Abstrak. Abstract. Keyword: Tulungagung s onix and marble industry, product life cycle, system dynamic

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Abstrak. Abstract. Keyword: Tulungagung s onix and marble industry, product life cycle, system dynamic"

Transkripsi

1 ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK BERBASIS INDUSTRI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK (STUDI KASUS : PRODUK INDUSTRI MARMER DAN ONIX TULUNGAGUNG) Nurma Anita, Prof.Dr.Ir. Budisantoso Wirjidirdjo, M.Eng. Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya nurmaanita@yahoo.com ; santoso@ie.its-sby.edu Abstrak Industri marmer dan onix Tulungagung merupakan salah satu industri kreatif berbasis kerajinan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu ciri khas daerah. Namun permasalahan yang sering terjadi adalah tingkat penjualan produk tertentu yang semakin lama semakin mengalami penurunan karena UKM tidak memahami mendalam mengenai dinamika persaingan produk yang ada. Kajian daur hidup produk diperlukan untuk memberikan pemahaman tentang dinamika kompetitif produk marmer dan onix Tulungagung Tujuannya agar pembuat kebijakan mampu menentukan strategi yang sesuai dengan tahapan daur hidup produk sehingga meningkatkan keuntungan terutama pada tahapan kedewasaan. Metodologi penelitian yang digunakan adalah sistem dinamis, sebab sistem yang dikaji bersifat dinamis dan interdepensi,dimana akan berpengaruh terhadap lama setiap tahapan daur hidup suatu produk. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui pola daur hidup produk marmer dan onix. Strategi peningkatan kontribusi pembinaan UKM, teknologi dan pemasaran berpengaruh terhadap nilai peningkatkan penjualan terutama tahapan kedewasaan dan mampu memperpanjang tahapan ini. Dengan kata lain ada pengaruh antara konstribusi yang diberikan stakeholder terhadap daur hidup produk. Kata kunci : Industri Marmer dan Onix, Daur Hidup Produk, Sistem Dinamik Abstract Tulungagung s onix and marble industry is one of the craft-based creative industries that have the potential to be developed as one of regional unique characteristic. But the problem often occurs is the decreasing of sales level of certain products because UKM don t have a deep understanding of the dynamical competition of existing product. Study of the product life cycle is needed to provide comprehension abaout dynamical competition of Tulungagung s onix and marbel industry, so that policymaker can determine appropriate strategies in every phase of product life cycle, that will increase profits, especially at the maturity phase. The research methodology used is dynamic system, because the system reviewed is dynamic and has interdependensi, which will affect in duration of every phase s life cycle of a product. Based on the research, product life cycle of onix and marble is discovered. Enhancement of UKM development s contribution, technology, and marketing strategy can increase sales, especially on maturity phase, and extend this phase. In other words there is influence between the contribution given by the stakeholders of the product life cycle. Keyword: Tulungagung s onix and marble industry, product life cycle, system dynamic

2 1. Pendahuluan Dari beberapa sektor industri yang tergolong industri kreatif, industri kerajinan merupakan salah satu industri kreatif yang turut diperhitungkan kontribusinya dalam peningkatan ekonomi kreatif (Departemen Perdagangan,2007). Dilihat secara fungsi, produk industri berbasis kerajinan merupakan kebutuhan tersier saja dengan konsumen tertentu saja sehingga penyerapan produk ke pasar menjadi cukup kesulitan dan kurun waktu yang lama. Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk para pemilik UKM kerajinan termasuk UKM marmer dan onix Tulungagung Dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan lainnya yang memiliki kesamaan bidang usaha, UKM marmer dan onix Tulungagung selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas serta memberikan pelayanan yang memuaskan. Beberapa faktor yang mempu menunjang untuk peningkatan kualitas dan perbaikan akan tetapi ada beberapa permasalahn yang dihadapi. Permasalahan sebagian besar terkait dengan faktor internal, yaitu pengembangan ide inovasi dan kreativitas para pengrajin dalam sisi hilirnya dan pemilik UKM sebagai pengelola yang kurang mampu untuk membuat suatu strategi pemasaran yang sesuai untuk produknya. Tetapi jika dilihat lebih luas, hal ini berhubungan pula dengan faktor faktor eksternal, meliputi kurangnya pengetahuan teknologi, konstribusi pemerintah, dan perbankan. Produk industri marmer dan onix Tulungagung menunjukkan eksistensinya di dunia bisnis dalam beberapa periode terakhir, namun hal tersebut tidak menjadi tolak ukur satu-satunya tentang tercapainya tujuan perusahaan dari jangka panjang, bukan hanya pada pencapaian laba, tetapi juga pada kelangsungan hidup suatu perusahaan, sehingga perlu untuk mengetahui posisi produk marmer dan onix Tulungagung dengan menggunakan analisis daur hidup produk agar mampu menetapkan strategi sesuai tahapan produk. Strategi pemasaran produk pada masing masing tahapan itu berbeda, maka kesalahan manajemen dalam membaca tahapan produk berdasarkan daur hidup produk akan fatal dan berdampak terhadap kehancuran usaha yang sedang dijalankan oleh perusahaan. Usulan-usulan perbaikan untuk memperpanjang tahapan kedewasaan, karena merupakan tahapan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, sangat dibutuhkan terutama terkait dengan kreativitas desain serta variasi teknologi yang memadai karena menjadi ujung tombak untuk industri kreatif. Suatu pembangunan dan integrasi dari masingmasing faktor khususnya peran dan fungsi stakeholder yang terlibat dalam industri ini akan mampu memberikan suatu solusi dan penyelesaian terhadap permasalahan yang terjadi. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan simulasi sistem dinamik. Tujuan dari sistem dinamik tersebut adalah untuk mensimulasikan kemampuan industri marmer dan onix Tulungagung untuk bertahan dan mengetahui gambaran daur hidup produk dengan mengkaitkan integrasi antar variabel pendukungnya, dalam hal ini adalah hubungan antar stakeholder-nya. Dari hasil penelitian maka dapat dilihat variabel apa saja yang paling berpengaruh terhadap daur hidup produk berbasis industri kreatif ini dan dari analisa tersebut dapat dijadikan suatu bahan pertimbangan variabel yang dipilih dan ditingkatkan sehingga akan didapatkan suatu kebijakan untuk meningkatkan eksistensi industri marmer dan onix Tulungagung untuk ke depannya. Adapun batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel UKM berdasar dari rekomendasi pihak Disperindag Tulungagung. Beberapa data untuk sistem dinamik didasarkan pada data teoritis bukan primer. Stakeholder yang dimodelkan hanya stakeholder inti, yaitu pihak pemerintah daerah, pemilik UKM, dan pengrajin. Penelitian hanya menampilkan alternatif skenario tanpa implentasi pada sistem riilnya. Pada penelitian ini, kebijakan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan saat ini dijadikan sebagai skenario awal untuk proses simulasi dan dipergunakan untuk menentukan skenario lanjutan serta akan dapat diputuskan kebijakan yang baru nantinya. Secara keseluruhan akan mampu memberikan suatu bahan pertimbangan atas evaluasi kebijakan pemerintah saat ini yang berpengaruh langsung terhadap keberlangsungan industri marmer dan onix Tulungagung dalam rangka peningkatan nilai

3 pertumbuhan ekonomi dari industri marmer dan onix untuk masa mendatang. 2. Metodologi Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai metode penelitian, yang meliput kerangka berpikir atau prosedur penelitian, instrumen penelitian atau perangkat, serta langkah-langkah yang kami gunakan dalam melakukan penelitian ini. Tahap identifikasi merupakan tahap peneliti untuk mengetahui objek penelitian dan literatur penunjang, meliputi pemahaman terhadap kondisi existing di sentra industri marmer dan onix Tulungagung, perumusan masalah, perumusan tujuan, studi literatur, dan pengumpulan data. Pemahaman terhadap kondisi existing di sentra industri marmer dan onix Tulungagung dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai sistem yang ada, seperti stakeholder yang berperan dalam industri marmer di wilayah tersebut, permasalahan-permasalahan yang terjadi, dan hal-hal lain yang diperlukan untuk memperoleh gambaran umum penelitian. Tahap identifikasi kondisi existing ini dilakukan melalui observasi langsung dan melalui penelitian-penelitian yang pernah ada sebelumnya. Studi literatur merupakan pengkajian terhadap literatur buku, jurnal dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan konsep daur hidup produk,sentra industri marmer dan onix Tulungagung, permodelan sistem dinamis, dan beberapa metode lain yang mendukung. Pada tahap pengumpulan data, langkah yang dilakukan meliputi identifikasi variabel industri marmer dan onix Tulungagung, identifikasi produk unggulan, serta penggalian data primer dan sekunder yang berkaitan dengan variabel di dalam sistem. Tahap berikutnya yang dilakukan adalah tahap permodelan sistem. Secara umum, tahap ini terbagi menjadi tahap penyusunan model konseptual dan model dinamis. Penyusunan model konseptual dilakukan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai simulasi sistem dinamis yang akan dilakukan. Sedangkan untuk tahap permodelan sistem dinamis, beberapa langkah yang dilakukan meliputi penyusunan stock and flow maps, formulasi model simulasi, pengujian, dan simulasi skenario. Penyusunan stock and flow maps merupakan tahap pengembangan terhadap variabel-variabel yang telah disusun dalam model konseptual menjadi model sistem yang benar-benar disesuaikan dengan perilaku sistem aktual. Formulasi model simulasi meliputi langkah-langkah yang terkait dengan penggambaran model secara metodologis yang digunakan untuk me-replikasi permasalahan dari industri marmer dan onix Tulungagung. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain : spesifikasi dari struktur model, mengestimasikan parameter, hubungan timbal balik, dan initial conditions, serta menguji konsistensi model, apakah sesuai dengan tujuan dan batasan yang telah diberikan. Setelah model sistem dinamis dibuat, selanjutnya dilakukan uji verifikasi dan validasi untuk memastikan bahwa model simulasi yang dibuat telah benar secara logis dan dapat merepresentasikan kondisi riil sistemnya. Setelah diperoleh hasil dari simulasi kondisiexisting, selanjutnya dilakukan simulasi untuk skenario pengembangan yang telah dirancang. Skenario dalam simulasi sistem dinamis ini dilakukan untuk mengetahui dampak perubahan kontribusi stakeholder yang menunjukkan adanya hubungan antara daur hidup produk insutri marmer dan onix Tulung agung dengan perubahan nilai kontribusi yang ada. Hasil pengolahan data kemudian dianalisa dan diintepretasikan lebih mendalam. Dengan analisa dan interpretasi ini akan diketahui pengaruh masing-masing konsep skenario pengembangan terhadap daur hidup produk marmer dan onix terutama terhadap perubahan tingkat penjualan optimal pada tahapan kedewasaan. Sementara langkah akhir dari keseluruhan tahapan yang dilakukan adalah menarik kesimpulan serta memberikan saran. Dari kesimpulan yang diambil akan dapat dilihat mengenai hal-hal apa saja yang telah diperoleh dari keseluruhan tahapan serta dapat mencapai tujuan awal dari penelitian tugas akhir. Selain itu, dalam langkah akhir ini juga akan diberikan saran-saran untuk penyusunan penelitian yang sejenis. 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.1 Identifikasi Sistem Industri Marmer dan Onix Tulungagung Identifikasi sistem bertujuan untuk mengetahui elemen elemen yang terlibat didalam sistem dan hubungan nyata antar

4 elemen tersebut. Pengidentifikasian elemenelemen diharapkan dapat digunakan dalam pemodelan sistem, sehingga dapat mencerminkan kondisi real sistem Pelaku Sistem Industri Marmer dan Onix Tulungagung Pelaku sistem ada dua jenis yaitu pelaku inti dan pendukung. Pelaku inti merupakan yang berhubungan dengan proses produksi dan distribusi sedangkan pendukung adalah pelaku yang membuat kebijakan diluar sistem industri marmer dan onix seperti koperasi,perbankan dan pemerintah. Fokus penelitian ini terdiri atas kelompok pengrajin, UKM, dan Pemerintah. Penetapan jumlah sampel didasarkan atas rekomendasi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tulungagung kerena kerutinan pelaporan kondisi usaha pelaku industri marmer dan onix Tulungagung. Berikut ini adalah penjelasan masingmasing pelaku industri yang terlibat dalam industri marmer dan onix Tulungagung : 1. Industri Inti a. Pengrajin Pengrajin dalam industri marmer dan onix berperan sebagai pihak yang mengubah bahan baku batu marmer dan onix menjadi sebuah karya seni bernilai tinggi dengan basis kreativitas. b. UKM inti UKM inti merupakan pelaku industri marmer dan onix Tulungagung yang berperan sebagai perantara produk yang dihasilkan pengrajin ke distributor selanjutnya. Tabel Jumlah unit kerja dan Tenaga kerja Desa UNIT TENAGA KERJA Besole Gamping Tanggung Gunung Wates Pelem (sumber :BPS,2009) 2. Industri pendukung Industri pendukung merupakan industri mendukung proses produksi industri inti dalam hal penyediaan bahan baku. Industri penyedia bahan baku batu marmer Industri penyedia bahan baku olahan marmer Industri aksesoris pelengkap 3. Pemerintah Pemerintah merupakan institusi yang banyak berperan dalam perumusan kebijakan yang dapat mempengaruhi keberlangsungan dan perkembangan sentra. Instansi pemerintahan yang banyak berhubungan dengan sentra industri marmer dan onix Tulungagung, 4. Institusi pendukung Institusi ini merupakan institusi selain pemerintahan yang memiliki kontribusi terhadap keberlangsungan dan perkembangan sentra industri marmer dan onix Tulungagung. Berikut ini adalah jenis institusi pendukung dalam sentra yaitu perbankan dan pihak preguruan tinggi Kontribusi Pelaku Pendukung dalam Sentra Berdasarkan identifikasi yang dilakukan melalui wawancara terhadap beberapa pelaku di dalam sentra serta penggalian data dengan pengisian kuisioner kepada pihak expert diperoleh informasi mengenai kontribusi dari Pemerintah dan instirusi pendukung. Secara umum, dalam penelitian ini kontribusi dari Pemerintah dan institusi pendukung dikelompokkan menjadi empat aspek, yaitu aspek keuangan, teknologi, pembinaan dalam hal ini adalah pengembangan SDM, dan pemasaran. Berikut ini penjelasan singkat tentang kontribusi Pemerintah dan institusi pendukung terkait dengan industri marmer dan onix Tulungagung : 1. Pemerintah Pemerintah dalam hal ini adalah pemerintah pusat yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur serta pemerintah daerah dalam ini adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tulungagung dan Dinas Koperasi dan UMKM. Kontribusi pemerintah terhadap sentra industri industri marmer dan onix Tulungagung adalah keuangan, teknologi dan pembinaan.. 2. Lembaga keuangan Lembaga keuangan banyak memberikan kontribusi dalam hal keuangan khususnya permodalan usaha. Namun, besarnya kontribusi dari lembaga keuangan dipengaruhi oleh kebijakan kredit UKM yang diberikan oleh pemerintah. 3. Perguruan Tinggi Kontribusi perguruan tinggi diberikan dalam bentuk melakukan penelitian yang

5 bermanfaat khususnya dalam bidang teknologi dan mensosialisasikannya terhadap industri terkait, sehingga dapat meningkatkan kualitas SDM dan kualitas produk yang dihasilkan. Gambaran detail mengenai nilai kontribusi dari masing-masing institusi pendukung dalam empat aspek yang dituangkan secara kuantitatif ditunjukkan dalam tabel 3.2. Angka yang ditunjukkan dalam bentuk indeks kontribusi skala 0 sampai 5 menggambarkan besarnya peranan institusi yang dirasakan oleh industri di dalam sentra. Tabel 3. 2Kontribusi Pelaku Pendukung No STAKEHOLDER indikator Keuangan Teknologi Pembinaan Pemasaran Pemerintah Pusat 1 Disperindag Jatim Pemerintah Daerah 2 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas UKM dan Koperasi Lembaga Penelitian 3 ITS Perguruan Tinggi Lainnya Institusi Pendukung Lainnya 5 Bank Koperasi Analisis Produk Unggulan Produk yang dijadikan penelitian merupakan jenis produk yang relatif stabil diproduksi serta memperhatikan dari segi tingkat kreativitas dan keunikan produk sebagai dasar keinginan konsumen untuk membeli. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diperoleh bahwa produk meubel meja inlay Tulungagung berpotensi untuk dikembangkan dengan melihat bahwa tingkat pertumbuhan kebutuhan property baik Indonesia dan luar negeri terhadap produk Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya (sumber: Produk meubel jenis ini mempunyai keunikan tersendiri dari segi motif, corak, warna serta bentuknya. Produk meubel yang dijadikan amatan adalah jenis meja bundar, persegi dan orthogonal ukuran sedang (120 cm). Produk ini merupakan jenis produk yang memiliki tingkat permintaan cukup tinggi dibandingkan produk jenis lainnya 3.2 Identifikasi Variabel Setelah mengetahui dan melakukan pengkajian dan identifikasi elemen dalam sistem maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu mengidentifikasi variabel. Hal ini dilakukan untuk mendefiniskan variabelvariabel mana yang berpengaruh dalam daur hidup produk industri marmer dan onix Tulungagung. Identifikasi variabel dilakukan dengan mempelajari data sekunder dan brainstorming dengan beberapa pihak terkait. Selain itu, identifikasi variabel juga dilakukan dengan studi literatur. Sehingga didapatkan variabel-variabel yang memiliki interaksi atau hubungan sebab akibat terhadap industri marmer dan onix Tulungagung. Variabel yang diidentifikasi berdasarkan kajian yang dilakukan Tabucannon (1998) menyebutkan beberapa aspek yang berhubungan dengan daur hidup produk dan lebih mengarah kepada peningkatan market share. Daur hidup produk yang disebutkan dalam penelitian tersebut adalah daur hidup untuk general product. Berikut ini penggambaran aspek-aspeknya secara garis besar: a. Aspek Pemasaran Pemasaran dalam hal ini lebih terkait dengan bagaimana bentuk promosi yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatan potensial konsumen dalam membeli produk. b. Aspek Kualitas Kualitas merupakan salah satu parameter yang diperhitungkan dalam keputusan konsumen untuk membeli produk. Perbaikan kualitas produk diimbangi dengan peningkatan cost. c. Aspek Kreativitas Untuk beberapa jenis produk tertentu motif atau desain menjadi salah satu alasan untuk membeli produk. Semakin berjalan waktu aspek desain berubah-ubah atau biasa disebut trend. d. Aspek Pertimbangan Harga. Persepsi harga yang dianggap sesuai oleh konsumen merupakan hal yang perlu dikaji bagi produsen untuk menentukan harga jual mereka e. Aspek Teknologi Teknologi merupakan penggerak produksi dalam perusahaan. Semakin baik dari segi kreativitas dan kualitas maka produk akan lama berada di pasaran dan daur hidup lebih panjang tahapan kedewasaannya. f. Aspek Finansial Kemampuan investasi didapatkan ketika tingkat laba yang didapatkan perusahaan juga meningkat. Berdasarkan beberapa aspek diatas serta dihubungkan dengan parameter daur hidup produk dari kajian Kementerian Koperasi

6 UMKM 2002 seperti pada tabel 3.4 maka dilakukan penyesuaian serta pendefinisian variabel untuk mewakili aspek-aspek di atas. Sehingga parameter yang dijadikan sebagaimana parameter keberlanjutan daur hidup produk industri kreatif yaitu : 1. Jumlah penjualan Ketika terdapat indikasi bahwa nilai penjualan mengalami penurunan berarti kemampuan untuk memenuhi kebutuhan produk sesuai dengan pasar yang semakin menurun pula. 2. Laba bersih UKM (profit margin) Laba bersih merupakan salah satu parameter yang menentukan produk pada tahapan apa dalam daur hidup karena indikasi penurunan daur hidup produk yaitu ketika tingkat profit margin mulai mengalami penurunan drastis dan bernilai negatif. 3. Investasi Investasi dalam hal ini dikelompokkan menjadi dua yaitu investasi awal dan investasi ulang karena adanya pengaruh laba bersih UKM. Investasi dalam hal ini terkait dengan pengadaan materi teknologi, pemasaran dan pembelian bahan untuk produksi. 4. Pengeluaran untuk promosi Parameter ini untuk melihat kesesuaian dengan tingkat investasi pemasaran yang ada dan adanya pengaruh promosi terhadap tingkat penjualan produk. 5. Market share Market share adalah prosentase kemampuan UKM untuk memenuhi kebutuhan pasar. Market share ini menjadi parameter daur hidup produk karena semakin tinggi market share berarti semakin tinggi tingkat penjualan sehingga akan semakin meningkatkan laba bersih bagi pihak UKM. Tabel 3. 4 Ringkasan ciri parameter parameter perkenalan pertumbuhan dewasa penururan output penambahan rendah penambahan tinggi penambahan melambat pertambahan rendah margin laba negatif nol/positif-rendah positif-tinggi nol/positif-rendah biaya pemasaran besar besar kecil kecil biaya produksi rendah besar besar melambat investasi besar besar nol/rendah nol (sumber: Kajian Kementerian Koperasi dan UMKM, 2002) 3.3 Konseptualisasi Model Model konseptual digunakan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai simulasi sistem dinamis yang akan dilakukan. Konseptualisasi model ini akan ditunjukkan dalam bentuk boundary chart, input output diagram, dan causal loop diagram Pembatasan Model (Model Boundary Chart) Pembatasan model dilakukan dengan membatasi lingkup pemodelan dengan mengidentifikasi variabel apa yang akan masuk dalam model, berupa variabel endogenous atau exogenous dan variabel apa saja yang tidak termasuk di dalam pemodelan (excluded from the model). Di bawah ini merupakan pembatasan model secara umum dibagi menjadi beberapa aspek. Tabel 3. 5 Boundary Chart Aspek Produksi Endogenus Exogenus Excluded Pembagian penjualan pada distributor Jumlah produksi inflasi lain Jumlah produk yang terjual Kontribusi pemerintah untuk pembinaan Vaiasi produk Kapasitas produksi Pembagian untuk ekspor dan lokal Indek ketidaksesuain permintaan dan produksi Pengaruh kurs dolar Harga jual konsumen Pengaruh suku bunga bank Produktivitas Efisiensi bahan baku Permasalahan limbah Endogenus Aspek Teknologi Exogenus Excluded Laju depresiasi Kontribusi pemerintah untuk teknologi Peningkatan fasilitas Biaya fasilitas Aspek Pemasaran Endogenus Exogenus Excluded Jumlah Permintaan Perubahan trend kualitas produk pesaing Prosentase produk pesaing untuk promosi Harga produk pesaing Prosentase tingkat promosi hak paten Pengeluaran untuk promosi Bentuk promosi Prosentase tingkat kreativitas produk Struktur pasar ekspor Kualitas produk Aspek Kontribusi Pemerintah Endogenus Exogenus Excluded Tingkat tiap sektor Jumlah PDRB Tingkat kontribusi institusi tiap sektor Kondisi keuangan daerah Jumlah program pembinaan Input Output Diagram Diagram input output disusun untuk mendeskripsikan variabel input dan output dari sistem secara skematis. Dalam diagram input output, variabel-variabel yang ada diklasifikasikan menjadi input terkendali, input tak terkendali, output terkendali, output tak terkendali, dan lingkungan. Diagram ditunjukkan pada Gambar 3.1

7 <fasilitas produksi> pengaruh produk perubahan trend <pengaruh corak dan luar negeri pasar <produktivitas <perubahan trend unik produk> <perubahan UKM> pasar> peningkatan harga> indeks <peningkatan promosi ketidaksesuaian permintaan produk word of mouth> pengaruh corak dan unik produk perubahan <perubahan peningkatan harga faktor market share peningkatan harga> faktor market share pendapatan kena pengaruh pasar kemampuan UKM pajak produktivitas UKM <inflasi> rate pajak pendapatan UKM jumlah produksi peningkatan promosi profit margin kualitas SDM word of mouth peningkatan utilitas produksi - market share biaya material biaya produksi pembinaan SDM biaya promosi produk yang kapasitas produksi <kontribusi terjual kontribusi pemerintah> pemerintah investasi UKM biaya upah <fasilitas produksi> besar normal <kontribusi fasilitas produksi Kualitas produk investasi pemerintah> <profit margin> biaya fasilitas peningkatan upah pengrajin <produktivitas UKM> inflasi Gambar 3.2. Causal Loop Diagram Causal loop Diagram Causal loop diagram dibuat untuk menunjukkan variabel-variabel utama yang akan digambarkan dalam model. Dalam causal loop diagram juga akan ditunjukkan hubungan sebab akibat yang terjadi antar variabel yang digambarkan dengan anak panah. Anak panah yang bertanda positif menunjukkan bahwa penambahan nilai pada variabel tersebut akan menyebabkan penambahan nilai pada variabel yang dipengaruhinya. Causal loop ditunjukkan pada Gambar 3.2. Input Tak Terkendali Kualitas produk supplier Produk pesaing okal maupun internasional Tingkat Permintaan Peningkatan harga bahan baku Minat konsumen untuk desain meubel Input Terkendali Kapasitas produksi Modal yang disetor untuk investasi ulang Kualitas produk meubel Harga jual Faktor laba Penggunaan fasilitas Kebutuhan bahan baku Kebutuhan tenaga kerja Investasi Output produksi Pengeluaran untuk promosi Lingkungan Rate pajak Kontribusi institusi pemerintah dan pendukung Perubahan trend Sistem Industri kerajinan meubel marmer dan onix Tulungagung Pengelolaan Output Dikehendaki Peningkatan kualitas produk Peningkatan kualitas SDM Penibgkatan prosentase industri legal dan bersertifikasi Peningkatan pangsa pasar produk lokal Peningkatan profit margin Peningkatan pendapatan UKM dan pengrajin Peningkatan market share Output Tak Dikehendaki Penurunan Demand Penurunan profit margin Penurunan pendapatan UKM dan pengrajin Penurunan market share\ Penolakan pasar atas desain produk Pencemaran lingkungan Gambar 3.1. Input output diagram Penyusunan Stock and Flow Maps Dalam pemodelan sentra industri marmer dan onix Tulungagung, penyusunan Stock and Flow Maps terbagi menjadi beberapa sub model yang telah detail. Model besar dari sistem sentra industri marmer dan onix ini dapat dilihat pada causal loop. Beberapa sub model yang digunakan dianggap mampu merepesentasikan setiap indikator dari daur hidup produk industri kreatif ini adalah sebagai berikut: 1. Sub model penjualan 2. Sub model fasilitas 3. Sub model produktivitas 4. Sub model pendapatan dan biaya 5. Sub model perubahan tingkat harga 6. Sub model perubahan tingkat upah 7. Sub model perubahan market share 8. Sub model 1. Sub model Penjualan Pada sub model ini akan digambarkan kondisi dari UKM sendiri. Data yang didapatkan merupakan rata-rata dari 5 UKM yang dijadikan sampel objek amatan. Penjualan merupakan salah satu parameter yang diukur dalam daur hidup produk marmer dan onix. Jumlah produk yang terjual dipengaruhi oleh besarnya market share, pengaruh tingkatan harga, keunikan corak, desain dan motif, dan kemampuan promosi UKM. HOME utilitas produksi <produktivitas> multiplier 2 <multiplier 1> <fasilitas produksi> produksi rate perubahan kapasitas <laju investasi> jumlah awal persediaan persediaan faktor harga persediaan yang diharapkan kapasitas produksi jumlah awal kapasitas multiplier 1 produk yang terjual - <multiplier tahun> ketidaksesuaian persediaan Gambar 3.3 Sub model penjualan - - <tingkatan harga> <ketidaksesuaian produk terkait trend> - <market share> fraksi kemampuan UKM untuk kreativitas <ketidaksesuain service> <peningkatan promosi dari pemerintah> <pengaruh motive, unik, dan corak terhadap penjualan> fraksi peningkatan promosi <pengeluaran untuk iklan>

8 2. Sub model Fasilitas Sub model ini menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan daur hidup produk karena ketika ada fasilitas dalam atau teknologi dalam suatu industri mempunyai kualitas dan kuantitas yang sesuai akan mampu menunjang proses produksi yang ada. Nilai fasilitas produksi dipengaruhi oleh besarnya investasi UKM untuk penambahan teknologi serta terhadap pemberian bantuan teknologi. <aspek peningkatan teknologi> <investasi ulang> fraksi investasi untuk teknologi Gambar 3.4. Sub model fasilitas 3. Sub model Produktivitas Produktivitas pada sub model ini identifikasikan sebagai pengaruh dari pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah. Produktivitas disini sebenarnya terkait dengan pengetahuan tentang penggunaan teknologi, efisiensi penggunaan bahan baku, atau segala sesuai yang berhubungan dengan pembinaan yang mampu meningkatkan kemampuan produksi. <peningkatan produktivitas> rate penambahan fasilitas rate pembinaan UKM <multiplier tahun> fasilitas produksi multiplier 8 delay pembinaan terhadap produktivitas produktivitas kejenuhan produktivitas <multiplier tahun> Gambar 3.5. Sub model produktivitas 4. Sub model Perubahan Tingkat Harga Perubahan tingkat harga dipengaruhi oleh ketidaksesuaian antara kekurangan produksi dan permintan. Ketika tingkat permintaan meningkat tetapi produksi tidak memenuhi maka akan terjadi peningkatan harga dan sebaliknya. Pada sub model perubahan tingkat harga ini terdapat delay dimana harga tidak berubah secara spontan tetapi ada faktor yang mempengaruhinya. rate pengurangan fasilitas - laju depresiasi <faktor harga> harga yang diharapkan <indeks ketidaksesuaian> rate perubahan harga delay perubahan harga tingkatan harga Gambar Sub model Perubahan Tingkat Harga 5. Sub model Perubahan Tingkat Upah Perubahan tingkat upah ini merupakan indikator yang melekat pada pendapatan pengrajin marmer dan onix Tulungagung. Nilai peningkatan upah ini disesuaikan berdasarkan jumlah pekerjaan yang dilakukan oleh pengrajin. <inflasi> <laba bersih UKM> delay perubahan upah pendapatan pengrajin untuk tiap produk rate perubahan upah <multiplier 1> rate normal kenaikan upah pembagian pekerjaan pengrajin untuk per jenis produk <pendapatan pengrajin> tingkatan upah pengrajin pendapatan pengrajin - untuk service <pendapatan pengrajin> Gambar Sub model Tingkatan Upah Pengrajin 6. Sub model Pendapatan dan Biaya Produksi UKM Pada sub model terdapat beberapa variabel yang terkait dengan pendapatan UKM yaitu dari tingkatan harga dan jumlah produk yang dijual. Sedangkan laba bersih didapatkan dari selisih biaya produksi dan pendapatan UKM marmer dan onix Tulungagung. Gambar 3.8 menunjukkan sub model pendapatan dan biaya produksi. <peningkatan investasi dari pemerintah dan institusi keuangan> <multiplier 1> besar normal investasi UKM laju investasi - laba bersih UKM pendapatan kena pajak <multiplier 2> Gambar 3.8. Sub model pendapatan dan biaya 7. Sub model Kontribusi Pemerintah Penilaian sesuai dengan rekap data pada Tabel 3. 2Kontribusi inflasi <multiplier tahun> <fasilitas produksi> <multiplier tahun> pendapatan pengrajin permintaan untuk service <multiplier 2> multiplier tahun <multiplier 2> lookup inflasi jumlah pekerjaan yang dilakukan <produktivitas> <tingkatan upah pengrajin> biaya fasilitas biaya produksi rate pajak faktor laba pendapatan UKM <harga jual konsumen> harga jual konsumen <produksi> ketidaksesuain service <tingkatan harga> fraksi biaya tetap biaya upah fraksi ketidaksesuian service biaya bahan baku <pendapatan pengrajin> <produk yang terjual> rata-rata biaya bahan baku fraksi material faktor suplemen upah

9 Pelaku Pendukung. Kontribusi pemerintah berpengaruh terhadap kualitas produk dengan peningkatan program pembinaan SDM dan peningkatan subsidi teknologi. Hal lain terkait dengan pengaruh kontribusi pemodalan yang mengarah pada investasi UKM. Dari segi pemasaran pemerintah mempunyai fungsi untuk membantu melakukan promosi secara bertahap sehingga akan mampu meningkatkan jumlah potensial konsumen. pusat terhadap pembinaan program pembinaan UKM pusat terhadap promosi aspek pembinaan UKM kualitas SDM aspek promosi konstribusi pemerintah daerah terhadap pembinaan kualitas SDM terhadap produktivitas daerah terhadap promosi peningkatan promosi dari pemerintah perguruan tinggi terhadap pembinaan peningkatan produktivitas pusat terhadap aspek teknologi peningkatan kualitas produk pusat dalam pemodalan peningkatan investasi dari pemerintah teknologi terhadap kualitas aspek keuangan aspek peningkatan teknologi kontribusi lembaga keuangan kontribusi perguruan tinggi terhadap aspek teknologi daerah terhadap teknologi daerah dalam pemodalan Ganbar 3.9 Sub model 8. Sub model Perubahan Market share Variabel yang diukur dalam sub model ini adalah perubahan nilai market share. Market share dipengaruhi oleh faktor kemampuan peningkatan market share oleh UKM dan faktor pengaruh pertumbuhan pasar dalam hal ini adalah perubahan trend. Dimana kedua faktor dipengaruhi oleh keinginan konsumen atau pasar. Sub model market share dapat dilihat pada Gambar Pengujian Setelah simulasi dilakukan dan diperoleh hasil dari simulasi, tahap yang selanjutnya harus dilakukan adalah uji verifikasi dan validasi. Verifikasi dan validasi perlu dilakukan untuk memastikan bahwa simulasi yang dilakukan telah benar secara logis dan mampu menggambarkan kondisi existing secara tepat Verifikasi Verifikasi merupakan tahap untuk memastikan bahwa model simulasi yang dibuat telah benar secara logis. Untuk memastikan hal tersebut, maka dilakukan dua bentuk pengecekan yaitu dengan melakukan check model dan unit check pada software Ventana Simulation yang digunakan untuk melakukan simulasi dinamis. Check model dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada error dalam formulasi dan model dapat disimulasikan dalam 18 tahun mendatang. Sedangkan unit check dilakukan untuk memastikan kesetaraan satuan pada saat melakukan formulasi Validasi Proses validasi dilakukan melalui dua tahapan yaitu validasi struktur model dan validasi secara matematis (output) simulasi. 1) Validasi struktur model Validasi struktur bertujuan untuk melihat sejauh mana kesesuaian struktur model yang dibangun mendekati struktur sistem nyata. Uji kesesuaian struktur bertujuan untuk memberi keyakinan bahwa struktur model yang dibangun valid secara ilmiah. Pada validasi ini ada 2 cara yaitu pendapat expert mengenai model yang telah dibangun dan secara grafis penggambaran hubungan variabel. a. Pendapat Expert Berdasarkan brainstorming dengan pihak expert dalam hal ini Pembina UKM dari Disperindag disebutkan bahwa model yang dibuat telah sesuai dengan kondisi riil. b. Penggambaran dengan Grafis Struktur model pendapatan dipengaruhi secara positif oleh jumlah produk yang dijual dan perubahan harga. Beberapa hal yang mempengaruhi produk yang tejual adalah jumlah penjualan dan market share, sehingga dengan kata lain ketika penjualan dan market share meningkat akan meningkatkan pendapatan. Tabel 3. 6 Perbandingan nilai market share, pendapatan dan output tahun Perubahan market share Pendapatan UKM Output ,071% Rp , ,017% Rp , ,100% Rp , ,190% Rp , ,200% Rp , ,050% Rp , ,290% Rp , ,005% Rp , ,011% Rp , ,300% Rp , ,012% Rp , ,335% Rp , ,052% Rp , ,545% Rp , ,197% Rp , ,741% Rp , ,463% Rp , ,772% Rp , ,972% Rp , Pada Gambar 3. terlihat bahwa untuk masing-masing hubungan variabel telah sesuai dengan kondisi nyatanya dimana pendapatan akan meningkatkan dengan seiringnya peningkatan market share

10 pendapatan UKM Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp- Pendapatan UKM 0,071% 0,190% 0,290% 0,300% Gambar 3. 12Perbandingan market share dan pendapatan UKM 2) Validasi matematis (output) Validasi matematis dilakukan dengan menggunakan perhitungan Kalman Filter dengan nilai penerimaan 47,25-52,3%. Kalman Filter menunjukkan pola penyimpangan data simulasi terhadap data aktual. Perhitungan matematis dilihat dari jumlah output dan pendapatan dengan penggunaan proporsi sesuai dengan brainstorming dengan pihak UKM. Ho: data simulasi sesuai dengan data aktual H a : data simulasi tidak sesuai dengan data actual 1. Validasi jumlah output yang terjual Jumlah rata-rata penjualan untuk setiap tahapan pada tahun yang didapatkan dari rekap data Disperindag adalah sebagai berikut : Tabel 3. 7Perbandingan output existing dan simulasi Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa nilai KF untuk tahapan perkenalan 47,45% dan tahapan pertumbuhan 49,55% yang berada diantara range penerimaan Ho, maka terima Ho dan dinyatakan bahwa data simulasi sesuai dengan data aktual. 2. Validasi pendapatan UKM Jumlah rata-rata pendapatan untuk masing-masing tahapan tahun yang didapatkan dari rekap data Disperindag. 0,052% 0,741% 0,972% perubahan market share Output Tahapan Perkenalan Tahun Existing Tahun Simulasi , , , variansi 12003, ,36667 KF 0, Pendapatan UKM Expon. (Pendapatan UKM) Output Tahapan pertumbuhan Tahun Existing Tahun Simulasi , , , variansi 4910, , KF 0, Tabel 3.8. Perbandingan Pendapatan UKM existing dan simulasi tahap perkenalan Pendapatan tahapan perkenalan tahun Exisiting tahun Simulasi 2002 Rp , ,5 Rp , Rp , Rp , Rp , ,5 Rp , Rp , Rp , Rp , ,5 Rp , Rp ,00 variansi 2,21E16 2,34013E16 KF 0, Tabel 3.9. Perbandingan Pendapatan UKM existing dan simulasi tahap pertumbuhan Pendapatan tahapan pertumbuhan tahun Exisiting tahun Simulasi 2006 Rp , ,5 Rp , Rp , Rp , Rp , ,5 Rp , Rp , ,5 Rp , Rp ,00 variansi 2,67E16 2,799E16 KF 0, Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa nilai KF untuk tahapan perkenalan 51,3 %dan tahapan pertumbuhan 51,2% yang berada diantara range penerimaan Ho, maka terima Ho dan dinyatakan bahwa data simulasi sesuai dengan data aktual. 3.6 Desain Skenario (sensitivity analysis) Desain skenario kebijakan dilakukan dengan cara mengubah nilai pada variabel yang berpengaruh (sensitif) terhadap daur hidup produk marmer dan onix Tulungagung. Variabel yang berpengaruh adalah berupa variabel yang dapat dikendalikan baik oleh campur tangan pemerintah maupun pemilik UKM. 1. Skenario 1 : Peningkatan Pembinaan SDM Untuk skenario pengembangan SDM, nilai kontribusi yang ditingkatkan adalah pemerintah pusat dan daerah. Kontribusi pemerintah pusat bernilai 2 ditingkatkan menjadi 4 dalam skenario ini dan kontribusi pemerintah daerah menjadi 3. Selain itu peningkatan kontribusi perguruan tinggi untuk pelakukan pembinaan yang semula tidak ada ditingkatkan menjadi 2. Adanya peningkatan kreativitas motif dan corak maka fraksi kemampuan pengrajin untuk hal ini dinaikkan 1.05 dari kondisi sebelumnya.

11 2. Skenario 2 : Teknologi Produksi Untuk skenario kedua yang berkaitan dengan teknologi produksi, kontribusi pemerintah daerah yang semula bernilai 1 ditingkatkan menjadi 3, dan kontribusi pemerintah pusat yang semula ditingkat menjadi 4. Kontribusi bernilai 2 perguruan tinggi yang awalnya 1 ditingkatkann menjadi 2. Peningkatan teknologi selanjutnya adalah peningkatan fraksi investasi ulang untuk teknologi dari UKM yang semula menjadi 0.5 atau sebesar 50%. 3. Skenario 3 : Sektor Finansial Pada skenario 3, skenario dilakukan pada sektor finansial pada submodel pendapatan dan biaya. Perubahan dilakukan pada perubahan pusat menjadi 4 dan konstribusi institusi keuangan menjadi 3 serta pemerintah daerah menjadi 3. Untuk pihak UKM sendiri ada peningkatan besar normal dari laba bersih yang diinvestasikan untuk UKM yaitu sebesar 75% 4. Skenario 4 : Skenario Aspek Pemasaran Pada skenario 5 ini terkait dengan peningkatan aspek promosi yang diharapkan mampu meningkatkan penjualann produk. Perbaikan yang dilakukan yaitu peningkatan nilai daerah dan pemerintah pusat menjadi 3. Selain itu untuk pemilik UKM kontribusi untuk promosi dinaikkan menjadi Kontribusi dari pemilik UKM merupakan strategi pemasaran internal. 4. Analisa dan Interpretasi Data 4.1 Analisis Daur Hidup Produk Existing Jumlah produk yang terjual merupakan parameter kontrol utama dalam menentukan tahapan hidup produk. Pada analisiss daur hidup produk existing ini juga akan didasarkan atas nilai penjualan UKM dari mulai 2002 hingga 2008 seperti pada tabel 4.1. Identifikasi tahapan didasarkan atas perhitungan harga konstan dimana peningkatan pada setiap periode waktu berdasarkan tahun awal Lama waktu perkenalan produk berkisar selama 3 tahun yaitu pada tahun 2002 hingga tahun Penyerapan produk ke pasar lama karena terkait dengan fungsi produk yang tersier dan produk kreatif sehingga konsumen yang potensial juga terbatas. Pada fase ini penjualan produk relatif rendah. Tahun 2006 mulai ada peningkatan penjualan produk yang cukup tinggi sselang waktu ini dapat dikatakan mulai memasuki fase pertumbuhan. Lama waktu tahapan ini belum dapat diketahui sebelum melakukan suatu sebuah proyeksi jangka panjang daur hidup produk meja inlay ini. Tabel 4. 1.Nilai Keuntungan UKM dari Perhitungan Penjualan Tahun Existing Peningkatan % % % % % % Gambar 4. 1 Penggambaran daur hidup tahun Analisa Causal loop Dalam pemodelan sistem, terdapat keterkaitan antara variabel. Analisis causal loop akan lebih mudah dianalisa dengan menunjukkan causal tree diagram dari variabel yang terdapat pada causal loop. Beberapa causal tree dari variabel yang menjadi variabel parameter yaitu : 1. Laba bersih UKM (profit margin) Hubungan sebab akibat laba bersih UKM ditunjukkan pada Gambar 5.2. Laba bersih UKM dipengaruhi oleh besar pendapatan UKM setelah dikenai pajak dan biaya produksi. Pendapatan kena pajak berbanding lurus dengan laba bersih. Sedangkan biaya produksi berbanding terbalik. Laba bersih UKM sangat bergantung pada besar pendapatan dan biaya pengeluaran untuk produksi UKM. pendapatan UKM biaya fasilitas biaya material biaya upah jumlah produksi rate pajak biaya produksi pendapatan kena pajak profit margin Gambar 4. 2Causal tree laba bersih UKM

12 2. Jumlah Produk yang Terjual Jumlah produk yang terjual dipengaruhi oleh besarnya market share yang ada. Dimana jumlah penjualan ini berbanding lurus pula dengan peningkatan corak dan unik suatu produk serta pemasaran. Perubahan tingkatan harga juga mempengaruhi penjualan produk, akan tetapi berbanding terbalik dengan penjualan. Pengaruh harga tidak terlalu besar terhadap penjualan produk karena pembeli tidak berkeberatan untuk membeli dengan harga yang tinggi karena akan sebanding dengan kepuasan seni yang mereka akan dapatkan. fasilitas produksi produktivitas UKM faktor market share kemampuan UKM faktor market share pengaruh pasar indeks ketidaksesuaian investasi UKM kapasitas produksi inflasi utilitas produksi biaya promosi jumlah produksi pengaruh corak dan unik produk peningkatan market share perubahan peningkatan harga produk yang terjual Gambar 4. 3 Causal tree jumlah penjualan 3. Investasi Investasi dalam hal ini merupakan 2 hal investasi awal dan investasi ulang. Investasi UKM awal dipengaruhi oleh modal sendiri dan modal yang didapatkan dari pinjaman pada institusi keuangan atau bantuan modal pemerintah. Sedangkan untuk investasi ulang didapatkan dari prosentase profit margin yang digunakan untuk investasi ulang. promosi produk meja inlay ini baik dalam negeri maupu luar negeri. Gambar 4. 5 Causal tree biaya promosi (1) 4. Peningkatan market share Keterkaitan variabel peningkatan market share ini didapatkan dari jurnal Tabucannon (1998) dan disesuaikan dengan kondisi riil sistem industri marmer dan onix Tulungagung. Secara garis besar terdapat 2 jenis pengaruh yaitu faktor pengaruh pasar dan faktor kemampuan UKM. Pertama dari faktor kemampuan UKM ada beberapa hal yang mempengaruhi yaitu kualitas, prosentase untuk melakukan publikasi, tingkat kreativitas, corak dan unik dari produk,serta harga yang diharapkan pelanggan. Faktor perubahan market share terkait dengan beberapa hal yaitu sebuah trend pasar dan pengaruh word of mouth. Selain itu adanya sebuah ancaman atas produk sejenis dari luar negeri yang menjadi pesaing produk dengan mempunyai spesifikasi dan kelebihan yang berbeda dengan produk meja inlay dari Tulungagung. biaya promosi Kualitas produk pengaruh corak dan unik produk perubahan peningkatan harga pengaruh produk luar negeri peningkatan promosi word of mouth perubahan trend pasar faktor market share kemampuan UKM faktor market share pengaruh pasar peningkatan market share Gambar 4. 6Causal tree peningkatan market share Gambar 4. 4 Causal Tree investasi UKM 3. Pengeluaran untuk promosi Menurut teori yang ada besarnya pengeluaran untuk promosi semakin lama semakin sedikit terhadap produk tersebut. Perilaku ini dipengaruhi oleh faktor promosi word of mouth sebagai pengaruh dari adanya promosi awal yang cukup intens. Pada causal tree pada Gambar 4.5 pengadaan biaya untuk promosi dipengaruhi oleh adanya investasi awal yang digunakan untuk investasi publikasi maupun investasi ulang yang didapatkan dari profit margin. Pemerintah juga mempunyai peran dalam membantu pemasaran dan 4.3 Analisa Hasil Simulasi Hasil simulasi untuk daur hidup produk meja meubel inlay dilihat dari beberapa aspek sesuai dengan parameter daur hidup produk. Jika dibandingkan antara kondisi saat ini dan simulasi awal, hasilnya tidak jauh berbeda. Hal ini dibuktikan dengan validasi yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya. Pada hasil simulasi awal dapat diketahui kapan produk akan mengalami penurunan secara drastis atau fase decline. Gambar 5.9 menunjukkan gambaran pola daur hidup produk meja inlay berdasarkansalah satu parameternya yaitu jumlah produk yang terjual.

13 Gambar 4. 6 Pola daur hidup produk meja inlay Tahapan perkenalan berada pada kisaran tahun Diindikasikan nilai penjualan yang rendah dan nilai laba bersih masih bernialai negatif. Selama 3 tahun ini merupakan suatu tahapan awal dalam penjualan produk. Diakui pihak UKM sendiri bahwa, pada kisaran tahun tersebut pihak UKM memang hanya menjual produk untuk lingkup lokal yang memang merupakan retailer tetap yang melakukan pembelian rutin pada UKM tersebut. Pada awalnya produk yang dijual cenderung mahal yaitu berkisar antara 3 hingga 4 juta untuk ketiga jenis produk meja inlay ini, karena sedikit jumlah barang yang diproduksi hanya sekitar 1 atau 2 produk per bulan dari pihak UKM dan sedikit pula konsumen yang mampu membeli. Tahapan pertumbuhan berada pada kisaran tahun Lama waktu fase ini sekitar 3 tahun. Laba bersih untuk kisaran tahun ini mulai mengalami peningkatan meskipun hanya bernilai kecil. Penjualan produk juga mengalami pertumbuhan yang tinggi dan cepat. Rata-rata penjualan pada fase ini hampir mencapai 500 produk. Jumlah produk yang dijual juga lebih banyak daripada tahapan sebelumnya. Pada akhir tahun 2006 beberapa UKM meubel melakukan ekspor meskipun dengan jumlah kecil. Pada tahapan ini sebenarnya dimungkinkan adanya trade off, UKM ingin meluaskan market share atau memperoleh keuntungan yang besar. Jika memilih pilihan pertama makaa investasi terhadap perbaikan produk dan promosi lebih tinggi daripada sebelumnya tetapi memang akan meningkatkan posisinya di pasaran. Tahapan kedewasaan berkisar pada tahun Lama waktu fase kedewasaan menurut hasil simulasii berkisar 4 tahun. Pada fase kedewasaan ini nilai penjualan paling tinggi dibandingkan dengan fase yang lain, akan tetapi juga akan mengalami penurunan melambat. Seiring dengan penurunan jumlah penjualan maka nilai laba bersih mulai mengalami penurunan. Konsumen mulai merasa jenuh dengan produk sehingga produk yang terjual juga akan sedikit. Sebagian konsumen yaitu retailer maupun konsumen individu telah mencoba membeli produk lain dan penjualan selanjutnya akan bergantung pada pertambahan penduduk dan permintaan untuk pergantian baru (make to order). Pada tahapan ini seharusnya ada beberapa strategi pemasaran yang sesuai untuk menghadapi permasalahan kejenuhan pasar terhadap produk seperti modifikasi produk. Pemilik UKM seharusnya mulai meluncurkan produk baru pada tahapan ini baik modifikasi dari produk meja inlay yang lama maupun desain yang benar-benar baru, agar konsumen yang berpotensial juga diberikan alternatif pilihan produk meja inlay yang beragam. Tahapan penurunan yaitu mulai tahun Jumlah penjualan akan mengalami penurunan yang drastis. Labaa bersih UKM menjadi negatif kembali atau mengalami kerugian. Kemunduran inii disebabkan beberapa hal adanya perubahan selera konsumen dan persaingan baik dalam negeri maupun luar negeri. Jika UKM memutuskan bertahan maka akan mengurangi jumlah penawaran produk. 4.5 Analisa Hasil Skenario Perbaikan Peningkatan penjualan dan memperpanjang tahapan kedewasaan terlihat paling baik pada skenario 1 yaitu adanya peningkatan kreativitas akibat dari kontribusi pemerintah dan institusi perguruan tinggi terhadap pembinaan. Pembinaan secara rutin setiap periode berupa sebuah pelatihan atau sharing season dengan para pengrajin terhadap desain, penggunaan teknologi, administrasi atau sharing informasi terbaru. Ide terhadap perbaikan produk selalu meningkat apabila dari pihak pemerintah dan institusi perguruan tinggi memberikan inputan kepada para pengrajin dan pemilik UKM terutama terkait pengembangan produk. Peningkatan kontribusi pemerintah bernilai 3 atau 4 inii terkait dengan frekuensi dari rutinitas pengadaan program pembinaan. Saat ini untuk setiap tahun hanya 1-3 kali pertemuan dengan pihak UKM dengan peningkatan frekuensi pembinaan menjadi 3 atau 4 kalinya selama satu. Sedangkan untuk kontribusi perguruan tinggi juga sama pada

14 awalnya Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa tidak pernah ada, jika ada kerjasama dengan pihak perguruan tinggi maka akan memberikan nilai tambah bagi sentra UKM marmer dan onix Tulungagung. Secara tidak langsung pengrajin akan terpacu untuk membuat produk yang lebih menarik, fraksi peningkatan kreativitas juga dinaikkan 5%. Fraksi 5% merupakan prosentase keinginan dari pihak pengrajin untuk menerapkan ilmu dan ketrampilan yang didapatkan dari pembinaan untuk digunakan sebagai inputan dalam proses peningkatan kreativitas. Pada skenario 1, pada setiap periode waktu mengalami peningkatan nilai laba bersih UKM dan penjualan produk. Tahapan kedewasaan mampu bertahan 2 tahun lebih lama dari kondisi awal. Untuk tahapan kedewasaan yaitu pada tahun Lama waktu untuk tahapan ini adalah hampir 6 tahun. Sesuai dengan strategi pemasaran tahapan kedewasaan ini yaitu adanya modifikasi produk, ternyata mampu membantu UKM untuk menciptakan suatu modifikasi produk tersebut dengan peningkatan kreativitas serta perbaikan produk baik penambahan ragam produk, perubahan desain, maupun modifikasi produk meja inlay yang sudah lama. Pengaruh skenario 2 yaitu peningkatam, perguruan tinggi, dan pemilik UKM dalam pengusahaan teknologi akan mampu meningkatkan penjualan dan memperpanjang tahapan kedewasaan produk. Aspek modifikasi produk sebagai strategi pemasaran juga dapat dilakukan dengan lebih mudah apabila ada bantuan teknologi. Teknologi akan menunjang tingkat kreativitas pengrajin dalam menghasilkan produk yang lebih berkualitas dan menarik dengan detail yang lebih baik daripada sebelumnya. Tahapan kedewasaan mempunyai kurun waktu sekitar 5 tahun yaitu berkisar pada Pemberian teknologi dilakukan pada saat pertumbuhan-kedewasaan adalah waktu yang tepat. Skenario 3 adalah terkait dengan pemodalan UKM. Dari simulasi yang dilakukan, skenario 3 ini tidak memperpanjang tahapan kedewasaan produk meja inlay. Faktor modal sebenarnya digunakan sebagai penunjang keseluruhan aspek produksi. Faktor ini memang tidak berpengaruh langsung terhadap produk sehingga pengaruhnya terhadap daur hidup produk juga tidak terlalu terlihat. Kurun waktu tahapan kedewasaa lebih panjang 1 tahun daripada kondisi existing atau dengan kata lain ada peningkatan penjualan yaitu 34%. Secara teori seharusnya ketika ada penambahan modal maka akan menambah jumlah produksi setiap tahunnya jika memang modal atau investasi dipergunakan untuk hal yang terkait barang produksi sehingga pendapatan dan laba bersih juga akan meningkat seperti peningkatan pembelian bahan baku dengan kualitas yang lebih baik. Tetapi jika dipergunakan untuk kebutuhan non barang produksi yaitu untuk pengeluaran promosi dan teknologi maka akan mengalami penurunan dengan lebih cepat jika investasi tidak dilakuakan pada tahapan yang sesuai. Skenario terakhir adalah perubahan dari segi pemasaran atau promosi produk. Skenario pemasaran ini mampu memperpanjang tahapan kedewasaan produk meja inlay. Lama waktu tahapan kedewasaan berkisar 5 tahun dari tahun Menurut pemilik UKM selama ini hampir 80% promosi hanya dari word of mouth. Promosi berupa leaflet dilakukan bersamaan dengan pameran apabila diselenggarakan oleh pihak pemerintah. Dengan tipe promosi yang dilakukan UKM saat ini maka perlu adanya baik dari pusat maupun daerah untuk membantu pemasaran dan promosi dengan pengadaan event dengan frekuensi yang cukup tinggi. Saat ini 1 tahun hanya berkisar 0-1 kali untuk pengadaan pameran baik lokal maupun internasional.. Produk meja inlay ini merupakan produk kreatif, sehingga faktor waktu memang tidak terlalu berpengaruh. Beberapa konsumen terkadang lebih menyukai sesuai yang bersifat klasik, semakin kuno semakin diminati konsumen. Peningkatan pemasaran produk yang dinaikkan menjadi 65% sebenarnya tidak hanya dari peningkatan investasi untuk promosi akan tetapi lebih mengarah pada stategi pemasaran yaitu modifikasi pasar. Dimana strategi untuk memasuki segmen baru dengan potensial konsumen yang baru pula. Adanya program tententu yang menarik konsumen untuk membeli produk perlu difikirkan bagi pihak UKM. Misalkan saja

KONDISI EKSISTING INDUSTRI. POTENSI Tulungagung Penghasil marmer terbesar di Indonesia (wikipedia.org) (Disperindag,2009)

KONDISI EKSISTING INDUSTRI. POTENSI Tulungagung Penghasil marmer terbesar di Indonesia (wikipedia.org) (Disperindag,2009) 8// PRESENTASI SIDANG TUGAS AKHIR Departemen Perdagangan RI LATAR BELAKANG 4 subsektor industri kreatif KONTRIBUSI SDA DAERAH NurmaAnita 56..46 Dosen Pembimbing Prof.Dr.Ir.Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng.

Lebih terperinci

INDUSTRI MARMER DAN ONIX TULUNGAGUNG OLEH: YUDA HADI PRAYOKO NIM

INDUSTRI MARMER DAN ONIX TULUNGAGUNG OLEH: YUDA HADI PRAYOKO NIM INDUSTRI MARMER DAN ONIX TULUNGAGUNG OLEH: YUDA HADI PRAYOKO NIM. 10.11.4594 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak Industri marmer

Lebih terperinci

Paramita Anggraini ( ) Pembimbing : Dr.Ir. Sri Gunani Partiwi. Co Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.

Paramita Anggraini ( ) Pembimbing : Dr.Ir. Sri Gunani Partiwi. Co Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M. ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PENYELARASAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN DUNIA INDUSTRI (STUDI KASUS : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 5 (SMKN 5) DAN INDUSTRI MANUFAKTUR) JURUSAN

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso

Lebih terperinci

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya 1 Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya Dewi Indiana dan Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng. Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Putri Amelia dan

Lebih terperinci

mutualisme begitupun dengan para pelaku industri marmer dan onix di Tulungagung, Jawa Timur. Tentunya dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan

mutualisme begitupun dengan para pelaku industri marmer dan onix di Tulungagung, Jawa Timur. Tentunya dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : Daftar UKM dari Disperindag... 96 LAMPIRAN 2 : Data produksi 5 UKM meubel... 97 LAMPIRAN 3 : Kuesioner Industri dan Dinas... 99 LAMPIRAN 4: Output hasil simulasi 4 skenario...

Lebih terperinci

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya di Kota Surabaya

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya di Kota Surabaya Tugas Akhir- TI 9 Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya di Kota Surabaya Oleh : Dewi Indiana (576) Pembimbing : Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL

BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL Pada bagian analisis kebijakan, terlebih dahulu akan dilakukan analisis pada model dasar, dan kemudian dilanjutkan dengan analisis penerapan skenario kebijakan yang telah

Lebih terperinci

M.Ikhlas Khasana ( ) Mengetahui berbagai dampak kebijakan persawitan nasional saat ini. Pendahuluan. ekspor. produksi.

M.Ikhlas Khasana ( ) Mengetahui berbagai dampak kebijakan persawitan nasional saat ini. Pendahuluan. ekspor. produksi. Tugas Akhir ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PERKEBUNAN SAWIT DI KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU: SEBUAH PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Membuat model persawitan nasional dalam usaha memahami permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis (dynamics system). Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang isi Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang tercantum dalam Perda Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Jawa Barat, yaitu Dengan Iman dan Taqwa Jawa

Lebih terperinci

Gambar 15 Diagram model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu.

Gambar 15 Diagram model sistem dinamis pengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu. 52 6 PENGEMBANGAN MODEL 6.1 Analisis model sistem dinamis agroindustri gula tebu Sesuai dengan metodologi, maka rancang bangun sistem dinamis bagi pengambilan keputusan kompleks pada upaya pengembangan

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL

PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL Mochammad Taufiqurrochman 1) dan Buana Ma ruf 2) Manajemen Industri Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak krisis moneter. tahun 1998 mengalami percepatan terutama dalam periode

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak krisis moneter. tahun 1998 mengalami percepatan terutama dalam periode BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak krisis moneter tahun 1998 mengalami percepatan terutama dalam periode 2004-2008. (Mulyani, 2009). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Kendaraan Bermotor dalam Negeri (ribu unit)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Kendaraan Bermotor dalam Negeri (ribu unit) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini mobilitas menjadi sebuah kebutuhan dalam setiap lapisan masyarakat. Kebutuhan tersebut berdampak pada meningkatnya permintaan kendaraan bermotor, baik roda

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: 13 Entrepreneurship and Inovation Management SIKLUS PRODUK ( PRODUCT LIFE CYCLE ) Fakultas Ekonomi Dr. Tukhas Shilul Imaroh,MM Program Studi Paska Sarjana www.mercubuana.ac.id Pengertian Siklus

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

PEMODELAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM INOVATIF

PEMODELAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM INOVATIF PEMODELAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM INOVATIF Nunu Noviandi Peneliti Utama Kajian Pemodelan Pengembangan PI-UMKM Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing 2010 1 Latar Belakang Kebijakan pengembangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. UKM Saat ini, di Indonesia terdapat 41.301.263 (99,13%) usaha kecil (UK) dan 361.052 (0,86%) usaha menengah (UM). Kedua usaha tersebut atau dikenal sebagai Usaha Kecil Menengah

Lebih terperinci

1. RINGKASAN EKSEKUTIF

1. RINGKASAN EKSEKUTIF BAB XIV Menyusun Proposal Bisnis Dalam Menyusun Proposal bisnis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni 1. Menggambar keseluruhan (overview) rencana strategi perusahaan yang akan dijalankan. 2.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Indonesia memiliki potensi bahan baku industri agro, berupa buah buahan tropis yang cukup melimpah. Namun selama ini ekspor yang dilakukan masih banyak dalam bentuk buah segar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini situasi persaingan dalam dunia usaha semakin ketat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini situasi persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini situasi persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Setiap perusahaan baik yang berskala kecil, menengah, maupun yang besar akan selalu menghadapi persaingan

Lebih terperinci

Model Dinamik Perkembangan Perumahan dan Apartemen di Kota Surabaya

Model Dinamik Perkembangan Perumahan dan Apartemen di Kota Surabaya JURNAL TEKNIK, () 5 Model Dinamik Perkembangan Perumahan dan Apartemen di Kota Surabaya Hasyim Yusuf Asjari, Budisantoso Wirjodirdjo Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Lebih terperinci

Rencana Bisnis [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun]

Rencana Bisnis [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun] Rencana Bisnis [Nama Perusahaan] [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun] [Alamat Lengkap Perusahaan] No. Telepon [Nomor Telepon] No. Fax [Nomor Fax]

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar.

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sistem pasokan bahan baku dalam suatu agroindustri merupakan salah satu faktor yang penting untuk menjaga kelangsungan proses produksi. Sistem pasokan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara khususnya di Indonesia, banyak kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah untuk pembangunan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 2. Gasal 2014

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 2. Gasal 2014 PERANCANGAN PRODUK Chapter 2 Gasal 2014 Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ 22/09/2014 Perancangan Produk -

Lebih terperinci

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembentukan klaster industri kecil tekstil dan produk tekstil pada Bab IV. Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap model

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA SISTEM

BAB IV ANALISA SISTEM 71 BAB IV ANALISA SISTEM 4.1. Analisa Situasional Agroindustri Sutera Agroindustri sutera merupakan industri pengolahan yang menghasilkan sutera dengan menggunakan bahan baku kokon yaitu kepompong dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara rasional, empiris dan sistematis. Adapun metodologi penelitian yang

Lebih terperinci

Kata kunci: kesejahteraan, klaster nelayan pesisir, dinamis

Kata kunci: kesejahteraan, klaster nelayan pesisir, dinamis ANALISIS KESEJAHTERAAN PELAKU INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN PADA KOMUNITAS KLASTER MASYARAKAT NELAYAN PESISIR : SEBUAH PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM Indah Lestari dan Budisantoso Wirjodirdjo Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor perdagangan di Indonesia. Istilah tekstil yang dikenal saat ini berasal dari bahasa latin, yaitu texere

Lebih terperinci

Studi Kasus : PT Bank BNI Syariah Malang. Oleh : Maulida Luthfiyah

Studi Kasus : PT Bank BNI Syariah Malang. Oleh : Maulida Luthfiyah Studi Kasus : PT Bank BNI Syariah Malang Oleh : Maulida Luthfiyah 2508 100 067 UU No. 10 Tahun 1998 Bank adalah Badan usaha yang menghimpun dana dan menyalurkan pada masyarakat dalam bentuk kredit dan

Lebih terperinci

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi pengembangan usaha tape

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi sebagai akibat adanya krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan Juli 1997, berakibat bangkrutnya perusahaanperusahaan berskala besar tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat persaingan usaha sangatlah tinggi. Hal ini secara otomatis memaksa para pelaku usaha untuk terus mengembangkan diri

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL LAUT ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL LAUT ABSTRAK PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL LAUT Nurul Hudaningsi 1), Nurhadi Siswanto 2) dan Sri Gunani Partiwi 3) 1) Program Studi Teknik Industri, Pascasarjana Teknik Industri,

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH SEBAGAI DANA PRODUKTIF DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI UNTUK USAHA MIKRO

PEMODELAN SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH SEBAGAI DANA PRODUKTIF DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI UNTUK USAHA MIKRO PEMODELAN SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH SEBAGAI DANA PRODUKTIF DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI UNTUK USAHA MIKRO Septianing Handayani, Naning Aranti W, Ahmad Rusdiansyah Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ides Sundari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ides Sundari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lain di berbagai belahan dunia menghadapi gelombang besar berupa meningkatnya tuntutan demokratisasi, desentralisasi,

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Tarif Cukai Terhadap Pendapatan Negara Dan Keberlangsungan Usaha Industri Rokok (Sebuah Pendekatan Sistem Dinamik)

Analisis Pengaruh Tarif Cukai Terhadap Pendapatan Negara Dan Keberlangsungan Usaha Industri Rokok (Sebuah Pendekatan Sistem Dinamik) Presentasi Sidang Tugas Akhir Analisis Pengaruh Tarif Cukai Terhadap Pendapatan Negara Dan Keberlangsungan Usaha Industri Rokok (Sebuah Pendekatan Sistem Dinamik) oleh Puja Kristian Adiatma 2507 100 049

Lebih terperinci

Bab V Analisis dan Pembahasan

Bab V Analisis dan Pembahasan Bab V Analisis dan Pembahasan V.1. Analisis Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkages) dan Kaitan ke Depan (Forward Linkages) Kaitan ke belakang (Backward Linkages) dan kaitan ke depan (Forward Linkages)

Lebih terperinci

BAB III DISAIN PRODUK

BAB III DISAIN PRODUK BAB III DISAIN PRODUK 3.1. Pendahuluan Salah satu karakteristik manusia adalah mereka selalu berusaha mencitakan sesuatu, baik alat atau benda lainnya untuk membantu kehidupan mereka. Untuk mewejudkan

Lebih terperinci

5. RENCANA PEMASARAN (Marketing plan) 5.1. Pengertian Marketing Plan Pemasaran adalah suatu proses penciptaan dan penyampaian barang dan jasa yang

5. RENCANA PEMASARAN (Marketing plan) 5.1. Pengertian Marketing Plan Pemasaran adalah suatu proses penciptaan dan penyampaian barang dan jasa yang 5. RENCANA PEMASARAN (Marketing plan) 5.1. Pengertian Marketing Plan Pemasaran adalah suatu proses penciptaan dan penyampaian barang dan jasa yang diinginkan pelanggan, yang meliputi kegiatan yang berkaitan

Lebih terperinci

6 ANALISIS PEMODELAN PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

6 ANALISIS PEMODELAN PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN 6 ANALISIS PEMODELAN PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN 6. Analisis Input-Output 6.. Analisis Keterkaitan Keterkaitan aktivitas antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya ASEAN bersama keamanan (security community)

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XXV MERENCANAKAN KEGIATAN USAHA PENGOLAHAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Inisiasi V Strategi Produk & Daur Hidup Produk. Selamat berjumpa. Jadwal tutorial yang telah kami kirimkan menunjukkan pada

Inisiasi V Strategi Produk & Daur Hidup Produk. Selamat berjumpa. Jadwal tutorial yang telah kami kirimkan menunjukkan pada Inisiasi V Strategi Produk & Daur Hidup Produk Pendahuluan Selamat berjumpa. Jadwal tutorial yang telah kami kirimkan menunjukkan pada minggu ini kita akan membahas pokok bahasan kelima, yaitu tentang

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

S U T A R T O NIM : Program Studi Teknik dan Manajemen industri

S U T A R T O NIM : Program Studi Teknik dan Manajemen industri PENGEMBANGAN MODEL KEBIJAKAN SEKTOR INDUSTRI KOMPONEN ELEKTRONIKA (KBLI 321) DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM TESIS Karya Tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. PENDEKATAN SISTEM

IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. PENDEKATAN SISTEM IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Lele merupakan salah satu ikan air tawar yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Banyak jenis maupun varietas yang ada dan dikembangbiakkan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu. sebuah usaha bisa tumbuh menjadi besar.

BAB I PENDAHULUAN. taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu. sebuah usaha bisa tumbuh menjadi besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memulai sebuah usaha memang harus didahului dengan taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu membutuhkan modal yang besar. Mengawalinya dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, Propinsi Banten. KBM Wilayah II Bogor, dan Industri pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di

BAB I PENDAHULUAN. keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini dunia telah memasuki era industri pada gelombang keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di negara-negara maju sendiri mereka

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL DAYA SAING UNTUK PERUSAHAAN KECIL MENENGAH DI ANTARA INDUSTRI KREATIF DI BANDUNG

PENGEMBANGAN MODEL DAYA SAING UNTUK PERUSAHAAN KECIL MENENGAH DI ANTARA INDUSTRI KREATIF DI BANDUNG PENGEMBANGAN MODEL DAYA SAING UNTUK PERUSAHAAN KECIL MENENGAH DI ANTARA INDUSTRI KREATIF DI BANDUNG Abstrak Di Indonesia, Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peranan penting dalam penciptaan lapangan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang menakutkan bagi perekonomian Indonesia. Krisis pada saat itu telah mengganggu seluruh

Lebih terperinci

Menafsirkan Data Survei PMI Menjajaki hubungan antar indeks ekonomi pilihan dari survei PMI

Menafsirkan Data Survei PMI Menjajaki hubungan antar indeks ekonomi pilihan dari survei PMI Menafsirkan Data Survei PMI Menjajaki hubungan antar indeks ekonomi pilihan dari survei PMI Keputusan kebijakan dan PMI Secara historis, PMI telah menyediakan pedoman yang baik dalam pembuatan kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daya alam maupun sumberdaya manusia sehingga akan meningkatkan. Sejak krisis ekonomi tahun , industri manufaktur Indonesia

I. PENDAHULUAN. daya alam maupun sumberdaya manusia sehingga akan meningkatkan. Sejak krisis ekonomi tahun , industri manufaktur Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri merupakan proses yang sangat baik untuk membawa suatu bangsa menuju kemakmuran. Perkembangan industri dapat memperluas lapangan kerja, menambah devisa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha kecil menengah (UKM) sering disebut juga sebagai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan penting untuk suatu Negara atau

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIFITAS PADA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN SISTEM DINAMIK

PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIFITAS PADA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN SISTEM DINAMIK PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIFITAS PADA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN SISTEM DINAMIK Arya Nurakumala 1) Program Studi Magister Manajemen Konstruksi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

Tidak terjadi perubahan kebijakan pada saat penelitian dilakukan RUANG LINGKUP PENELITIAN

Tidak terjadi perubahan kebijakan pada saat penelitian dilakukan RUANG LINGKUP PENELITIAN Tidak terjadi perubahan kebijakan pada saat penelitian dilakukan RUANG LINGKUP PENELITIAN Software Vensim Simulasi Daya Saing Rantai Nilai Sistem Dinamik Pemodelan Sistem Klaster Industri Makro ergonomi

Lebih terperinci

PEMODELAN DINAMIKA PENERIMAAN MAHASISWA BARU UNIVERSITAS PELITA HARAPAN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

PEMODELAN DINAMIKA PENERIMAAN MAHASISWA BARU UNIVERSITAS PELITA HARAPAN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS TUGAS AKHIR PEMODELAN DINAMIKA PENERIMAAN MAHASISWA BARU UNIVERSITAS PELITA HARAPAN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna memperoleh

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

Pengembangan Model Simulasi Sistem Dinamis Keseimbangan Jumlah Input - Output Mahasiswa

Pengembangan Model Simulasi Sistem Dinamis Keseimbangan Jumlah Input - Output Mahasiswa Pengembangan Model Simulasi Sistem Dinamis Keseimbangan Input Output Mahasiswa Yuli Dwi Astanti, Trismi Ristyowati Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui peranan bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary). meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. melalui peranan bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary). meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor perbankan masih berperan sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia, artinya perbankan tetap menjadi pemain utama di sistem keuangan nasional.

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: A-294

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: A-294 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 A-294 Analisa Harga dan Pemasaran untuk Meningkatkan abilitas UKM Kerajinan Kulit dengan Sistem Dinamik (Studi Kasus: Dwi Jaya Abadi Tanggulangin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak kepada ketatnya persaingan, dan cepatnya perubahan lingkungan usaha. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di daerah tropis seperti Indonesia, jagung memiliki kontribusi sebagai komponen industri pakan. Lebih dari 50% komponen pakan pabrikan adalah jagung. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor. Lilis Ernawati

Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor. Lilis Ernawati Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor Lilis Ernawati 5209100085 Dosen Pembimbing : Erma Suryani S.T., M.T., Ph.D. Latar Belakang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri sepatu di era globalisasi seperti sekarang ini berada dalam persaingan yang semakin ketat. Terlebih lagi sejak tahun 2010 implementasi zona perdagangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat dinyatakan bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 1997 telah mengalami kontraksi dari tahun sebelumnya,

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK DALAM SISTEM PRODUKSI DAN PERTUMBUHAN PASAR

MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK DALAM SISTEM PRODUKSI DAN PERTUMBUHAN PASAR MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK DALAM SISTEM PRODUKSI DAN PERTUMBUHAN PASAR Erma Suryani Program Studi Sistem Infomasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Jl. Raya

Lebih terperinci

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG A. LATAR BELAKANG Business Plan merupakan suatu usulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kunci penting dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang sehat adalah sinergi antara sektor moneter, fiskal dan riil. Bila ketiganya dapat disinergikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank Dunia telah lama mempublikasikan bahwa usaha mikro, kecil dan menengah merupakan salah satu kekuatan pendorong yang sangat kuat dalam pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis di negara kita yang sudah berusia dari 50 tahun ini nampak cukup pesat, khususnya dalam 25 tahun terakhir. Hal ini bisa kita lihat

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2006 BPS mencatat jumlah penduduk Indonesia mencapai 222 juta jiwa dengan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 350 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN VII.1. Kesimpulan Dalam bab ini digambarkan kesimpulan tentang temuan penelitian, hasil analisis penelitian, dan fenomena yang relevan untuk diungkap sebagai bagian penting

Lebih terperinci

Bab XII Evaluasi Usaha

Bab XII Evaluasi Usaha MODUL PERKULIAHAN Bab XII Evaluasi Usaha Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Desain & Teknik Kreatif Desain Produk 12 MK90043 Widi Wahyudi,S.Kom, SE, MM Pendahuluan Evaluasi Usaha adalah

Lebih terperinci

MODEL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN JOMBANG

MODEL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN JOMBANG MODEL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN JOMBANG PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM

STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM PENDAHULUAN UKM adalah salah satu sektor ekonomi yang sangat diperhitungkan di Indonesia karena kontribusinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang kekuatan struktur usaha Indonesia. Usaha besar yang jumlahnya sedikit namun menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pembangunan seringkali dianggap sama dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan salah satu jalur

Lebih terperinci