BAB 4 SISTEM PERAWATAN KESEHATAN PADA PENGOBATAN PATAH TULANG GURU SINGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 SISTEM PERAWATAN KESEHATAN PADA PENGOBATAN PATAH TULANG GURU SINGA"

Transkripsi

1 68 BAB 4 SISTEM PERAWATAN KESEHATAN PADA PENGOBATAN PATAH TULANG GURU SINGA 4.1 Pengobatan Patah Tulang Guru Singa Pengobatan patah tulang Guru Singa mencakup pengetahuan, kepercayaan, teknik, peran, sikap, lambang dan sebagainya yang saling berkaitan dan membentuk suatu sistem yang saling menguatkan dan saling membantu yang disebut dengan sistem medis. Pengobatan patah tulang Guru Singa merupakan suatu sistem perawatan kesehatan yang melibatkan interaksi antara sejumlah orang yaitu pengobat, pasien, keluarga pasien, dokter, perawat, dan sebagainya. Seperti yang dijelaskan Foster dan Anderson bahwa suatu sistem perawatan kesehatan adalah suatu pranata sosial yang melibatkan interaksi antara sejumlah orang, sedikitnya pasien dan penyembuh. Fungsi yang terwujudkan dari suatu sistem perawatan kesehatan adalah untuk memobilisasi sumber-sumber daya si pasien, yakni keluarganya dan masyarakatnya, untuk menyertakan mereka dalam mengatasi masalah tersebut (Foster dan Anderson, 1986: 46) Peranan pengobat dan peranan pasien Peranan dokter (pengobat) dan peranan pasien, seperti halnya perananperanan lain, saling melengkapi dan saling tergantung; yang satu membutuhkan yang lainnya. Tanpa pasien tak akan ada peranan dokter, dan sebaliknya, tanpa dokter tidak ada peranan pasien. Namun di luar ketergantungan itu, kedua peranan itu ditandai oleh ciri-ciri yang sangat berbeda, yang dapat dianalisis dalam rangka empat pasang dimensi dasar: terbatas-universal, permanen-temporer, atasanbawahan, sukarela-nonsukarela (Foster dan Anderson, 1986: 123). Terbatas-universal. Peranan pengobat adalah terbatas, dimana orang yang diakui dapat mengobati berjumlah terbatas dibanding orang yang bisa menjadi pasien. Peranan pasien adalah universal karena siapa saja bisa menjadi pasien. Permanen-temporer. Bagi pengobat, peranannya adalah permanen seumur hidup, sedangkan peranan pasien bersifat temporer. Atasan-bawahan. Pengobat berperan

2 69 sebagai atasan yang bertugas untuk mengambil tindakan terhadap pasien. Pasien berperan sebagai bawahan karena posisi pasien yang lebih pasif dibanding pengobat dan berkewajiban untuk mengikuti instruksi dari pengobat. Sukarelanonsukarela. Pengobat berperan sukarela dalam mengobati pasien karena pengobat menginginkan (sukarela) menjadi pengobat, walaupun pada masyarakat tertentu ada pengobat yang tidak menginginkan peranannya, sedangkan pasien berperan nonsukarela karena pasien tidak dengan sendirinya menjadi pasien. Misalnya kecelakaan, pasien tidak menginginkan (tidak dengan sukarela) menjadi pasien, walau terkadang pada sejumlah orang ada yang menginginkan berperan sebagai pasien tetapi peranan pasien disini dipandang nonsukarela. Peranan pengobat dan pasien ini terlihat pada pengobatan patah tulang GS dimana terdapat sepuluh pengobat aktif 10 dengan pasien yang jumlahnya jauh lebih banyak dibanding pengobat, pasien rawat inap terhitung dari tempat tidur yang disediakan sejumlah 89 dengan kisaran pasien rawat inap sekitar enam puluh sampai tujuh puluh pasien, ditambah jumlah pasien rawat jalan yang dalam dua jam hari libur bisa mencapai empat puluh pasien 11. Hal ini menunjukkan bahwa peranan pengobat adalah terbatas, dan peranan pasien adalah universal. Peranan pengobat adalah permanen atau dapat dikatakan sebagai peranan yang seumur hidup, sedangkan peranan pasien bersifat temporer. Pasien datang ke GS berperan sebagai pasien, diobati oleh pengobat, setelah dianggap tidak perlu berobat lagi maka pasien tersebut sudah tidak berperan sebagai pasien. Pengobat berperan sebagai atasan yang bertugas mengobati pasien dengan meminta pasien untuk melakukan tindakan-tindakan seperti misalnya pasien diminta untuk mengangkat tangannya pada saat pengobatan agar diketahui kondisi pasien dan agar pengobat dapat melakukan tindakan selanjutnya untuk mengobati pasien. Pasien dengan mengikuti permintaan pengobat dapat dilihat bahwa pasien berperan sebagai bawahan. 10 Pengobat aktif yang dimaksud adalah pengobat yang secara praktek terlihat langsung dan tercatat sebagai pengobat jaga malam. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, anak kandung dari Ngulih ada juga yang menjadi pengobat namun tidak secara aktif, sehingga pengobat aktif yang tercatat adalah sepuluh orang, yaitu Jojon, Fredy, Edi, Boim, Yono, Banon, Christian, Sakeus, Yanto, dan Syam. 11 Penulis berada di ruang pengobatan GS dan menghitung pasien yang berobat pada hari libur, siang hari sekitar pukul

3 70 Peranan pengobat adalah sukarela, hal ini sesuai dengan syarat untuk menjadi pengobat di GS, pertama masuk kan, itu semua tinggal kemauan sih. Mba juga bisa kalau mau serius. Dalam kutipan diatas terlihat bahwa orang tersebut dengan sukarela menjadi pengobat, bila tidak dengan sukarela maka orang tersebut tidak bisa menjadi pengobat, sedangkan peranan pasien bersifat nonsukarela. Pasien yang datang berobat ke GS adalah pasien yang mengalami cidera akibat kecelakaan yang biasanya tidak disengaja atau tidak diinginkan (non sukarela) seperti misalnya kecelakaan lalulintas, terjatuh, terpleset, dan lain sebagainya. Peranan penyembuh tidak otoriter. Penyembuh boleh menyarankan namun tidak boleh mendikte. Saran pengobatan boleh diikuti hanya apabila ada pengesahan dari anggota yang berpengaruh dalam kelompok sosial si pasien (Clark, 1959: 213 dalam Foster dan Anderson, 1986: 124). ya sebenarnya kalau patah kaki, paha, kita memang sarankan untuk nginap. Tapi tidak dipaksakan. Masa kalau pasien nggak mau rawat inap kita paksakan?!... Dari kutipan diatas, terlihat bahwa peranan pengobat (penyembuh) tidak otoriter. Pengobat menyarankan pasien untuk dirawat inap, tetapi apabila pasien tidak berkenan pengobat tidak memaksakan kehendaknya. Sama halnya bila ada pasien yang ingin ke luar dari ruang rawat inap GS walaupun dari pihak pengobat GS belum mengizinkan pasien tersebut pulang, tetapi karena pasien yang meminta maka pihak GS mengizinkannya dengan sebelumnya dibuat surat keterangan pulang paksa yang ditandatangani oleh pihak pasien. Dengan adanya surat keterangan pulang paksa tersebut, pihak GS tidak bertanggungjawab terhadap kondisi pasien setelah pasien keluar dari GS dengan paksa, karena pihak pengobat sebenarnya belum mengizinkan pasien tersebut untuk keluar dari GS. Hal ini juga menjelaskan bahwa peranan pengobat tidaklah otoriter. Seperti yang dijelaskan Calrk (1959, 213) dalam Foster dan Anderson (1986: 124) bahwa saran pengobatan boleh diikuti hanya apabila ada pengesahan dari anggota yang berpengaruh dalam kelompok sosial si pasien.

4 Sifat universal dalam peranan penyembuhan Dalam sistem pelayanan perawatan kesehatan, Foster dan Anderson menemukan ciri-ciri persamaan dalam premis-premis profesional, citra diri dan bentuk-bentuk hubungan dengan publik, tanpa memandang asumsi-asumsi kausatif yang mungkin melatar-belakangi sistem tersebut. Dipandang dari perspektif lintas-budaya, para dokter menunjukkan ciri-ciri yang sama dalam hal spesialisasi, seleksi dan pendidikan, perasaan citra keprofesionalan, harapan akan pembayaran, dan keyakinan akan kekuatan mereka (Foster dan Anderson, 1986: 124) Spesialisasi Pada suatu daerah petani di Filipina, misalnya, ada dukun beranak (mananabang), dukun pijat atau dukun patah (manghihilot), dan penyembuh umum (mananambal) (Leiban, 1926: 512 dalam Foster dan Anderson, 1986: 125). Logika yang melandasi spesialisasi tersebut pada dasarnya nampaknya serupa dengan yang melandasi pengobatan modern (Foster dan Anderson, 1986: 125). Pengobatan patah tulang GS termasuk kedalam pengobatan dengan spesialisai patah tulang. Hal ini jelas terlihat dari papan nama yang dipasang di depan jalan raya menuju GS serta dari kartu nama yang GS miliki. Kategori spesialisasi patah tulang ini diakui oleh para pengobat, pasien, dan masyarakat. Hal ini terlihat juga pada kisah pasien Ynt yang mengetahui pengobatan patah tulang GS dari masyarakat sekitar. Walaupun sebelumnya Ynt tidak pernah dirawat di GS, tetapi Ia mengetahui GS dan mengetahui bahwa spesialisasi GS adalah patah tulang. Masyarakat juga berperan dalam mengakui kategori spesialisasi patah tulang pada GS, hal ini terlihat dari pengakuan Ynt Seleksi dan pendidikan Kepandaian mengobati diperoleh dengan cara yang serupa dengan yang diperoleh pada profesi-profesi lain; kepandaian dan kemauan untuk bekerja

5 72 keras merupakan kualifikasi yang diperlukan oleh seseorang untuk melakukan tugas tersebut (Foster dan Anderson, 1986: 125). Syarat untuk menjadi pengobat adalah panggilan dari dalam diri orang tersebut untuk mengobati, sebagaimana dikatakan salah seorang anak Ngulih, Panggilan ya. Biasanya kita disini, karyawan disini semua itu bekas pasien kalo nggak yang kerja disini. Malah asisten pertama bapak saya itu bekas pasien. Hal senada disampaikan oleh salah seorang pengobat di GS yang tidak berasal dari hubungan keturunan atau kerabat Ngulih, kalau misalnya orangnya nggak terlalu serius juga nggak akan ngerti apaapa. Kalau cuma setengah-setengah juga nggak bisa. Pengobat GS yang tidak berasal dari kerabat Ngulih melalui berbagai tahapan untuk menjadi pengobat. Berawal dari dapur, kemudian turut membantu pada saat tim GS kontrol setiap siang hari sekitar pukul 14.00, seperti yang dijelaskan salah seorang pengobat, Awal mulanya itu, pertamanya di dapur dulu-lah Ikut kontrol, liat-liat dulu, pelan-pelan, belajar pelan-pelan. Yaa taulah namanya kerja di dapur, dulu ikut kontrol, jadi secara bertahap gitu, baru deh.. Pengobat diajarkan oleh Ngulih dalam teknik-teknik pengobatannya, akan tetapi secara teori tidak diajarkan, seperti yang dijelaskan salah seorang pengobat, Ya baru pegang-pegang tangan gitu. Perlahan ya bisa. Tau gitu gimana kondisi tulangnya. Pak Guru-nya (Ngulih) ngasih tau ya kalau patah tulang begini solusinya kaya begini, ada yang patah tulang kaya gini solusinya seperti ini, cara perbannya bagaimana. Ada teknik-tekniknya ya pasti adalah. Intinya secara teori itu nggak ada Feeling,, prakteklah.. Praktek dengan menggunakan feeling. Pengobat melalui tahapan seleksi dan pendidikan dalam prosesnya menjadi seorang pengobat GS. Adanya pendidikan secara tidak formal dari Ngulih kepada calon pengobat yaitu dengan diberitahunya teknik-teknik pengobatan kepada calon pengobat. Adanya seleksi menjelaskan bahwa tidak semua orang dapat menjadi pengobat, penyeleksi awalnya adalah dari kemauan diri sendiri orang tersebut, bila diberi pendidikan oleh Ngulih pun tetapi tidak ada kemauan dari diri sendiri maka orang tersebut sudah terseleksi sebagai orang yang tidak dapat menjadi pengobat. Proses pendidikan yang

6 73 diajarkan oleh Ngulih selain memberitahu teknik-teknik pengobatan, Ngulih juga meminta calon pengobat memijit atau mengurut Ngulih agar diketahui kemampuan calon pengobat tersebut Perasaan citra profesional Penyembuh mempunyai perasaan yang kuat terhadap citra profesionalnya, tentang peranan mereka dan tentang tempat mereka di dalam masyarakat. Melalui tingkahlaku, pakaian dan perlengkapan-perlengkapan lainnya, mereka biasanya menambah citra keprofesionalan tersebut (Foster dan Anderson, 1986: 131). Para penyembuh dibedakan dari teman-teman mereka yang bukan profesional oleh pakaian dan tingkahlaku (Foster dan Anderson, 1986: 132). Pengobat dicirikan dengan menggunakan seragam 12 yang tertulis nama panggilan pengobat. Nama pengobat tertulis pada sisi depan sebelah kanan seragam. Dengan penggunaan seragam ini memudahkan pasien, keluarga pasien, kerabat pasien, dan lainnya, dalam mengenali para pengobat. Agus yang tergabung dalam tim kontrol harian 13 untuk meneteskan minyak ke pasien rawat inap, menggunakan seragam bila ia akan kontrol harian, tetapi setelah selesai kontrol harian ia melepaskan seragam tersebut, tidak seperti para pengobat lain yang menggunakan seragam setiap harinya. Pada saat tim kontrol harian mengontrol pasien-pasien rawat inap, seragam terlihat membedakan antara pengobat dengan petugas GS yang bukan pengobat, sama halnya pada saat pengobat berada di ruang pengobatan. Selain seragam, pengobatan patah tulang GS menggunakan status kondisi pasien (medical record) 14 pada setiap kontrol harian. Hal ini juga menambah citra keprofesionalannya Harapan akan pembayaran Penyembuh-penyembuh non-barat sedikit sekali berminat terhadap uang. Para dokter digambarkan sebagai perampok uang (Foster dan Anderson, 1986: 132). Hal ini sejalan dengan pengobatan patah tulang GS. Pada pasien rawat 12 Seragam pengobat dijelaskan pada bagian III Kontrol harian dijelaskan pada bagian III Medical record dijelaskan pada bagian III.2.2

7 74 jalan, pasien dikenakan biaya pengobatan seikhlasnya (sukarela), sedangkan pada pasien rawat inap, pasien dikenakan biaya pengobatan sesuai dengan kondisi pasien, kisaran biaya sekitar Rp ,- hingga Rp ,-, biaya ini adalah biaya pengobatan pasien selama dirawat inap. Biaya ruang rawat inap yang dikenakan GS kepada pasien rawat inap berbeda sesuai dengan fasilitas yang didapatkan pasien. Biaya ruang rawat inap di GS yaitu Rp ,- hingga Rp ,- per hari. Ruang rawat inap yang paling rendah biayanya yaitu Rp ,- per hari, pasien akan mendapatkan makanan sebanyak tiga kali, sup sumsum sebanyak dua kali, serta tempat inap. Selain itu, petugas dapur GS menyediakan air putih yang disediakan untuk pasien, keluarga, maupun kerabat pasien. 4.2 Pemilihan pengobatan patah tulang Guru Singa Ada berbagai alasan yang membawa pasien berobat ke GS. Dari sejumlah informasi yang penulis dapatkan alasan diantaranya yaitu karena pasien sudah tahu bahwa GS adalah spesialis patah tulang sehingga jika terjadi patah tulang maka pasien bersama keluarga akan berobat ke GS dan adapula yang karena pihak lain yang mengambil keputusan untuk berobat. Dari keempat pasien yang penulis jadikan informan terdapat satu pasien yang tertabrak motor, satu pasien yang terjatuh dari peron stasiun kereta, satu pasien yang terjatuh di tempat kerja, dan yang satu lagi pasien mengalami kecelakaan yaitu tertabrak mobil pada saat Ia mengendarai motor. Pada pasien kedua, ketiga, dan keempat terdapat kesamaan yaitu pihak yang mengambil keputusan untuk berobat ke GS adalah orang-orang yang berada didekatnya pada saat terjadinya kecelakaan. Pasien kedua berobat ke GS karena dibawa oleh orang-orang yang berada di dekatnya pada saat Ia terjatuh di peron stasiun kereta. Pasien ketiga berobat ke GS karena dibawa oleh orang-orang yang masih satu tempat kerjaan dengannya. Begitu pun dengan pasien keempat yang berobat ke GS karena dibawa oleh orang-orang yang berada didekat tempat terjadinya kecelakaan. Dalam hal ini, pasien berada pada posisi yang tidak kuasa, dan penyandang dana atau orang-orang yang membawanya ke GS pada posisi

8 75 yang lebih kuasa maka pasien pasrah dibawa berobat kemanapun, sebagaimana yang dijelaskan Notosiswoyo pada hasil penelitiannya (Notosiswoyo, 1995: 131). Pada pasien pertama, yang mengambil keputusan untuk berobat ke GS adalah dirinya sendiri yang mempunyai pengetahuan mengenai GS dari masyarakat sekitar sebagaimana yang dijelaskan oleh Foster dan Anderson, strategi-strategi yang mendasari proses-proses pengambilan keputusan dalam mencari perawatan kesehatan disebut hierarki sarana (pengobatan) dalam praktek penyembuhan (Schwartz 1969 dalam Foster dan Anderson, 1986: 293). Caracara bagaimana masyarakat menyusun hierarki sarana pribadi mereka sendiri dan faktor-faktor yang masuk dalam perhitungan mereka banyak memberi penjelasan kepada kita tentang bagaimana bentuk-bentuk pengobatan ilmiah dan pengobatan alternatif baru (dan terutama pengobatan di perkotaan) telah sangat terdesak praktek pengobatan tradisional (Foster dan Anderson, 1986: 293). Pasien pertama menceritakan kisahnya mengenai awal mula kecelakaan yang dialaminya sebelum ia dibawa ke GS, dikasih surat pengantar (dari mantri kesehatan dekat rumah) ke Rumah Sakit Persahabatan tapi ternyata kan luka saya nggak berat, kenapa kok harus dibawa ke Rumah Sakit Persahabatan?. Yo artinya kalau dibawa ke rumah sakit kan otomatis lukanya, ketabrak kan luka, kita kan nggak ada luka, cuma luka dalem, jadi cukup dibawa ke Guru Singa aja. Kalau di Guru Singa kan patah tulang, udah ketauan ini patah tulang. Kecuali saya keadaan babak belur perlu diobatin, perlu dirawat dulu di rumah sakit, lah mungkin saya dibawa ke rumah sakit. Itu pertimbangan saya itu. Kedua, pertimbangan keduanya kalau di rumah sakit, karena sakit dalam, patah tulang, pasti dioperasi dan biasanya makan biaya banyak. Jadi saya mendingan dibawa ke sini, patah tulang ini. Hierarki sarana (pengobatan) dalam praktek penyembuhan terlihat dari kutipan di atas yang diucapkan oleh pasien yaitu tingkatan luka berat dan luka tidak berat. Luka berat adalah luka luar sedangkan luka tidak berat adalah luka dalam. Maksudnya adalah luka yang terlihat hingga luar kulit pasien, pasien memasukkannya kedalam tingkatan luka berat, sedangkan untuk luka patah tulang yang tidak terlihat maka pasien memasukkannya kedalam tingkatan luka tidak berat. Adanya tingkatan luka berat dan luka tidak berat ini menyebabkan adanya langkah yang akan diambil pasien untuk memilih pengobatan. Jika luka

9 76 berat maka pasien akan memilih untuk berobat ke rumah sakit, dan jika luka tidak berat maka pasien memilih untuk berobat ke GS. Pasien ini menganggap luka yang dideritanya adalah luka tidak berat sehingga tidak perlu berobat ke rumah sakti, maka ia memilih GS dibanding rumah sakit. Pasien menjelaskan bahwa pengobat yang menangani patah tulang merupakan pengobat yang sudah ahli dalam bidangnya, bukan sembarang orang tetapi orang yang mengetahui kondisi tubuh manusia, Yang nanganin patah tulang itu memang bener-bener orang yang udah pinter, udah profesinya, ada tulang begini, susunan tubuh itu begini, itu udah tau semua, jadi kalau misalkan sakit ini Oh yang dipegang bukan ininya. Kalau patah kaki ini jelas, yang nanganin ini juga, tapi yang narik bukan sembarang orang, tapi orang yang bener-bener tau keadaan kondisi orang tubuh manusia Keyakinan terhadap kebenaran dari kepercayaan tentang pengobatan dan kesehatannya, dan kepercayaan sendiri mungkin menjadi ciri dari semua masyarakat; hal ini merupakan salah satu simbol terpenting, dimana kelompok masyarakat yang bersangkutan menyusun persepsi etosnya, keunikannya dan esensinya yang terpenting (Foster dan Anderson, 1986: 297). nggak di rontgen. Kita yakin bahwa sini (GS) bisa patah tulang, nggak usah dirontgen, dia udah tau, gitu aja. Harusnya mah dirontgen dulu,, tapi enggak ah. Dia (pengobat) udah tau. Pasien meyakini bahwa GS dapat mengobati patah tulang, sehingga ia merasa tidak perlu dirontgen untuk mengetahui kondisi tulangnya yang patah. saya percaya sama sini. Percaya bahwa saya berobat,, sembuh, gitu aja. Nggak macem-macem. Kemarin ada temen dateng, kenapa nggak dibawa ke rumah sakit sih? Saya bilang kalau rumah sakit kan dua kali sakit, karena dioperasi pasang pen nanti sembuh trus operasi lagi cabut pen, kan dua kali. Kalau di sini kan disambung karena alat sama keadaan dari tubuh kita. Itu aja. Pasien memiliki kepercayaan terhadap pengobatan patah tulang GS, selain itu karena pandangan pasien yang menganggap rumah sakit suatu tempat pengobatan yang justru membuat dua kali sakit, yaitu pada saat dipasang pen dan disaat pennya dicabut. Selain itu, adanya perasaan nyaman pasien terhadap GS sebagaimana yang dijelaskan oleh salah seorang pasien:

10 77 pokoknya di sini bebas. Pokoknya disini bebas nggak bikin pasien itu harus begini-begini. Di sini biasa aja, santai. Makan ini yo terserah, bebas. Makan sate yo terserah. Soalnya di sini ibaratnya kan sehat cuma karena tulangnya itu aja patah, jadi nggak boleh makan susu atau makan daging, itu nggak. Bebas. Kecuali es. jadi bebas. Gitu. Kelebihan ini juga karena ada kerjasama sama dengan dokter lain Perasaan nyaman di GS karena tidak banyak peraturan yang mengikat membuat pasien merasa bebas, pantangan yang diberikan pihak GS mudah untuk dijalani pasien sehingga pasien merasa bebas.

BAB 3 PENGOBATAN PATAH TULANG GURU SINGA

BAB 3 PENGOBATAN PATAH TULANG GURU SINGA 39 BAB 3 PENGOBATAN PATAH TULANG GURU SINGA Pengobatan patah tulang GS melayani pengobatan pada pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap. Pasien diobati dengan minyak GS, sup sumsum, dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk biologis senantiasa menjalankan serta mempertahankan kehidupannya. Dalam menjalankan serta mempertahankan kehidupannya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ada kecenderungan masyarakat di Prabumulih kembali pada polapengobatan

I. PENDAHULUAN. Ada kecenderungan masyarakat di Prabumulih kembali pada polapengobatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan bagian penting dari kehidupan, sehingga pengobatan terhadap suatu penyakit sangat dibutuhkan. Berbagai macam pengobatan semakin berkembang, baik pengobatan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK INFORMAN

KARAKTERISTIK INFORMAN KARAKTERISTIK INFORMAN Komunikasi Efektif Dokter dan Pasien Dalam Upaya Keselamatan Pasien (patient Safety) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan Petunjuk Pengisian : Istilah pertanyaan dibawah ini

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Dokter

Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Dokter Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Dokter Nama Pewawancara Tanggal Wawancara Waktu Wawancara Tempat Wawancara I. Petunjuk Umum 1. Sampaikan ucapan terimakasih kepada informan atas kesediaannya dan waktu

Lebih terperinci

Hati2..!!! Penipuan canggih lewat telpon...!!! (my true story)

Hati2..!!! Penipuan canggih lewat telpon...!!! (my true story) Hati2..!!! Penipuan canggih lewat telpon...!!! (my true story) Dear Friends... Penipuan ini terjadi kira-kira 5 hari yang lalu. Nama dan identitas kami rahasiakan untuk menjaga aja kalo email ini menyebar

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk menggali informasi dari informan adalah : 1. Bisakah ibu menceritakan bagaimana ibu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara keseluruhan akan menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan persepsi tentang kesehatan tersebut.

Lebih terperinci

Sutradara Wim Umboh sehat kembali tapi masih berobat jalan

Sutradara Wim Umboh sehat kembali tapi masih berobat jalan Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) SUMBER : SUARA KARYA, 22 Januari 1979 Sutradara Wim Umboh sehat kembali tapi masih berobat jalan Wim Umboh, sutradara film terkenal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang yang berdiri sejak 1930 merupakan

Lebih terperinci

Naskah Manajemen Complain dan Customer Care

Naskah Manajemen Complain dan Customer Care Naskah Manajemen Complain dan Customer Care 1. Karakter Emosional Complain Seorang ibu yang merupakan anggota keluarga pasien datang ke customer service menanyakan perihal tidak adanya tempat tidur yang

Lebih terperinci

A. SAJIAN DATA. 1. Respon Guru Jika Murid Tidak Mengerti Materi Pembelajaran

A. SAJIAN DATA. 1. Respon Guru Jika Murid Tidak Mengerti Materi Pembelajaran A. SAJIAN DATA Setiap individu memiliki kebiasaan yang berbeda hal tersebut tidak terlepas pada kebiasaan seorang guru dalam memulai kegiatan belajar mengajar. Pada setiap awal pembelajaran Nubuat sebagai

Lebih terperinci

Puzzle-Puzzle Fiksi. Inilah beberapa kisah kehidupan yang diharapkan. menginspirasi pembaca

Puzzle-Puzzle Fiksi. Inilah beberapa kisah kehidupan yang diharapkan. menginspirasi pembaca Puzzle-Puzzle Fiksi Inilah beberapa kisah kehidupan yang diharapkan menginspirasi pembaca JULIE 2 Akhirnya Buku Ini Milikku Aku tidak menghiraukan panasnya matahari di siang hari ini. Aku tetap berlari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang masih merasakan tantangan berat di dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Undang-undang kesehatan No. 23

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Undang-undang kesehatan No. 23 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM UNTUK DOKTER

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM UNTUK DOKTER PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM UNTUK DOKTER Nama Pewawancara : Tanggal : Tempat : Nama Informan : I. PETUNJUK UMUM 1. Sampaikan ucapan terima kasih kepada informan atas kesediaannya dan waktu yang telah diluangkan

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

Tiga Belas Ribu Empat Ratus Lima Puluh Rupiah

Tiga Belas Ribu Empat Ratus Lima Puluh Rupiah Tiga Belas Ribu Empat Ratus Lima Puluh Rupiah Malam ini hujan turun begitu lebat. Dodo masih berdiri menghadap jendela menanti sang ayah yang belum juga pulang. Sesekali dia berlari kepangkuan ibunya yang

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) , Fax. (0342) Kembangarum - Sutojayan - Blitar

RUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) , Fax. (0342) Kembangarum - Sutojayan - Blitar RUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) 444168, Fax. (0342) 444289 Kembangarum - Sutojayan - Blitar PERJANJIAN KERJA ANTARA RUMAH SAKIT UMUM AULIA DAN DOKTER No. Yang bertanda tangan

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Calon Peserta

PEDOMAN WAWANCARA. Calon Peserta 90 PEDOMAN WAWANCARA Calon Peserta Demand Masyarakat Menjadi Peserta Mandiri Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Di Kota Medan Tahun 2016 I. Identitas Nama : Umur : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERTANYAAN PENELITIAN

LAMPIRAN I : PERTANYAAN PENELITIAN LAMPIRAN 68 LAMPIRAN I : PERTANYAAN PENELITIAN Kecemasan 1. Bagaimana perasaan anda menghadapi tindakan pemasangan WSD? 2. Apa yang anda cemaskan menghadapi tindakan pemasangan WSD? instrumental 1. Bagaimana

Lebih terperinci

Loyalitas Tanpa Batas

Loyalitas Tanpa Batas Loyalitas Tanpa Batas Cintailah perusahaan dimana kamu bekerja meski tidak membuat mu kaya, tetapi dapat memberikan kehidupan. Itulah sepenggal kata yang dapat saya simpulkan setelah mendengar, merangkum,

Lebih terperinci

erkenalkan, namaku Chanira. Aku lulusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya Malang. Kampus yang luar biasa. Empat tahun jadi bagian dari

erkenalkan, namaku Chanira. Aku lulusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya Malang. Kampus yang luar biasa. Empat tahun jadi bagian dari erkenalkan, namaku Chanira. Aku lulusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya Malang. Kampus yang luar biasa. Empat tahun jadi bagian dari kampus ini rasanya aku nemu keluarga kedua. Aku punya temen

Lebih terperinci

Pada suatu hari saat aku duduk di bangku sudut sekolah, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang.

Pada suatu hari saat aku duduk di bangku sudut sekolah, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang. SAHABAT JADI CINTA Pada suatu hari saat aku duduk di bangku sudut sekolah, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang. Hey.!!! lagi ngapain ucap seseorang itu sambil menepuk pundakku. Saat ku menoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kriteria riset partisipan adalah ibu hamil primigravida dengan usia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kriteria riset partisipan adalah ibu hamil primigravida dengan usia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Riset Kriteria riset partisipan adalah ibu hamil primigravida dengan usia kehamilan 20-32 minggu, mampu berkomunikasi dengan baik, tinggal di wilayah

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 86 Lampiran 1. Pedoman wawancara Pedoman wawancara saat penelitian Di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan Daftar pertanyaan wawancara kepada keluarga pasien Data singkat informan Nama : Jenis Kelamin : Tanggal

Lebih terperinci

Ingatan lo ternyata payah ya. Ini gue Rio. Inget nggak? Rio... Rio yang mana ya? Ok deh, gue maklum kalo lo lupa. Ini gue Rio, senior lo di Univ

Ingatan lo ternyata payah ya. Ini gue Rio. Inget nggak? Rio... Rio yang mana ya? Ok deh, gue maklum kalo lo lupa. Ini gue Rio, senior lo di Univ Bab 1 Dina sangat bingung apa yang harus dilakukannya sekarang. Ia merasa sangat terpojok. Kenapa disaat-saat seperti ini ia bertemu lagi dengannya padahal ia sudah berhasil melupakannya. Dina kan? seorang

Lebih terperinci

Ibu Penderita Kanker Payudara Menolak Dirawat di RS

Ibu Penderita Kanker Payudara Menolak Dirawat di RS Usai Melahirkan, Ibu Penderita Kanker Payudara Menolak Dirawat di RS Kontributor Banyuwangi, Ira RachmawatiTim kesehatan dari Dinas Kesehatan Banyuwangi saat menjenguk Sulastri, pasien penderita kanker

Lebih terperinci

Keindahan Seni Pendatang Baru

Keindahan Seni Pendatang Baru Pendatang Baru Hari ini adalah hari pertama Fandi masuk ke kampus. Karena dia baru pulang dari Aussie, setelah tiga tahun menetap dan sekolah disana, bersama dengan keluarganya. Orangtuanya telah mendaftarkannya

Lebih terperinci

Salah satu metode yang di lakukan dalam penelitian untuk medapatkan data

Salah satu metode yang di lakukan dalam penelitian untuk medapatkan data Lampiran Wawancara 1 Tanggal 10 Mei 2016 Salah satu metode yang di lakukan dalam penelitian untuk medapatkan data secara aktual dan terperinci yaitu dengan menggunakan metode pendekatan secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah panti asuhan terbesar di dunia dengan perkiraan jumlah lembaga pengasuhan anak pada tahun 2007 sekitar 5.250 hingga 8.610 (Unicef

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Pemilik Modal. penggemukan sapi atau menghasilkan keturunan?

PEDOMAN WAWANCARA. Pemilik Modal. penggemukan sapi atau menghasilkan keturunan? LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA Pemilik Modal 1. Apakah yang anda ketahui tentang gaduh sapi? 2. Tujuan gaduh sapi apa yang anda sepakati dengan pengelola modal, apakah 3. Apakah anda tahu bahwa di agama Islam

Lebih terperinci

Sejatinya, semua manusia terlahir untuk dua hal, mendapatkan berita terbaik dan terburuk. Berita ini adalah sebuah misteri, ketika mereka terus

Sejatinya, semua manusia terlahir untuk dua hal, mendapatkan berita terbaik dan terburuk. Berita ini adalah sebuah misteri, ketika mereka terus Sejatinya, semua manusia terlahir untuk dua hal, mendapatkan berita terbaik dan terburuk. Berita ini adalah sebuah misteri, ketika mereka terus menaungi hidup dan seperti melihat sebuah jurang terbesar.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Informasi yang Dimiliki Masyarakat Migran Di Permukiman Liar Mengenai Adanya Fasilitas Kesehatan Gratis Atau Bersubsidi Salah satu program pemerintah untuk menunjang kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya tidak hanya mampu menyelaraskan diri dengan alam dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya tidak hanya mampu menyelaraskan diri dengan alam dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah salah satu pendukung kebudayaan, dengan kebudayaan yang dimilikinya tidak hanya mampu menyelaraskan diri dengan alam dan lingkungannya. Pengetahuan

Lebih terperinci

Wawancara Partisipan 1

Wawancara Partisipan 1 55 Verbatim Partisipan Wawancara Partisipan 1 S Isi Percakapan Kode P Selamat pasi mas 1 P1 Selamat pagi juga mbak 2 P Bisa minta waktunya sebentar mas sekitar 5-10 menit 3 P1 Iya bisa 4 P Perkenalkan

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung. (Suatu Fenomenologi Tentang Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung)

PEDOMAN WAWANCARA. Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung. (Suatu Fenomenologi Tentang Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung) 107 PEDOMAN WAWANCARA Hari, tanggal : Sabtu, 3 juli 2010 Waktu : 15.15 Tempat : Kostan, Sekeloa Nara Sumber : Diana Umur : 20 tahun pendidikan terakhir Pekerjaan : SMA : Mahasiswi Eksistensi Komunitas

Lebih terperinci

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna CINTA TELAH PERGI 1 Penyempurna Enam belas tahun yang lalu seorang ibu bernama Rosa melahirkan seorang bayi perempuan, bayi yang selama ini bu Rosa dan pak Adam (suami bu Rosa) idam-idamkan selama dua

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PERILAKU SAKIT. MUJIANTO,SKM,M.Kes

PERSEPSI DAN PERILAKU SAKIT. MUJIANTO,SKM,M.Kes PERSEPSI DAN PERILAKU SAKIT MUJIANTO,SKM,M.Kes Pemahaman Yg Perlu Diketahui Oleh Setiap Orang Nikmat Agung yg dilalaikan banyak orang adl sehat Tidak ada satupun orang dimuka bumi yang belum pernah sakit

Lebih terperinci

Hasil Wawancara. Pertanyaan ditujukan kepada konsumen Waroeng Spesial Sambal

Hasil Wawancara. Pertanyaan ditujukan kepada konsumen Waroeng Spesial Sambal Hasil Wawancara Pertanyaan ditujukan kepada konsumen Waroeng Spesial Sambal Pertanyaan berdasarkan empathy : 1. Apa perasaan anda saat pertama kali melihat poster garansi kekecewaan ini? 2. Apakah menurut

Lebih terperinci

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER. 12/MEN/VI/2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pemba

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER. 12/MEN/VI/2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pemba MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 609 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN KASUS KECELAKAAN KERJA DAN

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kekerasan Secara umum kekerasan identik dengan pengerusakan dan menyebabkan kerugian bagi pihak lain. Namun jika kita pilah kedalam jenis kekerasan itu sendiri, nampaknya

Lebih terperinci

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE Lampiran 8 MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE 2009.33.032 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi. Masyarakat berperan serta, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi. Masyarakat berperan serta, baik secara 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

NASKAH ROLEPLAY PENERIMAAN PASIEN BARU DAN ORIENTASI

NASKAH ROLEPLAY PENERIMAAN PASIEN BARU DAN ORIENTASI NASKAH ROLEPLAY PENERIMAAN PASIEN BARU DAN ORIENTASI Pemeran : Kepala Ruangan (Karu) : Eni sudarman Perawat Primer (PP) : Engelia Rezeki Tampubolon Perawat Associate (PA) : Melati Hutabarat Perawat UGD

Lebih terperinci

LEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN)

LEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN) LEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN) Inisial Nama : MA Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur Pendidikan Pekerjaan : 45 Tahun : SMA : Tidak Ada No. Variabel / Pertanyaan Informan Kemudahan Memperoleh Narkoba 1 Apakah

Lebih terperinci

INTERVIEW GUIDE A. Company Profil B. Tahap Perencanaan strategi Positioning C. Tahap Pelaksanaan strategi Positioning

INTERVIEW GUIDE A. Company Profil B. Tahap Perencanaan strategi Positioning C. Tahap Pelaksanaan strategi Positioning INTERVIEW GUIDE A. Company Profil 1. Bagaimana sejarah dan perkembangan Mimikri Invitation? 2. Bagaimana struktur organisasi Mimikri Invitation? 3. Bagaimana logo yang digunakan Mimikri Invitation? 4.

Lebih terperinci

Topik : school adjustment remaja ADHD yang bersekolah di sekolah umum. hubungan interpersonal yang positif pada remaja ADHD di sekolah umum

Topik : school adjustment remaja ADHD yang bersekolah di sekolah umum. hubungan interpersonal yang positif pada remaja ADHD di sekolah umum Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA Topik : school adjustment remaja ADHD yang bersekolah di sekolah umum A. Tujuan umum : Untuk memperoleh gambaran mengenai motivasi sosial, kompetensi berperilaku, dan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

: Permohonan Wawancara. Cirebon, Juli Kepada Yth. Bapak/Ibu

: Permohonan Wawancara. Cirebon, Juli Kepada Yth. Bapak/Ibu Permohonan Wawancara Cirebon, Juli 2010 Hal : Permohonan Wawancara Kepada Yth. Bapak/Ibu Dengan hormat, Dalam rangka penulisan Karya Tulis Ilmiah Program Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

Bagaimana sih caranya supaya pembantu rumah

Bagaimana sih caranya supaya pembantu rumah KRISIS ASISTEN RUMAH TANGGA Bagaimana sih caranya supaya pembantu rumah tangga atau saya lebih suka menyebutnya asisten rumah tangga (ART) bisa betah bekerja? Dua tahun terakhir semenjak saya membuka usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK BRANDING RSUA. kerangka konseptual, praktik branding melalui media interaksi langsung adalah

BAB III PRAKTIK BRANDING RSUA. kerangka konseptual, praktik branding melalui media interaksi langsung adalah BAB III PRAKTIK BRANDING RSUA 3.1. Praktik Branding RSUA Praktik branding secara garis besar dipisahkan menjadi dua media, yaitu media interaksi langsung dan tidak langsung. Sebagaimana dijelaskan pada

Lebih terperinci

Inform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L

Inform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L Inform Consent Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L 1 PENDAHULUAN Malpraktek pada dasarnya adalah tindakan tenaga profesional (profesi) yang bertentangan dengan Standard Operating Procedure

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Provinsi Maluku Rumah Sakit Jiwa Ambon di mulai tahun anggaran 1981/1982 Rumah Sakit

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN KEDOKTERAN DAN KEPERAWATAN

PEDOMAN PELAYANAN KEDOKTERAN DAN KEPERAWATAN PEDOMAN PELAYANAN KEDOKTERAN DAN KEPERAWATAN 1. PENDAHULUAN Tujuan utama rumah sakit adalah memberikan perawatan yang terbaik untuk pasien. Agar dapat memberikan dukungan dan respon yang baik sesuai dengan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA 99 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA Judul Penelitian : Persepsi Perawat Mengenai Perannya Sebagai Educator Bagi Pasien

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 TINJAUAN UMUM Pada tahap ini dianalisa data-data yang berhubungan dengan perparkiran Rumah Sakit Pendidikan Universitas Diponegoro di Kampus Terpadu Undip Tembalang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuntutan masyarakat terhadap rumah sakit pada saat ini sudah berubah, dari yang sebelumnya hanya sebagai sarana untuk mendapatkan kesembuhan atas penyakit

Lebih terperinci

PANDUAN KOMUNIKASI Kami melayani dengan lebih baik dan profesional

PANDUAN KOMUNIKASI Kami melayani dengan lebih baik dan profesional PANDUAN UGD (Keluarga merasa pasien tidak ditangani) Pasien datang diantar keluarga, pada waktu keluarga pasien mendaftar, dokter dan perawat memeriksa pasien kemudian pasien diberi injeksi obat tertentu,

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. Melalui konsep analisis semiotik, peneliti meninjau tentang pesan moral

BAB III PENYAJIAN DATA. Melalui konsep analisis semiotik, peneliti meninjau tentang pesan moral BAB III PENYAJIAN DATA A. Penjelasan Menganalisis nilai-nilai Protagonis dalam film Surat Kecil Untuk Tuhan ini, peneliti menggunakan instrument dari analisis semiotik yang telah dioperasionalkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai mahluk yang memiliki akal dan pikiran menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai mahluk yang memiliki akal dan pikiran menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk yang memiliki akal dan pikiran menjadikan manusia yang memiliki pengetahuan dan harapan. Hal tersebut didapatkan berdasarkan hasil adaptasi

Lebih terperinci

Faktor yang paling sering terjadi yaitu bangkrut yaa pada perusahaan, kita mensurveynya kurang tepat, karakter nasabah yang susah,

Faktor yang paling sering terjadi yaitu bangkrut yaa pada perusahaan, kita mensurveynya kurang tepat, karakter nasabah yang susah, Wawancara dengan pihak Account officier No Tanggal Nama Profesi Pedoman Pertanyaan Isi Wawancara Wawancara Responden 1 14 juli 2017 Mas Taufik Account Officier 1. Seperti apa mekanisme penyaluran pembiayaan

Lebih terperinci

gelap, dan kalau buat tidur tidak nyaman. Coba aja.

gelap, dan kalau buat tidur tidak nyaman. Coba aja. Hai. Aku Devi. Nama lengkapku Devi Nur Hidayanti. Suku Jawa. Dan aku habis minum air putih dari kulkas. Aku dilahirkan oleh ibuku, namanya Rumiyati, disebuah wilayah kecil yang bernama Kemplokolegi (selanjutnya

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS SISTEM RUJUKAN KIA DI PUSKESMAS PERUMNAS BT.VI PEMATANG SIANTAR TAHUN 2015

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS SISTEM RUJUKAN KIA DI PUSKESMAS PERUMNAS BT.VI PEMATANG SIANTAR TAHUN 2015 Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS SISTEM RUJUKAN KIA DI PUSKESMAS PERUMNAS BT.VI PEMATANG SIANTAR TAHUN 2015 I. Dokter puskesmas Nama : dr. Ernawaty Tarigan Umur : 38 Tahun Pendidikan : Sarjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidup layak dan baik. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu

I. PENDAHULUAN. hidup layak dan baik. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu parameter untuk mengukur keberhasilan pembangunan manusia. Tanpa kesehatan manusia tidak akan produktif untuk hidup layak dan baik. Kesehatan

Lebih terperinci

Endra Handiyana Mahir Closing Tanpa Pusing jjjj

Endra Handiyana  Mahir Closing Tanpa Pusing jjjj Mahir Closing Tanpa Pusing jjjj MAHIR CLOSING TANPA PUSING Setelah Anda selesai menangani keberatan yang timbul maka saatnya Anda menutup penjualan. Dalam menutup penjualan, lakukan dengan sebaik-baiknya,

Lebih terperinci

Aku dan adik kelasku.

Aku dan adik kelasku. Punya banyak impian, cita-cita dan mimpi. Mudah jatuh hati ke setiap cowok yg mudah membuatnya nyaman. Hobby menulis, apa aja ditulis hehe. Itulah aku gadis belia yg akan beranjak remaja. Dan aku itu cewek

Lebih terperinci

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN A. Analisa Yuridis Malpraktik Profesi Medis Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 merumuskan banyak tindak pidana

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Informan 1 Nama : AD Jenis kelamin : Perempuan Usia : 14 Tahun Pendidikan : SMP Hari/tanggal wawancara : Jum at, 4 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian penulis yang dilakukan terhadap pada pola interaksi

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian penulis yang dilakukan terhadap pada pola interaksi 142 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian penulis yang dilakukan terhadap pada pola interaksi dokter dan pasien, maka penulis telah mengambil kesimpulan, antara lain; 1. Interaksi yang diharamkan

Lebih terperinci

INVESTOR MINDSET FOR LIVING!..

INVESTOR MINDSET FOR LIVING!.. INVESTOR MINDSET FOR LIVING!.. Halo Sobat Trader FormulaBinary.com.. Hari ini saya mau SHARE tentang GIMANA SIH Cara untuk BERTUMBUH dan BERTUMBUH Dan TERHINDAR dari KESERAKAHAN Dalam INVESTASI?.. Nah

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda?

PEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda? LAMPIRAN 59 PEDOMAN WAWANCARA 1. Bagaimana perasaaan anda ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 2. Apa yang anda lakukan ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 3. Pernahkah anda melakukan

Lebih terperinci

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar?

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar? Setting: Di suatu hari yang cerah beberapa hari setelah dilakukannya implementasi oleh perawat Evita mengenai senam kaki dan edukasi mengenai terapi diet bagi sekelompok masyarakat yang menderita DM. Maka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan pembahasan yang telah dilakukan pada sembilan partisipan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan pembahasan yang telah dilakukan pada sembilan partisipan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada sembilan partisipan selama kurang lebih satu bulan, dalam menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN Pada Bab IV ini akan dijelaskan hasil perolehan data di lapangan yang selanjutnya dianalisis untuk memperoleh deskripsi profil berpikir probabilistik siswa dalam menyelesaikan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No HK.02.02/MENKES/390/2014

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No HK.02.02/MENKES/390/2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No HK.02.02/MENKES/390/2014 tentang Pedoman Penetapan Rumah Sakit X merupakan RS Nasional, yang mengampu tujuh RS di Jawa Barat dan

Lebih terperinci

Setiap usaha inovasi kesehatan akan berhadapan dengan serangkaian masalah sosial budaya yang berasal dari: budaya masyarakat penerima (sasaran) progra

Setiap usaha inovasi kesehatan akan berhadapan dengan serangkaian masalah sosial budaya yang berasal dari: budaya masyarakat penerima (sasaran) progra FAKTOR SOSBUD YANG MENGHAMBAT DAN MENDORONG USAHA-USAHA INOVASI KESEHATAN Divisi Bioetika dan Humaniora FK USU Setiap usaha inovasi kesehatan akan berhadapan dengan serangkaian masalah sosial budaya yang

Lebih terperinci

INFORMED CONSENT LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas. Sumatera Utara

INFORMED CONSENT LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas. Sumatera Utara 56 Lampiran 1 INFORMED CONSENT LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Nama Peneliti : Ayu My Lestari Saragih NIM : 121101100 Instansi Peneliti : Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Judul

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Informan 1 Nama : Bapak MH Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 39 tahun Pendidikan : SMA Hari/tanggal wawancara : Selasa, 8 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

Kisah Kasih Mungil. kumpulan cerita pendek

Kisah Kasih Mungil. kumpulan cerita pendek Kisah Kasih Mungil kumpulan cerita pendek Daftar Isi 1. Tulip Kuning... 8 2. The Prom Night... 23 3. Hati Si Sahabat... 49 4. My Little Cupid... 77 5. Sahabat Itu Seperti Bintang... 104 6. Simfoni Laut...

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA 1. Fasilitas dan layanan perpustakaan 2. Pendidikan pemakai a. Bagaimana prosedur pendidikan pemakai disini? b. Siapa peserta? c. Siapa pembicara? d. Kapan dilaksanakan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perawat adalah salah satu unsur vital yang berada di rumah sakit. Perawat, dokter, dan pasien merupakan satu berinteraksi, saling membutuhkan antara satu

Lebih terperinci

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. SURAT KEPUTUSAN No. : Tentang PANDUAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DIREKTUR RS Menimbang : a. Bahwa untuk mengimplementasikan hak pasien dan keluarga di

Lebih terperinci

'hufft, aku cape selalu disakitin sama cowo yang aku sayang.' kata icha sambil menghela nafas. tanpa dia sadari air matanya menetes.

'hufft, aku cape selalu disakitin sama cowo yang aku sayang.' kata icha sambil menghela nafas. tanpa dia sadari air matanya menetes. icha duduk sendirian di sebuah cafe sambil menatap hujan 'hufft, aku cape selalu disakitin sama cowo yang aku sayang.' kata icha sambil menghela nafas. tanpa dia sadari air matanya menetes. ia teringat

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara INFORMAN 1 Karakteristik pasien 1. Nama : ST 2. Alamat : Dusun Ujung Teran 3. Usia : 31 tahun 4. Jenis kelamin : Laki-laki 5. Suku : Batak 6. Pendidikan : SMA 7. Pendapatan : 2.000.000/bulan 8. Masa perawatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 HASIL DOKUMENTASI

LAMPIRAN 1 HASIL DOKUMENTASI LAMIRAN 1 HASIL DOKUMENTASI Sistem penomoran rumah sakit haji medan berdasarkan pada unit numbering system yang terdiri dari 6 digit. Gambar berikut merupakan sistem penomoran berkas rekam medis pada rak

Lebih terperinci

Written by Dr. Brotosari Wednesday, 12 August :25 - Last Updated Friday, 09 December :45

Written by Dr. Brotosari Wednesday, 12 August :25 - Last Updated Friday, 09 December :45 Agus sudah terbang dari Sabang sampai Merauke mencari pengobatan alternatif untuk menyembuhkan perutnya yang membesar. Sudah habis lebih kurang 51 juta rupiah. Cowok ganteng ini punya perut besar seperti

Lebih terperinci

Jenis Produk Cacat (pcs) Jahitan Kendor

Jenis Produk Cacat (pcs) Jahitan Kendor LAMPIRAN Lampiran 2 3 Lampiran 2 Tanggal Check Sheet Laporan Produksi CV. Madiun Garment Periode Bulan Maret 207 Jumlah Produksi (pcs) Jahitan Loncat Label Tidak Ada Jahitan Tumpuk Jenis Produk Cacat (pcs)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping kebutuhan akan sandang, pangan, papan dan pendidikan. Karena hanya dengan kondisi kesehatan yang baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan 5 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ketika seorang anak menjadi remaja dan kemudian remaja berkembang menuju ke tingkat dewasa, banyak perubahan yang akan dialami (Susilowati, 2013: 103). Sebagai manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat lepas dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap terhadap pengalaman, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap terhadap pengalaman, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia adalah unik. Hal ini terjadi karena manusia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang berbeda-beda, baik secara budaya, latar belakang pendidikan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Persiapan Persiapan merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mendukung proses penelitian agar sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Judul : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak Nama Peneliti : Pusparini NIM : 462012064 Saya adalah mahasiswa program S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

: Apakah pesan yang disampaikan oleh pihak manajemen KFC kepada karyawannya itu sama?

: Apakah pesan yang disampaikan oleh pihak manajemen KFC kepada karyawannya itu sama? esponden 1 Hari / tanggal : abu / 9 Oktober 2013 Identitas esponden Nama : Aji Wawancara : Sudah, hususnya saya sebagai karyawan KFC Suzuya Binjai mengusahakan sesama karyawan itu begitu saya memberikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 609 TAHUN 2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 609 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 609 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN KASUS KECELAKAAN KERJA DAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi dan Analisis Data Tes Pemecahan Masalah dan Wawancara Subjek dengan Gaya Kognitif Field Dependent 1. Deskripsi dan Analisis Data Tes Pemecahan Masalah dan Wawancara

Lebih terperinci

(karna bersepeda keliling komplek sampe 127 kali dari yang pagi pun menjadi sore)

(karna bersepeda keliling komplek sampe 127 kali dari yang pagi pun menjadi sore) Preeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeetttttttt!!! Seperti biasa alarm gue bunyi maksud bangunin gue dari mimpi gue barusan yang bertemakan pernikahan kuda Nill. Alarm sih bunyi tepat pukul 6 pagi. Tapi mohon maaf lahir

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 : PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN 1 : PEDOMAN WAWANCARA 77 AIA 1 : EDOA WAWACAA 1. Setelah divonis menderita stroke, bagaimanakah rutinitas Bapak/Ibu? 2. Bagaimana efektivitas program rehabilitasi medik terhadap kebugaran fisik Bapak/Ibu? 3. Bagaimana aktivitas

Lebih terperinci