HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA-SISWI PESANTREN X DI BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA-SISWI PESANTREN X DI BOGOR"

Transkripsi

1 HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA-SISWI PESANTREN X DI BOGOR Putri Aliyah Bina Nusantara University, Jl. Kemanggisan Ilir No. 45 Kemanggisan Palmerah, Jakarta 11480, Tel: (+62-21) /Fax: (+62-21) , aliyathebe@yahoo.com Putri Aliyah, Rani Agias Fitri, S.Psi., M.Psi ABSTRACT The purpose of this research is to see whether there is a relationship between extrovert and introvert personality type with assertive behavior on students of X boarding school in Bogor. Subjects studied were teenage boarding school from age 13 to 17 years. Sampling method in this research used nonprobability sampling. Measuring instruments used to measure the extrovert and introvert personality type is an adaptation of the PSI (Personal Style Inventory), while for assertive behavior measurement tool itself is constructed from aspects of assertive behavior. The results achieved on the hypothesis test an extrovert with assertive behavior is (p = 0.733, p> 0.05), while for introverts with assertive behavior is (p = 0.367, p> 0.05), the second analysis showed that Ho accepted and Ha is rejected, which means there is no significant relationship between extrovert and introvert personality type with assertive behavior. (PA) Keywords: Extrovert, introvert, assertive behavior ABSTRAK Tujuan penelitian ini ialah melihat apakah ada hubungan antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dengan perilaku asertif pada siswa dan siswi Pesantren X di Bogor. Subjek yang diteliti yaitu remaja pesantren dari usia 13 sampai 17 tahun. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Nonprobability Sampling. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tipe kepribadian ekstrovert dan introvert adalah adaptasi dari PSI (Personal Style Inventory), sedangkan untuk perilaku asertif meggunakan alat ukur yang dikonstruk sendiri dari aspek-aspek perilaku asertif. Hasil yang dicapai pada uji hipotesa antara ekstrovert dengan perilaku asertif adalah (p=0,733, p>0,05), sedangkan untuk introvert dengan perilaku asertif adalah (p=0,367, p>0,05), kedua analisa tersebut menunjukkan bahwa Ho diteriman dan Ha ditolak, yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dengan perilaku asertif. (PA) Kata Kunci: Ekstrovert, introvert, perilaku asertif PENDAHULUAN Masa remaja merupakan suatu periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist & Feist, 2006), remaja berada pada tahap identity versus identity confusion. Menurutnya, pencarian identitas ego mencapai klimaks selama masa remaja. Remaja akan berusaha untuk mencari tahu siapa dirinya. Pencarian identitas diri ini mendorong remaja untuk melakukan

2 eksplorasi, remaja yang tidak mampu mengeksplorasi pengalaman hidup dan citra dirinya kedalam suatu identitas yang konsisten akan mengalami difusi peran, serta akan timbul kebingungan (Feist & Feist, 2006). Akibat dari kebingungan yang dialami, banyak remaja yang sering terlibat hal negatif, yaitu kenakalan remaja (Sunaryo, 2002). Menurut Nunally dan Hawari (dalam Marini & Andriani, 2005) penyebab para remaja terjerumus ke hal-hal negatif seperti tawuran, narkoba, seks bebas, pencurian dan lain-lain salah satunya disebabkan karena kepribadian yang lemah. Ciri-ciri kepribadian yang lemah diantaranya rendahnya daya tahan terhadap tekanan, harga diri yang rendah, kurang bisa mengekspresikan diri, sulit menerima umpan balik, kurang bisa menyampaikan kritik, sukar menghargai hak dan kewajiban, kurang bisa mengendalikan emosi dan agresivitas serta tidak dapat mengatasi masalah dan konflik dengan baik, yang erat kaitannya dengan asertivitas (Marini & Andriani, 2005). Asertivitas merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan secara jujur, tidak menyakiti orang lain dan menyakiti diri sendiri serta mendapatkan apa yang seseorang inginkan (Jay, 2007). Menurut Rathus dan Nevid (1983) asertif adalah tingkah laku yang menampilkan keberanian untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan, dan pikiran-pikiran apa adanya, mempertahankan hak-hak pribadi, serta menolak permintaan-permintaan yang tidak masuk akal dari figur otoritas dan standar-standar yang berlaku pada suatu kelompok. Menurut Alberti dan Emmons (dalam Marini & Andriani, 2005) perilaku asertif lebih adaptif daripada perilaku pasif atau perilaku agresif. Hal ini dapat terjadi karena perilaku asertif menyebabkan dimilikinya harga diri yang tinggi dan hubungan interpersonal yang memuaskan, karena perilaku asertif memungkinan orang untuk mengemukakan apa yang diinginkan secara langsung dan jelas sehingga menimbulkan rasa senang dalam diri pribadi dan orang lain. Remaja perlu berperilaku asertif agar dapat mengurangi stres ataupun konflik yang dialami sehingga tidak melarikan diri ke hal-hal negatif (Marini & Andriani, 2005). Perlunya pengembangan kepribadian pada remaja, seperti perilaku asertif, menjadi perhatian bagi sekolah. Sekolah yang bersifat keagamaan kental dengan pengembangan kepribadian. Menurut Feisal (1995), sekolah yang bersifat keagamaan seperti pesantren mempunyai tujuan untuk pengembangan kepribadian. Salah satu pesantren yang memperhatikan pengembangan diri siswanya adalah Pesantren X di Bogor (Widiarti, 2013). Siswa dan siswi yang biasa disebut dengan santriwan dan santriwati di Pesantren X ini sangat kental dengan Aqidah dan Akhlak, dalam arti santriwan dan santriwati diajarkan untuk bertingkah laku, bermoral, dan mempunyai budi pekerti yang baik. Hal ini menjadi landasan Pesantren X dalam membentuk suatu pengembangan diri santriwan dan santriwati. Di Pesantren X dikembangkan beberapa kegiatan ekstrakurikuler wajib, yaitu muhadharah dan jurnalistik. Kegiatan tersebut menurut Widiarti (2013) bertujuan untuk pengembangan diri santriwan dan santriwati Pesantren X. Kegiatan muhadharah merupakan kegiatan dimana siswa dilatih untuk melakukan ceramah, pidato, mengaji, dan MC. Melalui kegiatan muhadharah, siswa dilatih untuk berkomunikasi, mengemukakan pendapatnya dengan baik, mendidik santri menguasai public speaking, serta berani tampil berbicara di depan pendengar (Widiarti, 2013). Hal ini sesuai dengan ciri-ciri perilaku asertif yang diungkapkan Lange dan Jakubowski (1978) bahwa seorang yang asertif dapat berani mengemukakan pendapat secara langsung, perilaku asertif memungkinkan individu mengkomunikasikan perasaan, pikiran, dan kebutuhan lainnya secara langsung dan jujur. Sedangkan kegiatan jurnalistik merupakan kegiatan dimana siswa dilatih untuk dapat berbicara dengan baik dan dapat menempatkan perilaku yang tepat dihadapan narasumber ketika sedang wawancara (Widiarti, 2013). Hal ini sesuai dengan aspek perilaku asertif yang diungkapkan oleh Eisler, Miller, Hersen, Johnson, dan Pinkton (dalam Martin & Poland, 1980), yaitu non verbal behavior, dimana seseorang yang asertif mampu menempatkan ekspresi wajah, kontak mata, jarak fisik, isyarat badan dan sikap tubuh. Serta aspek latency of response, dimana seorang yang asertif mampu memberikan jarak waktu antara akhir ucapan seseorang sampai giliran kita untuk memulai berbicara. Asertivitas akan berkembang dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana salah satunya adalah tipe kepribadian (Rathus & Nevid, 1983). Menurut Jung terdapat berbagai tipe kepribadian, yang terbentuk dalam dua sikap, yaitu introvert dan ekstrovert (Feist & Feist, 2006). Menurut Jung (dalam Feist & Feist, 2006) ekstrovert berarti mengarahkan energi psikis ke luar dan berorientasi kepada objek dan jauh dari subjektif. Seorang dengan kepribadian ekstrovert lebih dipengaruhi oleh sekeliling mereka daripada dunia dalam diri mereka. Sedangkan introvert (Feist & Feist, 2006) berarti mengalihkan energi psikis ke dalam diri yang bersifat

3 subyektif dalam memandang dunia. Seorang dengan kepribadian introvert hidup di dunia dalam diri mereka sendiri bersama dengan bias, khayalan, mimpi, dan persepsi individual mereka. Mereka juga menerima dan mempersepsi dunia eksternal, tetapi mereka melakukannya secara selektif dan dengan pandangan subjektif mereka. Ciri kepribadian ekstrovert menurut Eysenck (dalam Feist & Feist 2006) antara lain mudah bersosialisasi, lincah, aktif, periang, terbuka, dominan, berani, humoris, optimis, dan impulsif. Sedangkan kepribadian introvert mempunyai ciri antara lain tenang, pasif, tidak suka bersosialisasi, hati-hati, pendiam, bijaksana, pesimis, damai, tenang, dan terkendali. Kepribadian ekstrovert sering diasosiasikan dengan perilaku asertif. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Arfaniyah (2012) bahwa remaja dengan tipe kepribadian ekstrovert lebih asertif dibanding remaja dengan tipe kepribadian introvert. Salah satu ciri dari kepribadian ekstrovert tersebut sejalan dengan karakteristik asertif. Menurut Eysenck (dalam Feist & Feist 2006) seorang dengan kepribadian ekstrovert adalah seorang yang terbuka, sedangkan menurut Jay (2007) asertif dikarakteristikkan sebagai seorang yang dapat mengkomunikasikan apa yang diinginkan secara jujur. Ketika seorang dengan kepribadian ekstrovert yang terbuka, maka akan mudah baginya untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan secara jujur. Namun tidak selalu orang yang ekstrovert akan mudah menjadi asertif, karena terdapat beberapa ciri kepribadian introvert yang sejalan dengan perilaku asertif. Menurut Eysenck (dalam Feist & Feist 2006) seorang dengan kepribadian introvert adalah seorang yang hati-hati dan mempunyai kontrol diri. Sedangkan menurut Jay (2007) asertif di karakteristikan sebagai seorang yang mampu berbicara dengan tidak menyakiti hati orang lain. Ketika seorang dengan kepribadian introvert yang berhati-hati dan mempunyai kontrol diri, maka mereka akan mampu berbicara tanpa menyakiti hati orang lain. Mengingat pentingnya perilaku asertif bagi remaja, termasuk pada siswa dan siswi di Pesantren X di Bogor, maka peneliti ingin mengetahui keterkaitan kepribadian ekstrovert dengan perilaku asertif, serta keterkaitan antara kepribadian introvert dengan perilaku asertif pada siswa dan siswi Pesantren X di Bogor. Tipe kepribadian sendiri memiliki peran terhadap perilaku asertif, sehingga dengan mengetahui keterkaitan antara ekstrovert dengan introvert diharapkan dapat diberikan metode pengembangan perilaku asertif yang berbeda sesuai dengan tipe kepribadiannya. LANDASAN TEORI Jung berpendapat bahwa introvert adalah membalikkan energi psikis kedalam sebuah orientasi terhadap subjektivitas. Orang-orang yang introvert selalu mendengarkan perasaan batinnya, dan mempunyai persepsi sendiri. Mereka tetap bersentuhan dengan dunia luar, namun mereka lebih selektif untuk memilih dunia mana yang tepat dan di dasarkan pada pandangan subjektif mereka. Sedangkan ekstrovert adalah sikap yang mengarahkan energi psikis keluar sehingga seseorang diorientasikan menuju sesuatu yang objektif, dan menjauh dari yang subjektif. Orang-orang yang ekstrovert lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar mereka daripada dunia batin mereka sendiri. Mereka cenderung fokus kepada sikap objektif dan merepresi sikap subjektifnya (Feist & Feist, 2006). Menurut Rathus dan Nevid (1983) asertif adalah tingkah laku yang menampilkan keberanian untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan, dan pikiran-pikiran apa adanya, mempertahankan hak-hak pribadi, serta menolak permintaan-permintaan yang tidak masuk akal dari figur otoritas dan standarstandar yang berlaku pada suatu kelompok. Adapun aspek-aspek perilaku asertif menurut Menurut Eisler, Miller, Hersen, Johnson, & Pinkton (dalam Martin & Poland, 1980) diantaranya: 1. Compliance Berkaitan dengan usaha seseorang untuk menolak atau tidak sependapat dengan orang lain. Yang perlu ditekankan di sini adalah keberanian seseorang untuk mengatakan tidak pada orang lain jika memang itu tidak sesuai dengan keinginannya. 2. Duration of Reply Merupakan lamanya waktu bagi seseorang untuk mengatakan apa yang dikehendakinya, dengan menerangkannya pada orang lain. Eisler dkk (dalam Martin & Poland, 1980) menemukan bahwa orang yang tingkat asertifnya tinggi memberikan respon yang lebih lama (dalam arti lamanya waktu yang digunakan untuk berbicara) daripada orang yang tingkat asertifnya rendah. 3. Loudness

4 Berbicara dengan lebih keras biasanya lebih asertif, selama seseorang itu tidak berteriak. Berbicara dengan suara yang jelas merupakan cara yang terbaik dalam berkomunikasi secara efektif dengan orang lain 4. Request for New Behavior Meminta munculnya perilaku yang baru pada orang lain, mengungkapkan tentang fakta ataupun perasaan dalam memberikan saran pada orang lain, dengan tujuan agar situasi berubah sesuai dengan yang kita inginkan. 5. Affect Afek berarti emosi, ketika seseorang berbicara dalam keadaan emosi maka intonasi suaranya akan meninggi. Pesan yang disampaikan akan lebih asertif jika seseorang berbicara dengan fluktuasi yang sedang dan tidak berupa respon yang monoton ataupun respon yang emosional. 6. Latency of Response Adalah jarak waktu antara akhir ucapan seseorang sampai giliran kita untuk mulai berbicara. Kenyataannya bahwa adanya sedikit jeda sesaat sebelum menjawab secara umum lebih asertif daripada yang tidak terdapat jeda. 7. Non Verbal Behavior Komponen-komponen non verbal dari asertivitas antara lain: a) Kontak Mata Secara umum, jika kita memandang orang yang kita ajak bicara maka akan membantu dalam penyampaian pesan dan juga akan meningkatkan efektifitas pesan. Akan tetapi jangan pula sampai terlalu membelalak ataupun juga menundukkan kepala. b) Ekspresi Muka Perilaku asertif yang efektif membutuhkan ekspresi wajah yang sesuai dengan pesan yang disampaikan. Misalnya, pesan kemarahan akan disampaikan secara langsung tanpa senyuman, ataupun pada saat gembira tunjukkan dengan wajah senang. c) Jarak Fisik Sebaiknya berdiri atau duduk dengan jarak yang sewajarnya. Jika kita terlalu dekat dapat mengganggu orang lain dan terlihat seperti menantang, sementara terlalu jauh akan membuat orang lain susah untuk menangkap apa maksud dari perkataan kita. d) Sikap Badan Sikap badan yang tegak ketika berhadapan dengan orang lain akan membuat pesan lebih asertif. Sementara sikap badan yang tidak tegak dan terlihat malas-malasan akan membuat orang lain menilai kita mudah mundur atau melarikan diri dari masalah. e) Isyarat Tubuh Pemberian isyarat tubuh dengan gerakan tubuh yang sesuai dapat menambah keterbukaan, rasa percaya diri dan memberikan penekanan pada apa yang kita katakan, misalnya dengan mengarahkan tangan ke luar. Sementara yang lain dapat mengurangi, seperti menggaruk leher, dan menggosok-gosok mata. Karakteristik Subjek Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Karakteristik subjek yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi Pesantren X dengan rentang usia tahun yang duduk di kelas 7-12 dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler wajib. Alat Ukur Penelitian Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan adalah Personal Style Inventory dan Perilaku Asertif a. Alat Ukur Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Alat ukur tipe kepribadian ekstrovert dan introvert yang peneliti gunakan adalah adaptasi dari Personality Style Inventory (PSI). Alat ukur PSI disusun oleh dua ilmuwan yaitu D.W Champagne, EdD. dan R.C Hogan, PhD dari University of Minnesota pada tahun 1979 (Champagne & Hogan, 2002) yang bertujuan untuk melihat preferensi kepribadian berdasarkan tipologi Carl Jung, yang terdiri dari ekstrovert-introvert, sensing-intuiting, thinking-feeling dan judging-perceiving. Versi asli dari Personal style inventory merupakan alat ukur tipe kepribadian yang terdiri dari 32 item dan dibagi dalam dua pernyataan, yaitu pernyataan a dan pernyataan b. Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan item-item yang mengukur tipe kepribadian ekstrovert dan introvert saja yang terdiri dari 8 item dan terbagi dalam dua pernyataan yaitu a dan b, serta sudah diadaptasi dalam bahasa Indonesia. Dari 8

