RINGKASAN EKSEKUTIF. xvii

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RINGKASAN EKSEKUTIF. xvii"

Transkripsi

1 RINGKASAN EKSEKUTIF Sistem keuangan pada paruh kedua 2016 relatif stabil bahkan membaik sejalan dengan menurunnya risiko perekonomian domestik. Meningkatnya stabilitas sistem keuangan didukung oleh tingginya permodalan dan likuiditas perbankan serta terjaganya stabilitas pasar keuangan. Kondisi tersebut tercermin dari penurunan Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) dan Indeks Risiko Sistemik Perbankan (IRSP) pada semester II 2016 dibandingkan periode sebelumnya. Namun demikian, perlambatan pertumbuhan kredit perbankan dan masih tingginya risiko kredit perlu tetap diwaspadai. Membaiknya stabilitas sistem keuangan tidak terlepas dari pengaruh menurunnya risiko sistem keuangan global dan regional. Penurunan risiko global dan regional tercermin dari perbaikan perekonomian yang disertai dengan menurunnya ketidakpastian di pasar keuangan. Perbaikan pertumbuhan ekonomi global dimotori oleh pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi AS disumbang oleh konsumsi dan investasi non residensial sebagaimana tercermin dari penjualan eceran yang meningkat. Data tenaga kerja AS juga menunjukkan perbaikan. Sementara ekonomi Tiongkok tumbuh meningkat diatas perkiraan ditopang konsumsi dan investasi swasta. Di sisi lain, perekonomian Jepang tumbuh terbatas dan sentimen negatif referendum Inggris (Brexit) sempat menyebabkan investor menunda kegiatan investasi hingga ketidakpastian mereda. Seiring dengan perbaikan ekonomi global, harga beberapa komoditas dunia terutama minyak, batubara dan logam mulai menunjukkan peningkatan. Harga minyak dunia naik seiring dengan rencana penurunan xvii

2 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 28, Maret 2017 produksi Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC). Harga batubara meningkat sejak triwulan III terutama karena langkah Tiongkok dalam mengatasi overcapacity sehingga terjadi penurunan supply. Sementara kenaikan harga logam dipengaruhi oleh spekulasi di pasar future sebagai antisipasi pasar terhadap rencana pembangunan infrastruktur di AS pasca hasil pemilihan presiden. Ketidakpastian di pasar keuangan global menurun seiring membaiknya perkembangan ekonomi dan adanya kepastian kebijakan moneter AS. Meskipun sempat meningkat akibat sentimen negatif Hard Brexit dan Trump Effects, namun hal tersebut bersifat temporer dan persepsi investor global kembali positif menjelang akhir Perkembangan ini menyebabkan membaiknya risiko dan kinerja di pasar keuangan domestik. Risiko perekonomian domestik relatif membaik pada semester II Perbaikan tersebut didukung oleh stabilitas makroekonomi yang baik sejalan dengan inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang terjaga. Tekanan global terhadap keseimbangan eksternal perekonomian Indonesia cenderung mereda. Neraca pembayaran tercatat surplus dengan defisit transaksi berjalan yang tercatat lebih rendah. Di sisi lain, nilai tukar Rupiah berada dalam tren menguat meskipun sempat sedikit tertekan menjelang akhir tahun. Di tengah membaiknya stabilitas sistem keuangan dan risiko perekonomian domestik yang menurun, masih terdapat beberapa faktor kerentanan yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan keuangan domestik sehingga perlu dicermati. Hal ini terlihat dari berlanjutnya kontraksi pada siklus keuangan sebagai akibat kredit perbankan yang bersifat prosiklikal sehingga intermediasi perbankan semakin melambat. Keterbatasan ruang fiskal akibat penerimaan pemerintah yang masih rendah meskipun terdapat penerimaan tambahan dari amnesti pajak namun tidak banyak membantu menopang pengeluaran yang sebenarnya diharapkan menjadi stimulus ditengah masih terbatasnya pertumbuhan ekonomi. Selain itu, posisi Utang Luar Negeri (ULN) korporasi nonbank yang cukup tinggi meskipun dengan volume yang menurun serta kepemilikan investor nonresiden terhadap aset domestik yang cukup dominan dapat menyebabkan perekonomian domestik rentan terhadap risiko dari faktor eksternal terutama apabila terjadi gejolak nilai tukar. Sejalan dengan menurunnya ketidakpastian di pasar keuangan global dan terjaganya makroekonomi Indonesia, stabilitas di pasar keuangan domestik relatif terjaga. Hal ini diindikasikan oleh relatif stabilnya pasar uang baik Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Rupiah dan valas, pasar Repo antar bank maupun pasar valas. Sentimen negatif hasil pemilu AS yang memicu keluarnya modal asing dari pasar keuangan domestik menjelang akhir tahun sempat menekan pasar obligasi negara dan obligasi korporasi. Sementara pasar saham dan reksadana masih tetap terjaga dan tumbuh dengan baik. Risiko di pasar uang terjaga dengan baik dengan likuiditas yang meningkat meskipun volatilitas sedikit naik akibat kebijakan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia. Suku bunga harian PUAB Rupiah turun untuk semua tenor karena terjaganya likuiditas di pasar dan penurunan suku bunga kebijakan Bank Indonesia 7 Days Reverse Repo Rate. Penurunan suku bunga kebijakan ini menyebabkan volatilitas suku xviii

3 bunga PUAB meningkat baik untuk tenor o/n maupun tenor lainnya. Pasar repo antar bank menunjukkan kondisi yang likuid, tercermin dari menurunnya suku bunga repo, meningkatnya volume transaksi dan meningkatnya jumlah bank yang melakukan transaksi. Penerapan Global Master Repo Agreement (GMRA) dalam transaksi repo merupakan salah satu faktor yang menyebabkan semakin likuidnya pasar tersebut. Sementara itu, meningkatnya kebutuhan valas menjelang akhir tahun dan naiknya suku bunga Operasi Moneter (OM) valas Bank Indonesia menyebabkan suku bunga PUAB valas meningkat. Namun demikian volatilitas dan spread suku bunga tertinggi terendah di pasar mengalami penurunan yang mengindikasikan bahwa risiko di PUAB valas masih terjaga. Sementara itu risiko di pasar valas mengalami penurunan, tercermin dari menguatnya nilai tukar Rupiah dan turunnya volatilitas serta relatif stabilnya premi risiko. Sentimen negatif global menjelang akhir tahun menyebabkan tekanan pada pasar modal namun dalam level yang relatif terbatas. Terbatasnya tekanan di pasar modal tercermin dari masih meningkatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan masih masuknya arus modal asing baik di pasar Surat Berharga Negara (SBN), obligasi korporasi maupun saham. Yield SBN posisi akhir tahun untuk semua tenor mengalami kenaikan dibandingkan akhir semester I 2017 dan diikuti dengan kenaikan volatilitas namun masih jauh lebih rendah dibandingkan posisi akhir tahun lalu. Sejalan dengan SBN, yield dan volatilitas obligasi korporasi juga mengalami peningkatan namun posisi investor asing justru mengalami peningkatan dibandingkan semester sebelumnya. Berbeda dengan pasar obligasi, meskipun menghadapi sentimen yang sama, namun pasar saham masih tumbuh positif sehingga IHSG masih mengalami peningkatan meskipun volatilitas sedikit meningkat, investor asing juga masih mencatatkan net inflow meskipun dalam jumlah yang lebih terbatas. Pasar reksadana juga menunjukkan perkembangan yang positif, ditandai dengan nilai aktiva bersih (NAB) yang tumbuh meskipun dengan volatilitas yang meningkat sejalan dengan peningkatan volatilitas aset yang menjadi underlying-nya. Terjaganya risiko di pasar keuangan domestik menyebabkan pasar keuangan menjadi alternatif pembiayaan yang menarik ditengah terbatasnya pertumbuhan kredit perbankan. Pada semester II 2017, meskipun terdapat sentimen negatif global hasil pemilihan presiden AS yang memberikan tekanan di pasar keuangan domestik, namun sumber pembiayaan yang berasal dari pasar modal utamanya obligasi korporasi masih mengalami peningkatan. Selain itu, penerbitan instrumen keuangan seperti Negotiable Certificate Deposit dan Medium Term Note juga mengalami peningkatan karena cost of fund yang lebih rendah dan persyaratan penerbitan yang lebih longgar. Sejalan dengan terjaganya perkembangan pasar keuangan, di pasar keuangan syariah, kinerja sektor keuangan syariah kembali menunjukkan tren yang meningkat meskipun dampak sentimen negatif global menjelang akhir tahun juga menyebabkan volatilitas pasar keuangan syariah meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh indeks saham syariah yang bergerak naik dengan kapitalisasi yang meningkat signifikan dan sukuk pemerintah yang juga meningkat ditengah konsolidasi fiskal pemerintah. Selain itu, pertumbuhan nilai aktiva bersih reksadana syariah juga mencatatkan peningkatan bahkan melebihi reksadana konvensional. Sektor keuangan sosial xix

4 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 28, Maret 2017 juga mencatatkan perkembangan yang positif. Dana kumpulan zakat dan wakaf uang semakin meningkat sejalan dengan semakin baiknya governance dan transparansi pengelolaan dan penyaluran dana oleh lembaga amil zakat dan nazhir. Kinerja sektor rumah tangga pada semester II 2016 relatif stabil dengan risiko yang masih terjaga seiring dengan membaiknya perekonomian. Kenaikan pertumbuhan ekonomi di semester ini mendorong optimisme rumah tangga, tercermin dari survei mengenai Indeks Penjualan Riil dan Indeks Keyakinan Konsumen yang menunjukkan perbaikan. Optimisme rumah tangga juga terkonfirmasi dari survei neraca rumah tangga (SNRT) yang menunjukkan pertumbuhan positif aset, utang dan networth rumah tangga. Optimisme rumah tangga tersebut berpengaruh terhadap peningkatan pengeluaran rumah tangga. Alokasi pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi dan cicilan pinjaman cenderung meningkat pada semester II 2016, sedangkan alokasi pengeluaran untuk tabungan relatif tetap. Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang berasal dari sektor rumah tangga mengalami kenaikan dengan porsi yang masih mendominasi DPK perbankan. Kenaikan tersebut utamanya dipengaruhi oleh peningkatan giro dan deposito. Dari sisi kredit, pertumbuhan kredit perbankan kepada sektor rumah tangga juga mulai menunjukkan kenaikan dengan kualitas kredit yang membaik jika dibandingkan semester I Namun demikian, meningkatnya debt service ratio (DSR) rumah tangga terutama kelompok berpendapat menengah perlu dicermati meskipun peningkatan tersebut tidak terlalu signifikan. Secara umum, kinerja korporasi non keuangan triwulan III 2016 mulai membaik ditandai oleh indikator profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan debt to equity ratio (DER) yang cenderung menunjukkan perbaikan walaupun indikator produktivitas mengalami penurunan. Kenaikan profitabilitas terutama disebabkan oleh peningkatan net income karena korporasi melakukan upaya-upaya efisiensi, baik berupa penurunan biaya maupun utang. Selain itu juga dipengaruhi oleh mulai membaiknya harga beberapa komoditas dan kuatnya konsumsi rumah tangga. Perbaikan profitabilitas tersebut meningkatkan kemampuan korporasi nonkeuangan dalam membayar hutang yang tercermin dari membaiknya DSR dan Interest Coverage Ratio. Membaiknya kinerja korporasi, dikonfirmasi oleh hasil perhitungan Altman Z-Score yang menunjukkan bahwa pangsa korporasi yang berada di area berisiko pada triwulan III 2016 menurun dibandingkan dengan triwulan III Membaiknya kinerja keuangan sektor korporasi belum mampu mendorong pertumbuhan kredit. Hal tersebut antara lain karena korporasi masih menahan ekspansi usahanya di tengah kondisi ketidakpastian perekonomian global dan domestik. Perilaku korporasi yang masih menahan ekspansinya ini terkonfirmasi dari hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia pada akhir semester II yang mengindikasikan kegiatan usaha tumbuh melambat sehingga menyebabkan rata-rata kapasitas produksi terpakai juga mengalami sedikit penurunan. Perilaku korporasi yang masih menahan ekspansi kegiatan usaha juga berpengaruh terhadap penurunan utang luar negerinya. Dari sisi kualitas kredit, rasio NPL gross kredit korporasi mengalami peningkatan pada periode laporan dibandingkan semester I Namun demikian, DPK perbankan yang bersumber dari sektor korporasi justru tumbuh meningkat karena proses konsolidasi korporasi sehingga kelebihan dananya ditempatkan di perbankan. xx

5 Di tengah perilaku korporasi yang masih menahan ekspansi usahanya, kondisi industri perbankan relatif membaik selama semester II 2016 dibandingkan semester sebelumnya. Perbaikan kondisi perbankan tercermin dari peningkatan pertumbuhan DPK, peningkatan likuiditas dan permodalan perbankan. Namun demikian, masih melambatnya pertumbuhan kredit dan relatif tingginya risiko kredit meskipun menurun di akhir tahun tetap perlu diwaspadai. Pertumbuhan kredit perbankan masih melambat, selain dipengaruhi oleh rendahnya permintaan korporasi juga dipengaruhi oleh kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit. Namun, penyaluran kredit terbantu oleh peningkatan permintaan kredit untuk pembiayaan proyek infrastruktur pemerintah. Sementara itu, penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami peningkatan pada semester II 2016 walaupun mayoritas merupakan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Risiko kredit masih menunjukkan peningkatan pada periode laporan walaupun pertumbuhan kredit bermasalah mulai menunjukkan perlambatan. Rasio NPL gross turun menjadi 2,93% pada periode laporan dibandingkan dengan 3,05% pada semester I Berbeda dengan kredit yang masih tumbuh melambat, pertumbuhan DPK perbankan pada semester II mulai meningkat dibandingkan semester I dan bahkan sudah lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Peningkatan DPK tersebut terutama disebabkan oleh masuknya dana tebusan dan repatriasi program amnesti pajak. Selain itu ekspansi rekening pemerintah di akhir tahun juga mempengaruhi peningkatan DPK. Dari sisi kinerja keuangan, profitabilitas perbankan sedikit menurun yang tercermin dari penurunan angka Return on Asset (ROA). Penurunan profitabilitas ini dipengaruhi oleh penurunan kredit ditengah cukup tingginya biaya pencadangan yang harus dialokasikan perbankan akibat tingginya risiko kredit. Namun, Net Interest Margin (NIM) tercatat relatif stabil pada semester II 2016 disebabkan oleh relatif terjaganya spread antara suku bunga kredit dan DPK sehingga dapat menahan penurunan profitabilitas perbankan. Sementara itu, efisiensi industri perbankan mengalami penurunan yang terlihat dari kenaikan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Kenaikan rasio BOPO dipengaruhi oleh kenaikan biaya overhead yaitu biaya pencadangan akibat peningkatan risiko kredit dan beban tenaga kerja. Likuiditas industri perbankan meningkat baik dari aspek ketahanan maupun penambahan alat likuid. Peningkatan likuiditas perbankan tidak terlepas dari masuknya dana tebusan amnesti pajak dan meningkatnya ekspansi rekening pemerintah serta masih lambatnya pertumbuhan kredit. Sementara peningkatan ketahanan likuiditas perbankan dapat dilihat dari naiknya kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban penarikan DPK dan ekspansi kredit sebagaimana tercermin dari naiknya risiko alat likuid terhadap non core deposit dan rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga perbankan. Permodalan perbankan membaik dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang berada diatas threshold dan naik dari 21,39% pada semester II 2015 menjadi 22,56% pada semester II Kenaikan permodalan ini seiring dengan perlambatan pertumbuhan kredit sehingga menurunkan pertumbuhan Aktiva Tertimbang Mengandung Risiko (ATMR) perbankan. Tingginya permodalan tersebut menunjukkan ketahanan perbankan dalam menghadapi risiko kredit maupun risiko pasar yang disimulasikan melalui stress test yang secara reguler dilakukan Bank Indonesia. Selain itu, permodalan yang tinggi tersebut dapat xxi

6 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 28, Maret 2017 memenuhi aturan Basel III mengenai permodalan yang berlaku mulai tahun 2016, khususnya capital conservation buffer, countercyclical buffer dan capital surcharge untuk bank yang tergolong sistemik. Sejalan dengan membaiknya kondisi perbankan konvensional, perbankan syariah turut mengalami perbaikan kinerja pada semester II 2016 yang ditunjukkan oleh peningkatan aset perbankan syariah terutama paska konversi Bank Pembangungan Daerah (BPD) Aceh menjadi bank syariah pada bulan September Secara umum, aset perbankan syariah menunjukkan tren positif sepanjang dengan selalu berada di atas angka pertumbuhan aset perbankan konvensional. Pola yang sama terjadi pada DPK perbankan syariah yang mayoritas didominasi oleh deposito, dengan diikuti oleh tabungan dan giro pada posisi ketiga. Sementara itu, risiko pembiayaan perbankan syariah tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan konvensional. Namun dengan peningkatan permodalan perbankan syariah, ketahanan perbankan syariah diperkirakan masih relatif memadai dalam menghadapi potensi risiko yang dihadapi. proses re-klasisifikasi kolektibilitas pembiayaan sesuai ketentuan OJK. Selain perusahaan pembiayaan, asuransi juga menunjukkan kinerja yang positif. Perbaikan kinerja asuransi tersebut tercermin dari pertumbuhan aset dan investasi industri asuransi yang mengalami peningkatan sehingga meningkatkan rasio investasi asuransi pada periode laporan. Kinerja positif tersebut didukung oleh penurunan risiko usaha asuransi yang diukur melalui peningkatan rasio kecukupan premi terhadap pembayaran klaim. Namun dari sisi profitabilitas, ROA dan Return on Equity (ROE) industri asuransi sedikit mengalami penurunan pada periode laporan dibandingkan dengan semester I Interconnectedness antara IKNB dengan perbankan secara umum meningkat. Keterkaitan antara Bank dengan perusahaan pembiayaan mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan kredit perbankan kepada perusahaan pembiayaan. Namun, keterkaitan antara Bank dengan industri asuransi cenderung turun seiring dengan penurunan penempatan dana asuransi di bank. Kinerja positif juga ditunjukkan oleh Industri Keuangan Non Bank (IKNB) utamanya perusahaan pembiayaan pada semester II Kinerja perusahaan pembiayaan mengalami perbaikan baik dari sisi pembiayaan maupun pendanaan seiring dengan penurunan eksposur risiko yang berasal dari pergerakan nilai tukar seiring dengan penurunan posisi ULN. Pada perkembangannya, perbaikan kinerja tersebut juga meningkatkan profitabilitas perusahaan pembiayaan yang tercermin dari peningkatan ROA pada periode laporan. Namun demikian, risiko pembiayaan PP (NPF) meningkat yang terutama terjadi pada sektor pengangkutan/transportasi dan dipengaruhi pula oleh Sistem pembayaran sebagai salah satu infrastruktur sistem keuangan memegang peranan yang penting dalam mendukung aktivitas perekonomian domestik dan stabilitas sistem keuangan. Penyelenggaraan sistem pembayaran yang diselenggarakan BI yang meliputi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), Bank Indonesia Real Time Gross Settlement System (BI-RTGS), dan Bank Indonesia Scriptless Securities Settlement System (BI-SSSS) berjalan aman, lancar, efisien dan handal. Hal tersebut ditunjukkan oleh rendahnya risiko setelmen dan kondisi likuiditas yang memadai untuk penyelesaian transaksi pada periode laporan, kehandalan dan ketersediaan xxii

7 sistem yang sesuai dengan tingkat layanan yang telah ditetapkan serta lebih cepatnya proses setelmen baik untuk transaksi ritel maupun transaksi besar. Sementara itu, kinerja sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh industri juga terjaga dengan baik, tercermin dari tidak terdapatnya gangguan yang signifikan dalam penyelenggaraan sistem pembayaran dan peningkatan volume dan nilai transaki pada semester II Hal tersebut tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan Bank Indonesia untuk senantiasa mendorong penggunaan instrumen pembayaran nontunai dengan tetap memperhatikan dan aspek perlindungan konsumen. Risiko sistem pembayaran relatif terjaga baik risiko setelmen, likuiditas, risiko operasional maupun risiko sistemik. Dari sisi risiko setelmen dan likuiditas tercatat relatif rendah pada semester II 2016 yang ditunjukkan oleh rendahnya volume dan nilai unsettled transaction serta tidak adanya penggunaan Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI) maupun FLI Syariah oleh bank peserta Sistem Pembayaran BI Nontunai. Sementara itu, risiko operasional dan risiko sistemik juga terjaga dengan baik. Dari sisi risiko operasional, Bank Indonesia telah melakukan mitigasi risiko dengan mempersiapkan prosedur Business Continuity Plan yang dapat diaktifkan setiap saat apabila terjadi gangguan pada sistem utama. Dari sisi risiko sistemik, Bank Indonesia melakukan pemantauan secara reguler dan intensif terhadap indikator indikator sistem pembayaran yang berpotensi menangkap gangguan sistemik. Penguatan infrastruktur sistem keuangan juga didukung oleh penguatan akses keuangan dari masyarakat melalui layanan keuangan inklusif. Indeks Komposit Keuangan Inklusif Indonesia (IKKI) tercatat mengalami peningkatan pada periode laporan. Hal tersebut menunjukkan bahwa akses masyarakat Indonesia untuk menggunakan layanan keuangan cenderung meningkat. Layanan Keuangan Digital di Indonesia juga mengalami pertumbuhan yang meningkat tercermin dari pertambahan jumlah bank penyelenggara, agen, jumlah nasabah serta transaksi elektronik yang dilakukan di agen. Dalam rangka meningkatkan kepercayaan, memperkuat aspek perlindungan konsumen dan akseptasi masyarakat atas instrumen pembayaran nontunai, Bank Indonesia telah menyesuaikan ketentuan terhadap batas maksimum suku bunga Kartu Kredit serta kewajiban Penerbit Kartu Kredit untuk penyampaian pernyataan penutupan (closing statement) Kartu Kredit. Selain itu adanya ketentuan Bank Indonesia terkait penggunaan Personal Identification Number (PIN) online 6 (enam) digit serta Standar Nasional Teknologi Chip untuk kartu ATM dan/ atau Kartu Debet diharapkan dapat meningkatkan keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat dalam melakukan transaksi. Sebagai upaya untuk merespon kondisi sistem keuangan dan memitigasi risiko-risiko utama, Bank Indonesia menerapkan kebijakan makroprudensial yang masih bersifat akomodatif dan bersifat countercyclical. Selama semester II 2016, kebijakan makroprudensial yang dikeluarkan Bank Indonesia meliputi penetapan rasio loan to value/financing to value (LTV/FTV) dan penyesuaian Giro Wajib Minimum (GWM) yang dikaitkan dengan besaran Loan to Funding Ratio (GWM LFR). Selain itu kebijakan untuk mengurangi perilaku prosikilikalitas perbankan yang berlebihan dilakukan melalui kebijakan countercyclical buffer (CCB). Pada semester II 2016, Bank Indonesia melakukan penyempurnaan ketentuan LTV/FTV dengan tujuan untuk mendorong berjalannya fungsi intermediasi xxiii

8 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 28, Maret 2017 perbankan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan perlindungan konsumen. Berdasarkan hasil evaluasi Bank Indonesia, kebijakan LTV/FTV mampu menahan perlambatan pertumbuhan kredit/pembiayaan pemilikan rumah oleh bank yang tercermin dari pertumbuhan KPR yang membaik dibandingkan semester sebelumnya. Selain itu, penyempurnaan kebijakan GWM LFR dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan pertumbuhan kredit serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini dilakukan dengan menaikkan batas bawah LFR dari 78% menjadi 80% untuk bank umum konvensional, sedangkan batas atas tetap dipertahankan sebesar 92% sehingga kisaran LFR yang diberlakukan menjadi 80% - 92%. Kebijakan makroprudensial lainnya yang diberlakukan di semester II 2016 adalah kebijakan yang bertujuan untuk mencegah peningkatan risiko sistemik yang bersumber dari pertumbuhan kredit yang berlebihan dan untuk menyerap kerugian yang dihadapi perbankan melalui pembentukan tambahan modal sebagai penyangga (buffer). Kebijakan CCB ini mewajibkan bank untuk membentuk tambahan modal pada periode ekspansi yang berdampak pada pengurangan percepatan kredit. Sebaliknya pada periode kontraksi, penurunan/pelepasan tambahan modal CCB yang telah dibentuk bank akan mendorong penyaluran kredit perbankan serta menutupi kerugian yang mungkin timbul. Adapun hasil evaluasi kebijakan CCB yang kembali menetapkan besaran CCB 0% didasarkan pada pertimbangan bahwa belum ada potensi risiko sistemik yang bersumber dari pertumbuhan kredit yang berlebihan. Dalam menjaga stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia selalu berkoordinasi dan bekerjasama dengan otoritas lainnya. Selama semester II 2016, Bank Indonesia secara intens melakukan koordinasi bilateral dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Kerjasama dan koordinasi antara Bank Indonesia dan OJK terus dilakukan dengan prinsip dasar bersifat kolaboratif, meningkatkan efisiensi dan efektitifas, menghindari duplikasi, melengkapi pengaturan sektor keuangan dan memastikan kelancaran pelaksanaan tugas BI dan OJK. Sementara itu kerjasama dan koordinasi Bank Indonesia dengan LPS juga diperkuat. Penguatan dilakukan melalui antara lain dengan penandatanganan nota kesepahaman tentang Koordinasi dan Kerjasama Dalam Rangka Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia. Selain itu dalam level operasional, telah dilakukan penandatangan perjanjian kerjasama (PKS) BI-LPS mengenai Penjualan SBN oleh LPS kepada Bank Indonesia. Transaksi SBN antara LPS dan Bank Indonesia tersebut dapat dilakukan dalam rangka penanganan bank sistemik atau bank sistemik dan bank selain sistemik dalam kondisi krisis. Selain koordinasi yang bersifat bilateral, Bank Indonesia juga memperkuat koordinasi dengan Kementrian Keuangan (Kemenkeu), OJK dan LPS dalam kerangka Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Koordinasi diantara empat lembaga terkait SSK ini pada akhirnya berhasil meletakkan payung hukum bagi manajemen krisis dengan disahkannya Undang- Undang No 9 tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (PPKSK) pada tanggal 15 April Cakupan utama UU PPKSK adalah (i) pemantauan dan pemeliharaan stabilitas sistem keuangan (SSK); (ii) penanganan krisis sistem keuangan dan (iii) penanganan permasalahan bank sistemik dalam kondisi normal dan kondisi krisis. Dengan keluarnya UU PPKSK, payung hukum tindakan pencegahan dan penanganan krisis menjadi semakin kuat dan jelas sehingga akan meningkatkan langkah pencegahan dan penanganan krisis. Pada akhirnya hal ini akan berdampak positif terhadap stabilitas sistem keuangan. xxiv

9 Mencermati perkembangan perekonomian dan potensi risiko domestik dan global, kondisi SSK di 2017 diperkirakan terkendali. Hal ini didukung oleh meningkatnya ketahanan dan kinerja industri perbankan di tengah membaiknya kondisi perekonomian. Tantangan eksternal antara lain pemulihan ekonomi global yang meskipun membaik namun belum stabil, tekanan inflasi di negara maju yang diperkiraakan akan meningkat, risiko geopolitik di Eropa serta masih adanya ketidapastian kebijakan pemerintah AS termasuk rencana kenaikan suku bunga The Fed yang dapat meningkatkan nilai tukar dolar AS. Sementara itu dari sisi internal, sistem keuangan menghadapi beberapa tantangan antara lain adanya potensi kenaikan inflasi dari administered price serta upaya peningkatan penerimaan negara terutama yang berasal dari pajak untuk mengendalikan defisit. Tantangan eksternal dan internal yang dihadapi tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap prospek perekonomian Indonesia ke depan. Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tumbuh pada kisaran 5,0 5,4% dengan sasaran inflasi 4% ± 1%. Seiring dengan proyeksi perekonomian, pertumbuhan kredit dan DPK diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 10-12% sejalan dengan kinerja korporasi yang cenderung meningkat. Risiko kredit diperkirakan mulai stabil dan akan turun sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya pertumbuhan kredit perbankan dan terjaganya kinerja korporasi non keuangan dengan beberapa sektor ekonomi yang akan mengalami pertumbuhan. Dari sisi DPK, pertumbuhan simpanan industri perbankan diperkirakan mencapai kisaran 9-11% atau lebih tinggi dibandingkan Lebih lanjut, berdasarkan kemampuan perbankan dalam mempertahankan pertumbuhan laba dan ketahanan permodalan, serta mengelola risiko kredit dengan cukup baik, maka SSK dan ketahanan perbankan diperkirakan akan tetap terjaga di Kondisi likuiditas perbankan diperkirakan juga membaik seiring dengan operasi keuangan pemerintah dan aliran masuk uang kartal, serta meningkatnya perekonomian. Namun demikian, dengan perkiraan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan DPK tersebut maka akan berpotensi menimbulkan risiko funding gap terutama di triwulan IV Menghadapi kompleksitas tantangan dari domestik maupun global yang akan berpengaruh terhadap stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia akan memperkuat kebijakan makroprudensial secara terukur, terintegrasi dan bersinergi dengan kebijakan moneter dan sistem pembayaran. Kebijakan makroprudensial akan diarahkan untuk memperkuat stabilitas sistem keuangan dan menjaga resiliensi sistem keuangan dengan rumusan : (i) memperkuat dan memperluas cakupan surveilans makroprudensial untuk mengidentifikasi lebih dini sumber tekanan; (ii) identifikasi dan pemantauan risiko sistemik dengan menggunakan Balance Set of Systemic Risk; (iii) penguatan kerangka manajemen krisis melalui penyelarasan indikator stabilitas sistem keuangan dan hasil surveilans Bank Indonesia dengan PMK Nasional; (iv) mendukung upaya-upaya pendalaman pasar keuangan untuk memperkuat ketahanan pasar keuangan terhadap guncangan, serta (v) penguatan koordinasi dan komunikasi dengan pemerintah, OJK dan LPS untuk mendukung bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia. xxv

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii RINGKASAN EKSEKUTIF Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2016 membaik walaupun risiko yang berasal dari dampak lambatnya pertumbuhan ekonomi global dan domestik masih cukup besar. Perbaikan tersebut

Lebih terperinci

et 2018 o. 30, Mar n an G an U ke as BILIT sta an JI ka RiNGKAsAN EKsEKuTif Bank IndonesIa XVIII

et 2018 o. 30, Mar n an G an U ke as BILIT sta an JI ka RiNGKAsAN EKsEKuTif Bank IndonesIa XVIII Bank IndonesIa KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 30, Maret 2018 ringkasan eksekutif XVIII Pada Semester II 2017, Stabilitas Sistem Keuangan Menunjukkan Perkembangan Yang Lebih Baik Dibandingkan Dengan Periode

Lebih terperinci

perlambatan ekonomi domestik serta pasar uang dan pasar modal yang masih tersegmentasi dan dangkal juga mempengaruhi kondisi pasar keuangan domestik.

perlambatan ekonomi domestik serta pasar uang dan pasar modal yang masih tersegmentasi dan dangkal juga mempengaruhi kondisi pasar keuangan domestik. RINGKASAN EKSEKUTIF Pemulihan ekonomi di negara maju yang belum merata serta melambatnya pertumbuhan emerging market economies (EMEs) khususnya Tiongkok, telah berkontribusi terhadap peningkatan risiko

Lebih terperinci

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Sambutan Gubernur Bank Indonesia Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta, 10

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 29, September 2017

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 29, September 2017 RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 29, September 2017 Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2017 relatif stabil dengan didukung oleh meningkatnya permodalan dan likuiditas perbankan

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 28, Maret 2017

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 28, Maret 2017 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 28, Maret 2017 Mitigasi Risiko Sistemik Melalui Penguatan Koordinasi Antar Institusi di Tengah Konsolidasi Perekonomian Domestik Penerbit : Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Sambutan Gubernur Bank Indonesia Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif xi halaman ini sengaja dikosongkan xii Ringkasan Eksekutif Sejalan dengan kebijakan moneter global yang akomodatif, likuiditas global masih berlimpah dan telah mendorong berlanjutnya

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai bank sentral, Bank

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Makroprudensial. Pengaturan. Pengawasan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 141) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif xi halaman ini sengaja dikosongkan xii Ringkasan Eksekutif Pada semester I 2015, pasar keuangan global mengalami pelemahan yang dipicu oleh ketidakpastian arah kebijakan moneter di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PBI NO.16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PBI NO.16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL 1. Apa latar belakang penerbitan Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial? a. Pengalaman krisis keuangan global menunjukkan pentingnya untuk menjaga stabilitas sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETERANGAN PERS Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Untuk Menjaga Stabilitas Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi Jakarta, 28 Mei 2018 Pemerintah, Bank

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016)

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Senin, 04 Januari 2016 Laba Bank Sulit Berkembang OJK menyatakan laba industri perbankan nasional pada kuartal IV/2015 mengalami penurunan dibandingkan

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

-2- Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu untuk mengatur kembali PLJP bagi Bank yang diharapkan dapat memelihara stabilitas sistem keuangan teruta

-2- Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu untuk mengatur kembali PLJP bagi Bank yang diharapkan dapat memelihara stabilitas sistem keuangan teruta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Bank Umum. Konvensional. Jangka Pendek. Likuiditas. Pinjaman. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 82) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR Keynote Speech KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR Dengan tema Outlook Ekonomi dan Pasar Modal 2016 Balroom Hotel JW Marriot, Jakarta, 19 November 2015 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga intermediasi antara investor atau pihak yang memiliki kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga intermediasi antara investor atau pihak yang memiliki kelebihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu penyokong perekonomian sebuah negara, bank sebagai lembaga intermediasi antara investor atau pihak yang memiliki kelebihan likuiditas

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di

Lebih terperinci

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Ekonomi Global 2011 Tahun 2011 merupakan tahun dengan berbagai catatan keberhasilan, namun juga penuh dinamika dan sarat

Lebih terperinci

04 Analisis dan Pembahasan Manajemen

04 Analisis dan Pembahasan Manajemen 01 Ikhtisar Data 02 Laporan 03 Profil 04 Analisis dan Pembahasan 05 Tata Kelola 06 Tanggung Jawab Sosial 07 Laporan Konsolidasian 04 Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Tinjauan Tinjauan Pada tahun 2016 BCA

Lebih terperinci

Triwulan IV-2015 dan Tahun Laporan Pelaksanaan. Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

Triwulan IV-2015 dan Tahun Laporan Pelaksanaan. Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan IV-2015 dan Tahun 2015 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia www.bi.go.id Triwulan IV-2015 dan Tahun 2015 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Penyampaian Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika dalam keadaan kondisi ekspansi dan mempercepat penurunan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. ketika dalam keadaan kondisi ekspansi dan mempercepat penurunan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prosiklikalitas 1 perbankan adalah perilaku penyaluran kredit yang berlebihan sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat ketika dalam keadaan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia. Langkah yang ditempuh dalam menghadapi krisis moneter salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Asia. Langkah yang ditempuh dalam menghadapi krisis moneter salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan global pada tahun 2008, fakta yang terjadi bermula dari ambruknya bisnis property di Amerika Serikat, berdampak cepat ke Eropa dan Asia. Langkah

Lebih terperinci

Triwulan II. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

Triwulan II. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang No.82, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum. Konvensional. Jangka Pendek. Likuiditas. Pinjaman. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6044) PERATURAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Di tengah ketidakseimbangan pemulihan ekonomi global, kinerja perekonomian domestik selama tahun

Lebih terperinci

BAB 8 Kebijakan Makroprudensial

BAB 8 Kebijakan Makroprudensial BAB Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia melanjutkan kebijakan makroprudensial akomodatif yang ditujukan untuk mendorong fungsi intermediasi perbankan dengan tetap menjaga stabilitas sistem keuangan.

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak perekonomian yang mempengaruhi seluruh aspek masyarakat. Salah

Lebih terperinci

PERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur

PERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur PERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur Surabaya 21 Desember 2016 OUTLINE 2 Perekonomian Global Perekonomian Nasional Kebijakan

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) PENJAMINAN SIMPANAN Hingga Mei 2017, LPS Jamin 212,6 Juta Rekening Simpanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis data mengenai pertumbuhan jumlah rekening

Lebih terperinci

Q & A TERKAIT DAMPAK SISTEMIK BANK CENTURY

Q & A TERKAIT DAMPAK SISTEMIK BANK CENTURY Q & A TERKAIT DAMPAK SISTEMIK BANK CENTURY 1. Mengapa Bank Century harus diselamatkan pada 20 November 2008? a. Kegagalan Bank Century terjadi di tengah-tengah situasi dan kondisi ekonomi dan sistem perbankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang terus berkelanjutan. Pada akhir tahun 1997, suku bunga untuk jangka waktu bulanan di Bank

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PBI NOMOR 20/4/PBI/2018 TANGGAL 3 APRIL 2018 TENTANG RASIO INTERMEDIASI MAKROPRUDENSIAL DAN PENYANGGA LIKUIDITAS MAKROPRUDENSIAL BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL, BANK UMUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter yang mampu merubah perekonomian menjadi sangat terpuruk. Hal ini berakibat kepada perusahaanperusahaan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain yang ditopang oleh bank tersebut. Fungsi bank sebagai perantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. lain yang ditopang oleh bank tersebut. Fungsi bank sebagai perantara (financial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, sektor riil memperoleh bantuan pembiayaan dari lembaga keuangan bank untuk menunjang proses bisnisnya. Dana tersebut akan membantu berlangsungnya proses

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 27, September 2016

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 27, September 2016 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 27, September 2016 Mitigasi Risiko Sistemik dan Penguatan Intermedasi Dalam Upaya Menjaga Stabilitas Penerbit : Bank Indonesia Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta Indonesia Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi yang dapat berperan dalam mendukung kegiatan perekonomian salah satunya adalah Dunia perbankan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era Otonomi Daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat modern. Sistem pembayaran dan intermediasi hanya dapat terlaksana bila ada sistem keuangan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas sektor perbankan dalam suatu negara memegang peranan penting dalam memajukan kehidupan masyarakatnya. Setiap orang dalam melakukan transaksi finansial yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Diskusi Terbuka INFID

Diskusi Terbuka INFID Diskusi Terbuka INFID Dr. Edi Prio Pambudi Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 10 September 2015 PERSOALAN SAAT INI Tantangan Global Pemulihan ekonomi

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

EKONOMI DOMESTIK. Tetap berdaya tahan ditopang pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang terjaga MAKRO PRUDENSIAL STRUKTURAL

EKONOMI DOMESTIK. Tetap berdaya tahan ditopang pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang terjaga MAKRO PRUDENSIAL STRUKTURAL INFOGRAFIS TINJAUAN UMUM BERSINERGI MEMPERKUAT RESILIENSI, MENDORONG MOMENTUM PEMULIHAN EKONOMI TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan ekonomi & volume perdagangan global belum kuat Lebih rendah dari tahun sebelumnya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Fungsi utama perbankan Indonesia sebagaimana diamanatkan Undang- Undang Nomor Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan sistem perbankan merupakan persyaratan penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). Bank adalah bagian utama dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1998 yakni pada awal masa orde baru perekonomian Indonesia mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan sistem perbankan merupakan persyaratan penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). Bank adalah bagian utama dari

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), BOPO, dan Net

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih akan membaik. Hal tersebut didukung oleh hasil positif program restrukturisasi perbankan yang telah

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan

Lebih terperinci

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang menyebabkan merosotnya nilai rupiah hingga terjadinya krisis keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat -giatnya melaksanakan pembangunan segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak jaman penjajahan Belanda, sistem pengkreditan rakyat sudah diterapakan pada masa itu dengan mendirikan Bank Kredit Rakyat (BKR) yang membantu para petani, pegawai,

Lebih terperinci

Laporan Perekonomian Indonesia

Laporan Perekonomian Indonesia 1 Key Messages Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi spillover dan gejolak pasar keuangan global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang menguntungkan. Dengan total populasi mencapai 248,8 juta jiwa pada tahun 2013 (Sumber: Statistik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, dan berperan penting dalam proses kelancaran sistem keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, dan berperan penting dalam proses kelancaran sistem keuangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan adalah institusi keuangan yang kekayaannya berbentuk aset keuangan, dan berperan penting dalam proses kelancaran sistem keuangan. Fungsi utama bank adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejauh ini krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1998 telah membawa dampak yang tidak baik bagi perkembangan bangsa Indonesia. Hampir

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Seminar Nasional dan Expo UMKM Perbarindo. "Modernisasi BPR Dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan & Kemudahan Akses Bagi UMKM Dalam Menghadapi Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan operasionalnya. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan operasionalnya. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga yang berfungsi sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana kepada masyarakat. Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh kepercayaan dari nasabah pun tidak dapat dihindari dalam bank

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh kepercayaan dari nasabah pun tidak dapat dihindari dalam bank BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga lembaga keuangan termasuk dunia perbankan sudah lama memberi warna di perekonomian negara. keberadaan lembaga perantara keuangan yang dikenal dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016 ISSN

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016 ISSN LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2016 ISSN 0522-2572 VISI Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam perekonomian di setiap negara, merupakan sebuah alat yang dapat mempengaruhi suatu pergerakan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap profitabilitas perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia pada

BAB V PENUTUP. terhadap profitabilitas perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia pada BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analis data dan pembahasan dari hasil penelitian bab sebelumnya mengenai pengaruh kecukupan modal, dana pihak ketiga, risiko kredit, risiko pasar, dan biaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perbankan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Indikator perbankan nasional

I. PENDAHULUAN. perbankan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Indikator perbankan nasional I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih akan membaik. Hal tersebut didukung oleh hasil positif program restrukturisasi perbankan yang telah

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci