BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
|
|
- Sukarno Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi pengembangan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur. Selain itu, akan dipaparkan pula mengenai keterbatasan studi dan saran studi lanjutan mengenai penelitian usaha tape ketan di wilayah kajian studi. 5.1 Temuan Studi Setelah melakukan studi ini, dapat diambil beberapa temuan, yakni: 1. Kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal dapat dilihat dari dukungan tiga kriteria yaitu kemampuan usaha tape ketan untuk bertahan, menciptakan lapangan kerja, serta merangsang pertumbuhan kegiatan baru. Adapun gambaran mengenai dukungan ketiga kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.1 Kemampuan Usaha Tape Ketan sebagai Motor Penggerak Kriteria Dukungan Kemampuan bertahan Kurang mendukung Kemampuan menciptakan lapangan kerja Kurang mendukung Kemampuan merangsang pertumbuhan Tidak mendukung kegiatan ekonomi baru Sumber: Hasil Analisis, 2008 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kemampuan usaha tape ketan untuk bertahan, menciptakan lapangan kerja, serta merangsang pertumbuhan kegiatan baru masih belum mendukung usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di wilayah kajian studi. 95
2 96 2. Usaha tape ketan di Kabupaten Kuningan belum memiliki kemampuan bertahan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari dukungan keberlanjutan produksi dan pemasarannya yang masih belum kokoh. Kendala yang dihadapi dalam kemampuan bertahan usaha tape ketan adalah: (a) Rendahnya akses pengusaha terhadap modal formal, seperti bank dan KUD akibat tidak mampu memenuhi syarat, jaminan serta suku bunga yang ditetapkan, (b) Kontinuitas bahan baku tidak mendukung dan masih sangat bergantung terhadap bahan baku non-lokal, (c) Lemahnya kemampuan berinovasi dan manajemen usaha dalam melakukan kendali keuangan, (d) Sistem pemasaran yang diterapkan masih memberatkan pengusaha, lokasi unit usaha yang jauh dengan pasar tidak ditunjang dengan sarana transportasi pribadi, wilayah pemasaran masih lokal. Sementara potensi yang dimiliki dari kemampuan bertahan adalah: (a) Usaha tape ketan telah memanfaatkan sumber daya manusia lokal sebagai tenaga kerja, dan telah menjadi salah satu alternatif sumber pendapatan bagi masyarakat berpendidikan rendah terutama kaum perempuan, (b) Motivasi, kegigihan, dan ketekunan pengusaha dalam mempertahankan usaha tape ketan cukup tinggi sehingga sebagian besar telah mampu mengakumulasikan modalnya, (c) Alat produksi yang dibutuhkan meskipun sederhana namun telah mampu menunjang kegiatan produksi. 3. Kemampuan usaha tape ketan dalam menyerap lapangan kerja masih belum sepenuhnya mendukung sebagai motor penggerak karena masih menghadapi kendala yaitu perkembangan usaha tape ketan yang lambat sehingga tingkat penyerapan tenaga kerja lokal di masa mendatang juga masih rendah. 4. Kemampuan usaha tape ketan dalam merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi baru masih menghadapi kendala yaitu: motivasi tenaga kerja dan masyarakat lokal dalam mendirikan usaha tape ketan dan iklim investasi di wilayah kajian studi yang masih rendah. Adapun potensi-potensi yang dimiliki adalah: (a) Usaha tape ketan telah menjadi komoditas unggulan Kabupaten
3 97 Kuningan dan diminati pasar, dan (b) Jumlah usaha tape ketan senantiasa bertambah. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal dapat berasal dari : (a) Kondisi internal (dari dalam perusahaan seperti latar belakang ekonomi, sosial, dan pendidikan pengusaha dan motivasi pengusaha), (b) Kondisi eksternalnya (dari luar perusahaan seperti dukungan pemerintah, kondisi geografis, ketersediaan sarana pendidikan, ekonomi pemasaran dan hiburan, daya tahan produk, lokasi unit usaha). 6. Kemampuan bertahan usaha tape ketan yang masih belum kokoh terutama disebabkan oleh faktor latar belakang pendidikan mayoritas pengusaha yang rendah (lulusan Sekolah Dasar) serta lokasi unit usaha yang berada di pedesaan. Faktor ini tidak hanya mempengaruhi pola manajemen yang diterapkan menjadi tradisional dan kekeluargaan, namun juga turut mempengaruhi lemahnya akses pengusaha terhadap sumber-sumber modal formal seperti bank dan KUD. Lemahnya akses ke permodalan selanjutnya mempengaruhi sulitnya dilakukan inovasi produk dan pemasaran usaha tape ketan yang masih terbatas. 7. Faktor lokasi unit usaha tape ketan di Kecamatan Cibeureum dan Cibingbin yang relatif jauh dari ibukota kabupaten dan status Kecamatan Cibeureum yang merupakan pemekaran mempengaruhi ketersediaan sarana dan prasarana ekonomi dan fasilitas hiburan yang belum memadai. Kondisi ini selanjutnya mempengaruhi kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal secara keseluruhan. 5.2 Kesimpulan Setelah dilakukan analisis mengenai kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, serta Cigugur maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
4 98 1. Usaha tape ketan di wilayah kajian studi telah melewati tahap pengembangan ekonomi komunitas dan mulai melangkah menuju tahap pengembangan ekonomi lokal karena kemitraan pengusaha tape ketan dengan pemerintah lokal dan lembaga perguruan tinggi, meskipun masih sangat terbatas, namun telah mulai terbangun. Hal ini harus terus diarahkan sehingga tujuan dari pengembangan ekonomi lokal yaitu untuk membangun kapasitas ekonomi dalam suatu wilayah dalam rangka meningkatkan masa depan perekonomian dan kualitas hidup seluruh masyarakatnya dapat terwujud. 2. Usaha tape ketan di Kabupaten Kuningan masih berada dalam tahap embrio yang ringkih dan sangat memerlukan sokongan. Terkait dengan hal ini, pemerintah lokal perlu meningkatkan kapasitasnya dalam memacu pengembangan usaha tape ketan agar komoditas makanan ini mampu menjadi trade mark Kabupaten Kuningan yang lebih dikenal luas karena strategi ini sejalan dengan kondisi Kabupaten Kuningan yang memiliki potensi tinggi dalam sektor pertanian dan pariwisata. Selanjutnya, usaha tape ketan juga mampu memberikan kontribusi pengembangan ekonomi lokal yang lebih nyata bagi Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur. 3. Usaha tape ketan belum mampu menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi lokal di wilayah kajian studi. Namun, sesungguhnya masih banyak peluang yang dapat digalang untuk memacu pengembangan usaha tape ketan menjadi lebih dinamis serta mampu menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi lokal. Oleh karena itu, usaha tape ketan perlu terus meningkatkan potensi yang dimiliki dan senantiasa berupaya mengatasi kendala-kendala yang dihadapi. Adapun potensi yang dimiliki usaha tape ketan adalah kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja lokal, motivasi tinggi pengusaha, ciri khas yang disandang produk tape ketan, alat produksi yang sederhana, serta kemampuannya untuk dapat terus hidup selama puluhan tahun. Dalam meningkatkan potensi yang dimilikinya ini, maka dibutuhkan inisiatif pemerintah dan pihak swasta untuk berperan lebih aktif lagi.
5 99 4. Secara garis besar, kendala yang dihadapi usaha tape ketan di wilayah kajian studi adalah kendala yang umumnya dihadapi oleh usaha-usaha kecil di Indonesia. Kendala yang dihadapi usaha tape ketan di wilayah kajian studi terutama terletak pada aspek keterbatasan modal, pemanfaatan bahan baku nonlokal, jiwa wirausaha dan kemampuan manajerial pengushaa yang rendah, pemasaran yang belum mendukung, serta penciptaan usaha-usaha lokal baru yang belum optimal. Meskipun begitu, penelitian ini tetap menjadi penting karena sesungguhnya kendala yang dihadapi setiap usaha kecil tidak bersifat homogen dan memiliki kendala khas yang dihadapi. Seperti halnya dengan usaha tape ketan di wilayah kajian studi yang menghadapi kendala daya tahan produk yang singkat serta ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku non-lokal. Maka analisis faktor akan menentukan sikap dan kebijakan apa yang perlu diambil sehingga perlakuan yang ditimbulkan akan tepat sasaran bagi usaha tape ketan. 5.2 Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis mengenai kondisi usaha tape ketan, maka selanjutnya akan direkomendasikan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal, yaitu: Rekomendasi kepada Pemerintah: Kebijakan pemerintah daerah dalam sektor ekonomi dan industri dapat mempengaruhi kinerja usaha kecil. Oleh karena itu, pemerintah yang memiliki fungsi regulator maupun budgeting diharapkan mampu memberikan intervensi dalam pengembangan usaha tape ketan melalui perumusan kebijakan, insentif baik fiskal maupun non-fiskal dan implementasi program yang dalam lingkup teknis dapat dilakukan dengan: 1. Mendorong investasi baik pemerintah maupun swasta terhadap pembangunan usaha-usaha yang dapat mendukung pengembangan usaha tape ketan dengan menumbuhkembangkan iklim usaha yang kondusif dan dapat dipercaya melalui
6 100 penetapan peraturan perundang-undangan dan kebijakan: pendanaan, persaingan, sarana dan prasarana, informasi, kemitraan, perijinan usaha dan perlindungan 2. Dinas Koperasi dan UKM mengoptimalkan fungsinya: - Sebagai wadah konsultasi, asistensi bisnis dan sarana penyalur aspirasi bagi para pengusaha tape ketan, atau UKM pada umumnya. - Membantu sertifikasi tanah terhadap para pengusaha tape ketan. Hal ini dimaksudkan untuk membantu kelancaran akses pengusaha dalam memperoleh modal dari lembaga keuangan formal. - Meningkatkan fungsi Koperasi Simpan Pinjam sebagai salah satu sumber modal bagi pengusaha tape ketan. Hal ini dilakukan dengan cara membina agar koperasi tetap konsisten dalam penerapan prinsip-prinsip koperasi, meningkatkan efisiesi koperasi dalam melaksanakan kegiatan usahanya, dan meningkatkan mutu pelayanan kepada anggotanya. 3. Dalam hal pembinaan dan pengawasan, pemerintah melalukan pembinaan yang berkaitan dengan produk dan pengolahan, pemasaran, teknologi, serta sumber daya manusia, yaitu melalui peningkatan pelatihan kewirausahaan, manajerial (seperti administrasi pembukuan), teknik pemasaran dan keunggulan kompetitif dan inovasi produk tape ketan yang dimonitor oleh Dinas Industri dan Perdagangan serta Dinas Koperasi dan UKM dengan bekerja sama dengan pusat penelitian dari perguruan tinggi. Tujuan program ini adalah untuk mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan dan meningkatkan daya saing usaha tape ketan sehingga pengetahuan serta sikap wirausaha semakin berkembang, produktivitas meningkat, dan wirausaha baru berbasis pengetahuan meningkat jumlahnya. Selain itu, inovasi tape ketan baik inovasi berupa keragaman rasa maupun kemasan maupun inovasi dalam memperpanjang daya tahan produk dengan melalui pengolahan tape ketan yang sudah terlalu matang menjadi produk lain yang memiliki daya jual (seperti brem, dodol, dll) semakin berkembang.
7 101 Pengadaan inovasi ini tidak hanya dapat meningkatkan daya saing produk tape ketan terhadap produk makanan dari daerah lain, namun juga sebagai upaya antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya over supply atau pasar yang jenuh. Dengan adanya inovasi, kejenuhan tersebut dapat diatasi sehingga tidak akan mematikan usaha tape ketan. 4. Melakukan kerjasama dengan pusat penelitian dari perguruan tinggi untuk memberikan penyuluhan kepada petani mengenai teknik budidaya ketan yang sesuai dengan kondisi biofisik yang ada. Upaya ini dilakukan agar petani lokal memiliki antusias untuk menanam ketan sehingga pemanfaatan sumber bahan baku ketan lokal dapat meningkat dan multiplier effect yang dihasilkan akan jatuh ke wilayah kajian studi. 5. Peningkatan sarana dan prasarana ekonomi, maupun fasilitas hiburan sebagai penunjang pemasaran tape ketan. Tersedianya sarana pemasaran dan/atau transportasi dari lokasi produksi ke pasar, akan mengurangi biaya produksi dan pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan pengusaha tape ketan. 6. Memberikan bantuan promosi tape ketan melalui pameran-pameran makanan khas/etnik, media massa, cetak maupun elektronik. Hal ini dilakukan agar produk tape ketan tidak hanya dikenal dalam ruang lingkup lokal, namun sampai luar kabupaten bahkan provinsi. 7. Pemerintah memfasilitasi pemecahan masalah permodalan untuk usaha tape ketan dengan menjamin kredit mereka di lembaga kuangan yang ada, atau memberi subsidi bunga atas pinjaman mereka di lembaga keuangan, maupun dengan membentuk lembaga keuangan khusus untuk UKM yang lebih profesional dan mudah diakses oleh nasabah kecil seperti pengusaha tape ketan. Cara ini selain mendidik mereka untuk bertanggung jawab terhadap pengembalian kredit, juga dapat menjadi wahana bagi mereka untuk terbiasa bekerjasama dengan lembaga keuangan yang ada, serta membuktikan kepada lembaga keuangan bahwa tidak ada alasan untuk diskriminatif dalam pemberian pinjaman.
8 102 Rekomendasi kepada Pengusaha Tape Ketan Adapun rekomendasi terhadap pengusaha tape ketan adalah: Membentuk organisasi/asosiasi/himpunan khusus pengusaha tape ketan yang efektif dengan maksud tumbuhnya kerjasama antar pengusaha dalam : - Memperoleh bahan baku. Dengan adanya organisasi ini maka diharapkan pengusaha tape ketan mampu memiliki posisi tawar menawar yang tinggi dalam memperoleh bahan baku dengan harga yang lebih murah. - Pemasaran. Salah satu faktor adanya kendala pada aspek pemasaran adalah keberadaan informasi mengenai pemasaran yang terbatas. Dengan adanya organisasi, maka diharapkan mampu menjadi wadah informasi mengenai kondisi pasar (cakupan pasar, kualitas dan harga produk) sehingga pengusaha mampu melihat peluang-peluang pasar dan situasi persaingan. - Permodalan. Salah satu upaya mengatasi kendala permodalan adalah dengan menyediakan informasi yang tepat mengenai permodalan kepada pengusaha tape ketan yang diwadahi dalam organisasi. - Pemberian berbagai bantuan (modal, bahan baku, pelatihan manajemen, dll) terhadap usaha kecil umumya dilakukan atas nama kelompok. Oleh karena itu, keberadaan organisasi akan mempermudah dalam penerimaan bantuan terhadap usaha tape ketan. 5.3 Kelemahan Studi Dalam melakukan penelitian ini tentu tidak terlepas dari berbagai kendala. Kendala yang dihadapi pada akhirnya membuat penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu: 1. Terdapat unit usaha yang tertutup dalam memberikan informasi sehingga kuesioner tidak bisa diberikan kepada seluruh pengusaha. Selain itu, tertutupnya unit usaha juga menyebabkan pengambilan sampel untuk tenaga kerja masih kurang. Di sisi lain, kekurangan pengambilan sampel ini bisa menyebabkan terjadinya distorsi yang dapat mempengaruhi analisis yang dilakukan.
9 Keterbatasan data karena pihak kecamatan maupun BPS tidak mempublikasikan data secara lengkap dalam laporan atau profil kecamatan. 3. Analisis mengenai permintaan pasar dilakukan dengan hanya mengandalkan informasi dari pengusaha tape ketan tanpa menggali informasi lebih jauh dari para distributor/agen di berbagai wilayah pemasaran sehingga gambaran mengenai permintaan pasar maupun situasi persaingan produk belum akurat. 4. Penelitian ini tidak mengkaji bagaimana bentuk kemitraan pengusaha tape ketan dengan sektor swasta dan LSM. Menurut konsep pengembangan ekonomi lokal, sektor swasta dan LSM merupakan stakeholder yang memiliki peran, khususnya dalam penelitian ini berperan terhadap usaha tape ketan. 5. Dalam penelitian ini, survei dilakukan dengan jangka waktu interaksi yang tidak terlalu lama sehingga kemungkinan adanya informasi yang tidak tergali dari responden (pengusaha, tenaga kerja, masyarakat lokal, maupun dengan pihak dinas) cukup besar. 5.4 Saran Studi Lanjutan Dengan berbagai keterbatasan dalam penelitian ini, maka diperlukan adanya studi lanjutan untuk lebih memahami kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan ekonomi lokal. Beberapa saran untuk studi lanjutan adalah: 1. Menambah jumlah sampel tenaga kerja usaha tape ketan sehingga validasi dari analisis aspek tenaga kerja dapat lebih akurat. 2. Mengkaji mengenai permintaan pasar dan situasi persaingan dengan lebih mendalam sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai daya saing produk tape ketan terhadap produk dari daerah lain. 3. Studi mengenai kemitraan diantara pelaku usaha tape ketan dengan sektor swasta dan LSM. 4. Melakukan interaksi yang lebih intensif dengan informan/responden sehingga akan memperkaya informasi yang mendukung penelitian.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari tiga puluh tahun Indonesia menjalani sistem sentralistik. Namun, reformasi pembangunan telah membawa perubahan tidak hanya terhadap sistem penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS KEMAMPUAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
BAB 4 ANALISIS KEMAMPUAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Penelitian ini berusaha mengkaji kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.
Lebih terperinciWALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang
Lebih terperinciINTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM
INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni
Lebih terperinciREKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005
BOKS REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 I. PENDAHULUAN Dinamika daerah yang semakin kompleks tercermin dari adanya perubahan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 08 Tahun 2015 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinci6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM
48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR
BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR Bab ini terbagi menjadi tiga bagian.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi bagian penting dari sistem perekonomian Nasional yaitu mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan lapangan usaha
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan
Lebih terperinciIV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM
10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian
Lebih terperinciKEMAMPUAN KEGIATAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
KEMAMPUAN KEGIATAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (Studi Kasus: Usaha Tape Ketan di Kecamatan Cibeureum, Cibingbin, dan Cigugur) T U G A S A K H I R MAYANG
Lebih terperincipenyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.
4.1.15 URUSAN WAJIB KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH 4.1.15.1 KONDISI UMUM Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang sering disebut UMKM, merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi rakyat
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciKetua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI
PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan
Lebih terperinciBAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM
BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM Usaha Kecil dan Mikro (UKM) merupakan sektor yang penting dan besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat
Lebih terperinci3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis
3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan
Lebih terperinciMATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011
MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA: KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya 2012 2013 2014 2012 2013 2014 305,2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi yang strategis serta tanggung jawab terhadap sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi diartikan sebagai suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan yang dilakukan
Lebih terperinciPERAN ASPARTAN (ASOSIASI PASAR TANI) DALAM MENDORONG BERKEMBANGNYA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN
PERAN ASPARTAN (ASOSIASI PASAR TANI) DALAM MENDORONG BERKEMBANGNYA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN Irawati, Nurdeana C, dan Heni Purwaningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta Email : irawibiwin@gmail.com
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan akan kendaraan bermotor roda dua saat ini terus meningkat. Hal
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan akan kendaraan bermotor roda dua saat ini terus meningkat. Hal ini diduga terjadi antara lain karena daya tarik efisiensi biaya dan perawatan, tipikal jalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro tergolong jenis usaha yang tidak mendapat tempat di bank, rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan dari pemerintah
Lebih terperinciLaporan Akhir Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2013
Laporan Akhir Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2013 DI JAWA TIMUR Ketua Tim Peneliti: Dr. (NIDN:0006096604) Anggota Peneliti Dra. Sutinah, MS (NIDN:0016085807) Drs. Septi Ariadi, MA
Lebih terperinci5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya
5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya memiliki beberapa fungsi sistem penyuluhan yaitu: 1. Memfasilitasi
Lebih terperinciIV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian
6. URUSAN PERINDUSTRIAN Urusan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi yaitu sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
123 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data-data dan pembahasan pada bab sebelum ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Karakteristik dan Kondisi Industri Tenun
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
98 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan hasil temuan studi yang menjadi dasar untuk menyimpulkan keefektifan Proksi Mantap mencapai tujuan dan sasarannya. Selanjutnya dikemukakan
Lebih terperinci10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG
10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR
BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR Bab ini terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama akan menjelaskan mengenai gambaran umum Kabupaten Kuningan dan bagian
Lebih terperinciBAB 5 INDIKASI KEKUATAN, KELEMANAHAN, ANCAMAN, DAN PELUANG
BAB 5 INDIKASI KEKUATAN, KELEMANAHAN, ANCAMAN, DAN PELUANG Secara umum, Kabupaten Pandeglang memiliki ke empat faktor eksternal dan internal yang dimaksud diatas, yaitu kekuatan, kelemahan, peluang, dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan terencana dari satu situasi ke situasi lainnya yang dinilai lebih baik. Pembangunan yang terlalu mengejar pertumbuhan ekonomi dan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA KEDIRI
PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang
Lebih terperinci[DOCUMENT TITLE] [Document subtitle] [DATE] [COMPANY NAME] [Company address]
[DOCUMENT TITLE] [Document subtitle] [DATE] [COMPANY NAME] [Company address] 1 PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KOTA SEMARANG Darwanto Dani Danuar Tri U. I.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional mempunyai
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN IKLIM PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI PAPUA
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PEREKONOMIAN BERBASIS KERAKYATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI PAPUA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. Visi Visi yang telah ditetapkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pelalawan adalah Menjadi Fasilitator dan Penggerak Ekonomi Masyarakat Perikanan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk lebih mempercepat perwujudan perekonomian nasional yang mandiri dan andal sebagai usaha
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa usaha kecil merupakan bagian integral dari perekonomian nasional
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini
Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih dilanda berbagai hambatan dan tantangan dalam menghadapi persaingan. Hambatan dan tantangan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk lebih mempercepat perwujudan perekonomian nasional yang mandiri dan
Lebih terperinciKONDISI TRIWULAN I I II III IV I II III IV I
SURVEI PERBANKAN Triwulan I-007 Target pemberian kredit baru pada triwulan II-007 dan tahun 007 diperkirakan masih akan meningkat Hanya 4,0% responden yang menyatakan realisasi kredit baru dalam triwulan
Lebih terperinciV. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani
V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan
Lebih terperinciPENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN
PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk lebih mempercepat perwujudan perekonomian nasional yang mandiri dan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dengan
Lebih terperinciPERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **)
PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **) I. PENDAHULUAN Membangun ekonomi Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peranan Pemerintah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang perkoperasian, Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi,
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembentukan klaster industri kecil tekstil dan produk tekstil pada Bab IV. Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap model
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,
Lebih terperinciX. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan
X. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan adalah model yang menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic versi 6.0. Model AINI-MS merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena ini hendaknya direspons oleh seluruh anak bangsa, tanpa terkecuali
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini tidak diragukan lagi bahwa perkembangan UMKM telah memasuki daerah-daerah terpencil. Mencermati perkembangan seperti ini, UMKM sudah seharusnya berdiri di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya memenuhi kebutuhan hidup manusia merupakan tahap paling menentukan bagi perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dengan perkataan lain dapat diterangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangunan yang berorientasi atau berbasis kegiatan ekonomi lokal menekankan pada kebijakan pembangunan pribumi (endogenous development policies) yang memanfaatkan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, perpustakaan memiliki peran sebagai wahana belajar untuk mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa usaha kecil merupakan bagian integral dari perekonomian
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa pembangunan koperasi merupakan tugas bersama antara
Lebih terperinciVIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN
VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah
Lebih terperinciBAB V KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DAN ARAHAN PENINGKATANNYA DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN
BAB V KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DAN ARAHAN PENINGKATANNYA DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN Dari hasil analisis kemitraan antar stakeholders pada ketiga sentra industri di Kabupaten Gunungkidul,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara rasional, empiris dan sistematis. Adapun metodologi penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional.
Lebih terperinciSTRATEGI PEMASARAN KREDIT PADA MIKRO BISNIS UNIT PT. BANK XYZ DI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR MULYADI
LAMPIRAN 69 70 Lampiran 1. Kuesioner kajian. STRATEGI PEMASARAN KREDIT PADA MIKRO BISNIS UNIT PT. BANK XYZ DI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR MULYADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciPerluasan Lapangan Kerja
VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN Pelaku Umkm Tenun Ikat, Marning Jagung, Keripik Pisang
BAB V HASIL PENELITIAN 1.1. Pelaku Umkm Tenun Ikat, Marning Jagung, Keripik Pisang 1.1.1. Pelaku Usaha Tenun Ikat Pelaku usaha tenun ikat yaitu mereka yang membuka usaha dalam bidang menenun. Pelaku usaha
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH I. UMUM Pembangunan Daerah bertujuan untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Payakumbuh. Semakin baik Locus of control individu semakin besar
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV dapat disimpulkan bahwa : 1. Locus of control menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan mempengaruhi Inovasi
Lebih terperinciBOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA
2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA Kesenjangan informasi (asymmetric information) antara produk perbankan beserta persyaratan yang
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategi berdasarkan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan mengemukakan beberapa isu strategis
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Peranan UMKM di Indonesia sangat penting sebagai penggerak ekonomi yang
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN
241 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan (1) Karakteristik nelayan di lokasi penelitian secara spesifik dicirikan dengan: (a) karakteristik individu: pendidikan rendah, nelayan pendatang, motivasi intrinsik
Lebih terperinciBAPPEDA KAB. LAMONGAN
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM
BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. UKM Saat ini, di Indonesia terdapat 41.301.263 (99,13%) usaha kecil (UK) dan 361.052 (0,86%) usaha menengah (UM). Kedua usaha tersebut atau dikenal sebagai Usaha Kecil Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Industri Bordir di Kota Pariaman merupakan salah satu industri andalan dimana sektor ini banyak menyerap tenaga kerja serta membuka lapangan kerja yang baru,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM MENGHADAPI PASAR. Sekilas Mengenai Kondisi Perekonomian dan Pentingnya Usaha kecil dan Menengah
PENGEMBANGAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM MENGHADAPI PASAR Abstrak Pengembangan usaha kecil dan menengah dalam menghadapi pasar harus di dasari pada upaya yang keras dan terus menerusdalam menjadikan
Lebih terperinciMenetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
Copyright (C) 2000 BPHN PP 32/1998, PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL *35684 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 1998 (32/1998) TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR
BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati
Lebih terperinci