5 pernyataan responden harus mengisi skor total untuk setiap pasang pernyataan baik a maupun b adalah 5 (5,0, 4,1, 3,2, 2,3, 1,4, 0,5), responden tidak boleh menggunakan angka dalam bentuk pecahan. b. Alat Ukur Perilaku Asertif Untuk mengukur perilaku asertif kepada siswa dan siswi Pesantren X di Bogor, dengan skala perilaku asertif yang dirancang dengan menggunakan aspek-aspek perilaku asertif yang dikemukakan oleh Eisler, Miller, Hersen, Johnson & Pinkton (dalam Martin & Poland, 1980), yaitu: Complience, Duration of reply, Loudness, Request for new behavior, Affect, Latency of response dan Non verbal behavior. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif yang bersifat korelasional. Penelitian kuantitatif korelasional dapat diartikan sebagai proses investigasi sistematik untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel. Hubungan itu bisa positif atau negatif, signifikan atau tidak signifikan (Danim, 2002). Peneliti akan melihat hubungan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dengan perilaku asertif di pesantren, maka peneliti memilih subjek yaitu siswa dan siswi pesantren X di Bogor. Sebagai pendukung terlaksananya penelitian, peneliti menggunakan teknik penelitian untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan agar penelitian berjalan sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan, yaitu dengan kuesioner. Peneliti akan memberikan sebuah kuesioner kepada responden (siswa-siswi pesantren X) dengan tujuan agar peneliti memperoleh informasi atau data yang berkaitan dengan penelitian. Gambaran Umum Subjek Penelitian HASIL DAN BAHASAN Subjek penelitian ini mempunyai rentang umur 13 sampai 17 tahun, n=108, seluruh partisipan berasal dari Pesantren X di Bogor. Hasil Uji Hipotesa Berikut ini adalah hasil uji hipotesa hubungan antara introvert dengan perilaku asertif. Tabel 4.6 Hubungan antara Introvert dengan Perilaku Asertif Spearman's rho Correlations total_intro total_asertif Correlation Coefficient total_intro Sig. (2-tailed)..267 N Correlation Coefficient total_asertif Sig. (2-tailed).267. N Berdasarkan tabel diatas, skor signifikansi sebesar atau > hal tersebut menyatakan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara tipe kepribadian introvert dengan perilaku asertif. Artinya, tinggi rendahnya kecenderungan tipe kepribadian introvert siswa dan siswi pesantren tidak berkaitan dengan tinggi rendahnya perilaku asertif. berikut. Sedangkan hasil uji hipotesa hubungan antara ekstrovert dengan perilaku asertif adalah sebagai Tabel 4.7 Hubungan antara Ekstrovert dengan Perilaku Asertif Correlations total_ekstro total_asertif

6 Spearman's rho total_ekstro total_asertif Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)..733 N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed).733. N Berdasarkan tabel diatas, Berdasarkan tabel diatas, skor signifikansi sebesar atau > Hal tersebut menyatakan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara tipe kepribadian ekstrovert dengan perilaku asertif. Artinya, tinggi rendahnya kecenderungan tipe kepribadian ekstrovert siswa dan siswi pesantren tidak berkaitan dengan tinggi rendahnya perilaku asertif. Untuk melihat perbedaan tingkat perilaku asertif pada responden, peneliti menggunakan kategorisasi rentang. Rentang dibagi menjadi dua interval dengan kategori tinggi dan rendah. Adapun tingkat perilaku asertif pada subjek, dapat dilihat pada table berikut: Tabel 4.4 Tingkat Perilaku Asertif Valid tingkat_perilaku_asertif Frequency Percent Tinggi Rendah Total Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa 94.4% siswa dan siswi pesantren memiliki tingkat perilaku asertif yang tinggi. Hal ini menyatakan bahwa mayoritas siswa dan siswi pesantren memiliki sebagian besar dari aspek-aspek perilaku asertif. Dari hasil pengolahan data siswa dengan tipe kepribadian introvert dengan asertif rendah berjumlah 5 orang, serta introvert dengan perilaku asertif tinggi berjumlah 51 orang. Sedangkan siswa dengan tipe kepribadian ekstrovert dengan perilaku asertif rendah berjumlah 1 orang, serta ekstrovert dengan perilaku asertif tinggi berjumlah 51 orang. Hasil Uji t (Perbedaan Jenis Kelamin dengan Perilaku Asertif) Tabel 4.8 Uji T Jenis Kelamin dan Perilaku Asertif Levene's Test for Equality of Variances F Sig. t df Sig. (2- tailed) total_asertif Equal variances assumed Equal variances not assumed Dari hasil uji t dapat diketahui bahwa nilai signifikansi adalah > 0.05, artinya tidak terdapat perbedaan tingkat perilaku asertif antara laki-laki dan perempuan. Artinya tinggi atau rendahnya tingkat perilaku asertif siswa, tidak berhubungan dengan jenis kelamin. Tabel 4.9 Uji T Tingkat Pendidikan dan Perilaku Asertif

7 total_asertif S u m b e r Equal : variances assumed H a Equal s variances not Levene's Test for Equality of Variances F Sig. t df Sig. (2-tailed) i l assumed Dari hasil uji t dapat diketahui bahwa nilai signifikansi adalah > 0.05, Artinya, tidak ada perbedaan signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku asertif. Hal ini dapat terjadi karena standar gaya belajar pada tingkat SMP dan SMA yang diterapkan oleh pesantren sama rata, sehingga tidak berhubungan dengan perilaku asertif. Kesimpulan SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil uji hipotesis, dinyatakan bahwa H 01 dan H 02 diterima serta Ha 1 dan H a2 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tipe kepribadian ekstrovert dengan perilaku asertif (p = 0,733, p> 0,05) dan tipe kepribadian introvert dengan perilaku asertif (p = 0,267, p>0,05) terhadap siswa dan siswi pesantren X. Hal tersebut dapat dinyatakan bahwa tinggi atau rendah kecenderungan tipe kepribadian (ekstrovert dan introvert) pada siswa dan siswi pesantren tidak berhubungan dengan tingkat perilaku asertifnya. Saran Untuk peneliti selanjutnya yang hendak meneliti tentang perilaku asertif terhadap remaja, dapat memperhatikan beberapa faktor lain yang sekiranya dapat dihubungkan dengan perilaku asertif misalnya pola asuh, self esteem (harga diri), atau dengan gaya belajar dan sebagainya. Lebih lanjut peneliti lain dapat memperhatikan waktu di dalam melaksanakan penelitian, memperluas subjek dari segi usia, maupun kebudayaannya. Dilihat dari hasil perilaku asertif siswa dan siswi pesantren yang tinggi, Pesantren dapat mempertahankan hal tersebut dengan terus menerapkan kegiatan wajib, demi mempertahankan perilaku asertif para siswa dan siswi Pesantren X di Bogor. Sekolah atau pesantren lain juga dapat menerapkan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler wajib yang dapat bertujuan untuk pengembangan perilaku asertif siswa dan siswinya. REFERENSI Arfaniyah, U. H. (2012). Perbedaan perilaku asertif pada remaja berdasarkan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Champagne, D. W., & Hogan, R. C. (2002). Personal style inventory (3rd Edition ed.). King of Prussia: HRDQ. Danim, S. (2002). Riset keperawatan: sejarah dan metodologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Feist, G. J., & Feist, J. (2006). Theories of personality. New York: McGraw Hill. Jay, Ross How To Manage Your Boss (Bagaimana Menyikapi Bos Anda) Membangun Kerja Yang Sempurna. Alih bahasa: Sigit Purwanto. Jakarta: Erlangga. Lange, A dan Jakubowski, P Responsible assertive behavior: cognitive behavior procedures for trainners. USA: Research Press. Marini, L., & Andriani, E. (2005) Perbedaan asertivitas remaja ditinjau dari pola asuh orang tua. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 2, Martin, R.A., & Poland, E.Y. (1980). Learning to change : a self-management approach to adjustment. New York: Mc.Graw Hill.

8 Rathus, S. A., & Nevid, J. S. (1983). Adjustment and growth: the challenges of life. New York: CBS College. Sunaryo. (2002). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Widiarti, N. (2013, March 14). Kegiatan pesantren x. (P. Aliyah, Interviewer) Wong, D. L., Hockenberry, M. J., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P. (2001). Wong's essentials of pediatric nursing. London: Mosby. RIWAYAT PENULIS Putri Aliyah lahir di kota Jakarta pada tanggal 6 Mei Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Psikologi pada tahun 2013.

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist &

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist & Feist, 2006), remaja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kepribadian Secara umum kepribadian (personality) suatu pola watak yang relatif permanen, dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi perilaku

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN tahun yang duduk di kelas 7-12 dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

BAB 3 METODE PENELITIAN tahun yang duduk di kelas 7-12 dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian & Teknik Sampling 3.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa dan siswi Pesantren X dengan rentang usia 13-17 tahun yang duduk di

Lebih terperinci

PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI

PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI Masa awal remaja adalah masa dimana seorang anak memiliki keinginan untuk mengetahui berbagai macam hal serta ingin

Lebih terperinci

PERBEDAAN ASERTIVITAS REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA

PERBEDAAN ASERTIVITAS REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PSIKOLOGIA Volume I No. 2 Desember 2005 PERBEDAAN ASERTIVITAS REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA Liza Marini dan Elvi Andriani P S. Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Intisari

Lebih terperinci

TIPE KEPRIBADIAN REMAJA DI SMPN 1 MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO DIMAS DANDY NIRANA SUBJECT: Tipe Kepribadian, Remaja DESCRIPTION:

TIPE KEPRIBADIAN REMAJA DI SMPN 1 MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO DIMAS DANDY NIRANA SUBJECT: Tipe Kepribadian, Remaja DESCRIPTION: TIPE KEPRIBADIAN REMAJA DI SMPN 1 MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO DIMAS DANDY NIRANA 1212020009 SUBJECT: Tipe Kepribadian, Remaja DESCRIPTION: Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan hal yang mengejutkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menghadapi lingkungan yang memiliki perbedaan pola pikir, kepribadian serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

: Item dan Norma Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert. Introvert 1b, 2a, 3a, 4a, 5a, 6b, 7b, 8b.

: Item dan Norma Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert. Introvert 1b, 2a, 3a, 4a, 5a, 6b, 7b, 8b. LAMPIRAN 80 Lampiran 2 : Item dan Norma Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert Tabel 4.13 Penjelasan Item-Item Alat Ukur Personal Style Inventory Tipe Kepribadian No item Introvert 1b, 2a, 3a, 4a, 5a,

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung

Lebih terperinci

Nama : Wienda Tridimita Ayu NPM : Fakultas : Psikologi Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Hera Lestari Mikarsa, Ph.D

Nama : Wienda Tridimita Ayu NPM : Fakultas : Psikologi Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Hera Lestari Mikarsa, Ph.D HUBUNGAN ANTARA ATTACHMENT DENGAN ORANG TUA DAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA Nama : Wienda Tridimita Ayu NPM : 18512091 Fakultas : Psikologi Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Hera Lestari Mikarsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, disadari atau tidak remaja akan kehilangan hak-hak pribadi

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, disadari atau tidak remaja akan kehilangan hak-hak pribadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa dimana seorang anak memiliki keinginan untuk mengetahui berbagai macam hal serta ingin memiliki kebebasan dalam menentukan apa yang

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Edwina Renaganis Rosida 1, Tri Puji Astuti 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Asertif 1. Pengertian Perilaku asertif adalah perilaku yang mengarah langsung kepada tujuan, jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. berdasarkan usia, jenis kelamin, tipe kepribadian, domisili, jenis kendaraan Profil Responden Berdasarkan Usia

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. berdasarkan usia, jenis kelamin, tipe kepribadian, domisili, jenis kendaraan Profil Responden Berdasarkan Usia BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Berikut ini akan dijelaskan perihal profil dari para responden berdasarkan usia, jenis kelamin, tipe kepribadian, domisili, jenis kendaraan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Singkat Ma had Sunan Ampel Al- Aly Terlampir 2. Visi, Misi dan Tujuan Ma had Terlampir B. Hasil Analisa Data Analisa data

Lebih terperinci

Keywords: Personality Type, Learning Motivation, Learning

Keywords: Personality Type, Learning Motivation, Learning HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER VIII PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA Kumala, A. A. Sagung Citra, Drs. IDM. Ruspawan, Skp,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sah (Sarwono, 2005). Mu tadin (2002) mengatakan bahwa prilaku seksual

BAB II LANDASAN TEORI. sah (Sarwono, 2005). Mu tadin (2002) mengatakan bahwa prilaku seksual BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Definisi Prilaku Seksual Pranikah Prilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan oleh dua orang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan pendapatnya, berani tampil di muka umum, memiliki kepedulian sosial, dan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Babbie (Prasetyo, 2005) rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.

Lebih terperinci

SIKAP ASERTIF DAN PERAN KELUARGA TERHADAP ANAK

SIKAP ASERTIF DAN PERAN KELUARGA TERHADAP ANAK SIKAP ASERTIF DAN PERAN KELUARGA TERHADAP ANAK Alief Budiyono Dosen Tetap Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto Abstract Assertiveness is a behavior of a person to be able to express opinions, desires, feelings

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 7 PALEMBANG

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 7 PALEMBANG HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 7 PALEMBANG Urfaa Fajarwati Dosen Universitas Bina Darma Jalan A. Yani No. 12 Palembang Surel:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi dan dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi dan dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Asertif Perawat 2.1.1 Pengertian Perawat Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaannya selalu berada dalam situasi yang menyangkut hubungan antarmanusia, terjadi proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapat, aktivitas, atau gerak-gerik. Perilaku juga bisa diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapat, aktivitas, atau gerak-gerik. Perilaku juga bisa diartikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asertifitas 2.1.1 Pengertian Asertif Manusia dalam kehidupan sehari-hari sering mendengar istilah perilaku, perilaku adalah semua respon baik itu tanggapan, jawaban, maupun

Lebih terperinci

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Sania Faradita ABSTRACT The purpose of this study, is to know the

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Perilaku Asertif Perilaku assertif adalah perilaku antar perorangan yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. Perilaku assertif

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMAN 5 TAMBUN SELATAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMAN 5 TAMBUN SELATAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMAN 5 TAMBUN SELATAN SKRIPSI Oleh : Harin Kusuma Batin 201310517004 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya antara usia 13 dan 20 tahun.

Lebih terperinci

MENINGKATAN KETERAMPILAN ASERTIF MELALUI SENI KETOPRAK

MENINGKATAN KETERAMPILAN ASERTIF MELALUI SENI KETOPRAK Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 360-368 Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908 MENINGKATAN KETERAMPILAN ASERTIF MELALUI SENI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seseorang adalah hasil interaksi antara komponen fisik, pikiran, emosi dan keadaan lingkungan. Namun, untuk memperkuat kontrol manusia terhadap perilakunya

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL

BAB 4 ANALISIS HASIL BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Data Responden Dalam penelitian diperoleh data dari 70 orang responden. Namun, hanya terdapat 53 responden yang datanya dapat dipergunakan untuk dilakukan analisa. Berikut ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No.23 Grobogan, telpon : (0292) Subyek penelitian adalah siswa kelas X

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No.23 Grobogan, telpon : (0292) Subyek penelitian adalah siswa kelas X BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Subyek Penelitian SMA Negeri 1 Grobogan berdiri sejak tahun 1976 di Jl. Pangeran Puger No.23 Grobogan, telpon : (0292) 421321. Subyek penelitian adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Pudyastuti Widhasari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab 4 ini akan dipaparkan mengenai gambaran demografis responden, gambaran tingkat self-esteem dan faktor yang mempengaruhi konformitas, hasil utama penelitian dan analisa

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERILAKU ASERTIF DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MEMILIKI CLIQUE. Shilmi Khalisah dan Rahmi Lubis

PERBEDAAN PERILAKU ASERTIF DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MEMILIKI CLIQUE. Shilmi Khalisah dan Rahmi Lubis PERBEDAAN PERILAKU ASERTIF DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MEMILIKI CLIQUE Shilmi Khalisah dan Rahmi Lubis Fakultas Psikologi Universitas Medan Area ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

Nama : Rizky Amelia NPM : Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. M.M. Nilam Widyarini, M.Si., Psikolog

Nama : Rizky Amelia NPM : Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. M.M. Nilam Widyarini, M.Si., Psikolog PERBEDAAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA DALAM BERBELANJA ONLINE BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Nama : Rizky Amelia NPM : 16512590 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. M.M. Nilam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA Disusun oleh : Herni Rosita

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA Disusun oleh : Herni Rosita HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA Disusun oleh : Herni Rosita 10502099 Abstrak Individu dalam perannya sebagai mahasiswa, dituntut untuk menjadi lebih mandiri, mampu

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KESEHATAN MENTAL SISWA KELAS X IIS SMA NEGERI 12 PEKANBARU

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KESEHATAN MENTAL SISWA KELAS X IIS SMA NEGERI 12 PEKANBARU 1 PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KESEHATAN MENTAL SISWA KELAS X IIS SMA NEGERI 12 PEKANBARU Kurnia Wulandar 1,Tri Umar 2,Raja Arlizon 3 Email: Kurniawulandari93@gmail.com,Triumari@yahoo.com,Rajaarlizon59@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA. Maya Marsiana Kowira

PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA. Maya Marsiana Kowira PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA Maya Marsiana Kowira mayamarsiana@gmail.com Dosen Pembimbing: Moondore Madalina Ali, B.Sc.,M.Sc., Ph.D Binus University:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 66 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Awal Tahap awal persiapan penelitian ini, sebelumnya peneliti telah melakukan observasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian 4.1.1 Lokasi Penelitian UKSW adalah salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Salatiga. Terletak di jalan Diponegoro No. 52 60 Salatiga yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA berada pada usia remaja yaitu masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Dengan adanya

Lebih terperinci

Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Santri di Pondok Pesantren ditinjau dari Jenis Kelamin. Rini Suparti Dr Aski Marissa, M.

Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Santri di Pondok Pesantren ditinjau dari Jenis Kelamin. Rini Suparti Dr Aski Marissa, M. Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Santri di Pondok Pesantren ditinjau dari Jenis Kelamin Rini Suparti 16512413 Dr Aski Marissa, M.Psi, Psikolog BBAB I: Latar Belakang Didalam kehidupan pondok pesantren para

Lebih terperinci

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN Perbedaan Keterampilan Sosial (Afrian Budiarto) 512 PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN DIFFERENCE SOCIAL SKILLS STUDENTS ACTIVE AND PASSSIVE

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA Ertik Indrawati, Setyorini dan Sumardjono Padmomartono Program Studi S1

Lebih terperinci

JURNAL HUBUNGAN KEPRIBADIAN INTROVERT DENGAN KOMUNIKASI VERBAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KADEMANGAN BLITAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017

JURNAL HUBUNGAN KEPRIBADIAN INTROVERT DENGAN KOMUNIKASI VERBAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KADEMANGAN BLITAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 JURNAL HUBUNGAN KEPRIBADIAN INTROVERT DENGAN KOMUNIKASI VERBAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KADEMANGAN BLITAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 The Correlation Between Introverted Personality and Verbal Communication

Lebih terperinci

TINGKAH LAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 33 JAKARTA BARAT

TINGKAH LAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 33 JAKARTA BARAT 64 Tingkah Laku Asertif Pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 33 Jakarta Barat TINGKAH LAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 33 JAKARTA BARAT Oleh : Masyitoh 1) Dra. Endang Setiyowati 2) Dr. Awaluddin

Lebih terperinci

JURNAL HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN RASA TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 2 KERTOSONO TAHUN PELAJARAN 2016/2017

JURNAL HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN RASA TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 2 KERTOSONO TAHUN PELAJARAN 2016/2017 JURNAL HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN RASA TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 2 KERTOSONO TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE CORRELATION OF SELF-ESTEEM WITH A SENSE RESPOSIBILLITY STUDENTS IN CLASS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran subjek penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara BAB II LANDASAN TEORI A. Harga Diri 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara positif atau negatif (Santrock, 1998). Hal senada diungkapkan oleh

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA BOARDING SCHOOL DAN SISWA SEKOLAH UMUM REGULER

PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA BOARDING SCHOOL DAN SISWA SEKOLAH UMUM REGULER PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA BOARDING SCHOOL DAN SISWA SEKOLAH UMUM REGULER Tesi Hermaleni, Mudjiran, Afif Zamzami Universitas Negeri Padang e-mail: Tesi.hermaleni@gmail.com Abstract: The difference

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Sebelum dilakukannya penelitian, peneliti terlebih dahulu menyusun proposal penelitian dan mencari alat ukur yang sesuai yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab 2 ini peneliti akan memaparkan fakta-fakta yang diperoleh dari berbagai sumber terkait variabel penelitian. Pada bab sebelumnya, telah disebutkan bahwa peneliti akan menganalisa

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA Fitria Fauziah Psikologi, Gading Park View ZE 15 No. 01, 081298885098, pipih.mail@gmail.com (Fitria Fauziah, Cornelia Istiani,

Lebih terperinci

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN Dewi Sartika Panjaitan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Dalam penelitian ini, terdapat dua buah variabel yang ingin diteliti. Variabel yang pertama

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian SEKOLAH PASCA SARJANA IPB MAYOR ILMU MANAJEMEN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian SEKOLAH PASCA SARJANA IPB MAYOR ILMU MANAJEMEN Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian SEKOLAH PASCA SARJANA IPB MAYOR ILMU MANAJEMEN Responden yang terhormat, Saya, Rima Handayani, Mahasiswa Program Master Science Sekolah Pasca Sarjana IPB dengan Mayor

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA HASIL Gambaran Umum Responden Penelitian. Deskripsi data responden berdasarkan usia akan dijeleskan pada tabel dibawah ini:

BAB 4 ANALISA HASIL Gambaran Umum Responden Penelitian. Deskripsi data responden berdasarkan usia akan dijeleskan pada tabel dibawah ini: BAB 4 ANALISA HASIL 4.1 Profil Responden 4.1.1 Gambaran Umum Responden Penelitian Responden penelitian ini adalah mahasiswa yang mempunyai rentang umur 19 sampai 26 tahun, n=79, yang aktif beruniversitas

Lebih terperinci

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi INTUISI 7 (1) (2015) INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/intuisi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP METODE MENGAJAR GURU MATEMATIKA DENGAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA

Lebih terperinci

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian dilakulan di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta pada bulan November 2016 sampai Januari 2017.

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH Fransisca Iriani Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta dosenpsikologi@yahoo.com

Lebih terperinci

FACTUM Volume 6, Nomor 1, April 2017 HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

FACTUM Volume 6, Nomor 1, April 2017 HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG Oleh: Baiti Nur Atika dan Yani Kusmarni 1 ABSTRAK Skripsi ini berjudul Hubungan Antara

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data 4.1.A Validitas Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena menurut Azwar (1996), suatu item dikatakan valid apabila

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Uji Korelasi Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan antara self-efficacy

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENGEDALIAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENGEDALIAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENGEDALIAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

ABSTRAK. (Kata kunci : College adjustment ) Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. (Kata kunci : College adjustment ) Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kemampuan college adjustment. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik survei. Sampel dalam penelitian

Lebih terperinci

Oleh: TIKA PRADINA NPM Dibimbing oleh : 1. Drs. Setya Adi Sancaya, M.Pd. 2. Laelatul Arofah, M.Pd.

Oleh: TIKA PRADINA NPM Dibimbing oleh : 1. Drs. Setya Adi Sancaya, M.Pd. 2. Laelatul Arofah, M.Pd. JURNAL HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI (SELF CONTROL) DENGAN KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS XI DI SMK PELAYARAN HANG TUAH KEDIRI TAHUN AJARAN 2016/2017 THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF CONTROL WITH EMOTIONAL

Lebih terperinci

Perbedaan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa berdasarkan Tipe Kepribadian Ekstrovert- Introvert. Rizky Amelia 3PA

Perbedaan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa berdasarkan Tipe Kepribadian Ekstrovert- Introvert. Rizky Amelia 3PA Perbedaan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa berdasarkan Tipe Kepribadian Ekstrovert- Introvert Rizky Amelia 3PA03 16512590 LATAR BELAKANG Perilaku konsumtif di artikan sebagai kecenderungan mengkonsumsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI Rhea Auliya Anggareni 1, Fitri Hartanto 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas

Lebih terperinci

Keywords: Assertive Behavior, Interaction, Passive Attitude of Aggressive Attitude

Keywords: Assertive Behavior, Interaction, Passive Attitude of Aggressive Attitude 1 DAMPAK PERILAKU TIDAK ASSERTIVE PESERTA DIDIK DALAM BERINTERAKSI DI KELAS X SMA NEGERI 1 PASAMAN Tia Ayu Putri Aulia 1, Rahma Wira Nita 2, Septya Suarja 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Hasil Perhitungan Statistik dengan SPSS for Windows versi dan Kuesioner Penelitian

DAFTAR LAMPIRAN. Hasil Perhitungan Statistik dengan SPSS for Windows versi dan Kuesioner Penelitian DAFTAR LAMPIRAN Hasil Perhitungan Statistik dengan SPSS for Windows versi 15.00 dan Kuesioner Penelitian xi LAMPIRAN A Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas A.1. Parental Stress Scale (PSS) A.1.1. Sebelum

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASPIRASI MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII

HUBUNGAN ASPIRASI MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII 1 HUBUNGAN ASPIRASI MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII Ari Widayat (ariwidayat.716@gmail.com) 1 Giyono 2 Rani Rahmayanthi 3 ABSTRACT The purpose of this study was to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepribadian merupakan sebuah pola khas seseorang dalam berpikir, merasakan dan berperilaku relatif stabil dan dapat diperkirakan, juga dapat diartikan sebagai pola

Lebih terperinci

TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA ABSTRACT

TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA ABSTRACT 1 TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA Erni Walini 1, Alfaiz 2, Hafiz Hidayat 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Frekuensi jenis Kelamin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Frekuensi jenis Kelamin BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Tabel 1 Frekuensi jenis Kelamin Jenis kelamin Frekuensi % Laki-laki 45 45 Perempuan 55 55 100 100% Dari 100 siswa, terdapat 45 siswa wanita dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subyek siswa-siswi SMP Swasta di Taman Sidoarjo. SMP Dharma Wanita 9 Taman terletak

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BCCT DAN HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR ANAK TAMAN BERMAIN LESSON BCCT AND RELATIONSHIP WITH LEARNING MOTIVATION OF GARDEN PARK PLAY

PEMBELAJARAN BCCT DAN HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR ANAK TAMAN BERMAIN LESSON BCCT AND RELATIONSHIP WITH LEARNING MOTIVATION OF GARDEN PARK PLAY PEMBELAJARAN BCCT DAN HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR ANAK TAMAN BERMAIN LESSON BCCT AND RELATIONSHIP WITH LEARNING MOTIVATION OF GARDEN PARK PLAY Oleh : Evi Setiyarini*) Yuki Widiasari**) Daliman**)

Lebih terperinci

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki Komunikasi Interpersonal Dwi Kurnia Basuki Definisi Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab empat serta saran baik teoretis maupun saran praktis.

Lebih terperinci

PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DIDALAM FREKUENSI TERKENA BULLYING (STUDI KEPADA SISWA SMA NEGERI 3 SALATIGA) SKRIPSI

PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DIDALAM FREKUENSI TERKENA BULLYING (STUDI KEPADA SISWA SMA NEGERI 3 SALATIGA) SKRIPSI PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DIDALAM FREKUENSI TERKENA BULLYING (STUDI KEPADA SISWA SMA NEGERI 3 SALATIGA) SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya. Siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya kelas XI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujian Nasional (UN) bukanlah hal yang asing dalam dunia pendidikan Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan untuk menjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Tahap Persiapan 1. Dimulai dengan penentuan variabel penelitian 2. Menentukan perumusan masalah 3.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL Oleh RENANTI WIDYA DARA NAZARUDDIN WAHAB ERNI MUSTAKIM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN PERILAKU ASERTIF PESERTA DIDIK SMK NEGERI 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

HUBUNGAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN PERILAKU ASERTIF PESERTA DIDIK SMK NEGERI 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2016/2017. HUBUNGAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN PERILAKU ASERTIF PESERTA DIDIK SMK NEGERI 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Septi Dwi Cahyani 1, Mudaim 2 1 Universitas Muhammadiyah Metro 2 Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MODUL SEJARAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KESAMBEN JOMBANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012

PENGARUH PENGGUNAAN MODUL SEJARAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KESAMBEN JOMBANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012 PENGARUH PENGGUNAAN MODUL SEJARAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KESAMBEN JOMBANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012 Tyas Wahyu Ningsih Universitas Negeri Malang Email :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IX A dan Kelas IX B yang berjumlah

Lebih terperinci