PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diklat instruktur/pengembang matematika SD tingkat lanjut adalah diklat yang dirancang untuk para guru Sekolah Dasar peserta diklat tingkat dasar yang dipandang memiliki kompetensi lebih dalam penguasaan materi pembelajaran, penguasaan metode, penguasaan teknik evaluasi, maupun kemampuan mengim-baskan pengetahuan yang diperolehnya kepada rekan-rekan guru lainnya. Pemilihan peserta diklat dilakukan oleh lembaga PPPPTK Matematika didasarkan pada hasil evaluasi diklat tingkat dasar yang meliputi nilai pretes, postes, kecakapan meng-komunikasikan gagasan, sikap kepemimpinan serta kepribadiannya. Oleh sebab itu materi pengetahuan matematika yang diberikan cederung ke wawasan keilmuan plus bagi guru SD dalam arti materi yang diberikan cenderung diperuntukkan bagi pelayanan kepada siwa berbakat. Materi bilangan Asli, Cacah, dan Bulat yang disajikan pada modul ini diperuntukkan bagi peserta diklat instruktur/pengembang tingkat lanjut. Materi yang dibahas meliputi: bilangan persegi, bilangan kubik, ketrampilan menguadratkan, penarikan akar kuadrat bilangan persegi,`penarikan akar pangkat tiga bilangan kubik, tripel Pythagoras, pola dan barisan bilangan, pembagian bersisa, serta keterbagian bilangan. Materi yang dibahas mungkin tidak begitu bersentuhan langsung dengan kebutuhan (demand) guru di lapangan yang diperuntukkan bagi siswa kebanyakan sebab materi-materi yang berkenaan dengan itu sudah dibahas pada diklat tingkat dasar. B. TUJUAN Modul ini ditulis untuk para peserta Diklat Lanjut Matematika Sekolah Dasar agar seusai mengikuti diklat ini dapat: 1. Memperoleh wawasan keilmuan mengenai bilangan persegi, bilangan kubik, ketrampilan menguadratkan, penarikan akar kuadrat bilangan persegi,`penarikan akar pangkat tiga bilangan kubik, tripel Pythagoras, pola dan barisan bilangan, pembagian bersisa, serta keterbagian bilangan.. Menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki untuk memberikan pelayanan kepada siswa berbakat 3. Mengimbaskan pengetahuan yang diperolehnya kepada rekan seprofesi. C. RUANG LINGKUP Pokok-pokok materi yang dibahas melalui modul ini meliputi: 1. Bilangan kuadrat, bilangan kubik, penarikan akar kuadrat bilangan persegi, penarikan akar pangkat tiga bilangan kubik, dan tripel Pythagoras 1

2 . Pola dan barisan bilangan 3. Pembagian bersisa dan keterbagian bilangan D. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN Setelah selesai mengikuti diklat ini para peserta diharapkan memiliki kompetensi untuk: 1. memberikan penanaman konsep asal usul bilangan persegi (bilangan kuadrat). memberikan penanaman konsep asal usul bilangan kubik (bilangan berpangkat tiga) 3. menguadratkan bilangan bulat secara cepat dan menarik akar bilangan tersebut 4. menentukan rumus suku ke-n suatu barisan bilangan baik secara intuisi maupun secara matematika 5. menggunakan rumus suku ke-n untuk memecahkan masalah 6. menentukan sisa pembagian dari suatu bilangan oleh bilangan lain dan menerapkannya dalampemecahan masalah 7. menurunkan sifat-sifat keterbagian bilangan dan menerapkannya untuk mennyeli-diki apakah suatu bilangan terbagi oleh bilangan, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 13.

3 BAGIAN II POLA DAN BARISAN BILANGAN A. Bentuk-bentuk Pola Bilangan Pada bagian ini akan diperkenalkan beberapa bentuk pola dan barisan bilangan yang disajikan dalam bentuk gambar dan dalam bentuk pola bilangan yang sajiannya dinyatakan dalam lambang-lambang dan angka-angka. Perhatikan pola-pola berikut. Pola 1. Pola Pola

4 Dari pola-pola yang dicontohkan tersebut di atas, tampak adanya pola ditinjau menurut bentuknya, pola ditinjau menurut dari banyaknya obyek yang diarsir dan tidak diarsir. B. Menentukan Rumus Umum Suku dan Jumlah Suku Untuk menentukan rumus umum suku ke n atau jumlah hingga n suku yang pertama dapat disimak pada uraian berikut ini. Pola 1. a) Ditinjau menurut bentuk geometrinya pola persegi (bujur sangkar) b) Ditinjau menurut banyaknya komponen-komponen pembentuknya (banyaknya persegi pembentuk bangun iu) pola bilangan kuadrat c) Ditinjau menurut pola komponen yang diarsir dan tidak diarsir polanya adalah 1, 1 + 3, , , Dari ketiga sudut pandang itu selanjutnya diperoleh definisi bahwa barisan bilangan u 1, u, u 3, u 4, u 5,, u n dengan u 1 = 1 = 1 u = 4 = u 3 = 9 = 3 u 4 = 16 = 4 u 5 = 5 = 5 disebut barisan bilangan bujur sangkar atau barisan bilangan persegi dengan rumus suku ke n u n = n. Sementara s 1, s, s 3, s 4, s 5,, s n dengan s 1 = 1 s = s 3 = s 4 = s 5 = s n = (n 1) disebut jumlah n suku bilangan ganjil yang pertama. Perhatikan bahwa peragaan gambar pada pola 1 tersebut sekaligus menunjukkan (memperagakan) bahwa 4

5 Jumlah n suku bilangan ganjil yang pertama sama dengan suku ke-n Pola. barisan bilangan kuadrat yaitu (n 1) n n suku a) Ditinjau menurut bentuk geometrinya pola segitiga b) Ditinjau menurut banyaknya komponen-komponen pembentuknya (banyaknya lingkaran-lingkaran pembentuknya) pola bilangan segitiga c) Ditinjau menurut pola komponen yang diarsir dan tidak diarsir pola adalah. 1, 1 +, , , , Dari ketiga sudut pandang itu selanjutnya diperoleh definisi bahwa barisan bilangan u 1, u, u 3, u 4, u 5,, u n dengan u 1 = 1 u = 3 u 3 = 6 u 4 = 10 u 5 = 15 disebut barisan bilangan segitiga sedangkan s 1, s, s 3, s 4, s 5,, s n dengan s 1 = 1 s = 1 + s 3 = s 4 = s 5 = s n = n disebut jumlah n suku bilangan asli yang pertama. Perhatikan bahwa peragaan gambar pada pola tersebut sekaligus menunjukkan (memperagakan) bahwa Jumlah n suku bilangan asli yang pertama sama dengan suku ke n dari barisan n( n 1) bilangan segitiga, dan dapat dibuktikan bahwa n = Untuk membuktikannya dapat dilakukan dengan beberapa cara. Beberapa cara di antaranya adalah: 5

6 Cara 1. Dengan membalik suku-sukunya. Perhatikan bahwa: Bentuk (1) dapat ditulis secara urut maupun terbalik dalam bentuk sebagai berikut. urut s n = (n 3) + (n ) + (n 1) + n terbalik s n = n + (n 1) + (n ) + (n 3) s n = ( n 1) ( n 1) ( n 1)... ( n 1) ( n 1) ( n 1) sebanyak n suku 1 s n = n(n + 1) atau s n = n( n 1) atau s n = n = 1 n( n 1) n( n 1) Cara. Dengan menyelidiki banyaknya tingkat penyelidikan hingga diperoleh selisih tetap. Perhatikan bahwa: Jumlah sampai dengan 1 suku = s 1 = 1 suku = s = 1 + = 3 3 suku = s 3 = = 6 4 suku = s 4 = = 10 5 suku = s 5 = = 15 (i) 1, 3, 6, 10, 15 (ii), 3, 4, 5 (iii) 1, 1, 1 Tampak bahwa selisih tetapnya diperoleh hingga tingkat penyelidikan. Itu artinya 1, 3, 6, 10, 15, dan seterusnya adalah barisan bilangan berderajat dua, sehingga pemisalannya adalah fungsi berderajat dari n yakni s n = an + bn + c. Dari s n = an + bn + c akan diperoleh s 1 = a(1) + b(1) + c = a + b + c s = a() + b() + c = 4a + b + c s 3 = a(3) + b(3) + c = 9a + 3b + c s 4 = a(4) + b(4) + c = 16a + 4b + c s 5 = a(5) + b(5) + c = 5a + 5b + c. 6

7 Sehingga (i) a + b + c, 4a + b + c, 9a + 3b + c, 16a + 4b + c, 5a + 5b + c (ii) 3a + b 5a + b 7a + b 9a + b (iii) a a a Dengan menyamakan komponen-komponen yang ditandai dengan tanda petak urut dari bawah ke atas akan diperoleh nilai tertentu untuk a, b, dan c sehingga rumus umum untuk s n dapat ditentukan. Perhatikan Dari (iii) a = 1 1 a = (ii) 3a + b = 1 3 b 1 1 b 1 b = (i) a + b + c = 1 a = c 1 c = 0. b = 1 s n = an + bn + c c = 0 = 1 1 n n 0 = n n ( n n) n( n 1). Terbukti. Pola 3. a) Ditinjau menurut bentuk geometrinya pola persegipanjang b) Ditinjau menurut banyaknya komponen-komponen pembentuknya (banyaknya petak persegi pembentuk bangun itu) pola bilangan persegipanjang (panjang lebar 1, 3, 3 4, 4 5, ) atau, 6, 1, 0, c) Ditinjau menurut pola komponen yang diarsir dan tidak diarsir pola adalah, + 4, , , 7

8 Dari ketiga sudut pandang itu selanjutnya diperoleh definisi bahwa barisan bilangan u 1, u, u 3, u 4, u 5,, u n u 1 = 1 = u = 3 = 6 u 3 = 3 4 = 1 u 4 = 4 5 = 0 u 5 = 5 6 = 30 u n = n (n + 1). disebut barisan bilangan persegipanjang dengan rumus suku ke-n adalah u n = n(n + 1). Sementara s 1, s, s 3, s 4, s 5, s 1 = = s = + 4 = 6 s 3 = = 1 s 4 = = 0 s 5 = = 30 s n = n = n (n + 1) disebut jumlah n suku bilangan genap yang pertama. Perhatikan bahwa peragaan gambar pada pola 3 tersebut sekaligus menunjukkan (memperagakan) bahwa Jumlah n suku bilangan genap yang pertama sama dengan suku ke-n barisan bilangan persegipanjang yaitu n n ( n 1) n suku 8

9 LATIHAN 1 1. Jika untuk membuat pola segitiga-segitiga berikut diperlukan batang korek api. Berapa batang korek api yang diperlukan untuk membentuk pola segitiga hingga 10 lapis, 0 lapis, dan 100 lapis. Petunjuk a. Carilah rumus umumnya dengan menyelidiki selisih tetapnya dicapai pada berapa tingkat penyelidikan. Berilah pemisalan u n = an + b... jika u n berderajat 1 u n = an + bn + c... jika u n berderajat u n = an 3 + bn + cn + d... jika u n berderajat 3 u n = an 4 + bn 3 + cn + dn + e... jika u n berderajat 4 b. Setelah suku umumnya diketahui, barulah dimasukkan nilainya untuk n = 10, n = 0, dan n = 100. (kunci u 10 = 165, u 0 = 630, u 100 = ). Tunjukkan bahwa a) n = b) n 3 = n( n 1)(n 1) 6 n ( n 1) 4 c) n (n + 1) = n( n 1)( n ) 3 3. Dengan menggunakan rumus pada soal no., hitunglah a) hingga 30 suku b) hingga 0 suku c) hingga 10 suku d) =... e) =... f) =... 9

10 BAGIAN III PEMBAGIAN BERSISA DAN KETERBAGIAN BILANGAN A. PEMBAGIAN BERSISA 1. Pendekatan Kontekstual Misalkan hari ini hari senin, hari apakah 3 hari lagi (mendatang), 10 hari lagi (mendatang), 17 hari lagi, dan 4 hari lagi? Bagaimana jika yang ditanyakan adalah 100 hari lagi, 500 hari lagi, 1000 hari lagi, atau yang lainnya. Untuk menjawab permasalahan tersebut, siswa dapat kita ajak melihat fakta dari tabel hari-hari mendatang hingga hari ke-30 jika hari ini hari senin. Senin 1. Selasa. Rabu 3. Kamis 4. Jumat 5. Sabtu 6. Minggu 7. Senin 8. Selasa 9. Rabu 10. Kamis 11. Jumat 1. Sabtu 10. Minggu 11. Senin 1. Selasa 13. Rabu 14. Kamis 15. Jumat 16. Sabtu 0 minggu 1. Senin. Selasa 3. Rabu 4. Kamis 5. Jumat 6. Sabtu 7. Minggu 8. Senin 9. Selasa Dari tabel di atas secara faktual mudah dilihat bahwa 3 hari lagi = 3 hari mendatang = hari ini + 3 hari lagi = hari ke- 4 = hari Kamis. 10 hari lagi = 10 hari mendatang = hari ini + 10 hari lagi = hari ke- 11 = hari Kamis 17 hari lagi = 17 hari mendatang = hari ini + 17 hari lagi = hari ke- 18 = hari Kamis 4 hari lagi = 4 hari mendatang = hari ini + 4 hari lagi = hari ke- 5 = hari Kamis. Ternyata berdasar fakta semuanya hari Kamis. Bagaimanna seandainya tanpa ada tabel tetapi siswa tetap dapat menjawab dengan benar? Untuk maksud tersebut guru dapat mengarahkan penalarannya menggunakan tabel tujuhtujuh seperti berikut. 10

11 0 Senin 1. Selasa 8. Selasa 15. Selasa. Selasa. Rabu 9. Rabu 16. Rabu 3. Rabu 3. Kamis 10. Kamis 17. Kamis 4. Kamis 4. Jumat 11. Jumat 18. Jumat 5. Jumat 5. Sabtu 1. Sabtu 19. Sabtu 6. Kamis 6. Minggu 13. Minngu 0. Minggu 7. Jumat 7. Senin 14. Senin 1. Senin 8. Sabtu Dari tabel di atas, tampak bahwa 3 hari lagi, 10 hari lagi, 17 hari lagi, dan 4 hari lagi semuanya adalah hari Kamis. Sekarang siswa ditanya apa hubungannya antara bilanganbilangan 3, 10, 17, 4,? Siswa dapat diajak memperhatikan pola bilangannya itu, yakni 3, 10, 17, 4, Dari pola itu tampak bahwa = = = dan seterusnya Pola itu sebenarnya juga dapat ditulis dalam bentuk 10 = = 3 + (1 7) = = = 3 + ( 7) = = = 3 + (3 7) = Kesimpulannya hari-hari yang sama adalah hari-hari yang merupakan kelipatan 7 ditambah 3, atau Hari yang sama = sisa pembagian bilangan itu oleh 7 Dengan begitu maka perhitungan untuk misalnya 100 hari lagi, 500 hari lagi, dan 1000 hari lagi dapat dilakukan sebagai berikut 1. Dicari sisa pembagiannya dengan 7 11

12 yang terbagi sisa yang terbagi Sisa terakhir = = = = 8 yang terbagi sisa yang terbagi Sisa terakhir = = = 7 = 3 yang terbagi sisa yang terbagi yang terbagi = = sisa Sisa terakhir = = = = 6. Hari yang dimaksud = hari ini + sisa Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa 100 : 7 bersisa 500 : 7 bersisa : 7 bersisa 6. Dengan demikian jika hari ini hari Senin maka 100 hari lagi = Senin + hari = Rabu 500 hari lagi = Senin + 3 hari = Kamis 1000 hari lagi = Senin + 6 hari = Minggu.. Pendekatan Formal Pendekatan formal adalah pendekatan matematis, yakni diturunkan dari kebenarankebenaran terdahulu yang telah diterima. Kebenaran yang dimaksud mulai dari kebenaran berdasarkan definisi, kebenaran berdasar aksioma (kebenaran pangkal/kebenaran yang diterima tanpa bukti), sifat-sifat terdahulu, atau teorema-teorema terdahulu yang telah diterima. Secara matematik hanya dikatakan bahwa bilangan yang bersifat periodik disebut sebagai bilangan modulo. Sebagai contoh misalnya 100 : 7 bersisa ditulis 100 (mod 7) 500 : 7 bersisa 3 ditulis (mod 7) : 7 bersisa 6 ditulis (mod 7) 1

13 Selanjutnya secara matematik didefinisikan bahwa a b (mod m) a b = km, dengan k bilangan bulat. Kita tidak akan membahas lebih dalam tentang bilangan modulo karena sudah di luar wilayah yang dibahas, hanya saja dalam kehidupan sehari-hari terapannya seperti contoh kontekstual tersebut di atas. LATIHAN Tentukan. 1. Jika hari ini hari Kamis, 100 hari lagi adalah hari... Jika hari ini hari Selasa, 300 hari lagi adalah hari.. 3. Jika hari ini hari Sabtu, 500 hari lagi adalah hari.. 4. Jika hari ini hari Rabu, 400 hari lagi adalah hari.. 5. Jika hari ini hari Senin, 700 hari lagi adalah hari.. 6. Jika hari ini hari Sabtu, 600 hari lagi adalah hari.. 7. Jika hari ini hari Rabu, 900 hari lagi adalah hari.. 8. Jika hari ini selasa kliwon, hari lagi adalah hari 66 hari lagi adalah hari.. 88 hari lagi adalah hari hari lagi adalah hari hari lagi adalah hari.. B. KETERBAGIAN BILANGAN 1. Bilangan Habis Dibagi, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 13 Untuk mengetahui secara cepat apakah suatu bilangan bulat habis dibagi oleh bilangan bulat yang lain misal apakah bilangan itu habis dibagi oleh bilangan, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 13 (Sukayati, 1998 : 4-1; Sukardjono, 1996 : 4 7) berikut akan diberikan sedikit uraian berkenaan dengan ciri-cirinya. Uraian lebih lengkap dapat dilihat pada Paket Pembinaan Penataran (PPP) yang asli yang telah diuraikan oleh kedua penulis tersebut masing-masing di tahun 1998/1999 dan 1995/1996. Pada paket yang asli telah disampaikan bukti-bukti matematisnya secara umum. Namun untuk memberikan warna lain, pada makalah ini akan diberikan contoh bukti untuk bilangan-bilangan yang terdiri dari 5 angka saja. Alasannya bilangan-bilangan yang lebih dari 5 angka dapat dibayangkan dengan mudah sebagaimana bilangan yang terdiri dari 5 angka tersebut. Demikian pula bilangan yang kurang dari 5 angka. 13

14 Secara umum bilangan yang terdiri dari 5 angka tersebut dimisalkan sebagai abcd. Sebagai contoh misalnya untuk bilangan 538, maka yang dimaksud adalah a =, b = 5, c = 3, d = 8, e =. Perhatikan bahwa 538 = , atau = , atau = Sehingga abcde = a b c d 10 + e Ciri-ciri bilangan yang habis dibagi: Ciri 1 : Habis dibagi Suatu bilangan habis apabila angka terakhirnya habis dibagi oleh bilangan 0,,4,6, atau 8 dengan kata lain apabila angka terakhirnya genap (habis dibagi ). Contoh: Bilangan 5310 dan 4136 adalah bilangan-bilangan yang habis dibagi sebab angka terakhirnya masing-masing berupa bilangan genap. Sedangkan 3415 tidak habis dibagi sebab angka terakhirnya 5 tidak habis dibagi. Bukti : abcde = a b c 10 + d e = (10.000a b + 100c + 10d) + e I II Karena komponen I jelas habis dibagi, agar komponen seluruhnya habis dibagi maka komponen II harus habis dibagi. Dengan kata lain e = 0,,4,6,8 atau e berupa bilangan genap. Ciri : Habis dibagi 4 Suatu bilangan habis dibagi 4 jika dua angka terakhirnya merupakan bilangan yang habis dibagi 4. Contoh : Bilangan tidak habis dibagi 4 sebab dua angka terakhirnya yakni 8 tidak habis dibagi 4. Sementara 197 habis dibagi 4 sebab 7 habis dibagi 4. 14

15 Bukti : abcde = a b c 10 + d e = (a b c 100) + (d 10 + e) I II Komponen I habis dibagi 4 sebab masing-masing sukunya habis dibagi 4. Sehingga agar seluruh komponennya habis dibagi 4 maka komponen II haruslah habis dibagi 4, yaitu bila (d 10 + e) habis dibagi 4. Yakni bilangan berbentuk de habis dibagi 4. Ciri 3 : Habis dibagi 8 Suatu bilangan habis dibagi 8 jika tiga angka terakhirnya merupakan bilangan yang habis dibagi 8. Contoh : Bilangan habis dibagi 8 sebab 3 angka terakhirnya yaitu 008 (bilangan ini sama dengan 8 sebab dua angka nol di depan tidak bermakna/signifikan) habis dibagi 8. Sementara bilangan tidak habis dibagi 8 karena tiga angka terakhirnya yaitu 34 tidak habis dibagi 8. Ciri 4 : Habis dibagi 5 Suatu bilangan habis dibagi 5 jika angka terakhir dari bilangan itu 0 atau 5. Bukti : abcde = a b c 10 + d 10 + e = (10.000a b + 100c + 10d) + e I II Komponen I jelas habis dibagi 5 sebab masing-masing suku pada komponen I habis dibagi 5 dengan demikian agar I dan II habis dibagi 5 maka II harus habis dibagi 5 yaitu apabila e = 0 atau e = 5. Ciri 5 : Habis dibagi 10 Suatu bilangan habis dibagi 10 jika angka terakhir dari bilangan itu 0. Ciri 6 : Habis dibagi 9 Suatu bilangan habis dibagi 9 jika jumlah angka-angka penyusunnya habis dibagi 9. Contoh : 15

16 Bilangan habis dibagi 9 sebab jumlah angka-angka pembentuknya yaitu = 7 habis dibagi 9 Bukti : abcde = a b c 10 + d 10 + e = a b + 100c + 10d + e = (9.999a + 999b + 99c + 9d) + (a + b + c + d + e) I II Bagian I jelas habis dibagi 9. Agar I + II habis dibagi 9 maka II harus habis dibagi 9 yaitu apabila a + b + c + d + e habis dibagi 9. Ciri 7: habis dibagi 3 Suatu bilangan habis dibagi 3 jika jumlah angka-angka pembentuknya habis dibagi 3. Contoh : Bilangan habis dibagi 3 sebab = 36 habis dibagi 3. Ciri 8 : Habis dibagi 7 Suatu bilangan habis dibagi 7 jika selisih antara dua kali angka satuan dengan bilangan yang terbentuk oleh angka-angka sisanya habis dibagi 7. Contoh : Bilangan 3696 habis dibagi 7 sebab dua kali angka satuannya adalah 6 = 1 sementara angka sisanya 369. Selisihnya = = 357 habis dibagi 7. Bukti : abcde = a b c 10 + d 10 + e = a b + 100c + 10d + e = a b + 100c + 10d + 0e 0e + e = (10.000a b + 100c + 10d 0e) + 0e + e = 10(1.000a + 100b +10c + d e) + 1e I II Karena II jelas habis dibagi 7, supaya I + II habis dibagi 7 haruslah I habis dibagi 7 yaitu apabila 1.000a + 100b + 10c + d e habis dibagi 7. Dengan kata lain bila bilangan berbentuk (abcd e) habis dibagi 7. 16

17 Ciri 9 : Habis dibagi 11 Suatu bilangan habis dibagi 11 jika jumlah angka-angka di posisi ganjil dikurangi jumlah angka-angka di posisi genap habis dibagi 11. Contoh : Apakah 7346 habis dibagi 11? Penyelesaian : Jumlah angka-angka di posisi ganjil = = 11 Jumlah angka-angka di posisi genap = = 11 Selisih jumlahnya = = 0. Karena 0 habis dibagi 11, maka 7346 habis dibagi 11. Bukti : abcde = a b c 10 + d 10 + e = a b + 100c + 10d + e = a b + 100c + 10d + e b c d e b c d e = (a b + c d + e) b 9.900c d 9.999e = (a b + c d + e) + 11(1.000b 900c + 910d 909e) I II Karena bagian II habis dibagi 11, agar kesemuanya (I + II) habis dibagi 11 maka I harus habis dibagi 11. Hal itu akan terjadi bila (a b + c d + e) habis dibagi 11. Ciri 10 : Habis dibagi 13 Suatu bilangan habis dibagi 13 jika jumlah dari 4 kali angka satuan dan bilangan yang terbentuk oleh angka-angka sisanya habis dibagi 13. Contoh : Apakah 6318 habis dibagi 13? jawab : 6318 Empat kali angka satuannya = 4 8 = 3 Angka-angka sisanya (yang lain) = Jumlahnya = Empat kali angka satuannya = 4 3 = 1 Angka-angka sisanya (yang lain) = 66 + Jumlahnya = 78 17

18 78 Empat kali angka satuannya = 4 8 = 3 Angka-angka sisanya (yang lain) = 7 Jumlahnya = 39 + Karena hingga 3 langkah penyelesaian ternyata diperoleh bilangan 39 yang diketahui habis dibagi 13 maka bilangan semula yang dimaksud yaitu 6318 pasti habis dibagi 13. Bukti : abcde = a b c 10 + d 10 + e = a b + 100c + 10d + e = a b + 100c + 10d + (e 40e) + 40e = 10(1.000a + 100b + 10c + d + 4e) 39e I II Karena bagian II habis dibagi 13, agar kesemuanya habis dibagi 13 haruslah I habis dibagi 13. Hal itu akan terjadi bila (1.000a + 100b + 10c + d + 4e) habis dibagi 13 yakni bila bilangan dengan susunan angka-angka (abcd + 4e) habis dibagi 13.. Bilangan 1001 Bila kita ingat judul cerita seribu satu malam, kita membayangkan adanya suatu misteri. Misteri apakah itu? Pernahkah terbetik pada pikiran dan perasaan Anda bahwa bilangan 1001 itu ternyata adalah KPK (Kelipatan Persekutuan terkecil) dari bilanganbilangan 7, 11, dan 13. Dengan demikian maka setiap bilangan kelipatan dari 1001 pasti habis dibagi 7, habis dibagi 11, dan habis dibagi 13 (Supinah, 1997 : ). Beberapa contohnya adalah bilangan-bilangan seperti 8008, 505, dan Latihan 3 : 1. Selidikilah apakah bilangan-bilangan berikut habis dibagi dengan bilangan yang diketahui. a habis dibagi b habis dibagi c habis dibagi d habis dibagi 4 e habis dibagi 4 f habis dibagi 8 g habis dibagi 8 h habis dibagi 8 18

19 . Selidiki apakah a habis dibagi 5 b habis dibagi 5 c habis dibagi 5 d habis dibagi 3 e habis dibagi 3 f habis dibagi 6 g habis dibagi 6 h habis dibagi 9 3. Selidi apakah a. 418 habis dibagi 7 b habis dibagi 7 c habis dibagi 7 d habis dibagi 11 e habis dibagi 11 f habis dibagi 13 g habis dibagi oleh bilangan-bilangan 7, 11, dan 13. h habis dibagi oleh bilangan-bilangan 7, 11, dan Buktikan a. Suatu bilangan habis dibagi 8 jika tiga angka terakhirnya merupakan bilangan yang habis dibagi 8. b. Suatu bilangan habis dibagi 10 jika angka terakhir dari bilangan itu adalah nol. c. Suatu bilangan habis dibagi 3 jika jumlah angka-angka penyusunnya habis dibagi 3. 19

20 A. KESIMPULAN BAB VI PENUTUP Bilangan asli, cacah, dan bulat yang kita kenal sebagai bilangan ACB pada Diklat Matematika SD Jenjang Lanjut ini meliputi konsep bilangan dihubungkan dengan banyaknya satuan (unit) benda dalam suatu kumpulan, operasi (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian), kelipatan persekutuan terkecil (KPK), faktor persekutuan terbesr (FPB), angka Romawi, penguadratan, pemangkatan tiga, dan penarikan akar (pangkat dua dan tiga), serta bilangan bulat (positip, nol, negatip) dan operasinya. Suatu lingkup bahasan yang cukup luas untuk dibahas dalam diklat guru Sekolah Dasar. Namun semuanya ternyata dapat dilalui secara menarik dan menye-nangkan. Resep apa sebenarnya sehingga yang membuat matematika yang dibahas pada kegiatan diklat dapat menarik dan menyenangkan? Jawabnya tidak lain adalah karena sajian materinya diawali secara kontekstual (berangkat dari konteks kehidupan siswa sehari-hari) dan mengikuti teori Bruner, yakni pembelajaran berangkat dari kongkrit, ditindaklanjuti dengan gambargambar (semi kongkrit), dan barulah dia-khiri dengan lambang yang sifatnya abstrak. Menurut Bruner, jika pembelajaran berjalan seperti itu, maka siswa akan dapat mengembangkan pengetahuannya jauh lebih luas dari apa yang pernah mereka terima dari gurunya. Apabila itu semua dialami oleh peserta diklat (guru), mengapa siswa tidak mengalaminya?. Semuanya tentu tergantung kepada komitmen (niat baik) dan realisasi (pelaksanaan riil/ sesungguhnya) saat kembali ke tempat tugas masing-masing. B. SARAN Bagi para alumni diklat yang berkomitmen untuk merealisasikan komitmennya pada anak didik agar mereka menjadi senang dengan pelajaran matematika diberikan saran-saran sebagai berikut. 1. Laporkan kepada atasan langsung tentang pengalaman apa saja yang menarik selama menerima sajian akademik dalam kegiatan pelatihan. Pikirkan perangkat kerja apa saja yang mendesak untuk dibuat dan segera diterapkan/diimplementasikan di lapangan, jika sebagai guru pertama adalah yang untuk diterapkan di kelas yang diampunya, kemudian kepada sesama guru di sekolahnya, kemudian lagi pada kegiatan KKG dan terakhir barulah cita-cita ke lingkup yang lebih luas 3. Ciptakan segera perangkat tersebut dengan niat baik, tulus, dan iklas demi anak bangsa di masa depan 4. Diskusikan rencana tindak lanjut Anda pasca pelatihan kepada kepala sekolah dan kepada pengawas 5. Bersemboyanlah Apa yang terbaik yang saya miliki dan dapat saya perbuat untuk kemajuan bangsa ini sebagai andil dalam rangka mencerdaskan bangsa. Tuhan maha mengetahui dan pasti akan memberikan ganjaran yang patut disyukuri berupa sesuatu yang tak terduga di masa depan. Amin. 0

21 DAFTAR PUSTAKA Burton, David M. (1980). Elementary Number Theory. Boston : Allyn and Bacon, Inc. Depdiknas. (003). Kurikulum 004 (Standar Kompetensi Mata pelajaran Matematika SD/MI). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional (006). Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Estiningsih, Elly. (1994). KBM Matematika di Sekolah Dasar (Makalah Penataran). Yogyakarta: PPPG Matematika. Edi Prayitno. (1997). KPK dan FPB (Paket Pembinaan Penataran). Yogyakarta : PPPG Matematika. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Niven, Ivan Zuckerman, Hurbert S. (1978). An Introduction to the Theory of Numbers (Third Edition). New York : John Wiley & Sons, Inc. Sukardjono. (1996). Berhitung Cepat di SD (Paket Pembinaan Penataran). Yogyakarta : PPPG Matematika. Wirasto. (1993). Matematika Untuk Orang Tua Murid Dan Guru (Jilid I). Jakarta : PT. Indira. Webstar Dictionary. 1

22 KUNCI JAWABAN SOAL-SOAL LATIHAN Latihan 1 (halaman 8) Kunci no. 3 a d b e c. 440 f Latihan (halaman 3) 1. Sabtu. Senin 3. Selasa 4. Kamis 5. Senin 7. Minggu 8. Rabu Pahing Jumat Legi Sabtu Pon Selasa Pahing Senin Wage Latihan 3 (Halaman 37) 1. a. Ya. a. Ya 3. a. Tidak b. Tidak b. Ya b. Ya c. Ya c. Tidak c. Ya d. Tidak d. Tidak d. Ya e. Ya e. Ya e. Tidak f. Ya f. Ya f. Ya g. Ya g. Tidak g. Ya h. Tidak h. Ya h. Ya

Bab I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Bab I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG A LATAR BELAKANG Bab I PENDAHULUAN Pecahan merupakan bagian matematika yang erat kaitannya dengan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari Sama halnya dengan bilangan asli, cacah, dan bulat, pecahan

Lebih terperinci

BAB I PERBANDINGAN. 5 bln. 8 bln

BAB I PERBANDINGAN. 5 bln. 8 bln A. Pengertian BAB I PERBANDINGAN Perbandingan adalah istilah matematika untuk membandingkan dua obyek atau lebih. Sebagai contoh misalnya Ali berumur 12 tahun 5 bulan dan Budi 12 tahun 8 bulan. Pertanyaan

Lebih terperinci

PERANAN SISTEM MODULO DALAM PENENTUAN HARI DAN PASARAN

PERANAN SISTEM MODULO DALAM PENENTUAN HARI DAN PASARAN PERANAN SISTEM MODULO DALAM PENENTUAN HARI DAN PASARAN Agung Handayanto a a Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Jl. Dr. Cipto-Lontar No1 Semarang Telp. (024)8316377 Faks (024) 8448217

Lebih terperinci

Bab I A. LATAR BELAKANG

Bab I A. LATAR BELAKANG A. LATAR BELAKANG Bab I Bilangan adalah bagian dari matematika yang membahas tentang banyaknya obyek dalam sebuah kumpulan atau urutan suatu obyak dalam sebuah kumpulan. Sebagai banyaknya obyek maka setiap

Lebih terperinci

Elvri Teresia br Sembiring adalah Guru Matematika SMA Negeri 1 Berastagi

Elvri Teresia br Sembiring adalah Guru Matematika SMA Negeri 1 Berastagi PENERAPAN SIFAT-SIFAT GRUP PENJUMLAHAN MODULO 12 DAN 24 PADA JAM Elvri Teresia br Sembiring Abstrak Makalah ini membahas mengenai penerapan sifat-sifat grup penjumlahan modulo 12 (Z 12 ) dan modulo 24

Lebih terperinci

Teknik Penentuan Rumus Suku Ke-n Barisan Bilangan Polinom Kelas IX SMP

Teknik Penentuan Rumus Suku Ke-n Barisan Bilangan Polinom Kelas IX SMP Teknik Penentuan Rumus Suku Ke-n Barisan Bilangan Polinom Kelas IX SMP PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN MATEMATIKA YOGYAKARTA JL. Kaliurang Km.6, Sambisari, Condongcatur,

Lebih terperinci

FUNGSI-FUNGSI PADA TEORI BILANGAN DAN APLIKASINYA PADA PERHITUNGAN KALENDER. Sangadji *

FUNGSI-FUNGSI PADA TEORI BILANGAN DAN APLIKASINYA PADA PERHITUNGAN KALENDER. Sangadji * FUNGSI-FUNGSI PADA TEORI BILANGAN DAN APLIKASINYA PADA PERHITUNGAN KALENDER Sangadji * ABSTRAK FUNGSI-FUNGSI PADA TEORI BILANGAN DAN APLIKASINYA PADA PERHITUNGAN KALENDER. Dalam makalah ini dibahas fungsi-fungsi

Lebih terperinci

PENERAPAN AKSIOMA KETERBAGIAN DALAM PEMBELAJARAN KONSEP AKAR PANGKAT DUA DI KELAS VII SMP Oleh : Andi Syamsuddin*

PENERAPAN AKSIOMA KETERBAGIAN DALAM PEMBELAJARAN KONSEP AKAR PANGKAT DUA DI KELAS VII SMP Oleh : Andi Syamsuddin* PENERAPAN AKSIOMA KETERBAGIAN DALAM PEMBELAJARAN KONSEP AKAR PANGKAT DUA DI KELAS VII SMP Oleh : Andi Syamsuddin* A. Aksioma Keterbagian Sebuah bilangan dikatakan habis dibagi (terbagi) dengan sebuah bilangan

Lebih terperinci

Prediksi Soal US/M SD/MI Tahun Pelajaran 2015/2016 1

Prediksi Soal US/M SD/MI Tahun Pelajaran 2015/2016 1 Prediksi Soal US/M SD/MI Tahun Pelajaran 15/1 1 KISI-KISI PREDIKSI UJIAN SEKOLAH/MADRASAH SD/MI TAHUN PELAJARAN 15/1 MATEMATIKA PAKET SOAL PREDIKSI GANJIL No. Materi Indikator A. BILANGAN 1. Operasi hitung

Lebih terperinci

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan 08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

PANDUAN MATERI UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN

PANDUAN MATERI UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN PANDUAN MATERI UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2004/2005 SMP/MTs M A T E M A T I K A DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN Hak Cipta pada Pusat Penilaian

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BILANGAN KELAS IX

PEMBELAJARAN BILANGAN KELAS IX MAKALAH PEMBELAJARAN BILANGAN KELAS IX Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Matematika SMP Dosen Pengampu : UMMU SHOLIHAH, M.Si. Oleh: KELOMPOK 4 TMT 1-E 1. MARIA ULFA 1724143152

Lebih terperinci

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Secara umum, apabila α bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada

II. LANDASAN TEORI. Secara umum, apabila α bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada II. LANDASAN TEORI Pada bilangan ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep bilangan sempurna, bilangan bulat, bilangan prima,faktor bilangan bulat dan kekongruenan. 2.1

Lebih terperinci

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) 41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

SOLUSI ISIAN SINGKAT

SOLUSI ISIAN SINGKAT SOLUSI ISIAN SINGKAT NO. s.d. 5. Jawaban: 9 Misalnya bilangan pecahan itu adalah x, maka 0x,... x 0,... 9x x 9 Jadi, bilangan pecahan itu adalah 9.. Jawaban:.080 o Jarum menit dalam jam berputar 60 o.

Lebih terperinci

BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar

BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar Untuk materi ini mempunyai 3 Kompetensi Dasar yaitu: Kompetensi Dasar : 1. Mengidentifikasi sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar 2. Melakukan operasi

Lebih terperinci

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

Apa bedanya Membaca Data dan Menafsirkan Data dalam Aspek Pengolahan Data. oleh Dra.Th.Widyantini,M.Si PPPPTK MATEMATIKA

Apa bedanya Membaca Data dan Menafsirkan Data dalam Aspek Pengolahan Data. oleh Dra.Th.Widyantini,M.Si PPPPTK MATEMATIKA Apa bedanya Membaca Data dan Menafsirkan Data dalam Aspek Pengolahan Data pada Mata Pelajaran Matematika di SD/MI? oleh Dra.Th.Widyantini,M.Si PPPPTK MATEMATIKA 1. Pendahuluan Menurut Peraturan Menteri

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 1

PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 1 PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 1 1 PROGRAM SEMESTER TAHUN PELAJARAN 20 / 20 MATA PELAJARAN : Matematika KELAS / SEMESTER : VI (enam) / 1 (satu) Standar Kompetensi : 1.

Lebih terperinci

KUMPULAN MATERI PEMBINAAN DAN PENGAYAAN MATEMATIKA

KUMPULAN MATERI PEMBINAAN DAN PENGAYAAN MATEMATIKA KUMPULAN MATERI PEMBINAAN DAN PENGAYAAN MATEMATIKA ANDI SYAMSUDDIN Guru Mata Pelajaran Matematika Pada SMP Negeri 8 Kota Sukabumi SMP NEGERI 8 KOTA SUKABUMI DINAS PENDIDIKAN KOTA SUKABUMI 009 Yang bertanda

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP DAFTAR PUSTAKA Kunci Jawaban Soal-soal Latihan... 48

BAB VIII PENUTUP DAFTAR PUSTAKA Kunci Jawaban Soal-soal Latihan... 48 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Kompetensi/sub kompetensi... iii Peta Bahan Ajar... iv BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Tujuan... C. Sasaran... D. Ruang Lingkup... BAB

Lebih terperinci

1. Sebuah bangun pejal terbuat dari dua kubus bersisi 1 dan 3 meter. Berapa luas bangun tersebut dalam m 2? A) 56 B) 58 C) 59 D) 60

1. Sebuah bangun pejal terbuat dari dua kubus bersisi 1 dan 3 meter. Berapa luas bangun tersebut dalam m 2? A) 56 B) 58 C) 59 D) 60 1. Sebuah bangun pejal terbuat dari dua kubus bersisi 1 dan 3 meter. Berapa luas bangun tersebut dalam m 2? A) 56 B) 58 C) 59 D) 60 2. Sebuah botol dengan volume liter, diisi air hingga volumenya. Berapa

Lebih terperinci

CONTOH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

CONTOH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR CONTOH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 9 Agustus 200 di PPPG Matematika Oleh: Dra. Sukayati, M.

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMP DAN MTs M A T E M A T I K A PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS Hak Cipta pada Pusat Penilaian Pendidikan BALITBANG DEPDIKNAS i KATA

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas

LANDASAN TEORI. bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan prima, bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas (square free), keterbagian,

Lebih terperinci

Induksi Matematika. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Kompetensi Dasar Dan Pengalaman Belajar

Induksi Matematika. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Kompetensi Dasar Dan Pengalaman Belajar Bab 3 Induksi Matematika Kompetensi Dasar Dan Pengalaman Belajar Kompetensi Dasar 1.1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2.1. Menghayati perilaku disiplin, sikap kerjasama, sikap kritis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep bilangan bulat, bilangan prima,modular, dan kekongruenan. 2.1 Bilangan Bulat Sifat Pembagian

Lebih terperinci

EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 BARISAN BILANGAN

EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 BARISAN BILANGAN EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 BARISAN BILANGAN 1 EKSPLORASI BILANGAN Fokus eksplorasi bilangan ini adalah mencari pola dari masalah yang disajikan. Mencari pola merupakan bagian penting dari pemecahan masalah

Lebih terperinci

Beberapa Uji Keterbagian Bilangan Bulat

Beberapa Uji Keterbagian Bilangan Bulat Beberapa Uji Keterbagian Bilangan Bulat Untuk menguji suatu bilangan bulat dapat dibagi (habis dibagi) atau tidak dapat dibagi oleh bilangan bulat lain kita dapat menggunakan kalkulator atau dengan metode

Lebih terperinci

Identitas, bilangan identitas : adalah bilangan 0 pada penjumlahan dan 1 pada perkalian.

Identitas, bilangan identitas : adalah bilangan 0 pada penjumlahan dan 1 pada perkalian. Glosarium A Akar pangkat dua : akar pangkat dua suatu bilangan adalah mencari bilangan dari bilangan itu, dan jika bilangan pokok itu dipangkatkan dua akan sama dengan bilangan semula; akar kuadrat. Asosiatif

Lebih terperinci

9

9 PAKET CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN MATEMATIKA SMP/MTs. * Indikator. Menghitung hasil operasi tambah, kurang, kali dan bagi pada bilangan bulat Menentukan hasil operasi campuran bilangan pecahan. Hasil dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, daerah integral, ring bilangan bulat

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS IV SEMESTER 1

PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS IV SEMESTER 1 PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS IV SEMESTER 1 1 PROGRAM SEMESTER TAHUN PELAJARAN 20 / 20 MATA PELAJARAN : Matematika KELAS / SEMESTER : IV (Empat) / 1 (satu) Standar Kompetensi : 1.

Lebih terperinci

Pemfaktoran prima (2)

Pemfaktoran prima (2) FPB dan KPK Konsep Habis Dibagi Definisi: Jika a suatu bilangan asli dan b suatu bilangan bulat, maka a membagi habis b (dinyatakan dengan a b) jika dan hanya jika ada sebuah bilangan bulat c demikian

Lebih terperinci

Nama:... Kelas/Kelompok :... Tanggal:... Pola Bilangan Genap dan Bilangan Ganjil

Nama:... Kelas/Kelompok :... Tanggal:... Pola Bilangan Genap dan Bilangan Ganjil 6.1 61 Nama:... Kelas/Kelompok :... Tanggal:... Pola Bilangan Genap dan Bilangan Ganjil 1. Sebelum kita belajar lebih jauh, untuk mendalami pola bilangan lakukan kegiatan berikut ini. Bahan : Satu lembar

Lebih terperinci

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA Oleh: Kusnandi A. Pengantar Masalah dalam matematika adalah suatu persoalan yang siswa sendiri mampu menyelesaikannya tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin. Maksudnya

Lebih terperinci

Teknik Menguadratkan Suatu Bilangan dengan Mudah Oleh: Pujiati

Teknik Menguadratkan Suatu Bilangan dengan Mudah Oleh: Pujiati Teknik Menguadratkan Suatu Bilangan dengan Mudah Oleh: Pujiati Operasi hitung perkalian sudah diajarkan sejak di sekolah dasar (SD) kelas II semester 2, namun kadang siswa masih mengalami kesulitan apabila

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN A. Bilangan Bulat I. Pengertian Bilangan bulat terdiri atas bilangan bulat positif atau bilangan asli, bilangan nol dan bilangan bulat negatif. Bilangan bulat

Lebih terperinci

BILANGAN BERPANGKAT. Jika a bilangan real dan n bilangan bulat positif, maka a n adalah

BILANGAN BERPANGKAT. Jika a bilangan real dan n bilangan bulat positif, maka a n adalah BILANGAN BERPANGKAT Jika a bilangan real dan n bilangan bulat positif, maka a n adalah perkalian a sebanyak n faktor. Bilangan berpangkat, a disebut bilangan pokok dan n disebut pangkat atau eksponen.

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. Dosen Pengampu: Rina Agustina, M.Pd. NIDN

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. Dosen Pengampu: Rina Agustina, M.Pd. NIDN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata kuliah Kode / sks Program studi Semester : Teori Bilangan : MAT-/ 2 sks : Pendidikan Matematika : IV (Empat) Dosen Pengampu: Rina Agustina, M.Pd. NIDN 0212088701 FAKULTAS

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS TERAPAN SMK PROPINSI JAWA TENGAH 2009

OLIMPIADE SAINS TERAPAN SMK PROPINSI JAWA TENGAH 2009 OLIMPIADE SAINS TERAPAN SMK PROPINSI JAWA TENGAH 2009 Mata pelajaran Matematika Non Teknologi Kerjasama Dengan FMIPA Universitas Diponegoro Dan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah OLIMPIADE SAINS TERAPAN

Lebih terperinci

1. Kompetisi ISPO diselenggarakan rutin setiap tahun sejak Maka pada 2006, adalah penyelenggaraan yang ke- A) 15 B) 16 C) 17 D) 13

1. Kompetisi ISPO diselenggarakan rutin setiap tahun sejak Maka pada 2006, adalah penyelenggaraan yang ke- A) 15 B) 16 C) 17 D) 13 1. Kompetisi ISPO diselenggarakan rutin setiap tahun sejak 1991. Maka pada 2006, adalah penyelenggaraan yang ke- A) 15 B) 16 C) 17 D) 13 2. A) 0 B) 106 C) 114 D) 126 3. Titik O terletak di tengah bidang

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6 Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA SD Kelas 4, 5, 6 1 Matematika A. Operasi Hitung Bilangan... 3 B. Bilangan Ribuan... 5 C. Perkalian dan Pembagian Bilangan... 6 D. Kelipatan dan Faktor

Lebih terperinci

Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam Pemecahan Masalah

Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam Pemecahan Masalah Bab 1 Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam Pemecahan Masalah Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, diharapkan siswa dapat: 1. menguasai sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat,. menjumlahkan

Lebih terperinci

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PPPPTK) MATEMATIKA

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PPPPTK) MATEMATIKA ARTIKEL Apa bedanya Membaca Data dan Menafsirkan Data dalam Aspek Pengolahan Data pada Mata Pelajaran Matematika di SD/MI? oleh Dra. Theresia Widyantini, M.Si PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK

Lebih terperinci

APLIKASI SIFAT-SIFAT GRUP JUMLAHAN MODULO 7 DALAM MENENTUKAN HARI. Pardomuan N. J. M. Sinambela. Abstrak

APLIKASI SIFAT-SIFAT GRUP JUMLAHAN MODULO 7 DALAM MENENTUKAN HARI. Pardomuan N. J. M. Sinambela. Abstrak APLIKASI SIFAT-SIFAT GRUP JULAHAN ODULO 7 DALA ENENTUKAN HARI Pardomuan N. J.. Sinambela Abstrak Untuk suatu keperluan tertentu, seseorang mungkin ingin mengetahui hari dari suatu tanggal tertentu. Keingintahuan

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. Drs. CARNOTO, M.Pd. NIP Pola Barisan Bilangan

BARISAN DAN DERET. Drs. CARNOTO, M.Pd. NIP Pola Barisan Bilangan BARISAN DAN DERET Drs. CARNOTO, M.Pd. NIP. 19640121 199010 1 001 Pola Barisan Bilangan Beberapa urutan bilangan yang sering kita pergunakan mempunyai pola tertentu. Pola ini Sering digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

14. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SD/MI

14. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SD/MI 14. KOMPETENSI INTI DAN MATEMATIKA SD/MI KELAS: I Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. A. Pola Bilangan

BARISAN DAN DERET. A. Pola Bilangan BARISAN DAN DERET A. Pola Bilangan Perhatikan deretan bilangan-bilangan berikut: a. 1 2 3... b. 4 9 16... c. 31 40 21 30 16... Deretan bilangan di atas mempunyai pola tertentu. Dapatkah anda menentukan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN KPK UNTUK KELAS 4 SEKOLAH DASAR

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN KPK UNTUK KELAS 4 SEKOLAH DASAR 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN KPK UNTUK KELAS 4 SEKOLAH DASAR OLEH SUFYANI PRABAWANTO DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 2009

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL OSN MATEMATIKA SMP TINGKAT PROPINSI 2012 OLEH :SAIFUL ARIF, S.Pd (SMP NEGERI 2 MALANG)

PEMBAHASAN SOAL OSN MATEMATIKA SMP TINGKAT PROPINSI 2012 OLEH :SAIFUL ARIF, S.Pd (SMP NEGERI 2 MALANG) PEMBAHASAN SOAL OSN MATEMATIKA SMP TINGKAT PROPINSI 0 OLEH :SAIFUL ARIF, S.Pd (SMP NEGERI MALANG) PEMBAHASAN SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL SMP A. ISIAN SINGKAT SELEKSI TINGKAT PROPINSI TAHUN 0 BIDANG STUDI

Lebih terperinci

ALTERNATIF MENENTUKAN FPB DAN KPK

ALTERNATIF MENENTUKAN FPB DAN KPK ALTERNATIF MENENTUKAN FPB DAN KPK Welly Desriyati 1, Mashadi 2, Sri Gemawati 3 1 Mahasiswa Program Studi Magister Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau wellydesriyati@gmail.com

Lebih terperinci

BAB VI BILANGAN REAL

BAB VI BILANGAN REAL BAB VI BILANGAN REAL PENDAHULUAN Perluasan dari bilangan cacah ke bilangan bulat telah dibicarakan. Dalam himpunan bilangan bulat, pembagian tidak selalu mempunyai penyelesaian, misalkan 3 : 11. Timbul

Lebih terperinci

PREDIKSI UN MATEMATIKA SMP

PREDIKSI UN MATEMATIKA SMP [Type text] MGMP MATEMATIKA SMPN SATU ATAP KAB. MALANG PREDIKSI UN MATEMATIKA SMP Sesuai kisi-kisi UN 0 plus Marsudi Prahoro 0 [Type text] Page M G M P M A T S A T A P M A L A N G. W O R D P R E S S. C

Lebih terperinci

Peta Kompetensi Pendidikan Matematika 1/PDGK4203

Peta Kompetensi Pendidikan Matematika 1/PDGK4203 i M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah ini bertujuan memberikan wawasan kepada mahasiswa dan guru tentang Pembelajaran Matematika di SD berdasarkan hakikat anak didik dan hakikat matematika yang diramu dengan

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN AKHIR SEKOLAH

LATIHAN UJIAN AKHIR SEKOLAH LATIHAN UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL MATEMATIKA WAKTU : 0 menit DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PETUNJUK UMUM 1. Periksa dan bacalah soal-soal sebelum menjawab.. Jawaban dikerjakan pada lembar

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL OMITS

KUMPULAN SOAL-SOAL OMITS KUMPULAN SOAL-SOAL OMITS SOAL Babak Penyisihan Olimpiade Matematika ITS 2011 (OMITS 11) Tingkst SMP Se-derajat BAGIAN I.PILIHAN GANDA 1. Berapa banyak faktor positif/pembagi dari 2011? A. 1 B. 2 C. 3 D.

Lebih terperinci

3. Kuadrat dari hasil penjumlahan angka 5 dan 6, dikurangi hasil perkalian kedua angka tersebut

3. Kuadrat dari hasil penjumlahan angka 5 dan 6, dikurangi hasil perkalian kedua angka tersebut 1. Pada sisi kanan dan kiri sebuah jalan raya terdapat perumahan. Rumah-rumah yang terdapat di sisi kiri jalan dinomori berurutan dengan nomor ganjil dari angka 1 sampai 39. Rumah-rumah di sebelah kanan

Lebih terperinci

4. Sebuah toko perlengkapan olahraga menyebarkan brosur sebagai berikut :

4. Sebuah toko perlengkapan olahraga menyebarkan brosur sebagai berikut : 1. Jika 3x2006 = 2005+2007+a, maka a sama dengan A) 2003 B) 2004 C) 2005 D) 2006 2. Berapa angka terbesar yang mungkin didapat dari kombinasi susunan enam kartu angka di bawah ini? A) 6 475 413 092 B)

Lebih terperinci

A. UNSUR - UNSUR ALJABAR

A. UNSUR - UNSUR ALJABAR PENGERTIAN ALJABAR Bentuk ALJABAR adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat hurufhuruf untuk mewakili bilangan yang belum diketahui. Bentuk aljabar dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

Contoh Masalah Matematika dan Solusinya dengan Menggunakan Strategi Penemuan Pola

Contoh Masalah Matematika dan Solusinya dengan Menggunakan Strategi Penemuan Pola Contoh Masalah Matematika dan Solusinya dengan Menggunakan Strategi Penemuan Pola 1 Problem: Tentukan digit terakhir dari 8 Solusi: Banyak siswa akan mencoba menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I TEORI KETERBAGIAN DALAM BILANGAN BULAT

BAB I TEORI KETERBAGIAN DALAM BILANGAN BULAT BAB I TEORI KETERBAGIAN DALAM BILANGAN BULAT. Pendahuluan Well-Ordering Principle Jika S himpunan bagian dari himpunan bilangan bulat positif yang tidak kosong, maka S memiliki sebuah unsur terkecil. Unsur

Lebih terperinci

BAB V BARISAN DAN DERET BILANGAN

BAB V BARISAN DAN DERET BILANGAN BAB V BARISAN DAN DERET BILANGAN Peta Konsep Barisan dan Deret Bilangan mempelajari Pola bilangan Barisan bilangan Deret bilangan jenis jenis Aritmatika Geometri Aritmatika Geometri mempelajari Sifat Rumus

Lebih terperinci

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat A Akar kuadrat GLOSSARIUM Akar kuadrat adalah salah satu dari dua faktor yang sama dari suatu bilangan. Contoh: 9 = 3 karena 3 2 = 9 Anggota Himpunan Suatu objek dalam suatu himpunan B Belahketupat Bentuk

Lebih terperinci

BILANGAN ASLI, CACAH DAN BULAT

BILANGAN ASLI, CACAH DAN BULAT BILANGAN ASLI, CACAH DAN BULAT Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 9 Agustus 004 di PPPG Matematika Oleh: Drs. Marsudi Raharjo, M. Sc. Ed. Widyaiswara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, 3 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, ideal, daerah integral, ring quadratic.

Lebih terperinci

SOAL Babak Penyisihan Olimpiade Matematika ITS 2013 (7 th OMITS) Tingkst SMP Se-derajat

SOAL Babak Penyisihan Olimpiade Matematika ITS 2013 (7 th OMITS) Tingkst SMP Se-derajat SOAL Babak Penyisihan Olimpiade Matematika ITS 01 (7 th OMITS) Tingkst SMP Se-derajat SOAL PILIHAN GANDA 1) Sebuah bilangan sempurna adalah sebuah bilangan bulat yang sama dengan jumlah semua pembagi positifnya,

Lebih terperinci

BAB 1 Pola Bilangan, Barisan dan Deret

BAB 1 Pola Bilangan, Barisan dan Deret BAB 1 Pola Bilangan, Barisan dan Deret Amy Arimbi PENDAHULUAN Matematika adalah bahasa universal untuk menyajikan gagasan atau pengetahuan secara formal dan presisi sehingga tidak memungkinkan terjadinya

Lebih terperinci

Penulis: Dra. Sukajati, M.Pd. Penilai: Dra. Supinah Editor: Untung Trisna Swaji, S.Pd, M.Si. Ilustrator: Anang Heni Tarmoko

Penulis: Dra. Sukajati, M.Pd. Penilai: Dra. Supinah Editor: Untung Trisna Swaji, S.Pd, M.Si. Ilustrator: Anang Heni Tarmoko PAKET FASILITASI PEMBERDAYAAN KKG/MGMP MATEMATIKA PEMBELAJARAN OPERASI PENJUMLAHAN PECAHAN DI SD MENGGUNAKAN BERBAGAI MEDIA Penulis: Dra. Sukajati, M.Pd. Penilai: Dra. Supinah Editor: Untung Trisna Swaji,

Lebih terperinci

Soal-soal dan Pembahasan UASBN Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2008/2009

Soal-soal dan Pembahasan UASBN Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2008/2009 Soal-soal dan Pembahasan UASBN Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2008/2009 1. Hasil dari 635 + 175 225 =... A. 575 B. 585 C. 800 D. 900 BAB I Bilangan Penjumlahan dan pengurangan derajatnya sama, pengerjaannya

Lebih terperinci

Strategi Penemuan Pola pada Pemecahan Masalah

Strategi Penemuan Pola pada Pemecahan Masalah Strategi Penemuan Pola pada Pemecahan Masalah I Strategi Penemuan Pola dalam Penyelesaian Masalah Sehari-hari Penemuan pola adalah salah satu strategi dalam problem solving dimana kita dapat mengamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika (berhitung) diberikan kepada peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika (berhitung) diberikan kepada peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran matematika (berhitung) diberikan kepada peserta didik khususnya di Sekolah Dasar harus mengacu pada Standar Kompetensi dan berpedoman pada Undang-Undang

Lebih terperinci

FAKTOR DAN KELIPATAN KELAS MARS SD TETUM BUNAYA

FAKTOR DAN KELIPATAN KELAS MARS SD TETUM BUNAYA FAKTOR DAN KELIPATAN KELAS MARS SD TETUM BUNAYA A. KELIPATAN A. KELIPATAN Kelipatan suatu bilangan dapat diperoleh: 1. penjumlahan berulang, dan 2. penjumlahan bilangan dengan bilangan asli Contoh: Tentukanlah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi penjumlahan dua bilangan kuadrat sempurna. Seperti, teori keterbagian bilangan bulat, bilangan prima, kongruensi

Lebih terperinci

PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*)

PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*) PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*) A. Faktor Prima Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan faktor prima sebuah bilangan adalah pembagi habis dari sebuah bilangan

Lebih terperinci

Tata dan Dio bermain permainan bola di komputer. Bolabola itu bertuliskan bilangan-bilangan yang disusun seperti gambar berikut.

Tata dan Dio bermain permainan bola di komputer. Bolabola itu bertuliskan bilangan-bilangan yang disusun seperti gambar berikut. BAB 1 LETAK BILANGAN PADA GARIS BILANGAN Tata dan Dio bermain permainan bola di komputer. Bolabola itu bertuliskan bilangan-bilangan yang disusun seperti gambar berikut. Sumber : Ilustrasi Haryana Bacalah

Lebih terperinci

Bagaimana Mengajar Pembuktian?

Bagaimana Mengajar Pembuktian? Bagaimana Mengajar Pembuktian? Fadjar Shadiq, M.App.Sc (fadjar_p3g@yahoo.com atau www.fadjarp3g.wordpress.com) WI Madya PPPPTK Matematika Hal yang perlu dibuktikan sangat banyak. Contohnya rumus luas persegipanjang

Lebih terperinci

Sumber: Kamus Visual, 2004

Sumber: Kamus Visual, 2004 1 BILANGAN BULAT Pernahkah kalian memerhatikan termometer? Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu suatu zat. Pada pengukuran menggunakan termometer, untuk menyatakan suhu di bawah 0

Lebih terperinci

Soal-soal dan Pembahasan UASBN Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2008/2009

Soal-soal dan Pembahasan UASBN Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2008/2009 Soal-soal dan Pembahasan UASBN Matematika SD/MI Tahun Pelajaran 2008/2009 1. Hasil dari 635 + 175 225 =... A. 575 B. 585 C. 800 D. 900 BAB I Bilangan Penjumlahan dan pengurangan derajatnya sama, pengerjaannya

Lebih terperinci

C. 1 ; 13,9% ; 1 ; 1,3; B. 1 ; 1,3 ; 13,9% ; 1 ; D. 1 ; 1,3 ; 1 ; 13,9% ; 8. FPB dari 252 dan 432 adalah...

C. 1 ; 13,9% ; 1 ; 1,3; B. 1 ; 1,3 ; 13,9% ; 1 ; D. 1 ; 1,3 ; 1 ; 13,9% ; 8. FPB dari 252 dan 432 adalah... 1. Hasil 34.884 13.84 68 17 + 11.7 =... A. 42.44 B. 43.252 C. 43.298 D. 45.592 2. Andi menyisihkan uang saku sebesar Rp1., setiap hari. Setelah dua minggu, Andi membeli 8 buah buku tulis. Sekarang uang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A Fakultas : FMIPA Program Studi : Pendidikan Matematika Mata Kuliah/Kode : Teori Bilangan MAT 212 Jumlah SKS : Teori= 2 sks; Praktek= - Semester : Genap Mata Kuliah Prasyarat/kode : Logika dan Himpunan,

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (PTK Di SD Negeri 3 Mojopuro, Wuryantoro Kelas III Tahun Ajaran 2009/2010) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL OLIMPIADE MATEMATIKA BAGIAN PERTAMA

KUMPULAN SOAL OLIMPIADE MATEMATIKA BAGIAN PERTAMA KUMPULAN SOAL OLIMPIADE MATEMATIKA BAGIAN PERTAMA KUMPULAN SOAL OLIMPIADE MATEMATIKA Bagian Pertama Disusun Oleh Raja Octovin P. D APRIL 2008 SMA NEGERI 1 PEKANBARU Jl. Sulthan Syarif Qasim 159 Pekanbaru

Lebih terperinci

2 BILANGAN PRIMA. 2.1 Teorema Fundamental Aritmatika

2 BILANGAN PRIMA. 2.1 Teorema Fundamental Aritmatika Bilangan prima telah dikenal sejak sekolah dasar, yaitu bilangan yang tidak mempunyai faktor selain dari 1 dan dirinya sendiri. Bilangan prima memegang peranan penting karena pada dasarnya konsep apapun

Lebih terperinci

MODUL I. Buku Siswa MEMAHAMI BILANGAN PECAHAN DAN JENIS-JENISNYA. Untuk Kelas 1 SMP/MTs. Oleh Marsigit

MODUL I. Buku Siswa MEMAHAMI BILANGAN PECAHAN DAN JENIS-JENISNYA. Untuk Kelas 1 SMP/MTs. Oleh Marsigit MODUL I Buku Siswa MEMAHAMI BILANGAN PECAHAN DAN JENIS-JENISNYA Untuk Kelas SMP/MTs Oleh Marsigit PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) 00 0 A. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki zaman modern seperti sekarang ini, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan yang ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

4. Melakukan penjumlahan. dan pengurangan bilangan sampai 20. dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah

4. Melakukan penjumlahan. dan pengurangan bilangan sampai 20. dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah A. ANALISIS SK DAN KD MATERI SISTEM BILANGAN Berikut akan dipaparkan SK dan KD yang terkait materi sistem bilangan riil untuk SD, SMP, SMA dan SMK berdasarkan BSNP dari pusat serta analisis pemetaan SK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan pokok bahasan. Berikut ini diberikan pengertian-pengertian dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan pokok bahasan. Berikut ini diberikan pengertian-pengertian dasar 4 II. TINJAUAN PUSTAKA Untuk melakukan penelitian ini terlebih dahulu harus memahami konsep yang terkait dengan pokok bahasan. Berikut ini diberikan pengertian-pengertian dasar yang menunjang dan disajikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... 0 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Tujuan Penulisan Modul... C. Sasaran... D. Ruang Lingkup... BAB II PENGEMBANGAN MATERI... KB-: Konsep Dasar

Lebih terperinci

PAKET 1 CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN MATEMATIKA SMP/MTs

PAKET 1 CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN MATEMATIKA SMP/MTs PAKET 1 CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN MATEMATIKA SMP/MTs 1. * Kemampuan yang Diuji Menghitung hasil operasi tambah, kurang, kali dan bagi pada bilangan bulat Menentukan hasil operasi campuran bilangan bulat

Lebih terperinci

(a) 126 (b) 122 (c) 118 (d) 114

(a) 126 (b) 122 (c) 118 (d) 114 Halaman: 1 1. Seorang murid diminta menghitung hasil pembagian suatu bilangan dengan 6 lalu menambahkan hasil tersebut dengan 12. Tetapi ternyata murid tersebut melakukan kesalahan. Yang ia lakukan adalah

Lebih terperinci

BILANGAN DAN KETERBAGIAN BILANGAN BULAT

BILANGAN DAN KETERBAGIAN BILANGAN BULAT BILANGAN DAN KETERBAGIAN BILANGAN BULAT A. Sistem Bilangan Dalam matematika mempelajari urutan dan keberaturan di antara bilangan-bilangan merupakan suatu bagian yang sangat fundamental. Dengan ditemukannya

Lebih terperinci

METODE SOLOVAY-STRASSEN UNTUK PENGUJIAN BILANGAN PRIMA

METODE SOLOVAY-STRASSEN UNTUK PENGUJIAN BILANGAN PRIMA Buletin Ilmiah Mat Stat dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No 1 (2015), hal 85 94 METODE SOLOVAY-STRASSEN UNTUK PENGUJIAN BILANGAN PRIMA Sari Puspita, Evi Noviani, Bayu Prihandono INTISARI Bilangan prima

Lebih terperinci

Materi Olimpiade Matematika Vektor Nasional 2016 Jenjang SD:

Materi Olimpiade Matematika Vektor Nasional 2016 Jenjang SD: Materi Olimpiade Matematika Vektor Nasional 2016 Jenjang SD: 1. Bilangan dan Operasinya 2. Kelipatan dan Faktor 3. Angka Romawi, Pecahan dan Skala 4. Perpangkatan dan Akar 5. Waktu, Kecepatan, dan Debit

Lebih terperinci

UKK MATEMATIKA KELAS 7 SEMESTER 2

UKK MATEMATIKA KELAS 7 SEMESTER 2 UKK MATEMATIKA KELAS 7 SEMESTER 2 1. 16 siswa dari 120 siswa kelas 7 menggunakan tangan kiri di berbagai aktivitasnya (kidal). Di antara pecahan berikut yang menyatakan rasio antara siswa kidal dengan

Lebih terperinci

= = = (2 5) Dari faktor di atas, 10 9 mempunyai 9 digit nol.

= = = (2 5) Dari faktor di atas, 10 9 mempunyai 9 digit nol. PEMBAHASAN BABAK PENYISIHAN MATEMATIKA SMP AMSO 2017 1. Banyaknya angka nol pada digit terakhir dari hasil perkalian 1 5 10 15 20 25 0 5 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 adalah... Dari soal kita peroleh

Lebih terperinci

Tentukan semua bilangan bulat x sedemikian sehingga x 1 (mod 10). Jawab. x 1 (mod 10) jika dan hanya jika x 1 = 10 k untuk setiap k bilangan bulat.

Tentukan semua bilangan bulat x sedemikian sehingga x 1 (mod 10). Jawab. x 1 (mod 10) jika dan hanya jika x 1 = 10 k untuk setiap k bilangan bulat. Aritmatika Modular Banyak konsep aritmatika jam dapat digunakan untuk mengerjakan masalah-masalah yang berkenaan dengan kalender. Misalkan, hari minggu pada bulan Juli 2006 jatuh pada tanggal 2, 9, 16,

Lebih terperinci

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMPLB TUNARUNGU

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMPLB TUNARUNGU - 591 - I. KOMPETENSI INTI DAN MATEMATIKA SMPLB TUNARUNGU KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

PELATIHAN SUPERVISI PENGAJARAN UNTUK SEKOLAH DASAR TANGGAL 19 JUNI S.D. 2 JULI 2003 DI PPPG MATEMATIKA YOGYAKARTA. Disusun Oleh: Dra. Sukayati, M.Pd.

PELATIHAN SUPERVISI PENGAJARAN UNTUK SEKOLAH DASAR TANGGAL 19 JUNI S.D. 2 JULI 2003 DI PPPG MATEMATIKA YOGYAKARTA. Disusun Oleh: Dra. Sukayati, M.Pd. PELATIHAN SUPERVISI PENGAJARAN UNTUK SEKOLAH DASAR TANGGAL 9 JUNI S.D. JULI 00 DI PPPG MATEMATIKA YOGYAKARTA PECAHAN Disusun Oleh: Dra. Sukayati, M.Pd. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci