V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN"

Transkripsi

1 V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN Pembangunan perekonomian suatu wilayah tentunya tidak terlepas dari kontribusi dan peran setiap sektor yang menyusun perekonomian daerah tersebut. Setiap sektor baik sektor utama maupun bukan, nantinya akan membentuk keragaman perekonomian daerah tersebut. Dalam bagian ini akan dibahas mengenai peran sektor perekonomian dalam pembangunan Kabupaten Karimun berdasarkan indikator ekonomi pendapatan wilayah (PDRB) atas harga berlaku dan atas harga konstan tahun Untuk mengetahui suatu sektor basis atau non basis digunakan analisis LQ (Location Quotient) dan untuk mendukung hasil analisis LQ dilakukan perhitungan surplus pendapatan. Selanjutnya modifikasi LQ adalah kuosien lokalisasi yang mencerminkan tingkat aglomerasi (memusat) akibat sektor tertentu. Kemudian untuk mentelaah keunggulan komparatif suatu wilayah dalam produksi suatu komoditi maka digunakan kuosien spesialisasi Analisis LQ Sektor Sektor Perekonomian di Kabupaten Karimun Berdasarkan analisis LQ dapat diketahui sektor basis dan sektor non basis di wilayah Kabupaten Karimun dengan menggunakan data PDRB berdasarkan harga berlaku dan harga konstan 2000 untuk periode Pada penelitian ini metode LQ digunakan untuk mengetahui basis dan non basis setiap sektor perekonomian di tingkat kabupaten (wilayah bawah) terhadap propinsi (wilayah atas). Nilai-nilai LQ tersebut merupakan rasio antara masing-masing sektor di 40

2 Kabupaten Karimun dengan peran sektor-sektor tersebut di Provinsi Kepulauan Riau. Sektor basis adalah sektor yang mempunyai nilai LQ lebih besar dari satu, artinya suatu sektor telah mampu memenuhi kebutuhan akan sektor tersebut di daerahnya dan mempunyai potensi untuk diekspor ke luar daerah. Sebaliknya jika nilai LQ kurang dari satu berarti daerah yang bersangkutan termasuk sektor non basis dan harus mengimpor dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Nilai LQ Kabupaten Karimun berdasarkan harga berlaku dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Nilai LQ Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Karimun Berdasarkan Harga Berlaku ( ) No Lapangan Usaha Nilai LQ 2003 Ket 2004 Ket 2005 Ket 1 Pertanian 5,43 B 5,28 B 5,33 B 2 Penggalian dan Pertambangan 0,88 NB 0,81 NB 0,82 NB 3 Industri Pengolahan 0,18 NB 0,16 NB 0,14 NB 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,29 B 1,14 B 1,09 B 5 Bangunan 2,28 B 2,08 B 2,07 B 6 Perdangan, Hotel dan Restoran 3,23 B 3,08 B 3,19 B 7 Angkutan dan Komunikasi 2,13 B 2,82 B 3,04 B 8 Bank dan Lembaga Keuangan 0,67 NB 0,63 NB 0,58 NB 9 Jasa-jasa 2,62 B 2,44 B 2,22 B Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah) Keterangan : B : Sektor Basis NB : Sektor Non Basis Hasil perhitungan nilai LQ dari Tabel 19 dari seluruh sektor perekonomian Kabupaten Karimun berdasarkan indikator PDRB dengan harga berlaku dalam kurun tiga tahun (tahun ), terdapat 6 sektor perekonomian yang merupakan sektor basis utama di Kabupaten Karimun. Keenam sektor tersebut adalah sektor pertanian, listrik, gas, dan air bersih, bangunan perdangan, hotel dan restoran angkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa. 41

