mutualisme begitupun dengan para pelaku industri marmer dan onix di Tulungagung, Jawa Timur. Tentunya dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan
|
|
- Johan Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : Daftar UKM dari Disperindag LAMPIRAN 2 : Data produksi 5 UKM meubel LAMPIRAN 3 : Kuesioner Industri dan Dinas LAMPIRAN 4: Output hasil simulasi 4 skenario LAMPIRAN 5: Formulasi Vensim: LAMPIRAN 6 : Hasil simulasi existing LAMPIRAN 7: Hasil simulasi existing dan perbaikan LAMPIRAN 8 : Validasi Model
2
3 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang pengambilan topik penelitian, permasalahan yang ada, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian serta sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Dari beberapa sektor industri yang tergolong industri kreatif, industri kerajinan merupakan salah satu industri kreatif yang turut diperhitungkan kontribusinya dalam peningkatan ekonomi kreatif. Menurut data Departemen Perdagangan tahun 2007, subsektor ini mampu memberikan kontribusi untuk peningkatan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 25,51%, penyerapan tenaga kerja sebesar 31,05%, peningkatan jumlah perusahaan sebesar 33,02% dan kontribusi ekspor 32,44%. Nilai ini cukup tinggi terkait dengan permasalahan perekonomian untuk jangka menengah Indonesia saat ini, seperti rendahnya pertumbuhan ekonomi pasca krisis dan tingginya tingkat pengangguran Indonesia. Dari penjelasan tersebut dirasa perlu adanya pengembangan lebih lanjut untuk industri kerajinan Indonesia serta dari indutri ini dapat diambil manfaat sebagai pemberi ciri khas bangsa Indonesia dari produk kerajinan yang ada. Jika dilihat secara fungsi, produk industri berbasis kerajinan ini merupakan kebutuhan tersier saja atau pelengkap dengan konsumen tertentu saja sehingga penyerapan produk ke pasar menjadi cukup kesulitan dan kurun waktu yang lama. Keunikan produk menjadi parameter keberhasilan industri ini untuk bertahan dan berkembang karena hal tersebut yang menjadi pertimbangan konsumen untuk membeli produk. Hal ini yang menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku industri kreatif subsektor kerajinan Indonesia terutama triple helix (Pemerintah, Pelaku Bisnis, dan Pelaku Kreatif) untuk bekerja sama secara 1
4 mutualisme begitupun dengan para pelaku industri marmer dan onix di Tulungagung, Jawa Timur. Tentunya dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan lainnya yang memiliki kesamaan bidang usaha, UKM marmer dan onix Tulungagung selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas serta memberikan pelayanan yang memuaskan. Beberapa faktor yang mempu menunjang untuk peningkatan kualitas dan perbaikan produk yang ada tidak hanya dipengaruhi oleh pihak pengrajin sebagai pelaku kreatifnya akan tetapi juga penanggung jawab dari UKM yaitu pemilik UKM sendiri dan pihak dinas sebagai penaung UKM. Akan tetapi ada beberapa permasalahan baik internal maupun eksternal menghambat pencapaian tujuan tersebut. Permasalahan ini sebagian besar terkait dengan faktor internal, yaitu pengembangan ide dan kreativitas para pengrajin dalam sisi hilirnya dan pemilik UKM sebagai pengelola yang kurang mampu untuk membuat suatu strategi pemasaran yang sesuai untuk produknya. Tetapi jika dilihat lebih luas, hal ini berhubungan pula dengan faktor faktor eksternal, meliputi teknologi, konstribusi dari pemerintah, dan perbankan. Faktor eksternal ini menjalankan fungsi tertentu yang seharusnya berjalan secara sinergis dan saling mendukung dengan faktor internal untuk pertumbuhan perekonomian industri kreatif yang semakin baik pada setiap periode waktu. Industri marmer dan onix Tulungagung ini merupakan industri berbasis lokal dan tradisional sehingga dalam segi teknologipun beberapa pengrajin hanya menggunakan mesin dengan teknologi sederhana yang terkadang dikembangkan sendiri oleh mereka berdasarkan kreativitas dengan ilmu teknik tentang mesin seadanya yang mereka miliki, atau dapat disebut dengan endogenous technology. Permasalahan yang ada jika dlihat dari segi pemerintah, selama ini kontribusi pemerintah tidak terlalu dirasakan bagi beberapa pihak, khususnya pengrajin, baik bantuan berupa hal teknis maupun non teknis. Kontribusi dalam hal teknis misalnya adalah pelatihan dalam penggunaan
5 teknologi serta pembelian teknologi untuk pengrajin. Sedangkan kontribusi non teknis misalnya adalah dalam bantuan pemasaran produk. Selain itu, dari segi motivasi dan penciptaan iklim usaha yang kondusif juga sangat kurang. Di samping itu, rendahnya minat perbankan untuk memberikan kredit permodalan kepada UKM menjadi suatu faktor penghambat kemajuan UKM. Hal tersebut disebabkan karena lemahnya administrasi keuangan dan penguasaan manajemen UKM marmer dan onix serta kontinuitas pemasaran yang sangat rendah (Wajdi, 2005). Produk industri marmer dan onix Tulungagung menunjukkan eksistensinya di dunia bisnis dalam beberapa periode terakhir, namun hal tersebut tidak menjadi tolak ukur satu-satunya tentang tercapainya tujuan perusahaan dari jangka panjang maupun jangka pendek. Secara teoritis mengambil sebuah kebijakan untuk menentukan strategi kita mengenal bahwa tujuan dari perusahaan bukan hanya pada pencapaian laba, tetapi juga pada kelangsungan hidup suatu perusahaan, sehingga untuk mengetahui posisi produk marmer dan onix Tulungagung dengan menggunakan analisis daur hidup produk. Pendekatan daur hidup produk meupakan salah satu sarana penting untuk mengambil keputusan dalam memformulasikan strategi untuk pemasaran produk, sehingga dapat diketahui apakah produk itu masih berada pada tahap perkenalan, pertumbuhan, pendewasaan atau sudah sampai pada tahap penurunan. Sebab strategi pemasaran produk pada masing masing tahapan itu berbeda, maka kesalahan manajemen dalam membaca tahapan produk berdasarkan daur hidup produk akan fatal dan berdampak terhadap kehancuran usaha yang sedang dijalankan oleh perusahaan. Usulan-usulan perbaikan untuk memperpanjang tahapan kedewasaan, karena merupakan tahapan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, sangat dibutuhkan terutama terkait dengan kreativitas desain serta variasi teknologi yang memadai karena menjadi ujung tombak untuk industri kreatif (Departemnen Perdagangan,2007). Suatu pembangunan dan integrasi dari masing-masing faktor khususnya peran dan fungsi
6 stakeholder yang terlibat dalam industri ini akan mampu memberikan suatu solusi dan penyelesaian terhadap permasalahan yang terjadi. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan simulasi sistem dinamik. Tujuan dari sistem dinamik tersebut adalah untuk mensimulasikan kemampuan industri marmer dan onix Tulungagung untuk bertahan dan mengetahui gambaran daur hidup produk dengan mengkaitkan integrasi antar variabel pendukungnya, dalam hal ini adalah hubungan antar stakeholder-nya. Dari hasil penelitian maka dapat dilihat variabel apa saja yang paling berpengaruh terhadap daur hidup produk berbasis industri kreatif ini dan dari analisa tersebut dapat dijadikan suatu bahan pertimbangan variabel yang dipilih dan ditingkatkan sehingga akan didapatkan suatu kebijakan untuk industri marmer dan onix Tulungagung untuk ke depannya. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan seperti yang telah diutarakan di atas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian tugas akhir ini adalah untuk memberi gambaran pola daur hidup produk industri kreatif subsektor kerajinan, dalam hal ini adalah produk marmer dan onix, yang didasarkan atas pengaruh konstribusi yang diberikan stakholdernya, mengingat bahwa selama ini diindikasikan penyerapan produk ke pasar yang cukup lama dan penjualan produk yang rendah pada setiap periodenya sehingga diperlukan rancangan strategi untuk meningkatkan eksistensi UKM. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui seberapa jauh peran setiap stakeholder terkait dengan industri marmer dan onix, khususnya triple helix dalam usaha meningkatkan penjualan produk dan eksistensi UKM.
7 2. Memberi gambaran pola daur hidup produk marmer dan onix berbasis industri kreatif serta dirancang strategi pemasaran untuk setiap tahapan daur hidupnya. 3. Memberikan alternatif dan skenario kebijakan pada sistem industri marmer dan onix Tulungagung yang berpihak pada pengembangan serta dalam usaha merespon perubahan-perubahan yang mungkin terjadi ke depannya, baik eksternal maupun internal. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian diperlukan untuk memberi batasan atas cakupan obyek yang akan diteliti. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian ini maka terdapat beberapa hal yang menjadi batasan dalam penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut: Batasan Adapun batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data dan informasi tentang produk didapatkan dari Disperindag serta pengambilan sampel UKM berdasarkan daftar UKM yang secara rutin menyerahkan laporan kondisi usahanya. 2. Beberapa inputan data untuk variabel didasarkan pada data dari referensi yang didapatkan (bersifat teoritis) bukan data primer. 3. Beberapa stakeholder yang digunakan dalam pemodelan sistem hanya stakeholder inti, yaitu pihak pemerintah daerah, pemilik showroom marmer dan onix, dan pengrajin. 4. Penelitian hanya menampilkan skenario kebijakan, tidak sampai memilih satu diantara skenario hingga penerapan terhadap sistem yang diamati.
8 Asumsi Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Stakeholder yang dijadikan sampel penelitian dianggap mampu merepresentasikan perilaku dari komunitas stakeholder-nya. 2. Stakeholder yang terlibat dalam sistem dianggap mampu berpartisipasi aktif dalam pengembangan industri. 3. Kebijakan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan saat ini terkait dengan perkembangan industri marmer dan onix Tulungagung dijadikan sebagai skenario awal untuk proses simulasi dan dipergunakan untuk menentukan skenario lanjutan serta akan dapat diputuskan kebijakan yang baru nantinya 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Memberikan suatu pemahaman bagi pihak UKM untuk memperhatikan setiap tahapan daur hidup produk serta mampu memberikan masukan strategi untuk setiap tahapan daur hidup produk. 2. Memberikan suatu panduan kepada pembuat kebijakan, dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tulunggagung terkait dengan usaha-usaha pengembangan industri marmer dan onix Tulungagung. 3. Secara keseluruhan akan mampu memberikan suatu bahan pertimbangan atas evaluasi kebijakan pemerintah saat ini yang berpengaruh langsung terhadap keberlangsungan industri marmer dan onix Tulungagung dalam rangka peningkatan nilai pertumbuhan ekonomi dari industri marmer dan onix untuk masa mendatang.
9 1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan berisi rincian laporan tugas akhir, secara ringkas menjelaskan bagian - bagian pada penelitian yang dilakukan, berikut penjelasannya : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai latar belakang diadakannya penelitian, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan laporan tugas akhir. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi landasan teori dari penelitian. Tinjauan pustaka didapatkan dari berbagai studi literatur yang digunakan sebagai acuan proses pemecahan masalah dalam penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi metodologi penelitian yang terdiri dari tahapan-tahapan proses penelitian atau urutan-langkah yang harus dilakukan oleh peneliti dalam menjalankan penelitian agar dapat berjalan sistematis, terstruktur dan terarah. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisi pengumpulan dan pengolahan data yang digunakan sebagai bahan analisa dan intepretasi data. Dari pengumpulan dan pengolahan data dapat diketahui hasil yang diinginkan dari penelitian ini. BAB V ANALISIS DAN DISKUSI Bab ini membahas hasil pengolahan data yang dilakukan untuk dianalisa dan menguraikan secara detail dan
10 sistematis dari hasil pencapaian pengolahan data yang dilakukan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran yang diberikan serta sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya.
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas mengenai literatur dan referensi yang digunakan dalam penelitian. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan proses pemecahan masalah dalam penelitian. 2.1 Usaha Kecil dan Menengah Disperindag (2008) menyebutkan bahwa kontribusi nilai tambah sektor industri kecil menengah telah mendominasi nilai tambah sektor industri pengolahan. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengklasifikasikan UKM menjadi beberapa jenis yaitu: Perusahaan yang memiliki pekerja 100 orang atau lebih disebut industri besar. Perusahaan yang mempunyai orang karyawan disebut industri menengah. Industri yang jumlah tenaga kerjanya antara 5 19 orang diklasifikasikan sebagai industri kecil, sedangkan Industri dengan jumlah tenaga kerja 1 4 orang dikategorikan industri rumah tangga. Sedangkan menurut UU No. 9 tahun 1995, kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut: Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp ,- (Satu Milyar Rupiah). 9
12 Peran besar UKM sendiri telah menjadi sebuah ironi, dengan karakteristik UKM secara umum yang digambarkan oleh Anoraga (2002), dimana karakteristik ini lebih banyak mencerminkan kelemahan UKM, diantaranya: Sistem pembukuan yang biasanya tidak memenuhi kaidah administrasi pembukuan standar, dan tidak up to date. Modal yang sangat terbatas karena tidak bankable akibat sistem administrasi keuangan yang tidak standar. Margin usaha relatif tipis. Pengelolaan perusahaan berdasarkan kebiasaan tanpa didasari pemahaman manajerial yang cukup. 2.2 Industri Kreatif Indonesia Pemerintah khususnya pihak departemen Perdagangan sedang giat untuk membuat rencana pengembangan ekonomi kreatif 2025 (Dinas Perdagangan RI, 2007). Prospek kedepan dari industri kreatif dianggap akan mampu untuk memberikan nilai tambah kepada sistem perdagangan Indonesia di masa mendatang Subsektor Industri Kreatif Indonesia Studi pemetaan industri kreatif yang telah dilakukan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia tahun 2007 menggunakan acuan definisi industri kreatif sebagai berikut : Industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Subsektor yang merupakan industri kreatif antara lain: 1. Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan produksi iklan 2. Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan cetak biru bangunan dan informasi produksi antara lain
13 3. Pasar seni dan barang antik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan perdagangan, pekerjaan, produk antik dan hiasan 4. Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan distribusi produk kerajinan antara lain barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, aksesoris, pandai emas, perak, kayu, kaca, porselin, kain, marmer, kapur, dan besi. 5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, interior, produk, industri, pengemasan, dan konsultasi identitas perusahaan. 6. Desain Fesyen: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris lainnya 7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi Video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video,film. 8. Permainan interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer. 9. Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, distribusi, dan ritel rekaman suara, hak cipta rekaman terkait dengan musik. 10. Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha yang berkaitan dengan pengembangan konten dan produksi pertunjukan. 11. Penerbitan & Percetakan : kegiatan kreatif yang terkait dengan dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita. 12. Layanan Komputer dan piranti lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer dan desain arsitektur piranti lunak. 13. Televisi & radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan, penyiaran, dan transmisi televisi dan radio.
14 14. Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkati dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi Karakteristik Industri Kreatif Analisa umum karakter Industri Kreatif berdasarkan hasil studi pemetaan Industri kreatif Departemen Perdagangan RI tahun 2007 adalah sebagai berikut : a. Fluktuasi pertumbuhan nilai tambah terjadi pada hampir seluruh subsektor industri kreatif. b. Fluktuasi pertumbuhan nilai tambah diikuti oleh fluktuasi pertumbuhan jumlah perusahaan dengan sensitivitas yang tinggi. c. Fluktuasi pertumbuhan penyerapan tenaga kerja juga tinggi, namun tidak setinggi fluktuasi pertumbuhan jumlah perusahaan. d. Memiliki level teknologi dan dan produktivitas capital yang relatif konstan. Selain industri berbasis IT, subsektor industri kreatif bukan merupakan industri dengan level teknologi hightech dan bukan jenis industri capital intensive Pilar Utama Model Pengembangan Ekonomi Kreatif Pemerintah khususnya Departemen Perdagangan dan Perindustrian Indonesia membuat suatu rencana pengembangan ekonomi kreatif 2025 dimana insan yang terlibat adalah para pelaku industri kreatif Indonesia. Kelima pilar ekonomi kreatif tersebut adalah : 1. Industri Industri merupakan bagian dari kegiatan masyarakat yang terkait dengan produksi, distribusi, pertukaran serta konsumsi produk atau jasa dari sebuah negara atau area tertentu. Industri yang menjadi perhatian dalam pilar ini khususnya adalah industri kreatif yang akan dianalisa bedasarkan model diamond porter. Model diamond porter seperti ditunjukkan pada gambar 2.1
15 merupakan sebuah framework yang digunakan untuk analisis industri dan pengembangan strategi bisinis, mencakup 5 elemen yaitu daya tawar supplier, daya tawar konsumen, ancaman dari produk subtitusi, ancaman dari pemain baru dan intensitas persaingan di dalam industri tersebut. 2. Teknologi Teknologi dapat didefinisikan sebagai suatu entitas baik material dan non material yang merupakan aplikasi penciptaan dari proses mental atau fisik untuk mencapai nilai tertentu. Dengan kata lain,teknologi bukan hanya mesin ataupun alat bantu yang sifatnya berwujud, tetapi teknologi ini termasuk kumpulan teknik atau metode-metode atau aktivitas yang membentuk dan mengubah budaya. Teknologi sendiri dibagi menjadi 2 jenis yaitu: Endogenous Teknologi Jenis teknologi yang dikembangkan atas pengetahuan spesifik dari masyarakat asli daerah tertentu dan bersifat tanpa tiruan atau jiplakan terhadap teknologi luar. Exogenous Teknologi Jenis teknologi ini merupakan adopsi teknologi dari luar untuk digunakan di dalam negeri atau domestik atau dengan kata lain meniru teknologi luar. Ancaman masuknya pendatang baru PENDATANG BARU POTENSIAL Kekuatan tawar menawar pemasok Kekuatan tawar menawar pembeli PEMASOK PARA PESAING INDUSTRI Persaingan di antara pengusaha yang ada PEM BELI PRODUK PENGGANTI Ancaman produk atau jasa pengganti Gambar 2. 1 Model diamond porter
16 3. Resources Sumber daya yang dimaksudkan disini adalah input yang dibutuhkan dalam proses penciptaan nilai tambah, selain idea tau kreativitas yang dimiliki oleh sumber daya insani yang merupakan landasan dari industri kreatif ini. Sumber daya meliputi sumber daya alam maupun ketersediaan lahan yang menjadi input penunjang industri kreatif. 4. Institusi Definisinya adalah tatanan sosial dimana termasuk di dalamnya adalah kebiasaan, norma adat dan aturan serta hukum yang berlaku. Tatanan sosial ini bisa yang bersifat bentuk peraturan perundang-undangan. Industri kreatif memajukan ideide yang dapat diekploitasi menjadi potensi ekonomi. 5. Financial Intermediary Lembaga intermediasi keuangan adalah lembaga yang berperan menyalurkan pendanaan kepada pelaku industri yang membutuhkan baik dalam bentuk modal/ekuitas maupun pinjaman/kredit Aktor Utama Pengembangan Ekonomi Kreatif Aktor utama dalam pengembangan ekonomi kreatif yaitu cendekiawan (intellectual), bisnis (business) dan pemerintah (government). Hubungan ketiganya saling menunjang dan besimbiosis mutualisme antara 3 faktor tersebut dan erat kaitannya dengan pilar pilar model industri kreatif. Berikut ini penjelasan dari setiap fungsi komponen triple helix: 1. Intelektual (cendekiawan) Cendekiawan adalah orang yang dalam perhatian utama mencari kepuasan seni. Mereka ini adalah para ilmuawan,filsuf,seniman yang mendapatkan kepuasan suatu penerapapan ilmu pengetahuan (bukan hasil). Melihat kembali landasan industri kreatif adalah sumber daya insani, dapat dikenali bahwa salah satu anggota pekerja berstrata inti super kreatif adalah pekerjaan dari para cendekiawan.
17 2. Business (Bisnis) Bila dilihat secara ekonomi, bisinis adalah suatu entitas organisasi yang dikenali secara legal dan sengaja menciptakan untuk menyediakan barang-barang baik berupa produk dan jasa kepada konsumen. Bisnis pada umumnya dimiliki oleh swasta dan dibentuk untuk menghasilkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik dan operator bisnis bertujuan memperoleh keuntungan financial sebagai hasil kerja dan tantangan resiko yang dihadapi. Di dalam organisasinya bisnis memiliki pengelompokan pekerjaan seperti pemasaran penjualan, produksi, teknologi informasi, riset dan pengembangan. 3. Pemerintah (Government) Pemerintah didefinisikan sebagai sebuah organisasi yang memiliki otoritas untuk mengelola suatu Negara sebagai sebuah kesatuan politik atau aparat yang memiliki badan yang mampu memfungsikan dan menggunakan otoritas/kekuasaan (Wikipedia.org). Dengan ini, pemerintah memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu Kreativitas dan Kinerja Bisnis dalam Industri Kreatif Sejak dini harus dipahami hubungan antara kreativitas dan inovasi. Kreatifitas adalah aktivitas individual yang sering mengarah pada lahirnya inovasi, sedangkan inovasi lebih bersifat subsektor yang sudah terfokus pada suatu sasaran pemecahan masalah, namun jarang mengarah pada kreativitas (Howkins,2005). Mendukung Howkins Bruce S. Tether (2005) seorang Professor dibidang Innovation Management and Strategy, Manchester Business School menjelaskan tentang desain bisnis. Secara jelas mengilustrasikan kontribusi kreativitas terhadap kinerja bisnis, dengan cara menciptakan iklim kreatif. Ia menyatakan bahwa pembakitan iklim kreatif akan meningkatkan inovasi dan kinerja termasuk aktivitas aktivitas kreatif seperti R&D dan desain. R&D sangat penting dalam pengembangan
INDUSTRI MARMER DAN ONIX TULUNGAGUNG OLEH: YUDA HADI PRAYOKO NIM
INDUSTRI MARMER DAN ONIX TULUNGAGUNG OLEH: YUDA HADI PRAYOKO NIM. 10.11.4594 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak Industri marmer
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan menjadikan segala sektor di Indonesia mengalami persaingan yang lebih ketat terutama sektor industri.
Lebih terperinciDr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif
Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Industri Kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga
Lebih terperinciKONDISI EKSISTING INDUSTRI. POTENSI Tulungagung Penghasil marmer terbesar di Indonesia (wikipedia.org) (Disperindag,2009)
8// PRESENTASI SIDANG TUGAS AKHIR Departemen Perdagangan RI LATAR BELAKANG 4 subsektor industri kreatif KONTRIBUSI SDA DAERAH NurmaAnita 56..46 Dosen Pembimbing Prof.Dr.Ir.Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng.
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan banyaknya kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak terjadinya suatu kelangkaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab 1 berisikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang diangkatnya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika dalam penulisan laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari bisnis itu sendiri. Menurut Peter Drucker (1954) 2 fungsi dalam bisnis itu adalah marketing dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran Era Pertanian ke Era Industrialisasi dan semakin majunya Era komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari seluruh pola pikir dalam
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN dan SARAN
BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN 6.1 Kesimpulan A. Dari hasil Analisa Input Output 1. Dari analisa input output yang dilakukan, maka nilai Industri Kreatif di DKI Jakarta pada Tahun 2007 memberikan kontribusi
Lebih terperinci2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia senantiasa melakukan pembangunan di segala bidang, termasuk pembangunan di bidang ekonomi adalah sektor perindustrian. Dalam era globalisasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri Kreatif adalah industri yang memanfaatkan kreatifitas, keterampilan dan bakat individu demi menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam rencana pengembangan industri kreatif Indonesia tahun 2025 yang dirumuskan oleh Departemen Perdagangan RI dijelaskan adanya evaluasi ekonomi kreatif. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi negara merupakan suatu hal yang sangat penting karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih baik untuk dicapai sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1990-an, dimulailah era baru ekonomi dunia yang mengintensifkan informasi dan kreativitas, era tersebut populer dengan sebutan ekonomi kreatif atau industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Wakil Ketua DPRD Kota Yogyakarta, M. Ali Fahmi, SE, MM yang dikutip dalam artikel koran Kedaulatan Rakyat 24 Agustus 2015, selain Yogyakarta mendapat predikat
Lebih terperinci1.1 LATAR BELAKANG. Periklanan. Arsitektur BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Medan memiliki penduduk yang berjumlah 1.993.602 dengan kepadatan penduduk 7.520 / km² yang bersifat heterogen. Kota Medan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang pertumbuhan perekonomian mengalir dalam era ilmu pengetahuan dan ide yang menjadi motor dalam perkembangan ekonomi. Era tersebut pada saat ini dikatakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan global dalam transformasi ekonomi, baik secara regional maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu dari era pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu permasalahan yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak. Hal ini disebabkan karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia telah mengalami krisis ekonomi yang menyebabkan jatuhnya perekonomian nasional. Banyak usaha-usaha skala besar pada berbagai sektor termasuk industri, perdagangan,
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG
1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN PENUNJANG PARIWISATA BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini dunia telah memasuki era industri pada gelombang keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di negara-negara maju sendiri mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peradaban ekonomi dunia terbagi dalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah
Lebih terperinciPENINGKATAN DAYASAING UKM EKONOMI KREATIF MELALUI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PRODUK LOKAL
PENINGKATAN DAYASAING UKM EKONOMI KREATIF MELALUI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PRODUK LOKAL Agri-Marine Economy Industrial Economy Information Economy Creative Economy Academic/ University Business/ Industry
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal kreatifitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Presiden Susilo Bambang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif memiliki peran penting
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian suatu negara. Hal ini akan menjawab tantangan permasalahan mendasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif sering dikemukakan oleh berbagai pakar ekonomi sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi informasi. Walaupun masih
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan kontribusi penting bagi perekonomian negara. Industri kreatif global diperkirakan tumbuh 5% per
Lebih terperinciBAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri
BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri internal manusia yang berkaitan dengan aspek orisinalitas, imajinasi, aspirasi, kecerdasan,
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu untuk menggunakan kekreatifitasannya untuk menjadi lebih unggul dibandingkan para pesaing. John Howkins
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga sebagai penghasil sumber daya alam yang melimpah, terutama di sektor pertanian dan perkebunan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif adalah industri yang bermuara pada intelektualitas, ide, dan gagasan orisinil yang kemudian di realisasikan berdasarkan pemikiran insan kreatif yang
Lebih terperinciPEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Pada awalnya seperti diketahui, kegiatan perekonomian hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian semakin cepat seiring dengan munculnya potensi ekonomi baru yang mampu menopang kehidupan perekonomian masyarakat dunia. Pada awalnya
Lebih terperinciPengembangan Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pemuda Indonesia Ahmad Buchori Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan
Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pemuda Indonesia Ahmad Buchori Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan Bogor, 29 Desember 2015 1 Agenda 1. Potensi dan Tantangan Kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, sektor ekonomi Indonesia mengalami perubahan. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor pertanian. Namun seiring
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal dengan negara yang memiliki keanekaragaman seni dan budaya. Hal ini yang menjadi salah satu daya tarik wisata di Indonesia. Salah satu daerah di Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi kendaraan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Data dari badan pusat statistik dari tahun 2000 hingga 2012 menunjukkan kenaikan jumlah kendaraan
Lebih terperinciKajian Kebijakan Inovatif Daerah Untuk Mendorong Ekonomi Kreatif Berbasis Kerakyatan di Provinsi Riau
Kajian Kebijakan Inovatif Daerah Untuk Mendorong Ekonomi Kreatif Berbasis Kerakyatan di Provinsi Riau Badan Penelitian dan Pengembangan (BPP) Provinsi Riau & Universitas Brawijaya Malang Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern sekarang ini, industri memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Khususnya di Indonesia yang sering di bahas oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis perekonomian global yang dampaknya dirasakan oleh seluruh dunia saat ini. Tidak ada satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia dapat ditunjang oleh beberapa faktor salah satunya peningkatan tenaga kerja melalui sektor ketenagakerjaan yang meliputi Industri Kecil Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran. Selain UMKM ada juga Industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan zaman saat ini yang ada di Indonesia telah banyak sekali pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi pengembangan industri
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. UKM Saat ini, di Indonesia terdapat 41.301.263 (99,13%) usaha kecil (UK) dan 361.052 (0,86%) usaha menengah (UM). Kedua usaha tersebut atau dikenal sebagai Usaha Kecil Menengah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif dapat dibilang merupakan salah satu industri paling menjanjikan dan diminati para pebisnis di era global saat ini terutama di negeri kita tercinta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia sejak terjadinya krisis moneter mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Perekonomian di Indonesia sejak terjadinya krisis moneter mengalami kesulitan. Keadaan ini tidak hanya terjadi pada industri besar atau menengah saja, melainkan
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini menginstruksikan: Kepada : 1. Menteri
Lebih terperinci2015 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN KERAMIK
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri merupakan sektor yang sangat potensial dan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi khususnya di negara-negara berkembang seperti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah ekonomi di dunia tergambar sejak revolusi industri di Inggris antara tahun 1750-1850 masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin industri yang mampu menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini tengah memasuki evolusi baru dalam perekonomiannya, yaitu evolusi ekonomi kreatif, pertumbuhan ekonomi kreatif ini membuka wacana baru bagi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan
Lebih terperinciPerkembangan Industri Kreatif
Perkembangan Industri Kreatif Togar M. Simatupang Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung Abstrak Istilah industri kreatif telah mulai banyak dibicarakan oleh kalayak ramai. Tetapi pengertian
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL DAYA SAING UNTUK PERUSAHAAN KECIL MENENGAH DI ANTARA INDUSTRI KREATIF DI BANDUNG
PENGEMBANGAN MODEL DAYA SAING UNTUK PERUSAHAAN KECIL MENENGAH DI ANTARA INDUSTRI KREATIF DI BANDUNG Abstrak Di Indonesia, Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peranan penting dalam penciptaan lapangan kerja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia terlahir dengan karunia berupa kecerdasan. Kecerdasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia terlahir dengan karunia berupa kecerdasan. Kecerdasan tersebut terdapat pada sistem syaraf yang ada pada diri manusia yaitu otak. Otak tersebut
Lebih terperinciminimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.
minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo. Perpustakaan Jumlah kunjungan ke perpustakaan selama 1 tahun di Kota Bandung dibandingkan dengan jumlah orang yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asian Development Bank (ADB) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Asian Development Bank (ADB) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia akan melemah sejalan dengan kondisi ekonomi dunia yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis yang tumbuh dengan pesat menjadi tantangan maupun ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan mempertahankan kelangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung Gambar 1.1 Logo Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang menakutkan bagi perekonomian Indonesia. Krisis pada saat itu telah mengganggu seluruh
Lebih terperinciPENDAHULUAN. penulisan. Pada latar belakang dibahas mengenai isu-isu yang berhubungan dengan
PENDAHULUAN Pada bab I akan dijelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan. Pada latar belakang dibahas
Lebih terperinciGUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU
GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPERAN PERGURUAN TINGGI DALAM TRIPLE HELIX SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF. Dewi Eka Murniati Jurusan PTBB FT UNY ABSTRAK
PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM TRIPLE HELIX SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF Dewi Eka Murniati Jurusan PTBB FT UNY ABSTRAK Industri kreatif telah membuktikan proporsi kontribusinya yang signifikan
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG
BAB 1 Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG Penduduk dalam menjalankan aktivitas dan usaha ekonomi telah mengalami transformasi, hal ini sesuai dengan perkembangan daerahnya dan wilayahnya. Pada tahun 50 70-an
Lebih terperinciINDUSTRI KREATIF: MOTOR PENGGERAK UMKM MENGHADAPI MASAYARAKAT EKONOMI ASEAN. Vita Kartika Sari 1 ABSTRAK
INDUSTRI KREATIF: MOTOR PENGGERAK UMKM MENGHADAPI MASAYARAKAT EKONOMI ASEAN Vita Kartika Sari Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS Surakarta E-mail: kartikavirgo@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang di dapat dari alam dan merupakan barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyusunan rencana..., Rabiah Amalia, FE UI, 2008.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Departemen Perdagangan RI telah memetakan 14 sektor industri kreatif yang salah satunya merupakan industri penerbit dan percetakan. Menteri Perdagangan mengatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat
Lebih terperinciEKONOMI KREATIF DALAM PERSPEKTIF PERDAGANGAN, HAMBATAN DAN PERAN PERGURUAN TINGGI
EKONOMI KREATIF DALAM PERSPEKTIF PERDAGANGAN, HAMBATAN DAN PERAN PERGURUAN TINGGI Dedi Budiman Hakim dan Muhammad Fazri, Bogor, 29 Desember 2015 Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan terencana dari satu situasi ke situasi lainnya yang dinilai lebih baik. Pembangunan yang terlalu mengejar pertumbuhan ekonomi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan ekonomi dinegara berkembang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian kesejahteraan tersebut dapat diukur dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk mengatasi pengangguran, memperluas kesempatan kerja, memerangi
Lebih terperinci[DOCUMENT TITLE] [Document subtitle] [DATE] [COMPANY NAME] [Company address]
[DOCUMENT TITLE] [Document subtitle] [DATE] [COMPANY NAME] [Company address] 1 PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KOTA SEMARANG Darwanto Dani Danuar Tri U. I.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri Mikro dan Kecil (IMK) merupakan salah satu komponen yang mempunyai sumbangan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengetahuan adalah aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan, akan membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Komoditi Makanan dan minuman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan kebutuhan primer bagi manusia serta menjadi syarat utama bagi kelangsungan hidupnya. Makanan dan minuman juga merupakan faktor utama yang
Lebih terperinciStrategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1
Strategi Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1 Hasil kajian Tim Inisiasi ( taskforce) Ekonomi Kreatif Propinsi Jawa Barat 2011, bersama Bappeda Jawa Barat, dimana penulis terlibat
Lebih terperinciIndustri Kreatif Jawa Barat
Industri Kreatif Jawa Barat Dr. Togar M. Simatupang Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Masukan Kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat 2007 Daftar Isi Pengantar Industri Kreatif Asal-usul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pembangunan seringkali dianggap sama dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan salah satu jalur
Lebih terperinci2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R
No.1015, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Pemasaran Produk Ekonomi Kreatif Nasional. PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEMASARAN PRODUK EKONOMI KREATIF NASIONAL
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. 1 Ratih Purbasari_
Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Pengembangan kreativitas sebagai usaha yang mendukung peningkatan inovasi baik untuk suatu produk maupun jasa harus senantiasa terus dilakukan. Hal ini salah satunya
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA
KEMENTERIAN PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA 2014 LAMPIRAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi sebagai akibat adanya krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan Juli 1997, berakibat bangkrutnya perusahaanperusahaan berskala besar tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perekonomian indonesia, terutama pada era akhir 1990-an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) pernah berperan sebagai penyelamat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Indonesia yang kaya akan budaya dan hasil alamnya memiliki banyak industri yang menggantungkan usahanya pada hasil alam tersebut. Salah satu industri yang menggabungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan membahas mengenai literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Diantaranya yaitu mengenai definisi UKM (Usaha Kecil dan Menengah), definisi industri kreatif,
Lebih terperinciTERMS OF REFERENCE (TOR) EAGLE AWARDS DOCUMENTARY COMPETITION 2014
TERMS OF REFERENCE (TOR) EAGLE AWARDS DOCUMENTARY COMPETITION 2014 ============================================================== Tahun 2014 ini adalah 1 dekade Eagle Award Documentary Competition menginspirasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki 419 pulau. Total luas Propinsi Sumatera Utara sebesar 72.981,23
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan usaha lainnya. Menurut Porter dalam Solihin (2012 :42), intensitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kondisi perekonomian saat ini, persaingan bsinis sangat kompetitif dan dihindari baik dipasar domestik (nasional) atau di pasar internasional/global. Untuk dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.
Lebih terperinci