ANALISIS PERANAN SEKTOR PARIWISATA DAN SUBSEKTOR PENDUKUNGNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN BADUNG GALUH RAGA PRAMANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERANAN SEKTOR PARIWISATA DAN SUBSEKTOR PENDUKUNGNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN BADUNG GALUH RAGA PRAMANA"

Transkripsi

1 ANALISIS PERANAN SEKTOR PARIWISATA DAN SUBSEKTOR PENDUKUNGNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN BADUNG GALUH RAGA PRAMANA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Peranan Sektor Pariwisata dan Subsektor Pendukungnya terhadap Perekonomian Kabupaten Badung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, 28 Mei 2013 Galuh Raga Pramana NIM H

4 ABSTRAK GALUH RAGA PRAMANA. Analisis Peranan Sektor Pariwisata dan Subsektor Pendukungnya terhadap Perekonomian Kabupaten Badung. Dibimbing oleh ARIEF DARYANTO. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor berbasis jasa yang potensial dan strategis dalam pengembangan perekonomian nasional dan daerah. Pengembangan pada sektor pariwisata akan berpengaruh terhadap perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya. Kabupaten Badung adalah salah satu daerah yang berada di Provinsi Bali dengan memiliki tempat-tempat wisata utama dari Pulau Bali. Hal ini merupakan salah satu alasan yang mendorong pemerintah untuk terus meningkatkan pengembangan dari sektor pariwisata. Penelitian ini menggunakan analisis input-output dari Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 dengan klasifikasi 54 sektor yang diagreasi menjadi 13 sektor dan 9 sektor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sektor perdagangan memiliki pengaruh yang besar, sedangkan sektor pariwisata kurang memiliki pengaruh terhadap sektor ekonomi lainnya. Pada subsektor pariwisata yaitu subsektor restoran, rumah makan dan warung memiliki pengaruh yang besar terhadap sektor perekonomian lainnya baik sektor hulu maupun hilir. Oleh karena itu, pemerintah harus terus meningkatkan sektor pariwisata dengan memprioritaskan pengembangan subsektor restoran, rumah makan, dan warung agar dapat mendorong perekonomian Kabupaten Badung. Kata kunci: Input Output, Kabupaten Badung, Pariwisata ABSTRACT GALUH RAGA PRAMANA. Role of Tourism Sector and Supporters Subsector on the Badung regency Economy Analysis. Supervised by ARIEF DARYANTO The tourism sector is one of the sector-based potential and strategic services in the development of national and regional economies. Development of the tourism sector will affect the development of other economic sectors. Badung regency is one of the areas in the province of Bali by having the main tourist attractions of the Bali island. This is one of the reasons that prompted the government to continue to enhance the development of the tourism sector. This research uses input-output analysis of the Input-Output Tables Badung Regency in 2009 with the classification of 54 sectors into 13 sectors and 9 sectors. Results of this study indicate that the trade sector has a huge effect, while the tourism sector has less influence on other economic sectors. However, the sub-sector of tourism subsector restaurants and cafes have a considerable influence on other sectors of the economy both upstream and downstream. Therefore, the government should continue to improve the tourism sector by prioritizing the development of subsector restaurants, and cafes in order to stimulate the economy of the Badung regency. Keywords: Badung Regency, Input-Output, Tourism

5 ANALISIS PERANAN SEKTOR PARIWISATA DAN SUBSEKTOR PENDUKUNGNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN BADUNG GALUH RAGA PRAMANA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Analisis Peranan Sektor Pariwisata dan Subsektor Pendukungnya terhadap Perekonomian Kabupaten Badung Nama : Galuh Raga Pramana NIM : H Disetujui oleh Arief Daryanto, Ph. D Pembimbing Diketahui oleh Dr. Dedi Budiman Hakim Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 sampai Mei 2013 ini ialah Analisis Peranan Sektor Pariwisata dan Subsektor Pendukungnya terhadap Perekonomian Kabupaten Badung. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Arief Daryanto, Ph.D selaku dosen pembimbing selama proses penyelesaian skripsi, Bapak Dr.Ir. Manutun Parulian Hutagaol M.Si dan Ibu Ranti Wiliasih M.Si selaku dosen penguji dalam proses sidang sikripsi, pihak BPS Pusat yang telah menyediakan dan melayani penulis saat proses pengumpulan data. Kepada Rissa, Assrianti, dan Reska yang telah banyak membantu selama proses pengumpulan dan pengolahan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak tercinta Agus Irianto, Ibu tercinta Nanik Sugiyarti, serta kakak dan adik tercinta Dian Purbasari dan Pupi Rahma Sari yang telah memberi dukungan secara moril. Kepada seluruh teman dan sahabat Departemen Ilmu Ekonomi 46 atas dukungannya selama menjalani pendidikan di Bogor, serta seluruh pihak yang telah menyemangati dan selalu mendoakan yang terbaik bagi penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, 28 Mei 2013 Galuh Raga Pramana

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 Ruang Lingkup Penelitian 3 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 4 Definisi Kepariwisataan 4 Peran Pariwisata 5 Tujuan Pembangunan Pariwisata Nasional 7 Penelitian Terdahulu 7 Kerangka Pemikiran 9 METODE PENELITIAN 10 Lokasi dan Waktu Penelitian 10 Jenis dan Sumber Data 10 Metode Analisis 10 Analisis Keterkaitan 10 Dampak Penyebaran 11 Analisis Multiplier 12 Sektor Kunci 14 Konsep dan Definisi Operasional Data 14 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BADUNG 19 Sektor Pariwisata Kabupaten Badung 21 Objek Wisata Kabupaten Badung 23 v

10 Perkembangan Kunjungan Wisata Kabupaten Badung 24 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kabupaten Badung 24 Struktur Permintaan 24 Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Pemerintah 26 Struktur Investasi 28 Struktur Ekspor Impor 28 Struktur Nilai Tambah Bruto 29 Struktur Output Sektoral 31 Analisis Keterkaitan 31 Analisis Dampak Penyebaran 34 Analisis Pengganda (Multiplier) 37 Analisis Sektor Kunci 40 SIMPULAN DAN SARAN 42 Simpulan 42 Saran 43 DAFTAR PUSTAKA 43 LAMPIRAN 45 RIWAYAT HIDUP 59

11 DAFTAR TABEL 1. Distribusi persentase produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Badung atas dasar harga konstan 2000 (persen) 2 2. Rumus pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja PDRB sektor pariwisata Kabupaten Badung atas dasar harga konstan 2000 (juta rupiah) Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Badung Struktur permintaan antara dan permintaan akhir perekonomian Kabupaten Badung 2009 (juta rupiah) Konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah terhadap perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (juta rupiah) Struktur investasi sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (juta rupiah) Ekspor impor sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (juta rupiah) Struktur nilai tambah bruto Kabupaten Badung tahun 2009 (juta rupiah) Struktur output sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (juta rupiah) Keterkaitan output ke depan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (agregasi 9 sektor) Keterkaitan output ke depan subsektor pariwisata Kabupaten Badung tahun 2009 (agregasi 13 sektor) Keterkaitan output ke belakang sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (agregasi 9 sektor) Keterkaitan output ke belakang subsektor pariwisata perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (agregasi 13 sektor) Koefisien penyebaran sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung Koefisien penyebaran subsektor pariwisata Kabupaten Badung Kepekaan penyebaran sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung Kepekaan penyebaran subsektor pariwisata Kabupaten Badung Pengganda output sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung Pengganda output subsektor pariwisata Kabupaten Badung Pengganda pendapatan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung Pengganda pendapatan subsektor pariwisata Kabupaten Badung Indeks multiplier aktual subsektor pariwisata Kabupaten Badung tahun DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka pemikiran operasional 9 2. Peta wilayah Kabupaten Badung Fasilitas kepariwisataan di Kabupaten Badung tahun Jumlah akomodasi/hotel berbintang, non berbintang/melati, dan pondok wisata di Kabupaten Badung tahun Diagram sektor kunci 41 vii

12 DAFTAR LAMPIRAN 1. Agregasi 13 sektor dan 9 sektor dari klasifikasi 54 sektor Tabel Input Output Kabupaten Badung tahun Matriks koefisien teknis klasifikasi 13 sektor Matriks koefisien teknis klasifikasi 9 sektor Matriks kebalikan leontif terbuka klasifikasi 13 sektor Matriks kebalikan leontif terbuka klasifikasi 9 sektor Backward open total requirements klasifikasi 13 sektor Backward open total requirements klasifikasi 9 sektor Forward open total requirements klasifikasi 13 sektor Forward open total requirements klasifikasi 9 sektor Multiplier output klasifikasi 13 sektor Multiplier output klasifikasi 9 sektor Multiplier income klasifikasi 13 sektor Multiplier income klasifikasi 9 sektor 58

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang berbasis jasa yang potensial dan stategis dalam pengembangan perekonomian nasional maupun daerah. Hal ini dikarenakan pada sektor pariwisata mampu mendatangkan pendapatan bagi negara maupun daerah. Hal ini juga yang mendorong pemerintah terus meningkatkan pembangunan sektor pariwisata disamping menurunnya peranan sektor minyak dan gas sebagai sumber pendapatan. Menurut Wahab (1992), pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan dan standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari pengembangan sektor pariwisata. Salah satunya adalah menggalang persatuan bangsa yang rakyatnya memiliki daerah yang berbeda, bahasa, adat istiadat dan cita rasa yang beraneka ragam pula. Selain hal tersebut, pariwisata tidak akan menimbulkan masalah polusi dan akan terus mengalami perkembangan tanpa harus merusakkan sumberdaya alam di suatu wilayah. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja. Adanya kunjungan wisatawan pada suatu daerah, maka daerah tersebut diharuskan dapat menyediakan permintaan dari wisatawan tersebut. Hal tersebut menjadi suatu peluang usaha bagi masyarkat baik dalam bentuk penginapan atau hotel, rumah makan atau restoran, jasa angkutan dan lain sebagainya, sehingga pengangguran akan berkurang dan pendapatan masyarakat akan meningkat. Selain hal tersebut, sektor pariwisata juga memiliki multiplier effect yang sangat berperan bagi perekonomian. Kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara akan berpengaruh pada konsumsi wisatawan. Dampaknya akan berpengaruh pada nilai belanja pengeluaran wisatawan (spending leisure), sehingga akan berpengaruh terhadap kesempatan kerja, pendapatan dan penerimaan devisa bagi daerah tujuan wisata. Disamping itu, juga berhubungan dengan aktivitas ekonomi lain seperti transportasi, komunikasi, pertanian, industri dan sektor lainnya, sehingga sektor pariwisata memiliki keterkaitan dengan sektor lainnya. Kabupaten Badung merupakan salah satu daerah di Provinsi Bali yang memiliki letak geografis yang strategis. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya tempat wisata utama Pulau Bali yang berada di wilayah tersebut. Salah satu diantaranya adalah Pantai Kuta, Pantai Nusa Dua, Pantai Jimbaran, Desa Sangeh, Tanjung Beno, Pura Taman Ayun, dan Waterboom.

14 2 Tabel 1 Distribusi persentase produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Badung atas dasar harga konstan 2000 (Persen) SEKTOR Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Pariwisata Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa TOTAL Sumber: BPS Kabupaten Badung Dari Tabel 1 tersebut, dapat diketahui sektor yang memberikan sumbangan terbesar dalam PDRB Kabupaten Badung adalah sektor pariwisata. Sektor pariwisata juga memiliki sumbangan terhadap PDRB yang terus meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor pariwisata merupakan sektor andalan dan sangat potensial untuk terus dikembangkan di Kabupaten Badung. Pembangunan dan pengembangan pada sektor pariwisata diharapkan akan menimbulkan multiplier effect terhadap sektor-sektor ekonomi lain. Hal ini akan sangat berpengaruh dalam peningkatan laju pertumbuhan perekonomian, sehingga diperlukan analisis terhadap keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor-sektor ekonomi yang lainnya. Perumusan Masalah Sektor pariwisata di Kabupaten Badung tidak akan terlepas dari keberadaan sektor-sektor ekonomi lainnya. Terjadinya suatu perubahan pada sektor pariwisata akan berpengaruh pada sektor ekonomi lainnya, dan begitu pula sebaliknya terjadinya perubahan pada salah satu sektor ekonomi yang lain, juga akan berpengaruh pada sektor pariwisata. Kondisi seperti inilah yang sering disebut dengan multiplier effect dimana perubahan pada salah satu sektor akan mempengaruhin kondisi sektor yang lain. Peningkatan dan pengembangan pada sektor pariwisata Kabupaten Badung diharapkan dapat sebagai sektor kunci bagi perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya yang akan meningkatkan PDRB Kabupaten Badung. Berdasarkan hal diatas, dirumuskan beberapa permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini, sebagai berikut :

15 3 1. Bagaimana peranan sektor pariwisata dalam pembentukan output, permintaan antara, permintaan akhir, dan nilai tambah bruto Kabupaten Badung? 2. Bagaimana keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya? 3. Berapakah besar dampak dan pengaruh penyebaran sektor pariwisata terhadap sektor lainnya? 4. Bagaimana efek multliplier output dan pendapatan sektor pariwisata dalam perekonomian? Tujuan Penelitian Berdasarkan dari uraian perumusan masalah diatas penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu : 1. Menganalisis peran sektor pariwisata dalam pembentukan output, permintaan antara, permintaan akhir, dan nilai tambah bruto Kabupaten Badung. 2. Menganalisis keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya di Kabupaten Badung. 3. Menganalisis dampak dan pengaruh penyebaran sektor pariwisata terhadap sektor lainnya. 4. Menganalisis efek multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor pariwisata dalam perekonomian Kabupaten Badung. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi para pengambil kebijakan di Kabupaten Badung dalam melakukan perencanaan pengembangan pariwisata dan perekonomian Kabupaten Badung. 2. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini melakukan analisis dengan menggunakan data yang terdapat pada Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 klasifikasi 54 sektor yang kemudian di agregasi menjadi 13 sektor dan 9 sektor. Hal ini dilakukan untuk melihat keterkaitan dan pengaruh penyebaran antar subsektor pendukung pariwisata (subsektor restoran, hotel, transportasi dan komunikasi, jasa biro perjalanan wisata, jasa hiburan dan atraksi budaya). Agregasi 9 sektor dilakukan untuk menganalisis keterkaitan dan pengaruh penyebaran sektor pariwisata terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya. Data Input-Output yang dianalisis adalah

16 4 data transaksi domestik atas dasar harga produsen. Penggunaan sektor pariwisata dalam penelitian ini terdiri dari lima subsektor pendukung, yaitu; subsektor restoran, hotel, transportasi dan komunikasi, jasa biro perjalanan wisata, jasa hiburan, dan atraksi budaya. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Definisi Kepariwisataan Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dijelaskan sebagai berikut: 1. Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara. 2. Wisatawan adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan wisata. Wisatawan dapat berasal dari dalam negeri atau yang dikenal dengan sebutan wisatawan domestik dan adapula wisatawan yang berasal dari luar negara tujuan yang disebut wisatawan mancanegara (wisman). 3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. 4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. 5. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. 6. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. 7. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. 8. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata. Menurut Cooper dalam Heriawan (2004), pariwisata adalah serangkaian kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh perorangan atau keluarga atau kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk bekerja atau mencari penghasilan di tempat tujuan. Kunjungan yang dimaksud bersifat sementara dan pada waktunya akan kembali ke tempat tinggal semula. Hal tersebut memiliki dua elemen yang

17 5 penting, yaitu: perjalanan itu sendiri dan tinggal sementara di tempat tujuan dengan berbagai aktivitas wisatanya. Semua orang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat (tempat asal) ke tempat lain termasuk kegiatan wisata. Perjalanan rutin seseorang ke tempat bekerja walaupun mungkin cukup jauh dari segi jarak tentu bukan termasuk kategori wisatawan. Dengan kata lain, kegiatan pariwisata adalah kegiatan bersenang-senang (leisure) yang mengeluarkan uang atau melakukan tindakan konsumtif (Heriawan, 2004). Individu yang melakukan kegiatan wisata sering disebut sebagai wisatawan. Dalam hal tersebut wisatawan dibagi menjadi dua ada wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Wisatawan Nusantara Wisatawan Nusantara atau domestic tourist adalah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan dalam wilayah geografis Indonesia (perjalanan dalam negeri) secara sukarela dalam jangka waktu kurang dari satu tahun dan bukan untuk tujuan bersekolah atau bekerja, serta sifat perjalanannya bukan rutin (commuting). Wisatawan Mancanegara Wisatawan mancanegara adalah setiap orang yang mengunjungi sebuah negara di luar tempat tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan yang bukan untuk bekerja atau memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi. Berikut definisi wisatawan menurut Ismayanti (2010) yaitu: 1. Visitor Visitor atau pengunjung adalah siapa pun yang melakukan perjalanan ke daerah lain di luar lingkungan kesehariannya dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan berturut-turut dan tujuan perjalanan tidak untuk mencari nafkah di daerah tersebut. 2. Tourist Tourist atau wisatawan merupakan pengunjung yang menginap atau pengunjung yang tinggal di daerah tujuan setidaknya satu malam diakomodasi umum ataupun pribadi. 3. Same day visitor Same day visitor atau pengunjung harian adalah ekskurionis, pengunjung yang tidak bermalam diakomodasi umum atau pribadi di daerah tujuan. Peran Pariwisata Pariwisata adalah suatu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Pariwisata juga sebagai sektor yang kompleks yang meliputi industri-industri dalam arti klasik seperti industri kerajinan tangan dan cendramata, penginapan, dan transfortasi sehingga secara ekonomi juga dapat dipandang sebagai industri.

18 6 Pengembangan di dalam sektor pariwisata akan berhasil dengan baik, apabila masyarakat luas dapat lebih berperan atau ikut serta secara aktif. Agar masyarakat luas dapat lebih dapat berperan serta dalam pembangunan kepariwisataan, maka masyarakat perlu diberi pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan pariwisata serta manfaat dan keuntungan-keuntungan apa yang akan diperoleh. Disamping itu, masyarakat juga harus mengetahui hal-hal yang dapat merugikan yang diakibatkan oleh adanya pariwisata tersebut. Menurut Hutabarat (1992), peranan pariwisata saat ini antara lain adalah: 1. Peran Ekonomi Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah. Peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah berasal dari pembelanjaan dan biaya yang dikeluarkan wisatawan selama perjalanan dan persinggahannya seperti untuk hotel, makan dan minum, cenderamata, angkutan, dan sebagainya. Selain itu juga, mendorong peningkatan dan pertumbuhan di bidang pembangunan sektor lain. Salah satu ciri khas pariwisata, adalah sifatnya yang tergantung dan terkait dengan bidang pembangunan sektor lainnya. Dengan demikian, berkembangnya kepariwisataan akan mendorong peningkatan dan pertumbuhan bidang pembangunan lain. Pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan peluang usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan. Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma, homestay, restoran, warung, angkutan dan lain-lain. Peluang usaha tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja dan sekaligus dapat menambah pendapatan untuk dapat menunjang kehidupan rumah tangganya. 2. Peran Sosial Semakin luasnya lapangan kerja. Sarana dan prasarana seperti hotel, restoran dan perusahaan perjalanan adalah usaha-usaha yang padat karya. Untuk menjalankan jenis usaha yang tumbuh dibutuhkan tenaga kerja dan makin banyak wisatawan yang berkunjung, makin banyak pula lapangan kerja yang tercipta. Di Indonesia penyerapan tenaga kerja yang bersifat langsung dan menonjol adalah bidang perhotelan, biro perjalanan, pemandu wisata, instansi pariwisata pemerintah yang memerlukan tenaga terampil. Pariwisata juga menciptakan tenaga di bidang yang tidak langsung berhubungan, seperti bidang konstruksi dan jalan. 3. Peran Kebudayaan Mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah. Indonesia memiliki beraneka ragam adat istiadat, kesenian, peninggalan sejarah yang selain menjadi daya tarik wisata juga menjadi modal utama untuk mengembangkan pariwisata. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata akan mengupayakan agar modal utama tersebut tetap terpelihara, dilestarikan, dan dikembangkan. Mendorong terpeliharanya lingkungan hidup. Kekayaan dan keindahan alam seperti flora dan fauna, taman laut, lembah hijau pantai, dan sebagainya, merupakan daya tarik wisata. Daya tarik ini harus terus dipelihara dan dilestarikan karena hal ini merupakan modal bangsa untuk mengembangkan pariwisata. Wisatawan selalu menikmati segala sesuatu yang khas dan asli.

19 7 Hal ini merangsang masyarakat untuk memelihara apa yang khas dan asli untuk diperlihatkan kepada wisatawan. Tujuan Pembangunan Pariwisata Nasional Sesuai dengan perkembangan dalam rangka pembangunan nasional, guna meningkatkan kesejahteraan rakyat pembangunan pariwisata dilanjutkan dan ditingkatkan dengan mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan untuk memperbesar penerimaan devisa. Penyelenggaraan kepariwisataan dilaksanakan berdasarkan asas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan, dan kepercayaan pada diri sendiri. Berdasarkan UU No. 9 Tahun 1990, penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan untuk: a. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata b. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa c. Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja d. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat e. Mendorong pendayagunaan produksi nasional. Sesuai dengan tujuan tersebut, berbagai program yang digalakan seperti pembangunan obyek dan daya tarik wisata baru, disamping itu juga tetap memperhatikan kemampuan untuk mendorong peningkatan pengembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya, nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai - nilai kehidupan dalam masyarakat. Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat analisis Input-Output telah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah dilakukan selama ini terbagi menjadi ; 1) Penelitian terhadap seluruh sektor-sektor perekonomian, 2) Penelitian terhadap salah satu sektor perekonomian, 3) Penelitian terhadap sektor agroindustri dan non agroindustri, 4) Penelitian terhadap sektor pertanian dan industri pengolahan. Heriawan (2004) dalam disertasinya menganalisis tentang peran sektor pariwisata terhadap perekonomian di Indonesia. Metode yang digunakannya adalah Input-Output Indonesia dan SAM. Dalam penelitiannya, dia mendefinisikan pariwisata adalah sebagai sektor hotel, restoran, angkutan, dan jasa serta sektor industri kerajinan. Hasil penelitiannya yaitu; mengenai peranan pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sektoral pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp106.9 triliun dari total PDB nasional sebesar Rp triliun atau sebesar 7.83 persen. Untuk

20 8 tahun 2003 Produk Domestik Bruto (PDB) sektoral yaitu sebesar Rp103.6 triliun dari total PDB nasional sebesar Rp triliun atau sebesar 5.39 persen. Kemudian untuk nilai total output sektor pariwisata pada tahun 2000 adalah sebesar Rp226.9 triliun atau sebesar 8.40 persen dari total output nasional yang mencapai sebesar Rp triliun. Kemudian untuk tahun 2003, nilai total output sektor pariwisata yaitu sebesar Rp220.5 triliun atau sebesar 5.81 persen dari total output nasional. Adapun pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja pada tahun 2000 yaitu sebanyak 7.45 juta orang dari total juta orang atau sebesar 8.29 persen. Pada tahun 2003 pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 7.21 juta orang dari total 90.8 juta orang atau sebesar 7.94 persen. Lumaksono (2011) dalam disertasinya menganalisis tentang dampak ekonomi internasional terhadap perekonomian indonesia. Metode yang digunakannya adalah Input-Output dan ekonometrika. Dijelaskan bahwa jumlah penerimaan devisa pariwisata tergantung dari jumlah kedatangan wisman beserta rata-rata pengeluarannya yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berbeda antarnegara asal wisatawan. Gross Domestic Product (GDP) merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi jumlah kedatangan wisman maupun pengeluaran mereka selama berada di Indonesia. Semakin sejahtera suatu negara yang diindikasikan oleh pertumbuhan ekonominya, semakin meningkat jumlah penduduk negara tersebut yang melakukan perjalanan ke Indonesia. Naik-turunnya harga pariwisata Indonesia dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang negara asal wisman, indeks harga konsumen Indonesia maupun indeks harga konsumen negara asal wisman. Penguatan nilai rupiah terhadap mata uang negara asal wisatawan akan mengurangi minat wisatawan untuk mengunjungi Indonesia dan menurunkan pengeluaran mereka selama berada di Indonesia. Santri (2009) menganalisis mengenai potensi sektor pariwisata untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat Provinsi Bali yang menggunakan Tabel Input-Output (updating) tahun 2007 transaksi domestik atas harga produsen, diperoleh hasil sektor pariwisata memiliki peran yang relatif besar terhadap struktur perekonomian Provinsi Bali. Hal ini dapat dilihat dari permintaan total sektor pariwisata pada tahun 2007 mencapai persen dari umlah total permintaan seluruhnya. Dalam permintaan akhir, sektor pariwisata memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar persen dari total permintaan akhir. Pengeluaran konsumsi rumah tangga, sektor pariwisata juga menempati posisi tertinggi sebesar persen dari total pengeluaran rumah tangga terhadap output domestik. Untuk investasi, sektor pariwisata berada di urutan kedua yaitu sebesar 8.79 persen dari total investasi provinsi Bali. Dalam struktur ekspor dan impor, pariwisata juga menempati posisi tertinggi dengan nilai ekspor sebesar persen, dan nilai impor persen. Secara keseluruhan, sektor pariwisata memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung yang tinggi baik sektor pengguna input maupun output, sehingga dapat dikatakan bahwa sektor ini dapat diandalkan untuk mendorong sektor-sektor lain baik hulu maupun hilirnya. Pada keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan nilai terbesarnya ditempati oleh subsektor hotel bintang. Sedangkan pada

21 9 keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, subsektor travel dan biro yang memiliki nilai terbesar. Kerangka Pemikiran Metode analisis input-output digunakan untuk menganalisis mengenai keterkaitan dan dampak baik dari sektor pariwisata dalam perekonomian maupun antar subsektor penyusun sektor pariwisata Kabupaten Badung. Analisis inputoutput dapat digunakan juga untuk menganalisis peran sektor pariwisata ataupun subsektor penyusun sektor pariwisata terhadap pembentukan konsumsi pemerintah dan rumah tangga, permintaan dan penawaran, investasi, serta nilai tambah bruto Kabupaten Badung. Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis dampak penyebaran, analisis keterkaitan, dan analisis multiplier. Perekonomian Kabupaten Badung Sektor Pariwisata Peran jasa pariwisata dan Sektor pendukungnya dalam Perekonomian Kabupaten Badung (Analisis Input-Output) Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 Analisis Keterkaitan Keterkaitan dengan sektor lain (Analisis Penyebaran) Analisis Multiplier Peran Sektor Pariwisata terhadap Kabupaten Badung Pembangunan Sektor Kunci dalam Peningkatan Perekonomian Keterangan : Ruang lingkup penelitian Sumber analisis Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional

22 10 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Badung Provinsi Bali, dikarenakan beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan. Pertimbangan tersebut yaitu; (1) Tersedianya Tabel Input-Output Kabupaten Badung, (2) Kabupaten Badung merupakan daerah yang memiliki banyak kawasan wisata utama dari Pulau Bali yang merupakan tujuan wisata mancanegara, dan (3) Belum pernah dilakukannya penelitian mengenai peranan sektor pariwisata dalam perekonomian Kabupaten Badung. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 klasifikasi 54 sektor yang diagregasikan menjadi tiga belas dan sembilan sektor. Data diperoleh dari berbagai sumber dan instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat, Badan Pusat Statistik Badung dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Badung, serta dari berbagai sumber pendukung lainnya. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Excel dan Input-Output Analysis for Practitioners (IOAP). Metode Analisis Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor. Keterkaitan ini terdiri dari, keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang. 1. Keterkaitan Langsung ke Depan Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut: F(d)i = (1) F(d)i = keterkaitan langsung ke depan sektor i = unsur matrik koefisien teknis

23 11 n = jumlah sektor 2. Keterkaitan Langsung Ke Belakang Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : B(d)j = (2) B(d)j n = keterkaitan langsung ke belakang sektor i = unsur matrik koefisien teknis = jumlah sektor 3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut: F(d+i) )i = (3) F(d+i) )i n = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i, = unsur matrik kebalikan Leontief model terbuka. = jumlah sektor 4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : B(d+i)j = (4) B(d+i)j n = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i = unsur matrik kebalikan Leontief model terbuka = jumlah sektor Dampak Penyebaran Indeks keterkaitan langsung serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun keterkaitan langsung serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang telah diuraikan di atas belum memadai apabila dipakai sebagai landasan untuk pemilihan sektor-sektor kunci. Indikator-indikator tersebut

24 12 tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan setiap sektor tidak sama. Membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor adalah cara untuk menormalkan kedua indeks tersebut. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran. 1. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan) Konsep kepekaan penyebaran (daya penyebaran ke depan) bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sd i lebih besar dari satu. Sebaliknya sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang rendah jika nilai Sdi lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah: Sdi = Sdi = kepekaan penyebaran sektor i, = unsur matrik kebalikan Leontief n = jumlah sektor 2. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang) Konsep koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang) memiliki fungsi untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai keterkaitan ke belakang yang tinggi apabila nilai Pd lebih besar dari satu, j sebaliknya jika nilai Pd lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk j mencari nilai koefisien penyebaran adalah sebagai berikut: Pdj = Pdj n = kepekaan penyebaran sektor j = unsur matrik kebalikan Leontief = jumlah sektor Analisis Multiplier Berdasarkan matrik kebalikan Leontief, baik untuk model terbuka (α ij ) maupun untuk model tertutup (α* ) dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier ij output, pendapatan dan tenaga kerja berdasarkan rumus yang tercantum dalam Tabel 2. Hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output,

25 13 pendapatan dan tenaga kerja, dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan II sebagai berikut: Tabel 2 Rumus pengganda output, pendapatan, dan tenaga kerja Nilai Multiplier Output Pendapatan Tenaga Kerja Efek awal 1 Efek puteran pertama a a a Efek dukungan industri 1 a - - a - - a Efek induksi konsumsi Efek total Efek lanjutan Sumber: Daryanto, A ; Hafizrianda, Y (2010). Keterangan: a = Koefisien Output = KoefisienPendapatan Rumah Tangga = Koefisien Tenaga Kerja = Matrik Kebalikan Leontief Model Terbuka = Matrik Kebalikan Leontief Model Tertutup Melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, dapat dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan multiplier tipe II berikut: Tipe I = E Efek P P E D I E A Tipe II = Efek E P P E D I E I K E A 1. Koefisien Pendapatan ( ) Koefisien pendapatan rumah tangga merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan dirumuskan sebagai berikut:

26 14 = Dimana: = keofisien pendapatan sektor i = jumlah upah dan gaji sektor i = jumlah output total sektor i Keofisien Tenaga Kerja ( ) Koefisien tenaga kerja merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien tenaga kerja dapat dirumuskan sebagai berikut: = Dimana: = koefisien tenaga kerja sektor i = jumlah tenaga kerja sektor i = jumlah output total sektor i Sektor Kunci Adanya penggunaan input antara yang berasal dari output sektor lain dan penggunaan input primer seperti tenga kerja dan modal, membuat suatu sektor produksi menjadi terintegrasi dengan sektor-sektor lainnya dalam suatu perekonomian. Keterkaitan antar sektor merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh growth pole dalam perkembangan ekonomi. Grwoth pole tersebut seharusnya lebih mengacu pada suatu sektor yang bisa menyebar dalam berbagai aktivitas sektor produksi sehingga mampu menggerakkan ekonomi secara keseluruhan. Sektor semacam ini umumnya memiliki ciri-ciri, (1) perkembangannya relatif cepat, (2) industrinya relatif besar untuk memberikan dampak langsung dan tidak langsung, (3) memiliki keterkaitan tinggi antar industri, dan (4) inovatif (Arsyad, 1999). Suatu sektor yang memiliki ciri-ciri seperti diatas bisa dijadikan sebagai sektor kunci dalam pembangunan ekonomi suatu daerah. Hal itu dikarenakan sektor tersebut paling efektif berperan sebagai motor penggerak dalam pembanguna daerah secara berkesinambungan. Sehingga sangatlah penting dalam menentukan sektor mana yang bisa menjadi sektor kunci pada suatu perekonomian. Konsep dan Definisi Operasional Data Konsep dan definisi menjelaskan konsep serta definisi dari pariwisata, output, transaksi antara, permintaan akhir (pengeluaran rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor) dan input primer (upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto) yang sesuai dengan Tabel Input-Output (Daryanto, A. dan Hafizrianda, Y., 2010). 1. Pariwisata

27 15 Pariwisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, yang diantaranya termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dalam penelitian ini sektor pariwisata merupakan sektor yang tersusun dari beberapa subsektor-subsektor ekonomi yang berhubungan dengan pariwisata di Kabupaten Badung. Hal tesebut mencakup subsektor hotel, restoran, transportasi dan komunikasi, jasa biro perjalanan wisata, serta jasa hiburan dan rekreasi. 2. Output Output adalah seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektorsektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah (negara, provinsi, dan sebagainya) dalam periode tertentu tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksi maupun usahanya. Sepanjang kegiatan produksinya dilakukan pada wilayah yang bersangkutan maka produksinya dihitung sebagai bagian dari output wilayah tertentu. Oleh karena itu, output sering dikatakan sebagai produk domestik. Unit usaha yang produksinya berupa barang outputnya merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Unit usaha yang bergerak di bidang jasa, outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain. 3. Input Antara Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen input antara lain terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksidalam negeri atau impor. Barang tidak tahan lama, adalah barang yang habis dalam sekali pakai, atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Contoh dari input antara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya, sedangkan balas jasa untuk pegawai (upah dan gaji) dimasukkan ke dalam input primer. Penilaian dari barang dan jasa yang digunakan berdasarkan transaksi atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan pada saat menggunakan barang dan jasa tersebut. 4. Input Primer Input primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara nilai output dengan input antara. a. Upah dan Gaji Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar. b. Surplus Usaha Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto.

28 16 c. Penyusutan Penyusutan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. d. Pajak Tak Langsung Netto Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negara. 5. Permintaan Antara Permintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses produksi. Dengan kata lain, permintaan antara menunjukkan jumlah penawaran output dari suatu sektor ke sektor lain yang digunakan dalam proses produksi. 6. Permintaan Akhir Permintaan akhir merupakan permintaan akan barang dan jasa selain permintaan untuk sektor produksi juga terdapat permintaan untuk konsumsi akhir. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukkan modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor-impor. (i) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dan badan-badan yang tidak mencari untung, dikurangi nilai netto penjualan barang bekas dan barang sisa. Akan tetapi, pembelian rumah baru oleh rumah tangga dimasukkan sebagai pembentukkan modal tetap sektor usaha persewaan tanah dan bangunan (real estate). Barang dan jasa juga mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. (ii) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran barang dan jasa pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, untuk konsumsi kecuali yang sifatnya pembentukkan modal, termasuk pengeluaran untuk kepentingan angkatan bersenjata (pertahanan). (iii) Pembentukkan Modal Tetap Bruto (PMTB) Pembentukkan modal tetap bruto mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam maupun impor. Barang modal dapat terdiri dari bangunan/konstruksi, mesin dan peralatan, kendaraan dan angkutan, serta barang modal lainnya. (iv) Perubahan Stok

29 17 Perubahan stok juga merupakan pembentukkan modal (tidak tetap) yang diperoleh dari selisih antara stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang awal tahun. Stok biasanya dipegang oleh produsen yang merupakan hasil produksi yang belum sempat dijual oleh konsumen sebagai bahan-bahan (inventory) yang belum sempat digunakan. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi: (1) perubahan stok barang setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (2) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (3) perubahan stok di sektor perdagangan yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual. (v) Ekspor dan Impor Ekspor dan impor merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara penduduk di suatu daerah, dengan penduduk di luar daerah tersebut, baik penduduk kota lain maupun luar negeri. Ada dua aspek penting dalam ekspor dan impor yaitu transaksi ekonomi dan penduduk. Transaksi ekonomi meliputi transaksi barang, jasa pengangkutan, jasa pariwisata, jasa komunikasi, jasa asuransi, dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ini melibatkan seluruh penduduk yang meliputi badan pemerintahan pusat dan daerah, perorangan, perusahaan, dan lembaga lainnya, termasuk dalam transaksi ekspor adalah pembelian langsung di pasar domestik oleh penduduk daerah lain. Sedangkan pembelian langsung di pasar luar daerah oleh penduduk domestik dikategorikan sebagai transaksi impor. 7. Margin Perdagangan dan Biaya Transportasi Margin perdagangan dan biaya transportasi adalah selisih antara transaksi pada tingkat harga konsumen atau pembeli dengan tingkat harga produsen. oleh karena itu, selisih nilai transaksi mencakup: (1) Keuntungan pedagang, baik pedagang besar maupun pedagang eceran, (2) Biaya transportasi yang timbul dalam menyalurkan barang produsen sampai ke tangan pembeli akhir. 8. Sektor Pertanian Kegiatan yang dilakukan di sektor ini meliputi pengolahan lahan untuk bercocok tanam dan kegiatan pengolahan hasil-hasil pertanian. Subsektor yang termasuk ke dalam sektor ini antara lain subsektor peternakan, kehutanan dan perikanan yang kegiatannya meliputi pemeliharaan dan penangkapan ikan, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang dilakukan secara sederhana yang masih menggunakan peralatan tradisional. 9. Sektor Pertambangan dan Penggalian Pertambangan dan penggalian mencakup seluruh usaha kegiatan penambangan, penggalian dan penggaraman oleh rakyat. Pada dasarnya usaha kegiatan sektor ini dimaksudkan untuk memperoleh segala macam barang tambang, mineral dan barang galian berbentuk padat, cair dan gas, baik yang terdapat di dalam maupun di permukaan bumi. Sifat dan tujuan pengusahaan benda-benda tersebut adalah untuk menciptakan nilai guna dari barang tambang dan galian sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, diproses lebih lanjut, dijual kepada pihak lain, ataupun diekspor ke luar negeri. 10. Sektor Industri Pengolahan

30 18 Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan secara mekanik, kimiawi ataupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, pertambangan, dan perusahaan lainnya. 11. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor listrik meliputi kegiatan pembangkit dan distribusi tenaga listrik baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) maupun non PLN. Cakupannya termasuk pula tenaga listrik produksi sampingan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan, pertambangan, industri dan sektor lain kecuali dibangkitkan untuk digunakan oleh sektor itu sendiri. Produksi listrik merupakan jumlah kwh tenaga listrik yang dibangkitkan dan meliputi tenaga listrik terjual, digunakan sendiri dalam transmisi dan distribusi. Sektor gas mencakup kegiatan produksi dan penyediaan gas kota untuk dijual kepada sektor lain maupun ke rumah tangga. Gas kota diperoleh dari pembakaran batu bara dan residu kilang minyak serta proses penyaluran gas alam. Produksi utama berupa gas dan produknya berupa kokas dan ter. Sektor air bersih mencakup kegiatan pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih, termasuk penyalurannyamelalui pipa baik ke rumah tangga, ataupun ke sektor lain sebagai pemakai. 12. Sektor Bangunan Sektor bangunan mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha dan individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri seperti misalnya kantor pemerintah, kantor swasta, rumah tangga dan unit-unit perusahaan bukan perusahaan bangunan. 13. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kegiatan perdagangan meliputi pengumpulan barang dari produsen atau pelabuhan, impor dan mendistribusikannya kepada konsumen tanpa mengubah bentuk barang tersebut. Kegiatan restoran pada umumnya menyediakan makanan dan minuman jadi yang dapat dinikmati langsung. Kegiatan perhotelan meliputi usaha penyediaan akomodasi untuk umum berupa tempat penginapan jangka waktu relatif singkat. 14. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi meliputi kegiatan angkutan, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Kegiatan pengangkutan umumnya mengangkut barang dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain atas dasar suatu pembayaran. Komunikasi meliputi usaha jasa pos dan giro, komunikasi telepon, faksimili, telepon seluler, kegiatan pengiriman surat, wesel, dan lainlain. 15. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Terdiri dari subsektor bank, lembaga keuangan lainnya (lembaga keuangan bukan bank), jasa penunjang keuangan bukan bank, sewa bangunan dan jasa perusahaan. Subsektor bank mencakup kegiatan bank sentral dan bank

31 19 komersil baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain. Subsektor lembaga keuangan lainnya mencakup kegiatan asuransi, dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam, dan lembaga pembiayaan. Selain itu, kegiatan pasar modal, valuta asing, dan jasa penunjang misalnya pialang dan penjamin emisi juga merupakan kegiatan dari subsektor ini. Subsektor sewa bangunan mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen, serta usaha persewaan tanah persil. Subsektor jasa perusahaan mencakup kegiatan pemberian jasa hukum, jasa akuntansi, jasa arsitek dan teknik, jasa periklanan, jasa riset pemasaran, serta jasa persewaan mesin dan peralatan. 16. Sektor Jasa-jasa Jasa-jasa yang dimaksud meliputi kegiatan-kegiatan: (1) jasa pemerintahan umum dan pertahanan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, (2) jasa sosial kemasyarakatan yang meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset, rumah ibadah, dan sebagainya, (3) jasa hiburan dan rekreasi yang meliputi kegiatan produksi dan distribusi film, jasa bioskop, studio radio, museum, gedung olahraga, taman hiburan, dan sebagainya, (4) jasa perbengkelan yang meliputi bengkel kendaraan bermotor maupun tidak bermotor, (5) jasa perorangan dan rumah tangga, yaitu jasa yang berkaitan erat dengan kepentingan perorangan dan rumah tangga seperti tukang cukur, binatu, salon kecantikan, pembantu rumah tangga, pengasuh bayi, dan lain sebagainya. GAMBARAN UMUM KABUPATEN BADUNG Kabupaten Badung adalah salah satu dari delapan kabupaten dan satu kota di Provinsi Bali. Wilayah Kabupaten Badung secara fisik mempunyai bentuk unik, yakni menyerupai sebilah keris yang merupakan senjata khas masyarakat Bali. Keunikan ini kemudian diangkat menjadi lambang daerah yang merupakan simbol semangat dan jiwa kesatria yang sangat erat hubungannya dengan perjalanan historis wilayah ini, yaitu peristiwa "Puputan Badung". Semangat ini pula yang kemudian melandasi motto Kabupaten Badung yaitu "Cura Dharma Raksaka" yang artinya kewajiban pemerintah adalah untuk melindungi kebenaran dan rakyatnya. Wilayah Kabupaten Badung terletak pada posisi 08 14'17" 08 50'57" Lintang Selatan dan '02" ' 09" Bujur Timur, membentang di tengah-tengah Pulau Bali.

32 20 Gambar 2 Peta wilayah Kabupaten Badung Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Bali. Daerahnya meliputi Kuta dan Nusa Dua, sebuah objek wisata yang sangat terkenal. Ibu kotanya terletak di Mengwi, yakni Mangupura. Sebelumnya, ibu kota Kabupaten Badung berada di Denpasar. Pada tahun 1999 terjadi kerusuhan besar di mana Kantor Bupati Badung di Denpasar dibakar sampai rata dengan tanah. Kabupaten Badung mempunyai wilayah seluas km 2 (7.43% luas Pulau Bali), bagian utara daerah ini merupakan daerah pegunungan yang berudara sejuk, berbatasan dengan kabupaten Buleleng, sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah dengan pantai berpasir putih dan berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia. Bagian tengah merupakan daerah persawahan dengan pemandangan yang asri dan indah, berbatasan dengan Kabupaten Gianyar dan kota Denpasar disebelah Timur, sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Tabanan. Secara administratif Kabupaten Badung terbagi menjadi enam wilayah Kecamatan yang terbentang dari bagian utara ke selatan yaitu Kecamatan Petang, Abiansemal, Mengwi, Kuta, Kuta Utara, dan Kuta Selatan, di samping itu, di wilayah ini terdapat 16 kelurahan, 46 desa, 369 banjar dinas, 164 lingkungan 8 banjar dinas persiapan dan 8 lingkungan persiapan. Selain lembaga pemerintahan seperti tersebut di atas, di Kabupaten Badung terdapat lembaga adat yang terdiri 120 desa adat, 523 banjar dan 523 sekaa teruna. Di Kabupaten Badung juga terdapat 1 BPLA kabupaten dan 6 BPLA kecamatan serta 1 kabupaten dan 6 kecamatan. Lembaga - lembaga adat ini memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan di wilayah Badung pada khususnya dan Bali pada umumnya.

33 21 Objek wisata di Kabupaten Badung sebagian besar terdapat di Kecamatan Kuta Selatan. Selain itu, terdapat di Kecamatan Kuta Utara, Mengwi, dan Abiansemal. Objek wisata di Badung yang terbanyak adalah jenis wisata alam, disusul wisata budaya, wisata buatan, dan wisata remaja. Sektor Pariwisata Kabupaten Badung Sektor pariwisata Kabupaten Badung diorientasikan pada pariwisata budaya berwawasan lingkungan, yakni pariwisata yang mengandalkan potensi budaya masyarakat dengan memelihara potensi lokal serta dijiwai oleh agama Hindu dengan mengembangkann objek dayaa tarik wisata dan atraksi wisata yang dikemas dalam paket wisata kota (city tour). Dalam upaya menopang kegiatan kepariwisataan, fasilitas pariwisata terus berkembang g. Sebagai kota pariwisata terkemuka di Indonesia, saranaa atau fasilitas kepariwisataan yang tersedia di Kabupaten Badung cukup memadai. Sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 3, di Kabupaten Badung terdapatt bar 345 unit dengann kapasistas kursi; restoran 277 unit dengan kapasitas kursi; dan rumah makan 457 unit dengan kapasitas kursi Jumlah Kursi Bar Restoran Rumah makan Gambar 3 Fasilitas kepariwisataan di Kabupaten Badung tahun 2010 Sektor pariwisata merupakan industri yang sangat rentan terhadap gejolak sosial, ekonomi, politik, dan keamanan baik secara regional, nasional, maupun internasional. Hal ini dibuktikan dengan adanya terpuruknya sektor ini seiring dengan memburuknya kondisi keamanan dan iklim politik nasional. Oleh karena itu, upaya untuk menjaga keamanan, ketertiban, dan kenyamanan sangat diutamakan untuk menopang sektor pariwisata budaya tersebut. Kelangsungan dan promosi pariwisata terus digalakkan karena pariwisata menjadi sektor unggulan pembangunan Kabupaten Badung.

34 22 Dilihat dari Tabel 3, sektor pariwisata Kabupaten Badung memiliki peran yang sangat penting terhadap pembentukan PDRB. Kontribusinya cukup stabil dilihat dari presentase pembentukan terhadap PDRB dari tahun ke tahun cenderung mengalami kenaikan. Tabel 3 PDRB sektor pariwisata Kabupaten Badung atas dasar harga konstan 2000 (juta rupiah) Sektor Hotel Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Jasa Hiburan dan Rekreasi Total PDRB Pariwisata Total PDRB seluruh sektor Persentase (%) Sumber: BPS Kabupaten Badung, Dinamika sektor kepariwisataan Kabupaten Badung juga tercermin pada jumlah akomodasi yang tersedia, baik hotel berbintang, hotel melati ataupun pondok wisata. Fasilitas akomodasi pariwisata Kabupaten Badung dapat dilihat padaa Gambar 4 di bawah ini Unit Kamar Bintang Melati Pondok Wisata Gambar 4 Jumlah akomodasi/hotel berbintang, non berbintang/melati, dan pondok wisata di Kabupaten Badung tahun 2009 Gambar 4 menunjukkan bahwa jumlah hotel berbintang di Kabupaten Badung adalah 98 unit dengan kamar, hotel melati 422 unit dengan kamar, dan pondok wisata 322 unit dengan kamar. Jika dilihat dari jumlah

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 klasifikasi 46 sektor yang diagregasikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah industri yang besar di dunia dan salah satu sektor yang tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH J. Agroland 17 (1) : 63 69, Maret 2010 ISSN : 0854 641X PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH The Effect of Investment of Agricultural

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah 48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Perwitasari, H. dkk., Analisis Input-Output... ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Hani Perwitasari dan Pinjung Nawang Sari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di 120 No. 1 2 3 4 Tabel 3.5 Kegiatan Pembangunan Infrastruktur dalam MP3EI di Kota Balikpapan Proyek MP3EI Pembangunan jembatan Pulau Balang bentang panjang 1.314 meter. Pengembangan pelabuhan Internasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL. Indonesia ke luar negeri. Selama ini devisa di sektor pariwisata di Indonesia selalu

VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL. Indonesia ke luar negeri. Selama ini devisa di sektor pariwisata di Indonesia selalu VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL 7.1. Neraca Pariwisata Jumlah penerimaan devisa melalui wisman maupun pengeluaran devisa melalui penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri tergantung

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI TERHADAP PDRB JAWA TIMUR

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI TERHADAP PDRB JAWA TIMUR ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI TERHADAP PDRB JAWA TIMUR Yoalina Septriani Nur Arifah dan Retno Mustika Dewi Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRACT

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913

Lebih terperinci

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor,

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dengan memilih lokasi di Kota Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa sektor tanaman bahan makanan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output.

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output. DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN JOMBANG Junaedi Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum Jombang Email : Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Economics Development Analysis Journal

Economics Development Analysis Journal EDAJ 4 (3) (2015) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj PERANAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DALAM PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN ANALISIS

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT THE ROLE OF THE LIVESTOK AND FISHERY SECTOR TO ECONOMY OF RIAU PROVINCE: ANALYSIS OF THE INPUT-OUTPUT

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian dewasa ini masih sering dianggap sebagai penunjang sektor industri semata. Meskipun sesungguhnya sektoral pertanian bisa berkembang lebih dari hanya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara penghitungan nilai tambah bruto atas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, dilakukan beberapa macam analisis, yaitu analisis angka pengganda, analisis keterkaitan antar sektor, dan analisis dampak pengeluaran pemerintah terhadap

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 28 Perekonomian Indonesia tahun 28 tumbuh 6,6%(yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun 27 (6,28%). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi didorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian nasional maupun daerah. Seperti yang dituangkan dalam konsep Masterplan Percepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam industri yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat ekonomi yang terjadi. Bagi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/11/34/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 2.1.Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. PENDAPATAN NASIONAL Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. Pokok-pokok Materi: 1. Konsep Pendapatan Nasional 2. Komponen Pendapatan Nasional 3.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) 10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Lapangan Usaha memberikan gambaran tentang nilai tambah yang dibentuk dalam suatu daerah sebagai akibat dari adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dalam UUD 1945 (Ramelan, 1997). Peran pemerintah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 34/08/34/Th. XIII, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2011 SEBESAR -3,89 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share Metode shift share digunakan dalam penelitian ini untuk melihat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.I, 15 Nopember 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2007 TUMBUH 0,7 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 23/05/61/Th. XIII, 10 Mei 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I TAHUN 2010 Kinerja perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan I-2010 dibandingkan triwulan IV-2009,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian yang digunakan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitatif, yaitu penelitian yang sifatnya memberikan gambaran secara umum bahasan yang diteliti

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi hampir selalu identik dengan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan produksi output barang dan jasa pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pariwisata Dan Wisatawan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata adalah kegiatan melaksanakan perjalanan untuk memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, mencari kepuasan, mendapatkan kenikmatan,

Lebih terperinci