BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. PT. Novapharin Pharmaeutical Industries merupakan salah satu perusahaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. PT. Novapharin Pharmaeutical Industries merupakan salah satu perusahaan"

Transkripsi

1 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data Deskripsi Singkat Perusahaan PT. Novapharin Pharmaeutical Industries merupakan salah satu perusahaan industri yang bergerak dibidang farmasi yang ada di Indonesia. PT. Novapharin Pharmaeutical Industries didirikan sejak tahun 1977 berdasarkan Surat Ijin Usaha dengan No. PO oleh Bapak Drs. Hendrajaya Sugeng sebagai pemilik pertama dengan nama perusahaan PT. Nova Pharmaceutical Industries atau yang disebut dengan PT. NOFEMA yang berdiri di Jln. Walikota Mustajab No Surabaya. Sehubungan dengan perkembangan industri farmasi yang diharuskandengan menggunakan pedoman CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), maka pada tahun 1997 PT. NOFEMA pindah ke Jln. Raya Kepatihan 112, Menganti Gresik. Selama satu tahun berjalan dan berpindah di Jln. Raya Kepatihan 112, Menganti Gresik, perusahaan ini dijual oleh pemiliknya dan dibeli oleh Bapak Tjomo Tjengundoro pada tahun 1998 untuk dilanjutkan pembangunannya sesuai dengan ketentuan CPOB yang berlaku. Perusahaan ini pun berganti nama, yang dulunya bernama PT. NOFEMA sekarang berganti nama dengan PT. Novapharin Pharmaceutical Industries. Adapun beberapa CPOB yang berlaku pada PT. Novapharin Pharmaeutical Industries yaitu sebagai berikut: 49

2 50 Sertifikat CPOB yang dimiliki pada tahun 2001: 1. No. 2188/CPOB/A1/01 Sediaan Tablet Biasa Antibiotika Non Betalaktam. 2. No. 2189/CPOB/A1/01 Sediaan Tablet Non Antibiotika 3. No. 2190/CPOB/A1/01Sediaan Tablet Salut Antibiotika Non Betalaktam. 4. No. 2191/CPOB/A1/01 Sediaan Tablet Salut Non Antibiotika 5. No.2192/CPOB/A1/01 Sediaan Kapsul Keras Antibiotika Non Betalaktam. 6. No. 2193/CPOB/A1/01 Sediaan Kapsul Keras Non Antibiotika. 7. No. 2194/CPOB/A1/01 Sediaan Cairan Oral Antibiotika. 8. No. 2195/CPOB/A1/01 Sediaan Cairan Oral Non Antibiotika. 9. No. 2196/CPOB/A1/01 Sediaan Cairan Steril Injeksi Antibiotika. 10. No. 2197/CPOB/A1/01 Sediaan Cairan Steril Injeksi Non Antibiotika. Dalam rangka MappingIndustri Farmasi yang dilakukan oleh Tim Audit Balai POM dan Balai Besar POM pada tanggal April 2007 kriteria yang ditetapkan terhadap pemenuhan CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) Industri PT. Novapharin Pharmaeutical Industries tergolong strata A. Sertifikat CPOB yang dimiliki tahun 2009: 1. No. 2898/CPOB/A/IV/09 Bentuk Sediaan Tablet Biasa Antibiotika Penisilin 2. No. 2899/CPOB/A/IV/09 Bentuk Sediaan Kapsul Keras Antibiotika Penisilin 3. No. 2900/CPOB/A/IV/09 Bentuk Sediaan Sirup Kering Antibiotika Penisilin

3 51 Pada tahun 2009 produk yang telah diproduksi oleh PT. Novapharin ada 4 bentuk sediaan yaitu: 1. Sediaan bentuk tablet/kaplet ada 83 nama dagang dan nama generik. 2. Sediaan sirup ada 23 nama dagang dan nama generik. 3. Sediaan injeksi ada 10 nama dagang dan nama generik. 4. Sediaan kapsul ada 15 nama dagang dan nama generik. PT. Novapharin memiliki 3 gedung utama sebagai gedung produksi yaitu gedung produksi Non Betalaktam, gedung produksi Betalaktam, dan gedung produksi PKRT. Selain gedung produksi juga ada 4 gedung lagi yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan-bahan obat yaitu gudang barang jadi, gudang bahan baku, gudang bahan pembantu, dan gudang bahan kemas. Dan pada awal 2013 telah dibangun fasilitas baru untuk bagian Sefalosporin.Dan pembangunan tersebut masih berlangsung hingga sekarang.selain gedung-gedung tempat produksi juga terdapat kantor-kantor administrasi yang berada dalam lokasi pabrik Lokasi PT. Novapharin Pharmaeutical Industries PT. Novapharin Pharmaeutical Industries berlokasi di Jln.Kepatihan 112 Menganti Gresik, berada tepat di tepi jalan raya, sehingga memudahkan akses bagi karyawan maupun bagi perusahaan dalam distribusi produknya.lokasi yang strategis ini juga memudahkan orang atau konsumen mencari alamat perusahaan.sehingga secara umum lokasi ini memberikan keuntungan yang mempengaruhi kemajuan perusahaan. Keuntungan tersebut antara lain:

4 52 1. Segi Ekonomi Lokasi yang terletak di dekat jalan raya, yang strategis memudahkan konsumen menemukan keberadaan perusahaan, sehingga konsumen lebih mudah menjangkaunya. 2. Segi Sosial Lokasinya yang jauh dari kompleks perumahan padat penduduk, sehingga keberadaannya tidak mengganggu kesehatan warga di sekitar perusahaan Arti Logo PT. Novapharin Pharmaeutical Industries Berikut arti dari logo PT. Novapharin Pharmaceutical Industries adalah a. Warna Kuning pada logo melambangkan kejayaan, ini sebagai harapan dari PT. Novapharin Pharmaeutical Industries agar perusahaan ini bisa berdiri jaya sampai kapanpun. b. Bentuk Lima Daun pada logo melambangkan Panca Abdi dari Perusahaan yaitu bahwa PT. Novapharin Pharmaeutical Industries memiliki 5 filosofi antara lain: 1. Share Holder / Pemegang Saham 2. Employees / Karyawan 3. Customers / Pelanggan 4. Community / Masyarakat 5. Country / Negara Kesatuan RI

5 Tujuan PT. Novapharin Pharmaeutical Industries PT. Novapharin Pharmaeutical Industries merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang farmasi, perusahaan Perseroan yang turut serta dalam melaksanakan dan menunjang kebijakan program pemerintah di bidang ekonomi yang memberikan sedikit lapangan kerja bagi warga di sekitar perusahaan.perusahaan ini memiliki tujuan untuk menghasilkan obat-obatan yang murah tetapi berkualitas, sehingga semua kalangan masyarakat yang membutuhkan dapat menjangkaunya Visi dan Misi PT. Novapharin Pharmaeutical Industries a. Visi Visi dari PT. Novapharin Pharmaeutical Industries adalah memberikan obat-obatan dengan harga terjangkau dan mendistribusikan secara merata dengan kualitas yang memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh BPOM RI. b. Misi Beberapa misi dari PT. Novapharin Pharmaeutical Industries adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan Produk Baru 2. Mengembangkan Pangsa Pasar 3. Menghemat Biaya 4. Meningkatkan Produktivitas Sumber Daya Manusia

6 Motto PT. Novapharin Pharmaeutical Industries Motto dari PT. Novapharin Pharmaeutical Industries adalah Quality and Price Is The First.Yang artinya bagi PT. Novapharin Pharmaeutical Industries kualitas yang baik dan bermutu sekaligus dengan harga yang bisa diterima di masyarakat adalah yang paling utama Budaya Kerja PT. Novapharin Pharmaetical Industries a. professional b. Integrity c. Quality d. Fast and accurate e. Continuous Improvement f. Improvement Struktur Organisasi PT. Novapharin Pharmaeutical Industries Deskripsi pekerjaan atau struktur organisasi menggambarkan susunan jabatan dalam perusahaan ini sangat penting peranannya, mengingat tugas dan tanggung jawab yang berbeda dari setiap jabatan, yang bermanfaat untuk mengetahui tugas dan kewajiban dari jabatan-jabatan dan tugas-tugas yang diberikan dalam organisasi. Adapun susunan, tugas dan tanggung jawab dari setiap jabatan yang ada di Nonvapharin Pharmaeutical Industries adalah sebagai berikut:

7 55 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan PT. Novapharin Pharmaeutical Industries Direktur HRD Manager Pemasaran Manager Logistik Manager Keuangan Kepala Gudang : Gudang Bahan Baku Gudang Bahan Kemas Gudang Barang Jadi Sumber : PT. Novapharin Pharmaeutical Industries, Menganti Gresik 1. Direktur Pada posisi ini bertugas dan bertanggung jawab atas semua divisi-divisi yang ada di perusahaan yang akan dipertanggung jawabkan kepada general manager yaitu pemilik langsung dari PT. Novapharin Pharmaeutical Industries.

8 56 2. HRD Pada bagian HRD berwenang atas semua karyawan yang ada di PT. Novapharin Pharmaeutical Industries, mulai dari karyawan bagian produksi sampai bagian kantor dan laboratorium. Pada bagian ini bertanggung jawab mulai dari absensi kehadiran karyawan, aturan-aturan yang ada di perusahaan, sampai gaji karyawan.hrd juga berkuasa untuk memberhentikan karyawan yang dianggap merugikan perusahaan.hrd mempertanggung jawabkan langsung tugas dan pekerjaannya kepada direktur perusahaan. 3. Manager a. Manager Pemasaran yaitu yang berperan dalam penjualan produkproduk obat PT. Novapharin. Yang membawahi langsung bagian administrasi produksi dan administrasi penjualan hasil produksi. Bagian ini manager pemasaran mencari customer-customer baru untuk produk-produk PT. Novapharin Pharmaeutical Industries. Bagian ini juga yang bertanggung jawab atas kemajuan dari perusahaan karena promosi-promosi yang dilakukannya yang mempengaruhi terjualnya produk-produk yang dihasilkan perusahaan. b. Manager Keuangan yaitu bagian yang mengatur semua yang berhubungan dengan keluar masuk uang yang ada untuk membiayai semua kegiatan perusahaan. Yang membawahi langsung bagian administrasi keuangan dan administrasi perpajakan. Bagian keuangan yaitu bagian yang merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan

9 57 dan mengendalikan seluruh kegiatan penghimpunan dana yang diperlukan untuk membiayai kebutuhan yang sesuai dengan rencana perusahaan sebagaimana telah ditetapkan. Sedangkan bagian perpajakan yaitu bagian yang mengatur dan menghitung pajak-pajak yang menjadi tanggungan perusahaan. Pada bagian perpajakan ini yang lebih diteliti oleh penulis karena berhubungan langsung dengan tata cara pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23. Sehingga peneliti mencari banyak informasi pada bagian perpajakan ini. 4. Kepala Gudang Mempunyai tanggung jawab terhadap semua persediaan yang ada untuk produksi obat-obatan. 4.2 Analisis Data Subjek Pajak PT. Novapharin Pharmaetical Industries Beberapa daftar nama rekanan PT. Novapharin Pharmaeutical Industries yang terkait dengan Pajak Penghasilan Pasal 23 yaitu: 1. PT. Astra International. Tbk 2. Hands Service 3. PT. Nusa Jasa Pertiwi 4. Maha Karya 5. Dira Tekhnik 6. PT. Cipta Kawan Tekhnik Abadi

10 58 7. Assifa Motor 8. Hand Service 9. KSW Komputer 10. Cheap N Clean 11. Gufron 12. PT. Buana Citra 13. Prima Mandiri Tekhnik 14. PT. Dynager Pandu Pratama 15. PT. Solid Inti Sejahtera Selain beberapa nama rekanan yang telah disebutkan diatas, masih banyak lagi rekanan PT. Novapharin Pharmaeutical Industries yang berhubungan dengan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23. Selain rekanan yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), PT. Novapharin juga menjalin hubungan dengan perusahaan rekanan yang belumm memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Objek Pajak PT. Novapharin Pharmaeutical Industries Berikut beberapa objek Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dipotong oleh PT. Novapharin Pharmaeutical Industries yaitu: 1. Jasa Transportasi atau Jasa angkut barang kepada konsumen 2. Jasa Pinjam Forklif 3. Jasa Kalibrasi alat-alat Laboratorium 4. Jasa Service kendaraan-kendaraan perusahaan 5. Jasa Service mesin-mesin

11 59 6. Jasa Service peralatan elektronik kantor 7. Jasa Service Kebersihan Mekanisme Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 di PT. Novapharin Pharmaeutical Industries Flowchat Mekanisme Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 di Departemen Pembendaharaan PT. Novapharin Pharmaeutical Industries, Menganti Gresik. Bagan proses Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23 oleh PT. Novapharin Pharmeutical Industries. Gambar 4.2 Pemotongan PPh Pasal 23 PT. Novapharin PT. X atau PT. Rekanan Bagian perpajakan Bagian Keuangan FP atau Invoice BPP + Invoice FP + Invoice Intern FP + BPP + Invoice Sumber : diolah oleh penulis

12 60 Gambar 4.3 Penyetoran PPh Pasal 23 Bagian Administrasi pajak (BPP) Manager keuangan lapor pajak (BPP) Bank (SSP) BPP + SSP Sumber : Diolah oleh penulis Gambar 4.4 Pelaporan PPh Pasal 23 Bagian adminnistrasi pajak (BPP + SSP + SPT Induk) KPP Sumber : Diolah oleh penulis

13 61 Keterangan dari bagan Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23 di PT. Novapharin Pharmaeutical Industries adalah sebagai berikut: A. Narasi Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal Pertama perusahaan mengadakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan rekanan (perusahaan X) yang ditunjuk untuk mengerjakan pekerjaan tersebut, sesuai dengan kebutuhan dan perusahaan rekanan yang sesuai dengan pekerjaan yang diinginkan. 2. Setelah semua pekerjaan selesai dilakukan oleh perusahaan X, maka perusahaan rekanan tersebut akan mengirimkan Invoice dan Faktur Pajak (FP) kepada PT. Novapharin Pharmaeutical Industries sebagai bukti bahwa mereka telah melaksanakan pekerjaan yang diberikan. 3. Cek invoice dan Faktur Pajak dari perusahaan rekanan yang bersangkutan. Jika data yang diterima sesuai dengan kegiatan atau pekerjaan yang diminta, maka dari setiap kegiatan jasa yang diterima oleh PT. Novapharin akan dipotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23. Disini bagian pemesan kegiatan yang akanmenerima bukti tersebut, yaitu Ibu Eni. Setelah diteliti dan diperiksa kebenaran kegiatan yang diminta, FP tersebut diberikan kepada bagian perpajakan yaitu Ibu Dewi. 4. Bagian perpajakanlah yang berwenang memotong pajak dari setiap transaksi-transaksi yang dilakukan perusahaan bersama perusahaan rekanan, yang termasuk Pajak Penghasilan Pasal 23 yang akan dibahas peneliti lebih lanjut.

14 62 5. Setelah dipotong sesuai pajaknya, maka pajak pun diinput deprogram pajak yang ada sesuai dengan pajaknya, misalnya Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23. Invoice dan FP yang telah diinput kemudian diprint sebagai Bukti Potong Pajak (BPP) dengan rangkap 3, BPP 1 untuk arsip perusahaan, BPP 2 digunakan untuk Penyetoran ke Kantor Pajak dan BPP 3 untuk diberikan kepada supplier atau perusahaan X yang melaksanakan pekerjaan sebagai bukti bahwa pajak atas jasa yang mereka laksanakan telah dipotong oleh PT. Novapharin Pharmaeutical Industries. B. Narasi Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal Dari rekap transaksi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang telah diinput oleh bagian perpajakan, maka akan dibuat BPP rangkap 3. Dari BPP tersebut akan diberikan kepada Manager Keuangan yaitu Ibu Lany, untuk dilakukan pengecekan. 2. Setelah diberikan kepada Manager Keuangan untuk mendapatkan pengesahan, lalu disetorkan ke Bank atau Kantor Pos yang telah ditunjuk perusahaan. 3. Dari penyetoran ke Bank atau Kantor Pos, perusahaan akan mendapatkan Surat Setoran Pajak (SSP), sebagai tanda bukti bahwa perusahaan telah melakukan penyetoran pajak atas Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23. SSP tersebut rangkap 5, SSP 1 dan 5 untuk arsip perusahaan, SSP 2 dan 4 untuk bank, serta SSP 3 yang digunakan PT.

15 63 Novapharin Pharmaeutical Industries untuk melaporkan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang telah dipotongnya. 4. Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 PT. Novapharin Pharmaeutical Industries dilakukan sebelum tanggal 10 pada bulan berikutnya setelah terjadi pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23. C. Narasi Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal Pelaporan Pajak penghasilan (PPh) Pasal 23, dilakukan dengan menggunakan program e-spt. 2. Sebelum dilaporkan ke Kantor Pajak, bagian perpajakan akan mengimput data tersebbut ke dalam program e-spt. 3. Setelah diinput, bagian perpajakan akan mencetak SPT Masa dan ditanda tangani oleh manager keuangan. 4. Dilakukan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 ke Kantor Pajak yang terdekat dan dilampiri dengan: Bukti Potong Pajak (BPP) lembar kedua Daftar Bukti Potong lembar kedua Surat Setoran Pajak lembar ketiga Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) 5. dari Kantor Pelayanan Pajak, bagian administrasi pajak akan mendapat: Bukti Potong lembar kedua Bukti Penerimaan Surat

16 64 Surat Pemberitahuan Masa yang telah ditanda tangani dan diberi stempel dari petugas Kantor Pelayanan Pajak. 6. Dari Bukti Penerimaan Surat Itu, menjadi bukti bahwa PT. Novapharin Pharmaeutical Industries telah melakukan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 atas jasa yang telah dipotongnya. 7. Bukti Penerimaan Surat Pemberitahuan Masa kemudian diarsip oleh bagian admnistrasi perpajakan. 8. Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dilakukan oleh PT. Novapharin Pharmaeutical Industries paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh ) Pasal 23 Penulis memberikan beberapa contoh untuk mengetahui tentang Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 pada PT. Novapharin Pharmaeutical Industries sebagai berikut: 1. Pada tanggal 04 April 2014 Departemen Pemasaran PT. Novapharin Pharmaeutical Industries memberikan pekerjaan pada PT. Nusa Jasa Pertiwi untuk mendistribusikan obat-obatan kepada konsumen dengan NPWP Jumlah transaksi jasa transportasi yang telah dilakukan sebesar Rp ,- pembayaran melalui bank Mandiri. Karena PT. Nusa Jasa Pertiwi mempunyai NPWP, maka PT. Nusa Jasa Pertiwi dikenakan tarif pajak 2% atas Pajak Penghasilan Pasal 23 yang terutang adalah:

17 65 PPh Pasal 23 = 2% x Rp ,- = Rp ,- 2. Pada tanggal 25April 2014 PT. Novapharin Pharmaeutical Industries meminta jasa service kebersihan kepada PT. Solid Inti Sejahtera dengan NPWP Jumlah transaksi dari jasa kebersihan yang telah dilakukansebesar Rp ,-. Karena Wajib Pajak memiliki NPWP maka dikenakan tarif 2% atas Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang terutang adalah: PPh Pasal 23 = 2% x Rp ,- = Rp ,- 3. Pada tanggal 10 April 2014 PT. Novapharin Pharmaeutical Industries meminta jasa service untuk komputer kantor kepada KSW Computer yang tidak memiliki NPWP. Jumlah transaksi yang telah dilakukan untuk service computer yang ada sebesar Rp ,-. Karena perusahaan rekanan tidak memiliki NPWP maka besarnya tarif yang dikenakan adalah 100% lebih tinggi dibanding perusahaan rekanan yang memiliki NPWP yaitu sebesar 4% atas Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang terutang adalah: PPh Pasal 23 = 4% x Rp ,- = Rp ,- 4. Pada tanggal 26 April 2014 PT. Novapharin Pharmaeutical Industries meminta jasa service terhadap mesin-mesin produksi yang mengalami kerusakan kepada perusahaan rekanan yaitu Hand Service yang tidak memiliki NPWP untuk memperbaikinya. Jumlah transaksi yang telah dilakukan sebesar Rp ,-. Karena tidak memiliki NPWP maka

18 66 besarnya tarif pajak yang dikenakan adalah 100% lebih tinggi dibandingkan dengan tarif yang dikenakan kepada perusahaan yang tidak memiliki NPWP yaitu sebesar 4% atas Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 terutang adalah: PPh Pasal 23 = 4% x Rp ,- = Rp , Perhitungan Sanksi Akibat Keterlambatan Pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 Penulis akan memberikan beberapa contoh sanksi keterlambatan atas pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 pada PT. Novapharin Pharmaeutical Industries. Apabila PPh Pasal 23 pada PT. Novapharin Pharmaeutical Industries masa pajak April dibayarkan pada tanggal 15 Mei 2014 dimana tanggal terakhir penyetoran pajak adalah tanggal 10, maka atas keterlambatan pembayaran tersebut maka perusahaan mendapatkan sanksi sebesar 2% dari jumlah pajak yang seharusnya dibayarkan tepat waktu. Jumlah masa Pajak Penghasilan Pasal 23 PT. Novapharin Pharmaeutical Industries sebesar Rp ,-. Dari kasus tersebut sanksi yang harus dibayar oleh PT. Novapharin Pharmaeutical Industries adalah: Sanksi yang harus dibayar = Rp ,- x 2% = Rp ,- Sehingga PT. Novapharin Pharmaeutical Industries harus membayar 2% lebih banyak dari jumlah PPh Pasal 23 yang seharusnya dibayar. Hal ini berdampak pada laba PT. Novapharin Pharmaeutical Industries yang akan berkurang, sehingga berdampak pada penilaian kinerja perusahaan. Dan pada

19 67 kenyataanya, PT. Novapharin Pharmaeutical Industries pernah mengalami keterlambatan bayar Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang telah dipotongkan, hal ini terjadi karena kelalaian bagian perpajakan atas tugas yang diberikan kepadanya. Sehingga dari kelalaian tersebut perusahaan harus menanggung kerugian atas sanksi keterlambatan pembayaran tersebut. 4.3 Hasil Penelitian Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 PT. Novapharin Pharmaeutical Industries merupakan perusahaan yang bergerak dibidang farmasi yang memproduksi obat-obatan yang murah tapi berkualitas, juga memerlukan jasa dari beberapa rekanan yang diperlukan. Dari jasa-jasa tersebut PT. Novapharin Pharmaeutical Industries berkewajiban memotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 atas jasa-jasa antara lain jasa tehknik, jasa service, jasa transportasi, jasa kalibrasi dan lain-lain. Atas pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 tersebut PT. Novapharin berperan sebagai pihak ketiga, yaitu pihak yang menyelenggarakan kegiatan.seperti yang diatur dalam undang-undang. PT. Novapharin sebagai pihak penyelenggara kegiatan, wajib memotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 atas jasa lain-lain yang diberikan kepada rekanan.dan PT. Novapharin Pharmaeutical Industries wajib menyetorkan dan melaporkan dari pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 yang telah dilakukannya kepada Negara melalui SPT Masa.

20 68 Untuk menghitung besarnya pajak yang dibayarkan, maka harus diketahui jenis objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23.Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 244/PMK.03/2008 tentang Jenis Jasa Lainlain yang terkait dengan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23. Seperti jenis jasa tekhnik yang termasuk PPh Pasal 23 ayat (2) huruf a, jasa pengamanan yang termasuk dalam PMK Nomor 244/PMK.03/2008 Pasal 1 ayat (2) huruf u, serta jasa transportasi yang termasuk dalam jenis jasa lain-lain yang diatur dalam pasal 2 ayat (2) huruf e dalam PMK Nomor 244/PMK.03/2008. Sehubungan dengan jasa lain-lain yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh), sebagaimana telah mengalami beberapa perubahan, yang terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008, yaitu Pajak Penghasilan (PPh) dipotong sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto dan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Dan bila penerima imbalan atas jasa yang diberikan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), maka besarnya tarif pemotongan adalah 100% (seratus persen) lebih tinggi dari tarif yang seharusnya, sebagaimana yang telah diatur dalam PMK Nomor 244/PMK.03/2008 pada pasal (1a) ayat 1 yang berbunyi, Wajib Pajak (1a) Dalam hal Wajib Pajak yang menerima ataumemperoleh penghasilan sebagaimana dimaksud padaayat (1) tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak,besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100%(seratus persen) daripada tarif sebagaimana dimaksudpada ayat (1).Sehingga hal ini dapat merugikan perusahaan karena dapat mempengaruhi laba perusahaan.

21 69 Berikut adalah daftar masa pajak, tanggal penyetoran, dan pelaporan PPh 23 PT. Novapharin selama 1 (satu) tahun. Tabel 4.1 Daftar Tanggal Penyetoran, Pelaporan PPh 23 PT. Novapharin No Masa Pajak Tanggal Setor Tanggal Lapor Jumlah PPh 23/Bulan (Rp) 1 Mei Juni Juni ,034, Juni Juli Juli , Juli Agustus Agustus , Agustus September September ,093, September Oktober Oktober , Oktober November November , November Desember Desember ,152, Desember Januari Januari , Januari Februari Februari ,045, Februari Maret Maret , Maret April April , April Mei Mei , Total PPh 23 10,914, Sumber : diolah oleh penulis

22 70 Berikut adalah daftar pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 PT. Novapharin Pharmaeutical Industries terhadap perusahaan rekanan pada bulan April 2014 masa lapor Mei 2014 Tabel 4.2 Daftar Bukti Potong PPh Pasal 23 Masa April 2014 No Tanggal NPWP Nama Perusahaan Nilai Objek Pajak (Rp) Tarif PPh yang dipotong 1 2/4/ PT. Astra International 71, % 1, Tbk 2 2/4/ Hand Service 1,810, % 72, /4/ PT. Nusa Jasa Pertiwi 630, % 12, /4/ Maha Karya 20, % /4/ Maha Karya 10, % /4/ Dira T eknik 5,675, % 227, /4/ PT. Cipta Kawan Teknik Abadi 6,686, % 133, /4/ Assyfa Motor 7, % /4/ Hand Service 1,800, % 72, /4/ Ksw Computer 80, % 3, /4/ Ksw Computer 60, % 2, /4/ PT. Nusa Jasa Pertiwi 630, % 12, /4/ PT. Astra International 45, % Tbk 14 16/4/ Cheap n Clean 34, % 1, /4/ Gufron 150, % 6, /4/ PT. Nusa Jasa Pertiwi 630, % 12, /4/ PT. Buana Citra 850, % 34, /4/ PT. Nusa Jasa Pertiwi 630, % 12, /4/ PT. Nusa Jasa Pertiwi 697, % 13, /4/ Hand Service 1,920, % 76, /4/ Hand Service 2,300, % 92, /4/ Prima Mandiri 125, % 5, /4/ PT. Cipta Kawan Teknik 2,040, % 40, Abadi 24 30/4/ PT. Dynagear Pandu Pratama 1,000, % 20, /4/ PT. Solid Inti Sejahtera 3,445, % 68, Jumlah 31,347, ,767 Sumber diolah penulis

23 71 Berdasarkan tabel diatas, maka besarnya Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang telah dipotong oleh PT. Novapharin Pharmaeutical Industries selama bulan April 2014 terhadap perusahaan rekanan adalah sebesar Rp , Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 Pada tahapan ini, perusahan yang berperan sebagai pemotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 wajib menyetorkan pajak yang telah dipotongnya ke kas Negara. Dalam penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 80/PMK.03/2010 tanggal 01 April 2010, yang merupakan perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak pada Pasal 2 ayat (6) yang berbunyi, PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang telah dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Dalam melakukan Penyetoran Pajak maka yang harus dibawa adalah Surat Setoran Pajak (SSP), Bukti Potong Pajak (BPP) dengan bilyet giro yang digunakan untuk melakukan pembayaran di bank yang telah dituju. Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak pada Pasal 4 dan Pasal 5. Dalam Peraturan Menteri Keuangan dijelaskan pada Pasal 4, Pembayaran dan Penyetoran Pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Pasal 5 ayat (1) menjelaskan Pembayaran dan Penyetoran Pajak harus

24 72 dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak. SSP berfungsi sebagai bukti pembayaran yang telah disahkan oleh pejabat kantor penerimaan pembayaran pajak. SSP dianggap sahapabila telah di validasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN), dan SSP dibuat rangkap 5 yaitu lembar ke 1 untuk perusahaan sebagai arsip, lembar ke 2,4,5 untuk bank yang bersangkutan sebagai arsip bank, dan lembar ke 3 untuk Wajib Pajak sebagai bukti yang digunakan untuk dilaporkan ke kantor pelayanan pajak. Hal ini sesuai dengan Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 5 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007. Dan berdasarkan daftar bukti potong pada tabel 4.1 maka besarnya Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang harus disetorkan oleh PT. Novapharin Pharmaeutical Industries adalah sebesar Rp , Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 Pada tahapan ini, yang dilakukan oleh subjek pajak yaitu melaporkan Pajak Penghasilan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat. Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dilakukan selambat-lambatnya 20 hari setelah terutangnya masa pajak, sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 80/PMK.03/2010 yang merupakan perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak pada pasal 7 ayat (1). Dalam Pasal 7 ayat (1) dijelaskan bahwa Wajib Pajak orang pribadi atau badan, baik yang melakukan pembayaran pajak

25 73 sendiri maupun yang ditunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut PPh, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (11), dan ayat (12) wajib melaporkan Surat Pemberitahuan Masa paling lama 20 (dua puluh) hari Masa Pajak Berakhir. PT. Novapharin Pharmaeutical Industries sebagai subjek pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 melakukan Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan, dalam pengenaan tarif atas jasa tekhnik, jasa transportasi dan masih banyak lainnya, sebesar 2% (dua persen) untuk Wajib Pajak atau perusahaan rekanan yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan pengenaan tarif pajak sebesar 100% (seratus persen) lebih tinggi atau sebesar 4% (empat persen) untuk Wajib Pajak atau rekanan yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 pada PT. Novapharin Pharmaeutical Industries dilakukan pada saat perusahaan menerima invoice dan Faktur Pajak dari rekanan, sebagai bukti bahwa pekerjaan yang diberikan telah dilakukan, setelah itu perusahaan akan mengimput data tersebut dan juga membuat Bukti Potong untuk Wajib Pajak atau rekanan sebagai bukti bahwa penghasilan atas jasa yang dilakukan telah dipotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 oleh PT. Novapharin Pharmaeutical Industries. Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 pada PT. Novapharin Pharmaeutical Industries berdasarkan Surat Setoran Pajak (SSP) masa pajak bulan April 2014 dilakukan Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 pada tanggal 09 Mei Setelah melakukan penyetoran di bank yang bersangkutan PT.

26 74 Novapharin Pharmaeutical Industries menerima bukti transfer atau bukti setor yang digunakan untuk pelaporan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak. Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 pada PT. Novapharin Pharmaeutical Industries dengan membawa SSP lembar 3, Bukti Potong Pajak (BPP), Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa), dan Daftar Bukti Potong atas Pajak Penghasilan Pasal 23 atas jasa yang diterima. Berdasarkan Surat Pemberitahuan Masa dengan masa pajak bulan April 2014, PT. Novapharin Pharmaeutical Industries melaporkan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 terutangnya pada tanggal 20 bulan Mei 2014 sebesar Rp , Pembahasan Berdasarkan penjelasan diatas, penulis melihat prosedur Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) khususnya Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 pada PT. Novapharin Pharmaeutical Industries sudah sesuai dengan teori dan peraturan Perpajakan. Yaitu: 1. Pemotongan dilakukan atas jasa lain-lain sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2007 tentang jenis-jenis jasa lainlain pada Pajak Penghasilan Pasal 23 dengan tarif pajak sebesar 2% (dua persen) untuk Wajib Pajak atau perusahaan rekanan yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan tarif pajak sebesar 4% (empat persen) untuk Wajib Pajak atau rekanan yang tidak memiliki NPWP.

27 75 2. Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 23 sebelum tanggal 10 bulan berikutnya dengan membawa Surat Setoran Pajak (SSP), Bukti Potong Pajak (BPP), Daftar Bukti Potong, dan Bilyet giro. 3. Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 atas jasa lain-lain dilakukan pada tanggal 20 bulan berikutnya dengan membawa SSP, SPT Masa, Bukti Potong Pajak, dan Daftar Bukti Potong. Hal ini telah diatur dalam Undang-undang Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang perubahan Keempat Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan serta sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 80/PMK.03/2010 yang merupakan perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak.

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. bergerak di bidang farmasi yang didirikan oleh Bapak Drs. Hendrajaya Sugeng berdasarkan Surat Ijin Usaha No.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. bergerak di bidang farmasi yang didirikan oleh Bapak Drs. Hendrajaya Sugeng berdasarkan Surat Ijin Usaha No. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat PT. Novapharin PT. Novapharin adalah sebuah badan usaha Industri yang bergerak di bidang farmasi yang didirikan oleh Bapak Drs.

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Mitra Sinergi merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan pipa dan bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal

Lebih terperinci

PEDOMAN OBSERVASI. Jadwal kegiatan Penelitian

PEDOMAN OBSERVASI. Jadwal kegiatan Penelitian PEDOMAN OBSERVASI Jadwal kegiatan Penelitian No Bentuk Kegiatan Minggu I II III IV 1 Pengenalan Lingkungan X 2 Pengamatan kerja X X 3 Wawancara X X 4 Analisis data X X X Keterangan tabel: 1. Minggu pertama,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi SKB CV. MMC Sehubungan dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 CV. MMC merupakan perusahaan dalam bidang jasa konsultan bisnis yang berdiri pada tahun 2005. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak

BAB 4 PEMBAHASAN. atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak BAB 4 PEMBAHASAN Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak dipersoalkan apakah badan tersebut mengalami

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT PT. TRT adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produsen bahan kimia yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Lebih terperinci

KUESIONER Responden yang Terhormat, Dalam usaha pengumpulan data yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi, maka penulis sangat menghargai jika Bapak/Ibu/Saudara/I bersedia meluangkan waktu untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah singkat perusahaan PT Cahaya Terang Abadi didirikan pada tanggal 30 November 2009 sampai dengan sekarang perusahaan ini bergerak dibidang

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN (STUDI KASUS: PERUM PERURI)

ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN (STUDI KASUS: PERUM PERURI) ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN 2010-2012 (STUDI KASUS: PERUM PERURI) Anggraini Larasati, Hanggoro Pamungkas Universitas Bina

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan PT IO merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang wajib menjalankan kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Berdasarkan analisa dan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Limanindo Kawan Sejati adalah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Daftar Pajak Penghasilan Pasal 23 yang Dipotong PT.PLN (Persero) Area Garut Periode Tahun 2010

BAB IV ANALISIS. Daftar Pajak Penghasilan Pasal 23 yang Dipotong PT.PLN (Persero) Area Garut Periode Tahun 2010 BAB IV ANALISIS 4.1 Pelaksanaan Perhitungan, Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 atas Jasa Teknik pada PT PLN (Persero) Area Garut Sebelum membahas lebih lanjut mengenai

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol. BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT.DDT merupakan perusahaan yang bergerak dibidang alat berat yang menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu perusahaan di Jakarta yang bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen dalam melakukan

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 394/KMK.04/1996 TENTANG PELAKSANAAN PEMBAYARAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Instansi Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, LEMIGAS

Lebih terperinci

KUESIONER Responden yang terhormat, Dalam usaha pengumpulan data yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi, maka penulis sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i meluangkan waktu untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Sejarah Perusahaan PT Adiliman Makmur merupakan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt &

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS IV.1. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Satuan Kerja yang melakukan pemungutan PPh Pasal

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan perbandingan Pajak Pertambahan Nilai sebelum dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan penelusuran atas laporan laba rugi, neraca,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Perusahaan ini telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

ANALISIS TERHADAP SISTEM DAN PROSEDUR PELAPORAN PERPAJAKAN (Studi Kasus PT SRIWIJAYA, BANDUNG)

ANALISIS TERHADAP SISTEM DAN PROSEDUR PELAPORAN PERPAJAKAN (Studi Kasus PT SRIWIJAYA, BANDUNG) ANALISIS TERHADAP SISTEM DAN PROSEDUR PELAPORAN PERPAJAKAN (Studi Kasus PT SRIWIJAYA, BANDUNG) DISUSUN OLEH : Lusy Suprajadi, SE, Ak., M.Ak, CPA Elvy Maria Manurung, SE., Ak., MT Sylvia Kumala Dewi, SE,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan PPN Keluaran Dalam hal menghitung Pajak Pertambahan Nilai atau PPN khusunya Pajak Keluaran yang diterbitkan dan dipungut oleh perusahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. memiliki pengenaan pajak pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang penjelasaannya. telah diatur dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008.

BAB IV PEMBAHASAN. memiliki pengenaan pajak pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang penjelasaannya. telah diatur dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008. BAB IV PEMBAHASAN Sesuai dengan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, pada perusahaan ini memiliki pengenaan pajak pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang penjelasaannya telah diatur dalam UU PPh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran PT. Citra Inti Garda Sentosa (CIGS) dalam melakukan transaksi penjualan ataupun pembelian yang dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha distribusi consumer goods, khususnya

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Data Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Karya Sejahtera Pratama Cabang Surabaya, berdiri pada bulan Oktober 2012 yang merupakan perluasan dari PT. Karya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku

Lebih terperinci

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama 00BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Perbandingan Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Antara Perusahaan Milik Negara (Pemungut) dan Perusahaan Swasta. Pada dasarnya perlakuan untuk Pajak Pertambahan Nilai

Lebih terperinci

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA. Pada bab empat akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan,

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA. Pada bab empat akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan, B A B IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA 4.1 Penyajian Data Pada bab empat akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan tujuan perusahaan serta kebijaksanaan perusahaan, sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK Yulia Chandra ABSTRAK Restitusi atau pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai merupakan Hak semua Wajib

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan PT. Ragam Anugerah Mandiri didirikan pada tanggal 20 April 2006 dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM. Analisis sistem adalah penguraian dari sistem informasi yang utuh kedalam

BAB III ANALISIS SISTEM. Analisis sistem adalah penguraian dari sistem informasi yang utuh kedalam BAB III ANALISIS SISTEM Analisis sistem adalah penguraian dari sistem informasi yang utuh kedalam bagian bagian dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan permasalahan dan hambatan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan CV. Xpress Clean Bersaudara adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pada umumnya. Jasa yang diberikan

Lebih terperinci

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-382/PJ/2002 Tanggal : 13 Agustus 2002 A. Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. : 1. Para Kepala Kantor Wilayah DJP 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak 3. Para Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 PT. AMK merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa ekspor impor barang. Kewajiban perpajakan PT.

Lebih terperinci

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V BAB V BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V BAB V BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS

Lebih terperinci

Apakah Pemilik Indekos Harus Bayar Pajak Juga?

Apakah Pemilik Indekos Harus Bayar Pajak Juga? Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Apakah Pemilik Indekos Harus Bayar Pajak Juga? Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi: Account Representative Aspek Perpajakan bagi Pemilik Indekos Panduan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Pajak Pertambahan Nilai, perencanaan pajak, PPN terutang. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: Pajak Pertambahan Nilai, perencanaan pajak, PPN terutang. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pajak Pertambahan Nilai merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan yang kegiatan operasionalnya melakukan transaksi jual beli Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. Perencanaan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 85/PMK.03/2012 TENTANG PENUNJUKAN

Lebih terperinci

Prosedur Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) 23 Atas Sewa dan Jasa Pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Tanjung Priok

Prosedur Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) 23 Atas Sewa dan Jasa Pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Tanjung Priok Prosedur Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) 23 Atas Sewa dan Jasa Pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Tanjung Priok Nama : Rani Monica Npm : 46212026 Jurusan Program : Akuntansi Komputer :

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 14/PJ/2013

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 14/PJ/2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 14/PJ/2013 TENTANG BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA

Lebih terperinci

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE BAB IV EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE IV.1. Evaluasi Jenis-jenis Biaya yang Terdapat dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penulis

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis atas pelaksanaan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai Pada PT SCE, maka dapat disimpulkan PT SCE telah memenuhi kewajiban Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. Pada bab empat akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan,

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. Pada bab empat akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan, B A B IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data Pada bab empat akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan tujuan perusahaan serta kebijaksanaan perusahaan, sehingga

Lebih terperinci

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA NEGARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK-PAJAK NEGARA 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang 1) Undang-undang

Lebih terperinci

Pemotongan yang bersifat final Objek pemotongan (Pasal 2, PP Nomor 68 Tahun 2009) Pemotong (Pasal 1 angka 9, PP Nomor 68 Tahun 2009)

Pemotongan yang bersifat final Objek pemotongan (Pasal 2, PP Nomor 68 Tahun 2009) Pemotong (Pasal 1 angka 9, PP Nomor 68 Tahun 2009) PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ATAS PENGHASILAN BERUPA UANG PESANGON, UANG MANFAAT PENSIUN, TUNJANGAN HARI TUA, DAN JAMINAN HARI TUA YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS Pemotongan yang bersifat final Objek pemotongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana pendapatan terbesar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana pendapatan terbesar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana pendapatan terbesar berasal dari Pajak dengan presentase 74,6 % dalam APBN terakhir tahun 2016 (www.kemenkeu.go.id).

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Kuesioner

Lampiran 1. Hasil Kuesioner Lampiran 1. Hasil Kuesioner No Pertanyaan Ada Tidak Ada 1. Lingkungan Pengendalian Apakah perusahaan memiliki prosedur atau kebijakan secara tertulis mengenai a. Prosedur Pengiriman? 33.30% 66.60% b. Pencatatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA Wilianto Taufik, Yunita Anwar Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan No.9 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat 11480 Phone

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan PPh pasal 23 yang telah dilaksanakan oleh Bank Mandiri dalam upaya mematuhi Undang-undang Perpajakan yang berlaku di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment System yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan dan tanggungjawab

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kebijakan Akuntansi Perusahaan. Dalam pelaksanaan kebijakan akuntansi yang mana diterapkan oleh perusahaan untuk mengetahui penentuan posisi keuangan

Lebih terperinci

1 dari 4 11/07/ :43

1 dari 4 11/07/ :43 1 dari 4 11/07/2012 14:43 Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 85/PMK.03/2012 TENTANG PENUNJUKAN BADAN USAHA MILIK NEGARA UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba Rugi Fiskal Dalam Menentukan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT. XYZ PT. XYZ menyajikan informasi yang menyangkut hasil kegiatan operasinya

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 12 BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang pelaksanaan kerja praktek Selama melaksanakan praktek kerja lapangan penulis di tempatkan di bagian pemasaran dan bagian umum. Di bagian ini pula penulis

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN. penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21?

DAFTAR PERTANYAAN. penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21? Lampiran 1 DAFTAR PERTANYAAN 1. Peraturan Undang-undang tahun berapa yang dipakai untuk pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21? 2. Bagaimana proses pemotongan dan penyetoran Pajak

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008 LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008 LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008 Umum : PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Perlakuan Pajak Penghasilan dalam Transaksi Jasa Lelang oleh Balai Lelang Swasta Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa transaksi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. III.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. III.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN III.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan Dalam Bab III ini penulis menguraikan sejarah dari pada perusahaan, untuk itu dipilih perusahaan dagang PD FERINDO JAYA.

Lebih terperinci

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur Bab 4 PEMBAHASAN merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang kegiatan utamanya sebagai distributor langsung untuk atap baja ringan. PT. XYZ menjual asesoris untuk pembuatan atap, dinding

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: Eksposur Pajak; Pajak Ditanggung Perusahaan; PPh pasal 21; PPh Pasal 23. Abstract

Abstrak. Kata Kunci: Eksposur Pajak; Pajak Ditanggung Perusahaan; PPh pasal 21; PPh Pasal 23. Abstract 1 Pelaksanaan Pajak dan Exposur Pajak, Studi Kasus pada PT ABC Tahun 2012 Melinda Ardhias Debby Fitriasari Program Studi Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Abstrak Skripsi ini menganalisis pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya di sektor ekonomi dan untuk tetap dapat bertahan dan memperbaiki kondisi yang

Lebih terperinci

MEKANISME PELAKSANAAN PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 ATAS JASA SEWA KENDARAAN PADA PT

MEKANISME PELAKSANAAN PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 ATAS JASA SEWA KENDARAAN PADA PT MEKANISME PELAKSANAAN PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 ATAS JASA SEWA KENDARAAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) KANTOR WILAYAH I JEMBER Mechanism of Discounting,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Keuangan Sub. Bidang Perpajakan pada PT. INTI (Persero) Bandung.

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Keuangan Sub. Bidang Perpajakan pada PT. INTI (Persero) Bandung. 24 BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan penulis yaitu di bidang Keuangan Sub. Bidang Perpajakan pada PT. INTI

Lebih terperinci

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto Definisi adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak

Lebih terperinci

KEUANGAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KEUANGAN UNIVERSITAS AIRLANGGA KEUANGAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Ketentuan Perpajakan Universitas Airlangga NPWP 00.005.564.0-606.000 APBN 73.773.758.5-619.000 Dana Masyarakat BPPTN Badan Hukum WCU Jenis dan Tarif Pajak : Dana Masyarakat

Lebih terperinci

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2 I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN Dengan diundangkannya

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan Pembangunan sektor perumahan di kota Gresik khususnya dan Jawa timur pada umumnya sedang ramai-ramainya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Latar Belakang PT ABC. PT ABC yang merupakan salah satu klien dari KKP Agustinus Mujianto

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Latar Belakang PT ABC. PT ABC yang merupakan salah satu klien dari KKP Agustinus Mujianto BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Latar Belakang PT ABC PT ABC yang merupakan salah satu klien dari KKP Agustinus Mujianto merupakan perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang tekstil. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. (PERSERO) JASA MANAJEMEN KONSTRUKSI area Semarang

BAB IV PEMBAHASAN. (PERSERO) JASA MANAJEMEN KONSTRUKSI area Semarang BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan pemungutan pajak penghasilan pasal 23 menurut PT. PLN (PERSERO) JASA MANAJEMEN KONSTRUKSI area Semarang Pelaksanaan pemungutan pajak penghasilan (PPH) pasal 23 yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-85809/PP/M.IIB/12/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 23. Tahun Pajak : 2012

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-85809/PP/M.IIB/12/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 23. Tahun Pajak : 2012 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-85809/PP/M.IIB/12/2017 Jenis Pajak : PPh Pasal 23 Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa Menurut Terbanding : bahwa nilai sengketa terbukti dalam banding ini adalah koreksi

Lebih terperinci

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur KEWAJIBAN PELAPORAN PAJAK BENDAHARAWAN BERPEDOMAN PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 DAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 ATAUKAH PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 64/PMK.05/2013? Oleh:

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI Oleh : Gun Gun Gunawan, SST

PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI Oleh : Gun Gun Gunawan, SST PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI Oleh : Gun Gun Gunawan, SST A. PENGANTAR Atas dasar banyaknya pertanyaan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak melalui Account Repressentative

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1994 TENTANG PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH ATAU TANAH DAN BANGUNAN PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Metrokom Jaya berdiri pada tahun 2007, telah menjadi pemimpin dalam bidang penjualan komputer bekas. Memulai bisnis di

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. Divre II, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan

Lebih terperinci

BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III

BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III BAB III BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III BAB III BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dan Pasal 22 1. Analisis Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Berdasarkan sistem self assessment

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 2 September 2013 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN Pada prinsipnya terdapat perbedaan perhitungan penghasilan dan beban menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci