HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA Disusun oleh : Herni Rosita

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA Disusun oleh : Herni Rosita"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA Disusun oleh : Herni Rosita Abstrak Individu dalam perannya sebagai mahasiswa, dituntut untuk menjadi lebih mandiri, mampu berinisiatif, lebih dewasa, dan lebih matang dalam berpikir dan berperilaku. Semua hal tersebut dapat dicapai bila individu dapat berinteraksi secara baik dan dapat berperilaku asertif. Perilaku asertif punya dampak baik terhadap orang lain ataupun diri sendiri. Dampak terhadap diri sendiri misalnya timbulnya rasa percaya diri pada individu tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri pada mahasiswa. Pengumpulan data dilakukan terhadap mahasiswa Universitas Gunadarma Depok dan Kelapa Dua. Data diperoleh melalui kuesioner dengan metode try out terpakai. Jumlah keseluruhan responden yang memenuhi criteria adalah 100 subjek, merupakan mahasiswa tingkat 1,2,3,4, dan 5, yang berusia antara tahun. Untuk pengukuran perilaku asertif terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas dengan teknik Alpha Cronbach. Dari 38 item yang diujicobakan diperoleh 27 item yang valid dengan kisaran antara sampai dengan Uji reliabilitas diperoleh sebesar yang berarti cukup reliable karena mendekati 1. Pada pengukuran kepercayaan diri juga dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas dengan teknik Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS ver.13.0 for windows. Dari 34 item yang diujicobakan diperoleh 26 item yang valid dengan kisaran antara sampai dengan Uji reliabilitas diperoleh sebesar yang berarti cukup reliable karena mendekati 1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa subjek memiliki tingkat perilaku asertif yang cenderung tinggi, dimana mean empirik sebesar dan mean hipotetik sebesar Subjek juga memiliki tingkat kepercayaan diri yang cenderung sedang atau rata-rata, dimana mean empirik sebesar dan mean hipotetik sebesar 65. Sedangkan berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan regresi sederhana diperolah signifikansi sebesar (p<0.01), selain itu juga diperolah korelasi berdasarkan korelasi Product Moment dari Pearson sebesar yang berarti terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri pada mahasiswa. Berdasarkan hasil deskripsi subjek diketahui subjek yang berjenis kelamin laki-laki cenderung lebih asertif dibandingkan dengan subjek perempuan. Begitu pula dalam kepercayaan diri subjek yang berjenis kelamin laki-laki cenderung lebih percaya diri dibandingkan dengan 1

2 subjek perempuan.. Berdasarkan tingkat perkuliahan mahasiswa tingkat 1 dan 5 cenderung lebih asertif dibandingkan mahasiswa tingkat 2,3,dan 4. Tetapi pada kepercayaan diri mahasiswa tingkat 5 yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengen tingkat 1,2,3,dan 4. Kata Kunci: Perilaku Asertif, Kepercayaan Diri, Mahasiswa PENDAHULUAN Dalam setiap tahapan kehidupan, individu akan memiliki berbagai peran. Pada masa kanak-kanak, individu bisa berperan sebagai seorang anak, seorang adik, seorang kakak, ataupun seorang siswa. Pada masa remaja, masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, seorang individu dapat memiliki peran yang lebih banyak lagi dibandingkan masa kanakkanaknya. Individu remaja tersebut bisa menjadi anggota suatu organisasi, pelajar, dan lain sebagainya. Pada masa remaja akhir, umumnya peran individu sebagai siswa berubah menjadi mahasiswa. Mahasiswa berasal dari kata maha dan siswa, menurut kamus bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1993) maha berarti besar, sedangkan siswa artinya pelajar. Jika kedua kata ini digabungkan menjadi mahasiswa, maka kata tersebut memiliki makna pelajar yang besar, yang berarti siswa tersebut akan memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi. Sebagai mahasiswa, seorang individu akan dituntut untuk bisa menjadi lebih mandiri, lebih inisiatif, lebih dewasa, dan lebih matang dalam berpikir dan berperilaku. Kemandirian, inisiatif, kedewasaan serta kematangan dalam berpikir dan berperilaku dapat dicapai jika individu tersebut bisa berinteraksi secara baik dengan lingkungannya. Untuk menciptakan interaksi yang baik dan harmonis diperlukan sikap asertif. Sikap asertif adalah ekspresi yang langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hakhak tanpa kecemasan yang beralasan. Ekspresi yang langsung merupakan perilaku individu yang tidak berputar-putar, jelas terfokus dan wajar, serta tidak menghakimi. Jujur merupakan perilaku individu yang selaras dan cocok, kata-kata, gerak-gerik dan perasaan individu semuanya mengatakan hal yang sama, sedangkan pada tempatnya merupakan perilaku individu yang memperhitungkan hak-hak dan perasaan-perasaan orang lain sesuai dengan waktu dan tempat yang tepat (Cawood, 1988). Muhammad (2003), berpendapat ada beberapa keuntungan yang didapat bila berperilaku asertif, yaitu keinginan kebutuhan dan perasaan individu untuk dimengerti oleh orang lain. Dengan demikian tidak ada pihak yang sakit hati karena kedua belah pihak merasa dihargai dan didengar. Ini sekaligus keuntungan bagi individu sebab akan membuat individu di posisi sebagai pihak yang sering meminimalkan konflik atau perselisihan. Selain itu, individu tersebut merasa mengendalikan hidupnya sendiri, dan akan berdampak pada rasa percaya diri dan keyakinan yang bisa terus meningkat. 2

3 Menurut Fatimah (2006) percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Kepercayaan diri berkembang melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan psikologis dan sosiologis akan menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Seorang individu yang memiliki peran sebagai mahasiswa berada pada lingkungan yang sangat kompleks. Lingkungan yang menuntut mahasiswa tersebut untuk lebih mandiri, lebih inisiatif, lebih dewasa, dan lebih matang dalam berpikir dan berperilaku. Hal ini bukan merupakan proses yang mudah. Setiap mahasiswa berbeda dalam menghadapi lingkungan yang kompleks ini. Artinya dalam proses interaksi dengan lingkungannya, mahasiswa bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Dan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, perilaku yang dimunculkan akan berbeda dalam menghadapi sesuatu, ada mahasiswa yang bersikap asertif untuk memenuhi tuntutan lingkungannya, akan tetapi ada banyak pula yang tidak. Jika mahasiswa berperilaku asertif, maka bisa menyatakan kebutuhannya secara jujur, langsung, dan berusaha menghargai hak pribadi dan orang lain. Ketika masalah timbul, mahasiswa yang berperilaku asertif akan menghadapi masalah yang timbul dan berusaha mengatasinya. Cara mengatasi masalah secara asertif dilakukan dengan cara pengungkapan yang jujur, langsung, tidak berusaha menjauhi, dan tetap menghargai hak pribadi maupun diri sendiri. Perilaku ini menghasilkan suatu evaluasi terhadap diri sendiri yang menyenangkan yang dapat mendorong terjadinya persetujuan terhadap diri sendiri yang bisa jadi dapat meningkatkan rasa percaya diri. LANDASAN TEORI Perilaku Asertif Pengertian Perilaku Asertif Menurut Rini (2001) asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain. Ditambahkan pula oleh Willis dan Daisley (1995), perilaku asertif adalah perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain. Rathus dan Nevid (1983) asertif adalah tingkah laku yang menampilkan keberanian untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan, dan pikiran-pikiran apa adanya, mempertahankan hak-hak pribadi, serta menolak permintaan-permintaan yang tidak masuk akal dari figur otoritas dan standar-standar yang berlaku pada suatu kelompok. Sedangkan menurut Alberti dan Emmons (2002) perilaku asertif adalah perilaku yang membuat seseorang dapat bertindak demi kebaikan dirinya, mempertahankan haknya tanpa cemas, mengekspresikan perasaan secara nyaman, dan menjalankan haknya tanpa melanggar orang lain. 3

4 Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan asertif adalah perilaku yang bertujuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain secara jujur dan terbuka dengan menghormati hak pribadi kita sendiri dan orang lain. Perbedaan Asertif, Non Asertif, dan Agresif Alberti dan Emmons (2002) mengklasifikasikan perilaku asertif, non asertif, dan agresif, sebagai berikut: Tingkah Laku Asertif Tingkah Laku Non Asertif Tingkah Laku Agresif Pelaku Pelaku Pelaku Perbaikan/ peningkatan diri Penyangkalan diri Perbaikan diri dengan cara merugikan orang lain Ekspresif Kecenderungan menahan Terlalu ekspresif Bisa meraih tujuan-tujuan yang Tidak meraih tujuan-tujuan Meraih tujuan-tujuan dengan diinginkannya yang diinginkannya mengorbankan orang lain Pilihan untuk diri sendiri Pilihan dari orang lain Memilih untuk orang lain Merasa nyaman dengan dirinya Tidak tegas, cemas, memandang Memandang rendah orang lain rendah diri Penerima Penerima Penerima Memahami/ menyadari Tidak sabar, merasa bersalah, Merasa dijatuhkan, dan situasi/keadaan orang lain marah direndahkan Menghargai pelaku Tidak ada penghargaan dari Sakit, dipermalukan, dan pelaku bertahan Bisa mencapai keinginankeinginannya Meraih tujuan-tujuan dari Tidak meraih tujuan-tujuan keinginan pelaku yang diinginkan Sumber : Alberti & Emmons (2002) Karakteristik Individu yang Berperilaku Asertif Beberapa ciri dari individu yang memiliki asertivitas menurut Lange dan Jakubowski (1978) adalah sebagai berikut: a. Memulai interaksi b. Menolak permintaan yang tidak layak c. Mengekspresikan ketidaksetujuan dan ketidaksenangan d. Berbicara dalam kelompok e. Mengekspresikan pendapat dan saran f. Mampu menerima kecaman dan kritik 4

5 g. Memberi dan menerima umpan balik Ditambahkan oleh Palmer dan Froener (2002) ciri-ciri individu yang asertif adalah: a. Bicara jujur b. Memperlakukan orang lain dengan hormat, begitu pula sebaliknya c. Menampilkan diri sendiri dan menyayangi orang lain d. Memiliki hubungan yang baik dan efektif dengan orang lain e. Tenang dalam keseharian dan memperlihatkan selera humor dalam menghadapi situaisituasi yang sulit Dari kedua pendapat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan adalah sebagai berikut: a. Memulai interaksi b. Bicara jujur c. Mengekspresikan ketidaksetujuan dan ketidaksenangan d. Mengekspresikan pendapat dan saran e. Mampu menerima kecaman dan kritik f. Memperlakukan orang lain dengan hormat, begitu pula sebaliknya g. Memberi dan menerima umpan balik h. Menampilkan diri sendiri dan menyayangi orang lain i. Tenang dalam keseharian dan memperlihatkan selera humor dalam menghadapi situaisituasi yang sulit Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku Asertif Menurut Rathus dan Nevid (1983), terdapat 6 faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku asertif yaitu: a. Jenis Kelamin Wanita pada umumnya lebih sulit bersikap asertif seperti mengungkapkan perasaan dan pikiran dibandingkan dengan laki-laki. b. Self esteem Keyakinan seseorang turut mempengaruhi kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan. Orang yang memiliki keyakinan diri yang tinggi memiliki kekuatiran sosial yang rendah sehingga mampu mengungkapkan pendapat dan perasaan tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri. c. Kebudayaan Tuntutan lingkungan menentukan batas-vatas perilaku, dimana batas-batas perilaku itu sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan status sosial seseorang d. Tingkat Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas wawasan berpikir sehingga memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih terbuka. 5

