ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output)"

Transkripsi

1 ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) OLEH DWI PANGASTUTI UJIANI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 RINGKASAN DWI PANGASTUTI UJIANI, Analisis Peranan Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya dalam Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta: Analisis Input-Output (dibimbing oleh Yeti Lis Purnamadewi). Pariwisata merupakan kegiatan yang berkaitan dengan perjalanan. Pada perkembangannya pariwisata berkembang pesat karena terintegrasi dengan industri lain sehingga berubah menjadi sebuah industri yang mempunyai keterkaitan erat dengan sektor pembangunan lainnya. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Pemerintah Daerah D.I. Yogyakarta sebagai subyek pengelola pembangunan daerah, mempunyai pertimbangan kuat untuk menempatkan pariwisata sebagai leading sector pembangunan daerah. Secara historis, Propinsi D.I. Yogyakarta semula merupakan daerah pertanian yang dalam perkembangannya mengalami perubahan menjadi kota yang didominasi oleh kegiatan perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini terlihat sejak tahun 2003 sumbangan sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai andil terbesar dalam perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta. Penurunan jumlah kunjungan wisatawan menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi juga mengalami penurunan, karena permintaan akan produk pariwisata menjadi berkurang. Oleh karena itu, diharapkan dengan membaiknya dalam beberapa tahun ke depan akan mendorong naiknya pendapatan masyarakat sehingga permintaan jasa wisata akan tetap tinggi. Hal ini akan mendorong naiknya jumlah wisatawan yang berkunjung ke D.I. Yogyakarta. Berdasarkan kondisi diatas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana peranan jasa pariwisata dan sektor pendukungnya dalam perekonomian Propinsi D. I. Yogyakarta. Hal ini dilihat berdasarkan kontribusinya terhadap struktur perekonomian, daya penyebaran, serta multiplier effect yang ditimbulkan. Data yang digunakan adalah data sekunder dari BPS Propinsi D.I. Yogyakarta dan instansi terkait lainnya. Analisis yang digunakan yaitu Analisis Input-Output Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000 transaksi total atas dasar harga produsen klasifikasi 83 sektor yang diagregasi menjadi 9 sektor dan 22 sektor yang menggambarkan kondisi perekonomian sebelum peristiwa gempa bumi serta diolah dengan menggunakan Microsof Excell. Berdasarkan analisis deskriptif jasa pariwisata dan sektor pendukungnya bersifat lintas sektor serta memiliki peran besar dalam struktur perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta. Berdasarkan total permintaan, peran jasa pariwisata dan sektor pendukungnya dalam perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta menduduki posisi paling penting dibanding sembilan sektor perekonomian lainnya. Hal ini terlihat dalam kontribusinya yang besar terhadap pembentukan struktur permintaan akhir dan permintaan antara yaitu menduduki peringkat pertama; untuk konsumsi rumah tangga menduduki peringkat kedua setelah sektor industri pengolahan; untuk nilai ekspor menempati urutan pertama; dan untuk investasi

3 menduduki peringkat ketiga setelah sektor bangunan dan industri pengolahan; serta memberikan kontribusi paling besar terhadap nilai tambah bruto. Berdasarkan hasil analisis dampak penyebaran, jasa pariwisata dan sektor pendukungnya mempunyai kemampuan yang kuat untuk menarik dan mendorong terhadap pertumbuhan output industri hulu maupun hilirnya, karena memiliki nilai koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran yang lebih besar dari satu. Dalam sektor jasa pariwisata dan sektor pendukungnya itu sendiri, perdagangan dan restoran merupakan subsektor yang mempunyai nilai koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran lebih besar dari satu. Berdasarkan hasil analisis multiplier, jasa pariwisata dan sektor pendukungnya menduduki peringkat ke empat pada tipe I dan ke lima pada tipe II untuk multiplier output. Pada analisis multiplier pendapatan sektor jasa pariwisata dan sektor pendukungnya menduduki peringkat ketiga pada tipe I dan tipe II setelah sektor pengangkutan dan komunikasi serta industri pengolahan. Sedangkan pada analisis multiplier tenaga kerja sektor tersebut menduduki peringkat ke tujuh pada tipe I dan ke delapan pada tipe II. Berdasarkan subsektornya, industri tekstil, pemintalan dan pertenunan memberikan kontribusi terbesar pada multiplier output tipe I dan tipe II; sektor restoran pada multiplier pendapatan tipe I dan II; sedangkan pada multiplier tenaga kerja tipe I dan tipe II adalah jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan swasta. Berdasarkan hasil analisis penetapan sektor dengan memperhatikan rangking nilai multiplier yang telah distandarisasi, subsektor jasa pariwisata dan sektor pendukungnya yang dapat dijadikan sebagai sektor kunci adalah jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan swasta serta restoran. Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka pemerintah harus tetap memprioritaskan jasa pariwisata dan sektor pendukungnya khususnya sektor jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan swasta serta restoran sebagai penggerak perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta, melalui penciptaan iklim investasi yang lebih konservatif dan lebih kreatif dalam menciptakan produk-produk ekspor.

4 ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) OLEH DWI PANGASTUTI UJIANI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Dwi Pangastuti Ujiani Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Peranan Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya dalam Perekonomian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Analisis Input- Output) dapat diterima sebagai syarat untuk menerima gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Menyetujui, Dosen Pembimbing, Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M. Sc. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Dr. Ir. Rina Oktaviani, M. S. NIP Tanggal Kelulusan:

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2006 Dwi Pangastuti Ujiani H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Dwi Pangastuti Ujiani lahir pada tanggal 8 Desember 1984 di Yogyakarta, dan merupakan anak bungsu dari dua bersaudara dari pasangan Hari Purnomo dan Indah Nursanti. Jenjang pendidikan penulis diawali dengan menamatkan sekolah dasar pada SD Demangan I Yogyakarta, kemudian melanjutan ke SLTP Muhammadiyah 2 Yogyakarta dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Muhammadiyah 5 Yogyakarta dan lulus pada tahun Pada tahun 2002 penulis meninggalkan kota tercinta untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir. Penulis masuk melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekomoni dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis mencoba mengaktualisasi diri bergabung dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEM IPB pada tahun sebagai anggota Departemen Administrasi, Keuangan dan Kesekretariatan.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesasikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Analisis Peranan Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya dalam Perekonomian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Analisis Input-Output). Pariwisata merupakan topik yang sangat menarik sehingga diharapkan dapat berdampak positif terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini khususnya di Propinsi D.I. Yogyakarta. Selain itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Sahara, M.Si yang telah menguji hasil karya ini, semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Henny Reinhardt, M.Sc selaku dosen Komisi Pendidikan atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Meskipun demikian, segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini, sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, suami tercinta serta saudara-saudara penulis atas ketabahan, dorongan serta dukungan mereka yang sangat berarti dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Ekonomi yang telah berupaya mencurahkan ilmu pengetahuan, teman-teman serta pihak-pihak lain atas segala masukan dan dorongan yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

