PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, KEBUN KERTAMANAH PANGALENGAN BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, KEBUN KERTAMANAH PANGALENGAN BANDUNG"

Transkripsi

1 PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, KEBUN KERTAMANAH PANGALENGAN BANDUNG OLEH MUHAMMAD SUBCHI WIRA PUTRATAMA (06 / / TP / 08676) JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2009

2 PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, KEBUN KERTAMANAH PANGALENGAN BANDUNG LAPORAN KERJA PRAKTEK PROGRAN STUDI TEKNOLOGI PANGAN DAN HASIL PERTANIAN Diajukan kepada Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada sebagai syarat kelengkapan studi jenjang stratum satu pada Program Studi Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian OLEH MUHAMMAD SUBCHI WIRA PUTRATAMA (06 / / TP / 08676) JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2009 i

3 PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, KEBUN KERTAMANAH PANGALENGAN BANDUNG LAPORAN KERJA PRAKTEK OLEH MUHAMMAD SUBCHI WIRA PUTRATAMA (06 / / TP / 08676) Diterima dan disahkan Sebagai syarat kelengkapan studi jenjang Stratum Satu (S-1) Program Studi Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, November 2009 Pembimbing I/Penguji I Pembimbing II/Penguji II Ir. Agustinus Pamudji Rahardjo, M.P. Dr. Ir. Supriyadi, M.Sc. Mengetahui, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr. ii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat serta hidayahnya, sehingga laporan Kerja Praktek ini dapat terselesaikan. Kerja Praktek di Kebun Teh Kertamanah PT. Perkebunan Nusantara VIII yang penulis lakukan pada tanggal 26 Januari-26 Februari 2009 dan penyusunan laporan ini, dimaksudkan untuk memenuhi syarat kelengkapan studi jenjang S-1 Program Studi Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada. Banyak manfaat yang penulis peroleh dari Kerja Praktek ini. Selain untuk menerapkan ilmu kuliah di kehidupan nyata, penulis juga dapat belajar bersosialisasi di lingkungan baru dengan berbagai kultur yang ada. Dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Kerja Praktek ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuannya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr. selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada. 2. Ir. Agustinus Pamudji Rahardjo, MP. selaku Dosen Pembimbing/Penguji I yang telah memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis selama melaksanakan Kerja Praktek maupun saat penyusunan laporan. 3. Dr. Ir. Supriyadi M,Sc selaku Dosen Pembimbing/Penguji II yang telah memberikan masukan serta bimbingannya dalam pengerjaan tugas Perancangan Pabrik II. 4. Bapak Haryusdianto Eka Putra selaku Administratur Kebun Teh Kertamanah PTPN VIII atas kesempatan dan masukan yang diberikan kepada kami untuk dapat melaksanakan Kerja Praktek. 5. Bapak Joko selaku Sinder Pabrik Pengolahan Teh Kertamanah atas masukan serta bimbingannya. 6. Ibu Rini dan Pak Wawan GS sekeluarga yang telah memberikan ruang bagi kami untuk tinggal maupun saran selama 28 hari di Kertamanah. iii

5 7. Seluruh karyawan dan staf Kebun Teh Kertamanah PTPN VIII yang telah membantu kami dalam pelaksanaan Kerja Praktek. 8. Keluarga besar Akib Rasad, S.H. yang senantiasa memberi doa dan semangat untuk dapat melaksanakan Kerja Praktek dan menyelesaikan laporan ini dengan sebaik mungkin. 9. Teman-teman phudtech_06 yang banyak memberi dukungan dan bantuan. 10. Serta semua pihak yang telah membantu pelaksanaan Kerja Praktek dan penyusunan laporan ini. Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusuan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran serta kritik sangat penulis harapkan guna memperbaiki karya penulis selanjutnya. Semoga laporan Kerja Praktek ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun bagi semua yang membacanya. Amin. Yogyakarta, September 2009 Penulis iv

6 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... v Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... ix Ringkasan... xi BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. KEADAAN UMUM PABRIK Produk Yang Dihasilkan Lokasi Perusahaan Sanitasi Perusahaan Manajemen Perusahaan... 8 BAB II. PENGOLAHAN A. BAHAN MENTAH Penyediaan Bahan Mentah a. Cara Penyediaan Bahan Mentah b. Spesifikasi Bahan Mentah c. Jumlah Bahan Mentah d. Peralatan e. Cara Penanganan Fluktuasi dan atau Proyeksi Ketersediaan Bahan Mentah Evaluasi B. PELAKSANAAN PENGOLAHAN Tahap Pengolahan a. Pelayuan v

7 b. Pengulungan dan Penggilingan c. Fermentasi (Oksidasi Enzimatis) d. Pengeringan e. Sortasi Kering f. Penyimpanan Sementara Gaftar Alir Kulitatif (Kondisi Proses) Gaftar Alir Kuantitatif (Neraca BAhan) Evaluasi a. Tahap Pelayuan b. Tahap Penggilingan, Penggulungan c. Tahap Fermentasi d. Tahap Pengeringan dan Sortasi Kering C. PRODUK AKHIR Spesifikasi Produk Penanganan Produk a. Pengepakkan b. Penyimpanan BAB III. MESIN DAN PERALATAN A. MESIN DAN PERALATAN PROSES Mesin dan Peralatan Pelayuan Mesin dan Peralatan Penggilingan dan Fermentasi Mesin dan Peralatan Pengeringan Mesin dan Peralatan Sortasi Kering Mesin dan Peralatan Penyimpanan Sementara dan Pengepakkan B. KAPASITAS ALAT DAN PABRIK Pelayuan Kapasitas Pelayuan Penggilingan Oksidasi Enzimatis vi

8 Pengeringan Sortasi Kering Pengepakkan C. TATA LETAK MESIN DAN PERALATAN BAB IV. TUGAS PERANCANGAN PABRIK II A. PENDAHULUAN Tugas Perancangan Pabrik II Arti Penting Tugas Perancangan Pabrik II B. PENYELESAIAN TUGAS PERANCANGAN PABRIK II Pendekatan Masalah Spesifikasi Bahan Baku Spesifikasi Hasil Olah Penilaian, Evaluasi, dan Fakto-faktor Penentu Spesifikasi Hasil Olah BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI. DAFTAR PUSTAKA vii

9 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Komposisi klon tanaman teh yang digunakan Kebun Kertamanah... 2 Tabel 2.1 Hasil Analisa Pucuk Tabel 2.2 Hasil Analisa Petik Tabel 2.3 Data Hasil Produksi Kertamanah Tabel 2.4 Ukuran, Kriteria Kenampakan serta Berat Jenis Teh Pengolahan CTC.. 48 Tabel 3.1 Suhu Udara Masuk dan Keluar dari Palung Pelayuan Tabel 3.2 Volume Udara yang Masuk Tiap Hari Tabel 3.3 Suhu Udara Pengeringan Tabel 3.4 Suhu Udara Pengeringan Pada VFBD Jalur Tabel 3.5 Data Kapasitas Tiap Tahapan Proses Tabel 4.1 Spesifikasi Bahan Baku Tabel 4.2 Spesifikasi Hasil Olah Yang Direncanakan Tabel 4.3 Hasil Pengujian Tahap Pelayuan Tabel 4.4 Hasil Pengujian Tahap Penggilingan dan Oksidasi Enzimatis Tabel 4.5 Hasil Pengujian Tahap Pengeringan Tabel 4.6 Hasil Pengujian Tahap Sortasi Kering Tabel 4.7 Hasil Pengujian Teh Kering Metode SNI Tabel 4.8 SOP Tahap Pelayuan Tabel 4.9 SOP Tahap Penggilingan dan Fermentasi Tabel 4.10 SOP Tahap Pengeringan Tabel 4.11 SOP Tahap Sortasi Kering Tabel 4.12 SOP Tahap Pengepakan viii

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Diagram Komposisi Tenaga Kerja Kebun Kertamanah... 8 Gambar 1.2 Struktur Organisasi Kebun Kertamanah Gambar 2.1 Skema Giling dan Fermentasi Proses CTC Gambar 2.2 Skema Proses Sortasi Kering Jalur 1 CTC Gambar 2.3 Skema Proses Sortasi Kering Jalur 2 CTC Gambar 2.4 Skema Proses Sortasi Kering Pada Winnower dan Vibro Separator Gambar 2.5 Gaftar Alir Kualitatif Proses CTC Gambar 2.6 Gaftar Alir Kuantitatif Proses CTC Gambar 3.1 Perlengkapan Monorail Gambar 3.2 Monorail Gambar 3.3 Palung Pelayuan dan Perlengkapannya Gambar 3.4 Palung Pelayuan Gambar 3.5 Rumah Fan dan Elektromotor Gambar 3.6 Transmition Duct dan Rumah Fan Gambar 3.7 Heat Exchanger Gambar 3.8 Peralatan Analisa Pucuk Gambar 3.9 Green Leaf Shifter Gambar 3.10 Green Leaf Shifter Asli Gambar 3.11 Skema Rototvane Gambar 3.12 Rotorvane Jalur Gambar 3.13 Barbora Leaf Conditioner Gambar 3.14 Skema Triplex CTC Machine Gambar 3.15 Mesin CTC dengan Tutup Dibuka Gambar 3.16 Mesin CTC Saat Proses Gambar 3.17 Roll CTC pada Waktu Perbaikan Gambar 3.18 Skema Continuous Fermenting Unit Gambar 3.19 Continuous Fermenting Unit Gambar 3.20 Killburn Vibratory Fluidized Bed Drying ix

11 Gambar 3.21 Vibratory Fluidized Bed Dryer Tampak Samping Gambar 3.22 Heat Exchanger Gambar 3.23 Burner Heat Exchanger Gambar 3.24 Heat Exchanger Gambar 3.25 Main Fan Gambar 3.26 VFBD dan Output Tea Gambar 3.27 Cyclone Gambar 3.28 Cold Air Blower Gambar 3.29 Skema Vibrex Gambar 3.30 Vibrex pada Ruang Soortasi Gambar 3.31 Chouta Shifter Gambar 3.32 Skema Chouta Shifter Gambar 3.33 Skema Winnower Gambar 3.34 Winnower Gambar 3.35 Hooper Gambar 3.36 Skema Vibro Separator Gambar 3.37 Vibro Separator Gambar 3.38 Skema Tea Bin Gambar 3.39 Tea Bin Tampak Bawah Gambar 3.40 Tea Bin Tampak Atas Gambar 3.41 Skema Tea Bulker Gambar 3.42 Tea Bulker Gambar 3.43 Skema Tea Packer Gambar 3.44 Tea Packer Gambar 3.45 Bag Shaper Gambar 3.46 Vibrator Gambar 3.47 Cara Kerja Vibrator Gambar 3.48 Hand Pallet Fork Lift x

12 RINGKASAN Perkebunan Kertamanah merupakan perusahaan negara yang berada dibawah naungan PTPN VIII. Perusahaan ini mengolah pembuatan teh hitam secara CTC dan Ortodoks secara bersamaan. Pengolahan pucuk daun teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi kimia pucuk daun teh segar secara terkendali, sehingga menjadi hasil olahan yang dapat memunculkan sifat-sifat yang dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa dan aroma yang diinginkan. Tujuan ini dapat dicapai apabila bahan mentah yang akan diolah mempunyai kualitas yang baik dan cara pengolahan yang dilakukan baik pula. Pengolahan teh hitam meliputi pemilihan bahan baku (pemetikan), pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi kering, pengemasan serta penyimpanan. Perkebunan Kertamanah menjual produknya secara curah kepada pembeli melalui lelang maupun pemesanan secara langsung. Kapasitas pabrik teh kertamanah yaitu 2.040,4319 kg pucuk teh segar per hari atau 427,2664 kg teh kering per hari. Secara umum hasil akhir dari pengolahan teh pada Pabrik Teh Kertamanah telah mencukupi baik secara kualitas maupun kuantitasnya, namun masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. xi

13 BAB I PENDAHULUAN A. KEADAAN UMUM PABRIK Keadaan umum Pabrik Teh Kertamanah ini mencakup beberapa hal yaitu produk yang dihasilkan, lokasi pabrik, penerapan sistem sanitasi, serta sistem manajemen yang dijalankan. 1. Produk Yang Dihasilkan Jenis produk yang dihasilkan oleh Pabrik Pengolahan Teh Kertamanah adalah teh hitam yang diolah secara Orthodok jenis RV dan CTC. Pada tahun 2008, kebun kertamanah menghasilkan kg pucuk basah, sehingga pabrik ini mampu menghasilkan teh hitam sebesar kilogram produk teh hitam kering. Dari hasil tersebut diketahui rendemen yang dihasilkan sebesar 22,0007 %. Produk teh hitam yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan Teh kertamanah dapat dibedakan menjadi beberapa mutu. Pada pengolahan dengan proses CTC, mutu teh hitam yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi: a. Mutu I : BP 1 Groff (Broken Pekoe Groff 1), BP 1 (Broken Pekoe 1), PF 1 (Pekoe Fanning 1), PD (Pekoe Dust), D 1 (Dust 1), dan Fanning. b. Mutu II : D 2 (Dust 2), D 3 (Dust 3), dan FNGS 2. c. Mutu III : BM 2 (Broken Mixed 2) dan Pluff Teh hitam yang dihasilkan oleh Pabrik Pengolahan Teh Kertamanah sebagian besar dijual dalam bentuk curah melalui pelelangan (auction). Pabrik Pengolahan Teh Kertamanah juga menjual produknya kepada pembeli melalui pemesanan secara langsung dan juga dijual untuk pasar lokal (Jawa Barat) 2. Lokasi Perusahaan Pabrik Teh Kertamanah memiliki perkebunan yang tersebar di empat desa dari Kecamatan Pengalengan Kabupaten DT II Bandung, yaitu Desa Margamukti, Desa Pengalengan, Desa Tarumajaya dan Desa Margamulya (denah dapat dilihat di lampiran). Lokasi ini berada kurang lebih 45 km sebelah selatan kota Bandung. Transportasi yang bisa digunakan untuk mencapai perkebunan ini adalah dengan menggunakan kendaraan darat (angkutan kota). 1

14 Lokasi Pabrik Teh Kertamanah terletak pada ketinggian rata-rata antara dpl dengan topografi berbukit dan landai. Secara astronomis, terletak pada 7 o LS dan 106 o BT. Sedang tipe iklim menurut Schmidt and Ferguson termasuk klas B dengan curah hujan berkisar antara mm/tahun dan rata-rata antara 14 o C-25 o C. Secara umum, Perkebunan Kertamanah memenuhi syarat kesesuaian lahan untuk budidaya teh dan kina.perkebunan Kertamanah terbagi atas lima afdelling (denah afdelling dapat dilihat di lampiran). Dan komposisi klon tanaman teh yang digunakan oleh lima afdelling perkebunan kertamanah dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: No Jenis Teh AFDELING Jml % Ker Way Cin Tir PG 1 Seedling 152,68 98,91 173,13 107,11-531, GMB-3 14,00 4,50 17,69 20,12 2,67 58, GMB-7 33,28 40,27 8,00 12,61 30,83 124, GMB-9-2,42-5,01 5,10 12, GMB ,43 1, RB-3 8,00 29,80-1,50 39, RBS ,48-11, PS-1 0, ,52-7, TRI ,61 23,13 16,50 12,98-54, TRI ,55 28,52 6,05 50,80-106, Kiara-8 3,94 3,86 0,52 0,80-9, Cin-143 5,22 26,06 3,00 14,49-48, Cin ,12-0, Jumlah 40,78 257,47 224,89 242,04 41, , Tabel 1.1 Komposisi klon tanaman teh yang digunakan Kebun Kertamanah Sumber air yang digunakan di pabrik teh Kertamanah untuk keperluan pengolahan dan untuk keperluan penduduk di sekitar perkebunan berasal dari mata air di pegunungan yang dinamakan kince. Air tersebut dialirkan ke pabrik menggunakan pipa lalu ditampung dalam bak penampung yang terdapat di lingkungan pabrik. Listrik di Pabrik Teh Kertamanah digunakan untuk menggerakkan peralatan produksi, peralatan lain dalam pabrik, juga untuk penerangan di jalan-jalan dan 2

15 perumahan karyawan. Tenaga listrik yang digunakan, selain diperoleh dari PLN juga berasal dari generator yang akan dioperasikan apabila aliran listrik dar PLN padam. Kebutuhan energi panas yang digunakan untuk mengoperasikan beberapa peralatan pengolahan teh di Pabrik Teh Kertamanah menggunakan bahan bakar IDO sebagai bahan bakar mesin pengolahan teh. IDO ditampung dalam bak penampungan berkapasitas L. Selain menggunakan IDO, pabrik Teh Kertamanah juga menggunakan solar untuk menggerakkan kendaraan pengangkut. Solar ditampung dalam bak penampungan berkapasitas L 3. Sanitasi Perusahaan Sanitasi merupakan pengendalian terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan, dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada produk, kerusakan produk, mencegah terlanggarnya nilai estetika konsumen serta mengusahakan lingkungan kerja yang bersih, aman dan nyaman. Sanitasi memegang peranan penting dalam suatu pabrik pengolahan pangan karena dapat mempengaruhi produk yang dihasilkan. Sanitasi industri berguna untuk meningkatkan efisiensi proses pengolahan tetapi tetap memperhatikan mutu produk, menjaga pekerja sehingga produktifitasnya dapat seoptimal mungkin serta dapat mengurangi biaya yang disebabkan oleh keadaan pekerja. Sanitasi Lingkungan Produksi Sanitasi di lingkungan produksi meliputi keadaan lingkungan di sekitar bangunan pabrik dan sanitasi limbah. Sanitasi lingkungan produksi perlu mendapat perhatian karena sanitasi lingkungan produksi berkaitan erat dengan hubungan pihak pabrik dengan masyarakat sekitarnya dan kelestarian lingkungan di sekitar pabrik. Lokasi pabrik terletak di daerah pegunungan dan dekat dengan pemukiman penduduk sehingga bahan sisa hasil pengolahan yang dibuang harus ditangani secara benar, supaya tidak mengganggu kesehatan dan kenyamanan penduduk sekitar. Konstruksi bangunan pabrik berfungsi untuk menjaga serta melindungi karyawan, peralatan dan bahan yang ada dalam ruang pengolahan. Perlindungan tersebut salah satunya ditujukan untuk menghindari pengaruh lingkungan seperti sinar matahari dan hujan (Bambang, 1983). 3

16 Konstruksi bangunan dibuat menurut kondisi dan fungsi masing-masing bangunan. Untuk menjalankan operasi sanitasi, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain : a. Lantai Lantai yang digunakan pada tiap ruang pengolahan berbeda satu sama lain. Disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing tahapan proses. Di ruang pelayuan, lantai terbuat dari beton. Hal ini dimaksudkan agar lantai tidak lembab. Dengan demikian tidak mengganggu proses pelayuan. Untuk ruang penggilingan, sortasi basah dan oksidasi enzimatis, lantainya menggunakan keramik putih dengan ukuran 30 x 30 cm. Tujuannya untuk memudahkan pembersihan daun dan bubuk teh yang tercecer. Sedang untuk ruang pengeringan, sortasi kering dan ruang pengepakan, lantai betonlah yang digunakan. Tujuannya untuk menahan beban alat yang cukup besar. Ruang penggilingan, sortasi basah dan oksidasi enzimatis memiliki karakteristik lantai yang berbeda dengan lantai yang ada di ruang pelayuan. Lantai pada ruang tersebut landai ke arah saluran pembuangan sehingga cairan teh dan air yang digunakan untuk pencucian tidak menggenang. Pembersihannya pun akan lebih mudah. b. Dinding Dinding merupakan satu hal penting yang harus diperhatikan dalam sanitasi. Karena dari bagian ini, kontaminasi serta kerusakan bahan dalam proses dapat terjadi. Untuk ruang pelayuan, dinding terbuat dari plat seng. Kondisi tersebut sangat rentan pengaruh cuaca, dan kontaminasi dari luar. Pada musim penghujan misalnya, air hujan dapat masuk dan mempengaruhi RH ruang pelayuan. Pada ruang penggilingan, sortasi basah, oksidasi enzimatis, pengeringan dan sortasi kering dinding yang digunakan berupa tembok. Pembatas antar ruang berupa tembok dan kaca. Kecuali antara ruang sortasi kering dan pengepakan. Kedua ruang tersebut dibatasi oleh triplek dan tea bin. Untuk dinding yang terbuat dari kaca, perlu pembersihan setiap hari guna meminimalisasi akumulasi kontaminan. c. Atap Atap memiliki fungsi untuk melindungi peralatan, mesin-mesin dan para pekerja yang ada dalam ruang pengolahan. Atap di ruang pelayuan berupa seng tebal 4

17 bergelombang. Di bawah ruang tersebut, terdapat ruang penggilingan, sortasi basah, oksidasi enzymatis, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan kantor dengan atap berupa beton yang dicor. d. Ventilasi Ventilasi memiliki peranan penting dalam operasi sanitasi. Berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dari dan ke luar ruang pengolahan. Selain itu juga untuk mengeluarkan uap air yang dapat mengganggu berlangsungnya proses produksi. Ventilasi pada tiap ruangan disesuaikan dengan kondisi proses yang diinginkan. Pada ruang pengeringan dan sortasi kering, ventilasi relatif sedikit untuk mencegah masuknya debu dan kontaminan dari luar yang memungkinkan terjadinya kontaminasi terhadap teh kering. Begitu pula dengan ruang pengepakan dan penyimpanan. Ventilasi dibuat seminimal mungkin untuk mencegah masuknya debu yang membawa kontaminan dari luar dan untuk menjaga kelembaban udara ruangan tetap rendah sehingga tidak mempengaruhi kualitas teh kering. e. Penerangan Penerangan dengan menggunakan lampu neon dilakukan di setiap ruang pengolahan yang ada di pabrik pengolahan teh hitam Kertamanah. Penerangan ini berfungsi untuk membantu pekerja dalam menjalankan proses pengolahan. Jumlah penerangan di setiap ruang pengolahan berbeda-beda. Disesuaikan dengan keperluannya. Untuk proses pengolahan yang dilakukan pada malam hari, seperti pelayuan dan sortasi kering, jumlah lampunya lebih banyak dan tersebar merata. Sedangkan pada ruang pengolahan lain yang banyak dilakukan siang hari, jumlah lampu penerang tidak diperbanyak. Sanitasi Pekerja Sanitasi pekerja pada Kebun Teh Kertamanah diperuntukkan bagi setiap pekerja yang berhubungan dengan aliran bahan dan proses yang berlangsung. Di lingkungan proses pengolahan, setiap pekerja yang masuk atau mempunyai kepentingan di ruang produksi wajib mengenakan jas laboratorium, lengkap dengan penutup kepala dan masker. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari adanya kemungkinan kontaminasi dari lingkungan luar ataupun tubuh pekerja. Jas laboratorium, penutup kepala, dan masker tersebut harus terjaga kebersihannya. 5

18 Penutup kepala digunakan untuk melindungi kepala dari debu dan kotoran, mencegah agar rambut tidak tersangkut di mesin yang sedang berputar serta mencegah jatuhnya rambut sehingga dapat mengkontaminasi produk yang ada. Tutup kepala yang digunakan sebagai pelaksanaan sanitasi pekerja ialah topi untuk laki-laki dan topi khusus untuk wanita. Dengan memakai topi tersebut, seluruh bagian rambut pekerja akan terlindungi dan tertutupi. Masker digunakan untuk menjaga agar debu dan udara lembab tidak masuk ke saluran pernafasan serta mencegah kontaminasi pekerja ke produk antara atau produk jadi yang ada di ruang produksi. Masker terbuat dari kain, dan ketika dikenakan, permukaannya mampu menutupi lubang hidung dan mulut pekerja. Perlengkapan sanitasi yang lain adalah sarung tangan. Sarung tangan tersebut digunakan untuk melindungi tangan pekerja dan untuk mencegah kontaminasi dari tangan pekerja terhadap produk antara atau produk jadi. Sarung tangan yang digunakan pekerja pabrik Kertamanah terbuat dari kain. Penggunaan sarung tangan dari kain tersebut dapat disempurnakan dengan penggunaan sarung tangan yang terbuat dari karet. Kain yang cepat menyerap air dan kotoran masih memungkinkan adanya kontaminasi pada produk meskipun pekerja telah menggunakan sarung tangan. Sanitasi Peralatan Pembersihan peralatan dan mesin pengolahan dilakukan setelah proses pengolahan selesai dijalankan. Masing-masing tahapan pengolahan memiliki jadwal pembersihan yang berbeda satu sama lain. Di ruang pelayuan, palung pelayuan dibersihkan setiap usai turun layu dengan sapu lidi. Pembersihan dilakukan untuk membersihkan pucuk-pucuk teh yang masih tertinggal. Sedang untuk kolong bagian bawah palung yang merupakan tempat mengalirnya udara pelayuan, dibersihkan setiap 20 hari sekali. Agar tidak banyak debu yang terakumulasi. Untuk ruang penggilingan, peralatan serta mesin sortasi basah dan oksidasi enzimatis dibersihkan dengan air setiap usai digunakan. Dan setiap satu minggu sekali, pembersihan dilakukan dengan menggunakan soda api. Sedangkan pada tahapan pengeringan, sortasi kering dan pengepakan, pembersihan dilakukan dengan 6

19 menyemprotkan udara di tiap bagian serta sudut alat dan ruangan agar terbebas dari timbunan debu. Biasanya dilakukan setiap usai pengolahan dan dilakukan oleh pekerja yang bekerja pada shift tersebut. Sanitasi Bahan Baku Sanitasi bahan baku yang berupa pucuk teh segar telah dilakukan sejak pemetikan. Pucuk teh ditampung terlebih dahulu di keranjang pemetik. Kemudian dimasukkan ke dalam waring sebelum ditimbang. Saat waring yang berisi pucuk teh segar itu menunggu untuk ditimbang, waring diletakkan di tanah dengan dialasi karung dan ditutup dengan terpal. Ini dimaksudkan untuk menghindari kontaminasi yang berasal dari tanah dan untuk menjaga pucuk teh dari sengatan sinar matahari yang dapat menyebabkan pelayuan dini. Setelah diangkut dan sampai di pabrik, pemisahkan pucuk teh segar dengan kotoran dilakukan oleh karyawan sembari membeberkan pucuk di atas palung pelayuan. Cara semacam ini kurang maksimal untuk menghilangkan kontaminasi. Acapkali, saat pucuk turun layu, masih banyak kontaminasi yang berupa ranting, daun dari tanaman lain, dan kotoran. Kontaminasi lain yang mungkin muncul selama proses pengolahan adalah logam. Baik itu yang berasal dari ceceran mesin ataupun dari luar lingkungan pengolahan. Untuk cemaran yang berupa logam ini penanganan dilakukan dengan menggunakan magnet yang diletakkan di atas konveyor. Dengan demikian, saat melewati magnet tersebut, logam yang semula bersama bubuk teh akan tertarik magnet. Selanjutnya, setiap satu jam sekali, dilakukan pengambilan logam-logam yang menempel pada magnet untuk dibuang. Bubuk teh yang sudah kering ditempatkan dalam gentong plastik agar tidak terjadi penyerapan air karena kondisi udara lingkungan yang lembab. Kemudian, masingmasing jenis ditampung dan disimpan pada tempat yang berbeda. Sebagian besar penyimpanan dilakukan di sejumlah peti miring. Namun ada beberapa jenis yang disimpan dalam karung karena keterbatasan jumlah peti miring. Untuk produk akhir yang sudah dikemas dalam paper sack dan karung, sanitasi dijaga dengan pengkondisian RH ruang penyimpanan. Dimaksudkan untuk menjaga kadar air produk teh kering yang ada di dalamnya. 7

20 4. Manajemen Perusahaan Pabrik Teh Kertamanah mengolah teh hitam jenis CTC dan Ortodoks yang dikelola dalam satu atap/bangunan. Dengan kapasitas olah sebesar 60 ton pucuk basah per hari atau 11 ton Teh kering per hari. Pada tanggal 1 September 1999 Pabrik Teh Kertamanah mulai memberlakukan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9002 dan tanggal 20 Desember 1999 memperoleh sertifikat ISO 9002 dari SGS. Kebijakan mutu yang diterapkan adalah Pabrik Teh Kertamanah berkomitmen untuk menghasilkan produk bermutu sesuai dengan keinginan pasar dengan menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9002 melalui kerja keras seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional secara efektif dan efisien. Sesuai dengan kebijakan Direksi saat ini, Pabrik Teh Kertamanah tengah mengupayakan pemberlakuan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) seri ISO Dalam menjalankan organisasinya, Kebun Kertamanah dijalankan oleh 1133 pekerja dengan perincian 11 orang pada tingkat pimpinan (golongan III A IV D), 170 orang pada tingkat pelaksana I (golongan I A II D) dan 952 orang pada tingkat pelaksana II (golongan I A). Komposisi tersebut dapat dilihat pada diagram dibawah ini. KEKUATAN TENAGA KERJA Pimpinan 0,97% Karyaw an Pelaksana I 15,00% Karyaw an Pelaksana II 84,02% Gambar 1.1 Diagram Komposisi Tenaga Kerja Kebun Kertamanah 8

21 Bentuk Hukum Perusahaan Perkebunan dan pabrik pengolahan teh Kertamanah tergabung dalam PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII). Merupakan Badan Usaha Milik Negara yang berkantor pusat di Jalan Sindang Sirna No.4 Bandung. Struktur Organisasi Struktur organisasi garis dan staf merupakan struktur hubungan yang digunakan di Perkebunan Kertamanah. Unsur garis yang digunakan menunjukkan bahwa wewenang langsung akan mengakibatkan lebih cepatnya proses pengaliran perintah dari atasan kepada bawahan. Sedang unsur staf menunjukkan bahwa pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan dan kegiatan penyelesaian masalah yang dihadapi, pimpinan perusahaan dibantu oleh staf. Peran tersebut bisa berupa masukan ataupun tindakan kongrit dari setiap staf. Pimpinan tertinggi pabrik pengolahan teh Kertamanah adalah seorang administratur. Pengampu jabatan ini bertanggung jawab langsung kepada direksi PTPN VIII yang ada di Bandung. Tugas administratur adalah memimpin unit kebun dan menjalankan tugas pengelolaan budidaya tanaman untuk menghasilkan produksi yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang ditetapkan. Unsur pimpinan Kebun Kertamanah terdiri dari : 1. Administratur 2. Sinder Kepala 3. Sinder Tata Usaha Kantor 4. Sinder Pabrik 5. Sinder Teknik 6. Sinder Afdeling Kertamanah 7. Sinder Afdeling Cinyiruan 8. Sinder Afdeling Tirtasari 9. Sinder Afdeling Puncak Gede, dan 10. Sinder Afdeling Wayang Berikut adalah skema struktur organisasi pada Kebun Kertamanah 9

22 ADMINISTRATUR SINDER KEPALA SINDER TEKNIK SINDER PABRIK SINDER AFDELLING KERTAMANAH SINDER AFDELLING WAYANG SINDER TUK SINDER AFDELLING TIRTASARI SINDER AFDELLING CINYIRUAN SINDER AFDELLING PASIR GEDE SEKRETARIAT/ GD.PEDAL. UMUM TANAMAN TABIN KAS GUDANG WISATA AGRO BP/KESE- HATAN SPI PENJ. GUDANG SATPAM PEM- BANTU OPRT. KOM- PUTER TUP TU TABIN TU GUDANG PENJENANG TU B.P. PEMB. PIK OPERATOR/ PELAYAN PEL. GUDANG PEL. MESS Gambar 1.2: Struktur Organisasi Kebun Kertamanah 10

23 Sistem Pengadaan Bahan dan Pemasaran Produk Untuk menghasilkan produk akhir berupa teh hitam kering, bahan yang diperlukan adalah pucuk teh segar. Pucuk tersebut dihasilkan oleh tanaman teh (Camelia Sinensis) dari familia tehac1eae. Pucuk teh segar yang masuk ke pabrik Kertamanah ini diperoleh dari perkebunan milik perusahaan yang tersebar dalam lima afdeling. Yaitu afdeling Kertamanah, afdeling Cinyiruan, afdeling Tirtasari, afdeling Puncak Gede, dan afdeling Wayang. Pengadaan bahan yang berasal dari kebun sendiri ini akan lebih memberikan jaminan ketersediaan bahan. Selain itu, peningkatan kualitas dan kuantitas pucuk teh segar sebagai bahan utama dalam pengolahan teh hitam dapat dilakukan untuk mendukung peningkatan kualitas produk akhir. Target penjualan teh hitam pabrik pengolahan teh Kertamanah ini adalah pasar dalam negeri (lokal) dan pasar luar negeri (internasional). Biasanya, mutu II dan mutu III diperuntukkan bagi pasar lokal. Sedang untuk pasar internasional, teh yang ditawarkan adalah teh dengan mutu I. Penjualan dilakukan dengan menggunakan sistem lelang dan kontrak. Bersama perkebunan lain, lelang teh dilakukan di Kantor Pemasaran Bersama (KPB) yang ada di Jakarta. Lelang penjualan teh yang diberlakukan KPB diawali dengan pengiriman sampel sesuai grade yang mewakili satu chop dari pabrik kepada sejumlah calon pembeli. Bila terjadi kesepakatan harga dan jumlah yang diinginkan antara pembeli (Lipton Ice, Finlay) dengan direksi PTPN VIII sebagai wakil produsen, maka teh hitam curah akan segera dikirimkan ke alamat pembeli. Lelang yang diadakan satu minggu sekali ini tidak menawarkan setiap jenis teh. Hanya beberapa jenis yang diproduksi oleh perkebunan dalam satu minggu sebelumnya. Teh tersebut terlebih dahulu melalui uji kelayakan oleh pihak direksi. Pelelangan biasanya dilakukan dengan cara masing-masing perkebunan dibawah direksi PTPN VIII akan mengirimkan 1 chop sampel sesuai dengan mutu yang diinginkan konsumen. Chop sampel dibawa menuju kantor PTPN VIII untuk diuji oleh perwakilan pembeli. Setelah panelis yang berasal dari pembeli mencicipi produk dari masing masing perkebunan, maka perwakilan pembeli tersebut akan memutuskan untuk membeli teh yang berasal dari perkebunan yang dianggapnya sesuai dengan permintaan pembeli. 11

24 Usai pelelangan, KPB akan memberikan laporan hasil penjualan kepada setiap produsen. Bersama dengan perkebunan lain yang tergabung di PTPN VIII, Kebun Teh Kertamanah juga memperoleh laporan tersebut. Selain untuk mengetahui hasil penjualan, laporan tersebut juga berfungsi sebagai alat evaluasi terhadap produk yang dihasilkan. Berbeda dengan sistem lelang, untuk sistem kontrak, pembeli datang dan meminta grade teh yang diinginkan. Biasanya, harga jual sistem kontrak ini akan lebih tinggi daripada sistem lelang. Jika terjadi kesepakatan antara pembeli dengan pihak pabrik, maka pabrik akan mengirimkan teh hitam hasil produksinya sesuai jenis mutu teh dan jumlah yang disepakati. Biasanya sistem kontrak ini lebih sering dilakukan oleh pabrik pengolah teh kering yang berasal dari dalam negeri (Sari Wangi, Walini). Pabrik pengolah teh kering tersebut biasanya menggunakan produk teh kering sebagai bahan blending untuk meningkatkan kualitas produk mereka. Pengiriman produk teh hitam yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan teh hitam Kertamanah dilakukan dengan sistem Dilevery Order (DO). Dimana pabrik hanya menanggung biaya pengiriman sampai pelabuhan. 12

25 BAB II PENGOLAHAN A. Bahan Mentah Bahan mentah merupakan satu faktor penting yang harus ada dalam suatu proses produksi. Hal ini erat kaitannya dengan penyediaan bahan mentah serta pemetaan atau proyeksi ketersediaan bahan mentah yang dimiliki oleh pabrik tersebut. 1. Penyediaan Bahan Mentah Pengadaan bahan mentah berupa pucuk teh segar diperoleh dari perkebunan milik pabrik Kertamanah yang terbagi dalam lima afdeling yaitu afdeling Wayang, afdeling Cinyiruan, afdeling Tirtasari, afdeling Kertamanah, dan afdeling Pasir Gede. Luas masing-masing afdeling ini adalah: Kertamanah dengan luas areal 360,97 Ha dengan perincian: luas areal Tanaman Menghasilkan (TM) Ha, areal TM lancuran Ha, areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 0.00 Ha, areal TTI Ha, areal persemaian teh dan kina 0.60 Ha, areal cadangan (hutan) Ha, Areal Tidak Produktif (Hutan/Sungai/Jurang Ha, Hyaten/Gemblangan 0.33 Ha, Situ/Rawa 0.17 Ha, PLN 0.02 Ha), Areal Lain-lain (Emplasemen Ha, Jalan/Jembatan Ha, Kuburan 0.50 Ha) Wayang dengan luas areal 332,34 Ha dengan perincian: luas areal Tanaman Menghasilkan (TM) Ha, areal TM lancuran Ha, areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 3.00 Ha, areal TTI Ha, areal persemaian teh dan kina 0.00 Ha, areal cadangan (hutan) 9.32 Ha, Areal Tidak Produktif (Hutan/Sungai/Jurang Ha, Hyaten/Gemblangan 0.04 Ha, Situ/Rawa 0.60 Ha, PLN 0.00 Ha), Areal Lain-lain (Emplasemen 0.00 Ha, Jalan/Jembatan 9.95 Ha, Kuburan 0.00 Ha) Cinyiruan dengan luas areal 263,32 Ha dengan perincian: luas areal Tanaman Menghasilkan (TM) Ha, areal TM lancuran Ha, areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 3.00 Ha, areal TTI Ha, areal persemaian teh dan kina 1.31 Ha, areal cadangan (hutan) 8.52 Ha, Areal Tidak Produktif (Hutan/Sungai/Jurang 2.92 Ha, Hyaten/Gemblangan 0.29 Ha, Situ/Rawa 0.00 Ha, 13

26 PLN 0.06 Ha), Areal Lain-lain (Emplasemen Ha, Jalan/Jembatan 6.04 Ha, Kuburan 0.00 Ha) Tirtasari dengan luas areal 293,25 Ha dengan perincian: luas areal Tanaman Menghasilkan (TM) Ha, areal TM lancuran Ha, areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 2.00 Ha, areal TTI Ha, areal persemaian teh dan kina 0.00 Ha, areal cadangan (hutan) 8.24 Ha, Areal Tidak Produktif (Hutan/Sungai/Jurang Ha, Hyaten/Gemblangan 0.01 Ha, Situ/Rawa 0.14 Ha, PLN 0.04 Ha), Areal Lain-lain (Emplasemen Ha, Jalan/Jembatan 4.54 Ha, Kuburan 0.00 Ha) Pasir Gede dengan luas areal 102,05 Ha dengan perincian: luas areal Tanaman Menghasilkan (TM) Ha, areal TM lancuran 0.00 Ha, areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 0.00 Ha, areal TTI 0.00 Ha, areal persemaian teh dan kina 0.00 Ha, areal cadangan (hutan) 0.52 Ha, Areal Tidak Produktif (Hutan/Sungai/Jurang 0.00 Ha, Hyaten/Gemblangan 0.00 Ha, Situ/Rawa 0.00 Ha, PLN 0.00 Ha), Areal Lain-lain (Emplasemen 0.00 Ha, Jalan/Jembatan 0.00 Ha, Kuburan 0.00 Ha) a) Cara Penyediaan Bahan Mentah Untuk memenuhi kebutuhan produksi setiap harinya pemetikan pucuk dilakukan secara berrgilir dengan sistem pergiliran (rotasi) petik. Lama rotasi petik yang diterapkan di kebun Kertamanah antara 9-10 hari. Kebun di setiap afdeling dibagi menjadi beberapa blok. Untuk satu hari, pemetikan dilakukan pada blok pada tiap afdeling. Rotasi petik ini diperlukan agar suplai bahan baku (pucuk teh) dapat diperoleh pabrik secara kontinyu. Pemetikan pucuk ini diatur dengan mengikuti daur petik yang telah ditetapkan. Daur petik ini merupakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemetikan lagi setelah pemetikan terakhir pada wilayah pemetikan yang sama. Penghitungan waktu dimulai sejak hari pertama setelah dilakukannya pemetikan terakhir di wilayah tersebut. Panjang pendeknya daur petik dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan pucuk tanaman teh, dimana kecepatan pertunbuhan pucuk sendiri dipengaruhi oleh musim, kesuburan tanah, pemupukan tanaman serta umur pangkas tanaman. 14

27 Kondisi pucuk selama pemetikan, harus diperhatikan sehingga kualitas pucuk tetap baik. Selama pemetikan yang harus diperhatikan ialah teknik pemetikan pucuk. Pemetikan pucuk harus dilakukan dengan cara ditaruk dengan tangan, yaitu memetik pucuk satu persatu. Pemetikan tidak diperbolehkan dengan cara rampasan atau jambretan, yaitu mencabut banyak pucuk secara bersamaan karena akan dapat menyebabkan pucuk terpetik menjadi rusak. Pucuk teh yang terpetik digenggam sementara dalam tangan hingga tangan penuh dengan pucuk. Jika tangan sudah penuh dengan pucuk maka pucuk dimasukkan ke dalam ambul yang digendong oleh pemetik. Pemetikan dilanjutkan hingga ambul penuh. Isi ambul ini tidak boleh dijejal. Bila ambul sudah penuh dengan pucuk maka pucuk harus segera dipindahkan kedalam waring penundaan (jimpo/waring sack) dan kemudian disimpan sementara dalam tempat yang telah disiapkan (los/tenda). Di tempat tersebut, pucuk dikumpulkan dan ditimbang. Penimbangan setelah pucuk ditempatkan dalam waring sack. Pucuk teh yang telah ditimbang di los pucuk kemudian diangkut ke pabrik. Pengangkutan ini dilakukan dengan menggunakan truk angkut. Truk angkut tersebut akan datang menuju ke tempat-tempat penyimpanan sementara pucukpucuk teh yang telah dipetik. Setiap hari kerja, pengangkutan pucuk teh dengan truk dapat dilakukan sebanyak 2-3 kali atau menurut kebutuhan pucuk teh yang akan diolah oleh pabrik. Selama pengangkutan menuju pabrik kondisi pucuk harus dijaga agar tidak mengalami kerusakan (memar, pecah), karena apabila pucuk teh tersebut mengalami kerusakan maka akan terjadi reaksi oksidasi enzimatis dini sehingga akan menurunkan kualitas teh yang dihasilkan. Pucuk teh yang mengalami oksidasi enzimatis dini akan menghasilkan flavor teh yang tidak baik setelah diolah. Untuk mencegah kerusakan pucuk teh selama pengangkutan maka bak truk yang digunakan untuk pengangkutan pucuk teh dibuat bertingkat dua dengan maksud agar pucuk teh yang diangkut tidak saling tumpang tindih. Truk yang digunakan juga harus diberi penutup, agar pucuk terhindar dari sinar matahari secara langsung. Setelah sampai di pabrik, pucuk ditimbang ulang ditempat penimbangan truk dan dilakukan pemeriksaan berdasarkan Surat Perintah (SP). Penimbangan ini dilakukan dengan menimbang truk beserta isi muatannya. Setelah penimbangan truk berjalan menuju ke ruang pelayuan untuk menurunkan pucuk segar dari truk, lalu truk kosong 15

28 ditimbang lagi di tempat penimbangan. Selisih berat truk berisi pucuk dengan berat truk kosong merupakan berat dari pucuk segar. b) Spesifikasi Bahan Mentah Bahan dasar pucuk segar yang disediakan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh pabrik meliputi jenis petikan dan gilir petik. Berdasarkan penelitian Perkebunan Gambung (1992), jenis petikan dapat dibedakan menjadi : Petikan halus Apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan daun muda (m). Biasanya ditulis dengan rumus p+1 atau b+1. Petikan medium Apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan dua daun, tiga daun muda serta pucuk burung dengan satu, dua atau tiga daun muda, ditulis dengan rumus p+2, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m. Petikan kasar Apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih, dan pucuk burung dengan beberapa daun tua, ditulis dengan rumus p+4 atau lebih, b+(1-4t). Pucuk teh segar yang diolah di Pabrik Teh Kertamanah merupakan petikan medium yang memiliki syarat sebagai berikut: 1. Pucuk medium. p+2 (dipetik pucuk peko dan 2 daun muda di bawahnya) p+3 (dipetik pucuk peko dan 3 daun muda di bawahnya) b+1m (dipetik pucuk burung dan 1 daun muda di bawahnya) b+2m (dipetik pucuk burung dan 2 daun muda di bawahnya) 2. Kondisi pucuk segar dan mulus (tidak rusak atau terkena penyakit daun). 3. Bebas dari bahan di luar pucuk yang dapat menimbulkan kontaminasi. Untuk mengetahui mutu pucuk yang diperoleh setiap hari pabrik memberlakukan analisa hasil pemetikan yaitu analisa pucuk dan analisa petik. Tujuan analisa pucuk adalah untuk mengevaluasi mutu pucuk yang merupakan dasar pendugaan mutu hasil olahan. Ketentuan analisa pucuk ialah sebagai berikut: 16

29 Analisa pucuk dilaksanakan di pabrik oleh petugas khusus. Kriteria pucuk medium : - Pucuk medium (p+2, p+3, b+1m, b+2m). - Kondisi pucuk segar dan mulus. - Bebas dari bahan di luar pucuk yang dapat menimbulkan kontaminasi. Berikut adalah contoh hasil analisa pucuk: Tabel 2.1 Hasil analisa pucuk Medium Kasar Uraian % Uraian % p+2 5 rusak 5 p+3 40 b tua/daun tua 25 b muda (b+1m, b+2m) 25 Jumlah 70 Jumlah 30 Tata cara pelaksanaan analisa pucuk sebagai berikut: 1. Contoh pucuk diambil sebanyak 1 kg dari pucuk yang telah dibeberkan di atas whitering through, secara acak per kemandoran setibanya pucuk di pabrik 2. Dari 1 kg contoh pucuk diambil lebih kurang 100 gram untuk dipisahkan sesuai formula pucuknya. 3. Lembar daun yang terkena hama-penyakit dikeluarkan dari analisa. 4. Masing-masing kelompok formula pucuk hasil pemisahan ditimbang. 5. Angka persentase formula pucuk diperoleh dengan membandingkan berat dari kelompok pucuk yang bersangkutan dengan berat total pucuk contoh dikalikan 100%. Analisa petik dapat digunakan untuk menilai ketepatan pelaksanaan kebijakan pemetikan dan kondisi tanaman, antara lain: Menilai kondisi tanaman, tanaman yang kurang sehat ditandai dengan banyaknya persentase pucuk burung. Menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan, baik daur petik maupun cara pemetikannya : - daur pemetikan panjang akan tampak dalam analisa persentase pucuk kasar (p+4, b+1t, b+2t, b+3t). 17

30 - daur petik yang pendek sesuai kondisi akan tampak persentase pucuk medium p+2, p+3, b+m1 dan b+2m akan meningkat. Menilai ketelitian pemetik. Tata cara pelaksanaan analisa petik sebagai berikut: 1. Contoh pucuk diambil sebanyak 1 kg dari pucuk yang telah dibeberkan di atas whitering through, secara acak per kemandoran setibanya pucuk di pabrik 2. Dari 1 kg contoh pucuk diambil 100 gram untuk dipisahkan sesuai formula pucuknya dan tua mudanya daun. 3. Tiap formula pucuk dipisahkan dalam sebuah kotak yang terbagi dalam 8 sekat. Tiap sekat digunakan untuk memisahkan pucuk dari masing-masing rumus petik yang digunakan. Rumus petik yang digunakan ialah p+2m, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m, b+2t, b+3t, b+4t. 4. Masing-masing hasil pemisahan tersebut lalu ditimbang. 5. Dihitung persentase jenis pucuk dengan menjumlahkan petikan p+2m, p+3m, b+1m, b+2m yang dihitung sebagai petikan medium. Untuk petikan p+4b, daun tua dan pucuk rusak dihitung sebagai petikan kasar. Berikut ialah contoh hasil analisa petik: Tabel 2.2. Hasil analisa petik Medium Kasar Uraian % Uraian % p+2 5 p+4 10 p+3 35 b tua/daun tua 25 b muda (b+1m, b+2m) 20 rusak 5 Jumlah 60 Jumlah 40 Analisa hasil contoh pemisahan jenis pucuk sebesar 60% menunjukkan petikan medium, sedangkan angka 40% menunjukkan petikan kasar. Antara berat pucuk ketika ditimbang di kebun dengan berat pucuk ketika ditimbang di pabrik memiliki selisih. Hal ini terjadi karena, selama perjalanan dari kebun ke pabrik terjadi penetesan air dari pucuk yang mengakibatkan berat pucuk berkurang. Selain dilakukan penimbangan, di tempat ini juga dilakukan pemeriksaan berdasarkan SP, antara lain pemeriksaan daur penyemprotan. Pucuk yang diterima adalah pucuk segar 18

31 yang dipetik 7 hari setelah dilakukan penyemprotan. Pucuk yang dipetik sebelum melewati 7 hari setelah penyemprotan akan ditolak, karena kandungan bahan kimia dari bahan penyemprot (pestisida) pada pucuk masih tinggi. c) Jumlah Bahan Mentah Pucuk segar sebagai bahan dasar pengolahan teh diperoleh dari tanaman teh. Pengadaan bahan dasar berupa pucuk teh segar diperoleh dari perkebunan milik pabrik Kertamanah yang terbagi dalam lima afdeling yaitu afdeling Wayang, afdeling Cinyiruan, afdeling Tirtasari, afdeling Pasir Gede dan afdeling Kertamanah. Tenaga pemetik berasal dari penduduk sekitar perkebuan. Dalam setiap bulannya, Pabrik Kertamanah mampu menyediakan pucuk segar ratarata ,25 kg tiap bulannya. Berikut ini adalah data hasil produksi basah dan kering pabrik Kertamanah selama tahun Tabel 2.3 Data Hasil Produksi Pabrik Kertamanah BULAN PRODUKSI BASAH (kg) KERING (kg) B. I S/D B. I B. I S/D B. I JANUARI 1,043,135 1,043, , ,042 FEBRUARI 899,635 1,942, , ,602 MARET 698,995 2,641, , ,487 APRIL 1,034,880 3,676, , ,332 MEI 1,221,325 4,897, ,576 1,076,908 JUNI 705,825 5,603, ,869 1,229,777 JULI 666,930 6,270, ,470 1,377,247 AGUSTUS 589,575 6,860, ,830 1,511,077 SEPTEMBER 557,785 7,418, ,362 1,640,439 OKTOBER 931,770 8,349, ,433 1,845,872 NOPEMBER 983,645 9,333, ,754 2,059,626 DESEMBER 1,072,615 10,406, ,731 2,290,357 Sumber: Kantor bagian tanaman kebun teh Kertamanah

32 d) Peralatan Dalam proses pemetikan maupun penanganan bahan mentah, peralatan yang digunakan antara lain: Keranjang Keranjang merupakan alat yang digunakan untuk penampungan pucuk selama proses pemetikan berlangsung. Dalam proses pemetikan, keranjang harus selalu digendong oleh pemetik. Apabila isi keranjang telah penuh, pucuk sebaiknya harus segera dipindah kedalam waring. Waring Waring merupakan tempat penampungan sementara pucuk dari lapangan hingga ke pabrik. Pada pabrik kertamanah, jenis waring yang digunakan terdiri dari 2 jenis. Yakni waring beber dan waring sack. Untuk prose penimbangan waring beber lebih mudah digunakan, namun unutk pengangkutan waring sack lebih baik karena mudah untuk diatur dalam bak truk. Tenda Merupakan tempat untuk meletakkan pucuk segar setelah dipetik untuk menunggu ditimbang atau diangkut ke dalam truk. Kondisi pucuk selama penyimpanan dalam tenda tidak boleh terkena sinar matahari atau terkena kotoran dari tanah. Truk Pengangkut Truk pengangkut digunakan untuk pengangkutan pucuk segar dari lapangan menuju pabrik. Kapasitas pengangkutan yang diijinkan pada truk pengangkut pucuk adalah 2,5 ton per truk. Oleh karena itu dalam 1 afdelling biasanya disediakan 2 buah truk untuk mengngkut pucuk segar. e) Cara penanganan Penanganan pucuk harus dilaksanakan sejak dari pemetikan, pengumpulan, pengangkutan sampai penerimaan pucuk di pabrik agar kondisi pucuk tetap baik Pemetikan Kondisi pucuk selama pemetikan, harus diperhatikan sehingga kualitas pucuk tetap baik. Tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas pucuk selama pemetikan adalah memetik pucuk dengan cara ditaruk dengan tangan. Bukan dengan cara dijambret atau rampasan. Menggenggam pucuk di tangan jangan terlalu banyak 20

33 sehingga pucuk tidak tertekan. Setelah itu, pucuk segera ditempatkan di junak atau keranjang yang digendong oleh pemetik. Isi kranjang jangan terlalu banyak. Pengumpulan Pucuk segar yang telah dipetik oleh pemetik kemudian dibawa ke los pucuk yang terletak di tengah kebun. Di tempat tersebut, pucuk dikumpulkan dan ditimbang. Penimbangan setelah pucuk ditempatkan pada waring sack. Isi waring sack jangan terlalu padat tetapi diusahakan sesuai dengan kapasitas yaitu 25 kilogram. Tetapi masih dijumpai waring sack yang diisi pucuk lebih dari 25 kilogram. Tempat penyimpanan pucuk di los/tenda harus memenuhi syarat, antara lain bersih, terlindung dari sinar matahari dan hujan. Karena apabila pucuk terkena sinar matahari dalam kuantitas banyak akan menyebabkan warnanya merah kecoklatan. Penimbangan Pucuk Waktu penimbangan pucuk diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan (tidak harus bersamaan) dengan waktu/jadwal pengangkutan. Alat timbang harus dalam keadaan yang baik. Sebenarnya diusahakan setiap waring memiliki berat 25 kg, namun adanya waring yang beratnya lebih dari 25 kg tidak ditegur oleh mandor. Pengangkutan Pucuk teh yang telah ditimbang di los pucuk kemudian diangkut ke pabrik. Pengangkutan pucuk di Kertamanah dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pukul 09.00, dan Pengangkutan dilakukan dengan truk yang diberi penutup, agar pucuk terhindar dari sinar matahari. Kapasitas truk yaitu 2,5 ton atau sekitar 100 waring sack. Diusahakan pengangkutan dengan truk tidak menyebabkan pucuk tergencet. Namun kenyataannya, masih terjadi pengangkutan dengan muatan truk berlebih. Hal ini seharusnya tidak diijinkan dan dilakukan penanganan agar pucuk teh tidak rusak selama pengangkutan. Penerimaan Bahan Dasar Setelah sampai di pabrik, pucuk ditimbang ulang dan dilakukan pemeriksaan berdasarkan Surat Perintah (SP). Penimbangan dilakukan di tempat penimbangan truk. Setelah dari kebun dan membawa pucuk segar, truk beserta isinya ditimbang. Kemudian truk menuju ke ruang pelayuan untuk menurunkan pucuk segar dari truk. Setelah pucuk segar diturunkan, truk kosong ditimbang lagi di tempat penimbangan. 21

34 Selisih berat truk berisi pucuk dengan berat truk kosong merupakan berat dari pucuk segar. Antara berat pucuk ketika ditimbang di kebun dengan berat pucuk ketika ditimbang di pabrik memiliki selisih. Hal ini terjadi karena, selama perjalanan dari kebun ke pabrik terjadi penetesan air dari pucuk yang mengakibatkan berat pucuk berkurang. Selain dilakukan penimbangan, di tempat ini juga dilakukan pemeriksaan berdasarkan SP, antara lain pemeriksaan daur penyemprotan. Pucuk yang diterima adalah pucuk segar yang dipetik 7 hari setelah dilakukan penyemprotan. Pucuk yang dipetik sebelum melewati 7 hari setelah penyemprotan akan ditolak, karena masih tinggi kadar zat kimia dari bahan penyemprot Analisa Petik dan Pucuk Untuk mengevaluasi pelaksanaan pemetikan setiap hari, baik cara pemetikan, bekas petikan maupun hasilnya, perlu dilaksanakan analisa pemetikan yang terdiri dari analisa pucuk dan analisa petik. Analisa pucuk dan analisa petik ini dilakukan setelah pembeberan. Analisa Petik Analisa petik adalah pemisahan menurut formula pucuk hasil petikan (tanpa potesan). Kegunaan analisa petik adalah untuk menilai ketepatan pelaksanaan kebijakan pemetikan dan kondisi tanaman, antara lain : Menilai kondisi tanaman, tanaman yang kurang sehat ditandai dengan banyaknya persentase pucuk burung. Menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan, baik daur petik maupun cara pemetikannya : - daur pemetikan panjang akan tampak dalam analisa persentase pucuk kasar (p+4, b+1t, b+2t, b+3t). - daur petik yang pendek sesuai kondisi akan tampak persentase pucuk medium p+2, p+3, b+1m dan b+2m akan meningkat. Menilai ketelitian pemetik. Cara pelaksanaan analisa petik, yaitu : Analisa dilaksanakan setiap hari oleh petugas khusus kemudian dievaluasi oleh mandor besar dan sinder afdeling. 22

35 Dari setiap kemandoran diambil contoh (sampel) pucuk untuk kemudian dianalisa. Analisa Pucuk Analisa pucuk adalah pemisahan menurut formula keadaan pucuk muda-tua (dengan potesan). Analisa pucuk bertujuan untuk mengevaluasi mutu pucuk yang merupakan dasar pendugaan mutu hasil olahan, dengan ketentuan sebagai berikut : Analisa pucuk dilaksanakan di pabrik oleh petugas khusus. Kriteria pucuk medium : - pucuk medium (p+2, p+3, b+1m, b+2m). - kondisi pucuk segar dan mulus. - Bebas dari bahan di luar pucuk yang dapat menimbulkan kontaminasi. Cara pelaksanaan analisa pucuk, yaitu : Contoh pucuk diambil sebanyak 1 kg, dari pucuk yang telah dibeberkan di atas trough, secara acak per kemandoran, saat pucuk tiba di pabrik. Dari 1 kg contoh pucuk diambil lebih kurang 100 gram untuk dipisahkan sesuai formula pucuknya. Lembar daun yang terkena hama-penyakit dikeluarkan dari analisa Masing-masing kelompok formula pucuk hasil pemisahan ditimbang. Angka persentase formula pucuk diperoleh dengan membandingkan berat dari kelompok pucuk yang bersangkutan dengan berat total pucuk contoh dikalikan 100%. 2. Fluktuasi dan atau Proyeksi Ketersediaan Bahan Mentah Ketersediaan bahan mentah yang diolah setiap hari sangat fluktuatif. Salah satu faktor yang mempengaruhi ialah adanya variasi musim. Saat musim penghujan jumlah pucuk cenderung lebih banyak dibanding saat musim kemarau. Hal ini disebabkan pada saat musim hujan tanaman teh akan tumbuh lebih subur sehingga jumlah pucuk teh yang tumbuh dan memenuhi syarat untuk dipetik akan jauh lebih banyak. Kondisi tanaman yang ada juga turut mempengaruhi ketersediaan pucuk. Tanaman yang tumbuh subur dan terawat dengan baik sehingga tidak terserang hama dan penyakit akan memiliki produktifitas pucuk segar yang tinggi. Untuk jumlah bahan mentah yang berhasil diproduksi oleh PTPN VIII Kebun Kertamanah dapat melihat data pada tabel

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172 Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih Vileora Putri Christna 14.I1.0172 PROFIL PERUSAHAAN PTPN IX pada awalnya merupakan penggabungan 2 unit kebun Semugih dan Pesantren.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Kadar Air 74-77% Bahan

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : MONICA NATALIA (6103004094)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PT XYZ adalah salah satu perusahaan Perkebunan Besar Negara (PBN) yang memproduksi teh hitam ortodoks di Indonesia. PT. XYZ melakukan proses produksi dari daun teh basah

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH: DELLA YUNITA W. 6103009076 MELISA SUGIARTO 6103009077

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : David Cahyadi Sutrisno (6103008036) Mario Kurniawan (6103008112)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman

Lebih terperinci

bakey, burnt, dan overfried yaitu suatu keadaan dimana air seduhan teh

bakey, burnt, dan overfried yaitu suatu keadaan dimana air seduhan teh Pengendalian Proses Dan Automatisasi Tahap Pengeringan Pada Proses Pengolahan Teh Hitam Sistem CTC (Crushing, Tearling, Curling) di PTPN VIII Kebun Kertamanah A. Pendahuluan Pengeringan merupakan proses

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN Kebun Cisaruni merupakan salah satu unit kebun dari 45 unit yang ada di bawah naungan PT. Perkebunan Nusantara VIII yang berkantor pusat di Jl. Sindangsirna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII, dibentuk berdasarkan PP No. 13 Tahun 1996, tanggal 14 Februari 1996. PTPN VIII mengelola 24 perkebunan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan 46 PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Pucuk teh sangat menentukan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab I. I.1 Latar Belakang

Pendahuluan. Bab I. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perkembangan teh saat ini mengalami pengingkatan di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari berkembang dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dari ranah perkebunan.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, IPB dan pabrik Jolotigo, PT Perkebunan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011 PEMBAHASAN Analisis Petik Analisis petik merupakan cara yang dilakukan untuk memisahkan pucuk berdasarkan rumus petiknya yang dinyatakan dalam persen. Tujuan dari analisis petik yaitu menilai kondisi kebun

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

PEMBAHASAN Potensi Pucuk 52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PEMBAHASAN Sistem Petikan PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar antara 10-15

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses produksi teh hitam meliputi kegiatan budidaya tanaman teh yang bertujuan menghasilkan pucuk teh yang berkualitas tinggi dan pengolahan pucuk teh menjadi bubuk teh yang siap

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin mengglobalnya perekonomian dunia dan era perdagangan bebas, di Indonesia juga dapat diharapkan menjadi salah satu pemain penting. Dalam perekonomian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII adalah salah satu diantara perkebunan milik Negara yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1996, seperti yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174 IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG Roswita Sela 14.I1.0174 OUTLINE PROFIL PERUSAHAAN PROSES PRODUKSI SANITASI KESIMPULAN SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh hitam merupakan salah satu komoditas yang dikenal masyarakat sejak tahun 1860. Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan devisa non migas

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia

I.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman yang banyak dikonsumsi atau diminati setelah air mineral, teh sebagai minuman dapat meningkatkan kesehatan manusia karena mengandung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH 11 KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH Sejarah Perkebunan Pada tahun 1865 PT Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta milik Belanda dengan nama Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pengelolanya adalah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN 15 Sejarah Umum PT Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan swasta. Pada masa perkembangannya PT Perkebunan Tambi telah mengalami beberapa perubahan. Pada tahun 1865

Lebih terperinci

III. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

III. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN . GAMBARAN UMUM DAERAH PENELTAN 1. Sejarah Perkebunan Rajamandala Perkebunan Rajamandala merupakan salah satu kebun dalam ruang lingkup Perseroan Terbatas Perkebunan X (PTP X). Sebelum menjadi bagian dari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja

KATA PENGANTAR. serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dengan judul

Lebih terperinci

Jumlah Produksi Bubuk Teh (kg)

Jumlah Produksi Bubuk Teh (kg) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang usaha agroindustri. PT. Perkebunan Nusantara adalah nama dari empat belas perusahaan

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (Pusat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar Wilayah Blitar merupakan wilayah yang strategis dikarenakan wilayah Blitar berbatasan dengan beberapa Kabupaten yaitu

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif 15 KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1865 Perusahaan Perkebunan Tambi adalah salah satu perusahaan milik Belanda, dengan nama Bagelen Thee en

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Tiga Bawang merupakan sebuah industri kecil menengah yang bergerak dibidang pembuatan keripik dengan bahan baku ubi kayu. UD. Tiga Bawang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) sebagai komoditas perkebunan memberikan kontribusi yang besar terhadap perolehan devisa negara dari komoditas non migas sub sektor

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan PT. Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri teh. Tahun 85 kebun-kebun teh di Bagelen, Wonosobo disewakan kepada Tuan D. Vander Sluij

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN KEADAAN UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Perkebunan Teh Medini dahulu digunakan sebagai kebun kopi dan kina milik NV culture MY Medini. Pada masa pendudukan Jepang, Kebun Teh Medini menjadi tidak terawat

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200-2

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF LINDA FEBRIYANTI. E. GUMBIRA-SA ID MARIMIN

RINGKASAN EKSEKUTIF LINDA FEBRIYANTI. E. GUMBIRA-SA ID MARIMIN RINGKASAN EKSEKUTIF LINDA FEBRIYANTI. 2005. Strategi Manajemen Pengetahuan di PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kebun Gunung Mas, Bogor. Dibawah Bimbingan E. GUMBIRA-SA ID dan MARIMIN. Kondisi industri teh

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat 20 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan Latar Belakang Perkembangan sektor industri yang semakin maju, serta semakin ketatnya persaingan di dunia industri maka perusahaan dituntut untuk menerapkan sistem yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii Aspek Keteknikan Pertanian Pada Pengolahan Teh Hitam Orthodoks di PTP Nusantara VIII Kebun Malabar, Bandung Oleh Juan Maragia F14103062 Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Sumber pencemar di perkotaan Hazardous waste storage Acuan Permen LH no. 30/2009 tentang Tentang Tata Laksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah yang rendah

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah yang rendah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan Teh merupakan salah satu aspek dari sektor pertanian yang menguntungkan di Indonesia, mengingat letak geografisnya yang strategis. Kebutuhan dunia akan komoditas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Bagi Indonesia kopi (Coffea sp) merupakan salah satu komoditas yang sangat diharapkan peranannya sebagai sumber penghasil devisa di luar sektor minyak dan gas bumi. Disamping sebagai sumber

Lebih terperinci

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan jenis minuman yang sudah dikenal di seluruh dunia, konsumsi teh menjadi suatu hal yang umum bagi seluruh masyarakat karena mengkonsumsi teh dapat berdampak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil yang diperoleh selama periode Maret 2011 adalah data operasional PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan TBS di PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan fraksi

Lebih terperinci

1. Teh Hijau (Green Tea)

1. Teh Hijau (Green Tea) Siapa yang tidak kenal dengan teh? minuman teh merupakan minuman penyegar yang paling populer dan paling banyak dikonsumsi di dunia, setelah air putih. Teh diproduksi dari pucuk daun muda tanaman teh (Camelia

Lebih terperinci

Tabel I.1 Volume Ekspor Teh Indonesia (Ditjenbun, 2014)

Tabel I.1 Volume Ekspor Teh Indonesia (Ditjenbun, 2014) BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki hijau yang sangat luas. Sebagian besar kawasan hijau diolah sebagai kawasan perkebunan yang hasilnya menjadi pemasukan keuangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan METODE MAGANG 10 Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, mulai tanggal 1 Maret 3 Juli 2010. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, diperkirakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, diperkirakan berasal dari pegunungan Himalaya dan daerah daerah pegunungan yang berbatasan dengan Republik Rakyat

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI PADA PENGOLAHAN TEH DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, PARAKAN SALAK, SUKABUMI. Oleh : FAJAR EDY PURNOMO NRP: F

AUDIT ENERGI PADA PENGOLAHAN TEH DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, PARAKAN SALAK, SUKABUMI. Oleh : FAJAR EDY PURNOMO NRP: F AUDIT ENERGI PADA PENGOLAHAN TEH DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, PARAKAN SALAK, SUKABUMI Oleh : FAJAR EDY PURNOMO NRP: F01400015 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan 0 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama kurang lebih empat bulan. Waktu magang dimulai dari bulan Maret hingga Juli

Lebih terperinci

MESIN PENGERING PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ORTHODOX DI PT

MESIN PENGERING PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ORTHODOX DI PT MESIN PENGERING PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ORTHODOX DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VI (PERSERO) UNIT USAHA DANAU KEMBAR KABUPATEN SOLOK PROPINSI SUMATERA BARAT Deri Yendri Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sari Tani Jaya Sumatera merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan ubi kayu untuk menghasilkan produk tepung tapioka yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia yang melibatkan beberapa negara konsumen dan banyak negara produsen

I. PENDAHULUAN. dunia yang melibatkan beberapa negara konsumen dan banyak negara produsen I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia yang melibatkan beberapa negara konsumen dan banyak negara produsen salah satunya adalah Indonesia.

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI PTPN VIII PERKEBUNAN TAMBAKSARI, SUBANG JAWA BARAT Oleh Risa Aprisiani A34104039

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI Secangkir kopi dihasilkan melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari teknik budidaya, pengolahan pasca panen hingga ke penyajian akhir. Hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Salah satu sektor pertanian yang sangat berperan dalam

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3

IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3 IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3 Bidakara, 20 November 2014 Penyimpanan & Pengumpulan LB3 Kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, salah satunya adalah PT Rumpun Sari Kemuning (PT RSK). Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Teh yang diproduksi PT RSK

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, salah satunya adalah PT Rumpun Sari Kemuning (PT RSK). Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Teh yang diproduksi PT RSK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai banyak industri yang bergerak dibidang pertanian, salah satunya adalah PT Rumpun Sari Kemuning (PT RSK). Bergerak dibidang industri teh. PT RSK yang

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM Penanganan dan Pengelolaan Saat Panen Mengingat produk tanaman obat dapat berasal dari hasil budidaya dan dari hasil eksplorasi alam maka penanganan

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH Teknologi Bahan Penyegar Hari/ tanggal : 20, 27 Oktober 2012 Golongan : P4 Dosen : Dr. Indah Yuliasih, S.TP, M.Si Asisten : 1. Nur Rahmawati F34080004 2. Dora Vitra Meizar F34080100 TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN Bahan baku merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan suatu industri. Bahan baku yang baik menjadi salah satu penentu mutu produk yang dihasilkan.

Lebih terperinci

V. PEMODELAN SISTEM. Pengguna. Sistem Manajemen Dialog. Sistem Pengolahan Pusat. Gambar 7. Konfigurasi Program Aplikasi SCHATZIE 1.

V. PEMODELAN SISTEM. Pengguna. Sistem Manajemen Dialog. Sistem Pengolahan Pusat. Gambar 7. Konfigurasi Program Aplikasi SCHATZIE 1. V. PEMODELAN SISTEM 5.1. KONFIGURASI SISTEM Model perencanaan bahan baku industri teh di PTPN VIII Kebun Cianten dirancang dan dibuat dalam satu paket komputer sistem manajemen yang diberi nama SCHATZIE

Lebih terperinci

METODE MAGANG Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data

METODE MAGANG Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan dari 12 Februari 2009 sampai dengan 12 Juni 2009 di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Metode Pelaksanaan Metode yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. proses produksi plastik kantongan dari bijih plastik. PT. Megah Plastik didirikan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. proses produksi plastik kantongan dari bijih plastik. PT. Megah Plastik didirikan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Megah Plastik merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang proses produksi plastik kantongan dari bijih plastik. PT. Megah Plastik didirikan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN PERKEMBANGAN USAHA TEH PTPN

BAB V GAMBARAN PERKEMBANGAN USAHA TEH PTPN BAB V GAMBARAN PERKEMBANGAN USAHA TEH PTPN 5.1. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Teh Indonesia Perkebunan teh yang diusahakan di Indonesia dibedakan atas tiga status menurut pengusahaannya yaitu Perkebunan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES (pra Rancangan Pabrik,kgrtas kgrajinan dari enceng gondok. BAB III PERANCANGAN PROSES Perancangan pabrik home industri ini menghasilkan produk kertas kerajinan yang siap dibuat untuk kerajinan yang unik.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Tanaman teh di kebun Cisaruni

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Tanaman teh di kebun Cisaruni II. TINJAUAN PUSTAKA A. TANAMAN TEH Tanaman teh (Thea sinensis L.) merupakan salah satu tanaman keras dikelola secara perkebunan yang termasuk family Theaceae, ordo Guttaferales dan kelas Thalaniflora

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai

Lebih terperinci

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 140 IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA Muh. Anshar 1) Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan agar sesuai

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

STUDI KASUS : MANAJEMEN PERUSAHAAN PERKEBUNAN KAKAO DARI HULU SAMPAI HILIR DI PTP NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KALIKEMPIT

STUDI KASUS : MANAJEMEN PERUSAHAAN PERKEBUNAN KAKAO DARI HULU SAMPAI HILIR DI PTP NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KALIKEMPIT STUDI KASUS : MANAJEMEN PERUSAHAAN PERKEBUNAN KAKAO DARI HULU SAMPAI HILIR DI PTP NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KALIKEMPIT 1.907,12 Ha Afdeling Kali Wadung 333,93 Ha Afdeling Margo Sugih 592,00 Ha Afdeling

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Limbah B3 Hasil observasi identifikasi mengenai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa limbah B3 yang terdapat

Lebih terperinci

PENGGUDANGAN DAN PENYERAHAN

PENGGUDANGAN DAN PENYERAHAN STANDARD OPERATION PROSEDURE PENGGUDANGAN DAN PENYERAHAN Surabaya, 8 Februari 2003 Disyahkan SOEKARMANDAPA OENTOENG, BSc. Plant Manager Peringatan : Dilarang memperbanyak dan/atau menyalin sebagian atau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah Umum PG. Subang PT. PG. Rajawali II Unit PG. Subang terletak di blok Cidangdeur, Desa Pasirbungur, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Jawa Barat, dengan posisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE Agung Mahardhika, SP ( PBT Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya Tanaman teh (Camelia sinensis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. TANAMAN TEH Tanaman teh (Thea sinensis L) merupakan salah satu tanaman keras dikelola secara perkebunan yang termasuk family Theaceae, ordo Guttaferales dan kelas Thalaniflora (Benson,

Lebih terperinci