BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan pembahasan yang telah dilakukan pada sembilan partisipan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan pembahasan yang telah dilakukan pada sembilan partisipan"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada sembilan partisipan selama kurang lebih satu bulan, dalam menjelaskan gambaran persepsi perawat mengenai perannya sebagai educator bagi pasien dan keluarga. Penyajian data hasil penelitian akan peneliti bagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama berisikan data demografi partisipan yang meliputi umur, jenis kelamin, suku, tempat tinggal, pendidikan terakhir, dan lama bekerja. Pada bagian kedua peneliti akan memaparkan hasil penelitian berupa hasil analisa tema yang mencakup deskripsi hasil wawancara mendalam semi terstruktur dan catatan lapangan yang peneliti susun berdasarkan tema-tema yang ditemukan tentang persepsi perawat mengenai perannya sebagai educator bagi pasien dan keluarga. Pada bagian ketiga peneliti akan mengulas hasil analisis data dalam konteks yang lebih luas. Hasil penelitian yang telah diperoleh akan peneliti bandingkan dengan teori-teori dan hasil penelitian sebelumnya, yang memiliki keterkaitan dengan 42

2 penelitian ini. Peneliti juga membahas keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian yang terkait dengan persepsi perawat mengenai perannya sebagai educator bagi pasien dan keluarga Karakteristik partisipan Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah perawat ruang rawat inap Kepodang dan ruang rawat inap Dahlia Bawah Rumah Sakit dr. Ario Wirawan Salatiga. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 9 perawat, 4 perawat dari ruang rawat inap Kepodang dan 5 perawat dari ruang rawat inap Dahlia Bawah. Adapun karakteristik partisipan adalah sebagai berikut : 43

3 Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan No Inisial Umur Jenis Suku Tempat Pendidikan Lama Kerja (Thn) Kelamin Tinggal Perawat P1 R 36 P Jawa Salatiga D III 11 Thn P2 Z 29 P Jawa Salatiga D III 5 Thn P3 Y 29 P Jawa Salatiga D III 6 Thn P4 H 35 L Jawa Salatiga S 1 10 Thn P5 P 24 P Jawa Magelang D III 2 Thn P6 H. J 34 L Jawa Salatiga D III 10 Thn P7 Y 28 L Jawa Salatiga D III 3 Thn P8 E 25 L Jawa Salatiga D III 1 Thn P9 S 38 L Jawa Salatiga D III 11 Thn Keterangan Tabel: No : Nomor P1,...,P9 : Partisipan 1 (satu) sampai dengan Partisan 9 (sembilan) P : Perempuan/Wanita L : Laki-laki D III : Diploma III (Tiga) S1 : Strata 1 (Satu) Thn : Tahun 44

4 Partisipan dalam penelitian ini, disarankan oleh masing-masing kepala ruangan baik itu ruang rawat inap Dahlia Bawah, maupun ruang rawat inap Kepodang. Semua perawat bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini sehingga mempermudah peneliti dalam proses pengambilan data. Selain itu, semua partisipan juga memiliki karakter ramah dan mudah bergaul sehingga meskipun peneliti adalah suku lain (Timor), namun peneliti dengan mudah dapat berinteraksi dengan para partisipan yang semuanya adalah suku Jawa Hasil Penelitian Hasil penelitian berupa hasil analisa tema yang mencakup deskripsi hasil wawancara mendalam semi terstruktur dan catatan lapangan yang peneliti susun berdasarkan tema-tema yang ditemukan tentang persepsi perawat mengenai perannya sebagai educator bagi pasien dan keluarga. Analisis tema yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini sesuai dengan langkah-langkah analisa menurut Colaizzi 1978 (Creswell, 2003). Langkah pertama dengan mengumpulkan data. Mengumpulkan 45

5 data dilakukan dengan metode wawancara secara indepth interview. Jumlah wawancara dengan partisipan adalah 2 kali, dimana awal pertemuan peneliti melakukan wawancara awal, dan pertemuan kedua peneliti kembali untuk melengkapi data yang belum lengkap. Selama wawancara, terdapat interupsi dengan kedatangan keluarga pasien sehingga ada beberapa partisipan yang meminta untuk dilanjutkan beberapa menit kemudian. Dalam menjawab pertanyaan, beberapa partisipan menjawab dengan volume suara kecil, sehingga peneliti harus meminta partisipan untuk berbicara dengan volume suara lebih keras. Semua pernyataan partisipan direkam dengan menggunakan handpone. Peneliti juga menggunakan catatan lapangan untuk menggambarkan situasi dan ekspresi partisipan saat peneliti melakukan wawancara. Setelah data dikumpulkan dalam rekaman, peneliti mendengarkan secara berulang-ulang kemudian membuat transkrip ke dalam bentuk data tertulis secara verbatim. Selanjutnya hasil transkrip dicari statement yang signifikan dengan memberi warna (bolt) pada kalimat yang bermakna yang berhubungan dengan 46

6 fenomena yang diteliti untuk mendapatkan makna serta gambaran tentang persepsi perawat mengenai perannya sebagai educator bagi pasien dan keluarga. Selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap statement yang signifikan tersebut, sehingga menghasilkan tema 1 (mengkategorikan). Hasil dari tema 1 kemudian dikelompokkan kemudian dianalisa untuk mendapatkan sub tema dari kelompok yang dikategorikan. Dari hasil penelitian ini terdapat 3 tema utama dan sub tema yang menjawab tujuan khusus terkait dengan persepsi perawat mengenai perannya sebagai educator bagi pasien dan keluarga. Tujuan umum dari penelitian ini adalah peneliti ingin memperoleh gambaran persepsi perawat mengenai perannya sebagai educator bagi pasien dan keluarga di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan-Salatiga, sehingga melangkah dari tujuan umum tersebut diawali tujuan khusus yang pertama, peneliti ingin memperoleh gambaran persepsi perawat tantang makna peran perawat educator bagi pasien dan keluarga. Persepsi perawat tentang makna peran educator mempengaruhi action/tindakan perawat dalam menjalankan peran educator bagi pasien dan keluarga. 47

7 Tujuan khusus kedua yang ingin diketahui oleh peneliti adalah bagaimana gambaran persepsi perawat tentang manfaat peran educator bagi pasien dan keluarga. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki perawat. Tujuan khusus ketiga adalah peneliti ingin memperoleh gambaran persepsi perawat terhadap pelaksanaan peran educator bagi pasien dan keluarga. Hal tersebut berhubungan dengan persiapan perawat ketika menjalankan peran educator, cara-cara yang dilakukan perawat dalam pemberian edukasi bagi pasien dan keluarga, respon pasien dan keluarga ketika perawat memberikan edukasi, hambatan dari pasien dan keluarga saat perawat memberikan edukasi, hambatan dari diri perawat dan teman sejawat ketika perawat memberikan edukasi bagi pasien dan keluarga, dan cara-cara yang dilakukan perawat dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut. 48

8 Tujuan Khusus 1: Memperoleh gambaran persepsi perawat tentang makna peran perawat educator bagi pasien dan keluarga Persepsi perawat mengenai perannya sebagai educator bagi pasien dan keluarga dalam ungkapan yang disampaikan partisipan adalah terdapatnya action atau tindakan perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga. Hal tersebut sesuai dengan tugas perawat educator yaitu memberikan pengetahuan pada pasien dan keluarga berupa pendidikan kesehatan dan informasi-informasi kesehatan yang berhubungan dengan proses perawatan pasien. Partisipan juga menjelaskan poin-poin yang disampaikan pada pasien dan keluarga adalah sebagai berikut: memberi pandangan tentang penyakit pasien, menjelaskan pencegahan penularan penyakit, menjelaskan cara minum obat, menjelaskan proses perawatan dirumah, menjelaskan jenis makanan yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi. Partisipan juga menyampaikan bahwa dalam melakukan setiap tugas, perawat berkolaborasi dengan 49

9 tim kesehatan lainnya dalam hal ini dokter, gizi, laboratorium, farmasi, radiologi dan rekam medik. Salah satu partipan mengatakan bahwa untuk melakukan peran educator sikap empati harus dimiliki perawat. Semua ungkapan partisipan tersebut tergambar dalam tabel berikut: Tabel Tema 1 Action perawat educator bagi pasien dan keluarga Kategori Sub Tema Tema Memberikan pendidikan kesehatan Memberikan informasi-informasi Tugas perawat educator kesehatan yang berhubungan dengan proses perawatan pasien Menjelaskan pencegahan penularan penyakit Menjelaskan cara minum obat Menjelaskan proses perawatan dirumah Menjelaskan jenis makanan yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi Menjelaskan tindakan perawatan yang diberikan pada pasien Empati Dokter, gizi, laboratorium, farmasi, radiologi, rekam medic Poin-poin yang disampaikan perawat kepada pasien dan keluarga Sikap perawat Kolaborasi tim kesehatan Action perawat educator bagi pasien dan keluarga Sub Tema 1.1 Tugas Perawat Educator Partisipan merupakan perawat yang 24 jam malakukan interaksi dengan pasien dan keluarga pasien. Perawat memiliki banyak peran dalam menjalani tugas mulianya. Salah satu 50

10 peran perawat adalah sebagai educator. Peran educator dapat tercapai dengan baik jika perawat memahami bagaimana menjalani tugas sebagai educator. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan adanya pemahaman partisipan mengenai tugas perawat educator, hal ini terlihat dari pernyataan partisipan tentang tugas peran educator yaitu memberikan pendidikan kesehatan dan memberikan informasi-informasi kesehatan yang berhubungan dengan proses perawatan pasien. Hal ini terlihat pada pernyataan seorang partisipan. Itu memberikan pendidikan kesehatan dan keluarga (P3) buat pasien Ya itu Dek, informasi-informasi kesehatan yang belum diketahui, ya yang misalnya sudah diketahui pun kita bisa menjelaskan lagi, kita ingatkan lagi ke pasien dan keluarga pasien untuk proses perawatan si pasien. (P2) Ungkapan diatas menggambarkan bahwa adanya pemahaman perawat tentang tugasnya sebagai educator bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu sudah selayaknya pasien dan keluarga mendapatkan hak atas informasi-informasi kesehatan yang berhubungan dengan kondisi pasien dalam proses perawatan di rumah sakit. Informasi-informasi kesehatan dapat berupa poin-poin khusus yang disampaikan perawat kepada pasien dan keluarga. 51

11 Sub Tema 1.2 Poin-poin yang disampaikan perawat kepada pasien dan keluarga pasien Poin-poin yang disampaikan perawat kepada pasien dan keluarga adalah perihal yang berhubungan dengan keadaan atau kondisi pasien, dalam hal proses penjelasan mengenai pencegahan terhadap penularan penyakit, cara minum obat, proses perawatan di rumah, jenis makanan yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi, dan tindakan perawatan yang diberikan pada pasien. Hal tersebut tergambar dalam ungkapan salah satu partisipan. Misalkan ada yang terkena penyakit menular ya kita memberi ceramah pada keluarga, apa yang harus diberikan di rumah, obat apa yang harus diminum, makan apa yang dilarang, makan apa yang diperbolehkan, juga tindakan-tindakan perawatan yang kita ngasih ke pasien (P4) Hal tersebut dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dan keluarga dalam proses perawatan di rumah sakit hingga pada saat pasien akan pulang ke rumah. Sub Tema 1.3 Sikap perawat Sikap empati merupakan salah satu sikap yang harus dimiliki perawat dalam menjalani setiap tugas dan peran perawat. Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu partisipan. 52

12 Saya menjalankan pekerjaan saya sesuai dengan sikap empati (P9) Sub Tema 1.4 Kolaborasi tim kesehatan Dokter, gizi, laboratorium, farmasi, radiologi, dan rekam medik adalah bagian dari petugas kesehatan yang sering berkolaborasi dengan perawat. Perawat memiliki peran mandiri dalam hal tindakan - tindakan keperawatan, namun perawat juga memiliki peran kolaboratif dalam artian perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya dalam menjalani setiap tugas dan perannya. Peneliti menemukan pernyataan partisipan yang menggambarkan adanya kolaborasi antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini diungkapkan oleh salah partisipan. Kebanyakan kita berkolaborasi dengan dokter, misalnya kita melakukan tindakan medis sesuai advis dokter (P5) Selain itu untuk menjelaskan cara minum obat, kapan pasien harus dikontrol, misalnya pada pasien TB, biasanya perawat berkolaborasi dengan farmasi dan tim khusus dalam menangani pasien TB yaitu tim DOTS (Directly Observed Treatment Short Course). Tergambar dalam ungkapan salah satu partisipan. 53

13 Disinikan kebanyakan TBC ya, nah untuk minum obatnya biasa itu sendiri, ada farmasi, ada tim DOTS sendiri dari klinik (P4) Untuk kolaborasi dengan gizi, perawat biasanya lebih sering menjelaskan tentang makanan yang boleh dikonsumsi pasien dan makanan yang tidak boleh dikonsumsi pasien. Misalnya pada pasien DM, biasanya tim gizi telah mengatur porsi makanan, jenis makanan yang harus dikonsumsi pasien. Hal tersebut terungkap dari salah satu partisipan. Itu kan sebenarnya kalau DM kan lebih ke pengaruh makannya ya kalau disinikan udah ada bagian tersendiri, ada dari gizinya yang tiap hari ngasih itu (P5) Tujuan Khusus 2: Memperoleh gambaran persepsi perawat tentang manfaat peran educator bagi pasien dan keluarga Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan adanya gambaran persepsi perawat tentang manfaat peran educator bagi pasien dan keluarga. Semua ungkapan partisipan dipengaruhi oleh pengetahuan masing-masing partisipan tentang manfaat peran perawat educator. Persepsi partisipan mengenai manfaat peran educator adalah untuk memberi pengetahuan pada pasien dan keluarga, mencegah pencetus kambuhnya penyakit pasien, momotivasi pasien untuk sembuh, 54

14 dan sebagai bekal bagi pasien dan keluarga untuk proses rehabilitasi pasien di rumah. Semua manfaat peran educator yang diungkapkan partisipan dipengaruhi oleh pemahaman partisipan mengenai peran perawat sebagai educator. Adanya feedback dari pasien dan keluarga juga merupakan harapan perawat setelah perawat memberikan pendidikan kesehatan. Pasien dan keluarga yang awalnya tidak tahu dan akhirnya menjadi tahu; serta adanya perubahan perilaku hidup sehat pada pasien juga keluarga. Semua ungkapan partisipan tertera pada kolom berikut: Tabel Tema 2 Pengetahuan Tentang Manfaat Peran Perawat Educator Kategori Sub Tema Tema Memberi pengetahuan kepada pasien dan keluarga Mencegah pencetus kekambuhan penyakit pasien Motivasi bagi pasien untuk kesembuhan Bekal bagi pasien dan keluarga untuk proses rehabilitasi pasien di rumah Pemahaman terhadap manfaat peran educator Pengetahuan tentang manfaat peran perawat educator Tidak tau menjadi tau Perubahan perilaku hidup sehat pada pasien dan keluarga. Feedback pasien dan keluarga 55

15 Sub Tema 2.1 Pemahaman terhadap manfaat peran educator Dari tabel diatas tergambar ungkapan partisipan terhadap pemahaman partisipan mengenai manfaat peran educator bagi pasien dan keluarga, salah satunya adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga. Hal ini terungkap dari salah satu partisipan. Ya itu, kita memberi pengetahuan buat pasien dan keluarga (P1) Beberapa partisipan mengatakan bahwa manfaat peran educator adalah untuk mencegah pencetus kekambuhan penyakit pasien. Manfaate misale salah satu ne bisa mencegah pencetusnya asma (P2) Manfaatnya biar pasien juga keluarga ngerti apa yang harus dilakukan untuk pencegahan mungkin biar cepet sembuh (P8) Salah satu partisipan mengatakan bahwa manfaat peran educator adalah sebagai motivasi bagi pasien untuk proses kesembuhan. Hal tersebut terungkap sebagai berikut: 56

16 Pasien merasa seneng, ia merasa termotivasi untuk sembuh (P9) Dari 9 partisipan, 1 partisipan mengatakan bahwa manfaat peran perawat educator adalah bekal bagi pasien dan keluarga untuk proses rehabilitasi pasien di rumah. Hal tersebut terungkap sebagai berikut: Ya otomatis untuk rehabilitasi dirinya, setelah pasien dari sini kan perlu persiapan lagi untuk di rumah (P5) Sub Tema 2.2 Feedback pasien dan keluarga Feedback dari pasien dan keluarga tidak terlepas dari adanya pengetahuan yang diberikan perawat kepada pasien dan juga keluarga. Pasien dan keluarga yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, serta adanya perubahan perilaku hidup sehat. Selain itu pasien dan keluarga lebih dapat berhati-hati dalam setiap tindakan baik itu pencegahan maupun pengobatan. Hal ini tergambar dalam ungkapan partisipan. Pasien yang gak tau jadi tau, misalnya pasien hepatitis, nah itu kan bisa jaga-jaga, pencegahan nularnya gimana dan lainnya (P3) Pasien atau keluarga menjadi tau, dari apa yang gak tau akhirnya tau ya (P6). Adanya perubahan perilaku pada pasien dan keluarga juga merupakan salah satu feedback setelah pasien dan keluarga 57

17 mendapatkan pengetahuan dari perawat. Hal ini terlihat pada pernyataan partisipan. Ya tujuannya agar lebih tau, dan ada perubahan perilaku sehat. Mungkin suaminya yang sakit, istrinya lebih hati-hati untuk mencegah kambuhnya sakit si suami. Misalnya hati-hati dalam hal makanan atau kesehariannya itu (P4) Dari ungkapan-ungkapan semua partisipan diatas terlihat gambaran mengenai pengetahuan partisipan terhadap pemahaman tentang manfaat peran educator bagi pasien dan keluarga. Partisipan juga mengharapkan adanya feedback dari pasien dan keluarga meskipun dalam proses tersebut tidak ada evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan pedoman atau standart tertentu. Hal tersebut tidak terlepas dari bagaimana persepsi perawat terhadap pelaksanaan peran educator bagi pasien dan keluarga, yang tergambar pada tujuan khusus 3. Tujuan Khusus 3: Memperoleh gambaran persepsi perawat mengenai pelaksanaan peran educator bagi pasien dan keluarga Hasil penelitian yang didapatkan peneliti adalah adanya ungkapan partisipan yang menyatakan bahwa adanya pelaksanaan peran educator bagi pasien dan keluarga. Hal ini tergambar dari adanya respon pasien dan keluarga ketika perawat menjalankan peran educator yaitu: pasien dan 58

18 keluarga merasa senang dan merasa diperhatikan, ada beberapa pasien yang awalnya menolak karena penyakitnya namun akhirnya dapat menerima, pasien dan keluarga dapat menerima informasi yang diberikan akan tetapi kadang pasien tidak mematuhi apa yang disarankan perawat. Pelaksanaan peran educator juga tergambar dari cara penyampaian pendidikan kesehatan dan atau informasi kesehatan yang diberikan perawat kepada pasien dan keluarga adalah secara spontan tanpa persiapan khusus misalnya saat melakukan injeksi atau perbeden, selain itu partisipan juga mengatakan bahwa perawat harus mengetahui terlebih dahulu jenis penyakit pasien sesuai diagnosa dokter, serta semua hasil pemeriksaan pasien yang berhubungan dengan hasil laboratorium pasien, ataupun hasil rontgen. Perawat juga menyampaikan informasi-informasi kesehatan saat pasien pertama kali masuk untuk rawat inap dan saat pasien akan kembali ke rumah. Hambatan dari pasien dan keluarga ketika perawat menjalani peran educator juga merupakan gambaran ketika perawat menjalani peran educator. Hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut: adanya sumber daya manusia dalam hal ini pasien dan keluarga dengan tingkat pendidikan 59

19 rendah. Jenjang pendidikan pasien dan keluarga hanya sebatas sekolah dasar (SD), bahkan ada juga yang tidak bersekolah. Selain itu adanya pemahaman yang berbeda-beda dari pasien dan keluarga serta adanya gangguan panca indera pada pasien lansia. Hambatan dari diri perawat dan teman sejawat juga menjadi tantangan bagi perawat sendiri dalam menjalani peran educator. Kurangnya pengalaman yang dimiliki perawat, kurangnya motivasi, kurangnya waktu untuk penyampaian penkes secara detail, kurangnya saling pengertian dari teman perawat. Selain itu, ada juga perawat yang merasa marah dan jengkel ketika telah menjelaskan secara berulang-ulang dan pasien tidak mematuhi. Perawat juga berusaha mengatasi kendala/hambatan dari pasien dan keluarga serta diri perawat sendiri dan teman sejawat dengan cara : tetap sabar dan ramah; menjelaskan informasi-informasi kesehatan kepada pasien dan keluarga secara rangkum dengan menggunakan kata-kata sederhana dan bahasa daerah (Jawa). Selain itu, perawat juga menjelaskan informasi-informasi kesehatan dengan melihat kondisi fisik pasien misalnya pada lansia dengan pendengaran yang telah berkurang, maka perawat akan menjelaskan kepada 60

20 keluarga. Perawat juga meminta bantuan dari teman perawat lain untuk membantu menjelaskan pada pasien dan keluarga ketika perawat tersebut sudah menjelaskan akan tetapi pasien dan keluarga tidak mengerti atau bahkan tidak mematuhi setiap apa yang telah disampaikan perawat. Semuanya tergambar pada tabel berikut: Tabel Tema 3 Pelaksanaan Peran Educator Kategori Sub Tema Tema Senang Respon pasien dan Merasa diperhatikan keluarga ketika Menolak karena penyakitnya Tidak mematuhi perawat menjalankan peran Pelaksanaan Peran educator Educator Spontan, tanpa persiapan khusus Penyampaian Dengan persiapan pendidikan kesehatan Dilakukan saat perdeb atau yang diberikan perawat injeksi kepada pasien dan Dilakukan saat pasien akan keluarga dilakukan pulang ke rumah secara spontan, dan Dilakukan saat pasien masuk atau disesuaikan Rumah Sakit dengan jenis penyakit pasien Tingkat pendidikan pasien dan Hambatan dari pasien keluarga yang rendah (SD, dan keluarga ketika bahkan tidak bersekolah) perawat menjalani Perbedaan pemahaman pada peran educator pasien dan keluarga Gangguan panca indera Kurangnya pengalaman yang dimiliki perawat Kurangnya motivasi Hambatan dari diri perawat dan teman Kurangnya waktu untuk sejawat penyampaian penkes secara detail Kurangnya saling pengertian dari teman perawat Marah dan jengkel 61

21 Sabar dan tetap ramah Menjelaskan secara rangkum Menggunakan kata-kata sederhana dan bahasa daerah (Jawa) Memperhatikan kondisi fisik pasien Meminta bantuan dari teman perawat lain untuk menjelaskan kepada pasien dan keluarga Perawat bersikap sabar, ramah, menggunakan bahasa daerah, memperhatikan kondisi fisik pasien, dan meminta bantuan rekan perawat dalam mengatasi kendala/hambatan dari pasien, keluarga dan orang lain Sub Tema 3.1 Respon pasien dan keluarga ketika perawat menjalankan peran educator Adanya respon yang berbeda-beda dari pasien dan keluarga ketika perawat menjalani peran educator tergambar dari ungkapan beberapa partisipan. Pasien dan keluarga merasa senang dan merasa diperhatikan. Hal ini tergambar dari pernyataan beberapa partisipan. Otomatis seneng, ya mereka merasa diperhatikan (P3) Pasien merasa seneng (P9) Selain itu ada juga respon lain dari pasien yaitu awalnya pasien menolak karena penyakit yang dialaminya akan tetapi setelah dirawat, akhirnya pasien dapat menerima kondisi yang dialaminya. Hal ini tergambar dalam ungkapan salah satu partisipan. 62

22 Justru kalau pasien menolak itu sebelum dia ahh, kadang sebelum mau pulang misalnya tau, saya kok sakit TBC gitu, tapi kalau mau pulang ya udah dia bisa nrima (P1) Pasien dan keluarga juga dapat menerima informasi yang diberikan, akan tetapi kadang pasien tidak mematuhi apa yang disarankan perawat. Seperti yang tergambar dalam ungkapan partisipan. Ya ada yang bisa menerima, ada juga yang gak nrima, denger sih mau Dek tapi masuk telinga kanan keluar telinga kiri (P2) Ya banyak yang bisa menangkap, tapi banyak yang kadang yang mungkin ya itu SDM nya beda-beda jadi terkadang oh ge, oh ternyata saat dirawat gak sesuai dengan yang kita katakan. (P5) Sub Tema 3.2 Penyampaian pendidikan kesehatan yang diberikan perawat kepada pasien dan keluarga dilakukan secara spontan, dan atau disesuaikan dengan jenis penyakit pasien Partisipan menyatakan bahwa penyampaian penkes atau informasi-informasi kesehatan dilakukan adalah secara spontan tanpa harus melakukan persiapan khusus seperti pada pemberian penkes secara formal. Hal ini terungkap pada pernyataan partisipan. 63

23 Tidak ada persiapan khusus Dek, itu sudah aktifitas sehari-hari Dek jadinya spontan tanpa persiapan, kalau mau ngasih penkes di PKK atau kalau mau bimbing kaya gini ya harus ya Dek. (P1) Tanpa persiapan, biasanya spontan Dek (P3) Partisipan juga memberikan penkes atau informasi-informasi kesehatan saat melakukan tindakan perawatan medis misalnya saat injeksi atau perbeden. Hal ini tergambar pada pernyataan partisipan. Saat pagi-pagi perbed atau saat nyuntik, gak pake leaflet atau brosur Dek. biasanya langsung aja misale pasien DM itu makannya gimana, kita ingatin aja (P2) Selain itu partisipan mengatakan bahwa sebagai perawat harus melakukan persiapan dengan mengetahui terlebih dahulu jenis penyakit pasien sesuai diagnosa dokter, hasil pemeriksaan laboratorium pasien, ataupun hasil rontgen. Hal ini terungkap pada pernyataan partisipan. Ya kan biasanya kita tau dari hasil-hasil itu laborat, rontgen. Kita perlu persiapannya itu, ya kalau kita tau langsung ngomong biasa, kalau belum ada hasilnya ya kita juga gak brani (P4) Setelah kita tau jenis penyakit pasien terlebih dahulu dari diagnosa dokter (P8) 64

24 Partisipan juga menyampaikan informasi-informasi kesehatan yang berhubungan dengan kondisi pasien saat awal pasien dirawat dan saat pasien akan pulang ke rumah. Hal ini tergambar dalam ungkapan partisipan. Kalau pertama pasien masuk kan kita harus jelaskan pada pasien dan keluarga apa yang harus dilakukan, itu otomatis, atau saat pasien mau pulang. (P5) Sub Tema 3.3 Hambatan dari pasien dan keluarga ketika perawat menjalani peran educator Partisipan menyatakan bahwa hambatan yang dialami ketika partisipan menjalani peran educator adalah terdapatnya sumber daya manusia (pasien dan keluarga) dengan tingkat pendidikan rendah. Tingkat pendidikan pasien dan keluarga hanya sebatas SD bahkan ada juga yang tidak tidak bersekolah, serta adanya perbedaan pemahaman antara pasien dan keluarga. Hal ini tergambar dalam pernyataan partisipan : Kendalanya ya mungkin dari latar belakang pasien dan keluarganya kalau disini rata-rata pasien jamkesmas itu mungkin berpengaruh dengan tingkat pendidikannya, pendidikannya rendah, atau bahkan SD saja gak lulus, bahkan gak sekolah juga ada, otomatis kalau diberi pengetahuan atau penkes itu ne mau menerima lumayan sulit, dan mungkin sering ngeyel untuk apa yang kita sampaikan itu. (P6) Tingkat pemahamannya Dek, ada yang dijelaskan gak mudeng-mudeng Dek, malah hambatane ke pasien dan 65

25 keluarga. Dulu pernah di bawah itu si pasien yang tua gak mudeng yang muda malah gini, gini mbak, gini mas ya juga ada, hehehhe (P2) Selain itu, gangguan panca indera juga merupakan hambatan dari pasien ketika perawat memberikan penkes atau informasiinformasi kesehatan yang berhubungan dengan kondisi pasien. Hal ini diungkapkan oleh salah satu partisipan : Misalne pada lansia kan kadang pendengaranne udah gak bagus terus ada yang gak mudeng juga (P2) Sub Tema 3.4 Hambatan dari diri perawat dan teman sejawat Hambatan dari diri perawat dan teman sejawat juga menjadi tantangan bagi perawat dalam menjalani peran educator. Kurangnya pengalaman yang dimiliki perawat menjadi salah satu kendala bagi perawat sendiri dalam menyampaikan informasi-informasi kesehatan kepada pasien dan keluarga. Akan tetapi ini hanya dialami perawat saat awal melakukan pekerjaan di Rumah Sakit, setelah itu perawat sudah mampu beradaptasi dengan pekerjaannya. Hal ini tergambar dalam ungkapan partisipan : 66

26 Hmmm pernah ngalamin dulu waktu pertama kali kerja, mungkin karena pengalaman kurang ya pernah, tapi skarang yo gak lagi, udah biasa (P7) Kurangnya motivasi dan kurangnya waktu untuk penyampaian penkes secara detail juga merupakan salah satu hambatan bagi partisipan ketika memberikan penkes atau informasi-informasi kesehatan kepada pasien dan keluarga. Hal ini terungkap pada pernyataan pertisipan : Mungkin kurang motivasi diri sendiri ya, tergantung pribadi lagi (P5) tapi itu Kurangnya waktu ya, tapi kadang sambil perbed ya kita ngasih. Soalnya seharusnya itu kan khusus misalnya pasien TB. Nah untuk penyuluhan pasien TB mau pulang itu harusnya dari pihak DOTS (P1) Terus terang kalau disini memberikan penkes secara langsung atau khusus itu sangat kurang ya karena dengan jumlah pasien yang banyak jadi gak mungkin memberikan penkes secara detail, jadi saat kita berhadapan dengan pasien saat tindakan medis ya kita sambil memberikan penkes pada pasien tapi itu tidak detail. (P6) Pasien yang banyak, kerja yang lebih, kita tidak memperhatikan detail satu persatu karena banyaknya pekerjaaan, gitu (P9) Selain itu, P9 juga menyatakan bahwa kurangnya saling pengertian dari teman perawat, juga merupakan tantangan 67

27 tersendiri bagi pertisipan. Hal ini tergambar pada pernyataan partisipan : Adanya rasa tidak peduli dengan pekerjaan lain yang tidak terselesaikan Contoh ya, kalo misale ada orang, misale saya sebagai wakil kepala ya, nah kan misale kan saya ingin menjelaskan ke pasien atau keluarga sambil perbed yo, tapi yang lainnya itu, ih kok antang ya malah ngomong to, taunya dia cuman ngobrol biasa aja, padahal itu satu tindakan penkes. (P9) Partisipan juga menyatakan bahwa kadang merasa marah dan jengkel ketika telah menjelaskan secara berulang-ulang dan pasien tidak mematuhi. Hal tersebut terungkap pada pernyataan partisipan : Yo manusia juga punya batas kesabaran kadang yo kita merasa marah dan jengkel karena sudah dikasih tau malah gak patuh (P4). Sub Tema 3.5 Perawat bersikap sabar, ramah, menggunakan bahasa daerah, memperhatikan kondisi fisik pasien, dan meminta bantuan rekan perawat dalam mengatasi kendala/hambatan dari pasien dan keluarga, serta teman sejawat Dalam menghadapi berbagai kendala baik yang datang dari pasien, keluarga, juga teman sejawat tidak menjadi halangan untuk perawat menjalani peran sebagai educator dalam hal 68

28 menyampaikan penkes dan informasi-informasi kesehatan. Adapun cara mengatasi berbagai kendala yang dihadapi partisipan adalah dengan memiliki sikap sabar dan tetap ramah. Hal ini tergambar pada pernyataan partisipan : Ya tetep jelaskan, tetep sabar (P1) Yang penting gimana cara kita bicara, terus kan perawat dituntut untuk ramah ya (P3) Partisipan juga mengatakan bahwa tetap berusaha menjelaskan informasi-informasi kesehatan secara rangkum dengan menggunakan kata-kata sederhana dan menggunakan bahasa daerah (Jawa). Hal ini tergambar pada ungkapan partisipan : Ya kita nyampaikan sesederhana mungkin, kita bisa mengetahui mungkin tingkat kepahamannya, jadi kita tidak menyampaikan informasi tersebut sesuai dengan teoritis githu ya, tapi sederhana, dengan menggunakan bahasa daerah (P6) Selain itu, partisipan juga menjelaskan informasi-informasi kesehatan dengan melihat kondisi fisik pasien misalnya pada lansia dengan pendengaran yang telah berkurang, maka perawat akan menjelaskan kepada keluarga. 69

29 Maksudnya jelaskannya pelan-pelan kadang kan pendengarannya kurang bagus, jelaskan ke pasien gak mudeng-mudeng yo kita ngasih tau pelan-pelang atau ngasih tau ke keluarga misale gula darahnya tinggi yo kita kasih tau gulanya dikurangi, makanan yang dimakan dari sini saja jangan dari luar (P4) Partisipan juga meminta bantuan dari teman perawat lain untuk membantu menjelaskan pada pasien dan keluarga ketika partisipan sudah menjelaskan akan tetapi pasien dan keluarga tidak mengerti atau bahkan tidak mematuhi setiap apa yang telah disampaikan. Hal ini tergambar dalam ungkapan partisipan. Biasanya yo manggil temen trus ngomong barengbareng (P7) Dari ungkapan partisipan diatas, menggambarkan bahwa dalam menjalani setiap tugas dan peran perawat educator, meskipun banyak kendala atau hambatan yang dialami, namun perawat tetap berusaha mencari jalan keluar dengan meminta bantuan bantuan dari orang atau teman sejawat, tanpa harus bekerja sendiri. 70

30 4.3. Pembahasan Pada bagian ini peneliti akan membahas hasil penelitian yang telah diperoleh dan membandingkan dengan teoriteori yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Peneliti juga membahas keterbatasan penelitian yang terkait dengan persepsi perawat mengenai perannya sebagai educator bagi pasien dan keluarga. A. Interpretasi Hasil Penelitian 1. Action perawat educator bagi pasien dan keluarga Berdasarkan hasil penelitian terhadap sembilan partisipan, didapatkan empat sub tema yang terkait dengan action perawat educator bagi pasien dan keluarga, yaitu tugas perawat educator, poin-poin yang disampaikan perawat kepada pasien dan keluarga, sikap perawat dan kolaborasi tim kesehatan. Peneliti mendapatkan bahwa setiap sub tema yang ada, dipengaruhi oleh beragam persepsi dari semua partisipan. Semua partisipan memahami makna tugas perawat educator yang digambarkan dengan perawat memberikan pengetahuan pada pasien dan keluarga berupa pendidikan kesehatan dan informasi-informasi kesehatan yang berhubungan dengan keadaan pasien dan proses perawatan pasien. Hal 71

31 tersebut tergambar dalam pernyataan partisipan pada sub tema 1.1 mengenai tugas perawat educator. Menurut Doheny (1982) tugas perawat educator atau sebagai pendidik bagi pasien dan keluarga adalah memberi dan meningkatkan pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan keperawatan yang diberikan. Hal ini sesuai dengan ungkapan partisipan mengenai tugas perawat educator. P1 mengatakan bahwa tugas perawat educator adalah memberi pengetahuan kepada pasien dan keluarga, sedangkan P3 dan P5 menyatakan bahwa tugas perawat educator memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga. P2 lebih menjelaskan tentang informasi-informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien juga keluarga, yang berhubungan dengan proses perawatan pasien. Sedangkan P4 lebih menjelaskan poinpoin yang disampaikan perawat pada pasien dan keluarga. Poin-poin tersebut adalah pencegahan kekambuhan penyakit dan proses tindakan perawatan yang diberikan kepada pasien. Penjelasan mengenai gejala penyakit dan tindakan keperawatan yang diberikan menurut Doheny merupakan poin-poin penting yang diberikan perawat kepada pasien 72

32 dan keluarga. Selain itu menurut hasil Lokakarya Keperawatan Nasional 1983 menyatakan bahwa poin yang disampaikan perawat adalah untuk pencegahan penyakit, pemulihan dari penyakit, serta memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan. (P4) juga menjelaskan poin-poin yang disampaikan pada pasien dan keluarga adalah sebagai berikut: memberi pandangan tentang penyakit pasien, menjelaskan pencegahan penularan penyakit, menjelaskan cara minum obat, menjelaskan proses perawatan dirumah, menjelaskan jenis makanan yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi. Hal tersebut merupakan upaya tindakan yang dilakukan perawat untuk proses pencegahan kekambuhan penyakit, bahkan untuk proses pemulihan dan perawatan yang dilakukan kepada pasien. Sikap empati merupakan salah satu sikap yang harus dimiliki perawat dalam menjalani setiap tindakan keperawatan. Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu partisipan (P9). Ini sangat menarik, karena menurut Eko Prasetyo (2004), empati adalah sikap profesional yang harus dimiliki perawat saat melakukan setiap tindakan perawatan. Sikap empati yang dimiliki perawat akan 73

33 memberi kenyamanan dan ketenangan tersendiri bagi keluarga juga pasien saat menjalani perawatan. Dalam melakukan setiap tugas dan peran sebagai seorang perawat, perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan pada pasien. (Potter & Perry, 2005). Pada penelitian ini, partisipan (P5) juga menyampaikan bahwa dalam melakukan setiap tindakan perawatan, perawat kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya misalnya dokter. Hal tersebut menggambarkan bahwa perawat memahami kewajibannya dalam berkolaborasi dengan tim tenaga medis, atau tenaga kesehatan lainnya yang terkait dalam pemberian pelayanan kesehatan dan keperawatan pada pasien juga keluarga. Partisipan (P4) juga menjelaskan mengenai kolaborasi perawat dengan tim DOTS atau tim khusus yang menangani penyakit TBC. Selain itu perawat juga berkolaborasi dengan gizi dalam hal diit pasien, perawat berkolaborasi dengan farmasi dalam hal pemberian obat. Semua yang diungkapkan partisipan berhubungan dengan teori menurut Potter & Perry (2005). 74

34 2. Pengetahuan terhadap manfaat peran educator Pengetahuan tentang manfaat peran educator bagi pasien dan keluarga dari 9 partisipan diketahui tentang pemahaman terhadap manfaat peran educator serta feedback pasien dan keluarga. Sub tema tersebut peneliti temukan karena adanya beragam persepsi partisipan mengenai manfaat peran educator. Pada pemahaman tentang manfaat peran educator, perawat mengetahui tentang memberi pengetahuan kepada pasien dan keluarga hal ini diungkapkan oleh P1, sedangkan empat partisipan (P2, P3, P4, P8) mengatakan bahwa manfaat peran educator adalah untuk mencegah pencetus kekambuhan penyakit pasien, satu partisipan (P9) mengatakan bahwa sebagai motivasi bagi pasien untuk kesembuhan, satu partisipan (P5) mengatakan bahwa sebagai bekal bagi pasien dan keluarga untuk proses rehabilitasi pasien di rumah. Menurut Smitt (1889); Bell (1986) (Bastable, 2002), manfaat peran educator adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga, khususnya adalah suatu proses membantu orang mempelajari perilaku yang ada kaitannya dengan kesehatan sehingga ia (pasien dan keluarga) dapat menerapkannya dalam kehidupan seharihari untuk mencapai kesehatan yang optimum dan 75

35 kemandirian dalam perawatan diri. Teori tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh P1 bahwa manfaat peran educator adalah untuk memberi pengetahuan berupa penkes pada pasien dan keluarga, meskipun dalam penjelasannya, P1 tidak menjelaskan secara detail menurut teori Bastable. Selain itu, Bastable juga menyatakan bahwa 80% semua kebutuhan kesehatan akan ditanggung oleh pasien di rumah. Hal ini berhubungan dengan pernyataan P5 yang menyatakan bahwa manfaat peran educator adalah sebagai bekal bagi rehabilitasi pasien di rumah. Pernyataan P9 bahwa manfaat peran educator adalah sebagai motivasi bagi kesembuhan pasien tidak sesuai dengan teori menurut Bastable. Namun hal ini sangat menarik, karena secara langsung partisipan berperan dalam memberikan motivasi untuk proses kesembuhan pasien. Partisipan menyadari bahwa support dari orang lain sangat penting untuk kesembuhan pasien. Partisipan satu, enam dan tujuh juga menjelaskan bahwa manfaat peran educator adalah untuk penambahan pengetahuan bagi pasien dan keluarga. Baik itu mengenai pencegahan penularan penyakit, juga adanya perubahan perilaku hidup sehat pada pasien juga keluarga. Hal 76

36 tersebut berhubungan dengan feedback pasien dan keluarga, yang merupakan harapan perawat setelah perawat memberikan pendidikan kesehatan. Pasien dan keluarga yang awalnya tidak tahu dan akhirnya menjadi tahu, serta diharapkan adanya perubahan perilaku hidup sehat pada pasien juga keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan peran perawat menurut Potter (2005) bahwa manfaat peran educator ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Selain itu, menurut Suliha (2002), manfaat pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku individu, maupun kelompok menuju hal-hal positif secara terencana melalui proses belajar. Pernyataan semua partisipan diatas sesuai dengan teori menurut Potter dan Suliha. 3. Pelaksanaan Peran Educator Pelaksanaan peran educator dari 9 partisipan diketahui tentang respon pasien dan keluarga, cara penyampaian penkes dan atau informasi-informasi kesehatan yang dilakukan perawat, hambatan dari pasien dan keluarga 77

37 ketika perawat menjalani peran educator, hambatan dari diri perawat dan teman sejawat, serta perawat bersikap sabar, ramah, menggunakan bahasa daerah, memperhatikan kondisi fisik pasien, dan meminta bantuan rekan perawat dalam mengatasi hambatan dari pasien dan keluarga, serta teman sejawat. Respon pasien dan keluarga ketika perawat menjalankan peran educator yaitu pasien dan keluarga merasa senang dan merasa diperhatikan, ada beberapa pasien yang awalnya menolak karena penyakitnya namun akhirnya dapat menerima, pasien dan keluarga dapat menerima informasi yang diberikan akan tetapi kadang pasien tidak mematuhi apa yang disarankan perawat. Hal tersebut sesuai dengan salah satu penelitian yang dilakukan di negara USA oleh Zam A. dan Keung (2004), mereka mengatakan bahwa respon pasien saat menerima edukasi dan informasi-informasi kesehatan saat perawataan adalah beragam. Ada pasien yang akan merasa senang dan merasa nyaman, selain itu informasi tersebut akan mengatasi kecemasan pasien saat menjalani perawatan. Ada pasien yang setelah menerima informasi mengenai kondisinya atau penyakit yang dialaminya pasien 78

38 tersebut awalnya akan marah (anger) dan menolak namun akhirnya akan menerima keadaannya, dengan adanya dukungan dari berbagai pihak. Selain itu, ada pasien yang tidak patuh dengan saran yang diberikan perawat untuk dilakukan. Hal tersebut dipengaruhi oleh motivasi dan perilaku pasien. Semua ungkapan partisipan yang sesuai dengan pernyataan Zam A. dan Keung tergambar pada sub tema 3.1 mengenai respon pasien dan keluarga ketika perawat menjalankan peran educator. P4 & P8 mengatakan bahwa pasien dan keluarga merasa senang dan memperhatikan karena mendapatkan informasi. Sedangkan P6 & P7 mengatakan bahwa respon pasien dan keluarga bermacam-macam. Banyak yang menerima, banyak juga yang menolak, menolak dalam artian bahwa tidak mematuhi apa yang seharusnya dilakukan. Pelaksanaan peran educator juga tergambar dari cara penyampaian penkes atau informasi-informasi kesehatan yang dilakukan perawat adalah secara spontan tanpa persiapan khusus misalnya saat melakukan injeksi atau perbeden, selain itu perawat harus melakukan persiapan dengan mengetahui terlebih dahulu jenis penyakit pasien sesuai diagnosa dokter, hasil laboratorium pasien, ataupun 79

39 hasil rontgen. Perawat juga menyampaikan informasiinformasi kesehatan saat pasien pertama kali masuk untuk rawat inap dan saat pasien akan kembali ke rumah. Ungkapan-ungkapan partisipan dapat dilihat pada sub tema 3.2 mengenai cara penyampaian penkes dan atau informasi-informasi Kesehatan yang dilakukan perawat. Menurut hasil penelitian di Amerika, Health Health Service Medical Corporation Inc (Bastable. 2002) yang menyatakan bahwa hanya seperlima dari 1500 perawat yang melakukan persiapan dalam memberikan pendidikan kesehatan dan secara keseluruhan hasilnya tidak memuaskan. Persiapan sebelum memberikan pendidikan kesehatan sangat membantu kelancaran kerja perawat (Bastable. 2002). Hal ini sesuai dengan pengalaman salah seorang partisipan (P4), dia mengatakan bahwa sebelum memberi informasi pada pasien, dia harus mengetahui terlebih dahulu hasil laboratorium, dan informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan keadaan pasien. Selain itu, perawat secara spontan memberikan penkes saat injeksi atau perbeden dikarenakan oleh kurangnya waktu, dan banyaknya tugas perawat hal ini tidak dengan teori menurut Bastable (2002). Untuk ketiga partisipan (P6, P7, 80

40 & P9) memberikan pernyataan yang berbeda-beda. P6 menjawab pertanyaan namun tidak sesuai dengan pertanyaan peneliti, dan tidak sesuai dengan teori Bastable. P7 menyatakan bahwa cara penyampaian penkes biasanya langsung pada tindakan perawatan sesuai dengan kondisi pasien misalnya pasien sesak napas, partisipan langsung malakukan tindakan posisi tirah baring dengan kepala yang lebih tinggi, dan pemberian O2. P8 menyatakan bahwa cara penyampaian penkes secara khusus sesuai perencanaan tidak ada sama sekali, namun semuanya didasarkan pada rasa simpati dan empati. Ungkapan P7 dan P8 juga tidak sesuai dengan teori menurut Bastable. Akan tetapi hal ini menarik karena adanya pemahaman kreatif yang diungkapkan oleh partisipan. Hambatan dari pasien dan keluarga ketika perawat menjalani peran educator juga merupakan gambaran ketika perawat menjalani peran educator dimana adanya sumber daya manusia dalam hal ini pasien dan keluarga dengan tingkat pendidikan yang rendah. Pasien dan keluarga hanya menamatkan sekolah dasar (SD) bahkan ada yang tidak bersekolah. Hal ini terungkap pada pernyataanpernyataan partisipan dalam sub tema 3.3 mengenai 81

41 hambatan dari pasien dan keluarga ketika perawat menjalani peran educator. Menurut Bastable (2002), tingkat pendidikan yang rendah pada pasien dan keluarga merupakan beberapa alasan yang menurunkan motivasi dan menghambat proses pembelajaran. Hal ini secara otomatis menjadi rintangan yang menghambat kemampuan pasien dan keluarga untuk memperoleh informasi-informasi penting yang patut diperoleh. Terdapat dua partisipan (P3 & P4) yang menyatakan bahwa menurut pribadi mereka tidak ada hambatan dari pasien dan keluarga Hal ini sangat tidak sesuai dengan teori Bastable (2002) yang menjelaskan berbagai hambatan pendidikan kesehatan dari pasien dan keluarga. P1 menyatakan bahwa ada hambatan dari pihak keluarga saja, dimana keluarga berulangkali bertanya pada perawat meskipun perawat sudah menjelaskan sebelumnya. Berbeda dengan P5, partisipan ini menjawab pertanyaan peneliti dengan membandingkan ruangan jaga perawat dengan ruangan jaga perawat lain, dimana partisipan tersebut melihat tingkat pendidikan dan ekonomi pasien yang tinggi di ruangan kelas I, II atau VIP, penerimaan edukasinya akan lebih mudah, sedangkan pasien di bangsal dengan tingkat pendidikan dan ekonomi 82

42 rendah akan lebih sulit dalam penerimaan edukasi dari perawat. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori menurut Bastable (2002), akan tetapi ini menarik, karena partisipan mengungkapkan pemahamannya berdasarkan pengalaman yang dialaminya. P7 menyatakan bahwa saat menjelaskan pada pasien dan pasien tidak juga mengerti, hal tersebut mungkin berhubungan dengan kondisi fisik pasien (lansia) dengan pendengaran berkurang, maka perawat akan menjelaskan pada keluarga. Hal ini sesuai dengan teori menurut Bastable (2002) yang mengatakan bahwa salah satu hambatan dari pasien adalah menurunnya fungsi tubuh (panca indra). P8 menyatakan bahwa ada hambatan namun sebagai perawat harus sabar dan tetap belajar. Hal tersebut menggambarkan bahwa adanya kesadaran dari perawat sendiri mengenai hambatan yang dialami dan pemahaman perawat mengenai menyikapi hambatan tersebut dengan sikap sabar dan tetap belajar. Sedangkan P9 menyatakan bahwa dengan jumlah pasien yang sangat banyak, dan beban pekerjaan yang lebih membuat perawat tidak memperhatikan detail pasien satu persatu. Hal ini sesuai dengan teori (Bastable, 2002) yang menyatakan hambatan dari perawat antara lain perawat tidak siap 83

43 memberikan pendidikan kesehatan. Ketidaksiapan ini dapat diakibatkan karena keterbatasan waktu. Hambatan dari diri perawat dan teman sejawat juga menjadi tantangan bagi perawat sendiri dalam menjalani peran educator. Kurangnya pengalaman yang dimiliki perawat, kurangnya motivasi, kurangnya waktu untuk penyampaian penkes secara detail, kurangnya saling pengertian dari teman perawat. Selain itu, ada juga perawat yang merasa marah dan jengkel ketika telah menjelaskan secara berulang-ulang dan pasien tidak mematuhi. Semua pernyataan tersebut terdapat dalam ungkapan-ungkapan partisipan pada sub tema 3.4 mengenai hambatan dari diri perawat dan teman sejawat juga menjadi tantangan bagi perawat sendiri dalam menjalani peran educator. Menurut Bastable (2002) motivasi untuk menjalankan peran educator merupakan faktor utama untuk menentukan keberhasilan upaya mendidik. pengajaran yang dilakukan perawat kadang merupakan prioritas yang rendah karena sifat asuhan keperawatan yang berorientasi pada tugas sebagai care giver. Hal inilah yang menyebabkan kurangnya motivasi perawat dalam menjalankan peran educator. Kurangnya waktu untuk memberi edukasi 84

44 merupakan faktor utama yang selalu ada. Pasien yang sangat parah hanya dirawat dalam waktu singkat; jadwal dan tanggungjawab perawat sangat menuntut; Akan tetapi perawat harus tau cara penggunaan pendekatan yang singkat, efisien dan tepat guna untuk pendidikan pasien dan staff dengan memakai metode dan peralatan instruksional saat pemulangan. Bastable (2002) menjelaskan mengenai hambatan yang sering dialami perawat saat menjalankan peran educator namun, perawat juga harus mengerti cara mengatasi hambatan tersebut. Dalam pernyataan beberapa partisipan, mereka menyatakan bahwa untuk mengatasi kondisi waktu yang singkat maka penkes dilakukan secara spontan. Hal ini tidak sesuai dengan teori menurut Bastable. Selain itu Bastable menyatakan bahwa karakter pribadi perawat pendidik memainkan peran penting dalam menentukan interaksi dan hasil pemberian penkes. karakter sabar dan saling pengertian antara tenaga kesehatan dan pasien, serta jalur komunikasi harus diperkuat diantara berbagai jenis pemberi perawatan kesehatan. Hal-hal inilah yang sering dilupakan perawat, sehingga sering terjadi misscomunication dan emosi yang timbul dari perawat 85

45 sendiri. Hal-hal yang diungkapkan partisipan penelitian sangat berkaitan erat dengan yang pernyataan-pernyataan Bastable. Dua partisipan penelitian (P2 & P8) tidak menjelaskan secara detail masalah berupa kendala yang dialami, mereka hanya menyatakan bahwa tidak ada hambatan, karena selama ini, mereka meminta bantuan pada teman perawat lainnya ketika ada masalah. Hal ini tidak sesuai dengan teori Bastable, yang mengatakan bahwa ada kendala dari perawat sendiri dan teman sejawat saat perawat menjalani peran educator. Perawat juga berusaha mengatasi kendala/hambatan dari pasien dan keluarga serta diri perawat sendiri dan orang lain dengan cara memiliki sikap sabar, tetap ramah (P2) menjelaskan informasi-informasi kesehatan secara rangkum dengan menggunakan kata-kata sederhana dan bahasa daerah/jawa (P6), tetap memperhatikan kondisi fisik pasien. Perawat juga meminta bantuan dari teman perawat lain untuk membantu menjelaskan pada pasien dan keluarga ketika perawat tersebut sudah menjelaskan akan tetapi pasien dan keluarga tidak mengerti atau bahkan tidak mematuhi setiap apa yang telah disampaikan perawat (P7). Hal ini sesuai dengan pernyataan-pernyataan 86

46 partisipan pada sub. tema 3.5 mengenai cara mengatasi kendala/hambatan dari pasien dan keluarga serta diri perawat sendiri dan orang lain. Perawat memiliki inisiatif untuk mengatasi setiap hambatan yang ada dengan cara perawat sendiri. Perawat bersikap sabar dan tetap ramah, hal ini menggambarkan bahwa adanya kesadaran dari perawat sendiri mengenai hambatan yang dialami dan pemahaman perawat mengenai menyikapi hambatan/kendala tersebut. Menurut Bastable (2002) komunikasi merupakan hal penting bagi seorang perawat, semuanya akan mempengaruhi kualitas pendidikan kesehatan yang diberikan oleh seorang perawat kepada pasien dan keluarga. Partisipan mengatakan bahwa dalam mengatasi kendala dari pasien dan keluarga dengan tingkat pendidikan rendah maka perawat akan menjelaskan informasi-informasi kesehatan secara rangkum dengan menggunakan kata-kata sederhana dan bahasa daerah/jawa. Perawat dalam memberikan penkes dan atau informasi kesehatan harus memperhatikan kondisi pasien dan 87

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA 99 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA Judul Penelitian : Persepsi Perawat Mengenai Perannya Sebagai Educator Bagi Pasien

Lebih terperinci

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang simpulan. yang menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan,

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang simpulan. yang menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan, BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang simpulan yang menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan, kemudian akan disampaikan saran praktisi yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tenaga kesehatan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam pencapaian keoptimalan derajat kesehatan. Salah satu tenaga kesehatan yang jumlahnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Gambar 4.1.1 Peta letak demografi RS Paru dr Ario Wirawan Salatiga Kondisi geografis daerah Ngawen Salatiga

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 99 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Hasil penelitian mengungkapkan bahwa partisipan memahami discharge planning sebagai sarana untuk memberikan informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian yaitu tipe penelitian, partisipan penelitian/sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1 (Rekapan Jawaban Kuesioner dari Pasien Penderita TBC)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1 (Rekapan Jawaban Kuesioner dari Pasien Penderita TBC) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Rekapan Jawaban Pertanyaan 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Tabel 1 (Rekapan Jawaban Kuesioner dari Pasien Penderita TBC) A 14 2 15 4 13 5 12 4 14 12 B 2 1 1 10 1 10 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut pendapat Rachmadi, Waluyo (2010) menjelaskan bahwa rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan, yang dilayani oleh dokter, perawat dan tenaga ahli

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum RSUD Kota Salatiga Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga (RSUD) terletak di wilayah Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang yang berdiri sejak 1930 merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga terletak di jalan Hasanuddin No. 806, Kelurahan

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORITIS. peraturan perundang-undangan yang berlaku.

TINJAUAN TEORITIS. peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Peran dan Fungsi Perawat Dalam dunia keperawatan modern respons manusia sebagai pengalaman dan respon orang terhadap sehat dan sakit juga merupakan suatu fenomena perhatian

Lebih terperinci

I. Daftar pertanyaan untuk Informan Staf bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan a. Identitas Informan

I. Daftar pertanyaan untuk Informan Staf bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan a. Identitas Informan LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( IN DEPTH INTERVIEW ) ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DOTS PLUS PADA PROGRAM PENANGGULANGAN TB MDR DI PUSKESMAS TELADAN TAHUN 06 I. Daftar pertanyaan untuk Staf bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu ikatan resmi antara laki-laki dan perempuan secara sah di mata hukum. Bagi setiap pasangan yang telah menikah, memiliki keturunan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK INFORMAN

KARAKTERISTIK INFORMAN KARAKTERISTIK INFORMAN Komunikasi Efektif Dokter dan Pasien Dalam Upaya Keselamatan Pasien (patient Safety) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan Petunjuk Pengisian : Istilah pertanyaan dibawah ini

Lebih terperinci

: Permohonan Wawancara. Cirebon, Juli Kepada Yth. Bapak/Ibu

: Permohonan Wawancara. Cirebon, Juli Kepada Yth. Bapak/Ibu Permohonan Wawancara Cirebon, Juli 2010 Hal : Permohonan Wawancara Kepada Yth. Bapak/Ibu Dengan hormat, Dalam rangka penulisan Karya Tulis Ilmiah Program Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) adalah suatu proses yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) adalah suatu proses yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) adalah suatu proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan kendali (control) atas kesehatannya, dan meningkatkan

Lebih terperinci

PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN LAMPIRAN 95 Lampiran 1 PENJELAAN PENELITIAN UNTUK BERPARTIIPAI EBAGAI REPONDEN PENELITIAN Judul Penelitian : Gambaran Peran Perawat ebagai Care Giver Dalam Perawatan Pasien PPOK elama Dirawat Di Rumah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam BAB ini akan dipaparkan data hasil penelitian beserta dengan analisa data. Data dan analisa data dipaparkan secara deskriptif mengenai pengalaman partisipan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA RSUP DR. M. DJAMIL PADANG 2013 DAFTAR ISI

PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA RSUP DR. M. DJAMIL PADANG 2013 DAFTAR ISI PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA RSUP DR. M. DJAMIL PADANG 2013 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...i I. Pendahuluan...1 1 II. Latar Belakang...1 III. Tujuan...1 IV. Kegiatan pokok...2 V. Cara melaksanakan kegiatan...2

Lebih terperinci

Wawancara Partisipan 1

Wawancara Partisipan 1 55 Verbatim Partisipan Wawancara Partisipan 1 S Isi Percakapan Kode P Selamat pasi mas 1 P1 Selamat pagi juga mbak 2 P Bisa minta waktunya sebentar mas sekitar 5-10 menit 3 P1 Iya bisa 4 P Perkenalkan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 86 Lampiran 1. Pedoman wawancara Pedoman wawancara saat penelitian Di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan Daftar pertanyaan wawancara kepada keluarga pasien Data singkat informan Nama : Jenis Kelamin : Tanggal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan, yaitu pada bulan Desember 2011 hingga Mei 2012. Penelitian pertama kali dilaksanakan dengan melakukan observasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Bagi pasien kritis yang memerlukan perawatan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. Hubungan Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sayang Rakyat Makassar

KUESIONER PENELITIAN. Hubungan Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sayang Rakyat Makassar KUESIONER PENELITIAN Hubungan Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sayang Rakyat Makassar A. Petunjuk pengisian 1. Mohon bantuan dan kesediaan

Lebih terperinci

Check List Penatalaksanaan Asma Bronkial Anak. di UGD RSAL dr.azhar Zahir Manokwari Papua Barat. No Jenis Tindakan YA TIDAK

Check List Penatalaksanaan Asma Bronkial Anak. di UGD RSAL dr.azhar Zahir Manokwari Papua Barat. No Jenis Tindakan YA TIDAK 127 Lampiran 1. Cheeck List Penatalaksanaan Asma Bronkial Anak Check List Penatalaksanaan Asma Bronkial Anak di UGD RSAL dr.azhar Zahir Manokwari Papua Barat Nama : No RM : Umur : Diagnosa : Jenis Kelamin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian kecerdasan emosional Kecerdasan emosional, secara sederhana dipahami sebagai kepekaan mengenali dan mengelola perasaan sendiri dan orang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Pasien 2.1.1. Definisi Kepuasan Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa senang; perihal (hal yang bersiap puas, kesenangan, kelegaan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dilakukan untuk memberikan gambaran pelaksanaan metode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dilakukan untuk memberikan gambaran pelaksanaan metode BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam BAB ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan untuk memberikan gambaran pelaksanaan metode keperawatan tim di Ruang Dahlia Rumah Sakit Paru dr Ario

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif menurut Herdiansyah (2010) adalah penelitian ilmiah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif menurut Herdiansyah (2010) adalah penelitian ilmiah 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Herdiansyah (2010) adalah penelitian ilmiah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perkembangan keperawatan berubah seiring dengan perubahan zaman. Pada zaman dahulu keperawatan masih menggunakan naluri

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 2 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN Dari hasil penelitan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa riset partisipan 1 sampai 4 ketika melakukan kontrol rutin di poliklinik rumah sakit jiwa Amino Gondohutomo-Semarang

Lebih terperinci

KUISIONER SELF-EFFICACY

KUISIONER SELF-EFFICACY LAMPIRAN I DATA PENUNJANG DAN KUESIONER SELF-EFFICACY KUISIONER SELF-EFFICACY Nama : Usia : Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Lama Bekerja : Pada kuisioner ini terdapat 48 item yang berupa kalimat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tingkat Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari seseorang setelah menggunakan panca indera baik itu indra penglihatan, pendengaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya beban ekonomi, makin lebarnya kesenjangan sosial, serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi suatu hal yang mengancam bagi setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Penelitian ini menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan bidang penyelidikan yang berdiri sendiri.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Provinsi Maluku Rumah Sakit Jiwa Ambon di mulai tahun anggaran 1981/1982 Rumah Sakit

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERTANYAAN PENELITIAN

LAMPIRAN I : PERTANYAAN PENELITIAN LAMPIRAN 68 LAMPIRAN I : PERTANYAAN PENELITIAN Kecemasan 1. Bagaimana perasaan anda menghadapi tindakan pemasangan WSD? 2. Apa yang anda cemaskan menghadapi tindakan pemasangan WSD? instrumental 1. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi deskriptif. Penelitian kualitatif dimaksudkan. untuk memahami hal-hal yang terjadi dan dialami oleh subjek

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi deskriptif. Penelitian kualitatif dimaksudkan. untuk memahami hal-hal yang terjadi dan dialami oleh subjek BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Penelitian ini menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami hal-hal yang terjadi dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara

LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara Visi 1. Apa yang seharusnya dilakukan oleh perawat pelaksana untuk menjadikan Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan holistik Kristiani dan tetap memperhatikan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada suatu organisasi atau perusahaan kualitas produk yang dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan menggunakan produk tersebut. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana dalam memberikan pelayanan menggunakan konsep multidisiplin.

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana dalam memberikan pelayanan menggunakan konsep multidisiplin. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sistem pemberi pelayanan kesehatan dimana dalam memberikan pelayanan menggunakan konsep multidisiplin. Kolaborasi multidisiplin yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum RSJD Surakarta. tanggal 17 Juli 1919 dengan nama D o o r g a n g h u i s v o o r

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum RSJD Surakarta. tanggal 17 Juli 1919 dengan nama D o o r g a n g h u i s v o o r 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum RSJD Surakarta Sebelum diintegrasikan ke dalam binaan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah seperti saat ini, Letak

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Informan 1 Nama : Bapak MH Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 39 tahun Pendidikan : SMA Hari/tanggal wawancara : Selasa, 8 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali pelayanan penunjang medis di bidang farmasi. Pelayanan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali pelayanan penunjang medis di bidang farmasi. Pelayanan yang baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kemajuan perkembangan rumah sakit mengalami perubahan besar dimana rumah sakit sedang berada dalam suasana global dan kompetitif. Pelayanan rumah sakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 GAMBARAN RESPONDEN PENELITIAN. responden sebanyak 46 perawat di Puskesmas. Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 GAMBARAN RESPONDEN PENELITIAN. responden sebanyak 46 perawat di Puskesmas. Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 GAMBARAN RESPONDEN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Puskesmas se-kota Salatiga yaitu sebanyak 6 Puskesmas pada tahun 2013, dengan jumlah responden sebanyak

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN 71

LAMPIRAN LAMPIRAN 71 LAMPIRAN LAMPIRAN 71 Lampiran 1 72 Lampiran 2 Informed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI PARTISIPAN Judul Penelitian Nama Peneliti : Respon Kedukaan Pasien saat Terdiagnosa HIV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Discharge planning adalah suatu proses dimana pasien mulai mendapat pelayanan kesehatan yang diberikan dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya gangguan pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh. Penyakit ini

Lebih terperinci

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Pengaruh Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi Terhadap Kemampuan Kognitif dan Psikmotor Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi Di Ruangan

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Informan 1 Nama : AD Jenis kelamin : Perempuan Usia : 14 Tahun Pendidikan : SMP Hari/tanggal wawancara : Jum at, 4 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah sel-sel tubuh yang tumbuh tanpa kendali dan dapat menyebar ke seluruh tubuh. Kanker merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada manusia modern.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan epidemiologi kesehatan pada umumnya berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, dapat dilihat dari sejarah ilmu epidemiologi itu sendiri,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Judul Penelitian : Hubungan Motivasi dan Beban Kerja dengan Kinerja Perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus September 24 dengan jumlah sampel yang ada di Poli TB MDR sebanyak 6 pasien, namun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepuasan pasien sebagai salah satu indikator pelayanan berkualitas harus menjadi perhatian karena berhubungan langsung dengan pengguna pelayanan kesehatan ( Lusa, 2007).

Lebih terperinci

PERAN PERAWAT HOME CARE. Disampaikan oleh Djati Santosa.

PERAN PERAWAT HOME CARE. Disampaikan oleh Djati Santosa. PERAN PERAWAT HOME CARE Disampaikan oleh Djati Santosa. AWAL PERJALANAN Home Care sesungguhnya merupakan bentuk pelayanan yang sangat sederhana. Kunjungan perawat kepada pasien yang tidak mampu menuju

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (RSPAW) Salatiga, dengan alamat Jalan Hasanudin 806 Salatiga.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (RSPAW) Salatiga, dengan alamat Jalan Hasanudin 806 Salatiga. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini berlangsung di Rumah Sakit Paru Dr Ario Wirawan (RSPAW) Salatiga, dengan alamat Jalan Hasanudin 806 Salatiga. RSPAW Salatiga merupakan rumah sakit

Lebih terperinci

a. Berapa lama mereka menikah b. Apa yang diharapkan dari hubungan pernikahan yang sedang dijalani 4. Perbedaan Tingkat Pendidikan

a. Berapa lama mereka menikah b. Apa yang diharapkan dari hubungan pernikahan yang sedang dijalani 4. Perbedaan Tingkat Pendidikan LAMIRAN 49 50 51 52 Lampiran 3. edoman Wawancara 1. Identitas ubjek a. Nama b. Usia c. endidikan d. ekerjaan 2. Identitas uami ubjek a. Nama b. Usia c. endidikan d. ekerjaan 3. Hubungan ubjek dengan uami

Lebih terperinci

LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1)

LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1) LAMPIRAN 1 80 LAMPIRAN 2 81 LAMPIRAN 3 82 LAMPIRAN 4 83 LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1) 1. Sejak kapan Anda menjabat sebagai Kepala Puskesmas/Penanggungjawab Program Posbindu? 2. Bagaimana pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penunjang. Menurut Para Ahli Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penunjang. Menurut Para Ahli Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang di selenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSIA CITRA INSANI

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSIA CITRA INSANI PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSIA CITRA INSANI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CITRA INSANI 2014 I. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. 1. Aktivitas Siswa Saat Penerapan pembelajaran Berbasis E-Learning

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. 1. Aktivitas Siswa Saat Penerapan pembelajaran Berbasis E-Learning 52 BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Observasi 1. Aktivitas Siswa Saat Penerapan pembelajaran Berbasis E-Learning Berlangsung Untuk mengetahui apa saja yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran

Lebih terperinci

INOVASI KEPERAWATAN BATUK EFEKTIF DAN EDUKASI PASIEN TB PARU DENGAN MENGGUNAKAN LEAFLET DI RSUD CENGKARENG

INOVASI KEPERAWATAN BATUK EFEKTIF DAN EDUKASI PASIEN TB PARU DENGAN MENGGUNAKAN LEAFLET DI RSUD CENGKARENG INOVASI KEPERAWATAN BATUK EFEKTIF DAN EDUKASI PASIEN TB PARU DENGAN MENGGUNAKAN LEAFLET DI RSUD CENGKARENG A. Pelaksanaan Inovasi Keperawatan a. Pengertian Pendidikan kesehatan dan pelatihan mengenai pengetahuan

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) 1 PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) A. Identitas Klien Inisial Klien Usia Agama Pendidikan : Ny. F : 42 Tahun : Islam : SMA Nomor Register : 02. 14. 77 Masuk RSJSH : 27/03/2012 Nama Keluarga Alamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh manusia bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan proses

Lebih terperinci

SURVEY KEPUASAN PASIEN RS PREMIER BINTARO 2016

SURVEY KEPUASAN PASIEN RS PREMIER BINTARO 2016 SURVEY KEPUASAN PASIEN RS PREMIER BINTARO 2016 Kita akan mendapatkan hasil yang memuaskan jika terlebih dahulu memberikan pelayanan yang memuaskan. -anonim- Dalam pelayanan publik, kepuasan pelanggan memiliki

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk menggali informasi dari informan adalah : 1. Bisakah ibu menceritakan bagaimana ibu

Lebih terperinci

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar?

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar? Setting: Di suatu hari yang cerah beberapa hari setelah dilakukannya implementasi oleh perawat Evita mengenai senam kaki dan edukasi mengenai terapi diet bagi sekelompok masyarakat yang menderita DM. Maka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum penelitian Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan beralamat di jalan Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Karakteristik responden a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Responden dalam penelitian ini adalah pasien LBP yang sebagian besar berjenis kelamin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spritual yang komprehensif ditunjukan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spritual yang komprehensif ditunjukan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan nilai integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan

Lebih terperinci

BAGIAN PSIKIATRI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SUMATERA UTARA JL. Tali Air no. 21 Medan PERNYATAAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

BAGIAN PSIKIATRI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SUMATERA UTARA JL. Tali Air no. 21 Medan PERNYATAAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN Lampiran 1. BAGIAN PSIKIATRI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SUMATERA UTARA JL. Tali Air no. 21 Medan PERNYATAAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Umur

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN Lampiran 1 LEMBAR ERSETUJUAN ARTISIASI DALAM ENELITIAN (Informed Consent) Judul enelitian: engalaman erawat Dalam Memberikan Komunikasi Teraupetik ada Keluarga asien Di Ruang Rawat Inap enyakit Dalam RSUD

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara INFORMAN 1 Karakteristik pasien 1. Nama : ST 2. Alamat : Dusun Ujung Teran 3. Usia : 31 tahun 4. Jenis kelamin : Laki-laki 5. Suku : Batak 6. Pendidikan : SMA 7. Pendapatan : 2.000.000/bulan 8. Masa perawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kasus Tuberkulosis (TB) yang tinggi dan masuk dalam ranking 5 negara dengan beban TB tertinggi di dunia 1. Menurut

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA PENELITIAN. Tabel 4.1 Jadwal Waktu dan Kegiatan Penelitian

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA PENELITIAN. Tabel 4.1 Jadwal Waktu dan Kegiatan Penelitian 45 BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA PENELITIAN Dalam penelitian ini terdapat tahap-tahap kegiatan dalam pengerjaannya. Rincian waktu dan kegiatan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses yang selalu dilakukan dalam kehidupan setiap manusia, tidak terkecuali perawat. Dalam perkembangan dunia kesehatan komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang fungsi utamanya memberikan pelayanan, perawatan, dan pengobatan kepada seluruh pasien, baik rawat inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis dan Africanum. Organisme ini disebut

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab III ini merupakan data yang disajikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS. dan mencapai tujuan yang telah ditentukan (Herujito, 2001). mengandung arti control yang diterjemahkan ke dalam bahasa

BAB II TINJAUAN TEORETIS. dan mencapai tujuan yang telah ditentukan (Herujito, 2001). mengandung arti control yang diterjemahkan ke dalam bahasa 11 BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Manajemen 2.1.1 Definisi Manajemen Manajemen melibatkan orang-orang sebagai upaya untuk bekerja dan mengelola suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil dan mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap dalam upaya peningkatan kesehatan berupa pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala.

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan, sehingga jelas pelayanan keperawatan di Rumah sakit (RS) merupakan pelayanan yang terintegrasi

Lebih terperinci

KUESIONER ANALISIS AUDIT KINERJA KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

KUESIONER ANALISIS AUDIT KINERJA KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT KUESIONER ANALISIS AUDIT KINERJA KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN BANDUNG) KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Nama : 2. Jenis Kelamin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2000). Untuk hasil r hitung pada penelitian dapat dilihat pada kolom Corrected

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2000). Untuk hasil r hitung pada penelitian dapat dilihat pada kolom Corrected BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji validasi dan reliabilitas 1. Hasil Uji Validasi Uji validasi pada penelitian dilakukan dengan uji korelasi yaitu melalui korelasi setiap item pernyataan

Lebih terperinci

TITIN KUSRINI J

TITIN KUSRINI J ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN ANTARA YANG DIBERI PENYULUHAN KESEHATAN DAN YANG TIDAK DIBERI PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG TERAPI OBAT ORAL PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSO PROF DR R SOEHARSO SURAKARTA SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai fenomena yang harus direspons oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik

BAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Definisi Komunikasi Terapeutik Menurut Machfoedz, (2009) Komunikasi terapeutik ialah pengalaman interaktif bersama antara perawat dan pasien dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya berbagai macam penyakit yang mengancam jiwa menjadi tantangan dunia, termasuk Indonesia. Hal ini ditandai dengan fenomena temuan terjadinya peningkatan penyakit,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jalan, Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Jumlah seluruh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jalan, Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Jumlah seluruh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah penderita asma yang sedang menjalankan pengobatan dan pengontrolan di Instalasi Rawat Jalan,

Lebih terperinci

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama merupakan upaya peningkatan mutu dan kinerja pelayanan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Sepanjang daur kehidupan tidak terlepas dari situasi yang dapat mempengaruhi respon emosi individu. Salah satu situasi yang mempengaruhi emosi individu adalah

Lebih terperinci

Naskah Manajemen Complain dan Customer Care

Naskah Manajemen Complain dan Customer Care Naskah Manajemen Complain dan Customer Care 1. Karakter Emosional Complain Seorang ibu yang merupakan anggota keluarga pasien datang ke customer service menanyakan perihal tidak adanya tempat tidur yang

Lebih terperinci