LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Transkripsi

1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2004 NOMOR : 19 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 8 TAHUN 2004 T E N T A N G IZIN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa urusan kepariwisataan merupakan urusan Pemerintah yang merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten Berau; b. bahwa untuk menunjang pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Berau, usaha kepariwisataan perlu dilakukan pembinaan, baik yang menyangkut perencanaan, pengaturan dan pengawasannya agar dapat berperan dalam penyediaan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan masyarakat;

2 - 2 - c. bahwa untuk maksud point a dan b tersebut diatas perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 27 Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72) tentang Penetapan Undang Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 9) Sebagai Undang Undang; 2. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 3. Undang Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 4. Undang Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pokok pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

3 Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah & Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara 3952 ); 7. Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pelaksanaan Pengakuan Kewenangan Kabupaten / Kota; 8. Peraturan Daerah Tingkat II Berau Nomor 8 Tahun 1991 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Berau; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 24 Tahun 2002 tentang Kewenangan Pemerintah Kabupaten Berau; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Berau.

4 - 4 - DENGAN PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BERAU MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU TENTANG IZIN USAHA KEPARIWISATAAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Berau; b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah; c. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Berau sebagai Badan Legislatif Daerah; d. Kepala Daerah adalah Bupati Berau;

5 - 5 - e. Dinas Pariwisata adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Berau; f. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Berau; g. Izin Usaha adalah Izin yang diberikan oleh Kepala Daerah untuk menyelenggarakan usaha kepariwisataan; h. Usaha Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan Jasa Pariwisata, menyediakan dan mengusahakan Obyek dan Daya Tarik Wisata, Usaha Sarana Pariwisata dan Usaha lain yang terkait dengan bidang kepariwisataan; i. Konvensi adalah kegiatan berupa pertemuan sekelompok orang (Negarawan, Usahawan, Cendikiawan dan sebagainya ) untuk membahas masalah masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama; j. Pameran adalah kegiatan untuk menyebarluaskan Informasi dan Promosi yang ada hubungannya dengan penyelenggaraan Konvensi atau yang ada kaitannya dengan Pariwisata.

6 - 6 - BAB II USAHA KEPARIWISATAAN Pasal 2 Penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan : a. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu Obyek dan Daya Tarik Wisata; b. Memupuk Rasa Cinta Tanah Air dan meningkatkan Persahabatan; c. Memperluas dan Memerataan Kesempatan Kerja; d. Meningkatkan Pendapatan Daerah dalam rangka Meningkatkan Kesejahteraan dan Kemakmuran Masyarakat; e. Mendorong Pendayagunaan Produksi Lokal. Pasal 3 Usaha Kepariwisataan dapat digolongkan ke dalam : a. Usaha Jasa Pariwisata; b. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata; c. Usaha Sarana Wisata.

7 - 7 - Pasal 4 Usaha Kepariwisataan sebagaimana dimaksud Pasal 3 adalah sebagai berikut : (1) Usaha Jasa Pariwisata, terdiri dari : a. Jasa Biro Perjalanan Wisata; b. Jasa Konvensi; c. Jasa Agen Perjalanan Wisata; d. Jasa Impresariat; e. Jasa Pramuwisata; f. Jasa Pameran dan Informasi Wisata; g. Jasa Konsultan Pariwisata. (2) Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata, terdiri dari : a. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam; b. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya; c. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus; (3) Usaha Sarana Wisata, terdiri dari : a. Usaha Penyediaan Akomodasi;

8 - 8 - b. Usaha Penyediaan Makan dan Minum; c. Usaha Penyediaan Angkutan Wisata; d. Usaha Penyediaan Sarana Wisata Tirta; e. Usaha Kawasan Pariwisata. Pasal 5 Lingkup Kegiatan Usaha Kepariwisataan adalah sebagai berikut : a. Jasa Biro Perjalanan Wisata merupakan kegiatan usaha yang bersifat komersial yang mengatur, menyediakan dan menyelenggarakan Pelayanan bagi seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama berwisata; b. Jasa Konvensi merupakan usaha dengan kegiatan pokok memberikan jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang ( Negarawan, Usahawan, dan sebagainya ) untuk membahas masalah masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama; c. Jasa Agen Perjalanan Wisata merupakan kegiatan usaha yang menyelenggarakan usaha perjalanan yang bertindak sebagai perantara di dalam menjual dan / atau mengurus jasa untuk melakukan perjalanan;

9 - 9 - d. Jasa Impresariat merupakan kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan, baik yang berupa mendatangkan, mengirimkan maupun mengembalikannya serta menentukan tempat, waktu dan jenis hiburan; e. Jasa Pramuwisata merupakan kegiatan usaha bersifat komersial yang mengatur, mengkoordinir dan menyediakan tenaga pramuwisata untuk memberikan pelayanan bagi seseorang atau kelompok orang yang melakukan perjalanan wisata; f. Jasa Pameran dan Informasi Wisata merupakan kegiatan usaha yang mengatur, mengkoordinir dan menyediakan sarana dan prasarana serta penyediaan, penyebaran dan pemanfaatan informasi kepariwisataan; g. Jasa Konsultan Pariwisata merupakan kegiatan usaha yang memberikan jasa berupa saran dan nasehat untuk penyelesaian masalah masalah yang timbul, mulai penciptaan gagasan, pelaksanaan operasinya yang disusun secara sistematis, berdasarkan disiplin ilmu yang diakui yang disampaikan, baik secara lisan, tertulis maupun gambar.

10 Pasal 6 Lingkup pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata terdiri dari : a. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan tata lingkungannya yang telah ditetapkan sebagai Obyek dan Daya Tarik Wisata untuk dijadikan sasaran wisata; b. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya merupakan usaha pemanfaatan Seni dan Budaya untuk sasaran wisata; c. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan / atau potensi budaya untuk menimbulkan daya tarik dan minat khusus sebagai sasaran wisata. Pasal 7 Usaha Jasa Sarana Pariwisata meliputi : a. Usaha Jasa Penyediaan Akomodasi berupa penyediaan kamar dan fasilitas lain serta pelayanan yang diperlukan;

11 b. Usaha Jasa Penyediaan Makan dan Minum berupa pelayanan dan penyediaan makanan dan minuman yang dapat dilakukan sebagai bagian dari penyediaan akomodasi atau sebagai usaha yang berdiri sendiri; c. Usaha Jasa Penyediaan Angkutan Wisata merupakan suatu usaha khusus atau sebagian dari usaha dalam rangka penyediaan angkutan, yaitu angkutan khusus wisata atau angkutan umum yang menyediakan angkutan wisata; d. Usaha Jasa Penyediaan Sarana Wisata Tirta merupakan usaha yang menyediakan dan mengelola prasarana dan sarana serta jasa yang berkaitan dengan kegiatan Wisata Tirta ( di laut, sungai, danau, rawa dan waduk ) serta fasilitas olahraga air, seperti ski air, selancar angin, menyelam dan memancing; e. Usaha Jasa Kawasan Pariwisata, merupakan usaha yang kegiatannya membangun atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

12 BAB III BENTUK USAHA DAN PERMODALAN Pasal 8 (1) Usaha kepariwisataan yang modalnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dan berbentuk Badan Usaha perorangan dan / atau Badan Hukum sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku; (2) Usaha kepariwisataan yang modalnya patungan antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara Asing bentuk usahanya harus Badan Hukum Indonesia. (3) Setiap Badan Usaha yang mengelola wisata harus bermitra dengan Pengusaha Daerah (Pengusaha Lokal ). BAB IV KEWAJIBAN PENGELOLA USAHA KEPARIWISATAAN Pasal 9 Pimpinan Usaha Kepariwisataan mempunyai kewajiban :

13 a. Memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen; b. Memberikan pelayanan dalam hal keamanan, kenyamanan dan keselamatan konsumen serta ketertiban umum; c. Memenuhi ketentuan tentang Keselamatan Kerja dan Jaminan Sosial karyawannya sesuai ketentuan peraturan yang berlaku; d. Penggunaan tenaga kerja Warga Negara Asing harus mendapat izin kerja dari instansi yang berwenang; e. Memberikan gaji / upah kerja sesuai peraturan yang berlaku. f. Memperioritaskan penggunaan Tenaga Kerja setempat. BAB V PERIZINAN Pasal 10 (1) Setiap orang dan atau Badan Hukum yang menyelenggarakan usaha kepariwisataan wajib memperoleh izin usaha terlebih dahulu dari Kepala Daerah;

14 (2) Selain izin sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, orang dan atau Badan Hukum Kepariwisataan wajib memperoleh Izin Tempat Usaha dari Kepala Daerah. Pasal 11 (1) Permohonan Izin Usaha Kepariwisataan diajukan secara tertulis kepada Kepala Daerah melalui Dinas Pariwisata, dengan persyaratan : a. Formulir permohonan; b. Surat Izin Tempat Usaha ( SITU ); c. Izin Mendirikan Bangunan ( IMB ); d. Kartu Tanda Penduduk ( KTP ); e. Data tentang Jenis Usaha data Tenaga Kerja / Karyawan; f. Advis teknis dari instansi yang terkait; g. Surat Keterangan Izin Kerja bagi Warga Negara Asing. (2) Izin sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini berlaku selama 3 ( tiga ) tahun dan dapat diperpanjang kembali serta setiap tahun harus di daftar ulang kepada Kepala Daerah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ;

15 (3) Izin sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain, kecuali atas izin Kepala Daerah dan belum berakhir masa berlakunya. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 12 Pembinaan dan Pengawasan dilakukan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk. BAB VII KETENTUAN BIAYA ADMINISTRASI Pasal 13 (1) Untuk memperoleh Izin Usaha Kepariwisataan dikenakan biaya; (2) Setiap tahun akan diadakan pendaftaran ulang dan dikenakan biaya; (3) Besarnya biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) Pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD.

16 Pasal 14 (1) Pungutan biaya dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan; (2) Hasil pungutan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini disetorkan ke Kas Daerah melalui Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Berau. BAB VIII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 15 (1) Bagi pemegang izin yang melanggar ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini dapat dikenakan sanksi berupa : a. Teguran secara tertulis ; b. Penutupan / Penyegelan tempat usaha; c. Pencabutan Izin Usaha. (2) Tata cara penutupan / penyegelan tempat usaha dan pencabutan izin usaha sebagaimana ayat (1) Pasal ini ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah.

17 BAB IX KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 16 (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil bertugas dan berwenang untuk melakukan penyidikan terhadap siapapun yang melakukan tindak pidana pelanggaran atas ketentuan - ketentuan dalam Peraturan Daerah yang berlaku dalam wilayah hukum ditempat penyidikan ditempatkan; (2) Dalam melakukan tugas penyidikan, sebagaimana dimaksud ayat (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil mempunyai wewenang : a. Menerima laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dari perbuatannya dan memeriksa tanda pengenal dari tersangka;

18 d. Melakukan penyitaan benda atau surat; e. Mengambil sidik jari seorang tersangka; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. Mengadakan penghentian penyidikan, setelah mendapat petunjuk dari Kepolisian Republik Indonesia bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Kepolisian Republik Indonesia memberitahukan hal tersebut kepada Kejaksanaan Negeri, kepada tersangka atau keluarganya; i. Mengadakan tindakan lainnya menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. BAB X KETENTUAN PIDANA

19 Pasal 17 (1) Barang siapa melanggar ketentuan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan selama 6 ( enam ) bulan atau denda sebanyak - banyaknya Rp ,- ( lima juta rupiah ); (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 18 Bagi Izin Usaha Kepariwisataan yang ada sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan masih tetap berlaku dan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum habis masa berlakunya sudah harus disesuaikan dengan Peraturan ini. BAB XII KETENTUAN PENUTUP

20 Pasal 19 Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur dengan Keputusan Kepala Daerah. Pasal 20 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap semua orang dapat mengetahuinya memerintahkn pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penetapannya di dalam Lembaran Daerah Kabupaten Berau. Diundangkan di Tanjung Redeb pada tanggal 29 Mei 2004 BUPATI BERAU ttd H. MASDJUNI

21 Diundangkan di Tanjung Redeb Pada tanggal 12 Juni 2004 SEKRETARIS DAERAH, ttd H. SYARWANI SYUKUR. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN 2004 NOMOR : 19