3 Sektor pertanian merupakan sektor basis yang memiliki nilai LQ terbesar dan cenderung mengalami meningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2003 nilai LQ sektor pertanian sebesar 5,43, tahun 2004 sebesar 5,28 dan tahun 2005 sebesar 5,33. Sektor perekonomian yang merupakan sektor basis lainnya juga cenderung berfluktuatif. Berdasarkan nilai LQ dari PDRB berdasarkan harga berlaku menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki keunggulan nilai kontribusi terbesar dalam pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun. Sedangkan nilai LQ berdasarkan harga konstan tahun 2000 disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Nilai LQ Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Karimun Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 ( ) No Lapangan Usaha Nilai LQ 2003 Ket 2004 Ket 2005 Ket 1 Pertanian 6,49 B 6,61 B 6,74 B 2 Penggalian dan Pertambangan 0,64 NB 0,70 NB 0,74 NB 3 Industri Pengolahan 0,19 NB 0,18 NB 0,18 NB 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,32 B 1,27 B 1,23 B 5 Bangunan 2,35 B 2,34 B 2,41 B 6 Perdangan, Hotel dan Restoran 3,19 B 3,16 B 3,13 B 7 Angkutan dan Komunikasi 2,74 B 2,69 B 2,73 B 8 Bank dan Lembaga Keuangan 0,77 NB 0,76 NB 0,76 NB 9 Jasa-jasa 2,60 B 2,61 B 2,57 B Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah) Keterangan : B : Sektor Basis NB : Sektor Non Basis Hasil perhitungan nilai LQ dari Tabel 20 terlihat bahwa berdasarkan harga konstan tahun 2000 juga terdapat 6 sektor perekonomian yang merupakan sektor basis utama di Kabupaten Karimun. Keenam sektor tersebut adalah sektor pertanian, listrik, gas, dan air bersih, bangunan perdagangan, hotel dan restoran angkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa. 42

4 Sama halnya dengan perhitungan dengan menggunakan PDRB atas dasar harga berlaku, pada perhitungan LQ dengan menggunakan harga konstan tahun 2000 sektor pertanian merupakan sektor basis yang memiliki nilai LQ terbesar dan cenderung mengalami meningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2003 nilai LQ sektor pertanian sebesar 6,49; tahun 2004 sebesar 6,61 dan tahun 2005 sebesar 6,74. Sektor perekonomian yang merupakan sektor basis lainnya juga cenderung berfluktuatif. Hasil perhitungan LQ baik dengan harga berlaku maupun harga konstan dilihat bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis utama Kabupaten Karimun disamping sektor listrik, gas, dan air bersih, bangunan perdangan, hotel dan restoran angkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa. Hal ini menunjukkan bahwa keenam sektor perekonomian memiliki keunggulan nilai kontribusi dalam perekonomian, serta layak untuk dikembangkan dalam pembangunan Kabupaten Karimun. Secara keseluruhan berdasarkan nilai LQ tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Karimun telah mampu mencukupi kebutuhannya sendiri dan bahkan dapat memasarkan surplus produksinya ke wilayah lain. Ekspansi yang dilakukan ke luar wilayah tersebut akan memperbesar arus pendapatan ke dalam wilayah sehingga mendorong peningkatan pendapatan masyarakat, meningkatkan volume kegiatan sektor lainnya dan meningkatkan investasi yang ada pada gilirannya akan memperluas pendapatan wilayah secara keseluruhan. 43

5 5.2. Analisis Surplus Pendapatan Analisis surplus pendapatan digunakan untuk mengidentifikasikan adanya surplus pendapatan dari sektor perekonomian tertentu. Hasil perhitungan surplus pendapatan dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Nilai Surplus Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun Tahun ( ) No Berdasarkan Harga Berlaku Berdasarkan Harga Konstan Lapangan (Rp Juta) Tahun 2000 (Rp Juta) Usaha Pertanian , , , , , ,16 2 Penggalian (810,92) (1.693,80) (2.048,74) (1.313,50) (1.115,98) (996,06) dan Pertambangan 3 Industri (8.890,80) (9.607,49) (10.625,51) (6.951,75) (7.119,70) (7.333,63) Pengolahan 4 Listrik, Gas, 124,63 57,36 42,12 66,65 55,90 48,11 dan Air Bersih 5 Bangunan 8.917, , , , , ,03 6 Perdagangan, , , , , , ,34 Hotel dan Restoran 7 Angkutan dan , , , , , ,42 Komunikasi 8 Bank dan (1.087,80) (1.426,88) (1.922,74) (530,06) (567,65) (603,72) Lembaga Keuangan 9 Jasa-jasa 8.395, , , , , ,14 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah). Pada Tabel 21 terlihat bahwa nilai surplus pendapatan pada sektor-sektor basis perekonomian Kabupaten Karimun memiliki nilai yang positif. Sedangkan pada sektor non basis cenderung memiliki surplus pendapatan yang bernilai negatif. Sektor yang memiliki nilai surplus pendapatan terbesar adalah sektor pertanian (baik bedasarkan PDRB harga berlaku maupun harga konstan) mengalami peningkatan selama periode tahun Hal tersebut terjadi 44

6 karena besarnya peningkatan kontribusi sektor pertanian di Kabupaten Karimun sebanding dengan peningkatan kontribusi sektor pertanian di Provinsi Kepulauan Riau. Nilai surplus pendapatan berdasarkan harga berlaku pada tahun 2005 sebesar Rp ,79 juta mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun sebelumnya yakni sebesar Rp ,46 juta. Bila dilihat berdasarkan harga konstan tahun 2004 sebesar Rp ,38 juta mengalami kenaikan menjadi Rp ,16 juta. Dari hasil analisis surplus pendapatan ini memberikan suatu penjelasan bahwa sektor pertanian menghasilkan surplus pendapatan yang positif. Hal ini berarti sektor pertanian telah memenuhi kebutuhan wilayah tersebut dan surplus produksinya telah diekspor ke luar daerah. Hal ini sejalan dengan peran sektor pertanian sebagai sektor basis utama perekonomian Kabupaten Karimun. Begitu juga dengan sektor-sektor basis dalam perekonomian lainnya. Untuk sektor listrik, gas, dan air bersih merupakan sektor basis yang memiliki nilai surplus pendapatan terkecil dibandingkan dengan sektor basis lainnya Analisis Spesialisasi Bila nilai kuosien spesialisasi sama dengan satu maka ada spesialisasi kegiatan suatu sektor perekonomian di wilayah Kabupaten Karimun, sebaliknya bila nilai kuosien spesialisasinya kurang dari satu maka tidak terdapat spesialisasi kegiatan sektor perekonomian tersebut di Kabupaten Karimun. Hasil perhitungan nilai kuosien spesialisasi dapat dilihat pada Tabel

7 Tabel 22. Nilai Kuosien Spesialisasi Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun tahun No Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku Berdasarkan Harga Konstan Thn Pertanian 0,24 0,24 0,26 0,28 0,28 0,29 2 Penggalian dan (0,01) (0,01) (0,01) (0,02) (0,02) (0,01) Pertambangan 3 Industri Pengolahan (0,04) (0,05) (0,05) (0,04) (0,04) (0,04) 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,02 0,01 0,01 0,02 0,01 0,01 5 Bangunan 0,07 0,06 0,06 0,07 0,07 0,07 6 Perdangan, Hotel dan 0,12 0,12 0,13 0,11 0,11 0,11 Restoran 7 Angkutan dan Komunikasi 0,06 0,10 0,12 0,09 0,09 0,09 8 Bank dan Lembaga (0,02) (0,02) (0,03) (0,01) (0,01) (0,01) Keuangan 9 Jasa-jasa 0,09 0,08 0,07 0,08 0,08 0,08 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah). Berdasarkan Tabel 22 terlihat bahwa nilai kuosien spesialisasi selama tiga tahun ( ) di Kabupaten Karimun lebih kecil dari satu, yang berarti tidak ada spesialisasi atau cenderung kegiatan sektor-sektor basis dalam perekonomian beragam (menyebar) pada setiap daerah di Kabupaten Karimun. Namun demikian, keenam sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Karimun yaitu sektor pertanian, listrik, gas, dan air bersih, bangunan perdangan, hotel dan restoran angkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa memiliki nilai kuosien spesialisasi bernilai positif baik menurut harga berlaku maupun harga konstan. Tingkat spesialisasi yang bernilai positif atau lebih besar dari satu ini memberikan suatu penilaian bahwa produk dari sektor-sektor tersebut berpotensi sebagai komoditas spesialisasi untuk Kabupaten Karimun. Hal ini berarti, bahwa keenam sektor mempunyai keunggulan komparatif dalam hal produksi di Kabupaten Karimun. 46

8 Keunggulan komparatif ini merupakan keunggulan yang bersifat alamiah artinya keunggulan tersebut sudah ada. Dengan potensi yang ada pada keenam sektor basis perekonomian memungkinkan Kabupaten Karimun meningkatkan kontribusi keenam sektor tersebut dalam jangka panjang sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Karimun Analisis Kuosien Lokalisasi Pada dasarnya penentuan lokalisasi potensial berdasarkan analisis kuosien lokalisasi hanya dapat memberikan gambaran awal tentang potensi kegiatan perekonomian disuatu daerah dibandingkan daerah/wilayah lainnya. Oleh karena itu, penentuan lokalisasi tersebut dilihat dari aspek teknis, sosial dan ekonomi belum memenuhi untuk dapat dijadikan dalam pelaksanaan pengembangan pembangunan suatu wilayah. Namun lokalisasi potensial yang ditentukan tersebut dapat dijadikan informasi awal untuk perencanaan pembangunan dalam melakukan analisis lain yang lebih kompleks. Nilai kuosien lokalisasi sektor sektor perekonomian Kabupaten Karimun dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Nilai Kuosien Lokalisasi Sektor Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun No Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku Berdasarkan Harga Konstan Thn Pertanian 0,24 0,24 0,23 0,27 0,27 0,28 2 Penggalian dan Pertambangan (0,01) (0,02) (0,02) (0,03) (0,02) (0,02) 3 Industri Pengolahan (0,51) (0,51) (0,52) (0,54) (0,55) (0,55) 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5 Bangunan 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 6 Perdangan, Hotel dan Restoran 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 0,17 7 Angkutan dan Komunikasi 0,05 0,07 0,08 0,06 0,06 0,06 8 Bank dan Lembaga Keuangan (0,02) (0,02) (0,02) (0,01) (0,01) (0,01) 9 Jasa-jasa 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah) 47

9 Berdasarkan Tabel 23 terlihat bahwa selama periode sektorsektor basis dalam perekonomian (yaitu sektor pertanian, listrik, gas, dan air bersih, bangunan, perdangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, serta jasa-jasa.) di Kabupaten Karimun mempunyai nilai kuosien lokalisasi/ aglomerasi yang tidak sama dengan satu dengan tingkat aglomerasi positif, baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan sektor-sektor basis dalam perekonomian di Kabupaten Karimun lokasinya relatif menyebar dalam wilayah Kabupaten Karimun. Pada dasarnya lokalisasi yang relatif menyebar tersebut akan lebih berorientasi pasar. Orientasi pasar ini dapat diartikan bahwa konsumen yang berasal dari luar lokasi bisa menjangkau ke lokasi pemasaran produk sektor basis dalam perekonomian, sehingga memberikan keuntungan bahwa pertumbuhan sektor-sektor basis tersebut lebih cepat berkembang pada lokasi tertentu Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun Untuk mengetahui pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Karimun digunakan Analisis shift share. Analisis ini digunakan untuk mendukung untuk hasil analisis LQ yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam analisis shift share dilakukan perhitungan indeks rasio pertumbuhan dan analisis komponen pertumbuhan wilayah Kabupaten Karimun. Dalam analisis komponen pertumbuhan wilayah Kabupaten Karimun dianalisis 3 komponen pertumbuhan yaitu komponen pertumbuhan regional/nasional (PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). 48

10 Analisis indeks Rasio Pertumbuhan Rasio PDRB Kabupaten Karimun dan PDRB Provinsi Kepulauan Riau dapat ditunjukan dalam bentuk nilai Ra, Ri, dan ri. Jika nilai PDRB Kabupaten Karimun dan PDRB Provinsi Kepulauan Riau tiap sektor diperbandingkan antara dua titik waktu, yaitu tahun 2005 sebagai tahun akhir analisis dan tahun 2003 sebagai tahun dasar analisis, maka setiap sektor mempunyai rasio yang berbedabeda. Nilai Ra diperoleh dari pembagian antara total PDRB Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2005 dengan total PDRB Provinsi Kepulauan Riau pada tahun nilai Ra tiap sektor untuk setiap daerah di Provinsi Kepulauan Riau memiliki besaran yang sama, karena merupakan pembagian total PDRB, yaitu sebesar 1,13. lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Nilai Ra, Ri dan ri Lapangan Usaha Ra Ri ri Pertanian 1,13 1,11 1,13 Pertambangan dan Penggalian 1,13 0,94 1,06 Industri Pengolahan 1,13 1,16 1,07 Listrik dan Air Bersih 1,13 1,14 1,03 Bangunan 1,13 1,12 1,13 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,13 1,14 1,09 Pengangkutan dan Komunikasi 1,13 1,21 1,18 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,13 1,15 1,10 Jasa-jasa 1,13 1,13 1,10 Sumber: BPS Kabupaten Karimun, (diolah) Nilai Ri diperoleh dari selisih antara PDRB Provinsi Kepulauan Riau sektor i pada tahun 2005 dengan PDRB Provinsi Kepulauan Riau sektor i pada tahun 2003 dibagi PDRB Provinsi Kepulauan Riausektor i pada tahun Nilai Ri setiap sektor di kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau bernilai 49

11 positif, ini berarti bahwa setiap sektor-sektor perekonomian mengalami pertumbuhan yang positif. Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki nilai Ri terbesar yaitu sebesar 1,21. Hal ini didukung oleh tingkat pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi yang merupakan terbesar di Kepulauan Riau, yaitu Rp ,.47 juta pada tahun 2003 meningkat menjadi Rp ,06 juta pada tahun Lebih rinci mengenai pertumbuahn PDRB sektor-sektor perekonomian di Kepulauan Riau dapat dilihat pada Tabel 25 Sedangkan nilai Ri terkecil ditempati sektor Pertambangan dan Penggalian, yaitu sebesar Tabel 25. Pertumbuhan PDRB Propinsi Kepulauan Riau Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, (%) No Lapangan Usaha Pertumbuhan 1 Pertanian Pertambangan dan Penggalian (5.62) 3 Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Sumber: BPS Kabupaten Karimun, (diolah) Nilai ri dihitung berdasarkan selisih antara PDRB Kabupaten Karimun sektor i dan pada tahun 2005 dengan PDRB Kabupaten Karimun sektor i pada tahun 2003 dibagi PDRB Kabupaten Karimun sektor i pada tahun Nilai ri Kabupaten Karimun dari masing-masing sektor bernilai positif. Pada Tabel 23, sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki nilai ri terbesar yaitu 1,18. 50

12 Sedangkan nilai ri yang terkecil dimiliki oleh sektor Listrik dan Air Bersih yaitu sebesar 1, Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Karimun Analisis shift share diasumsikan bahwa perubahan tenaga kerja/produksi disuatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan yaitu komponen pertumbuhan regional/nasional (PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Berdasarkan Tabel 24, dapat dilihat bahwa komponen pertumbuhan regional semua sektor-sektor perekonomian Kabupaten Karimun bernilai positif. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Karimun yaitu sebesar Rp ,03 juta. Hal ini berarti bahwa sektor pertanian sangat berpengaruh terhadap perubahan kebijakan ekonomi di Kabupaten Karimun, artinya bila terjadi perubahan kebijakan ekonomi maka sektor pertanian akan mengalami perubahan. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dari analisis LQ Kabupaten Karimun yang telah dilakukan sebelumnya. Dimana dalam hal ini sektor pertanian dengan penunjang utamanya adalah sektor perikanan. Sektor listrik dan air bersih memberikan kontribusi terkecil terhadap PDRB pada komponen pertumbuhan regional, yaitu sebesar Rp 558,66 juta. Hal ini berarti sektor listrik dan air minum tidak begitu berpengaruh terhadap perubahan kebijakan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Karimun. Sektor terkecil kedua ditempati oleh sektor keuangan. persewaan dan jasa perusahaan, yaitu sebesar Rp 6.167,94 juta. Jika terjadi perubahan kebijakan ekonomi di Kabupaten 51

13 Karimun, maka sektor keuangan. persewaan dan jasa perusahaan tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan kebijakan ekonomi. Tabel 26. Komponen Pertumbuhan Regional Kabupaten Karimun Tahun Pertumbuhan No Lapangan Usaha Regional (Juta Rupiah) Persen 1 Pertanian ,03 13,47 2 Pertambangan dan Penggalian 9.741,36 13,47 3 Industri Pengolahan ,66 13,47 4 Listrik dan Air Bersih 558,66 13,47 5 Bangunan ,10 13,47 6 Perdagangan. Hotel dan Restoran ,98 13,47 7 Pengangkutan dan Komunikasi ,05 13,47 8 Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan 6.167,94 13,47 9 Jasa-jasa 9.233,41 13,47 Sumber: BPS Kabupaten Karimun, (diolah) Berdasarkan Tabel 26, dapat dilihat bahwa tingkat pertumbuhan sektorsektor perekonomian di Kabupaten Karimun sebesar 13,47 persen. Hal ini menunjukkan tingkat pertumbuhan regional Kabupaten Karimun yang cenderung baik. Berdasarkan Tabel 27, diketahui bahwa beberapa sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Karimun memberikan kontribusi yang negatif terhadap PDRB. Jika nilai PP suatu sektor (Ppi<0), maka dapat diidentifikasikan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lambat dan memiliki daya saing yang kurang baik jika dibandingkan dengan sektor lain yang PP-nya positif. Sektorsektor yang memberikan kontribusi negatif adalah sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi sebesar rp ,05 juta ( persen), sektor bangunan sebesar rp ,80 juta (-1,23 persen) dan sektor jasa-jasa sebesar rp - 78,81 juta (-0,11 persen). 52

14 Tabel 27. Komponen Pertumbuhan Proporsional Kabupaten Karimun Tahun No Lapangan Usaha Pertumbuhan Proporsional (Juta Rupiah) Persen 1 Pertanian 8.972,77 2,07 2 Pertambangan dan Penggalian (13.806,05) -19,09 3 Industri Pengolahan 3.470,52 2,07 4 Listrik dan Air Bersih 1,64 0,04 5 Bangunan (1.040,80) -1,23 6 Perdagangan. Hotel dan Restoran ,18 7 Pengangkutan dan Komunikasi ,40 7,76 8 Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan 606,84 1,32 9 Jasa-jasa (78,81) -0,11 Sumber: BPS Kabupaten Karimun, (diolah) Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi yang positif dengan persentase yang lebih dari nol (PP>0), secara berurutan antara lain sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan. hotel dan restoran, dan sektor keuangan. persewaan dan jasa perusahaan serta sektor listrik dan air bersih. kelima sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat daripada sektor-sektor lainnya yang ada di Kabupaten Karimun. Tabel 28. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Kabupaten Karimun Tahun No Lapangan Usaha Pertumbuhan Pangsa Wilayah (Juta Rupiah) Persen 1 Pertanian 7.359,12 1,69 2 Pertambangan dan Penggalian 8.399,49 11,61 3 Industri Pengolahan (15.151,27) -9,03 4 Listrik dan Air Bersih (420,33) -10,13 5 Bangunan 286,10 0,34 6 Perdagangan. Hotel dan Restoran (17.491,29) -4,90 7 Pengangkutan dan Komunikasi (3.897,78) -3,00 8 Keuangan. Persewaan dan Jasa (2.000,56) -4,37 Perusahaan 9 Jasa-jasa/ Service (2.431,21) -3,55 Sumber: BPS Kabupaten Karimun, (diolah) 53

15 Komponen pertumbuhan selanjutnya adalah komponen pertumbuhan pangsa wilayah. Suatu wilayah mempunyai daya saing wilayah terhadap sektor i apabila PPW-nya positif (PPW>0). Berdasarkan Tabel 28, diketahui bahwa sektor yang mempunyai daya saing wilayah yang lebih baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya adalah sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar Rp 8.399,49 juta (11,61 persen), sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar Rp 7.359,12 juta (1,69 persen) dan sektor bangunan memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar Rp 286,10 juta (0,34 persen). Sedangkan enam sektor lain dalam perekonomian Kabupaten Karimun mempunyai daya saing wilayah yang kurang baik. Persentase nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah dari keenam sektor tersebut kurang dari nol (PPW<0). 54

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat, 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat. 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisa

Lebih terperinci

Lampiran 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 (Jutaan Rupiah)

Lampiran 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 (Jutaan Rupiah) 118 Lampiran 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 (Jutaan Rupiah) a. Propinsi Lampung Sektor Provinsi Lampung (Vi) 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Pertanian 10871433 11318866

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul Sumber: BPS Kabupaten Bantul. 5,93% 6,67% 18,53% 13,28% PDRB Tahun 2003 Kabupaten Bantul 8,16% 0,77% 25,15% 20,33% 1,18% 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,

Lebih terperinci

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali 9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali A nalisis LQ menunjukkan potensi dari tempat terkait dengan kondisi kekayaan yang ada di wilayah tersebut. LQ berguna untuk melihat spesialisasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN 164 BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN Adanya keterbatasan dalam pembangunan baik keterbatasan sumber daya maupun dana merupakan alasan pentingnya dalam penentuan sektor

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN 102 VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN Adanya otonomi daerah menuntut setiap daerah untuk dapat melaksanakan pembangunan daerah berdasarkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013 BPS KABUPATEN PAKPAK BHARAT No. 22/09/1216/Th. IX, 22 September 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2013 yaitu sebesar 5,86 persen dimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi yang diidentifikasi dalam penelitian ini Provinsi Sulawesi Utara dan kabupaten Bolaang Mongondow dan waktu yang dibutuhkan dalam pengumpulan data ini

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK Chanlis Nopriyandri, Syaiful Hadi, Novia dewi Fakultas Pertanian Universitas Riau Hp: 082390386798; Email: chanlisnopriyandri@gmail.com ABSTRACT This research

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.145/11/21/Th.IV, 10 November 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 PDRB KEPRI TRIWULAN III TAHUN 2009 TUMBUH 1,90 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Model Rasio Pertumbuhan Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) adalah salah satu alat yang digunakan untuk melakukan analisis alternatif guna mengetahui potensi kegiatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 52/ V / 15 Nopember 2002 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2002 TUMBUH 2,39 PERSEN Indonesia pada triwulan III tahun 2002 meningkat sebesar 2,39 persen terhadap triwulan II

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen No. 26/05/75/Th. VI, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen PDRB Gorontalo pada triwulan I tahun 2012 naik sebesar 3,84 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI No. 96/02/21/Th. IV / 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU PDRB KEPRI TAHUN 2008 TUMBUH 6,65 PERSEN PDRB Kepri pada tahun 2008 tumbuh sebesar 6,65 persen,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam. Dalam hal ini pembangunan wilayah menjadi sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 33/05/21/Th. VII, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012 PDRB KEPRI TRIWULAN I TAHUN 2012 TUMBUH 7,63 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012 BPS KABUPATEN DELI SERDANG No. 01/07/1212/Th. XIV, 8 Juli 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LABUHANBATU TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LABUHANBATU TAHUN 2013 BPS KABUPATEN LABUHANBATU No. 01/07/1207/Th. VII, 18 Juli 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LABUHANBATU TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Labuhanbatu tahun 2013 mengalami perlambatan jika dibandingkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 BPS PROVINSI D.K.I. JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya sehingga dapat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan

Lebih terperinci

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 258 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bab ini disajikan data dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk mempermudah evaluasi terhadap data

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo Lampiran 2. Perhitungan Tipologi Klasen Pendekatan Sektoral Kabupaten Karo Tahun 2006 ADHK 2000 No Lapangan Usaha / Sektor Laju Pertumbuhan S 2006 2007

Lebih terperinci

9.1. Analisis LQ Sektor Kabupaten Jembrana Terhadap Sektor Provinsi Bali

9.1. Analisis LQ Sektor Kabupaten Jembrana Terhadap Sektor Provinsi Bali 9.1. Analisis LQ Sektor Kabupaten Jembrana Terhadap Sektor Provinsi Bali P engertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan bentuk perbandingan berskala internasional, nasional maupun regional.

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN KOTA BOGOR (PERIODE ) YENI MARLINA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN KOTA BOGOR (PERIODE ) YENI MARLINA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN KOTA BOGOR (PERIODE 2006-2012) YENI MARLINA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % No, 11/02/13/Th.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2013 meningkat sebesar 6,2 persen terhadap 2012, terjadi pada semua

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 30/05/21/Th.VI, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011 PDRB KEPRI TRIWULAN I TAHUN 2011 TUMBUH 0,23 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK Khusnul Khatimah, Suprapti Supardi, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

Rumus. 9. Jasa-Jasa 0,47 0,50 0,52 0,54 0,56 0,52 Non Basis. = Nilai produksi subsektor i pada provinsi. = Total PDRB Provinsi

Rumus. 9. Jasa-Jasa 0,47 0,50 0,52 0,54 0,56 0,52 Non Basis. = Nilai produksi subsektor i pada provinsi. = Total PDRB Provinsi Hasil Perhitungan Dengan Metode LQ di Provinsi Riau Tabel 1 Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010* Rerata Keterangan 1. Pertanian 1,19 1,24 1,24 1,26 1,30 1,25 Basis 2. Penggalian 5,96 6,00 6,22 6,04

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I 2014 TUMBUH 6,5 PERSEN

EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I 2014 TUMBUH 6,5 PERSEN No. 27/05/13/Th.XVII, 5 Mei 2014 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I 2014 TUMBUH 6,5 PERSEN Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Barat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto Tabel 9.1 : PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2007 2010 (Rp. 000) 1. PERTANIAN 193.934.273 226.878.977 250.222.051 272176842 a. Tanaman bahan makanan 104.047.799 121.733.346 134.387.261

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/08/72/Th. XIV, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 31/08/31/Th. X, 14 Agustus 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013 A. PDRB PROVINSI KEPULAUAN RIAU MENURUT LAPANGAN USAHA I. PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN III TAHUN 2013 No. 75/11/21/Th.

