et 2018 o. 30, Mar n an G an U ke as BILIT sta an JI ka RiNGKAsAN EKsEKuTif Bank IndonesIa XVIII

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "et 2018 o. 30, Mar n an G an U ke as BILIT sta an JI ka RiNGKAsAN EKsEKuTif Bank IndonesIa XVIII"

Transkripsi

1 Bank IndonesIa KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 30, Maret 2018 ringkasan eksekutif XVIII

2 Pada Semester II 2017, Stabilitas Sistem Keuangan Menunjukkan Perkembangan Yang Lebih Baik Dibandingkan Dengan Periode Sebelumnya Pada semester II 2017, stabilitas sistem keuangan menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan periode sebelumnya meskipun intermediasi perbankan masih tumbuh secara terbatas. Kondisi yang stabil tersebut ditunjukkan oleh pergerakan Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) yang terjaga di zona normal. Perkembangan positif dari SSK tidak terlepas dari pengaruh menurunnya risiko sistem keuangan global pada semester laporan. Hal ini sejalan dengan perekonomian dunia yang membaik dan ketidakpastian di pasar keuangan yang menurun. Akselerasi pemulihan ekonomi global telah meningkatkan optimisme pasar dan menurunkan risiko terjadinya gangguan stabilitas pasar keuangan. Risiko sistem keuangan global yang menurun juga didukung oleh arah kebijakan moneter dari negara maju yang sesuai perkiraan pasar dan risiko geopolitik yang relatif mereda. Perkembangan positif dari global tersebut pada gilirannya memberikan momentum positif bagi perekonomian Indonesia. Sejalan dengan menurunnya risiko di sistem keuangan global, risiko perekonomian domestik juga menurun pada semester II Perbaikan ini didukung oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga sejalan dengan inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Keseimbangan eksternal perekonomian Indonesia cenderung membaik. Neraca pembayaran tercatat surplus dengan defisit transaksi berjalan yang menurun. Di sisi lain, nilai tukar rupiah cenderung stabil, meskipun sedikit tertekan di akhir tahun. Di tengah membaiknya SSK, masih terdapat beberapa sumber kerentanan yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan keuangan antara lain (i) pergerakan pertumbuhan kredit perbankan yang cenderung prosiklikal dengan pertumbuhan PDB sehingga siklus keuangan masih berada pada fase kontraksi; (ii) cukup tingginya posisi ULN korporasi nonbank; dan (iii) tingginya kepemilikan nonresiden di pasar keuangan domestik. Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia meningkat pada akhir semester II 2017 yang disebabkan oleh tingginya kebutuhan pembiayaan untuk pembangunan infrakstruktur dan kegiatan produktif lainnya, baik yang berasal dari pemerintah maupun swasta. Dari sisi risiko, rasio ULN terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dipandang cukup terjaga. Hal ini diindikasikan dengan debt to GDP ratio yang relatif stabil di kisaran 34 35%. Porsi ULN korporasi nonbank di Indonesia tercatat cukup tinggi yaitu sebesar 37% dari total ULN. Secara keseluruhan, risiko yang berasal dari porsi ULN korporasi nonbank yang cukup tinggi tersebut masih terjaga dengan didukung oleh struktur ULN yang mayoritas berjangka panjang dan repayment capacity yang membaik. Namun demikian, potensi risiko ULN korporasi nonbank sebagai sumber kerentanan tetap harus diwaspadai mengingat pertumbuhan ULN korporasi nonbank selama 2017 sebagian besar disebabkan oleh peningkatan ULN jangka pendek. Sementara itu, porsi kepemilikan nonresiden baik di pasar SBN maupun di pasar saham masih tergolong tinggi pada semester II Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan investor asing terhadap potensi dan prospek perekonomian Indonesia ke depan masih cukup tinggi. Terlepas dari sisi positifnya, potensi risiko pembalikan arus modal dan volatilitas transaksi juga menjadi cukup besar, apalagi di tengah kondisi sentimen negatif eskternal yang meningkat. Seiring dengan membaiknya stabilitas sistem keuangan Indonesia, stabilitas di pasar keuangan domestik pada semester II 2017 relatif terjaga. Di tengah sentimen positif yang antara lain didukung oleh kenaikan credit rating Indonesia dan stabilnya kondisi makroekonomi, pemanfaatan pembiayaan dari pasar modal terutama melalui initial public offering (IPO) dan right issue di pasar saham serta penerbitan obligasi dan sukuk korporasi cenderung menurun jika dibandingkan dengan semester sebelumnya. Namun demikian, berbagai indikator di pasar modal dan pasar uang secara umum menunjukkan penurunan risiko jika dibandingkan dengan semester sebelumnya. Pemanfaatan pembiayaan nonperbankan cenderung menurun antara lain dipengaruhi oleh refinancing yang dilakukan di semester sebelumnya, persepsi risiko, dan pola seasonal. Seiring penurunan pemanfaatan pembiayaan dari XIX

3 Bank IndonesIa KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 30, Maret 2018 pasar modal, hal yang sama juga terjadi dengan penerbitan Negotiable Certificate of Deposit (NCD) yang mengalami penurunan di semester II Namun demikian, NCD masih menjadi alternatif instrumen keuangan bagi perbankan sebagai sumber pendanaan jangka pendek dibawah 1 (satu) tahun. Sementara itu penerbitan instrumen Metdium Term Notes (MTN) justru mengalami peningkatan yang didominasi oleh emiten di sektor manufaktur, properti dan infrastruktur dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja (pengembangan usaha) dan refinancing yang antara lain dipengaruhi persyaratan penerbitan instrumen yang lebih longgar dengan tidak mewajibkan pemenuhan rating. Secara umum, risiko di Pasar Uang Antar Bank (PUAB), pasar repo antar bank, dan pasar valas menunjukkan penurunan dibandingkan dengan semester sebelumnya. PUAB rupiah dan valas menunjukkan volatilitas suku bunga yang menurun dan volume transaksi yang terjaga. Sementara itu, pada pasar repo antar bank, rata-rata harian suku bunga menurun untuk semua tenor yang menunjukkan semakin efisiennya pasar. Terkait pasar valas, volatilitas spot dan derivatif di semester II 2017 tetap terjaga. Persepsi investor asing terhadap nilai tukar rupiah juga membaik yang tercermin dari cenderung menurunnya spread dari nondeliverable forward (NDF) terhadap forward domestik. Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), penurunan risiko tercermin dari penurunan yield yang terjadi di semua tenor dan terjaganya volatilitas suku bunga. Demikian pula di pasar obligasi korporasi yang juga menunjukkan penurunan yield dibanding dengan semester sebelumnya. Seiring dengan penurunan risiko di pasar obligasi, pasar saham juga mengalami hal yang sama tercermin dari menguatnya harga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan turunnya volatilitas di pasar saham. Hal ini diikuti dengan terus membaiknya kinerja reksadana sejalan dengan penguatan harga underlying aset reksadana di pasar saham dan SBN berupa pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang lebih tinggi dan penurunan volatilitas NAB dibandingkan dengan semester sebelumnya. Persepsi positif yang ditunjang dari naiknya credit rating Indonesia dari sejumlah lembaga pemeringkat, mendorong minat investor asing untuk berinvestasi di pasar obligasi sehingga kepemilikan obligasi oleh investor asing meningkat di semester II Hal yang berbeda terjadi di pasar saham dengan adanya outflow dari investor asing. Meskipun demikian, IHSG menunjukkan penguatan yang mengindikasikan meningkatnya peranan investor dalam negeri untuk meredam gejolak pasar saham. Pada semester II 2017, pasar keuangan syariah menunjukkan risiko yang relatif terjaga meskipun dari segi volatilitas cenderung meningkat. Terjaganya risiko di pasar keuangan syariah ditopang oleh faktor-faktor seperti kondisi PUAS dengan penurunan tingkat imbalan Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (SIMA) overnight dan meningkatnya volume transaksi PUAS; meningkatnya minat investor untuk berinvestasi di SBSN; kinerja pasar modal yang membaik tercermin dari Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan Jakarta Islamic Indeks (JII) dari segi volatilitas maupun kapitalisasi; serta semakin meningkatnya kinerja reksadana syariah yang tercermin dari NAB, peningkatan volume, dan terjaganya minat investor. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang membaik di semester II 2017, sektor rumah tangga juga menunjukkan pertumbuhan positif. Konsumsi rumah tangga menunjukkan peningkatan, baik dilihat dari pertumbuhan nilai, proporsi terhadap PDB, maupun pertumbuhan kreditnya. Di sisi lain, kredit konsumsi rumah tangga meningkat dengan risiko yang terjaga, sebagaimana tercermin dari penurunan angka NPL. Sementara itu, sektor rumah tangga tetap menunjukkan optimisme terhadap kondisi ekonomi ke depan, dengan membaiknya angka Indeks Keyakinan Konsumen. Secara umum, sektor korporasi menunjukkan kinerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan semester sebelumnya, khususnya pada industri non migas. Peningkatan ekspor, investasi, volume perdagangan dan harga beberapa komoditas mendorong terjadinya peningkatan kinerja sektor korporasi. Sejalan dengan itu, kinerja korporasi publik nonkeuangan juga menunjukkan perbaikan meskipun terbatas. Terdapat kenaikan profitabilitas dan produktivitas sebagaimana ditunjukkan dengan kenaikan laba bersih, serta peningkatan inventory turnover dan asset turnover. Namun demikian, korporasi publik nonkeuangan juga mencatat adanya kenaikan utang dan nilai debt service ratio (DSR). Sejalan dengan peningkatan utang korporasi publik non keuangan, kredit perbankan kepada korporasi dan utang luar negeri sektor swasta menunjukkan pula adanya peningkatan dengan risiko yang terjaga. Kredit perbankan XX

