BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS"

Transkripsi

1 BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS 4.1. Perbandingan PINDAD dan Rata-rata Industri Hasil survei secara keseluruhan dapat terlihat pada Tabel 4.1. Pembahasan lebih lanjut akan dilakukan pada bagian-bagian berikut di bab ini. Sekilas kita bisa melihat bahwa nilai-nilai yang dicapai PINDAD hampir sama dengan nilai dari rata-rata industri. Bagian Kaitan strategi perusahaan dengan pengembangan produk baru Tabel 4.1 Perbandingan Karakteristik PT PINDAD dan Rata-Rata Industri Karakteristik yang Diteliti Tipe produk baru yang dikembangkan i. Derivative ii. Breakthrough Arahan pengembangan produk baru i. Top Level Management ii. Pihak Luar Tujuan pengembangan produk baru i. Memperpanjang siklus hidup produk PINDAD 3.00/ / / /5.00 Ada Rata-rata Industri 3.19/ / / /5.00 Ada (19%) Proses pengembangan produk baru Persentase dana yang dialokasikan Adanya prosedur formal Pelaksanaan proses pengembangan produk baru 5 9% Ada Concurrent 5 9% Ada (61.18%) Concurrent & Serial (44.3%) Pelaksana pengembangan produk baru i. Bagian R&D ii. Bagian Marketing iii. Bagian Produksi 3.25/ / / / / /5.00 Hubungan organisasi dengan pengembangan produk baru Jumlah produk baru yang berhasil diluncurkan Adanya unit pengembangan produk baru i. Ada ii. Tidak Ada 5 9 produk Ada (Dirangkap) 0 4 produk Ada / 90.4% Tdk Ada / 9.6% Evaluasi performance produk baru Keberhasilan produk baru yang dikembangkan i. Manfaat Internal ii. Manfaat Eksternal 4.00/ / / /

2 4.2. Profil Responden Survei ini selain dilakukan pada PT PINDAD, juga disebarkan kepada beberapa perusahaan manufaktur di Indonesia. Setelah disebarkan, ada 85 kuesioner yang kembali (selanjutnya mereka disebut sebagai responden). Responden yang terkumpul memiliki variasi yang cukup beragam, sehingga dianggap dapat mewakili keadaan industri manufaktur di Indonesia. Pada Gambar 4.1, kita bisa melihat bahwa berdasarkan komposisi modal, 65% responden adalah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), 30% adalah Penanaman Modal Asing (PMA), dan 5% sisanya adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). PINDAD dalam hal ini termasuk dalam kategori BUMN. Bentuk Kepemilikan Perusahaan Sebagian kempemilikan luar negeri 30% BUMN / BUMD 5% Kepemilikan dalam negeri 65% Gambar 4.1 Bentuk Kepemilikan Perusahaan Biro Pusat Statistik (BPS) melakukan klasifikasi jenis industri berdasarkan dari jumlah karyawan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Klasifikasinya adalah sebagai berikut: Besar : 100 orang karyawan Medium : karyawan Kecil : 5 19 karyawan Mikro : 1 4 karyawan 16

3 Berdasarkan survei, diperoleh data yang terlihat pada Tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Jumlah Karyawan Tetap Jumlah Karyawan Tetap % % % % % % > % Bila dibandingkan dengan klasifikasi yang dilakukan oleh BPS, lebih dari 45% dari responden memiliki karyawan lebih dari 100 orang atau termasuk dalam klasifikasi Industri Besar. Apabila dibandingkan dengan jawaban dari responden ketika ditanya Apa klasifikasi perusahaan menurut mereka?, terdapat perbedaan persepsi yang cukup mencolok, dimana komposisinya adalah, 43% menganggap perusahaan mereka termasuk dalam kategori mikro atau kecil, 36% masuk kedalam kategori menengah dan hanya 21% yang menganggap mereka adalah kategori menengah. Perbandingannya bisa lebih terlihat pada Gambar 4.2. Hal yang sama juga terjadi pada PINDAD. Bila dilihat dari jumlah karyawan yang dimiliki (>1000) maka berdasarkan kategori dari dari BPS, PINDAD termasuk kedalam kategori perusahaan besar. Tetapi ketika ditanya pendapat mereka sendiri, mereka menganggap PINDAD masih termasuk kedalam kategori perusahaan menengah. Ini memperlihatkan bahwa pada kenyataan di lapangan masih terdapat perbedaan persepsi tentang klasifikasi industri itu sendiri. 17

4 Kelompok Perusahaan (menurut responden) Perusahaan besar 21% Perusahaan kecil 43% Perusahaan menengah 36% Gambar 4.2 Kelompok Perusahaan menurut Responden Industri manufaktur yang diteliti pada survei ini terdiri atas berbagai subsektor dan tidak mengacu hanya pada satu jenis industri saja, seperti terlihat pada Gambar 4.3. Jenis industri manufaktur yang tercakup dalam studi ini terdiri dari 22% industri makanan/minuman, 16% industri tekstil, 9% industri yang bergerak dalam bidang handicraft, 7% industri otomotif, 5% industri elektronik, dan lebih 38% bergerak dalam industri dengan kategori lain-lain yaitu: farmasi, engineering, fiber glass, sepatu, furniture, packaging, telekomunikasi, dan teknologi informasi. Jenis Industri Perusahaan Lain-lain 37% Otomotif 7% Elektronik 6% Makanan/ minuman 23% Handicraf t 9% Farmasi 2% Tekstil 16% Gambar 4.3 Jenis Industri Perusahaan 18

5 PINDAD, dalam survei menyebutkan bahwa mereka adalah industri manufaktur, yang bisa kita kategorikan sebagai industri lain-lain, yang cukup sesuai apabila kita melihat bahwa produk yang dihasilkan, sebagian besar adalah kebutuhan militer. Kemudian kita akan melihat bagaimana komposisi pendapatan, asset yang dimiliki oleh perusahaan. Seperti terlihat pada Tabel 4.3 dan 4.4 berikut. Tabel 4.3 Pendapatan Perusahaan Pendapatan Perusahaan % < Rp 200 juta % Rp juta 5.19 % Rp 600 juta 1 milyar % Rp 1 10 milyar % Rp milyar % > Rp 100 milyar % Tabel 4.4 Asset Perusahaan Asset Perusahaan % < Rp 100 juta % Rp 100 juta 1 milyar % Rp 1 10 milyar 7.89 % Rp milyar % Rp 100 milyar 1 triliun % > Rp 1 triliun % Dari sisi pendapatan (tahun 2005), terlihat bahwa responden terbesar berasal dari kelompok yang memiliki pendapatan <Rp 200 juta, kemudian diikuti kelompok dengan pendapatan >Rp 100 milyar. PINDAD, berdasarkan kuesioner yang didapat, termasuk kedalam kelompok yang terakhir (>Rp 100 milyar). Ketika kita melihat klasifikasi asset yang dimiliki perusahaan, hal yang hampir sama kembali terlihat dimana kontributor terbesar berasal dari kelompok yang memiliki asset <Rp 100 juta (32,89%), tetapi kontributor kedua terbesar bukan dari kelompok yang memiliki asset terbesar (>Rp 1 triliiun), melainkan kelompok dengan asset antara Rp milyar (17,11%). PINDAD pada 19

6 kategori ini termasuk kedalam kelompok yang memiliki asset kedua terbesar (Rp 100 milyar-rp 1 triliun) Area Lingkup Bisnis Perusahaan Sales Dengan menggunakan data dari survei juga bisa terlihat area cakupan bisnis dari perusahaan-perusahaan yang menjadi responden. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.4, sebanyak 54% perusahaan melakukan penjualan di dalam negeri, dan sisanya adalah ekspor ke berbagai negara yang didominasi oleh negara-negara asia (18%). Pada bagian ini, PINDAD melakukan penjualan selain di Indonesia, juga di Asia. Area Lingkup SALES Perusahaan Lainnya 8% Amerika Serikat 8% Eropa 12% Indonesia 54% Asia (selain Indonesia) 18% Gambar 4.4 Area Lingkup SALES yang Dilakukan oleh Perusahaan Gambar ini memperlihatkan bahwa sebenarnya produk manufaktur kita masih diterima dipasar internasional. Terbukti bahwa 46% penjualan yang dilakukan ditujukan ke pasar luar negeri. Apabila hal ini terus ditingkatkan, bukan tidak mungkin nilai ini akan berubah dimana penjualan ke luar negeri nilainya lebih besar daripada ke dalam negeri. Dengan beralihnya pasar ke pasar global, komposisi penjualan yang seperti ini cukup memberikan harapan kepada kita. Komposisi ini bisa menjadi modal bagi industri Indonesia untuk lebih meningkatkan lagi ekspor mereka. 20

7 Research and Development (R&D) Pada kategori Research and Development (R&D), terlihat bahwa sebagian besar dari proses R&D dilakukan di Indonesia (72%). 15% perusahaan melakukan proses R&D di Asia (selain Indonesia), 9% di Eropa, 3% di Amerika Serikat dan 1% sisanya adalah yang memilih lain-lain. Dari data yang diperoleh, PINDAD melakukan proses R&D di Indonesia. Area Lingkup R&D Perusahaan Lainnya 1% Amerika Serikat 3% Eropa 9% Asia (selain Indonesia) 15% Indonesia 72% Gambar 4.5 Area Lingkup R&D yang Dilakukan oleh Perusahaan Proses R&D ini sangat penting untuk dilakukan di Indonesia karena biasanya melibatkan proses transfer teknologi, sehingga dengan sendirinya dapat meningkatkan kemampuan sumber daya di Indonesia. Dengan semakin tingginya kemampuan SDM di Indonesia, maka kemungkinan besar akan menarik minat lebih banyak investor asing untuk melakukan proses R&D-nya di Indonesia. Manfaat lain yang bisa diperoleh dari proses R&D ini adalah meningkatnya value added dari produk yang dihasilkan. Dengan tingginya value added, maka kontribusi pendapatan untuk negara pun akan semakin tinggi, sehingga Indonesia tidak lagi dikenal sebagai negara pengekspor bahan baku, tetapi juga produk jadi Manufacturing Sebagai perusahaan manufaktur, maka pada Gambar 4.6, kita bisa melihat bahwa hampir semua perusahaan yang menjadi responden melakukan proses manufakturnya di Indonesia (82%). Hanya sebagian kecil (18%) yang melakukan 21

8 proses manufaktur di luar negeri. PINDAD juga termasuk kedalam perusahaan yang melakukan proses manufakturnya di dalam negeri. Area Lingkup Manufacturing Perusahaan Lainnya 1% Amerika Serikat 3% Eropa 5% Asia (selain Indonesia) 9% Indonesia 82% Gambar 4.6 Area Lingkup MANUFACTURING yang Dilakukan oleh Perusahaan Besarnya minat perusahaan untuk melakukan proses manufaktur di Indonesia bisa disebabkan oleh berbagai hal. Salah satunya adalah untuk mendekati pasar yang sebagaimana kita ketahui bersama, dengan penduduk yang diatas 200 juta jiwa, merupakan pasar yang sangat menarik bagi perusahaanperusahaan asing. Faktor lain yang menjadi pendorong adalah tenaga kerja. Walaupun sekarang Indonesia bukan lagi merupakan penyedia tenaga kerja yang paling murah, tetapi masih dianggap cukup murah, sehingga perusahaan akan dapat menghasilkan barang dengan biaya rendah dan mampu bersaing di pasar internasional. Tetapi beberapa tahun belakangan, mulai ada kecenderungan dari perusahan asing yang ingin mencari pekerja yang murah, mereka akan melakukannya di Vietnam atau China karena kualitas pekerja mereka yang lebih baik dan birokrasi yang lebih mudah daripada di Indonesia. Apabila hal ini terus terjadi maka investor asing akan makin segan untuk melakukan proses manufakturnya di Indonesia, dan hanya menjadikan Indonesia sebagai sasaran penjualan saja, yang berarti tidak ada pemasukan tambahan bagi Negara. 22

9 4.4. Strategi Perusahaan Dalam Pengembangan Produk Baru Strategi adalah suatu rencana di masa depan sehubungan dengan aksi atau kegiatan yang ingin dilakukan. Kadang bisa dikonotasikan sebagai cara untuk menghadapi kompetisi. Kata strategi sendiri berasal dari bahasa Yunani strategos yang berarti seni para jenderal Pengertian Strategi Perusahaan Dalam dunia bisnis dikenal 3 macam strategi, sesuai dengan tingkatannya. 3 Macam strategi itu adalah: Corporate Strategy, adalah aturan-aturan tentang bisnis apa yang akan dilakukan suatu perusahaan dan bagaimana pembagian sumber daya akan dilakukan Business Strategy, adalah penjabaran dari cara suatu perusahaan dalam menghadapi kompetisi didalam industri Functional Strategy, adalah berbagai keputusan yang dilakukan diberbagai departemen dalam perusahaan, seperti marketing, operation, finance, research and development, human resources, dan lain-lain yang akan menunjang business strategy Proses Perumusan Strategi Perusahaan Strategi perusahaan disusun sebagai cara untuk mengahadapi atau melakukan antisipasi terhadap kejadian-kejadian yang ada dalam lingkungan perusahaan. Lingkungan itu bisa berupa lingkungan dalam (internal) maupun luar (external). Pada gambar berikut terlihat bahwa pada proses perumusan strategi bisnis, perusahaan perlu memperhatikan 3 hal yang saling berhubungan (Paul Trott, 2004): Pandangan jangka panjang dari organisasi dan manajemen senior yang berpengaruh pada pembentukan strategi perusahaan Kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh perusahaan, antara lain sumber daya manusia dan finansial, untuk mendukung strategi yang akan dibuat Analisis lingkungan usaha dimana perusahaan akan berkompetisi. Analisa yang perlu dilakukan antara lain dalam hal perkembangan teknologi, strategi dari kompetitor, perubahan pasar, dan lain-lain. 23

10 Gambar 4.7 The Key Elements in The Process of Formulating Business Strategy (Paul Trott, 2002) Strategi perusahaan dalam hubungannya dengan lingkungan luar, biasanya dilakukan untuk mempertahankan keadaan perusahaan dari berbagai faktor luar yang akan mempengaruhinya. Hal ini bisa dilihat melalui gambar berikut. Potential Entrants Suppliers Industry Competition Buyers Firm Producing Substitute Products Gambar 4.8 Forces Driving Industry Competition (Michael Porter, 2004) Gambar diatas biasa dikenal sebagai Porter s Five Forces yang menunjukkan kekuatan-kekuatan apa saja yang bisa mempengaruhi perusahaan. 24

11 Faktor-faktor tersebut adalah: Industry Competition, adalah persaingan antar perusahaan didalam lingkup industri yang sejenis Potential Entrants, adalah kemungkinan masuknya perusahaan baru kedalam industri tersebut, dan menjadi pesaing baru Suppliers, adalah para pemasok yang dapat mempengaruhi kelangsungan pasokan bahan baku bagi industri tersebut Buyers, adalah para konsumen yang akan membeli produk yang disediakan oleh industri tersebut Firm Producing Substitute Products, adalah industri lain yang dapat menghasilkan barang substitusi untuk menggantikan produk yang dihasilkan oleh industri tersebut Semua kekuatan tersebut akan sangat mempengaruhi perusahaan dalam berkompetisi. Oleh karena itu, dalam membuat suatu strategi yang baik, perusahaan disamping memperhitungkan masalah dalam industri, mereka juga harus memperhitungkan 4 kekuatan lain yang kemungkin akan mempengaruhi kondisi perusahaan. Dengan berdasarkan kepada faktor-faktor tersebut diatas, baik internal maupun eksternal diharapkan perusahaan akan dapat membuat suatu strategi yang kompetitif dan sangat bermanfaat bagi perusahaan Tujuan Strategi Perusahaan Keuntungan (profit) dan pertumbuhan (growth) merupakan dua indikator utama bagi perusahaan yang berkembang. Untuk dapat terus hidup dalam dunia bisnis, peran manajemen perusahaan dalam menentukan strategi bisnisnya menjadi sangat penting, karena strategi inilah yang akan menuntun perusahaan mencapai tujuannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dan untuk bisa mewujudkan hal tersebut perusahaan memerlukan strategi. Secara umum perusahaan akan mempunyai 3 tujuan yang ingin dicapai atau yang dipergunakan sebagai arahan strateginya (Potter 1980). Tujuan-tujuan tersebut adalah: 1. Overall Cost Leadership 2. Differentiation 25

12 3. Focus Untuk lebih jelasnya dapat terlihat pada gambar berikut. Gambar 4.9 The Generic Strategies (Michael Porter, 2004) Overall cost leadership merupakan strategi perusahaan yang bertujuan menciptakan produk dengan biaya yang lebih rendah daripada kompetitor. Pada strategi ini, riset ditujukan untuk menghasilkan produk dengan biaya produksi lebih rendah dari kompetitor. Kelebihan dari penggunaan strategi ini adalah mencari margin keuntungan yang lebih besar. Differentiation merupakan strategi perusahaan yang bertujuan menciptakan produk yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kompetitor maupun yang ada di pasar. Pada strategi ini, riset ditujukan untuk menciptakan produk yang belum ada di pasar. Keuntungannya terutama adalah dengan menjual produk yang belum ada di pasar, mereka dapat menjual dengan harga yang tinggi sebelum kompetitor mulai menjual produk yang sama. Focus merupakan strategi perusahaan dimana mereka hanya melakukan spesialisasi pada jenis produk tertentu. Riset biasanya dlakukan untuk mengembangkan produk yang sudah ada menjadi lebih baik dan bukan untuk membuat produk yang benar-benar baru. Keuntungan dari penggunaan strategi ini biasanya adalah kualitas yang lebih baik daripada perusahaan yang tidak melakukan spesialisasi. 26

13 Pemilihan strategi yang digunakan akan sangat tergantung pada strategi jangka panjang perusahaan. Pada gambar berikut terlihat berbagai tujuan yang umumnya akan diambil oleh perusahaan dalam berkompetisi. Gambar 4.10 The Wheel of Competitive Strategy (Michael Porter, 2004) Selanjutnya kita akan melihat kaitannya dengan hasil survei yang sudah dilakukan Dasar Pengembangan Produk Baru Dalam melakukan pengembangan produk, perusahaan menganggap bahwa arahan top level manajemen dan usulan dari pihak luar merupakan dasar yang dianggap sama-sama penting, walaupun secara top-down masih lebih mendominasi. Hal ini terlihat pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 berikut: Tabel 4.5 Dasar Pengembangan Produk Baru (Rata-rata Industri) Dasar Pengembangan Produk Baru Nilai Arahan top level manajemen (top down) 3.74 / 5.00 Usulan dari pihak luar 3.23 /

14 Tabel 4.6 Dasar Pengembangan Produk Baru (PINDAD) Dasar Pengembangan Produk Baru Nilai Arahan top level manajemen (top down) 4.00 / 5.00 Usulan dari pihak luar 3.00 / 5.00 Analisis Hasil Penelitian Bila kita membandingkan angka-angka yang ada pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6, kita melihat bahwa apa yang dilakukan oleh PINDAD hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh industri dimana nilai terbesar adalah arahan dari top level manajemen (Industri 3,74 dan PINDAD 4). Kemudian nilai yang diperoleh untuk usulan dari luar adalah (Industri 3,23 dan PINDAD 3). Sesuai dengan yang terlihat pada Gambar 4.7, arahan dari top level manajemen merupakan salah satu elemen penting dalam pembuatan strategi perusahaan, karena dengan demikian, produk yang dihasilkan akan sesuai dengan strategi perusahaan yang sudah ditetapkan. Selain itu, dengan adanya arahan dari top level manajemen tersebut, pengembangan produk baru yang membutuhkan dana yang tidak sedikit akan lebih terjamin dalam hal finansial. Walaupun demikian, seperti terlihat pada Gambar 4.7, top level manajemen hanya merupakan satu elemen. Masih ada 2 elemen lagi yang juga perlu diperhatikan, yaitu kemampuan perusahaan dan faktor luar. Ada kalanya usulan dari dalam perusahaan akan lebih baik karena mereka lebih memahami apa yang bisa dilakukan, dan produk apa yang diinginkan oleh pasar. Pihak luar (dalam hal ini konsultan, konsumen, dll) biasanya memberikan masukan mengenai produk apa yang dibutuhkan atau diinginkan oleh pasar. Komunikasi yang baik antara perusahan dengan pihak luar akan membuat informasi yang didapat mengenai kebutuhan konsumen adalah informasi yang terbaru. Dengan demikian, produk yang dikembangkan akan sesuai dengan keinginan konsumen atau bahkan menjadi yang pertama di pasar (first to the market). Sebaiknya perusahaan dapat sesegera mungkin memenuhi keinginan konsumen untuk menunjukkan bahwa perusahaan memperhatikan kenginan mereka. Dengan menggabungkan antara kebijakan internal dengan kebutuhan eksternal, maka seharusnya industri manufaktur di Indonesia dapat menciptakan 28

15 produk baru yang sesuai dengan kemampuan perusahaan dan keinginan pasar, atau bahkan dapat menciptakan pasar yang baru Tujuan Pengembangan Produk Baru Tujuan dari Pengembangan Produk Baru yang didapatkan berdasarkan survei adalah seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 4.7 Tujuan Pengembangan Produk Baru (Rata-rata Industri) Tujuan pengembangan produk baru % Memenuhi permintaan konsumen 19% Meningkatkan kualitas 16% Menciptakan pasar baru 15% Melakukan diversifikasi produk 13% Aplikasi dari teknologi baru 10% Mengurangi biaya produksi 10% Mengikuti tren di dalam industri 9% Memperpanjang siklus hidup produk 7% Lain-lain 1% Tabel 4.8 Tujuan Pengembangan Produk Baru (PINDAD) Tujuan pengembangan produk baru Memenuhi permintaan konsumen Menciptakan pasar baru Melakukan diversifikasi produk Memperpanjang siklus hidup produk Pada Tabel 4.7, terlihat alasan terbanyak dari perusahaan dalam membuat produk baru adalah memenuhi permintaan konsumen (19%), meningkatkan kualitas (16%), dan menciptakan pasar baru (15%). Sedangkan alasan terendah adalah memperpanjang siklus hidup produk (7%) dan mengikuti trend dalam industri (9%). Adapun alasan lain yang dikemukakan oleh responden adalah melakukan diversifikasi produk (13%), aplikasi dari teknologi baru (10%), dan mengurangi biaya produksi (10%). 29

16 Analisis Hasil Survei PINDAD dalam menentukan tujuan pengembangan produk baru terlihat hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh rata-rata industri, dimana salah satunya adalah menyebutkan memenuhi permintaan konsumen sebagai tujuan pengembangan produk baru. Tujuan ini dipilih oleh 19% dari responden. Pilihan ini menunjukkan adanya perhatian kepada apa yang dibutuhkan oleh konsumen. PINDAD sebagai industri yang menghasilkan produk yang cukup spesifik, yaitu perlengkapan militer, sudah pasti sangat tergantung kepada konsumen yang juga spesifik. Dengan rendahnya kompetisi untuk industri sejenis di Indonesia, maka pengaruh dari buyers menjadi penting. Menciptakan pasar baru, adalah tujuan pengembangan produk baru yang juga dipilih oleh PINDAD. Hal ini memperlihatkan bahwa disamping masih bergantung kepada pembeli yang lama, PIDAD juga mulai berpikir untuk mencari pasar lain yang lebih potensial. Bila kita melihat jenis barang yang dihasilkan oleh PINDAD, terlihat bahwa sekarang mereka tidak hanya memproduksi perlengkapan militer, tetapi juga produk-produk komersial. Bisa jadi ini menunjukkan bahwa PINDAD di masa depan tidak lagi hanya bergantung kepada pasar militernya. Sejalan dengan tujuan menciptakan pasar yang baru, melakukan diversifikasi produk menjadi tujuan yang juga dipilih oleh PINDAD dalam mengembangkan produk-produk barunya. Disamping ingin menciptakan pasar baru, PINDAD juga bisa memenuhi keinginan dari konsumen yang mungkin membutuhkan spesifikasi produk yang berbeda. Pilihan terakhir PINDAD adalah memperpanjang siklus hidup produk. Dengan memiliki konsumen yang spesifik dan terbatas, dengan sendirinya PINDAD harus terus melakukan pengembangan pada produk-produknya agar selalu bisa dipergunakan dan tidak cepat ditinggalkan Alokasi Dana R&D Perusahaan (yang diwakili oleh top level manajemen) harus memutuskan berapakah alokasi dana pengembangan produk baru yang dirasa paling tepat. Dalam melakukan pengembangan produk baru, hasil yang didapatkan dari 30

17 pengembangan tersebut tidaklah dapat diketahui dengan pasti, atau kemungkinan gagal dan berhasil sama besar. Apabila gagal, maka investasi yang dikeluarkan untuk kegiatan R&D tidaklah dapat dikembalikan, namun apabila berhasil maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang mungkin nilainya berkali lipat dari dana yang dikeluarkan. Strategi pembiayaan kegiatan R&D antara lain: Membiayai sebanyak mungkin proyek pengembangan produk baru, dengan harapan semakin banyak pula keberhasilan dan keuntungan yang diraih oleh proyek tersebut Menentukan dana R&D sebagai fungsi terhadap penjualan Mengalokasikan dana R&D sesuai dengan yang dilakukan oleh kompetitor atau industri yang sejenis Menentukan berapa banyak produk baru yang berhasil yang harus dicapai dan memperkirakan berapa besar investasi yang diperlukan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa sekitar 2/3 industri manufaktur di Indonesia mengalokasikan dana kurang dari 9% dari total penjualan tahunan untuk kegiatan R&D. Sisanya terdiri dari 10-14% (20%), 15-19% (7%), dan 20% (6%). Tabel 4.9 Alokasi Dana R&D di Perusahaan Rata-rata Alokasi Dana R&D % 0 4 % % 5 9 % % % % % 7.06 % 20 % 5.88 % Analisis Hasil Penelitian Alokasi dana yang dilakukan oleh PINDAD adalah 5-9% dari total penjualan. Angka ini sama rata-rata industri dimana 35,29% responden mengalokasikan dana sebesar 5-9%. Bila kita perhatikan, alokasi dana R&D yang dilakukan oleh responden adalah dibawah 10% (lebih dari 65%). Hal ini menunjukkan bahwa R&D masih 31

18 belum dianggap sebagai elemen penting dari peningkatan penjualan. Hanya 5,88% responden yang menganggap hal ini penting dengan mengalokasikan > 20%. Rendahnya alokasi dana yang dilakukan oleh perusahaan bisa jadi merupakan penyebab rendahnya jumlah produk baru yang dihasilkan di Indonesia Strategi Produksi Dalam sebuah perusahaan industri manufaktur, peranan suatu produk sangat penting karena produklah yang mereka tawarkan kepada konsumen. Sedangkan jasa hanya merupakan pelengkap untuk lebih menarik konsumen. Faktor inilah yang menyebabkan sangat penting bagi mereka untuk memperhatikan strategi dalam menghasilkan suatu produk yang bisa diterima konsumen Siklus Hidup Produk Salah satu faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam menentukan strategi produksi adalah yang dikenal sebagai Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle), seperti terlihat pada gambar berikut. Gambar 4.11 Stages of The Life Cycle (Michael Porter, 2004) 32

19 Dari gambar diatas terlihat terlihat bahwa, suatu produk mempunyai siklus hidup tertentu, dan perusahaan harus tahu kapan harus melakukan perubahan atau membuat produk baru sehingga siklus tersebut dapat diperpanjang. Siklus hidup produk terdiri dari 4 tahap, yaitu: Introduction, pada tahap ini perusahaan baru memperkenalkan produknya pada masyarakat sehingga jumlah penjualan yang terjadi pada awalnya masih rendah, dan baru kemudian akan semakin meningkat Growth, pada tahap ini produk tersebut sudah mulai dikenal dan mendapat sambutan yang baik dari masyarakat sehingga jumlah penjualan pun meningkat dengan sangat cepat Maturity, pada tahap ini penjualan produk tersebut tidak mengalami peningkatan yang berarti Decline, pada tahap ini penjualan produk tersebut mulai mengalami penurunan karena sudah mulai ditinggalkan masyarakat Sesuai dengan siklus yang terlihat pada gambar, bisa diambil kesimpulan bahwa pada tahap decline, perusahaan sebaiknya sudah mempunyai produk pengganti atau mengadakan perubahan-perubahan terhadap produk yang dihasilkan, sehingga usia produk tersebut bisa diperpanjang, dan tidak berakhir sampai disitu. Proses inilah yang dikenal dengan Pengembangan Produk Baru (New Product Development). Biasanya dilakukan pada tahap growth atau maturity. Hal ini dilakukan agar pada saat siklus hidup produk tersebut sudah mengalami penurunan, sudah ada produk baru yang siap untuk menggantikan Pengembangan Produk Baru Pengembangan suatu produk membutuhkan alokasi sumber daya serta strategi perusahaan sesuai dengan karakter dari produk tersebut terhadap perusahaan, serta dampak terhadap pasar dari produk yang akan dikembangkan tersebut. Gambar 4.12 berikut menunjukkan bagaimana hubungan antara karakter dari produk yang akan dikembangkan terhadap sifat perubahan teknologi dari produk tersebut serta dampaknya terhadap pasar, yang didasarkan pada kerangka kerja Aggregate Project Planning (APP). 33

20 Gambar 4.12 Kerangka Kerja Aggregate Project Planning (Burgelman, 2004) Berdasarkan kerangka kerja tersebut terlihat bahwa ada 4 tahap pengembangan produk baru yang biasa dilakukan perusahaan. Tergantung pada sasaran yang ingin dicapai oleh perusahaan. Tahap-tahap tersebut adalah: Product/Brand Support, dimana perusahaan hanya melakukan pengembangan dasar dari produk yang sudah ada untuk mengganti produk yang sudah beredar Derivative, tahap ini bertujuan meningkatkan penjualan pada konsumer yang sudah ada dengan melakukan penyempurnaan dari produk sebelumnya Platform, tahap ini terutama ingin mencari konsumen baru, seperti dari generasi yang berbeda Breakthrough, dengan melakukan perubahan yang lebih radikal, perusahaan ingin menciptakan pasar yang benar-benar baru bagi produknya Kerangka kerja APP ini, dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menghubungkan antara strategi perusahaan yang digunakan, dengan mekanisme pengalokasian sumber daya perusahaan dalam proyek pengembangan produk Tipe Produk Baru yang Dikembangkan Kottler dan Kane (2006) mengkategorikan produk baru yang dikembangkan oleh perusahaan menjadi enam macam: 34

21 Produk yang benar-benar baru Produk baru yang menciptakan pasar yang benar-benar baru Lini produk baru Produk baru yang memungkinkan perusahaan memasuki pasar yang ada untuk pertama kali Tambahan pada lini produk yang ada Produk baru yang menambah lini produk yang ada (ukuran kemasan, rasa, dll) Perbaikan dan revisi dari produk yang ada Produk baru yang memiliki performance lebih baik atau nilai lebih baik serta mengganti produk yang ada saat ini Pengurangan biaya Produk baru yang mempunyai performance mirip tetapi dengan biaya yang lebih rendah Dari keenam tipe tersebut, kurang dari 10% dari seluruh produk baru yang benar-benar inovatif dan benar-benar baru di pasar. Produk jenis ini memerlukan investasi biaya yang sangat tinggi, disertai resiko yang tinggi, karena merupakan hal baru bagi perusahaan maupun bagi pasar. Untuk dapat menghasilkan produk tipe ini, perusahaan biasanya harus melakukan percobaan berkali-kali sebelum menemukan produk yang inovatif. Pasar yang menjadi tujuan produk baru inipun belum dapat diperkirakan bagaimana reaksinya terhadap adanya produk tipe ini. Oleh karena itu, sebagian besar produk baru yang dikembangkan oleh perusahaan merupakan perbaikan dari produk yang ada saat ini. Perbaikan atau pengembangan yang dapat dilakukan pada suatu produk bersifat multidimensional karena dapat dilakukan dari berbagai sisi, seperti terlihat pada gambar dibawah. Brand Name Level of Service Price Gambar 4.13 A Product is Mulltidimensional (Paul Trott, 2002) 35

22 Tipe Produk Baru (Hasil Survei) Berdasarkan survei yang diberikan, diperoleh hasil seperti terlihat pada tabel-tabel berikut. Tabel 4.10 Tipe Produk Baru yang Dikembangkan (Rata-rata Industri) Tipe Produk Baru Nilai Produk yang dikembangkan sangat baru dibandingkan produk 3.51/5.00 sebelumnya Untuk membuat produk tersebut, dibutuhkan proses yang sangat 3.18/5.00 berbeda dari proses yang ada sebelumnya Untuk membuat produk tersebut, dibutuhkan mesin yang sangat 2.66/5.00 berbeda dari mesin yang ada sebelumnya Untuk membuat produk tersebut, dibutuhkan keterampilan baru 3.49/5.00 Produk yang dikembangkan sebelumnya tidak ada di pasar 3.25/5.00 Produk yang dikembangkan adalah produk turunan/derivatif 3.43/5.00 Produk yang dikembangkan adalah produk 2.67/5.00 breakthrough/radikal Tabel 4.11 Tipe Produk Baru yang Dikembangkan (PINDAD) Tipe Produk Baru Nilai Produk yang dikembangkan sangat baru dibandingkan produk 4.00/5.00 sebelumnya Untuk membuat produk tersebut, dibutuhkan proses yang sangat 3.00/5.00 berbeda dari proses yang ada sebelumnya Untuk membuat produk tersebut, dibutuhkan mesin yang sangat 3.00/5.00 berbeda dari mesin yang ada sebelumnya Untuk membuat produk tersebut, dibutuhkan keterampilan baru 4.00/5.00 Produk yang dikembangkan sebelumnya tidak ada di pasar 3.00/5.00 Produk yang dikembangkan adalah produk turunan/derivatif 2.00/5.00 Produk yang dikembangkan adalah produk 2.00/5.00 breakthrough/radikal 36

23 Setelah dilakukan perhitungan lebih lanjut, data yang didapat dari industri manufaktur di Indonesia menunjukkan bahwa tipe produk baru yang dikembangkan lebih mengarah kepada produk derivative. Hal ini bisa dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.12 Kecenderungan Pengembangan Tipe Produk Baru (Rata-rata Industri) Variabel Nilai Tipe Produk Baru Cenderung derivatif (α = 0.506) Produk turunan / derivatif 3.19 / 5.00 Produk breakthrough/radikal 3.14 / 5.00 Tabel 4.13 Kecenderungan Pengembangan Tipe Produk Baru (PINDAD) Variabel Nilai Tipe Produk Baru Produk turunan / derivatif 3.00 / 5.00 Produk breakthrough/radikal 3.00 / 5.00 Hasil tipe produk baru yang cenderung derivative dengan Cronbach Alpha sebesar diteliti dari karakteristik berikut: Produk yang dikembangkan sangat baru dibandingkan produk sebelumnya Untuk membuat produk tersebut, dibutuhkan proses yang sangat berbeda dari proses yang ada sebelumnya Untuk membuat produk tersebut, dibutuhkan mesin yang sangat berbeda dari mesin yang ada sebelumnya Untuk membuat produk tersebut, dibutuhkan keterampilan baru Produk yang dikembangkan sebelumnya tidak ada di pasar Analisis Hasil Penelitian Bila kita bandingkan angka yang didapat dari rata-rata industri dengan PINDAD, terlihat bahwa pengembangan produk baru yang dilakukan di PINDAD hampir sama dengan nilai dari rata-rata industri. Pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13, 37

24 terlihat bahwa walaupun ada kecenderungan untuk menghasilkan produk derivative, tetapi produk yang benar-benar baru juga menjadi perhatian, dengan skala nilai yang lebih kecil. Untuk PINDAD, nilai yang dimiliki sama, artinya PINDAD memproduksi kedua jenis produk tersebut bersama-sama, tidak ada konsentrasi terhadap produk tertentu. Berkaitan dengan rendahnya dana R&D seperti yang dijelaskan sebelumnya, tidak mengherankan apabila tipe produk baru yang dihasilkan oleh industri manufaktur di Indonesia mengarah ke produk derivative, dimana produk yang dikembangkan merupakan modifikasi/perbaikan dari produk yang ada saat ini, yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini mendukung penemuan sebelumnya bahwa tujuan pengembangan produk baru terbesar yang dilakukan oleh industri ini adalah untuk memenuhi permintaan konsumen. Produk derivative mempunyai ciri siklus hidup yang lebih pendek dan margin yang rendah yang bertujuan untuk bertahan dalam pasar yang kompetitif dan jenuh. Hal ini berbeda dengan produk breakthrough/radikal yang mampu menciptakan pasar baru dengan margin tinggi, namun membutuhkan sumber daya yang jauh lebih besar. Tipe produk derivative yang umumnya banyak dikembangkan oleh industri manufaktur di Indonesia mengakibatkan produk ini tidak menghasilkan kenaikan profit yang signifikan karena margin-nya yang rendah. Walaupun mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda, namun produk derivative ini relatif sama dengan produk kompetitor. Konsumen yang sensitif terhadap perbandingan antara harga dan keuntungan (cost and benefit) akan dengan teliti membandingkan antara harga yang harus dibayarkan dengan keuntungan yang didapat. Siklus hidup yang relatif pendek menyebabkan perusahaan harus mampu untuk meluncurkan produk baru dalam waktu yang cukup singkat pula. Oleh karena itu, untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan profit perusahaan, industri manufaktur di Indonesia sebaiknya mulai mengarahkan pengembangan produk barunya ke arah produk yang radikal. Dengan meluncurkan produk tipe ini, bahkan perusahaan akan mampu menciptakan pasar yang baru, karena belum adanya pasar bagi produk tersebut. 38

25 Jumlah Produk Baru Yang Diluncurkan Produk baru yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan dan berhasil diluncurkan sangat tergantung dari beberapa faktor seperti tipe produk baru tersebut, tingkat kesulitan pembuatan produk, besar investasi yang dilakukan, waktu yang dibutuhkan, dan lainnya. Misalnya saja jumlah produk baru yang diluncurkan oleh perusahaan otomotif kemungkinan tidak akan sebanyak produk baru yang diluncurkan oleh perusahaan di bidang makanan/minuman. Data yang dikumpulkan dari responden menunjukkan bahwa industri manufaktur di Indonesia ditandai dengan rendahnya jumlah produk baru yang berhasil diluncurkan ke pasar. Sebanyak 53% dari total responden meluncurkan kurang dari 4 produk setiap tahunnya (Tabel 4.14). Tabel 4.14 Jumlah Produk Baru yang Diluncurkan Jumlah Produk yang Diluncurkan % % % % % % Analisis Hasil Penelitian Dari hasil survei, PINDAD mengatakan bahwa jumlah produk baru yang mereka keluarkan pertahun adalah 5-9 produk. Angka ini diatas rata-rata industri yang hanya 0-4 produk pertahun. Jumlah produk baru yang cukup banyak ini menunjukkan bahwa pengembangan produk baru yang dilakukan di PINDAD sudah cukup baik, dengan berada diatas rata-rata industri. Disamping itu, alokasi dana yang cukup besar, juga menjadi salah satu faktor pendukung pengembangan produk baru yang dilakukan di PINDAD. Rendahnya jumlah produk baru yang berhasil diluncurkan pada rata-rata industri mengindikasikan bahwa industri manufaktur di Indonesia tidak aktif dalam usaha pengembangan produk baru atau proses inovasi. Kondisi ini perlu diwaspadai mengingat pengembangan produk baru merupakan faktor kunci sukses untuk dapat berkompetisi di dunia bisnis saat ini. Dengan rendahnya jumlah 39

26 produk yang diluncurkan, dikhawatirkan bahwa suatu saat nanti industri ini tidak akan mampu bertahan melawan gempuran produk baru yang muncul dari luar negeri, seperti Cina, Malaysia dan Vietnam. Bagaimanapun juga, sedikitnya jumlah produk baru tersebut berhubungan dengan alokasi dana R&D yang cukup kecil. Hal ini mengakibatkan bagian pengembangan produk baru hanya mampu melakukan penelitian dan pengembangan dalam jumlah yang sangat terbatas, sehingga produk yang berhasilpun tidak banyak Proses Pengembangan Produk Baru Dalam menghasilkan sebuah produk baru, perusahaan dapat melakukannya melalui dua cara, yaitu akuisisi atau pengembangan produk baru. Akuisisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti membeli perusahaan lain, membeli patent, ataupun membeli franchise. Sedangkan dalam mengembangkan produk baru, perusahaan dapat melakukannya di dalam perusahaan, ataupun bekerja sama dengan perusahaan lain untuk bersama-sama menghasilkan produk baru. Proses pengembangan produk baru meliputi beberapa tahapan berikut: Gambar 4.14 Proses Pengambilan Keputusan Pengembangan Produk Baru (Kottler & Kane, 2006) 40

27 Tahapan tersebut biasanya berlaku untuk setiap produk baru yang dikembangkan. Namun banyak perusahan yang mempunyai berbagai macam proyek pengembangan produk baru yang diproses bersamaan melalui tahapan tersebut, yang memungkinkan perusahaan bergerak aktif dalam menghasilkan produk baru Peranan R&D, Marketing, dan Produksi dalam Pengembangan Produk Baru Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, proses pengembangan produk baru yang dilakukan oleh perusahaan harus didukung dengan sumber daya yang ada. Kebijakan perusahaan dalam menentukan arah inovasi sangat terkait erat dengan alokasi sumber daya yang diberikan untuk kegiatan ini. Pada penelitian ini, terdapat tiga bagian yang peranannya diteliti, yaitu marketing, R&D, dan produksi: Tabel 4.15 Peranan Bagian dalam Pengembangan Produk Baru (Rata-rata Industri) Bagian Cronbach s α Rata-rata R&D /5.00 Marketing /5.00 Produksi /5.00 Tabel 4.16 Peranan Bagian dalam Pengembangan Produk Baru (PINDAD) Bagian Rata-rata R&D 3.25/5.00 Marketing 2.25/5.00 Produksi 1.50/5.00 Peranan dari masing-masing bagian tersebut diukur dari proses pengembangan produk baru berikut: Inisiatif pengajuan ide produk baru Pengaruh terbesar dalam menentukan produk baru Tanggung jawab terbesar dalam mengembangkan produk baru Kontribusi terbesar sejak awal hingga selesainya pengembangan produk 41

28 Berdasarkan survei, diperoleh bahwa keadaan yang terjadi di PINDAD seperti yang terlihat pada Tabel Tabel 4.17 Variabel Peranan Bagian dalam Pengembangan Produk Baru (PINDAD) Peranan Bagian Staff R&D berinisiatif untuk mengajukan ide produk baru 2 Staff Marketing berinisiatif untuk mengajukan ide produk baru 2 Staff Produksi berinisiatif untuk mengajukan ide produk baru 1 Bagian R&D memiliki pengaruh terbesar dalam menentukan produk baru Bagian Marketing memiliki pengaruh terbesar dalam menentukan produk baru Bagian Produksi memiliki pengaruh terbesar dalam menentukan produk baru Bagian R&D memiliki tanggung jawab terbesar dalam mengembangkan produk baru Bagian Marketing memiliki tanggung jawab terbesar dalam mengembangkan produk baru Bagian Produksi memiliki tanggung jawab terbesar dalam mengembangkan produk baru Bagian R&D memberikan kontribusi terbesar sejak awal hingga selesainya pengembangan produk Bagian Marketing memberikan kontribusi terbesar sejak awal hingga selesainya pengembangan produk Bagian Produksi memberikan kontribusi terbesar sejak awal hingga selesainya pengembangan produk Nilai Analisis Hasil Penelitian Dari keseluruh bagian yang diukur (marketing, R&D, dan produksi) dalam proses pengembangan produk baru, bagian marketing dan R&D di industri manufaktur memegang peranan yang besar. Responden menyatakan bahwa R&D mempunyai peranan terbesar dalam proses ini, disusul dengan marketing dan produksi. Dari hasil yang terlihat di PINDAD, terlihat bahwa peranan dari bagian R&D terlihat jauh lebih tinggi daripada bagian marketing dan produksi. Bisa dilihat dari peranannya yang besar dalam penentuan produk baru, tanggung jawab pengembangan, dan bahkan kontribusi terbesar dari awal sampai akhir. 42

29 Bagian marketing hanya mempunyai peranan yang sama dengan R&D pada tahap memberikan usulan produk baru. Hal ini mungkin dikarenakan pengetahuan tentang pasar yang dimiliki oleh bagian marketing. Dimana tujuan pengembangan produk baru yang terutama berdasarkan survei adalah untuk memenuhi keinginan pasar, sehingga sangat penting bagi perusahaan untuk mengembangkan produk yang diinginkan oleh pasar. Kontribusi bagian produksi di PINDAD terlihat sangat kecil di semua tahap. Hal ini bisa diartikan bahwa peranan yang dimiliki hanya sekedar untuk memproduksi apa yang sudah dikembangkan oleh bagian-bagian lain, dalam hal ini adalah bagian R&D. Bila dibandingkan dengan rata-rata industri yang ada (Tabel 4.15), peranan bagian marketing dan produksi di PINDAD jauh dibawah rata-rata industri (Tabel 4.16). Walaupun mempunyai peranan yang berbeda, proses pengembangan produk baru akan lebih baik apabila industri manufaktur di Indonesia mampu untuk mengintegrasikan seluruh bagian untuk bersama-sama memiliki peran yang dapat mempercepat terciptanya produk baru. Dengan kerja sama setiap bagian, maka solusi dalam pengembangan produk baru akan lebih cepat ditemukan, sehingga proses yang dibutuhkan akan memakan waktu yang lebih singkat Proses Pengembangan Produk Baru Penanganan pengembangan produk baru dalam industri manufaktur dalam perusahaan harus selaras dengan tujuan jangka pendek maupun jangka panjangnya. Pengembangan produk haruslah menjadi bagian integral dari strategi bisnis untuk dapat mencapai keuntungan dan pertumbuhan yang diinginkan. Inovasi sebagai bagian penting dalam strategi bisnis merupakan sebab mengapa perusahaan sebaiknya mempunyai aturan prosedur yang jelas mengenai pelaksanaan pengembangan produk baru. Hal ini untuk memastikan bahwa proses ini berjalan dengan semestinya, sehingga evaluasi dan perbaikan dapat dengan mudah dilakukan. Namun demikian, hanya 61% perusahaan yang memiliki prosedur formal untuk pengembangan produk baru (Tabel 4.18), sedangkan sisanya melakukan 43

30 proses pengembangan produk baru tanpa adanya prosedur formal, ataupun tidak melakukan pengembangan produk baru sama sekali. Tabel 4.18 Prosedur Formal Pengembangan Produk Baru Karakteristik Nilai Adanya prosedur formal untuk pengembangan produk baru % % Ya Tidak Analisis Hasil Penelitian Adanya prosedur formal dalam pengembangan produk baru menjadi penting untuk mengetahui apakah tahapan-tahapan yang ada telah dilaksanakan dengan baik. Selain itu hal ini penting untuk tujuan evaluasi proses, dimana perusahaan dapat mengetahui peranan dan waktu yang dibutuhkan dari bagian terkait untuk menyelesaikan tugasnya, serta menganalisa hasil dari pengembangan produk baru tersebut. Seperti halnya rata-rata industri, di PINDAD juga terdapat prosedur formal dalam pengembangan produk baru. Dari data diatas, terlihat bahwa lebih dari 60% responden menyadari pentingnya prosedur formal dalam pengembangan produk baru. Dengan adanya prosedur formal, pengembangan produk baru yang dilakukan akan dapat lebih terarah, efektif dan efisien. Dalam melakukan pengembangan produk baru, 44% menyatakan bahwa pengembangan produk baru dilakukan dengan mengkombinasikan concurrent (beberapa kegiatan dilakukan dalam waktu bersamaan) dan serial (setiap kegiatan dilakukan setelah proses yang lain selesai dilakukan) (Tabel 4.19). Tabel 4.19 Proses Pengembangan Produk Baru Karakteristik Nilai Pelaksanaan proses pengembangan produk baru % % % 4.55 % 3.41 % Kombinasi concurrent & serial Serial Concurrent Lebih sering concurrent Lebih sering serial 44

31 Secara umum dapat diketahui bahwa proses pengembangan produk baru di industri manufaktur di Indonesia mempunyai kecenderungan untuk bersifat serial. Dengan sifat tersebut, tidaklah mengherankan apabila proses pengembangan produk baru berlangsung lambat dan memakan waktu lebih lama, karena usulan atau ide produk baru tidak dapat langsung diwujudkan apabila masih ada kegiatan lama yang belum terselesaikan. Setiap permasalahan yang timbul pada proses pengembangan produk baru akan dikembalikan ke bagian yang bertanggung jawab pada proses sebelumnya. Akibatnya, solusi dari masalah tersebut kemungkinan akan diselesaikan dalam waktu yang lebih lama, sehingga saat produk tersebut diluncurkan ke pasar, perusahaan akan kehilangan momentum yang tepat dan kompetitor mungkin telah mengambil keuntungan dengan menjadi yang pertama di pasar. Di PINDAD, pengembangan produk baru menggunakan proses concurrent (beberapa kegiatan dilakukan dalam waktu bersamaan). Pemilihan proses ini memungkinkan jumlah produk baru yang dihasilkan akan lebih banyak dan lebih cepat. Dibandingkan dengan proses serial, proses ini lebih efektif dalam pengembangan produk baru, tetapi juga membutuhkan dana lebih besar dan jumlah tim yang lebih banyak Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Produk Baru Studi ini juga melihat bagaimana industri manufaktur secara umum melaksanakan kegiatan-kegiatan pengembangan produk baru. Responden ditanya bagaimana mereka melaksanakan kegiatan-kegiatan berikut: R&D Survei / riset pasar Identifikasi ide produk Pemilihan konsep produk Tes konsep produk Pembuatan prototype Tes pasar Produksi Peluncuran produk 45

32 Dari seluruh kegiatan ini, hampir 70% responden menyatakan telah melakukan kegiatan pengembangan produk baru di dalam negeri, sedangkan 16% di luar negeri dan 4% dilakukan oleh eksternal (jasa konsultan). Hal ini berarti bahwa 89% industri manufaktur di Indonesia melaksanakan kegiatan pengembangan produk baru, dan hanya 11 % yang tidak melakukan (lihat Gambar 4.15 dan Tabel 4.20). Tabel 4.20 Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Produk Baru Melakukan Tidak Dalam Luar External / Melakukan Negeri Negeri Outsourcing % % % 4.22 % Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Produk Baru Peluncuran Produksi Tes pasar Prototype Tes konsep Pemilihan konsep Identifikasi ide Riset Pasar R&D 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% Tidak Melakukan Melakukan - Luar Negeri Melakukan - Dalam Negeri Melakukan - External Gambar 4.15 Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Produk Baru Analisis Hasil Penelitian Hasil ini cukup menggembirakan. Besarnya prosentase perusahaan yang melakukan kegiatan pengembangan produk baru, berarti adanya perhatian dari industri manufaktur di Indonesia bahwa kegiatan pengembangan produk baru merupakan hal yang penting bagi kelangsungan bisnis perusahaan. Dengan demikian, industri ini masih memiliki peluang untuk dapat bertahan dalam kompetisi pasar yang semakin ketat dan adanya globalisasi ekonomi. 46

33 PINDAD untuk kategori ini melakukan semua proses tersebut secara internal di dalam negeri, kecuali tes pasar yang tidak mereka lakukan. Hal ini tidak aneh bila mengingat konsumen PINDAD yang terbatas sehingga mereka mungkin beranggapan bahwa tes pasar tidak diperlukan. Walaupun demikian, sebaiknya PINDAD tetap melakukan tes pasar, terutama untuk produk komersial mereka, atau bila ingin melakukan penetrasi ke pasar luar negeri. 4.7 Organisasi Pengembangan Produk Baru Dalam melaksanakan pengembangan produk baru, perusahaan membagi tanggung jawab organisasi dengan cara yang berbeda. Beberapa perusahaan memberikan tanggung jawab tersebut kepada manajer bagian (departemen) tertentu, yang mana biasanya mereka sudah cukup disibukkan dengan tugas intinya dan kurang memberikan perhatian pada pengembangan produk baru. Perusahaan lain membentuk unit khusus yang menangani masalah ini (departemen pengembangan produk baru). Sisanya membentuk tim khusus yang terdiri dari manajemen fungsi silang yang diberi tanggung jawab untuk pengembangan produk baru. Tim ini akan dibebaskan dari tugasnya, diberikan alokasi dana dan waktu untuk menyelesaikan tanggung jawab barunya. Studi yang dilakukan memperlihatkan bahwa sebanyak 90% perusahaan mempunyai unit pengembangan produk baru dan hanya sekitar 10% yang tidak memiliki unit tersebut (Tabel 4.21). Dari responden yang memiliki unit pengembangan produk baru, pada umumnya mereka tidak memiliki unit khusus untuk menangani hal ini. 74% dari total seluruh perusahaan yang mempunyai unit pengembangan produk baru menyatakan bahwa pelaksanan kegiatan pengembangan produk baru dirangkap oleh bagian lain yang terdiri dari: marketing (31%), R&D (32%), dan produksi (27%) (lihat Gambar 4.16). Tabel 4.21 Posisi Unit Pengembangan Produk Baru Posisi Unit Pengembangan Produk Baru % Tidak mempunyai unit pengembangan produk baru 9.64 % Mempunyai unit pengembangan produk baru % Dengan rincian: Unit terpisah / otonom % Tim ad-hoc % Dirangkap oleh bagian lain % 47

34 Proporsi Bagian yang Merangkap sebagai Unit Pengembangan Produk Baru Keuangan 5% Lainnya 5% Marketing 31% R&D 32% Produksi 27% Gambar 4.16 Pelaksana Pengembangan Produk Baru Analisis Hasil Penelitian Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nampaknya industri manufaktur di Indonesia belum dapat mengupayakan adanya unit terpisah yang khusus menangani pengembangan produk baru. Hal ini menyebabkan pelaksanan pengembangan produk baru hanya sededar menjadi tugas tambahan dari tugas inti yang telah diberikan oleh perusahaan. Akibatnya, proses ini berlangsung tidak maksimal dan memakan waktu yang cukup lama. PINDAD sendiri membebankan tugas pengembangan produk baru pada bagian R&D. Strategi yang dilakukan di PINDAD dengan menugaskan R&D dalam pengembangan produk baru menyebabkan bagian tersebut memerlukan personil dalam jumlah yang besar, PINDAD mempunyai 45 orang staf R&D. Disamping itu, untuk lebih meningkatkan konerjanya, bagian itu juga berisi tidak hanya staf dengan kemampuan R&D, tetapi juga produksi, engineering dan mutu. Sebetulnya akan lebih baik apabila unit ini dipisah menjadi unit yang khusus menangani pengembangan produk baru sehingga akan lebih fokus dalam melakukan pekerjaannya. 4.8 Kinerja Produk Baru Kinerja (performance) produk baru yang dikembangkan oleh perusahaan diukur berdasarkan performance internal maupun eksternal. Secara internal, performance diukur dari manfaat pengembangan produk baru bagi faktor-faktor 48

DAFTAR PUSTAKA. Corporate Profile, [diakses tanggal 8 Juni 2007]

DAFTAR PUSTAKA. Corporate Profile,  [diakses tanggal 8 Juni 2007] DAFTAR PUSTAKA Burgelman, Robert A., 2004. Strategic Management of technology and innovation/robert A. Burgelman, Clayton M. Christensen, Steven C. Wheelwright, 4th edition. The McGraw-Hill Companies,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK BARU PADA PT PINDAD (PERSERO) PENELITIAN PROYEK AKHIR

ANALISIS KINERJA STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK BARU PADA PT PINDAD (PERSERO) PENELITIAN PROYEK AKHIR ANALISIS KINERJA STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK BARU PADA PT PINDAD (PERSERO) PENELITIAN PROYEK AKHIR Oleh: ARIEF WITJAKSONO KAUTSAR NIM: 29105005 Program Studi Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PERENCANAAN PENELITIAN DAN TINJAUAN PUSTAKA Langkah pertama dalam melakukan penelitan adalah dengan mengidentifikasi masalah yang ada dan menentukan tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing diharuskan mampu dalam memahami perubahan struktur pasar dan

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM

STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM PENDAHULUAN UKM adalah salah satu sektor ekonomi yang sangat diperhitungkan di Indonesia karena kontribusinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi melakukan penyesuaian terhadap kondisi organisasi dengan. lingkungan. Dalam kondisi demikian, kemampuan manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. organisasi melakukan penyesuaian terhadap kondisi organisasi dengan. lingkungan. Dalam kondisi demikian, kemampuan manajemen untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keadaan perekonomian dewasa ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia usaha. Dengan adanya perkembangan tersebut maka akan timbul berbagai persaingan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

Integrated Marketing Communication 2

Integrated Marketing Communication 2 Modul ke: 03Fakultas Eppstian Fakultas Ilmu Komunikasi Integrated Marketing Communication 2 Analisis Situasi Pasar dengan Model Michael Porter, GE Matrix, dan Product Life Cycle (PLC) Syah As ari, M.Si

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Strategic Strategy dalam sebuah perusahaan terdiri dari beberapa pergerakan kompetitif dan pendekatan bisnis yang manager lakukan untuk mengembangkan bisnis, menarik dan melayani

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Business Model Menurut Alan Afuah business model adalah kumpulan aktivitas yang telah dilakukan sebuah perusahaan, bagaimana hal tersebut dilakukan, dan

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Dewasa ini, kebutuhan manusia di seluruh dunia terus berkembang. Ini ditandai dengan sangat bervariasinya kebutuhan dan keinginan manusia yang berbeda -beda.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap strategi di dalam perusahaan. Petunjuk Bobot : Berilah bobot antara 0-1 dengan

Lebih terperinci

STRATEGI DAN PROSES PENGEMBANGAN PRODUK: STUDI KASUS INDUSTRI KREATIF DI WILAYAH JAWA BARAT

STRATEGI DAN PROSES PENGEMBANGAN PRODUK: STUDI KASUS INDUSTRI KREATIF DI WILAYAH JAWA BARAT STRATEGI DAN PROSES PENGEMBANGAN PRODUK: STUDI KASUS INDUSTRI KREATIF DI WILAYAH JAWA BARAT Ryan Kurniawan 1, Andhi Sukma 2 1 Universitas Widyatama, Bandung, ryan.kurniawan@widyatama.ac.id 2 Universitas

Lebih terperinci

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS Prentice Hall, 2002 8-1 PENTINGNYA MANAJEMEN STRATEGIS APA YANG DIMAKSUD MANAJEMEN STRATEGIS? Sekumpulnan keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat jumlah penduduk yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara berpenduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis rantai..., Muhammad Alfan Ihsanuddin, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisis rantai..., Muhammad Alfan Ihsanuddin, FE UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar industri teknologi informasi di Indonesia dalam dekade terakhir tumbuh dengan pesat seiring dengan cepatnya perkembangan di bidang teknologi dan tingginya permintaan

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 RUMAH Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang dan pangan. Rumah biasanya digunakan manusia sebagai tempat berlindung dari panas matahari dan hujan. Selain

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut di bawah ini: 1. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

Survey Bisnis Keluarga 2014 Indonesia

Survey Bisnis Keluarga 2014 Indonesia www.pwc.com/id Survey Bisnis Keluarga 2014 Indonesia November 2014 Terima kasih.. Atas partisipasi dalam survey dan kehadirannya Agenda Latar belakang Family business survey 2014 Sekilas temuan utama Gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cepat sehingga menjadi pionir atau menunggu investasi dan melihat reaksi

BAB I PENDAHULUAN. dengan cepat sehingga menjadi pionir atau menunggu investasi dan melihat reaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan akan berhadapan dengan masalah yang kompleks pada saat memutuskan untuk investasi pada suatu produk, contohnya apakah investasi dengan cepat sehingga

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL

ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL 1 STRATEGI OPERASI DALAM LINGKUNGAN GLOBAL Manajemen Operasional di lingkungan global dan pencapaian keunggulan kompetitif melalui operasional 2 APA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi. Saat ini layanan sistem pembayaran yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi. Saat ini layanan sistem pembayaran yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menghasilkan inovasi-inovasi baru hampir diseluruh sektor perekonomian. Perkembangan sistem pembayaran merupakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis L1 LAMPIRAN 1 Kuesioner Portfolio Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat dan disebarkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi dengan judul Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi

Lebih terperinci

Renny Indaryanti Akip F UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan yang begitu cepat didalam bisnis.

Renny Indaryanti Akip F UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan yang begitu cepat didalam bisnis. Analisis hubungan kinerja pemasaran dan proses pengembangan produk dan pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ) Renny Indaryanti Akip F.0201091 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satunya adalah penelitian yang melakukan analisa lingkungan internal dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satunya adalah penelitian yang melakukan analisa lingkungan internal dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian yang dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan kajian. Berikut ini adalah pemaparan secara singkat yang

Lebih terperinci

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PROFIL PERUSAHAAN BAB I PROFIL PERUSAHAAN 1.1 Sejarah Singkat Sumber yang dipergunakan untuk membuat profil PT PINDAD adalah www.pindad.com dan www.wikipedia.org. Dengan menggunakan kedua website tersebut sebagai sumber,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini situasi persaingan dalam dunia usaha semakin ketat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini situasi persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini situasi persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Setiap perusahaan baik yang berskala kecil, menengah, maupun yang besar akan selalu menghadapi persaingan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Berdasarkan dari kerangka permasalahan yang ada dan dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka landasan teori yang akan dipakai adalah teori

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan L1 LAMPIRAN 1 Kuesioner Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat dan disebarkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan Menggunakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis

BAB V PENUTUP. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis meliputi perluasan geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar,

Lebih terperinci

Dr. Vanessa Gaffar, SE.Ak, MBA

Dr. Vanessa Gaffar, SE.Ak, MBA Mengelola Perusahaan Bisnis Dr. Vanessa Gaffar, SE.Ak, MBA A. Menetapkan Tujuan dan Merumuskan Strategi 1. Menetapkan Tujuan Bisnis 2. Merumuskan Strategi 3. Rencana Kontingensi dan Manajemen Krisis 1.

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah skor antara dimana: Tidak berhubungan sama sekali Sangat sedikit hubungannya Sedikit berhubungan Cukup berhubungan Memiliki hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki daya saing yang relatif baik di pasar internasional. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS PASAR. Audit thd semua lingkungan relevant thd suatu brand pada saat tertentu, Misal : produk Bank berupa jasa giro Peluang Pemasaran

ANALISIS PASAR. Audit thd semua lingkungan relevant thd suatu brand pada saat tertentu, Misal : produk Bank berupa jasa giro Peluang Pemasaran ANALISIS PASAR Analisa Pasar merupakan bagian penting dalam manajemen pemasaran, karena dalam konsep pemasaran adalah memberikan kepuasan pada jonsumen sasaran ( kebutuhan dan keinginan ) ANALISA SITUASI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Faktor yang penting dalam proses ITSP adalah penggunaan metodologi. Metodologi merupakan kumpulan dari metode, teknik dan alat yang digunakan dalam penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (subsidiary) dari PT. Pertamina (Persero). Ada dua sektor yang menjadi target

BAB I PENDAHULUAN. (subsidiary) dari PT. Pertamina (Persero). Ada dua sektor yang menjadi target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelumas Pertamina adalah produk pelumas yang diproduksi oleh perusahaan Indonesia yaitu PT. Pertamina Lubricants yang merupakan anak perusahaan (subsidiary)

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS INDUSTRI

BAB 3 ANALISIS INDUSTRI BAB 3 ANALISIS INDUSTRI Analisa lingkungan mikro merupakan suatu analisa untuk mengetahui kekuatan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup suatu industri. Dengan menganalisa lingkungan mikro, kita bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen strategis adalah seperangkat keputusan manajerial dan tindakan yang menentukan kinerja jangka panjang dari perusahaani. Ini mencakup pemindaian lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harga merupakan salah satu elemen dari pemasaran yang ditetapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Harga merupakan salah satu elemen dari pemasaran yang ditetapkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Harga merupakan salah satu elemen dari pemasaran yang ditetapkan oleh perusahaan yang sifatnya strategis karena keputusan harga bersifat jangka panjang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup stabil di Indonesia. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup stabil di Indonesia. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri otomotif beberapa tahun terakhir ini menunjukkan berkembangan yang cukup stabil di Indonesia. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah penjualan mobil baru

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Market Assessment. Marketing Strategy. Business Plan. Conclusion

BAB III METODOLOGI. Market Assessment. Marketing Strategy. Business Plan. Conclusion 40 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Market Assessment SWOT Porter s Five Forces Marketing Strategy Business Plan Conclusion Gambar 3.1 Kerangka Pikir 41 3.2. Penjelasan Kerangka Pikir Pertama-tama,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 126 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis mendalam tentang PT. Asuransi Wahana Tata serta melakukan perhitungan terhadap setiap aspek yang berkaitan dengan pengembangan strategi

Lebih terperinci

Manajemen Strategik: Gambaran Umum

Manajemen Strategik: Gambaran Umum Manajemen Strategik: Gambaran Umum Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.... Contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis dan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan-i 2015

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis dan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan-i 2015 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang sedang berkembang dilihat dari pertumbuhan bisnis dan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan-i 2015 terhadap triwulan-i 2014

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC )

BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC ) BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC ) Beberapa waktu terakhir ini di saat era persaingan bisnis semakin hari semakin ketat para pelaku bisnis atau dalam hal ini bisa dikatakan suatu perusahaan harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini persaingan di dunia kerja semakin ketat dan pengangguran di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini persaingan di dunia kerja semakin ketat dan pengangguran di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini persaingan di dunia kerja semakin ketat dan pengangguran di Indonesia juga semakin banyak. Hal ini didukung dengan semakin banyaknya perusahaan besar dan kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1,49% per tahun (www.bps.go.id). Pada tahun 2013 jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1,49% per tahun (www.bps.go.id). Pada tahun 2013 jumlah penduduk Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah penduduk yang padat. Pada tahun 2010 jumlah penduduk tercatat 237,6 juta dengan tingkat pertumbuhan 1,49% per

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap L1 Daftar Pertanyaan Wawancara 1. Apa visi dan misi instansi? 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap bagian? 3. Bagaimana proses bisnis instansi? 4. Sejak tahun

Lebih terperinci

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter 5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter 8:34 PM No comments dada Dalam buku " Competitive Strategy " disebutkan bahwa terdapat 5 kekuatan strateri bisnis yang merupakan kerangka

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PENGEMBANGAN PRODUK BARU. (STUDI KASUS: TelkomRisTI) PROYEK AKHIR

ANALISIS KINERJA PENGEMBANGAN PRODUK BARU. (STUDI KASUS: TelkomRisTI) PROYEK AKHIR ANALISIS KINERJA PENGEMBANGAN PRODUK BARU (STUDI KASUS: TelkomRisTI) PROYEK AKHIR Oleh: YULIA NOVIANTI NIM: 29106070 PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI BISNIS SEKOLAH BISNIS DAN MANAJEMEN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB 3 PENTINGNYA TEKNOLOGI INFORMASI

BAB 3 PENTINGNYA TEKNOLOGI INFORMASI BAB 3 PENTINGNYA TEKNOLOGI INFORMASI A. Keunggulan Kompetitif Keunggulan kompetitif adalah kemampuan perusahaan untuk memformulasi strategi pencapaian peluang profit melalui maksimisasi penerimaan dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana: LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah nilai bobot antara - dimana: Tidak berhubungan sama sekali. Sangat sedikit hubungannya. Sedikit hubungannya Cukup berhubungan. Memiliki

Lebih terperinci

BAB 6. Strategi Tingkat Bisnis (Business-Level Strategy) Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng

BAB 6. Strategi Tingkat Bisnis (Business-Level Strategy) Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng 1-1 BAB 6. Strategi Tingkat Bisnis (Business-Level Strategy) Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng www.rudyct.com/about_me.htm Strategi Tkt Bisnis 1-2 adalah strategi bisnis yg perlu ditempuh agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam lima tahun belakangan ini, pengguna internet di Indonesia telah. bertumbuh dengan signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam lima tahun belakangan ini, pengguna internet di Indonesia telah. bertumbuh dengan signifikan. 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lima tahun belakangan ini, pengguna internet di Indonesia telah bertumbuh dengan signifikan. Gambar 1.1 Asia Top Internet Countries 14 Melihat peluang pasar

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Pemikiran Konseptual Pemikiran konseptual pada penelitian ini didasarkan pada pencarian dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh Jatis Mobile dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Strategic Company Strategy merupakan kombinasi dari pergerakan kompetitif dan pendekatan bisnis yang manager lakukan untuk melayani pelanggan, dapat memenangkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Hasil Analisis Budaya perusahaan merupakan salah satu aspek yang penting untuk mencapai tujuan perusahaan. Hasil analisis mengenai budaya perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, persaingan usaha semakin kompetitif dan kreatif. Untuk dapat bertahan dalam persaingan usaha yang ketat, pihak manajemen dalam

Lebih terperinci

STRATEGI DAN PELUANG YANG KOMPETITIF. Pertemuan 03 3 SKS

STRATEGI DAN PELUANG YANG KOMPETITIF. Pertemuan 03 3 SKS Materi 1. Era Informasi 2. Strategi dan Peluang Yang Kompetitif 3. Database dan Database Warehouse 4. Desain Database 5. Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas 6. E-Commerce STRATEGI DAN PELUANG

Lebih terperinci

STRATEGI PERUSAHAAN DALAM PENGEMBANGAN PRODUK BARU: PENELITIAN KASUS PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

STRATEGI PERUSAHAAN DALAM PENGEMBANGAN PRODUK BARU: PENELITIAN KASUS PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA STRATEGI PERUSAHAAN DALAM PENGEMBANGAN PRODUK BARU: PENELITIAN KASUS PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA Evo S. Hariandja 1 ; Arief W. Kautsar 2 ABSTRACT Article explores the practice of new product development,

Lebih terperinci

IMC 2. Analisa Situasi Pasar : Porter, GE Matrix, Past performance. Berliani Ardha, SE, M.Si. Red tulips are associated with love.

IMC 2. Analisa Situasi Pasar : Porter, GE Matrix, Past performance. Berliani Ardha, SE, M.Si. Red tulips are associated with love. Modul ke: IMC 2 Analisa Situasi Pasar : Porter, GE Matrix, Past performance Fakultas Komunikasi Program Studi Advertising & Marketing communication Berliani Ardha, SE, M.Si Red tulips are associated with

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI. deden08m.com 1

STRUKTUR ORGANISASI. deden08m.com 1 Materi 11 STRUKTUR ORGANISASI deden08m.com 1 LIMA STRUKTUR ORGANISASI TRADISIONAL 1. Struktur Organisasi Sederhana (Simple Organizational Structure) 2. Struktur Organisasi Fungsional 3. Struktur Organisasi

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi. dengan menggunakan Metode Information Economics

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi. dengan menggunakan Metode Information Economics BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi dengan menggunakan Metode Information Economics Evaluasi sistem dan teknologi informasi dengan metode

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dijabarkan berbagai kesimpulan yang didapat. Dari kuesioner yang diadakan, bisa ditarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri Farmasi merupakan salah satu industri besar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri Farmasi merupakan salah satu industri besar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri Farmasi merupakan salah satu industri besar dan berpengaruh di Indonesia. Saat ini, nilai pasar obat di Indonesia lebih dari US$ 500 juta atau sekitar Rp.

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGIK DAN MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK

ANALISIS STRATEGIK DAN MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK 3 ANALISIS STRATEGIK DAN MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK strategik Visi Misi Corporate Strategy Tujuan tujuan yang ingin dicapai di masa depan jalan pilihan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan seperangkat

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Supply Chain Management pada hakekatnya adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstream) dan ke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi, khususnya di era globalisasi saat ini tidak dapat dielakkan lagi. Untuk dapat berkembang dan bertahan di dunia bisnis, suatu perusahaan harus

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan

BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan eksternal terhadap pelaksanaan kegiatan bisnis PT. SUCOFINDO (Persero) baik di dalam negeri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Keuangan Metode analisis keuangan yang digunakan dalam pengukuran pngembalian investasi bisnis SPBG adalah sebagai berikut : a. Sensitivity Analysis Pada perhitungan

Lebih terperinci

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan? Studi Kasus dalam merancang intervensi tingkat perusahaan mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu BAB IV ANALISIS DATA A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA Diberlakukannya ACFTA sebagai sebuah perdagangan bebas, memaksa setiap industri atau perusahaan harus mempunyai keunggulan kompetitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di industri alas kaki, meliputi produksi dan pemasaran sepatu jenis sports atau casual

BAB I PENDAHULUAN. di industri alas kaki, meliputi produksi dan pemasaran sepatu jenis sports atau casual 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di industri alas kaki, meliputi produksi dan pemasaran sepatu jenis sports atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen s 2.1.1 Pengertian Pearce dan Robinson (2008, p2) menyatakan bahwa strategi merupakan suatu rencana yang berskala besar, dengan berorientasi ke masa depan guna untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Beberapa Manajer Investasi dan Produk Reksa Dananya

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Beberapa Manajer Investasi dan Produk Reksa Dananya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini terdapat 73 Manajer Investasi yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan, yang memberikan jasa manajemen investasi kepada investornya, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelengkapan infrastruktur telekomunikasi kini berkembang menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kelengkapan infrastruktur telekomunikasi kini berkembang menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telekomunikasi adalah suatu kebutuhan penting bagi masyarakat modern dan semakin menjadi bagian utama dari teknologi kontemporer dewasa ini. Kelengkapan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia saat ini sedang menghadapi tekanantekanan baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam mengembangkan produk dan servisnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun industri lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena adanya perkembangan pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun industri lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena adanya perkembangan pesat B a b I P e n d a h u l u a n 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Pertumbuhan perekonomian Indonesia saat ini sudah semakin berkembang khususnya pada perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Strategi Definisi strategi secara umum adalah rencana tindakan atau kebijaksanaan yang dibuat untuk mencapai suatu tujuan. Dan menurut beberapa ahli, strategi adalah arah dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Menurut Robbins dan Coulter dalam Tisnawatisule dan Saifullah (2005), perencanaan sebagai sebuah proses yang dimulai dari penerapan tujuan organisasi, menentukan strategi

Lebih terperinci

Integrated Marketing Communication II

Integrated Marketing Communication II Modul ke: Integrated Marketing Communication II Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Martina Shalaty Putri, M.Si. Program Studi Advertising dan Marketing Communication www.mercubuana.ac.id New Product Development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin terintegrasi tanpa rintangan dan batas teritorial negara. Hal ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. semakin terintegrasi tanpa rintangan dan batas teritorial negara. Hal ini membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia bisnis merupakan suatu kondisi yang harus dihadapi oleh suatu perusahaan. Perekonomian global yang memungkinkan pergerakan barang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain

BAB II LANDASAN TEORI. semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini perusahaan berpacu dengan cepat untuk memperoleh tempat dipasaran, bukan hanya untuk alasan meningkatkan market share para pemegang saham,

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI. Berdasarkan hasil analisa proses pengembangan produk baru di Bio

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI. Berdasarkan hasil analisa proses pengembangan produk baru di Bio BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rencana Implementasi dan Action Plan 4.1.1 Rencana Implementasi Berdasarkan hasil analisa proses pengembangan produk baru di Bio Farma maka dapat diambil solusi yang terbaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara-negara. Agenda berskala internasional yang diadakan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara-negara. Agenda berskala internasional yang diadakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi di berbagai negara semakin meluas dalam berbagai aspek dan dimensi. Globalisasi membuka peluang dan menjadi tantangan bagi perekonomian

Lebih terperinci

OVERVIEW 1/29

OVERVIEW 1/29 OVERVIEW Konsep dasar dan arti penting klasifikasi industri. Arti penting analisis industri untuk menyeleksi sekuritas. Metode yang digunakan untuk mengestimasi tingkat keuntungan, earning per share, dan

Lebih terperinci

Back to Basics: Creating Value through Superior Products Bagaimana menciptakan nilai tambah bagi perusahaan melalui pengembangan produk unggulan

Back to Basics: Creating Value through Superior Products Bagaimana menciptakan nilai tambah bagi perusahaan melalui pengembangan produk unggulan WHITEPAPER FEBRUARY 2017 PRODUCT INNOVATION SERIES Back to Basics: Creating Value through Superior Products Bagaimana menciptakan nilai tambah bagi perusahaan melalui pengembangan produk unggulan By: Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada Era Globalisasi ini, aktivitas pembangunan dan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada Era Globalisasi ini, aktivitas pembangunan dan perekonomian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada Era Globalisasi ini, aktivitas pembangunan dan perekonomian semakin berkembang. Persaingan bisnis perusahaan-perusahaan semakin ketat. Hal ini tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jabodetabek, dan lain-lain. kayu diantaranya dowel, moulding, pintu, jendela, wood-flooring,

BAB I PENDAHULUAN. Jabodetabek, dan lain-lain. kayu diantaranya dowel, moulding, pintu, jendela, wood-flooring, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri Furniture adalah industri yang mengolah bahan baku atau bahan setengah jadi dari kayu, rotan, dan bahan baku alami lainnya menjadi produk barang jadi furniture

Lebih terperinci

3 Strategi-Strategi Perusahaan

3 Strategi-Strategi Perusahaan Information System Strategic Design 3 Strategi-Strategi Perusahaan Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia.widhyaestoeti@gmail.com dahlia74march.wordpress.com Tingkatan Strategi Di perusahaan-perusahaan terdiversifikasi,

Lebih terperinci

Mengidentifikasi pemegang kepentingan utama yang terkait dalam bisnis.

Mengidentifikasi pemegang kepentingan utama yang terkait dalam bisnis. BAB 1 Merencanakan Bisnis SASARAN PEMBELAJARAN : Mengidentifikasi pemegang kepentingan utama yang terkait dalam bisnis. Menjelaskan fungsi-fungsi utama bisnis Menjelaskan bagaimana membuat rencana bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini dimana perekonomian Indonesia telah mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini dimana perekonomian Indonesia telah mengalami banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada masa ini dimana perekonomian Indonesia telah mengalami banyak perubahan yang sangat drastis. Dimana pada tahun-tahun lalu perekonomian masih cukup stabil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BABII LANDASAN TEORI

BABII LANDASAN TEORI BABII LANDASAN TEORI 1.1 Perkembangan Bisnis Persaingan adalah satu kata penting di dalam menjalankan perusahaan pada saat ini. Hal ini ditunjang dengan perkembangan teknologi komunikasi yang semakin pesat

Lebih terperinci

Pengantar Bisnis. Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Pengantar Bisnis. Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi & Bisnis Akuntansi 01 MK84014 Abstract Tujuan dan perkembangan dunia bisnis;

Lebih terperinci

BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tingkat kepuasan pelanggan menjadi suatu pembahasan yang menarik di semua kalangan industri. Tingkat kepuasan pelanggan ini dapat diketahui melalui serangkaian

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang didisain untuk dapat menyediakan lingkungan yang terintegrasi dan sistematis

Lebih terperinci