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN 2001-2005 Oleh TUTI RATNA DEWI H14103066 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014 SEKTOR BASIS DAN STRUKTUR EKONOMI DI KOTA BANDAR LAMPUNG (An Analysis of Economic s Structure and Bases Sector in Bandar Lampung City) Anda Laksmana, M. Irfan Affandi, Umi Kalsum Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 214/11/21/Th.V, 5 Nopember 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010 PDRB KEPRI TRIWULAN III TAHUN 2010 TUMBUH 1,23 PERSEN PDRB Kepri

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.177/05/21/Th.IV, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010 PDRB KEPRI TRIWULAN I TAHUN 2010 TUMBUH 1,16 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua 42 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA No. 18/05/31/Th. XI, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2009 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series, III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series, dengan periode pengamatan tahun 2007-2011. Data yang digunakan antara lain: 1. Produk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEKTOR SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN BATANGHARI

IDENTIFIKASI SEKTOR SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN BATANGHARI Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.10, No.01,April 2015 IDENTIFIKASI SEKTOR SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN BATANGHARI Dra. Hj. Emilia, ME dan Drs. H. Zulgani, MP*

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 No. 01/07/1221/Th. V, 8 Juli 2013 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013 BPS KABUPATEN ASAHAN No. 01/05/1208/Th. XVII, 26 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Asahan Tahun 2013 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 No. 19/05/31/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang pada umumnya termasuk di Indonesia masih memunculkan adanya dualisme yang mengakibatkan adanya gap atau kesenjangan antara daerah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

Economics Development Analysis Journal

Economics Development Analysis Journal EDAJ 1 (2) (2012) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH MELALUI ANALISIS SEKTOR BASIS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 34/05/21/Th. IX, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014 A. PDRB PROVINSI KEPULAUAN RIAU MENURUT SEKTOR EKONOMI PDRB KEPRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013 No. 09/02/91/Th. VIII, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013 Ekonomi Papua Barat tahun 2013 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 9,30

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN KAMPAR

PENGARUH SUBSEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN KAMPAR PENGARUH SUBSEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN KAMPAR INFLUENCE OF PLANTATION SUBSECTOR TO GROWTH OF ECONOMICS IN SUB-PROVINCE KAMPAR Hira Masesy Yolanda 1, Suardi Tarumun 2, Eliza

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan terlebih dahulu memerlukan berbagai usaha yang konsisten dan terus menerus dari seluruh stakeholders

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009 No. 09/02/15/Th. IV, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi pada tahun meningkat sebesar 6,4 persen dibanding tahun 2008. Peningkatan

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) DAMPAK PERTUMBUHAN SEKTOR EKONOMI BASIS TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI Imelia, Hardiani ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 1 (2016), hal 19 24. ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI Evi Julianti,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 27 / VIII / 16 Mei 2005 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PDB INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2005 TUMBUH 2,84 PERSEN PDB Indonesia pada triwulan I tahun 2005 meningkat sebesar 2,84 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014 No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014 Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012 No. 27/05/72/Thn XV, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTORUNGGULAN DANSTRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTORUNGGULAN DANSTRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTORUNGGULAN DANSTRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI ANALYSIS OF IDENTIFICATION IN THE LEADING SECTORS AND THE ECONOMY STRUCTURE AT KEPULAUAN MERANTI REGENCY Res Tarida

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 No. 01/06/1221/Th. IV, 30 Juli 2012 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2011 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

III.METODE PENELITIAN. rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan III.METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel 1. Potensi Ekonomi Merupakan kemampuan ekonomi yang dimiliki daerah yang mungkin atau layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi sumber

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2012 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV/2012 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan pertumbuhan sebesar

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 11/02/73/Th. VIII, 5 Februari 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN IV 2013 BERKONTRAKSI SEBESAR 3,99 PERSEN Kinerja perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan IV tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 79/11/21/Th.IX, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III PDRB KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TUMBUH 6,15 PERSEN (c to c) PDRB Kepulauan

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam. merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan yang merata dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam. merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan yang merata dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam melaksanakan kegiatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIV, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 TUMBUH 6,5 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2013 tumbuh 5,80 persen. Pada tahun 2013, besaran Produk

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1,no 7 April 2013 Analisis Tipologi Pertumbuhan Sektor Ekonomi Basis dan Non Basis dalam Perekonomian Propinsi Jambi Emilia,

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing di Kota. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

V. PEMBAHASAN Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing di Kota. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi V. PEMBAHASAN 5.1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing di Kota Cimahi Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi penanaman modal asing di Kota Cimahi adalah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota setiap daerah dituntut untuk mampu melakukan rentang kendali dalam satu

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci