Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Sumber daya mineral sebagai salah satu modal dasar pembangunan mempunyai peran ganda, secara sektoral dan secara regional. Secara sektoral berperan memberikan kontribusi terhadap pendapatan nasional, sedangkan secara regional berperan dalam memecahkan permasalahan pembangunan daerah. Selain itu juga akan memberikan "multiplier effect" yang berperan dalam pengembangan masyarakat setempat. Dengan demikian keberadaan suatu usaha pertambangan disamping berfungsi untuk pengembangan sumber daya mineral yang ada di suatu wilayah juga diharapkan mampu menjadi pendukung dan pendorong pemanfaatan seluruh potensi yang ada yang bersinergi dengan program dan sasaran pengembangan wilayah. Sebelum pertengahan tahun 1990-an, sebagian besar masyarakat pedesaan di Kabupaten Rembang, khususnya di Kec. Sale, Kec. Gunem dan wilayah sekitarnya, menggantungkan hidupnya pada hasil hutan dan pertanian. Keadaan tanah di daerah tersebut berupa perbukitan kapur yang kurang subur dan hanya pohon jati yang dapat tumbuh secara baik dan beberapa jenis tanaman palawija. Di bagian daerah yang lebih rendah saja yang dapat ditanami padi. Di sisi lain wilayah tersebut kaya akan bahan tambang, terutama bahan galian batugamping yang mempunyai kualitas baik dengan kadar CaCO 3 > 90% yang cocok digunakan sebagai bahan baku industri kertas. Jumlah cadangan batugamping juga cukup melimpah, sebesar 5,53 milyar ton (cadangan tereka), namun yang dimanfaatkan baru satu persen dari jumlah cadangan yang ada. Tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Rembang ditinjau dari pendapatan perkapita masih rendah, berkisar antara Rp ,- s/d Rp ,- per bulan (Indikator Sosial Ekonomi Kab. Rembang Tahun 2003). Sementara pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang dalam kurun waktu bersifat stagnan.

2 2 Dengan berdirinya perusahaan PT. Sinar Asia Fortuna (SAF) pada tahun 1995 yang membuka usaha tambang pada tahun itu juga di Kabupaten Rembang (Kec. Sale), maka dimulailah kegiatan penambangan, khususnya bahan galian batugamping secara intensif di wilayah tersebut. Sekarang luas wilayah SIPD kelompok usaha PT. SAF berjumlah 84,5 Ha. Kajian terhadap kemanfaatan sosial ekonomi usaha pertambangan bahan galian batugamping di Kabupaten Rembang, dengan studi kasus PT. Sinar Asia Fortuna grup karena merupakan perusahaan yang tertib administrasinya dan mempunyai kelengkapan data yang memadai. Selain itu juga merupakan perusahaan tambang paling aktif dengan rata-rata produksi per tahunnya ton, mempunyai wilayah SIPD paling luas, lebih dari delapan kali perusahaan lain yang rata-rata hanya 10 Ha. PT. SAF melakukan kegiatan penambangan batugamping dikhususkan hanya untuk konsumsi industri kertas. Tenaga kerja yang terserap sekitar 300-an orang lebih, belum termasuk dari kontraktor jasa angkutan yang juga mempekerjakan sopir dan beberapa kuli angkut. Keberadaan usaha penambangan batugamping akan memberikan dampak positif pada perubahan pola kehidupan masyarakat setempat, yaitu dari masyarakat kehutanan menjadi masyarakat pertambangan. Lahan yang berupa perbukitan kapur dan kurang subur memberikan berkah lain berupa batugamping yang ternyata mempunyai nilai ekonomi yang tidak kalah dengan hasil hutan. Usaha pertambangan batugamping di Kabupaten Rembang yang dilakukan oleh PT. Sinar Asia Fortuna diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, baik di tingkat Kabupaten Rembang sendiri maupun di tingkat Provinsi Jawa Tengah. Kontribusi yang diberikan dapat berupa peningkatan pendapatan daerah, pengembangan ekonomi rakyat, pengembangan sumber daya manusia dan secara tidak langsung dapat menjaga kelestarian hutan di wilayah tersebut. Dengan demikian keberadaan perusahaan tersebut harus mampu mengemban misi regional melalui peningkatan keterkaitan ekonomi (economic linkages), seperti keterkaitan hulu, hilir, teknologi, pajak dan kebutuhan akhir. I.2 Perumusan Masalah

3 3 Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana pengusahaan penambangan batugamping dapat memberikan kontribusi kepada daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah itu sendiri. Kontribusi tersebut dirumuskan dalam bentuk apa? Berkenaan dengan hal tersebut maka perlu dikaji bagaimana peran aktif usaha pertambangan batugamping terhadap ekonomi masyarakat (manfaat langsung), keterkaitan ke belakang (backward linkages), keterkaitan ke depan (forward linkages), keterkaitan pembayaran kepada pemerintah dan lain-lain, yang kesemuanya akan memberikan dampak terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Rembang. Pengkajian dilakukan dengan menganalisis peran perusahaan terhadap sosial ekonomi daerah melalui mekanisme keterkaitan ekonomi dan faktor-faktor yang berpengaruh secara dominan terhadap pencapaian peningkatan "economic linkages". I.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian atau studi ini adalah untuk mengidentifikasi dan menilai atau mengkuantifikasi seberapa besar pengusahaan penambangan batugamping dapat memberikan kontribusi atau manfaat terhadap daerah. I.4 Ruang Lingkup Penelitian Keberadaan usaha pertambangan batugamping di Kabupaten Rembang dapat ditingkatkan peranannya untuk mendukung dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah melalui pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya. Tujuannya adalah untuk menciptakan keseimbangan pembangunan di daerah seperti masalah pengangguran, pendapatan, ketidakseimbangan sosial dan pengembangan ekonomi. Untuk dapat meningkatkan kemanfaatan usaha pertambangan batugamping terhadap pertumbuhan sosial ekonomi di Kabupaten Rembang maka ruang lingkup penelitian adalah: 1. Identifikasi besarnya kontribusi yang diberikan oleh perusahaan terhadap pemerintah, masyarakat dan sektor ekonomi lainnya; 2. Identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada tingkat kontribusi perusahaan terhadap daerah;

4 4 3. Upaya untuk meningkatkan kemanfaatan keberadaan perusahaan yang terintegrasi melalui economic linkages. I.5 Pola Pikir Pola pikir disusun agar tujuan yang diharapkan dalam penelitian dapat tercapai. Pola pikir dalam penelitian memberikan gambaran mengenai manfaat kegiatan usaha tambang dan potensi wilayah serta keterkaitan ekonomi (economic linkages) usaha tambang dengan sektor ekonomi lain. Dilihat dari PDRB secara sektoral dapat diketahui apakah sektor tersebut dalam kurun waktu tertentu mengalami perkembangan. Bila ada sektor-sektor lain yang kurang berkembang maka diharapkan adanya usaha tambang di suatu daerah dapat ikut menumbuhkan sektor-sektor ekonomi lainnya, misalnya berperan dalam pemenuhan input-input yang dibutuhkan perusahaan, dengan demikian secara tidak langsung sektor pertambangan (perusahaan tambang) berperan memberdayakan sektor ekonomi lainnya. Secara kuantitatif manfaat sosial ekonomi dari suatu perusahaan tambang dapat dinilai dengan pendekatan analisis Net Social Gain (NSG). Manfaat sosial ekonomi ini berupa rente ekonomi, kelebihan pembayaran (excess payment) dan eksternalitas yang terdiri dari keterkaitan hulu/hilir, keterkaitan pembayaran pajak, keterkaitan teknologi dan keterkaitan kebutuhan akhir.

5 5 LATAR BELAKANG Potensi batugamping cukup besar, yang dimanfaatkan baru satu persen dari jumlah cadangan yang ada; Tingkat kesejahteraan masyarakat Kab. Rembang ditinjau dari pendapatan perkapita masih rendah, berkisar antara Rp ,- s/d Rp ,- per bulan (Indikator Sosial Ekonomi Kab. Rembang Thn 2003); Pertumbuhan ekonomi Kab. Rembang selama kurun waktu 10 tahun ( ) bersifat stagnan. PT. SAF merupakan perusahaan yang tertib administrasinya, kelengkapan datanya memadai, paling aktif dan mempunyai wilayah SIPD paling luas (84,5 Ha) sehingga dapat dipakai sebagai studi kasus. PERMASALAHAN KONTRIBUSI USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN BATUGAMPING KEPADA DAERAH RENTE EKONOMI KELEBIHAN PEMBAYARAN EKSTERNALITAS PERTUMBUHAN SEKTORAL KETERKAITAN HULU/HILIR KETERKAITAN PEMBAYARAN PAJAK KETERKAITAN TEKNOLOGI KETERKAITAN KEBUTUHAN AKHIR KONTRIBUSI PENGUSAHAAN PENAMBANGAN BATUGAMPING DAN TINGKAT PERTUMBUHAN SEKTOR PERTAMBANGAN/PENGGALIAN ` Gambar I.1 Alur Pikir Penelitian I.6 Hipotesis

6 6 1. Input yang digunakan perusahaan pertambangan dapat dipenuhi oleh sumber daya lokal melalui kontribusi sektor ekonomi lainnya seperti pertanian, perdagangan dan jasa lainnya; 2. Sektor pertambangan/penggalian di Kabupaten Rembang merupakan sektor yang pertumbuhannya progresif (maju). I.7 Metodologi Penelitian Dalam melakukan penelitian, agar dapat memenuhi maksud dan tujuan yang telah ditetapkan, tahapan yang harus dilaksanakan adalah pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, dan terakhir adalah membuat kesimpulan dari hasil analisis data. I.7.1 Pengumpulan Data 1. Data primer, diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lapangan dan wawancara. 2. Data sekunder, diperoleh dari perusahaan PT. Sinar Asia Fortuna dan seluruh anak perusahaannya meliputi PT. Finexco Prima, CV Alam Megah Putih dan CV. Mitra Sukses dan dari berbagai instansi seperti Badan Pusat Statistik, BAPPEDA, Dinas Pertambangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta instansi lain yang terkait dalam penelitian ini, yang berada di lingkungan Kabupaten Rembang maupun Provinsi Jawa Tengah. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari internet. I.7.2 Analisis Data Berdasarkan ruang lingkup studi, maka pendekatan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: I Pendekatan Deskriptif Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan pertambangan batugamping selama periode studi sepeti produksi, tenaga kerja, ketersediaan bahan galian dan kebijakan pemerintah. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan peran perusahaan dalam perekonomi regional di Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah.

7 7 I Analisis "Net Social Gain" (NSG) Model ini dikembangkan oleh Scott R. Pearson dan John Cownie (1974) untuk mengukur kontribusi perusahaan-perusahaan eksport terhadap tingkat pendapatan, kesempatan kerja dan eksternalitas. Defisnisi NSG dari suatu perusahaan eksport adalah nilai total dari komoditas-komoditas minus nilai dari komoditas intermedier dan faktor produksi sebagai input plus net external effects (NEE). Suatu perusahaan akan mempunyai kontribusi langsung yang positif terhadap peningkatan pendapatan jika nilai outputnya lebih besar daripada nilai inputnya, baik untuk faktor produksi primer maupun komoditi antara. Selain itu perusahaan akan mempunyai kontribusi tidak langsung melalui pengaruh-pengaruh eksternal terhadap sektor-sektor lainnya dalam perekonomian daerah. I Analisis "Shift Share" Analisis "Shift Share" pertama kali diperkenalkan oleh Perloff et al (1960). Analisis ini digunakan untuk mengetahui pertumbuhan sektoral pada suatu wilayah. Model "shift share" digunakan untuk menganalisis perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja pada dua titik waktu di suatu wilayah. Dari hasil analisis ini akan diketahui bagaimana perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perubahan tenaga kerja/produksi di suatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan, yaitu : komponen pertumbuhan nasional (national growth component) disingkat PN, komponen pertumbuhan proporsional (proportional or industrial mix growth component) disingkat PP dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (regional share growth component) disingkat PPW (Budiharsono S, 1987).

8 8 LATAR BELAKANG PERUMUSAN MASALAH PENGUMPULAN DATA IDENTIFIKASI KONTRIBUSI USAHA TAMBANG BATUGAMPING IDENTIFIKASI FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KONTRIBUSI USAHA TAMBANG BATUGAMPING IDENTIFIKASI KEGIATAN EKONOMI SEKTORAL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA PENDEKATAN DESKRIPTIF Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha tambang batugamping: Produksi, tenaga kerja, ketersediaan bahan galian, kebijakan pemerintah. PENDEKATAN MODEL NSG Pengukuran kontribusi perusahaan terhadap: - Tingkat pendapatan - Kesempatan kerja - Eksternalitas ANALISIS SHIFT SHARE Pengukuran tingkat partumbuhan ekonomi secara sektoral: KONTRIBUSI TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH KONTRIBUSI USAHA TAMBANG BATUGAMPING DAN PERTUMBUHAN SEKTORAL Gambar I.2 Bagan Alir Metodologi Penelitian I.8 Batasan dan Asumsi I.8.1 Kelebihan Pembayaran (Excess Payment)

9 9 Dalam anasisis NSG, disamping digunakan harga harga pasar, upah dan harga disesuaikan agar mencerminkan nilai ekonomi yang sesungguhnya dari sumber sumber tersebut. Terdapat tiga penyesuaian dalam analisis tersebut yakni; balas jasa tenaga kerja, harga input dan output. I Balas Jasa Tenaga Kerja Dalam perhitungan kelebihan pembayaran (excess payment) untuk karyawan tidak terampil, maka upah dinilai seharga jika karyawan tersebut bekerja pada sektor lain pada umumnya sebagai mata pencaharian di daerahnya (Kabupaten Rembang). Nilai upah diukur dari manfaat yang tidak lagi diterima (benefit forgone) dari sektor sektor lain yang ditinggalkan sebagai mata pencaharian sebelumnya. Di PT. Sinar Asia Fortuna karyawan ini dianggap sebagai karyawan golongan I. Karyawan Golongan I diasumsikan sebagai pekerja tidak terampil. Berdasarkan pada struktur ekonomi di Kabupaten Rembang dan mata pencaharian penduduk terbanyak sebagai petani, maka benefit forgone yang digunakan adalah penghasilan rata rata petani di kabupaten tersebut. Berdasarkan hasil survey BPS (Struktur Upah Buruh Tani tahun ) dan dari data yang didapat dari Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah, maka diketahui bahwa pendapatan buruh sektor pertanian/buruh kasar di Kabupaten Rembang berkisar dari yang terendah Rp sampai tertinggi Rp Untuk karyawan Golongan II dan Staf upah yang berlaku dianggap sudah mencerminkan nilai ekonomi yang sesungguhnya. Balas jasa karyawan yang berasal dari luar daerah / wilayah disesuaikan dengan batasan di muka dianggap sebagai repatriat ( r j ). I Input dan Output Input antara terdiri dari bahan bakar dan pelumas, perbaikan/perawatan peralatan, bahan peledak, jasa pihak ke tiga dan biaya lain-lain (umum). Sedangkan yang termasuk input primer adalah balas jasa tenaga kerja, penyusutan dan pembayaran kepada pemerintah (pajak). Sementara itu nilai output secara keseluruhan adalah nilai produksi batugamping ditambah dengan penerimaan lain lain jika ada. Dalam studi ini, harga untuk barang-barang yang diperjualbelikan dari dan keluar Kabupaten Rembang diasumsikan merupakan harga pasar yang sudah mewakili dan

10 10 sama dengan nilai ekonominya. Meskipun harga pasar batugamping dari perusahaan lebih besar dari harga bayangannya namun kelebihan pembayaran dari komoditas tersebut semuanya direpatriasi karena pandapatan yang diterima perusahaan juga direpatriasi keluar Kabupaten Rembang. Manfaat dari economic rent (R j ) dan excess payment (P j ) dari barang-barang impor yang diterima oleh investor dari luar kabupaten direpatriasi ( r j ). Input antara yang berasal dari luar daerah/wilayah ditentukan sesuai dengan batasan-batasan tersebut dan dianggap sebagai m j. I.8.2 Eksternalitas I Keterkaitan ke Belakang (Hulu) Manfaat keterkaitan ke belakang dihitung berdasarkan nilai input yang dipakai oleh PT. Sinar Asia Fortuna. Manfaat ini diterima oleh kontraktor/perusahaan jasa sebagai penyedia input-input bagi keperluan perusahaan tersebut yang berasal dari Kabupaten Rembang (lokal), kemudian diperkirakan rente ekonominya. Untuk barang-barang/jasa yang diimport maupun yang berasal dari daerah itu sendiri, batasan atau ketentuannya seperti pada input dan output I Keterkaitan ke Depan (Hilir) Keterkaitan ke depan berhubungan dengan output perusahaan. Keterkaitan output perusahaan tambang dengan perusahaan atau industri lainnya adalah digunakannya output yang dihasilkan perusahaan tambang tersebut sebagai input oleh industri lainnya. Namun kenyataannya output yang dihasilkan semuanya dipasarkan ke luar daerah Rembang sehingga keterkaitan ke depan nilainya nol. Demikian juga economic rent (rente ekonomi) dari perusahaan semuanya direpatriasi ke luar Kabupaten Rembang, ke kantor pusatnya yang berada di Mojokerto (Jawa Timur), dengan demikian economic rent ( R j ) dianggap nol. I Keterkaitan Teknologi Keterkaitan teknologi tidak memberikan pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya di Kabupaten Rembang karena keadaan teknologi sektor-sektor lainnya tersebut kurang berkaitan dan pada umumnya masih tradisional.

11 11 Manfaat dari keterkaitan teknologi juga didasarkan pada seberapa besar sarana dan prasarana yang dibangun oleh perusahaan sebagai bantuan untuk dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Selain itu juga dengan menilai seberapa besar jumlah bantuan dana yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membantu pembinaan masyarakat sekitar dalam kegiatan keagamaan, pendidikan, kepemudaan dan olah raga serta seni dan budaya. I Keterkaitan Pembayaran Kepada Pemerintah Untuk menentukan besarnya pembayaran kepada pemerintah Kabupaten Rembang adalah dengan menghitung berapa besar bagian pajak-pajak yang diterima oleh pemerintah Kabupaten Rembang sesuai dengan Undang-undang atau peraturan yang berlaku. I Keterkaitan Kebutuhan Akhir Berbagai macam pengeluaran yang diakibatkan oleh penerimaan pendapatan yang berkaitan dengan pengusahaan pertambangan (terutama oleh pekerja/karyawan) akan memberikan pengaruh yang berarti terhadap permintaan untuk jasa-jasa dan barang-barang lokal serta mendorong kegiatan ekonomi daerah. Jumlah penerimaan merupakan daya beli yang merupakan potensi permintaan terhadap sektor-sektor perekonomian di daerah sehingga dapat mendorong peningkatan produktivitas sektor tersebut secara regional. Analisis keterkaitan kebutuhan akhir didasarkan pada perkiraan pengeluaran atau konsumsi untuk kebutuhan hidup layak (KHL) bagi pekerja (tenaga kerja perusahaan) dan keluarganya di daerah Rembang. Anggota keluarga maksimum 1 istri dan 2 anak. Hal ini seperti yang berlaku di perusahaan BUMN maupun di lingkungan instansi pemerintah lainnya bahwa tunjangan keluarga hanya diberikan kepada satu istri dan dua anak. Pekerja atau karyawan yang mempunyai lebih dari dua anak, dalam perhitungan tetap dianggap mempunyai dua anak. Perhitungan KHL berdasarkan pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 81/MEN/1995 dan Permenakertrans No. PER-17/MEN/VIII/2005. Harga barang-barang kebutuhan dalam KHL tersebut diperoleh dari BPS, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah. Dari data tersebut

12 12 dapat diperkirakan berapa besarnya kebutuhan akhir karyawan perusahaan yang pada akhirnya dapat digunakan untuk memperkirakan berapa manfaat yang diperoleh daerah melalui sektor lain seperti misalnya pertanian, perdagangan dan jasa lainnya yang dapat menyediakan barang-barang kebutuhan konsumsi. Dalam memperkirakan manfaat dari keterkaitan kebutuhan akhir ini dihitung berapa besarnya potensi kebutuhan pada bahan makanan, minuman, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan. Nilai KHL karyawan tersebut merupakan output bagi sektor ekonomi setempat. Setelah diketahui besarnya potensi kebutuhan akhir maka dapat diperkirakan besarnya manfaat yang berasal dari rente ekonomi masing-masing sektor. Untuk mencari rente ekonomi tersebut yang diperlukan adalah berapa persen perkiraan nilai input terhadap output yang diterima sektor yang bersangkutan. Untuk mencari nilai input tersebut, pendekatan yang paling mungkin adalah dengan mencari perbandingan nilai input terhadap output pada sektor industri atau produsen barang-barang kebutuhan pokok tersebut. Data tersebut diperoleh dari Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah yang dikeluarkan oleh BPS setempat. I.9 Sistematika Penulisan Untuk memperoleh hasil yang diharapkan dan sesuai dengan maksud dan tujuannya, maka sistematikan penulisan tesis ini adalah sebagai berikut : Bab I Bab II : Pendahuluan Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, maksud dan tujuan yang ingin dicapai, ruang lingkup penelitian, pola pikir, hipotesis, metodologi penelitian, batasan dan asumsi serta sistematika penulisan. : Landasan Teori Berisi tentang dasar-dasar teori model analisis NSG dan analisis shift share. Bab III : Tinjauan Umum

13 13 Bab ini akan menguraiakan tentang kondisi umum Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah, potensi wilayah, potensi bahan galian batugamping, peran sub sektor pertambangan di Kabupaten Rembang dan tinjauan umum terhadap PT. Sinar Asia Fortuna (SAF). Bab IV : Hasil Analisis Bab ini memaparkan hasil perhitungan analisis Net Social Gain (NSG) dan analisis shift share. Bab V : Pembahasan Berisi pembahasan atas hasil analisis yang telah dipaparkan pada bab IV, antara lain rente ekonomi dan kelebihan pembayaran, manfaat sosial neto dari eksternalitas, koefisien Net Social Gain, pengaruh PT. SAF dalam pengembangan ekonomi daerah serta pertumbuhan ekonomi sektoral Kabupaten Rembang. Bab VI : Kesimpulan Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran atau rekomendasi yang diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan untuk lebih memaksimalkan dalam memberikan kontribusi secara sosial ekonomi kepada masyarakat, pemerintah sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah.

Bab V Pembahasan V.1 Rente Ekonomi dan Kelebihan Pembayaran

Bab V Pembahasan V.1 Rente Ekonomi dan Kelebihan Pembayaran 53 Bab V Pembahasan V.1 Rente Ekonomi dan Kelebihan Pembayaran Manfaat dari economic rent atau rente ekonomi (R j) dari barang-barang import untuk pemenuhan kebutuhan perusahaan yang diterima oleh investor

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Analisis

Bab IV Hasil Analisis 41 Bab IV Hasil Analisis IV.1 Manfaat Sosial Neto PT. Sinar Asia Fortuna Manfaat sosial neto (NSG) dari perusahaan terdiri dari economic rent (R j ), excess payment (P j ) dan eksternalitas (E j ). Eksternaltas

Lebih terperinci

KAJIAN KEMANFAATAN SOSIAL EKONOMI USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN BATUGAMPING DI KABUPATEN REMBANG - PROVINSI JAWA TENGAH TESIS.

KAJIAN KEMANFAATAN SOSIAL EKONOMI USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN BATUGAMPING DI KABUPATEN REMBANG - PROVINSI JAWA TENGAH TESIS. KAJIAN KEMANFAATAN SOSIAL EKONOMI USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN BATUGAMPING DI KABUPATEN REMBANG - PROVINSI JAWA TENGAH TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor terhadap Perekonomian Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor terhadap Perekonomian Provinsi BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini akan membahas tentang analisis peran PT Aneka Tambang Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat. Bab ini menguraikan tentang

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat. 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisa

Lebih terperinci

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang perekonomian pada suatu wilayah adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan sejauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengembangan sumber daya mineral yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan dapat mendukung bagi perekonomian

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN Pembangunan perekonomian suatu wilayah tentunya tidak terlepas dari kontribusi dan peran setiap sektor yang menyusun perekonomian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

Pengertian Produk Domestik Bruto

Pengertian Produk Domestik Bruto KONTRIBUSI KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO 1 Dodik Ridho Nurrochmat 2 Pengertian Produk Domestik Bruto Neraca pendapatan nasional (national income accounting) merupakan salah satu inovasi penting

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas

Lebih terperinci

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA 5.1. Struktur Perkonomian Sektoral Struktur perekonomian merupakan suatu analisis yang dilakukan terhadap struktur Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

permintaan antara di Kota Bogor pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 4.49 triliun.

permintaan antara di Kota Bogor pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 4.49 triliun. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Tanaman Bahan Makanan Terhadap Perekonomian di Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi

Lebih terperinci

Okto Dasa Matra Suharjo NRP Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg

Okto Dasa Matra Suharjo NRP Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg Okto Dasa Matra Suharjo NRP 3610 100 050 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg BAB I - Pendahuluan Kondisi Perekonomian Provinsi Jawa Timur Permasalahan Perekonomian Timur di Jawa 1. Pertumbuhan

Lebih terperinci

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali 9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali A nalisis LQ menunjukkan potensi dari tempat terkait dengan kondisi kekayaan yang ada di wilayah tersebut. LQ berguna untuk melihat spesialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat, 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

APLIKASI INPUT OUTPUT

APLIKASI INPUT OUTPUT APLIKASI INPUT OUTPUT Selama ini sebagian besar perencanaan pembangunan ekonomi daerah masih bersifat parsial dan belum dapat mendeteksi bagaimana dampak investasi pada suatu sektor terhadap struktur perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan keadilan dan kemakmuran masyarakat serta pencapaian taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON 4.1 Analisis Struktur Ekonomi Dengan struktur ekonomi kita dapat mengatakan suatu daerah telah mengalami perubahan dari perekonomian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN 102 VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN Adanya otonomi daerah menuntut setiap daerah untuk dapat melaksanakan pembangunan daerah berdasarkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara dengan berbagai potensi besar yang dimilikinya baik potensi alam, sumberdaya manusia, maupun teknologi tentunya memiliki berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh : NURUL KAMILIA L2D 098 455 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2003 ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Perwitasari, H. dkk., Analisis Input-Output... ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Hani Perwitasari dan Pinjung Nawang Sari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

P E RA N A N S E KT OR P ER T A NI AN D A LAM P E NY E R APA N T E N A GA KE RJA D I KAB UP AT E N P A T I

P E RA N A N S E KT OR P ER T A NI AN D A LAM P E NY E R APA N T E N A GA KE RJA D I KAB UP AT E N P A T I PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN PATI Indah Kusuma Wardani, Minar Ferichani, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis - Universitas Sebelas Maret Surakarta Jalan Ir. Sutami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang di dapat dari alam dan merupakan barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran paradigma dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan dari pola sentralisasi menjadi desentralisasi yang ditandai dengan lahirnya undang-undang nomer 22 tahun

Lebih terperinci

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah 48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN 164 BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN Adanya keterbatasan dalam pembangunan baik keterbatasan sumber daya maupun dana merupakan alasan pentingnya dalam penentuan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di provinsi Kalimantan Barat yang berjumlah 14 kabupaten/kota. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang dilakukan suatu negara untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor,

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dengan memilih lokasi di Kota Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa sektor tanaman bahan makanan merupakan

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah Pulau Kalimantan didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu: Pulau Kalimantan sangat kaya akan sumberdaya alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah industri yang besar di dunia dan salah satu sektor yang tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan nasional Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diantaranya melalui pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Zuhri Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Sukma zuhri_muin@yahoo.com Abstrak. Tabel I-O pada dasarnya merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014 SEKTOR BASIS DAN STRUKTUR EKONOMI DI KOTA BANDAR LAMPUNG (An Analysis of Economic s Structure and Bases Sector in Bandar Lampung City) Anda Laksmana, M. Irfan Affandi, Umi Kalsum Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu sasaran rencana pembangunan nasional adalah pembangunan disegala bidang dan mencakup seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan peningkatan

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN BERDASARKAN PENDEKATAN SHIFT SHARE DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERIODE TAHUN 1980 2009 Oleh : JEFFRI MINTON GULTOM NBP. 07 151

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR Keterkaitan Sektor Hulu dan Sektor Hilir Hasil dari analisis dengan menggunakan PCA menunjukkan sektor-sektor perekonomian pada bagian hulu dan sektor-sektor

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. PENDAPATAN NASIONAL Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. Pokok-pokok Materi: 1. Konsep Pendapatan Nasional 2. Komponen Pendapatan Nasional 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi

Lebih terperinci

ANALISIS DATA/INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR. Lapeti Sari Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK

ANALISIS DATA/INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR. Lapeti Sari Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK ANALISIS DATA/INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR Lapeti Sari Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menghitung berbagai indikator pokok yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang pembangunan dan pemerintahan. Perubahan dalam pemerintahan adalah mulai diberlakukannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan besar besaran antarpulau di seluruh Indonesia sudah terjadi sejak jaman penjajahan Hindia Belanda oleh VOC. Kebanyakan perdagangan ini dilakukan oleh ras

Lebih terperinci