Lampiran PENYUSUNAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lampiran PENYUSUNAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA"

Transkripsi

1 Lampiran PENYUSUNAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2014 Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat - FEUI

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii v LAMP 1. LAPORAN SURVEY KABUPATEN-KOTA DI KALIMANTAN UTARA... 1 L1. Kabupaten Bulungan... 1 L.1.1. Penduduk... 1 L.1.2. Ketenagakerjaan... 4 L.1.3. Pendidikan... 7 L.1.4. Kesehatan... 8 L.1.6. Pertumbuhan Ekonomi L.1.7. Keuangan Daerah L.1.8. Konsumsi dan Kemiskinan L.1.9. Penjabaran Sektoral L Hasil Observasi Lapangan L.2. Kabupaten Malinau L.2.1. Aspek Demografis L.2.2. Ketenagakerjaan L.2.3. Sosial dan Budaya L.2.4. Kesehatan L.2.5 Agama L.2.6. Ekonomi L.2.7. Keuangan dan Harga L.2.8. Konsumsi dan Kemiskinan L.2.9. Pertanian, Perkebunan dan Peternakan L Hasil Observasi di Kabupaten Malinau L.3. Kabupaten Nunukan L.3.1. Geografis L.3.2. Penduduk L.3.3. Angkatan Kerja L.3.4. Sosial dan Budaya L.3.5. Perekonomian L.3.6. Pertambangan dan Penggalian L.3.7. Pertanian L.3.8. Keuangan Daerah L.3.9. Hasil Observasi Lapangan L.4. Kabupaten Tana Tidung L.4.1. Kependudukan L.4.2. Ketenagakerjaan Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara i

3 L.4.3. Pendidikan L.4.4. Kesehatan L.4.5. Agama L.4.6. Kesejahteraan Penduduk L.4.7. Keuangan Daerah L.4.8. Pertumbuhan Ekonomi L.4.9. Penjabaran Sektoral L Hasil Observasi Lapangan L Dokumentasi di Kabupaten Tana Tidung L.5. Kota Tarakan L.5.1. Aspek Penduduk dan Ketenagakerjaan L.5.3. Aspek Ekonomi L.5.4. Keuangan Daerah L.5.6. Kesejahteraan Masyarakat L.5.7. Biaya Hidup Masyarakat L.5.8. Potensi Daerah L.5.9. Infrastruktur L Hasil Observasi Lapangan LAM 2. KERANGKA PIKIR PENELITIAN Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara ii

4 DAFTAR TABEL Tabel L.1.1. Sarana Pendidikan di Kabupaten Bulungan Periode Tabel L.1.1. Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni Kabupaten Bulungan Periode Tabel L.1.2. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bulungan Periode Tabel L.1.3. Jumlah Tenaga Kesehatan dan Tempat Tidur Fasilitas Kesehatan Kabupaten Bulungan Periode Tabel L.1.4. Luas Tanam, Luas Panen, dan Produksi Padi di Kabupaten Bulungan Periode Tabel L.1.5. Produksi Buah-Buahan di Kabupaten Bulungan Periode Tabel L.1.6. Produksi Perikanan di Kabupaten Bulungan Periode (dalam ton) Tabel L.2.1. Sarana dan Tenaga Kesehatan Kabupaten Malinau Periode Tabel L.4.1. Rasio Jumlah Guru dan Murid di Kabupaten Tana Tidung, Tabel L.4.2. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Tana Tidung, Tabel L.4.3. Jumlah Fasilitas Program KB di Kabupaten Tana Tidung, Tabel L.4.4. Persentase Penduduk berdasarkan Tingkat Kesejahteraan (%), Tabel L.4.5. Struktur PDRB Kabupaten Tana Tidung (%), Tabel L.4.6. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tana Tidung Berdasarkan Lapangan Usaha (%), Tabel L.4.7. Luas Panen, Luas Tanam, dan Hasil Tanaman Perkebunan (Non Padi), Tabel L.4.8. Luas lahan (Ha), produksi (ton), dan lokasi perkebunan rakyat, Tabel L.4.9. Banyaknya Rumah Tangga Perikanan Menurut Sub Sektor dan Kecamatan, Tabel L Banyaknya Rumah Tangga Perikanan Laut Menurut Perahu/Fasilitas dan Kecamatan, Tabel L Jumlah Populasi Ternak Berdasarkan Jenis (Ekor), Tabel L Jumlah Ternak Potong Yang Masuk (Ekor), Tabel L Jumlah pengunjung obyek wisata Tabel L Perkembangan Sektor Pariwisata di Tana Tidung Tabel L Jumlah Hotel, Kamar, dan Tempat Tidur, Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara iii

5 Tabel L.5.1. Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk, serta Rasio Kelamin Kota Tarakan, Tabel L.5.2. Komposisi Tenaga Kerja di Kota Tarakan Berdasarkan Lapangan Usaha, Tabel L.5.3. Dinamika Fasilitas Penunjang Kesehatan di Kota Tarakan, Tabel L.5.4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tarakan Berdasarkan Lapangan Usaha, Tabel L.5.5. Perkembangan Laju Inflasi Kota Tarakan Menurut Kelompok Komoditi Tabel L.5.6. Perkembangan Jumlah Unit Usaha Industri Berdasarkan Skala Usaha, Tabel L.5.7. Jumlah Pemadaman Listrik Bergilir di Kota Tarakan, Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara iv

6 DAFTAR GAMBAR Gambar L1.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bulungan Berdasarkan Jenis Kelamin Periode Gambar L.1.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bulungan Periode (%)... 2 Gambar L.1.3. Kepadatan Penduduk Kabupaten Bulungan Periode (jiwa/km 2 )... 3 Gambar L.1.4. Distribusi Jumlah Penduduk Kabupaten Bulungan Menurut KecamatanTahun Gambar L.1.5. Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Bulungan Periode Gambar L.1.6. Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama Tahun Gambar L.1.7. Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Periode Gambar L.1.8. Rasio Murid-Guru Kabupaten Bulungan Periode Gambar L.1.9. Jumlah Penduduk Kabupaten Bulungan Menurut Agama Periode Gambar L Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bulungan Periode (%) Gambar L PDRB Kabupaten Bulungan Periode (Dalam Juta Rp, HK 2000) Gambar L Kontribusi Menurut Lapangan Usaha Periode (Dalam %, HK 2000) Gambar L Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bulungan Tahun Gambar L Surplus/Defisit APBD Kabupaten Bulungan Gambar L Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Kabupaten Bulungan Menurut Daerah Periode Gambar L Jumlah Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Kabupaten Bulungan Periode Gambar L Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Bulungan Periode Gambar L.2.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Malinau Berdasarkan Jenis Kelamin Perionde Gambar L.2.2. Rasio Jenis Kelamin Kabupaten Malinau Periode Gambar L.2.3. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Malinau (%) Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara v

7 Gambar L.2.4. Kepadatan Penduduk Kabupaten Malinau Periode (jiwa/km 2 ) Gambar L.2.5. Distribusi Jumlah Penduduk Kabupaten Malinau Menurut Kecamatan Tahun Gambar L.2.6. Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Malinau Periode Gambar L.2.7 Tingkat Pengangguran Kabupaten Malinau Gambar L.2.8. Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama Tahun Gambar L.2.9. Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun Gambar L Banyaknya Pencari Kerja Yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Malinau Periode Gambar L Banyaknya Permintaan Tenaga Kerja Yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Malinau Periode Gambar L Sarana Pendidikan di Kabupaten Malinau Periode Gambar L Rasio Murid-Guru Kabupaten Malinau Periode Gambar L.2.14 Jumlah Mahasiswa di Kabupaten Malinau Gambar L Jumlah Sarana Puskesmas dan Posyandu Gambar L Jumlah Apotek, Toko Obat dan Gudang Farmasi Kabupaten Malinau Gambar L Jumlah Bayi Lahir Hidup, Lahir Mati, Bayi Mati dan Balita Mati di Kabupaten Malinau Gambar L Banyaknya Peserta KB Aktif Berdasarkan Metode Kontrasepsi di Kabupaten Malinau, Gambar L Agama Penduduk Kabupaten Malinau Periode Gambar L Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malinau Periode Gambar L Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Malinau (Dalam Juta Rp. HB) Gambar L PDRB Kabupaten Malinau Menurut Lapangan Usaha Periode (Dalam Persen, HB) Gambar L Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Malinau (Dalam Juta Rp., HK 2000) Gambar L PDRB Kabupaten Malinau Menurut Lapangan Usaha Periode (Dalam Persen, HK 2000) Gambar L Realisasi Penerimaan Daerah Menurut Jenis Penerimaan (dalam Juta Rupiah) Gambar L Realisasi Pengeluaran Daerah Menurut Jenis Pengeluaran (dalam Juta Rupiah) Gambar L Surplus atau Defisit Kabupaten Malinau (Dalam Juta Rupiah) Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara vi

8 Gambar L Persentase Pengeluaran Rumah Tangga Menurut Jenis Pengeluaran di Kabupaten Malinau Gambar L Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Malinau Periode Gambar L Keluarga Pra Sejahtera Dan Sejahtera I di Kabupaten Malinau Gambar L Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang (dalam Ton) Kabupaten Malinau Gambar L Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak di Kabupaten Malinau (ekor) Gambar L.3.1. Perbandingan Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Nunukan (km 2 ) Gambar L.3.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Nunukan Tahun Gambar L.3.3. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Nunukan Tahun (jiwa) Gambar L.3.4. Distribusi Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kabupaten Nunukan Tahun 2013 (jiwa) Gambar L.3.5. Distribusi Penduduk Kabupaten Nunukan per Kecamatan Tahun 2013 (%) Gambar L.3.6. Jumlah Penduduk dan angkatan Kerja Kabupaten Nunukan Tahun Gambar L.3.7. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Nunukan Tahun (%) Gambar L.3.8. Persentase Angkatan Kerja Kabupaten Nunukan Tahun 2012 Berdasarkan Pendidikan yang Ditamatkan (%) Gambar L.3.9. Rata-Rata Kebutuhan Hidup Layak dan Upah Minimum Kabupaten Nunukan Tahun Gambar L Jumlah Guru dan Murid di Kabupaten Nunukan tahun Gambar L Jumlah Sekolah di Kabupaten Nunukan Tahun Gambar L Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Nunukan Tahun Gambar L PDRB Kabupaten Nunukan Tahun (Dalam Juta Rupiah) Gambar L Struktur Perekonomian Kabupaten Nunukan Tahun 2004, 2006, 2009, dan 2012 Berdasarkan Lapangan Usaha (%) Gambar L Laju Pertumbuhan Sektoral PDRB Kabupaten Nunukan Tahun Gambar L Nilai Tambah Bruto Sektor Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Nunukan Tahun (Dalam Juta Rp, HB) Gambar L Nilai Tambah Bruto Sektor Pertanian Kabupaten Nunukan Tahun (dalam Juta Rp, HB) Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara vii

9 Gambar L Realisasi Pendapatan Kabupaten Nunukan Tahun 2012 (Dalam Juta Rupiah) Gambar L Realisasi Belanja Kabupaten Nunukan Tahun 2012 (Dalam Juta Rupiah) Gambar L.4.1. Jumlah Penduduk di Kabupaten Tana Tidung, Gambar L.4.2. Persentase Pekerja dan TPAK di Kabupaten Tana Tidung, Gambar L.4.3. Persentase Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha di Kabupaten Tana Tidung, Gambar L.4.4. Jumlah Sekolah Negeri di Kabupaten Tana Tidung, Gambar L.4.5. Nilai APK dan APM Sekolah di Kabupaten Tana Tidung, Gambar L.4.6. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Tana Tidung, Gambar L.4.7. Persentase Penduduk Menurut Agama di Kabupaten Tana Tidung, Gambar L.4.8. Realisasi APBD Kabupaten Tana Tidung (Milyar Rupiah), Gambar L.4.9. PDRB Kabupaten Tana Tidung Berdasarkan Harga Berlaku dan Harga Konstan (Juta Rupiah), Gambar L Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tana Tidung, Gambar L Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Tana Tidung, Gambar L Produksi Sayur Mayur (Ton), Gambar L Produksi buah-buahan (ton), Gambar L Banyaknya rumah tangga perikanan, Gambar L Jalan Menuju Kecamatan Sesayap Hilir Gambar L Dermaga di Kabupaten Tana Tidung Gambar L.5.1 Kepadatan Penduduk Kota Tarakan, Gambar L.5.2. Angka Beban Ketergantungan Kota Tarakan, Gambar L.5.3. Perbandingan Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran Terbuka di Kota Tarakan, Gambar L.5.4. Angka Melek Huruf Penduduk Kota Tarakan, Gambar L.5.5. Angka Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Kota Tarakan, Gambar L.5.6. Rasio Murid Kelas Kota Tarakan, Gambar L.5.7. Rasio Murid Guru Kota Tarakan, Gambar L.5.8. Angka Partisipasi Kasar Kota Tarakan, Tahun Gambar L.5.9. Angka Partisipasi Murni Kota Tarakan, Tahun Gambar L Angka Harapan Hidup Masyarakat Kota Tarakan, Gambar L PDRB Kota Tarakan Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan, Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara viii

10 Gambar L Struktur PDRB Kota Tarakan Atas Dasar Harga Berlaku, Gambar L Pertumbuhan Ekonomi Kota Tarakan, Gambar L Komposisi Realisasi Pendapatan Daerah Kota Tarakan, Gambar L Pendapatan per Kapita Masyarakat Kota Tarakan, Gambar L Tingkat Kemiskinan Kota Tarakan, Gambar L Indeks Gini Kota Tarakan, Gambar L Rerata Pengeluaran Masyarakat Kota Tarakan, Gambar L Tingkat Inflasi Kota Tarakan, Gambar L Kuantitas Produksi Perikanan Kota Tarakan Tanpa Rumput Laut, Gambar L Jumlah Nelayan dan Pembudidaya yang Beroperasi di Kota Tarakan, Gambar L Produktivitas Nelayan dan Pembudidaya Kota Tarakan, Gambar L Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Industri Kota Tarakan, Gambar L Distribusi Unit Usaha Industri di Kota Tarakan Berdasarkan Skala Usaha, Gambar L Distribusi Tenaga Kerja Antar Industri Berdasarkan Skala Usahanya, Gambar L Persentase Penduduk Kota Tarakan yang Telah Mengakses Layanan Air Bersih, Gambar L Persentase Jalan Raya Berkualitas Baik di Kota Tarakan, Gambar L2.1. Kerangka Pikir Penelitian secara Umum Gambar L2.2. Kerangka Pikir Penelitian Rinci Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara ix

11 LAMPIRAN 1 LAPORAN SURVEY KABUPATEN-KOTA DI KALIMANTAN UTARA L1. KABUPATEN BULUNGAN L.1.1. Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Bulungan pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa yang tersebar ke dalam 10 (sepuluh) kecamatan. Secara umum, tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Bulungan adalah sebesar 11,75 jiwa/km 2. Dilihat dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin, Kabupaten Bulungan memiliki lebih banyak penduduk laki-laki dibandingkan penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 116,75 yang berarti terdapat 116 penduduk laki-laki untuk tiap 100 penduduk perempuan (Gambar L.1.1). Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L1.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bulungan Berdasarkan Jenis Kelamin Periode Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 1

12 Gambar L.1.1. memperlihatkan perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Bulungan sepanjang periode berdasarkan jenis kelamin. Sepanjang periode tersebut, jumlah penduduk Kabupaten Bulungan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, Kabupaten Bulungan memiliki lebih banyak penduduk laki-laki dibandingkan dengan penduduk perempuan. Tren ini terus bertahan sepanjang kurun waktu di atas (Gambar L.1.2.) Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L.1.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bulungan Periode (%) Meskipun jumlah penduduk Kabupaten Bulungan terus mengalami kenaikan sepanjang periode , namun laju pertumbuhan penduduk di kabupaten tersebut cenderung mengalami tren yang fluktuatif. Pada 2009 laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bulungan sebesar 1.51%. Angka ini mengalami penurunan cukup tajam pada 2010 menjadi 0.21% sebelum kemudian melesat naik ke level 3.79% pada Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bulungan kemudian mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir ke level 3.01% pada 2012 dan 1.96% pada Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 2

13 Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L.1.3. Kepadatan Penduduk Kabupaten Bulungan Periode (jiwa/km 2 ) Mengingat Kabupaten Bulungan terus mengalami kenaikan jumlah penduduk meskipun dengan tingkat laju pertumbuhan yang fluktuatif, maka tidak mengherankan apabila tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bulungan juga cenderung meningkat selama enam tahun terakhir. Kepadatan penduduk Kabupaten Bulungan meningkat perlahan dari level 8.31 jiwa/km 2 pada 2008 hingga mencapai level jiwa/km 2 pada Jika dilihat lebih jauh, peningkatan cukup drastis terjadi pada periode dimana tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bulungan melonjak dari level 9.15 jiwa/ km 2 menjadi jiwa/ km 2 dalam satu tahun (Gambar L.1.3). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 3

14 Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L.1.4. Distribusi Jumlah Penduduk Kabupaten Bulungan Menurut KecamatanTahun 2013 Jika dilihat dari sebaran jumlah penduduk Kabupaten Bulungan berdasarkan kecamatan seperti pada Gambar L1.4, maka lebih dari sepertiga penduduk Kabupaten Bulungan tinggal di Kecamatan Tanjung Selor (37%). Kecamatan berikutnya yang memiliki jumlah penduduk cukup banyak adalah Tanjung Palas (11%), Tanjung Palas Timur (10%), dan Bunyu (9%). Sementara itu, Kecamatan Peso dan Peso Hilir hanya menampung masing-masing sekitar 3% dari seluruh penduduk Kabupaten Bulungan. L.1.2. Ketenagakerjaan Tenaga kerja merupakan komponen penting dalam pembangunan ekonomi suatu daerah. Statistik menunjukkan pada 2013 jumlah angkatan kerja Kabupaten Bulungan sebanyak jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak jiwa merupakan penduduk yang sudah bekerja, sedangkan jiwa masih mencari pekerjaan (Gambar L.1.5). Gambar L.1.5. memperlihatkan perkembangan jumlah angkatan kerja Kabupaten Bulungan selama periode Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Bulungan sempat mengalami peningkatan dari sebanyak jiwa pada 2010 menjadi jiwa pada Namun, pada dua tahun terakhir jumlah angkatan kerja Kabupaten Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 4

15 Bulungan turun menjadi sebanyak jiwa pada 2012 dan jiwa pada Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L.1.5. Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Bulungan Periode Selama periode rasio jumlah penduduk yang sedang mencari pekerjaan terhadap jumlah angkatan kerja di Kabupaten Bulungan secara umum terus mengalami penurunan (Gambar L.1.6). Pada 2010, tingkat pengangguran di Kabupaten Bulungan mencapai level 9.12%. Angka ini kemudian turun pada dua tahun berikutnya menjadi sebesar 9.04% pada 2011 dan 8.90% pada Pada 2013 tingkat pengangguran di Kabupaten Bulungan naik sedikit menjadi sebesar 8.93%. Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L.1.6. Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama Tahun 2013 Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 5

16 Lebih jauh, Gambar L.1.7. menggambarkan distribusi penduduk Kabupaten Bulungan yang berusia 15 tahun ke atas berdasarkan kegiatan utama pada tahun Dari total jiwa penduduk berusia 15 tahun ke atas, sebanyak jiwa merupakan penduduk yang mempunyai kegiatan utama bekerja. Sebanyak jiwa penduduk memiliki kegiatan utama mengurus rumah tangga, sedangkan jiwa merupakan pelajar. Sebanyak jiwa penduduk berusia 15 tahun ke atas masih menganggur sementara jiwa memiliki kegiatan lain sebagai kegiatan utama. Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L.1.7. Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Periode Selanjutnya, lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Bulungan adalah sektor pertanian (termasuk perkebunan, kehutanan, perikanan, dan perburuan). Pada 2013 sektor ini mempekerjaan sekitar 33,6 persen dari total tenaga kerja di Kabupaten Bulungan. Sektor berikutnya yang paling banyak menyerap tenaga kerja berurutan adalah sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan (17,2 persen); sektor pertambangan dan penggalian (15,2 persen); dan sektor perdagangan, restoran, dan hotel (12,5 persen). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 6

17 L.1.3. Pendidikan Kabupaten Bulungan telah memiliki fasilitas pendidikan yang lengkap untuk seluruh jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi. Pada 2013 jumlah SD di Kabupaten Bulungan adalah sebanyak 133 unit, SMP sebanyak 56 unit, SMA dan SMK sebanyak 17 unit, dan perguruan tinggi sebanyak 2 unit (Tabel L.1.1). Tabel L.1.1. Sarana Pendidikan di Kabupaten Bulungan Periode Jenjang SD SMP SMA SMK Perguruan Tinggi Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L.1.8. Rasio Murid-Guru Kabupaten Bulungan Periode Rasio murid-guru untuk jenjang pendidikan SD sampai dengan SMA tidak mengalami perubahan berarti selama empat tahun terakhir kecuali untuk SMK. Nilainya berkisar antara 12-13, artinya satu guru menangani sekitar 12 sampai 13 Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 7

18 murid. Rasio murid-guru SMK di Kabupaten Bulungan selalu naik dalam dua tahun terakhir. Pada 2011, seorang guru SMK menangani 10 orang murid. Pada 2012, murid yang harus ditangani bertambah menjadi 11 orang. Pada 2013, seorang guru SMK bertanggung jawab terhadap 13 orang murid (Gambar L.1.8). Tabel L.1.1. Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni Kabupaten Bulungan Periode Jenjang APK APM SD SMP SMA Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk berbagai jenjang pendidikan di Kabupaten Bulungan cukup fluktuatif sepanjang periode Untuk jenjang SD, APK di Kabupaten Bulungan mengalami penurunan sepanjang , namun kemudian mengalami kenaikan pada Sebaliknya, APK untuk jenjang SMA mengalami kenaikan sejak 2010 sampai 2012, namun beranjak turun kembali pada Sejalan dengan APK, Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Bulungan juga mengalami fluktuasi sepanjang periode Pada 2013, APM untuk jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA berturut-turut adalah 96,55; 72,45; dan 57,25 (Tabel L.1.1). L.1.4. Kesehatan Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kabupaten Bulungan cukup lengkap, namun jumlahnya masih terbatas. Tabel di atas menunjukkan perkembangan jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Bulungan sepanjang periode Hanya terdapat 1 (satu) rumah sakit untuk melayani penduduk di seluruh wilayah Kabupaten Bulungan. Jumlah ini tidak berubah sejak tahun Begitu pula dengan rumah bersalin yang hanya bertambah dari sebanyak 1 (satu) unit menjadi 2 (dua) unit pada Sebaliknya, terdapat penambahan yang cukup berarti pada jumlah puskesmas, posyandu, dan balai pengobatan swasta sepanjang periode Dalam lima tahun terakhir, jumlah puskesmas bertambah dari sebanyak 58 unit menjadi 64 unit, posyandu bertambah dari 157 unit menjadi 174 unit, dan balai pengobatan swasta bertambah dari 3 unit menjadi 7 unit (Tabel L.1.2). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 8

19 Tabel L.1.2. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bulungan Periode Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit Puskesmas Posyandu Balai Pengobatan Swasta Rumah Bersalin Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Tabel L.1.3. Jumlah Tenaga Kesehatan dan Tempat Tidur Fasilitas Kesehatan Kabupaten Bulungan Periode Fasilitas & Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tempat Tidur Rumah Sakit Tempat Tidur Puskesmas Tempat Tidur Rumah Bersalin Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Dari sisi tenaga kesehatan, sepanjang periode , terdapat peningkatan yang cukup signifikan. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Bulungan bertambah hampir dua kali lipat dari sebanyak 477 tenaga kesehatan pada 2009 menjadi sebanyak 978 tenaga kesehatan pada Jumlah tempat tidur di rumah sakit Kabupaten Bulungan cenderung tidak mengalami perubahan yang signifikan dalam lima tahun terakhir. Di lain pihak, jumlah tempat tidur di puskesmas dan posyandu sepanjang bertambah masing-masing sejumlah 18 dan 6 unit (Tabel L.1.3). L.1.5. Agama Islam merupakan agama yang paling banyak dianut oleh penduduk di wilayah Kabupaten Bulungan, diikuti dengan Kristen dan Katolik. Sekitar 73 persen penduduk Kabupaten Bulungan beragama Islam (kurang lebih jiwa), sementara penduduk beragama Kristen dan Katolik masing-masing adalah sebesar 21 persen (kurang lebih jiwa) dan 6 persen (kurang lebih jiwa). Hindu, Budha, dan agama lain hanya dianut oleh kurang dari 1 (satu) persen penduduk Kabupaten Bulungan (Gambar L.1.9). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 9

20 Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L.1.9. Jumlah Penduduk Kabupaten Bulungan Menurut Agama Periode L.1.6. Pertumbuhan Ekonomi Kecuali Kota Tarakan, struktur perekonomian kabupaten-kabupaten yang berada di wilayah Provinsi Kalimantan Utara kebanyakan didominasi oleh sektor-sektor yang berbasis sumber daya alam (SDA), khususnya sektor pertanian dan pertambangan. Pada 2013, PDRB Kabupaten Bulungan adalah sebesar 3,231 triliun rupiah (harga berlaku). Dari angka tersebut, lebih dari separuhnya disumbang oleh nilai tambah yang berasal dari sektor berbasis SDA, yaitu sektor pertambangan dan pertanian. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 10

21 Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bulungan Periode (%) Gambar L.1.10 menunjukkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bulungan sepanjang periode Dari gambar terlihat bahwa Kabupaten Bulungan mengalami pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif selama kurun waktu empat tahun terakhir. Pada 2010, ekonomi Kabupaten Bulungan tumbuh 7,23%. Tahun berikutnya, perekonomian Kabupaten Bulungan hanya tumbuh sebesar 5.81%. Pada 2012, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bulungan melesat ke level 9.48% sebelum kemudian kembali melambat menjadi hanya 6.80% pada Pada 2010 PDRB Kabupaten Bulungan mencapai Rp. 1,098 triliun menurut harga konstan. Angka ini terus naik dari tahun ke tahun menjadi sebesar 1,164 triliun rupiah pada 2011, 1,273 triliun rupiah pada 2012, dan 1,340 triliun rupiah pada 2013 (Gambar L.1.11). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 11

22 Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L PDRB Kabupaten Bulungan Periode (Dalam Juta Rp, HK 2000) Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Kontribusi Menurut Lapangan Usaha Periode (Dalam %, HK 2000) Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 12

23 L.1.7. Keuangan Daerah Realisasi pendapatan daerah Kabupaten Bulungan pada tahun 2013 mencapai Rp 1,656 triliun. Pendapatan ini berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Pendapatan Daerah Lain-lain yang Sah. Sementara itu, realisasi belanja daerah Kabupaten Bulungan pada 2013 mencapai Rp 1,605 triliun yang dibagi ke dalam belanja langsung dan tidak langsung. Di samping itu, pada 2013 terdapat pembiayaan daerah sebesar Rp 1,455 triliun, Postur APBD Kabupaten Bulungan pada 2013 secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar L Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bulungan Tahun 2013 Jika ditelaah lebih jauh sebagaimana Gambar L1.13, pendapatan daerah Kabupaten Bulungan sebagian besar berasal dari dana perimbangan. Porsi dana perimbangan dalam realisasi pendapatan daerah Kabupaten Bulungan tahun 2013 mencapai 77 persen. Sekitar 17 persen pendapatan daerah disumbang oleh pendapatan lain daerah yang sah, di dalamnya termasuk dana bagi hasil pajak dari provinsi, dana penyesuaian dan otonomi khusus, serta bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lain. Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya menyumbang sekitar 6 persen dari total pendapatan daerah Kabupaten Bulungan pada Dari sisi belanja daerah, sebagian besar anggaran belanja daerah Kabupaten Bulungan dialokasikan untuk belanja langsung. Anggaran belanja langsung, yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal, menyerap Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 13

24 sekitar 63 persen dari total anggaran belanja daerah. Sementara itu, belanja tidak langsung hanya menyumbang sekitar 37 persen dari total anggaran belanja daerah Kabupaten Bulungan di Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Surplus/Defisit APBD Kabupaten Bulungan 2013 Pada tahun 2010, APBD Kabupaten Bulungan sempat mengalami defisit sebesar Rp 9,78 miliar. Namun, sejak tahun 2011 Kabupaten Bulungan selalu mengalami surplus anggaran. Pada 2011, APBD Kabupaten Bulungan surplus Rp 274,86 miliar. Angka ini meningkat menjadi Rp 579,92 miliar pada Kemudian pada 2013 APBD Kabupaten Bulungan kembali surplus sebesar Rp 50,79 miliar (Gambar L.1.14). L.1.8. Konsumsi dan Kemiskinan Pengeluaran rata-rata perkapita per bulan penduduk Kabupaten Bulungan secara umum terus mengalami peningkatan sepanjang periode , Pada 2010, angka pengeluaran rata-rata perkapita per bulan adalah sebesar Rp yang kemudian sedikit mengalami kenaikan pada 2011 menjadi sebesar Rp Pada 2012, angka ini meningkat signifikan menjadi Rp sebelum kemudian turun sedikit menjadi Rp pada Turunnya angka pengeluaran rata-rata perkapita per bulan pada 2013 ini disebabkan oleh penurunan pengeluaran rata-rata perkapita per bulan penduduk perkotaan mengingat angka pengeluaran penduduk pedesaan pada 2013 justru mengalami peningkatan (Gambar L.1.15). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 14

25 Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Kabupaten Bulungan Menurut Daerah Periode Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Jumlah Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Kabupaten Bulungan Periode Garis kemiskinan Kabupaten Bulungan terus mengalami peningkatan sepanjang periode Pada 2009, garis kemiskinan Kabupaten Bulungan adalah sebesar Rp Angka ini meningkat menjadi sebesar Rp pada Namun demikian, naiknya garis kemiskinan ini tidak diikuti oleh kenaikan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bulungan. Jumlah penduduk yang berada di bawah garis Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 15

26 kemiskinan justru turun drastis sepanjang periode yang sama, khususnya pada tahun Jika pada 2009 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bulungan mencapai jiwa, maka pada 2012 jumlah tersebut turun menjadi sebesar jiwa (Gambar L.1.16). Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Bulungan Periode L.1.9. Penjabaran Sektoral Dalam pemaparan ini, potensi daerah Kabupaten Bulungan yang akan dibahas adalah potensi yang sesuai dengan sektor-sektor unggulan dalam visi Kabupaten Bulungan, yakni pertanian,industri pengolahan, serta agrobisnis. Tabel L.1.4. Luas Tanam, Luas Panen, dan Produksi Padi di Kabupaten Bulungan Periode Luas Tanam (Ha) - Padi Sawah Padi Ladang Luas Panen (Ha) - Padi Sawah Padi Ladang Produksi (Ton) - Padi Sawah Padi Ladang Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 16

27 Tabel L.1.4 memperlihatkan kondisi luas tanam, luas panen, serta produksi padi, baik padi sawah maupun padi ladang, di Kabupaten Bulungan sepanjang Bila dicermati, luas tanam padi sawah sejatinya sempat mengalami kenaikan sejak 2010 sampai dengan Namun pada 2013, luas tanam padi sawah di Kabupaten Bulungan kembali ke angka di sekitar Sementara untuk luas tanam padi ladang, ada kecenderungan terjadinya penurunan luas tanam sepanjang 2010 sampai dengan Namun demikian, meskipun luas tanam padi sawah kembali turun pada 2013, luas panen justru terus naik sejak Sayangnya hal serupa tidak terjadi pada luas panen padi ladang yang terus menurun sejak Terus meningkatnya luas panen padi sawah di Kabupaten Bulungan berpengaruh besar terhadap produksi padi sawah yang juga terus meningkat. Pada 2013, total produksi padi sawah di Kabupaten Bulungan mencapai angka ton. Di lain pihak, semakin turunnya luas panen padi ladang sejak 2011 juga diiringi dengan turunnya produksi padi ladang di Kabupaten Bulungan pada periode yang sama. Tabel L.1.5. Produksi Buah-Buahan di Kabupaten Bulungan Periode Jenis Buah Rambutan Duku na Jeruk Siam Durian Nangka Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Salah satu visi Kabupaten Bulungan adalah menjadi kawasan agroindustri utama melalui pengembangan sentra pertanian, industri pengolahan, dan agrobisnis. Industri pengolahan yang dapat dikembangkan oleh Kabupaten Bulungan salah satunya adalah industri pengolahan buah-buahan yang banyak terdapat di wilayah Kabupaten Bulungan. Tabel diatas memperlihatkan perkembangan produksi buahbuahan di Kabupaten Bulungan sepanjang periode Berdasarkan tabel L.1.5, produksi rambutan dan nangka sejak 2010 mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sementara produksi buah lain cenderung fluktuatif. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 17

28 Tabel L.1.6. Produksi Perikanan di Kabupaten Bulungan Periode (dalam ton) Jenis Perikanan Perikanan Tangkap 873,1 4767,4 3206,5 3308,8 - Perairan Laut 726, Perairan Umum ,4 194,5 270,8 Perikanan 3288,9 3502, , Budidaya - Tambak 3276,8 3487, , Kolam 12,1 15,27 25,13 29,47 Sumber: Bulungan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Tabel L.1.6 memperlihatkan produksi perikanan, baik perikanan tangkap maupun budidaya, di Kabupaten Bulungan sepanjang Produksi perikanan di subsektor perikanan tangkap pernah mencapai angka 4.767,4 ton pada tahun 2011, yang terdiri dari ton di perairan laut dan 617,4 di perairan umum. Namun dalam dua tahun terakhir, produksi perikanan tangkap di wilayah Kabupaten Bulungan tidak mampu mencapai level yang dicapai pada tahun Produksi pada 2012 hanya sekitar 3.206,5 ton sedangkan pada 2013 naik sedikit menjadi 3.308,8 ton. Sebaliknya, peningkatan produksi justru terjadi di subsektor perikanan budidaya. Sejak 2010, produksi perikanan budidaya terus mengalami kenaikan baik untuk perikanan budidaya di tambak maupun kolam. Pada tahun 2010, produksi perikanan budidaya adalah sebesar 3.288,9 ton, terdiri dari 3.276,8 ton budidaya tambak dan 12,1 ton budidaya kolam. Angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun hingga mencapai ton pada tahun 2013, terdiri dari ton produksi perikanan budidaya di tambak dan 29,47 ton budidaya di kolam. L Hasil Observasi Lapangan Untuk melengkapi data sekunder yang diperoleh dari BPS, tim peneliti melakukan wawancara mendalam dan Focus Group Discussion (FGD) dengan para pemangku kepentingan. Tim peneliti melakukan wawancara dan FGD terhadap dinas di lingkungan Pemda Kabupaten Bulungan dan tokoh masyarakat. Instansi pemda yang diwawancara dan turut hadir di FGD adalah Bappeda, Dinas Pertambangan dan Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 18

29 Energi, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Pertanian, serta Dinas Kehutanan. Pertambangan dan Energi Kabupaten Bulungan memiliki potensi pertambangan meliputi minyak bumi, gas alam, dan batubara. Kendala utama yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bulungan di sektor pertambangan adalah ketersediaan infrastruktur. Di subsektor pertambangan batubara misalnya, mengingat Kabupaten Bulungan tidak memiliki pelabuhan ekspor batubara sendiri maka produksi batubara Bulungan harus diekspor melalui Tarakan terlebih dahulu. Sayangnya, transportasi dari Bulungan ke Tarakan hanya bisa melalui jalur sungai dan laut. Untuk mengatasi kendala ini, Pemerintah Kabupaten Bulungan bekerja sama dengan Pemerintah Kota Tarakan berencana membangun Jembatan Bulan (Bulungan- Tarakan) yang menghubungkan Bulungan dengan Tarakan via enam (6) sampai sepuluh (10) jembatan yang akan melalui pulau-pulau kecil. Selain mengatasi persoalan konektivitas antardaerah, Jembatan Bulan diharapkan dapat menjadi katalis pembangunan di pulau-pulau yang dilaluinya. Namun demikian, rencana pembangunan Jembatan Bulan ini masih menghadapi beberapa isu, antara lain soal regulasi dan pendanaan antara pihak swasta dengan pemerintah. Di subsektor pertambangan minyak dan gas, data BPS menunjukkan adanya peningkatan produksi sejak Gas dari Kecamatan Bunyu telah dialirkan ke Tarakan. Harapan ke depan, gas tersebut dapat juga dialirkan sampai ke Bulungan sehingga masyarakat Kabupaten Bulungan dapat menikmatinya. Di sektor energi, Pemerintah Kabupaten Bulungan berencana membangun PLTA memanfaatkan aliran Sungai Kayan. Meskipun pembangunan PLTA Sungai Kayan berkapasitas MW ini masih menghadapi kendala regulasi terkait kehutanan, namun Pemerintah Kabupaten Bulungan optimis PLTA ini dapat terbangun. Selanjutnya, ada ketertarikan Pemerintah Kabupaten Bulungan untuk membangun PLTU memanfaatkan potensi batubara yang ada di wilayah Bulungan sendiri. Namun, pihak Bappeda menyarankan untuk fokus ke pembangunan PLTA Sungai Kayan mengingat PLTU pada dasarnya memanfaatkan sumber daya yang Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 19

30 tidak terbarukan, yaitu batubara. Perikanan dan Kelautan Sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Bulungan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut mengingat kabupaten ini memiliki wilayah pesisir yang cukup luas. Data BPS menunjukkan bahwa produksi perikanan di Bulungan cukup berimbang antara perikanan tangkap dan budidaya. Sentra produksi perikanan di Kabupaten Bulungan berada di Kecamatan Tanjung Palas Tengah, Tanjung Palas Timur, dan Sekatak. Di subsektor perikanan tangkap, komoditas unggulan Bulungan adalah udang windu dan udang putih. Ada beberapa kendala terkait subsektor perikanan tangkap, khususnya udang di Bulungan. Saat ini penangkapan udang dirasa sudah berlebihan karena penggunaan troll mini yang dikhawatirkan akan merusak lingkungan. Selain itu, nelayan yang menangkap ikan atau udang di wilayah perairan Bulungan sebagian besar berasal dari Tarakan sehingga produksinya tidak tercatat di Bulungan. Kondisi ini diperparah dengan tidak berfungsinya cold storage di Bulungan sehingga udang yang ditangkap di perairan Bulungan harus langsung dibawa ke Tarakan sehingga akan tercatat sebagai hasil laut Tarakan. Udang ini nantinya akan diekspor melalui Surabaya. Kendala terakhir adalah terkait regulasi KBK (Kawasan Budidaya Kehutanan) dimana ditetapkan bahwa menangkap udang di KBK adalah ilegal sehingga tidak jarang negara luar tidak mau menerima udang hasil tangkapan perikanan dari perairan Bulungan. Di subsektor perikanan budidaya, komoditas yang paling banyak dibudidayakan di Bulungan adalah udang dan bandeng untuk budidaya air asin. Sementara untuk budidaya air tawar, komoditas yang dibudidayakan adalah patin dan lele. Selain itu, terdapat juga budidaya rumput laut yang banyak terdapat di daerah Tanjung Karis, Sekatak, dan Bunyu. Serupa dengan perikanan tangkap, subsektor perikanan budidaya di Bulungan juga didominasi pengusaha asal Tarakan mengingat tambak udang dan rumput laut yang ada kebanyakan dimiliki oleh penduduk Tarakan. Di samping itu, isu regulasi juga muncul mengingat tambak kebanyakan berada di KBK. Regulasi terkait KBK bukan domain dari Pemda sehingga menghambat kebijakan pengembangan perikanan budidaya yang sudah eksis di kawasan tersebut. Sementara ini, Pemda Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 20

31 diharapkan bisa mengoptimalkan tambak yang berada di kawasan KBNK (Kawasan Budidaya Non Kehutanan). Budidaya rumput laut di Tanjung Palas Timur juga terkendala status kawasan yang merupakan kawasan konservasi Isu ini sudah coba dicarikan jalan keluarnya, antara lain dengan skema: (1) tukar guling (swap antara wilayah KBK yang sudah terlanjur ada penangkapan atau tambak udang dengan wilayah lain yang belum tergarap); (2) pinjam pakai dimana Pemda meminjam wilayah KBK untuk pengembangan budidaya atau penangkapan udang. Saat ini sedang disusun rencana implementasi dibantu dengan WWF. Selain itu, ada pula ketertarikan dari WWF untuk membantu memfasilitasi pengembangan tambak udang ramah lingkungan di KBK (sertifikasi). Sejatinya masih banyak potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Bulungan yang belum tergali. Sebagai contoh, pemanfaatan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) masih belum optimal karena kurangnya informasi mengenai potensi perikanan di kawasan tersebut. Selain itu, ada juga potensi pengembangan tambak udang di daerah Tanah Kuning. Jika dikembangkan dengan konsep budidaya ramah lingkungan maka terbuka peluang ekspor udang ke Eropa. Kemudian, ada potensi budidaya ikan nila untuk melengkapi pengembangan kawasan minapolitan di Tanjung Palas Timur. Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Sektor pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang rencananya menjadi penopang perekonomian Kabupaten Bulungan sesuai dengan visi daerah sebagai pusat agrobisnis dan agroindustri. Sesuai dengan MP3EI yang ditetapkan pemerintah pusat, terdapat rencana pengembangan Food Estate wilayah Bulungan. Food Estate ditetapkan di 3 kecamatan, yaitu Tanjung Palas Utara, Tanjung Palas Tengah, dan Tanjung Palas Timur. Saat ini sudah ada 20 ha kawasan block plan di Tanjung Buka. Namun sayangnya masih menghadapi kendala tidak tersedianya transportasi darat. Diharapkan nantinya komposisi tenaga kerja di Food Estate adalah 50% penduduk lokal; 50% transmigran. Pokja terkait rencana ini sudah dibentuk namun akselerasinya masih kurang. Selain Food Estate, terdapat pula rencana pengembangan Kawasan Hortikultura di sepanjang Sungai Kayan yang sudah ditetapkan Pemda. Rencana ini diharapkan berjalan lancar mengingat kawasan tepian Sungai Kayan merupakan Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 21

32 kawasan yang padat penduduk sehingga dampak ekonominya lebih besar. Kelapa sawit memiliki potensi untuk dikembangkan di Bulungan, khususnya di Kecamatan Tanjung Palas dan Sekatak. Kendala utama yang dihadapi adalah infrastruktur jalan yang sebagian besar dalam kondisi rusak. Saat ini terdapat 4 perusahaan yang sedang mengajukan izin pembangunan pabrik pengolah sawit di Bulungan. Pengembangan sawit sejalan dengan fokus pembangunan Kaltara dan Bulungan di sektor agrobisnis dan agroindustri. Di sektor kehutanan, sering terlihat tiap bulan pontoon berisi kayu dari hulu melalui sungai Kayan. Terlepas dari legalitas hasil hutan tersebut, hal ini membuktikan adanya potensi sektor kehutanan di Bulungan yang bisa dikembangkan lebih lanjut. Industri dan Perdagangan Kabupaten Bulungan memiliki harapan untuk menjadi sentra agrobisnis dan agroindustri di Kaltara. Keinginan yang tercantum dalam visi dan misi Pemerintah Kabupaten Bulungan ini didasarkan pada adanya potensi untuk mengembangkan industri berbasis pertanian dan perkebunan di wilayah Bulungan. Dengan adanya rencana pembangunan PLTA Sungai Kayan, diharapkan nantinya dapat membantu mendorong pengembangan industri di Bulungan. Di sektor industri pengolahan misalnya, terdapat potensi untuk mengembangkan industri pengolahan dan pengalengan buah untuk menampung produksi buah-buahan yang seringkali melimpah sesuai dengan musimnya. Meskipun demikian, ada kekhawatiran bahwa melimpahnya buah-buahan di Bulungan bukan karena banyaknya pasokan dari pedalaman namun lebih karena sedikitnya konsumsi sehingga terkesan melimpah. Jangan sampai membangun industri namun nantinya ada masalah kekurangan bahan baku. Di samping itu, perlu ada koordinasi antar kabupaten untuk saling bertukar informasi mengenai hargaharga di tingkat produsen. Selain buah, komoditas yang dapat dikembangkan lebih lanjut melalui industri pengolahan adalah ikan dan udang beku, dimana produk ini sekarang sudah mampu mencapai pasar Jepang. Industri kerajinan memang sudah ada di Bulungan namun masih sebagai hasil Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 22

33 kerja sampingan. Koperasi di Kabupaten Bulungan berkembang cukup baik. Meskipun ada penurunan jumlah koperasi dari sejumlah 37 unit pada 2012 menjadi 11 unit pada 2013, namun turunnya angka ini lebih disebabkan oleh berhenti beroperasinya koperasi-koperasi yang kurang sehat, sehingga koperasi yang bertahan merupakan koperasi yang benar-benar bagus kinerjanya. Koperasi Ikhtiar Mahabah misalnya, telah mampu memproduksi air mineral dalam kemasan untuk melayani pasar di dalam Bulungan sendiri. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan koperasi dan industri rumahan adalah sumber daya manusia serta biaya produksi yang tinggi. Masih perlu adanya pelatihan-pelatihan khususnya terkait pencatatan keuangan sehingga nantinya dapat mempermudah dalam pengajuan kredit. Selain itu, tingginya harga bahan pokok di Bulungan juga berdampak pada tingginya biaya produksi. Sosial dan Tenaga Kerja Sektor pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, di Bulungan mendapat perhatian tinggi. Saat ini sudah ada Universitas Kaltara serta STIE Tanjung Selor yang menyediakan pendidikan tinggi di wilayah Kabupaten Bulungan. Ke depan, pengembangan pendidikan lebih baik difokuskan ke pendidikan kejuruan khususnya bidang pertanian dan pertambangan dengan membangun Politeknik. Selain itu, Pemda juga berencana menghidupkan kembali BLK serta mengadakan pelatihanpelatihan. Di sektor ketenagakerjaan, kondisi sekarang Bulungan masih butuh banyak tenaga kerja dari luar daerah untuk menunjang pembangunan. Keterampilan seperti tukang bangunan masih belum dikuasai penduduk asli Bulungan dengan baik sehingga keberadaan tenaga kerja dari luar daerah sangat diperlukan. Transmigrasi menjadi salah satu faktor penting yang mendorong pertumbuhan jumlah penduduk di Kabupaten Bulungan. Transmigran di Kabupaten Bulungan menyumbang kurang lebih 25 persen dari penduduk. Kantong-kantong transmigran di Bulungan tersebar di 5 Kecamatan, yaitu Kecamatan Tanjung Selor, Tanjung Palas Utara, Tanjung Palas Timur, Tanjung Palas Tengah, dan Sekatak. Konflik sosial antara penduduk lokal dengan pendatang dapat dikatakan minimal. Ketegangan akibat isu SARA tidak ada, namun memang ada kesenjangan ekonomi antara pendatang dengan penduduk lokal sehingga bisa memunculkan bibit konflik Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 23

34 ke depan. L.2. KABUPATEN MALINAU L.2.1. Aspek Demografis Jumlah penduduk di Kabupaten Malinau mengalami fluktuasi selama periode Pada tahun 2012 Kabupaten Malinau memiliki total penduduk jiwa yang tersebar di 12 (duabelas) kecamatan dan persebarannya sangat tidak merata. Secara umum, tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Malinau sebesar 1,68 jiwa/km 2. Dilihat dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin, Kabupaten Malinau memiliki lebih banyak penduduk laki-laki dibandingkan penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 116,43. Yang berarti ada 116 lebih penduduk laki-laki untuk setiap 100 penduduk perempuan (Gambar L.2.1). Gambar L.2.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Malinau Berdasarkan Jenis Kelamin Perionde Gambar L.2.1 memperlihatkan perubahan jumlah penduduk Kabupaten Malinau selama periode berdasarkan jenis kelamin. Selama periode tersebut, terjadi penurunan dan peningkatan. Peningkatan terjadi dari tahun 2008 ke 2009 dari jiwa menjadi jiwa dan 2010 ke 2011 dari jiwa menjadi jiwa. Sedangkan penurunan terjadi dari tahun 2009 ke 2010 dari jiwa menjadi jiwa dan 2011 ke 2012 dari jiwa menjadi jiwa. Dilihat dari jenis kelamin, penduduk Kabupaten Malinau lebih banyak laki-laki daripada perempuan. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 24

35 Gambar L.2.2. Rasio Jenis Kelamin Kabupaten Malinau Periode Sebagian besar penduduk Kabupaten Malinau berjenis kelamin laki-laki, dari 12 (duabelas) kecamatan yang ada, proporsi penduduk laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Hal ini dapat dilihat dari rasio jenis kelamin pada Gambar L.2.2 yang seluruh rasionya dari tahun menunjukan diatas angka 100, ini menunjukan ada lebih dari 100 penduduk laki-laki disetiap 100 penduduk perempuan. Secara rata-rata selama periode tersebut, rasio di Kecamatan Kayan Hilir merupakan yang tertinggi yaitu 123,46. Sedangkan rata-rata selama periode tersebut yang terendah rasio dari Kecamatan Mentarang yang nyaris stagnan dari tahun ke tahun yaitu sebesar 108,63. Gambar L.2.3. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Malinau (%) Penduduk Kabupaten Malinau memiliki laju pertumbuhan yang fluktuatif, jumlah penduduk tumbuh 7,11% pada tahun 2009 dibandingkan tahun sebelumnya. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 25

36 Penurunan laju penduduk terjadi pada tahun 2010, jumlah penduduk turun 11,51%. Pada tahun 2011, jumlah penduduk naik 24,07% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2012 jumlah penduduk turun 13,91% (Gambar L.2.3). Gambar L.2.4. Kepadatan Penduduk Kabupaten Malinau Periode (jiwa/km 2 ) Dari Gambar L.2.4 terlihat kepadatan penduduk Kabupaten Malinau mengalami fluktuasi selama periode Penurunan kepadatan penduduk terjadi pada tahun 2010 (turun menjadi 1,57 dari 1,78) dan 2012 (turun menjadi 1,68 dari 1,95) dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan peningkatan kepadatan terjadi pada tahun 2009 (naik menjadi 1,78 dari 1,55) dan 2011 (naik menjadi 1,95 dari 1,57). Kecamatan Malinau Kota memiliki kepadatan penduduk paling tinggi yaitu 168,85 orang/km 2 (2012) dibandingkan kepadatan penduduk di kecamatan yang lain. Sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Kayan Hilir 0,12 orang/km 2 (2012). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 26

37 Gambar L.2.5. Distribusi Jumlah Penduduk Kabupaten Malinau Menurut Kecamatan Tahun 2013 Apabila dilihat persebaran jumlah penduduk Kabupaten Malinau berdasarkan kecamatan (Gambar L.2.5), lebih dari 30% penduduk Kabupaten Malinau tinggal di Kecamatan Malinau Kota. Kecamatan berkutnya yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamata Malinau Utara (16,06%), Malinau Barat (13,26%) dan Malinau Selatan (12,44%). Sedangkan 3 (tiga) kecamatan dengan persentase penduduk terendah adalah Kecamatan Kayan Hilir (2,21%), Bahan Hulu (2,37%) dan Pujungan (2,64%). L.2.2. Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan merupakan aspek mendasar dalam kehidupan manusia karena menyangkut dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi ekonomi dalam hal ini berarti pemenuhan kebutuhan hidup, sedangkan dimensi sosial berhubungan dengan penghargaan akan kemampuan seseorang. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam pembangunan perekonomian suatu wilayah. Pada tahun 2012, jumlah angkatan kerja di Kabupaten Malinau sebesar jiwa, terdiri dari jiwa yang bekerja dan jiwa yang belum bekerja. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 27

38 Gambar L.2.6. Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Malinau Periode Gambar L.2.6 menunjukan perkembangan jumlah angkatan kerja di Kabupaten Malinau periode Jumlah angkatan kerja di Malinau sempat mengalami penurunan yaitu pada tahun 2011 dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2011, jumlah angkatan kerja mencapai jiwa, turun dari tahun sebelumnya yang besarnya jiwa. Sedangkan pada tahun 2012, jumlah angkatan kerja naik dibandingkan tahun sebelumnya menjadi jiwa. Gambar L.2.7 Tingkat Pengangguran Kabupaten Malinau Selama periode , terjadi fluktuasi jumlah pengangguran yang ada di Kabupaten Malinau. Pada tahun 2012, jumlah penganguran turun menjadi 9,23% Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 28

39 dibandingkan tahun sebelumnya yang besarnya 10,18%. Sedangkan pada tahun 2011, jumlah penganguran naik cukup besar dibandingkan tahun sebelumnya. Naik dari 3,88% pada tahun 2010 menjadi 10,18% `pada tahun Gambar L.2.8. Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama Tahun 2013 Gambar L.2.8 menggambarkan distribusi penduduk Kabupaten Bulungan yang berusia 15 tahun ke atas berdasarkan kegiatan utama pada tahun Dari total jiwa penduduk berusia diatas 15 tahun, sebanyak jiwa merupakan penduduk yang mempunyai kegiatan utama bekerja. Sebanyak jiwa masih menganggur. Sedangkan jiwa merupakan bukan angkatan kerja, didalamnya termasuk yang mengurus rumah tangga, pelajar dan yang memiliki kegiatan lainnya. Gambar L.2.9. Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2012 Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 29

40 Pada tahun 2012, sektor Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan merupakan sektor dengan tenaga kerja paling besar atau sekitar 39,12%. Disusul sektor Jasa Kemasyarakatan sebesar 35% dan sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi sebsar 10,49%. Sedangkan sektor dengan jumlah tenaga kerja paling sedikit diantaranya sektor Industri Pengolahan sebesar 1,47% (Gambar L.2.9). Gambar L Banyaknya Pencari Kerja Yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Malinau Periode Jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kabupaten Malinau semakin bertambah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, terdapat 33 orang dari tingkat SD yang mencari kerja, naik dari 11 orang tahun Sementara untuk tingkat SLTP/SMP, ada 87 orang di tahun 2013 yang tercatat mencari pekerjaan, naik dari tahun sebelumnya yang berjumlah 21. Untuk tingkat pendidikan SLTA/SMA, terdapat 577 orang yang mencari pekerjaan pada tahun 2013, naik dari 147 orang di tahun Sementara untuk tingkat pendidikan diploma I/II terdapat 871 orang yang mencari pekerjaan pada tahun 2013, naik dari 37 orang pada tahun 2012 yang berjumlah 37 orang. Untuk tingkat sarjana/d IV keatas terdapat 822 orang yang mencari pekerjaan pada tahun 2013, naik dari 9 orang pada tahun 2012 (Gambar L.2.10). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 30

41 Gambar L Banyaknya Permintaan Tenaga Kerja Yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Malinau Periode Pada tahun 2013, terdapat 37 permintaan tenaga kerja yang terdaftar untuk pendidikan tingkat SD. Terdapat 65 permintaan untuk tingkat pendidikan SLTP/SMP, 144 permintaan untuk tingkat pendidikan SLTA/sederajat. Sedangkan untuk tingkat diploma I/II terdapat 84 permintaan, dan 80 permintaan untuk tingkat pendidikan sarjana/d IV keatas (Gambar L.2.11). L.2.3. Sosial dan Budaya Keberhasilan proses pembangunan suatu wilayah sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM), kualitas SDM tersebut ditentukan oleh kualitas dari pendidikan yang diperoleh. Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari adanya ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan diantaranya meliputi sekolah dan guru. Bila dibandingkan dengan tahun ajaran sebelumnya, ada penambahan sekolah untuk SD, SMP dan SMA dan penurunan untuk TK tahun Jumlah guru secara keseluruhan juga mengalami peningkatan. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 31

42 Gambar L Sarana Pendidikan di Kabupaten Malinau Periode Sarana pendidikan yang terdapat di Kabupaten Malinau meliputi TK, SD, SMP dan SMA serta sebuah politeknik. Pada tahun 2013, terdapat 22 buah TK di Kabupaten Malinau, turun dari 25 buah di tahun sebelumnya. Untuk SD terdapat 92 buah pada tahun 2013, naik dari 91 buah di tahun sebelumnya. Untuk SMP, terdapat 27 buah sekolah pada tahun 2013, naik dari 26 buah di tahun sebelumnya. Sedangkan untuk SMA, terdapat 20 sekolah di tahun 2013, naik dari 17 buah di tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah Perguruan/Politeknik stagnan (Tabel L.2.12). Gambar L Rasio Murid-Guru Kabupaten Malinau Periode Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 32

43 Rasio murid-guru untuk tingkat pendidikan TK tahun 2013 sebesar 8,16, rasio ini naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya 7,28. Sementara untuk rasio muridguru tinkat SD sebesar 15,09 pada tahun 2013, naik dari 10,66 dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio murid-guru SMP pada tahun 2013 sebesar 12,98, naik dibandingkan tahun sebelumnya yang besarnya 7,87. Sedangkan untuk rasio muridguru tingkat SMA, rasio pada tahun 2013 sebesar 9,96, naik dibandingkan tahun sebelumnya 7,23 (Gambar L.2.13) Gambar L.2.14 Jumlah Mahasiswa di Kabupaten Malinau Jumlah mahasiswa di Kabupaten Malinau fluktuatif selama periode Pada tahun 2009, jumlah mahasiswa Politeknik Malinau sebanyak 579 mahasiswa, pada tahun 2010 naik menjadi 908. Pada tahun 2011 dan 2012 jumlah mahasiswa mengalami penurunan, masing-masing menjadi 765 mahasiswa dan 546 mahasiswa. Pada tahun 2013 jumlah mahasiswa kembali naik menjadi 672 mahasiswa (Gambar L.2.14). L.2.4. Kesehatan Kesehatan yang baik merupakan modal bagi suatu bangsa untuk melakukan pembangunan di segala bidang. Oleh karena itu, pemerintah senantiasa melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Penyediaan berbagai fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, dan penyuluhan kesehatan merupakan contoh usaha dalam peningkatan kesehatan masyarakat. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 33

44 Tabel L.2.1. Sarana dan Tenaga Kesehatan Kabupaten Malinau Periode Kesehatan Jumlah Rumah Sakit Tempat tidur rumah sakit Jumlah Tenaga Kesehatan Pada tahun 2013, jumlah rumah sakit di Kabupaten Malinau sebanyak 2 unit, naik dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 1 unit. Sementara itu, untuk jumlah tempat tidur di rumah sakit bertambah cukup banyak setelah bertambahnya jumlah rumah sakit, pada tahun 2013 terdapat 141 unit tempat tidur rumah sakit, naik dari 114 unit di tahun sebelumnya. Sedangkan untuk jumlah tenaga kesehatan, pada tahun 2013 tercatat ada 727 tenaga kesehatan di Kabupaten Malinau, naik dari 725 tenaga kesehatan di tahun sebelumnya (Tabel L.2.1). Gambar L Jumlah Sarana Puskesmas dan Posyandu Selama periode , terjadi fluktuasi untuk sarana Posyandu di Kabupaten Malinau, namun tidak dengan sarana Puskesmas. Perubahan jumlah Posyandu di Kabupaten Malinau selama periode tidak banyak. Untuk Puskesmas sendiri, peningkatan terjadi dari yang bertambah 1 unit Puskesmas menjadi 13 unit, kemudian pada 2010 berjumlah 14 unit Puskesmas. Jumlah tersebut stagnan sampai 2012 (Gambar L.2.15). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 34

45 Gambar L Jumlah Apotek, Toko Obat dan Gudang Farmasi Kabupaten Malinau Di Kabupaten Malinau terdapat sejumlah apotik, toko obat dan gudang farmasi, jumlahnya tidak terlalu fluktuatif. Pada tahun 2008 dan 2009 memiliki jumlah yang sama untuk ketiganya, Apotik 1 unit, Toko Obat 8 unit dan Gudang Farmasi 1 unit. Pada tahun 2010 Apotek dan Gudang Farmasi sama dengan tahun sebelumnya kecuali Toko Obat yang bertambah menjadi 9 unit. Pada tahun 2011, Apotek menjadi 2 unit, Toko Obat dan Gudang Farmasi sama dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2012, Apotek juga bertambah menjadi 3 unit, lainnya sama (Gambar L.2.16). Gambar L Jumlah Bayi Lahir Hidup, Lahir Mati, Bayi Mati dan Balita Mati di Kabupaten Malinau Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 35

46 Jumlah bayi lahir hidup di Kabupaten Malinau pada tahun 2008 mencapai jiwa, pada tahun 2009 jumlahnya 876 jiwa. Pada tahun 2010 dan 2011 jumlah bayi lahir hidup meningkat menjadi dan 1.613, pada tahun 2012 jumlah bayi lahir mnecapai jiwa. Jumlah lahir mati dari tahun fluktuatif namun relatif meningkat, jumlah hanya turun di tahun 2010 apabila dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah bayi mati fluktuatif selama periode tersebut, jumlah bayi mati paling fluktuatuf terjadi pada tahun 2009 sebanyak 17 kasus. Sementara itu, jumlah balita mati meningkat setelah tahun 2009 sampai 2012 (Gambar L.2.17). Gambar L Banyaknya Peserta KB Aktif Berdasarkan Metode Kontrasepsi di Kabupaten Malinau, 2012 Sebagian besar peserta KB aktif menggunakan pil dan suntikan dalam program KB. Hal ini dapat terlihat dari grafik di atas, lebih dari 90% menggunakan kedua metode tersebut (Gambar L.2.18). L.2.5 Agama Kabupaten Malinau memiliki penduduk dengan berbagai macam agama, ada Protestan, Islam, Katolik, Budha dan Hindu. Mayoritas penduduk Kabupaten Malinau beragama Protestan. Pada tahun 2013, tercatat jiwa penduduk Kabupaten Malinau yang beragama Protestan, naik dari tahun sebelumnya yang berjumlah jiwa. Islam merupakan agama ke-2 terbanyak yang dianut penduduk Kabupaten Malinau, pada tahun 2013 tercatat penduduk Kabupaten Malinau Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 36

47 memeluk agama Islam, naik dibandingkan tahun sebelumnya yang jumlahnya jiwa. Pada tahun 2013, pemeluk agama Katolik di Kabupaten Malinau sebesar jiwa, naik dari tahun 2012 yang berjumlah Untuk pemeluk agama Budha, ada 293 jiwa pada tahun 2013, menurun dari tahun sebelumnya yang berjumlah 305 jiwa. Sedangkan pemeluk agama Hindu ada 84 jiwa pada tahun 2013, naik dari tahun sebelumnya yang jumlahnya 75 jiwa (Gambar L.2.19). Gambar L Agama Penduduk Kabupaten Malinau Periode L.2.6. Ekonomi Struktur perekonomian Kabupaten Malinau masih bertumpu pada sektor Sumber Daya Alam (SDA), khususnya pertambangan dan pertanian. Pada tahun 2013, PDRB Kabupaten Malinau sebesar 3,27 triliun rupiah (harga berlaku). Dari angka tersebut, 50,99% disumbang dari sektor Pertambangan dan Penggalian dan 12,34 % dari sektor Pertanian. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 37

48 Gambar L Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malinau Periode Gambar L.2.20 menggambarkan pertumbuhan Kabupaten Malinau sepanjang periode Dari gambar terlihat bahwa Kabupaten Malinau mengalami pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif selama periode tersebut. Pada tahun 2008, ekonomi Kabupaten Malinau tumbuh 8,03%. Pada tahun 2009 dan 2010, ekonomi masing-masing tumbuh 8,95% dan dan 14,27%. Sedangkan di tahun 2011 dan 2012 ekonomi Kabupaten Malinau tumbuh 11,89% dan 12,05%. Gambar L Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Malinau (Dalam Juta Rp. HB) Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 38

49 Pada Gambar L.2.21 menggambarkan PDRB Kabupaten Malinau tahun 2009 mencapai 1,563 triliun rupiah menurut harga berlaku. Peningkatan nilai PDRB terus berlanjut dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 PDRB mencapai 2,021 triliun rupiah, tahun 2011 mencapai 2,618 triliun. Sedangkan tahun 2012 dan 2013 nilai PDRB Kabupaten Malinau masing-masing 2,771 triliun rupiah dan 3,270 triliun rupiah. Pada Gambar L.2.22 menggambarkan PDRB Lapangan Usaha Kabupaten Malinau Menurut Harga Berlaku periode , sektor Pertambangan, Pertanian dan Jasa masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Kabupaten. Tiga sektor tersebut menyumbang lebih dari setengah nilai PDRB selama periode Pada tahun 2009, sektor Pertambangan menyumbang 28,87% sedangkan sektor Pertanian menyumbang 21,44% dari total PDRB, proporsi terbesar ke-3 ditempati oleh sektor Jasa dengan proporsi 18,36%. Pada tahun 2010, proporsi sektor Pertambangan meningkat menjadi 37,61% disusul sektor Pertanian yang menyumbang 18,92% dan sektor Jasa 15,75%. Untuk tahun 2011, proporsi sektor Pertambangan di PDRB Kabupaten Malinau meningkat menjadi 45,78% disusul sektor Pertanian 15,40% dan sektor Jasa 13,61%. Di tahun 2012, proporsi sektor Pertambangan menurun menjadi 42,91% dan sektor Pertanian 14,05% dan sektor Jasa 14,65%. Di tahun 2013, proporsi sektor Pertambangan mencapai 50,99% sedangkan sektor Pertanian mencapai 12,34% dan sektor Jasa 12,21%. Gambar L PDRB Kabupaten Malinau Menurut Lapangan Usaha Periode (Dalam Persen, HB) Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 39

50 Gambar L Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Malinau (Dalam Juta Rp., HK 2000) Pada tahun 2013, PDRB Kabupaten Malinau sebesar Rp. 936,311 miliar (Konstan 2000). Angka tersebut tumbuh sebesar 7,65% dari PDRB tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 dan 2010 PDRB Kabupaten Malinau masing-masing sebesar Rp.869,792 miliar dan Rp.776,251 miliar atau tumbuh 12,05% dan 11,89%. Pada tahun 2009, jumlah PDRB Kabupaten Malinau mencapai 608 miliar rupiah (Gambar L.2.23). Gambar L PDRB Kabupaten Malinau Menurut Lapangan Usaha Periode (Dalam Persen, HK 2000) Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 40

51 Untuk PDRB Kabupaten Malinau menurut lapangan usaha apabila dihitung dengan Harga Konstan 2000, sektor yang menjadi penyumbang terbesar adalah Pertambangan, Pertanian dan Bangunan dan Konstruksi. Ketiga sektor itu selama periode memiliki proporsi terbesar dalam PDRB Kabupaten Malinau. Pada tahun 2013, sektor Pertambangan menyumbang 40,84%, Bangunan dan konstruksi 21,41% dan Pertanian 15,65%. Pada tahun 2012, sektor Pertambangan menyumbang 37,79%, Bangunan dan Konstruksi 21,17% dan Pertanian 17,24%. Pada tahun 2011, sektor Pertambangan menyumbang 32,98%, Bangunan dan Konstruksi 21,76% dan Pertanian 20,73% (Gambar L.2.24). L.2.7. Keuangan dan Harga Realisasi penerimaan daerah Kabupaten Malinau pada 2012 sebesar 1,783 triliun rupiah. Komponen penyumbang terbesar dari Dana Perimbangan yang mencapai 85,05% atau sebesar 1,517 triliun rupiah lebih. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Daerah Lain-lain yang sah masing-masing sebesar 6,3% atau 112,426 miliar rupiah dan 8,65% atau 154,402 miliar rupiah. Realisasi penerimaan di tahun 2012 tumbuh 8,33% dari tahun 2011 (1.647 triliun rupiah). Sedangkan untuk tahun 2011, reaslisasi penerimaannya tumbuh 40% dari tahun sebelumnya. Kenaikan drastis ini porsi utama disumbang Pendapatan Daerah Lain-lain yang melonjak 166,01% menjadi 193 miliar rupiah, Dana Perimbangan 33,57% menjadi triliun dan Pendapatan asli daerah yang naik 10,39% menjadi 91,486 miliar rupiah. Tahun 2010, realisasi penerimaan tumbuh 9,07% dari tahun sebelumnya menjadi 1,175 triliun rupiah (Gambar L.2.25). Gambar L Realisasi Penerimaan Daerah Menurut Jenis Penerimaan (dalam Juta Rupiah) Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 41

52 Gambar L Realisasi Pengeluaran Daerah Menurut Jenis Pengeluaran (dalam Juta Rupiah) Gambar L.2.26 memperlihatkan Realisasi Pengeluaran Daerah Menurut Jenis Pengeluaran selama periode Pada tahun 2009, total realisasi pengeluaran Kabupaten Malinau sebesar 946 miliar rupiah, pengeluaran ini terdiri dari 594 miliar rupiah untuk belanja langsung dan 351 miliar rupiah untuk belanja tidak langsung. Pada tahun 2010, total pengeluaran mencapai 1,315 triliun rupiah, yang terdiri dari 818 miliar untuk belanja tidak langsung dan 497 untuk belanja langsung. Pada tahun 2011, terjadi penurunan pengeluaran, dengan total 1,073 triliun yang terdiri dari 677 miliar untuk belanja tidak langsung dan 395 miliar untuk belanja langsung. Sementara untuk tahun 2012 realisasi pengeluaran Kabupaten Malinau mencapai 1,543 triliun rupiah, yang terdiri dari 1,011 triliun untuk belanja tidak langsung dan 531 miliar untuk belanja tidak langsung. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 42

53 Gambar L Surplus atau Defisit Kabupaten Malinau (Dalam Juta Rupiah) Selama perode , sebagian besar pada periode tersebut terjadi surplus anggaran Kabupaten Malinau. Pada tahun 2008 dan 2009, terjadi surplus masing-masing sebesar 132 miliar rupiah dan 131 miliar rupiah. Defisit hanya terjadi di tahun 2010 sebesar lebih dari 140 miliar rupiah. Sedangkan pada tahun 2011 dan 2012 juga terjadi surplus, masing-masing sebesar 537 miliar rupiah dan 240 miliar rupiah.(gambar L.2.27) L.2.8. Konsumsi dan Kemiskinan Selama periode , terjadi penurunan proporsi pengeluaran untuk makanan. Dari tahun , terjadi penurunan 13% proporsi pengeluaran untuk makanan. Sebaliknya terjadi peningkatan proporsi pengeluaran untuk keperluan bukan makanan penduduk Kabupaten Malinau. Selama periode , terjadi peningkatan sebesar 13% proporsi pengeluaran yang digunakan untuk keperluan bukan makanan (Gambar L.2.28). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 43

54 Gambar L Persentase Pengeluaran Rumah Tangga Menurut Jenis Pengeluaran di Kabupaten Malinau Gambar L Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Malinau Periode Gambar L.2.29 menunjukan persentase dan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Malinau. Selama periode jumlah penduduk miskin di Kabupaten Malinau terus menurun. Pada tahun 2008, terdapat lebih dari 10,7 ribu jiwa penduduk miskin atau sekitar 18,24% penduduk miskin di Kabupaten Malinau. Pada tahun 2009, jumlah penduduk miskin menurun menjadi 10,3 ribu jiwa atau Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 44

55 16,55%. Hal serupa juga terjadi di tahun 2010 dan 2011, masing-masing menurun menjadi jiwa dan jiwa atau turun menjadi 15,31% dan 12,67%. Gambar L Keluarga Pra Sejahtera Dan Sejahtera I di Kabupaten Malinau Dari grafik 4.22 terlihat ada fluktuasi jumlah Keluarga untuk kategori Pra Sejahtera dan Sejahtera I. Pada tahun 2012, di Kabupaten Malinau terdapat Keluarga Sejahtera I dan Keluarga Pra Sejahtera. Jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu Keluarga Sejahtera I berjumlah KK dan Keluarga Pra Sejahtera berjumlah KK (Gambar L.2.30). L.2.9. Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Padi hasil produksi di Kabupaten Malinau di dominasi oleh padi ladang. Hasil produksi padi sawah maupun padi ladang Kabupaten Malinau fluktuatif selama periode Pada tahun 2012, hasil produksi padi ladang mencapai lebih dari 139 ribu ton, sedangkan padi sawah mencapai lebih dari 89 ribu ton (Gambar L.2.31). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 45

56 Gambar L Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang (dalam Ton) Kabupaten Malinau Gambar L Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak di Kabupaten Malinau (ekor) Peternakan di Kabupaten Malinau selama periode terus berkembang, hal ini terlihat dari grafik di atas. Meskipun ada beberapa yang berfluktuasi, seperti sapi potong, kerbau dan kambing. Namun memiliki tren yang naik (Gambar L.2.32). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 46

57 L Hasil Observasi di Kabupaten Malinau Ekonomi, Sosial, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Malinau ingin fokus mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berpegang pada prinsip dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Saat ini Pemerintah Kabupaten Malinau memberikan subsidi untuk mengurangi beban transportasi warga, sehingga dapat menekan biaya transportasi produk supaya tidak terlalu tinggi. Subsidi yang diberikan Pemerintah Kabupaten Malinau untuk meningkatkan perekonomiannya seperti subsidi angkut khususnya sembako, subsidi bbm, subsidi penerbangan dan lainnya.sejak beberapa tahun lalu, Pemerintah Kabupaten Malinau sudah memberikan dana ke desa-desa lebih dari 1 miliar rupiah tiap tahunnya. Dengan adanya dana ini diharapkan dapat mempercepat gerak perekonomian masyarakat Kabupaten Malinau Utara. Kebijakan BBM subsidi yang dicanangkan pemerintah saat ini belum bisa menjangkau Kabupaten Malinau. BBM subsidi yang ada di SPBU cepat sekali habis, hal ini disebabkan pasokannya yang belum dapat memenuhi kebututuhan masyarakat, sehingga masyarakat lebih sering menggunakan BBM non subsidi dengan harga sekitar Rp12.500,-. Bahkan harga BBM wilayah perbatasan menacapai Rp ,-. Hal ini turut menjadi penyebab tingginya biaya transportasi di Kabupaten Malinau. Terdapat banyak pekerja yang berada di Malinau merupakan pendatang, sedangkan penduduk asli jarang atau kurang cocok dengan pekerjaan yang memerlukan kesabaran seperti pertanian, perkebunan dan sebagainya. Hal ini tejadi karena perbedaan karakter dan etos kerja. Penduduk asli cenderung mamilih pekerjaan yang cepat menghasilakan uang dan tidak perlu menunggu lama. Kurangnya antusias penduduk asli usia muda di beberapa sektor seperti pertanian, perdagangan menyebabkan rata-rata usia pekerja di sektor tersebut tinggi atau tua. Berbagai pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan tenaga kerja sudah dilakukan, seperti pembuatan Balai Latihan Kerja Industri (BLKI). Namun, antusiasme penduduk asli masih kurang dalam memanfaatkan BLKI ini. Semangat mengikuti pelatihan hanya di awal, namun semakin lama semakin berkurang yang mengikuti pelatihan. Terdapat BKLI yang memberikan ketrampilan membuat kerajinan dari rotan. Industri kerajinan ini cukup menjanjikan, terlebih melimpahnya pasokan rotan Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 47

58 dan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Malinau. Kabupaten Malinau memiliki potensi besar untuk menjadi produsen produk pertanian maupun perkebunan. Terdapat beberapa produk dari Kabupaten Malinau yang dikirim ke luar wilayah, seperti Ikan Patin kolam yang dikirim ke Samarinda. Di Malinau terdapat banyak hasil perkebunan seperti rambutan, cempedak, durian, dan hasil perkebunan maupun pertanian lainnya yang sangat potensial. Berlimpahnya produk ini tidak serta merta menghasilkan kemakmuran bagi masyarakat, sulitnya akses transportasi menyebabkan harga menjadi tidak kompetitif. Sehingga masyarakat enggan untuk menjual hasil perkebunan yang melimpah tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tidak semua bahan kebutuhan seharihari di produksi di wilayah Malinau. Ada beberapa komoditas tertentu yang didatangkan dari luar Malinau, seperti sayuran, telur, ikan dan lainnya. Komoditas tersebut biasanya didatangkan dari Tarakan, Tanjung Selor, dan wilayah Malaysia. Pemerintah Kabupaten Malinau ingin mengembangkan sektor industri olahan untuk meningkatkan perekonomiannya. Seperti membangun pabrik pakan ternak, hal ini dirasa perlu untuk menekan harga pakan yang cukup mahal sehingga biaya untuk menghasilkan panen dapat ditekan, hal ini menjadikan harga lebih kompetitif. Selain itu, terdapat juga potensi untuk membangun industri olahan produk makanan. Hal ini melihat berlimpahnya hasil perkebunan maupun pertanian yang dapat dijadikan bahan mentah. Selain itu, hasil olahan tersebut juga akan lebih tahan lama. Terdapat minimarket yang merupakan Perusahaan Daerah Intimung, dalam minimarket ini menjual berbagai produk baik yang didatangkan dari luar atau yang dari dalam Malinau. Pertanian dan Perkebunan Komitmen Dinas Pertanian Kabupaten Malinau, revitalisasi pertanian dalam budidaya pertanian (bercocok tanam melalui mekanisme pertanian yang benar). Ingin mengembangkan kawasan pusat pertanian rakyat sejahtera, di Desa Pulau Sapi Kecamatan Mentara. Diharapkan akan menjadi kawasan pusat pertanian, akan dilibatkan beberapa SKPD supaya menjadi pusat pertanian terpadu. Pusat pertanian ini akan menjadi pusat pertanian rakyat, sudah ada kerja sama dengan IPB. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 48

59 Diperbatasan sudah melakukan Survei Integrasi Daerah (SID) (khususnya lahan sawah di daerah perbatasan, 4 kecamatan; Sungai Pol, Kayan Hilir, Kayan Selatan dan Kayan Hulu). Budaya disana adalah lahan berpindah, dengan adanya SID ini diharapan dapat mengubah budaya masyarakat supaya menggunakan lahan tetap, supaya tidak merusak hutan apabila menggunakan lahan berpindah. Tahun 2014 ini ada rencana akan membuat Pusat Pertanian Sejahtera (tambahan) di 2 kecamatan (kecamatan Kayan Selatan dan Kaayan Hulu). Model Pusat Pertanian ini sama seperti di Pulau Sapi, yang nantinya akan dikelola secara terpadu. Dari segi perikanan, ingin membuat ikon kawasan perikanan 200 ha (rencana tahun 2020 sudah terealisasi 100%) di Minapolitan dan menjadi satu satunya di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Saat ini Pemerintah Kabupaten Malinau sudah mengembangkan 21 ha, total kolam sudah terealisasi mencapai 203 kolam (milik petani). Selain itu, salah satu yang ingin dikembangkan Keladi Putih (panjang 50 cm, beratnya hampir 8 kg, tumbuh di desa Long Pala, kecamatan Mentara Hulu. Kendala utama yang dihadapi sektor pertanian di Kabupaten Malinau adalah transportasi dan pemasaran. Kencala utama, transportation cost yang tinggi. Pakan ikan dari luar malinau, berharga mahal harga ikan yang di jual naik, mengikuti harga beli pakan. Ikan di Kabupaten Malinau memiliki harga yang lebih mahal, karena harga pakan yang cukup mahal. Karena harga yang mahal ini, hasil produksi menjadi sulit untuk dipasarkan. Harga akhir dari produk sudah tidak kompetitif lagi. Komoditas perkebunan unggulannya di Pemerintah Kabupaten Malinau ada 5; kopi, kakau, karet, kelapa sawit (perkebunan swasta) dan teh (wilayah perbatasan). Kualitas tanah diperbatasan sudah di teliti, dan hasilnya bagus untuk kebun teh bahkan lebih baik darii tanah perkebunan teh di Bandung. Saat ini, petani mulai bersemangat dalam menggarap perkebunan juga dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas. Dinas Perkebunan Kabupaten Malinau serius dalam melakukan pelatihan dalam budidaya perkebunan. Saat ini terdapat belasan ahli yang didatangkan dari Pulau Jawa untuk mendampingi petani dalam berkebun. Dari pendampingan ini, diharapkan petani dapat mengoptimalkan perkebunan yang mereka miliki. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 49

60 Perbatasan dan Perhubungan Daerah binaan Dinas Perbatasan Pemerintah Kabupaten Malinau ada 5 kecamatan yang berbatasan dengan malaysia khususnya Serawak. Dinas Perbatasan memiliki tugas untuk mengakomodir kebutuhan pembangunan masyarakat perbatasan, termasuk didalamnya pengembangan potensi. Wilayah malinau di perbatasan masih jauh tertinggal dibanding Malaysia, hal ini sempat disinggung di beberapa media, jika ingin melihat perbatasan sebaiknya secara langsung berkinjung ke Malinau. Akses perbatasan di malinau masih sangat minim, banyak hal yang tidak bisa dibuat di malinau. Pemerintah Kabupaten Malinau sudah berkomitmen untuk membangun perbatasan (infrasutuktur dan akses). Pembangunan infrastruktur terus digenjot sejak 2011, saat ini hampir semua akses desa di wilayah perbatasan sudah dibuka. Saat ini ada pembangunan infrastruktur terpadu, kecamatan-kecamatan di perbatasan mendapat alokasi dana miliar rupiah (multiyears). Hasilnya sudah terlihat, akses-akses dari desa ke kecamatan sudah terbuka. Untuk mempercepat pembangunan perekonomian, perlu adanya konektivitas perbatasan Kabupaten Malinau dengan Malaysia. Apalagi akses ke Malaysia jauh lebih dekat, ada keinginan untuk membangun akses ekonomi ke Malaysia supaya mempercepat pergerakan ekonomi masyarakat perbatasan. Di wilayah perbatasan terdapat banyak produksi komoditas, namun kesulitan dalam menjual hasil komoditas yang berlimpah. Sulitnya transportasi murah menyebabkan harga menjadi mahal ketika sampai ke tempat pemasaran. Terdapat keinginan untuk membuka akses ke wilayah perbatasan, hal ini ingin dilakukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Namun keinginan ini sulit direalisasikan karena adanya hutan lindung di Malinau. Ijin sulit didapatkan dari Kementrian Kehutanan terkait hutan lindung. Satu-satunya jalur tercepat untuk mencapai perbatasan menggunakan pesawat. Terbatasnya jumlah penerbangan dari Malinau ke perbatasan menyebabkan akses ke sana tidak menentu waktunya. Perlu jauh-jauh hari dalam memesan tiket, ada daftar prioritas yang didahulukan ketika kondisi darurat. Sehingga apabila ingin mengunjungi wilayah perbatasan akan memakan waktu yang tidak dapat ditentukan. Saat ini akses telekomunikasi sudah bagus di Kabupaten Malinau, pemerintah kabupaten menyediakan belasan (membangun dengan menggunakan dana sendiri) Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 50

61 tower telekomunikasi dan bekerja sama dengan Telkomsel dalam memasang pemancar telekomunikasi. Sehingga saat ini akses komunikasi sudah bagus, bahkan daerah perbatasan sudah termasuk bagus akses telekomunikasinya. L.3. KABUPATEN NUNUKAN L.3.1. Geografis Terhitung sejak pembentukan Provinsi Kalimantan Utara, maka Kabupaten Nunukan secara resmi tidak lagi menjadi bagian dari Provinsi Kalimantan Timur. Kabupaten Nunukan menjadi salah satu kabupaten yang tergabung dalam Provinsi Kalimantan Utara bersama dengan tiga kabupaten dan satu kota lainnya. Tiga kabupaten tersebut adalah kabupaten Bulungan, Malinau, dan Tana Tidung. Sedangkan satu kota lainnya adalah Kota Tarakan. Secara geografis Kabupaten Nunukan terletak di wilayah paling utara Provinsi Kalimantan Utara. Posisinya berbatasan darat dengan Malaysia sehingga membuatnya menjadi wilayah yang strategis. Bagian utara Kabupaten Nunukan berbatasan dengan wilayah Sabah, Malaysia. Sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Laut Sulawesi, di Barat berbatasan dengan wilayah Serawak, Malaysia, dan di selatan berbatasan dengan Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau. Sumber: BPS Kabupaten Nunukan Gambar L.3.1. Perbandingan Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Nunukan (km 2 ) Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 51

62 Kabupaten Nunukan berdiri pada tahun 1999 sebagai bagian dari Provinsi Kalimantan Timur. Wilayahnya merupakan pemekaran dari Kabupaten Bulungan. Luas wilayah Kabupaten Bulungan adalah sebesar ,50 km 2. Wilayahnya mencakup 10 sungai dan 17 pulau. Sungai yang terpanjang adalah Sungai Sembakung yang memiliki panjang mencapai 278 km. Sementara sungai yang terpendek adalah Sungan Tabur dengan penjang 30 km. Luas Kabupaten Nunukan tersebut terbagi ke dalam 15 kecamatan dengan luas wilayah masing-masing yang cukup beragam. Pusat kegiatan perekonomian terletak di Pulau Nunukan, yang terbagi menjadi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Nunukan dan Kecamatan Nunukan Selatan. Kecamatan yang memiliki wilayah paling luas adalah Kecamatan Lumbis Ogong yang wilayahnya mencakup hingga 23,56% total luas wilayah Kabupaten Nunukan (Gambar L.3.1). Kondisi topografi Kabupaten Nunukan cukup bervariasi dengan wilayah utara bagian barat yang memiliki karakteristik perbukitan terjal. Wilayah perbukitan sedang di bagian tengah, serta daratan bergelombang yang landai di bagian timur.secara iklim, wilayah Kabupaten Nunukan memiliki iklim tropis. Hal ini berkaitan dengan letaknya yang berada di wilayah khatulistiwa di mana terdapat dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Suhu udara rata-rata di Kabupaten Nunukan adalah 27,1 0 C. L.3.2. Penduduk Berdasarkan data BPS, total penduduk Kabupaten Nunukan pada tahun 2013 adalah berjumlah jiwa atau sedikit berkurang dari total penduduk pada tahun 2012 sebanyak jiwa. Bila dibandingkan dengan luas wilayahnya, maka kepadatan penduduk Kabupaten Nunukan pada tahun 2013 adalah 11,42 jiwa/km 2. Pada tahun 2013 total penduduk laki-laki adalah sebanyak jiwa sedangkan penduduk perempuan sebanyak jiwa (Gambar L.3.3). Bila kedua jumlah tersebut dibandingkan, maka rasio kelamin penduduk Kabupaten Nunukan di tahun 2013 adalah sebesar 114,57. Hal ini memiliki makna bahwa dari setiap 100 orang perempuan di Kabupaten Nunukan terdapat 114,57 laki-laki. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 52

63 Sumber: BPS Kabupaten Nunukan Gambar L.3.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Nunukan Tahun Meskipun sempat sedikit turun dari tahun 2012 ke tahun 2013, namun secara umum jumlah penduduk Kabupaten Nunukan terus mengalami peningkatan antar tahun. Sumber: BPS Kabupaten Nunukan Gambar L.3.3. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Nunukan Tahun (jiwa) Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 53

64 Pada tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Nunukan hanya sebanyak jiwa dan pada tahun 2009 sebanyak jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa dalam 5 tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah penduduk sebanyak 30 ribu jiwa. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2011 di mana jumlah penduduk Kabupaten Nunukan meningkat sebesar 9,53% dari tahun sebelumnya (Gambar L.3.2). Dari sisi kepadatan per wilayah, penduduk Kabupaten Nunukan terkonsentrasi di Kecamatan Nunukan. Kecamatan ini memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa, atau sekitar 34% dari total penduduk Kabupaten Nunukan. Persentase tersebut cukup tinggi bila dibandingkan dengan luas wilayah Kecamatan Nunukan yang hanya 3,96% dari total luas Kabupaten Nunukan. Sementara di posisi kedua yaitu kecamatan Nunukan Selatan dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa (Gambar L.3.4). Sumber: BPS Kabupaten Nunukan Gambar L.3.4. Distribusi Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kabupaten Nunukan Tahun 2013 (jiwa) Kedua kecamatan tersebut (Nunukan dan Nunukan Selatan) sebagian besar wilayahnya terletak di satu pulau yang sama, yaitu Pulau Nunukan. Pulau inilah yang menjadi pusat perekonomian maupun pusat pemerintahan Kabupaten Nunukan. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 54

65 Sumber: BPS Kabupaten Nunukan Gambar L.3.5. Distribusi Penduduk Kabupaten Nunukan per Kecamatan Tahun 2013 (%) Sementara itu Kecamatan Lumbis Ogong yang luas wilayahnya mencapai 23,56% dari total luas wilayah Kabupaten Nunukan hanya memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa. Jumlah tersebut adalah sekitar 3% dari jumlah penduduk Kabupaten Nunukan (Gambar L.3.5). L.3.3. Angkatan Kerja Pada tahun 2012 jumlah total angkatan kerja sebesar 70,88% dari total penduduk berumur 15 tahun ke atas di Kabupaten Nunukan, dimana total yang bekerja 88,17%. Kelompok Penduduk Usia Kerja (PUK) dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu Angkatan Kerja (AK) dan Bukan Angkatan Kerja. Penduduk yang termasuk ke dalam Angkatan Kerja adalah penduduk yang bekerja maupun yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan penduduk yang masuk dalam kategori Bukan Angkatan Kerja adalah penduduk yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Seiring dengan kenaikan jumlah penduduk, maka jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Nunukan juga ikut mengalami pertumbuhan. Angkatan Kerja Kabupaten Nunukan mengalami kenaikan dari jiwa pada tahun 2008 menjadi jiwa pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa dalam periode lima tahun terjadi kenaikan Angkatan Kerja sebesar jiwa atau sekitar 63% (Gambar L.3.6). Pertumbuhan secara proporsional juga terjadi dalam jumlah penduduk yang Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 55

66 bekerja maupun yang mencari kerja. Total penduduk Kabupaten Nunukan yang bekerja adalah jiwa pada tahun 2008 menjadi jiwa pada tahun Terjadi pertumbuhan sebesar atau bertumbuh sebanyak 55,5% selama lima tahun. Sumber: BPS Kabupaten Nunukan Gambar L.3.6. Jumlah Penduduk dan angkatan Kerja Kabupaten Nunukan Tahun Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa Angkatan Kerja merupakan jumlah dari penduduk yang bekerja ditambah penduduk yang mencari kerja. Keduanya bersifat komplemen. Bila kita melihat pada grafik di atas, terlihat bahwa terdapat kenaikan antar tahun jumlah pencari kerja di Kabupaten Nunukan. Pada tahun 2008 terdapat jiwa pencari kerja di Kabupaten Nunukan. Jumlah ini lah yang termasuk sebagai Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Jumlah tersebut selanjutnya mengalami penurunan tipis menjadi jiwa pada tahun 2009, kemudian mengalami kenaikan terus-menerus hingga pada tahun 2012 terdapat pencari kerja di Kabupaten Nunukan. Berdasarkan data, tampak bahwa meskipun jumlah penduduk yang bekerja terus mengalami kenaikan, namun Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Nunukan terus mengalami kenaikan. TPT sendiri menggambarkan jumlah Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 56

67 penduduk yang tidak bekerja namun sedang mencari pekerjaan. Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Nunukan sempat mengalami penurunan dari 7,53% pada tahun 2008 menjadi 5,94% pada tahun Namun angka tersebut terus mengalami kenaikan menjadi 7,67% pada tahun 2010, 9,52% pada tahun 2011, hingga akhirnya menjadi 11,83% pada tahun Meskipun demikian, terjadi peningkatan yang stabil dalam angka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) (Gambar L.3.7). Bila membandingkan jumlah pencari kerja dengan TPT, akan tampak bahwa jumlah penduduk menganggur di Kabupaten Nunukan bertambah tidak hanya secara proporsi terhadap total angkatan kerja, namun juga secara absolut. Jumlah penduduk menganggur yang terus naik ini tentunya menjadi tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Nunukan. Sumber: BPS Kabupaten Nunukan Gambar L.3.7. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Nunukan Tahun (%) TPAK menggambarkan besarnya penduduk yang masuk dalam pasar tenaga kerja. TPAK Kabupaten Nunukan naik drastis dari 55,05% pada tahun 2008 menjadi 64,89% pada tahun Pada tahun-tahun berikutnya pun TPAK terus mengalami kenaikan meskipun dalam tingkat pertumbuhan yang lebih moderat. TPAK Kabupaten Nunukan pada tahun 2010 adalah sebesar 65,06%, lalu mengalami Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 57

68 kenaikan menjadi 68,68% di tahun, hingga akhirnya berada pada posisi 70,88% di tahun Sedangkan Tingkat Kesempatan Kerja merupakan komplemen dari Tingkat Pengangguran Terbuka. Tingkat Kesempatan Kerja merupakan total Angkatan Kerja yang tidak menganggur. Sumber: BPS Kabupaten Nunukan Gambar L.3.8. Persentase Angkatan Kerja Kabupaten Nunukan Tahun 2012 Berdasarkan Pendidikan yang Ditamatkan (%) Hal penting yang perlu diperhatikan dalam Angkatan Kerja di suatu wilayah adalah kualitas atau tingkat keahlian yang dimiliki oleh penduduk dalam kategori tersebut. Biasanya kualitas ini digambarkan dengan tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh Angkatan Kerja. Berdasarkan data tahun 2012, dari total Angkatan Kerja Kabupaten Nunukan sebanyak jiwa, sebanyak 63% memiliki pendidikan SD dan di bawah SD. Angka ini menunjukkan bahwa kualitas SDM di Kabupaten Nunukan masih tergolong rendah. Sekitar 20% dari total Angkatan Kerja memiliki kualifikasi SLTP. Sedangkan Angkatan Kerja yang memiliki tingkat pendidikan SLTA atau lebih tinggi hanya sekitar 17% (Gambar L.3.8). Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, maka akan terjadi juga peningkatan harga-harga komoditas di Kabupaten Nunukan. Hal ini terlihat dari rata-rata kebutuhan hidup layak di Kabupaten Nunukan yang terus mengalami kenaikan antartahun. Pada tahun 2007 rata-rata kebutuhan hidup layak di Kabupaten Nunukan Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 58

69 hanya sebesar Rp ,-. Biaya hidup tersebut naik menjadi Rp ,- pada tahun 2012, atau meningkat sekitar 38% dari rata-rata kebutuhan hidup pada tahun Angka ini sempat turun menjadi Rp ,- pada tahun 2011, atau turun Rp ,- dari rata-rata kebutuhan hidup tahun 2010 sebesar Rp ,- (Gambar L.3.9). Sumber: BPS Kabupaten Nunukan Gambar L.3.9. Rata-Rata Kebutuhan Hidup Layak dan Upah Minimum Kabupaten Nunukan Tahun Seiring dengan peningkatan kebutuhan hidup tersebut tentunya dibutuhkan penyesuaian pada tingkat upah minimum di Kabupaten Nunukan. Berdasarkan data BPS, terlihat bahwa tingkat upah minimum di Kabupaten Nunukan terus mengalami kenaikan antartahun. Pada tahun 2007 rata-rata upah minimum di Kabupaten Nunukan adalah sebesar Rp ,-. Rata-rata upah minimum tersebut terus mengalami kenaikan hingga menjadi Rp ,- pada tahun 2012, atau naik sebesar Rp ,- (50%) dari tahun Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 59

70 L.3.4. Sosial dan Budaya Keberhasilan pembangunan tidak hanya tampak dari peningkatan secara ekonomi, namun juga tercermin dari peningkatan kapasitas penduduk. Dengan kata lain, berkembangnya suatu daerah tidak bisa hanya diukur dari pertumbuhan ekonomi, melainkan perlu juga memperhitungkan kualitas penduduk. Kualitas tersebut bisa dilihat dalam beberapa hal. Hal tersebut yaitu pendidikan dan kesehatan. Pada bagian ini diberikan gambaran kemampuan Kabupaten Nunukan dalam meningkatkan kapasitas pendidikan dan kualitas kesehatan penduduknya. Tolak ukur yang digunakan adalah jumlah sarana di dua bidang tersebut yang dimiliki oleh Kabupaten Nunukan. Sumber: BPS Kabupaten Nunukan Gambar L Jumlah Guru dan Murid di Kabupaten Nunukan tahun 2012 Gambar L.3.10 menjabarkan jumlah guru dan murid di setiap tingkat pendidikan di Kabupaten Nunukan pada tahun Dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang mencolok antara jumlah guru dan murid di masing-masing tingkat pendidikan. Berdasarkan kondisi tersebut sangat mungkin dikatakan bahwa banyak murid di Kabupaten Nunukan yang tidak melanjutkan pendidikan ke tingkatan yang Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 60

71 lebih tinggi. Jumlah guru dan murid SD di tahun 2012 masing-masing sebanyak dan orang. Sedangkan jumlah guru dan murid SMP di tahun 2012 hanya 669 dan 8.204, dan di SMA hanya 285 dan Semestinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah guru dan murid di ketiga tingkat pendidikan tersebut. Sumber: BPS Kabupaten Nunukan Gambar L Jumlah Sekolah di Kabupaten Nunukan Tahun 2012 Sejalan dengan hal tersebut, jumlah sekolah negeri dan swasta di tiga tingkatan tersebut juga berbeda cukup jauh. Total jumlah SD di Kabupaten Nunukan tahun 2012 adalah sebanyak 132 sekolah. Sedangkan jumlah SMP hanya 47 sekolah, dan SMA hanya 17 sekolah. Dari jumlah tersebut, mayoritas merupakan sekolah negeri. (Gambar L.3.11). Satu hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah SMA. Di seluruh Kabupaten Nunukan di tahun 2012 hanya terdapat 8 SMA negeri. Padahal jumlah kecamatan di Kabupaten Nunukan mencapai 15 kecamatan. Dapat disimpulkan bahwa tidak setiap kecamatan di Kabupaten Nunukan memiliki SMA negeri. Jumlah sekolah menentukan kapasitas murid yang dapat ditampung. Oleh sebab itu, ketimpangan jumlah sekolah di tiga tingkat pendidikan akan mempersulit pelajar di Kabupaten Nunukan untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Secara umum dapat disimpulkan bahwa infrastruktur pendidikan di Kabupaten Nunukan masih perlu ditingkatkan. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 61

72 Dari sisi infrastruktur kesehatan, tercatat pada tahun 2012 Kabupaten Nunukan memiliki satu unit RSUD yang terletak di Kecamatan Nunukan. Sebagaimana diketahui Kecamatan Nunukan merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Nunukan. Kecamatan Nunukan juga merupakan kecamatan dengan ukuran ekonomi terbesar bila dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Sumber: BPS Kabupaten Nunukan Gambar L Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Nunukan Tahun 2012 Selain RSUD, beberapa fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Nunukan di antaranya adalah 12 unit Puskesmas Induk, 57 unit Puskesmas Pembantu, 15 unit Puskesmas Keliling, dan 66 Klinink/Praktek Dokter. Selain itu, di Kabupaten Nunukan juga terdapat 69 unit Praktek Bidan dan 221 unit Posyandu (Gambar L.3.12). Terkait dengan upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk, tercatat pada tahun 2012 di Kabupaten Nunukan terdapat Pasangan Usia Subur (PUS). Data BPS juga menunjukkan bahwa terdapat orang merupakan akseptor KB aktif dan merupakan akseptor KB baru. Bila dibandingkan, maka persentase Akseptor aktif terhadap PUS adalah sebesar 152,20%. Hal tersebut berarti bahwa satu pasangan dapat menggunakan lebih dari satu alat kontrasepsi dalam satu tahun. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 62

73 L.3.5. Perekonomian Pertumbuhan ekonomi di kabupaten Nunukan tercatat sebesar 7,13% pada tahun 2012 untuk PDRB dengan Migas. Sedangkan untuk PDRB tanpa Migas bertumbuh sebesar 7,10%, atau hanya berbeda sedikit. Berdasarkan harga berlaku, PDRB dengan Migas Kabupaten Nunukan naik dari Rp. 3,173 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp. 5,362 triliun pada tahun Dengan kata lain, angka tersebut naik sekitar Rp. 2 triliun atau sekitar 60%. Tingkat pertumbuhan ini lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan nasional pada periode tersebut (Gambar L.3.13) Sumber: BPS Kabupaten Nunukan Gambar L PDRB Kabupaten Nunukan Tahun (Dalam Juta Rupiah) Sementara bila pengaruh inflasi dihilangkan, berdasarkan harga konstan tahun 2000, maka PDRB Kabupaten Nunukan dengan Migas naik dari Rp. 1,301 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp. 1,634 triliun pada tahun 2012, atau naik sebesar 25,59% pada periode tersebut. Berdasarkan strukturnya, perekonomian Kabupaten Nunukan didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian, lalu disusul oleh sektor pertanian. Secara umum, sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian mendominasi Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 63

74 perekonomian Kabupaten Nunukan dengan porsi rata-rata hingga 70% per tahun dari total PDRB. Data menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian memiliki porsi sebesar 39% dari total PDRB Kabupaten Nunukan di tahun Porsi ini naik menjadi 58% di tahun 2006, lalu sempat turun perannya menjadi 47% di tahun Pada tahun 2012 sektor ini pun tetap dominan dengan porsi sekitar 52% dari total PDRB Kabupaten Nunukan (Gambar L.3.14). Sumber: BPS Kabupaten Nunukan Gambar L Struktur Perekonomian Kabupaten Nunukan Tahun 2004, 2006, 2009, dan 2012 Berdasarkan Lapangan Usaha (%) 1 Sektor pertanian terus berada pada posisi kedua dalam satu dekade terakhir. Sektor ini memainkan peranan terbesar dalam perekonomian Kabupaten Nunukan setelah sektor pertambangan dan penggalian. Pada tahun 2004, sektor pertanian 1 S.1 = Pertanian; S.2 = Pertambangan dan Penggalian; S.3 = Industri Pengolahan; S.4 = Listrik, Gas dan Air Minum; S.5 = Bangunan/Konstruksi; S.6 = Perdagangan, Hotel dan Restoran; S.7 = Pengangkutan dan Telekomunikasi; S.8 = Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; S.9 = Jasa-Jasa Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 64

75 memiliki porsi sebesar 37% dari total PDRB Kabupaten Nunukan. Porsi tersebut lalu turun cukup jauh hingga hanya menjadi 22% pada tahun 2006, lalu sedikit mengalami kenaikan menjadi 26% pada tahun Di tahun 2012, sektor pertanian tetap berada di posisi kedua dengan peran sebesar 22% dari total PDRB Kabupaten Nunukan. Dua sektor lainnya yang juga cukup dominan, meski dengan porsi yang jauh lebih kecil, adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati peringkat ketiga dengan proporsi 9% dari total PDRB Kabupaten Nunukan pada tahun Angka ini sempat mengalami kenaikan menjadi 10% pada tahun 2006 dan 12% pada tahun 2009, meskipun kemudian mengalami sedikit penurunan menjadi 11% pada tahun Sektor jasa-jasa, terus berada di posisi keempat dalam satu dekade terakhir. Sektor jasa pemerintahan adalah yang paling dominan dalam sektor ini. Pada tahun 2004, sektor ini memiliki porsi sebesar 5% dari total PDRB Kabupaten Nunukan. Angka ini sempat mengalami penurunan menjadi 4% di tahun 2006, meskipun kemudian naik kembali menjadi 8% di tahun 2009 dan Sedangkan lima sektor lainnya bila diakumulasikan perannya hanya kurang dari 10% dari total PDRB Kabupaten Nunukan. Kelima sektor tersebut adalah sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air minum; sektor bangunan dan konstruksi; sektor pengangkutan dan telekomunikasi; dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Dari kelima sektor ini, sektor bangunan dan konstruksi merupakan yang paling dominan dengan rata-rata porsinya sebesar 5% dalam satu dekade terakhir. Posisi selanjutnya ditempati oleh sektor pengangkutan dan telekomunikasi dengan peran sekitar 2% dari total PDRB Kabupaten Nunukan. Sedangkan dua sektor yang terkecil proporsinya dalam PDRB Kabupaten Nunukan, yaitu sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, masing-masing hanya memiliki porsi kurang dari 1% dari total PDRB Kabupaten Nunukan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sektor ini hanya memiliki peranan yang sangat kecil dalam perekonomian Kabupaten Nunukan. Bahkan, dapat dikatakan kedua sektor ini tidak memiliki pengaruh dalam perekonomian Kabupaten Nunukan. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 65

76 Meskipun demikian, kedua sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Hal ini setidaknya terlihat dalam tahun Sektor industri pengolahan sempat bertumbuh sangat tinggi di tahun 2010, dengan laju pertumbuhan mencapai 39,82%. Laju tersebut selnjutnya mengalami penurunan meskipun tetap sangat tinggi bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 10,63% dan 18,33% di tahun 2011 dan Sementara itu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan juga memiliki tingkat pertumbuhan yang tergolong tinggi bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya di dalam perekonomian Kabupaten Nunukan. Sektor ini bertumbuh sebesar 16,77% dan 17,58% pada tahun 2010 dan Akan tetapi pertumbuhan sektor ini di tahun 2012 mengalami pertumbuhan yang sangat drastis, dimana hanya bertumbuh sebesar 3,32% (Gambar L.3.15). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 66

77 Sumber: BPS Kabupaten Nunukan Gambar L Laju Pertumbuhan Sektoral PDRB Kabupaten Nunukan Tahun L.3.6. Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian mendominasi perekonomian di Kabupaten Nunukan setidaknya dalam satu dekade terakhir. Sektor ini terbagi ke dalam tiga subsektor, yaitu pertambangan migas, pertambangan non migas, dan penggalian. Secara total nilai PDRB sektor pertambangan penggalian mengalami kenaikan dari Rp ,97 miliar di tahun 2008 menjadi Rp ,92 miliar di tahun 2012 meskipun sempat mengalami penurunan di tahun Setelah itu output sektor ini terus mengalami kenaikan hingga tahun 2012 (Gambar L.3.16). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 67

78 Sumber: BPS Kabupaten Nunukan Gambar L Nilai Tambah Bruto Sektor Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Nunukan Tahun (Dalam Juta Rp, HB) Secara umum sub-sektor pertambangan non migas dan pertambangan migas mendominasi sektor pertambangan dan penggalian. Sementara porsi sub-sektor penggalian sangat kecil. Nilai output sub-sektor pertambangan non migas terus mengalami kenaikan dari Rp. 873,96 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp , 34 miliar di tahun 2012, atau naik sebesar 130% dalam periode lima tahun. Sedang nilai PDRB sub-sektor pertambangan migas mengalami fluktuasi pada periode Nilai output sub-sektor ini adalah sebesar Rp. 813,6 miliar di tahun 2008 dan turun menjadi Rp. 482,77 di tahun Setelah itu nilai output subsektor ini naik kembali hingga di tahun 2012 mencapai nilai Rp. 786,51. L.3.7. Pertanian Sektor terbesar kedua dalam perekonomian Kabupaten Nunukan adalah sektor pertanian. Sektor ini terdiri dari lima sub-sektor, yaitu tanaman bahan makanan, peternakan, tanaman perkebunan, perikanan dan kehutanan. Secara umum, nilai output sektor pertanian terus mengalami kenaikan pada periode (Gambar Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 68

79 L.3.17). Nilai output sektor ini naik dari Rp. 715,55 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp ,92 pada tahun Dengan kata lain, sektor ini bertumbuh sebesar 66,15% pada periode Sumber: BPS Kabupaten Nunukan Gambar L Nilai Tambah Bruto Sektor Pertanian Kabupaten Nunukan Tahun (dalam Juta Rp, HB) Sub-sektor tanaman perkebunan dan tanaman bahan makanan merupakan yang paling dominan dalam sektor pertanian Kabupaten Nunukan. Nilai output subsektor perkebunan terus bertumbuh dari Rp. 264,21 miliar di tahun 2008 menjadi Rp. 488,99 miliar di tahun Komoditas yang paling dominan dalam sub-sektor ini adalah kelapa sawit. Sub-sektor tanaman bahan makanan juga terus mengalami pertumbuhan pada periode Nilai output sektor ini meningkat dari Rp. 153,24 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp. 269,5 miliar pada tahun Sejalan dengan dua sub-sektor tersebut, sub-sektor peternakan dan perikanan juga terus mengalami pertumbuhan pada periode , meskipun dengan nilai output yang tergolong kecil bila dibandingkan sub-sektor tanaman bahan makanan dan sub-sektor tanaman perkebunan. Nilai output sub-sektor peternakan naik dari Rp. 79,63 miliar di tahun 2008 menjadi Rp. 159,61 miliar di tahun Sementara nilai output sub-sektor perikanan naik dari Rp. 42,87 miliar di tahun 2008 menjadi 96,29 di tahun Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 69

80 Di sisi lain, berbeda dengan empat sub-sektor lainnya, sub-sektor kehutanan cenderung fluktuatif dan tidak mengalami pertumbuhan nilai output pada periode Kemungkinan besar penyebab hal ini adalah terbatasnya luas hutan yang dapat dikelola. Terutama disebabkan Nilai output sub-sektor ini adalah sebesar Rp. 175,59 miliar pada tahun 2008 dan turun mejadi Rp. 148,13 miliar (2009), dan menjadi Rp. 134,97 (2010). Di tahun berikutnya, nilai tersebut mengalami kenaikan menjadi Rp. 151,77 miliar (2011) dan menjadi Rp. 174,53 miliar (2012). L.3.8. Keuangan Daerah Pada tahun 2012 total realisasi pendapatan APBD Kabupaten Nunukan adalah sebesar Rp. 1,56 triliun. Dari jumlah tersebut, sebagian besar bersumber dari dana perimbangan, sebesar Rp. 1,338 triliun, atau sekitar 85,76%. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Nunukan di tahun 2012 adalah sebesar Rp. 75,985 miliar, atau hanya berkontribusi sekitar 4,87%. Sedangkan sisanya didapatkan dari Pendapatan Lain-Lain yang Sah, terutama dari bantuan keuangan provinsi (Gambar L.3.18). Gambar L.3.18 Realisasi Pendapatan Kabupaten Nunukan Tahun 2012 (Dalam Juta Rupiah) Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 70

81 Sumber: BPS Kabupaten Nunukan Gambar L Realisasi Belanja Kabupaten Nunukan Tahun 2012 (Dalam Juta Rupiah) Pada tahun 2012, realisasi belanja APBD Kabupaten Nunukan sebesar Rp. 1,197 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp. 464,226 miliar dialokasikan untuk belanja modal, atau sekitar 38,76%. Sebesar Rp. 282,385 miliar dialokasikan untuk belanja pegawai tidak langsung (23,58%) dan sebesar Rp. 259,632 miliar untuk belanja barang dan jasa (21,68%). Selain itu terdapat alokasi sebesar Rp. 123,607 miliar (10,32%). Dengan kata lain, secara total belanja pegawai (langsung dan tidak langsung) adalah sebesar Rp. 405,992 miliar (33,90%) (Gambar L.3.19). L.3.9. Hasil Observasi Lapangan Secara geografis, Kabupaten Nunukan terletak di perbatasan utara pulau Kalimantan. Kabupaten ini memiliki hubungan ekonomi dengan Malaysia, tepatnya Kota Tawau. Bila dibandingkan secara langsung, maka perkembangan Kota Tawau (Malaysia) dengan Kabupaten Nunukan (Indonesia) cukup timpang. Perbedaan kemajuan ekonomi terlihat cukup jelas di kedua wilayah tersebut. Oleh sebab itu, seringkali muncul pendapat di kalangan masyarakat Nunukan yang menginginkan bahwa setidaknya kemajuan di Nunukan bisa setara dengan Kota Tawau di Malaysia. Secara umum, Kabupaten Nunukan memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan. Hal tersebut bisa dipetakan per kecamatan yang ada di Kabupaten Nunukan. Untuk mengembangkannya, Pemerintah Kabupaten Nunukan secara berkelanjutan melakukan pembinaan melalui perangkat SKPD yang dimiliki. Dengan Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 71

82 kata lain, pengembangan potensi difokuskan berdasarkan bidang masing-masing. Tujuannya agar pengembangan potensi lebih terfokus sehingga bisa memberikan kemajuan yang optimal. Komoditas Unggulan Salah satu potensi besar yang dimiliki oleh Kabupaten Nunukan adalah Rumput Laut. Komoditas ini mulai populer di masyarakat Nunukan. Indikasinya bisa dilihat dari banyaknya budidaya rumput laut di sekitar pesisir pulau Nunukan. Meskipun demikian masih terdapat beberapa kendala dan permasalahan dalam pengembangan rumput laut di masyarakat. Berdasarkan pendapat pihak Bappeda Nunukan, tidak ada masalah yang terlalu krusial dari sisi hulu dalam pengembangan rumput laut. Namun di sisi hilir, terdapat masalah stabilitas harga dan praktek rentenir. Hal ini membuat pembudidaya rumput laut tidak memiliki daya tawar yang kuat di pasar rumput laut. Akibatnya, harga seringkali tidak stabil dan pembudidaya hanya bisa mengikuti dinamika harga yang berlaku. Potensi lainnya yang juga dimiliki Kabupaten Nunukan adalah Beras Adan, yang merupakan beras gunung dengan kualitas sangat baik dan memiliki manfaat kesehatan yang tinggi. Beras ini ditanam tanpa menggunakan pupuk dan dipanen sebanyak satu kali dalam satu tahun. Beras ini merupakan varian padi ladang yang dikembangkan di Krayan. Lokasi tersebut membuat proses distribusi beras ini sulit karena sulitnya transportasi dari dan menuju Krayan ke pusat Kabupaten Nunukan. Petani yang menanam padi tersebut menolak penggunaan teknologi untuk proses pertanian padi tersebut karena dikhawatirkan dapat merusak kualitas padi. Akan tetapi, sulitnya transportasi dan interaksi masyarakat Krayan dengan Malaysia membuat kelangsungan padi Adan terancam. Interaksi dengan masyarakat Malaysia membuat sebagian masyarakat Krayan yang bertani berpindah profesi ke bidang perdagangan maupun bisnis. Pemerintah Kabupaten Nunukan secara berkala melakuakn komunikasi dengan Pemerintah Kabupaten Malinau untuk menghidupkan wilayah Krayan, mengingat posisi Kecamatan Krayan dan Krayan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Malinau. Pemerintah Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau diharapkan bisa bekerja sama dengan Malaysia agar proses perdagangan di antara kedua wilayah bisa terlaksana dalam kerangka resmi kepabeanan. Sejauh ini proses perdagangan yang Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 72

83 berlangsung hampir seluruhnya ilegal. Kabupaten Nunukan juga memiliki potensi durian yang baik. Durian asli Kabupaten Krayan sudah mendapatkan sertifikasi sehingga sudah mendapatkan pengakuan sebagai komoditas khas Kabupaten Nunukan. Namun, terdapat masalah dalam perdagangan durian ini. Banyak durian ini yang diekspor tanpa melalui prosedur resmi. Selain beberapa komoditas tersebut, terdapat juga Kakao, Jeruk, Madu Alam, Udang Kering, dan Ikan Tipis. Secara total terdapat 9 produk potensial yang dimiliki Kabupaten Nunukan dan perlu dikembangkan secara lebih intensif. Diharapkan pengembangan komoditas-komoditas unggulan ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Nunukan. Disamping itu, diharapkan hal juga dapat memperbaiki neraca perdagangan Kabupaten Nunukan yang selama ini defisit karena lebih banyak barang yang masuk ke Nunukan daripada yang diekspor. Kemiskinan Kantong kemiskinan Kabupaten Nunukan terpusat di Kecamatan Sembakung, Sebuku, dan Lumbis. Oleh karena itu, diharpakan pengembangan potensi komoditas tersebut yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten Nunukan diharapkan akan membantu pengentasan kemiskinan. Kebutuhan Industrialisasi Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Nunukan, sudah dinyatakan perlunya Nunukan untuk bergeser dari pola ekonomi menambang dan menggali ke pola ekonomi industri. Perkebunan Di sektor perkebunan, terdapat tiga komoditas unggulan Kabupaten Nunukan. Ketiga komoditas tersebut adalah Kelapa Sawit, Kakao dan Karet. Secara total, kelapa sawit yang ada di Kabupaten Nunukan dikembangkan oleh investor yang berjumlah sekitar 22 perusahaan besar. Luas izin yang dimiliki mencapai 200 ribu hektar, dimana sebanyak 80 ribu hektar telah aktif ditanami kelapa sawit. Sedangkan kelapa sawit yang dikembangkan oleh masyarakat memiliki luas Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 73

84 sekitar 22 ribu hektar. Persebaran perkebunan kelapa sawit hampir merata di seluruh kecamatan dalam Kabupaten Nunukan yang berada di daratan utama, atau lebih tepatnya di pulau Kalimantan. Diantara kecamatan-kecamatan tersebut, hanya kecamatan Krayan dan Krayan Selatan yang tidak memiliki perkebunan kelapa sawit. Pemerintah Kabupaten Nunukan juga sudah menyadari pentingnya hilirisasi kelapa sawit. Sejauh ini telah terdapat pengolahan untuk menjadi Crude Palm Oil (CPO). Secara total berjumlah lima instalasi pengolahan. Selain diolah di instalasi tersebut, terdapat juga hasil kelapa sawit yang dibawa ke Malaysia. Permasalahan yang ada dalam sektor pertanian, khususnya kelapa sawit, adalah jarak transportasi dan harga. Proses transportasi menuju instalasi pengolahan yang jauh dari kebun membuat petani kelapa sawit seringkali terpaksa menjual sawitnya secara ilegal ke Malaysia. Hal ini untuk menghindari kelapa sawit yang telah dipanen membusuk sebelum dijual. Dampaknya, penjualan secara ilegal ini menyebabkan harga sawit menjadi sangat rendah. Sementara pengembangan komoditas Kakao berfokus di pulau Sebatik. Namun, saat ini terjadi migrasi signifikan dari kakao ke kelapa sawit. Dahulu total perkebunan kakao mencapai sekitar 20 ribu hektar, namun sekarang luasnya hanya sekitar 4 ribu hektar. Terdapat beberapa alasan yang mendorongnya beralihnya masyarakat dari menanam kakao menjadi kelapa sawit. Beberapa alasannya adalah perawatan yang sulit, umur tanaman sudah tua, dan rendahnya harga. Di sisi lain, perawatan kebun kelapa sawit lebih mudah. Sehingga disamping berkebun masyarakat bisa melakukan kegiatan lain. Namun Pemerintah Kabupaten Nunukan tetap berusaha mendorong pengembangan perkebunan kakao di wilayahnya. Salah satunya menyelaraskan program kerja pemerintah Kabupaten Nunukan dengan pemerintah pusat, yaitu berpartisipasi aktif dalam Gerakan Nasional Kakao. Sedangkan komoditas Karet pada dasarnya bukan merupakan tradisi kebun yang ada di Nunukan. Luasnya masih sangat kecil dan baru mulai dikembangkan, terutama untuk mengisi lahan yang tidak terpakai. Perikanan Kegiatan Perikanan dan Kelautan secara umum ada dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Perikanan tangkap meliputi ikan Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 74

85 Teri, Bagan, Tuna, dan Cangkalang. Sedangkan perikanan budidaya mencakup rumput laut dan perikanan air tawar. Sebagaimana telah dijelaskan, hambatan dalam pengembangan budidaya rumput laut adalah praktek rentenir yang mengganggu stabilitas harga. Sedangkan dalam pengembangan air tawar, hambatan terbesar adalah kelancaran pasokan pakan dan bibit yang tidak kontinyu. Pemerintah dan masyarakat sudah pernah mencoba membuat rencana produksi pakan secara mandiri, namun pasokan bahan baku yang tidak stabil membuat program tersebut gagal. Perdagangan dan Tata Niaga Tata niaga di Kabupaten Nunukan masih didominasi oleh praktek rentenir. Oleh sebab itu, pemerintah Kabupaten Nunukan melakukan kerjasama dengan Bank Indonesia selama 2 tahun untuk melakukan edukasi terkait tata niaga. Kerjasaman tersebut tegolong berhasil karena setelah itu harga-harga mulai stabil. Di sisi perdagangan, permasalahan terletak pada serbuan barang-barang dari luar, yaitu dari Malaysia, yang sebagian besar ilegal. Barang-barang tersebut memiliki kualitas yang lebih bagus dan harga yang lebih murah. Dalam sistem perdagangan kelapa sawit, Nunukan hanya menjadi penghasil di hulu industri kelapa sawit. Proses pengolahan sepenuhna sudah dikembangkan di Malaysia. Hal ini membuat nilai tambah yang didapatkan di wilayah Nunukan dari perkebunan kelapa sawit sangat kecil, bahkan dapat dikatakan hanya menguntungka pihak Malaysia. Oleh sebab itu, rancangan pembangunan untuk Provinsi Kalimantan Utara tidak bisa hanya difokuskan pada potensi yang dapat dihasilkan, namun potensi barang yang dapat dijual. Bila wilayah Nunukan terus melakukan perluasan perkebunan tanpa membangun industri hilir, maka dampaknya adalah lambatnya pembangunan dan perkembangan perekonomian di wilayah ini. Pendapatan Regional dan Kemiskinan BPS Kabupaten Nunukan memiliki data PDRB Kabuapten Nunukan yang cukup panjang. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa perekonomian Kabupaten Nunukan sangat didominasi dengan tambang dan pertanian. Oleh sebab itu, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nunukan pada tahun 2013 sempat mengalami penurunan Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 75

86 karena sektor migas yang melemah. Pertumbuhan sempat terjadi karena didorong oleh sektor perdagangan dan telekomunikasi. Penduduk kita sebagian besar merupakan lulusan SD, sehingga rencana untuk pengembangan industri besar dan menengah tidak bisa berjalan lancar. Hal ini disebabkan Kabupaten Nunukan tidak sanggup mengisi SDM yang dibutuhkan industri besar dan menengah. Oleh sebab itu, akan lebih baik bila pengembangan difokuskan pada industri kecil dan menengah. Data kemiskinan yang digunakan di Kabupaten Nunukan didapatkan dari data susenas dan sakernas. Data itu dari melihat dari sisi pengeluaran. Dari hasil susenas, sekitar 91% penduduk tingkat konsumsinya masih berada di bawah 2000 kkal. Akan tetapi, kemiskinan kita lebih merupakan kemiskinan relatif daripada kemiskinan absolut. Minimnya tingkat konsumsi berdasarkan kaloi yang tercatat disebabkan terdapat beberapa masyarakat yang mengkonsumsi Ubi Kayu. Listrik dan Energi Dari segi pelayanan, masyarakat saat ini masih membutuhkan kecukupan BBM. Kondisi BBM Subsidi sangat bermasalah dari sisi pasokan. Kebutuhan bensin sangat primer untuk saat ini. Keterbatasan pasokan ini dimanfaatkan juga oleh berbagai oknum untuk menciptakan kelangkaan semu, yang berimbas pada naiknya harga. Berdasarkan data otoritas lalu lintas Kabupaten Nunukan, kebutuhan total BBM Kabupaten Nunukan adalah sebesar 24 ribu kilo liter, namun hanya tercukupi sebanyak 16 ribu kilo liter. Penjualan BBM di wilayah Kabupaten Nunukan tidak ditangani oleh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), namun ditangani oleh Agen Premium, Minyak dan Solar (APMS) Terdapat potensi besar untuk meningkatkan kapasitas listrik di Kabupaten Nunukan, namun sayangnya potensi tersebut berada di wilayah taman nasional. Akibatnya proses perizinan menjadi jauh lebih rumit. Di masa mendatang pemenuhan energi di Kabupaten Nunukan akan menjadi persoalan yang penting, karena hampir 100% gas untuk memasak didatangkan dari Malaysia. Harga gas dari Malaysia lebih murah. Kapasitas gas per tabung dari Malaysia adalah berukuran 14 atau 15 kg. Gas 3 kg yang disalurkan oleh Pertamina Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 76

87 sulit ditemui di wilayah Kabupaten Nunukan. L.4. KABUPATEN TANA TIDUNG L.4.1. Kependudukan Laju pertumbuhan penduduk kabupaten Tanah Tidung dalam 5 tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jumlah penduduk Kabupaten tanah Tidung pada tahun 2013 sudah mencapai jiwa atau mengalami peningkatan sebanyak 25% dari tahun 2009 (Gambar L.4.1) Hal ini berimpilkasi pada rata-rata kepadatan penduduk. Dengan luas wilayah 4.828,58 km 2, pada tahun 2009 kepadatan penduduk sebesar 3 jiwa/ Dkm 2 dan pada tahun 2013 mencapai 4 jiwa/km 2. Ditinjau dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin, dalam 5 tahun terakhir jumlah penduduk laki-laki masih lebih banyak daripada perempuan. Pada tahun 2013, jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Tanah Tidung tercatat jiwa dan jiwa adalah perempuan. Adapun rata-rata rasio jenis kelamin selama 5 tahun terakhir adalah 122. Hal ini berarti bahwa setiap 100 orang perempuan berbanding 122 laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Sumber: Tana Tidung Dalam Angka Gambar L.4.1. Jumlah Penduduk di Kabupaten Tana Tidung, Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 77

88 L.4.2. Ketenagakerjaan Selama kurun waktu 5 tahun, persentase orang bekerja terhadap angkatan kerja terus meningkat. Pada tahun 2009, hanya 86,1% angkatan kerja mempunyai pekerjaan, 93,3% pada tahun 2011, dan pada tahun 2013 meningkat lagi menjadi 97,8% angkatan kerja yang mempunyai pekerjaan (Gambar L.4.2). Tetapi jika dilihat dari jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas, persentase yang bekerja dalam 2 tahun terakhir mengalami penurunan dibandingkan tiga tahun sebelumnya. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terbesar terjadi pada tahun 2011 dimana nilainya adalah 70,2%. Pada tahun 2013 terjadi penurunan TPAK yaitu hanya 58,5%. Sumber: Tana Tidung Dalam Angka Gambar L.4.2. Persentase Pekerja dan TPAK di Kabupaten Tana Tidung, Jika dilihat dari lapangan usaha, sektor yang paling banyak digeluti penduduk Kabupaten Tana Tidung adalah sektor pertanian, kehutanan, perikanan, dan sektor jasa kemasyarakatan. Hanya saja persentase pekerja di kedua sektor ini saling bertolak belakang dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2009, 76% tenaga kerja bekerja di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tetapi mengalami penurunan menjadi 47% di tahun 2013, sementara jasa kemasyarakatan mengalami peningkatan dari 12% pada tahun 2009 menjadi 26% pada tahun 2013 (Gambar L.4.3). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 78

89 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 12% 23% 25% 26% 26% 76% 46% 51% 42% 47% Pertanian,Kehutanan dan Perikanan Industri Pengolahan Bangunan Angkutan,Pergudangan dan Komunikasi jasa Kemasyarakatan Pertambangan Listrik,Gas dan Air Perdagangan Besar,Eceran, Rumah Makan dan Hotel Keuangan,Asuransi.Usaha Persewaan Sumber: Tana Tidung Dalam Angka Gambar L.4.3. Persentase Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha di Kabupaten Tana Tidung, L.4.3. Pendidikan Dalam lima tahun terakhir, jumlah sekolah negeri tidak mengalami perubahan hanya jumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang mengalami peningkatan (Gambar L.4.4). Pada tahun 2014, di Kabupaten Tana Tidung telah terbangun bangunan sekolah unggulan terintegrasi, mulai dari jenjang SD sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, sekolah baru ini belum beroperasi seluruhnya pada tahun ajaran 2014/2015 ini karena hanya bangunan sekolahnya saja yang telah selesai didirikan tetapi infrastruktur lainnya masih dalam proses pembangunan. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 79

90 Sekolah TK Sekolah SD Sekolah SMP Sekolah SMA Sumber: Tana Tidung Dalam Angka Gambar L.4.4. Jumlah Sekolah Negeri di Kabupaten Tana Tidung, Dengan telah terbangunnya sekolah terpadu, Tana Tidung memerlukan banyak guru untuk mengajar di sekolah baru tersebut. Perbandingan jumlah guru dan murid dalam 5 tahun terakhir digambarkan dalam grafik dibawah ini. Pada tahun 2013, setiap guru SMP atau SMA mengajar rata-rata 10 orang murid sementara setiap guru SD hanya mempunyai beban untuk mengajar 6 orang murid (Tabel L.4.1). Dengan beban mengajar yang tidak terlalu besar, diharapkan para guru di masa yang akan datang mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Tabel L.4.1. Rasio Jumlah Guru dan Murid di Kabupaten Tana Tidung, Tingkat Pendidikan Tahun SD 5,27 9,26 8,26 8,53 5,4 SMP 8,43 9,55 8,72 9,63 9,75 SMA 5,27 6,97 5,84 7,56 10,01 Sumber: Tana Tidung Dalam Angka, berbagai tahun. Berdasarkan angka partisipasi sekolah, angka partisipasi kasar (APK) rata-rata untuk SD mencapai 108 dan rata-rata angka partisipasi murni (APM) adalah 95. Untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), APK rata-rata adalah 94 dan APM rata-rata adalah Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 80

91 75. APK dan APM tingkat SMA masih kurang baik karena nilai rata-rata dalam 5 tahun terakhir hanya 57 untuk APK dan 48 untuk APM. Secara detail, nilai APK dan APM tahun ada di Gambar L APK SD APM SD APK SMP APM SMP APK SMA APM SMA ,14 98,01 92,31 73,42 34,63 53, ,43 95,46 105,42 82,65 45,45 33, ,91 92,41 99,67 67, , ,4 94,31 94,14 63,98 74,74 56, ,34 99,02 81,14 90,82 59,57 50,05 Sumber: Tana Tidung Dalam Angka Gambar L.4.5. Nilai APK dan APM Sekolah di Kabupaten Tana Tidung, L.4.4. Kesehatan Pada akhir tahun 2013, Pemda Kabupaten Tana Tidung telah merampungkan pembangunan Rumah Sakit Tipe D namun sampai saat ini belum beroperasi karena belum adanya fasilitas penunjang lainnya. Saat ini, fasilitas kesehatan tertinggi yang menjadi andalan penduduk adalah puskesmas. Pada tahun 2013, terdapat 4 puskesmas dan 11 puskesmas pembantu yang sudah dapat melayani masyarakat (Tabel L.4.2). Terdapat 3 unit fasilitas kesehatan yang mengalami peningkatan status pada tahun 2010 yaitu 3 Poskesdes beralih status menjadi 3 puskesmas pembantu. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 81

92 Tabel L.4.2. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Tana Tidung, Fasilitas Kesehatan Tahun Rumah sakit Puskesmas Pustu Apotik Poskesdes Sumber: Tana Tidung Dalam Angka Jumlah tenaga kesehatan Kabupaten Tana Tidung dalam tiga tahun terakhir sudah mengalami peningkatan. Jumlah tenaga medis yang tersedia pada tahun 2013 mencapai 159 orang atau meningkat lebih dari 60% dari tahun 2009 (Gambar L.4.6). Sementara untuk tenaga kesehatan non medis meningkat cukup signifikan dari 8 orang pada tahun 2009 menjadi 27 orang pada tahun Dokter Bidan Perawat Farmasi Gizi Sanitasi kesehatan masyarakat Sumber: Tana Tidung Dalam Angka Gambar L.4.6. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Tana Tidung, Program Keluarga Berencana Program Keluarga Berencana (KB) sebagai program pengendalian pertumbuhan jumlah penduduk cukup mendapat dukungan dari masayarakat. Hal ini bisa dilihat dari jumlah akseptor pada tahun 2013 dimana 78,27% pasangan usia subur Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 82

93 mengikuti program KB atau naik 18% dari tahun sebelumnya. Keberhasilan program KB tidak terlepas dari fasilitas yang ada dan petugas yang dapat melayani masyarakat untuk ikut serta dalam program KB. Secara rinci, fasilitas dan jumlah petugas yang ada dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel L.4.3 di bawah ini. Tabel L.4.3. Jumlah Fasilitas Program KB di Kabupaten Tana Tidung, Fasilitas Program KB Tahun Klinik KB PKBRS Petugas Pos KB Petugas Penyuluh Lapangan (PPLKB) Sumber: Tana Tidung Dalam Angka L.4.5. Agama Kebebasan memeluk agama dan kerukunan hidup beragama senantiasa terbina di Kabupaten Tana Tidung. Dalam lima tahun terakhir, sebanyak 76,8% penduduk beragama Islam, 11,7% beragama Katolik, dan 11,3% beragama Protestan (Gambar L.4.7). 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0, Islam 78,04 76,08 76,61 76,80 Katolik 7,88 15,70 15,13 8,03 Protestan 14,03 8,09 8,10 15,01 Hindu 0,01 0,02 0,02 0,02 Budha 0,04 0,10 0,14 0,14 Sumber: Tana Tidung Dalam Angka Gambar L.4.7. Persentase Penduduk Menurut Agama di Kabupaten Tana Tidung, Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 83

94 L.4.6. Kesejahteraan Penduduk Tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Tanah Tidung dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun 2013, jumlah penduduk yang berada pada tingkat sejahtera III dan sejahtera III plus mencapai 41,56% atau mengalami peningkatan lebih dari 7% dari tahun Sementara, jumlah penduduk pra sejahtera pada tahun 2013 hanya 5,9% atau turun 13% dari tahun 2009 (Tabel L.4.4). Tabel L.4.4. Persentase Penduduk berdasarkan Tingkat Kesejahteraan (%), Tingkat Kesejahteraan Tahun Pra sejahtera 18,90 8,82 13,24 11,14 5,90 Sejahtera I 37,35 25,94 29,76 28,54 21,05 Sejahtera II 7,89 21,79 31,23 26,15 31,49 Sejahtera III 10,01 21,79 17,66 21,06 29,10 Sejahtera III Plus 25,85 21,66 8,11 13,11 12,46 Sumber: Tana Tidung Dalam Angka L.4.7. Keuangan Daerah Sejak Tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, APBD Kabupaten Tana Tidung selalu mengalami surplus. Nilai surplus APBD mengalami fluktuasi walaupun nilai pendapatan dan belanja daerah terus mengalami peningkatan setiap tahun. Pendapatan Pemda Kabupaten Tana Tidung antara lain berasal dari PAD, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Berdasarkan realisasi pendapatan daerah tahun 2012, pendapatan total Kabupaten Tana Tidung sebesar Rp 1.182,92 Milyar, sedangkan belanja total sebesar Rp 1.038,91 milyar sehingga terdapat surplus sebesar Rp 144 milyar (Gambar L.4.8). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 84

95 1.400, , ,00 800,00 600,00 400,00 200,00 - Realisasi 2008 Realisasi 2009 Realisasi 2010 Realisasi 2011 Realisasi 2012 Pendapatan Daerah 70,90 468,64 871, , ,92 Belanja Daerah 32,39 225,28 657,89 774, ,88 Surplus/(Defisit) 38,51 243,36 213,51 255,60 144,05 Pembiayaan Bersih 5,00 24,17 219,44 432,96 659,70 SILPA 43,51 267,54 432,96 688,56 803,75 Sumber: Tana Tidung Dalam Angka Gambar L.4.8. Realisasi APBD Kabupaten Tana Tidung (Milyar Rupiah), L.4.8. Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan perekonomian Kabupaten Tana Tidung tidak terlepas dari kontribusi sektor-sektor ekonomi yang mendukungnya. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan pertumbuhan PDRB. PDRB Kabupaten Tanah Tidung dalam 5 tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, nilai PDRB adalah Rp 324,9 Milyar berdasarkan harga berlaku dan Rp 182,7 Milyar berdasarkan harga konstan (Gambar L.4.9). Pada tahun 2013, PDRB harga berlaku telah mencapai Rp 511,45 Milyar (berdasarkan harga berlaku) dan Rp 232,68 ( berdasarkan harga konstan). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 85

96 , , , , , ,00 0, *) 2013 **) PDRB ADHB (Juta Rp) , , , , ,42 PDRB ADHK (Juta Rp) , , , , ,90 *) angka sementara **) angka sangat sementara Sumber: Tana Tidung Dalam Angka Gambar L.4.9. PDRB Kabupaten Tana Tidung Berdasarkan Harga Berlaku dan Harga Konstan (Juta Rupiah), Semua sektor mengalami peningkatan. Sektor pertambangan dan penggalian, khususnya yang ditopang oleh subsektor pertambangan batu-bara, merupakan salah satu sektor strategis dalam perekonomian Kabupaten Tana Tidung. Saat ini, sektor pertambangan memberikan kontribusi terbesar kepada PDRB kabupaten yaitu 43,89% (Tabel L.4.5). Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan tahun 2009 di mana sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar yaitu 60,52%. Tabel L.4.5. Struktur PDRB Kabupaten Tana Tidung (%), Sektor Tahun *) 2013 **) Pertanian 60,52 34,54 33,68 32,59 32,53 Pertambangan dan Penggalian 13,69 43,57 44,01 44,24 43,89 Industri Pengolahan 0,28 0,18 0,16 0,16 0,15 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,16 1,37 1,35 1,34 1,37 Bangunan 0,42 0,67 0,70 0,70 0,71 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,02 10,99 10,99 10,78 10,81 Pengangkutan dan Komunikasi 3,03 2,53 2,41 2,28 2,22 Keuangan, Persewaan, dan Jasa 0,29 0,23 0,22 0,21 0,21 Perusahaan Jasa-jasa 7,60 5,92 6,47 7,70 8,10 TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 *) angka sementara **) angka sangat sementara Sumber: Tana Tidung Dalam Angka Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 86

97 Perekonomian Kabupaten Tana Tidung, mengacu pada PDRB atas dasar harga konstan, mengalami pertumbuhan rata-rata 6,24% dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2012 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 7,68% (Gambar L.4.10). Sektor yang mengalami pertumbuhan paling cepat antara tahun 2010 hingga 2013 adalah jasa-jasa dengan laju pertumbuhan rata-rata 18,92% persen per tahunnya (Tabel L.4.6). Adapun sektor industri pengolahan merupakan sektor yang paling lambat mengalami pertumbuhan di Kabupaten Tana Tidung Sumber: Tana Tidung Dalam Angka Gambar L Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tana Tidung, Tabel L.4.6. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tana Tidung Berdasarkan Lapangan Usaha (%), Sektor Tahun Pertanian 4,77 4,21 5,37 Pertambangan dan Penggalian 8,53 8,23 4,74 Industri Pengolahan 0,89 1,35 2,19 Listrik, Gas, dan Air Bersih 6,02 6,66 7,91 Bangunan 11,12 8,96 6,36 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7,43 5,57 5,91 Pengangkutan dan Komunikasi 2,58 1,79 2,72 Keuangan, Persewaan, dan Jasa 4,31 3,52 2,16 Perusahaan Jasa-jasa 17,57 28,17 11,03 Sumber: Tana Tidung Dalam Angka Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 87

98 L.4.9. Penjabaran Sektoral Pertanian Hasil pertanian padi sawah di kabupaten Tana Tidung rata-rata adalah 4 ton per ha. Sayangnya, luas lahan panen serta hasil panen per hektar di Tana Tidung pada tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Produksi tertinggi hasil pertanian dalam 5 tahun terakhir terjadi pada tahun 2012 dengan 914 ha luas panen menghasilkan produksi sebanyak ton (Gambar L.4.11). Sumber: Tana Tidung Dalam Angka Gambar L Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Tana Tidung, Perkebunan Selain tanaman padi, Tana Tidung menghasilkan tanaman pangan lain seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau. Seperti padi, pengelolaan tanaman pangan ini masih dikelola dengan cara tradisional. Tanaman-tanaman ini juga mengalami kecenderungan penurunan luas lahan tanam, luas panen, dan produksi total sejak tahun 2011 meskipun ada sedikit kenaikan produktivitas per ha (Tabel L.4.7). Karena tanaman-tanaman ini dapat tumbuh di Tana Tidung maka tanaman-tanaman ini berpotensi untuk dikembangkan dengan sistem pertanian yang baik. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 88

99 Tabel L.4.7. Luas Panen, Luas Tanam, dan Hasil Tanaman Perkebunan (Non Padi), Komoditas Jagung Luas panen (ha) Luas tanam (ha) Hasil per ha (kuintal/ha) 20,25 20,21 20,32 Produksi (ton) Ubi kayu Ubi jalar Kacang tanah Luas panen (ha) Luas tanam (ha) Hasil per ha (kuintal/ha) 139,99 140,22 141,29 Produksi (ton) Luas panen (ha) Luas tanam (ha) Hasil per ha (kuintal/ha) 89,83 89,2 90,19 Produksi (ton) Luas panen (ha) Luas tanam (ha) Hasil per ha (kuintal/ha) 9,62 9,59 9,62 Produksi (ton) Kedelai Luas panen (ha) Kacang hijau Luas tanam (ha) Hasil per ha (kuintal/ha) 9,74 9,58 9,62 Produksi (ton) Luas panen (ha) 2 Luas tanam (ha) 2 Hasil per ha (kuintal/ha) 9,2 Produksi (ton) 2 Sumber: Tana Tidung Dalam Angka Tana Tidung juga menghasilkan berbagai jenis sayur mayur ( antara lain bayam, terong, sawi, kacang panjang, dan tomat) dan buah-buahan (antara lain pisang, nangka, duku, dan rambutan). Hasil sayur mayur dan buah-buahan di tahun 2012 sempat mengalami kenaikan dari tahun 2011 namun juga cenderung mengalami penurunan setelahnya (Gambar L.4.12 dan Gambar L.4.13). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 89

100 Sumber: Tana Tidung Dalam Angka 2014 Gambar L Produksi Sayur Mayur (Ton), Sumber: Tana Tidung Dalam Angka 2014 Gambar L Produksi buah-buahan (ton), Di Tana Tidung terdapat lahan perkebunan yang dikelola oleh rakyat, yaitu perkebunan kelapa, kelapa sawit, karet, lada, kakao, dan kopi. Kecuali perkebunan kelapa sawit, luas perkebunan mengalam peningkatan sejak tahun 2011 (Tabel L.4.8). Produksi lada dan kopi meningkat signifikan daam tiga tahun terakhir. Selain perkebunan sawit yang dikelola masyarakat, terdapat juga perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh swasta seluas ,56 ha. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 90

101 Tabel L.4.8. Luas lahan (Ha), produksi (ton), dan lokasi perkebunan rakyat, Komoditas Luas lahan (Ha) Produksi (Ton) Lokasi Kelapa 40, , ,4 Tana Lia, Sesayap Ilir, Sesayap Kelapa sawit ,1 - - Sesayap, Sesayap Ilir Karet 13, ,5 24,5 Sesayap, Sesayap Ilir Lada ,51 2,5 2 13,4 Sesayap Ilir, Sesayap, Tana Lia Kakao 4,5 5 7,99 1,5 2 Tana Lia, Sesayap Ilir, Sesayap Kopi ,18 4,5 5 7,8 Sesayap, Sesayap Ilir, Tana Lia Sumber: Tana Tidung Dalam Angka Perikanan Rumah tangga perikanan paling banyak terdapat di Kecamatan Sesayap Ilir dan Kecamatan Tana Lia. Sekitar 48,1% rumah tangga perikanan di Sesayap Ilir dan 35,6% rumah tangga perikanan berada di Tana Lia. Saat ini, Sesayap Ilir dan Tana Lia secara khusus mencakup rumah tangga perikanan laut. Sedangkan rumah tangga perikanan darat tersebar di Sesayap, Sesayap Ilir, dan Betayau (Tabel L.4.9). Tabel L.4.9. Banyaknya Rumah Tangga Perikanan Menurut Sub Sektor dan Kecamatan, Kecamatan Perikanan laut Perikanan darat Total Sesayap Sesayap Ilir Tana Lia Betayau Muruk Rian Jumlah Sumber: Tana Tidung Dalam Angka 2014 Rumah tangga atau nelayan perikanan laut lebih banyak yang menggunakan perahu atau kapal motor daripada tanpa perahu. Hanya sebagian kecil rumah tangga yang menggunakan kapal motor (Tabel L.4.10). Hal ini bisa jadi karena harga kapal motor lebih mahal daripada perahu tanpa motor sehingga rumah tangga belum dapat membeli kapal motor. Mengingat rumah tangga yang tidak menggunakan perahu juga banyak, hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan nelayan di Tana Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 91

102 Tidung untuk memiliki kapal sangat kurang. Penggunaan fasilitas perahu atau kapal yang lebih baik adalah salah satu cara agar nelayan memperoleh jumlah tangkapan ikan yang lebih banyak dan meningkatkan kesejahteraan nelayan. Tabel L Banyaknya Rumah Tangga Perikanan Laut Menurut Perahu/Fasilitas dan Kecamatan, 2013 Perahu tanpa motor Perahu motor tempel Tanpa perahu Kapal motor Sesayap Sesayap Ilir Tana Lia Betayau Muruk Rian Jumlah Sumber: Tana Tidung Dalam Angka 2014 Di sisi lain, jumlah rumah tangga perikanan di Tana Tidung cenderung mengalami penurunan (Gambar L.4.14). Hal ini khususnya terjadi untuk perikanan laut dan perikanan perairan umum. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan penangkapan ikan di laut atau sungai semakin kurang diminati yang salah satu sebabnya bisa disebabkan semakin sulit memperoleh ikan di laut atau sungai. Jumlah rumah tangga perikanan budidaya tambak justru semakin meningkat. Udang windu merupakan jenis tangkapan yang banyak dihasilkan dari perairan umum Tana Tidung. Ikan patin serta lele merupakan jenis ikan yang umum dibudidayakan masyarakat meskipun masyarakat lebih menyukai ikan patin dan belum terbiasa mengkonsumsi ikan lele. Sumber: Tana Tidung Dalam Angka Gambar L Banyaknya rumah tangga perikanan, Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 92

103 Perikanan budidaya sangat potensial berkembang karena: (1) jumlah tangkapan dari perairan umum (sungai) semakin menurun dan (2) masyarakat lebih menyukai ikan dari sungai karena mengkhawatirkan ikan laut mengandung formalin. Untuk mengintegrasikan pertanian dan perikanan, pada tahun 2015 Pemda memiliki program minapolitan di mana akan ada kegiatan perikanan di wilayah sistem irigasi pertanian. Peternakan Populasi ternak yang banyak di Tana Tidung (2013) adalah sapi, babi, dan kambing. Dalam tiga tahun terakhir, jumlah populasi ternak (kecuali kambing) di kabupaten ini mengalami peningkatan (Tabel L.4.11). Sapi dan babi lebih banyak berada di Sesayap sedangkan kambing lebih banyak berada di Sesayap Ilir. Tabel L Jumlah Populasi Ternak Berdasarkan Jenis (Ekor), Sapi Kerbau Kambing Babi Sesayap Sesayap Ilir Tana Lia Betayau Muruk Rian Tahun Tahun Sumber: Tana Tidung Dalam Angka Meskipun jumlah populasi ternak semakin bertambah, ketersediaan ternak di kabupaten ini belum dapat memenuhi 100% kebutuhan masyarakat. Sejak tahun 2011, setiap tahun ada ternak potong yang masuk ke Tana Tidung. Jumlah sapi dan kerbau yang masuk ke Tana Tidung semakin meningkat setiap tahunnya. Meskipun jumlahnya relatif kecil, hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat akan daging potong semakin meningkat. Di masa yang akan datang, kegiatan peternakan merupakan sektor ekonomi yang potensial berkembang karena adanya kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat atas ternak potong (Tabel L.4.12). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 93

104 Tabel L Jumlah Ternak Potong Yang Masuk (Ekor), Sapi Kerbau Kambing Babi Sumber: Tana Tidung Dalam Angka, Pariwisata Kabupaten Tana Tidung memiliki potensi wisata alam karena letaknya yang berada di wilayah konservasi. Saat ini kegiatan wisata di kabupaten ini belum berkembang. Beberapa tempat wisata hanya dimanfaatkan oleh para penduduk setempat untuk berkunjung sebentar pada hari libur. Kegiatan pariwisata potensial di kabupaten ini meliputi wisata alam, wisata budaya, dan wisata sejarah. Saat ini, Pemerintah Daerah mulai menata kegiatan pariwisata untuk wisata alam. Objek wisata alam yang telah didata jumlah pengunjungnya adalah Air Terjun Gunung Rian, Mata Air Panas Sungai Lisun, Air Terjun Batu Mapan, dan Sungai Rongkang. Dari keempat obyek wisata tersebut, Sungai Rongkang menarik pengunjung terbanyak rata-rata per tahun, yaitu 800 pengunjung per tahun (Tabel L.4.13). No Nama Objek Wisata Tabel L Jumlah pengunjung obyek wisata Jenis Objek Wisata 1 Air Terjun Gunung Rian Air Terjun Lokasi Sapari (Muruk Rian) Jumlah Pengunjung per Tahun 2 Mata Air Panas Sungai Lisun Air Panas Betayau 50 Orang 3 Air Terjun Batu Mapan Air Terjun Sesayap 60 Orang 4 Sungai Rongkang Pemandian Sumber: Pemda Kabupaten Tana Tidung, Sedulun (Sesayap) Luas kawasan 300 Orang 1 ha 800 Orang 500 m Dari tahun 2011, jumlah obyek wisata di Tana Tidung mengalami penurunan dari 14 lokasi menjadi hanya 4 lokasi di tahun Data ini menunjukkan bahwa tidak semua obyek wisata berkembang Meskipun jumlah hotel berkurang namun jumlah kamar meningkat (Tabel L.4.14). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 94

105 Tabel L Perkembangan Sektor Pariwisata di Tana Tidung Indikator Obyek wisata Hotel Rumah makan Sumber: Tana Tidung Dalam Angka, Seluruh hotel di Tana Tidung merupakan hotel non bintang dan jumlah hotel terbanyak ada di Kecamatan Sesayap (Tabel L.4.15). Tideng Pale, ibukota Tana Tidung, berlokasi di kecamatan ini sehingga Sesayap menjadi pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan. Faktor ini menjadi salah satu penyebab banyaknya hotel di wilayah ini. Pada tahun 2013, sebuah hotel berdiri di Kecamatan Muruk Rian. Kecamatan Muruk Rian merupakan lokasi di mana obyek wisata Air Terjun Gunung Rian berada dan banyak dikunjungi wisatawan. Obyek wisata ini menjadi ikon wisata Tana Tidung. Tabel L Jumlah Hotel, Kamar, dan Tempat Tidur, Tahun Hotel Sesayap: 7 Sesayap Ilir: 2 Tana Lia: 1 Muruk Rian: - Sesayap: 7 Sesayap Ilir: 2 Tana Lia: 1 Muruk Rian: - Sesayap: 6 Sesayap Ilir: 2 Tana Lia: 1 Muruk Rian: 1 Kamar Sesayap: 103 Sesayap Ilir: 18 Tana Lia: 8 Muruk Rian: - Sesayap: 103 Sesayap Ilir: 18 Tana Lia: 8 Muruk Rian: - Sesayap: 122 Sesayap Ilir: 18 Tana Lia: 8 Muruk Rian: 8 Tempat tidur Sesayap: 160 Sesayap Ilir: 35 Tana Lia: 16 Muruk Rian: - Sesayap: 160 Sesayap Ilir: 35 Tana Lia: 16 Muruk Rian: - Sesayap: 212 Sesayap Ilir: 36 Tana Lia: 16 Muruk Rian: 8 Sumber: Tana Tidung Dalam Angka, Berdasarkan data yang ada, jumlah kamar yang dimiiki oleh setiap hotel antara 8 sampai 23 kamar. Hotel yang beroperasi di wilayah ini merupakan hotel non bintang (kelas melati) yang fasilitasnya masih sangat terbatas. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 95

106 L Hasil Observasi Lapangan Untuk melengkapi data sekunder yang diperoleh dari BPS, tim peneliti melakukan wawancara mendalam dan Focus Group Discussion (FGD) dengan para pemangku kepentingan. Tim peneliti melakukan wawancara dan FGD terhadap dinas di lingkungan Pemda Kabupaten Tana Tidung dan tokoh masyarakat. Instansi pemda yang diwawancara dan turut hadir di FGD adalah Bappeda, Dinas Pertambangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral (Pertambangan dan ESDM), Dinas Perdagangan, Industri, Koperasi, Transmigrasi, dan Tenaga Kerja, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian dan Kehutanan. Beberapa tokoh masyarakat turut hadir saat FGD. Selain itu, tim peneliti melakukan wawancara mendalam dengan Kepala Desa Gunawan (Kecamatan Sesayap Hilir) dan beberapa tokoh lainnya. Lahan Wilayah Tana Tidung masuk ke dalam Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK) berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan No. 27/2001 yang sudah mengalami dua kali perubahan, yaitu SK Menteri Kehutanan No. 554/2013 dan kemudian SK Menteri Kehutanan No. 942/2014. KBK merupakan kawasan yang hanya diperuntukkan untuk tanaman budidaya kehutanan. Penetapan KBK merupakan upaya untuk melindungi hutan sebagai pusat keanekaragaman hayati dan untuk perlindungan lingkungan hidup. Perubahan penggunaan KBK harus melalui persetujuan Kementerian Kehutanan. Menurut Pemda setempat, berdasarkan SK Menteri Kehutanan terakhir, Kementerian Kehutanan telah menyetujui perubahan status lahan seluas 21 ribu ha sehingga lahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan ekonomi. Pada kenyataannya, di KBK terdapat permukiman penduduk, lahan pertanian dan perkebunan milik masyarakat, dan kawasan Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Penggunaan KBK untuk permukiman sulit dihindari karena biasanya penduduk sudah turun temurun tinggal di KBK. Masyarakat setempat umumnya bekerja sebagai petani sawah berpindah tempat dan memiliki kebun kelapa sawit atau karet di dalam KBK. Jika Pemerintah Pusat menyetujui penggunaan lahan di KBK untuk kegiatan non budidaya kehutanan, misalnya untuk pembangunan infrastruktur jalan, maka masyarakat setempat tidak menerima ganti rugi karena status lahan KBK adalah milik Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 96

107 negara. Penduduk yang tinggal atau memanfaatkan tanah di KBK memiliki tanda kepemilikan tanah dalam bentuk surat keterangan dari kelurahan atau girik. Tanah dapat diperjualbelikan di antara penduduk namun Pemerintah Pusat tetap memiliki hak untuk menggunakannya apabila diperlukan. Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan Kabupaten Tana Tidung memiliki potensi di sektor pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan, dan pariwisata. Meskipun belum semua dapat digarap secara maksimal, beberapa kegiatan ekonomi diperkirakan akan berkembang sejalan dengan dukungan pemerintah daerah untuk mengembangkan perekonomian Kabupaten Tana Tidung. Sebagian besar masyarakat di kabupaten ini memiliki kegiatan di sektor pertanian (termasuk perkebunan, kehutanan, dan perikanan). Umumnya, penduduk asli (Suku Tidung dan Dayak Busu) bekerja di sektor ini. Dengan luas tanah yang melimpah dan posisi wilayah di pinggir sungai, kegiatan pertanian menjadi dominan. Pertanian merupakan sektor yang akan dikembangkan oleh pemerintah daerah, khusunya tanaman padi. Tanaman padi merupakan komoditas tanaman yang kebanyakan ditanam di wilayah ini. Sesuai dengan kondisi tanah di Kalimantan, jenis padi yang cocok ditanam adalah Padi Gunung atau Padi Ridu untuk lahan gambut. Daerah di mana terdapat banyak lahan sawah padi gunung adalah Kecamatan Sesayap dan Kecamatan Sesayap Hilir. Pada dasarnya, petani di kabupaten ini merupakan petani tradisional yang tidak menggunakan sistem bertani dan pengairan yang benar. Hasil panen padi bukan untuk dijual karena hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga selama satu tahun. Karena itu, Pemda telah mencanangkan program untuk membuka demplot (lahan percobaan) sebagai tempat pelatihan pertanian. Jika program ini berhasil maka pembukaan demplot akan diteruskan. Dengan adanya perubahan status 21 ribu ha lahan KBK berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 942/2014 maka kesempatan pemanfaatan lahan di KBK untuk kegiatan pertanian semakin luas. Selain padi, beberapa jenis tanaman perkebunanan seperti kopi, jagung, Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 97

108 semangka, ubi, tomat, dan sayuran juga bisa tumbuh. Bahkan buah-buahan, seperti rambutan, durian, duku, dan langsat, secara alamiah tumbuh di wilayah ini. Namun, buah-buahan tersebut biasanya hanya dijual di sekitar wilayah Tana Tidung atau dikonsumsi sendiri karena sarana transportasi yang terbatas. Pemda berencana agar biji kopi yang dihasilkan dapat diolah menjadi kopi bubuk dalam kemasan. Di kabupaten ini sudah ada lima perusahaan perkebunan kelapa sawit beroperasi namun belum ada pabrik pengolahannya. Perkebunan kelapa sawit tersebar di Kecamatan Sesayap dan Sesayap Hilir. Kegiatan perkebunan ini banyak melibatkan penduduk setempat karena kerjasama antara perusahaan dengan rumah tangga lokal untuk mengelola perkebunan. Pabrik pengolahan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Utara terdapat di Kabupaten Malinau dan Nunukan sehingga hasil perkebunan kelapa sawit dari Tana Tidung dibawa ke Malinau dan Nunukan untuk diolah lebih lanjut. Artinya, nilai tambah dari hasil perkebunan kelapa sawit tidak terjadi di Tana Tidung. Sudah ada investor dari Malaysia yang tertarik untuk membangun pabrik pengolahan perkebunan kelapa sawit di Desa Menjalutung (Kecamatan Sesayap Hilir). Kebutuhan masyarakat akan produk perikanan dipenuhi dari perikanan tangkap (ikan sungai yang ditangkap dari Sungai Sesayap) dan ikan laut yang dikirim dari Tarakan. Selain bertani, biasanya penduduk lokal juga bekerja sebagai nelayan tangkap. Nelayan tangkap membawa ikan sungai ke pelabuhan pada pagi atau sore hari. Kegiatan menangkap ikan dilakukan setelah kegiatan di sawah selesai. Selain perikanan sungai dan laut, perikanan budidaya mulai berkembang. Ikan yang dibudidayakan adalah ikan patin dan ikan lele. Namun, mengkonsumsi ikan lele belum menjadi kebiasaan masyarakat di daerah ini yang masih terbiasa mengkonsumsi ikan sungai. Tidak hanya ikan budidaya tambak, masyarakat juga masih enggan mengkonsumsi ikan laut karena adanya kekhawatiran penggunaan bahan pengawet pada ikan. Ikan tangkap sungai masih menjadi prioritas untuk dikonsumsi. Sayangnya, hasil perikanan tangkap sungai semakin menurun. Penurunan ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pencemaran bahan bakar minyak dan suara dari kapal yang melintasi sungai, penggunaan racun untuk menangkap ikan sehingga mematikan ikan yang masih kecil, dan juga penurunan kualitas air karena kegiatan pertambangan batu bara. Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 98

109 Meskipun ikan hasil budidaya tambak belum menjadi pilihan utama masyarakat, kegiatan ini cukup berkembang di masyarakat. Pemilik modal usaha budidaya ikan biasanya pengusaha dari Tarakan namun yang mengusahakan penduduk Tana Tidung. Mengingat hasil ikan tangkap dari sungai tidak dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan pangan, hasil perikanan budidaya saat ini menjadi komplementer bagi perikanan tangkap. Di masa yang akan datang, perikanan budidaya akan berkembang sejalan dengan penurunan ketersediaan ikan tangkap. Bahkan Pemda telah memberikan izin untuk pembukaan tambak udang yang mana investornya berasal dari Jepang. Pertambangan dan Energi Tana Tidung memiliki potensi sektor pertambangan yang meliputi minyak, gas, dan batubara. Saat ini, hanya dua pertambangan yang beroperasi yaitu pertambangan batubara dari tiga pertambangan batubara yang diizinkan oleh Pemda setempat. Pemda juga telah menyetujui kegiatan pertambangan minyak di Tana Tidung namun masih menunggu persetujuan dari Pemerintah Pusat. Ada juga investor pertambangan minyak dan gas (migas) yang telah berminat untuk membuka areal pertambangan di Kecamatan Tana Lia. Namun, kegiatan tersebut belum dapat dilaksanakan karena adanya rencana pengaliran gas dari Tana Tidung ke Bunyu di mana telah ada pabrik pengolahan gas di sana yang memenuhi syarat skala ekonomi. Jika gas dari Kabupaten Tana Tidung dialirkan ke luar daerah maka tidak ada nilai tambah yang diterima kabupaten ini. Sayangnya, belum ada investor yang bersedia untuk mengekstraksi gas bumi sekaligus mendirikan pabrik pengolahannya di sana. Sumber listrik di Tana Tidung berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Pemda membangun PLTD dengan menggunakan dana APBD tahun 2010 dan 2011 namun PLN yang mengelolanya. Saat ini, kapasitas terpasang sebesar 2,7 MW tetapi kapasitas terpakai masih kurang dari 2 MW. Ada kelebihan kapasitas listrik terpasang di kabupaten ini. Jika perekonomian di kabupaten ini meningkat di masa yang akan datang, kapasitas yang ada diperkirakan tidak akan cukup. Jika jumlah rumah tangga meningkat, kegiatan jasa berkembang, aktivitas pertambangan berjalan maka kapasitas terpasang saat ini tidak dapat mencukupi kebutuhan di masa yang akan datang. Rencana kegiatan pertambangan migas di Kecamatan Tana Lia sebenarnya Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 99

110 membuka peluang bagi Tana Tidung untuk memperoleh tambahan pasokan energi listrik. Dari kegiatan eksplorasi migas, rencananya Pemda akan memperoleh jatah migas yang akan dimanfaatkan untuk operasional Pembangkit Listrik Tenaga Minyak dan Gas (PLTMG) di Tana Lia. Pertamina menjadi penyedia bahan bakar minyak, solar, dan gas untuk kabupaten ini. Pertamina menyalurkan minyak dan solar ke sebuah Agen Premium Minyak dan Solar (APMS) dengan kuota tertentu untuk seluruh Kabupaten Tana Tidung. Kemudian, APMS ini menyalurkan kepada para pedagang kecil agar konsumen mudah memperoleh bahan bakar mengingat hanya ada satu APMS untuk kabupaten ini. Pertamina telah menyetujui adanya satu lagi APMS berdiri di kabupaten ini namun karena lokasi yang direncanakan berada di KBK maka pembebasan tanahnya masih bermasalah dengan penduduk yang menjadi pemilik lahan KBK. Perindustrian dan Perdagangan Kegiatan perdagangan di kabupaten ini mengalami perkembangan sejak dua tahun terakhir. Artinya, pemekaran Provinsi Kaltara membawa dampak positif bagi kegiatan usaha di Kabupaten Tana Tidung. Dengan semakin dekatnya pemerintahan provinsi ke pemerintahan kabupaten, interaksi antara keduanya semakin meingkat sehingga kegiatan penopang seperti perdagangan dan jasa semakin meningkat. Barang-barang yang dijual di wilayah ini umumnya berasal dari kabupaten tetangga seperti Tarakan, Tanjung Selor, dan Malinau (Kalimatan Utara) atau Berau (Kalimantan Timur). Ikan laut juga didatangkan dari penjual ikan asal Tarakan. Sedangkan barang yang berasal dari Tana Tidung sendiri adalah sayur mayur, ikan, sungai, dan ayam potong. Di kabupaten ini ada peternakan ayam potong namun hanya mampu mencukupi 50% dari kebutuhan. Di daerah ini ada beberapa kegiatan industri beskala kecil seperti anyaman bambu, anyaman tikar dari daun pandan, dan beberapa jenis makanan khas seperti kue rangi, kue tambi, dan abon ikan pari. Usaha ini merupakan usaha rumah tangga yang produknya dibuat dalam jumlah yang sangat sedikit atau berdasarkan pesanan untuk acara-acara tertentu. Adanya kegiatan pertambangan, perkebunan, dan pemerintahan menyebabkan Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 100

111 banyak pendatang yang bekerja di kabupaten ini. Artinya, kebutuhan fasilitas perkantoran, perumahan, penginapan, restoran, dan alat transportasi semakin meningkat. Saat ini, pembangunan fisik, seperti pembangunan kantor pemerintahan dan sekolah, banyak dilakukan. Karena itu, ketersediaan toko bahan bangunan dan bengkel besar sangat dibutuhkan. Infrastruktur Kondisi jalan di Kecamatan Sesayap (ibukota Kabupaten Tana Tidung) cukup baik karena telah beraspal. Namun, kondisi jalan menuju kecamatan lainnya sangat berbeda. Sebagai contoh, jalan menuju Kecamatan Sesayap Hilir masih berupa tanah meskipun akses jalan sudah terbuka. L Dokumentasi di Kabupaten Tana Tidung Meskipun lahan kosong di Tana Tidung masih luas,pembangunan infrastruktur di Tana Tidung menghadapi keterbatasan lahan karena kabupaten ini berada di wilayah KBK. Sebelum infrastruktur (seperti jalan dan bangunan) dibangun, Pemda harus memperoleh persetujuan dari Pemerintah Pusat yang mana prosesnya memerlukan waktu. Saat ini, kondisi jalan di Tana Tidung masih kurang baik seperti di Foto L.4.1. Di Kalimantan Utara, kabupaten yang relatif telah maju adalah Tarakan. Di Tarakan, ada pelabuhan laut yang menyediakan transportasi kapal penumpang ke seluruh kabupaten di Kalimantan Utara dengan frekuensi yang cukup sering setiap harinya. Pelabuhan di Tana Tidung hanya merupakan pelabuhan kecil yang tidak dapat disinggahi kapal berukuran besar karena dasar sungai yang kurang dalam (Foto L.4.2). Karena itu, Pemda Provinsi Kaltara sedang membangun dermaga di Desa Bebatu supaya kapal besar dapat berlabuh. Keberadaan dermaga ini akan memperpendek waktu tempuh dari Malinau ke Bebatu (Tana Tidung) sehingga distribusi barang dari Malinau ke Tana Tidung lebih cepat. Selain dermaga, Pemda Kabupaten sedang membangun jalan poros yang akan menghubungkan Desa Bebatu (Tana Tidung) dengan Kabupaten Malinau sepanjang 96 km dan lebar 60 m. Pembangunan ini dibiayai oleh APBD Kabupaten dan direncanakan selesai pada tahun Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 101

112 Sumber: Dokumentasi LPEM FEUI, 2014 Gambar L Jalan Menuju Kecamatan Sesayap Hilir Sumber: Dokumentasi LPEM FEUI, 2014 Gambar L Dermaga di Kabupaten Tana Tidung Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 102

113 L.5. KOTA TARAKAN L.5.1. Aspek Penduduk dan Ketenagakerjaan Dinamika Penduduk Jumlah penduduk di Kota Tarakan terus mengalami kenaikan sejak tahun 2008 hingga Jumlah penduduk Kota Tarakan tumbuh rata-rata 3,48 persen per tahun. Pertumbuhan penduduk paling pesat terjadi pada tahun 2009 dengan persentase pertumbuhan sebesar 18,65 persen. Mayoritas penduduk Kota Tarakan berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat terlihat dari besaran rasio kelamin yang selalu berada di atas 100. Hanya saja, rasio kelamin tersebut terus mengalami penurunan secara bertahap dari 119,88 di tahun 2007 menuju 109,91 di tahun Artinya, proporsi jumlah penduduk Kota Tarakan yang berjenis kelamin perempuan semakin banyak (Tabel L.5.1). Tabel L.5.1. Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk, serta Rasio Kelamin Kota Tarakan, Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Laki-laki Perempuan Total Pertumbuhan Penduduk Rasio Kelamin ,416 76, , % ,094 90, , % ,518 91, , % ,800 97, , % , , , % , , , % Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Pertumbuhan positif jumlah penduduk yang tidak diikuti dengan perluasan wilayah administratif akan berdampak pada meningkatnya kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk Kota Tarakan pada tahun 2013 telah mencapai 878 jiwa per km 2 setelah hanya 706 jiwa per km 2 pada tahun Antara tahun 2007 hingga 2013, kepadatan penduduk Kota Tarakan meningkat sekitar 3,82 persen setiap tahunnya (Gambar L.5.1). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 103

114 Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L.5.1 Kepadatan Penduduk Kota Tarakan, Sejak tahun 2007 hingga 2013, beban ketergantungan di Kota Tarakan memperlihatkan kecenderungan yang menurun. Penurunan angka beban ketergantungan tersebut mengindikasikan jumlah penduduk usia produktif (15 64 tahun) di Kota Tarakan yang menjadi relatif lebih banyak dibandingkan usia nonproduktif. Kendati mengalami penurunan, besarnya angka beban ketergantungan di Kota Tarakan masih tergolong tinggi sebab besarannya masih di atas 50. Adapun beban ketergantungan Kota Tarakan pada tahun 2013 adalah 50,48, yang artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 50 sampai dengan 51 orang penduduk usia non-produktif (Gambar L.5.2). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 104

115 Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L.5.2. Angka Beban Ketergantungan Kota Tarakan, Dinamika Tenaga Kerja Dari orang yang masuk dalam angkatan kerja Kota Tarakan pada tahun 2013, orang di antaranya berhasil mendapatkan pekerjaan. Artinya, 7,09 persen dari keseluruhan angkatan kerja termasuk sebagai pengangguran (unemployment). Tingkat pengangguran terbuka di Kota Tarakan menunjukkan tren yang menurun sejak tahun 2008 dengan rata-rata penurunan sebesar 1,08 persen setiap tahunnya. Penurunan tersebut mengindikasikan perluasan kesempatan kerja di Kota Tarakan berjalan cukup baik (Gambar L.5.3). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 105

116 Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L.5.3. Perbandingan Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran Terbuka di Kota Tarakan, Pada tahun 2012, mayoritas penduduk Kota Tarakan bekerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan (23 persen dari total orang yang bekerja). Sektor dengan penyerapan tenaga kerja terbesar kedua adalah sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan dengan proporsi 21,30 persen dari total orang yang bekerja (Tabel L.5.2). Pertumbuhan tenaga kerja di masing-masing sektor sangat fluktuatif antara tahun 2009 hingga Sektor dengan rerata pertumbuhan tenaga kerja tertinggi dalam periode tersebut adalah sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan (1,55 persen per tahun). Sektor dengan rerata penurunan tenaga kerja paling besar adalah sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi (-1,37 persen per tahun). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 106

117 Tabel L.5.2. Komposisi Tenaga Kerja di Kota Tarakan Berdasarkan Lapangan Usaha, Lapangan Usaha Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 23.83% 18.42% 31.54% 29.41% Pertambangan dan Penggalian 1.22% 1.50% 3.72% 2.77% Industri 12.27% 12.52% 14.67% 13.87% Listrik, Gas, dan Air Minum 1.06% 0.83% 1.03% 0.71% Konstruksi 7.52% 7.64% 3.47% 5.70% Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 23.07% 25.74% 19.57% 19.18% Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi 8.60% 5.66% 5.59% 6.10% Lembaga Keuangan, Real Estate, Persewaan, dan Jasa 1.45% 2.78% 3.33% 0.96% Perusahaan Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan 20.99% 24.91% 17.07% 21.30% Sumber: Situs Badan Pusat Statistik Kota Tarakan L.5.2 Aspek Sosial dan Budaya Pendidikan Kualitas pendidikan di Kota Tarakan terbilang cukup baik. Antara tahun 2008 hingga 2012, mayoritas penduduk Kota Tarakan telah mampu membaca dan menulis serta tamat dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sederajatnya (Gambar L.5.4). Kesimpulan tersebut dapat terlihat dari angka melek huruf yang selalu berada di atas 95 persen serta angka rata-rata lama sekolah penduduk Kota Tarakan yang selalu berada di atas 9 tahun antara tahun 2008 sampai dengan 2012 (Gambar L.5.5). Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Kota Tarakan 2013, diolah Gambar L.5.4. Angka Melek Huruf Penduduk Kota Tarakan, Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 107

118 Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Kota Tarakan 2013, diolah Gambar L.5.5. Angka Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Kota Tarakan, Daya tampung sekolah di Kota Tarakan dapat dikatakan tidak terlalu berlebihan. Setiap ruang kelas di jenjang pendidikan SD hingga SMA menampung sekitar 30 sampai dengan 33 siswa antara tahun 2008 hingga 2012 (Gambar L.5.6). Beban kerja guru di Kota Tarakan untuk setiap jenjang pendidikan tidaklah sama. Guru SD serta SMP dan sederajatnya memiliki beban murid yang lebih besar dibandingkan guru SMA dan sederajatnya. Pada tahun 2012, satu guru SD dan sederajatnya bertanggung jawab atas 16 sampai dengan 17 siswa, 14 sampai dengan 15 siswa untuk guru SMP dan sederajatnya, serta hanya 10 sampai dengan 11 siswa untuk guru SMA dan sederajatnya. Untuk jenjang perguruan tinggi, beban kerja dosen di Kota Tarakan terbilang cukup tinggi yang mana satu dosen di Kota Tarakan bertanggung jawab atas 19 sampai dengan 20 mahasiswa pada tahun 2013 (Gambar L.5.7). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 108

119 Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L.5.6. Rasio Murid Kelas Kota Tarakan, Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L.5.7. Rasio Murid Guru Kota Tarakan, Antara tahun 2008 hingga 2012, Angka Partisipasi Kasar (APK) Kota Tarakan untuk setiap jenjang pendidikan selalu berada di atas 80. Artinya, tingkat partisipasi sekolah penduduk Tarakan tergolong tinggi. APK di jenjang SD di beberapa titik tahun tercatat berada di atas skala 100. Hal ini mengindikasikan terdapat sejumlah siswa SD yang usianya belum mencukupi atau melebihi batas usia sewajarnya (7 12 Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 109

120 tahun) (Gambar L.5.8). Sumber: Database Pembangunan Kalimantan Timur Tahun 2013, diolah Gambar L.5.8. Angka Partisipasi Kasar Kota Tarakan, Tahun Penduduk Kota Tarakan di usia SD dan SMP dapat dikategorikan telah mampu memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya, tetapi tidak untuk penduduk usia SMA. Hal ini terlihat dari Angka Partisipasi Murni (APM) SMA yang jauh lebih rendah dibandingkan SD dan SMP (Gambar L.5.9). Sumber: Database Pembangunan Kalimantan Timur Tahun 2013, diolah Gambar L.5.9. Angka Partisipasi Murni Kota Tarakan, Tahun Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 110

121 Kesehatan Kualitas hidup masyarakat Kota Tarakan dapat dikategorikan baik. Apabila ditinjau dari angka harapan hidupnya, penduduk Kota Tarakan secara umum dapat bertahan hidup sampai dengan usia 72,19 tahun. Peningkatan angka harapan hidup Kota Tarakan sejak tahun 2008 mengindikasikan adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di Kota Tarakan (Gambar L.5.10). Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Angka Harapan Hidup Masyarakat Kota Tarakan, Fasilitas kesehatan di Tarakan memperlihatkan perkembangan ke arah yang lebih baik. Sejak tahun 2010 hingga 2013, jumlah sumber daya manusia yang bekerja di sektor kesehatan terus mengalami peningkatan. Peningkatan serupa tidak terjadi pada fasilitas fisik, seperti rumah sakit, puskesmas, dan posyandu, yang cenderung stagnan pada periode yang sama (Tabel L.5.3). Tabel L.5.3. Dinamika Fasilitas Penunjang Kesehatan di Kota Tarakan, Indikator Jumlah Tenaga Medis Jumlah Tenaga Kebidanan Jumlah Tenaga Keperawatan Jumlah Fasilitas Kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan posyandu) Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 111

122 L.5.3. Aspek Ekonomi Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah PDRB Kota Tarakan, baik atas dasar harga berlaku maupun konstan, terus mengalami peningkatan hingga tahun Pada tahun 2009, PDRB Kota Tarakan adalah sebesar miliar rupiah atas dasar harga berlaku dan miliar rupiah atas dasar harga konstan. Nilai PDRB tersebut meningkat ke miliar rupiah atas dasar harga berlaku dan miliar rupiah atas dasar harga konstan pada tahun 2013 (Gambar L.5.11). Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L PDRB Kota Tarakan Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan, Berdasarkan PDRB Kota Tarakan Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2013, perekonomian Kota Tarakan didominasi oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan besar kontribusi dalam PDRB sebesar 44 persen. Berada pada posisi kedua dan ketiga sebagai penyumbang terbesar dalam PDRB Kota Tarakan adalah sektor industri pengolahan (14 persen) dan pertanian (12 persen) (Gambar L.5.12). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 112

123 Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Struktur PDRB Kota Tarakan Atas Dasar Harga Berlaku, 2013 Perekonomian Kota Tarakan, dengan mengacu pada PDRB atas dasar harga konstannya, tumbuh sekitar 6,49 persen setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2010 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 7,93 persen (Gambar L.5.13). Sektor dengan rerata pertumbuhan paling cepat antara tahun 2009 hingga 2013 adalah pengangkutan dan komunikasi (7,98 persen per tahun), diikuti oleh perdagangan, hotel, dan restoran (7,7 persen per tahun), serta keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (6,67 persen per tahun). Sektor pertambangan dan penggalian adalah satu-satunya sektor dengan rerata pertumbuhan negatif dalam periode yang sama, dengan laju pertumbuhan -0,97 persen per tahun (Tabel L.5.4). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 113

124 Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Pertumbuhan Ekonomi Kota Tarakan, Tabel L.5.4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tarakan Berdasarkan Lapangan Usaha, Lapangan Usaha Pertanian 5.71% 3.86% 7.04% 5.31% 5.87% Pertambangan dan Penggalian -3.82% 2.46% 9.02% 9.41% -7.89% Industri Pengolahan 2.64% 5.26% 3.17% 3.37% 4.76% Listrik, Gas, dan Air Bersih 5.03% 6.21% 5.92% 2.31% -0.23% Bangunan 3.68% 5.69% 5.47% 5.34% 5.99% Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4.19% 10.65% 8.68% 7.73% 9.05% Pengangkutan dan Komunikasi 9.10% 8.05% 8.06% 7.76% 7.06% Keuangan, Persewaaan, dan Jasa Perusahaan 6.15% 7.93% 10.19% 8.29% 3.20% Jasa-jasa 5.23% 7.11% 5.40% 5.09% 1.72% Total 4.63% 7.93% 7.63% 6.80% 6.03% Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah L.5.4. Keuangan Daerah Pada tahun 2013, sebagian besar realisasi pendapatan daerah Kota Tarakan masih berasal dari dana perimbangan dengan besar kontribusi sebesar 74 persen. Pendapatan asli daerah, yang berasal dari pajak, retribusi, laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), serta sumber lainnya, hanya memberikan kontribusi sebesar 6 persen terhadap realisasi pendapatan daerah (Gambar L.5.14). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 114

125 Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Komposisi Realisasi Pendapatan Daerah Kota Tarakan, L.5.6. Kesejahteraan Masyarakat Apabila diukur dari pendapatan per kapita, kesejahteraan masyarakat Kota Tarakan terus mengalami peningkatan hingga tahun Pada tahun 2009, setiap masyarakat Kota Tarakan memperoleh penghasilan sekitar Rp ,00 setiap bulan. Jumlah tersebut kemudian meningkat menjadi Rp ,00 per bulan pada tahun 2013 (Gambar L.5.15). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 115

126 Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Pendapatan per Kapita Masyarakat Kota Tarakan, Jumlah penduduk yang dikategorikan miskin di Kota Tarakan mengalami penurunan dari jiwa di tahun 2009 menjadi jiwa di tahun Penurunan tingkat kemiskinan paling tajam terjadi pada tahun 2010 (-11,62 persen) (Gambar L.5.16). Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Tingkat Kemiskinan Kota Tarakan, Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 116

127 Peningkatan pendapatan masyarakat Kota Tarakan juga diikuti dengan semakin lebarnya ketimpangan pendapatan antar kelompok masyarakat. Indeks Gini Kota Tarakan yang hanya 0,214 pada tahun 2009 meningkat ke angka 0,3349 pada tahun Kendati mengalami peningkatan, Indeks Gini Kota Tarakan pada tahun 2013 masih tergolong ketimpangan rendah (Gambar L.5.17). Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Indeks Gini Kota Tarakan, L.5.7. Biaya Hidup Masyarakat Biaya hidup yang harus dihadapi masyarakat Kota Tarakan terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, rata-rata pengeluaran masyarakat di Kota Tarakan adalah Rp ,00 per bulan. Jumlah pengeluaran tersebut meningkat ke Rp ,00 per bulan pada tahun 2012 (Gambar L.5.18). Semakin tingginya biaya hidup di Kota Tarakan juga terlihat melalui tingkat inflasi. Tingkat inflasi di Kota Tarakan secara umum mengalami peningkatan, meskipun pernah mengalami penurunan pada tahun 2011 dan Inflasi di Kota Tarakan pada tahun 2013 mencapai 10,35 persen (Gambar L.5.19). Inflasi tahun 2013 ini didorong secara kuat oleh kenaikan tingkat harga transportasi dan komunikasi (16,17 persen) serta bahan makanan (12,34 persen) (Tabel L.5.5). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 117

128 Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Rerata Pengeluaran Masyarakat Kota Tarakan, Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Tingkat Inflasi Kota Tarakan, Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 118

129 Tabel L.5.5. Perkembangan Laju Inflasi Kota Tarakan Menurut Kelompok Komoditi Kelompok Komoditi Bahan makanan Makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi, dan olah raga Transportasi dan komunikasi Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah L.5.8. Potensi Daerah Perikanan Produksi sektor perikanan di Kota Tarakan cenderung stagnan. Lonjakan produksi terbesar terjadi pada produksi komoditas perikanan yang diproses. Kuantitas komoditas perikanan yang diproses di Kota Tarakan pada tahun 2013 mencapai 9.596,70 ton, 8.165,10 ton lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya (Gambar L.5.20). Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Kuantitas Produksi Perikanan Kota Tarakan Tanpa Rumput Laut, Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 119

130 Jumlah nelayan dan pembudidaya secara umum menunjukkan tren yang meningkat sejak tahun 2009 hingga Peningkatan nelayan paling tajam terjadi pada tahun 2013, dengan jumlah peningkatan sebesar 622 jiwa. Sedangkan peningkatan jumlah pembudidaya yang paling tajam terjadi pada tahun 2013, yang mana jumlah peningkatannya adalah sebesar 453 jiwa dari tahun sebelumnya (Gambar L.5.21). Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Jumlah Nelayan dan Pembudidaya yang Beroperasi di Kota Tarakan, Peningkatan jumlah nelayan dan pembudidaya ternyata tidak diikuti dengan peningkatan produktivitasnya. Sejak tahun 2009 hingga 2013, produktivitas nelayan dan pembudidaya memperlihatkan kecenderungan yang menurun. Penurunan yang sangat signifikan terjadi pada produktivitas pembudidaya pada tahun Setelah mampu memproduksi 4,17 ton ikan budidaya pada tahun 2012, produktivitas pembudidaya merosot ke angka 1,06 ton pada tahun 2013 (Gambar L.5.22). Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 120

131 Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Produktivitas Nelayan dan Pembudidaya Kota Tarakan, Industri Jumlah unit usaha industri yang beroperasi di Kota Tarakan menunjukkan kecenderungan meningkat. Jumlah unit usaha industri di Kota Tarakan tumbuh ratarata 7,64 persen setiap tahunnya. Pertumbuhan unit usaha paling cepat terjadi pada industri skala kecil (Tabel L.5.6). Sementara itu, jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor industri tidak memperlihatkan kecenderungan yang teratur. Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh sektor industri berkisar antara hingga jiwa antara tahun 2008 hingga 2012 (Gambar L.5.23). Tabel L.5.6. Perkembangan Jumlah Unit Usaha Industri Berdasarkan Skala Usaha, Tahun Jumlah unit usaha industri kecil Jumlah unit usaha industri menengah Jumlah unit usaha industri besar Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 121

132 Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Industri Kota Tarakan, Dari 498 unit usaha yang berkembang di Kota Tarakan pada tahun 2012, sebagian besar tergolong dalam industri kecil (91 persen). Meski demikian, mayoritas tenaga kerja di sektor industri terserap oleh unit-unit usaha yang bergerak di industri skala besar (Gambar L.5.24). Sekitar 76 persen tenaga kerja di sektor industri diserap industri skala besar, sedangkan industri skala kecil hanya mampu menyerap sekitar 20 persen dari antaranya (Gambar L.5.25). Sumber: Kota Tarakan Dalam Angka berbagai tahun terbitan, diolah Gambar L Distribusi Unit Usaha Industri di Kota Tarakan Berdasarkan Skala Usaha, 2012 Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara 122

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

BAB II ASPEK STRATEGIS

BAB II ASPEK STRATEGIS BAB II ASPEK STRATEGIS Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 II - 16 BAB II ASPEK STRATEGIS A. Sumber Daya Manusia 1. Kependudukan umlah Penduduk Kabupaten Luwu Utara pada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Jumlah Desa/Kelurahan Swasembada Menurut Kabupaten/Kota Tahun

DAFTAR TABEL. Jumlah Desa/Kelurahan Swasembada Menurut Kabupaten/Kota Tahun Tabel 2.1 DAFTAR TABEL Banyaknya Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Luas Wilayah Menurut Kabupaten Kota Tahun 14... Halaman 6 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 2.13 2.14 2.15 2.16 2. Banyaknya

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta selawat dan salam kita sampaikan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkaan uraian sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Topografinya, Kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) zona/klasifikasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016 Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

DAFTAR ISI. Kata Pengantar.. DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar.. Daftar Isi. Daftat Tabel. Daftar Gambar i-ii iii iv-vi vii-vii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Dasar Hukum...... 4 I.3. Tujuan..... 5 I.4. Manfaat......

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan NO 2018 A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 PDRB per Kapita (juta rupiah) - PDRB

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.I. Latar Belakang... 1 I.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 I.3. Hubungan Antar Dokumen... 4 I.4. Sistematika Dokumen RKPD... 6 I.5. Maksud dan Tujuan... 7 BAB II. EVALUASI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM

BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM LUAS WILAYAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2015... 1 STATISTIK GEOGRAFIS PROVINSI JAMBI... 2 NAMA IBUKOTA KAB/KOTA DAN JARAK KE IBUKOTA PROVINSI MENURUT KAB/KOTA TAHUN 2015... 3 JUMLAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3. Hubungan Antar-Dokumen Perencanaan... I-6 1.4. Maksud

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil, LAMPRIAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2014-2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2014 PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2014 OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Tingkat Pengangguran 1.3 Tingkat Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan

Lebih terperinci

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 Oleh : Thamrin 1), Sabran 2) dan Ince Raden 3) ABSTRAK Kegiatan pembangunan bidang pertanian di Kabupaten

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran... DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4. Kaidah Pelaksanaan...

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 No. 06/05/62/Th.V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2011 dibanding Triwulan yang sama tahun 2010 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena Ijin dan RahmatNya, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lombok Utara Tahun 2015 ini dapat diselesaikan. RKPD Tahun 2015 ini disusun

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Tebo

RPJMD Kabupaten Tebo Halaman Tabel 2.1 Topografi Kabupaten Tebo II-3 Tabel 2.2 Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Tebo II-4 Tabel 2.3 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tebo Tahun 2000- II-6 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 23/05/61/Th. XIII, 10 Mei 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I TAHUN 2010 Kinerja perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan I-2010 dibandingkan triwulan IV-2009,

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

Laporan Akhir PENYUSUNAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Laporan Akhir PENYUSUNAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA Laporan Akhir PENYUSUNAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA Copyright @ 2014 Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat - FEUI KATA PENGANTAR Laporan ini merupakan laporan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman Akhir Masa Jabatan Tahun DAFTAR TABEL

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman Akhir Masa Jabatan Tahun DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman... 2 Tabel 1.2. Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman... 3 Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011 No. 11/02/63/Th XV, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2011 tumbuh sebesar 6,12%, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor jasajasa sebesar

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN Prioritas intervensi kebijakan ditentukan dengan menganalisis determinan kemiskinan atau masalah pokok kemiskinan dalam bidang-bidang yang berhubungan dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH

BAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH 3.1. Kondisi Umum Kemiskinan Daerah BAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH Berhubung data pilih antara Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) dan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) belum dilakukan secara nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, GUBERNUR KALIMANTAN BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR : 678/ OR / 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 396/OR/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2009 DAFTAR TABEL

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2009 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman... 2 Tabel 1.2. Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman... 3 Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Jenis Kelamin, Kpadatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur Kondisi Kinerja pada awal Kondisi Aspek/Fokus/Bidang Urusan/Indikator Kinerja

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... D A F T A R I S I Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... (i) (ii) (vii) PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots) DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Tahun 2002-2011 Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi BAB III ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 3.1 Permasalahan Pembangunan 3.1.1 Permasalahan Kebutuhan Dasar Pemenuhan kebutuhan dasar khususnya pendidikan dan kesehatan masih diharapkan pada permasalahan. Adapun

Lebih terperinci