1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Ciater terbagi kedalam 7 desa dengan luas wilayahnya, antara lain:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Ciater terbagi kedalam 7 desa dengan luas wilayahnya, antara lain:"

Transkripsi

1 37 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian Keadaan Fisik Wilayah Penelitian Secara administratif, Ciater merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Subang, Jawa Barat dengan wilayah seluas 7.819,87 Ha. Wilayah Kecamatan Ciater terbagi kedalam 7 desa dengan luas wilayahnya, antara lain: 1. Desa Ciater seluas Ha 2. Desa Cibeusi seluas Ha 3. Desa Cibitung seluas Ha 4. Desa Cisaat seluas Ha 5. Desa Nagrak seluas Ha 6. Desa Palasari seluas Ha 7. Desa Sanca seluas Ha. Batas administrasi wilayah Kecamatan Ciater berbatasan dengan: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Jalancagak. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat. c. Sebelah Timur berbasatasan dengan Kecamatan Kasomalang. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sagalaherang. Sebagaimana dengan daerah-daerah lain di Indonesia, Kecamatan Ciater memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Suhu di Kecamatan Ciater berkisar antara 22 C sampai 32 C dengan kelembapan sekitar 60-70%. Jumlah curah hujan tahunan berfluktuasi rata-rata adalah mm/tahun yang diiringi pola iklim basah sepanjang tahun. Berdasarkan iklim tersebut daerah Ciater

2 38 potensial untuk pengembangan sapi perah, mengingat kondisi klimatologis yang mendukung untuk pemeliharaan sapi perah FH di Indonesia yaitu tempat berketinggian m dari permukaan laut dan bersuhu C dengan kelembaban 55% (Firman, 2007). Penduduk Kecamatan Ciater pada Tahun 2013 berjumlah jiwa terdiri dari jiwa (50,7%) laki-laki, dan jiwa (49,3%) perempuan. Sebagian besar penduduk Kecamatan Ciater pendidikannya masih tergolong rendah yaitu lulusan Sekolah Dasar (SD)/sederajat. Pendidikan tertinggi yang ditempuh oleh penduduk adalah pendidikan strata 3, namun dengan jumlah yang sedikit. Tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Ciater Tahun 2013 ditunjukkan dalam Tabel 1. Tabel 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Ciater Tahun 2013 NO Pendidikan Laki-laki Perempuan 1 Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Perguruan Tinggi Jumlah Sumber: Dokumen Kecamatan Ciater 2013 Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Ciater sebagian besar adalah sebagai petani dan mata pencaharian lainnya adalah sebagai buruh tani, PNS, pedagang, peternak, dll. Penggolongan penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 3.

3 39 Tabel 3. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Ciater NO Mata Pencaharian Jumlah Orang % 1 Petani ,04 2 Buruh Tani ,31 3 PNS 175 1,98 4 Pengrajin 125 1,41 5 Pedagang Keliling 683 7,73 6 Peternak 257 2,91 7 Perikanan 16 0,18 8 Bidan dan Perawat 30 0,34 9 Dokter 1 0,01 10 TNI/POLRI 26 0,29 11 Pensiunan 334 3,78 12 Pengusaha 133 1,50 13 Karyawan Swasta/Pemerintah ,27 14 Jasa Lain 197 2,23 Jumlah ,00 Sumber: Kecamatan Ciater 2013 Mayoritas mata pencaharian penduduk di Kecamatan Ciater yaitu sebagai petani (37,04%) dan buruh tani (22,31%) karena sebagian besar wilayahnya berupa tanah perkebunan dan tanah sawah. Masyarakat Kecamatan Ciater yang bekerja sebagai peternak masih sedikit (2,91%), karena kurangnya ketersediaan lahan yang dimiliki penduduk Kecamatan Ciater, status pekerjaan lain yang dirasakan lebih menjamin, merasa terganggu dengan bau limbah sapi, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang usaha peternakan sapi perah, keterampilan dalam usaha sapi perah yang kurang memadai, dan permodalan kurang memadai.

4 Keadaan Peternak Sapi Perah di Daerah Penelitian Pada umumnya peternakan sapi perah di wilayah Kecamatan Ciater merupakan peternakan rakyat atau dengan skala kepemilikan kecil yaitu kurang dari 10 ekor, sehingga mengakibatkan pendapatan yang dihasilkan oleh peternak rendah dan belum dapat mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Adapun penggolongan peternakan sapi perah di Kecamatan Ciater dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Skala Usaha Peternak Sapi Perah di Kecamatan Ciater NO Skala Usaha Jumlah Orang % 1 Rendah 65 42,50 2 Sedang 88 57,50 3 Tinggi 0 0,00 Jumlah ,00 Sumber: Kecamatan Ciater 2013 Berdasarkan Tabel 4, peternakan yang ada merupakan peternakan sapi perah menengah (57,50%) dan peternakan sapi perah rakyat (42,50%). Faktor yang berhubungan dengan kurangnya perkembangan/ kemajuan usaha sapi perah di wilayah Kecamatan Ciater yaitu kurangnya intensitas keikutsertaan peternak dalam penyuluhan/bimbingan teknis usaha sapi perah; atau kurangnya pengetahuan peternak tentang pengembangan usaha sapi perah; kurang optimalnya perilaku positif peternak dalam mengelola usaha sapi perah; kurang optimalnya tambahan

5 41 modal pengembangan; dan kurang optimalnya sistem pengelolaan yang menjamin tersedianya Pada Tahun 2011 masuklah program atas kerjasama antara PT. Danone Dairy Indonesia dan KPSBU Jabar ke wilayah Kecamatan Ciater. Program tersebut diberi nama Dairy Development Ciater Program (DDCP), dengan dibantu Yayasan Sahabat Cipta sebagai pelaksana program. Program DDCP diberikan kepada peternak sapi perah anggota KPSBU yang berada di wilayah Kecamatan Ciater. Adapun beberapa program yang diberikan yaitu penerapan teknologi pakan, kandang, bibit dan penyuluhan. Teknologi kandang merupakan program perubahan kandang, dimana layout kandang dan fasilitas kandang diubah dengan model rancangan dari DDCP. Model layout kandang dari DDCP yaitu terdiri dari adanya kandang pedet (portable), kandang dara, tempat penyimpanan hijauan, dan tie strap. Teknologi kandang atau yang biasa disebut dengan Demo Farm tersebut diberikan kepada 11 orang peternak (ketua kelompok). Selain itu, fasilitas kandang yang diubah yaitu tempat pakan, tempat minum, pemberian karpet dan instalasi biogas. Tempat pakan yang sebelumnya masih diatas atau masih beralaskan tanah diubah letaknya sehingga menjadi di bawah dengan berbahan baku semen. Tempat minum diubah menjadi tempat minum ad-libitum, sehingga dapat lebih memudahkan peternak dalam pemberian minum. Perubahan tempat pakan dan tempat minum atau A La Carte atau pokopan diberikan kepada anggota kelompok. Teknologi bibit merupakan pemberian penyuluhan tentang bibit yang unggul dan pemberian kredit bibit bergulir, dimana bibit yang diberikan merupakan bibit yang sudah diseleksi terlebih dahulu. Adapun dalam pemilihan penerima program ini terdapat berbagai pertimbangan, diantaranya yaitu peternak yang tidak memiliki

6 42 kredit sebelumnya, kandang peternak mampu menampung sapi kredit tersebut, dan kejujuran dari peternak. Pemberian bibit bergulir ini terus bergulir dari peternak satu ke peternak lain, jika uang pembayaran kredit dari peternak sudah bisa untuk membeli bibit lagi maka bibit tersebut akan digulirkan lagi ke peternak yang belum mendapatkan. Adanya program teknologi bibit ini selain bertujuan untuk meningkatkan genetik ternak, juga bertujuan untuk membantu peternak yang tidak mempunyai modal untuk menambah jumlah ternak yang dimilikinya. Selain program diatas, ada program teknologi pakan atau pembuatan silase, namun sebagian besar peternak tidak menerapkan inovasi tersebut karena peternak menganggap bahwa pembuatan silase terlalu sulit untuk dilakukan serta tidak memberikan dampak positif bagi ternak. 1.2 Identitas Responden Responden yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 41 peternak KPSBU Jabar yang terdiri dari 11 orag ketua kelompok dan 30 orang anggota kelompok. Adapun karakteristik responden terbagi kedalam 5 karakteristik yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, mata pencaharian dan pengalaman berternak Umur Umur peternak anggota KPSBU Jabar yang telah mengikuti kegiatan DDCP sebagai responden dalam penelitian ini berkisar antara tahun. Untuk uraian lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

7 43 Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur No Umur Jumlah Tahun Orang % 1 < , ,00 3 > ,00 Jumlah Total Responden ,00 Umur responden berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja yang pada akhirnya mempengaruhi usaha ternak. Berdasarkan komposisi penduduk, usia penduduk dikelompokan menjadi 3, yaitu usia < 15 tahun termasuk golongan usia belum produktif atau muda, umur termasuk golongan usia produktif, dan usia > 64 termasuk usia tidak produktif atau tua (Badan Pusat Statistika, 2009). Berdasarkan Tabel 4, seluruh responden (100,00%) termasuk kedalam kategori usia produktif yaitu pada tahun, oleh karena itu diharapkan partisipasi yang aktif dalam program kegiatan ini. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Atmadilaga (1991), bahwa usia produktif merupakan saat yang baik untuk melakukan usaha karena tenaga masih potensial, tuntutan tanggung jawab yang besar, kemauan yang keras serta keinginan untuk menambah pengetahuan ataupun keterampilan masih besar Tingkat Pendidikan Responden Tingkat Pendidikan merupakan lama pendidikan yang ditempuh peternak pada bangku sekolah. Pendidikan memengaruhi cara berpikir peternak, yang gilirannya akan mempengaruhi tingkat kedinamisan peternak dalam menjalankan

8 44 usahanya. Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan tentang teknologi pertanian baru (Soekartawi, 2005). Tingkat pendidikan yaitu pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh responden. Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi perilaku individu, makin tinggi pendidikan yang diperoleh seseorang selama hidupnya maka akan memberikan peningkatan kemampuan dan kemauan peternak untuk berpartisipasi, hal tersebut dapat terjadi karena kemudahan peternak dalam menerima informasi teknologi dan inovasi, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah dan cepat dalam menerima inovasi (Rogers, 1983), sehingga semakin cepat seseorang menerima informasi maka akan semakin besar kemungkinan untuk berpartisipasi dalam program DDCP ini. Hal tersebut didukung oleh ungkapan Soemanto R B (1981) bahwa mereka yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan lebih tinggi derajat partisipasinya dalam pembangunan. Pendidikan terbagi kedalam dua jenis yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi, sedangkan Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.tingkat pendidikan responden bervariasi yang dimulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA). Adapun karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat diajukan pada Tabel 6.

9 45 Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah Peternak % 1 SD 24 66,70 2 SMP 12 33,30 Jumlah Total Responden ,00 Dari Tabel diatas terlihat bahwa responden lebih banyak lulusan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 24 peternak (66,70%), hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan ekonomi yang mereka miliki, sehingga rendahnya tingkat pendidikan akan mempengaruhi rendahnya tingkat penerimaan informasi, sedangkan sisanya terdiri dari lulusan SMP sebanyak 12 orang (33,30%). Menurut Ahmadi (2003), dengan tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Tingkat pendidikan formal yang rendah membuat responden mengalami kesulitan dalam menerima dan menerapkan ilmu pengetahuan walaupun demikian, hal tersebut bisa dibantu dengan pendidikan nonformal seperti pengalaman beternak dan dari kegiatan penyuluhan yang diadakan dalam program DDCP. Pendidikan nonformal atau penyuluhan dapat membantu peternak secara teknis dalam kegiatan pemeliharaan sapi perah sehingga dapat mencapai keberhasilan usaha Mata Pencaharian Pekerjaan pokok yang dimiliki oleh responden yakni berternak sapi perah dengan pekerjaan sampingan diantaranya bertani, berkebun, dsb. Selain itu adapula yang menjadikan peternakan sapi perah sebagai pekerjaan sampingan dimana pekerjaan pokoknya sebagai pemetik teh dan pegawai perkebunan.

10 46 Tabel 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian No Pekerjaan Pokok Jumlah Peternak % 1 Peternak 35 97,20 2 Pegawai BUMD 1 2,80 Jumlah Total Responden ,00 Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki pekerjaan pokok sebagi peternak yaitu sebanyak 35 peternak (97,20%) dan 1 orang peternak memiliki pekerjaan pokok sebagai pegawai BUMD (Badan Usaha Milik Daerah). Sebagian besar responden menjadikan usaha peternakan sebagai usaha pokok karena responden tersebut merasa telah dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarganya dengan skala kepemilikan rata-rata 5-6 ekor, tidak mendapatkan pekerjaaan lain dll. Banyaknya sapi perah produktif berhubungan dengan produksi susu yang dihasilkan. Semakin banyak sapi perah produktif yang dimiliki maka akan semakin banyak susu yang dihasilkan. Beberapa responden memiliki usaha sampingan bahkan menjadikan usaha selain peternakan sebagai pekerjaan pokok disebabkan karena usaha sapi perah yang dimilikinya belum mampu mencukupi seluruh biaya kehidupan keluarganya Pengalaman Berternak Pengalaman merupakan salah satu faktor pendukung dalam suatu kegiatan usaha karena dengan adanya pengalaman akan menambah pengetahuan yang dimiliki. Pengalaman berternak merupakan salah satu faktor yang menentukan berkembang tidaknya suatu usaha ternak (Mosher, 1968). Berdasarkan analisis data

11 47 yang diperoleh, dapat dilihat pengalaman berternak dari responden pada tabel berikut ini. Tabel 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Berternak No Pengalaman Berternak Jumlah Tahun Peternak % , , ,11 JUMLAH ,00 Dari Tabel diatas, terlihat bahwa sebagian besar responden sebanyak 27 peternak (75,00%) memiliki pengalaman antara 1-10 tahun, sebesar 5 peternak (13,89%) responden tergolong cukup berpengalaman yaitu antara tahun berternak sapi perah dan sebesar 4 peternak (11,11%) responden tergolong sudah sangat berpengalaman yaitu antara tahun. Pengalaman berternak dapat berpengaruh terhadap baik buruknya peternak dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, didukung oleh pendapat Lestari (2009) yang menyatakan bahwa pengalaman peternak dalam menjalankan usahanya akan memudahkan dalam mengatasi masalah dan pengambilan keputusan, serta memiliki. Pengalaman juga menentukan berhasil tidaknya seorang peternak mengusahakan suatu jenis usaha tani ditentukan oleh lamanya beternak.

12 Partisipasi Peternak Sapi Perah Dalam Program DDCP Partisipasi merupakan keikutsertaan serta peran seseorang dalam kegiatan bersama dalam situasi tertentu guna mencapai tujuan tertentu. Partisipasi itu terjadi baik dibidang fisik maupun dibidang mental serta dibidang penentuan kebijaksanaan (Ensiklopedi, 2008). Penilaian partisipasi peternak digolongkan menjadi tiga kategori yaitu kategori tinggi, sedang dan rendah Partisipasi Ketua Kelompok Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, partisipasi seluruh ketua kelompok peternak dalam program DDCP termasuk kedalam kategori tinggi (Lampiran 10). Hal tersebut menunjukan bahwa ketua kelompok ikut serta dan berperan secara aktif dalam program DDCP tersebut. Indikator dari partisipasi ketua kelompok dilihat dari 3 aspek yaitu perencanaan, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi. Tabel 9 Partisipasi Ketua Kelompok Kategori No Partisipasi Tinggi Sedang Rendah %... 1 Perencanaan 0,00 100,00 0,00 2 Pelaksanaan 100 0,00 0,00 3 Monitoring dan Evaluasi 63,64 36,36 0,00 Partisipasi ketua kelompok dalam program DDCP 100,00 0,00 0, Perencanaan Partisipasi dalam kegiatan perencanaan yaitu keterlibatan peternak dalam bentuk kehadiran, menyampaikan pendapat dan pengambilan keputusan tentang

13 49 kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam penelitian ini dilihat keikutsertaan peternak dalam 3 aspek perencanaan yaitu keikutsertaan Perencanaan dinilai berdasarkan tiga aspek, yaitu kehadiran dan keaktifan ketua kelompok dalam kegiatan sosialisasi awal serta pengumpulan data situasi awal, keikutsertaan dalam menentukan kebutuhan dan keikutsertaan dalam menentukan tujuan yang hendak dicapai. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Jahi (2002) bahwa perencanaan meliputi empat tahap yaitu menentukan situasi awal, menentukan situasi yang diinginkan, menentukan kebutuhan dan masalah dan menentukan tujuan yang hendak dicapai. Uraian lebih jelas dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10 Partisipasi Ketua Kelompok Dalam Perencanaan Program No Uraian 1 Kehadiran dan keaktifan ketua kelompok dalam kegiatan sosialisasi awal serta pengumpulan data situasi awal Kategori Penilaian Responden Tinggi Sedang Rendah % 90,90 9,090 0,00 2 Keikutsertaan dalam menentukan kebutuhan 0,00 0,00 100,00 3 Keikutsertaan dalam menentukan tujuan yang hendak dicapai 0,00 100,00 0,00 Perencanaan 0,00 100,00 0,00 Aspek perencanaan pertama yang diteliti yaitu kehadiran dan keaktifan ketua kelompok dalam kegiatan sosialisasi awal serta pengumpulan data situasi awal. Sebanyak 10 orang ketua kelompok (90,90%) hadir dalam kegiatan sosialisasi awal dan aktif berpendapat dalam kegiatan sosialisasi awal serta memberikan data situasi awal kepada petugas lapangan. Data situasi awal yang

14 50 diberikan yaitu mengenai data produksi susu yang dihasilkan dan jumlah populasi yang dimiliki. Sebanyak satu orang ketua kelompok (9,090%) hadir dalam kegiatan sosialisasi awal namun tidak ikut berpendapat secara aktif dan memberikan data situasi awal kepada petugas lapangan. Aspek perencanaan kedua yang diteliti yaitu keikutsertaan ketua kelompok dalam menentukan kebutuhan dimana ketua kelompok memberikan saran tentang kebutuhan yang dibutuhkan saat program dilaksanakan seperti sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam kegiatan. Sebanyak 11 ketua kelompok (100,00%) tidak ikut serta dalam menentukan kebutuhan untuk program kegiatan DDCP, alasan yang diberikan yatu seluruh kebutuhan sudah ditentukan oleh pihak KPSBU, Danone dan Yayasan Sahabat Cipta. Aspek perencanaan yang ketiga yaitu keikutsertaan ketua kelompok dalam menentukan tujuan yang hendak dicapai setelah program berlangsung. Sebanyak 11 orang ketua kelompok (100,00%) hanya ikut serta dalam memberikan saran dan masukan mengenai beberapa tujuan yang telah ditentukan oleh pihak DDCP. Tujuan yang disebutkan oleh responden yaitu meningkatnya jumlah populasi, dan meningkatnya produksi susu yang dihasilkan karena dengan meningkatnya hal tersebut akan dapat meningkatkan pendapatan sehingga mereka dapat memenuhi segala kebutuhan hidup keluarga. Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa seluruh responden yaitu sebanyak 11 orang ketua kelompok (100,00%) partisipasinya dalam aspek perencanaan termasuk kedalam kategori sedang, karena beberapa aspek pada tahap perencanaan telah ditentukan oleh pihak DDCP dan tidak banyak melibatkan peternak, hal terebut tidak sesuai dengan pendapat Cohen dan Uphoff (1977) bahwa sebagai pihak yang ikut menentukan jalannya pembangunan, maka didalam pembangunan

15 51 yang partisipatif masyarakat harus terlibat dalam setiap tahap dalam partisipasi salah satunya yaitu tahap perencanaan dengan menjunjung prinsip memberdayakan dan demokratis Pelaksanaan Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh seluruh ketua kelompok berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan program DDCP, karena subjek utama pada tahap pelaksanaan ini yaitu peternak tersebut. Tabel 11 Partisipasi Ketua Kelompok Dalam Pelaksanaan Program No Uraian 1 Keterlibatan ketua dalam kesediaan memberikan dana, sarana dan prasarana. 2 Keterlibatan ketua dalam pemilihan sapi kredit dalam program perbibitan bergulir 3 Pelaksanaan pembayaran sapi kredit dalam program perbibitan bergulir 4 Keterlibatan ketua dalam pemeliharaan kandang yang telah direnovasi 5 Intensitas kehadiran ketua dalam kegiatan peyuluhan yang diadakan oleh Yayasan Sahabat Cipta 6 Kemudahan ketua kelompok dalam menerima materi penyuluhan yang telah diberikan oleh Yayasan Sahabat Cipta 7 Kemudahan ketua dalam menyampaikan materi penyuluhan kepada anggota Kategori Penilaian Responden Tinggi Sedang Rendah % 100,00 0,00 0,00 27,30 0,00 72,70 100,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 Pelaksanaan 100,00 0,00 0,00

16 52 Aspek pelaksanaan pertama yang diteliti yaitu keterlibatan peternak dalam kesediaan memberikan dana, sarana maupun prasarana. Sebanyak 11 responden (100,00%) memberikan jawaban bersedia memberikan dana, sarana dan prasarana, karena pada saat melaksanakan program DDCP mereka telah mengeluarkan biaya dan mengorbankan tanahya. Seperti halnya salah satu responden yaitu Pak Carman, beliau telah mengeluarkan biaya kurang lebih Rp pada saat pembangunan Demo Farm untuk biaya-biaya tak terduga dan konsumsi serta mengorbankan tanahnya untuk dibangun Demo Farm. Aspek pelaksanaan yang kedua yaitu keterlibatan peternak dalam pemilihan sapi yang akan dikredit untuk program perbibitan bergulir. Sebanyak 3 responden (27,30%) memberikan jawaban bahwa mereka bersama-sama memilih bibit sapi perah yang baik dalam program perbibitan bergulir dan sebanyak 8 rsesponden (72,70%) memberikan jawaban bahwa mereka hanya menerima sapi yang telah dipilihkan oleh pihak DDCP, namun peternak diberikan penyuluhan tentang bagaimana cara memilih sapi yang baik. Aspek pelaksanaan yang ketiga yaitu pelaksanaan pembayaran sapi kredit dalam program perbibitan bergulir. Sebanyak 11 responden (100,00%) melaksanakan pembayaran sapi kredit dengan sebagian susu yang disetorkan setiap harinya kepada KPSBU dan uang hasil penjualan pedet. Aspek pelaksanaan yang keempat yaitu keterlibatan peternak dalam pemeliharaan kandang yang telah direnovasi. Sebanyak 11 responden (100,00%) merawat kandang yang telah direnovasi oleh pihak DDCP dengan baik serta melakukan perbaikan bila ada kerusakan. Pelaksanaan yang kelima yaitu intensitas kehadiran peternak dalam kegiatan peyuluhan yang diadakan oleh Yayasan Sahabat Cipta. Sebanyak 11

17 53 responden (100,00%) selalu hadir dalam setiap pertemuan minimal 9 pertemuan dari 11 kegiatan penyuluhan. Peternak merasa lebih termotivasi untuk mengikuti kegiatan penyuluhan karena bagi peternak yang telah mengikuti penyuluhan minimal 10 kali akan mendapatkan sebuah reward berupa alat-alat perkandangan seperti ember dan timbangan. Aspek pelaksanaan yang keenam yaitu kemudahan ketua kelompok dalam menerima materi penyuluhan yang telah diberikan oleh Yayasan Sahabat Cipta. Sebanyak 11 responden (100,00%) merasa mudah dalam menerima materi penyuluhan yang telah diberikan oleh Yayasan Sahabat Cipta karena metode yang diberikan yaitu berupa praktek langsung dalam kegiatan tersebut serta untuk mengatasi daya ingat peternak yang mudah lupa, Yayasan Sahabat Cipta memberikan sebuah komik dari setiap tema penyuluhan agar peternak lebih tertarik untuk membaca sehingga materi dapat lebih mudah dimengerti dan diingat. Aspek pelaksanaan yang ketujuh yaitu kemudahan ketua dalam menyampaikan materi penyuluhan kepada anggota. Sebanyak 11 responden (100,00%) merasa mudah dalam menyampaikan materi penyuluhan kepada aggota kelompok karena metode yang digunakan berupa praktek langsung dengan alat-alat yang telah difasilitasi oleh Yayasan Sahabat Cipta. Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa seluruh responden yaitu sebanyak 11 orang ketua kelompok (100,00%) partisipasinya dalam aspek pelaksanaan termasuk kedalam kategori tinggi. Seluruh uraian diatas sesuai dengan pendapat Jahi (2002) bahwa partisipasi dalam tahap pelaksanaan yaitu keterlibatan dalam kesediaan peternak untuk penyediaan dana, pengadaan sarana dan korbanan waktu/tenaga sejak persiapan kegiatan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan kegiatan.

18 Monitoring dan Evaluasi Berdasarkan jenisnya evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terminal evaluation atau evaluasi akhir yaitu monitoring yang dilaksanakan paling tidak enam sampai dua belas bulan setelah program DDCP berakhir. Menurut Musa (2005) fungsi evaluasi yaitu memberikan data dan informasi tentang pelaksanaan suatu program, menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan program, melakukan pengendalian pelaksanaan program dan memberikan umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan program. Monitoring dan evaluasi pada program DDCP dinilai berdasarkan lima aspek, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12 Partisipasi Ketua Kelompok Dalam Monitoring dan Evaluasi Program No Uraian Kategori Penilaian Responden Tinggi Sedang Rendah % 1 Keikutsertaan ketua dalam mengisi data yang diberikan setiap 15 hari 36,36 63,64 0,00 2 Kemudahan ketua dalam mengikuti program perbibitan bergulir 100,00 0,00 0,00 3 Pemakaian dan perawatan inovasi teknologi kandang setelah program DDCP selesai 100,00 0,00 0,00 4 Penerapan inovasi teknologi kandang pada kandang yang lain 0,00 36,36 63,64 5 Penerapan inovasi yang diberikan pada program penyuluhan setelah program DDCP 27,27 72,73 0,00 selesai Evaluasi dan Monitoring 63,64 36,36 0,00 Aspek monitoring yang diteliti yaitu mengenai keikutsertaan peternak dalam mengisi data yang diberikan setiap 15 hari. Sebanyak 4 responden (36,36%) selalu

19 55 mengisi form data yang diberikan oleh pihak Yayasan Sahabat Cipta setiap 15 hari, sedangkan sebanyak 5 responden (63,64%) jarang melakukan pengisian data sendiri melainkan dengan bantuan dari petugas lapangan, misalnya seperti berikut: (1) peternak meminta petugas untuk mengisi atau menuliskan data pada form dan didampingi oleh peternak tersebut dan (2) peternak meminta petugas untuk sepenuhnya mengisi data pada form, dengan alasan malas atau lupa mengisi pada form yang telah diberikan seminggu sebelumnya. Monitoring pada program DDCP ini yaitu untuk mengetahui apakah program yang dibuat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya sesuai dengan yang direncanakan. Aspek evaluasi pertama yang diteliti yaitu kemudahan dalam mengikuti program perbibitan bergulir. Sebanyak 11 responden (100,00%) merasa sangat mudah dalam mengikuti kegiatan bibit bergulir tersebut karena setiap ketua kelompok dipastikan mendapatkan program perbibitan bergulir adapun syarat yang diberlakukan untuk mendapatkan program perbibitan bergulir yaitu (1) peternak Demo Farm atau ketua kelompok; (2) memiliki lahan yang memadai; (3) mendapatkan dukungan dari anggota kelompok. Aspek evaluasi kedua yang diteliti yaitu pemakaian dan perawatan inovasi teknologi kandang setelah program DDCP selesai. Sebanyak 11 responden (100,00%) masih memakai dan merawat kandang dan peralatan yang telah diberikan dengan baik serta memperbaikinya bila ada kerusakan karena mereka merasa memiliki tanggung jawab dalam memakai dan merawat semua yang telah mereka dapatkan dengan kemudahan yang diberikan. Aspek ketiga yang diteliti yaitu penerapan inovasi teknologi kandang pada kandang yang lain. Sebanyak 4 responden (36,36%) menerapkan sebagian inovasi teknologi kandang yang telah diberikan oleh DDCP pada kandang yang lain dengan

20 56 menggunakan biaya sendiri seperti model bak pakan dan bak minum dll, alasan yang diberikan yaitu karena mereka merasa biaya yang dikeluarkan lebih ringan namun kandang yang mereka bangun sudah dapat memenuhi standar, sedangkan sebanyak 7 responden (63,64%) belum menerapkan inovasi teknologi pada kandang yang lain karena belum memiliki biaya untuk membangun kandang ataupun memperbaiki kandang yang belum sesuai standar. Aspek keempat yang diteliti yaitu penerapan inovasi yang diberikan pada program penyuluhan setelah program DDCP selesai. Sebanyak 3 responden (27,27%) masih menerapkan keseluruhan inovasi yang diberikan selama program penyuluhan karena mereka telah merasakan banyak manfaat dari setiap inovasi yang diberikan pada kegiatan penyuluhan, sedangkan sebanyak 8 responden (72,73%) hanya menerapkan sebagian inovasi yang telah diberikan. Adapun inovasi yang mereka rasakan kurang bermanfaat yaitu seperti pembuatan silase, karena pembuatan silasi yang telah dilakukan oleh kedelapan responden tersebut tidak ada pengaruh terhadap kenaikan produksi susu yang dihasilkan. Berdasarkan hasil analisis data, partisipasi ketua kelompok pada program DDCP termasuk kategori tinggi atau sudah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Soekartawi (1999) bahwa dalam menilai keefektivan suatu program atau proyek maka harus melihat pencapaian hasil kegiatan program yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

21 Partisipasi Anggota Kelompok Partisipasi anggota kelompok merupakan keikutsertaan peternak (anggota kelompok) dalam program kegiatan DDCP yang dilaksanakan guna mencapai tujuan yang sama. Berdasarkan hasil analisis, bahwa tingkat partisipasi anggota kelompok di daerah penelitian termasuk kedalam kategori sedang karena tidak semua peternak terlibat secara aktif dalam setiap tahap partisipasi yang dilaksanakan. Indikator dari partisipasi anggota kelompok dilihat dari 2 aspek yaitu pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi. Tabel 13 Partisipasi Anggota Kelompok Kategori No Partisipasi Tinggi Sedang Rendah % 1 Pelaksanaan 84,00 16,00 0,00 2 Monitoring dan Evaluasi 52,00 48,00 0,00 Partisipasi Anggota Kelompok 72,00 28,00 0, Pelaksanaan Partisipasi dalam pelaksanaan pada anggota kelompok dinilai berdasarkan lima aspek, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 14.

22 58 Tabel 14 Partisipasi Anggota Kelompok Dalam Pelaksanaan Program No Uraian 1 Keterlibatan anggota dalam kesediaan memberikan dana, sarana dan prasarana serta pengorbanan waktu pada program 2 Keterlibatan anggota dalam pemakaian pemeliharaan bak pakan dan bak minum yang telah direnovasi 3 Intensitas kehadiran anggota dalam kegiatan penyuluhan 4 Tempat melaksanakan kegiatan penyuluhan yang diberikan oleh Ketua kelompok 5 Kemudahan anggota kelompok dalam menerima materi penyuluhan yang telah diberikan oleh ketua kelompok Kategori Penilaian Responden Tinggi Sedang Rendah % 56,00 40,00 4,00 28,00 72,00 0,00 80,00 20,00 0,00 52,00 40,00 8,00 68,00 32,00 0,00 Pelaksanaan 84,00 16,00 0,00 Aspek pelaksanaan pertama yang diteliti yaitu keterlibatan peternak dalam kesediaan memberikan dana, sarana dan prasarana serta pengorbanan waktu pada program. Sebanyak 14 responden (56,00%) bersedia memberikan dana, sarana dan prasarana serta tentu bersedia memberikan pengorbanan waktu terhadap program ini karena sebagian besar responden bermata pencaharian pokok sebagai peternak sehingga hampir separuh waktunya untuk berternak. Dana yang diberikan dalam program ini misalnya (1) sarana dan prasarana, yaitu bak pakan dan bak minum yang akan direnovasi serta peralatan lainnya; (2) konsumsi untuk pekerja saat membangun A La Carte dan saat kegiatan penyuluhan, dan lain-lain. Sebanyak 10 responden (40,00%) hanya bersedia menyediakan sarana dan pasarana seperti bak pakan dan bak minum yang akan direnovasi karena mereka merasa tidak sanggup

23 59 dalam menyediakan dana. Sebanyak 1 orang tidak bersedia memberikan dana, sarana dan prasarana. Aspek pelaksanaan kedua yang diteliti yaitu keterlibatan peternak dalam pemakaian pemeliharaan bak pakan dan bak minum yang telah direnovasi. Sebanyak 7 responden (28,00%) memelihara dengan baik bak pakan dan bak minum yang telah direnovasi oleh DDCP saat program tersebut berlangsung serta memperbaikinya apabila terjadi kerusakan pada bak pakan dan bak minum tersebut. Sebanyak 18 responden (72,00%) memelihara dengan baik bak pakan dan bak minum yang telah direnovasi oleh DDCP saat program tersebut berlangsung. Aspek pelaksanaan yang ketiga yaitu intensitas kehadiran peternak dalam kegiatan penyuluhan. Sebanyak 20 responden (80,00%) selalu hadir 9-12 pertemuan dalam kegiatan penyuluhan yang diberikan oleh ketua kelompok, mereka termotivasi untuk selalu hadir dalam kegiatan penyuluhan karena setiap peternak yang hadir minimal 10 kegiatan penyuluhan akan mendapatkan reward berupa timbangan. Sedangkan 5 responden (20,00%) hanya menghadiri 5-8 pertemuan karena ada beberapa kegiatan yang membuat berhalangan hadir pada kegiatan penyuluhan. Aspek pelaksanaan yang keempat yaitu tempat melaksanakan kegiatan penyuluhan yang diberikan oleh Ketua kelompok. Sebanyak 13 responden (52,00%) memberikan jawaban bahwa ketua selalu memberikan kegiatan penyuluhan di balai yang telah disediakan. Sedangkan sebanyak 10 responden (40,00%) memberikan jawaban bahwa ketua memberikan kegiatan penyuluhan di balai yang telah disediakan sebanyak 5-8 kali. Sebanyak 2 responden (8,00%) memberikan jawaban bahwa ketua memberikan kegiatan di balai yang telah disediakan sebanyak 1-4 kali. Adapun beberapa alasan yang diberikan yaitu

24 60 karena: (1) balai dipakai untuk tempat parker mobil; (2) Ketua merasa lebih nyaman untuk memberikan kegiatan penyuluhan di tempat lain, dll. Aspek pelaksanaan yang kelima yaitu kemudahan anggota kelompok dalam menerima materi penyuluhan yang telah diberikan oleh ketua kelompok. Sebanyak 17 responden (68,00%) merasa bahwa materi penyuluhan yang disampaikan oleh ketua kelompok mudah untuk dipahami karena metode yang diberikan berupa praktek langsung sehingga mudah untuk diaplikasikan kedalam kegiatan di kandang sehari-hari. Sedangkan sebanyak 8 responden (32,00%) merasa bahwa materi penyuluhan yang disampaikan oleh ketua kelompok mudah untuk dipahami namun ada jarang menggunakan alat peraga atau praktek langsung Monitoring dan Evaluasi Partisipasi dalam monitoring dan evaluasi pada anggota kelompok dinilai berdasarkan empat aspek, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 15. Tabel 15 Partisipasi Anggota Kelompok Dalam Monitoring dan Evaluasi Program No Uraian Kategori Penilaian Responden Tinggi Sedang Rendah % 1 Keikutsertaan anggota dalam mengisi data yang diberikan setiap 15 hari 44,00 52,00 4,00 2 Pemakaian dan perawatan inovasi 92,00 8,00 0,00 teknologi bak pakan dan bak minum setelah program DDCP selesai 3 Penerapan inovasi bak pakan dan bak 24,00 68,00 8,00 minum pada kandang yang lain 4 Penerapan inovasi yang diberikan pada 4,00 96,00 0,00 program penyuluhan setelah program DDCP selesai Perencanaan 52,00 48,00 0,00

25 61 Pada tabel 15 menunjukan bahwa terdapat dua aspek yaitu aspek monitoring dan aspek evaluasi. Aspek monitoring yang diteliti yaitu mengenai keikutsertaan peternak dalam mengisi data yang diberikan setiap 15 hari. Sebanyak 11 responden (44,00%) selalu mengisi form data yang diberikan oleh pihak Yayasan Sahabat Cipta setiap 15 hari, sedangkan sebanyak 13 responden (52,00%) jarang melakukan pengisian data sendiri melainkan dengan bantuan dari petugas lapangan seperti peternak meminta petugas untuk mengisi atau menuliskan data pada form dan didampingi oleh peternak tersebut. Sebanyak 1 responden (4,00%) tidak mengisi sendiri form yang diberikan petugas setiap 15 hari, melainkan peternak meminta petugas untuk sepenuhnya mengisi data pada form. Adapun alasan yang diberikan responden yaitu karena form yang diberikan seminggu sebelumnya hilang dan alasan yang kedua yaitu kesibukan responden. Aspek evaluasi pertama yang diteliti yaitu Pemakaian dan perawatan inovasi teknologi bak pakan dan bak minum setelah program DDCP selesai. Sebanyak 23 responden (92,00%) masih memakai dan merawat bak pakan dan bak minum yang telah direnovasi dengan baik serta memperbaikinya bila ada kerusakan karena mereka merasa memiliki tanggung jawab dalam memakai dan merawat semua yang telah mereka dapatkan dengan kemudahan yang diberikan. Sebanyak 2 responden (8,00%) masih memakai dan merawat bak pakan dan bak minum yang telah direnovasi namun tidak memperbaiki bila ada kerusakan. Aspek evaluasi kedua yang diteliti yaitu penerapan inovasi teknologi kandang pada kandang yang lain. Sebanyak 6 responden (24,00%) menerapkan keseluruhan inovasi bak pakan dan bak minum pada kandang yang lain dan sebanyak 17 responden (68,00%) menerapkan sebagian inovasi teknologi kandang yang telah diberikan oleh DDCP pada kandang yang lain dengan menggunakan

26 62 biaya sendiri seperti model bak pakan atau bak minum yang adlibitum walaupun menggunakan peralatan yang masih sederhana, alasan yang diberikan yaitu karena mereka merasa biaya yang dikeluarkan lebih ringan namun kandang yang mereka bangun sudah dapat memenuhi standar, sedangkan sebanyak 2 responden (8,00%) belum menerapkan inovasi teknologi pada kandang yang lain karena belum memiliki biaya untuk membangun kandang baru ataupun memperbaiki bak pakan dan bak minum yang belum sesuai dengan standar. Aspek keempat yang diteliti yaitu penerapan inovasi yang diberikan pada program penyuluhan setelah program DDCP selesai. Sebanyak 24 responden (96,67%) masih menerapkan inovasi yang diberikan oleh DDCP namun hanya beberapa inovasi saja seperti inovasi bak pakan dan bak minum, tata cara pemerahan, kesehatan dan pengobatan hewan, sedangkan 1 (3,33%) masih menerapkan keseluruhan inovasi yang telah diberikan pada program DDCP. Adapun inovasi yang tidak mereka terapkan setelah progrsm DDCP selesai yaitu pembuatan silase karena mereka merasa kurang merasakan efek kenaikan produksi susu pada sapi yang telah diberikan pakan silase. Menurut Soekartawi (1999) bahwa dalam menilai keefektivan suatu program atau proyek maka harus melihat pencapaian hasil kegiatan program yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil analisis, sebanyak 13 orang anggota kelompok (52,00%) partisipasinya dalam aspek monitoring dan evaluasi termasuk kedalam kategori tinggi dan sisanya sebanyak 12 responden lainnya (48,00%) partisipasinya dalam aspek monitoring dan evaluasi termasuk kedalam kategori sedang. Hal tersebut menandakan bahwa pencapaian hasil kegiatan program yang sesuai dengan tujuan awal yang telah ditetapkan hanya

27 63 dirasakan oleh setengah dari responden atau belum semua peternak dapat menerapkan inovasi yang telah diberikan oleh DDCP. 1.4 Keberhasilan Usaha Pada Peternak Sapi Perah di Ciater Keberhasilan dalam usaha ternak menurut Reijntjes, dkk. (1999), tidak terlepas dari pengkajian sistem pengembangan usaha ternak dengan memperhatikan tujuan dari rumah tangga berkenaan dengan proses dan hasil usaha ternak. Tujuan tersebut dapat dilihat dari beberapa komponen yaitu peningkatan populasi sapi, produksi susu dan penerimaan yang diterima setiap tahunnya. Keberhasilan usaha dalam penelitian ini terbagi kedalam dua kelompok, yaitu keberhasilan usaha pada ketua kelompok dan keberhasilan usaha pada anggota kelompok Keberhasilan Usaha Pada Ketua Kelompok Menurut Sjahir (2003) agar peternak sapi perah dapat berhasil di dalam usaha sapi perahnya sehingga lebih menguntungkan, maka harus memiliki bibit unggul (rata-rata produksi 4270 liter), menguasai permasalahan teknis peternakan mulai dari perkandangan, sistem pemeliharaan, manajemen kesehatan, pengaturan perkawinan dan pemberian pakan yang benar. Berdasarkan hasil analisis, tingkat keberhasilan usaha ketua kelompok di daerah Ciater termasuk kedalam kategori sedang. Indikator dari keberhasilan usaha ketua kelompok dilihat dari 3 aspek yaitu peningkatan populasi sapi perah yang dimiliki, peningkatan produksi susu yang dihasilkan per ekor per hari dan penerimaan yang didapatkan setiap 15 hari.

28 64 Tabel 16. Tingkat Keberhasilan Ketua Kelompok Setelah Mengikuti Program DDCP No Uraian Kategori Penilaian Responden Tinggi Sedang Rendah % 1 Pertambahan populasi sapi perah yang dimiliki dari saat sebelum hingga setelah mengikuti program 2 Peningkatan jumlah produksi susu yang dihasilkan dari saat sebelum dan setelah mengikuti program 3 Peningkatan penerimaan peternak dari sebelum dan setelah peternak mengikuti program DDCP Keberhasilan Usaha Aspek keberhasilan usaha pertama yang diteliti yaitu pertambahan populasi sapi perah yang dimiliki dari saat sebelum hingga setelah mengikuti program. Sebanyak 1 responden (9,09%) yaitu Pak Endang Subarna, populasi sapi perah yang dimilikinya menurun dari tahun 2012 memiliki 3,25 ST (Satuan Ternak) hingga tahun 2014 hanya memiliki 2,75 ekor, dengan alasan yang diberikan yaitu karena beberapa ternaknya dijual karena ada beberapa keperluan yang mendesak misalnya untuk membiayai pernikahan anaknya. Sebanyak 2 responden (18,18%), populasi sapi perah yang dimilikinya meningkat atau bertambah lebih dari 25%, rata-rata peningkatan populasi yang dimiliki pada tahun yaitu sebanyak 5 ST lalu pada tahun rata-rata peningkatan yaitu sebanyak 1,5 ST. salah satu faktor pendukung yang membuat populasi sapi perah yang dimiliki bertambah yaitu program bantuan bibit bergulir dan modal yang mencukupi, sedangkan penurunan populasi disebabkan adanya kebutuhan untuk biaya tak terduga seperti biaya

29 65 kehidupan sehari-hari dan menutupi biaya produksi untuk sapi yang sedang mengalami kering kandang. Sebanyak 8 responden (72,73%) mengalami pertambahan populasi yang dimiliki hingga 25%, peningkatan yang terjadi pada tahun yaitu sebanyak 0,5 ST sedangkan pad atahun terjadi penurunan dengan rata-rata 0,25 ST. Aspek keberhasilan usaha kedua yang diteliti yaitu peningkatan jumlah produksi susu yang dihasilkan per ekor per hari. Sebanyak 9 responden (81,82%), produksi susu sapi perah yang dihasilkan per ekor setiap harinya meningkat hingga 25%, rata-rata produksi susu yang dihasilkan pada tahun 2012 yaitu 13,5 liter/ekor/hari hingga 2014 meningkat hingga 16,5 liter/ekor/hari. Sebanyak 2 responden (18,18%), produksi susu yang dihasilkan per ekor setiap harinya meningkat lebih dari 25%, rata-rata produksi susu yang dihasilkan pada tahun 2012 yaitu 11 liter/ekor/hari hingga 2014 meningkat hingga 22 liter/ekor/hari. Alasan yang diberikan oleh seluruh responden pada peningkatan produksi susu sapi perah yang dihasilkan didukung oleh peningkatan pengetahuan peternak mengenai cara dalam meningkatkan produksi susu sapi perah yang telah diberikan dalam kegiatan penyuluhan dan melalui komik yang diberikan oleh Yayasan Sahabat Cipta. Aspek keberhasilan usaha ketiga yang diteliti yaitu peningkatan penerimaan yang diterima setiap 15 harinya. Sebanyak 4 responden (36,36%), jumlah penerimaan yang diterima setiap 15 hari dari sebelum mengikuti program hingga program selesai meningkat lebih dari 25%, rata-rata jumlah penerimaan pada tahun 2012 yaitu Rp hingga 2014 meningkat hingga Rp sebanyak 5 responden (45,45%) jumlah penerimaan yang diterima setiap 15 hari meningkat hingga 25%, dengan rata-rata penerimaan pada tahun 2012 yaitu sebanyak Rp hingga 2014 sebanyak Rp Hal tersebut didukung oleh

30 66 peningkatan populasi dan produksi susu sapi perah yang dihasilkan, sedangkan sebanyak 2 responden (18,18%) mengalami penurunan penerimaan yaitu pada tahun 2012 rata-rata penerimaan yang diterima setiap 15 hari yaitu Rp menurun hingga tahun 2014 sebesar Rp Tingkat keberhasilan dari usaha sapi perah yang dilakukan oleh ketua kelompok, secara nyata terlihat dari dicapainya tingkat produksi dari sapi perah yang dipeliharanya rata-rata sudah mencapai 18 liter/ekor/hari, dan dari jumlah penerimaan yang diperoleh, yaitu sebesar 3juta per 15 hari. Pencapaian tingkat keberhasilan tersebut tergolong sudah mendekati ideal, sebagaimana dikemukakan oleh Centras (2005) bahwa untuk mencapai keuntungan sekurang-kurangnya sapi yang dipelihara memiliki tingkat produksi per harinya 13 liter per ekor dan penerimaan sebesar 2,25 juta per 15 hari. Demikian juga dengan adanya penerimaan ketua kelompok tersebut sudah melampaui tingkat penerimaan peternak sapi perah umumnya, yang masih tergolong amatiran, yakni peternak yang memiliki sapi perahnya hanya 2-3 ekor saja, dan tidak memiliki orientasi ekonomi Keberhasilan Usaha Pada Anggota Kelompok Hasil analisis data menunjukan tingkat keberhasilan usaha pada anggota kelompok setelah mengikuti program DDCP. Berdasarkan tabel 16 dijelaskan bahwa tingkat keberhasilan usaha anggota kelompok di daerah penelitian termasuk kedalam kategori rendah yaitu sebanyak 13 responden (43,33%), sedangkan sisanya sebanyak 9 responden (30%) termasuk kedalam kategori rendah dan sebanyak 8 responden (26,67%) termasuk kedalam kategori tinggi. Indikator dari keberhasilan usaha anggota kelompok dilihat dari 3 aspek yaitu peningkatan populasi sapi perah

31 67 yang dimiliki, peningkatan produksi susu yang dihasilkan per ekor per hari dan penerimaan yang didapatkan setiap 15 hari. Tabel 17. Tingkat Keberhasilan Anggota Kelompok Setelah Mengikuti Program DDCP No Uraian 1 Pertambahan populasi sapi perah yang dimiliki dari saat sebelum hingga setelah mengikuti program 2 Peningkatan jumlah produksi susu yang dihasilkan dari saat sebelum dan setelah mengikuti program 3 Peningkatan penerimaan peternak dari sebelum dan setelah peternak mengikuti program DDCP Kategori Penilaian Responden Tinggi Sedang Rendah % 32,00 32,00 36,00 28,00 44,00 28,00 56,00 32,00 12,00 Keberhasilan Usaha 32,00 52,00 16,00 Aspek keberhasilan usaha pertama yang diteliti yaitu pertambahan populasi sapi perah yang dimiliki dari saat program dimulai hingga program telah selesai. Sebanyak 9 responden (36,00%), populasi sapi perah yang dimilikinya tetap bahkan ada beberapa peternak yang populasi sapinya menurun dengan rata-rata populasi pada tahun 2012 sebanyak 4,5 ST dan pada tahun 2014 mengalami penurunan ratarata menjadi 3,5 ST. Sebanyak 8 responden (32,00%), populasi sapi perah yang dimilikinya meningkat atau bertambah hingga 25% dengan rata-rata populasi pada tahun 2012 sebanyak 3,5 ST meningkat hingga tahun 2014 menjadi rata-rata sebanyak 4,5 ST, dan sebanyak 8 responden (32,00%), populasi yang dimilikinya

32 68 meningkat atau bertambah hingga lebih dari 25% dengan rata-rata populasi pada tahun 2012 sebanyak 1,5 ST meningkat jadi 5,5 ST pada tahun Aspek keberhasilan usaha kedua yang diteliti yaitu peningkatan jumlah produksi susu yang dihasilkan per ekor per hari. Sebanyak 7 responden (28,00%), produksi susu sapi perah yang dihasilkan per ekor setiap harinya tetap atau tidak meningkat dengan rata-rata produksinya yaitu 13,6 liter/ekor/hari pada tahun 2012 menurun jadi 12 liter/ekor/hari pada tahun Sebanyak 11 responden (44,00%), produksi susu yang dihasilkan per ekor setiap harinya meningkat hingga 25% dengan rata-rata produksi pada tahun 2012 sebanyak 10,34 liter/ekor/hari meningkat hingga 13,89 liter/ekor/hari pada tahun 2014, dan sebanyak 7 responden (28,00%), produksi susu yang dihasilkan per ekor per harinya meningkat hingga lebih dari 25% dengan rata-rata produksi yang dihasilkan pada tahun 2012 yaitu sebesar 9 liter/ekor/hari meningkat hingga 15,4 liter/ekor/hari pada tahun Alasan yang diberikan oleh seluruh responden yaitu peningkatan produksi susu sapi perah yang dihasilkan didukung oleh peningkatan pengetahuan peternak mengenai cara dalam meningkatkan produksi susu sapi perah yang telah diberikan dalam kegiatan penyuluhan dan melalui komik yang diberikan oleh Yayasan Sahabat Cipta. Aspek keberhasilan usaha ketiga yang diteliti yaitu peningkatan penerimaan yang diterima setiap 15 harinya. Sebanyak 6 responden (33,34%), jumlah penerimaan yang diterima setiap 15 hari dari sebelum mengikuti program hingga program selesai tetap bahkan ada beberapa responden yang mengalami penurunan dengan rata-rata penerimaan pada tahun 2012 yaitu sebanyak Rp per 15 hari. Sebanyak 3 responden (13,33%), jumlah penerimaan yang diterima setiap 15 hari, dari sebelum mengikuti program hingga program selesai mengalami

33 69 peningkatan hingga 25% dengan rata-rata jumlah penerimaan sebesar Rp per 15 hari dan sebanyak 16 responden (53,33%) jumlah penerimaan yang diterima mengalami peningkatan lebih dari 25% dengan rata-rata jumlah penerimaan yaitu sebesar Rp ,80 per 15 hari. Hal tersebut didukung oleh peningkatan populasi dan produksi susu sapi perah yang dihasilkan. 1.5 Korelasi Antara Tingkat Partisipasi Peternak Pada Pogram DDCP dengan Tingkat Keberhasilan Usaha Sapi Perah Ketua Kelompok Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan korelasi Rank Spearman (r s ) pada ketua kelompok, hubungan antara tingkat partisipasi pada pogram DDCP dengan tingkat keberhasilan usaha sapi perah menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0,53. Setelah dilakukan uji signifikansi didapatkan thitung sebesar 1,872 dengan thitung lebih besar dari ttabel = 1,83 (Tabel uji T pada Siegel, 1992) pada tingkat signifikansi 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang positif antara partisipasi ketua kelompok dengan keberhasilan sapi perah dan diinterpretasikan kedalam aturan Guilford (Rachmat, 1998), termasuk dalam kategori yang memiliki hubungan cukup berarti (moderat) yaitu rs (0.53) > 0.40 dan rs (0.53) Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat partisipasi ketua kelompok dalam program DDCP termasuk dalam kategori tinggi dan tingkat keberhasilan usaha sapi perah termasuk dalam kategori tinggi. Derajat hubungan tingkat partisipasi ketua dalam program DDCP terhadap keberhasilan usahanya mempunya hubungan positif (searah) yang cukup erat berarti dengan rs= 0,53, yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat partisipasi ketua dalam program DDCP, semakin meningkat pula keberhasilan usaha sapi perahnya hingga mencapai 25%.

34 70 Ketua kelompok tersebut menyadari bahwa usaha sapi perah yang dikelolanya mencapai keberhasilan, tidak terlepas dari keikutsertaannya dalam program DDCP dan pendidikan non formal yang diikutinya selama ini di program DDCP. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ropke (2003) bahwa anggota dapat memperoleh manfaat dari efisiensi yang diciptakan, yaitu melalui tindakan bersama (joint venture), penghimpun kekuatan dana, keterampilan, dan yang menghasilan sinergi atau skala ekonomis. Tingginya tingkat partisipasi akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas produksi susu dan kuantitas ternak seperti populasi serta peningkatan kualitas peternak dimana partisipasi mereka menghasilkan keterampilannya dalam berternak juga memiliki tingkatan pengetahuan yang lebih tinggi dan dapat memanfaatkan peluang usaha serta mampu memelihara sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas ternak yang dimiliki. Menurut Mubyarto (1984) bahwa keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan erat kaitannya dengan pengetahuan, motivasi dan sikap. Adanya pengetahuan terhadap manfaat sesuatu hal akan menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut, sikap positif selanjutnya akan mempengaruhi motivasi seseorang untuk ikut serta dalam suatu kegiatan. Adanya motivasi untuk melakukan suatu kegiatan sangat menentukan apakah kegiatan tersebut betul-betul dilakukan. Seperti halnya keikutsertaan peternak dalam program ini akan dapat meningkatkan pengetahuan yang dimiliki juga mempunyai sikap yang positif terhadap hal baru sehingga peternak dapat termotivasi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ternak serta kualitas dirinya sendiri.

1 III METODE PENELITIAN. (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jabar yang telah mengikuti program

1 III METODE PENELITIAN. (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jabar yang telah mengikuti program 18 1 III METODE PENELITIAN 1.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian ini adalah peternak sapi perah anggota KPSBU (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jabar yang telah mengikuti program pembinaan

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. sapi perah sehingga kebutuhan susu tidak terpenuhi, dan untuk memenuhi

1 I PENDAHULUAN. sapi perah sehingga kebutuhan susu tidak terpenuhi, dan untuk memenuhi 1 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesadaran masyarakat Indonesia akan konsumsi susu terus meningkat seiring dengan meningkatnya populasi dan kesejahteraan penduduk. Peningkatan permintaan susu tersebut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia, 90% merupakan peternakan sapi perah rakyat dengan kepemilikan kecil dan pengelolaan usaha yang masih tradisional. Pemeliharaan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Jalancagak. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Jalancagak. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Ciater adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 7.819,87 Ha. Batas administratif wilayah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016. 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 33 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah Penelitian Kecamatan Ciater merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Subang. Sebelumnya, Kecamatan

Lebih terperinci

1 II KAJIAN PUSTAKA. serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan.

1 II KAJIAN PUSTAKA. serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. 11 1 II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Partisipasi Partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan bersama. Menurut I Nyoman Sumaryadi (2010: 46), Partisipasi merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Desa Sukajaya mempunyai luas 3.090,68 Ha dan jumlah penduduk

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografi Wilayah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, yang terdiri dari Kampung Nyalindung, Babakan dan Cibedug, merupakan bagian dari wilayah Desa Cikole.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI PETERNAK TERHADAP SIFAT INOVASI KARPET KANDANG DENGAN LAJU ADOPSI PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT

HUBUNGAN PERSEPSI PETERNAK TERHADAP SIFAT INOVASI KARPET KANDANG DENGAN LAJU ADOPSI PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT HUBUNGAN PERSEPSI PETERNAK TERHADAP SIFAT INOVASI KARPET KANDANG DENGAN LAJU ADOPSI PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT (Kasus pada peternakan sapi perah anggota KPSBU di TPK Ciater, Kabupaten Subang) SKRIPSI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Bab Halaman KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN... v vii viii ix xii xiii xiv I II III PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat 5.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Cisurupan terletak kurang lebih 18 Km dari Ibu Kota Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.1.1 Kabupaten Subang Kabupaten Subang adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat terletak di antara 107 o 31 107 0 54 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berkembang paling pesat di negara-negara berkembang. Ternak seringkali dijadikan sebagai aset non lahan terbesar dalam

Lebih terperinci

Hubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal...Muhammad Fauzi

Hubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal...Muhammad Fauzi HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PETERNAK DALAM BETERNAK SAPI PERAH (Kasus Pada Kelompok Peternak Sapi Perah TPK Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI Volume 11, Nomor 1, Hal. 31-37 ISSN 0852-8349 Januari - Juni 2009 HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 124,00 ha.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 124,00 ha. 39 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Keadaan Fisik Wilayah Penelitian Desa Buminagara merupakan sebuah desa di Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000-

HASIL DAN PEMBAHASAN. Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000- IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Wilayah Kerja KPBS Pangalengan Wilayah kerja KPBS dikelilingi oleh tiga buah gunung, yaitu Gunung Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pedesaan pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani, selain usaha pertaniannya, usaha peternakan pun banyak dikelola oleh masyarakat pedesaan salah satunya

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Letak geografis Kabupaten Landak adalah 109 40 48 BT - 110 04 BT dan 00

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dimulai dengan pengimporan sapi-sapi bangsa Ayrshire, Jersey, Milking

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dimulai dengan pengimporan sapi-sapi bangsa Ayrshire, Jersey, Milking 10 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Usahaternak Sapi Perah Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi prinsip sebagai penghasil susu. Susu merupakan sekresi fisiologis dari kelenjar susu yang merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah, terletak diantara 110 50` - 111 15` Bujur Timur dan 6 25` - 7 00` Lintang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Mina Padi 1. Umur Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan berfikir petani dalam melaksanakan usaha taninya, hal tersebut juga berkaitan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten 47 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten Pringsewu terletak pada 140 0 42 0-105 0 8 0 BT dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI

BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI 53 BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI 4.1 Sejarah Perkembangan KPSBU Jabar Bangsa Belanda mulai memperkenalkan sapi perah kepada masyarakat Lembang sekitar tahun 1800-an. Seiring dengan berjalannya waktu,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Jatitujuh berada di wilayah Utara Kabupaten Majalengka dan berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU Wiwaha Anas Sumadja, Zubaidah, Heru Handoko Staf Pengajar Fakultas Peternakan, Universitas Jambi Abstrak Kotoran ternak sapi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan 108 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan mengenai prospek pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas di Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut, maka

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak 24 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang diamati yaitu pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi susu sangat menentukan bagi perkembangan industri susu sapi perah nasional. Susu segar yang dihasilkan oleh sapi perah di dalam negeri sampai saat ini baru memenuhi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan TINJAUAN PUSTAKA Geografi Desa Celawan a. Letak dan Geografis Terletak 30677 LU dan 989477 LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Pantai Cermin dengan ketinggian tempat 11 mdpl, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Administratif Daerah

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Administratif Daerah IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Administratif Daerah Desa Cilembu merupakan desa yang terletak di Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang yang memiliki luas wilayah sebesar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o PEMBAHASAN I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian A. Kondisi Fisik Alami Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o LS serta 119 o 42 o 18 o BT 120 o 06 o 18 o BT yang terdiri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 dikatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani Identitas petani merupakan suatu tanda pengenal yang dimiliki petani untuk dapat diketahui latar belakangnya. Identitas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 24 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Desa Parakan adalah desa yang terletak di kecamatan Ciomas, kabupaten Bogor, provinsi Provinsi Jawa Barat merupakan daerah padat penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Desa Sumber Makmur yang terletak di Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung memiliki luas daerah 889 ha. Iklim

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tantangan utama pembangunan peternakan sapi potong dewasa ini adalah permintaan kebutuhan daging terus meningkat sebagai akibat dari tuntutan masyarakat terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Blora terbagi dalam 16 kecamatan yaitu Kecamatan Jati, Kecamatan Randublatung, Kecamatan

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG Rohmad Budiono 1 dan Rini Widiati 2 1 Balai Pengkajian Teknoogi Pertanan Jawa Timur 2 Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Tabel 1 Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi (Dahlan 2001) No. Parameter Nilai Interpretasi 1. Kekuatan Korelasi (r) 2. Nilai p 3. Arah korelasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : 44 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Raman Utara Kecamatan Raman Utara merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung Timur dan berpenduduk 35.420 jiwa dengan luas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Sumber produksi daging

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan pembangunan dalam usaha dibidang pertanian, khusunya peternakan dapat memberikan pembangunan yang berarti bagi pengembangan ekonomi maupun masyarakat. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

BAB II KAJIAN PUSTAKA... DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI..... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR A. Letak Geografis Kecamatan Banjar adalah salah satu bagian dari wilayah Kota Banjar selain Kecamatan Purwaharja, Kecamatan Pataruman, dan Kecamatan Langensari yang berdiri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano 23 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano 4.1.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat sebelah selatan, di antara 6

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan Desa Cisarua adalah desa yang terletak di wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar ±

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong atau BPPT merupakan salah satu UPTD lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sesuai dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan 19 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan objek adalah peternak sapi perah yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang,

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009 33 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16 4.1 Keadaan Wilayah Desa Sedari merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Luas wilayah Desa Sedari adalah 3.899,5 hektar (Ha). Batas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Desa Margosari Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Desa Margosari dibuka pada tahun 1953 berdasarkan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM USAHA

V GAMBARAN UMUM USAHA V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1. Gambaran Umum KUD Giri Tani 5.1.1. Sejarah dan Perkembangan KUD Giri Tani KUD Giri Tani didirikan pada tanggal 26 maret 1973 oleh Alm. H. Dulbari, yang menjabat sebagai Kepala

Lebih terperinci

POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI WILAYAH DESA

POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI WILAYAH DESA 6 POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI WILAYAH DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI PEDESAAN : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Membangun

Lebih terperinci