9 Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Bogor, Agustus 2006 Dwi Pangastuti Ujiani H

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Ruang Lingkup dan Keterbatasan Data... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Pengertian Jasa Pariwisata Tujuan Pembangunan Pariwisata Nasional Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Sektor Unggulan Dampak Sosial Pengembangan Pariwisata terhadap Pembangunan Ekonomi Model Input-Output Struktur Tabel Input-Output Analisis Dampak Penyebaran Analisis Pengganda (Multiplier) Kerangka Dasar Tabel Input-Output Propinsi D. I. Yogyakarta Kerangka Pemikiran Operasional III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Koefisien Input... 34

11 viii Analisis Dampak Penyebaran Analisis Pengganda (Multiplier) Definisi Operasional Data IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Letak Geografis Perkembangan Penduduk dan Tenaga Kerja Perekonomian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Kegiatan Kepariwisataan Kebijakan Pembangunan Daerah Terhadap Pariwisata Strategi Kebijakan V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungya dalam Struktur Perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta Struktur Permintaan Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Kontribusi Terhadap Investasi Kontribusi Terhadap Ekspor Struktur Nilai Tambah Bruto Dampak Penyebaran Koefisien Penyebaran Kepekaan Penyebaran Analisis Multiplier Multiplier Output Multiplier Pendapatan Multiplier Tenaga Kerja Analisis Sektor Unggulan VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 91

12 ix DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Indonesia Tahun (Persen) Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun (Persen) Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara maupun Nusantara Yang Menggunakan Jasa Akomodasi di Propinsi D.I Yogyakarta Tahun Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Keterkaitan Hasil penelitian Terdahulu Tentang Multiplier Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Dampak Penyebaran Tipologi Chenery-Watanabe Ilustrasi Tabel Input-Output Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun Persentase Jumlah Penduduk Berumur 15 tahun ke atas yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama di Propinsi D.I. Yogyakarta tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi Propinsi D.I. Yogyakarta menurut Lapangan Usaha tahun (persen) Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Bidang Pariwisata dan Kebudayaan Propinsi D.I. Yogyakarta (Rupiah) Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-sektor Perekonomian di Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000 Klasifikasi 9 sektor Alokasi Permintaan Akhir Sektor-sektor Perekonomian di Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000 Klasifikasi 9 Sektor Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-sektor Perekonomian di Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000 Klasifikasi 22 sektor... 62

13 x 5.4. Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Terhadap Struktur Perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000 Klasifikasi 22 sektor Pembentukan Modal Tetap, Perubahan Stok dan Investasi Sektor-sektor Perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta Klasifikasi 9 sektor (Juta Rupiah) Pembentukan Modal Tetap, Perubahan Stok dan Investasi Sektor-sektor Perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000 Klasifikasi 22 sektor Kontribusi Ekspor Sektor-sektor Perekonomian di Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000 Klasifikasi 22 sektor Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-sektor Perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000 Klasifikasi 9 sektor (Juta Rupiah) Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-sektor Perekonomia di Propinsi D.I.Yogyakarta Tahun 2000 Klasifikasi 22 sektor (Juta Rupiah) Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Klasifikasi 9 sektor Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Sektor-sektor Perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta Klasifikasi 22 sektor Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000 Kalsifikasi 9 sektor Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian di Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000 Klasifikasi 22 sektor Rangking Nilai Multiplier Standarisasi Klasifikasi 9 sektor Rangking Nilai Multiplier Standarisasi Klasifikasi 22 sektor... 85

14 xi DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1. Kurva Keseimbangan Umum Kerangka Pemikiran Operasional... 33

15 xii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Klasifikasi 9 Sektor dan 22 Sektor Tabel Input-Output Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun Tabel Input-Output Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000 Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen (Juta Rupiah) Klasifikasi 9 Sektor Tabel Input-Output Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2000 Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen (Juta Rupiah) Klasifikasi 22 Sektor Matrik Koefisien Teknis Klasifikasi 9 Sektor Matrik Koefisien Teknis Klasifikasi 22 Sektor Matrik Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 9 Sektor Matrik Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 22 Sektor Matrik Kebalikan Leontif Tertutup Klasifikasi 9 Sektor Matrik Kebalikan Leontif Tertutup Klasifikasi 22 Sektor

16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan kegiatan yang berkaitan dengan perjalanan. Sektor pariwisata berkembang pesat karena terintegrasi dengan industri lain, sehingga berubah menjadi sebuah industri yang mempunyai keterkaitan erat dengan sektor pembangunan lain. Sektor Pariwisata merupakan salah satu penyebab timbulnya laju pertumbuhan ekonomi sektor-sektor di luar pertanian, karena menyangkut berbagai sektor perekonomian yang memproduksi barang dan jasa yang sebagian atau seluruhnya dikonsumsi oleh wisatawan mancanegara maupun nusantara yang tidak sama antar berbagai daerah atau wilayah. Tabel 1.1. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persen) No. Lapangan Usaha Pertanian 15,64 15,47 15,39 15,23 2 Pertambangan dan Penggalian 11,66 11,28 10,66 9,67 3 Industri Pengolahan 27,60 27,85 27,97 28,25 4 Listrik, gas dan Air Bersih 0,63 0,66 0,66 0,67 5 Bangunan 5,55 5,61 5,70 5,87 6 Angkutan dan Komunikasi 4,87 5,06 5,38 5,77 7 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 8,53 8,69 8,87 9,09 8 Jasa 9,28 9,23 9,14 9,12 9 Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya 21,24 20,97 21,17 21,15 a. Industri Tekstil, Pemintalan dan Pertenunan 3,25 3,22 3,26 3,23 b. Industri Kayu dan Barang dari Kayu 1,41 1,36 1,31 1,22 c. Perdagangan besar dan eceran 13,34 13,26 13,32 13,37 d. Hotel 0,67 0,67 0,68 0,71 e. Restoran 2,22 2,23 2,23 2,24 f. Jasa Hiburan, Rekreasi dan Kebudayaan Swasta 0,35 0,23 0,37 0,38 Sumber : Statistik Indonesia, 2004 Peranan pariwisata dalam Produk Domestik Bruto (PDB) terlihat dari kontribusi jasa pariwisata dan sektor pendukungnya (Tabel 1.1). Sektor pariwisata merupakan sektor yang berbasis jasa dan sebagai salah satu sektor unggulan yang

17 2 strategis dalam pembangunan nasional, karena mampu mendatangkan devisa bagi negara nomor dua setelah minyak dan gas (Heriawan, 2004). Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Upaya yang merupakan bentuk keseriusan Pemerintah Propinsi DIY dalam memajukan sektor pariwisata sebagai penggerak pembangunan adalah dengan membentuk Badan Pariwisata Daerah (BAPARDA), berbeda dengan propinsi lain yang hanya berbentuk Dinas Pariwisata serta dengan memberikan brand bagi Yogyakarta yakni Jogja Never Ending Asia, untuk menarik wisatawan asing. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasiskan budaya dan dikenal dengan kota pendidikan mempunyai banyak alternatif pariwisata yang dapat dijual mulai dari wisata budaya, wisata sejarah dan purbakala, wisata adat dan kesenian, wisata alam, wisata agroindustri, wisata olah raga maupun wisata konvensi. Pembenahan sektor pariwisata tidak akan pernah berhenti sampai disini, karena sektor pariwisata merupakan sektor yang prospektif dan dapat dijadikan andalan. Trend baru dalam pariwisata adalah menggabungkan perdagangan, pariwisata dan investasi (Trade, Tourism, Investment/TTI) yang akan terus berkembang terutama di kota-kota besar di Indonesia. Selain berkembang dengan menuju trend TTI, wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) merupakan trend wisata lain yang sedang berkembang, sering juga disebut dengan wisata konvensi. Pemerintah Daerah D.I. Yogyakarta sebagai subyek pengelola pembangunan daerah, mempunyai pertimbangan kuat untuk menempatkan pariwisata sebagai leading sector pembangunan daerah. Secara historis, Propinsi

18 3 D.I. Yogyakarta semula merupakan daerah pertanian yang dalam perkembangannya mengalami perubahan menjadi kota yang didominasi oleh kegiatan perdagangan, hotel dan restoran (Tabel 1.2). Hal ini terlihat sejak tahun 2003 sumbangan sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai peran terbesar dalam perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta. Komponen sektor pariwisata yang mempunyai keterkaitan paling besar penyebab terjadinya pergeseran struktur perekonomian adalah restoran. Tabel 1.2. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2000 Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun (Persen) No. Lapangan Usaha Pertanian 20,53 19,99 19,19 18,91 2 Pertambangan dan Penggalian 0,84 0,81 0,78 0,75 3 Industri Pengolahan 15,65 15,40 15,14 14,83 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,79 0,88 0,88 0,90 5 Bangunan 6,92 7,17 7,67 7,95 6 Angkutan dan Komunikasi 8,83 9,05 9,36 9,80 7 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 8,73 8,95 9,17 9,34 8 Jasa-Jasa 18,05 17,92 17,64 17,19 9 Jasa Pariwisata dan Sektor Pendukungnya 25,58 25,72 25,89 25,91 a. Industri Tekstil, Pemintalan dan Pertenunan 3,31 3,33 3,27 3,18 b. Industri Kayu dan Barang dari Kayu 2,21 2,15 2,06 1,97 c. Perdagangan Besar dan Eceran 8,67 8,50 8,51 8,51 d. Hotel 2,06 2,08 2,11 2,15 e. Restoran 8,94 9,27 9,56 9,69 f. Jasa Hiburan, Rekreasi dan Kebudayaan Swasta 0,39 0,39 0,38 0,41 Sumber : BPS Propinsi D.I. Yogyakarta, Perumusan masalah Pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan pariwisata. Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun nusantara ke Propinsi D.I. Yogyakarta pada awal tahun 1997 dan tahun 1998 mengalami penurunan yang disebabkan karena citra pariwisata Indonesia sedang mengalami keterpurukan akibat krisis ekonomi.

19 4 Penurunan jumlah kunjungan wisatawan juga terjadi pada tahun 2002 sehingga menjadikan kinerja pariwisata menurun akibat tekanan stabilitas politik dan keamanan dalam negeri. Sedangkan peningkatan yang menggembirakan dengan rata-rata sebesar 45,14 persen terjadi pada tahun 2004 (Tabel 1.3). Tabel 1.3. Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara maupun Nusantara Yang Menggunakan Jasa Akomodasi di Propinsi D.I Yogyakarta Tahun Tahun Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara dan Nusantara Pertumbuhan (%) Pertumbuhan (%) Pertumbuhan (%) , , , ,265 6,51 837,265 30,65 1,181,530 22, ,542 2,11 901,575 7,68 1,253,117 6, ,847-20,96 638,552-29,17 916,399-27, ,811-71,63 309,135-51,59 387,946-57, ,361-6,93 440,986 42,65 514,347 32, ,414 6,89 540,996 22,68 619,410 20, ,945 18,53 739,274 36,65 832,219 34, ,777-2,33 888,360 20,17 979,137 17, ,626 5,34 1,390,611 28,22 1,234,690 26, ,401 8,13 1,688,599 21,00 1,792,000 45,14 Sumber : Baparda Propinsi DIY, 2004 Keterangan : Tanda (-) menunjukan adanya penurunan tingkat pertumbuhan Akibat penurunan jumlah kunjungan wisatawan menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi juga mengalami penurunan, karena permintaan akan produk pariwisata menjadi berkurang. Oleh karena itu, diharapkan dengan membaiknya dalam beberapa tahun ke depan akan mendorong naiknya pendapatan masyarakat sehingga permintaan jasa wisata akan tetap tinggi. Hal ini akan mendorong naiknya jumlah wisatawan yang berkunjung ke D.I. Yogyakarta. Berdasarkan kondisi diatas maka perlu diteliti lebih lanjut apakah jasa pariwisata dan sektor pendukungnya masih berperan dalam perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta serta tetap dapat dijadikan sektor unggulan. Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

20 5 1. Bagaimana peran jasa pariwisata dan sektor pendukungnya dalam perekonomian propinsi D.I. Yogyakarta? 2. Berapa besar dampak penyebaran jasa pariwisata dan sektor pendukungnya di Propinsi D.I. Yogyakarta terhadap sektor-sektor perekonomian? 3. Berapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh jasa pariwisata dan sektor pendukungnya berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan, dan tenaga kerja? 4. Subsektor jasa pariwisata apa yang dapat dikembangkan sebagai sektor prioritas? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan seperti yang dipaparkan diatas maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis peranan jasa pariwisata dan sektor pendukungnya dalam struktur perekonomian propinsi D.I.Yogyakarta. 2. Menganalisis dampak penyebaran jasa pariwisata dan sektor pendukungnya di Propinsi D.I. Yogyakarta terhadap sektor-sektor perekonomian. 3. Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh jasa pariwisata dan sektor pendukungnya berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan, dan tenaga kerja. 4. Mengidentifikasi subsektor yang dapat dijadikan sebagai sektor prioritas.

21 6 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai sumbangan pariwisata dalam sektor jasa pariwisata dan sektor pendukungnya yang berdampak pada perekonomian Propinsi D.I. Yogyakarta serta keterkaitan dengan input dan output pembangunan. Sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan Pemerintah Daerah DIY dalam menentukan kebijakan pembangunan, khususnya pembangunan pariwisata dan dampaknya terhadap sektor pembangunan lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Ruang Lingkup dan Keterbatasan Data Penelitian ini menggunakan data yang terdapat pada Tabel Input-Output Propinsi D.I. Yogyakarta tahun 2000 yang menggambarkan kondisi perekonomian sebelum peristiwa gempa bumi. Selain itu dalam penelitian ini akan menghadapi beberapa keterbatasan sumber dan jenis data yang dibutuhkan, karena sektor jasa pariwisata dan sektor pendukungnya bersifat lintas sektor dalam penyajian data maka harus di hitung secara khusus. Disamping itu pengagregrasian sektoral hanya dilakukan hingga 9 sektor dan 22 sektor utama sebagai sektor yang di agregasi, di mana sektor jasa pariwisata dan sektor pendukungnya diturunkan dari sektor industri tekstil, pemintalan dan pertenunan, industri barang kayu dan hasil kayu lainnya, perdagangan, hotel, restoran serta jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan swasta.

22 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pengertian Jasa Pariwisata Menurut arti katanya, pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu kata Pari dan kata Wisata. Kata Pari berarti penuh, seluruh, atau semua dan kata wisata berarti perjalanan. Menurut Yoeti (2003), syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan pariwisata apabila: (1) Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat yang lain, di luar tempat kediaman orang tersebut biasa tinggal; (2) Tujuan perjalanan semata-mata untuk bersenang-senang, dan tidak mencari nafkah di tempat atau negara yang di kunjunginya; (3) Semata-mata sebagai konsumen di tempat yang dikunjungi. Menurut Wahab (1992) pariwisata mengandung tiga unsur antara lain : manusia (unsur insani sebagai pelaku kegiatan pariwisata), tempat (unsur fisik yang sebenarnya tercakup oleh kegiatan itu sendiri) dan waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan tersebut dan selama berdiam di tempat tujuan). Jadi definisi pariwisata adalah salah satu dari industri gaya baru yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam hal mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. Pariwisata adalah suatu jasa dan pelayanan (Spillane, 1994). Berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, usaha pariwisata dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu: usaha jasa pariwisata, pengusahaan obyek dan daya tarik wisata dan usaha sarana pariwisata. Sedangkan yang dimaksud dengan usaha

23 8 adalah kegiatan menghasilkan barang atau jasa untuk dijual dalam suatu lokasi tertentu serta mempunyai catatan administrasi tersendiri dan ada salah satu orang yang bertanggung jawab. Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata, menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. Sesuai dengan Undang-undang RI No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan, usaha pariwisata digolongkan ke dalam 1 : a. Usaha Jasa Pariwisata, timbul karena adanya berbagai macam keperluan dan kebutuhan bagi wisatawan akan mendorong tumbuhnya berbagai jenis usaha jasa pariwisata yang menyediakan keperluan bagi wisatawan serta bertujuan untuk membantu kelancaran perjalanan calon wisatawan. Usaha jasa pariwisata terdiri dari: 1) Jasa biro perjalanan wisata adalah kegiatan usaha yang bersifat komersial yang mengatur, menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan bagi seseorang, atau sekelompok orang untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama untuk berwisata. 2) Jasa agen perjalanan wisata adalah badan usaha yang menyelenggarakan usaha perjalanan yang bertindak sebagai perantara di dalam menjual dan atau mengurus jasa untuk melakukan perjalanan. 3) Usaha jasa pramuwisata adalah kegiatan usaha bersifat komersial yang mengatur, mengkoordinir dan menyediakan tenaga pramuwisata untuk 1 pariwisata

24 9 4) memberikan pelayanan bagi seseorang atau kelompok orang yang melakukan perjalanan wisata. 5) Usaha jasa konvensi, perjalanan insentif dan pameran adalah usaha dengan kegiatan pokok memberikan jasa pelayanan bagi satu pertemuan sekelompok orang (misalnya negarawan, usahawan, cendekiawan) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama. 6) Jasa impresariat adalah kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan baik yang mendatangkan, mengirimkan maupun mengembalikannya serta menentukan tempat, waktu dan jenis hiburan. 7) Jasa konsultasi pariwisata adalah jasa berupa saran dan nasehat yang diberikan untuk penyelesaian masalah-masalah yang timbul mulai dan penciptaan gagasan, pelaksanaan operasinya dan disusun secara sistematis berdasarkan disiplin ilmu yang diakui serta disampaikan secara lisan, tertulis maupun gambar oleh tenaga ahli profesional. 8) Jasa informasi pariwisata adalah usaha penyediaan informasi, penyebaran dan pemanfaatan informasi kepariwisataan. b. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata yang dikelompokkan dalam: 1) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan tata lingkungannya yang telah ditetapkan sebagai obyek dan daya tarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata.

25 10 2) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata budaya merupakan usaha seni budaya bangsa yang telah dilengkapi sebagai obyek dan daya tarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata. 3) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata minat khusus merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan atau potensi seni budaya bangsa untuk dijadikan sasaran wisatawan yang mempunyai minat khusus. c. Usaha Sarana Pariwisata yang dikelompokkan dalam: 1) Penyediaan akomodasi adalah usaha penyediaan kamar dan fasilitas lain serta pelayanan yang diperlukan. Perjalanan wisata dengan jarak jauh yang ditempuh lebih dari 24 jam maka diperlukan suatu akomodasi tempat menginap atau istirahat. 2) Penyediaan makanan dan minuman adalah usaha pengolahan, penyediaan dan pelayanan makanan dan minuman yang dapat dilakukan sebagai bagian dari penyediaan akomodasi ataupun sebagai usaha yang berdiri sendiri. 3) Penyediaan angkutan wisata adalah usaha khusus atau sebagian dari usaha dalam rangka penyediaan angkutan pada umumnya yaitu angkutan khusus wisata atau angkutan umum yang menyediakan angkutan wisata. 4) Penyediaan sarana wisata tirta adalah usaha penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana serta jasa yang berkaitan dengan kegiatan wisata tirta (dapat dilakukan di laut, sungai, danau, rawa, dan waduk), dermaga serta fasilitas olahraga air untuk keperluan olahraga selancar air, selancar angin, berlayar, menyelam dan memancing.

26 11 5) Penyediaan kawasan pariwisata adalah usaha yang kegiatannya membangun atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Menurut Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (2004), usaha jasa akomodasi merupakan salah satu usaha sarana pariwisata yang secara faktual oleh banyak pihak di indikasikan memiliki kemampuan untuk menciptakan dampak ganda terhadap usaha-usaha disekitarnya, baik skala kecil, menengah maupun besar. Besarnya peran usaha jasa akomodasi tersebut cukup beralasan mengingat sebagian besar kebutuhan wisatawan selama melakukan perjalanan ke suatu negara atau daerah banyak di topang oleh usaha jasa akomodasi mulai dari akomodasi, perhubungan atau transportasi, jasa boga, atraksi, obyek dan daya tarik wisata, kerajinan atau cinderamata, kargo atau pengangkutan, yang semuanya mengalir dari hulu ke hilir dan membentuk sistem kepariwisataan. Keberadaan jasa pariwisata merupakan sarana pendukung pengembangan pariwisata di daerah tersebut. Tingginya jumlah kunjungan wisatawan ke tempat atau obyek wisata diharapkan dapat mempengaruhi jumlah wisatawan yang datang ke hotel, restoran, sentra kerajinan, serta tempat rekreasi dan hiburan. Semakin baik tingkat pelayanan dan kepuasan yang diberikan kepada wisatawan, maka akan menimbulkan kesan yang menyenangkan terhadap pariwisata sehingga dapat menarik wisatawan untuk berkunjung kembali. Menurut BPS (2004), usaha yang terkait dengan bidang Pariwisata adalah perdagangan, hotel, restoran, serta jasa.

27 Tujuan Pembangunan Pariwisata Nasional Sesuai dengan perkembangan dalam rangka pembangunan nasional, guna meningkatkan kesejahteraan rakyat pembangunan pariwisata dilanjutkan dan ditingkatkan dengan mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan untuk memperbesar penerimaan devisa. Penyelenggaraan kepariwisataan dilaksanakan berdasarkan asas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan, dan kepercayaan pada diri sendiri. Berdasarkan UU No. 9 Tahun 1990, penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan untuk: a. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata b. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa c. Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja d. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat e. Mendorong pendayagunaan produksi nasional. Sesuai dengan tujuan tersebut, berbagai program yang digalakan seperti pembangunan obyek dan daya tarik wisata baru, disamping itu juga tetap memperhatikan kemampuan untuk mendorong peningkatan pengembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya, nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai - nilai kehidupan dalam masyarakat.

28 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang peran dan keterkaitan dengan menggunakan alat analisis Input-Output telah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah dilakukan selama ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: penelitian terhadap seluruh sektor perekonomian, penelitian terhadap sektor pariwisata, dan penelitian terhadap salah satu sektor perekonomian misalnya industri pengolahan, pertanian, dan sebagainya. Pada dasarnya penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang sama yaitu mempelajari keterkaitan (Linkage), baik keterkaitan langsung ke depan (direct backward linkage) dan ke belakang (direct forward linkage) maupun keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang (Tabel 2.1). Selain mempelajari keterkaitan tersebut penelitian-penelitian juga mempelajari pengganda (multiplier) dan dampak penyebaran (Tabel 2.2 dan Tabel 2.3). Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Keterkaitan Penelitian Keterkaitan ke Depan Keterkaitan ke Belakang Lokasi Tahun Input- Output Langsung Langsung& Tidak Langsung Langsung Langsung& Tidak Langsung 1. Bali Industri Pariwisata , , , , Indonesia Restoran Hotel Angkutan Jasa Industri Kerajinan , , , , ,86789 Sumber : Suryadi (2000), Heriawan (2004) 1, , , , , , , , , , , , , , ,78570 Ada beberapa informasi yang ditunjukan pada Tabel 2.1 yaitu: (1) Terlihat bahwa nilai keterkaitan langsung ke depan lebih besar di bandingkan nilai keterkaitan langsung ke belakang, hasil penelitian Heriawan (2004) di Indonesia.

29 14 Informasi ini memberikan indikasi bahwa subsektor pariwisata secara langsung lebih peka dalam menciptakan kenaikan output apabila terjadi peningkatan permintaan akhir satu satuan, maka mempunyai kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor yang menyediakan input bagi keperluan proses produksi. (2) Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan lebih kecil dibandingkan dengan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang (Suryadi, 2000). Nilai tersebut menunjukkan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan terhadap sektor tersebut, maka sektor tersebut akan membutuhkan input untuk proses produksi. Tabel 2.2. Hasil penelitian Terdahulu Tentang Multiplier Penelitian Lokasi Tahun Input- Output 1.Bali 1993 Industri Pariwisata 2.Indonesia 2000 Restoran Hotel Angkutan Jasa Industri Kerajinan 3.Indonesia Hiburan&Rekreasi Multiplier Output Multiplier Income Multiplier TK Tipe I Tipe II Tipe I Tipe II Tipe I Tipe II 2,122 3,233 3,318 4,398 6,381 11,413 1,99 1,69 1,69 1,64 1,87 2,15 1,85 2,03 1,89 2,15 1,668 1,682 2,271 2,179 1,595 1,575 2,087 2,004 Sumber : Suryadi (2000), Heriawan (2004), Oktavianti (2005) ,64 43,79 83,45 62,52 71,33 1,159 1,091 84,42 51,40 99,53 74,36 84,52 1,209 1,135 Berdasarkan analisis multiplier subsektor pariwisata, terlihat bahwa nilai multiplier tipe II relatif lebih besar dibandingkan nilai multiplier tipe I. Hal ini menunjukan bahwa pengeluaran rumah tangga yang bekerja di subsektor pariwisata mampu memberikan pengaruh terhadap peningkatan output sektorsektor lainnya.

30 15 Perbedaan multiplier tipe I dan tipe II pada ketiga penelitan tersebut samasama didasarkan pada faktor rumah tangga dimana pada multiplier tipe I rumah tangga dianggap sebagai faktor eksogen, sedangkan pada multiplier tipe II rumah tangga dianggap sebagai faktor endogen. Tabel 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Dampak Penyebaran Penelitian Lokasi Tahun Input- Output 1.Bali 1993 Industri Pariwisata 2.Indonesia Hiburan&Rekreasi Sumber: Suryadi (2000), Oktavianti (2005). Koefisien Penyebaran Kepekaan Penyebaran 1,280 1,176 1,668 1,682 1,140 1,049 Pada Tabel 2.3 menyajikan informasi mengenai koefisien dan kepekaan penyebaran. Nilai kepekaan penyebaran subsektor pariwisata Propinsi Bali lebih besar dibandingkan kedua penelitian lainnya. Basarnya kepekaan penyebaran di Bali tersebut menunjukan bahwa subsektor pariwisata mampu melakukan perluasan pasar dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Nilai subsektor pariwisata di Indonesia tahun 2000 memiliki nilai koefisien penyebaran yang lebih tinggi, sehingga mampu untuk menarik pertumbuhan industri hulunya. Secara umum dari ketiga penelitian mengenai dampak penyebaran mempunyai peranan penting dalam pembangunan wilayah, hal ini terbukti dari nilai koefisien dan kepekaan penyebaran mempunyai nilai yang lebih dari satu. Studi literatur yang telah dilakukan menunjukan bahwa analisis Input- Output telah banyak dilakukan sebagai alat penelitian. Peneliti juga melihat bahwa penelitian tentang jasa pariwisata dan sektor pendukungnya di Propinsi D.I. Yogyakarta berdasarkan analisis Input-Output belum pernah dilakukan.

31 Kerangka Pemikiran Kerangka Teoritis Teori Sektor Unggulan Suatu proses pembangunan pelaksanaannya dipengaruhi oleh ketersedian sumberdaya dan pembiayaan. Tidak semua daerah memiliki potensi yang sama. Masing-masing memiliki sektor dengan comparatife advatages yang berbeda. Keterbatasan dana pembangunan menuntut suatu perencanaan yang tepat dan efisien, sehingga dapat teralokasi pada sektor yang jika dikembangkan akan memberi dampak yang besar terhadap perekonomian wilayah tersebut secara menyeluruh. Tidak hanya berpengaruh positif pada satu sektor itu saja, namun dapat mendorong pertumbuhan sektor lain yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, baik berupa peningkatan penyerapan tenaga kerja maupun peningkatan pendapatan. Kemampuan suatu sektor menjadi penggerak utama bagi sektor-sektor lainnya dan memacu pembangunan ekonomi, menjadikannya sebagai sektor unggulan atau disebut juga leading sector atau key sector. Sektor unggulan dapat juga diartikan sebagai sektor yang mampu mendorong, menunjang kegiatan produksi serta menopang pertumbuhan semua sektor dalam perekonomian. Sektor unggulan akan diprioritaskan dalam pelaksanaan pembangunan, meskipun bukan berarti mengabaikan sektor lain. Pembangunan itu sendiri tentu tidak hanya tertuju pada sektor-sektor unggulan, tetapi sektor non unggulan yang kedepannya diharapkan menjadi sektor unggulan pula. Adanya skala prioritas ini agar

32 17 pembangunan menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga dengan keterbatasan yang ada tujuan pembangunan tersebut dapat dicapai. Analisis input-output dibangun dari teori keseimbangan umum. Model keseimbangan umum merupakan seluruh sistem pasar yang saling berhubungan dan menunjukkan keterkaitan antar sektor serta merupakan indikator bagi suatu sektor untuk menjadi leading sector. Keseimbangan umum seluruh sektor dalam perekonomian adalah satu kesatuan sistem, dengan keseimbangan (atau ketidakseimbangan) di satu sektor berpengaruh terhadap keseimbangan (atau ketidakseimbangan) di sektor-sektor lain. Analisis keseimbangan umum didasarkan atas arus transaksi antar pelaku perekonomian. Hal ini berbeda dengan keseimbangan parsial yang tidak mengikutsertakan kemungkinan terjadinya interaksi antar sektor produksi sebagai bagian keseimbangan itu sendiri (Nazara, 1997). Keseimbangan dalam analisis input-output didasarkan pada arus transaksi antar pelaku perekonomian dari sisi produksi. Teknologi produksi yang digunakan oleh perekonomian mempunyai peranan yang besar dalam kaitannya dengan penggunaan input antara. Sampai tahap tertentu, input primer dianggap sebagai variabel eksogen, seperti halnya sisi permintaan akhir dijadikan sebagai variabel endogen. Interaksi pelaku antar ekonomi dijelaskan dalam teori keseimbangan umum berdasarkan kuantitas dan harga di seluruh pasar atau industri. Asumsi terdapat dua pasar, misalkan sektor pertanian dan sektor pariwisata. Pada Gambar 1, diperlihatkan bahwa setiap kenaikkan output pada sektor pariwisata akan

33 18 mengakibatkan kenaikkan pada sektor pertanian. Perubahan yang sama pada sektor pariwisata dan sektor pertanian ini dikarenakan sektor pariwisata dan sektor pertanian merupakan barang komplementer. Perubahan pada kedua sektor ini akan berdampak pada pasar tenaga kerja. Kenaikkan output pada sektor pariwisata akan memberi dampak pada kenaikkan permintaan tenaga kerja. Pada sisi lain, kenaikkan permintaan output pada sektor pertanian juga mengakibatkan kenaikkan permintaan tenaga kerja pada pasar tenaga kerja pada sektor pertanian. Harga Sa 0 Sa 1 Harga Sb 0 Sb 1 Pa 1 Pa 2 Pa 0 Pb 1 Pb 2 Pb 0 Da 0 Da 1 Db 0 Db 1 Qa 0 Qa 1 Qa 2 Sektor Pariwisata Quantitas Qb 0 Qb 1 Qb 2 Sektor Pertanian Upah Upah Wa 1 Wa 2 Wa 0 Sa 0 Sa 1 Wb 1 Wb 2 Wb 0 Sb 0 Sb 1 Da 1 Da 0 Db 1 Db 0 La 0 La 1 La 2 Labour Lb 0 Lb 1 Lb 2 Sumber : Nicholson, Gambar 2.1. Kurva Keseimbangan Umum

34 19 Suatu sektor tidak dapat begitu saja menjadi sektor unggulan, ada beberapa hal yang harus dimiliki, diantaranya pertumbuhannya cukup tinggi, stabil dan berkelanjutan. Selain itu, kemampuannya dalam memacu pembangunan wilayah harus memanfaatkan sumberdaya dan pasar domestik serta memiliki indeks ketergantungan impor yang rendah. Sektor unggulan juga tidak hanya memiliki peran dalam artian berupa kontribusi yang sifatnya langsung terhadap perekonomian. Hal ini dilihat dari keterkaitan sektor unggulan terhadap sektor lain. Beberapa ahli mengemukan tentang pembentukkan sektor kunci, untuk melihat apakah suatu sektor dapat menjadi sektor kunci atau tidak dapat mengunakan Analisis Input Output salah satunya Chenery dan Watanabe (1958) dalam Daryanto (1995) menyatakan bahwa tingginya keterkaitan kedepan dan kebelakang dapat terlihat pada tingginya suatu nilai di atas harga rata-ratanya. Sedangkan rendahnya keterkaitan kedepan dan kebelakang diperlihatkan oleh rendahnya suatu nilai di bawah harga rata-ratanya. Sektor unggulan adalah sektor yang memiliki nilai keterkaitan kedepan dan kebelakang yang tinggi. Sektor yang termasuk dalam kategori ini umumnya adalah sektor yang mengubah input primer menjadi output antara. Tabel 2.4. Tipologi Chenery-Watanabe Keterkaitan ke Depan Tinggi Rendah Keterkaitan ke Belakang Tinggi Kategori I Kategori II Rendah Kategori III Kategori IV Sumber : Daryanto, 1995.

35 20 Pendekatan tersebut hanya memperhitungkan efek langsung dari peningkatan output yang diberikan industri tersebut, karena tidak memasukkan efek tenaga kerja dan pendapatan. Menurut Rasmusen dalam Daryanto (1995) mengemukakan bahwa untuk mengukur keterkaitan (baik kedepan maupun kebelakang) terdapat dua jenis indeks, yaitu ; 1. Kemapuan penyebaran (power of dispersion), dalam Analisis Input-Output disebut Daya Penyebaran. 2. Kepekaan Penyebaran (sensitivity of dispersion), dalam Analisis Input Output disebut juga Derajat Kepekaan. Dampak penyebaran serta Derajat Kepekaan tersebut merupakan perbandingan dampak (kebelakang maupun kedepan) terhadap rata-rata seluruh dampak sektor. Jika nilai indeks dari suatu sektor lebih dari satu, maka pengaruhnya di atas rata-rata dan sektor tersebut dapat dijadikan sebagai sektor kunci. Menurut Daryanto (1995) untuk mengidentifikasi suatu sektor dapat menjadi sektor kunci atau tidak, dilaksanakan dengan empat metode, yaitu 1. Sektor tersebut memiliki keterkaitan kebelakang (backward linkage) dan keterkaitan kedepan (forward linkage) yang relatif tinggi. 2. Sektor tersebut menghasilkan output bruto yang relatif tinggi, sehingga mampu mempertahankan permintaan akhir (final demand) yang relatif tinggi pula. 3. Sektor tersebut mampu menghasilkan penerimaan devisa bersih yang relatif tinggi.

36 21 4. Sektor tersebut dapat menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi. Teori multiplier dikemukakan oleh beberapa ahli, salah satunya oleh Miller and Blair (1985). Multiplier digunakan untuk menilai efek dari perubahan eksogen terhadap variabel-variabel penting dalam ekonomi. Multiplier-multiplier yang sering digunakan untuk memperoleh efek dari perubahan eksogen adalah multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja. Pendekatan tersebut sangat sederhana karena hanya memperhitungkan efek langsung dari peningkatan output yang diberikan industri tersebut, namun tanpa memperhitungkan efek tidak langsung yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih nyata Dampak Sosial Pengembangan Pariwisata terhadap Pembangunan Ekonomi Tujuan dari pembangunan dan pengembangan pariwisata menurut Wight (1998) dalam Poerwanto (2004) adalah untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi, sosial budaya dan pelestarian lingkungan. Konsep menjaga keseimbangan terhadap aset pariwisata merupakan perwujudan kepedulian terhadap kualitas hidup secara utuh. Menurut Spillane (1994), adapun dampak positif yang dapat dirasakan antara lain: 1. Perubahan pada jangka panjang dalam struktur permintaan yang dapat mendorong perluasan dari sektor-sektor jasa dalam perekonomian, khususnya jasa-jasa pariwisata. Semakin tinggi tingkat pendapatan nyata dan semakin banyak waktu yang disediakan untuk liburan, maka semakin besar permintaan akan rekreasi dan hiburan serta manfaat lain dari pariwisata. 2. Pariwisata merupakan industri yang padat karya, karena tenagakerja sulit digantikan dengan modal atau peralatan. Oleh karena itu pariwisata

37 22 merupakan sumber pokok dari perkerjaan pada tingkat regional. Terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sebagai tenaga keamanan, kebersihan, tenaga dapur (koki), tenaga cuci dan lain sebagainya. 3. Pariwisata sebagai sumber devisa dalam neraca pembayaran. 4. Pariwisata mendistribusikan pembangunan dari pusat industri ke arah wilayah desa yang belum berkembang. Jadi pariwisata dapat menjadi dasar pembangunan regional. Selain dampak positif yang ditimbulkan, dalam pengembangan usaha jasa dan akomodasi juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap pembangunan ekonomi (Splillane, 1994) antara lain: 1. Pariwisata sering dianggap tergantung pada pasar asing dan impor. 2. Terjadinya kebocoran pendapatan dari industri pariwisata. 3. Perkembangan fasilitas pariwisata cenderung berpolarisasi secara spasial yaitu berkaitan dengan tempat. 4. Sifat dari pekerjaan dalam sektor pariwisata cenderung menerima gaji yang rendah, menjadi pekerja musiman, tidak ada serikat buruh, hanya bekerja pada sebagian waktu (part time), dan khusus untuk anggota keluarga. 5. Permintaan akan pariwisata dapat menaikkan harga tanah, sehingga menyebabkan kesulitan bagi penghuni tersebut yang tidak bekerja dalam sektor pariwisata dan ingin membangun rumah atau mendirikan bisnis disana. 6. Perkembangan pariwisata dapat menimbulkan masalah besar terhadap lingkungan, misalnya: polusi udara dan air, keramaian lalu lintas, dan kerusakan dari pemandangan alam yang tradisional.

38 Model Input-Output Analisis Input-Output pertama kali dikembangkan oleh W.Leontif pada tahun Tabel input-output telah berkembang menjadi salah satu metode paling luas diterima, tidak hanya untuk mendiskripsikan struktur industri suatu perekonomian tetapi juga mencakup cara untuk memprediksikan perubahanperubahan struktur tersebut (Glasson, 1977). Model I-O Leontif ini didasarkan atas model keseimbangan umum (General Equilibrium). Menurut BPS (2000) pengertian Tabel I-O adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang barang dan jasa antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matrik. Isian sepanjang baris Tabel I-O menunjukan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Di samping itu, isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral. Sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik berupa input antara maupun input primer. Sebagai metode kualitatif tabel ini memberikan gambaran menyeluruh tentang: 1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor. 2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektorsektor produksi. 3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut.

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output)

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) OLEH DWI PANGASTUTI UJIANI H14102028 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA. Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA. Referensi Utama: Utama, I Gusti Bagus Rai. (2015). Pengantar Industri Pariwisata. Penerbit Deepublish Yogyakarta CV. BUDI UTAMA. Url http://www.deepublish.co.id/penerbit/buku/547/pengantar-industri-pariwisata

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H14104109 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah industri yang besar di dunia dan salah satu sektor yang tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H

ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H14102072 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN FITRI RAHAYU.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN 2001-2005 Oleh TUTI RATNA DEWI H14103066 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan secara terus-menerus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator keberhasilan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2004 NOMOR : 19 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 8 TAHUN 2004 T E N T A N G IZIN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR PARIWISATA DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Andry Kurniawan Saputra

PERAN SEKTOR PARIWISATA DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Andry Kurniawan Saputra PERAN SEKTOR PARIWISATA DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Andry Kurniawan Saputra kost31_project@yahoo.co.id Andri Kurniawan andrikur@ugm.ac.id Abstract Tourism is the dominant

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H 14104017 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR Oleh DIYAH RATNA SARI H14102075 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pariwisata Dan Wisatawan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata adalah kegiatan melaksanakan perjalanan untuk memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, mencari kepuasan, mendapatkan kenikmatan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H14103119 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H14050184 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H14050032 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Distribusi Input dan Output Produksi Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk mengubah input menjadi output. Dunia usaha

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011 No. 24/05/51/Th. V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011 Pada Triwulan I 2011, PDRB Bali tumbuh sebesar 0,75 persen dibanding Triwulan IV - 2010 (quarter to quarter/q-to-q). Pertumbuhan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1990 T E N T A N G K E P A R I W I S A T A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1990 T E N T A N G K E P A R I W I S A T A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1990 T E N T A N G K E P A R I W I S A T A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa keadaan alam, flora dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan bagian dari suatu perwujudan pembangunan ekonomi nasional yang bertujuan menciptakan kemandirian suatu daerah dalam mengurus rumah

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN

ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN OLEH HASNI H14102023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

6 ANALISIS PEMODELAN PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

6 ANALISIS PEMODELAN PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN 6 ANALISIS PEMODELAN PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN 6. Analisis Input-Output 6.. Analisis Keterkaitan Keterkaitan aktivitas antar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH MIMI MARYADI H14103117 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK SEKTOR PADI, MELINJO, DAN PERTANIAN LAINNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN PANDEGLANG: ANALISIS INPUT OUPUT

ANALISIS DAMPAK SEKTOR PADI, MELINJO, DAN PERTANIAN LAINNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN PANDEGLANG: ANALISIS INPUT OUPUT ANALISIS DAMPAK SEKTOR PADI, MELINJO, DAN PERTANIAN LAINNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN PANDEGLANG: ANALISIS INPUT OUPUT Oleh : DWI ASMORO RAMANTO H14104129 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, dilakukan beberapa macam analisis, yaitu analisis angka pengganda, analisis keterkaitan antar sektor, dan analisis dampak pengeluaran pemerintah terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH (2001-2005) OLEH NITTA WAHYUNI H14102083 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang pembangunan dan pemerintahan. Perubahan dalam pemerintahan adalah mulai diberlakukannya

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH J. Agroland 17 (1) : 63 69, Maret 2010 ISSN : 0854 641X PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH The Effect of Investment of Agricultural

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share Metode shift share digunakan dalam penelitian ini untuk melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara khususnya di Indonesia, banyak kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah untuk pembangunan

Lebih terperinci

APLIKASI INPUT OUTPUT

APLIKASI INPUT OUTPUT APLIKASI INPUT OUTPUT Selama ini sebagian besar perencanaan pembangunan ekonomi daerah masih bersifat parsial dan belum dapat mendeteksi bagaimana dampak investasi pada suatu sektor terhadap struktur perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat strategis dan memiliki trend kontribusi positif terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia. Menurut data BPS,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN 164 BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN Adanya keterbatasan dalam pembangunan baik keterbatasan sumber daya maupun dana merupakan alasan pentingnya dalam penentuan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pemerataan pembangunan ekonomi merupakan hasil yang diharapkan oleh seluruh masyarakat bagi sebuah negara. Hal ini mengingat bahwa tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi

Lebih terperinci

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H14104109 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG OLEH TEUKU FAJAR AKBAR H

ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG OLEH TEUKU FAJAR AKBAR H ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG OLEH TEUKU FAJAR AKBAR H14103035 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

Analisis Input-Output (I-O)

Analisis Input-Output (I-O) Analisis Input-Output (I-O) Di Susun Oleh: 1. Wa Ode Mellyawanty (20100430042) 2. Opissen Yudisyus (20100430019) 3. Murdiono (20100430033) 4. Muhammad Samsul (20100430008) 5. Kurniawan Yuda (20100430004)

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENURUNAN PAJAK TAK LANGSUNG PRODUK-PRODUK PANGAN STRATEGIS DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODEL INPUT-OUTPUT SISI PENAWARAN)

ANALISIS PENURUNAN PAJAK TAK LANGSUNG PRODUK-PRODUK PANGAN STRATEGIS DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODEL INPUT-OUTPUT SISI PENAWARAN) ANALISIS PENURUNAN PAJAK TAK LANGSUNG PRODUK-PRODUK PANGAN STRATEGIS DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODEL INPUT-OUTPUT SISI PENAWARAN) OLEH KEMAS MUHAMMAD HUSNI THAMRIN H14102121 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Lebih terperinci

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output.

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output. DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN JOMBANG Junaedi Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum Jombang Email : Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT PELATIHAN UNTUK STAF PENELITI Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Oleh Dr. Uka Wikarya Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universtas

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUBANG OLEH NURLATIFA USYA H

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUBANG OLEH NURLATIFA USYA H ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUBANG OLEH NURLATIFA USYA H14102066 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menganalisis dampak dari injeksi pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada sektor komunikasi terhadap perekonomian secara agregat melalui sektor-sektor

Lebih terperinci

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah 48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 28 Perekonomian Indonesia tahun 28 tumbuh 6,6%(yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun 27 (6,28%). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi didorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya dan dikenal dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H14052333 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA OLEH SITI ADELIANI H14103073 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dam masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk kerja sama antara pemerintah

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR PARIWISATA DAN SUBSEKTOR PENDUKUNGNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN BADUNG GALUH RAGA PRAMANA

ANALISIS PERANAN SEKTOR PARIWISATA DAN SUBSEKTOR PENDUKUNGNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN BADUNG GALUH RAGA PRAMANA ANALISIS PERANAN SEKTOR PARIWISATA DAN SUBSEKTOR PENDUKUNGNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN BADUNG GALUH RAGA PRAMANA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H

ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H14102072 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN FITRI RAHAYU.

Lebih terperinci