,86 persen dibandingkan tahun Perlambatan pertumbuhan ekonomi selama dua tahun terakhir tidak terlalu drastis karena masih terkoreksi oleh percepatan pertumbuhan yang terjadi pada sektor sekunder dan sektor tersier. Sektor sekunder justru mengalami percepatan pertumbuhan sebesar 1,30 persen, sedangkan sektor tersier mengalami percepatan pertumbuhan sebesar 0,51 persen dibandingkan tahun Pertumbuhan sektor primer pada tahun 2013 sebesar 3,88 persen, melambat jika dibandingkan pertumbuhan lima tahun sebelumnya. Kondisi ini disebabkan oleh pertumbuhan sektor pertanian yang sempat melambat 1,00 persen dibandingkan tahun Namun pada saat yang sama, sektor Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

49 ekonomi kelompok primer yang lain yakni pertambangan & penggalian mengalami percepatan pertumbuhan sebesar 4,90 persen. Pada tahun 2013 sektor sekunder tumbuh positif dan mengalami percepatan sebesar 1,30 persen dibandingkan tahun Sektor ini rata-rata mengalami percepatan pertumbuhan 0,89 persen per tahun selama lima tahun terakhir, walaupun pada tahun 2012 sedikit melambat 0,71 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Capaian sektor sekunder yang tumbuh sebesar 8,03 persen pada tahun 2013 tersebut, disumbang oleh sektor bangunan yang mencapai pertumbuhan sebesar 8,86 persen. Sedangkan sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas & air bersih masing-masing tumbuh sebesar 7,39 persen dan 5,95 persen. Tabel 25. Pertumbuhan Ekonomi Kab. Pamekasan Menurut Lapangan Usaha Tahun (%) Lapangan Usaha *) 2012 *) 2013 **) 1. Pertanian 4,26 4,67 4,39 4,81 3,81 2. Pertamb & Galian 4,15 1,56 6,45 1,51 6,41 3. Ind. Pengolahan 2,60 3,80 6,21 6,78 7,39 4. Listrik, Gas, & Air Bersih 4,75 5,11 5,12 7,56 5,95 5. Bangunan 5,65 6,62 8,70 6,52 8,86 6. Perdag, Hotel dan Rest 7,51 9,09 10,61 9,86 10,18 7. Angkutan & Komunikasi 8,31 8,91 8,22 9,52 9,59 8. Keu, Sewa & Jasa Perush 4,95 5,45 6,86 7,49 8,36 9. Jasa-jasa 5,63 5,63 5,94 5,93 6,52 Pertumbuhan Total 5,19 5,75 6,21 6,32 6,28 Sumber : BPS Kab. Pamekasan Keterangan: * = Angka diperbaiki **= Angka sementara Tiga sektor yang termasuk dalam sektor sekunder, dua sektor diantaranya mengalami pertumbuhan yang cukup fluktuatif, yakni sektor bangunan serta sektor listrik, gas & air bersih. Sedangkan sektor industri pengolahan pertumbuhannya relatif stabil dan mengalami percepatan pertumbuhan rata-rata 1,2 persen tiap tahunnya. Pada tahun 2009, pertumbuhan sektor industri pengolahan sebesar 2,60 persen dan terus mengalami percepatan hingga mencapai 7,39 persen pada tahun Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

50 Sama halnya dengan sektor sekunder, pada tahun 2013 sektor tersier juga mengalami percepatan pertumbuhan. Dibandingkan tahun 2012, sektor tersier tumbuh 8,50 persen atau mengalami percepatan sebesar 0,51 persen. Percepatan pertumbuhan juga dialami keempat sektor yang tergolong dalam kelompok sektor ekonomi tersier. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, tingkat pertumbuhan sektor perdagangan, hotel & restoran adalah yang tertinggi diantara sektor-sektor yang lain, baik dalam kelompok sektor tersier maupun untuk semua sektor. Sejak tahun 2009, sektor ini mengalami ratarata percepatan pertumbuhan 0,67 persen per tahun, dan puncaknya terjadi pada tahun 2011 hingga mencapai 10,61 persen. Pertumbuhan terbesar kedua adalah sektor angkutan & komunikasi. Selama lima tahun terakhir sektor ini rata-rata mengalami percepatan pertumbuhan sebesar 0,32 persen. Sejak tahun 2009, pertumbuhan terendah sektor ini terjadi pada tahun 2011 yakni sebesar 8,22 persen. Memasuki era teknologi informasi yang semakin maju serta mobilitas penduduk yang semakin tinggi, maka sektor angkutan & komunikasi pada tahun-tahun mendatang diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan dengan tingkat percepatan yang cukup tinggi. Salah satu sektor penopang tumbuh berkembangnya sektor-sektor yang lain adalah sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan. Pada tahun 2013, laju pertumbuhan sektor ini mencapai 8,36 persen dan merupakan tertinggi keempat setelah sektor bangunan. Jika mengacu pada laju pertumbuhan tahun 2009, tiap tahun pertumbuhan sektor ini mengalami percepatan rata-rata sebesar 0,85 persen. Rata-rata pertumbuhan ini merupakan yang tertinggi diatas sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel & restoran, serta sektor-sektor yang lain Sumber Pertumbuhan Ekonomi Sampai dengan tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pamekasan masih tergantung pada pertumbuhan sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel & restoran serta sektor jasa-jasa. Akumulasi ketiga sektor tersebut, pada tahun 2013 menyumbang 4,47 persen dari total pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pamekasan. Walaupun sumbangan sektor pertanian pada tahun ini merupakan yang terendah dalam lima tahun terakhir, namun sektor ini merupakan sumber pertumbuhan tertinggi hingga mencapai 1,76 persen. Sumber pertumbuhan terbesar kedua adalah sektor perdagangan, hotel & restoran yakni 1,66 persen dan sektor jasa-jasa sebagai sumber pertumbuhan terbesar Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

51 ketiga dengan sumbangan 1,05 persen. Sedangkan pertumbuhan sektor-sektor yang lain, sumbangannya masing-masing masih dibawah satu persen. Tabel 26. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kab. Pamekasan Menurut Sektor Ekonomi Tahun (%) Lapangan Usaha *) 2012 *) 2013 **) 1. Pertanian 2,06 2,24 2,08 2,25 1,76 2. Pertamb & Galian 0,05 0,02 0,08 0,02 0,07 3. Ind. Pengolahan 0,08 0,11 0,18 0,19 0,21 4. Listrik, Gas, & Air Bersih 0,05 0,05 0,05 0,07 0,06 5. Bangunan 0,26 0,30 0,40 0,31 0,42 6. Perdag, Hotel dan Rest 1,08 1,33 1,61 1,56 1,66 7. Angkutan & Komunikasi 0,36 0,40 0,38 0,45 0,47 8. Keu, Sewa & Jasa Perush 0,34 0,38 0,47 0,52 0,59 9. Jasa-jasa 0,91 0,91 0,96 0,96 1,05 Pertumbuhan Total 5,19 5,75 6,21 6,32 6,28 Sumber : BPS Kab. Pamekasan Keterangan: * = Angka diperbaiki **= Angka sementara Komposisi sumber pertumbuhan tiap sektor terhadap total pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pamekasan tidak jauh berbeda dari tahun ketahun. Walaupun peranan sektor pertanian dari tahun ketahun cenderung menurun, namun sektor ini merupakan sumber terbesar dalam mendongkrak percepatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pamekasan. Terbukti dengan menurunnya sumbangan pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2013, berakibat pada melambatnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pamekasan dibandingkan tahun sebelumnya. Penerapan teknologi pertanian tepat guna, peningkatan penyuluhan pertanian, dan kepastian pemasaran hasil-hasil pertanian akan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pamekasan. Sumber pertumbuhan terbesar kedua disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel & restoran. Dari tahun ketahun sumbangan sektor ini cenderung meningkat dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pamekasan. Walaupun pada tahun 2012 sempat melemah 0,05 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1,61 persen. Sejalan dengan kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Pamekasan yang cenderung meningkat dari tahun ketahun, sudah sepantasnya jika sektor ini lebih serius 44 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

52 digarap melalui program-program pembangunan bidang ekonomi oleh pemerintah daerah. Tingkat pertumbuhan sektor jasa-jasa pada tahun 2013 memang berada pada urutan keenam diantara sektor ekonomi yang lain, namun sektor ini merupakan sumber terbesar ketiga bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pamekasan. Hal ini membuktikan bahwa sektor jasa-jasa mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian di Kabupaten Pamekasan. Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

53 46 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

54 BAB IV. INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT 4.1. Persentase Penduduk Diatas Garis Kemiskinan Secara nasional ukuran kemiskinan yang dipakai adalah hasil penghitungan Badan Pusat Statistik. Dalam mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Selain jumlah dan persentase penduduk miskin, indikator kemiskinan lain yang juga sangat penting adalah indeks kedalaman kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan bisa dianalogikan dengan posisi beberapa ekor ikan di laut pada kedalaman yang berbeda. Dalam hal ini, permukaan laut sebagai garis kemiskinan dan posisi ikan sebagai pengeluaran perkapita per bulan dari penduduk miskin. Jarak rata-rata posisi ikan terhadap permukaan laut itulah yang disebut indeks kedalaman kemiskinan. Semakin besar indeks kedalaman kemiskinan di suatu wilayah bermakna semakin dalam kemiskinan di wilayah itu. Artinya, pemerintah mempunyai beban yang lebih berat untuk mendorong penduduk miskin keluar dari garis kemiskinan. Kemiskinan itu ibarat lingkaran setan. Perlu dorongan yang sangat kuat untuk mengeluarkan penduduk miskin dari lingkaran setan itu. Perekonomian Pamekasan dari waktu ke waktu terus tumbuh dan cenderung berkembang. Kondisi faktual tersebut dapat ditunjukkan dengan percepatan pertumbuhan ekonomi dari tahun-tahun sebelumnya selama kurun waktu 5 tahun terakhir kecuali tahun Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 mencapai 5,19 persen meningkat secara bertahap hingga mencapai 6,32 persen di tahun 2012 dan melambat menjadi 6,28 persen pada tahun Walaupun sempat melambat 0,23 persen pada tahun 2013, peningkatan angka pertumbuhan pada tahun-tahun sebelumnya secara tidak langsung berdampak pada pengurangan distorsi pembangunan. Distorsi pembangunan dalam hal ini kemiskinan menunjukkan angka penurunan dari tahun ke tahunnya selama 5 tahun terakhir. Angka kemiskinan pada tahun berturut-turut sebesar 24,32 persen, 24,32 persen, 22,48 persen, 20,90 persen, 19,54 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan,

55 persen, dan 18,45 persen. Pada tahun 2013 turun sebesar 1,09 persen jika dibandingkan kondisi tahun Penurunan angka kemiskinan memberikan pengaruh pada jumlah penduduk di atas garis kemiskinan. Jumlah penduduk diatas garis kemiskinan selama 5 tahun menunjukan pertumbuhan di atas 1 persen. Jumlah penduduk di atas garis kemiskinan di tahun 2013 sebesar 81,55 persen atau tumbuh 1,09 persen dari tahun sebelumnya. Selama kurun waktu tahun laju pertumbuhan penduduk di atas garis kemiskinan berturut-turut sebesar 2 persen; 1,84 persen; 1,58 persen; 1,36 persen; dan 1,09 persen. Gambar 14. Persentase Penduduk Di Atas Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin Di Kabupaten Pamekasan Tahun Sumber : BPS Kabupaten Pamekasan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin saja. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan itu sendiri. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode , walaupun jumlah dan persentase penduduk miskin mengalami penurunan tetapi Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) justru menunjukkan kecenderungan meningkat. Indeks Kedalaman Kemiskinan meningkat dari 2,25 pada keadaan 2012 menjadi 2,80 pada keadaaan Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan meningkat dari 0,39 menjadi 0,70 pada periode yang sama. Fenomena peningkatan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa 48 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun Keterangan

Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun Keterangan 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur dapat dielaborasi kedalam tiga fokus utama, yaitu Fokus Kesejahteraan Masyarakat dan Pemertaan Ekonomi, Fokus Kesejahteraan

Lebih terperinci

Tabel 2.25 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Tabel 2.25 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 2.2. Aspek Kesejahteraan Rakyat Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur dapat dielaborasi kedalam tiga fokus utama, yaitu Fokus Kesejahteraan Masyarakat dan Pemertaan Ekonomi, Fokus Kesejahteraan Masyarakat,

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang 2.1. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang cukup

Lebih terperinci

gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini.

gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini. gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini. a. Urusan Pendidikan 1) Angka Melek Huruf Angka melek huruf merupakan tolok ukur capaian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada 4.1. Profil Wilayah BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 49 29 Lintang Selatan dan 6 0 50 44

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

Tabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun

Tabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 41 2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.1.2.1.1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Lebih terperinci

dari target 28,3%. dari target 25,37%. dari target 22,37%. dari target 19,37%.

dari target 28,3%. dari target 25,37%. dari target 22,37%. dari target 19,37%. b. 2010 target penurunan 5.544 RTM (3,00%) turun 18.966 RTM (10,26%) atau menjadi 40.370 RTM (21,85 %) dari target 28,3%. c. 2011 target penurunan 5.544 RTM (3,00%) turun 760 RTM (2,03%) atau menjadi 36.610

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya Human Development Index (HDI), Indeks Pembangunan Manusia Indonesia. Secara menyeluruh kualitas

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Statistik Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2015 Nomor Publikasi : 35522.1604 Katalog BPS : 4301002.35 Naskah : Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat Bidang Statistik Sosial Gambar Kulit

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, GUBERNUR KALIMANTAN BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR : 678/ OR / 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 396/OR/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi tiga prioritas pembangunan pendidikan nasional, meliputi 1. pemerataan dan perluasan akses pendidikan, 2. peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Tahun 2016 ini disusun untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan dalam

Lebih terperinci

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi usaha kecil dan menengah, penanaman modal, kebudayaan, pemuda dan olahraga, kesatuan

Lebih terperinci

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga nasional

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT 2014 ISBN : 978-602-1196-66-3 Nomor Publikasi : 13520.15.08 Katalog BPS : 4301003.13 Ukuran buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : ix + 40 Naskah : Bidang Statistik

Lebih terperinci

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN No III. BIDANG PENDIDIKAN TABEL 3.1.a ANGKA PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN TAHUN 2015 KECAMATAN SD SLTP SLTA L P L + P L P L+P L P L+P 1.365 1.191 2.556

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019,

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi Sumatera Barat Tahun

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi Sumatera Barat Tahun KONDISI MAKRO KEMISKINAN Target RPJMN, tingkat kemiskinan 2015 8% di tingkat Propinsi Sumatera Barat, Kabupaten Pasaman Barat berada di peringkat ke-8 Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 i PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 ii KATA PENGANTAR Profil Kesejahteraan Rakyat Kota Palangka Raya Tahun 2013 ini adalah merupakan publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator Page 1 Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Uraian Jumlah Jumlah Akan Perlu Perhatian Khusus Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 12 9 1 2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI :

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI : PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI : Amanat undang-undang dasar 1945 1. Pembukaan Alinea IV: memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro VISI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO TERWUJUDNYA INSAN CERDAS, KOMPERHENSIP DAN BERBUDAYA BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA UNTUK MENOPANG

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA PROVINSI GORONTALO. Tujuan 1 : Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

INDIKATOR KINERJA UTAMA PROVINSI GORONTALO. Tujuan 1 : Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah LAMPIRAN I KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR : 431 / 02 / XI / 2015 TANGGAL : 3 NOVEMBER 2015 TENTANG : PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROVINSI GORONTALO 1. Nama Organisasi : Pemerintah Provinsi

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI...

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI... LOGO KANTOR PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI... Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/kategori:lambang_kabupaten_dan_kota_di_indonesia PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA...

Lebih terperinci

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1404 Katalog BPS : 4102004.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm :

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH   

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH    PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH    DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 4 BAB I. PENDAHULUAN... 6 Tabel 1.1. Standar untuk Menentukan Nilai Masing-masing Indikator...

Lebih terperinci

Kata Sambutan. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kata Sambutan. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bupati Bandung Kata Sambutan Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ungkapan syukur kehadirat Illahi Rabbi, atas limpahan rahmat dan hidayah-nya kita masih diberi kesempatan untuk membangun Kabupaten

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan salah satu kebijakan pengembangan wilayah yang mencoba merubah sistem sentralistik menjadi desentralistik. Melalui kebijakan ini, diharapkan

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1 1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB II. KEADAAN UMUM...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD 5.1. Evaluasi APBD Pendapatan Daerah yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Kota Solok diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya berasal

Lebih terperinci

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Analisis capaian kinerja dilaksanakan pada setiap sasaran yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan.

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN Untuk mengukur kinerja Kabupaten Barru, disusun indikator kinerja sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang meliputi: (1)

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Erisman, M.Si, Kabid Statistik Sosial, BPS Provinsi Jawa Tengah Data Penduduk Yang Digunakan Mulai tahun 2014 angka penduduk yang digunakan adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. UUD 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat

I. PENDAHULUAN. UUD 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara politis tekad pemerintah untuk membangun pelayanan pendidikan bagi seluruh masyarakat terlihat cukup besar. Hal ini seperti yang dinyatakan dalam UUD 1945

Lebih terperinci

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar KABUPATEN WAROPEN TAHUN 2014 Oleh : Muhammad Fajar KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik mengamanatkan Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas perstatistikan di

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan

EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA % Capaian Kinerja % Realisasi

Lebih terperinci

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun 2012-2017 NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH SATUAN 2013 2014 2015 2016 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Lebih terperinci

Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global

Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target 2015 Realiasasi 2015 % Capaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang pendidikan. Peningkatan pendidikan yang bermutu di Indonesia termaktub dalam amanah konstitusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting di seluruh aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan kepribadian manusia.

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

Jalan Pangeran Antasari No. 1 Telepon (0517) 21076/21526 Kandangan 71211

Jalan Pangeran Antasari No. 1 Telepon (0517) 21076/21526 Kandangan 71211 Jalan Pangeran Antasari No. 1 Telepon (0517) 21076/21526 Kandangan 71211 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEPUTUSAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9 i DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... 7 Hal BAB II EVALUASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan pembangunan daerah Kota Yogyakarta maka dibuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJMD

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM 1 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM A. PENDAHULUAN Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor: 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107 36 Bujur Timur, 6 55 Lintang Selatan. Ketinggian tanah 791m di atas permukaan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR 5.1. Matriks Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, dan Pendanaan Indikatif Berdasarkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR INDIKATR KINERJA UTAMA DINAS PRVINSI JAWA TIMUR Visi : Terwujudnya insan yang cerdas, berakhlak, profesional, dan berbudaya Misi Tujuan : 1. Mewujudkan pemerataan aksesbilitas dan kualitas pendidikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pringsewu bisa dimulai dengan mengenal lebih dekat karakteristik kedua kabupaten. Sebelum

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci