ANALISA KEKERABATAN 14 SPESIES PRIMATA DENGAN PROGRAM MEGA 4. Abdul Rahman Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB
|
|
- Yohanes Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISA KEKERABATAN 14 SPESIES PRIMATA DENGAN PROGRAM MEGA 4 Abdul Rahman Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB Abstrak Primata adalah kelompok mamalia berplasenta, memiliki tiga jenis gigi dalam salah satu periode hidupnya. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis kekerabatan 14 spesies dalam ordo Primata dari situs fenilalanin, 12S, ND1 dan dloop DNA mitokondria. Potongan nukleotida dipotong dari sumber DNA asal, disimpan dalam bentuk fas. File dibuka dengan program mega 4, dilakukan penjajaran runutan (alignment), hasil alignment disimpan dalam bentuk mas dan meg. File dalam bentuk meg dianalisa untuk laju pergantian/substitusi nukleotida antar spesies. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1). Manusia lebih berkerabat dengan kelompok (genus) Pan, dibanding dengan genus lain dalam ordo Primata seperti Pongo dan Gorilla. (2). Konstruksi pohon filogeni dengan program Mega 4 pada situs-situs penyandi protein dan pengaturan metabolisme primer dapat digunakan sebagai acuan taksonomi Primata secara genomik. Kata kunci: primate, analisis kekerabatan, program mega PENDAHULUAN Primata adalah kelompok mamalia berplasenta, memiliki tiga jenis gigi dalam salah satu periode hidupnya. Otak selalu memiliki lobus posterior, mengalami reduksi lobus olfaktorius dan cerebrum berkembang baik. Struktur tunas anggota tubuh dilengkapi dengan pentadactyly primitive, jari bisa bergerak bebas terutama pollux dan hallux. Caecum berkembang baik, penis tergantung, testis dilengkapi skrotum dan selalu dengan dua kelenjar susu di bagian depan. Penglihatan tajam dengan berbagai derajat perbedaan antar spesies, dan bola mata dikelilingi tulang. Mengalami perkembangan dan efisiensi pada sistem pencernaan. Melakukan pemeliharaan anak pada periode setelah melahirkan ( Pengelompokan (klasifikasi) hewan secara umum sangat beragam dan memiliki banyak perbedaan tergantung dari karakter dan atau parameter yang digunakan untuk pengklasifikasian. Sistematika untuk ordo Primata juga memiliki banyak versi, baik untuk tingkatan sub ordo, infra ordo, super famili, famili, genus maupun spesies. Simons (1972), Schwartz (1978), Szalay dan Delson (1979) dan Fleagle (1988) memiliki pendapat yang berbeda dalam sistematika Primata. Simons (1972) membagi Primata dalam dua sub ordo : Prosimii dan Anthropoidea, Schwartz (1978) membagi dalam tiga sub ordo : Microsyopida, Strepsirrhini dan Anthropoidea, Szalay dan
2 Delson (1979), membagi dalam 3 sub ordo : Plesiadapiformes, Strepsirrhini dan Haplorrhini dan Fleagle (1988) membagi menjadi 2 sub ordo : Plesiadapiformes dan Anthropoidea. Program MEGA merupakan program aplikasi komputer yang didesain untuk membandingkan dan menganalisis sekuens gen yang homolog. Program ini menganalisis jauh dekat hubungan kekerabatan berdasarkan identik atau tidak identiknya pasangan nukleotida antar individu atau spesies yang berbeda. Program ini tidak hanya memungkinkan menggunakan metoda statistik dan komputasi tetapi juga membantu saintis untuk memilih metoda dan algoritma terbaik untuk memahami fungsi, evolusi dan adaptasi gen dan spesies. Software MEGA digunakan untuk dua tujuan pokok yaitu pengambilan kesimpulan hubungan evolusi dari sekuens yang homolog dan memperkirakan keragaman evolusi netral dan selektif diantara sekuens. Program ini juga dilengkapi dengan hasil berupa pohon filogenetik dan matrik jarak evolusi (Tamura et al., 2008). Program Mega mungkin termasuk salah satu program sistematika filogenetik/cladisme. METODOLOGI Data mitokondria DNA ke-14 spesies anggota ordo Primata ini diunduh dari Pemilihan spesies dilakukan secara acak, didasarkan pada data gen MtDNA yang telah tersedia. Nama spesies yang digunakan dan tanggal direkam di NCBI di tampilkan dalam lampiran 1. Berdasarkan totalitas data mtdna yang diunduh, diambil 4 situs berdasarkan kriteria yang dianggap mewakili genom mitokondria. Situs yang diambil adalah Fenilalanin, 12S, ND1 dan dloop. Potongan nukleotida dipotong dari sumber DNA asal, disimpan dalam bentuk fas. File dibuka dengan program mega 4, dilakukan penjajaran runutan (alignment), hasil alignment disimpan dalam bentuk mas dan meg. File dalam bentuk meg dianalisa untuk laju pergantian/substitusi nukleotida antar spesies. Konstruksi pohon filogeni dibuat dengan empat metoda yang tersedia di program Mega yaitu Neighbour Joining, Minimum Evolution, Maksimum Parsimoni dan UPGMA. Angka bootstrap disamakan pada angka 500. Model substitusi yang digunakan adalah Composite Maksimum Likelihood (CML), karena model ini merupakan keunggukan Mega 4 dibanding seri sebelumnya. Sekuens data yang digunakan komplek, meliputi data transisi dan transversi. Hasil
3 yang didapat berupa jumlah substitusi dan pohon filogenetik dilakukan pembahasan dengan membandingkannya dengan beberapa sistematika menurut para ahli Primatologi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data jumlah substitusi nukleotida didapatkan bahwa jumlah pasangan basa nitrogen identik terbanyak dengan Manusia adalah Pan Paniscus sebesar 96.84%, disusul Pan troglodytes sebesar 96.31% dan Gorilla gorilla sebesar 96.21%. Sedangkan jumlah pasangan basa identik terkecil adalah Colobus guereza dengan 83.12%, Macaca mulatta sebesar 83.55% dan Macaca sylvanus 83.95%. Jumlah pasangan basa identik ini secara tidak langsung menunjukkan jauh atau dekat hubungan kekerabatan secara genetik. Berdasarkan data ini dapat diduga bahwa dari 14 spesies primata yang dianalisis, spesies yang memiliki kekerabatan terdekat dengan manusia secara genetik adalah dari genus Pan. Sedangkan kekerabatan terjauh adalah dari genus Colobus. Hasil yang didapatkan dari analisis jumlah substitusi nukleotida menunjukkan hasil yang sama dengan konstruksi pohon filogeni dengan ke empat metoda yang terdapat dalam program Mega. Pohon filogeni dengan metode Neighbour Joining menunjukkan tiga dari empat situs yang dianalisis (12S, ND1 dan Fenilalanin) menunjukkan topologi pohon filogeni yang sama, tetapi berbeda dalam angka bootstrap. Bootstrap antara Manusia dengan genus Pan berada pada angka 58 pada situs 12S, 88 pada situs ND1 dan 47 pada Fenilalanin. Sedangkan untuk genus Gorilla berada pada angka pada situs 12S, 99 pada ND1 dan 67 pada Fenilalanin, namun terletak pada cabang filogeni ke-2 setelah cabang filogeni dengan genus Pan. Kekerabatan terjauh dengan genus Colobus, Macaca, Cercopithecus dan Papio yaitu pada cabang filogeni ke-lima tanpa angka bootstrap (diagram 1, 2 dan 3). Secara keseluruhan, dari 14 spesies Primata yang dianalisa, analisis 3 situs 12S, ND1 dan fenilalanin tidak terlalu menunjukkan perbedaan konstruksi pohon filogeni. Beberapa perbedaan pohon filogeni dari 12S dan ND1 adalah sebagai berikut: 1. Pada 12S, kelompok Homo, Pan dan Gorilla lebih dikerabatkan dengan Pongo dibanding Hylobates. Hasil yang sebaliknya ditunjukkan pada ND1, kelompok Homo, Pan dan Gorilla lebih dikerabatkan dengan Hylobates dibanding Pongo.
4 2. Pada 12S, Macaca dengan Papio lebih berkerabat dibanding Macaca dengan Cercopithecus. Hasil yang sebaliknya ditunjukkan oleh ND1, Macaca lebih berkerabat dengan Ceropithecus dibanding antara Macaca dengan Papio Pan paniscus Pan troglodytes Ho sapiens Gor gorilla Go gor gorilla P pyg abelii H lar P pygmaeus Colo guereza Cero aethiops Cero ae sabaeus Papio hamadryas Mac sylvanus Mac mulatta 0.02 Diagram 1. Filogeni 14 spesies Primata dari situs 12S dengan metode Neighbour Joining bootstrap 500, model subtitusi MCL dan meliputi data transisi dan transversi Pan paniscus Pan troglodytes Ho sapiens Gor gorilla Gor gor gorilla H lar P pyg abelii P pygmaeus Colo guereza Papio hamadryas Cero aethiops Cero ae sabaeus Mac sylvanus Mac mulatta 0.02 Diagram 2. Filogeni 14 spesies Primata dari situs ND1, Metode Neighbour Joining bootstrap 500, model subtitusi MCL dan meliputi data transisi dan transversi. Untuk pohon filogeni dari fenilalanin lebih mendekati pohon filogeni 12S yaitu Macaca lebih dikerabatkan dengan Papio dibanding dengan Ceropithecus, dan kelompok Homo, Pan dan Gorilla lebih dikerabatkan dengan Pongo dibanding dengan Hylobates. Hasil yang jadi sedikit
5 aneh adalah Hylobates lebih berkerabat dengan kelompok Macaca, Papio, Cercopithecus dan Colobus dibanding dengan kelompok Homo, Pan, Gorilla dan Pongo Mac sylvanus 54 Mac mulatta 80 Papio hamadryas Cero aethiops 96 Cero ae sabaeus Colo guereza H lar 82 Po pyg abelii Po pygmaeus 48 gor gorilla Go gor gorilla Ho sapiens Pan paniscus 94 Pan troglodytes 0.02 Diagram 3. Filogeni 14 Spesies Primata dari situs Fenil Alanin, Metode Neighbour Joining bootstrap 500, model subtitusi MCL dan meliputi data transisi dan transversi. Secara totalitas dari 3 situs yang dianalisa (12S, ND1 dan Fenilalanin) dan empat metode yang digunakan Homo sapiens paling berkerabat dengan Pan. Pengecualian hanya ditunjukkan oleh situs 12S dengan metoda Maksimum Parsimoni yaitu Pan lebih dikerabatkan dengan Gorilla dan pada situs Fenilalanin dengan metoda UPGMA lebih mengkerabatkan Homo dengan Gorilla. Hasil ini mirip dengan taksonomi menurut Goodman (1999) (diagram4), yang walaupun meletakkan Pan, Homo, Gorilla dan Pongo dalam Famili Hominidae tapi lebih mengkerabatkan Pan dengan Homo dalam strata yang lebih khusus, dibanding Homo dengan Gorilla maupun Pongo (diagram 4). Sedangkan Groves (1997), Wilson dan Reeder (1993), dan NCBI, meletakkan Homo, Pongo, Gorilla dan Pan pada family Hominidae tanpa membedakan kekerabatan. juga meletakkan Homo, Pongo, Gorilla dan Pan dengan kekerabatan yang sama tetapi dengan nama family Pongidae. Nowark (1991) dan Napier dan Napier (1985), meletakkan Homo dalam family Hominidae dan Pan, Pongo dan Gorilla dalam famili Pongidae. Hasil filogeni dari situs ND1 dengan 4 metoda yang berbeda menempatkan Hylobates lebih dekat dengan Homo, Pan dan Gorilla dibanding Pongo dengan Homo, Pan dan Gorilla.
6 Hasil ini sangat dipertanyakan karena hampir semua ahli taksonomi primata lebih mengkerabatkan Homo, Pan dan Gorilla dengan Pongo dibanding Hylobates. Diagram 4. Sekuens genom Primata oleh Goodman (1999) dalam Hasil yang kontras ditunjukkan oleh situs Fenilalanin yang justru menempatkan Hylobates lebih berkerabat dengan kelompok Macaca dibanding kelompok Homo. Hal juga bertentangan dengan taksonomi ahli Primata yang menempatkan Hylobates dan Macaca pada super famili yang berbeda. Sistem klasifikasi Fleagle (1988), Szalay dan Delson (1979), Schwartz (1978) dan Simons (1972) menempatkan Macaca, Papio, Colobus dan Cercopithecus dalam super family Cercopithecoidea, sedangkan Hylobates, Pongo, Pan dan Homo diletakkan pada super famili Hominoidea dalam infra ordo yang sama yaitu Catarrhini. Hasil ini tampaknya membutuhkan penelitian dan pembahasan lebih lanjut. Untuk kelompok super famili Cercopithecoidea, Fleagle (1988), Szalay dan Delson (1979), Schwartz (1972) dan Simons (1972) meletakkan Macaca, Papio dan Cercopithecus dalam sub famili Cercopithecinae dan Colobus pada sub family Colobinae. Namun Szalay dan Delson (1979) dan Schwartz (1972) membuat kelompok khusus lagi untuk Papio dan Macaca dalam tribe Papiorrini. Secara keseluruhan 4 genus ini berada dalam 1 famili Cercopithecidae. Pohon filogeni yang menunjukkan ke arah ini adalah situs 12S dan Fenilalanin. Sedangkan situs ND1 hanya metoda Maksimum Parsimoni dan UPGMA yang meletakkan Macaca dengan Papio
7 lebih berkerabat, pada Neighbour Joining Macaca lebih berkerabat dengan Cercopithecus dan pada Minimum Evolution Papio lebih berkerabat dengan Cercopithecus. Pohon filogeni yang dihasilkan dari data gen dloop berbeda jauh dengan 12S, ND1 maupun fenilalanin. Konstruksi pohon filogeni dloop dengan metode Neighbour Joining menunjukkan kekerabatan terdekat Manusia adalah dengan Ceropithecus aethiops sabaeus pada bootstrap 60 dan pada cabang ke-dua dengan genus Macaca tanpa angka bootstrap (diagram 5) Papio hamadryas 30 Mac sylvanus Mac mulatta 60 Ho sapiens 44 Gor gorilla 13 Gor gor gorilla Pan paniscus 29 Pan troglodytes P pyg abelii 55 P pygmaeus Colo guereza 21 H lar Cero ae sabaeus 2 Diagram 5. Filogeni 14 spesies Primata dari situs dloop, metode Neighbour Joining bootstrap 500, model subtitusi MCL, meliputi data transisi dan transversi. Hasil yang berbeda jauh ini dapat dimaklumi karena gen-gen pada dloop adalah gen-gen yang bersifat paling tidak stabil dan banyak mengalami perubahan basa nukleotida. Konstruksi pohon filogeni dari situs ini akan berbeda jauh jika dibandingkan dengan konstruksi pohon filogeni dari situs-situs penyandi protein dan pengaturan metabolisme primer seperti 12S, ND1 maupun jenis-jenis gen pada trna. Hasil filogeni dari situs ini tidak bisa digunakan dan dibandingkan dengan sistematika para ahli Primatologi. Pengelompokan Primata menurut Goodman (1999), menunjukkan pengelompokan yang paling mirip dengan hasil analisis ini. Hal ini dapat dimaklumi karena kajian ini dan kajian Goodman (1999) sama-sama menggunakan data genomik (DNA).
8 KESIMPULAN Berdasarkan data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Manusia lebih berkerabat dengan kelompok (genus) Pan, dibanding dengan genus lain dalam ordo Primata seperti Pongo dan Gorilla. 2. Konstruksi pohon filogeni dengan program Mega 4 pada situs-situs penyandi protein dan pengaturan metabolisme primer dapat digunakan sebagai acuan taksonomi Primata secara genomik. DAFTAR PUSTAKA Fleagle, J.G Primate Adaptation and Evolution. Academic Press: New York. Goodman M The natural history of the primates. American Journal of Human Genetics 64: Napier JR, Napier PH The Natural History of the Primates. MIT Press, Cambridge, Massachusetts, USA. Schwartz J, Tattersall I, Eldredge N Phylogeny and Classification of the Primates Revisited. Yearbook of Physical Anthropology 21: Simons, E Primate Evolution. Macmillan: New York. Szalay F, Delson E Evolutionary History of the Primates. Academic Press: New York. Nowark RM Walker's Mammals of the World, fifth edition, vol I. The Johns Hopkins University Press. Baltimore. Wilson DE, Reeder DM Mammal Species of the World. Smithsonian Institution Press, Washington. Tamura K, Dudley J, Nei M dan Kumar S MEGA: A biologist-centric software for evolutionary analysis of DNA and protein sequences. Briefings In Bioinformatics 9: Tamura K, Dudley J, Nei M dan Kumar S MEGA4: Molecular evolutionary genetics analysis (MEGA) software version 4.0. Molecular Biology Evolutionary 24:
HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-)
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Daerah D-loop Amplifikasi daerah D-loop DNA mitokondria (mtdna) pada sampel DNA sapi Bali, Madura, Pesisir, Aceh, dan PO dilakukan dengan menggunakan mesin PCR Applied
Lebih terperinciBAB XI EVOLUSI MANUSIA
11-1 BAB XI EVOLUSI MANUSIA Kedudukan Manusia dalam Taksonomi Di dalam penggolongan mahluk hidup, manusia dikelompokan ke dalam Primata yang berasal dari kata Latin primous yang artinya bisa utama, pertama
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Virus Hepatitis B Gibbon Regio Pre-S1 Amplifikasi Virus Hepatitis B Regio Pre-S1 Hasil amplifikasi dari 9 sampel DNA owa jawa yang telah berstatus serologis positif terhadap antigen
Lebih terperinciJurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 52 Tahun 2011, ISSN:
55 PELATIHAN PENGGUNAAN GEN BANK NCBI (National Center for Biotechnology Information) DAN PROGRAM MEGA 4.0 (Molecular Evolutionary Genetics Analysis Version 4.0) UNTUK PENELITIAN DAN PENINGKATAN PEMBELAJARAN
Lebih terperinciBAB IV MEMBANGUN POHON FILOGENETIK. 4.1 Membangun Pohon Filogenetik Menggunakan Aljabar Hipergraf
BAB IV MEMBANGUN POHON FILOGENETIK 4.1 Membangun Pohon Filogenetik Menggunakan Aljabar Hipergraf Langkah-langkah membangun pohon filogenetik dengan menggunakan Aljabar Hipergraf, berdasarkan jaringan metabolik
Lebih terperinciKeanekaragaman Genetika Ikan Lais Cryptopterus spp. dari Propinsi Riau Berdasarkan Sitokrom-b DNA Mitokondria
Ill Keanekaragaman Genetika Ikan Lais Cryptopterus spp. dari Propinsi Riau Berdasarkan Sitokrom-b DNA Mitokondria Yusnarti Yus' dan Roza Elvyra' 'Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Riau,
Lebih terperinciKryptopterus spp. dan Ompok spp.
TINJAUAN PUSTAKA Kryptopterus spp. dan Ompok spp. Kryptopterus spp. dan Ompok spp. merupakan kelompok ikan air tawar yang termasuk dalam ordo Siluriformes, famili Siluridae. Famili Siluridae dikenal sebagai
Lebih terperinciKEMUNGKINAN (LIKELIHOOD) MODEL FILOGENETIK MELALUI MODEL MARKOV TERSEMBUNYI Studi kasus: Hylobates, Pongo, Gorilla, Homo sapiens, dan Pan TESIS
KEMUNGKINAN (LIKELIHOOD) MODEL FILOGENETIK MELALUI MODEL MARKOV TERSEMBUNYI Studi kasus: Hylobates, Pongo, Gorilla, Homo sapiens, dan Pan TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fabavirus pada Tanaman Nilam Deteksi Fabavirus Melalui Uji Serologi Tanaman nilam dari sampel yang telah dikoleksi dari daerah Cicurug dan Gunung Bunder telah berhasil diuji
Lebih terperinciKeragaman Genetik Gen Penyandi Dehydrogenase Sub-unit 3 Mitokondria pada Monyet Hantu (Tarsius sp.)
Jurnal Veteriner Maret 2011 Vol. 12 No. 1: 26-33 ISSN : 1411-8327 Keragaman Genetik Gen Penyandi Dehydrogenase Sub-unit 3 Mitokondria pada Monyet Hantu (Tarsius sp.) (GENETIC DIVERSITY OF MITOCHONDRIAL
Lebih terperinciANALISIS FILOGENETIK DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA MANUSIA PADA POPULASI PAPUA MELALUI PROSES MARKOV
KO-192 ANALISIS FILOGENETIK DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA MANUSIA PADA POPULASI PAPUA MELALUI PROSES MARKOV Epiphani I.Y. Palit, 1,*) Alvian Sroyer, 1) dan Hendrikus M.B. Bolly 2) 1) Bidang Biostatistika,
Lebih terperinciKajian Molekular Tarsius sp. Pada Gen Penyandi Cytochrome Oxidase Subunit 2 Mitokondria
Biota Vol. 15 (1): 98 106, Februari 2010 ISSN 0853-8670 Kajian Molekular Tarsius sp. Pada Gen Penyandi Cytochrome Oxidase Subunit 2 Mitokondria The Molecular Study on Mitochondrial Cytochrome Oxidase 2(COX2)
Lebih terperinciTabel 1. Komposisi nukleotida pada gen sitokrom-b parsial DNA mitokondria Cryptopterus spp.
12 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan Lais Cryptopterus spp. yang didapatkan dari S. Kampar dan Indragiri terdiri dari C. limpok dan C. apogon. Isolasi DNA total dilakukan terhadap cuplikan otot ikan Lais Cryptopterus
Lebih terperinciPENGENALAN BIOINFORMATIKA
PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) PENGENALAN BIOINFORMATIKA Oleh: Syubbanul Wathon, S.Si., M.Si. Pokok Bahasan Sejarah Bioinformatika Istilah-istilah biologi Pangkalan data Tools Bioinformatika
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. masyarakat terhadap konsumsi susu semakin meningkat sehingga menjadikan
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor peternakan memegang peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama pada ternak penghasil susu yaitu sapi perah. Menurut Direktorat Budidaya Ternak
Lebih terperinciPRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas
PRAKATA Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas segala nikmat dan karunia-nya, penulisan Tugas Akhir dengan judul Keragaman Genetik Abalon (Haliotis asinina) Selat Lombok
Lebih terperinciMUSEUM PALEOANTROPOLOGI
MUSEUM PALEOANTROPOLOGI dr. Tutiek Rahayu, M.Kes Tutik_rahayu@uny.ac.id 1 MATERI PAMERAN MUSEUM Sejarah hayat awal mula terjadinya kehidupan hingga kini. Pohon hayat menggambarkan perkembangan & pertumbuhan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
13 BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengumpulan sampel data urutan nukleotida daerah Hipervariabel I (HVI) DNA mitokondria (mtdna)
Lebih terperinciThe Origin of Madura Cattle
The Origin of Madura Cattle Nama Pembimbing Tanggal Lulus Judul Thesis Nirmala Fitria Firdhausi G352080111 Achmad Farajallah RR Dyah Perwitasari 9 Agustus 2010 Asal-usul sapi Madura berdasarkan keragaman
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan diuraikan teori-teori dasar yang dijadikan sebagai landasan dalam penulisan tugas akhir ini. 2.1 Ilmu Bioinformatika Bioinformatika merupakan kajian yang mengkombinasikan
Lebih terperinciDYNAMMIC PROGRAMMING DALAM MENENTUKAN ARTI URUTAN UNTAIAN GEN
DYNAMMIC PROGRAMMING DALAM MENENTUKAN ARTI URUTAN UNTAIAN GEN David Soendoro Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung Alamat: Jalan Ganeca No.
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini
Lebih terperinciSISTEMATIKA DAN FILOGENETIKA MOLEKULER. Topik Hidayat dan Adi Pancoro. suatu organisme dan merekonstruksi hubungan kekerabatannya terhadap organisme
SISTEMATIKA DAN FILOGENETIKA MOLEKULER Topik Hidayat dan Adi Pancoro 1. Apa yang ingin dicapai di dalam Sistematika? Sistematika memiliki peran sentral di dalam Biologi dalam menyediakan sebuah perangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara luas. Selain memiliki peran yang sangat penting dalam bidang ekologi,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Euphorbiaceae merupakan salah satu famili tumbuhan yang terdistribusi secara luas. Selain memiliki peran yang sangat penting dalam bidang ekologi, Euphorbiaceae pun
Lebih terperinciKolokium Liliani Isna Devi G
Kolokium Liliani Isna Devi G34080057 Liliani Isna Devi, Achmad Farajallah, dan Dyah Perwitasari. 2011. Identifikasi Larva Famili Gobiidae dari Sungai Kedurang, Bengkulu melalui DNA Barcode. Kolokium disampaikan
Lebih terperinciKolokium Liliani Isna Devi G
Kolokium Liliani Isna Devi G34080057 Liliani Isna Devi, Achmad Farajallah, dan Dyah Perwitasari. 2011. Identifikasi Larva Famili Gobiidae dari Sungai Kedurang, Bengkulu melalui DNA Barcode. Kolokium disampaikan
Lebih terperinciHALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi
Lebih terperinciSeminar Dewinta G
Seminar Dewinta G34063443 Dewinta, Achmad Farajallah, dan Yusli Wardiatno. 2010. Pola Distribusi Geografis pada Udang Mantis di Pantai Jawa Berdasarkan Genom Mitokondria. Seminar disampaikan tanggal 11
Lebih terperinciJumlah Koloni Lombok AcLb11 Kampus lama Univ Mataram, Kec. Selaparang, Mataram. AcLb12 Kelayu, Lombok Timur
4 HASIL Koleksi Lebah Lebah madu A. c. indica yang berhasil dikoleksi berjumlah 29 koloni. Koloni diambil dari tujuh kecamatan di Lombok yaitu Kec. Selaparang (satu koloni), Kec. Pamenang (dua koloni),
Lebih terperinciDIAGRAM FILOGENIK HASIL SEKUENS BASA DNA MENGGUNAKAN PROGRAM MEGA-7 (MOLECULAR EVOLUTIONARY GENETICS ANALYSIS)
DIAGRAM FILOGENIK HASIL SEKUENS BASA DNA MENGGUNAKAN PROGRAM MEGA-7 (MOLECULAR EVOLUTIONARY GENETICS ANALYSIS) Harumi Yuniarti* ), Bambang Cholis S* ), Astri Rinanti** ) *) Jurusan Teknik Industri, Fakultas
Lebih terperinciSISTEMATIKA DAN FILOGENETIKA MOLEKULER
SISTEMATIKA DAN FILOGENETIKA MOLEKULER Topik Hidayat* Adi Pancoro** *Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA, UPI **Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, ITB Sistematika? Sistematika adalah ilmu tentang keanekaragaman
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah : pengumpulan sampel data urutan nukleotida daerah Hipervariabel II (HVII) DNA mitokondria (mtdna) pada penderita
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa DNA Barcode dapat memberikan kontribusi yang kuat. untuk penelitian taksonomi dan keanekaragaman hayati.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian molekuler DNA Barcode dapat memberi banyak informasi diantaranya mengenai penataan genetik populasi, hubungan kekerabatan dan penyebab hilangnya keanekaragaman
Lebih terperinciI. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI)
I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI) A. PENDAHULUAN NCBI (National Centre for Biotechnology Information) merupakan suatu institusi yang menyediakan sumber informasi terkait
Lebih terperinciRunutan gen cytochrome C oxydase 1 ikan lais janggut, Kryptopterus limpok (Bleeker, 1852) dari Sungai Kampar dan Sungai Indragiri, Provinsi Riau
Jurnal Iktiologi Indonesia 15(3): 235-243 Runutan gen cytochrome C oxydase 1 ikan lais janggut, Kryptopterus limpok (Bleeker, 1852) dari Sungai Kampar dan Sungai Indragiri, Provinsi Riau [Cytochrome C
Lebih terperinciTOPIK II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP
TOPIK II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP KONSEP Pengertian keanekaragaman hayati Tujuan klasifikasi Dasar klasifikasi Beberapa model klasifikasi Klasifikasi Menurut Carolus Linnaeus Binomial Nomenclatur Sistem
Lebih terperinciJurnal Kedokteran Hewan Vol. 7 No. 2, September 2013 ISSN : X
ISSN : 1978-225X KAJIAN DEOXYRIBONUCLEIC ACID (DNA) BARCODE PADA SPESIES Tarsius bancanus, Tarsius spectrum, DAN Tarsius dianae DENGAN MENGGUNAKAN GEN CYTOCHROME OXIDASE SUB-UNIT I () Genetic Diversity
Lebih terperinciPenerapan Model Markov Tersembunyi untuk Mengetahui Persentase Kecocokan dari Deoxyribonucleic Acid pada Pohon Filogenetik Ursidae (Beruang)
Statistika, Vol. 15 No. 2, 73 86 November 2015 Penerapan Model Markov Tersembunyi untuk Mengetahui Persentase Kecocokan dari Deoxyribonucleic Acid pada Pohon Filogenetik Ursidae (Beruang) Rini Cahyandari
Lebih terperinciBAB II Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini dipaparkan penjelasan singkat mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu mengenai DNA mitokondria manusia, basis data GenBank, basis data MITOMAP,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai negara megadiversity (Auhara, 2013). Diperkirakan sebanyak jenis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masuk dalam urutan ketiga dari ketujuh negara dunia lainnya sebagai negara megadiversity (Auhara, 2013). Diperkirakan sebanyak 300.000 jenis satwa atau sekitar
Lebih terperincimenggunakan program MEGA versi
DAFTAR ISI COVER... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT... xii PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan budaya dan suku yang beragam,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan budaya dan suku yang beragam, dimana kondisi lingkungan geografis antara suku yang satu dengan suku yang lainnya berbeda. Adanya
Lebih terperinciPROFIL GEN CYT B SEBAGAI ACUAN KONSERVASI GENETIK TARSIUS SULAWESI (Tarsius tarsier kompleks)
PROFIL GEN CYT B SEBAGAI ACUAN KONSERVASI GENETIK TARSIUS SULAWESI (Tarsius tarsier kompleks) Decky D. W. Kamagi Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Manado deckykamagi@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciPerbandingan Tulang dan Lokomosi. pada Quadrupedal dan Bipedal
105 Perbandingan Tulang dan Lokomosi pada Quadrupedal dan Bipedal Arif Wicaksono 1, Sasanthy Kusumaningtyas 2 1 Departemen Anatomi Medik, Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN 2 Departemen Anatomi,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Polimorfisme RAPD dan Mikrosatelit Penelitian ini menggunakan primer dari Operon Technology, dimana dari 10 primer acak yang diseleksi, primer yang menghasilkan pita amplifikasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan mas merupakan salah satu ikan dengan penyebaran dan domestikasi terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia dan dari lokai
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Morfologi Pada penelitian ini digunakan lima sampel koloni karang yang diambil dari tiga lokasi berbeda di sekitar perairan Kepulauan Seribu yaitu di P. Pramuka
Lebih terperinciPEMBAHASAN Variasi Gen COI dan Gen COII S. incertulas di Jawa dan Bali
41 PEMBAHASAN Variasi Gen COI dan Gen COII S. incertulas di Jawa dan Bali Sekuen individu S. incertulas untuk masing-masing gen COI dan gen COII dapat dikelompokkan menjadi haplotipe umum dan haplotipe-haplotipe
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii
DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Rumusan Masalah Penelitian...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang telah banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Melon termasuk familia Cucurbitaceae yang menjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Menurut Napier dan Napier (1985) monyet ekor panjang dapat. Superfamili : Cercopithecoidea
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Menurut Napier dan Napier (1985) monyet ekor panjang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kelas : Mamalia Ordo : Primates Subordo : Anthropoidea Infraordo :
Lebih terperinciGARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) UNIVERSITAS DIPONEGORO
GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI- UNDIP GBPP 0.09.02 2 Revisi ke 0 Tanggal 28 Juni 203 Dikaji Ulang Oleh Ketua PS Magister Biologi Dikendalikan Oleh GPM Magister Biologi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DNA Mitokondria Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga sistem organ. Dalam sel mengandung materi genetik yang terdiri dari DNA dan RNA. Molekul
Lebih terperinciBAB 4. METODE PENELITIAN
BAB 4. METODE PENELITIAN Penelitian penanda genetik spesifik dilakukan terhadap jenis-jenis ikan endemik sungai paparan banjir Riau yaitu dari Genus Kryptopterus dan Ompok. Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciVariasi dan Filogeni Kancil dan Napu (Tragulus Sp.) di Indonesia Menggunakan Gen 12s rrna Mitokondria
Jurnal Veteriner Maret 2016 Vol. 17 No. 1 : 22-29 pissn: 1411-8327; eissn: 2477-5665 DOI: 10.19087/jveteriner.2016.17.1.22 Terakreditasi Nasional SK. No. 15/XI/Dirjen Dikti/2011 online pada http://ejournal.unud.ac.id/php.index/jvet.
Lebih terperinciMETODE. Lokasi dan Waktu. Materi
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ornitologi Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Cibinong. Penelitian ini dilaksanakan selama
Lebih terperinciKAJIAN DIVERSITI GENETIKA Tarsius sp. ASAL INDONESIA MENURUT URUTAN GEN NADH DEHIDROGENASE SUBUNIT 4 (ND4)
Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 8 No. 1, Maret 14 ISSN : 1978-225X KAJIAN DIVERSITI GENETIKA Tarsius sp. ASAL INDONESIA MENURUT URUTAN GEN NADH DEHIDROGENASE SUBUNIT 4 (ND4) The Study of Genetic Diversity
Lebih terperinciKolokium Delvi Riana G
Kolokium Delvi Riana G34080010 Delvi Riana, Achmad Farajallah, dan Muladno. 2011. Diversitas Genetik Domba yang Tahan terhadap Infeksi Cacing Parasit berdasarkan mtdna Ruas Dloop dan Gen SRY. Kolokium
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi fauna melimpah yang tersebar di
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang berada di antara dua wilayah biogeografis utama yaitu Benua Asia dan Australia yang memiliki kekayaan flora dan fauna yang
Lebih terperinciSeminar Cynthia Dessy Lestari Ambarwati
Seminar Cynthia Dessy Lestari Ambarwati Chyntia Dessy L.A., Dyah Perwitasari dan Achmad Farajallah. 2011. Variasi Alel Gen Agresivitas 5-HTT pada Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Seminar disampaikan
Lebih terperinciSTUDI FILOGENETIK Mangifera laurina dan KERABAT DEKATNYA. Key word; Mangifera laurina, phylogenetic, cpdna trnl-f intergenic spacer, progenitor, Hiku
STUDI FILOGENETIK Mangifera laurina dan KERABAT DEKATNYA MENGGUNAKAN PENANDA cpdna trnl-f INTERGENIK SPACER (Phylogenetic study of M. laurina and related species based on cpdna trnl-f intergenic spacer)
Lebih terperinciDNA BARCODE DAN ANALISIS FILOGENETIK MOLEKULER BEBERAPA JENIS BIVALVIA ASAL PERAIRAN SULAWESI UTARA BERDASARKAN GEN COI
DNA BARCODE DAN ANALISIS FILOGENETIK MOLEKULER BEBERAPA JENIS BIVALVIA ASAL PERAIRAN SULAWESI UTARA BERDASARKAN GEN COI (The DNA Barcode and molecular phylogenetic analysis several Bivalve species from
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN M
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Profil RAPD Keragaman profil penanda DNA meliputi jumlah dan ukuran fragmen DNA. Hasil amplifikasi dengan menggunakan primer OPA-02, OPC-02, OPC-05 selengkapnya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Genus Subgenus Spesies Penyebaran Hylobates. Agilis. Lar. Moloch Muelleri Pileatus Klosii Concolor. Leucogenys Gabriellae.
TINJAUAN PUSTAKA Owa jawa Taksonomi Owa jawa (Hylobates moloch), dikenal pula dengan nama Javan gibbon atau Silvery gibbon, menurut Napier dan Napier (1985), diklasifikasikan sebagai berikut: Ordo Subordo
Lebih terperinciPengantar Komputasi Modern
Pengantar Komputasi Modern Komputasi pada bidang biologi Oleh: Wirya Ramadhan 53413245 FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA 2017 Komputasi Biologi Komputasi Komputasi
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MARKA GENETIK DAERAH D-LOOP BAGIAN HVS-I SEBAGAI ACUAN KONSERVASI GENETIK HARIMAU SUMATERA
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 KARAKTERISTIK MARKA GENETIK DAERAH D-LOOP BAGIAN HVS-I SEBAGAI ACUAN KONSERVASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM), atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Diabetes Mellitus (DM), atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis, merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang
Lebih terperinciKAJIAN PENANDA GENETIK GEN CYTOCHROME B DAN DAERAH D-LOOP PADA Tarsius sp. OLEH : RINI WIDAYANTI
KAJIAN PENANDA GENETIK GEN CYTOCHROME B DAN DAERAH D-LOOP PADA Tarsius sp. OLEH : RINI WIDAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 i ABSTRACT RINI WIDAYANTI. The Study of Genetic
Lebih terperinciKompetensi. created by darmadi ahmad MAMALIA. Memahami perbedaan dan persamaan pencirian serta pengelompokan pada Mamalia CIRI-CIRI UMUM PENYEBARAN
CIRI-CIRI UMUM Kompetensi Memahami perbedaan dan persamaan pencirian serta pengelompokan pada Mamalia PENYEBARAN KLASIFIKASI MORFOLOGI DAN ANATOMI EXIT CIRI-CIRI UMUM - Memiliki kelenjar MAMAE - Tubuh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3 Amplifikasi gen Pit1 exon 3 pada sapi FH yang berasal dari BIB Lembang, BBIB Singosari, BPPT Cikole,
Lebih terperinciKERAGAMAN GENETIK CYTOCHROME B PADA BURUNG MAMBRUK (Goura sp.)
KERAGAMAN GENETIK CYTOCHROME B PADA BURUNG MAMBRUK (Goura sp.) Oleh: Lasriama Siahaan G04400032 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ABSTRAK LASRIAMA
Lebih terperinciLumba-Lumba Hidung Botol Laut Jawa Adalah Tursiops aduncus Berdasar Sekuen Gen NADH Dehidrogenase Subunit 6
Jurnal Veteriner Maret 2014 Vol. 15 No. 1:94-102 ISSN : 1411-8327 Lumba-Lumba Hidung Botol Laut Jawa Adalah Tursiops aduncus Berdasar Sekuen Gen NADH Dehidrogenase Subunit 6 (VERIFICATION BOTTLENOSE DOLPHINS
Lebih terperinciUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA SILABI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA SILABI FRM/FMIPA/063-01 18 Februari 2011 Fakulltas : MIPA Program Studi : Prodi Biologi Mata Kuliah/Kode : Evolusi / BIC 225 Jumlah SKS : Teori = 2 Praktikum
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera
Lebih terperinciBIOSAINS HEWAN. Ketua Program Studi/Koordinator Mayor: Bambang Suryobroto
Meraih masa depan berkualitas bersama Sekolah Pascasarjana IPB BIOSAINS HEWAN Ketua Program Studi/Koordinator Mayor: Staf Pengajar: Achmad Farajallah Dyah Perwitasari Tri Atmowidi Kanthi Arum Widayati
Lebih terperinciM 1 2. ~1,9 kb HASIL DAN PEMBAHASAN
sebanyak 5,0 µl, 10mM dntp mix (konsentrasi akhir 0,3mM) 0,75µl, 10µM primer (konsentrasi akhir 0,3µM) 0,75µl, Template DNA (100ng) 0,5µl, dan 0,5µl. KAPAHifi DNA Polymerase (1U/µl). M 1 2 ~1,9 kb Sekuensing
Lebih terperinciTEORI EVOLUSI DAN PETUNJUK ADANYA EVOLUSI. Disusun Oleh Kelompok 1
TEORI EVOLUSI DAN PETUNJUK ADANYA EVOLUSI Disusun Oleh Kelompok 1 PERKENALAN KELOMPOK PENGERTIAN EVOLUSI Evolusi dari segi bahasa (Bahasa Inggris: evolution), berarti perkembangan. Dalam ilmu sejarah,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MARKA GENETIK DAERAH CYTOCHROME 8 SEBAGAI ACUAN KONSERVASI GENETIK HARIMAU SUMATERA
Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus: 3B (17-21), 2009 KARAKTERISTIK MARKA GENETIK DAERAH CYTOCHROME 8 SEBAGAI ACUAN KONSERVASI GENETIK HARIMAU SUMATERA Ulfi Faizah1, Dedy buryadi Solihin2 dan Ligaya Ita Tumbelaka
Lebih terperinciKAJIAN VARIASI SEKUNES INTRASPESIES DAN FILOGENETIK MONYET HITAM SULAWESI (Macaca nigra) DENGAN MENGGUNAKAN GEN COI
KAJIAN VARIASI SEKUNES INTRASPESIES DAN FILOGENETIK MONYET HITAM SULAWESI (Macaca nigra) DENGAN MENGGUNAKAN GEN COI Fitri E. Hasibuan 1), Feky R. Mantiri 1), Rooije R.H. Rumende 1) 1) Program Studi Biologi,
Lebih terperinciSTRUKTUR GENETIK DAN FILOGENI YELLOWFIN TUNA
STRUKTUR GENETIK DAN FILOGENI YELLOWFIN TUNA (Thunnus albacares) BERDASARKAN SEKUEN DNA MITKONDRIA CONTROL REGION SITOKROM OKSIDASE I PADA DIVERSITAS ZONE BIOGEOGRAFI I Made Sara Wijana 1 dan I Gusti Ngurah
Lebih terperinciG091 ANALISIS DNA MITOKONDRIA BADAK SUMATERA DALAM KONSERVASI GENETIK
G091 ANALISIS DNA MITOKONDRIA BADAK SUMATERA DALAM KONSERVASI GENETIK Handayani, Dedy Duryadi Solihin, Hadi S Alikodra. Universitas Islam Assyafiiyah Jakarta Timur Institut Pertanian Bogor Email:- ABSTRAK
Lebih terperinciLecture 1 Tatap Muka 2
1/5 Maret 2010 Lecture 1 Tatap Muka 2 Biological Diversity I: A. Filogeni dan Pohon Kehidupan B. Bacteria dan Archaea C. Protista D. Fungi Kompetensi: 1. Mahasiswa mampu menerangkan pohon filogeni 2. Mahasiswa
Lebih terperinciBAB IV SIMULASI MODEL JUKES-CANTOR DAN MODEL KIMURA. terdapat pada Bab III akan disimulasikan dengan menggunakan aplikasi
BAB IV SIMULASI MODEL JUKES-CANTOR DAN MODEL KIMURA 4.1 SIMULASI Pada bab ini model Jukes-Cantor (3.11) dan model Kimura (3.28) yang terdapat pada Bab III akan disimulasikan dengan menggunakan aplikasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis DNA 4.1.1 Ekstraksi DNA Ekstraksi DNA merupakan langkah awal dalam analisis molekuler. Masalah-masalah yang timbul dalam ekstraksi DNA merupakan hal yang penting
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua
6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam
Lebih terperinciA. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup
A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup B. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Menginventarisasi karakter morfologi individu-individu penyusun populasi 2. Melakukan observasi ataupun pengukuran terhadap
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:
Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBEBASAN FRAGMENTASI HABITAT ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) DI HUTAN RAWA TRIPA Wardatul Hayuni 1), Samsul
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN GENETIKA DAN HUBUNGAN KEKERABATAN
KEANEKARAGAMAN GENETIKA DAN HUBUNGAN KEKERABATAN Kryptopterus limpok DAN Kryptopterus apogon DARI SUNGAI KAMPAR DAN SUNGAI INDRAGIRI RIAU BERDASARKAN GEN SITOKROM b 1 (Genetic Diversity and Phylogenetic
Lebih terperinciBARCODING ELANG JAWA (Nisaetus bartelsi) BERDASARKAN GEN CYTOCHROME-B SEBAGAI UPAYA KONSERVASI GENETIK
BARCODING ELANG JAWA (Nisaetus bartelsi) BERDASARKAN GEN CYTOCHROME-B SEBAGAI UPAYA KONSERVASI GENETIK Dina Ayu Valentiningrum 1, Dwi Listyorini 2, Agung Witjoro 3 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peternakan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam secara umum telah dilakukan secara turun temurun meskipun dalam jumlah kecil skala rumah tangga, namun usaha tersebut telah
Lebih terperinciEVOLUSI MITOKONDRIA DAN PEMANFAATANNYA DALAM PENELUSURAN KEKERABATAN DAN EVOLUSI ORGANISME
1 EVOLUSI MITOKONDRIA DAN PEMANFAATANNYA DALAM PENELUSURAN KEKERABATAN DAN EVOLUSI ORGANISME Oleh: Damaring Tyas Wulandari (tyas@coffee-cat.net) Ditulis pada 19 Desember 2005 I. CIRI-CIRI MITOKONDRIA Mitokondria
Lebih terperinciPascasarjana Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang no.5, Malang
ANALISIS KEBUTUHAN BUKU AJAR BERDASARKAN MODEL PENGEMBANGAN BORG AND GALL UNTUK MATAKULIAH TAKSONOMI HEWAN VERTEBRATA PADA MAHASISWA S1 PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI JEMBER Haqqi Anajili Setyanto
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST MspI) Amplifikasi fragmen gen calpastatin (CAST MspI) pada setiap bangsa sapi dilakukan dengan menggunakan mesin thermal cycler (AB Bio System) pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Wijen (Sesamum indicum L) 1. Sistematika Tanaman Tanaman wijen mempunyai klasifikasi tanaman sebagai berikut : Philum : Spermatophyta Divisi : Angiospermae Sub-divisi
Lebih terperinciPenelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB.
Kolokium Ajeng Ajeng Siti Fatimah, Achmad Farajallah dan Arif Wibowo. 2009. Karakterisasi Genom Mitokondria Gen 12SrRNA - COIII pada Ikan Belida Batik Anggota Famili Notopteridae. Kolokium disampaikan
Lebih terperinciVARIASI GENETIK ROTAN BERDASARKAN PENANDA DNA BARCODE matk, rbcl dan ITS PADA PANGKALAN DATA GENBANK MIRANTI ARUM PUTRI
VARIASI GENETIK ROTAN BERDASARKAN PENANDA DNA BARCODE matk, rbcl dan ITS PADA PANGKALAN DATA GENBANK MIRANTI ARUM PUTRI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN
Lebih terperincin. TINJAUAN PUSTAKA 2,1. Sistimatika dan Ciri Morfologi Ikan Lais Cryptopterus spp.
1 I. PENDAHULUAN Ikan Lais Cryptopterus spp. biasa hidup pada ekosistem sungai rawa banjiran. Ikan Lais merupakan salah satu ikan yang bemilai ekonomis tinggi. Di propinsi Riau, ikan Lais digemari oleh
Lebih terperinciKARAKTERISASI GENOM MlTOKONDRlA LABI-LABI, Dogania subplana (TRIONYCHIDAE, TESTUDINES, REPTILIA)
KARAKTERISASI GENOM MlTOKONDRlA LABI-LABI, Dogania subplana (TRIONYCHIDAE, TESTUDINES, REPTILIA) ACHMAD FARAJALLAH PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK ACHMAD FARAJALLAH (985098).
Lebih terperinciISOLASI DAN IDENTIFIKASI MOLEKULER VIRUS PAPILLOMA PADA
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MOLEKULER VIRUS PAPILLOMA PADA Macaca fascicularis DAN Macaca nemestrina DI FASILITAS PENANGKARAN PUSAT STUDI SATWA PRIMATA-INSTITUT PERTANIAN BOGOR ISTI KARTIKA SARI SEKOLAH PASCASARJANA
Lebih terperinci