6 e. Tipe Kepribadian Dalam situasi yang sama tidak semua individu memberikan respon yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh tipe kepribadian seseorang. Dengan tipe kepribadian tertentu seseorang akan bertingkah laku berbeda dengan individu dengan tipe kepribadian lain. f. Situasi tertentu Lingkungan sekitarnya Dalam berperilaku seseorang akan melihat kondisi dan situasi dalam arti luas, misalnya posisi kerja antara atasan dan bawahan. Situasi dalam kehidupan tertentu akan dikuatirkan menggangu. KEPERCAYAAN DIRI Pengertian Kepercayaan Diri Menurut De Angelis (1997) rasa percaya diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri yang mana percaya diri itu berawal dari tekad pada diri sendiri untuk melakukan segala sesuatu yang diinginkan dan dibutuhkan dalam hidup. Ditambahkan oleh Liendenfield (1997) rasa percaya diri lebih menekankan pada kepuasan yang dirasakan individu terhadap dirinya, dengan kata lain individu yang percaya diri adalah individu yang merasa puas pada dirinya sendiri. Wijaya (2000) mendefinisikan kepercayaan diri adalah kekuatan keyakinan mental seseorang atas kemampuan dan kondisi dirinya dan mempunyai pengaruh terhadap kondisi dan perkembangan kepribadian seseorang secara keseluruhan. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk melakukan segala sesuatu yang diinginkan dan merasa puas terhadap dirinya. Karakteristik Individu yang Memiliki Kepercayaan Diri Menurut Fatimah (2006) ciri-ciri individu yang memiliki kepercayaan diri yang proporsional, diantaranya adalah: a. Percaya akan kemampuan diri sendiri, sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat dari orang lain. b. Tidak terdorong untuk menunjukan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok. c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain. d. Punya kendali diri yang baik (tidak moody dan emosi stabil). e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung pada bantuan orang lain). f. Mempunyai cara pandang positif terhadap orang lain, diri sendiri, dan situasi diluar dirinya. 6

7 g. Memiliki harapan-harapan yang realistik, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud mampu untuk melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi. Ditambahkan menurut Guilford, 1959; Lauster, 1978; Instone, 1983 (dalam Afiatin dan Martaniah, 1998), ciri-ciri individu yang memiliki rasa percaya diri adalah sebagai berikut: a. Individu merasa adekuat terhadap tindakan yang dilakukan. Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan, kemampuan, dan ketrampilan yang dimiliki. b. Individu merasa diterima oleh kelompoknya. Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kemampuannya dalam berhubungan sosial. c. Individu percaya sekali terhadap dirinya sertamemiliki ketenangan sikap. Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan dan kemampuannya. Dari kedua pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan adalah sebagai berikut: a. Individu merasa diterima oleh kelompoknya b. Individu percaya sekali terhadap dirinyaserta memiliki ketenangan sikap c.tidak terdorong untuk menunjukan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok. d. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain e. Punya kendali diri yang baik (tidak moody dan emosi stabil). f.. Memiliki internal locus of control g. Mempunyai cara pandang positif terhadap orang lain, diri sendiri, dan situasi diluar dirinya. h. Memiliki harapan-harapan yang realistic Faktor-faktor yang Mempengatuhi Perkembangan Kepercayaan Diri Menurut Middlebrook (dalam Mahrita, 1997), ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kepercayaan diri, yaitu: a. Pola Asuh Keluarga merupakan faktor utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan anak dimasa yang akan datang. Dari ketiga pola asuh baik itu otoriter, demokratis, dan permisif, menurut Hurlock (dalam Mahrita, 1997) pola asuh demokratis adalah model yang paling cocok yang mendukung pengembangan percaya diri pada anak, karena pola asuh demokratis melatih dan mengembangkan tanggung jawab serta keberanian menghadapi dan menyelesaikan masalah secara mandiri. b. Jenis Kelamin Peran jenis kelamin yang disandang oleh budaya terhadap kaum perempuan maupun laki-laki memiliki efek sendiri terhadap perkembangan rasa percaya diri. Perempuan cenderung dinggap lemah dan harus dilindungi, sedangkan laki-laki harus bersikap sebagai makhluk kuat, mandiri dan mampu melindungi. c. Pendidikan 7

8 Pendidikan seringkali menjadi ukuran dalam menilai keberhasilan seseorang. Berarti semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang semakin tinggi pula anggapan orang lain terhadap dirinya. Mereka yang memiliki jenjang pendidikan yang rendah biasanya merasa tersisih dan akhirnya tidak memiliki keyakinan akan kemampuannya. Sedangkan yang memiliki jenjang pendidikan yang tinggi semakin terpacu untuk menunjukan kemampuannya. d. Penampilan Fisik Individu yang memiliki tampilan fisik yang menarik lebih sering diperlakukan dengan baik dibandingkan dengan individu yang mempunyai penampilan kurang menarik. Cara Menumbuhkan Percaya Diri Menurut Fatimah (2006) untuk dapat menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional, individu tersebut harus memulai dari diri sendiri. Adapun cara yang digunakan adalah: a. Evaluasi Diri Secara Objektif Individu harus belajar untuk menerima diri secara objektif dan jujur. Membuat daftar potensi yang ada dalam diri baik yang telah diraih ataupun belum. Kenali apa yang menjadi penyebab terhalangnya kemunculan potensi yang ada dalam diri. b. Memberi penghargaan yang jujur terhadap diri Menyadari dan menghargai sekecil apapun keberhasilan dan potensi yang dimiliki. c. Positif Thinking Mencoba untuk melawan setiap asumsi, prasangka atau persepsi negatif yang muncul dalam benak, dan tidak membiarkan pikiran negatif berlarut-larut. d. Gunakan Sel Affirmation Menggunakan sel affirmation memerangi negatif thinking, contohnya: Saya pasti bisa! e. Berani Mengambil Resiko Setelah memahami secara objektif, maka akan dapat memprediksi resiko setiap tantangan yang dihadapi, sehingga tidak perlu menghindari melainkan lebih menggunakan strategistrategi untuk menghindari, mencegah, atau mengatasi resiko. f. Belajar Mensyukuri dan Menikmati Rahmat Tuhan Individu tersebut harus dapat melihat dirinya secara positif. g. Melakukan Tujuan yang Relistik Mengevaluasi segala tujuan yang telah ditetapkan, apakah tujuan tersebut realistik atau tidak. Tujuan yang realistik akan memudahkan dalam pencapaian tujuan. METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel-veriabel Penelitian Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah: 8

9 1. Prediktor : Perilaku Asertif 2. Kriterium : Kepercayaan Diri Definisi Operasional Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Perilaku Asertif Perilaku asertif adalah perilaku yang bertujuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain secara jujur dan terbuka dengan menghormati hak pribadi kita sendiri dan orang lain. Dalam penelitian ini perilaku asertif diukur dengan menggunakan. Skala Perilaku Asertif yang didasarkan pada karakteristik individu yang berperilaku asertif yang dikemukakan oleh Lange dan Jakubowski (1978); Palmer dan Froener (2002) yaitu memulai interaksi, bicara jujur, mengekspresikan ketidaksetujuan dan ketidaksenangan, mengekspresikan pendapat dan saran, mampu menerima kecaman dan kritik, memperlakukan orang lain dengan hormat, begitu pula sebaliknya, memberi dan menerima umpan balik, menampilkan diri sendiri dan menyayangi orang lain, dan tenang dalam keseharian dan memperlihatkan selera humor dalam menghadapi situai-situasi yang sulit 2. Kepercayaan Diri Percaya diri adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk melakukan segala sesuatu yang diinginkan dan merasa puas terhadap dirinya. Dalam penelitian ini kepercayaan diri diukur dengan Skala Kepercayaan Diri yang didasarkan pada karakteristik individu yang memiliki kepercayaan diri yang dikemukakan oleh Guilford, 1959; Lauster, 1978; Instone, 1983 (dalam Afiatin dan Martaniah, 1998); Fatimah (2006) yaitu individu merasa diterima oleh kelompoknya, individu percaya sekali terhadap dirinyaserta memiliki ketenangan sikap, tidak terdorong untuk menunjukan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok, berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, punya kendali diri yang baik (tidak moody dan emosi stabil), memiliki internal locus of control, mempunyai cara pandang positif terhadap orang lain, diri sendiri dan situasi diluar dirinya, dan memiliki harapan-harapan yang realistik Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah laki-laki ataupun perempuan yang usianya berkisar antara tahun dan masih berstatus sebagai mahasiswa di perguruan tinggi. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah skala perilaku asertif dan skala kepercayaan diri dimana terdapat pernyataan-pernyataan yang berbentuk favorable dan 9

10 unfavorable. Penelitian ini menggunalkan kuesioner atau angket yang berupa skala sikap berbentuk model Likert yang mengukur perilaku aasertif dan kepercayaan diri dan pada tiap skala dan masing-masing pernyataan terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Penelitian Persiapan penelitian diawali dengan penyusunan skala perilaku asertif dan skala kepercayaan diri. Pada skala perilaku asertif dipersiapkan 38 item pernyataan yang akan dipakai terdiri atas 19 item favorable dan 19 item unfavorable, sedangkan pada skala kepercayaan diri terdapat 34 item pernyataan yang akan dipakai terdiri atas 17 item favorable dan 17 item unfavorable. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini menggunakan sistem try out terpakai, yaitu data yang diperoleh dengan sekali try out dalam penyebaran skala dan sekaligus juga digunakan sebagai data dalam penelitian. Pengambilan data dilaksanakan di kampus D dan E Universitas Gunadarma. Proses pengambilan data berlangsung selama 3 hari berturut-turut, dimulai tanggal 4 Januari sampai 6 Januari Jumlah keseluruhan subjek penelitian dari mahasiswa Universitas Gunadarma berjumlah 105 subjek, namun terdapat 5 subjek yang tidak mengisi skala secara lengkap, sehingga peneliti hanya memperoleh 100 subjek untuk dianalisis. Hasil Penelitian Deskripsi Subjek Penelitian Usia Rentang usia subjek berkisar antara tahun. Juimlah subjek yang berusia 18 tahun berjumlah 13, subjek yang berusia 19 tahun berjumlah 13, subjek yang berusia 20 tahun berjumlah 28, dan subjek yang berusia 21 tahun berjumlah 46. Jenis kelamin Dari hasil penelitian didapatkan subjek yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 33 sedangkan subjek perempuan berjumlah 67. Pendidikan Subjek penelitian semua berstatus sebagai mahasiswa dan berjumlah 100 sampel. Tingkat Perkuliahan Dalam penelitian ini, subjek penelitian terdiri dari mahasiswa tingkat 1 berjumlah 11 sampel, tingkat 2 berjumlah 11 sampel, tingkat 3 berjumlah 36, tingkat 4 berjumlah 40 sampel, dan tingkat 5 berjumlah 2 sampel. 10

