Okto Dasa Matra Suharjo NRP Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg
|
|
- Dewi Kusnadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Okto Dasa Matra Suharjo NRP Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg
2 BAB I - Pendahuluan Kondisi Perekonomian Provinsi Jawa Timur Permasalahan Perekonomian Timur di Jawa 1. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada tahun 2012 yakni sebesar 7,5%, melebihi pertumbuhan ekonomi nasional, dan paling tinggi se-indonesia 2. Provinsi Jawa Timur dalam MP3EI dengan penegasan utamanya adalah pada peningkatan ekonomi, hal ini terlihat dengan angka PDRB kedua terbesar di Jawa dan indeks pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia. Berdasarkan indeks williamson, nilai kesenjangan di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2009 berkisar 115,85 dan pada tahun 2012 menjadi 112,92. Pada hakekatnya pembangunan wilayah mempunyai keterkaitan ke belakang (backward linkage) maupun ke depan (forward linkage). Adanya perbedaan potensi dan keunggulan daerah yang beragam di masing-masing 38 kabupaten/kota di Jawa Timur baik dari sisi sektor ekonomi unggulan harus menjadi perhatian dalam pengembangan wilayah. Sektor tersebut haruslah sektor unggulan dan disenergikan dengan sektor lainnya. sektor dikatakan bersinergi apabila pertumbuhan salah satu sektor akan mendorong sektor lain untuk tumbuh.
3 Kesenjangan wilayah yang terjadi di Provinsi Jawa Timur memberikan dampak yang negatif terdapat Jawa Timur. Kesenjangan tersebut didasarakan pada indeks williamson yang yang tergolong tinggi yaitu sebesar 112,92. Perekonomian wilayah bukan lagi merupakan kumpulan sektor-sektor unggulan, melainkan merupakan suatu sistem yang saling berhubungan. Hal tersebut sangat penting sebagai pedoman dalam menggali keterkaitan antar sektor ekonomi Provinsi Jawa Timur. Oleh karena itu penelitian ini bermaksud untuk melakukan pengembangan ekonomi wilayah berdasarkan keterkaitan sektor unggulan dengan sektor ekonomi lainnya di Provinsi Jawa Timur. Berkaitan dengan hal tersebut pertanyaan penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian adalah Bagaimana upaya pengembangan ekonomi wilayah berdasarkan keterkaitan antara sektor unggulan dengan sektor ekonomi lainnya di Provinsi Jawa Timur?
4 Tujuan Melakukan pengembangan ekonomi wilayah berdasarkan keterkaitan sektor unggulan dengan sektor ekonomi lainnya di Provinsi Jawa Timur Sasaran Menganalisis sektor unggulan di Provinsi Jawa Timur Menganalisis keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor unggulan dengan sektor ekonomi lainnya di Provinsi Jawa Timur Merumuskan pengembangan ekonomi wilayah berdasarkan keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor unggulan dengan sektor ekonomi lainnya di Provinsi Jawa Timur
5
6 BAB II Tinjauan Pustaka Sasaran 1. Menganalisis sektor unggulan di Provinsi Jawa Timur 2. Menganalisis keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang sektor unggulan dengan sektor ekonomi lainya di Provinsi Jawa Timur Teori Indikator Pengembangan Wilayah Sektor unggulan Ekonomi Wilayah Variabel 1. Sektor Basis 2. Daya Saing Sektor 3. Pertumbuhan Sektor 4. Progresivitas Sektor 1. Keterkaitan ke depan 2. Keterkaitan ke belakang Keterkaitan sektor ekonomi Keterkaitan antar sektor
7 Sasaran Teori Indikator Variabel 3. Merumuskan Teori terkait pengembangan wilayah, ekonomi wilayah, dan pengembangan keterkaitan sektor ekonomi (mengikuti sasaran pertama dan ekonomi kedua) wilayah berdasarkan keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor unggulan dengan sektor ekonomi lainnya di Provinsi Jawa Timur Sumber: Hasil Tinjauan Pustaka, 2014
8 BAB III Metodologi Penelitian Pendekatan Penelitian > Posivistik Jenis Penelitian > deskriptif kuantitatif Teknik Pengumpulan Data PDRB Kabupaten/Kota se Jawa Timur Tahun PDRB Provinsi Jawa Timur Tahun Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 Teknik Analisis Data Sumber Data: BPS Provinsi Jawa Timur Sasaran Tujuan Analisis Alat Analisis Menganalisis sektor unggulan di Provinsi Jawa Timur Menentukan sektor unggulan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Location Quotient (LQ), Shift-Share (SS), dan Tipologi Klassen Menganalisis keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor unggulan dengan sektor ekonomi lainnya di Provinsi Jawa Timur Mengetahui sektor ekonomi wilayah yang memiliki keterkaitan dengan sektor unggulan Provinsi Jawa Timur Analisis Input-Output (I-O) meliputi keterkaitan ke depan (forward linkage) dan keterkaitan ke belakang (backward linkage) Merumuskan pengembangan ekonomi wilayah berdasarkan keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor unggulan dengan sektor ekonomi lainnya di Provinsi Jawa Timur Merumuskan pengembangan ekonomi wilayah di Provinsi Jawa Timur Analisis Deskriptif
9 No 1. Sasaran Menganalisis sektor unggulan di Provinsi Jawa Timur Indikator Variabel Definisi Operasional Sektor basis Perbandingan nilai produksi masingmasing sektor antara kabupaten/kota dengan Provinsi Jawa Timur, jika LQ>1 maka sektor tersebut termasuk sektor basis Daya saing sektor Perbandingan nilai produksi masingmasing sektor pada tahun awal dan akhir antara kabupaten/kota dengan Provinsi Jawa Timur, jika PPW>0 maka sektor tersebut memiliki daya saing baik Sektor Unggulan
10 No 1. Sasaran Menganalisis sektor unggulan di Provinsi Jawa Timur Indikator Variabel Definisi Operasional Pertumbuhan sektor Perbandingan nilai produksi masingmasing sektor pada tahun awal dan akhir antara kabupaten/kota dengan Provinsi Jawa Timur, jika PP>0 maka tingkat pertumbuhan relatif baik. Progresivitas sektor Hasil penjumlahan nilai PP+PPW, jika PB>0 maka pertumbuhannya termasuk ke dalam kelompok progresif (maju) Sektor Unggulan
11 No Sasaran Menganalisis keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor unggulan dengan sektor ekonomi lainnya di Provinsi Jawa Timur Merumuskan pengembangan ekonomi wilayah berdasarkan keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor unggulan dengan sektor ekonomi lainnya di Provinsi Jawa Timur Indikator Variabel Definisi Operasional Keterkaitan ke depan Besarnya nilai output sektor tertentu yang digunakan sebagai input sektor lainnya Keterkaitan ke belakang Besarnya nilai input sektor tertentu yang menggunakan output sektor lainnya Keterkaitan antar sektor Hasil Sasaran 1 Sektor unggulan di Provinsi Jawa Timur Hasil Sasaran 2 Keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor unggulan dengan sektor ekonomi lainnya Sumber: Penulis, 2014 Penggabungan intreprestasi hasil sasaran pertama dan kedua
12 Sumber: Penulis, 2014
13 BAB IV Hasil dan Pembahasan Analisis Sektor Unggulan di Provinsi Jawa Timur
14 4.2.1 Analisis Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Hasil Perhitungan Forward Linkage Sektor 1 2 0, , ,0844 1, ,9384 0, ,9222 0, ,9710 1, ,9615 0, ,0252 1, ,9269 0,9768 Sumber: Hasil Analisis, ,0348 1,0617 0,7707 0,7172 1,0441 0,8516 0,8812 0, ,0426 0,8531 1,2293 1,0182 0,8465 1,0033 1,0810 0, ,0778 1,0753 1,2828 0,9818 1,0707 1,0184 1,0765 0, ,0290 0,9904 1,1535 0,9559 0,9293 0,9941 1,0343 0, ,0385 1,0069 1,1484 0,9967 0,9816 1,0059 1,0371 0, ,9748 0,9226 1,1188 0,9190 0,9235 0,9657 0, ,0731 1,0232 1,2447 1,0069 1,0102 1,0683 1,0327 1,0800 0,9200 Keterangan: Tabel dibaca ke samping Kode 1: Sektor Pertanian. 2. Pertambangan dan Penggalian. 3. Industri Pengolahan. 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih. 5. Konstruksi. 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran. 7. Pengangkutan dan Komunikasi. 8. Keuangan, Persweaan, dan Jasa Perusahaan. 9. Jasa-Jasa
15 Tabel di atas dibaca ke samping, sebagai contoh sektor pertanian (kode 1) dengan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (kode 6) dengan nilai 1,0290 yang berarti kenaikan satu unit permintaan akhir sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyebabkan output sektor pertanian meningkat sebesar 1,0290 unit. Dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa seluruh sektor memiliki keterkaitan ke depan dengan sektor lainnya. Namun, dalam penelitian ini adalah sektor yang memiliki keterkaitan relatif kuat (FL>1). Tabel berikut ini akan menjelaskan sektor-sektor yang memiliki keterkaitan relatif kuat dan gambaran mengenai keterkaitan ke depan relatif kuat sektor unggulan di Provinsi Jawa Timur dengan sektor ekonomi lainnya. Seperti yang sudah dijelaskan pada gambaran umum, sektor unggulan Provinsi Jawa Timur adalah sektor Pertanian; Industri Pengolahan; dan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran.
16 Tabel Keterkaitan ke Depan Relatif Kuat
17 Gambaran Keterkaitan ke Depan Relatif Kuat Sektor Unggulan dengan Sektor Ekonomi Lainnya
18 Hasil Perhitungan Backward Linkage Sektor ,9747 1,1055 0,9810 0,9875 0,9793 0,9443 1,0220 0, ,9923 1,1192 0,9586 1,0446 0,9981 0,9725 0,8808 0,9934 Sumber: Hasil Analisis, ,0190 1,0264 1,0447 1,0153 0,9109 0,8430 1,0582 0, ,8945 0,9553 1,0414 0,9675 0,9807 0,9602 1,0428 0, ,0125 0,9554 0,9847 1,0325 0,9677 0,9795 0,9548 1, ,0207 1,0019 1,0891 1,0193 1,0323 0,9647 1,0622 1, ,0557 1,0275 1,1570 1,0199 1,0205 1,0353 1,1001 1, ,9780 0,9736 1,0452 0,9572 0,9418 0,9378 0, ,0151 1,0066 1,0340 1,0050 0,9871 0,9675 0,9626 1,0546 0,9454 Keterangan: Tabel dibaca ke samping Kode 1: Sektor Pertanian. 2. Pertambangan dan Penggalian. 3. Industri Pengolahan. 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih. 5. Konstruksi. 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran. 7. Pengangkutan dan Komunikasi. 8. Keuangan, Persweaan, dan Jasa Perusahaan. 9. Jasa-Jasa
19 Tabel di atas dibaca ke samping, sebagai contoh sektor industri pengolahan (kode 3) dengan sektor pertanian (kode 1) dengan nilai 1,0155 yang berarti jika permintaan akhir sektor pertanian meningkat satu unit, maka sektor industri pengolahan dapat memenuhi permintaan akhir sebesar 1,0155 unit. Dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa seluruh sektor memiliki keterkaitan ke belakang dengan sektor lainnya. Namun, dalam penelitian ini adalah sektor yang memiliki keterkaitan relatif kuat (BL>1). Tabel berikut ini akan menjelaskan sektor-sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang relatif kuat dan gambaran mengenai keterkaitan ke belakang relatif kuat sektor unggulan di Provinsi Jawa Timur dengan sektor ekonomi lainnya. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sektor unggulan Provinsi Jawa Timur adalah sektor Pertanian; Industri Pengolahan; dan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran.
20 Tabel Keterkaitan ke Belakang Relatif Kuat
21 Gambaran Keterkaitan ke Belakang Relatif Kuat Sektor Unggulan dengan Sektor Ekonomi Lainnya
22 4.2.3 Perumusan Pengembangan Ekonomi Wilayah Berdasarkan Keterkaitan Sektor Unggulan dengan Sektor Ekonomi Lainnya Dalam pengembangan ekonomi wilayah ini sektor yang digunakan adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor industri pengolahan; dan sektor pertanian. Ketiga sektor ini merupakan sektor unggulan Provinsi Jawa Timur dan juga memiliki kontribusi terbesar dalam perekonomian wilayah Jawa Timur. Ketiga sektor ini diharapkan mampu mendorong sektor lain untuk berkembang yang nantinya mampu meningkatkan perekonomian masing-masing kabupaten/kota dan juga mampu meminimalkan kesenjangan wilayah yang terjadi di Jawa Timur. Ketiga sektor tersebut nanti dikaitkan dengan sektor yang memiliki keterkaitan relatif kuat, baik forward linkage maupun backward linkage yang diinterpretasikan ke dalam peta. Pengembangan ekonomi wilayah ini menggunakan keterkaitan wilayah yang diperoleh dari keterkaitan antar sektor yang telah dianalisis pada sub-bab sebelumnya.
23 Keterkaitan wilayah tersebut merupakan keterkaitan yang efisien berdasarkan aksesbilitas, kebutuhan, dan ketersediaan infrastruktur antar kabupaten/kota. Keterkaitan menjadi efisien karena jarak yang berdekatan, karena jarak yang berdekatan ini menghemat biaya transportasi dan menghemat waktu. Selain itu, keterkaitan menjadi efisien karena kebutuhan, karena keterkaitan yang terjadi didasarkan karena adanya kebutuhan yang saling melengkapi antar dua wilayah atau lebih. Selanjutnya, ketersediaan infrastruktur yang menyebabkan keterkaitan tersebut terjadi karena adanya akses antar kabupaten/kota yang memudahkan proses produksi, distribusi, maupun konsumsi
24 BAB V - Penutup Sektor unggulan kabupaten/kota yang diperoleh dari hasil perhitungan analisis location quotient dan shift-share menunjukkan bahwa masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur memiliki potensi ekonomi yang beragam. Hampir seluruh kabupaten/kota memiliki sektor unggulan yang nantinya diharapkan mampu menjadi penggerak perekonomian kabupaten/kota tersebut dan Provinsi Jawa Timur. Hasil perhitungan analisis input-output meliputi keterkaitan ke depan (forward linkage) dan keterkaitan ke depan (backward linkage) menunjukkan bahwa seluruh sektor ekonomi memiliki keterkaitan dengan sektor ekonomi lainnya, namun keterkaitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sektor yang memiliki keterkaitan relatif kuat (FL>1 atau BL>1). Untuk sektor unggulan Provinsi Jawa Timur, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran; industri pengolahan; dan sektor pertanian memiliki keterkaitan relatif kuat dengan beberapa sektor yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Sektor perdagangan, hotel, dan restoran, memiliki keterkaitan ke depan relatif kuat dengan sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, konstruksi, pengangkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa. Sedangkan untuk keterkaitan ke belakang hanya dengan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor Industri Pengolahan memiliki keterkaitan ke depan relatif kuat dengan seluruh sektor. Sedangkan untuk keterkaitan ke belakang, hanya sektor konstruksi yang tidak memiliki keterkaitan relatif kuat dengan sektor industri pengolahan. Sektor Pertanian memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang relatif kuat dengan sektor industri pengolahan; konstruksi; perdagangan, hotel, dan restoran; pengangkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa.
25 3. Rumusan pengembangan ekonomi wilayah berdasarkan keterkaitan sektor unggulan dengan sektor ekonomi lainnya dilakukan melalui keterkaitan wilayah. Sektor yang digunakan dalam pengembangan ekonomi wilayah ini adalah sektor unggulan Provinsi Jawa Timur, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Industri Pengolahan; dan Sektor Pertanian. Keterkaitan wilayah tersebut berdasarkan keterkaitan sektor yang diperoleh dari analisis input-ouput meliputi keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang relatif kuat yang diinterpretasikan ke dalam peta.
26 Peningkatan sektor unggulan yang merupakan penggerak perekonomian masing-masing kabupaten/kota. Dengan pengembangan sektor unggulan ini diharapkan mampu meningkatkan perkonomian masing-masing kabupaten/kota dan Provinsi Jawa Timur pada umumnya. Peningkatan peran sektor unggulan bagi perekonomian kabupaten/kota maupun perekonomian wilayah Provinsi Jawa Timur, dapat dilakukan dengan membangun keterkaitan wilayah kabupaten/kota. Dari keterkaitan wilayah tersebut dapat dilakukan kerjasama wilayah yang menjadi upaya dalam pertumbuhan ekonomi masing-masing kabupaten/kota. Kerjasama tersebut didasarkan pada potensi sektor ekonomi masing-masing kabupaten/kota, keterkaitan sektor ekonomi, serta keterkaitan wilayah yang sudah dijelaskan pada rumusan pengembangan ekonomi wilayah. Dari keterkaitan wilayah tersebut dapat diciptakan sebuah kerjasama antar wilayah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kerjasama wilayah ini adalah aksesbilitas, kebutuhan, dan infrastruktur sehingga kerjasama wilayah yang dihasilkan akan efisien. Menarik investor baik dalam negeri maupun luar negeri. Pentingnya menarik investor untuk menanamkan modalnya di Provinsi Jawa Timur. Menurut Tarigan (2005) pertumbuhan ekonomi bersumber dari tiga hal, yaitu investasi, perbaikan metode kerja, dan peningkatan kerajinan kerja atau jam kerja. Kegiatan investasi dapat berupa investasi untuk kegiatan baru ataupun perluasan dari usaha yang telah ada. Investasi tersebut lebih baik jika investasi pada sektor unggulan yang ada di masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, karena investasi utama yang ada di Indonesia banyak terjadi pada sektor-sektor basis atau sektor unggulan.
27 1. 2. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan tidak hanya menghitung keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang, namun juga dihitung pengganda output (output multiplier), pengganda pendapatan (income multiplier), dan pengganda lapangan kerja (labour multiplier). Untuk mendapatkan hasil keterkaitan antar sektor maupun mendapatkan sektor unggulan yang lebih mendetail, penelitan lebih lanjut dapat dilakukan dengan menggunakan matriks 66x66 sektor atau 110x110 sektor karena dengan matriks tersebut tidak hanya diketahuinya sektor unggulan, namun dapat juga diketahui komoditas/produk unggulan, selain itu juga dapat diketahui keterkaitan antar produk/komoditas.
28 SEKIAN DAN TERIMA KASIH Surabaya, 4 Juli 2014 Okto Dasa Matra Suharjo Institut Teknologi Sepuluh Nopember okto.dasa@gmail.com Copyright 2014 by Okto Dasa Matra Suharjo. All rights reserved
Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Okto Dasa Matra Suharjo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciIVAN AGUSTA FARIZKHA ( ) TUGAS AKHIR PW PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH MELALUI KETERKAITAN SEKTORAL DI KABUPATEN LUMAJANG
IVAN AGUSTA FARIZKHA (3609100035) TUGAS AKHIR PW09-1328 PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH MELALUI KETERKAITAN SEKTORAL DI KABUPATEN LUMAJANG Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic. Rer.Reg.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.
43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu faktor penting dalam perencanaan pembangunan daerah adalah membangun perekonomian wilayah tersebut agar memiliki daya saing yang tinggi agar terus
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN
164 BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN Adanya keterbatasan dalam pembangunan baik keterbatasan sumber daya maupun dana merupakan alasan pentingnya dalam penentuan sektor
Lebih terperinciPERAN INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK BUMI MELALUI PEMBANGUNAN KILANG MINI DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN
PERAN INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK BUMI MELALUI PEMBANGUNAN KILANG MINI DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN Eny Sulistyaningrum Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Latar Belakang Kondisi produksi
Lebih terperinciBoks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007
Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,
29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat
Lebih terperinciV. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN
V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN Pembangunan perekonomian suatu wilayah tentunya tidak terlepas dari kontribusi dan peran setiap sektor yang menyusun perekonomian
Lebih terperinciII PENDAHULUAN PENDAHULUAN
I II PENDAHULUAN PENDAHULUAN Pembangunan dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang tergantung dari sudut pandang apa yang digunakan oleh orang tersebut. Perbedaan cara pandang mengenai proses pembangunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dharmawan (2016) dalam penelitiannya tentang Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengembangan Sektor Potensial Di Kabupaten Pasuruan Tahun 2008-2012 dengan
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1
HALAMAN SAMPUL DEPAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis perekonomian
76 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis perekonomian kabupaten/kota di DIY dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil analisis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan
Lebih terperinciPemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul
Sumber: BPS Kabupaten Bantul. 5,93% 6,67% 18,53% 13,28% PDRB Tahun 2003 Kabupaten Bantul 8,16% 0,77% 25,15% 20,33% 1,18% 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,
Lebih terperinciKlaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 23373539 (23019271 Print) 1 Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh Adinda Putri Siagian dan Eko Budi
Lebih terperinciBAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, dilakukan beberapa macam analisis, yaitu analisis angka pengganda, analisis keterkaitan antar sektor, dan analisis dampak pengeluaran pemerintah terhadap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Teori Basis Ekonomi Teori basis ekonomi menyatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya penigkatan ekspor dari wilayah
Lebih terperinciPENGARUH PELABUHAN TANJUNG TEMBAGA TERHADAP PEREKONOMIAN KAWASAN HINTERLAND
PENGARUH PELABUHAN TANJUNG TEMBAGA TERHADAP PEREKONOMIAN KAWASAN HINTERLAND MEI MAYASARI 3607100022 Dosen Pembimbing: Dr. Ing. Ir. Haryo Sulistiyarso Outline.. 1 2 3 4 5 PENDAHULUAN KAJIAN PUSTAKA METODE
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan pemerintah daerah bersama dengan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul periode , maka dapat disimpulkan bahwa:
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap sektor ekonomi di Kabupaten Bantul periode 2010-2015, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Dari hasil perhitungan analisis Location
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi yang diidentifikasi dalam penelitian ini Provinsi Sulawesi Utara dan kabupaten Bolaang Mongondow dan waktu yang dibutuhkan dalam pengumpulan data ini
Lebih terperinciMODEL PENGEMBANGAN WILAYAH UNTUK PEMBANGUNAN PELABUHAN (Studi Kasus:Pantai Selatan Jawa Timur)
UJIAN TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN BIDANG STUDI TRANSPORTASI LAUT DAN LOGISTIK MODEL PENGEMBANGAN WILAYAH UNTUK PEMBANGUNAN PELABUHAN (Studi Kasus:Pantai Selatan Jawa Timur) Oleh Wahyu Putra Gantara
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan
III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang pada umumnya termasuk di Indonesia masih memunculkan adanya dualisme yang mengakibatkan adanya gap atau kesenjangan antara daerah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan tolak ukur perekonomian suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam.
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam. Dalam hal ini pembangunan wilayah menjadi sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengembangan sumber daya mineral yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan dapat mendukung bagi perekonomian
Lebih terperinciAPLIKASI INPUT OUTPUT
APLIKASI INPUT OUTPUT Selama ini sebagian besar perencanaan pembangunan ekonomi daerah masih bersifat parsial dan belum dapat mendeteksi bagaimana dampak investasi pada suatu sektor terhadap struktur perekonomian
Lebih terperinciKAJIAN FUNGSI DAN PERAN KOTA DAN KABUPATEN DI BIDANG EKONOMI DALAM PENYELENGGARAAN METROPOLITAN CIREBON RAYA
PLANO MADANI VOLUME 6 NOMOR 1, APRIL 2017, 36-45 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973 KAJIAN FUNGSI DAN PERAN KOTA DAN KABUPATEN DI BIDANG EKONOMI DALAM PENYELENGGARAAN METROPOLITAN CIREBON RAYA Ade
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON
BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON 4.1 Analisis Struktur Ekonomi Dengan struktur ekonomi kita dapat mengatakan suatu daerah telah mengalami perubahan dari perekonomian
Lebih terperinciEVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)
EKO-REGIONAL, Vol 1, No.1, Maret 2006 EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2) 1) Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan Ekonomi Pembangunan adalah suatu proses yang mengalami perkembangan secara cepat dan terus-merenus demi tercapainya kesejahteraan masyarakat sampai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel merupakan suatu objek yang diteliti atau menjadi fokus perhatian dalam sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam
Lebih terperinciLampiran 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 (Jutaan Rupiah)
118 Lampiran 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 (Jutaan Rupiah) a. Propinsi Lampung Sektor Provinsi Lampung (Vi) 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Pertanian 10871433 11318866
Lebih terperinciLampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo
Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo Lampiran 2. Perhitungan Tipologi Klasen Pendekatan Sektoral Kabupaten Karo Tahun 2006 ADHK 2000 No Lapangan Usaha / Sektor Laju Pertumbuhan S 2006 2007
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kulon Progo yang merupakan salah satu dari lima kabupaten/kota yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sektor-sektor
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang
Lebih terperinciPenentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 C-33 Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Ajeng Nugrahaning Dewanti dan
Lebih terperinciSumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah
48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Analisis pertumbuhan ekonomi wilayah ini bertujuan untuk melihat pola atau klasifikasi perkembangan keterkaitan antara tingkat pertumbuhan
Lebih terperinciANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK
ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK Khusnul Khatimah, Suprapti Supardi, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Model Rasio Pertumbuhan Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) adalah salah satu alat yang digunakan untuk melakukan analisis alternatif guna mengetahui potensi kegiatan
Lebih terperinciSebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di
120 No. 1 2 3 4 Tabel 3.5 Kegiatan Pembangunan Infrastruktur dalam MP3EI di Kota Balikpapan Proyek MP3EI Pembangunan jembatan Pulau Balang bentang panjang 1.314 meter. Pengembangan pelabuhan Internasional
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan klasifikasi tipologi kabupaten/kota dan analisis autokorelasi
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Simpulan 1. Berdasarkan klasifikasi tipologi kabupaten/kota dan analisis autokorelasi spasial maka yang menjadi kutub pertumbuhan adalah Kota Medan. Karakteristik utama yang
Lebih terperinciPRESENTASI TUGAS AKHIR RI 1592
PRESENTASI TUGAS AKHIR RI 1592 Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian di Wilayah Jawa Timur dengan Menggunakan Analisa Input-Output (Kata Kunci: Analisis Input-Output, Sektor Perekonomian, Jawa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Barat yang terdiri dari 14 (empat belas) kabupaten/kota (Gambar 3.1) dengan menggunakan data sekunder
Lebih terperinciANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI
Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 1 (2016), hal 19 24. ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI Evi Julianti,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan. Pemahaman
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN ANDALAN PROBOLINGGO- PASURUAN-LUMAJANG MELALUI PENDEKATAN PENINGKATAN EFISIENSI
TUGAS AKHIR RP09-1333 1 PENGEMBANGAN KAWASAN ANDALAN PROBOLINGGO- PASURUAN-LUMAJANG MELALUI PENDEKATAN PENINGKATAN EFISIENSI REZA PURBA ADHI NRP 3608 100 050 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen
No. 26/05/75/Th. VI, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen PDRB Gorontalo pada triwulan I tahun 2012 naik sebesar 3,84 persen dibandingkan triwulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pariwisata Dan Wisatawan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata adalah kegiatan melaksanakan perjalanan untuk memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, mencari kepuasan, mendapatkan kenikmatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama negara berkembang. Pembangunan ekonomi dicapai diantar anya dengan melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan
60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang
Lebih terperinciPEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI MALUKU
PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI MALUKU PENTINGNYA PEMETAAN SEKTOR EKONOMI Undang-Undang No 32 tahun 2004 telah memberikan ruang seluas-luasnya kepada pemerintah
Lebih terperinciANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1
ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN 2003 2013 Chrisnoxal Paulus Rahanra 1 c_rahanra@yahoo.com P. N. Patinggi 2 Charley M. Bisai 3 chabisay@yahoo.com Abstrak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Wilayah Perkembangan wilayah merupakan salah satu aspek yang penting dalam pelaksanaan pembangunan. Tujuannya antara lain untuk memacu perkembangan sosial ekonomi dan
Lebih terperinciAnalisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :
1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciPERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERBASIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SIDOARJO
PERUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERBASIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SIDOARJO Nida Farikha 1),Erwin Widodo 2), Ketut Gunarta 3) 1),2),3 ) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN
BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari semua hasil pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Hasil analisis Model Rasio Pertumbuhan
Lebih terperinciJURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:
JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 219-228 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB (Studi Kasus BPS Kabupaten Kendal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota setiap daerah dituntut untuk mampu melakukan rentang kendali dalam satu
Lebih terperinciProduk Domestik Regional Bruto
Tabel 9.1 : PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2007 2010 (Rp. 000) 1. PERTANIAN 193.934.273 226.878.977 250.222.051 272176842 a. Tanaman bahan makanan 104.047.799 121.733.346 134.387.261
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI
RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor
Lebih terperinciDAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA
Lebih terperinciLAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ACARA VI ANALISIS EKONOMI II. Disusun Guna Memenuhi Tugas Perencanaan Wilayah Dosen pengampu : Rita Noviani, S.Si, M.
LAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ACARA VI ANALISIS EKONOMI II Disusun Guna Memenuhi Tugas Perencanaan Wilayah Dosen pengampu : Rita Noviani, S.Si, M.Sc Disusun Oleh : Bhian Rangga JR K 5410012 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan rangkuman
Lebih terperinciBOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)
BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) IRIO memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa analisa. Kemampuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Ekonomi Daerah Wilayah adalah kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional yang berfokus pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto
Lebih terperinciANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIDOARJO DI WILAYAH GERBANGKERTOSUSILA
ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIDOARJO DI WILAYAH GERBANGKERTOSUSILA JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Rachmati Toshima Yasin 115020100111068 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya sehingga dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara berkembang hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi yang mengakibatkan lambatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi statistik yang akurat dan tepat waktu. Informasi tersebut selain menunjukkan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan implementasi serta bagian integral dari pembangunan nasional. Dengan kata lain, pembangunan nasional tidak akan lepas dari peran
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN MOTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI...
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.I, 15 Nopember 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2007 TUMBUH 0,7 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijadikan kota jasa, hal tersebut tentunya sejalan dengan kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DKI Jakarta, sebagai kota terbesar di Indonesia direncanakan akan dijadikan kota jasa, hal tersebut tentunya sejalan dengan kondisi perekonomian DKI Jakarta
Lebih terperinciTabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)
3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1
Lebih terperinciDinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja
Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso
Lebih terperinciANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN
ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN 2001-2005 Oleh TUTI RATNA DEWI H14103066 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN
Lebih terperinci