Bab I A. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab I A. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 A. LATAR BELAKANG Bab I Bilangan adalah bagian dari matematika yang membahas tentang banyaknya obyek dalam sebuah kumpulan atau urutan suatu obyak dalam sebuah kumpulan. Sebagai banyaknya obyek maka setiap dua bilangan dapat dijumlahkan, dikurangkan, dikalikan, atau dibagi. Sementara sebagai urutan setiap dua bilangan tidak dapat dijumlahkan, dikurangkan, dikalikan, atau dibagi. Sebagai contoh misalnya apakah anak kedua ditambah anak ketiga hasilnya sama dengan anak ke lima?. Tentunya tidak. Sehingga setiap dua bilangan dapat dioperasikan dengan operasi (+,,, dan :) jika kedua bilangan berasal dari bilangan cacah, bilangan bulat, atau bilangan rasional. Kesulitan yang ditemui pada pelajaran bilangan antara lain seperti sekilas info seperti di atas. Kesulitan lainnya dapat disebabkan oleh kesulitan teman-teman guru dalam menjembatani perubahan dari bentuk kongkrit (obyek sesungguhnya) ke bentuk gambar (semi kongkrit), dan terakhir dari bentuk gambar ke bentuk bahasa matematika yang hanya berupa simbol-simbol atau lambang-lambang. Lambang-lambang yang dimaksud adalah lambang-lambang yang berupa huruf-huruf, angka-angka, lambang-lambang operasi (+,,, dan :), dan lambanglambang relasi (>, <, dan =). Bruner (95 ) seorang psikolog pembelajaran matematika berkebangsaan Amerika dalam bukunya Toward a Theory of Learning menyatakan bahwa secara umum pembelajaran (matematika) akan bermakna dan mencapai tujuannya (kompetensi yang diharapkan) jika dimulai dari tahapan () enactive (kongkrit/menggunakan obyek sesungguhnya), () econic (semi kongkrit/obyek sesungguhnya diganti dengan gambar-gambar, dan () symbolic (abstrak/ obyek sesungguhnya diganti dengan angka-angka). Jika pembelajaran matematika pada setiap topik baru berlangsung seperti itu, Bruner menjamin bahwa seorang anak akan mampu mnegembangkan pengetahuannya jauh melampaui apa yang pernah ia peroleh dari gurunya. B. TUJUAN Berdasarkan pertimbangan seperti di atas, melalui makalah ini secara sekilas info akan ditunjukkan upaya seperti apa yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik untuk mengubah bahasa sehari-hari menjadi bahasa gambar, dan dari bahasa gambar menjadi bahasa matematika, dan sekaligus menentukan penyelesaiannya. Selanjutnya berdasarkan beberapa contoh yang ditunjukkan diharapkan teman-teman guru dapat mengembangkan soal-soal lainnya yang lebih banyak dan lebih bervariasi sehingga peserta didik dapat lebih nyaman dalam menerima pelajaran matematika hingga tujuan mencapai kompetensi yang diharapkan dapat tercapai sesuai target kurikulum. C. RUANG LINGKUP Ruang lingkup materi yang dibahas pada makalah ini adalah sekilas info tentang contohcontoh kerangka berpikir pemecahan masalah pada bilangan bulat dan operasinya. Contohcontoh yang dimaksud meliputi:. Operasi hitung tunggal (+,,, :). Operasi hitung campuran.

2 Bab II BEBERAPA CONTOH MASALAH OPERASI HITUNG TUNGGAL A. PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN Bilangan, khususnya bilangan asli memiliki makna sebagai bilangan urutan. Sebagai urutan tentu tidak ada istilah anak ke nol. Adanya tentu anak kesatu, kedua, ketiga,... dan seterusnya. Oleh karena itu maka himpunan bilangan asli mulainya dari angka, sehingga dalam bentuk himpunan bilangan asli yang dimaksud adalah A = {,,, 4,... }. Selanjutnya bilangan cacah memiliki makna sebagai bilangan yang bersesuaian dengan banyaknya obyek/benda dalam sebuah kumpulan. Mengapa?, sebab cacah yang dimaksud adalah cacahnya berapa. Sehingga jika kumpulan itu tidak ada obyeknya maka berarti cacahnya tidak ada atau banyaknya obyek sama dengan nol, dandilambangkan dengan angka 0. Jika kumpulan itu ada obyeknya maka berarti cacahnya ada, sehingga banyak obyek/cacahnya tidak sama dengan nol ( 0). Artinya kemungkinan bilangannya bisa,,, 4,... dan seterusnya. Oleh sebab itu maka dalam bentuk himpunan bilangan cacah adalah C = {0,,,, 4,... }. Operasi biner (operasi yang menghubungkan dua buah bilangan sehingga dihasilkan sebuah bilangan tunggal) pada bilangan cacah adalah (+,,, :). Yakni penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Makna penjumlahan adalah penggabungan dua kumpulan benda menjadi sebuah kumpulan benda. Sementara pengurangan adalah pengambilan sebagian anggota dari sebuah kumpulan benda. Berikut beberapa contoh gambaran peragaannya. edo memetik apel apel apel edo sekarang? memetik lagi berapa budi punya kambing + = kambing budi sekarang berapa dijual = Perhatikan bahwa contoh adalah contoh paragaan soal cerita penjumlahan dalam bentuk gambar dan contoh adalah contoh paragaan soal cerita pengurangan dalam bentuk gambar.

3 Dari contoh siswa akan memahami dengan jelas bahwa kalimat matematika yang bersesuaian dengan soal cerita edo memetik apel 6, memetik lagi apel, berapa apel edo sekarang adalah 6 + =... dan penyelesaiannya adalah 6 + = 9. Selanjutnya dari contoh siswa akan memahami dengan jelas bahwa kalimat matematika yang bersesuaian dengan budi punya kambing 5, dijual, berapa kambing budi sekarang adalah Catatan 5 =... dan penyelesaiannya adalah 5 =. Jika soal cerita penjumlahan seperti yang digambarkan pada contoh itu dibuat sebanyak 0 nomor soal dengan berbagai variasi obyek tidak hanya apel yakni obyek lain yang berupa buah-buahan seperti misalnya jambu, jeruk, mangga, dan lain-lain atau obyek lain yang berupa binatang seperti kambing, ayam, kelinci, dan lain-lain yang ada dalam kehidupan anak seharihari maka secara intuisi (kata hati) siswa akan memperleh kesimpulan bahwa:. Digabung, diberi lagi, membeli lagi, meminta lagi, dan seterusnya merupakan katakata kunci untuk penjumlahan. Dampak/akibat dari penjumlahan adalah hasilnya menjadi makin banyak. Hal yang sama akan berlaku untuk pengurangan. Yakni jika soal cerita pengurangan seperti yang digambarkan pada contoh dibuat 0 nomor dengan berbagai variasi obyek dan variasi kata-kata kunci maka secara intuisi (kata hati) siswa akan memperleh kesimpulan bahwa:. Dijual, diminta, dipinjam, diambil, dan seterusnya merupakan kata-kata kunci untuk pengurangan. Dampak/akibat dari pengurangan adalah hasilnya menjadi makin sedikit. B. PERKALIAN DAN PEMBAGIAN Perkalian secara konsep matematika adalah penjumlahan berulang dari beberapa bilangan yang sama. Sehingga peragaannya dalam bentuk gambar berupa penggabungan beberapa kumpulan obyek sama banyak menjadi sebuah kumpulan baru. Contoh sepeda motor rodanya =? sepeda motor rodanya =? + + 6

4 becak rodanya =? 4 becak rodanya =? buku buku Jadi harga buah buku = Rp6.000,00. Ketiga contoh peragaan gambar di atas memperlihatkan bahwa yang dimaksud perkalian adalah penjumlahan berulang dari beberapa bilangan yang sama/senilai. Contoh () menggambarkan makna = 6 () menggambarkan makna 4 =, dan () menggambarkan makna.000 = Dari ketiga contoh gambar peragaan di atas diharapkan peserta didik(siswa) akan lebih mudah memahami apa yang dimaksud dengan perkalian pada dua bilangan. Untuk pembagian konsep awal (pemula) yang dapat diberikan ke siswa di awal menerima pelajaran pembagian adalah meminta mereka untuk praktek membagi 6 buah sedotan minuman sama banyak kepada orang temannya. Siswa bebas melakukannya. Dari cara siswa mencoba, ternyata ada 4 cara yang dapat dilakukan untuk mempraktekkan 6 : =. Cara () dengan memberikan 6 sedotan minuman itu satu demi satu secara bergantian pada kedua temannya hingga habis. Ternyata masing-masing teman mendapat sedotan sebanyak. Dari hasil praktek membagi ini guru kemudian memberikan penegasan bahwa hal itu berarti 6 : =. buku = =.000 = Cara () dengan langsung memberi sedotan sebanyak tiga-tiga kepada kedua temannya, cara () dengan memberi sedotan sebanyak dua-dua kepada kedua orang temannya kemudian sedotan sisanya diberikan satu demi satu, dan (4) dengan mengambil dua-dua sampai habis, dan 4

5 setiap kali mengambil dua-dua dibagi rata kepada dua orang temannya. Perhatikan bahwa keempat cara tersebut masing-masing akan memberikan hasil bahwa 6 : =. Dari keempat cara tersebut guru kemudian memberikan penegasan bahwa cara membagi yang benar menurut aturan matematika adalah cara yang ke-4, yakni dengan mengambil duadua sampai habis, dan setiap kali mengambil dua-dua dibagi rata kepada dua orang temannya. Sehingga peragaan yang benar untuk 6 : = adalah seperti berikut. orang I orang II orang I orang II 6 ( dibagi rata) belum habis orang I orang II orang I orang II 6 ( berikutnya dibagi rata) belum habis 6 ( yang terakhir dibagi rata) ternyata habis. Setelah siswa mengetahui aturan membagi yang benar menurut aturan matematika seperti yang diperagakan di atas. Guru kemudian memberikan beberapa soal pembagian (6 soal cukup) dan meminta beberapa siswanya untuk melakukan praktek membagi dan kemudian menemukan jawabannya. Misal () 8 : 6 =... (4) : 4 =... () 4 : 7 =... (5) 0 : =... () 5 : 5 =... (6) 6 : =... Hasil-hasil pembagian selama peragaan ternyarta () 8 : 6 = (4) : 4 = () 4 : 7 = (5) 0 : = 5 () 5 : 5 = (6) 6 : = 6 Hasil akhir =. Maka 6 : =. 5

6 Siswa kemudian diminta melihat pola hubungan antara bilangan depan dengan bilangan yang ada di tengah dengan bilangan yang ada di belakang. () 8 : 6 = (4) : 4 = () 4 : 7 = (5) 0 : = 5 () 5 : 5 = (6) 6 : = 6 Hubungan yang tampak ternyata seperti berikut. () 8 : 6 =, yakni 8 = 6 (4) : 4 =, yakni = 4 () 4 : 7 =, yakni 4 = 7 (5) 0 : = 5, yakni 0 = 5?? () 5 : 5 =, yakni 5 = 5 (6) 6 : = 6, yakni 6 = 6. Dari pola yang dapat dilihat dan dicermati di atas, guru kemudian mengajak siswa untuk menyimpulkan bahwa: Catatan Pada pembagian, bilangan depan = tengah belakang atau bilangan yang dibagi = pembagi hasil bagi. Jika sebelumnya (saat pelajaran perkalian) siswa sudah ditrampilakan secara mencongak perkalian dasar dari,,,... dan seterusnya,,,,... dan seterusnya hingga 0 0. Maka hanya dalam beberapa menit dari bentuk soal latihan sebanyak 0 soal seperti: ) : 4 = ) : 8 = ) 5 : = 7 ) 6 : 9 = ) : 5 = 6 ) 0 : = 5 ) 45 : 5 = ) : 7 = 4 ) 7 : = 9 4) 40 : 8 = 4) : 9 = 4) 4 : = 6. 5) 4 : =... 5)... : 4 = 5 5) 6 :... = 4 6

7 6) 4 : 6 =... 6)... : = 7 6) :... = 7) 8 : 9 =... 7)... : 6 = 9 7) :... = 8 8) 0 : =... 8)... : 8 = 8) 4 :... = 7 9) 56 : 7 =... 9)... : 7 = 8 9) 54 :... = 9 0) 7 : 8 =... 0)... : 9 = 0) 40 :... = 5 Mereka (para siswa) akan dapat menjawab ke 0 nomor soal di atas secara cepat dan tepat. Silahkan mencoba. 7

8 BAB III BILANGAN BULAT DAN OPERASINYA A. PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA BILANGAN BULAT Bilangan bulat yang dimaksud adalah bilangan yang bersesuaian dengan banyaknya muatan (muatan listrik) dalam sebuah kumpulan. Sebagai muatan listrik ada muatan positif dan ada muatan negatif. Jika sebuah muatan listrik positif bertemu dengan sebuah muatan negatif, maka keduanya akan saling menetralkan. Lawan dari sebuah muatan listrik positif adalah sebuah muatan listrik negatif demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu maka pada bilangan bulat bilangan 0 (nol) memiliki dua makna, yakni () jika dalam kumpulan itu muatannya tidak ada, atau () jika muatan positif dan muatan negatifnya sama banyak. Untuk memudahkan pemahaman, konsep bilangan bulat untuk, 0, ditinjau dari banyak muatan positif dan negatif pada kumpulan yang memuatnya antara lain adalah seperti berikut. = = = = dll. Yakni sebuah kumpulan yang berisi muatan positif atau sebuah kumpulan yang muatan positifnya satuan lebih banyak dari satuan negatifnya. 0 = = = = dll. Yakni sebuah kumpulan kosong/tidak ada isinya atau sebuah kumpulan yang muatan positifnya sama banyak dengan satuan negatifnya. = = = = dll. Yakni sebuah kumpulan yang berisi muatan negatif atau sebuah kumpulan yang muatan negatifnya satuan lebih banyak dari muatan positifnya. Dari ketiga contoh peragaan bilangan bulat di atas, guru dapat menunjukkan tiga tipe soal berikut strategi pemecahannya. Tipe Digabung tanpa masalah 8

9 Digabung dengan hasil + ( 5 ) = Tipe Diambil tetapi barangnya tidak ada diadakan secukupnya tetapi harus diimbangi dengan muatan lain sehingga nilai kumpulannya tetap. a. diambil hasil ( ) = Tidak jelas. b. diambil hasil = Tidak jelas. Penyelesaian a. diambil hasil ( ) = 5 b. diambil hasil = 5 9

10 Tipe Diambil tetapi barangnya kurang dicukupi tetapi harus diimbangi dengan muatan lain sehingga nilai kumpulannya tetap. diambil a. hasil 5 = Tidak jelas. b. diambil hasil ( 5 ) = Tidak jelas. Penyelesaian a. diambil hasil 5 = b. diambil hasil Kini dari ketiga tipe soal berikut ( 5 pemecahannya ) = tersebut di atas kita dapat mengamati polanya dan untuk menarik kesimpulan. Tipe Digabung tanpa masalah Tipe a. Penyelesaiannya ( ) = 5 Karena bilangan paling depan dan paling belakang 0

11 Di lain fihak + = 5 dari keduanya sama, maka bilangan di bagian tengahnya juga harus sama. Sehingga akan diperoleh: ( ) = +. b. Penyelesaiannya ( 5) = Karena bilangan paling depan dan paling belakang Di lain fihak + 5 = dari keduanya sama, maka bilangan di bagian tengahnya juga harus sama. Sehingga akan diperoleh: ( 5) = + 5. Tipe a. Penyelesaiannya 5 = Karena bilangan paling depan dan paling belakang Di lain fihak + ( 5) = dari keduanya sama, maka bilangan di bagian tengahnya juga harus sama. Sehingga akan diperoleh: 5 = + ( 5). b. Penyelesaiannya ( 5) = Karena bilangan paling depan dan paling belakang Di lain fihak + 5 = dari keduanya sama, maka bilangan di bagian tengahnya juga harus sama. Sehingga akan diperoleh: ( 5) = + 5. Selanjutnya dengan melihat kelima bentuk kesamaan di atas siswa dapat diajak menyimpulkan bahwa secara umum Yakni secara umum: ( a) = + a atau a = + ( a).. Dikurangi dengan sebuah bilangan negatif sama dengan ditambah dengan lawannya. Dikurangi dengan sebuah bilangan positif sama dengan ditambah dengan lawannya. Contoh ( 5) = Karena bilangan paling depan dan paling belakang Hitunglah ( 5) ( 50) = ( 50) =... Jawab. Ruas kiri = 00 + ( 5) ( 50) = = 5.. Ruas kiri = ( 50)

12 = = 0. Latihan. 8 5 = = ( 5) + 5 = ( 8) 5 = ( 8) + 5 =... B. PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DENGAN GARIS BILANGAN Pada garis bilangan bilangan bulat digambarkan dengan standar bilangan 0 di tengah dan bilangan-bilangan lainnya yakni bilangan-bilangan positif adalah bilangan-bilangan yang letaknya di sebelah kanan bilangan 0, sebaliknya bilangan-bilangan negatif adalah bilanganbilangan yang letaknya di sebelah kiri bilangan Bilangan bulat digambarkan sebagai tanda panah yang pangkalnya di titik nol (0) dan arahnya ke kanan (untuk bilangan bulat positif). Sebaliknya jika bilangannya berupa bilangan bulat negatif maka akan berupa tanda panah yang pangkalnya di titik nol (0) dan arahnya ke kiri. Aturan operasi tambah dan kurang pada bilangan bulat diberikan seperti berikut. Bermula dari titik pangkal nol dan menghadap ke kanan positip maju Bilangan negatip mundur Operasi tambah terus nol diam kurang balik arah Contoh (a) + 5 = (b) ( 7) = Jawab Berangkat dari titik asal (pangkal) nol dan menghadap ke kanan (a) + 5 = dari nol menghadap ke kanan, mundur, terus, maju 5. Hasilnya.

13 mundur terus? maju Sehingga + 5 =. (b) ( 7) =, dari nol menghadap ke kanan mundur, balik arah, kemudian mundur 7. Dari nol menghadap ke kanan, kemudian mundur terus? dikurang 7 berarti balik arah, kemudian mundur

14 Ternyata hasil akhirnya 4. Jadi ( 7) = 4. C. PERKALIAN PADA BILANGAN BULAT Ada empat tipe perkalian pada bilangan bulat. Tipe perkalian yang dimaksud adalah seperti berikut. Tipe Bilangan positif negatif Perhatikan bahwa ( ) =... artinya adalah ada kumpulan yang masing-masing isinya sama dengan. Semuanya ada berapa? Perhatikan peragaannya berikut ini. Semuanya ada 6. Karena isi semuanya = 6. Maka berarti ( ) = 6. Kasimpulan pos neg = neg. Tipe Bilangan negatif positif Sebagai contoh misalnya =... artinya adalah ada negatif kumpulan yang masing-masing isinya sama dengan. Catatan Karena secara matematika banyaknya kumpulan tak pernah negatif, maka akibatnya adalah perkaliannya tak dapat diperagakan. 4

15 Tipe Bilangan negatif negatif Karena tidak dapat diperagakan maka cara lain yang diterapkan adalah gunakan pola. Berikut pola yang dimaksud. =... =... =... 0 =... =... =... =... Sebagai contoh misalnya ( ) =... artinya adalah ada negatif kumpulan yang masing-masing isinya sama dengan. Catatan Karena secara matematika banyaknya kumpulan tak pernah negatif, maka akibatnya adalah perkaliannya tak dapat diperagakan. Karena tidak dapat diperagakan, maka sejalan dengan cara di atas, cara lain yang diterapkan adalah dengan menggunakan pola. Berikut pola yang dimaksud. ( ) =... ( ) =... ( ) =... 0 ( ) =... ( ) =... ( ) =... ( ) =... D. PEMBAGIAN PADA BILANGAN BULAT = 6 = 4 = 0 = 0 = = 4 = 6 6 negpos = neg. 8 ( ) = 6 ( ) = 4 ( ) = 0 ( ) = 0 ( ) = ( ) = 4 ( ) = 6 neg neg = pos. Seperti yang pernah dikemukakan sebelumnya bahwa secara konsep bilangan pembagi adalah bilangan positip. Bagaimana pengembangannya untuk pembagi yang berupa bilangan negatip, apakah juga dapat dilakukan menggunakan pola seperti perkalian? Jawabnya adalah tidak. Sebab untuk membuat pola akan berhadapan dengan bilangan nol. Padahal pembagian dengan bilangan nol hasilnya tak ada (does not exist). Oleh karena itu akan lebih baik bila ditanyakan ke siswa apa hubungannya antara bilangan yang dibagi dengan pembagi dan hasil bagi seperti misalnya apa hubungan antara: Naik Naik Naik Naik Naik Naik Turun Turun Turun Naik Naik Naik 5

16 a. 5 dengan dan 5 pada pembagian 5 : = 5 b. dengan 4 dan pada pembagian : 4 = c. 6 dengan dan pada pembagian 6 : = - dan lain-lain. Setelah siswa menjawab dikalikan atau lebih lengkapnya bilangan yang dibagi = pembagi kali hasil bagi guru kemudian mengarahkan siswa pada bentuk umum: a : b = c bila dan hanya bila a = b c Pernyataan itu dapat pula ditulis dengan notasi lainnya seperti: a a : b = c a = b c atau c b a = b c Dari bentuk umum itu guru dapat menjelaskan kasus-kasus seperti bilangan (yang dimaksud adalah bilangan tidak nol) dibagi nol, nol dibagi bilangan, dan nol dibagi nol. Hasil yang dimaksud masing-masing adalah: bilangan () nol tak ada (does not exist) Sebab dari bentuk seperti memenuhi. 5 n 0 5 = 0 n ternyata tak ada nilai n yang () nol bilangan = nol Sebab dari bentuk seperti n adalah n = 0. 0 n 0 = 5 n maka n yang memenuhi agar 0 = 5 5 Latihan () nol = tak tentu (semua bilangan memenuhi) nol 0 Sebab dari bentuk seperti n 0 = 0 n maka berapapun nilai n yang 0 dimasukkan akan selalu memenuhi bentuk 0 = 0 n.. Uraikan jawabannya dengan kata-kata seperti maju sekian, mundur sekian, terus, balik arah, dan hasilnya berapa. a. + =, disebut lawan dari b. + =, disebut lawan dari c. 4 + ( 6) = d. 5 + ( ) = 6

17 e. 4 ( ) = f. ( 5) = g. ( 5) = h. ( 7) =. Hitunglah a. 5 ( 4) = e. 0 4 ( ) = b. 4 ( 0) = f ( 5) = c. 0 : ( 4) = g. 5 (0 5) = d. 00 : ( 4) = h =. Hitunglah a. 0 : ( ) ( 4) = b. 6 ( 4) : 40 : ( 4) = E. OPERASI HITUNG CAMPURAN Operasi hitung campuran yang dimaksud adalah operasi hitung yang melibatkan lebih dari satu macam operasi dalam suatu perhitungan. Dalam suatu soal hitungan yang menjadi prioritas untuk dihitung terlebih dahulu adalah bilangan-bilangan yang ada di dalam tanda kurung. Nah yang menjadi masalah adalah jika dalam soal operasi hitung campuran itu tidak ada tanda kurung, bagaimana aturan perhitungannya?. Untuk meng-hindari kesimpang siuran dalam penafsiran khususnya kalau dalam soal itu tidak ada tanda kurungnya, secara internasional (dibuktikan menggunakan kalkulator bertanda Scientific ) diberikan definisi (kesepakatan) sebagai berikut.. Tambah dan kurang sama kuat (mana yang lebih depan dikerjakan terlebih dahulu).. Kali dan bagi sama kuat (mana yang lebih depan dikerjakan terlebih dahulu).. Kali dan bagi lebih kuat dari tambah dan kurang. Contoh Hitunglah 48 : : 5 = Jawab Berdasarkan aturan operasi hitung campuran di atas, maka urutan pemecahannya adalah Ruas kiri = 48 : : 5 = : 5 = = 80 5 = 75. 7

18 Jawaban tersebut dapat diperiksa kebenarannya dengan kalkulator Scientific. Jika yang kita gunakan kalkulator yang bukan scientific, hasilnya adalah 07 (perhitungan yang salah). Latihan Hitunglah. 4 : + : =... Kunci: : + 5 =... Kunci: : =... Kunci: 4. 5 ( 4) : ( 45) : =... Kunci: : ( ) + 8 : ( ) =... Kunci: 9. BAB IV PEMBELAJARAN KPK DAN FPB DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL A. Pembelajaran KPK. Pendekatan kontekstual untuk KPK. (Soal tentang lampu kedip) Misalkan terdapat sebuah lampu berwarna merah dan sebuah lampu lagi berwarna kuning. Lampu merah berkedip setiap detik sedangkan lampu kuning berkedip setiap detik. Jika kedua lampu dinyalakan bersama-sama a. pada detik ke berapa saja kedua lampu berkedip secara bersamaan. b. pada detik ke berapa kedua lampu untuk pertama kalinya berkedip bersama.. Fasilitas yang perlu disiapkan guru Fasilitas yang perlu disiapkan berupa lembar kerja (LK) dalam bentuk tabel seperti berikut Lampu Berkedip pada detik ke Merah Kuning Aktifitas siswa. Bekerja kelompok mengisi LK tersebut dengan tanda-tanda centang () pada kolomkolom yang disediakan. Hasil kerja kelompok yang diharapkan adalah: Lampu Berkedip pada detik ke Merah Kuning Dari tabel dapat dilihat bahwa a. kedua lampu akan berkedip bersama-sama pada detik ke 6,, 8, dan seterusnya. 8

19 b. kedua bola lampu berkedip bersama pertama kalinya pada detik ke-6. Maka KPK dari dan hasilnya = 6. Ditulis KPK(,) = Peran guru sebagai fasilitator. Menyiapkan soal, menyiapkan LK, mengawasi kerja kelompok, memberikan klarifikasi/kejelasan tentang jawaban mana yang benar/paling benar. 5. KPK secara matematis (oleh guru). Soal: Berapakah kelipatan persekutuan dari bilangan dan? Berapakah kelipatan persekutuan yang terkecil (KPK) dari bilangan dan? Jawab: Kelipatan, 4, 6, 8, 0,, 4, 6, 8, 0,, 4, Kelipatan, 6, 9,, 5, 8,, 4, 7, Kelipatan persekutuan dari dan adalah 6,, 8, 4, Maka KPK (, ) = 6. terkecil 6. Pemberian soal-soal lain untuk KPK (oleh guru). Soal: Tentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari bilangan-bilangan berikut a. 4 dan 6 b. 0 dan 5 c. 5 dan 0 d. 5 dan 0 e. 5 dan 50 Jawaban yang diharapkan adalah: a. kelipatan persekutuan dari 4 dan 6 adalah, 4, 6, 48, sehingga KPK (4, 6) =. b. kelipatan persekutuan dari 0 dan 5 adalah 0, 60, 90, sehingga KPK (0, 5) = 0. c. kelipatan persekutuan dari 5 dan 0 adalah 60, 0, 80, sehingga KPK (5, 0) = 60. d. kelipatan persekutuan dari 5 dan 0 adalah 0, 0, 0, sehingga KPK (5, 0) = 0. e. kelipatan persekutuan dari 5 dan 50 adalah 50, 00, 50, sehingga KPK (5, 50) = Cara cepat memperoleh KPK (oleh guru). 9

20 Guru mengajak siswa mengamati uraian jawaban dari 5 soal tentang KPK pada langkah 6. Ternyata KPK = Kelipatan persekutuan yang pertama kali muncul Dengan ciri tersebut maka uraian singkat untuk mencari KPK dari bilangan adalah seperti berikut. a. KPK (4, 6) = Kelipatan 4 4, 8,, KPK (4, 6) = Kelipatan 6 6,, adalah kelipatan persekutuan yang pertama kali muncul. b. KPK (0, 5) = Kelipatan 0 0, 0, 0, Kelipatan 5 5, 0, KPK (0, 5) = 0 d. KPK (5, 0) = Kelipatan 5 5, 0, 5, Kelipatan 0 0, 0, KPK (5, 0) = 0 8. Pembinaan keterampilan/mencongak untuk KPK (oleh guru). Guru mempersiapkan soal-soal KPK dari bilangan atau bilangan yang bisa dicongak. Kerangka berpikir untuk mencongaknya seperti pada langkah 7 di atas. Soal-soal yang dimaksud misalnya tentukan KPK dari bilangan-bilangan. a. 0 dan 5 e., 4 dan 6 b. 50 dan 75 f. 6, 9 dan c. 00 dan 50 g. 5, 8 dan 0 d. 50 dan 00 h. 5, 0 dan 0 B. Pembelajaran FPB. Pendekatan kontekstual untuk FPB. (Soal tentang membagi sama banyak kepada beberapa orang). Misalkan ada jambu dan 8 rambutan. Jambu dan rambutan sebanyak itu akan dibagi rata (sama banyak) kepada beberapa orang. Pertanyaan: a. Yang memungkinkan jambu dan rambutan itu dapat dibagi sama banyak kepada berapa orang? ( orang, orang, orang, 4 orang, 5 orang, 6 orang, dan lain-lain). b. Dari hasil-hasil penyelidikan tersebut, paling banyak kepada berapa orang jambu dan rambutan itu dapat dibagi secara merata (sama banyak). 0

21 c. Adakah cara yang paling singkat untuk memperoleh jawaban yang ditanyakan pada pertanyaan b?. Fasilitas yang pelru disiapkan. Untuk siswa setiap kelompok harus menyediakan kerikil-kerikil sesuai dengan warna dan jumlah yang dimaksud, sedangkan guru mempersiapkan LK berupa isian tentang kemungkinan-kemungkinan tentang kedua kelompok kerikil itu dapat dibagi sama banyak kepada orang, orang, 4 orang, 6 orang dan 8 orang seperi berikut. orang A dan B orang A, B, dan C 4 orang jambu ramb jambu ramb jambu ramb A B Ada sisa/tidak Ada sisa/tidak 6 orang 8 orang jambu rambutan jambu rambutan A B C D E F A B C D E F G H Ada sisa/tidak Ada sisa/tidak A B C. Bentuk kegiatan. Siswa secara berkelompok mengerjakan lembar kerja, guru mengawasi kegiatan siswa dan terakhir memberikan klarifikasi tentang jawaban yang benar. Jawaban yang diharapkan. orang A dan B orang A, B, dan C 4 orang Jambu Ramb 8 Jamb Ramb 8 Jamb Ramb A B Tanpa sisa jadi habis dibagi rata pada orang A B C Tanpa sisa jadi habis dibagi rata pada orang A B C D A B C D Ada sisa/tidak Rambutan sisa jadi tak habis dibagi rata pada 4 orang 6 orang 8 orang jamb ramb jamb 8 ramb 8

22 A B C D E F Tanpa sisa jadi habis dibagi rata pada 6 orang Kesimpulan: A B C D E F G H sisa sisa 4 sisa Maksimal jambu dan rambutan 8 dapat dibagi rata (sama banyak) pada 6 orang. Maka FPB(,8) = 6. Ada sisa, jadi tidak mungkin dibagi 8 org. dibagi 8 orang Guru kemudian menanyakan, adakah cara yang lebih cepat untuk memperoleh jawaban tersebut, yakni maksimal jambu dan rambutan itu dapat dibagi rata (sama banyak) kepada 6 orang? Jawabannya: Ada (oleh guru) Yaitu FPB (, 8) = 6, barulah membahas FPB secara matematika. 4. Pembahasan FPB secara matematika. FPB (, 8) =? Jawab: Sesudah itu guru dapat memberikan soal-soal lainnya untuk dapat dikerjakan dengan cara yang sama. Siswa boleh bekerja sama dalam memecahkan masalah tersebut. Contoh: Dari data akan dipeorleh Faktor dari,,, 4, 6, Faktor dari 8,,, 6, 9, 8 Faktor persekutuan dari dan 8 ialah,,, 6 terbesar Maka FPB (, 8) = 6 Sehingga jambu dan 8 rambutan itu dapat dibagi sama banyak maksimal pada 6 orang.

23 Paling banyak (maksimal) dapat dibagi sama banyak kepada berapa orang sekumpulan benda-benda berikut. a. 0 kelereng merah dan 0 kelereng putih. b. 40 bola merah dan 60 bola putih. c. jeruk buah, duku 6 buah dan rambutan 0 buah. d. telur puyuh 40 buah, telur ayam 0 buah, telur bebek 0 buah. Jawaban akhir yang diharapkan adalah a. FPB (0, 0) = 0, maka maksimal kelereng-kelereng itu dapat dibagikan sama banyak kepada 0 orang. b. FPB (40, 60) = 0, maka maksimal bola-bola itu dapat dibagikan sama banyak kepada 0 orang. c. FPB (, 6, 0) = 40, maka maksimal jeruk, duku, dan rambutan itu dapat dibagikan sama banyak kepada 4 orang. d. FPB (40, 0, 0) = 0, maka maksimal telur-elur itu dapat dibagikan sama banyak kepada 0 orang. 5. Cara cepat menentukan FPB (oleh guru). Dari contoh-contoh yang telah dipelajari, siswa diajak mengamati hasilnya, ternyata nilai FPB yang dimaksud adalah FPB = bilangan terbesar yang dapat membagi habis bilangan-bilangan itu. Contoh: FPB (, 8) = Jawab: membagi habis (tanpa sisa) bilangan membagi habis (tanpa sisa) bilangan 8. Tetapi FPB (, 8) sebab masih ada bilangan lain yang lebih dari yang dapat membagi habis dan 8. Bilangan itu adalah 6. Maka FPB (, 8) = Pembinaan keterampilan menentukan FPB. Kaidah yang digunakan untuk membina keterampilan, yakni menentukan FPB dari bilangan atau lebih secara mencongak adalah seperti pada langkah 5. Guru kemudian memilih dan mempersiapkan bilangan-bilangan yang mudah dicongak dalam mencari FPB. Bilangan-bilangan itu misalnya: Tentukan FPB dari a. 0 dan 0 b. 0 dan 40 c. 5 dan 50 d. 50 dan 75 e. 00 dan 50 dan lain-lain.

24 Jawaban yang diharapkan secara cepat (mencongak) adalah a. FPB (0, 0) = 0 b. FPB (0, 40) = 0 c. FPB (5, 50) = 5 d. FPB (50, 75) = 5 e. FPB (00, 50) = Menentukan KPK dan FPB dengan faktorisasi prima Faktorisasi prima digunakan untuk menyelesaikan permasalahan mencari KPK dan FPB dari bilangan-bilangan yang sulit dibayangkan/diangankan. Teknik menentukan KPK dan FPB dengan faktorisasi prima dilakukan dengan (dua) cara, yaitu KPK = hasil kali faktor prima yang ada maupun tak ada pasangannya FPB = hasil kali faktor prima yang ada pasangannya KPK = hasil kali faktor prima gabungan pangkat yang terbesar FPB = hasil kali faktor prima sekutu pangkat yang terkecil Contoh Tentukan KPK dan FPB dari bilangan-bilangan 00 dan 50. Jawab. Berdasarkan fakta yang ada (konsep), maka Kelipatan KPK = 00 FPB(00,50) 0 (kurang besar) 0 (salah) sebab 0 sukses membagi 00 tetapi tidak sukses membagi 50 5 (kurang besar) 50 (tepat) Maka FPB(00,50) =50 (tepat). Dengan pemfaktoran prima yang dimaksud adalah yang ada pasangannya = 5 5 = = = yang ada/tak ada pasangannya Dengan demikian maka dari faktorisasi prima teknik, diperoleh 4

25 KPK (00,50) = hasil kali faktor prima yang ada dan yang tidak ada pasangannya = =.00 FPB (00,50) = 5 5 = 50.. Dengan faktorisasi prima teknik dapat diterapkan dengan melihat diagram Venn yang bersesuaian dengan faktorisasi prima tersebut KPK (00, 50) = hasil kali faktor prima gabungan pangkat yang terbesar. = 5 7 = = 00 FPB (00, 50) = hasil kali faktor prima sekutu pangkat yang terkecil. = 5 = 5 = 50. Teknik lain untuk menentukan KPK dan FPB dari dua bilangan atau lebih juga dapat dilakukan dalam berbagai cara (Edi Prayitno, 997) antara lain:. Bagilah semua bilangan itu dengan faktor/faktor prima persekutuannya. Setelah semua bilangan menjadi prima relatif satu sama lain (nilai FPBnya = ), bagilah hasil-hasilnya dengan faktor-faktor prima yang mungkin (untuk bilangan yang terbagi tentukan hasil baginya, sedang yang tak terbagi tetaplah ditulis apa adanya), hingga hasil bagi terakhirnya =. Contoh Tentukan KPK dan FPB dari bilangan-bilangan 00, 50, dan 400. Jawab FPB KPK Dari gambaran itu dapat disimpulkan bahwa: FPB (00, 50, 400) = 0 5 = 50 5

26 KPK (00, 50, 400) = = Terapan KPK dan FPB dalam kehidupan dan permasalahan lain yang relevan Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya dalam pendekatan kontekstual (di awal pembelajaran) lampu kedip merupakan salah satu terapan untuk KPK sedangkan pembagian rata yang dapat dilakukan secara maksimal pada sejumlah orang merupakan salah satu terapan dari FPB. Terapan lain yang sudah dikenal umum untuk KPK adalah dalam hal menyamakan penyebut pada operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Sementara terapan FPB yang umum adalah dalam menyederhanakan pecahan ke bentuk yang paling sederhana. Contoh a. Hitunglah b. Nyatakan dalam bentuk yang paling sederhana untuk pecahan. 96 Jawab a KPK penyebut = KPK (, 4, 6) =. Maka b. Dengan faktorisasi prima Sehinga Perhatikan bahwa bagian yang dicoret adalah FPB dari 7 dan 96 yakni FPB (7, 96) = = 4 6

27 Dengan begitu bila kita sudah mengetahui bahwa FPB (7, 96) = 4 maka untuk 7 7 : 4 menyederhanakan pecahannya dilakukan dengan cara : 4 4 Ada contoh terapan lainnya yang cukup menarik untuk pelajaran matematika SD adalah terapan KPK dalam perhitungan jarak, waktu, dan kecepatan. Contoh Ali bersepeda dari kota P ke kota Q dengan kecepatan rata-rata 0 km/jam berangkat pukul Satu setengah jam kemudian Budi menyusul Ali menggunakan sepeda motor dengan kecepatan 0 km/jam. Pada km berapa dan pada pukul berapa Budi menyusul Ali? Jawab Selisih waktu perjalanan antara Ali dan Budi = jam. Selisih waktu itulah yang nantinya akan dipakai sebagai dasar perhitungan KPK. Perhatikan bahwa: Ali jam menempuh jarak 0 km jam = 0 km = 0 km. Budi jam menempuh jarak 0 km jam = 0 km = 45 km. Diagram jarak, waktu, dan kecepatan yang digambarkan di atas ternyata cukup dapat memberikan kejelasan bahwa a) Budi menyusul Ali tepatnya pada km 90 = KPK (0, 45) b) Waktu Budi menyusul Ali adalah Untuk Ali waktu dihitung dari pukul 07.00, yakni pukul jam = jam =.0 Untuk Budi waktu dihitung dari pukul 08.0, yakni pukul jam = jam =.0 Contoh Ali 08.0 Budi jam km jam jam jam jam 7

28 Ali bersepeda motor berangkat dari kota P pukul menuju kota Q yang berjarak 50 km dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam. Pada saat yang bersamaan Budi berangkat dari kota Q menuju kota P dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam. Pertanyaan a. Pada km berapa dan pada pukul berapa Ali dan Budi berpapasan di jalan? b. Jika waktu berangkatnya tidak bersamaan, yaitu Ali berangkat pukul sementara Budi berangkatnya pukul Pada km berapa dan pukul berapa Ali dan Budi berpapasan di jalan? Jawab P 00 km 50 km jm 50 km jm Q km/jam 60 km/jam Ali Budi a. Ali jam menempuh jarak 40 km (dari kiri) Budi jam menempuh jarak 60 km (dari kanan) Ali dan Budi jam menempuh jarak 00 km. Karena jarak yang harus mereka tempuh berdua = 50 km maka waktu tempuhnya = 50 jam = jam. Itu berarti Ali dan Budi berpapasan di jalan setelah keduanya 00 melakukan perjalanan selama jam yakni pukul jam = Tempat keduanya berpapasan adalah km Ali = 40 jam = 00 km (dari kiri/dari kota P) jam b. km Budi = 60 jam = 50 km (dari kanan/dari kota Q) jam Total = 50 km + P 60 km R 90 km Q km/j 40 km/j 60 km/j 08.0 Ali Budi

29 Karena waktu berangkatnya tidak sama maka perhitungannya dimulai dari saat keduanya mulai berjalan, berarti pukul 08.0 yaitu jam dari Ali mulai bergerak barulah Budi mulai bergerak. Dari pukul 08.0 km Ali telah menempuh jarak 40 jam = 60 km (tiba di R). Kini jarak yang jam harus ditempuh keduanya = 50 km 60 km = 90 km. Karena jam Ali dan Budi menempuh total jarak 00 km maka waktu pertemuannya 90 dicapai saat keduanya menempuh perjalanan selama jam =,9 jam = jam menit. Waktu keduanya berpapasan adalah Ali = pukul jam + jam 54 menit = jam 0 menit + jam 54 menit = 0.4 Budi = jam 54 menit = 0.4 Jarak keduanya berpapasan adalah km 9 Ali = 60 km + 40 jam = ( ) km = 6 km jam 0 Budi km 9 = 60 jam = ( ) km = 4 km jam 0 Total = 50 km + Latihan. Tentukan FPB dan KPK dari bilangan-bilangan berikut a. 9 dan b. 8 dan 0 c. 8 dan 6 d. dan 6 e. 0 dan 4 f. 0 dan 0 g. 0 dan 5 h. 40 dan 60 i. 50 dan 60 j. 80 dan 0 k. 4, 6, dan 9 l. 8,0, dan m. 40,50, dan 60 n. 00,400, dan 600 o. 50,00, dan Ali berkunjung ke bank sekali dalam 0 hari, Budi sekali dalam 5 hari. Jika sekarang ia bertemu di bank itu, dalam berapa hari lagi mereka akan saling bertemu?. Ali bersepeda dari kota A ke kota B dengan kecepatan 0 km/jam, berangkat pukul satu setengah jam kemudian Budi menyusul berangkat dari tempat yang sama (kota A) dengan kecepatan 0 km/jam. Pada km berapa dan pukul berapa Budi menyusul Ali? (Kunci: km 90 pukul.0) 9

30 4. Dodi bersepeda motor dari kota A ke kota B yang berjarak 5 km dengan kecepatan 0 km/jam berangkat pukul Pada saat yang bersamaan Eka berangkat dari kota B ke kota A denagn kecepatan 0 km/jam. Pada km berapa dari kota A dan pada pukul berapa keduanya berpapasan di jalan? (Kunci: km 50 pukul 09.0) 5. Jika untuk soal nomor (jarak kota A ke kota B adalah 5 km) Eka berangkat dari kota B menuju kota A pukul dengan kecepatan rata-rata 0 km/jam. Sementara Dodi berangkatnya dari kota A menuju kota B pada pukul Pada km berapa dari kota A dan pada pukul berapa Dodi dan Eka berpapasan di jalan? (Kunci: km pukul 09.06) 0

31 BAB V ANGKA ROMAWI A. PENGETAHUAN TENTANG ANGKA ROMAWI. Angka Dasar Angka Romawi I V X L C D M Angka Desimal Angka Kelipatan dari.000 (seribu) Angka Romawi V X L C D M Angka Desimal Ketentuan Menulis Suatu Bilangan dengan Angka Romawi () Penulisan angka dasar secara berturut-turut hanya untuk bilangan-bilangan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dst. Contoh: II = ; CC = 00; XX = 0 () Penulisan angka secara berturut-turut pada ketentuan () hanya dibolehkan paling banyak tiga kali Contoh: III = (benar) IIII = 4 (salah) CCC = 00 (benar) VV = 0 salah, sebab angka dasar yang digunakan bukan salah satu dari ketentuan (). () Sebuah angka dasar pada ketentuan () menyatakan pengurang angka yang lebih besar, jika letaknya di kiri angka yang lebih besar itu. Pengurang adalah angka-angka pada ketentuan () dan letaknya paling jauh tingkat dari angka yang dikurangi Contoh: IX = 0 = 9 (benar) IL = 50 = 49 (salah), sebab L (angka lima puluh Romawi) terletak tiga tingkat di atas I (angka satu) XL = 50 0 = 40 (benar) VL = 50 5 = 45 (salah), sebab V (angka lima Romawi) di luar ketentuan () (4) Penulisan angka pada ketentuan () menyatakan penambah angka dasar yang lebih besar, jika letaknya di kanan angka dasar yang lebih besar itu. Contoh: VII = = 7 (benar) LXXX = = 80 (benar) CII = = 0 (benar)

32 4. Contoh-contoh pemakaian Contoh : Tulis dalam bentuk desimal CLXII Jawab : CLXII = = 6 Contoh : Tulis dalam bentuk desimal DCXLVI Jawab : DCXLVI = (50 0) = 646 Contoh : Tulis angka 89 dalam bentuk angka Romawi Jawab : 89 = = = (0 ) = CCLXXXIX B. PENGAJARAN BILANGAN DENGAN ANGKA ROMAWI (Matematika Kls4) Pengajaran tentang bilangan Romawi di SD mulai dikenalkan di kelas IV Cawu. Dapat Anda temukan pada Matematika 4 untuk SD hal. 48 s.d. 50. Penjelasan selengkapnya adalah sebagai berikut: Bilangan Romawi () sampai dengan 50 (L) Lambang dasar bilangan Romawi sampai dengan 50 adalah: I melambangkan bilangan satu V melambangkan bilangan lima X melambangkan bilangan sepuluh L melambangkan bilangan limapuluh Lambang bilangan yang lain merupakan gabungan dari lambang dasar yang ditulis secara berdampingan. Bila sebuah bilangan ditulis dengan dua angka, sedangkan angka yang sebelah kanan menyatakan bilangan yang kurang dari bilangan di sebelah kirinya, maka susunan itu menyatakan penjumlahan. Misalnya VI melambangkan bilangan enam, yaitu lima tambah satu. Bila angka yang sebelah kiri menyatakan bilangan yang kurang dari bilangan yang di sebelah kanannya, maka susunannya itu menyatakan pengurangan. Misalnya IV melambangkan bilangan empat yaitu lima kurang satu. Pada prinsip pengurangan ini, I hanya dapat digunakan untuk mengurangi V dan X saja. IV melambangkan bilangan 4 yaitu 5 IX melambangkan bilangan 9 yaitu 0 X hanya dapat digunakan untuk mengurangi L XL melambangkan bilangan 40 yaitu 50 0 Berdasarkan aturan di atas maka 49 tidak boleh ditulis dengan lambang IL yaitu 50. Cara yang benar adalah: 49 = = (50 0) + (0 ) Jadi lambang Romawi dari 49 adalah XLIX

33 Ingat a) 0 tidak boleh ditulis dengan lambang VV (atau 5 + 5) 0 harus ditulis dengan lambang X b) 7 tidak boleh ditulis dengan lambang IIIX (atau 0 ) 7 harus ditulis dengan lambang VII (atau 5 + ) c) 8 tidak boleh ditulis dengan lambang IIX (atau 0 ) 8 harus ditulis dengan lambang VIII (atau 5 + ) Latihan 4. Ubahlah angka desimal berikut ini kedalam bentuk angka Romawi a. 8 d. 995 b. 95 e. 946 c. 978 f Ubahlah lambang bilangan desimal berikut menjadi lambang bilangan Romawi. Contoh: 46 = XLVI a) 4 = d) 44 = b) 6 = e) 8 = c) 9 = f) 47 =. Ubahlah lambang bilangan Romawi di bawah ini dengan lambang desimal. Contoh: XXVI = 6 a) XIX = e) XLII = b) XXI = f) XLIV = c) XXXIII = g) XXVI = d) XXXIV = h) XVII = 4. Ubahlah angka Romawi berikut ini ke dalam bentuk angka desimal a. CXVII d. MCMLXVI b. MDCCXII e. X DCLXXIX c. V MMDCII f. D MDCIX Kunci:. a. XXXVIII b. XCV c. MCMLXXVIII d. MCMXCV e. M X CDLIII f. X V DCC XLVIII 4. a.7 b. 7 c. 760 d. 966 e. 679 f

34 BAB VI BILANGAN PERSEGI, BILANGAN KUBIK, MENARIK AKAR A. BILANGAN KUADRAT/PERSEGI (SQUARE NUMBER) Sebagai pendekatan kontekstual, pertama perhatikan pola pada 4 persegi berikut,,, A... I II III IV Gambar Perhatikan bahwa panjang sisi dan luas dari masing-masing persegi itu adalah: Gambar I : Panjang sisi =, Luas persegi I = Gambar II : Panjang sisi =, Luas persegi II = 4 Gambar III : Panjang sisi =, Luas persegi III = 9 Gambar IV : Panjang sisi = 4, Luas persegi IV = 6. Selanjutnya bilangan-bilangan, 4, 9, 6,... dan seterusnya masing-masing disebut bilangan persegi. Amati bahwa hubungan antara pola persegi dengan luas persegi itu (banyaknya persegi satuan penyusunnya) adalah seperti berikut. Pola,,,,... Luas, 4, 9, 6,... Gambar. Bila bilangan-bilangan persegi tersebut dilanjutkan, akan didapatkan pola seperti, 4, 9, 6, 5, 6, 49, 64, 8, 00,... Pola itu dikenal sebagai pola bilangan persegi, dan bilangan yang tertulis disebut 0 bilangan persegi yang pertama. 4

35 Nah sekarang bagaimana kita dapat menentukan bilangan persegi berikutnya atau bagaimana kita dapat menentukan bilangan-bilangan persegi yang lain? Jawabannya adalah pola dari, 4, 9, 6, 5, 6, 49, 64, 8, 00,... sama dengan,,, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0,... Sehingga bilangan persegi (square number) juga disebut sebagai bilangan kuadrat yakni bilangan yang diperoleh dengan menguadratkan suatu bilangan asli. B. BILANGAN KUBIK (CUBE NUMBER) Sebagai ilustrasi, perhatikan pola dari 4 kubus dengan 4 macam ukuran seperti berikut.,,,,... I, II, III, IV,... Gambar Jika disediakan sejumlah kubus satuan, maka untuk membentuk kubus yang panjang rusuknnya satuan, satuan, satuan, 4 satuan, dan seterusnya masing-masing akan diperlukan sebanyak, 8, 7, dan 64 kubus satuan. Sehingga hubungan antara panjang rusuk dan volum dari masing-masing kubus itu adalah: Gambar I : Panjang rusuk = satuan, Volum kubus I = satuan Gambar II : Panjang rusuk = satuan, Volum kubus II = 8 satuan Gambar III : Panjang rusuk = satuan, Volum kubus III = 7 satuan Gambar IV : Panjang rusuk = 4 satuan, Volum kubus IV = 64 satuan. Selanjutnya, 8, 7, 64,... dan seterusnya masing-masing disebut bilangan kubik. Dengan begitu bilangan kubik bersesuaian dengan volume kubus yang satuan ukuran panjang rusuknya bulat. Hubungan antara pola kubus dan volum kubus yang ditunjukkannya adalah sebagai berikut: 5

36 4 9 6, Pola,,,,... Volum, 8, 7, 64,... Gambar Bila bilangan-bilangan kubik tersebut dilanjutkan, akan didapatkan pola seperti, 8, 7, 64, 5, 6, 4, 5, 79, 000,... Kesepuluh bilangan yang tertulis di atas disebut 0 bilangan kubik yang pertama. Nah sekarang bagaimana kita dapat menentukan bilangan kubik berikutnya atau bagaimana kita dapat menentukan bilangan-bilangan kubik lainnya? Jawabannya adalah pola dari, 8, 7, 64, 5, 6, 4, 5, 79, 000,... sama dengan,,, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0,... sehingga bilangan kubik (cube number) juga disebut sebagai bilangan berpangkat tiga yaitu bilangan yang diperoleh dengan memangkatkan tiga suatu bilangan asli. C. TEKNIK MENGUADRATKAN DAN MENARIK AKAR. Teknik Menguadratkan Dilanjutkan Menarik Akar Kuadrat Teknik menguadrtkan telah dibahas di bagian depan, teknik menarik akar (akar kuadrat) pertama kali ditemukan oleh Calandra (seorang matematikawan India) pada tahun 49. Untuk menarik akar (akar kuadrat ) digunakan teknik seperti berikut. 6

37 Teknik menarik akar pisahkan angka-angka dari bilangan yang ditarik akarnya dua angka-dua angka dari belakang kerjakan mulai dari angka terdepan (setelah ada pemisahan) nyatakan angka terdepan itu sebagai perkalian dua bilangan yang sama besar, hasil kali bilangan yang sama itu tidak boleh melebihi bilangan yang dimaksud, sama adalah yang paling diharapkan cari sisa dari bilangan pertama dikurangi dengan hasil kali dua bilangan sama yang dikalikan itu, kemudian turunkan sekaligus dua angka yang ada di belakang angka pertama yang diproses untuk dijadikan sebagai angka kedua yang akan diproses jumlahkan dua angka sama besar itu untuk disambungkan dengan suatu bilangan angka yang bila dikalikan dengan bilangan angka yang dimaksud, hasilnya tidak melebihi bilangan pada angka kedua yang diproses cari sisa dari bilangan pada angka kedua yang diproses dikurangi dengan hasil kali yang dimaksud di atas Contoh Teknik menarik akar 06 = = = = () = = = = 4 6 Sisa terahir = 0 0 Maka: = 06 7

38 Contoh 45 = Teknik menarik akar = = = ( = = = Sisa terakhir = = Maka: = 45 Agar anda lebih tertantang cobalah untuk membuat soal sendiri misal 45 =, carilah hasilnya dengan teknik seperti yang telah dicontohkan di atas kemudian gunakan teknik penarikan akar yang dimaksud.. Teknik Menarik Akar Pangkat Tiga Bilangan Kubik Berbeda dengan penarikan akar kuadrat, penarikan akar pangkat tiga tidak memiliki teknik yang bersifat umum seperti halnya penarikan akar pangkat dua (akar kuadrat). Sudah banyak matematikawan yang berusaha ke arah itu diantaranya adalah matematikawan Italia Gerolamo Cardano (50 576) di tahun 55. Namun hingga kini belum ditemukan teknik yang berlaku secara umum. Ada suatu teknik menarik akar pangkat tiga dan teknik itu hanya berlaku efektif untuk penarikan akar pangkat tiga bilangan kubik hingga Teknik yang dilakukan menggunakan daftar seperti berikut. 8

39 Bilangan Kubik Dasar Bilangan Kubik Ribuan Contoh penggunaan tabel Tentukan akar pangkat tiga dari bilangan kubik 0.8, yakni tentukan 0. 8 = Jawab Letak bilangan kubik 0.8 adalah < 0.8 < 5.000, maka 40 < 0. 8 < 50 atau 0. 8 = empat puluh sekian = 4 Langkah-langkah penyelidikan lebih lanjut adalah Lihat angka terakhir dari bilangan kubik itu Angka terakhir dari 0.8 adalah Lihat bilangan kubik dasar yang angka terakhirnya sama dengan itu Bilangan kubik dasar yang angka terakhirnya adalah 4 Lihat akar pangkat tiga dari bilangan kubik dasar yang dimaksud Berdasar tabel, diperoleh 4 = 7. Maka satuannya = 7. Sehingga di-simpulkan bahwa 0. 8 = 4 7 = 47. Latihan 5. Hitunglah penguadratan berikut secara mencongak dengan cara seperti di atas. Setelah hasil penguadratan diperoleh tarik akarnya dan periksa hasilnya. a. 4 =... b. = c. 46 = d. 07 = e. 45 =. Tentukan luas masing-masing persegi yang panjang sisinya diketahui seperti berikut 9

40 a. b. c. d. 4 cm 5 cm 55 m 94 m. Tentukan panjang sisi masing-masing persegi yang luasnya diketahui seperti berikut: a. b. c. d. 69 cm 784 cm 8.5 cm 99.5 cm 4. Tentukan volume kubus yang panjang rusuk-rusuknya adalah a. 4 cm b. 5 cm c. 45 dm d. 75 dm e. 8 satuan f. 8 satuan g. 5 satuan h. 65 satuan. 5. Hitunglah akar pangkat tiga dari bilangan-bilangan kubik a b..84 c..768 d e f g h Tentukan panjang rusuk kubus yang volumenya a cm b cm c cm d cm. 7. Dengan menggunakan cara menguadratkan seperti yang telah dicontohkan sebelumnya, cobalah untuk menguadratkan bilangan-bilangan berikut kemudian tariklah akarnya a. 9 b. 6 c. 48 d. 57 e. 65 f. 75 g. 85 h. 88 i.96 j. 08 k. 5 l Dengan menggunakan sifat a = (a + b)(a b) + b, sifat a = a a, dan perkalian menggunakan batang Napier, tentukan (coba tanpa kalkulator) pangkat tiga dari a. 6 b. 5 c. 6 d. 49 e. 64 f. 8 Setelah hasil ditemukan cobalah tarik akar pangkat tiga dari bilangan-bilangan yang Anda hasilkan itu. 9. Tanpa menggunakan kalkulator hitunglah akar pangkat tiga dari masing-masing bilangan kubik berikut. a. 97 e i b. 744 f j c. 49 g k d. 96 h l

41 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Bilangan asli, cacah, dan bulat yang kita kenal sebagai bilangan ACB pada matematika Sekolah Dasar meliputi konsep bilangan dihubungkan dengan banyaknya banyaknya satuan (unit) benda dalam suatu kumpulan, operasi penjumlahan, pengu-rangan, perkalian, dan pembagian termasuk penjumlahan, pengu-rangan, perkalian, dan pembagian pada bilangan bulat. Suatu lingkup bahasan yang cukup luas untuk dibahas dalam diklat guru Sekolah Dasar. Namun semuanya ternyata dapat dilalui secara menarik dan menyenangkan. Resep apa sebenarnya sehingga membuat matematika yang dibahas pada kegiatan diklat dapat menarik dan menyenangkan? Jawabnya tidak lain adalah karena sajian materinya diawali secara kontekstual (berangkat dari konteks kehidupan siswa sehari-hari) dan mengikuti teori Bruner, yakni pembelajaran berangkat dari kongkrit, ditindaklanjuti dengan gambar-gambar (semi kongkrit), dan barulah dia-khiri dengan lambang yang sifatnya abstrak. Menurut Bruner, jika pembelajaran berjalan seperti itu, maka siswa akan dapat mengembangkan pengetahuannya jauh lebih luas dari apa yang pernah mereka terima dari gurunya. Apabila itu semua dialami oleh peserta diklat (guru), mengapa siswa tidak mengalaminya?. Semuanya tentu tergantung kepada komitmen (niat baik) dan realisasi (pelaksanaan riil/ sesungguhnya) saat kembali ke tempat tugas masing-masing. B. SARAN Bagi para alumni diklat yang berkomitmen untuk merealisasikan komitmennya pada anak didik agar mereka menjadi senang dengan pelajaran matematika diberikan saran-saran sebagai berikut.. Laporkan kepada atasan langsung tentang pengalaman apa saja yang menarik selama menerima sajian akademik dalam kegiatan pelatihan. Pikirkan perangkat kerja apa saja yang mendesak untuk dibuat dan segera diterapkan/diimplementasikan di lapangan, jika sebagai guru pertama adalah yang untuk diterapkan di kelas yang diampunya, kemudian kepada sesama guru di sekolahnya, kemudian lagi pada kegiatan KKG dan terakhir barulah cita-cita ke lingkup yang lebih luas. Ciptakan segera perangkat tersebut dengan niat baik, tulus, dan iklas demi anak bangsa di masa depan 4. Diskusikan rencana tindak lanjut Anda pasca pelatihan kepada kepala sekolah dan kepada pengawas 5. Bersemboyanlah Apa yang terbaik yang saya miliki dan dapat saya perbuat untuk kemajuan bangsa ini sebagai andil dalam rangka mencerdaskan bangsa. Tuhan maha mengetahui dan pasti akan memberikan ganjaran yang patut disyukuri berupa sesuatu yang tak terduga di masa depan. Amin. 4

42 DAFTAR PUSTAKA Burton, David M. (980). Elementary Number Theory. Boston : Allyn and Bacon, Inc. Depdiknas. (00). Kurikulum 004 (Standar Kompetensi Mata pelajaran Matematika SD/MI). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional (006). Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Estiningsih, Elly. (994). KBM Matematika di Sekolah Dasar (Makalah Penataran). Yogyakarta: PPPG Matematika. Edi Prayitno. (997). KPK dan FPB (Paket Pembinaan Penataran). Yogyakarta : PPPG Matematika. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Niven, Ivan Zuckerman, Hurbert S. (978). An Introduction to the Theory of Numbers (Third Edition). New York : John Wiley & Sons, Inc. Sukardjono. (996). Berhitung Cepat di SD (Paket Pembinaan Penataran). Yogyakarta : PPPG Matematika. Wirasto. (99). Matematika Untuk Orang Tua Murid Dan Guru (Jilid I). Jakarta : PT. Indira. 4

Bab I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Bab I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG A LATAR BELAKANG Bab I PENDAHULUAN Pecahan merupakan bagian matematika yang erat kaitannya dengan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari Sama halnya dengan bilangan asli, cacah, dan bulat, pecahan

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP DAFTAR PUSTAKA Kunci Jawaban Soal-soal Latihan... 48

BAB VIII PENUTUP DAFTAR PUSTAKA Kunci Jawaban Soal-soal Latihan... 48 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Kompetensi/sub kompetensi... iii Peta Bahan Ajar... iv BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Tujuan... C. Sasaran... D. Ruang Lingkup... BAB

Lebih terperinci

PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diklat instruktur/pengembang matematika SD tingkat lanjut adalah diklat yang dirancang untuk para guru Sekolah Dasar peserta diklat tingkat dasar yang dipandang memiliki

Lebih terperinci

BILANGAN ASLI, CACAH DAN BULAT

BILANGAN ASLI, CACAH DAN BULAT BILANGAN ASLI, CACAH DAN BULAT Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 9 Agustus 004 di PPPG Matematika Oleh: Drs. Marsudi Raharjo, M. Sc. Ed. Widyaiswara

Lebih terperinci

BAB I PERBANDINGAN. 5 bln. 8 bln

BAB I PERBANDINGAN. 5 bln. 8 bln A. Pengertian BAB I PERBANDINGAN Perbandingan adalah istilah matematika untuk membandingkan dua obyek atau lebih. Sebagai contoh misalnya Ali berumur 12 tahun 5 bulan dan Budi 12 tahun 8 bulan. Pertanyaan

Lebih terperinci

Sumber: Kamus Visual, 2004

Sumber: Kamus Visual, 2004 1 BILANGAN BULAT Pernahkah kalian memerhatikan termometer? Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu suatu zat. Pada pengukuran menggunakan termometer, untuk menyatakan suhu di bawah 0

Lebih terperinci

Bab 1. Bilangan Bulat

Bab 1. Bilangan Bulat Bilangan Bulat Bab 1 Sebuah kotak kue berbentuk kubus. Jika volumenya 729 cm, berapa sentimeter panjang rusuk kotak kue tersebut? Agar kamu dapat menjawabnya, kamu harus mengetahui nilai akar pangkat tiga

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 06 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB I BILANGAN Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra. Nurfaizah, M.Hum. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Widya

Lebih terperinci

Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam Pemecahan Masalah

Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam Pemecahan Masalah Bab 1 Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam Pemecahan Masalah Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, diharapkan siswa dapat: 1. menguasai sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat,. menjumlahkan

Lebih terperinci

Identitas, bilangan identitas : adalah bilangan 0 pada penjumlahan dan 1 pada perkalian.

Identitas, bilangan identitas : adalah bilangan 0 pada penjumlahan dan 1 pada perkalian. Glosarium A Akar pangkat dua : akar pangkat dua suatu bilangan adalah mencari bilangan dari bilangan itu, dan jika bilangan pokok itu dipangkatkan dua akan sama dengan bilangan semula; akar kuadrat. Asosiatif

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6 Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA SD Kelas 4, 5, 6 1 Matematika A. Operasi Hitung Bilangan... 3 B. Bilangan Ribuan... 5 C. Perkalian dan Pembagian Bilangan... 6 D. Kelipatan dan Faktor

Lebih terperinci

Bab 5 Pecahan. Penghasilan Pak Rusdi selama 1 bulan sebesar Rp ,00. bagian dari penghasilannya digunakan untuk biaya pendidikan putraputrinya,

Bab 5 Pecahan. Penghasilan Pak Rusdi selama 1 bulan sebesar Rp ,00. bagian dari penghasilannya digunakan untuk biaya pendidikan putraputrinya, Bab Pecahan? Lain-lain Pendidikan Sehari-hari Transportasi Penghasilan Pak Rusdi selama bulan sebesar Rp.000.000,00. bagian dari penghasilannya digunakan untuk biaya pendidikan putraputrinya, bagian untuk

Lebih terperinci

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan 08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

Pembahasan Latihan Soal US SD/MI. Matematika. Latihan Soal Mata Pelajaran. Matematika. Oleh Team Uasbn.com

Pembahasan Latihan Soal US SD/MI. Matematika. Latihan Soal Mata Pelajaran. Matematika. Oleh Team Uasbn.com Latihan Soal US SD/MI Matematika Latihan Soal Mata Pelajaran Matematika Oleh Team Uasbn.com 2 Soal Disusun oleh : Team uasbn.com. Jawaban: D Operasi pembagian dikerjakan terlebih dahulu karena satu tingkat

Lebih terperinci

1. Nilai Tempat Bilangan 10.000 s.d. 100.000 Lambang bilangan Hindu-Arab yang setiap kali kita gunakan menggunakan sistem desimal dengan nilai

1. Nilai Tempat Bilangan 10.000 s.d. 100.000 Lambang bilangan Hindu-Arab yang setiap kali kita gunakan menggunakan sistem desimal dengan nilai 1. Nilai Tempat Bilangan 10.000 s.d. 100.000 Lambang bilangan Hindu-Arab yang setiap kali kita gunakan menggunakan sistem desimal dengan nilai tempat. Menggunakan sistem desimal (dari kata decem, bahasa

Lebih terperinci

BAB ANGAN. Tujuan Pembelajaran. Pernahkan kamu bermain ular tangga? Ada angka 1, 2, 3 dan seterusnya. Termasuk bilangan apa angka di ular tangga?

BAB ANGAN. Tujuan Pembelajaran. Pernahkan kamu bermain ular tangga? Ada angka 1, 2, 3 dan seterusnya. Termasuk bilangan apa angka di ular tangga? BILANG ANGAN AN BUL ULAT BAB 1 Tujuan Pembelajaran Setelah belajar bab ini, kamu dapat: 1. Menggunakan sifat komutatif, asosiatif, dan distributif untuk melaksanakan operasi hitung bilangan bulat. 2. Membulatkan

Lebih terperinci

a. Bilangan bulat nol negatif tambah b.operasi kurang

a. Bilangan bulat nol negatif tambah b.operasi kurang Kegiatan Belajar 1: Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dan Pecahan. A. Operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan pendekatan pola bilangan. 1. Pertama, operasi penjumlahan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SOAL UASBN MATEMATIKA SD/MI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 KODE P2 UTAMA

PENYELESAIAN SOAL UASBN MATEMATIKA SD/MI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 KODE P2 UTAMA PENYELESAIAN SOAL UASBN MATEMATIKA SD/MI TAHUN PELAJARAN 009/00 KODE P UTAMA. Hasil 86 4 : 6 adalah A. 558 B. 568 C. 744 D. 764 86 4 86 4 : 6 = = 744 (C) 6 aturan operasi hitung campuran. tambah dan kurang

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran Sumber: Dokumen Penerbit

Tujuan Pembelajaran Sumber: Dokumen Penerbit 1 Tujuan Pembelajaran Setelah belajar bab ini, siswa dapat: Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan. Menggunakan operasi hitung campuran. Menentukan FPB dan KPK pada dua bilangan. Menentukan FPB

Lebih terperinci

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

MATEMATIKA KONSEP DAN APLIKASINYA Untuk SMP/MTs Kelas VII

MATEMATIKA KONSEP DAN APLIKASINYA Untuk SMP/MTs Kelas VII MATEMATIKA KONSEP DAN APLIKASINYA Untuk SMP/MTs Kelas VII Pengetik : Siti Nuraeni (110070009) Dewi Komalasari (110070279) Nurhasanah (110070074) Editor : Dewi Komalasari Abdul Rochmat (110070117) Tim Kreatif

Lebih terperinci

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat A Akar kuadrat GLOSSARIUM Akar kuadrat adalah salah satu dari dua faktor yang sama dari suatu bilangan. Contoh: 9 = 3 karena 3 2 = 9 Anggota Himpunan Suatu objek dalam suatu himpunan B Belahketupat Bentuk

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN AKHIR SEKOLAH

LATIHAN UJIAN AKHIR SEKOLAH LATIHAN UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL MATEMATIKA WAKTU : 0 menit DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PETUNJUK UMUM 1. Periksa dan bacalah soal-soal sebelum menjawab.. Jawaban dikerjakan pada lembar

Lebih terperinci

1. Variabel, Konstanta, dan Faktor Variabel Konstanta Faktor

1. Variabel, Konstanta, dan Faktor Variabel Konstanta Faktor ALJABAR BENTUK ALJABAR adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat huruf-huruf untuk mewakili bilangan yang belum diketahui Bentuk aljabar dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah

Lebih terperinci

Bahan Ajar untuk Guru Kelas 6 Oleh Sufyani P

Bahan Ajar untuk Guru Kelas 6 Oleh Sufyani P Bahan Ajar untuk Guru Kelas 6 Oleh Sufyani P Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : Bilangan Bulat : A. Sifat-Sifat Operasi Hitung B. FPB dan KPK 1. Menentukan FPB 2. Menentukan

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN. Skema Bilangan. I. Pengertian. Bilangan Kompleks. Bilangan Genap Bilangan Ganjil Bilangan Prima Bilangan Komposit

BAB I BILANGAN. Skema Bilangan. I. Pengertian. Bilangan Kompleks. Bilangan Genap Bilangan Ganjil Bilangan Prima Bilangan Komposit BAB I BILANGAN Skema Bilangan Bilangan Kompleks Bilangan Real Bilangan Imajiner Bilangan Rasional Bilangan Irasional Bilangan Bulat Bilangan Pecahan Bilangan Cacah Bilangan Bulat Negatif Bilangan Asli

Lebih terperinci

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) 41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

KAPITA SELEKTA PEMBELAJARAN BILANGAN DI KELAS VII DAN IX SMP

KAPITA SELEKTA PEMBELAJARAN BILANGAN DI KELAS VII DAN IX SMP Modul Matematika SMP Program BERMUTU KAPITA SELEKTA PEMBELAJARAN BILANGAN DI KELAS VII DAN IX SMP Penulis: Adi Wijaya Wiworo Penilai: Moch Chotim Muh. Isnaeni Editor: Agus Dwi Wibawa Lay out: Victor Deddy

Lebih terperinci

Gambar-15b: Modifikasi Dua Bungkusan Roti Wafer. Pengerjaan gambar menentukan di bawah ini! banyak piring yang tersisa dapat diilustrasikan pada

Gambar-15b: Modifikasi Dua Bungkusan Roti Wafer. Pengerjaan gambar menentukan di bawah ini! banyak piring yang tersisa dapat diilustrasikan pada 5 (10 + 6) Gambar-15b: Modifikasi Dua Bungkusan Roti Wafer Banyak roti Wafer pada Gambar-15a sama dengan banyak roti Wafer pada Gambar-15b sehingga dapat ditulis 4 ( 15 + 8) = (4 15) + (4 8). Pengerjaan

Lebih terperinci

BILANGAN CACAH. b. Langkah 1: Jumlahkan angka satuan (4 + 1 = 5). tulis 5. Langkah 2: Jumlahkan angka puluhan (3 + 5 = 8), tulis 8.

BILANGAN CACAH. b. Langkah 1: Jumlahkan angka satuan (4 + 1 = 5). tulis 5. Langkah 2: Jumlahkan angka puluhan (3 + 5 = 8), tulis 8. BILANGAN CACAH a. Pengertian Bilangan Cacah Bilangan cacah terdiri dari semua bilangan asli (bilangan bulat positif) dan unsur (elemen) nol yang diberi lambang 0, yaitu 0, 1, 2, 3, Bilangan cacah disajikan

Lebih terperinci

SILABUS. Standar Kompetensi : 1. Melakukan pengerjaan hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah. 1.2 Menggunakan. pengerjaan hitung bilangan

SILABUS. Standar Kompetensi : 1. Melakukan pengerjaan hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah. 1.2 Menggunakan. pengerjaan hitung bilangan 1 SILABUS Standar Kompetensi : 1. Melakukan pengerjaan bilangan bulat dalam pemecahan masalah. Kegiatan Indikator Dasar 1.1Melakukan Pengerjaan pengerjaan bilangan bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifatnya,

Lebih terperinci

Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang Hak Cipta Buku ini dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional dari Penerbit CV. Usaha

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SOAL UASBN MATEMATIKA SD/MI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 KODE P1 UTAMA. Jawaban: = = 68.

PENYELESAIAN SOAL UASBN MATEMATIKA SD/MI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 KODE P1 UTAMA. Jawaban: = = 68. PENYELESAIAN SOAL UASBN MATEMATIKA SD/MI TAHUN PELAJARAN 009/010 KODE P1 UTAMA 1. Hasil 39.788 + 56.895 7.798 adalah A. 68.875 B. 68.885 C. 68.975 D. 69.885 39.788 + 56.895 7.798 = 96.683 7.798 = 68.885

Lebih terperinci

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN A. Bilangan Bulat I. Pengertian Bilangan bulat terdiri atas bilangan bulat positif atau bilangan asli, bilangan nol dan bilangan bulat negatif. Bilangan bulat

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN

PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN H. Sufyani Prabawanto, M. Ed. Bahan Belajar Mandiri 7 PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN Pendahuluan Bahan belajar mandiri ini menyajikan pembelajaran bilangan pecahan yang dibagi menjadi dua kegiatan belajar,

Lebih terperinci

BILANGAN. Kita bisa menggunakan garis bilangan di bawah ini untuk memaknai penjumlahan 3 ditambah 4.

BILANGAN. Kita bisa menggunakan garis bilangan di bawah ini untuk memaknai penjumlahan 3 ditambah 4. BILANGAN A. BILANGAN BULAT Himpunan bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang terdiri dari himpunan bilangan positif (bilangan asli), bilangan nol, dan bilangan bulat negatif. Himpunan bilangan bulat

Lebih terperinci

1. Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri dari bilangan :

1. Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri dari bilangan : BAB I BILANGAN. Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri dari bilangan : Bulat positif (,,, 4, 5, ) Nol : 0 Bulat Negatif (,-5,-4,-,-,-) Himpunan Bilangan bulat A = {, -4,

Lebih terperinci

2 PECAHAN. Kata-Kata Kunci: jenis pecahan pengurangan pecahan bentuk pecahan perkalian pecahan penjumlahan pecahan pembagian pecahan

2 PECAHAN. Kata-Kata Kunci: jenis pecahan pengurangan pecahan bentuk pecahan perkalian pecahan penjumlahan pecahan pembagian pecahan PECAHAN Sebuah gelas jika terkena getaran dapat pecah berkeping-keping. Bagian pecahannya lebih kecil daripada ketika gelas masih utuh. Menurut kalian, samakah jumlah seluruh pecahan gelas dengan satu

Lebih terperinci

SOAL MATEMATIKA SD. Jawaban: 39.788 + 56.895 27.798 = 96.683 27.798 = 68.885 (B)

SOAL MATEMATIKA SD. Jawaban: 39.788 + 56.895 27.798 = 96.683 27.798 = 68.885 (B) SOAL MATEMATIKA SD. Hasil 39.788 + 56.895 7.798 adalah A. 68.875 B. 68.885 C. 68.975 D. 69.885 39.788 + 56.895 7.798 = 96.683 7.798 = 68.885 (B) Pengetahuan prasyarat Aturan Internasional operasi hitung

Lebih terperinci

BAHAN AJAR MATEMATIKA KELAS 5 SEMESTER I

BAHAN AJAR MATEMATIKA KELAS 5 SEMESTER I BAHAN AJAR MATEMATIKA KELAS 5 SEMESTER I Oleh: Sri Subiyanti NIP 19910330 201402 2 001 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PATI KECAMATAN JAKEN SEKOLAH DASAR NEGERI MOJOLUHUR 2015 I. Tinjauan Umum A. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

Pemfaktoran prima (2)

Pemfaktoran prima (2) FPB dan KPK Konsep Habis Dibagi Definisi: Jika a suatu bilangan asli dan b suatu bilangan bulat, maka a membagi habis b (dinyatakan dengan a b) jika dan hanya jika ada sebuah bilangan bulat c demikian

Lebih terperinci

CONTOH SILABUS BERDIVERSIFIKASI DAN PENILAIAN BERBASIS KELAS

CONTOH SILABUS BERDIVERSIFIKASI DAN PENILAIAN BERBASIS KELAS CONTOH SILABUS BERDIVERSIFIKASI DAN BERBASIS KELAS Mata Pelajaran MATEMATIKA LAYANAN KHUSUS SEKOLAH dan MADRASAH IBTIDAIYAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Jakarta, 2003 Katalog dalam Terbitan Indonesia.

Lebih terperinci

BAB VI BILANGAN REAL

BAB VI BILANGAN REAL BAB VI BILANGAN REAL PENDAHULUAN Perluasan dari bilangan cacah ke bilangan bulat telah dibicarakan. Dalam himpunan bilangan bulat, pembagian tidak selalu mempunyai penyelesaian, misalkan 3 : 11. Timbul

Lebih terperinci

Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah

Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah Apa yang akan Anda Pelajari? Bilangan pecahan biasa, campuran, desimal, persen, dan permil Mengubah bentuk pecahan ke bentuk yang lain Operasi hitung tambah, kurang, kali, bagi, dan pangkat dengan melibatkan

Lebih terperinci

PERPANGKATAN DAN PENARIKAN AKAR

PERPANGKATAN DAN PENARIKAN AKAR PERPANGKATAN DAN PENARIKAN AKAR 1.1 Perpangkatan Dua (Kuadrat) Definisi. Perpangkatan adalah mengalikan suatu bilangan (asli) dng bilangan itu sendiri beberapa kali sebanyak yg ditunjukkan oleh bilangan

Lebih terperinci

MATEMATIKA. *Untuk Kalangan Sendiri

MATEMATIKA. *Untuk Kalangan Sendiri MATEMATIKA *Untuk Kalangan Sendiri 1 PENJUMLAHAN 1 1 5 4 6 + 3 8 7 3 = 0 5 8 6 Caranya: 3 8 7 3 + 1. Disusun lurus dari satuan 4 4 5 9 2. Urutan yang kosong diberi angka 0 3. Ditambahkan dari satuan (

Lebih terperinci

Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Kelas V. Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Kelas V

Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Kelas V. Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Kelas V Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Kelas V Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Kelas V Hardi Mikan Ngadiyono Pandai Berhitung MATEMATIKA Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kelas V

Lebih terperinci

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Supardjo MODEL Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) MATEMATIKA 24B Gemar Berhitung untuk Kelas IV SD dan MI Semester Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Permendiknas

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL SD/MI/SDLB PAKET PREDIKSI 3

UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL SD/MI/SDLB PAKET PREDIKSI 3 UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL SD/MI/SDLB PAKET PREDIKSI 3 Mata Pelajaran Hari/Tanggal Pukul : Matematika : - : - PETUNJUK UMUM 1. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban Ujian Nasional

Lebih terperinci

Kelipatan dan Faktor Suatu Bilangan

Kelipatan dan Faktor Suatu Bilangan BAB II Kelipatan dan Faktor Suatu Bilangan Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: 1. Menentukan kelipatan suatu bilangan, 2. Menentukan faktor suatu bilangan, 3. Menyelesaikan

Lebih terperinci

Pola (1) (2) (3) Banyak segilima pada pola ke-15 adalah. A. 235 C. 255 B. 250 D Yang merupakan bilangan terbesar adalah. A. C. B. D.

Pola (1) (2) (3) Banyak segilima pada pola ke-15 adalah. A. 235 C. 255 B. 250 D Yang merupakan bilangan terbesar adalah. A. C. B. D. SOAL SELEKSI AWAL 1. Suhu dalam sebuah lemari es adalah 15 o C di bawah nol. Pada saat mati listrik suhu dalam lemari es meningkat 2 o C setiap 120 detik. Jika listrik mati selama 210 detik, suhu dalam

Lebih terperinci

semua ada tentang sekolah dasar

semua ada tentang sekolah dasar CONTOH SOAL DAN KISI-KISI UJIAN NASIONAL SD/MI TAHUN 2012/2013 MATA PELAJARAN MATEMATIKA No Kompetensi Indikator Soal Jawaban 1 Memahami konsep dan operasi hitung bilangan bulat serta dapat menggunakannya

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN A. JENIS BILANGAN B. LAMBANG BILANGAN, NILAI TEMPAT, DAN NILAI ANGKA C. OPERASI HITUNG BILANGAN USEFUL BOOK MATEMATIKA KLS 6 SD

BAB I BILANGAN A. JENIS BILANGAN B. LAMBANG BILANGAN, NILAI TEMPAT, DAN NILAI ANGKA C. OPERASI HITUNG BILANGAN USEFUL BOOK MATEMATIKA KLS 6 SD BAB I BILANGAN A. JENIS BILANGAN WAWASAN buat kamu!... Jenis bilangan terdiri dari: 1. Bilangan cacah : 0, 1,,,... Bilangan asli : 1,,,.. Bilangan bulat :.,-, -, -1, 0, 1,,,.. 4. Bilangan genap : 0,, 4,

Lebih terperinci

Aep Saepudin Babudin Dedi Mulyadi Adang. Gemar Belajar. Matematika. untuk Siswa SD/MI Kelas V

Aep Saepudin Babudin Dedi Mulyadi Adang. Gemar Belajar. Matematika. untuk Siswa SD/MI Kelas V Aep Saepudin Babudin Dedi Mulyadi Adang Gemar Belajar Matematika untuk Siswa SD/MI Kelas V 5 Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-Undang Gemar Belajar Matematika 5 untuk Siswa

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Contoh Soal dan Pembahasan. Matematika.

Ringkasan Materi Contoh Soal dan Pembahasan. Matematika. Ringkasan Materi Contoh Soal dan Pembahasan Matematika BILANGAN BAB 1 A. PENDAHULUAN Bilangan merupakan suatu sebutan untuk menyatakan banyaknya sesuatu. 1. Lambang Bilangan Lambang Dibaca Lambang Dibaca

Lebih terperinci

134 Ayo Belajar Matematika Kelas IV

134 Ayo Belajar Matematika Kelas IV Bilangan Bulat 133 134 Ayo Belajar Matematika Kelas IV Bab 5 Bilangan Bulat Mari menggunakan konsep keliling dan luas bangun datar sederhana dalam pemecahan masalah. Bilangan Bulat 135 136 Ayo Belajar

Lebih terperinci

Kelipa Faktor Bilangan

Kelipa Faktor Bilangan Bab 2 Kelipa elipatan dan Faktor Bilangan Mari memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah. Kelipatan dan Faktor Bilangan 41 42 Ayo Belajar Matematika Kelas IV A. Kelipatan Bilangan

Lebih terperinci

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ponco Sujatmiko MODEL Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) MATEMATIKA KREATIF Konsep dan Terapannya untuk Kelas VII SMP dan MTs Semester 1 1A Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006

Lebih terperinci

PENGERJAAN HITUNG BILANGAN BULAT

PENGERJAAN HITUNG BILANGAN BULAT M O D U L 1 PENGERJAAN HITUNG BILANGAN BULAT Standar Kompetensi : Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar : 1. Menggunakan sifat-sifat operasi hitung termasuk operasi

Lebih terperinci

Matematika 5 SD dan MI Kelas 5

Matematika 5 SD dan MI Kelas 5 R.J. Soenarjo Matematika SD dan MI Kelas i Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang MATEMATIKA Untuk SD/MI Kelas Tim Penyusun Penulis : R. J. Sunaryo Ukuran Buku : x 8 7.7

Lebih terperinci

BAB V BILANGAN BULAT

BAB V BILANGAN BULAT BAB V BILANGAN BULAT PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibicarakan sistem bilangan bulat, yang akan dimulai dengan memperluas sistem bilangan cacah dengan menggunakan sifat-sifat baru tanpa menghilangkan

Lebih terperinci

RANCANGAN AKTIVITAS TUTORIAL (RAT)

RANCANGAN AKTIVITAS TUTORIAL (RAT) RANCANGAN AKTIVITAS TUTORIAL (RAT) BB03-RK15-RII.0 27 Mei 2015 Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK 4203 / PENDIDIKAN MATEMATIKA I SKS : 3 SKS Nama Pengembang : ENDANG PURYANI, M.Pd Nama Penelaah : Drs. PRAMONOADI,

Lebih terperinci

Soal-soal dan Pembahasan UAS Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2005/2006

Soal-soal dan Pembahasan UAS Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2005/2006 Soal-soal dan Pembahasan UAS Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2005/2006 I. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar! 1. (25.786 + 8.257) + (18.868 5.649) =... A. 74.622 B. 47.262 C. 47.226 D. 47.626

Lebih terperinci

BILANGAN PECAHAN. A. Pengertian Bilangan Pecahan dan Pecahan Senilai Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai

BILANGAN PECAHAN. A. Pengertian Bilangan Pecahan dan Pecahan Senilai Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai BILANGAN PECAHAN A. Pengertian Bilangan Pecahan dan Pecahan Senilai Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai a b dengan a, b bilangan bulat dan b 0. Bilangan a disebut pembilang dan

Lebih terperinci

Perangkat Pembelajaran Silabus Pembelajaran SD 1 BANYUGLUGUR X : Matematika untuk SD Kelas VI./Semester SILABUS PEMBELAJARAN.

Perangkat Pembelajaran Silabus Pembelajaran SD 1 BANYUGLUGUR X : Matematika untuk SD Kelas VI./Semester SILABUS PEMBELAJARAN. SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Program Semester Standar : SDN 1 BANYUGLUGUR. : A : VI : 1 (satu) : 18 x 30 menit : 1.Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah

Lebih terperinci

EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 BARISAN BILANGAN

EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 BARISAN BILANGAN EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 BARISAN BILANGAN 1 EKSPLORASI BILANGAN Fokus eksplorasi bilangan ini adalah mencari pola dari masalah yang disajikan. Mencari pola merupakan bagian penting dari pemecahan masalah

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : V/1 Standar Kompetensi : 1. Melakukan pengerjaan hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah. Kompetensi

Lebih terperinci

Soal-soal dan Pembahasan UASBN Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2009/2010

Soal-soal dan Pembahasan UASBN Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2009/2010 Soal-soal dan Pembahasan UASBN Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2009/2010 1. Hasil dari 576 + 712 376 =... A. 348 B. 912 C. 1.288 D. 1.652 BAB I Bilangan Penjumlahan dan pengurangan derajatnya sama, pengerjaannya

Lebih terperinci

PAKET 2 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2010/2011 UTAMA SD/MI MATEMATIKA

PAKET 2 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2010/2011 UTAMA SD/MI MATEMATIKA PAKET UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 010/011 UTAMA SD/MI MATEMATIKA Tim Pembahas: Astuti Waluyati, S.Si, M.Pd.Si Nanny Dharmawati, M.Si Rumiati, S.Pd., M.Ed. Sri Wulandari D, S.Si, M.Pd Verifikator: Drs.

Lebih terperinci

- Burhan Mustaqim - Ary Astuty

- Burhan Mustaqim - Ary Astuty - Burhan Mustaqim - Ary Astuty - Burhan Mustaqim - Ary Astuty Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang Hak Cipta Buku ini dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional dari Penerbit

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KELAS MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

PENGELOLAAN KELAS MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR PELATIHAN SUPERVISI PENGAJARAN UNTUK SEKOLAH DASAR Tanggal 19 JUNI s.d 2 juli 2003 DI PPPG MATEMATIKA YOGYAKARTA PENGELOLAAN KELAS MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR Disusun Oleh: Dra. Sukayati, M. Pd. DEPARTEMEN

Lebih terperinci

2. Pengurangan pada Bilangan Bulat

2. Pengurangan pada Bilangan Bulat b. Penjumlahan tanpa alat bantu Penjumlahan pada bilangan yang bernilai kecil dapat dilakukan dengan bantuan garis bilangan. Namun, untuk bilangan-bilangan yang bernilai besar, hal itu tidak dapat dilakukan.

Lebih terperinci

Hardi Mikan Ngadiyono. Pandai Berhitung MATEMATIKA. Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI. PUSAT PERBUKUAN Departemen Pendidikan Nasional

Hardi Mikan Ngadiyono. Pandai Berhitung MATEMATIKA. Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI. PUSAT PERBUKUAN Departemen Pendidikan Nasional Hardi Mikan Ngadiyono Pandai Berhitung MATEMATIKA Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI PUSAT PERBUKUAN Departemen Pendidikan Nasional i Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional dilindungi

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 1

PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 1 PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 1 1 PROGRAM SEMESTER TAHUN PELAJARAN 20 / 20 MATA PELAJARAN : Matematika KELAS / SEMESTER : VI (enam) / 1 (satu) Standar Kompetensi : 1.

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN A. SIFAT-SIFAT OPERASI HITUNG BILANGAN USEFUL BOOK MATEMATIKA KLS 5 SD SIFAT OPERASI HITUNG

BAB I BILANGAN A. SIFAT-SIFAT OPERASI HITUNG BILANGAN USEFUL BOOK MATEMATIKA KLS 5 SD SIFAT OPERASI HITUNG A. SIFAT-SIFAT OPERASI HITUNG BILANGAN SIFAT OPERASI HITUNG BAB I BILANGAN 1. Sifat Komutatif ( Pertukaran ) a + b = b + a a x b = b x a Sifat komutatif hanya berlaku pada penjumlahan dan perkalian. 1)

Lebih terperinci

Operasi Hitung Bilangan Bulat

Operasi Hitung Bilangan Bulat Bab I Operasi Hitung Bilangan Bulat Tujuan Pembelajar embelajaran an Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu : menggunakan sifat-sifat operasi hitung termasuk operasi campuran, FPB dan KPK,

Lebih terperinci

Operasi pada Bilangan Pecahan

Operasi pada Bilangan Pecahan Operasi pada Bilangan Pecahan Pada kegiatan belajar ini, akan dibahas beberapa operasi pada bilangan pecahan. Operasi-operasi itu adalah operasi penjumlahan, operasi pengurangan, operasi perkalian, dan

Lebih terperinci

4. Melakukan penjumlahan. dan pengurangan bilangan sampai 20. dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah

4. Melakukan penjumlahan. dan pengurangan bilangan sampai 20. dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah A. ANALISIS SK DAN KD MATERI SISTEM BILANGAN Berikut akan dipaparkan SK dan KD yang terkait materi sistem bilangan riil untuk SD, SMP, SMA dan SMK berdasarkan BSNP dari pusat serta analisis pemetaan SK

Lebih terperinci

Modul ini adalah modul ke-1 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini

Modul ini adalah modul ke-1 dalam mata kuliah Matematika. Isi modul ini PENDAHULUAN Konsep Pra - Bilangan dan Bilangan Cacah KONSEP PRA-BILANGAN DAN BILANGAN CACAH Modul ini adalah modul ke-1 dalam mata kuliah. Isi modul ini membahas tentang konsep pra-bilangan dan bilangan

Lebih terperinci

Pecahan. 6Bab. Tujuan Pembelajaran

Pecahan. 6Bab. Tujuan Pembelajaran Pecahan 6Bab Tujuan Pembelajaran. Siswa dapat mengenal bentuk pecahan.. Siswa dapat menyebutkan dan menuliskan dan bentuk pecahan.. Siswa dapat mengurutkan pecahan.. Siswa dapat menyederhanakan pecahan..

Lebih terperinci

Soal-soal dan Pembahasan UASBN Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2008/2009

Soal-soal dan Pembahasan UASBN Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2008/2009 Soal-soal dan Pembahasan UASBN Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2008/2009 1. Hasil dari 635 + 175 225 =... A. 575 B. 585 C. 800 D. 900 BAB I Bilangan Penjumlahan dan pengurangan derajatnya sama, pengerjaannya

Lebih terperinci

Mengenal Bilangan Bulat

Mengenal Bilangan Bulat Mengenal Bilangan Bulat Kita sudah mempelajari bilangan-bilangan yang dimulai dari nol sampai tak terhingga. Selama ini yang kita pelajari 0 (nol) adalah bilangan terkecil. Tetapi tahukah kamu bahwa ada

Lebih terperinci

Luky, S.Pt. RINGKASAN MATERI MATEMATIKA SD Ujian Sekolah

Luky, S.Pt. RINGKASAN MATERI MATEMATIKA SD Ujian Sekolah Kompetensi 1 Memahami konsep dan operasi hitung bilangan serta dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari (1.) OPERASI HITUNG Urutan langkah pengerjaan : 1. Dikerjakan operasi dalam kurung terlebih

Lebih terperinci

BILANGAN BULAT. Operasi perkalian juga bersifat tertutup pada bilangan Asli dan bilangan Cacah.

BILANGAN BULAT. Operasi perkalian juga bersifat tertutup pada bilangan Asli dan bilangan Cacah. BILANGAN BULAT 1. Bilangan Asli (Natural Number) Bilangan Asli berkaitan dengan hasil membilang, urutan, ranking. Bilangan Cacah berkaitan dengan banyaknya anggota suatu himpunan. Definisi penjumlahan:

Lebih terperinci

A. Menentukan Bilangan Hasil Pangkat Tiga

A. Menentukan Bilangan Hasil Pangkat Tiga Dalam bab ini kamu akan mempelajari: 1. menentukan bilangan hasil pangkat tiga (bilangan kubik); 2. menentukan akar pangkat tiga dari bilangan kubik; dan 3. melakukan pengerjaan hitung bilangan dengan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN KPK UNTUK KELAS 4 SEKOLAH DASAR

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN KPK UNTUK KELAS 4 SEKOLAH DASAR 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN KPK UNTUK KELAS 4 SEKOLAH DASAR OLEH SUFYANI PRABAWANTO DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 2009

Lebih terperinci

Operasi Hitung Bilangan 1

Operasi Hitung Bilangan 1 Operasi Hitung Bilangan 1 2 Ayo Belajar Matematika Kelas IV Bab 1 Operasi Hitung Bilangan Mari memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah. Operasi Hitung Bilangan

Lebih terperinci

KELIPATAN DAN FAKTOR BILANGAN

KELIPATAN DAN FAKTOR BILANGAN KELIPATAN DAN FAKTOR BILANGAN 1.1 Bilangan Ganjil dan Genap Kita telah mengenal operasi hitung penjumlahan dan perkalian bilangan. Operasioperasi hitung tersebut harus benar-benar kamu pahami karena akan

Lebih terperinci

FAKTOR DAN KELIPATAN KELAS MARS SD TETUM BUNAYA

FAKTOR DAN KELIPATAN KELAS MARS SD TETUM BUNAYA FAKTOR DAN KELIPATAN KELAS MARS SD TETUM BUNAYA A. KELIPATAN A. KELIPATAN Kelipatan suatu bilangan dapat diperoleh: 1. penjumlahan berulang, dan 2. penjumlahan bilangan dengan bilangan asli Contoh: Tentukanlah

Lebih terperinci

Soal-soal dan Pembahasan UASBN Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2008/2009

Soal-soal dan Pembahasan UASBN Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2008/2009 Soal-soal dan Pembahasan UASBN Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2008/2009 1. Hasil dari 635 + 175 225 =... A. 575 B. 585 C. 800 D. 900 BAB I Bilangan Penjumlahan dan pengurangan derajatnya sama, pengerjaannya

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS Pengertian HIMPUNAN Himpunan adalah suatu kumpulan dari sejumlah obyek. Sedangkan obyek yang ada didalamnya disebut anggota/elemen/unsur. Benda-benda yang berada di sekitar

Lebih terperinci

Perpangkatan dan Akar

Perpangkatan dan Akar Bab 4 Perpangkatan dan Akar Pada kehidupan sehari-hari kamu sering menemukan angka berpangkat seperti 2 2, 2 3, 2 4, dan seterusnya. Bilangan berpangkat ini memiliki makna tersendiri nilainya. Apakah kamu

Lebih terperinci

A. UNSUR - UNSUR ALJABAR

A. UNSUR - UNSUR ALJABAR PENGERTIAN ALJABAR Bentuk ALJABAR adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat hurufhuruf untuk mewakili bilangan yang belum diketahui. Bentuk aljabar dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

Kisi-kisi : Mengurutkan berbagai bentuk pecahan

Kisi-kisi : Mengurutkan berbagai bentuk pecahan PREDIKSI SOAL TRTOUT USBN SD 2018 KABUPATEN LUMAJANG SDN TOMPOKERSAN 03 BIDANG MATEMATIKA Kisi-kisi : Menentukan hasil operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah 1. Hasil dari 2.175 714 + 498 A.

Lebih terperinci

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI SEKOLAH DASAR ( SD ) PENGEMBANGAN SILABUS BERBASIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN M A T E M A T I K A

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI SEKOLAH DASAR ( SD ) PENGEMBANGAN SILABUS BERBASIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN M A T E M A T I K A KURIKULUM BERBASIS SEKOLAH ( SD ) PENGEMBANGAN SILABUS BERBASIS MATA PELAJARAN M A T E M A T I K A DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL JAKARTA - 2006 Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Mata Pelajaran : Matematika

Lebih terperinci

Bab 1. Bilangan Bulat. Standar Kompetensi. 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan pengunaannya dalam pemecahan masalah.

Bab 1. Bilangan Bulat. Standar Kompetensi. 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan pengunaannya dalam pemecahan masalah. Bab 1 Bilangan Bulat Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan pengunaannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar 1.1. Melakukan operasi hitung bilangan pecahan. 1.2. Menggunakan

Lebih terperinci

Mengenal Bilangan Bulat

Mengenal Bilangan Bulat Mengenal Bilangan Bulat Kita sudah mempelajari bilangan-bilangan yang dimulai dari nol sampai tak terhingga. Selama ini yang kita pelajari 0 (nol) adalah bilangan terkecil. Tetapi tahukah kamu bahwa ada

Lebih terperinci

P-M01A LOMBA OLIMPIADE MATEMATIKA TINGKAT SD/MI KECAMATAN CILEUNGSI TAHUN 2015

P-M01A LOMBA OLIMPIADE MATEMATIKA TINGKAT SD/MI KECAMATAN CILEUNGSI TAHUN 2015 LOMBA OLIMPIADE MATEMATIKA TINGKAT SD/MI KECAMATAN CILEUNGSI TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS PENDIDIKAN UPT VII KECAMATAN CILEUNGSI Jl. Camat Enjan No. 05 Des. Cileungsi Kec. Cileungsi Kab.

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER

PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 1 1 PROGRAM SEMESTER TAHUN PELAJARAN 20 / 20 MATA PELAJARAN : MATEMATIKA KELAS / SEMESTER : V (Lima) / 1 (satu) Standar Kompetensi : 1. Melakukan

Lebih terperinci