4 kepada korporasi meningkat didorong oleh banyaknya proyek infrastruktur pemerintah serta perbaikan ekonomi domestik. Sementara itu, risiko kredit perbankan masih terjaga, tercermin dari membaiknya rasio NPL. Utang luar negeri sektor swasta juga meningkat dengan risiko yang terjaga sebagaimana tercermin dari penurunan utang luar negeri korporasi nonkeuangan yang direstrukturisasi. Nilai ULN restru korporasi nonkeuangan menurun baik untuk tone positif maupun negatif. ULN restru korporasi nonkeuangan tone positif didominasi oleh jenis refinancing dengan adanya peningkatan ekspansi usaha, khususnya pada korporasi berorientasi ekspor. Sementara itu, ULN restru korporasi nonkeuangan tone negatif didominasi oleh jenis reconditioning dan rescheduling. Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi, intermediasi perbankan pada semester II 2017 mengalami perbaikan walaupun masih terbatas. Hal tersebut ditandai oleh pertumbuhan kredit yang membaik, meskipun pertumbuhan DPK masih mengalami perlambatan yang menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan mengalami kenaikan. Meningkatnya permintaan pembiayaan proyek infrastruktur pemerintah turut mendukung pertumbuhan kredit ditengah lemahnya permintaan kredit baru dari korporasi. Perbaikan pertumbuhan kredit juga terkonfirmasi dengan penurunan indeks lending standard, terutama pada aspek suku bunga kredit yang lebih rendah, jangka waktu kredit yang lebih panjang, dan biaya persetujuan kredit yang lebih murah. Untuk mendorong pertumbuhan kredit, perbankan mulai melakukan penurunan suku bunga kredit. Penurunan suku bunga kredit tersebut terjadi pada semua kelompok BUKU seiring dengan penurunan suku bunga DPK yang mencerminkan efektivitas transmisi suku bunga kebijakan Bank Indonesia. Penurunan suku bunga DPK lebih landai dibanding suku bunga kredit yang membuat intermediation spread menjadi berkurang. Namun demikian profitabilitas perbankan tetap terjaga karena penurunan spread diimbangi oleh peningkatan efisiensi. Meskipun terdapat gejolak nilai tukar, risiko nilai tukar di sektor perbankan secara umum relatif terjaga. Hal ini tercermin dari Posisi Devisa Netto (PDN) perbankan yang relatif masih rendah dan didukung oleh ketahanan permodalan. Risiko pasar pada perbankan yang bersumber dari penurunan harga SBN juga relatif masih terjaga. Hal tersebut sejalan dengan yield SBN yang menurun serta IDMA index yang dalam tren peningkatan di sepanjang Risiko kredit perbankan di semester II 2017 mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan konsolidasi kredit bermasalah oleh perbankan telah menunjukkan hasil. Berdasarkan sektor ekonomi, penyumbang terbesar penurunan NPL gross perbankan adalah sektor industri dan pertambangan, sejalan dengan peningkatan kinerja kedua sektor tersebut. Sementara itu, tingkat kecukupan permodalan perbankan juga masih terjaga, tercermin dari peningkatan Capital Adequacy Ratio (CAR) sehingga berada pada level yang cukup tinggi di atas ketentuan minimum. Peningkatan tersebut sejalan dengan pertumbuhan kredit yang masih diimbangi dengan pertumbuhan modal karena terjaganya profitabilitas perbankan. Pertumbuhan penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di semester II 2017 meningkat cukup tinggi dibandingkan pertumbuhan pada semester sebelumnya. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan jumlah bank umum yang mencapai target rasio kredit UMKM. Selain itu, peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit UMKM juga berdampak pada peningkatan dari rasio kredit UMKM terhadap total kredit, dibandingkan semester sebelumnya. Penyaluran KUR mendominasi ekspansi kredit UMKM pada tahun Hal ini tercermin dari penurunan penyaluran kredit UMKM ke sektor perdagangan yang digantikan oleh penyaluran kredit UMKM ke sektor produksi, sebagaimana target KUR. Sejalan dengan penurunan risiko kredit non UMKM, risiko kredit UMKM juga mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari NPL gross yang lebih rendah dibandingkan kondisi pada semester sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya. Walaupun risiko pembiayaan masih membayangi, fungsi intermediasi perbankan syariah selama semester II 2017 berjalan dengan baik. Kondisi permodalan yang cukup tinggi dinilai mampu menyerap risiko yang timbul. Pertumbuhan pembiayaan yang lebih lambat dari pertumbuhan DPK menyebabkan FDR perbankan syariah mengalami penurunan dibandingkan semester sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan pembiayaan sejalan dengan risiko pembiayaan yang masih dalam proses pembaikan yang menyebabkan bank syariah masih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaannya. XXI

