Analisis Moda Produksi... Agung Dwi Pambudi W
|
|
- Leony Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Analisis Moda Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah Penerima Demo Farm Program DDCP Di Wilayah Subang Selatan Analysis Mode Of Production Of Dairy Farm Business The Receiver Of Demo Farm DDCP Program in South Subang Agung Dwi Pambudi Wasono*, M. Ali Mauludin**, Nurlina Lilis** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang * Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 ** Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran agungdpw@gmail.com Abstrak Moda produksi merupakan cara yang ditempuh masyarakat dalam proses produksi guna memenuhi kebutuhan materiil. Moda produksi terbagi menjadi dua yaitu kekuatan produksi dan hubungan produksi. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Subang Selatan pada 3 kecamatan di 6 desa yaitu kecamatan Ciater, Sagalaherang, dan Jalancagak pada bulan November Tujuan penelitian ini untuk menganalisis moda produksi pada usaha peternakan sapi perah sebelum dan setelah adanya penetrasi modernisasi berupa demo farm program DDCP (Danone Development in Ciater Program). Metode yang digunakan adalah studi kasus terhadap 11 orang informan penerima bantuan demo farm dengan wawancara mendalam, observasi, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi perubahan moda produksi sebelum dan setelah adanya penetrasi modernisasi terhadap peternak penerima demo farm. Perubahan dalam kekuatan produksi meliputi skala kepemilikan peternak, tenaga kerja, produksi susu, pengetahuan dan keterampilan, dan bangunan. Perubahan dalam hubungan produksi meliputi pemilikan, batas sosial hubungan, struktur hubungan produksi, dan hubungan kerja. Hubungan antara peternak penerima program demo farm dan pekerja baik keluarga inti maupun keluarga dekat sebelum dan setelah adanya bantuan demo farm bersifat egaliter dan non eksploitatif. Kata Kunci: Moda Produksi, Kekuatan Produksi, Hubungan Produksi, Modernisasi Abstract Mode of production is the way in which people in the production process to fill the needs of material, mode of production is divided into two, namely are the force of production and relations of production. This research was conducted at 3 subdistricks and 6 villages of subdistrick Ciater, Sagalaherang, and Jalancagak at November The aim was to analyze the modes of production in dairy farm before and after the penetration of the modernization in the form of Demo Farm Program DDCP (Danone Development in Ciater Program). The method used a case study toward 11 informants that received demo farm program by in-depth interviews, observation, and study of literature. The results showed that a change in the mode of production before and after the penetration of the modernization toward the farmer that received demo farm program. The changes in force of production include the development of livestock, direct labor, milk production, knowledge and skills, and building. The changes in relation of production include the ownership, boundaries in social relationship, the structure of production relations, and labor relations. The correlation between the farmer that received demo farm program and the direct Labour. Keyword: Mode of Production, Force of Production, Relation of Production, Modernization
2 PENDAHULUAN Konsumsi susu Indonesia saat ini mencapai 3 juta ton per tahun dan sekitar 2,4 juta ton diperoleh dari impor dengan kata lain sebanyak 20% kebutuhan susu nasional dipenuhi oleh peternak Indonesia dan sebanyak 80% diperoleh dari impor (Kementrian Pertanian, 2009). Indonesia sebagai salah satu negara berkembang membutuhkan adanya penyelenggaraan usaha pembangunan di bidang peternakan dikarenakan perlu meningkatkan produksi susu yang dihasilkan, salah satu cara yang dapat ditempuh dengan melakukan modernisasi. Melihat hal tersebut, KPSBU mengembangkan kawasan Subang Selatan menjadi salah satu pusat produksi susu di wilayah kerjanya yang bertujuan untuk meningkatkan produksinya. Hal tersebut sejalan dengan arah kebijakan dan strategi kementrian pertanian dimana salah satu fokusnya diarahkan pada peningkatan produksi susu segar (Kementrian Pertanian, 2009) dan kebijakan fokus pengembangan komoditasnya termasuk susu. (Kementrian Pertanian, 2014). Melihat pentingnya peningkatan produksi susu di Indonesia, maka pada tahun 2011 PT. Danone Dairy Indonesia mulai melakukan perubahan pembangunan peternakan dengan melakukan intervensi modernisasi pada para peternak sapi perah di kawasan Subang Selatan, dimana perusahaan ini memberikan beberapa bantuan diantaranya dalam bentuk program bibit bergulir, perubahan kandang, pemberian silase, dan penyuluhan. Keseluruhan program bantuan PT. Danone Dairy Indonesia tersebut diberi nama Dairy Development Ciater Programs (DDCP). Dengan adanya intervensi modernisasi berupa program Demo Farm diduga terjadi perubahan moda produksi atau cara yang ditempuh masyarakat dalam melakukan proses produksi peternakan sapi perah di kawasan Subang Selatan dan diharapkan dapat meningkatkan produksi susu yang dihasilkan. Perubahan moda produksi terbagi dalam dua jenis yaitu kekuatan produksi dengan aspek peningkatan populasi ternak, tenaga kerja tambahan, peningkatan produksi susu, peningkatan pengetahuan dan keterampilan, dan perubahan bangunan yang ada. sedangkan hubungan produksi meliputi dasar pemilihan peternak penerima demo farm, batas sosial hubungan, struktur hubungan produksi, sifat hubungan produksidan hubungan kerja. Berdasarkan permasalahan yang ada, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan melakukan analisis moda produksi usaha peternakan sapi perah penerima demo farm program DDCP di wilayah subang selatan. METODE Penelitian ini menggunakan metode studi kasus melalui pendekatan kualitatif karena penelitian ini hanya dilakukan pada peternak penerima demo Farm program DDCP yang hanya didapatkan oleh 11 orang peternak di wilayah Subang Selatan. Studi kasus didefinisikan sebagai suatu metode penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan sesuatu kejadian tertentu (Paturochman, 2005).
3 Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam mengenai kasus tertentu yang hasilnya merupakan gambaran lengkap dan terorganisir (Wiratha, 2006). Menurut Munandar (2004) penelitian metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif memperhatikan kepada prosesnya disamping hasilnya, berorientasi kepada pemaknaan (meaning) tentang rasa kehidupan dan pengalaman serta strukturnya juga akan mendeskripsikan proses dan pemaknaan. 1. Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah kerja KPSBU Jawa Barat, yaitu kawasan Subang Selatan yang meliputi 6 desa di 3 kecamatan diantaranya Ciater, Cisaat, Palasari, Sanca, Cicadas, dan Curugrendeng. Pemilihan daerah didasarkan pada pertimbangan bahwa wilayah tersebut terdapat peternak sapi perah yang menerima program Demo Farm. 2. Penentuan Informan Informan dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah anggota Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara yang menerima bantuan Demo Farm. Penentuan informan dengan cara sensus, yaitu pengumpulan data dari keseluruhan jumlah populasi yang ada tanpa terkecuali. Informan yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari 11 orang peternak sapi perah penerima demo farm program DDCP. 3. Jenis Data yang Digunakan Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari informan melalui wawancara mendalam (indepth interview) secara langsung dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan serta melakukan observasi ke daerah penelitian. Wawancara mendalam merupakan salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian, terutama dalam penelitian kualitatif. Data sekunder merupakan data yang meliputi seluruh aspek yang menjadi bahan pengalaman dan informasi yang erat kaitannya dengan penelitian. Data sekunder diperoleh dari data-data yang dimiliki oleh instansi-instansi yang terkait berupa studi pustaka dan literatur-literatur yang relevan dengan penelitian seperti pengertian moda produksi serta skema program demo farm. 4. Model Analisis Langkah-langkah analisis data terdiri dari tiga alur, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengukuran akurasi data dilakukan dengan konfirmasi secara triangulasi (triangulation).. Teknik triangulasi menggunakan sumber data yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan dan pihak lain yang terkait.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Realitas sosial dapat dijelaskan dengan pendekatan dua konsep dalam Marxis yaitu moda produksi (mode of production) dan formasi sosial (social formation). Secara umum, moda produksi merepresentasikan cara yang ditempuh masyarakat dalam melakukan proses produksi (way of poduction) guna menyediakan produk untuk memenuhi kebutuhan materiil (Shanin 1990). Moda produksi atau cara produksi terbagi atas 1) kekuatan / daya produksi (force of production) yang mempengaruhi produktivitas, dan 2) hubungan produksi (relation of production) yang akan membentuk posisi superior dan posisi subordinasi sehingga hubungan sosial tersebut akan membentuk struktur sosial dalam dalam produksi (Russel, 1989). Kekuatan produksi (force of production) terdiri dari kekuatan tenaga kerja manusia (human labor power), alat-alat produksi, bahan baku, teknologi produksi, manajemen produksi, modal, uang, kreativitas, ide, pengetahuan, motivasi, bangunan, tanah dan energi (Russel, 1989). Kekuatan produksi merupakan basis materiil yang terdiri dari keterampilan pekerja dan alat produksi (means of power). Hubungan produksi terdiri dari hubungan antara satu aktor dengan aktor lainnya yang mengatur hubungan antar manusia dalam satu proses produksi batang dan jasa kebutuhan manusia. Hubungan produksi tersebut mencakup pemilikan (property), hubungan kekuasaan (power), dan pengawasan (control) dalam penguasaan aset produktif masyarakat, hubungan kerja sama (cooperative work relation) serta hubungan antar kelas masyarakat. Moda produksi yang terbentuk pada usaha peternakan sapi perah di wilayah Subang Selatan memberikan informasi tentang hubungan produksi, batas sosial yang ada pada usaha peternakan sapi perah semi-petty commodity adalah keluarga inti dan keluarga dekat yang terlibat. Tidak ditemukan hubungan produksi seperti di perusahaan yaitu buruh dan majikan, sedangkan struktur hubungan produksi adalah egaliter antara sesama anggota keluarga. Sifat hubungan produksi yang terbentuk tidak ditemukannya eksploitatif terhadap buruh ternak. Moda produksi semi-petty commodity berkembang pada peternak yang memelihara sapi perah dengan tujuan mendapatkan keuntungan dari produksi yang dihasilkan. Melihat moda produksi semi-petty commodity tidak terlepas dari dua hal penting yaitu kekuatan produksi dan hubungan produksi. Kekuatan produksi pada moda produksi semi-petty commodity antara lain alat-alat produksi berupa ternak sapi perah yang kepemilikannya sudah lebih sudah lebih dari 3 ekor sapi laktasi sedangkan hubungan produksi yang terbentuk bersifat egaliter dan non eksploitatif (Mauludin, 2014).
5 Pada moda produksi semi-petty commodity peternak sudah memahami bahwa komoditi produksi susu memiliki nilai jual dan dapat menjadi sumber keuangan. Unit produksi usaha peternakan sapi perah pada moda produksi semi-petty commodity menggunakan tenaga kerja keluarga inti. Keluarga inti disini adalah keterlibatan dari orang tua dan anak, bahkan ada beberapa kerabat (masih dalam satu keluarga) yang diperbantukan dalam usaha peternakan sapi perah. Kekuatan Produksi Hasil penelitian analisis moda produksi usaha peternakan sapi perah penerima demo farm program ddcp di wilayah subang selatan dalam kekuatan produksi pada 11 orang peternak penerima demo farm program DDCP disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kekuatan Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah Penerima Demo Farm Indikator yang diamati 1) Skala Kepemilikan Peternak 2) Tenaga Kerja 3) Produksi Susu 4) Pengetahuan dan keterampilan 5) Bangunan Hasil Pengamatan Pengembangan populasi dalam satuan ternak, secara keseluruhan meningkat pada satu tahun pertama setelah pemberian demo farm Pada tahun berikutnya, skala kepemilikan peternak mengalami perbedaan dikarenakan perbedaan pengelolaan usaha peternakan sapi perah Faktor ekonomi, usia, dan ketersediaan lahan sangat berpengaruh terhadap skala kepemilikan peternakan Tenaga kerja Lebih lebih diutamakan dari dalam keluarga inti dan keluarga dekat Pengelolaan oleh keluarga inti dan keluarga dekat lebih terjamin dibandingkan dengan mempekerjakan orang lain. Produksi susu dalam liter per ekor per hari mengalami peningkatan Faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi susu diantaranya perbaikan tempat pakan, pemberian pakan selalu dalam keadaan segar, serta rutin membersihkan tempat pakan Peternak demo farm dapat menyampaikan informasi tentang pengelolaan usaha peternakan sapi perah kepada peternak lain Peningkatan pengetahuan dan keterampilan meliputi produksi susu, perkandangan, bahan pakan, biogas, dan pencegahan penyakit Peternak demo farm membangun kandang sesuai dengan skema program demo farm Peternak sekitar mengikuti penerapan skema program demo farm dalam bentuk tempat pakan dan minum
6 1. Skala Kepemilikan Peternak Pelaksanaan program demo farm berdampak pada pengembangan jumlah ternak yang terjadi pada informan. Hal itu dipengaruhi oleh adanya bantuan berupa kredit sapi perah baik untuk demo farm kecil yang memiliki kapasitas 3 ekor, dan demo farm sedang memiliki kapasitas 10 ekor sapi. Sapi yang diterima peternak dalam keadaan dara bunting 8-9 bulan. Penambahan sapi ditingkat individu peternak penerima bantuan demo Farm berdampak pada populasi yang peternak sehingga mengalami perubahan. Berikut merupakan pengembangan populasi peternak demo farm dalam satuan ternak. Tabel 2. Populasi Sapi Informan Informan Desember Desember Desember Desember Oktober Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor... C (58 tahun) ADH (51 tahun)* Y (46 tahun) A (65 tahun) ES (54 tahun) Y (36 tahun) E (64 tahun) AS (36 tahun) R (57 tahun) ES (63 tahun) MS (50 tahun) Usaha ternak sapi perah peternak demo farm kecil secara keseluruhan mengalami peningkatan, hal tersebut dikarenakan adanya program bantuan berupa kredit sapi bergulir yang menjadi stimulus dalam usaha peternakan sapi perah. Faktor lain yang mempengaruhi skala kepemilikan peternakan adalah passion yang dimiliki oleh peternak. 2. Tenaga Kerja Pemilihan tenaga kerja dari dalam keluarga inti dan keluarga dekat dimaksudkan untuk mempermudah pekerjaan peternak serta memberikan pekerjaan pada keluarga dekat, disamping memberikan pekerjaan. Maksud lain dari dipekerjakannya keluarga dekat adalah kepedulian mendidik tenaga kerja agar masa mendatang dapat mengelola usaha peternakan sapi perah secara mandiri. Berikut adalah tabel yang menjelaskan banyaknya tenaga kerja informan. Pada tahun 2011 hingga tahun 2015 seluruh peternak yang mendapatkan program demo farm dengan jumlah 11 orang peternak, mempekerjakan seluruh anggota keluarga inti untuk menyelesaikan proses produksi dalam mengelola usaha peternakan sapi perah. Penambahan tenaga kerja luar
7 keluarga inti hanya terjadi pada tiga orang peternak di tahun 2015, hal tersebut dimaksudkan agar mempermudah pekerjaan yang dimiliki oleh peternak. 3. Produksi Susu Dengan adanya program demo farm peternak mengalami perubahan pada konstruksi tempat pakan dan minum, tempat pakan yang semula berada pada ketinggian 0,5-1 meter dan tertutup menjadi sejajar dengan permukaan tanah dan terbuka, hal tersebut memudahkan dalam pembersihan tempat pakan dan tidak ada lagi sisa pakan yang menumpuk dan membusuk. Kemudian tempat minum dibuat dengan sistem mekanika fluida, dimana air tersedia secara terus menerus, hal tersebut mempermudah ternak dalam minum, karena sifat ternak yang membutuhkan air secara terus menerus. Perubahan yang terjadi pada tempat pakan dan minum berpengaruh terhadap peningkatan produksi susu yang dihasilkan. Berikut merupakan tabel produksi susu peternak penerima demo farm. Tabel 3. Produksi Susu Ternak Informan Informan Desember Desember Desember Desember Oktober Liter/Ekor/Hari... C (58 tahun) 10,60 9,77 10,46 11,09 13,05 ADH (51 tahun)* 14,74 14,30 10,19 14,15 17,47 Y (46 tahun) 0,00 26,02 16,78 13,14 13,79 A (65 tahun) 4,25 10,89 9,99 10,07 15,61 ES (54 tahun) 15,02 19,47 12,94 18,90 25,08 Y (36 tahun) 4,96 8,88 16,35 14,31 12,24 E (64 tahun) 5,89 7,58 10,54 14,24 13,53 AS (36 tahun) 11,31 5,23 7,20 6,80 14,16 R (57 tahun) 5,39 5,70 6,56 6,39 13,92 ES (63 tahun) 10,24 17,98 7,13 11,89 12,29 MS (50 tahun) 13,05 10,34 12,40 10,58 0,00 4. Pengetahuan dan Keterampilan Salah satu cara meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak berupa penyuluhan dengan cara transfer knowledge atau interaksi dua arah antara peternak demo farm dengan peternak lainnya. Maksud dilakukannya peningkatan pengetahuan dan keterampilan ini agar peternak demo farm mampu menyampaikan informasi yang telah dimiliki kepada peternak sekitar. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang terjadi pada peternak penerima demo farm terdiri dari 6 pokok materi. Ada 6 pokok materi yang diberikan diantaranya dasar-dasar produksi susu, seluk-beluk kandang, bahan pakan dan pemrosesannya, biogas dan tata keuangan usaha peternakan, pencegahan dan penanganan penyakit, dan yang terakhir yaitu sharing antara peternak dengan pihak DDCP. Dari ke enam materi tersebut dibuat komik, yaitu bahan bacaan bagi peternak.
8 5. Bangunan Setelah adanya program demo farm, kandang sapi yang dimiliki peternak mengalami perubahan. Hal tersebut terlihat dari adanya pemisahan antara kandang sapi laktasi, sapi dara, dan pedet. Sapi laktasi memiliki ukuran kandang dengan lebar tempat pakan 90 cm, penjang lantai 150 cm, lebar lantai 135 cm, lebar saluran kotoran 50 cm, dan tinggi 300 cm. Sapi dara ditempatkan pada tempat berukuran 2 m x 2 m dengan alas jerami. Pedet ditempatkan pada calf Box dengan ukuran panjang 160 cm, lebar 115 cm, dan tinggi 110 cm. Peternak penerima demo farm mendapatkan kelengkapan kandang berupa biogas, kompor, lampu, tali strap,karpet, timbangan, milking bucket,takaran susu, white board, dan ruang pertemuan. Pembangunan kandang yang dilakukan pada peternak penerima demo farm disamakan dalam hal bentuk dan kegunaan, namun dalam penempatannya disesuaikan dengan kondisi lahan yang dimiliki oleh peternak dan jumlah ternak yang ada. Hubungan Produksi Dalam penelitian ini, hubungan produksi mengacu pada bentuk hubungan antara peternak sebagai pemilik dengan pekerja baik dalam keluarga inti maupun keluarga dekat. Hubungan produksi secara luas membahas mengenai hubungan yang terjalin antara peternak dengan pembeli, peternak dengan peternak lain, ataupun peternak dengan institusi atau kelembagaan (Mauludin, 2014). Struktur hubungan produksi dalam moda produksi semi-petty commodity tidak hierarkis namun egaliter. Hal tersebut disebabkan unit produksi atau tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja keluarga inti dan keluarga dekat. Peternak sapi perah pada umumnya mengerjakan kegiatan yang terkait dengan aktivitas atau proses produksi, yaitu mulai dari membersihkan kandang, memandikan ternak, memberi pakan, dan melakukan pemerahan. Budaya yang berkembang menjadikan toleransi sebagai acuan dalam hubungan produksi, hal tersebut terlihat dengan sifat hubungan produksi yang non eksploitatif. Penerima program bantuan demo farm telah melewati beberapa tahapan diawali dengan mengumpulkan persyaratan, kemudian mengisi formulir aplikasi demo farm, verifikasi oleh pihak tim demo farm, hingga dinyatakan sebagai penerima demo farm. Hasil penelitian analisis moda produksi usaha peternakan sapi perah penerima demo farm program ddcp di wilayah subang selatan dalam hubungan produksi pada 11 orang peternak penerima demo farm program DDCP disajikan pada Tabel 4.
9 Tabel 4. Hubungan Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah Penerima Demo Farm Indikator yang diamati 1) Pemilikan 2) Batas sosial hubungan 3) Struktur hubungan produksi 4) Sifat hubungan produksi 5) Hubungan kerja Hasil Pengamatan Pemilihan peternak berdasarkan pada aspek sosial dan aspek teknis Penilaian dilakukan oleh Yayasan Sahabat Cipta dan KPSBU Tidak adanya unsur nepotisme atau kedekatan dalam pemilihan penerima demo farm Tenaga kerja hanya berasal dalam keluarga inti dan keluarga dekat Penambahan tenaga kerja yang berasal dari keluarga dekat bermaksud untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarga dekat dan memberikan pembelajaran dalam mengelola usaha ternak sapi perah Struktur hubungan produksi berbentuk egaliter dikarenakan peternak dan tenaga kerja memiliki hubungan dekat dalam keluarga hubungan produksi antara peternak dan tenaga kerja bersifat non eksploitatif cenderung mengarah pada pembelajaran tenaga kerja dapat berinovasi dalam mengelola usaha peternakan sapi perah peternak demo farm menjadi contoh bagi peternak lain peternak demo farm menyampaikan informasi mengenai pengelolaan usaha peternakan sapi perah pada peternak lain jika dimintai bantuan, peternak demo farm membantu peternak lain dalam pengelolaan usaha peternakannya 1. Pemilikan Dalam pemilihan penerima demo farm terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi diantaranya menjadi anggota KPSBU dengan catatan keanggotaan baik, serta memiliki lahan sendiri yang luas lahannya cukup untuk kebutuhan demo farm., dengan kata lain pemilihan peternak yang mendapatkan program demo farm dilihat dari banyak aspek diantaranya aspek teknis dan aspek sosial. Aspek teknis meliputi umur, pendidikan, pengalaman pelatihan, jumlah tanggungan, jumlah pendapatan, status kredit, pengalaman beternak, kepemilikan ternak, kepemilikan lahan, kepemilikan biogas. Aspek sosial meliputi karakter, integritas dan komitmen, kapasitas dan kapabilitas, kepemimpinan, dan lain-lain. Aspek sosial dan aspek teknis pemilihan penerima demo farm disajikan dalam tabel 5.
10 Tabel 5. Kriteria Penerima Demo Farm Aspek Jumlah...%... Umur 2 Pendidikan 8 Pengalaman Pelatihan 8 Ketergantungan 3 Sumber Pemasukan 2 Status Kredit 6 Pengalaman Beternak 1 Kepemilikan Sapi 8 Kepemilikan Lahan 12 Kepemilikan Biogas 2 Karakter 8 Integritas dan Komitmen 8 Kapasitas dan Kapabilitas 9 Kepemimpinan 9 Lain-lain 5 Jumlah Batas Sosial Hubungan Pemilihan tenaga kerja yang berasal dari tenaga kerja inti dan keluarga dekat lebih cenderung dalam pemberdayaan anggota keluarga. Penambahan tenaga kerja dimaksudkan untuk membantu keadaan ekonomi keluarga dekat, serta mengajarkan tentang bagaimana cara mengelola usaha ternak sapi perah yang baik. Pemilihan tenaga kerja tambahan dilihat dari kedekatan tenaga kerja dengan peternak dalam hal ini keluarga inti dan keluarga dekat. Dari sebelas orang penerima program demo farm keseluruhannya memanfaatkan tenaga kerja yang bersal dalam keluarga inti, namun terdapat tiga orang peternak yang memiliki tenaga kerja bantuan luar keluarga inti, seluruhnya berasal dari keluarga dekat yang sedang tidak memiliki pekerjaan, disamping membantu kondisi ekonomi, pemilihan tenaga kerja dari keluarga dekat juga dapat memberikan pengetahuan yang lebih mengenai pengelolaan usaha ternak sapi perah, sehingga nantinya jika tenaga kerja telah memiliki modal yang cukup, mereka bisa secara mandiri mendirikan usaha peternakan sapi perah. 3. Struktur Hubungan Produksi Struktur yang berlaku pada moda produksi semi-petty commodity tergolong egalitarian, semua sama dalam struktur anggota keluarga kecuali kepala keluarga yang memiliki peran yang lebih dominan berdasarkan usia, pengalaman, dan akses yang luas. (Mauludin, 2014). Seluruh informan yang memiliki tenaga kerja bantuan menerapkan struktur berdasarkan kekeluargaan.
11 Tenaga kerja diberikan kebebasan dalam melaksanakan kegiatan, namun ada batasan dan target bersama yang harus dipenuhi hal tersebut dimaksudkan agar tenaga kerja memiliki rasa tanggung jawab akan pekerjaan yang dilakukan. Selain kebebasan, peternak memberikan bantuan lain dalam meningkatkan taraf kehidupan pekerja Melihat fenomena tersebut maka peternak penerima demo farm termasuk kedalam tipe moda produksi egalitarian komunis yang disusun oleh kekuatan yang maju dan hubungan produksi egalitarian yang kompleks, serta memiliki struktur hubungan produksi semi-petty commodity dimana semua unit kerja sama dalam struktur anggota keluarga kecuali kepala keluarga yang memiliki peran yang lebih dominan. 4. Sifat Hubungan Produksi Budaya yang berkembang di wilayah Subang Selatan yang saling menghargai sesama manusia tercermin dalam usaha peternakan sapi perah. Sifat hubungan produksi dalam moda produksi semi-petty commodity adalah non eksploitatif yang disebabkan oleh banyaknya tenggang rasa antara peternak dengan tenaga kerja. Hal tersebut sesuai pernyataan Mauludin (2014), yang menjelaskan bahwa dalam moda produksi semi-petty commodity memiliki hubungan produksi non eksploitatif. Keterkaitan hubungan produksi dengan buruh bisa jadi dari keluarga inti ataupun keluarga dekat yang membutuhkan pekerjaan menjadi buruh ternak. Aktivitas buruh ternak adalah semua pekerjaan dikerjakan mulai dari mencari rumput, membersihkan kandang dan ternak sapi dilanjutkan dengan memotong rumput dan memberikan rumput atau konsentrat pada ternak dan diakhiri dengan pemerahan yang dilanjutkan dengan penyetoran susu ke TPS. Pada informan yang mempekerjakan tenaga kerja yang berasal dari keluarga dekat, seluruhnya menerapkan sifat hubungan produksi non eksploitatif, hal tersebut terlihat dari peran peternak yang mengajak tenaga kerja tambahan untuk bekerja bukan dengan memerintah. 5. Hubungan Kerja Peternak demo farm memiliki kewajiban untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan yang didapatkannya kepada peternak lain. Dari 11 orang informan keseluruhannya merupakan tokoh masyarakat yang memiliki hubungan kerja yang baik dengan peternak sekitar. Menurut Griffith (2002), kemampuan komunikasi merupakan faktor penentu kesuksesan setiap individu maupun organisasi untuk bertahan dalam persaingan yang sangat kompetitif. Melihat pentingnya komunikasi dalam organisasi, efektivitas komunikasi akan sangat menentukan kesuksesan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pada saat program demo farm berjalan, setiap satu minggu sekali diadakan pertemuan membahas mengenai cara mengelola usaha ternak sapi perah yang baik.
12 Perubahan Moda Produksi Tabel 6. Perubahan Sebelum dan Setelah Demo Farm Aspek Moda Produksi Semi-Petty Comnodity Sebelum Demo Farm Setelah Demo Farm A. Kekuatan Produksi 1. Pengembangan Peternakan 9 skala kecil, 2 skala menengah 7 skala kecil, 2 skala menengah, 2 skala besar, 1 berhenti 2. Tenaga Kerja Keluarga inti Keluarga inti + keluarga dekat 3. Produksi Susu Rata-rata 8,68 Rata-rata 11,18 liter/ekor/hari liter/ekor/hari 4. Pengetahuan dan Keterampilan Tradisional Pengetahuan dan keterampilan meningkat 5. Bangunan Tradisional Mengalami perubahan B. Hubungan Produksi 1. Pemilikan Kepemilikan lahan dan ternak pribadi Kepemilikan lahan dan ternak pribadi 2. Batas Sosial Hubungan Keluarga inti Keluarga inti + keluarga dekat 3. Struktur Hubungan Egalitarian Egalitarian Produksi 4. Sifat Hubungan Non eksploitatif Non eksploitatif Produksi 5. Hubungan Kerja Saling membantu Saling membantu SIMPULAN 1. Kekuatan produksi peternakan sapi perah penerima demo Farm di wilayah Subang Selatan mengalami perubahan sebelum dan setelah menerima program bantuan demo Farm DDCP. Hal tersebut terlihat dari adanya perubahan jumlah kepemilikan sapi perah, jumlah tenaga kerja, jumlah produksi susu, pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usaha peternakan sapi perah, dan bentuk kandang yang mengalami perubahan. 2. Hubungan produksi yang terjadi sebelum dan setelah adanya demo farm program DDCP bersifat egaliter dan non eksploitatif. 3. Moda produksi yang terbentuk menggambarkan keadaan dari suatu peternakan sapi perah, dimana sebelum dan setelah adanya program demo farm Program DDCP muncul moda produksi semi-petty commodity.
13 UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Dr. Ir. Hj. Lilis Nurlina, M.Si., selaku pembimbing utama dan M. Ali Mauludin S.Pt. M.Si., selaku pembimbing anggota yang tak pernah lelah untuk membimbing, mendukung, dan meluangkan waktu bagi penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Yayasan Sahabat Cipta dan KPSBU yang sudah memfasilitasi dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Griffith, D. A The role of communicayion competencies in international business relationship development. Journal of World Business. 37 (4) University of Hawaii. Honolulu. Kementrian Pertanian RI Rancangan Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun Kementerian Pertanian RI. Pertanian RI Kebijakan Pembangunan Pertanian Kementerian Mauludin, M. Ali Pengembangan Peternakan Sapi Perah dan Perubahan Struktur Sosial di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Tesis IPB. Bogor. Munandar, M. Sulaeman Metodologi Penelitian Sosial Pendekatan Kualitatif. Laboratorium Sosiologi Penyuluhan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung. Paturochman, M Penentuan Jumlah dan Teknik Pengambilan Sampel. Universitas Padjadjaran. Bandung. Russel, W. James Modes Of Production in World History. Routledge. London dan New York. Shanin, Teodor Defining Peasant. Essays Coserning Rural Societis, Exspolary Economies, and Learning From Them in The Contemporary World. Basil Blackwell. Cambridge. Wiratha, I Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Andi Offset. Yogyakarta.
14 LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING DAN PERNYATAAN PENULIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Agung Dwi Pambudi Wasono NPM : Judul Artikel : Analisis Moda Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah Penerima Demo FarmProgram DDCP Di Wilayah Subang Selatan Menyatakan bahwa artikel ini merupakan hasil penelitian penulis data dan tulisan ini bukan hasil karya orang lain, ditulis dengan kaidah-kaidah ilmiah dan belum pernah dipublikasikan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun. Penulis bersedia menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan dalam pernyatan ini. Dibuat di Jatinangor, Tanggal 20 Januari 2016 Mengetahui, Penulis, Pembimbing Utama, (...) ( ) Pembimbing Anggota, ( )
1 I PENDAHULUAN. sapi perah sehingga kebutuhan susu tidak terpenuhi, dan untuk memenuhi
1 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesadaran masyarakat Indonesia akan konsumsi susu terus meningkat seiring dengan meningkatnya populasi dan kesejahteraan penduduk. Peningkatan permintaan susu tersebut
Lebih terperinciPENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia, 90% merupakan peternakan sapi perah rakyat dengan kepemilikan kecil dan pengelolaan usaha yang masih tradisional. Pemeliharaan yang
Lebih terperinci1 III METODE PENELITIAN. (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jabar yang telah mengikuti program
18 1 III METODE PENELITIAN 1.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian ini adalah peternak sapi perah anggota KPSBU (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jabar yang telah mengikuti program pembinaan
Lebih terperinciOrientasiNilaiKerjaDalamMencapaiKeberlanjutan Usaha... DendiMeilandi
Orientasi Nilai Kerja Peternak Sapi Perah Dalam Mencapai Keberlanjutan Usaha (Studi Kasus pada Peternak Penerima Demo Farm di Wilayah Subang Selatan Provinsi Jawa Barat) Orientation Of The Value Working
Lebih terperinciManfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase... Andrian Lutfiady
MANFAAT FINANSIAL PENGGUNAAN RANSUM BERBASIS SILASE BIOMASA JAGUNG PADA PETERNAKAN SAPI PERAH FINANCIAL BENEFITS OF BIOMASS SILAGE RATION CORN BASED ON SMALL HOLDER DAIRY FARMS Andrian Lutfiady*, Rochadi
Lebih terperinci1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Ciater terbagi kedalam 7 desa dengan luas wilayahnya, antara lain:
37 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1.1.1 Keadaan Fisik Wilayah Penelitian Secara administratif, Ciater merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Subang, Jawa
Lebih terperinciKorelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji
Korelasi antara Nilai Frame Score dan Muscle Type dengan Bobot Karkas pada Sapi Kebiri Australian Commercial Cross (Studi Kasus di Rumah Potong Hewan Ciroyom, Bandung) Correlation between Frame Score and
Lebih terperinciHubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni
HUBUNGAN ANTARA DINAMIKA KELOMPOK DENGAN KEBERDAYAAN PETERNAK KAMBING PERAH PERANAKAN ETTAWA RELATIONSHIP BETWEEN GROUP DYNAMICS WITH EMPOWERMENT DAIRY GOAT FARMERS ( Suatu Kasus pada Kelompok Mandiri
Lebih terperinciHubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal...Muhammad Fauzi
HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PETERNAK DALAM BETERNAK SAPI PERAH (Kasus Pada Kelompok Peternak Sapi Perah TPK Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten
Lebih terperinciHubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga
HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BOBOT BADAN KAWIN PERTAMA SAPI PERAH FRIES HOLLAND DENGAN PRODUKSI SUSU HARIAN LAKTASI PERTAMA DAN LAKTASI KEDUA DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS) PANGALENGAN JAWA
Lebih terperinciEvaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi
EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN PADA SAPI PERAH LAKTASI PRODUKSI SEDANG MILIK ANGGOTA KOPERASI DI KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (KPBS) PANGALENGAN Refi Rinaldi*, Iman Hernaman**, Budi Ayuningsih** Fakultas
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DAN DINAMIKA MODA PRODUKSI USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DI PANGALENGAN JAWA BARAT. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
Sosiohumaniora, Volume 19 No. 1 Maret 2017 : 37-44 PENGEMBANGAN DAN DINAMIKA MODA PRODUKSI USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DI PANGALENGAN JAWA BARAT M. Ali Mauludin 1., Syahirul Alim 1., dan Viani P. Sari
Lebih terperinciAnimal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :
Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA PETERNAK
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 dikatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Jalancagak. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Ciater adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 7.819,87 Ha. Batas administratif wilayah
Lebih terperinciAnimal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :
Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 839 844 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN PERILAKU DENGAN MOTIVASI PARA PETERNAK DI PAGUYUBAN KAMBING PERAH PERANAKAN
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN KINERJA KARYAWAN THE RELATION BETWEEN MOTIVATION AND EMPLOYEE PERFORMANCE
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN KINERJA KARYAWAN (Kasus pada Koperasi Serba Usaha Tandangsari Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat) THE RELATION BETWEEN MOTIVATION AND EMPLOYEE
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI USAHA DAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN PETERNAKAN KELINCI PEDAGING BUSINESS EFFICIENCY AND INCOME ANALYSIS ON MEAT RABBIT COMPANY
ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN PETERNAKAN KELINCI PEDAGING BUSINESS EFFICIENCY AND INCOME ANALYSIS ON MEAT RABBIT COMPANY Kevin Novarsy*, Linda Herlina**, Adjat Sudradjat**. Universitas
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI
53 BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI 4.1 Sejarah Perkembangan KPSBU Jabar Bangsa Belanda mulai memperkenalkan sapi perah kepada masyarakat Lembang sekitar tahun 1800-an. Seiring dengan berjalannya waktu,
Lebih terperinciLilis Nurlina Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Hubungan Antara Tingkat Pelayanan Sarana Produksi dan Kegiatan Penyuluhan dengan Keberlanjutan Usaha Anggota Koperasi Relation Between Input Service Level and Extension Activity with Cooperative s Member
Lebih terperinciPengembangan Kapasitas, Kesimpulan & Rekomendasi DIFS Live Pakan Sapi Perah WORKSHOP PENUTUPAN DIFS LIVE PROJECT JAKARTA, NOVEMBER 21, 2017
Pengembangan Kapasitas, Kesimpulan & Rekomendasi DIFS Live Pakan Sapi Perah WORKSHOP PENUTUPAN DIFS LIVE PROJECT JAKARTA, NOVEMBER 21, 2017 Isi presentasi Pendekatan dan aktivitas utama DIFS Live Pakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak
24 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang diamati yaitu pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografi Wilayah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, yang terdiri dari Kampung Nyalindung, Babakan dan Cibedug, merupakan bagian dari wilayah Desa Cikole.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pentingnya pemenuhan gizi seimbang melalui konsumsi pangan yang beraneka ragam sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang paling utama, dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah nasional menghadapi tantangan dari negara-negara maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang saat ini masih
Lebih terperinciPeran Modal Sosial dalam Menunjang Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah (Studi Kasus di Kelompok 3 TPK Pulosari Pangalengan)
JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2014, VOL. 1, NO. 10, 52-57 Peran Modal Sosial dalam Menunjang Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah (Studi Kasus di Kelompok 3 TPK Pulosari Pangalengan) The Role Of Social Capital
Lebih terperinciANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI
ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI YENI MARLIANI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. selesai, seekor induk sapi perah harus diafkir, dan diganti dengan induk baru yang
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Eksistensi induk dalam usaha sapi perah sangat penting, selain sebagai asset juga sebagai faktor produksi utama dalam proses produksi. Setelah masa produktif selesai,
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berkembang paling pesat di negara-negara berkembang. Ternak seringkali dijadikan sebagai aset non lahan terbesar dalam
Lebih terperinciHubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI PERAH (Kasus di Kelompok Peternak Wargi Saluyu Desa Haurngombong Kecamatan Pamulihan Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam
21 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam persaingan agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian di Indonesia. Subsektor peternakan sebagai bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan
Lebih terperinciMILK PRODUCTION CURVE MODEL ON FIRST AND SECOND LACTATION IN FRIESIAN HOLSTEIN COWS AT PT.ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN
MODEL KURVA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN PERIODE LAKTASI 1 DAN 2 DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN MILK PRODUCTION CURVE MODEL ON FIRST AND SECOND LACTATION IN FRIESIAN HOLSTEIN COWS
Lebih terperinciPERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI
PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI (Comparison of Two Methods for Estimating Milk Yield in Dairy Cattle Based on Monthly Record) E. Kurnianto
Lebih terperinciANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SUSU SEGAR (Studi Kasus Usaha Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI ARIEF AMIN SINAGA
ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SUSU SEGAR (Studi Kasus Usaha Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI ARIEF AMIN SINAGA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA
ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
Lebih terperinciReny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK
ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE (PO) AFKIR (STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI TERNAK SUKAMAJU II DESA PURWODADI KECAMATAN TANJUNG SARI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) Reny Debora Tambunan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.995, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Penyediaan dan Peredaran Susu. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMENTAN/PK.450/7/2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEREDARAN SUSU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dede Upit, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan salah satu komoditi utama subsektor peternakan. Dengan adanya komoditi di subsektor peternakan dapat membantu memenuhi pemenuhan kebutuhan protein
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan
Lebih terperinciAplikasi Teknologi Pakan, Kandang dan Bibit...Fitrya Russanti
PENGARUH APLIKASI TEKNOLOGI PAKAN, KANDANG DAN BIBIT TERHADAP PENERIMAAN USAHA PETERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI KECAMATAN CIATER KABUPATEN SUBANG THE INFLUENCE OF THE FEEDING, STABLE AND BREEDING APPLICATION
Lebih terperinciANALISIS FINANSIAL PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KOTA TOMOHON (STUDI KASUS DIKELOMPOK RAMULU SANGKOR)
ANALISIS FINANSIAL PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KOTA TOMOHON (STUDI KASUS DIKELOMPOK RAMULU SANGKOR) Ray Paksi Labodu*, Erwin Wantasen**,M.T. Massie ** dan Frangky N.S. Oroh ** Fakultas Peternakan Universitas
Lebih terperinciJURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2015, VOL.15, NO.2
Analisis Manfaat Sosial-Ekonomi Kredit Sapi Perah Bergulir Mandiri bagi Anggota Koperasi (Kasus Di Kpsbu Jabar Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat) (Analysis Of Socio-Ecomic Advantage Of Kredit Sapi
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan
19 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan objek adalah peternak sapi perah yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sebagai sumber protein hewani karena hampir 100% dapat dicerna.
Lebih terperinciANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor)
ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor) SKRIPSI FAJAR MUTAQIEN PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS
Lebih terperinciHUBUNGAN KARAKTERISTIK INOVASI DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PETERNAK PADA PENYULUHAN PEMBUATAN SILASE UNTUK TERNAK DOMBA
HUBUNGAN KARAKTERISTIK INOVASI DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PETERNAK PADA PENYULUHAN PEMBUATAN SILASE UNTUK TERNAK DOMBA (Kasus di Kelompok Saung Domba Desa Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten
Lebih terperinciJURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2011, VOL. 11, NO. 1, 27-34
JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2011, VOL. 11, NO. 1, 27-34 Hubungan Keberdayaan Peternak Sapi Perah Dengan Tingkat Keberhasilan Usaha Ternak (Correlation Between Dairy Farmer s Power and Level of Farming Succeeding)
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan pembangunan dalam usaha dibidang pertanian, khusunya peternakan dapat memberikan pembangunan yang berarti bagi pengembangan ekonomi maupun masyarakat. Pembangunan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.1.1 Kabupaten Subang Kabupaten Subang adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat terletak di antara 107 o 31 107 0 54 Bujur Timur dan
Lebih terperinciANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG
ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI AYU PRIHARDHINI SEPTIANINGRUM PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA PENGADEGAN JAKARTA SELATAN
HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA PENGADEGAN JAKARTA SELATAN SKRIPSI NUR HAFIZAH TRISTY DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI
Lebih terperinciV. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar
V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.
Lebih terperinciPeran Koperasi Unit Desa (KUD) Andini Luhur Getasan dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
AGRISTA : Vol. 4 No. 3 September 216 : Hal. 157-169 ISSN 232-1713 Peran Koperasi Unit Desa (KUD) Andini Luhur Getasan dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung
Lebih terperinciHubungan Antara Peran Penyuluh...Satriyawan Hendra W
HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DENGAN TINGKAT PENERAPAN PENYAJIAN RUMPUT PADA PETERNAKAN SAPI PERAH ( Kasus Pada Kelompok Peternak Sapi Perah Pamegatan, Desa Mekarjaya, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Sejarah Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat Hal yang melatarbelakangi pembentukan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) adalah adanya permasalahan
Lebih terperinciANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)
ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut) THE ANALYSIS OF MARKETING CHANNEL AND MARGIN ON BUFFALO (A Case Study in the Bungbulang District Garut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
33 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah Penelitian Kecamatan Ciater merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Subang. Sebelumnya, Kecamatan
Lebih terperinciPERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI
PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN
Lebih terperinciMOTIVASI BERPRESTASI PETERNAK SAPI PERAH DALAM MENCAPAI KEBERHASILAN USAHA THE ACHIEVEMENT MOTIVATION OF DAIRY FARMER IN ACHIEVING BUSINESS SUCCEED
MOTIVASI BERPRESTASI PETERNAK SAPI PERAH DALAM MENCAPAI KEBERHASILAN USAHA THE ACHIEVEMENT MOTIVATION OF DAIRY FARMER IN ACHIEVING BUSINESS SUCCEED *, Marina Sulistyati**, dan Lilis Nurlina** Fakultas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan
Lebih terperincidengan usaha pemeliharaannya (BAPPENAS, 2006). Sasaran yang akan dicapai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah selama tahun dalam kaitannya
PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMASARAN SUSU UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN INDUSTRI SAPI PERAH DI JAWA TENGAH (Strengthening the Institutional on Milk Marketing to Support the Development of Dairy Cattle Industry
Lebih terperinciEVALUASI KONDISI PERKANDANGAN DAN TATALAKSANA PEMERAHAN PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KPSBU LEMBANG
EVALUASI KONDISI PERKANDANGAN DAN TATALAKSANA PEMERAHAN PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KPSBU LEMBANG EVALUATION OF HOUSING CONDITION AND MILKING PROCEDURES ON DAIRY FARMER GROUP IN KPSBU LEMBANG
Lebih terperinciANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga
VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI
SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT PADA PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI Oleh : 060810228 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012
Lebih terperinciHubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Karyawan Koperasi Desi Rosmala
HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN KETUA UMUM DENGAN KINERJA KARYAWAN KOPERASI (Kasus di Koperasi Serba Usaha Tandangsari Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat) THE RELATION BETWEEN
Lebih terperinci(Studi Kasus di Keiurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor)
@I% FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT 00 r PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAP1 PERAH (Studi Kasus di Keiurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor) SUSI SUHERNI PROGRAM STUD1 SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
Lebih terperinciRespon Peternak Sapi Perah... Dwi Sulistia Anggarani RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENYULUHAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYAKIT MASTITIS
RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENYULUHAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYAKIT MASTITIS Dwi Sulistia Anggarani*, Marina Sulistyati, dan Hermawan Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun
Lebih terperinciLampiran 1 Kuisioner Peternak Pemasok Susu Segar
LAMPIRAN 47 Lampiran 1 Kuisioner Peternak Pemasok Susu Segar KUISIONER PETERNAK SAPI PERAH Wilayah Kabupaten : Kecamatan : Tanggal Wawancara : Nama Enumerator : I.Identitas Peternak 1. Nama Pemilik : 2.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DENGAN PENGEMBANGAN KAPASITAS WANITA PEDESAAN DALAM ASPEK PENGOLAHAN SUSU
HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DENGAN PENGEMBANGAN KAPASITAS WANITA PEDESAAN DALAM ASPEK PENGOLAHAN SUSU (Kasus pada Kelompok Olahan Susu, Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi) RELATION
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP
TINGKAT ADOPSI INOVASI PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO DALAM PAKAN TERNAK SAPI POTONG ( Studi Kasus Pada Kelompok Tani Karya Abadi Sungai Buluh, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman ) SKRIPSI Oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Metode
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Peternakan Kambing Perah Bangun Karso Farm yang terletak di Babakan Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis pakan
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil
9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Peternakan Sapi Perah Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil susu. Susu didefinisikan sebagai sekresi fisiologis dari kelenjar ambing. di antara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Agribisnis merupakan salah satu sektor dalam kegiatan perekonomian berbasis kekayaan alam yang dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan usaha berorientasi keuntungan. Sektor
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang berada ditpk Sukamenak Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.
17 3.1. Objek Penelitian III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah anggota KPBS Pangalengan yang berada ditpk Sukamenak Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. 3.2.
Lebih terperinciPENGANTAR. guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun
PENGANTAR Latar Belakang Upaya peningkatan produksi susu segar dalam negeri telah dilakukan guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun ke tahun. Perkembangan usaha sapi perah
Lebih terperinci7.2. PENDEKATAN MASALAH
kebijakan untuk mendukung ketersediaan susu tersebut. Diharapkan hasil kajian ini dapat membantu para pengambil kebijakan dalam menentukan arah perencanaan dan pelaksanaan penyediaan susu serta mampu mengidentifikasi
Lebih terperinciCAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014
SKPD No Misi dan kebijakan : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang Program yang direncanakan CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014 Indikator Program
Lebih terperinciEVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat)
EVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat) EVALUATION OF THE PERFORMANCE PRODUCTION OF PROGENY IMPORTED HOLSTEIN
Lebih terperinciAnalisis Hubungan Fungsi Pemasaran.Rika Destriany
ANALISIS HUBUNGAN FUNGSI PEMASARAN DENGAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGECER SUSU SEGAR DI KOPERASI PETERNAK SAPI BANDUNG UTARA (KPSBU) LEMBANG Rika Destriany*, Maman Paturochman, Achmad Firman Universitas
Lebih terperinciHUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH
HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Kasus Perusahaan Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI EVA SUSANTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI
Lebih terperinciPERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan)
PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan) COMPARISON OF PRODUCTION PERFORMANCE OF IMPORTED HOLSTEIN DAIRY COWS WITH THEIR PROGENY
Lebih terperinciLingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :
PROJECT DIGEST NAMA CLUSTER : Ternak Sapi JUDUL KEGIATAN : DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI pembibitan menghasilkan sapi bakalan super (bobot lahir > 12 kg DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TTU PENANGGUNG JAWAB
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dwiguna yang dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging dan susu.
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang membantu dalam pemenuhan gizi masyarakat di Indonesia. Produk peternakan berupa daging, susu, telur serta bahan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kambing perah merupakan salah satu ternak penghasil susu. Susu
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing perah merupakan salah satu ternak penghasil susu. Susu merupakan sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan masyarakat. Susu merupakan sumber protein utama
Lebih terperinciHUBUNGAN FUNGSI-FUNGSI KOPERASI DENGAN KEBERDAYAAN PETERNAK SAPI PERAH ( Kasus pada Koperasi Persusuan di Kabupaten Bandung) Unang Yunasaf
1 HUBUNGAN FUNGSI-FUNGSI KOPERASI DENGAN KEBERDAYAAN PETERNAK SAPI PERAH ( Kasus pada Koperasi Persusuan di Kabupaten Bandung) Unang Yunasaf Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari: fungsi-fungsi
Lebih terperinciHubungan Antara Dinamika Kelompok Peternak Ghufron Purnama Putra
HUBUNGAN ANTARA DINAMIKA KELOMPOK PETERNAK SAPI PERAH DENGAN TINGKAT ADOPSI INOVASI BIOGAS (Survei di Kelompok Peternak Wargi Saluyu Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang) CORRELATION
Lebih terperinciE. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK
PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI (Comparison of Two Methods for Estimating Milk Yield in Dairy Cattle Based on Monthly Record) E. Kurnianto,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat
Lebih terperinciPERANAN KOPERASI DALAM MENDORONG PEMBANGUNAN KAPASITAS PETERNAK SAPI PERAH UNTUK MENCAPAI SKALA USAHA LAYAK
PERANAN KOPERASI DALAM MENDORONG PEMBANGUNAN KAPASITAS PETERNAK SAPI PERAH UNTUK MENCAPAI SKALA USAHA LAYAK THE ROLE COOPERATIVE IN PUSHING DAIRY CATTLE CAPACITY BUILDING TO RANCHED FEASIBLE SCALE Aris
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) SKRIPSI MUKHAMAD FATHONI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
Lebih terperinciSTRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN JAWA TENGAH TAHUN 2014
No. 78/12/33 Th. VIII, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN JAWA TENGAH TAHUN 2014 TOTAL BIAYA PRODUKSI UNTUK USAHA SAPI POTONG SEBESAR 4,67 JUTA RUPIAH PER EKOR PER TAHUN, USAHA SAPI PERAH
Lebih terperinci