11 Uji Coba Skala Perilaku Asertif Uji Validitas Berdasarkan tabel korelasi (Hadi, 2001) pada jumlah N=100, item dinyatakan valid jika memiliki korelasi item dengan total item minimal Dengan demikian, dari 38 item skala perilaku asertif yang diuji cobakan terdapat 27 item yang valid dan 11 item yang gugur. Dari 27 item yang valid tersebut memiliki korelasi total item antara sampai dengan Uji Reliabilitas Untuk mengetahui konsistensi alat ukur dapat dilakukan uji reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk mendapat konsistensi dari alat ukur ini yaitu dengan teknik Alpha Cronbach. Dari hasil uji reliabilitas alat ukur tersebut diperoleh nilai reliabilitas sebesar Uji Coba Skala Kepercayaan Diri Uji Validitas Berdasarkan tabel korelasi (Hadi, 2001) pada jumlah N=100, item dinyatakan valid jika memiliki korelasi item dengan total item minimal Dengan demikian, dari 34 item skala perilaku asertif yang diuji cobakan terdapat 26 item yang valid dan 8 item yang gugur. Dari 26 item yang valid tersebut memiliki korelasi total item antara sampai dengan Uji Reliabilitas Untuk mengetahui konsistensi alat ukur dapat dilakukan uji reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk mendapat konsistensi dari alat ukur ini yaitu dengan teknik Alpha Cronbach. Dari hasil uji reliabilitas alat ukur tersebut diperoleh nilai reliabilitas sebesar Uji Asumsi Uji Normalitas Untuk uji normalitas yang digunakan yaitu uji Kolmogorof Smirnov untuk menguji normalitas sebaran skor. Berdasarkan pengujian normalitas pada variabel perilaku asertif diperoleh nilai signifikansi sebesar (p> 0.05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa distribusi skor perilaku asertif pada sampel yang telah diambil adalah normal. Pada variabel kepercayaan diri diperolah nilai signifikansi sebesar (p> 0.05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa distribusi skor kepercayaan diri pada sampel yang telah diambil adalah normal. 11

12 Uji Linieritas Dari hasil pengujian diperoleh nilai F sebesar dengan signifikansi (p< 0.01). Hal ini menunjukkanadanya hubungan linier antara variabel perilaku asertif dengan variabel kepercayaan diri. Uji Hipotetis Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Pearson (2 tailed), diketahui nilai r yang diperoleh sebesar dengan signifikansi (p< 0.01). Dari hasil tersebut, maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri pada mahasiswa. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri pada mahasiswa diterima. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri pada mahasiswa. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai korelasi antara skor variabel prilaku asertif dengan skor kepercayaan diri sebesar dengan taraf signifikansi sebesar (p<0.01). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif yang sangat signifikan antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri pada mahasiswa. Terjadinya hubungan antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri pada penelitian ini dapat terjadi karena adanya keuntungan bila individu berprilaku asertif, yaitu individu tersebut dapat menyampaikan kebutuhannya untuk dimengerti orang lain tanpa ada pihak yang tersakiti, dapat meminimalkan konflik, serta dapat mengendalikan hidupnya dan hal ini berdampak pada rasa percaya diri (Muhammad, 2003). Menurut Tillman (dalam Jarboe, 1999), bahwa asertif dan kepercayaan diri saling berhubungan. Rendahnya kepercayaan diri merupakan efek dari interaksi dua arah. Perilaku asertif juga menyebarkan rasa percaya diri. Rasa percaya diri bisa mencegah seseorang menjadi lemah dari tekanan. Rasa percaya diri didapatkan bila seseorang merasa senang karena dapat mengungkapkan maksudnya mengenai apa yang harus dilakukan pihak lain kepada dirinya. Perilaku asertif membutuhkan tindakan sopan, pantas, dan objektif. Dengan berperilaku asertif seseorang bisa mengetahui secara tepat apa yang diinginkan dan dirasakan. Pada perhitungan perbandingan mean empirik dan mean hipotetik antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Perbandingan mean empirik dan mean hipotetik Skala Total Total Item Mean Mean SD Subjek Empirik Hipotetik Perilaku Asertif Kepercayaan Diri

13 1. Prilaku Asertif Diketahui mean empirik sebesar Jumlah item valid pada skala perilaku asertif sebanyak 27 dengan menggunakan kriteria nilai dari 1 sampai dengan 4. Ini berarti nilai skala terkecil berjumlah 1 dan terbesar berjumlah 4. Lalu diketahui rentang minimum yaitu nilai terkecil dikalikan dengan jumlah item yang valid (1x27=27), kemudian dapat diketahui rentang maksimum, yaitu nilai terbesar dikalikan dengan jumlah item yang valid (4x27=108), sehingga didapat rentangan Dengan jarak sebaran =81. Dengan demikian standar deviasi sebesar 81:6=13.5. Nilai 6 didapat dari kurva distribusi normal yang terbagi atas 6 wilayah, yaitu 3 daerah positif dan 3 daerah negatif. Setelah mendapatkan nilai standar deviasi, selanjutnya mencari nilai mean hipotetik dengan cara mengalikan nilai tengah dengan jumlah item yang valid (2.5x27=67.5). Kurve Distribusi Normal Skala Asertif Mean empirik = SD -1SD x +1SD +2SD sangat rendah rata2/ tinggi sangat rendah sedang tinggi Setelah melihat kurva di atas, dapat diketahui bahwa subjek penelitian mempunyai perilaku asertif yang cenderung tinggi ( ME> MH= 81.44> 67.5). 2. Kepercayaan Diri Diketahui mean empirik sebesar Jumlah item valid pada skala kepercayaan diri sebanyak 26 dengan menggunakan kriteria nilai dari 1 sampai dengan 4. Ini berarti nilai skala terkecil berjumlah 1 dan terbesar berjumlah 4. Lalu diketahui rentang minimum yaitu nilai terkecil dikalikan dengan jumlah item yang valid (1x26=26), kemudian dapat diketahui rentang maksimum, yaitu nilai terbesar dikalikan 13

14 dengan jumlah item yang valid (4x26=104), sehingga didapat rentangan Dengan jarak sebaran =78. Dengan demikian standar deviasi sebesar 78:6=13. Nilai 6 didapat dari kurva distribusi normal yang terbagi atas 6 wilayah, yaitu 3 daerah positif dan 3 daerah negatif. Setelah mendapatkan nilai standar deviasi, selanjutnya mencari nilai mean hipotetik dengan cara mengalikan nilai tengah dengan jumlah item yang valid (2.5x26=65). Kurve Distribusi Normal Skala Kepercayaan Diri Mean empirik = SD -1SD x +1SD +2SD sangat rendah rata2/ tinggi sangat rendah sedang tinggi Setelah melihat kurva di atas, dapat diketahui bahwa subjek penelitian mempunyai kepercayaan diri yang cenderung rata-rata/sedang (ME> MH= 65> 68.9). Selain perbandingan mean empirik dan mean hipotetik diatas, peneliti juga akan menyajikan mean perbandingan berdasarkan distribusi identitas subjek. Pada perbandingan distribusi subjek, pertama kali akan dibahas mengenai perilaku asertif berdasarkan jenis kelamin. Perbandingan Mean Empirik Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentasi Mean Empirik Prilaku Asertif Laki-laki 33 33% Perempuan 67 67% Total % 14

15 Berdasarkan tabel diatas, pada subjek laki-laki cenderung memiliki perilaku asertif yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek perempuan. Hal ini didukung oleh Rathus dan Nevid (1983), perempuan pada umumnya lebih sulit bersikap asertif seperti mengungkapkan pikiran dan perasaan dibandingkan dengan laki-laki. Kemudian, yang kedua akan dibahas perbandingan distribusi subjek mengenai perilaku asertif berdasarkan tingkat perkuliahan. Perbandingan Mean Empirik Berdasarkan Tingkat Perkuliahan Tingkat Jumlah Persentasi Mean Empirik Prilaku Asertif % % % % % 92.5 Total % Situasi tentang lingkungan sekitar turut mempengaruhi subjek dalam tingginya berespon asertif. Seperti yang diungkapkan oleh Rathus dan Nevid (1983), dalam berprilaku asertif seseorang biasanya melihat kondisi dan situasi dalam arti luas, misalnya posisi atasan dan bawahan. Begitu juga dengan posisi mahasiswa tingkat atas bagaimana prilaku asertifnya terhadap mahasiswa tingkat bawah dan setara dalam berinteraksi dan begitu juga sebaliknya. Dapat dilihat bahwa perbandingan antara mahasiswa tingkat 5 cenderung tinggi dibandingkan dengan tingkat perkuliahan yang lain. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor tertentu. Pada mahasiswa tingkat 5 cenderung tinggi perilaku asertifnya, mungkin disebabkan karena mahasiswa tingkat 5 sudah tahu banyak hal mengenai kampus, dan dengan wawasan yang telah dimilikinya mengenai cara-cara bagaimana bersikap ketika berinteraksi dengan pihak lain supaya tujuan yang dikehendaki tercapai, maka mahasiswa tingkat 5 cenderung memilih berperilaku asertif. Selain membahas mengenai perilaku asertif, peneliti juga akan membahas mean perbandingan kepercayaan diri berdasarkan jenis kelamin. Perbandingan mean empirik berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentasi Mean Empirik Kepercayaan Diri Laki-laki 33 33% Perempuan 67 67% Total % 15

16 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa laki-laki lebih percaya diri dibandingkan perempuan. Hal ini bisa jadi dikarenakan oleh peran jenis kelamin yang disandang oleh budaya terhadap kaum perempuan maupun pada laki-laki berefek pada rasa percaya diri. Seperti yang diungkapkan oleh Middlebrook (dalam Mahrita, 1997), perempuan cenderung diamggap lemah dan harus dilindungi, sedangkan laki-laki harus bersikap sebagai makhluk kuat, mandiri, dan mampu melindungi sehingga berpengaruh terhadap rasa percaya diri. Kemudian, akan dibahas perbandingan distribusi subjek kepercayaan diri berdasarkan tingkat perkuliahan. Perbandingan Mean Empirik Berdasarkan Tingkat Perkuliahan Tingkat Jumlah Persentasi Mean Empirik Kepercayaan Diri % % % % % 83.5 Total % Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa semakin tinggi tingkat perkuliahan seseorang maka akan cenderung tinggi kepercayaan dirinya. Hal ini mungkin saja dikarenakan semakin tinggi tingkat perkuliahan seseorang akan semakin banyak wawasan dan pengalaman yang didapatnya dan berpengaruh pada rasa percaya diri seseorang. Pengalaman dan wawasan individu yang telah lama berada dalam suatu bidang, misalnya pada lamanya proses pendidikan di universitas, biasanya membuat mahasiswa tingkat atas lebih percaya diri dibandingkan dengan mahasiswa tingkat bawah. Hal ini mungkin dikarenakan mahasiswa tingkat atas sudah lebih dulu merasakan lingkungan kampus sehingga sedikit banyak telah mampu menyesuaikan diri dan memiliki pergaulan yang cukup luas dan hal ini mampu menumbuhkan rasa percaya diri. Hal ini diduung oleh Wijaya (2000), pengalaman dan wawasan merupakan salah satu faktor individu merasa percaya diri. DAFTAR PUSTAKA Afiatin, T dan Martaniah, S. M Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling Kelompok Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi. No. 6. Thn III. Yogyakarta: Kampus UII Terpadu. Alberti, R dan Emmons, R Your Perfect Right: Panduan Praktis Hidup Lebih Ekspresif dan Jujur pada Diri Sendiri. Jakarta: Elex Media Komputindo. Cawood, D Assertiveness for Managers: Learning Effective Skill for Managing People. Edisi 2. Canada: International Self- Counsel Press Ltd. 16

17 De Angelis, B Percaya Diri Sumber Sukses Dalam Kemandirian. Cetakan 1. Jakarta: Gramedia Fatimah, E Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta didik. Bandung: Balai Setia. Hadi, S Statistika jilid 2. Yogyakarta: Andi. Jarboe, E Speaking Up: How to Be Assertive. Lange, A dan Jakubowski, P Responsible Assertive Behavior: Cognitive Behavior Procedures for Trainners. USA: Research Press. Liedenfield, G Seri Keluarga Mendidik Anak Agar Percaya Diri: Pedoman Bagi Orang Tua. Jakarta: Arcan. Mahrita, E Pengembangan Inventori Kepercayaan Diri : Penelitian Reliabilitas, Validitas, dan Norma Pada Sampel Mahasiswa Berusia Tahun. Skripsi. (tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Muhammad, A Karir Maju dengan Sikap Asertif. ol.html. Palmer dan Froehner Harga Diri Remaja: Penuntun Menumbuhken Harga Diri Bagi Remaja. Jakarta: Gramedia Poerwadarminta, W.J.S Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Rathus, S.A. dan Nevid, J.S Adjustment and Growth: The Challenges of Life (2 nd ed). New York: CBS College Publising. Rini, J Asertivitas. www. E-Psikologi.com Wijaya, A.H Antara Percaya Diri dan Percaya Dewa. Willis, L dan Daisley, J The Assertive Trainer: A Practical Handbook Assertiveness of Trainers and Running Assertiveness Course. USA: Mc Graw Hill 17

PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI

PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI Masa awal remaja adalah masa dimana seorang anak memiliki keinginan untuk mengetahui berbagai macam hal serta ingin

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 7 PALEMBANG

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 7 PALEMBANG HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 7 PALEMBANG Urfaa Fajarwati Dosen Universitas Bina Darma Jalan A. Yani No. 12 Palembang Surel:

Lebih terperinci

Kontribusi Perilaku Asertif Terhadap Kecerdasan Emosi

Kontribusi Perilaku Asertif Terhadap Kecerdasan Emosi Kontribusi Perilaku Asertif Terhadap Kecerdasan Emosi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji seberapa besar kontribusi perilaku asertif terhadap kecerdasan emosi. Sampel pada penelitian ini berasal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional, yang ingin mengukur hubungan variabel bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif melalui analisis regresi linier. Menurut Sugiyono (2009) Regresi adalah pengukur hubungan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 37 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di kampus program studi Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Peneliti akan menguraikan tentang gambaran umum subjek berdasarkan jenis kelamin. Kemudian menjelaskan secara deskriptif dengan di sertai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian SMU N 1 Getasan adalah salah satu sekolah yang ada di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan yang beralamat di Jl. Raya Kopeng KM. 08 Getasan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang beralamat di Jalan Diponegoro No. 52-60 Salatiga. Populasi dalam

Lebih terperinci

PERILAKU ASERTIF DAN HARGA DIRI PADA KARYAWAN

PERILAKU ASERTIF DAN HARGA DIRI PADA KARYAWAN PERILAKU ASERTIF DAN HARGA DIRI PADA KARYAWAN Ratna Maharani Hapsari 1 Retnaningsih 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat 2 retnaningsih01@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Vania Dwi Tristiana (14541084) Prodi : PGSD FKIP UNISRI ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai laporan pelaksanaan penelitian yang terdiri dari gambaran umum subjek, hasil uji validitas dan reliabilitas, uji normalitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian 1. Variabel Penelitian Untuk menguji hipotesis penelitian, akan dilakukan pengidentifikasian variabel-variabel yang diambil dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasi yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara kepercayaan diri dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan 34 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa hubungan antara konformitas pada produk dan perilaku konsumtif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN.1. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancangan korelasional dengan teknik survei untuk melihat hubungan variabel terikat dengan variabel tergantungnya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka proses

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri Oleh: SUCI

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Persiapan penelitian ini dimulai dengan menentukan tempat yang digunakan untuk penelitian. Sebelum

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Pada penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Alienasi 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua 3. Variabel Mediator : Konsep

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

KAJIAN IDENTIFIKASI PERILAKU ASERTIF PUSTAKAWAN UPT PERPUSTAKAAN UNDIP. Studi Kasus di Bagian Layanan. Oleh Sugeng Priyanto

KAJIAN IDENTIFIKASI PERILAKU ASERTIF PUSTAKAWAN UPT PERPUSTAKAAN UNDIP. Studi Kasus di Bagian Layanan. Oleh Sugeng Priyanto KAJIAN IDENTIFIKASI PERILAKU ASERTIF PUSTAKAWAN UPT PERPUSTAKAAN UNDIP Studi Kasus di Bagian Layanan Oleh Sugeng Priyanto Abstrak : Selama ini perpustakaan selalu dikeluhkan tidak mampu memberikan layanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek Penelitian ini adalah sense of humor dan penyesuaian diri pada remaja

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek Penelitian ini adalah sense of humor dan penyesuaian diri pada remaja BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan pertanyaan penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, responden penelitian, alat ukur penelitian, prosedur penelitian, dan metode analisis data.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia. 2. Subjek Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah dukungan sosial orang tua, harga diri (self-esteem) sebagai variabel bebas dan prestasi belajar sebagai variabel terikat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hipotesis yang telah dibuat. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hipotesis yang telah dibuat. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan kuantitatif untuk menguji hipotesis yang telah dibuat. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah Negeri 5 Bandung yang berlokasi di Jl. Sumatra No. 40 Bandung. Sekolah Menengah Pertama () 5 Bandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung. 2. Populasi Penelitian

Lebih terperinci

SUMBANGAN PERILAKU ASERTIF TERHADAP HARGA DIRI PADA KARYAWAN. Ratna Maharani Hapsari. Abstrak

SUMBANGAN PERILAKU ASERTIF TERHADAP HARGA DIRI PADA KARYAWAN. Ratna Maharani Hapsari. Abstrak SUMBANGAN PERILAKU ASERTIF TERHADAP HARGA DIRI PADA KARYAWAN Abstrak Ratna Maharani Hapsari 10502202 Karyawan merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam sebuah perusahaan. Setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan diolah dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan diolah dengan metode 52 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional yaitu korelasi parsial. Menurut Arikunto (2002:23) penelitian kuantitatif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y) BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Korelasi (hubungan) dalam penelitian ini, digunakan untuk melihat hubungan antar variabel yang digunakan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Bagian yang paling utama didalam membuat suatu penelitian adalah bagaimana membuat rencana (rancangan penelitian). Penelitian ini merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D)

BAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D) 87 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: (A) Identifikasi Variabel Penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel disebut juga sebagai objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang. variabel bebasnya adalah pola asuh orang tua.

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang. variabel bebasnya adalah pola asuh orang tua. 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1) Variabel Widoyoko (2014) Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian. Variabel bebas (Independent

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan pendapatnya, berani tampil di muka umum, memiliki kepedulian sosial, dan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Skala Konsep Diri dan. Skala Motivasi Berprestasi

LAMPIRAN A. Skala Konsep Diri dan. Skala Motivasi Berprestasi 96 LAMPIRAN A Skala Konsep Diri dan Skala Motivasi Berprestasi 97 Instrumen Penelitian Variabel Skala X A. Blue Print ASPEK INDIKATOR AITEM NO F/U 1. Kondisi Pandangan 1. Saya mampu hidup mandiri 1 F yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pembuatan Skala Intensitas Penggunaan Gadgets dan Skala Perilaku Prososial yang telah disusun sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Sebelum dilakukannya penelitian, peneliti terlebih dahulu menyusun proposal penelitian dan mencari alat ukur yang sesuai yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2009) adalah metode berlandaskan pada filsafat positivism,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan di RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo, Kabupaten Pamekasan. Selanjutnya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi harus terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SALES PROMOTION PT. NUTRIFOOD INDONESIA. Disusun oleh : KUMALA SARI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SALES PROMOTION PT. NUTRIFOOD INDONESIA. Disusun oleh : KUMALA SARI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SALES PROMOTION PT. NUTRIFOOD INDONESIA Disusun oleh : KUMALA SARI Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Intisari Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Alat ukur yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Alat ukur yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari pelaporan penelitian yang membahas tentang latar belakang penelitian yang dilakukan, adapun yang menjadi fokus garapan dalam penelitian ini adalah masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipergunakan guna menjawab permasalahan yang diselidiki berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat korelasional, yaitu penelitian yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel yang diprediksi memiliki hubungan. A. IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian komparasi atau perbedaan, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk membedakan atau membandingkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kepribadian Secara umum kepribadian (personality) suatu pola watak yang relatif permanen, dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi perilaku

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Syarat utama sebelum melakukan sebuah penelitian adalah menentukan variabel-variabel penelitian agar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain komparasional menurut Arikunto (2010:310) menyebutkan bahwa penelitian membandingkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya diri dalam beberapa situasi, dan ketakutan dalam situasi lainnya, merasa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Persiapan Penelitian Peneliti mempersiapkan penelitian dengan mencari alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur penyesuaian diri dan self-esteem serta mencari subjek

Lebih terperinci

Tabel 1. Tabel Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran 1

Tabel 1. Tabel Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran 1 53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Zawiyah Cot Kala Langsa. Waktu penelitian dimulai dari bulan Desember 2011

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID Oleh: Ardiles Delta Asmara 1) Dra. Indira Chanum, M.Psi. 2) Sjenny A. Indrawati, Ed.D. 3) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara BAB II LANDASAN TEORI A. Harga Diri 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara positif atau negatif (Santrock, 1998). Hal senada diungkapkan oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Fakultas Psikologi dan Kesehatan dan Fakultas Ekonomi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Fakultas Psikologi dan Kesehatan dan Fakultas Ekonomi 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Subyek penelitian atau populasi ini adalah Mahasiswa Semester 8 yang berada di Fakultas Psikologi dan Kesehatan dan Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menguraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, defenisi oprasional,

BAB III METODE PENELITIAN. menguraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, defenisi oprasional, BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan unsur paling penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Arikunto (2003) mengemukakan bahwa penelitian korelasional bertujuan untuk menemukan ada tidaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Variabel Tergantung : Prokrastinasi 2. Variabel Bebas : Kecemasan B. Definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menguraikan tentang variabel penelitian, definisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang diberikan dan diisi oleh subyek yaitu usia, jenis kelamin, lama menjadi gamer, pekerjaan, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional, yaitu bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis orang tua dengan kemandirian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pedoman Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan jenis studi korelasi. Alasan peneliti menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (hubungan kausalitas) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. (hubungan kausalitas) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah eksperimen. Penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk memberi hubungan sebab akibat (hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif korelasional yang melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang digunakan. Kesalahan dalam menentukan metode akan

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang digunakan. Kesalahan dalam menentukan metode akan BAB III METODE PENELITIAN.1 Metode Penelitian Metode merupakan suatu syarat penting yang tidak boleh ditinggalkan dalam penelitian, karna keberhasilan suatu penelitian tergantung dari pemilihan metode

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi Operasional Penelitian, (D). Subjek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepimpinan. Peneliti mendeskripsikan skor kepemimpinan dan kinerja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepimpinan. Peneliti mendeskripsikan skor kepemimpinan dan kinerja BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian baik secara deskriptif maupun uji hipotesis serta Pembahasan. A. Analisis Deskripsi Subjek Pada bagian ini, peneliti akan

Lebih terperinci