5 Bank IndonesIa KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 30, Maret 2018 Pada semester II 2017, Industri Keuangan Non Bank (IKNB) terus menunjukkan kinerja yang meningkat. Meningkatnya kinerja perusahaan pembiayaan (PP) terlihat dari ekspansi pada sisi pembiayaan dan pendanaan. Sementara itu, risiko pembiayaan PP relatif terjaga, tercermin dari NPF yang menurun. Untuk mendukung pertumbuhan pembiayaan, PP meningkatkan sumber pendanaannya, khususnya yang berasal dari pinjaman dalam negeri. Tingkat profitabilitas dan efisiensi PP relatif terjaga yang terlihat dari peningkatan ROA dan ROE serta penurunan BOPO dibandingkan semester sebelumnya. Kinerja industri asuransi secara umum meningkat tercermin dari pertumbuhan aset dan Investasi di seluruh jenis asuransi terutama asuransi jiwa dan asuransi sosial. Risiko likuiditas asuransi relatif terjaga, namun rasio kecukupan premi terhadap pembayaran klaim bruto cenderung menurun. Penurunan rasio kecukupan premi disebabkan oleh pertumbuhan klaim yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan premi di beberapa jenis asuransi. Hal ini berdampak pada profitabilitas asuransi yang tercermin dari ROA dan ROE yang sedikit menurun dibandingkan semester sebelumnya. Keterkaitan antara perbankan dan IKNB mengalami peningkatan. Keterkaitan antara perusahaan pembiayaan dengan perbankan terutama berasal peningkatan kredit perbankan terhadap perusahaan pembiayaan. Sementara meningkatnya keterkaitan perbankan dengan asuransi terutama disebabkan oleh naiknya penempatan dana asuransi pada surat-surat berharga bank. Terpeliharanya stabilitas sistem keuangan pada semester II 2017 juga didukung oleh sistem pembayaran yang berjalan dengan aman, efisien, lancar, dan handal. Hal ini tercermin dari indikator sistem pembayaran yang secara umum menunjukkan kinerja positif. Risiko sistem pembayaran pun relatif terjaga dengan baik. Risiko setelmen dan likuiditas relatif rendah sebagaimana tercermin dari rendahnya nilai dan volume unsettled transaction serta tidak adanya penggunaan fasilitas likuiditas intra hari (FLI) atau FLI syariah. Risiko operasional dan sistemik terjaga dengan baik pula. Dari sisi operasional, Bank Indonesia telah melakukan mitigasi risiko dengan mempersiapkan Business Continuity Plan dan infrastruktur sistem cadangan. Sementara itu, dari sisi risiko sistemik, terpantau tiga bank yang menjadi top lender dalam pasar uang antar bank. Operasional sistem pembayaran ketiga bank berjalan lancar. Terdapat gangguan di sistem internal salah satu bank, namun dapat diselesaikan pada hari yang sama. Sejalan dengan kinerja positif sistem pembayaran, akses masyarakat terhadap layanan keuangan pun menunjukkan peningkatan. Indeks komposit keuangan inklusif meningkat didorong oleh bertambahnya jumlah penyelenggara, agen dan nasabah layanan keuangan digital (LKD), serta peningkatan transaksi uang elektronik yang dilakukan melalui agen LKD. Selain itu, peningkatkan akses masyarakat terhadap layanan keuangan didorong pula oleh adanya program gerakan nontunai yang dikembangkan oleh Bank Indonesia bersama dengan Pemerintah, antara lain elektronifikasi penyaluran bantuan dan perluasan eletronifikasi transaksi penerimaan dan pembayaran. Dalam rangka mendukung terjaganya stabilitas sistem keuangan, pada semester II 2017 Bank Indonesia mempertahankan kebijakan makroprudensial yang bersifat akomodatif di tengah kondisi perekonomian dan perbankan yang masih dalam proses konsolidasi. Menunjang kebijakan tersebut, Bank Indonesia senantiasa melakukan evaluasi terhadap implementasi instrumen makroprudensial, melaksanakan kerja sama dan koordinasi dengan otoritas lain, serta melakukan penguatan protokol manajemen krisis. Evaluasi yang secara rutin dilakukan terhadap instrumen makroprudensial dimaksudkan untuk memperoleh masukan bagi kebijakan Bank Indonesia khususnya di bidang makroprudensial, antara lain terkait kondisi terkini dari objek yang dievaluasi maupun dari sisi kepatuhan dari bank. Pelaksanaan evaluasi di semester II 2017 meliputi pemantauan kredit pemilikan rumah (KPR) sehubungan dengan ketentuan mengenai Loan to Value (LTV)/Financing to Value (FTV), pemantauan terkait implementasi giro wajib minimum (GWM) berdasarkan uspa ratio (LFR), pemantauan terhadap pencapaian rasio kredit UMKM, dan evaluasi terhadap besaran Countercyclical Buffer (CCB). Hasil pemantauan dan evaluasi yang telah dilakukan antara lain: 1. Pertumbuhan KPR di semester II 2017 menunjukkan pertumbuhan tertinggi sejak diberlakukannya ketentuan LTV/FTV tahun Dari segi risiko, terdapat penurunan risiko KPR yang tercermin dari penurunan NPL gross KPR di semester II 2017 meskipun masih lebih tinggi dibandingkan dengan NPL gross industri. 2. Kebijakan GWM LFR yang berupaya mendorong intermediasi perbankan dengan tetap menjaga kondisi likuiditas bank melalui penetapan rentang LFR sebesar 80% hingga 92% belum dapat sepenuhnya mendorong peningkatan LFR perbankan. Kondisi tersebut disebabkan oleh belum optimalnya penyaluran XXII

6 kredit perbankan di tengah pertumbuhan DPK dan penerbitan surat berharga yang cukup tinggi. 3. Sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai rasio kredit UMKM, maka pada tahun 2017 terdapat kewajiban bank umum untuk memenuhi rasio kredit UMKM terhadap total kredit sebesar 15%. Secara industri, rata-rata rasio kredit UMKM telah mencapai di atas threshold yang ditentukan namun secara individu masih terdapat bank yang belum mencapai target meskipun jumlahnya telah berkurang dibandingkan semester I Dalam rangka pelaksanaan ketentuan mengenai CCB, berdasarkan evaluasi terhadap indikator utama yang didukung dengan indikator pelengkap, secara umum belum terdapat adanya indikasi pertumbuhan kredit yang berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya risiko sistemik. Sehubungan dengan hal tersebut, Bank Indonesia pada bulan November 2017 kembali menetapkan besaran tambahan modal bank berupa CCB sebesar 0% yang diharapkan dapat mendorong perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit. simulasi tersebut akan menjadi masukan yang berharga bagi masing-masing otoritas untuk secara kontinyu mengevaluasi dan menyempurnakan mekanisme yang terkait dengan ketentuan pelaksanaan UU PPKSK. Selain simulasi di level nasional yang diselenggarakan KSSK, Bank Indonesia juga menyelenggarakan simulasi di internal Bank Indonesia untuk menguji penerapan fungsi Bank Indonesia sebagai Lender of the Last Resort, khususnya dalam pemberian Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek (PLJP). Memasuki tahun 2018, sistem keuangan Indonesia di tengah optimisme pertumbuhan ekonomi baik di tingkat global maupun nasional masih akan dihadapkan pada sejumlah tantangan baik dari sisi eksternal maupun internal. Perbaikan perekonomian domestik yang ditunjang oleh konsolidasi korporasi dan perbankan, berbagai kebijakan yang ditempuh otoritas, dan persepsi positif di mata investor menjadi modal untuk meningkatkan kinerja pasar keuangan dan perbankan di tahun Oleh karena itu, stabilitas sistem keuangan Indonesia di tahun 2018 diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Di bidang kerja sama dan koordinasi dengan otoritas lain, sepanjang semester II 2017, pelaksanaan kerja sama dan koordinasi antara Bank Indonesia dengan OJK maupun LPS telah berjalan secara baik dan lancar dengan mengacu pada kesepakatan yang telah dituangkan dalam Petunjuk Pelaksanaan Bersama antara Bak Indonesia dan OJK, maupun dalam Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia dan LPS. Kerja sama dan koordinasi dengan OJK yang telah dilaksanakan antara lain meliputi pelaksanaan tugas terkait penyusunan ketentuan, pertukaran informasi, pelaksanaan sosialisasi petunjuk pelaksanaan mekanisme koordinasi (Juklak Mekor), kerjasama pengawasan dan pemeriksaan serta pelaksanaan pertemuan Forum Koordinasi Makroprudensial-Mikroprudensial (FKMM) di semua level. Sementara itu, kerja sama dan koordinasi dengan LPS yang telah dilaksanakan antara lain meliputi pertukaran data/informasi baik sosialisasi dan edukasi mengenai pelaksanaan tugas baik Bank Indonesia maupun LPS. Terkait penguatan protokol manajemen krisis pada semester II 2017, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) telah melaksanakan salah satu program rutin tahunan yaitu simulasi pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan yang melibatkan seluruh anggota KSSK. Fokus utama dari simulasi adalah penanganan permasalahan solvabilitas atau resolusi perbankan. Hasil pelaksanaan Dari sisi peluang dan tantangan eksternal, IMF memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi global yang tercermin dari produk domestik bruto (PDB) untuk tahun 2018 mengalami perbaikan yaitu sebesar 3,9%. Revisi tersebut mencerminkan adanya peningkatan momentum pertumbuhan ekonomi global serta ekspektasi dampak positif dari perubahan kebijakan perpajakan AS. Namun demikian, perlu diwaspadai potensi kenaikan suku bunga dari AS yang lebih agresif dari proyeksi dan kawasan Eropa yang membuat peluang divergensi kebijakan suku bunga antara negara Advanced Economies (AE) dibandingkan negara Emerging Market and Developing Economies (EM) menjadi semakin lebar. Hal ini dapat membuat pilihan investasi ke negara AE menjadi lebih menarik sehingga dapat menjadi pemicu perpindahan dana dari EM ke AE. Dari sisi internal untuk peluang dan tantangan di tahun 2018, melanjutkan kinerja yang relatif baik di tahun 2017, prospek perekonomian nasional ke depan diperkirakan semakin membaik yang tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang cukup stabil, dan mulai menggeliatnya investasi yang didukung oleh meningkatnya pembiayaan baik dari kredit perbankan maupun pembiayaan nonbank dengan disertai stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang tetap terjaga. Meskipun demikian, terdapat sejumlah faktor XXIII

7 domestik yang perlu diwaspadai antara lain terkait dampak penyesuaian harga komoditas yang dibawah kewenangan pemerintah (administered prices), pengaruh volatile food terhadap inflasi, peningkatan suhu politik terkait pelaksanaan pilkada dan pilpres, volatilitas nilai rupiah, dan penanganan nonperforming loan. Bank Indonesia memproyeksikan kredit akan tumbuh dalam kisaran 10%-12% yang didukung oleh kinerja korporasi dan pendapatan masyarakat yang membaik serta turunnya risiko kredit. Sementara itu, peningkatan aktivitas perekonomian dan operasi keuangan yang lebih ekspansif akan mendukung pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sehingga DPK diperkirakan akan tumbuh cukup kuat dalam kisaran 9%-11%. Bersamaan dengan meningkatnya intermediasi perbankan, Bank Indonesia memperkirakan ketahanan perbankan tetap terjaga. Hal ini ditunjang oleh risiko kredit yang stabil dan berpotensi turun sehingga akan berkontribusi pada terjaganya rentabilitas dan ketahanan permodalan. Selain itu, ketahanan likuiditas perbankan diperkirakan cukup baik di tengah berbagai kebijakan dari otoritas untuk memperkuat likuiditas perbankan. Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) sebagai bentuk penguatan dari kebijakan terkait Loan to Funding Ratio (LFR) dengan besaran RIM ditargetkan dalam kisaran 80-92%. Selain itu, Bank Indonesia juga senantiasa berusaha untuk meningkatkan kapabilitas UMKM dengan menyiapkan kebijakan dan infrastruktur pada berbagai aspek dan memperkuat program pengembangan wirausaha yang telah dilakukan, serta memperkuat komitmen mendorong bank untuk memberikan kredit kepada UMKM. Bank Indonesia juga akan mendorong pengembangan ekonomi syariah melalui implementasi blueprint pengembangan ekonomi dan keuangan syariah yang telah diluncurkan pada Dalam implementasinya, Bank Indonesia memperkuat kerja sama dengan seluruh pemangku kebijakan terkait untuk secara konsisten mendorong tiga pilar strategi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah yaitu (i) pemberdayaan ekonomi syariah; (ii) pendalaman pasar keuangan syariah dan penguatan keuangan syariah untuk pembangunan; dan (iii) penguatan riset, asesmen, dan edukasi untuk mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah. Bank IndonesIa KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 30, Maret 2018 Dalam menghadapi risiko dan tantangan yang berpotensi menimbulkan instabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia telah mempersiapkan bauran kebijakan baik di bidang moneter, bidang makroprudensial, dan bidang sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah. Terkait kebijakan makroprudensial, Bank Indonesia memfokuskan pada tiga aspek penting, yaitu penguatan likuiditas, penguatan fungsi intermediasi, dan peningkatan efektivitas instrumen. Dari aspek penguatan likuiditas, Bank Indonesia akan mengimplementasikan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) yang mewajibkan bank untuk memelihara instrumen likuid dengan besaran rasio sebesar 4% dari DPK dalam rupiah. Untuk aspek penguatan fungsi intermediasi, Bank Indonesia akan menerapkan Melengkapi penetapan kebijakan oleh Bank Indonesia dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan otoritas terkait, antara lain dengan OJK dan LPS. Salah satu bentuk koordinasi dengan OJK adalah koordinasi informasi hasil pengawasan bank-bank yang ditetapkan sebagai Bank Sistemik (Domestic Systemically Important Banks/DSIBs) yang telah dilaksanakan secara periodik. Selanjutnya, kerjasama Bank Indonesia dengan LPS juga akan terus diperkuat, termasuk dalam hal pertukaran data dan informasi kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) oleh LPS sejalan dengan telah disepakatinya Perjanjian Kerjasama Pembelian SBN LPS oleh Bank Indonesia. XXIV

8 XXV

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii RINGKASAN EKSEKUTIF Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2016 membaik walaupun risiko yang berasal dari dampak lambatnya pertumbuhan ekonomi global dan domestik masih cukup besar. Perbaikan tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 29, September 2017

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 29, September 2017 RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 29, September 2017 Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2017 relatif stabil dengan didukung oleh meningkatnya permodalan dan likuiditas perbankan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF. xvii RINGKASAN EKSEKUTIF Sistem keuangan pada paruh kedua 2016 relatif stabil bahkan membaik sejalan dengan menurunnya risiko perekonomian domestik. Meningkatnya stabilitas sistem keuangan didukung oleh tingginya

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

perlambatan ekonomi domestik serta pasar uang dan pasar modal yang masih tersegmentasi dan dangkal juga mempengaruhi kondisi pasar keuangan domestik.

perlambatan ekonomi domestik serta pasar uang dan pasar modal yang masih tersegmentasi dan dangkal juga mempengaruhi kondisi pasar keuangan domestik. RINGKASAN EKSEKUTIF Pemulihan ekonomi di negara maju yang belum merata serta melambatnya pertumbuhan emerging market economies (EMEs) khususnya Tiongkok, telah berkontribusi terhadap peningkatan risiko

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Sambutan Gubernur Bank Indonesia Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Sambutan Gubernur Bank Indonesia Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta, 10

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif xi halaman ini sengaja dikosongkan xii Ringkasan Eksekutif Sejalan dengan kebijakan moneter global yang akomodatif, likuiditas global masih berlimpah dan telah mendorong berlanjutnya

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif xi halaman ini sengaja dikosongkan xii Ringkasan Eksekutif Pada semester I 2015, pasar keuangan global mengalami pelemahan yang dipicu oleh ketidakpastian arah kebijakan moneter di

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 28, Maret 2017

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 28, Maret 2017 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 28, Maret 2017 Mitigasi Risiko Sistemik Melalui Penguatan Koordinasi Antar Institusi di Tengah Konsolidasi Perekonomian Domestik Penerbit : Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta Indonesia

Lebih terperinci

BAB 8 Kebijakan Makroprudensial

BAB 8 Kebijakan Makroprudensial BAB Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia melanjutkan kebijakan makroprudensial akomodatif yang ditujukan untuk mendorong fungsi intermediasi perbankan dengan tetap menjaga stabilitas sistem keuangan.

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PBI NOMOR 20/4/PBI/2018 TANGGAL 3 APRIL 2018 TENTANG RASIO INTERMEDIASI MAKROPRUDENSIAL DAN PENYANGGA LIKUIDITAS MAKROPRUDENSIAL BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL, BANK UMUM

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 30, Maret 2018 Penguatan SSK Dalam Upaya Menjaga Momentum Pertumbuhan Penerbit : Bank Indonesia Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta Indonesia Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) ini

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Makroprudensial. Pengaturan. Pengawasan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 141) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Ekonomi Global 2011 Tahun 2011 merupakan tahun dengan berbagai catatan keberhasilan, namun juga penuh dinamika dan sarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

-2- Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu untuk mengatur kembali PLJP bagi Bank yang diharapkan dapat memelihara stabilitas sistem keuangan teruta

-2- Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu untuk mengatur kembali PLJP bagi Bank yang diharapkan dapat memelihara stabilitas sistem keuangan teruta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Bank Umum. Konvensional. Jangka Pendek. Likuiditas. Pinjaman. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 82) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR Keynote Speech KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR Dengan tema Outlook Ekonomi dan Pasar Modal 2016 Balroom Hotel JW Marriot, Jakarta, 19 November 2015 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETERANGAN PERS Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Untuk Menjaga Stabilitas Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi Jakarta, 28 Mei 2018 Pemerintah, Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai bank sentral, Bank

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

Triwulan II. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

Triwulan II. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

Triwulan IV-2015 dan Tahun Laporan Pelaksanaan. Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

Triwulan IV-2015 dan Tahun Laporan Pelaksanaan. Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan IV-2015 dan Tahun 2015 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia www.bi.go.id Triwulan IV-2015 dan Tahun 2015 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Penyampaian Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 27, September 2016

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 27, September 2016 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 27, September 2016 Mitigasi Risiko Sistemik dan Penguatan Intermedasi Dalam Upaya Menjaga Stabilitas Penerbit : Bank Indonesia Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta Indonesia Kajian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI

Lebih terperinci

TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM

TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM Sehubungan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) PENJAMINAN SIMPANAN Hingga Mei 2017, LPS Jamin 212,6 Juta Rekening Simpanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis data mengenai pertumbuhan jumlah rekening

Lebih terperinci

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L No.87, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum Konvensional. GWM. Rupiah. Valuta. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6047) PERATURAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim yaitu sebesar 85 persen dari penduduk Indonesia, merupakan pasar yang sangat besar untuk pengembangan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi yang dapat berperan dalam mendukung kegiatan perekonomian salah satunya adalah Dunia perbankan.

Lebih terperinci

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Nega

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Nega No.152, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5712).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi yang menguntungkan. Dengan total populasi mencapai 248,8 juta jiwa pada tahun 2013 (Sumber: Statistik Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Di tengah ketidakseimbangan pemulihan ekonomi global, kinerja perekonomian domestik selama tahun

Lebih terperinci

PERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur

PERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur PERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur Surabaya 21 Desember 2016 OUTLINE 2 Perekonomian Global Perekonomian Nasional Kebijakan

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

Selamat Malam dan Salam Sejahtera untuk Kita Semua.

Selamat Malam dan Salam Sejahtera untuk Kita Semua. KEYNOTE SPEECH DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA SERVICE EXCELLENCE AWARDS 2014 Jakarta, 13 Juni 2014 Yang kami hormati Pimpinan Redaksi Infobank, Pimpinan Marketing Research Indonesia, Para Pengamat Ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam perekonomian di setiap negara, merupakan sebuah alat yang dapat mempengaruhi suatu pergerakan pertumbuhan

Lebih terperinci

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN 0522-2572 Laporan Perekonomian Indonesia 2010 i Visi Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas sektor perbankan dalam suatu negara memegang peranan penting dalam memajukan kehidupan masyarakatnya. Setiap orang dalam melakukan transaksi finansial yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi dalam sebuah negara. Bank memegang peranan penting dalam menyeimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

No resort. Akses Bank untuk memperoleh pembiayaan likuiditas tersebut juga merupakan upaya Bank Indonesia untuk turut serta mencegah dan menan

No resort. Akses Bank untuk memperoleh pembiayaan likuiditas tersebut juga merupakan upaya Bank Indonesia untuk turut serta mencegah dan menan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6045 PERBANKAN. BI. Bank Umum Syariah. Jangka Pendek. Likuiditas. Pembiayaan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 83) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang

Lebih terperinci

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum Sehubungan dengan diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

Laporan Perekonomian Indonesia

Laporan Perekonomian Indonesia 1 Key Messages Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi spillover dan gejolak pasar keuangan global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika dalam keadaan kondisi ekspansi dan mempercepat penurunan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. ketika dalam keadaan kondisi ekspansi dan mempercepat penurunan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prosiklikalitas 1 perbankan adalah perilaku penyaluran kredit yang berlebihan sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat ketika dalam keadaan kondisi

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018)

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018) KINERJA PERBANKAN Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018) Deposito Tumbuh Melambat, Bagaimana Likuiditas Bank? Pertumbuhan simpanan berjangka atau deposito tengah mengalami perlambatan. Bank Indonesia

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak lepas dari peranan sektor perbankan sebagai lembaga pembiayaan bagi sektor riil. Pembiayaan yang diberikan sektor perbankan kepada sektor riil

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute Kinerja dunia perbankan dalam menyalurkan dana ke masyarakat dirasakan masih kurang optimal.

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PBI NO.16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PBI NO.16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL 1. Apa latar belakang penerbitan Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial? a. Pengalaman krisis keuangan global menunjukkan pentingnya untuk menjaga stabilitas sistem

Lebih terperinci

Stabilitas makroekonomi Indonesia pada 2017 semakin kokoh, diiringi dengan pemulihan

Stabilitas makroekonomi Indonesia pada 2017 semakin kokoh, diiringi dengan pemulihan TINJAUAN UMUM Mengoptimalkan Momentum, Memperkuat Struktur Stabilitas makroekonomi Indonesia pada 2017 semakin kokoh, diiringi dengan pemulihan ekonomi yang berlangsung gradual. Pertumbuhan ekonomi berangsur

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kondisi

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 29, September 2017

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 29, September 2017 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 29, September 217 KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 29, September 217 DEPARTEMEN KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL Menjaga Sistem Stabilitas Mendorong Perekonomian Penerbit : Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup rakyat banyak. Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup rakyat banyak. Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Fungsi utama perbankan di Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masalah nilai dan pengukuran sudah lama menjadi isu ekonomi khususnya akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara sedang berkembang yang tengah menuju tahap kemapanan ekonomi, Indonesia membutuhkan anggaran belanja dalam jumlah besar untuk membiayai berbagai program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Eksistensi perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin meningkat sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara

Lebih terperinci

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 152). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain yang ditopang oleh bank tersebut. Fungsi bank sebagai perantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. lain yang ditopang oleh bank tersebut. Fungsi bank sebagai perantara (financial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, sektor riil memperoleh bantuan pembiayaan dari lembaga keuangan bank untuk menunjang proses bisnisnya. Dana tersebut akan membantu berlangsungnya proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan

Lebih terperinci

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/20/PBI/2014 TANGGAL 28 OKTOBER 2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang menyebabkan merosotnya nilai rupiah hingga terjadinya krisis keuangan

Lebih terperinci

EKONOMI DOMESTIK. Tetap berdaya tahan ditopang pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang terjaga MAKRO PRUDENSIAL STRUKTURAL

EKONOMI DOMESTIK. Tetap berdaya tahan ditopang pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang terjaga MAKRO PRUDENSIAL STRUKTURAL INFOGRAFIS TINJAUAN UMUM BERSINERGI MEMPERKUAT RESILIENSI, MENDORONG MOMENTUM PEMULIHAN EKONOMI TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan ekonomi & volume perdagangan global belum kuat Lebih rendah dari tahun sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1998 yakni pada awal masa orde baru perekonomian Indonesia mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan perbankan pada perekonomian Indonesia tahun 2014 diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan perbankan pada perekonomian Indonesia tahun 2014 diperkirakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perbankan pada perekonomian Indonesia tahun 2014 diperkirakan tumbuh sebesar 5,1%, melambat 5,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Dari sisi eksternal,

Lebih terperinci

-2- sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu diperlukan penyempurnaan mekanisme tindak lanjut penanganan permasalahan Ban

-2- sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu diperlukan penyempurnaan mekanisme tindak lanjut penanganan permasalahan Ban TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Bank Umum. Pengawasan. Tindak Lanjut. Penetapan Status. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 65) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 5,02% yoy pada kuartal ketiga 2016, lebih tinggi dari 2015 sebesar 4,74% yoyatau lebih rendah dari 2016 sebesar 5,18% yoy. PDB kuartal

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. September 2014-1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5841 KEUANGAN OJK. Bank. Rencana Bisnis. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 17) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Di negara seperti Indonesia, bank memegang peranan penting dalam pembangunan karena bukan hanya sebagai sumber pembiayaan untuk kredit investasi kecil,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi dan moneter tahun 1997 memberikan pembelajaran yang serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal terkuras, kualitas aset

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Pemerintah

Lebih terperinci