BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis dan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan-i 2015
|
|
- Susanto Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang sedang berkembang dilihat dari pertumbuhan bisnis dan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan-i 2015 terhadap triwulan-i 2014 tumbuh 4,71% (BPS, 2016). Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan perkembangan perekonomian di tahun 2016 baik global maupun domestik akan diperkirakan mencapai 5,8% hingga 6,2% (Finansial Bisnis, 2016). Menurut data Kementrian Perdagangan 2015, untuk pasar Internasional nilai ekspor di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Dapat dilihat dari Gambar 1.1 dibawah ini: Gambar 1.1 Pertumbuhan Nilai Ekspor dan Impor di Indonesia Sumber: diolah dari data kementrian perdagangan
2 Menurut Kemenperin (2015), perekonomian nasional akan semakin diarahkan untuk berkembang seiring diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di Indonesia. MEA merupakan realisasi pasar bebas di kawasan Asia Tenggara yang berupa aliran bebas barang, jasa, dampak arus investasi, tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas modal. Pemerintah melihat dengan dibukanya MEA di Indonesia dapat memberikan pengaruh positif dan negatif untuk perekonomian Indonesia. Dampak positif adanya MEA tersebut adalah transaksi ekpor dan impor menjadi semakin mudah dan penjualan menjadi lebih berkembang. Sedangkan dampak negatif adanya MEA adalah persaingan semakin ketat untuk di pasar domestik karena masuknya barang-barang impor. Prospek industri pelumas di Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan, dimana meningkatnya permintaan untuk angkutan darat, laut, udara dan juga di bidang industri. Prospek industri signifikan pada otomotif, terlihat pada Gambar 1.2 adanya peningkatan penjualan untuk mobil di tahun 2015 tetapi jika dibandingkan tahun 2014 mengalami penurunan. Peningkatan industri tidak hanya terpaku dalam industri otomotif saja, dimana industri lain juga mengalami peningkatan. Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan II tahun 2015 naik sebesar 5,44% (y-on-y) terhadap triwulan II tahun 2014 (BPS, 3 Agustus 2015). 2
3 Gambar 1.2 Penjualan Mobil di Indonesia 2014 vs 2015 Sumber: Gaikindo diolah Kemenperin Berdasarkan data Kemenperin (2015), terdapat lebih dari 200 produsen pelumas di Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah terutama di Pulau Jawa. Hasil output produksi pelumas lebih dari 200 produsen pelumas dapat mencapai 1,8 juta kiloliter per tahun dengan nilai omzet diperkirakan mencapai lebih dari Rp. 7 triliun, sementara potensi pasar domestik hanya sebesar 850 ribu kilo liter per tahun (Antaranews, 2 Februari 2015). Berdasarkan PFC Energy (2012), output produksi untuk PT. Pertamina Lubricants di tahun 2012 mencapai 381 ribu kilo liter per tahun (sesuai pada Tabel 1.1). 3
4 Jumlah Produksi Pelumas Indonesia (Barel) Dasar Pelumas Gambar 1.3 Jumlah Produksi Pelumas Indonesia (Barel) Sumber: Badan Pusat Statistik 2015 Kompetitor yang semakin banyak, memacu industri pelumas sejenis untuk selalu melakukan inovasi dan mengembangkan teknologi produksi agar dapat menghasilkan produk pelumas yang handal secara global. Kompetitor tidak hanya dari produksi pelumas dalam negeri tetapi juga dari perusahaan luar yang melakukan impor atau ekspansi ke Indonesia. Sejak diberlakukannya Keppres No. 21/2001 tentang Penyediaan dan Pelayanan Pelumas, hal ini mengakhiri monopoli penjualan Pertamina. Perubahan peraturan tersebut juga telah memberi kebebasan bagi beberapa merek pelumas global, seperti Shell, Mobile, Penzoil, Castrol, Repsol dan BP untuk bersaing bersama di pasar pelumas dalam negeri. Selain itu juga terdapat beberapa perusahaan lokal seperti Evalube, Jumbo, Agip dan Top 1, serta sedikitnya lebih dari 250 merek pelumas ikut bersaing di pasar pelumas di Indonesia (Kemenperin, 11 Februari 2010). Fragmentasi pasar merupakan 4
5 keadaan pasar dimana mulai terbagi dalam beberapa subsegmen karena jumlah produk yang beredar di pasar semakin banyak (Besanko, 2013). Hal ini terlihat semakin banyaknya kompetitor, produk pelumas semakin banyak di pasar. Berdasarkan data Kemenperin (2015), Shell Indonesia di pertengahan tahun 2015 telah membuka pabrik produksi pelumas di Indonesia dengan kapasitas produksi 120 ribu ton/tahun. Usaha yang dilakukan PT. Pertamina Lubricants dalam memperluas pasarnya telah dilakukan joint development bersama Lamborghini untuk produk pelumas khusus Lamborghini, serta menjalin kerja sama dengan industri otomotif (mobil dan motor). PT. Pertamina Lubricant memiliki keunggulan melalui SPBU yang dimiliki Pertamina yang tersebar secara nasional, menjual pelumas kerja sama dengan bengkel-bengkel, dan retailer lainnya (Pertamina Lubricants, 2014). Pelumas Pertamina juga dipasarkan melalui outlet khusus yang disebut Pertamina Olimart yang melayani penjualan dan sekaligus pelayanan penggantian pelumas mobil atau motor. Sedangkan untuk segmen industri PT. Pertamina Lubricants memasarkannya langsung ke konsumen masing-masing industri dengan insentif khusus dimana kebutuhan minimal 20 kiloliter/bulan (Pertamina, 20 April 2016). Berikut adalah data market share Pelumas di Indonesia pada tahun 2012 (Tabel 1.1): 5
6 Tabel 1.1 Pangsa Pasar Perusahaan Pelumas 2012 No Nama Perusahaan % Pangsa Pasar Ribu ton/tahun 1 Pertamina 61,50% Shell 9,70% 60 3 BP (Castrol) 6,30% 39 4 Idemitsu 6,00% 37 5 Top 1 4,80% 30 6 Total 2,90% 18 7 Chevron 2,30% 14 8 WGI (Evalube) 1,90% 12 9 JX Nippon Oil & Energy 1,20% 7 10 Lain-lain 3,40% ,00% 620 Sumber: PFC Energy 2012 Berdasarkan data Kemenperin (2015), dimana kompetitor produksi pelumas sudah semakin agresif dalam memperebutkan pasar. Untuk melihat struktur industri pelumas di Indonesia, maka dilakukan penghitungan CR (Consentration Ratio) dan HHI (Herfindahl-Hirschman Index). CR merupakan suatu nilai yang berkisar antara 0%-100% dimana 0% berarti kompetisi penuh, 50%-80% bersifat oligopoli, dan 100% bersifat monopoli. Dimana dari tabel diatas terlihat CR untuk PT. Pertamina Lubricants sebesar 61,50% (baik untuk high tier and low tier) termasuk dalam pasar Oligopoli. Sedangkan untuk HHI adalah ukuran besar kecilnya perusahaan dalam sebuah industri yang sekaligus merupakan indikator kompetisi diantara perusahaanperusahaan tersebut (Besanko, 2013). Berikut adalah kriteria struktur industri berdasarkan perhitungan HHI (Tabel 1.2): 6
7 Tabel 1.2 Struktur Industri berdasarkan HHI Kompetisi Range HHI Pasar Persaingan Sempurna Kurang dari 0,2 Monopolistik Kurang dari 0,2 Oligopoli 0,2-0,6 Monopolistik >= 0,6 Sumber: Besanko, 2013 Kriteria perhitungan struktur industri diatas, berdasarkan Tabel 1.3 adalah perhitungan industri HHI pelumas di Indonesia. Nilai HHI total seluruh industri pelumas Indonesia adalah 0,4. Hasil yang diperoleh HHI, jika melihat kriteria pada Tabel 1.2 menunjukkan struktur industri pelumas di Indonesia termasuk kategori Oligopoli dimana untuk PT. Pertamina Lubricants masih menjadi market leader. Tabel 1.3 Perhitungan HHI Industri Pelumas di Indonesia 2012 No Nama Perusahaan Pangsa Pasar HHI 1 Pertamina Lubricants 0,615 0, Shell 0,097 0, BP (Castrol) 0,063 0, Idemitsu 0,06 0, Top 1 0,048 0, Total 0,029 0, Chevron 0,023 0, WGI (Evalube) 0,019 0,0004 JX Nippon Oil & 9 Energy 0,012 0, Lainnya 0,034 0,0012 TOTAL 100% 0,4005 Sumber: FPC Energy, 2012 diolah 7
8 PT. Pertamina Lubricants merupakan salah satu perusahaan domestik yang memproduksi pelumas di Indonesia dimana baru berdiri sejak November PT. Pertamina Lubricants yang dikenal sebagai anak perusahaan PT Pertamina (Persero) memiliki bidang bisnis industri pelumas mobil, motor dan industri manufaktur. Bisnis pelumas sebelum PT. Pertamina Lubricants berdiri menjadi anak perusahaan, penjualan pelumas awalnya dimonopoli oleh PT. Pertamina (Persero). Jika dilihat penjualan domestik selama 2 tahun terakhir (Gambar 1.4) tidak ada peningkatan penjualan yang signifikan setiap bulannya. Gambar 1.4 menunjukkan tren penjualan PT. Pertamina Lubricants untuk pasar domestik: Gambar 1.4 Trend Penjualan PT. Pertamina Lubricants Setiap tahunnya competitor yang masuk ke Indonesia kemungkinan akan bertambah, hal ini merupakan ancaman untuk perusahaan. Selain itu kompetisi pasar tidak hanya dari pasar domestik saja, dimana kini sudah dibukanya MEA maka kompetisi perusahaan dilakukan pula dari pasar Internasional. Kompetitor pesaing produsen 8
9 pelumas sudah mulai membangun pabrik di Indonesia khususnya untuk perusahaan Internasional. Lokasi pembangunan pabrik yang dipilih oleh kompetitor sangat strategis dan potensial, sehingga berdampak pada penurunan penjualan produk PT. Pertamina Lubricants. Shell telah membuka pabrik besar di kawasan Industri Marunda di tahun 2015, memberikan dampak langsung penjualan pelumas PT. Pertamina Lubricants tahun 2015 turun sebesar 2% dibandingkan tahun Menurut Cravens (2006), strategi bisnis perusahaan berkaitan dengan persoalan bagaiman harus bersaing di pasar khusus dalam satu unit usaha tertentu yang dimiliki perusahaan. Strategi bisnis dapat mencakup ekspansi geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengurangan bisnis, divestasi dan joint venture. Dilihat dari masalah tersebut maka, penulis akan melakukan analisis strategi bersaing PT. Pertamina Lubricants di pasar domestik pada era MEA. I.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas, dimana semakin banyaknya kompetitor yang masuk ke pasar domestik, barang impor pelumas yang masuk ke Indonesia dan ekspansi perusahaan Internasional yang mendirikan pabrik pelumas di Indonesia. Dari masalah tersebut maka tren penjualan PT. Pertamina Lubricants selama 2 tahun terakhir ini tidak ada peningkatan yang signifikan, bahkan 9
10 menunjukkan mulai adanya penurunan jika dilihat pada penjualan akhir tahun Isu strategi internal maupun eksternal yang terkait hal diatas dimana semakin kuatnya persaingan pasar mendorong PT. Pertamina Lubricants melakukan strategi bersaing dalam menghadapi agresivitas pesaing di segala lini pasar serta pertumbuhan pasar bebas MEA. Upaya PT. Pertamina Lubricants agar dapat bertahan di pasar dengan melakukan inovasi dan pengembangan strategi bersaing di pasar domestik (pasar bebas masuknya MEA). Jika dilihat dari misi PT. Pertamina Lubricants adalah memasarkan pelumas, grease, speciality product, dan base oil di pasar domestik dan internasional, dengan menambahkan value untuk customer dan stakeholders menjadi profit maker untuk PT. Pertamina Lubricants. Hal ini berkaitan dengan upaya strategi bersaing perusahaan di pasar domestik sekaligus upaya bersaing dimana dibukanya MEA. Strategi bersaing yang akan dilakukan tersebut perlu didukung upaya evaluasi terhadap kondisi lingkungan eksternal dan internal PT. Pertamina Lubricants dengan menggunakan strategi Five Porter s Foreces, kemudian melihat Value Chain perusahaan, dan Strategi Generik, sehingga dengan begitu akan diperoleh strategi bersaing terbaik perusahaan. 10
11 I.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan penjelasan perumusan masalah diatas, maka yang akan dibahas dalam tesis ini adalah: 1. Bagaimana kondisi lingkungan eksternal dan internal (kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman) PT. Pertamina Lubricants dalam menghadapai persaingan akibat dibukanya pasar bebas MEA di Indonesia? 2. Apa strategi bersaing terbaik PT. Pertamina Lubricants dalam mengahadapi persaingan yang semakin ketat di pasar domestik akibat dibukanya pasar bebas MEA di Indonesia? I.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini penulis akan menganalisis strategi bersaing perusahaan yang terbaik dalam menghadapi trend sales yang menurun sebagai akibat masuknya MEA di Indonesia: 1. Mendapatkan kondisi lingkungan internal dan eksternal (kelemahan dan kekuatan serta peluang dan ancaman) di PT. Pertamina Lubricants. 2. Analisis yang dilakukan dari kondisi lingkungan eksternal dan internal tersebut maka membantu menentukan strategi bersaings terbaik untuk pasar domestik dalam berlakunya MEA di PT. Pertamina Lubricants. 11
12 I.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari dilakukan penelitian ini memberikan arahan dalam menentukan strategi bersaing terbaik perusahaan kepada pengambil kebijakan di level top management PT. Pertamina Lubricants untuk menghadapai pasar bebas MEA. Memberikan masukan hal apa saja yang memberikan pengaruh ke perusahaan untuk lingkungan eksternal dan internal (kekuatan dan kelemahan) serta peluang dan ancaman sebagai upaya dalam persaingan perusahaan di pasar domestik. I.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Analisis strategi perusahaan dilihat dari segi pengembangan pasar dimana dalam ruang lingkup pasar Domestik. 2. Trend sales yang digunakan adalah penjualan domestik dalam jangka waktu tertentu 3. Ruang lingkup pembahasan dilihat dari faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal PT. Pertamina Lubricants. 12
BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 pasar pelumas di Indonesia telah terbuka dengan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 pasar pelumas di Indonesia telah terbuka dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden RI No. 21/2001. Mulai saat itu badan usaha selain Pertamina dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (subsidiary) dari PT. Pertamina (Persero). Ada dua sektor yang menjadi target
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelumas Pertamina adalah produk pelumas yang diproduksi oleh perusahaan Indonesia yaitu PT. Pertamina Lubricants yang merupakan anak perusahaan (subsidiary)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuka peluang bagi pihak lain diluar Pertamina untuk mendistribusikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri Pelumas berkembang dengan pesatnya, terutama setelah pemerintah membuka peluang bagi pihak lain diluar Pertamina untuk mendistribusikan produknya di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membaik dibandingkan tahun-tahun saat krisis ekonomi melanda bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian di Indonesia mengalami perkembangan yang mulai membaik dibandingkan tahun-tahun saat krisis ekonomi melanda bangsa Indonesia. Perkembangan itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi menyebabkan hilangnya batas-batas suatu negara untuk saling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menyebabkan hilangnya batas-batas suatu negara untuk saling bekerja sama dalam rangka pemenuhan kebutuhan negaranya. Kemajuan teknologi, informasi dan transportasi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis meliputi perluasan geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia bisnis memasuki perekonomian global yang cepat berubah.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia bisnis memasuki perekonomian global yang cepat berubah. Demikian pula halnya dengan perubahan konsep pemasaran yang mendasari cara sebuah perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat persaingan dunia usaha di Indonesia sangat ketat karena setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat persaingan dunia usaha di Indonesia sangat ketat karena setiap perusahaan senantiasa berusaha untuk dapat meningkatkan pangsa pasar dan meraih konsumen baru.
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia masih terus berupaya untuk meningkatkan kegiatan perekonomian. Hal ini dapat berdampak bagi kemajuan ekonomi Indonesia yang dapat dilihat dari semakin berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Gambaran Umum PT. Pertamina
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi 1.1.1 Gambaran Umum PT. Pertamina Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara, Tbk. (PT Pertamina) merupakan BUMN yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumen. Strategi-strategi baru inilah yang semakin menguatkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemasaran merupakan hal yang terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Perkembangan dalam dunia pemasaran telah menciptakan strategi baru dalam proses mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setidaknya, dalam enam tahun terakhir penjualan mobil meningkat sekitar 334%,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor otomotif memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Industri otomotif terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Setidaknya, dalam enam tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang yang datang ke skin care ingin melakukan perawatan agar terlihat lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri skin care termasuk industri yang menjanjikan saat ini. Industri ini tidak luput dari kecantikan dan kosmetik. Karena sudah bisa dipastikan bawah orang yang
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PERESMIAN PROYEK DAN PRODUK BARU PERTAMINA JUMAT, 11 DESEMBER 2015
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PERESMIAN PROYEK DAN PRODUK BARU PERTAMINA JUMAT, 11 DESEMBER 2015 Yang terhormat : Menteri Badan Usaha Milik Negara atau yang mewakili; Menteri Energi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam negeri harus mampu bersaing dengan perusahaan asing yang memasuki
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Berkembangnya perdagangan global dan liberal, menuntut perusahaan dalam negeri harus mampu bersaing dengan perusahaan asing yang memasuki wilayah pemasarannya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
63 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah salah satu sarana yang paling vital dalam menunjang setiap aktifitas sehari-hari. Jenis kendaraan pribadi yang paling banyak digunakan saat ini
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan
III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri produk kertas yang juga termasuk dalam industri stasioneri adalah salah satu industri manufaktur yang mengolah kertas menjadi barang dari kertas seperti buku,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis akan terjadi setiap saat, umumnya berupa gerak perubahan dari salah satu atau gabungan faktor-faktor lingkungan luar perusahaan, baik pada skala
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder dari pihak-pihak yang terkait dengan penelitian, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Kelautan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang penelitian Industri penerbangan merupakan salah satu sektor industri yang memiliki pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung relatif
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut di bawah ini: 1. Berdasarkan hasil penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan prinsip dasar pemasaran yang berorientasi kepada pelanggannya,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi persaingan usaha pada era globalisasi sekarang ini, baik pasar domestik maupun pasar internasional sangat ketat. Perusahaan ingin berkembang atau sekedar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melanda beberapa Negara di Asia pada tahun menuntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya persaingan dalam industri perbankan di Indonesia paska krisis ekonomi yang melanda beberapa Negara di Asia pada tahun 1997 1998 menuntut pelaku industri perbankan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah mempertahankan pelanggan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat setiap perusahaan harus mampu bersaing, bertahan hidup dan bahkan terus berkembang. Salah satu hal penting yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini telah diwarnai dengan berbagai macam persaingan di segala bidang, baik produksi maupun jasa. Kondisi tersebut menyebabkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mencatat penjualan sebesar unit (www.gaikindo.com). Namun keadaan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan pasar kendaraan bermotor di Indonesia khususnya mobil sempat mengalami keterpurukan pada tahun 1998. Pada tahun tersebut tercatat penjualan mobil menyentuh
Lebih terperinciAssalamu alaikum Wr.Wb., Salam sejahtera bagi kita semua,
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN LAPANGAN PEMBANGUNAN PABRIK PELUMAS SHELL DAN FASILITAS JETTY DI KAWASAN INDUSTRI & PERGUDANGAN MARUNDA CENTER, BEKASI SELASA, 13 JANUARI 2015 Yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Kendaraan Bermotor dalam Negeri (ribu unit)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini mobilitas menjadi sebuah kebutuhan dalam setiap lapisan masyarakat. Kebutuhan tersebut berdampak pada meningkatnya permintaan kendaraan bermotor, baik roda
Lebih terperinciKomisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 9/KPPU/PDPT/IV/2013 TENTANG
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 9/KPPU/PDPT/IV/2013 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PELEBURAN BADAN USAHA MITSUI-SOKO AIR CARGO Inc DENGAN
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. juga penuh tantangan. Jumlah penduduk Indonesia yang menjadi target industri
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan bisnis ritel modern di Indonesia cukup menjanjikan namun juga penuh tantangan. Jumlah penduduk Indonesia yang menjadi target industri yang mencapai 230
Lebih terperinciDAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii INTISARI... xiii ABSTRACT...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu menghadapi persaingan dari industri-industri yang sejenis. Persaingan antar
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Setiap perusahaan, baik yang memproduksi barang maupun jasa akan selalu menghadapi persaingan dari industri-industri yang sejenis. Persaingan antar industri ini semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejenis dengan merk yang berbeda beda dan kualitas dari barang tersebut yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menghadapi persaingan global antar perusahaan terutama perusahaan manufaktur membuat persaingan dunia usaha ini menjadi lebih ketat khususnya antar perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012, sesuai data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan tren yang positif. Menurut data Badan Pusat Statistik (2012), angka Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2012
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK
DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK Bagaimana kinerja PT Bank Mandiri Persero (Tbk) dari awal 2014 sampai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan dituntut agar dapat bersaing dan kompeten agar tetap dapat eksis dan berkembang serta bersaing dengan perusahaan yang lain. Perusahaan dituntut
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA
ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA Oleh: ERNI DWI LESTARI H14103056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 DAFTAR ISI Halaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan data penjualan mobil di Indonesia tahun 2015 mencapai 1,2 juta unit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri otomotif di indonesia saat ini mulai berkembang maju ditandai dengan munculnya berbagai kendaraan bermotor atau mobil. Hal ini sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional yang menunjukan hasil positif ditandai dengan peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut data Bank Dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Berdasarkan Laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan Juli 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Berlian Porter Dayasaing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia perekonomian yang terus berubah seiring berjalannya waktu, tidak dapat dipungkiri adanya persaingan bisnis antar perusahaan untuk dapat terus bertahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN PT Federal Motor merupakan salah satu anak perusahaan PT Astra International yang bergerak di bidang perakitan sepeda motor Honda. Pada 1990 PT Federal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelemahan neraca posisi transaksi berjalan. Meskipun demikian, Bank Dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, krisis global yang sedang melanda berbagai negara membuat Indonesia terkena dampaknya. Sebelumnya, Bank Dunia membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi di Indonesia
Lebih terperinciVII. STRUKTUR PASAR KARET ALAM DI PASAR INTERNASIONAL. besarnya penguasaan pasar oleh masing-masing negara eksportir. Penguasaan
VII. STRUKTUR PASAR KARET ALAM DI PASAR INTERNASIONAL 7.1. Pangsa Pasar Karet Alam Dalam rangka mengetahui struktur pasar karet alam yang terbentuk dalam perdagangan karet alam di pasar internasional,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan kelas menengah dan perluasan basis ekonomi merupakan dua
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kelas menengah dan perluasan basis ekonomi merupakan dua kekuatan pendorong dibalik perkiraan ekspansi industri otomotif Indonesia yang sangat cepat. Laporan
Lebih terperinci1 BAB 1 PENDAHULUAN. kompetitif. Banyaknya pemain baru bermunculan yang handal dan kompeten di
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lima tahun terakhir persaingan di dunia otomotif semakin ramai dan kompetitif. Banyaknya pemain baru bermunculan yang handal dan kompeten di industri otomotif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan di bidang pemasaran. Produsen yang dulunya berkonsep product
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi informasi dan era globalisasi telah membuat perubahan di bidang pemasaran. Produsen yang dulunya berkonsep product centric atau corporate
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Inspirasi yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inspirasi yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah adanya perubahan signifikan pada pasar semen di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun. Perubahan komposisi
Lebih terperincipada persepsi konsumen.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan pada industri otomotif di Indonesia tahun 1983-2013, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat, dan Indonesia masih tetap menduduki urutan ke empat terbanyak di dunia setelah Cina,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami penurunan yang signifikan. Krisis Eropa yang terjadi pada akhir tahun 2008 ini berakibat pada penurunan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu
BAB IV ANALISIS DATA A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA Diberlakukannya ACFTA sebagai sebuah perdagangan bebas, memaksa setiap industri atau perusahaan harus mempunyai keunggulan kompetitif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Memasuki era globalisasi berarti pula memasuki era perdagangan bebas,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi berarti pula memasuki era perdagangan bebas, yang menuntut setiap pelaku usaha untuk lebih meningkatkan keunggulan kompetitifnya bila
Lebih terperinciVI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL. 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS
65 VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS 090210 Komoditi teh dengan kode HS 090210 merupakan teh hijau yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena dengan memiliki dan menggunakan sepeda motor dapat mendukung
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang sangat vital, karena dengan memiliki dan menggunakan sepeda motor dapat mendukung kebutuhan aktifitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai. usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Salah satu bisnis yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. 2.1 Sejarah Industri Otomotif dan Komponen di Indonesia
12 BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1 Sejarah Industri Otomotif dan Komponen di Indonesia Di Indonesia produksi mobil dimulai pada akhir 1920-an, yaitu ketika General Motors (GM) mendirikan pabrik perakitan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi ini juga memicu pertumbuhan industri otomotif baik untuk kendaraan jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal pulihnya perekonomian Indonesia pada tahun 2000 akibat krisis moneter, pertumbuhan perekenomian di berbagai sektor secara perlahan mulai terlihat. Pergerakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Bagian ini membahas beberapa teori yang akan menjadi karangka acuan atau dasar analisis skripsi ini. Pembahasan teori dilakukan agar dapat memahami secara mendalam pengusaan teori
Lebih terperinciAnalisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara
Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara Pendahuluan Program Low Cost Green Car (LCGC) merupakan program pengadaan mobil ramah lingkungan yang diproyeksikan memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Banyaknya perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri manufaktur merupakan industri yang mendominasi perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Banyaknya perusahaan manufaktur,
Lebih terperinciStudi Kelayakan Bisnis. Aspek Pasar dalam Studi Kelayakan Bisnis. Hal-hal yang diperhatikan : Permintaan. Penawaran
1 Studi Kelayakan Bisnis Aspek Pasar dalam Studi Kelayakan Bisnis Pada tahap persiapan dan analisis suatu kelayakan bisnis perlu dipertimbangkan berbagai aspek yang mungkin terlibat dan satu sama lain
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciBERITA PERS. MPMX Bukukan Kenaikan Laba Bersih 41% dan Pendapatan 29% di Tahun 2013
BERITA PERS Dapat Diterbitkan Segera MPMX Bukukan Kenaikan Laba Bersih 41% dan Pendapatan 29% di Tahun 2013 Targetkan Kenaikan Pendapatan 20% 25% di 2014 JAKARTA, 16 Maret 2014 PT Mitra Pinasthika Mustika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah era baru ketika berlakunya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah era baru ketika berlakunya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015, akan mengubah intensitas kompetisi pada seluruh sektor industri. ASEAN Economic
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat membuat keberadaan telekomunikasi sebagai media penghubung menjadi sangat penting bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagian besar berasal dari sektor agraris. Utomo (2010) menjelaskan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Pupuk merupakan produk strategis nasional karena perekonomian Indonesia sebagian besar berasal dari sektor agraris. Utomo (2010) menjelaskan bahwa pupuk merupakan elemen
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT
KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 ` 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 5.78%.Total produk domestik bruto Indonesia atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2013 mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil, diawali dengan krisis
BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil, diawali dengan krisis moneter pada tahun 1997 dimana nilai tukar rupiah sangat terpuruk terhadap mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap
Lebih terperinciPENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A13911 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT ASURANSI DHARMA BANGSA OLEH AXA S.A.
PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A13911 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT ASURANSI DHARMA BANGSA OLEH AXA S.A. LATAR BELAKANG 1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun
Lebih terperinciBERITA PERS Dapat Diterbitkan Segera
BERITA PERS Dapat Diterbitkan Segera MPMX Bukukan Pendapatan Rp 12 Triliun Pada Kuartal III-2014 Bisnis sejumlah anak perusahaan tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan industri masingmasing segmen Jakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami peningkatan yang sangat pesat. Sehubungan dengan perdagangan dan industri negara Asia Tenggara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada industri otomotif nasional pada saat ini, meskipun pada tahun 2011 terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi berdampak sangat besar pada industri otomotif nasional pada saat ini, meskipun pada tahun 2011 terjadi permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal saat ini mempunyai posisi yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Karena pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya daya beli masyarakat. Tabel 1.1 Tren Penjualan Industri Komponen Otomotif
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan pasar komponen otomotif di Indonesia selama ini cukup baik, terutama pasar komponen untuk purna jual.pasar komponen otomotif untuk purna jual
Lebih terperinciBAB II EKSPLORASI ISU BIS IS
BAB II EKSPLORASI ISU BIS IS 2.1 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) SPBU merupakan outlet dimana produk BBM untuk ritel transportasi dijual kepada konsumen akhir. Pada awalnya SPBU merupakan fasilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesempatan ini untuk mengembangkan usahanya, termasuk negara Indonesia. Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak beredarnya isu mengenai investasi besar besaran yang akan memasuki wilayah Asia Tenggara pada awal tahun 2015, banyak perusahaan menggunakan kesempatan ini untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pertumbuhan industri sedang gencar-gencarnya,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat sekarang ini pertumbuhan industri sedang gencar-gencarnya, seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia. Industri tidak dapat dilepaskan dari penggunaan air, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara sedang berkembang di kawasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara sedang berkembang di kawasan Asia Tenggara. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, ingin mencoba untuk dapat membangun
Lebih terperinciAnalisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Analisis fundamental Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan dunia usaha yang mengarah juga pada era
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan dunia usaha yang mengarah juga pada era perdagangan bebas membuat persaingan antar perusahaan semakin ketat. Dimana dalam menghadapi persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sedangkan maslaah internal mencakup kemampuan perusahaan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam melakukan aktivitas untuk memuaskan konsumen, perusahaan menghadapi masalah baik internal maupun masalah eksternal, masalah eksternal dapat berupa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kaca di Indonesia tumbuh seiring dengan meningkatnya industri otomotif dan properti di Indonesia. Dalam industri otomotif, produk kaca digunakan dalam bentuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 maka ada beberapa kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia, di antaranya: (1)
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Era globalisasi memudahkan para pelaku bisnis untuk mengakses informasi sehingga para konsumen dengan mudah memilih produk yang dikehendaki, hal ini menyebabkan persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi ekonomi Indonesia saat ini belum juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Era globalisasi yang akan kita hadapi membawa perubahan besar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. otomotif membagi pasar menjadi dua, yaitu: emerging market dan matured
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu pangsa terbesar otomotif dunia. Industri otomotif membagi pasar menjadi dua, yaitu: emerging market dan matured market. Emerging market
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinci