Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif
|
|
- Herman Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Ringkasan Eksekutif xi
2 halaman ini sengaja dikosongkan xii
3 Ringkasan Eksekutif Sejalan dengan kebijakan moneter global yang akomodatif, likuiditas global masih berlimpah dan telah mendorong berlanjutnya perilaku investor untuk mencari penempatan dengan imbal hasil tinggi (search for yield) terutama ke negara berkembang termasuk Indonesia. Kondisi ini telah mendorong peningkatan kinerja pasar keuangan global maupun regional. Perkembangan tersebut juga tidak terlepas dari pengaruh berbagai risiko yang berasal dari ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia terutama di Eropa, Tiongkok, dan Jepang, permasalahan geopolitik Eropa, perkembangan apresiasi USD, penurunan harga komoditas, rencana normalisasi kebijakan the Fed, serta ketidakseimbangan antara sektor keuangan global dengan sektor riil yang dapat menyebabkan terjadinya pembalikan arus dana asing (capital reversal). Pemulihan ekonomi yang berlangsung secara tidak merata di berbagai negara menimbulkan risiko ketidakpastian di pasar keuangan global. Perbaikan ekonomi AS merupakan faktor pendukung peningkatan kinerja keuangan global. Sebaliknya, ekonomi Eropa dan Tiongkok yang semula diandalkan menjadi stimulus global kembali mengalami perlambatan, sementara Jepang justru memasuki masa resesi. Ketegangan geopolitik di beberapa kawasan seperti Ukraina, Rusia, dan Yunani turut mempengaruhi perlambatan pemulihan ekonomi global. Sementara itu, respon terhadap perlambatan ekonomi oleh sebagian besar bank sentral di dunia melalui kebijakan moneter akomodatif yang berbeda dengan the Fed mendorong terjadinya penguatan USD terhadap mata uang sebagian besar negara. Penguatan USD yang berkepanjangan dapat memiliki dampak secara langsung pada kenaikan beban pembayaran utang, penurunan cash flow, dan penurunan networth perusahaan. Hal tersebut pada akhirnya menimbulkan kerentanan terhadap kelangsungan pemulihan ekonomi dan keuangan global, terutama di negara-negara EM. Lebih lanjut, ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah mendorong melemahnya permintaan global terhadap komoditas dan berimplikasi pada penurunan harga komoditas. Kombinasi penguatan USD dan pelemahan harga komoditas memberi implikasi meningkatnya tekanan terhadap pergerakan nilai tukar global terutama nilai tukar negara-negara EM. Di tengah tren perlambatan perekonomian, pasar keuangan global juga menghadapi ketidakpastian terkait rencana normalisasi kebijakan the Fed yang mendorong kerentanan timbulnya sentimen negatif yang pada akhirnya berpotensi menimbulkan risiko terjadinya capital outflow dari negara-negara EM. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia di tengah likuiditas yang berlimpah juga mendorong terjadinya ketidakseimbangan antara sektor keuangan dengan sektor riil secara global. Hal ini semakin meningkatkan kerentanan terhadap sentimen negatif dan volatilitas pasar keuangan global. Sejalan dengan keuangan global, kinerja pasar keuangan domestik juga relatif tetap mengalami perbaikan didorong oleh masih tingginya aliran dana masuk investor global ke dalam negeri. Tingginya inflow asing didorong oleh masih lebih baiknya pertumbuhan ekonomi domestik dibanding global, imbal hasil yang tinggi, dan stabilitas politik paska lancarnya proses pengalihan kepemimpinan baru. Selain itu, disiplin dan konsistensi dalam pelaksanaan xiii
4 bauran kebijakan moneter-makroprudensial serta reformasi fiskal dan struktural mendorong Indonesia tetap menjadi negara yang menarik bagi investor global untuk menempatkan dananya. Dalam perkembangannya, kinerja keuangan domestik juga banyak dipengaruhi berbagai tantangan baik terkait dengan risiko global maupun risiko domestik yang berpotensi menjadi sumber peningkatan risiko sistem keuangan dalam negeri. Tantangan domestik yang terkait dengan risiko global terutama berasal dari melambatnya pertumbuhan ekonomi yang berimplikasi pada melambatnya pertumbuhan kredit. Pertumbuhan ekonomi yang melambat juga disebabkan oleh lebih rendahnya realisasi konsumsi dan implementasi proyekproyek pembangunan. Tantangan domestik lain berupa potensi risiko nilai tukar (currency risk), risiko likuiditas (liquidity risk), dan risiko beban utang yang berlebihan (overleverage risk) sejalan dengan peningkatan utang luar negeri swasta. Ketidakpastian normalisasi kebijakan moneter AS di tengah tren penguatan USD yang mempengaruhi volatilitas nilai tukar juga semakin meningkatkan beban pembayaran ULN perusahaanperusahaan swasta domestik. Dari sisi sistem keuangan domestik, kondisi pasar keuangan menghadapi tantangan berupa peningkatan risiko kredit sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, masih berlanjutnya perilaku prosiklikalitas penyaluran kredit perbankan di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi semakin meningkatkan kehati-hatian bank untuk menyalurkan kredit sehingga menghambat ketersediaan kredit yang sesuai dengan kebutuhan perekonomian. Di sisi penghimpunan dana, segmentasi di pasar uang antar bank (PUAB), kenaikan pangsa dana mahal pada DPK perbankan yang cenderung terkonsentrasi pada dana jangka pendek merupakan risiko-risiko yang tetap dimonitor mengingat implikasinya terhadap tekanan profitabilitas bank. Selain itu, pasar keuangan domestik dinilai masih cenderung dangkal seiring dengan keterbatasan instrumen sebagai alternatif sumber pembiayaan yang diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kedangkalan pasar keuangan yang salah satunya terindikasi dari masih relatif rendahnya rasio volume transaksi instrumen pasar keuangan terhadap PDB dibandingkan dengan negara tetangga, serta terbatasnya kemampuan ekspansi kredit perbankan secara umum, menyebabkan banyak pelaku pasar (sektor swasta) melakukan pembiayaan luar negeri, yang berpotensi menimbulkan risiko instabilitas nilai tukar pada saat jatuh tempo. Kondisi ini merupakan cerminan semakin diperlukannya upaya pendalaman pasar keuangan. Sementara itu, risiko domestik lainnya juga dapat berasal dari perkembangan harga properti yang masih tetap menunjukkan peningkatan. Peningkatan harga properti yang berlebihan dapat terjadi akibat aksi spekulasi melalui transaksi jual beli rumah oleh pemilik dana yang pada akhirnya berpotensi meningkatkan risiko kredit di sektor properti. Oleh karena itu, peningkatan harga properti tetap dipantau untuk mengevaluasi dan memitigasi potensi kemungkinan ketidakseimbangan keuangan di sektor properti. Di tengah berbagai tantangan ekonomi dan keuangan global maupun domestik, stabilitas sistem keuangan masih relatif tetap terjaga. Namun demikian, sistem keuangan masih menghadapi sejumlah tantangan ketidakseimbangan keuangan yang berpotensi menimbulkan risiko sistemik. Sumber ketidakseimbangan keuangan pada semester laporan yang dapat diidentifikasi dari perkembangan risiko global dan domestik adalah kontraksi siklus keuangan dan prosiklikalitas penyaluran kredit perbankan, peningkatan utang luar negeri swasta, penurunan harga komoditas, rencana normalisasi the Fed dan tren penguatan USD, serta masih berlanjutnya peningkatan harga properti. xiv
5 Sejalan dengan masih lebih baiknya pertumbuhan ekonomi domestik dibandingkan dengan global dan masih lebih menariknya imbal hasil aset keuangan domestik, kinerja pasar keuangan domestik masih relatif tetap membaik diikuti dengan penurunan risiko. Perbaikan kinerja antara lain tercermin dari aliran dana asing yang masuk (inflow), peningkatan volume transaksi di Pasar Uang Antar Bank (PUAB), masih tingginya volume transaksi Repo antar bank dan transaksi valas, peningkatan outstanding Surat Berharga Negara (SBN) dan Obligasi Korporasi, kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), serta peningkatan dana kelolaan Reksadana. Sementara itu, penurunan risiko tercermin dari penurunan suku bunga PUAB dan volatilitasnya, penurunan spread antara Non-Deliverable Forwad (NDF) dan Forward onshore 1 bulan, penurunan yield SBN dan volatilitasnya, penurunan volatilitas di pasar Saham, serta peningkatan Nilai Aktiva Bersih (NAB) dan penurunan volatilitas (koefisien beta) dari Reksadana. Perkembangan kinerja pasar keuangan yang membaik tersebut tetap perlu dimonitor mengingat masih terdapatnya potensi risiko capital reversal sejalan dengan perkembangan risiko ketidakseimbangan keuangan global dengan kegiatan sektor riil di beberapa negara maju. Dari sisi Rumah Tangga (RT) dan Korporasi, kinerja dan risiko RT secara umum masih relatif membaik meskipun kinerja sempat melambat menjelang akhir semester II 2014 terkait dengan penurunan daya beli akibat peningkatan inflasi sebagai dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Konsumsi RT masih mampu menjadi penopang pertumbuhan ekonomi dengan risiko yang terjaga sebagaimana tercermin dari relatif rendahnya leverage yang dimiliki RT. Sumber pembiayaan konsumsi RT ditengarai salah satunya berasal dari pembiayaan kredit perbankan yang mengalami peningkatan terutama dalam bentuk kredit multiguna, sementara kredit KPR RT mengalami perlambatan. Dari sisi risiko, kredit bermasalah RT terindikasi masih relatif rendah dan cenderung menurun. Dari sisi aset keuangan di perbankan, penempatan RT dalam bentuk deposito mengalami peningkatan pertumbuhan sementara pertumbuhan tabungan mengalami perlambatan. Potensi risiko sektor RT yang tetap perlu diwaspadai berasal dari perlambatan ekonomi domestik, dampak penghapusan subsidi BBM, dan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang kesemuanya dapat mempengaruhi kemampuan membayar sektor RT, terutama RT dengan penghasilan rendah. Sementara itu, kinerja korporasi masih menunjukan tren perlambatan antara lain terkait dengan belum pulihnya kondisi ekonomi global, penurunan harga komoditas, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik. Perilaku risiko korporasi pada semester laporan terindikasi semakin berhati-hati sebagaimana tercermin dari pertumbuhan kredit korporasi yang melambat. Kehati-hatian tersebut juga ditengarai akibat dari peningkatan risiko kredit di sektor korporasi. Kinerja sektor korporasi juga masih menghadapi potensi risiko dari sisi makroekonomi antara lain bersumber dari penurunan harga komoditas ekspor utama non migas, penguatan USD, dan ketidakseimbangan kondisi ekonomi global. Di tengah ketidakstabilan kondisi global dan perlambatan ekonomi domestik, industri perbankan masih relatif tetap tumbuh meskipun mengalami perlambatan dengan ketahanan yang masih mampu mengatasi berbagai risiko yang ada. Selama semester laporan, risiko likuiditas cenderung menurun seiring dengan peningkatan ekspansi operasi keuangan Pemerintah dan lebih dalamnya perlambatan pertumbuhan kredit dibandingkan Dana Pihak Ketiga (DPK). Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada semester laporan mendorong terjadinya perlambatan kinerja intermediasi perbankan sehingga menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) menurun dari 90,45% pada akhir semester I 2014 menjadi 89,30%. Perlambatan pertumbuhan kredit perbankan terjadi baik secara total kredit maupun kredit Usaha Mikro, Kecil xv
6 dan Menengah (UMKM) sejalan dengan perlambatan ekonomi dan penurunan harga komoditas global. Selain itu, perlambatan pertumbuhan kredit disebabkan oleh penurunan permintaan barang dan jasa akibat pelemahan daya beli masyarakat yang menjadi salah satu penyebab pelaku usaha untuk menahan ekspansi usahanya. Sementara itu, risiko kredit yang meskipun cenderung mulai meningkat masih dapat dimitigasi dengan baik sehingga rasio Non Performing Loan (NPL) Gross masih dibawah 5%. Dari sisi risiko pasar, perbankan terindikasi menghadapi potensi risiko yang bersumber dari kenaikan suku bunga dana, pelemahan nilai tukar, dan penurunan harga SBN. Namun demikian, potensi ancaman dari ketiga risiko pasar tersebut terhadap perbankan masih relatif terbatas. Secara umum, perbankan masih mampu meningkatkan profitabilitas sehingga tingkat permodalan (Capital Adequacy Ratio/CAR) cenderung meningkat, kecuali pada kelompok BUKU 1. CAR BUKU 1 mengalami tekanan akibat kenaikan pencadangan kerugian penyusutan nilai aset produktif (CKPN) sejalan dengan masih tingginya risiko kredit dan keterbatasan daya saing sejalan dengan kenaikan biaya dana yang menekan profitabilitas. Secara umum, terjaganya tingkat permodalan bank di tengah peningkatan berbagai potensi risiko mencerminkan kehatihatian bank dalam menjalankan kegiatan usaha. Hasil stress test menunjukkan bahwa CAR industri perbankan masih cukup memadai untuk mengantisipasi peningkatan potensi risiko, baik yang berasal dari risiko kredit dan risiko pasar. Upaya penguatan permodalan terutama pada bank dengan keterbatasan daya saing melalui merger dan konsolidasi serta akuisisi oleh investor terus dievaluasi. Penurunan risiko di pasar keuangan yang terjadi pada semester laporan mendorong membaiknya kinerja Industri Keuangan Non Bank (IKNB) meskipun melambat terutama Perusahaan Pembiayaan (PP) dan asuransi. Risiko PP dan asuransi relatif terjaga yang masing-masing tercermin dari Non Performing Financing (NPF) dan rasio klaim Bruto terhadap premi bruto yang menurun. Indikasi potensi risiko nilai tukar terkait peningkatan eksposur utang luar negeri yang dimiliki PP mengalami penurunan dan telah dimitigasi melalui hedging. Sementara, ketergantungan asuransi terhadap ULN relatif rendah dan cenderung menurun. Risiko interconnected antara IKNB dan perbankan di Indonesia secara umum masih rendah meskipun terdapat kecenderungan meningkat sejak pertengahan Peningkatan tersebut seiring dengan meningkatnya penyaluran kredit bank kepada IKNB dan naiknya pendanaan bank yang berasal dari IKNB. Hasil stress test menunjukkan bahwa rasio permodalan (CAR) bank baik secara industri maupun per kelompok BUKU masih cukup kuat untuk memitigasi risiko kegagalan IKNB dalam mengembalikan sejumlah pinjamannya kepada bank. Namun demikian tetap perlu diwaspadai dampak lanjutan dari pelemahan nilai tukar yang berpotensi menurunkan kinerja korporasi dengan utang valas yang tinggi. Sementara itu, kinerja industri Perusahaan Pembiayaan (PP) dan Asuransi secara umum juga tetap terjaga. Namun, hasil simulasi stress test pelemahan nilai tukar menunjukkan adanya beberapa PP yang modalnya berpotensi terdampak skenario tersebut. Dari sisi infrastruktur, penyelenggaraan sistem pembayaran selama semester II 2014 berjalan dengan aman, lancar dan efisien, sehingga dapat mendukung aktivitas di sistem keuangan dan perekonomian. Aktivitas sistem pembayaran, baik yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia maupun industri terus menunjukkan peningkatan dari sisi volume dan nilai. Sementara itu, berbagai potensi risiko yang dapat mengganggu penyelenggaraan sistem pembayaran seperti risiko likuiditas, risiko setelmen, risiko operasional, dan risiko sistemik telah dapat dimitigasi dengan baik. xvi
7 Dalam upaya memperluas akses masyarakat terhadap pembayaran nontunai, telah dilakukan penyempurnaan ketentuan mengenai Uang Elektronik yaitu mengenai penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital (LKD), pembentukan kawasan Less Cash Society (LCS), pencanangan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT), serta pelaksanaan penyaluran bantuan pemerintah melalui Uang Elektronik. Upaya-upaya tersebut diharapkan secara bertahap dapat mendorong terbentuknya suatu komunitas yang terbiasa menggunakan instrumen pembayaran nontunai dalam melakukan transaksi atas kegiatan ekonominya. Selanjutnya, dalam upaya menjaga kepercayaan masyarakat akan instrumen pembayaran nontunai, Penerbit dan Acquirer telah diwajibkan mengimplementasikan PIN Online 6 Digit untuk transaksi menggunakan kartu kredit secara bertahap sebagai sarana verifikasi dan autentikasi transaksi. Dengan tahapan implementasi yang telah ditetapkan tersebut, mulai tanggal 1 Juli 2020 pemegang Kartu Kredit dari penerbit di Indonesia tidak diperkenankan lagi menggunakan tanda tangan sebagai sarana verifikasi dan autentikasi untuk transaksi Kartu Kredit yang dilakukan di Indonesia. Selain itu, terkait dengan batas implementasi kepemilikan kartu kredit yang harus sudah diterapkan selambatnya 31 Desember 2014, Bank Indonesia telah melakukan kegiatan pengawasan langsung terhadap seluruh penerbit kartu kredit untuk memastikan kepatuhan penerbit kartu kredit terhadap ketentuan Bank Indonesia. Masih relatif membaiknya kinerja dan stabilitas sistem keuangan di 2014 tidak terlepas dari respon kebijakan di bidang stabilitas sistem keuangan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) bekerjasama dengan otoritas SSK lainnya yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Pemerintah. Pada semester laporan, Bank Indonesia terus memperkuat upaya-upaya bauran kebijakan yang dilakukan di bidang moneter, makroprudesial, dan sistem pembayaran disertai koordinasi dengan otoritas terkait seperti OJK, LPS, dan Pemerintah baik secara bilateral ataupun melalui Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK). Khusus dibidang makroprudensial, Bank Indonesia tetap melanjutkan kebijakan yang telah ditempuh sejak pertengahan 2013 yaitu penerapan Giro Wajib Minimum (GWM) Sekunder, GWM yang dikaitkan dengan besaran LDR, kebijakan Loan to Value (LTV), dan melakukan upayaupaya pendalaman pasar keuangan, serta peningkatan keuangan inklusif. Selain itu, guna memitigasi potensi risiko ULN swasta yang semakin meningkat, BI mengeluarkan peraturan tentang prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan ULN korporasi non bank. Kebijakan-kebijakan tersebut merupakan bagian dari kebijakan BI lainnya yang dilakukan melalui kebijakan suku bunga, nilai tukar, pengaturan lalu lintas devisa, penguatan operasi moneter, dan pengelolaan uang rupiah. Selanjutnya, prospek perekonomian dan keuangan global 2015 diperkirakan masih dipengaruhi oleh pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS). Di tengah ketidakpastian perekonomian global, pertumbuhan ekonomi domestik 2015 diperkirakan membaik mencapai 5,4%-5,8%.Perbaikan ini didukung oleh kebijakan pemerintah terkait dengan reformasi subsidi energi, rencana percepatan pembangunan infrastruktur, serta langkah-langkah perbaikan iklim investasi termasuk pelayanan terpadu satu pintu (PTSP). Kesuksesan implementasi rencana proyek-proyek pembangunan ke depan seperti upaya pembebasan lahan dan alokasi subsidi yang efektif dan berdaya guna akan menjadi tantangan terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Prospek pertumbuhan ekonomi 2015 diperkirakan akan mendorong meningkatnya kredit serta pembiayaan investasi. Hal ini terutama sebagai salah satu dampak positif dari pergeseran alokasi pengeluaran subsidi yang sebelumnya dinilai kurang produktif ke pengeluaran xvii
8 Investasi yang lebih berdampak pada produktivitas ekonomi. Oleh karena itu, pertumbuhan kredit perbankan diperkirakan dapat mencapai 15%-17% di 2015 dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) diperkirakan sebesar 14%-16%. Sementara itu risiko kredit yang tercermin dari NPL gross diproyeksikan masih tetap terjaga pada kisaran 1,9%-2,3%. Optimisme terhadap kondisi dan ketahanan sistem keuangan juga perlu disertai dengan kewaspadaan terhadap berbagai tantangan yang masih ada, baik dari sisi global maupun internal. Perkembangan global juga masih menghadapi berbagai tantangan downside risks terutama berasal dari perlambatan pertumbuhan ekonomi Eropa, Tiongkok dan Jepang. Perkembangan harga komoditas yang diperkirakan masih menurun sejalan dengan penurunan harga minyak dan permintaan dunia juga diperkirakan masih menjadi faktor negatif bagi proses pemulihan ekonomi global. Ketidakpastian perekonomian global yang diperkirakan masih tidak sejalan dengan perkembangan perilaku risk taking sektor keuangan global dapat meningkatkan kerentanan sektor keuangan sehingga berpotensi mendorong naiknya volatilitas pasar keuangan global. Selain itu, volatilitas pasar keuangan global juga akan dipengaruhi oleh rencana normalisasi the Fed melalui kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) dan penguatan USD. Tantangan global tersebut dapat meningkatkan potensi risiko pada perekonomian domestik antara lain berupa kemungkinan terjadinya aliran dana asing keluar yang dapat meningkatkan tekanan likuiditas, pemburukan kinerja ekspor sejalan dengan penurunan harga komoditas, meningkatnya volatilitas nilai tukar yang berpotensi memberi tekanan terhadap kinerja aset keuangan dan menurunkan kinerja korporasi dengan ULN tinggi. Dari sisi domestik, terdapat downside risks terhadap prospek pertumbuhan ekonomi berasal dari kemungkinan realisasi konsumsi dan implementasi proyek pembangunan yang tidak sesuai harapan. Hal ini berpotensi menganggu pencapaian perkiraan pertumbuhan kredit. Lebih lanjut, berbagai potensi permasalahan di sistem keuangan dometik seperti masih terkonsentrasinya dana perbankan pada dana mahal dan berjangka waktu pendek, adanya segmentasi di pasar uang, dan masih rendahnya komposisi transaksi Swap dan Forward di pasar valas domestik juga dapat menjadi downside risk yang dapat mendorong tekanan terhadap kinerja dan stabilitas sistem keuangan Mencermati prospek dan tantangan di sistem keuangan, kebijakan makroprudensial 2015 diarahkan pada upaya memitigasi risiko ketidakseimbangan keuangan, menjaga ketersediaan likuiditas dan upayaupaya pendalaman pasar keuangan, serta mendorong pertumbuhan kredit yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih seimbang dan berkesinambungan. Hal ini dilakukan antara lain melalui penyusunan neraca keuangan nasional dan daerah, penguatan kerangka operasional kebijakan makroprudensial, penerapan komponen permodalan dalam bentuk Countercyclical Capital Buffer (CCB), penyempurnaan ketentuan GWM- LDR berupa perluasan cakupan definisi simpanan dengan memasukkan surat-surat berharga yang diterbitkan bank dalam perhitungan LDR, pemberian insentif dan/atau disinsentif untuk mendorong penyaluran kredit UMKM, dan memfasilitasi pengembangan UMKM, serta penguatan Protokol Manajemen Krisis (PMK) dan melakukan upaya untuk mendorong tersedianya payung hukum Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK). Terkait dengan upaya reformasi struktural, BI bersama-sama dengan Otoritas Jasa Keuangan, telah dan akan berkomitmen untuk mempercepat proses pendalaman pasar keuangan. Beberapa inisiatif yang sedang ditempuh adalah membentuk komite pasar valuta asing, melakukan deregulasi sejumlah ketentuan guna mempermudah transaksi lindung nilai, mendorong aktivitas interbank repo, dan menerbitkan market conduct. xviii
9 Dalam rangka reformasi untuk memperkuat fundamental ekonomik hususnya disisi keseimbangan eksternal, pada pertengahan Maret 2015 pemerintah menerbitkan 7 (tujuh) paket kebijakan ekonomi untuk memperkuat kestabilan nilai tukar terhadap gejolak eksternal terutama yang berasal dari penguatan USD. Kebijakan tersebut terdiri dari : (i) pemberian tax allowances untuk perusahaan yang melakukan investasi, devidennya di-reinvest di Indonesia, perusahaan yang menciptakan lapangan kerja, perusahaan yang mempunyai export oriented, menggunakan tingkat kandungan lokal tinggi, serta yang melakukan riset dan pengembangan di Indonesia, (ii) pemberian insentif pengurangan atau penghapusan pajak pertambahan nilai (PPN) kepada industri galangan kapal dan beberapa industri prioritas seperti pertanian, (iii) kebijakan anti dumping, mengenakan bea masuk anti dumping sementara, dan bea masuk tindak pengamanan sementara terhadap produk-produk industri nasional, terhadap produk impor yang unfair trade karena ada dumping (iv) kebijakan bebas visa kunjungan singkat wisatawan mancanegara kepada 30 negara, (v) kewajiban menggunakan biofuel sampai dengan 15%, (vi) penerapan letter of credit (LC) untuk produk sumber daya alam seperti tambang, batu bara, migas, dan CPO, (vii) serta kebijakan restrukturisasi dan revitalisasi industri reasuransi domestik. Selain itu dilakukan upaya memperkuat koordinasi SSK baik secara domestik melalui FKSSK maupun secara internasional melalui kerjasama bilateral dan kawasan. Di bidang keuangan syariah, dalam rangka meningkatkan peran perbankan syariah dalam perekonomian domestik dilakukan berbagai upaya antara lain melalui pengembangan kebijakan syariah yang kompetitif bagi setiap instrumen keuangan syariah, pendalaman pasar Sukuk, perumusan regulasi yang kondusif didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi dengan jumlah yang memadai. xix
10 halaman ini sengaja dikosongkan
RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii
RINGKASAN EKSEKUTIF Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2016 membaik walaupun risiko yang berasal dari dampak lambatnya pertumbuhan ekonomi global dan domestik masih cukup besar. Perbaikan tersebut
Lebih terperinciMemperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik
Sambutan Gubernur Bank Indonesia Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta,
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis
Lebih terperinciPERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015
PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015
PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.
Lebih terperinciperlambatan ekonomi domestik serta pasar uang dan pasar modal yang masih tersegmentasi dan dangkal juga mempengaruhi kondisi pasar keuangan domestik.
RINGKASAN EKSEKUTIF Pemulihan ekonomi di negara maju yang belum merata serta melambatnya pertumbuhan emerging market economies (EMEs) khususnya Tiongkok, telah berkontribusi terhadap peningkatan risiko
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciTANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21
TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI
Lebih terperinciLaporan Perekonomian Indonesia
1 Key Messages Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi spillover dan gejolak pasar keuangan global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan relatif
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciKAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 29, September 2017
RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 29, September 2017 Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2017 relatif stabil dengan didukung oleh meningkatnya permodalan dan likuiditas perbankan
Lebih terperinci1. Tinjauan Umum
1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF. xvii
RINGKASAN EKSEKUTIF Sistem keuangan pada paruh kedua 2016 relatif stabil bahkan membaik sejalan dengan menurunnya risiko perekonomian domestik. Meningkatnya stabilitas sistem keuangan didukung oleh tingginya
Lebih terperinciRingkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia
Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter
Lebih terperinciMenjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi
Sambutan Gubernur Bank Indonesia Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta, 10
Lebih terperinciKETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETERANGAN PERS Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Untuk Menjaga Stabilitas Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi Jakarta, 28 Mei 2018 Pemerintah, Bank
Lebih terperinciet 2018 o. 30, Mar n an G an U ke as BILIT sta an JI ka RiNGKAsAN EKsEKuTif Bank IndonesIa XVIII
Bank IndonesIa KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 30, Maret 2018 ringkasan eksekutif XVIII Pada Semester II 2017, Stabilitas Sistem Keuangan Menunjukkan Perkembangan Yang Lebih Baik Dibandingkan Dengan Periode
Lebih terperinciKETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR
Keynote Speech KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR Dengan tema Outlook Ekonomi dan Pasar Modal 2016 Balroom Hotel JW Marriot, Jakarta, 19 November 2015 Assalamu alaikum
Lebih terperincimenyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang
TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/20/PBI/2014 TANGGAL 28 OKTOBER 2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya
Lebih terperinciProspek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan
Prospek Ekonomi Regional ASEAN+3 2018 ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) 2018 Ringkasan Prospek dan Tantangan Ekonomi Makro Prospek ekonomi global membaik di seluruh kawasan negara maju dan berkembang,
Lebih terperinciBoks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN
Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Ekonomi Global 2011 Tahun 2011 merupakan tahun dengan berbagai catatan keberhasilan, namun juga penuh dinamika dan sarat
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinciINDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER
PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Makroprudensial. Pengaturan. Pengawasan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 141) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai bank sentral, Bank
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Eksekutif xi halaman ini sengaja dikosongkan xii Ringkasan Eksekutif Pada semester I 2015, pasar keuangan global mengalami pelemahan yang dipicu oleh ketidakpastian arah kebijakan moneter di
Lebih terperinciJuni 2017 RESEARCH TEAM
RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%
Lebih terperinciInternational Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA
Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia
Lebih terperinciANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1
Lebih terperinciANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis
Lebih terperinciPolicy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016
Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam isu membayangi, indeks Pasar Modal Indonesia sukses melewati semua ujian. Sepanjang 2012, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencerminkan kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. global dan domestik cenderung bias ke bawah yang disebabkan oleh. pertumbuhan ekonomi dunia berjalan tidak seimbang.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi dunia perbankan di Indonesia mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selalu disebabkan dari perkembangan di luar industri
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004
Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)
Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) PENJAMINAN SIMPANAN Hingga Mei 2017, LPS Jamin 212,6 Juta Rekening Simpanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis data mengenai pertumbuhan jumlah rekening
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketika dalam keadaan kondisi ekspansi dan mempercepat penurunan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prosiklikalitas 1 perbankan adalah perilaku penyaluran kredit yang berlebihan sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat ketika dalam keadaan kondisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinciMonthly Market Update
Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas sektor perbankan dalam suatu negara memegang peranan penting dalam memajukan kehidupan masyarakatnya. Setiap orang dalam melakukan transaksi finansial yang berhubungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perbankan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Indikator perbankan nasional
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih akan membaik. Hal tersebut didukung oleh hasil positif program restrukturisasi perbankan yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam perekonomian di setiap negara, merupakan sebuah alat yang dapat mempengaruhi suatu pergerakan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih akan membaik. Hal tersebut didukung oleh hasil positif program restrukturisasi perbankan yang telah
Lebih terperinciFokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global
Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang
Lebih terperinciPerkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur
1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara sedang berkembang yang tengah menuju tahap kemapanan ekonomi, Indonesia membutuhkan anggaran belanja dalam jumlah besar untuk membiayai berbagai program
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik
BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring
Lebih terperinciPRUlink Quarterly Newsletter
PRUlink Quarterly Newsletter Kuartal Kedua 2014 PT Prudential Life Assurance terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan
Lebih terperinci2. Kami menyambut baik adanya kegiatan dialog nasional yang mengangkat tema Prediksi Industri Properti ke Depan dan Memperkuat Keberpihakan
Paparan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia : Pengendalian Pembiayaan Properti dan Formulasi Alternatif Mendorong Tumbuhnya Industri Properti Rakernas REI, 14 September 2017 Assalamu alaikum warahmatullahi
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu negara dan dengan cepat berimbas ke negara lain. Salah satu bukti konkretnya adalah krisis
Lebih terperinciSelamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk kita semua
SAMBUTAN DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA SERAH TERIMA JABATAN KEPALA KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI ACEH BANDA ACEH, 20 OKTOBER 2015 Yang kami hormati, Gubernur Provinsi Aceh, Bp. Zaini Abdullah, Forum Komunikasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai
Lebih terperinci04 Analisis dan Pembahasan Manajemen
01 Ikhtisar Data 02 Laporan 03 Profil 04 Analisis dan Pembahasan 05 Tata Kelola 06 Tanggung Jawab Sosial 07 Laporan Konsolidasian 04 Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Tinjauan Tinjauan Pada tahun 2016 BCA
Lebih terperinciPERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur
PERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur Surabaya 21 Desember 2016 OUTLINE 2 Perekonomian Global Perekonomian Nasional Kebijakan
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005: :12.
BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan menganalisis mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005:07 2014:12. Empat sistem persamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia semakin terintegrasi sebagai konsekuensi dari sistem perekonomian terbuka yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di
Lebih terperinciRUU STABILITAS SISTEM KEUANGAN
RUU STABILITAS SISTEM KEUANGAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI MAKRO ENNY SRI HARTATI Selasa, 9 Juni 2015 INSTITUTE FOR DEVELOPMENT OF ECONOMICS AND FINANCE (INDEF) URGENSI RUU JPSK 1. Resiko instabilitas sistem
Lebih terperinci2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 152). PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciKEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Tesis Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajad S-2 Gelar Magister Manajemen Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya
Lebih terperinci2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Nega
No.152, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5712).
Lebih terperinciSuharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan
Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian
Lebih terperinciSambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015
Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference The Future of Asia s Finance: Financing for Development Jakarta, 2 September 2015 Yang terhormat Managing Director
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND
LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi
Lebih terperinciMenata dan Memperkuat Perbankan Indonesia, Menyongsong Pemulihan Ekonomi Global
Menata dan Memperkuat Perbankan Indonesia, Menyongsong Pemulihan Ekonomi Global Dr. Darmin Nasution Pjs. Gubernur Bank Indonesia Pertemuan Tahunan Perbankan 2010 22 Januari 2010 Yang saya hormati, Para
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015)
Senin, 20 April 2015 Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015) Perbankan Harus Waspadai Kenaikan NPL Sektor Pertambangan Perbankan harus mewaspadai risiko kenaikan kredit bermasalah/ NPL dari empat
Lebih terperinciMEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA
MEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA ABSTRAKS Ketidakpastian perekonomian global mempengaruhi makro ekonomi Indonesia. Kondisi global ini ikut mempengaruhi depresiasi nilai
Lebih terperinciQ & A TERKAIT DAMPAK SISTEMIK BANK CENTURY
Q & A TERKAIT DAMPAK SISTEMIK BANK CENTURY 1. Mengapa Bank Century harus diselamatkan pada 20 November 2008? a. Kegagalan Bank Century terjadi di tengah-tengah situasi dan kondisi ekonomi dan sistem perbankan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
Lebih terperinciANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007
ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator
Lebih terperinciP u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t
PROFIL INDIKATOR MAKRO FINANSIAL PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 Pengarah : Prof. Dr. Ir. Deny Juanda Puradimaja,DEA Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat Penanggung jawab : H.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan
Lebih terperinciTriwulan II. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan II 2014 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap
Lebih terperinciDiskusi Terbuka INFID
Diskusi Terbuka INFID Dr. Edi Prio Pambudi Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 10 September 2015 PERSOALAN SAAT INI Tantangan Global Pemulihan ekonomi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004
Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah meningkatkan arus perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dalam era persaingan global setiap negara ingin bersaing secara internasional, sehingga dalam hal ini kebijakan yang berbeda diterapkan untuk memfasilitasi investor
Lebih terperinciLAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014
LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lain risiko kredit, yaitu risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan usahanya, bank menghadapi berbagai risiko antara lain risiko kredit, yaitu risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan pasti melakukan kegiatan konsumsi. Kegiatan konsumsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari setiap individu, perusahaan dan masyarakat secara keseluruhan pasti melakukan kegiatan konsumsi. Kegiatan konsumsi dilakukan karena adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar
Lebih terperinci