Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) ini disusun sebagai bagian dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) ini disusun sebagai bagian dari"

Transkripsi

1

2 Penerbit: Bank Indonesia Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta Indonesia Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) ini disusun sebagai bagian dari pelaksanaan kewenangan Bank Indonesia di bidang pengaturan dan pengawasan Makroprudensial sebagaimana tercantum pada Undang-undang No.21 Tahun KSK diterbitkan secara semesteran dengan tujuan untuk: Informasi dan Order: KSK ini terbit pada bulan September 2015 dan didasarkan pada data dan informasi per Juni 2015, kecuali Dokumen KSK lengkap dalam format pdf tersedia pada web site Bank Indonesia: Permintaan, komentar dan saran harap ditujukan kepada: Bank Indonesia Departemen Kebijakan Makroprudensial Jl.MH Thamrin No.2, Jakarta, Indonesia

3 Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi DEPARTEMEN KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL

4 ii Halaman ini sengaja dikosongkan

5 Kata Pengantar ix... xiii Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Perkembangan Risiko di Pasar Keuangan Global dan Regional Kondisi Umum Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia... 8 Financial Imbalances)... 9 Boks 1.1. Pelonggaran Kebijakan LTV/FTV KP/KP Syariah dan Uang Muka KKB/KKB Syariah: Menjaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi Boks 1.2. Dampak Rambatan Krisis Yunani Bab 2. Pasar Keuangan Risiko-risiko di Pasar Keuangan Pasar Keuangan Sebagai Sumber Pembiayaan Non Bank Boks 2.1. Transaksi Repo Syariah untuk Mendalamkan Pasar Uang Syariah Boks 2.2. Cross Currency SWAP Boks 2.3. Dampak Perlambatan Ekonomi Tiongkok terhadap Pasar Saham Indonesia Bab 3. Rumah Tangga dan Korporasi Asesmen Sektor Rumah Tangga Asesmen Sektor Korporasi Boks 3.1. Konsep Analisis Asesmen Perbankan Asesmen Risiko Keuangan Syariah Boks 4.3. Islamic Social Finance Kinerja Sistem Pembayaran Perkembangan Transaksi Sistem Pembayaran Indikator Sistem Pembayaran Boks Boks 5.3. Layanan Keuangan Digital dan Potensi Risiko Terhadap SSK Boks 5.4. Kewajiban Penggunaan Rupiah Di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Bab 6. Respons Kebijakan Bank Indonesia dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan Boks 6.1. PBI No. 17/10/PBI/2015 Tanggal 18 Juni 2015: Perlindungan Konsumen, Pemenuhan Kebutuhan Boks 6.2. PBI No. 17/11/PBI/2015 Tanggal 25 Juni 2015: Giro Wajib Minimum 158 Boks 6.3. PBI No. 17/5/PBI/2015 Tanggal 29 Mei 2015: Penyempurnaan Ketentuan Posisi Devisa Neto Melalui Penghapusan PDN 30 Menit Boks 6.4. Pelaksanaan Kewenangan Pemeriksaan Makroprudensial Boks 6.5. Memperkuat Koordinasi dan Komunikasi Antar Lembag Dampak Peningkatan Aturan Kecukupan Modal terhadap Spread Suku Bunga Bank Menggunakan Indikator Pelengkap di Indonesia iii

6 Tabel tabel Input Output Perbandingan rata-rata Spread NDF Negara Kawasan Komposisi Kepemilikan SBN Yield SBN Yield SBN 10 Tahun Kawasan Kepemilikan Obligasi Korporasi Kepemilikan Saham oleh Asing Per Kelompok Jenis Usaha Kepemilikan Saham oleh Asing Berdasarkan Sektor Penghimpunan dan Penyaluran Dana Dana Bank Tabel Boks Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Tabel Boks Indeks Pasar Saham Regional Komposisi Tingkat Konsumsi, Cicilan dan Tabungan Berdasarkan Tingkat Pendapatan per Bulan Komposisi DSR Berdasarkan Tingkat Pendapatan per Bulan Komposisi Tabungan Berdasarkan Tingkat Pendapatan per Bulan Perubahan Komposisi DSR dan Tabungan Berdasarkan Tingkat Pendapatan per Bulan Kredit Perseorangan Berdasarkan Jenis Penggunaannya Indikator Kinerja Keuangan Korporasi Sektoral Indikator Kinerja Keuangan Korporasi Komoditas Utama Penyaluran Kredit Korporasi menurut Sektor Ekonomi Kredit Komoditas Utama Ekspor Posisi Utang Luar Negeri Swasta Menurut Sektor Ekonomi Posisi Utang Luar Negeri Swasta Berdasarkan Investasi Langsung Menurut Sektor Ekonomi.. 70 Keuangan AL/NCD per BUKU Perkembangan Pangsa GWM Perkembangan LDR per Kelompok BUKU Pertumbuhan Deposito per BUKU Pertumbuhan dan Pangsa Kredit UMKM per BUKU NPL Gross Berdasarkan Spasial Rasio NPL Gross per BUKU NPL Gross Kredit UMKM Berdasarkan BUKU dan Perkembangan Laba/Rugi Industri Perbankan Perkembangan CAR berdasarkan BUKU Suku Bunga DPK per BUKU Suku Bunga Kredit per BUKU Nilai Kepemilikan SBN oleh Perbankan per BUKU Pangsa Kepemilikan SBN oleh Perbankan per BUKU Keterkaitan Industri Perbankan dan Industri Perusahaan Pembiayaan Keterkaitan Industri Perbankan dan Industri Perusahaan Pembiayaan Perkembangan Aset dan Kinerja Keuangan Asuransi Go Public Kecukupan Modal Minimum Asuransi Go Public 105 Tabel Boks Subsektor Penyumbang Peningkatan Kredit Kolektabilitas Perkembangan Sistem BI-RTGS, BI-SSSS, SKNBI, Transaksi menggunakan APMK dan Uang Elektronik Sepuluh Besar Bank dengan Terbanyak Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Tabel Boks Pangsa KPR/KPA Berdasarkan iv

7 1.1. Perkembangan Obligasi Pemerintah Perkembangan Perkembangan Indeks Saham CDS Negara Maju dan Kawasan Perkembangan Kurs Mata Uang Utama USD, Euro, Yen Perkembangan Kurs Mata Uang Negara ASEAN 5 Market Akumulasi Kepemilikan Asing Pada Saham Dan SBN Fed Fund Survey: FOMC Juni Survey Bloomberg: Kenaikan FFR Perkembangan Batubara, Tembaga, Nikel Dan Timah Perkembangan Harga Minyak Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Apresiasi/Depresiasi Terhadap USD Indeks Stabilitas Sistem Keuangan Total Aset Lembaga Keuangan Prosiklikalitas Pertumbuhan Kredit Siklus keuangan Indonesia Alat Likuid Kelompok Bank AL kelompok BPD dan DPK Milik Pemerintah dan Swasta dan PDB Kendaraan Bermotor : Saham, SBN, SBI Suku Bunga PUAB Rupiah O/N Perkembangan PUAB Rupiah Perilaku Transaksi PUAB Rupiah Perkembangan PUAB Valas Suku Bunga PUAB O/NValas Perilaku Transaksi PUAB Valas Transaksi Repo Antar Bank Transaksi Premi Risiko Pasar Valas Kepemilikan SBN Asing di SBN dan IDMA Turnover transaksi SBN dan obligasi Korporasi Posisi SBN per GDP Rebased yield Yield SBN Untuk Seluruh Tenor Rebased Yield SBN Per Tenor Asing di Obligasi Korporasi dan Kepemilikannya Yield Korporasi Per Tenor Yield Curve Obligasi Korporasi Perkembangan Indeks Harga Saham Arus Masuk Dana Asing di Pasar Saham Kawasan Net beli/jual Asing di Pasar Saham & Level IHSG Nilai Turnover Pasar Saham Share Frekuensi Perdagangan IHSG Kapitalisasi IHSG dan LQ Perkembangan Reksadana NAB Reksadana Berdasarkan Jenis Index Reksadana Close End dan Open End Perbandingan Yield Curve Obligasi Korporasi dan Rata-rata Suku Bunga KI & KMK Nominal Emisi Obligasi dengan mata uang yang berbeda dengan mata uang yang berbeda Contoh Transaksi CCS Tiongkok Tiongkok Tiongkok Beberapa Negara dengan Indonesia Singapura dan Indonesia PUAB Pertumbuhan PDB dan Kredit Kontribusi Sektor Konsumsi terhadap PDB Pertumbuhan Penjualan Riil v

8 vi 3.4. Indeks Keyakinan Konsumen, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini, Indeks Ekspektasi Harga Indeks Ekspektasi Harga pada 3 Bulan Mendatang Indeks Ekspektasi Harga pada 6 Bulan Mendatang Perseorangan Komposisi Kredit Perbankan Perkembangan Kredit Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Penggunaan Pertumbuhan Kredit dan NPL ke Sektor Rumah Tangga Perkembangan NPL Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Jenisnya Komposisi Kredit Rumah Tangga Menurut Jenisnya Perkembangan Harga Komoditas Global Perkembangan Realisasi dan Perkiraan Dunia Usaha Kapasitas Produksi Terpakai Indikator Kunci Kinerja Keuangan Korporasi Perkembangan Rasio Kinerja Keuangan Korporasi Publik Non Keuangan Indikator Kinerja Keuangan Korporasi Komoditas Utama Pergerakan Kinerja Korporasi Berdasarkan Altman Z-Score Ekonomi Kredit Korporasi pada Tiap Buku Bank Posisi Utang Luar Negeri Indonesia Rasio ULN terhadap PDB dan Pertumbuhan ULN & PDB Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian dan Rasio Likuiditas Perbankan Alat Likuid Perbankan Perkembangan DPK dan Kredit Perubahan DPK Berdasarkan Jenis Simpanan Pangsa Komposisi DPK Perbankan Perubahan DPK Berdasarkan Golongan Pemilik Pertumbuhan Kredit Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan Pangsa Kredit Per Jenis Pengunaan Pertumbuhan PDB Sektoral Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi Pertumbuhan Kredit Sektoral Penyaluran Kredit UMKM Pertumbuhan Kredit UMKM berdasarkan 4 Sektor Utama Rasio Rasio NPL gross per Sektor Ekonomi Rasio NPL gross per Jenis Penggunaan Rasio NPL Kredit UMKM dan Suku Bunga NPL Gross Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi Rasio Rasio Tier I Perbankan Total dan Rasio PDN per BUKU Kepemilikan SBN Berdasarkan Kategori per Juni Kelompok Debitur Pinjaman Luar Negeri Bank Komposisi Jatuh Tempo PLN Jangka Panjang Kenaikan NPL Kenaikan Suku Bunga Pelemahan Rupiah Penurunan Harga SBN Perkembangan PP Pembiayaan PP per Jenis Usaha Pembiayaan berdasarkan Jenis Valuta Perkembangan Utang Luar Negeri PP Pembiayaan & Pendanaan Sumber Dana Suku Bunga Pinjaman Bank Kepada PP Perkembangan ROA, ROE dan BOPO PP Pangsa Aset Industri Berdasarkan Jenis Aset dan Investasi Industri Asuransi Perkembangan Rasio terhadap Premi dan Klaim Bruto Industri Asuransi Perkembangan Indikator Asuransi Indonesia Perkembangan ULN Industri Asuransi DPK Rupiah BUKU Komposisi Aset Investasi Perusahaan Asuransi Go Public Perkembangan RBC Asuransi Go Public Semester I 2014 dan Semester I Total Aset Industri Keuangan Syariah Juni SubSektor Sistem Keuangan Syariah Pertumbuhan Pasar Modal

9 4.67. terhadap Total Perbankan Perkembangan DPK Komposisi DPK Perbankan Syariah Perkembangan Pembiayaan Pembiayaan Berdasarkan Jenis Penggunaan FDR Perbankan Syariah Tingkat Giro dan Tabungan Tingkat Deposito 1,3,6, dan 12 bulan Struktur Imbal Hasil DPK Syariah posisi April Gap Return DPK Perbankan Syariah dan Konvensional NPF berdasarkan Jenis Pembiayaan NPF Berdasarkan Sektor Ekonomi dan AL/NCD) BOPO ROA dan ROE Perkembangan Index Saham Syariah Perkembangan Nilai Kapitalisasi Pasar Modal Syariah Nilai Emisi, Jumlah Sukuk yang diterbitkan dan Pertumbuhan Sukuk Korporasi berdasarkan Nilai Emisi Pertumbuhan Nilai SBSN Jumlah SBSN Komposisi Reksadana Syariah berdasarkan Pertumbuhan NAB reksadana syariah Sektor Ekonomi Kolektabilitas per Provinsi Zakat Nasional Kepemilikan Rekening Penduduk Dewasa di Indonesia Perkembangan Agen LKD Persentase Frekuensi Transaksi Uang Elektronik yang dilakukan pada Agen LKD Perkembangan Jumlah Uang Elektronik yang Dibuka di Agen LKD Kliring Warkat Debit Kliring Warkat Debit Transaksi Antar Penduduk dalam dan Nilai Impor Pertumbuhan Kredit Pertumbuhan DPK Pertumbuhan NPL Perkembangan NPL KPR dan Total Kredit Perkembangan dan Saldo Giro Awal Hari secara Industri Perkembangan per Kelompok BUKU vii

10 viii Halaman ini sengaja dikosongkan

11 Kata Pengantar September Penyusunan KSK merupakan salah satu bentuk transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan tugas Bank Secara umum, kondisi sistem keuangan Indonesia pada semester I 2015 masih dipengaruhi oleh tantangan yang memberikan dampak terhadap kondisi sistem keuangan Indonesia. Tantangan yang bersumber dari eksternal tersebut, mata uang USD terhadap hampir seluruh mata uang dunia, dan penurunan harga komoditas internasional. Sementara yang belum sesuai dengan rencana. rasio kredit bermasalah pada level yang cukup rendah. Industri perbankan, yang memiliki porsi aset keuangan terbesar juga mampu menjaga ketahanan pada level yang aman. Melengkapi asesmen SSK secara keseluruhan, edisi KSK kali ini juga menyajikan perkembangan industri keuangan beberapa respons kebijakan Bank Indonesia khususnya dalam upaya mendukung tercapainya stabilitas makroekonomi serta pertumbuhan ekonomi. Upaya tersebut dilakukan melalui pelonggaran kebijakan makroprudensial, pelaksanaan kegiatan surveillance Respons kebijakan di bidang SSK tersebut dilaksanakan bersinergi dengan kebijakan Bank Indonesia lainnya yaitu kebijakan di bidang moneter dan kebijakan di bidang sistem pembayaran. Disamping itu, pelaksanaan kebijakan Bank Indonesia tersebut juga diperkuat dengan langkah koordinasi lintas otoritas antara Bank Indonesia, Pemerintah, dan otoritas terkait lainnya baik dalam bentuk koordinasi bilateral maupun dalam kerangka Forum Koordinasi Stabilitas Sistem ix

12 pembaca dalam memahami kondisi, risiko serta respons kebijakan Bank Indonesia dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan, sehingga dapat membantu dalam menciptakan iklim pasar yang baik serta mengurangi potensi risiko sangat kami harapkan. Jakarta, September 2015 GUBERNUR BANK INDONESIA Agus D. W. Martowardojo x

13 Ringkasan xi

14 halaman ini sengaja dikosongkan xii

15 Pada semester I 2015, pasar keuangan global arah kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS). Realisasi pertumbuhan ekonomi AS yang belum mencapai titik optimal sebagaimana ekspektasi banyak pihak diterapkannya kebijakan normalisasi. Meskipun demikian, mulai membaiknya fundamental ekonomi AS memicu ekspektasi positif dari investor sehingga mendorong penguatan mata uang dollar AS terhadap hampir seluruh mata uang dunia. Hal ini terutama dipicu oleh perilaku dasar investor yang cenderung mencari risk adjusted return Sementara itu, European Central Bank (ECB) masih melanjutkan kebijakan (QE) dalam rangka mendukung tercapainya target inflasi dan pemulihan ekonominya. Kebijakan yang sama juga ditempuh oleh Bank of Japan melalui Kebijakan di Eropa dan Jepang menyebabkan semakin berlimpahnya likuiditas global. market Asia mengalami perlambatan ekonomi sebagai dampak dari melemahnya ekonomi Tiongkok. Kondisi ekonomi yang mencari yang lebih menguntungkan. Perilaku perpindahan likuiditas dari, termasuk Indonesia, ke negara yang lebih menguntungkan tersebut akan menambah potensi kerentanan di negara. Seiring dengan meningkatnya potensi kerentanan dan melemahnya fundamental ekonomi, negara-negara juga dihadapkan pada meningkatnya risiko yang tercermin dari naiknya premi Credit Default Swap (CDS). Kecenderungan penguatan USD juga berdampak terhadap melemahnya harga komoditas internasional, selain karena faktor permintaan global yang masih lemah. Penguatan USD menjadikan harga komoditas menggunakan mata uang bukan USD, sehingga mendorong pelemahan permintaan komoditas lebih lanjut. Pelemahan mentah. oleh pelemahan kinerja perekonomian Indonesia, berdampak terhadap meningkatnya tekanan di pasar keuangan Indonesia. Peningkatan tekanan tercermin dari menurunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia dan meningkatnya yield Surat Berharga Negara (SBN). IHSG melemah dari 5288,00 pada akhir semester II 2014 menjadi 4910,66 pada akhir seluruh indeks sektoral, sejak pertengahan semester I Yield SBN meningkat di semua tenor, dengan peningkatan terbesar dialami oleh SBN bertenor jangka menengah yang mengindikasikan masih tingginya ke depan. Yield SBN 10 (sepuluh) tahun meningkat sebesar 51,4bps dari 7,74% pada semester II 2014 menjadi 8,26% pada semester I Peningkatan yield SBN tenor ini juga xiii

16 7,9bps. Jika dibandingkan dengan negara-negara di yield SBN di tenor tersebut merupakan salah satu yang mengalami peningkatan terbesar. Di tengah tantangan eksternal dan domestik, perbankan masih memiliki ketahanan yang cukup baik, meski kinerjanya mengalami sedikit penurunan. Ketahanan tetap terjaga. (CAR) meningkat dari 19,57% pada semester II 2014 menjadi 20,35% pada semester I Peningkatan CAR merupakan cerminan upaya bank untuk memperkuat struktur permodalannya perbankan dalam penyaluran kredit yang pada akhirnya berdampak pada melambatnya pertumbuhan ATMR. terutama risiko kredit, risiko pasar, dan risiko likuiditas. Pada semester I 2015 kinerja perbankan mengalami sedikit penurunan. Fungsi intermediasi perbankan sedikit melemah seiring dengan perlambatan pertumbuhan Loan to Deposit (LDR) perbankan menurun dari 89,30% pada semester II 2014 menjadi 88,62%. Perlambatan pertumbuhan ekonomi di satu sisi menyebabkan melambatnya pertumbuhan kredit, sedangkan di sisi lain menyebabkan meningkatnya pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan. Kombinasi diantara keduanya mendorong penurunan LDR. Melemahnya kinerja perekonomian dan meningkatnya pesimisme pelaku ekonomi terhadap prospek ekonomi menyebabkan pelaku ekonomi berhati-hati dalam diantaranya mendorong mereka untuk lebih memilih menyimpan dananya di perbankan daripada membiayai kegiatan usaha. Sebagai konsekuensinya, pertumbuhan DPK cenderung meningkat pada semester laporan. Sementara itu, pertumbuhan kredit yang melambat disebabkan permintaan masyarakat dan penghasilan yang menurun, sehingga baik pebisnis maupun konsumen mengurangi permintaan kreditnya. Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada umumnya disertai oleh persepsi kenaikan risiko dunia usaha, yaitu berupa kemungkinan default debitur yang semakin tinggi, sehingga mendorong kreditnya. Penurunan kinerja perbankan juga tercermin dari efisiensi dan Return On Asset (ROA) yang menurun. peningkatan rasio beban operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional (BOPO) dan penurunan keuntungan industri perbankan. ROA industri perbankan turun dari 2,85% di semester II 2014 menjadi 2,29%. Penurunan kinerja perbankan diikuti dengan meningkatnya risiko. Risiko perbankan dipicu oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi, nilai tukar Rupiah yang terdepresiasi, kenaikan yield SBN, serta kenaikan harga komoditas internasional. Sumber-sumber risiko ini terutama berdampak terhadap meningkatnya risiko kredit dan risiko pasar, sementara kenaikan risiko likuiditas lebih disebabkan oleh faktor musiman hari raya keagamaan. Risiko kredit perbankan cenderung meningkat Non- (NPL) perbankan meningkat dari 2,16% pada akhir semester II 2014 menjadi 2,56% pada akhir threshold yang ditetapkan yaitu sebesar 5%. Kenaikan NPL terjadi di seluruh sektor ekonomi seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik yang telah berlangsung sejak akhir 2011 dan penurunan harga komoditas internasional. Kelompok debitur korporasi dari 1,93% menjadi 2,55%. Sementara itu, NPL kelompok xiv

17 rumah tangga juga naik dari 1,48% menjadi 1,75% pada periode yang sama. penurunan harga komoditas nonmigas internasional memicu peningkatan risiko kredit sektor korporasi. 2015, kinerja korporasi yang tercatat di BEI melemah, tercermin dari penurunan Return On Asset (ROA) dan Return On Equity di hampir seluruh sektor, kecuali sektor perdagangan, jasa dan investasi. Emiten sektor pertanian dan sektor pertambangan mengalami penurunan kinerja keuangan terbesar sejalan dengan penurunan harga komoditas kinerja korporasi yang berkelanjutan akan berdampak pada repayment capacity korporasi yang selanjutnya akan memengaruhi risiko kredit perbankan dan perusahaan pembiayaan. Risiko kredit pada sektor Rumah Tangga (RT) dengan (DSR) di atas 30% mengalami kenaikan pada semua kelompok pendapatan. Kondisi ini cukup berisiko di tengah ekspektasi terhadap pendapatan ketidakseimbangan keuangan antara pendapatan dan memengaruhi repayment capacity sektor RT di masa yang akan datang. Eksposur perbankan terhadap risiko pasar pada karena bank memiliki portofolio SBN dalam kategori dan terhadap suku bunga. Sebagai konsekuensi dari eksposur tersebut, bank akan terpengaruh terhadap perubahan harga SBN, tingkat suku bunga, dan pelemahan nilai tukar Rupiah. Pada semester laporan, risiko pasar industri perbankan relatif rendah sejalan dengan penurunan portofolio SBN dan AFS. Sementara bunga DPK cenderung menurun sehingga menurunkan risiko pasar akibat nilai tukar cenderung moderat. Pada akhir semester I 2015, perbankan mencatat kenaikan posisi valas dibandingkan semester lalu. Meskipun posisi valas meningkat, rasio Posisi Devisa Neto (PDN) batas ketentuan yang ditetapkan sebesar 20%. Likuditas industri perbankan pada akhir semester I 2015 menurun dibandingkan semester sebelumnya disebabkan oleh aliran keluar uang kartal menjelang Hari Raya Idul Fitri. Kondisi likuiditas yang dicerminkan dari rasio AL terhadap NCD (AL/NCD) menurun dari 99,83% pada semester II 2014 menjadi 92,50% pada semester I 2015 dan AL/DPK yang menurun dari 20,53% menjadi 19,00% di periode yang sama. Sementara itu, seiring dengan intermediasi perbankan secara industri, penyaluran kredit kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga tumbuh melambat disertai dengan peningkatan risiko kredit. Perlambatan ini dikarenakan pelemahan kegiatan ekonomi dan juga karena pengetatan penyaluran kredit oleh perbankan seiring dengan meningkatnya NPL kredit UMKM menjadi sektor Konstruksi (9,29%), sektor Listrik, Gas & Air (7,93%) dan sektor Pertambangan & Penggalian (7,72%). Secara umum, ketahanan industri perbankan dalam menghadapi risiko kredit, risiko pasar dan risiko stress test risiko kredit 1 menunjukkan permodalan mengalami sedikit penurunan 1) Stress test menggunakan asumsi penurunan PDB sebesar 3% dari PDB baseline. xv

18 namun masih jauh di atas ketentuan modal minimum sebesar 8%. Sementara itu, berdasarkan hasil stress test risiko pasar 2 stress test likuiditas 3 perbankan dalam menghadapi shock akibat kenaikan FFR masih menunjukkan posisi likuiditas yang relatif cukup kuat karena rasio likuiditas perbankan masih jauh berada di atas threshold sebesar 8,5%. Transmisi kepada likuiditas perbankan dilakukan melalui penurunan harga surat berharga yang dimiliki bank. Bank (IKNB) terus mengalami peningkatan sebagaimana tercermin dari peningkatan aset Perusahaan Pembiayaan (PP) sebesar 4,14% dan Perusahaan Asuransi sebesar peningkatan risiko sebagaimana tercermin dari peningkatan rasio NPF PP dan rasio klaim bruto terhadap premi bruto. Salah satu potensi risiko bagi PP adalah eksposur terhadap risiko nilai tukar karena meningkatnya tren Pinjaman Luar Negeri (PLN). Walaupun demikian, sebagian melalui. Hasil stress test ketahanan permodalan PP menunjukkan dampak pelemahan nilai tukar masih terbatas. Sementara itu, asesmen risiko interconnectedness PP dengan perbankan menunjukkan keterkaitan antara PP dan perbankan mengalami penurunan. Meski risiko usaha perusahaan asuransi mengalami tercermin dari rasio current asset terhadap current threshold. Demikian halnya potensi risiko depresiasi nilai tukar dan perubahan suku terhadap ULN rendah. Risiko interconnectedness dengan 2 Stress test menggunakan kenaikan suku bunga sebesar 5%, penurunan harga SBN sebesar 25%, depresiasi nilai tukar sebesar 50%. 3 Menggunakan asumsi penurunan posisi surat berharga (, AFS dan HTM) berdasarkan pola historis QE 1, 2, dan 3. bank mengalami peningkatan bersumber dari peningkatan penempatan dana asuransi dalam bentuk DPK perbankan dan kepemilikan surat utang bank oleh perusahaan asuransi. Sebagaimana halnya yang dialami oleh sektor keuangan konvensional, kinerja sektor keuangan syariah juga mengalami perlambatan, khususnya di 2 (dua) sektor utama, yaitu perbankan dan pasar modal. Di sektor perbankan, beberapa indikator kinerja utama mengalami penurunan yang ditandai oleh melambatnya pertumbuhan aset, penghimpunan DPK, pembiayaan syariah, dan permodalan. Rasio permodalan syariah, meski menurun sekitar 14% di akhir semester I Berbeda dengan perbankan konvensional, risiko kredit perbankan syariah yang tercermin dari (NPF) justru menurun, antara lain karena adanya konsolidasi internal di perbankan syariah. Sementara itu, risiko likuiditas mengalami peningkatan tercermin dari menurunnya rasio alat likuid yang disebabkan oleh turunnya penempatan dana perbankan syariah di Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah (FASBIS) 4. Kondisi yang sama juga dialami oleh sektor pasar modal syariah yang menguasai 93% total aset sektor keuangan syariah. Indeks harga saham syariah mengalami penurunan sebesar 4,93% dan pertumbuhan nilai kapitalisasi pasar mengalami penyusutan dari 15,21% pada semester II 2014 menjadi -5,08%. Dari sisi infrastruktur sistem keuangan, penyelenggaraan sistem pembayaran selama semester I lain mampu mendukung terjaganya stabilitas sistem keuangan. Kinerja sistem pembayaran yang baik tersebut tercermin dari terpenuhinya target beberapa indikator Real (BI-RTGS), Bank Indonesia Scripless 4 FASBIS adalah fasilitas simpanan dalam rupiah yang disediakan oleh BI kepada bank untuk menempatkan dananya di BI dalam rangka Syariah. xvi

19 (BI-SSSS) dan Sistem Kliring () yang telah ditetapkan. Sementara itu, kinerja yang baik pada sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh industri, ditunjukkan melalui terlaksananya transaksi pembayaran oleh masyarakat dalam volume yang relatif tinggi dibandingkan dengan laporan periode sebelumnya. Selain itu, pada semester I 2015 Bank Indonesia menempuh kebijakan guna memperkuat infrastruktur pembayaran ritel melalui implementasi SKNBI Generasi II dan meningkatkan keamanan dan kelancaran pelaksanaan transaksi dan setelmen di Pasar Modal melalui implementasi penggunaan Central Bank Money (CeBM). semester I Risiko likuditas dan operasional dalam batas yang terkendali, terlihat dari kondisi saldo giro yang terjaga, serta dan yang berada pada level yang stabil. Selain itu, risiko setelmen volume transaksi pembayaran melalui Sistem BI-RTGS yang ) sampai window ). Sementara itu, Bank Indonesia terus melakukan pemantauan terhadap risiko sistemik yang muncul dari keterhubungan (interconnectedness) antar peserta Sistem BI-RTGS. Pada semester I 2015, respon kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia (BI) di bidang Stabilitas Sistem Keuangan diarahkan untuk mendukung tercapainya stabilitas makroekonomi serta pertumbuhan ekonomi. Dukungan tersebut dicapai melalui pelonggaran kebijakan makroprudensial, pelaksanaan terhadap perbankan kepada pelaku ekonomi. Pelonggaran kebijakan makroprudensial dimaksudkan untuk meningkatkan fungsi intermediasi perbankan. Relaksasi kebijakan ini diberlakukan baik terhadap sektor-sektor produktif maupun terhadap Rasio Loan to Value (LTV) atau Rasio F (FTV) dan kebijakan GWM- (GWM- LFR). Kebijakan LTV dan FTV ditujukan untuk kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor, baik berbasis perbankan konvensional maupun syariah. Sedangkan kebijakan GWM LFR merupakan ketentuan GWM- (LDR) yang disesuaikan lebih lanjut dengan memasukkan komponen surat-surat berharga nonsubordinasi ke dalam perhitungan pendanaan bank. Disamping untuk pasar keuangan, perluasan pendanaan ini memberikan tambahan ruang intermediasi bagi perbankan. Ketentuan GWM-LFR juga dimaksudkan untuk meningkatkan akses UMKM terhadap layanan perbankan, karena GWM LFR mengaitkan penyaluran kredit atau pembiayaan UMKM Sementara itu, kegiatan terhadap sistem terjadinya risiko sistemik. terutama dilakukan terhadap Systemically Important Banks (SIB) 5. Kegiatan ini informasi yang diperlukan dalam melakukan asesmen luas jaringan, atau kompleksitas transaksi atas jasa perbankan, serta keterkaitan dengan sektor keuangan lain dapat mengakibatkan gagalnya sebagian atau keseluruhan bank lain atau sektor jasa keuangan. Bentuk kegagalan tersebut Risiko sistemik adalah potensi instabilitas sebagai akibat terjadinya gangguan yang menular () pada sebagian atau seluruh sistem keuangan karena interaksi dari faktor ukuran (size), kompleksitas usaha (complexity), dan keter- interconnectedness), serta procyclicality SIB berdasarkan PBI No.16/11/PBI/2014 tanggal 1 Juli 2014 tentang Pengaturan xvii

20 dan penilaian terhadap potensi risiko sistemik di industri perbankan maupun sistem keuangan secara keseluruhan. Sedangkan pemeriksaan kepatuhan dilakukan untuk memastikan kepatuhan bank terhadap ketentuan makroprudensial maupun ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Dalam pelaksanaan pemeriksaan, BI berkoordinasi dengan OJK sebagai otoritas pengaturan dan Sementara itu, kebijakan untuk meningkatkan upaya pendalaman pasar keuangan dilakukan melalui amandemen terhadap ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN). Ketentuan ini memberikan keleluasaan bagi perbankan untuk mengelola eksposur valuta asing dengan tetap risiko yang sehat. BI juga meningkatkan koordinasi dengan otoritas lain. Selain di bidang pemeriksaan, BI juga berkoordinasi dengan OJK yang diformalkan dalam Forum Koordinasi Makro dan Mikro (FKMM). Area koordinasi antara lain information, koordinasi dan penyelarasan kebijakan, termasuk pelaksanaan terhadap bank-bank yang berpotensi menimbulkan risiko sistemik. Selain dengan OJK, peningkatan koordinasi juga dilakukan melalui Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) khususnya dalam rangka pencegahan dan penanganan krisis. xviii

21 Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan1 1

22 Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Halaman ini sengaja dikosongkan 2

23 Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Bab 1 Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Pada semester I 2015, pertumbuhan ekonomi global cenderung bias ke bawah terutama disebabkan ekonomi di beberapa negara masih mengalami perbedaan pertumbuhan sebagaimana terlihat dari pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa yang mulai mengalami perbaikan, sementara pertumbuhan 1.1. PERKEMBANGAN RISIKO DI PASAR KEUANGAN GLOBAL DAN REGIONAL Pada paruh pertama tahun 2015, pasar keuangan ketidakpastian rencana Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan suku bunga Fed Fund Rate 3

24 Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 Jun-13 Jul-13 Aug-13 Sep-13 Oct-13 Nov-13 Dec Jan-14 Rebased 1/1/2014 Feb-14 Mar-14 USA Sumber: Bloomberg Perkembangan Obligasi Pemerintah USA Thailand Rebased 1/1/2013 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 Jun-13 Jul-13 Aug-13 Sep-13 Oct-13 Nov-13 Dec-13 USA Apr-14 Jun-14 Jul-14 Philippines Philippines Philippines Yield 10Yr (EM) Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Japan Brasil Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Japan Indonesia Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Japan Brasil Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Indonesia China Brasil Indonesia Apr-15 Jun-15 Perkembangan Credit Default Swap (CDS) Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg Perkembangan Indeks Saham Thailand Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 Jun-15 Jul-15 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 Jun-15 Thailand Pada semester I 2015, kondisi pasar keuangan internasional dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi perekonomian AS dipengaruhi oleh penguatan dolar Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di beberapa masing-masing tercermin dari pertumbuhan penjualan Purchasing Managers Index (PMI) sektor terkontraksi dan pertumbuhan belum mengalami perubahan dibandingkan semester melakukan program untuk mendukung Sementara Bank of Japan (BoJ) masih mempertahankan stance Abe s 3 rd arrow Sentral Tiongkok (the People s Bank of China/PBoC) menurunkan GWM untuk bank besar serta menurunkan deposit rate dan lending rate 4

25 Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan US Japan China Thailand Philipines Indonesia Brazil Jun Des-14 Sumber: Bloomberg rebased 100 = 1/1/2014 Jun-14 May-14 Apr-14 Mar-14 Feb-14 Jan-14 Sumber: Bloomberg Sep-14 Aug-14 Jul-14 Nov-14 Oct-14 Feb-15 Jan-15 Dec-14 Apr-15 Mar-15 EUR JYP IDR THB PHP MYR Aug-15 Jul-15 Jun-15 May-15 Di semester I 2015, tren penguatan mata uang USD masih terus terjadi, menjadikan USD menguat hampir kebijakan The Fed, penguatan USD tersebut juga didorong oleh stance Dari sisi kebijakan The Fed, rencana untuk mulai melakukan normalisasi kebijakan dan menaikkan Fed Fund Rate (FFR) apabila ekonomi Amerika memberikan higheryielding assets return dan mulai berinvestasi di USD based assets mahal bagi Non-USD buyer Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Sumber: Bloomberg Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 India Filipina Jan-13 Apr-13 Jul-13 Oct-13 Indonesia Thailand Jan-14 Apr-14 Jul-14 Oct-14 Jan-15 Apr-15 Jul-15 dengan mulai mengurangi investasi di based asset. 5

26 Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Billion USD Krisis Keua ngan global Isu Tapering off Sumber: Bloomberg : FOMC Juni Longer run Percent Rp T AKUMULASI NET FLOW ASING : 11 Jun 2015 Feb Mar-15 Apr-15 Jun Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 Jun-15 Jul-15 - Q2 15 Q3 15 Q4 15 Later Sumber: Bloomberg IHSG SBN Sebagian besar pelaku pasar masih memperkirakan kenaikan FFR terjadi pada September 2015, meskipun terdapat kecenderungan peningkatan jumlah pelaku Survei Bloomberg tanggal 11 Juni 2015 dan FOMC semester II 2015 menunjukkan ekspektasi kenaikan FFR penguatan USD berdampak pada harga komoditas dunia shale oil Perkembangan Batubara, Tembaga, Nikel Dan Timah rebased 100=1/1/ terjadi pada komoditas batubara dan karet seiring dengan Apr-14 Mar-14 Feb-14 Jan-14 Jun-14 Aug-14 Jul-14 Batubara Nikel Des-14 Nov-14 Oct-14 Sep-14 Feb-15 Jan-15 Tembaga Timah Apr-15 Mar-15 Aug-15 Jul-15 Jun-15

27 Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan U$$/bare /30/2014 1/30/2014 1/30/2014 1/30/2014 1/30/2014 1/30/2014 1/30/2014 1/30/2014 1/30/2014 1/30/2014 1/30/2014 1/30/2014 1/30/2014 1/30/2014 1/30/2014 1/30/2014 1/30/2014 1/30/2014 Brent 1.2. PERKEMBANGAN RISIKO DI PASAR KEUANGAN DOMESTIK Beberapa tantangan pada pasar keuangan domestik lain berasal dari perlambatan pertumbuhan ekonomi wait and see) investor WTI Minas Dari sisi eksternal, ekspor tumbuh terbatas seiring Sementara itu, pasar keuangan domestik juga tukar rupiah secara point to point melemah sebesar 7,11% peers, Selatan, pelemahan nilai rupiah relatif lebih moderat Pelemahan nilai tukar rupiah pada semester I 2015 rencana kenaikan suku bunga AS (Fed Fund Rate/FFR), dan 7

28 Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Apresiasi/Depresiasi Terhadap USD Data as of June, 30 2-Jan 12-Jan 20-Jan 28-Jan 5-Feb 13-Feb 24-Feb 4-Jan 12-Jan 20-Jan 30-Jan 8-Apr 24-Apr 1-Jun 10-Jun 18-Jun IDR/USD Sumber: Bloomberg THB PHP IDR INR CNY KRW SGD MRY TRY ZAR BRL JPY EUR -7,11-7,50 31 Jun 2014 vs 30 Jun ,47-1,61-0,86-0,73-0,95-2,91-4,30-2,20-0,86-1,77-5,89-7,31-10,14-12,93-10,43-8,20-5,45-14,35-10,97-2,43-10,00-20,00-15,00-10,00-5,00 0,00 5,00 10,00 15,00 point-to-point ,20 20, KONDISI UMUM STABILITAS SISTEM KEUANGAN INDONESIA pelemahan nilai tukar Rupiah, kondisi stabilitas sistem Indeks Stabilitas Sistem Keuangan 0,07 average 8,65 disebabkan oleh tren peningkatan NPL perbankan, penurunan profitabilitas serta penurunan tingkat yield 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 Aug-02 Mar-03 Oct-03 Dec-04 Jul-05 Aug-02 Nov-07 Jun-08 Jan-09 Aug-09 Mar-10 Dec-11 Jul-12 Feb-13 Sep-13 Apr-14 Nov-14 Jun-15 Sumber: Bank Indonesia Aset Sistem Keuangan Berdasarkan total aset sistem keuangan, industri perbankan masih mendominasi sistem keuangan keuangan pada semester I 2015 berada pada kisaran aset lembaga keuangan per Juni 2015 tercatat sebesar maka kondisi stabilitas sistem keuangan sangat dipengaruhi

29 Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan 1,20% 3,49% 2,55% 10,28% 5,76% 0,15% 0,51% 76,06% Perbankan Bank Syariah BPR Perusahaan Asuransi Dana Pensiun Perusahaan Pembiayaan Perusahaan Penjaminan Pegadaian 1.4. Sumber-sumber Ketidakseimbangan Keuangan Pada semester I 2015, perekonomian global dan pemulihan ekonomi Amerika Serikat, The Fed telah disebabkan harga komoditas secara nominal menjadi lebih Perkembangan perekonomian tersebut telah meningkatkan kerentanan baik di perekonomian maupun global, investasi di negara-negara menjadi lebih tidak menarik dibandingkan dengan dana keluar (capital outflow) dari bergantung kepada ekspor komoditas mengalami berasal dari faktor eksternal tersebut menjadi salah satu Kontraksi Siklus Keuangan Hingga akhir semester laporan, perilaku prosiklikal ketidakpastian perekonomian global dan domestik, perilaku prosiklikalitas perbankan ditunjukkan dengan menahan laju pertumbuhan aset antara lain melalui peningkatan lending standard kredit (respon kebijakan terkait perlambatan kredit 7 9

30 Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan perbankan dan korporasi namun harus didukung oleh perlambatan (kontraksi) sebagaimana tercermin dari Siklus 8 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 Dec-01 Jun-02 Dec-02 Jun-03 Dec-03 Jun-04 Dec-04 Jun-05 Dec-05 Jun-06 Dec-06 Jun-07 Dec-07 Jun-08 Dec-08 Jun-09 Dec-09 Jun-10 Dec-10 Jun-11 Dec-11 Jun-12 Dec-12 Jun-13 Dec-13 Jun-14 Dec-14 Jun-15 Pert, Kredit (%, yoy) Pert, PDB (%, skala kanan) overheathing slowing down overheathing slowing down Dec-01 Jun-02 Dec-02 Jun-03 Dec-03 Jun-04 Dec-04 Jun-05 Dec-05 Jun-06 Dec-06 Jun-07 Dec-07 Jun-08 Dec-08 Jun-09 Dec-09 Jun-10 Dec-10 Jun-11 Dec-11 Jun-12 Dec-12 Jun-13 Dec-13 Jun-14 Dec-14 Jun-15 Kredit/PDB (%) 2014 tren 8,0 7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,10 0,08 0,06 0,04 0,02 - (0,02) (0,04) (0,06) (0,08) (0,10) 1995Q2 Siklus keuangan Indonesia 1998Q2 2000Q2 2005Q2 2007Q2 2009Q2 2013Q3 proyeksi 1993Q2 1993Q2 1993Q2 1995Q4 1996Q2 1997Q1 1997Q4 1998Q3 1999Q2 2000Q1 2000Q4 2001Q Q2 2003Q1 2003Q4 2004Q3 2005Q2 2006Q4 2006Q4 2007Q3 2008Q4 2009Q1 2009Q4 2010Q3 2011Q2 2012Q1 2012Q4 2013Q3 2014Q2 2015Q1 2015Q4 2016Q3 0,02 0,02 0,01 0,01 - (0,01) (0,01) (0,02) Sirklus keuangan (Band Pass Filter/LHS) Sirklus Bisnis (Band Pass Filter/LHS) Peak SK (TP) Trough SK (TP) Krisis (0,02) Moderasi pertumbuhan ekspor Indonesia akibat pelemahan ekonomi mitra dagang Indonesia, tren penurunan harga komoditas internasional, dan depresiasi mencapai Rp535,1 triliun atau 35,9% dari target Anggaran Sejalan dengan pajak, realisasi Penerimaan Negara Bukan tersebut, kenaikan realisasi belanja kementerian dan pemerintah daerah akibat perubahan nomenklatur kementerian menjadi Hingga semester I 2015, realisasi belanja negara mencapai 10

31 Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan drastis, dari Rp403 triliun pada 2014 menjadi 212,1 terbesar berasal dari belanja pemerintah pusat antara lain sama juga terjadi pada dana perimbangan daerah (DAU realisasi dana perimbangan diperkirakan menurun terindikasi dari peningkatan dana milik pemerintah daerah Dana milik pemerintah daerah di perbankan meningkat cukup tajam dari pada akhir Juni 2014 menjadi 120 Rp T Rp T Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Apr Mei Jul KCBA Campuran BPD Persero (RHS) Swasta (RHS) 800 Rp T Trillions 3, , ,600 3,500 3,400 3,300 3,200 3,100 3,000 2, ,800 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 Mar-15 May-15 Jul-15 Penduduk - Sektor Pemerintah (RHS) Penduduk - Sektor Swasta 11

32 Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Perbandingan Realisasi APBN (Rp Triliun) * A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 593,3 44,3 623,2 43,3 1,635,4 711,3 43,5 599,8 34,0 I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 592,6 44,5 622,4 43,5 1,633,1 710,3 43,5 599,7 34,1 1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 456,8 46,6 485,4 45,1 1,246,1 538,2 43,2 490,7 32,9 a. Pajak Dalam Negeri 432,2 46,4 464,0 45,1 1,189,8 515,5 43,3 475,2 33,0 b. Pajak Perdagangan Internasional 24,6 49,5 21,4 45,0 56,3 22,7 40,3 15,5 31,4 2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 135,8 38,6 137,1 38,6 386,9 172,2 44,5 109,0 40,5 a. Penerimaan Sumber Daya Alam 80,0 35,4 73,2 32,3 241,1 100,5 41,7 43,5 36,6 B. BELANJA NEGARA 629,5 42,2 676,5 41,0 1,876,9 759,9 40,5 651,1 32,8 I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 393,9 39,0 421,1 37,0 1,280,4 468,7 36,6 368,5 27,9 1. Belanja Pegawai 104,1 10,3 106,9 9,4 1,280,4 109,9 8,6 115,9 39,5 2. Belanja Barang 41,8 29,7 45,1 26,6 195,2 55,6 28,5 41,9 17,5 3. Belanja Modal 30,6 21,1 34,0 18,8 160,8 28,3 17,6 20,5 7,4 4. Subsidi 134,7 38,9 155,5 43,8 403,0 176,6 43,8 79,7 37,6 II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 235,6 49,0 255,4 49,8 596,5 291,2 48,8 282,6 42,5 Keseimbangan Primer 13,4 (25) (0) 0 (106,0) 17 (16) 21 (31) Surplus/De sit Anggaran (36,2) 24 (53) 25 (241,5) (49) 20 (51) 23 E. PEMBIAYAAN - 101,2 57,8-87,2 36,7 241,5-138,5 57,4 162,2 72,9 I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI 120,2 60,5 102,1 42,0 254,9 161,9 63,5 187,3 77,2 1. Perbankan dalam negeri 3,2 5,1 16,9 49,6 5,4 3,1 56,8 2,3 48,2 2. Non-perbankan dalam negeri 117,1 86,1 85,1 40,7 249,5 158,8 63,7 185,0 77,8 Penerbitan SBN (ne o) 117,0 89,6 158,8 II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (19,2) 81,4 (14,9) 256,4 (13,4) (23,4) 174,0 (25,1) 125,6 1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri (Bruto) 6,7 (28,4) 4,2 (73,0) (13,4) 7,7 (57,1) 2,7 5,6 a. Pinjaman Program 2,2 1,7 3,8 - - b. Pinjaman Proyek 4,5 2,6 3,9 2,7 6,6 2. Penerusan SLA (0,8) (0,7) (0,1) (0,1) 1,8 3. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN (25,2) 49,3 (18,4) 32,2 (64,2) (30,9) 48,2 (27,8) 43,3 F. SILPA (SIKPA) 65,0 34,0 (0,0) 90,0 - Note: * data hingga 15 Juni Uraian Perkiraan Realisasi APBNP 2015 (Rp Triliun) APBNP Proyeksi Semester I % thd APBNP Proyeksi Semester I I % thd APBNP Perkiraan Realisasi % thd APBNP A. PENDAPATAN NEGARA 1.761,6 697,4 39,6 952,3 54, ,8 93,6 I. PENDAPATAN DALAM NEGERI 1.758,3 697,2 39,7 949,2 54, ,4 93,6 1. Penerimaan Perpajakan 1.489,3 555,2 37,3 811,8 54, ,0 91,8 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 269,1 142,0 52,8 137,4 51,1 279,4 103,9 II. PENERIMAAN HIBAH 3,3 0,2 5,8 3,1 94,2 3,3 100,0 B. BELANJA NEGARA 1.984,1 773,9 39,0 1,135,9 57, ,8 96,3 I. BELANJA PEMERI NTAH PUSAT 1.319,5 436,1 33,1 809,4 61, ,5 94,4 II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 664,6 337,7 50,8 326,5 49,1 664,2 99,9 C. KESEIMBANGAN PRIMER (66,8) (2,2) 3,3 (100,4) 150,4 (102,6) 153,7 D. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B) (222,5) (76,4) 34,4 (183,6) 82,5 (260,0) 116,9 % De sit Terhadap PDB (1,90) (0,66) - (1,58) - (2,23) - E. PEMBIAYAAN (I + I I) 222,5 194,0 87,2 66,0 29,7 260,0 116,9 I. PEMBIAYAAN DALAM NEG ERI 242,5 215,6 88,9 28,1 11,6 243,7 100,5 II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (20,0) (21,6) 108,0 37,9 (189,4) 16,3 (81,5) KELEBIHAN (KEKURANGAN) PEMBIAYAAN - 117,6 - (117,6) sumber: Kemenkeu

33 Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Boks 1.1 Pelonggaran Kebijakan LTV/FTV KP/KP Syariah dan Uang Muka KKB/KKB Syariah: Menjaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi Loan to Value/ Financing to Value (LTV/FTV) di tahun 2012 dan 2013, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kredit 50,0 35,0 20,0 5,0-10,0-25,0-40,0-55,0 Mobil Roda 4 Sepeda Motor 8,12 7,91 1,99 Mar-12 Jun-12 Sep-12 Des-12 Mar-13 Jun-13 Sep-13 Des-13 Mar-14 Jun-14 Sep-14 Des-14 Mar-15 Jun-15 55,0 45,0 35,0 25,0 15,0 5,0 Total Kredit PDB (Rhs) -5,0-4,85 4,0 10,38 3,0 Sementara itu, pertumbuhan kredit kendaraan bermotor juga mengalami perlambatan mencapai kredit kendaraan bermotor roda dua tumbuh sebesar mampu mendorong pertumbuhan kredit kendaraan terhadap total kredit kendaraan bermotor masih KPR Sep-01 Mar-02 Sep-02 Mar-03 Sep-03 Mar-04 Sep-04 Mar-05 Sep-05 Mar-07 Sep-07 Mar-08 Sep-08 Mar-09 Sep-09 Mar-10 Sep-10 Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Jun-15 8,0 7,0 5,0 2,0 1,0 0,0 Indonesia melakukan relaksasi terhadap beberapa sektor perumahan dan kendaraan bermotor memiliki dan backward linkage Berdasarkan perhitungan koefisien Leontief dengan menggunakan Tabel Input Output, perkembangan sektor properti akan berdampak barang logam dan barang kaca serta jasa perdagangan, dapat mendorong kenaikan permintaan produk-produk 13

34 Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Output 1 Jasa perdagangan 0,11 4 Bahan bangunan dari logam 0,05 7 Jasa perusahaan 0,03 11 Barang galian segala jenis 0,03 12 Semen 0,02 13 Barang-barang dari besi dan baja dasar 0,02 share positif untuk menjaga momentum pertumbuhan 14

35 Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Boks 1.2 Dampak Rambatan Krisis Yunani bailout bailout berasal tidak saja dari lembaga keuangan dana bailout tersebut menjadikan total utang Pemberian paket pinjaman tersebut disertai dengan austerity dipandang cukup membebani kehidupan terlalu generous Perbedaan ini mendorong kreditur menunda pencairan sisa dana bailout Perundingan berjalan alot dan tidak tercapai pencairan dana bailout. Sisa dana bailout sebesar 7,2 bailout Other bonds Foreign banks Greek banks 11B Other loans Bank of Grrece Greek Debt 323B International bailout funds Bailout breakdown: 20B 25B Spain 32B IMF Other 34B 37B 42B France bank holiday dan capital control untuk menghambat arus dana keluar bank runs Nobailout dari Yes memutuskan akan memberi semakin 15

36 Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Index, 31 Dec 14=100 Index, 31 Dec 14= bn Mar 12-Mar 18-Mar 24-Mar 30-Mar 3-Apr 9-Apr 15-Apr 21-Apr 27-Apr 4-Jun 10-Jun 18-Jun 30-Jun Rusia Jerman Italia Perancis 58 bn, 23% 19 bn, 6% Reaksi flight to safety pelaku pasar paska dibandingkan referendum terjadi aksi mild sebagaimana tercermin dari pergerakan CDS volatilitas pada negara-negara pada bn, 77% 264 bn, 94% Private Public 2014

37 Keuangan2 Bab 2. Pasar Pasar 17

38 Bab 2. Pasar Keuangan Halaman ini sengaja dikosongkan 18

39 Bab 2. Pasar Keuangan Bab 2 Pasar Keuangan Tren pemulihan ekonomi yang terjadi di AS memperkuat ekspektasi terhadap normalisasi kebijakan yang akan dilakukan The Fed dengan menaikkan suku bunga. dana investasi ke pasar AS dari kawasan emerging market yang menawarkan return terhadap pembalikan arus tersebut, ditambah dengan berlarutnya penanganan krisis Yunani serta memburuknya kinerja ekonomi Tiongkok, mendorong terjadinya peningkatan persepsi risiko di kawasan emerging market termasuk Asia. Selain itu, pemulihan ekonomi di kawasan modal dari negara-negara emerging ke AS. Memburuknya perekonomian Tiongkok memberikan imbas negatif terhadap pasar keuangan di Indonesia. pada kondisi melambatnya pertumbuhan ekonomi nilai tukar Rupiah yang terus tertekan terhadap USD. Indonesia mengalami peningkatan. Gambaran risiko pasar 19

40 Bab 2. Pasar Keuangan dalam Grafik volatilitas pasar keuangan di bawah ini. Tingkat volatilitas di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) serta pasar obligasi negara dan korporasi cenderung meningkat dibandingkan dengan periode semester II 2014 maupun semester I Kenaikan volatilitas ini mencerminkan peningkatan risiko di ketiga pasar tersebut. Grafik 2.1. Volatilitas Pasar Keuangan Rp (T) Grafik 2.2. Flows Non Residen: Saham, SBN, SBI Flow Asing di SBI, SBN, dan Saham Reksadana PUAB Rp Nilai Tukar -100 Sem SBI SBN Saham Sumber: Bloomberg dan Bank Indonesia Obligasi Korporasi SBN Pasar Uang Saham Semester I 2014 Semester II 2014 Semester I 2015 Sumber: Bloomberg, diolah Keterangan: Semakin menjauh dari titik pusat semakin berisiko Selain permasalahan yang bersumber dari faktor ekonomi, pasar keuangan dalam negeri juga menghadapi permasalahan struktural berupa terbatasnya instrumen yang tersedia, segementasi dan keterbatasan pelaku di pasar keuangan itu sendiri. Dari sisi pelaku, sentimen negatif dari eksternal dan domestik memicu portfolio adjustment oleh investor asing yang mempengaruhi perilaku investor domestik. Hal ini tercermin dari aliran asing pada portofolio saham, SBN, dan SBI yang menurun di semester I 2015 dibandingkan dengan semester II Secara umum, pengertian pasar uang adalah pasar instrumen keuangan jangka pendek yang dapat dipindahtangankan. Karakteristik utama dari instrumen di pasar uang adalah bersifat likuid dan aman. Dari sisi transaksi yang dilakukan, pasar uang terdiri dari uncollateralized market PUAB dan collateralized market (Pasar Repo) Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Selama semester I 2015, suku bunga PUAB Rupiah cenderung mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari rata-rata tertimbang harian suku bunga PUAB overnight (O/N) dan rata-rata tertimbang harian suku bunga semua tenor yang lebih rendah dibandingkan semester sebelumnya. Rata-rata tertimbang harian suku bunga PUAB overnight (O/N) sedikit turun dari 5,84% menjadi 5,83%. Seiring dengan turunnya suku bunga O/N, rata-rata tertimbang harian suku bunga semua tenor juga turun dari 5,95% menjadi 5,86%. Demikian pula jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terjadi penurunan suku bunga PUAB, dimana pada semester I 2014 rata-rata tertimbang suku bunga O/N sebesar 5,87% dan untuk semua tenor sebesar 6,15%. 20

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif xi halaman ini sengaja dikosongkan xii Ringkasan Eksekutif Pada semester I 2015, pasar keuangan global mengalami pelemahan yang dipicu oleh ketidakpastian arah kebijakan moneter di

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii RINGKASAN EKSEKUTIF Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2016 membaik walaupun risiko yang berasal dari dampak lambatnya pertumbuhan ekonomi global dan domestik masih cukup besar. Perbaikan tersebut

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

KREDIT PERBANKAN MASIH SEPERTI LINGKARAN SETAN EKO B SUPRIYANTO/INFOBANK INSTITUTE

KREDIT PERBANKAN MASIH SEPERTI LINGKARAN SETAN EKO B SUPRIYANTO/INFOBANK INSTITUTE KREDIT PERBANKAN MASIH SEPERTI LINGKARAN SETAN EKO B SUPRIYANTO/INFOBANK INSTITUTE Bagaimana memutus rantai pelemahan kredit & PDB Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah

Lebih terperinci

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Sambutan Gubernur Bank Indonesia Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta, 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global dan domestik cenderung bias ke bawah yang disebabkan oleh. pertumbuhan ekonomi dunia berjalan tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. global dan domestik cenderung bias ke bawah yang disebabkan oleh. pertumbuhan ekonomi dunia berjalan tidak seimbang. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi dunia perbankan di Indonesia mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selalu disebabkan dari perkembangan di luar industri

Lebih terperinci

PROSPEK EKONOMI 2016: PERSPEKTIF LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DESEMBER 2015 FAUZI ICHSAN KEPALA EKSEKUTIF

PROSPEK EKONOMI 2016: PERSPEKTIF LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DESEMBER 2015 FAUZI ICHSAN KEPALA EKSEKUTIF PROSPEK EKONOMI 216: PERSPEKTIF LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DESEMBER 215 FAUZI ICHSAN KEPALA EKSEKUTIF PERKEMBANGAN TERKINI 3Q6 3Q7 3Q8 3Q9 3Q1 3Q11 3Q12 3Q13 3Q14 3Q15 EKONOMI GLOBAL: PERTUMBUHAN EKONOMI

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

perlambatan ekonomi domestik serta pasar uang dan pasar modal yang masih tersegmentasi dan dangkal juga mempengaruhi kondisi pasar keuangan domestik.

perlambatan ekonomi domestik serta pasar uang dan pasar modal yang masih tersegmentasi dan dangkal juga mempengaruhi kondisi pasar keuangan domestik. RINGKASAN EKSEKUTIF Pemulihan ekonomi di negara maju yang belum merata serta melambatnya pertumbuhan emerging market economies (EMEs) khususnya Tiongkok, telah berkontribusi terhadap peningkatan risiko

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/20/PBI/2014 TANGGAL 28 OKTOBER 2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya

Lebih terperinci

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan ober Uang Beredar dalam arti luas (M2) yang terdiri dari uang kartal dan dana masyarakat di perbankan, pada

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% BII (TD)

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan

Lebih terperinci

et 2018 o. 30, Mar n an G an U ke as BILIT sta an JI ka RiNGKAsAN EKsEKuTif Bank IndonesIa XVIII

et 2018 o. 30, Mar n an G an U ke as BILIT sta an JI ka RiNGKAsAN EKsEKuTif Bank IndonesIa XVIII Bank IndonesIa KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 30, Maret 2018 ringkasan eksekutif XVIII Pada Semester II 2017, Stabilitas Sistem Keuangan Menunjukkan Perkembangan Yang Lebih Baik Dibandingkan Dengan Periode

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai bank sentral, Bank

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA

PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA RINGKASAN 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 3 PEREKONOMIAN GLOBAL 4 PROSPEK PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM)

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM) Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM) 12/14/2014 Pertanyaan 1: Benarkah selalu melemah selama Desember? 12/14/2014 M. Indra Maulana 2 Nilai tukar Rupiah saat ini

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy) Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa il Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada il mengalami perlambatan. Posisi M2 akhir il sebesar Rp4.274,9 T, atau

Lebih terperinci

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara

Lebih terperinci

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 24 Kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 24 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki tahun 22 stabilitas moneter membaik yang tercermin dari stabil dan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% RD Pasar

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Sambutan Gubernur Bank Indonesia Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta,

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 29, September 2017

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 29, September 2017 RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 29, September 2017 Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2017 relatif stabil dengan didukung oleh meningkatnya permodalan dan likuiditas perbankan

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

POTENSI OBLIGASI SYARIAH BAGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

POTENSI OBLIGASI SYARIAH BAGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR 1 POTENSI OBLIGASI SYARIAH BAGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR Dr. Rifki Ismal Asisten Direktur Bank Indonesia Focus Group Dissussion Kementerian Pekerjaan Umum Jakarta, 23 Desember 2013 2 KINERJA EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report

ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report 1 Februari 1 ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report RESEARCH Data Pasar Hari Kerja Sebelumnya Perubahan Tingkat Suku Bunga dan Kurs Acuan BI Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Utama Dunia Keterangan Hari

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100.00% Deposito

Lebih terperinci

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Ekonomi Global 2011 Tahun 2011 merupakan tahun dengan berbagai catatan keberhasilan, namun juga penuh dinamika dan sarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas

Lebih terperinci

CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap

CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap 31-Jan-17 NAV: 1,494.165 CARLISYA PRO Adalah gabungan dari Dana Tabarru dan Dana Investasi dimana Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan

Lebih terperinci

CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang

CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang 31-Jan-17 NAV: 1,355.077 CARLISYA PRO Adalah gabungan dari Dana Tabarru dan Dana Investasi dimana Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. September 2014-1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan sebuah komitmen, yang dapat berupa uang atau resources. a. Kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan sebuah komitmen, yang dapat berupa uang atau resources. a. Kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan sebuah komitmen, yang dapat berupa uang atau resources lainnya dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang (Bodie

Lebih terperinci

CENTURY PRO FIXED Dana Investasi Pendapatan Tetap

CENTURY PRO FIXED Dana Investasi Pendapatan Tetap CENTURY PRO FIXED Dana Investasi Pendapatan Tetap 31-Jan-17 NAV: 2,098.321 CENTURY PRO Adalah gabungan dari produk asuransi seumur hidup (whole life) dan investasi dimana Pemegang Polis mempunyai kebebasan

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 28, Maret 2017

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 28, Maret 2017 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 28, Maret 2017 Mitigasi Risiko Sistemik Melalui Penguatan Koordinasi Antar Institusi di Tengah Konsolidasi Perekonomian Domestik Penerbit : Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta Indonesia

Lebih terperinci

% (yoy) Oct'15 Nov'15*

% (yoy) Oct'15 Nov'15* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh sebesar 9,2% (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan

Lebih terperinci

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETERANGAN PERS Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Untuk Menjaga Stabilitas Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi Jakarta, 28 Mei 2018 Pemerintah, Bank

Lebih terperinci

% (yoy) Feb'15 Mar'15*

% (yoy) Feb'15 Mar'15* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa et Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada et mengalami peningkatan. Posisi M2 tercatat Rp4.246,3 T, tumbuh 16,3,

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif xi halaman ini sengaja dikosongkan xii Ringkasan Eksekutif Sejalan dengan kebijakan moneter global yang akomodatif, likuiditas global masih berlimpah dan telah mendorong berlanjutnya

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan Dana Investasinya pada portfolio investasi Syariah yang disediakan pihak perusahaan. (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF. xvii RINGKASAN EKSEKUTIF Sistem keuangan pada paruh kedua 2016 relatif stabil bahkan membaik sejalan dengan menurunnya risiko perekonomian domestik. Meningkatnya stabilitas sistem keuangan didukung oleh tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di dunia. Suatu negara dengan tingkat pertumbuhan industri yang tinggi menandakan tingkat

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Juli Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) kembali melambat. Posisi M2 pada akhir Juli tercatat sebesar Rp4.383,0 T, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

USD FIXED INCOME FUND

USD FIXED INCOME FUND Feb-14 Mar-14 LAPORAN USD FIXED INCOME FUND keahlian dalam mengidentifikasi kondisi ekonomi dan pergerakan investasi untuk menghasilkan hasil investasi yang kompetitif melalui berbagai macam instrumen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF Utang Pemerintah Pusat berperan dalam mendukung pembiayaan APBNP 2017. Penambahan utang neto selama bulan September 2017 tercatat sejumlah Rp40,66 triliun, berasal dari penerbitan Surat

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) ini disusun sebagai bagian dari

Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) ini disusun sebagai bagian dari Penerbit: Bank Indonesia Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta Indonesia Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) ini disusun sebagai bagian dari pelaksanaan kewenangan Bank Indonesia di bidang pengaturan dan pengawasan

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa i Posisi Uang Beredar (M2) pada i tercatat sebesar Rp3.861,7 T, atau tumbuh 13,1% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan Mei (10,5%;yoy). Berdasarkan

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim yaitu sebesar 85 persen dari penduduk Indonesia, merupakan pasar yang sangat besar untuk pengembangan industri

Lebih terperinci

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist Isi Presentasi Mengapa perlu kenaikan harga BBM? Beban Anggaran Kemiskinan dan BLSM Benarkah keputusan

Lebih terperinci

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH? Edisi Maret 2015 Poin-poin Kunci Nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp13.000 per dollar AS, terendah sejak 3 Agustus 1998. Pelemahan lebih karena ke faktor internal seperti aksi hedging domestik

Lebih terperinci